ABSTRACT
processes that do tend to increase . It was marked by the process of renewing oneself as a tour guide . In addition, community tour guides also keep anxiety about the closure of White Sand Island . Need for a policy that is able to maintain the existence of the community 's tour guide.
PARTICIPATION OF LOCAL COMMUNITIES IN TOURISM DEVELOPMENT OF WHITE SANDS ISLAND BINTAN By :
Keywords : Participation, Tourism Development, Local Communities
THANTRI RIZKI WULANDARI
This study was conducted to see the form of community participation in tourism development of White Sand Island Bintan. In addition , the purpose of this study was see how far the community participated in the development of tourism.
PENDAHULUAN Pariwisata pada saat ini merupakan suatu kebutuhan mutlak manusia, baik yang melakukan perjalanan wisata maupun masyarakat sekitar daerah tujuan wisata. Wisatawan butuh dipuaskan keinginannya, sementara masyarakat sekitar lokasi berharap akan mendapatkan implikasi positif berupa peningkatan pendapatan dan kesejahteraan. Fenomena ini harus menjadi perhatian para pembantu kebijakan sebagaimana diamanatkan bahwa pembangunan kepariwisataan nasional diarahkan menjadi sektor andalan dan unggulan secara luas akan diterjemahkan sebagai penghasilan devisa terbesar yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan daerah, memberdayakan perekonomian masyarakat, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha.
This study uses a qualitative method . Data from this study intangible primary data from informants that local people are involved as a tour guide in the region. While tangible secondary data , obtained from the Riau Islands Tourism Office , District of Gunung Kijang , Village Office Teluk Bakau and some data obtained through online searches . Sampling with purposive sampling . The data collection was done by using in-depth interviews .Analysis of data using qualitative methods of interacting directly with the informant. In this study , the author discusses the use of Social Exchange Theory (exchange theory) of George C. Homans with five propositions that successful propositions , propositions stimulus , value propositions , propositions saturation ( devripasi - satiation ) and blessing aggression proposition .
Partisipasi seluruh elemen masyarakat termasuk masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata ini sangat penting. Hal ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 tahun 2011 tentang Rencana induk pembangunan kepariwisataan nasional Tahun 2010-2025, yang menyebutkan “Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan kesadaran, kapasitas,akses, dan peran masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, dalam
Community involvement in tourism is seen against the backdrop of society 's participation and followed the way of what is being done community to these actions can be maintained and recognized by other communities . Public participation 1
memajukan kualitas hidup, kemandirian, dan kesejahteraan melalui kegiatan kepariwisataan.” Dalam hal ini masyarakat lokal sebagai skateholder cukup berperan dalam pengembangan pariwisata.
akanmenarik pendatang untuk mencari keuntungan ke Kepulauan Riau sehingga berpotensi meningkatnya jumlah pendatang yang lebih berkompeten dan dikhawatirkan mampu menggeser peran masyarakat.
Pembangunan kepariwisataan di Provinsi Kepulauan Riau perlu dilakukan pengembangan secara optimal untuk meningkatkan pendapatan daerah, meningkatkan kesejahteraan rakyat dan kemakmuran rakyat,memperluas kesempatan usaha dan lapangan kerja.
Kabupaten Bintan merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Kepulauan Riau.Kabupaten Bintan memiliki cukup banyak pantai yang merupakan objek wisata alam.Kabupaten Bintan memiliki pantai yang cukup terkenal. Disamping keindahan pantainya, keberadaan pantai ini juga ditunjang dengan fasilitas yag memadai. Kabupaten Bintan juga memiliki potensi alam yang sangat baik untuk pengembangan pariwisata.Keanekaragaman sumber daya alam seperti panorama pantai, pegunungan, air terjun, danau, serta keindahan keanekaragaman bawah laut.Kabupaten Bintan juga memiliki pulaupulau kecil yang siap dikembangkan sebagai kawasan wisata laut.
Potensi kepariwisataan yang ada Kepulauan Riau harus dikelola dan dikembangkan guna menunjang pembangunan daerah.Potensi objek dan daya tarik wisata perlu dimanfaatkan sebaikbaiknya. Potensi wisata yang ada di Kepulauan Riau ini adalah sebagai berikut : 1.1. Potensi pariwisata berbasis budaya 1.2. Potensi pariwisata berbasis bahari 1.3. Potensi pariwisata berbasis sejarah 1.4. Potensi pariwisata berbasis keunggulan komparatif
Dengan diberlakukan UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah untuk memberikan peluang otonomi bagi daerah dalam membangun daerahnya.Otonomi daerah merupakan titik tolak bagi daerah dalam mengembangkan dan mengelola aset-aset atau potensi sumberdaya yang dimilikinya bagi kepentingan pembangunan ekonomi daerah.Untuk itu, daerah perlu mencermati sektor-sektor strategis yang memiliki potensi kuat dalam menopang pembangunan di daerahnya. Salah satu sektor yang strategis yang dimiliki oleh Kabupaten Bintan adalah sektor pariwisata.
Kepulauan Riau jika dilihat dari aspek sosial-budaya dan sosial ekonomi, perkembangan kepariwisataan di Kepulauan Riau dapat menimbulkan dampak yang positif dan negatif. Dilihat dari dampak positif,dengan adanya perkembangan kepariwisataan ini akan semakin mendorong masyarakat lokal untuk berkembang baik dari segi pendidikan, pengetahuan, pembangunan sarana dan prasarana, terbukanya lapangan kerja baru yang akan meningkatkan perekenomian masyarakat dan sebagainya. Sedangkan dampak negatifnya adalah dengan adanya pengembangan kepariwisataan ini
Pemerintah Kabupaten Bintan belum memberikan program –program pemberdayaan yang mampu meningkatkan fasilitas pengembangan pariwisata tersebut.Hanya saja masyarakat disekitar sudah mulai ada memanfaatkan peluang pariwisata tersebut dijadikan sebagai lahan 2
mata pencaharian.Dengan respon masyarakat yang positif terhadap pengembangan pariwisata, seharusnya pemerintah ikut berkontribusi dalam pengembangan fasilitas dan sumber daya manusia daerah tersebut guna meningkatkan pariwisata pada daerah wisata yang dimaksud.
keindahan alam yang disajikan pulau ini. Umumnya para wisatawan melakukan kegiatan Snorkeling ( kegiatan berenang atau menyelam pada permukaan laut yang dangkal) dan melakukan kegiatan olahraga air lainnya atau hanya sekedar berfoto-foto, menikmati pemandangan yang sangat memanjakan mata.
Desa Teluk Bakau merupakan salah satu desa yang termasuk dalam Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten Bintan.Desa ini memiliki dermaga penyebrangan untuk menuju ke Pulau Beralas Pasir.Masyarakat di wilayah ini seperti masyarakat pesisir pada umumnya.Pekerjaan yang ditekuni sebagian besar adalah nelayan.Tetapi uniknya, ada beberapa masyarakat ini memilih menjadi seorang pemandu wisata lokal.Masyarakat tertarik menjadi pemandu wisata lokal karena melihat kondisi alam yang berpotensi menjadi sebuah peluang usaha.
Dikarenakan jalur Pulau Beralas Pasir adalah khusus wisatawan, disarankan untuk ikut dalam paket wisata yang tersedia disana, paket wisata ini bisa didapatkan dari resort-resort yang terdapat di sekitaran wilayah Kawal, Teluk bakau dan Trikora, selain resort, ada juga pemandu lokal di pelabuhan Teluk Bakau yang menyediakan paket Wisata ke Pulau Beralas Pasir yang biasanya mematok harga lebih murah. Pada masyarakat yang letak tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari objek wisata, masyarakat memanfaatkan kondisi ini sebagai peluang yang dianggap mampu membawa perubahan pada tatanan hidup mereka.Masyarakat dengan sendirinya mengambil peluang ini sebagai peluang membuka usaha dengan membuat paketpaket wisata. Proses kelengkapan fasilitas paket wisata ini juga dirintis secara perlahan oleh masyarakat lokal ini. Untuk masyarakat lokal yang bekerja sebagai pemandu wisata, mereka secara perlahan melengkapi alat-alat yang dibutuhkan wisatawan seperti life jacket, alat snorkeling, alat bantu berenang dan lain sebagainya.
Pulau Beralas pasir masuk dalam wilayah Teluk Bakau Kabupaten Bintan.Penyeberangan ke pulau tersebut terdapat di wilayah Teluk Bakau. Jarak tempuh Teluk Bakau dari kota Tanjungpinang memakan waktu perjalanan darat kurang lebih satu jam. untuk mencapai Pulau Beralas Pasir harus menyeberang dari pelabuhan Teluk Bakau menggunakan boat dengan waktu tempuh 15 menit saja. Pulau Beralas Pasir bukanlah pulau berpenghuni tetap, hanya ada beberapa orang yang petugas yang untuk menjaga dan merawat pulau, oleh karena itu tidak ada penyebrangan umum dari Pulau Bintan begitu pula sebaliknya, layaknya pulau tak berpenghuni. Pulau ini banyak disinggahi oleh wisatawan dari resort resort pulau bintan di sekitaran Kawal, Teluk Bakau, Trikora, dan ada pula wisatawan yang datang dari Tanjungpinang bahkan hingga dari luar kota hanya untuk menikmati
Bagi masyarakat yang bukan pekerja pemandu wisata lokal ini, mereka hanya menyediakan transportasi berupa Speedboat (alat transportasi air atau perahu yang memiliki mesin dengan kecepatan tinggi) , lalu kemudian untuk penyewaan alat kelengkapan snorkeling mereka bekerja sama dengan masyarakat lain dengan menggunakan sistem sewa. Kemudian atas dasar inisiatifnya sendiri, masyarakat terus 3
meningkatkan pelayanan berupa penyediaan alat pancing dan membuat kelong-kelong di tengah laut sebagai tempat bersinggah untuk menikmati makan siang.
dengan kondisi jumlah wisatawan yang ikut di dalam paket wisata ini.Harga yang di patok oleh pemandu wisata lokal lebih murah dibandingkan dengan harga dari Resort-resort yang ada disekitaran Teluk Bakau yang biasanya mematok harga Rp. 400.000/orang.
Pulau Beralas Pasir justru memberikan ketertarikan tersendiri bagi masyarakat lokal yang memanfaatkan keberadaan pulau ini sebagai mata pencaharian tambahan dengan membuka paket pemandu wisata.Pihak pengurus pulau ini memberikan peluang kepada masyarakat lokal untuk menjadi pemandu wisata. Pengunjung akan dikenakan biaya masuk ke Pulau ini sebesar Rp.70.000; sampai dengan Rp. 100.000;/orang untuk menikmati keindahan alam yang disediakan. Dari harga tersebut, Pemandu wisata lokal mendapatkan bagian sebesar 30% per orang dari pihak manajemen Pulau Beralas Pasir ini.Hal ini telah berjalan kurang lebih 2 tahun.Namun, setelah dibangunnya tempat penyebrangan sendiri oleh pihak Pulau Beralas Pasir ini, masyarakat lokal yang menjadi pemandu wisata tidak lagi mendapatkan bagian dari pihak manajemen Pulau Beralas Pasir ini.Dengan dikeluarkannya kebijakan yang baru oleh pihak manajemen Beralas Pasir, masyarakat lokal justru tidak menganggap ini sebagai penutup mata pencaharian mereka.Tetapi justru masyarakat lokal terus meningkatkan pelayanan yang diberikan kepada orangorang yang masih membutuhkan jasa mereka.
Para pemandu wisata lokal tersebut mulai membuat ide-ide baru yang membuat pengunjung tertarik untuk tetap memakai jasa mereka.Masyarakat mulai meningkatkan fasilitas serta penawaran trip perjalanan yang lebih menarik. Seperti menjelajahi pulau lain yang tidak berpenghuni yang lokasinya tidak jauh dari Pulau Beralas Pasir tersebut, makan siang ditengah laut,dan memancing. Secara sadar masyarakat pemandu wisata lokal harus terus meningkatkan fasilitas perjalanan yang mereka berikan agar pengguna jasa mereka masih terus memakai jasa yang mereka berikan. Namun tidak semua masyarakat lokal mengambil peluang dari daerah wisata Pulau Beralas pasir ini.Dari wawancara pada saat pra penelitian, hanya kurang lebih 10 orang yang ikut berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata ini. Hal ini dikarenakan masyarakat yang tidak terlibat belum mampu melihat peluang yang ada Pengembangan pariwisata dengan pendekatan partisipasi perlu mendapatkan perhatian, terutama dalam konsep pengembangan pariwisata jangka panjang.Pariwisata memang belum tergali secara optimal, padahal sektor ini mendapatkan banyak keuntungan, baik dari pasar domestik maupun pasar internasional.Bermodal berbagai kondisi alam wilayah yang dimiliki, keragaman masyarakat dan berbudaya yang berkualitas, maka pengembangan sektor pariwisata berbasis masyarakat dianggap potensial untuk dikembangkan agar dapat menjadi
Meskipun demikian, para pemandu wisata lokal masih bisa membawa tamu yang ingin berkunjung ke pulau ini dengan peralatan dan transportasi dari masyarakat itu sendiri. Biasanya pemandu lokal akan mematok harga Rp.200.000 sampai dengan Rp. 250.000; /orang untuk satu kali perjalanan wisata. Harga tersebut sudah termasuk tarif masuk pulau,biaya transportasi dan penyewaan alat olahraga air. Biaya ini bisa berubah tergantung 4
sektor andalan dalam Pendapatan Asli Daerah.
peningkatan
pariwisata menyangkut manusia dan masyarakat, maka pariwisata sangat sesuai untuk dijadikan objek dari sosiologi. Berkembanglah kemudian kajian-kajian sosiologi tentang pariwisata, yang disebut Sosiologi Pariwisata. Secara singkat, sosiologi pariwisata adalah cabang dari sosiologi yang mengkaji masalah-masalahmasalah kepariwisataan dalam berbagai aspeknya. Dapat juga dikatakan bahwa sosiologi pariwisata adalah kajian tentang kepariwisataan dengan menggunakan perspektif sosiologi, yaitu penerapan prinsip, konsep, hukum, paradigma, dan metode sosiologis di dalam mengkaji masyarakat dan fenomena pariwisata, untuk selanjutnya berusaha mengembangkan abstraksiabstraksi yang mengarah kepada pengembangan teori.
Upaya peningkatan peran dan kualitas keterlibatan masyarakat dan stakeholders dalam pembangunan pariwisata dengan pembentukan kelompok-kelompok sadar wisata sebagai motivator atau pelaku utama dan pengembangan pada masyarakat disekitar obyek dan daya tarik wisata serta membangun komunikasi antara masyarakat dan stakeholders dengan pihak-pihak terkait guna mendorong tumbuhnya kemampuan masyarakat dapat mengetahui apa yang menjadi permasalahannya dan bagaimana mengatasi masalah tersebut secara bersamasama sehingga dengan atau tanpa bantuan fasilitas pemerintah dapat meningkatkan kualitas keterlibatannya dalam pembangunan pariwisata, melalui masyarakat sebagai stakeholders kepariwisataan di Kabupaten Bintan.
Pengertian potensi wisata menurut Mariotti dalam Yoeti (1983: 160-162) adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata, dan merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut. Sukardi (1998:67), juga mengungkapkan pengertian yang sama mengenai potensi wisata, sebagai segala yang dimiliki oleh suatu daya tarik wisata dan berguna untuk mengembangkan industri pariwisata di daerah tersebut. Dengan melihat potensi wisata yang ada di daerah tersebut, akhirnya masyarakat melihat hal itu sebagai peluang usaha yang dapat dijadikan sebuah mata pencaharian.Hal yang dilakukan masyarakat inilah kemudian secara tidak langsung mulai mempromosikan keberadaan pulau ini. Baik dengan cara mempromosikan melalui media sosial, sosialisasi dari inidividu ke individu lainnya, melalui akun-akun pribadi yang mereka miliki, dan lain sebagainya. Meskipun tujuan utama mereka adalah mencari penghasilan, tetapi secara tidak langsung masyarakat ikut berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata pulau tersebut.
PERTANYAAN PENELITIAN “bagaimana bentuk partisipasi masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata di Pulau Beralas Pasir, Kabupaten Bintan?” TUJUAN PENELITIAN untuk memahami bentuk partisipasi seperti apa yang mempengaruhi perkembangan pariwisata dan menemukan beberapa pengaruh pengembangan pariwisata dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat lokal khususnya pada masyarakat yang terlibat langsung dalam pengembangan pariwisata tersebut. LANDASAN TEORI PARTISIPASI MASYARAKAT Pariwisata adalah fenomena kemasyarakatan, yang menyangkut manusia, masyarakat, kelompok organisasi, kebudayaan, dan sebagainya yang merupakan objek kajian sosiologi.Karena 5
TEORI PERTUKARAN SOSIAL (EXCHANGE THEORY) GEORGE. C. HOMANS
perilaku burung merpati yang diberi jagung ketika mematu objek tertentu.Homans percaya bahwa prinsip-prinsip elementer yang serupa dapat diterapkan pada tindakan manusia.Kehidupan sehari-hari terdiri dari perilaku orang yang telah menemukan ganjaran. (Poloma,2010)
Berangkat dari keinginan masyarakat lokal untuk memanfaatkan peluang yang ada, akhirnya timbul masyarakat yang peduli terhadap lingkungan dan mulai mengembangkan usaha yang mereka jalani.Berkaitan dengan pengambilan sikap masyarakat terhadap pengembangan pariwisata ini, peneliti mencoba mengkaji fenomena ini dengan teori pertukaran sosial (exchange theory). Teori ini awalnya dikembangkan oleh George C Homans (1974) dengan konsep social behaviorism, dengan prinsip maximization of utility dan diminishing marginal utility(dipinjam dari kosep-konsep Ilmu ekonomi), serta hubungan antara stimuli dengan respon (dipinjam dari konsep-konsep psikologi). Homans menemukan bahwa semakin manusia itu diberikan penghargaan di dalam melakukan sesuatu, maka semakin solid perilaku tersebut terbangun secara berpola.Teori pertukaran sosial ini dilandaskan pada prinsip transaksi ekonomis yang elementer, yaitu orang menyediakan barang atau jasa dan sebagai imbalannya berharap memperoleh barang atau jasa yang diinginkan.
Kemudian yang kedua adalah Proposisi stimulus, jika seseorang melakukan sesuatu di masa lalu kemudian ia mendapatkan ganjaran, maka semakin sering orang melakukan hal itu kembali (Homans,1974). Yang dimaksud adalah obyek atau tindakan yang memperoleh ganjaran yang diingkinkan.Sebagai ilustrasi, seorang mahasiswa yang menginginkan nilai ujian yang baik. Mahasiswa itu sadar bahwa dia harus tetap mengikuti kuliah dan merelakan beberapa jam untuk konsentrasi belajar agar berhasil dalam ujian.(Poloma,2010) Selanjutnya Proposisi nilai, semakin tinggi nilai suatu tindakan, maka semakin senang orang melakukan tindakan tersebut (Homans, 1974).Proposisi ini khusus berhubungan dengan ganjaran atau hukuman yang merupakan hasil tindakan. Proposisi sukses menyatakan bahwa sang mahasiswa akan belajar memperoleh nilai baik. Proposisi stimulus menyatakan bahwa cara belajar tertentu leih mungkin melahirkan suskes dengan cara lain. Proposisi nilai mengatakan bahwa orang menginginkan ganjaran yang diberikan oleh stimulus.Ilustrasinya adalah, mahasiswa memiliki kesempatan untuk melihat sebuah konser. Pada waktu yang sama ia harus belajar. Proposisi Homans ini menganggap bahwa sang mahasiswa akan melakukan tindakan yang menghasilkan ganjaran yang diinginkannya.
Homans percaya bahwa proses pertukaran ini dapat dijelaskan melalui lima pernyataan proposisional yang saling berhubungan. Proposisi yang pertama adalah Proposisi sukses, dimana dalam setiap tindakan semakin sering tindakan itu mendapatkan ganjaran maka semakin sering seseorang melakukan tindakan tersebut (Homans, 1974). Dalam proposisi ini Homans menyatakan bahwa bilamana seseorang berhasil memperoleh ganjaran(atau menghindari hukuman) maka ia akan cenderung untuk mengulangi tindakan tersebut. Ahli psikologi B.F Skinner menemukan prinsip ini dalam studi
Proposisi selanjutnya adalah Proposisi Deprivasi-Satiasi,jika seseorang mendapatkan ganjaran yang sama disetiap 6
perbuatan yang dilakukan, maka individu tersebut akan merasa bosan terhadap apa yang didapatkannya dari tindakan tersebut, (Homans, 1974). Proposisi ini merupakan penyempurnaan kondisi-kondisi dimana penampilan suatu tindakan tertentu mungkin terjadi. Melanjutkan contoh yang telah disebutkan diatas, maka akan tampak bahwa hal itu merupakan masalah. Proposisi nilai tidak merincikan mengapa mahasiswa menganggap menghadiri konser lebih disukai daripada mendapat nilai baik saat ujian.Apa yang dinyatakan Homans sebagai kunci penjelasan ialah kejenuhan dengan ganjaran tertentu. Dalam kasus ini, menghadiri konser lebih dianggap bernilai daripada memperoleh nilai baik saat ujian. Dengan kata lain, manusiapun dapat merasa haus akan ganjaran tertentu atau sampai pada keadaan dimana ia tidak memperdulikan hal itu. Deprivasi-kejenuhan berkaitan dengan apa yang kita beri nilai pada suatu waktu tertentu.
kecewa karena dia tidak menginginkan konser tersebut.
terlalu
Homans menekankan bahwa proposisi itu saling berkaitan dan harus diperlakukan sebagai satu perangkat.Masing-masing proposisi hanya menyediakan sebagian penjelasan.Untuk menjelaskan seluruh perilaku, kelima proposisi ini harus dipertimbangkan.Homans menegaskan bahwa dalam membangun teori sosiologis kita seharusnya tidak mengabaikan kejelasan itu.Yang penting bagi Homans proposisi-proposisi itu dinyatakan dalam suatu teori pertukaran dan digunakan dalam penelitian empiris. Dengan melihat proposisi sebagai satu unit, Homans percaya para ahli sosiologi berkemungkinan menjelaskan apa yang disebut kaum fungsionalis structural sebagai “struktur sosial”. (Poloma,2010) Menurut Social Exchange Theory, faktor utama yang menentukan perilaku manusia adalah motivasi terhadap benefit (manfaat) atau value (nilai) yang akan diteria oleh pelaku tersebut. Ada tiga asumsi pokok dalam Social Exchange Theory, yaitu sebagai berikut (Stebbian,1990) :
Kemudian proposisi yang terakhir adalah Proposisi Restu-Agresi (ApprovalAgression), jika seseorang melakukan tindakan tetapi tidak mendapatkan ganjaran yang setimpal maka seseorang tersebut akan marah, tetapi sebaliknya jika tindakannya dihargai diluar dari pengharapannya maka seseorang tersebut akan senang (Homans,1974). Dalam proposisi berlapis dua ini, Homans berbicara tentang perilaku emosional manusia. Seseorang akan marah bilamana yang diharapkannya ternyata meleset. Anggaplah bahwa sang mahasiswa memutuskan untuk menghadiri konser, bukannya belajar tetapi pergi ke loket penjualan tiket konser. Kemudian sesampainya disana, tiket konser tersebut habis.Jelas bahwa mahasiswa itu ditolak oleh ganjarannya.Yang terjadi ada dua kemungkinan. Yang pertama mahasiswa tersebut akan merasa kecewa dan frustasi karena tidak dapat menonton konser, yang kedua mahasiswa tersebut tidak terlalu 7
1.
Manusia bertindak dalam usaha mendapatkan benefit. Dalam kaitan ini, manusia diasumsikan sebagai makhluk yang rasional.
2.
Semua benefit, apapun bentuknya , mengikuti prinsip saturasi (kejenuhan). Semakin banyak seseorang mendapat benefit yang sama, maka nilai kepuasan per unit benefit akan berkurang, sampai akhirnya terjadi kejenuhan, dimana benefit tersebut tidak dirasakan lagi.
3.
Benefit hanya bisa didapatkan dalam interaksi,apabila kedua belah pihak saling memberikan benefit pada pihak lain. Untuk dapat memberikan benefit, maka masing-masing pihak harus mempunyai sumber daya (resources).
mencapai tujuan berikutnya yang sangat bernilai. Pengembangan pariwisata akan berjalan baik ketika ada masyarakat yang ikut berpartisipasi di dalamnya. Banyak ahli memberikan pengertian mengenai konsep partisipasi.Bila dilihat dari asal katanya, kata partisipasi berasal dari kata bahasa Inggris “participation” yang berarti pengambilan bagian, pengikutsertaan (John M.Echols & Hasan Shadily, 2000). Partisipasi berarti peran serta seseorang atau kelompok masyarakat dalam proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil-hasil pembangunan (I Nyoman Sumaryadi, 2010). H.A.R.Tilaar mengungkapkan partisipasi adalah sebagai wujud dari keinginan untuk mengembangkan demokrasi melalui proses desentralisasi dimana diupayakan antara lain perlunya perencanaan dari bawah (bottomup) dengan mengikutsertakan masyarakat dalam proses perencanaan dan pembangunan masyarakatnya.
PILIHAN RASIONAL Kemudian, untuk memperdalam fokus penelitian ini, peneliti juga menelaah fenomena ini dengan Teori Pilihan Rasional. Teori pilihan rasional ini memusatkan perhatiannya pada aktor yang dipandang sebagai manusia yang mempunyai tujuan atau mempunyai maksud.Artinya bahwa aktor memiliki tujuan dan tindakan yang tertuju pada upaya pencapaian tujuan tersebut. Kemudian, aktor dipandang sebagai individu yang mempunyai pilihan (atau nilai,keperluan). Tindakan ini dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan tingkatan pilihan aktor.Meski teori ini berawal dari tujuan atau maksud aktor, ada dua pemaksa utama dari tindakan aktor tersebut.Pertama adalah keterbatasan sumber. Aktor mempunyai sumber daya yang berbeda sehingga akses untuk pencapaian tujuanpun berbeda, bagi aktor yang mempunyai sumber daya yang besar, maka akan relative mudah untuk mencapai tujuan tersebut (Ritzer,2010). Berkaitan dengan sumber daya ini adalah pemikiran tentang biaya kesempatan (opportunity cost) atau ‘biaya yang berkaitan dengan rentetan tindakan berikutnya yang sangat menarik namun tak jadi dilakukan’ (Friedman dan Hethcer,1988). Dalam mengejar tujuan tertentu, seorang aktor mungkin memilih untuk tidak mengejar tujuan yang bernilai sangat tinggi bila sumber dayanya tidak memadai, bila peluang untuk mencapai tujuan itu mengancam peluangnya untuk
KONDISI YANG PARTISIPASI
MENDORONG
Pertama, orang akan berpartisipasi apabila mereka merasa bahwa isu atau aktifitas tersebut adalah penting. Cara ini dapat secara efektif dicapai jika masyarakat sendiri telah mampu menentukan isu atau aksi, dan telah menominasi kepentingannya, bukan berasal dari orang luar yang memberitahu mereka terhadap apa yang harus mereka lakukan. Kedua, bahwa orang harus merasa bahwa aksi mereka akan membuat perubahan. Dalam kondisi ini masyarakat menyadari bahwa setiap aksi akan membuat sebuah perubahan. Kondisi ketiga, berbagai bentuk partisipasi harus diakui dan dihargai.Partisipasi masyarakat 8
haruslah sesuatu yang dapat diperhitungkan. Kemudian kondisi keempat, bahwa orang harus bisa berpartisipasi, dan didukung dalam partisipasinya. Kondisi terakhir dari partisipasi yaitu struktur dan proses tidak boleh mengucilkan. Keputusan harus dibuat oleh masyarakat itu sendiri dan tidak boleh mengucilkan keputusan yang telah dibuat tersebut (Ife,Tesoriero, 2008).
sudah direncanakan sebelumnya.Partisipasi dalam evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui ketercapaian program yang sudah direncanakan sebelumnya.Berdasarkan beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa partisipasi adalah keterlibatan suatu individu atau kelompok dalam pencapaian tujuan dan adanya pembagian kewenangan atau tanggung jawab bersama.
Cohen dan Uphoff membedakan patisipasi menjadi empat jenis, yaitu pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan.Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan.Ketiga, partisipasi dalam pengambilan pemanfaatan. Dan Keempat, partisipasi dalam evaluasi. Pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan.Partisipasi ini terutama berkaitan dengan penentuan alternatif dengan masyarakat berkaitan dengan gagasan atau ide yang menyangkut kepentingan bersama. Wujud partisipasi dalam pengambilan keputusan ini antara lain seperti ikut menyumbangkan gagasan atau pemikiran, kehadiran dalam rapat, diskusi dan tanggapan atau penolakan terhadap program yang ditawarkan. Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan meliputi menggerakkan sumber daya dana, kegiatan administrasi, koordinasi dan penjabaran program. Partisipasi dalam pelaksanaan merupakan kelanjutan dalam rencana yang telah digagas sebelumnya baik yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan maupun tujuan.
KAJIAN SOSIOLOGIS PARIWISATA
TENTANG
Disamping karena menyangkut manusia dan masyarakat,manusia dengan berbagai aspeknya yang merupakan objek studi sosiologi, analisis sosiologi terhadap pariwisata sangat penting dilakukan dengan mengingat alasan berikut : 1. Pariwisata telah menjadi aktivitas sosial ekonomi dominan dewasa ini,bahkan disebut-sebut sebagai “industri terbesar sejak akhir Abad 20 (WTO,2000) yang juga menyangkut “pergerakan barang, jasa dan manusia dalam skala terbesar yang pernah terjadi salam sejarah manusia”. 2. Pariwisata bukanlah suatu kegiatan yang beroperasi dalam ruang hampa. Pariwisata sangat terkait dengan masalah sosial, politik, ekonomoi, keamanan, ketertiban, keramahtamahan, kebudayaan, kesehatan, dan seterusnya, termasuk berbagai institusi sosial yang mengaturnya.
Ketiga, partisipasi dalam pengambilan manfaat.Partisipasi dalam pengambilan manfaat tidak lepas dari hasil pelaksanaan yang telah dicapai baik yang berkaitan dengan kualitas maupun kuantitas. Dari segi kualitas dapat dilihat dari output, sedangkan dari segi kuantitas dapat dilihat dari presentase keberhasilan program. Keempat, partisipasi dalam evaluasi.Partisipasi dalam evaluasi ini berkaitan dengan pelaksanaan pogram yang
3. Pariwisata bersifat sangat dinamis, sehingga setiap saat memerlukan analisis atau kajian yang lebih tajam. Sebagai suatu aktivitas dinamis, pariwisata memerlukan kajian terus menerus (termasuk dari aspek sosial budaya), yang juga harus dinamis, sehingga pembangunan pariwisata bisa memberikan manfaat bagi kehidupan manusia khususnya masyarakat lokal. 9
Dalam mengkaji pariwisata dari aspek sosiologis, Erik Cohen (1984) mengemukakan bahwa pariwisata dapat dipandang dari salah satu pendekatan konseptual pariwisata yaitu Tourism as a commercialized hospitality.Dalam pendekatan ini pariwisata adalah proses komersialisasi dari hubungan tamu dengan tuan rumah. Tamu (orang asing) diberikan status dan peranan sementara di masyarakat yang dikunjungi, yang kemudian diperhitungkan secara komersial.Pendekatan ini sesuai untuk menganalisis perkembangan dan dinamika hubungan host-guest termasuk berbagai konflik yang muncul serta berbagai institusi yang menangani.
tidak memuaskan lagi da nada faktor baru yang lebih memuaskan. Kondisi pertama yang mendorong seseorang untuk melakukan partisipasi adalah ketika orang tersebut merasa bahwa aktivitas atau isu tersebut adalah penting. Jika masyarakat sendiri telah mampu menentukan isu atau aksi dan telah mendominasi kepentingannya maka secera langsung masyarakat tahu apa yang harus dilakukannya. (Ife,Tesoriero, 2008) Sebab-sebab terjadinya perubahan sosial yang terjadi di masyarakat adalah bertambahnya jumlah penduduk yang sangat cepat sehingga menyebabkan terjadinya perubahan struktur masyarakat. Masyarakat yang mata pencaharian utamanya dalah nelayan, akan tergantung pada kondisi alam. Kemudian, masyarakat mulai mencari pekerjaan lain sesuai dengan keahlian yang dimilikinya.
PARTISIPASI MASYARAKAT LOKAL DALAM PENGEMBANGAN PARIWISATA PULAU BERALAS PASIR KABUPATEN BINTAN KEMAMPUAN MASYARAKAT UNTUK MELAKUKAN TINDAKAN PARISIPASI
Kebutuhan dan prioritas muncul dari masyarakat itu sendiri. Homans mengatakan bahwa bilamana seseorang berhasil memperoleh ganjaran maka ia akan cenderung untuk mengulangi tindakan tersebut. Ganjaran yang dimaksud adalah hal apa yang melatarbelakangi masyarakat untuk terlibat dalam partisipasi yang dimaksud. (Homans,1974)
Masyarakat pesisir Desa Teluk Bakau sama dengan masyarakat pesisir pada umumnya. Masyarakat di wilayah ini bermata pencaharian di sektor pemanfaatan sumber daya kelautan.Dari data Kelurahan Desa Teluk Bakau ini terdapat 125 individu yang bekerja di sektor pemanfaatan sumber daya kelautan.Diantaranya bekerja sebagai nelayan, pengolahan sumber daya laut menjadi makanan, penampung/pengepul ikan, dan pemandu wisata.
Berdasarkan keterangan informan yang menyatakan bahwa keterlibatannya untuk ikut berpartisipasi merupakan sebuah kehendaknya sendiri.Tidak ada unsur paksaan dari pihak manapun.Keterlibatannya dalam partisipasi ini bermula dari melihat peluang yang sangat sederhana yang kemudian berkembang menjadi sebagai sesuatu tindakan yang memiliki nilai.Setiap masyarakat berhak memilih untuk ikut atau tidak dalam partisipasi ini.
Sumber daya laut adalah potensi utama yang menggerakkan kegiatan perekonomian daerah dermaga Teluk Bakau ini.Kondisi alam merupakan salah satu faktor utama untuk melakukan pengembangan potensi alam yang ada. Dalam suatu kehidupan, masyarakat akan mengalami perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi bisa disebabkan oleh suatu yang dianggap sudah 10
Pada hakekatnya, manusia adalah makhluk sosial. Artinya bahwa manusia membutuhkan orang lain dalam kesehariannya. Dalam hubungan dengan evolusi sikap masyarakat terhadap wisatawan, Doxey (1976) sudah mengembangkan sebuah kerangka teori yang disebut irendex (irritation index). Model Irendex dari Doxey ini menggambarkan perubahan sikap masyarakat lokal terhadap wisatawan secara linier.
Proses pertukaran ini dapat dijelaskan melalui proposisi yang dikemukakan Homans, yaitu Proposisi Sukses. Penjelasan dari proposisi ini adalah masyarakat menamfaatkan peluang yang ada kemudian menjadikannya sebagai sebuah daya tarik yang bernilai jual. Tindakan yang dilakukan masyarakat secara berulang-ulang dengan harapan akan mendapatkan hasil dari tindakannya tersebut. Masyarakatpun terus memberikan pelayanan yang terbaik guna meningkatkan kualiatas yang dimilikinya. Jika wisatawan yang memakai jasa mereka puas dengan kinerja yang telah diberikan, maka secara tidak langsung masyarakat akan mendapatkan ganjaran yang berupa upah.
Sikap wisatawan yang dimaksud Doxey ini adalah Euphoria.Maksud dari sikap euphoria ini yaitu masyarakat sangat senang dengan kedatangan wisatawan.Kedatangan wisatawan diterima dengan baik, dengan sejuta harapan.Ini terjadi pada fase-fase awal perkembangan pariwisata pada suatu daerah tujuan wisata, dan umumnya daerah tujuan wisata tersebut belum mempunyai perencanaan.
Homans melihat semua perilaku sosial.Tidak hanya perilaku ekonomis. Sebagai hasil dari pertukaran yang dilakukan, tindakan partisipasi tidak hanya memberikan ganjaran ekstrinsik berupa upah tetapi juga menmberikan ganjaran intrinsic berupa persahabatan,kepuasan dan mempertinggi harga diri. (Homans,1962)
Hal ini yang terjadi pada masyarakat lokal di Desa Teluk Bakau.Masyarakat sangat senang dengan kedatangan wisatawan ke daerah tujuan wisata dengan harapan wisatawan tersebut memberikan sebuah perubahan.Masyarakat berharap adanya hasil dari sebuah tindakan yang mereka lakukan.
DUKUNGAN DALAM MASYARAKAT Masyarakat telah menentukan sebuah pekerjaan sebagai mata pencaharian utama. Tetapi jika orang tidak percaya bahwa aksi masyarakat akan membuat perubahan terhadap peluang kerja, akan kecil keinginan masyarakat untuk berpartisipasi. Kondisi kedua dari partisipasi adalah seseorang harus merasa bahwa aksi yang telah mereka lakukan akan membuat sebuah perubahan. (Ife,Tesoriero 2008)
Dari keterlibatan masyarakat terhadap pengembangan pariwisata, masyarakat mendapatkan hasil dari apa yang dilakukannya. Homans mengatakan bahwa di dalam setiap tindakan, semakin sering orang melakukan tindakan tertentu yang mendapatkan manfaat bagi dirinya sendiri maka semakin sering seseorang tersebut melakukan tindakan itu secara berulangulang. (Homans,1974)Salah satu cara yang efektif untuk berpartisipasi adalah individu itu sendiri telah mampu menentukan aksi dan membuat definisi akan kebutuhan dan prioritas. . (Ife,Tesoriero, 2008)
Menurut pernyataan informan, perubahan diawali dengan suatu proses yang kecil. Proses yang dimaksud adalah tindakantindakan nyata untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Hal ini guna menciptakan efek positif dari tindakan tersebut. Menurutnya, ketika tindakan itu membawa perubahan, maka orang lain akan menilai tindakan kita tersebut. Dengan 11
menciptakan komunikasi yang baik antara masyarakat yang berpartisipasi dengan masyarakat lainnya merupakan sebuah tindakan kecil yang akan berpengaruh dengan tindakan lainnya. Dukungan dari masyarakat lain juga diperlukan guna kemajuan partisipasi ini. Terkait dengan pernyataan yang dilontarkan, komunikasi yang baik akan bisa membuat masyarakat lain untuk membantu mempromosikan partisipasi yang mereka lakukan.
mereka biasanya hidup dan bekerja, dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal ditempat-tempat tujuan itu. Menurut informa, faktor ekonomi bukanlah satu-satunya hal yang melatarbelakangi ia untuk melakukan tindakan partisipasi ini. Hal lainnya adalah karena kecintaannya terhadap alam. Bermula dari hal itu kemudian ia mengembangkan potensi yang ada di daerah tersebut. Dengan menjalankan aktivitas yang dilakukan secara berulang, bukan hanya mendapatkan sesuatu yang bernilai ekonomi tetapi juga mendapat suatu kepuasan terhadap dirinya sendiri.
Homans menyatakan bahwa jika seseorang melakukan tindakan kemudian tindakan tersebut memperoleh nilai yang positif, maka orang tersebut akan kembali melakukan tindakan itu berulang-ulang. Pada tahap ini, Homans menyebutnya dengan proposisi stimulus. Pada kondisi ini ia menjelaskan bahwa bila ada rangsangan yang sama, individu cenderung akan bertindak hal yang sama kepada orang lain (Homans,1974)
Menurut Social Exchange Theory, faktor utama yang menentukan perilaku manusia adalah motivasi terhadap benefit (manfaat) atau value (nilai) yang akan diteria oleh pelaku tersebut. Salah satu asumsi pokok dalam Social Exchange Theory (Stebbian,1990) Manusia bertindak dalam usaha mendapatkan benefit. Dalam kaitan ini, manusia diasumsikan sebagai makhluk yang rasional.
Masyarakat harus merasa bahwa tindakan yang mereka lakukan akan membuat perubahan dan dapat menghasilkan sesuatu. Dengan terus melakukan perubahan terhadap kualitas pelayanan, masyarakat yang bekerja sebagai pemandu wisata juga terus menunjukkan perubahan-perubahan yang nyata terhadap lingkungan sosial di sekitarnya.
Kemudian, hal ini dikaji melalui proposisi yang disampaikan oleh Homans. Menurut Homans (1974:25) dalam proposisi nilai, Ia menjelaskan bahwa semakin tinggi nilai dari suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang, maka semakin sering seseorang itu melakukan tindakan itu. Asumsinya adalah, masyarakat yang bekerja sebagai pemandu wisata akan melakukan tindakan yang mampu mempertahankan eksistensinya terhadap pengembangan kualitas. Lalu kemudian hal itu menjadi sesuatu yang bernilai tinggi.Tindakan tersebutlah yang dilakukan masyarakat secara terus menerus guna mempertahankan kualitas diri sebagai pemandu wisata lokal.
KEINGINAN MASYARAKAT LOKAL UNTUK TERLIBAT DALAM PARTISIPASI Kegiatan pariwisata berkembang karena adanya gerakan manusia didalam mencari sesuatu yang belum diketahuinya, menjelajahi wilayah yang baru, mencari perubahan suasana, atau untuk mendapat perjalanan baru. Menurut Burkat dan Medlik dalam Hazrul (2010) menjelaskan pariwisata sebagai suatu transformasi orang untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek ketujuan-tujuan diluar tempat dimana
Masyarakat memiliki tujuan dan cara yang berbeda untuk mencapai tujuanya itu. Sebuah tindakan yang dipaksakan dari luar akan menjadi sesuatu yang kurang baik, 12
meskipun bermanfaat dan boleh-boleh saja bagi seorang pekerja masyarakat untuk membuat orang peduli dalam melakukan sesuatu, keputusan harus dilakukan oleh masyarakat itu sendiri. Perbaikan kondisi hidup masyarakat dan upaya memenuhi kebutuhan masyarakat dapat menggerakkan partisipasi. Dengan terlibat dalam tindakan partisipasi, secara tidak langsung masyarakat turut melakukan pengembangan dengan cara menjaga dan meningkatkan kualitas potensi wisata
dapat menumbuhkan kemampuan masyarakat.Partisipasi masyarakat dan kemampuan masyarakat itu berkembang secara mandiri ibarat dua sisi satu mata uang, tidak dapat dipisahkan tetapi dapat dan perlu dibedakan. Masyarakat yang mempunyai kemampuan berkembang secara mandiri bisa membangun dengan atau tanpa berpartisipasi vertikal dengan pihak lain. Kemampuan yang dimaksud dapat ditumbuhkan.Secara garis besar menyatakan bahwa partisipasi (vertical) masyarakat dalam perencanan dan pelaksanaan tindakan dapat membangkitkan rasa percaya pada kemampuan sendiri (self reliance) masyarakat. (Ndraha, 1990) Pada tahap perkembangan ini, dilihat dari hasil wawancara yang diutarakan oleh informan, terlihat bahwa masyarakat lokal harus mampu mempertahankan tindakannya agar tidak terjadi suatu kejenuhan baik dari sisi wisatawan maupun pemandu wisata.
PENINGKATAN KEMAMPUAN DALAM BERPARTISIPASI Mendorong dan mendukung proses partisipasi adalah suatu proses yang membutuhkan keterampilan dan melibatkan pemantauan secara terus menerus tentang dampaknya terhadap masyarakat. Pembuatan keputusan merupakan titik pusat dari partisipasi.Agar perbaikan kondisi dan peningkatan taraf hidup masyarakat dapat menggerakkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, usaha itu disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang nyata dijadikan stimulasi terhadap masyarakat, yang berfungsi mendorong timbulnya jawaban yang dikehendaki.
Hal ini dijelaskan Homans dalam proposisi deprivasi-satiasi atau yang disebut dengan proposisi kejenuhan. Proposisi ini menjelaskan bahwa semakin sering individu melakukan tindakan yang mendapatkan reward, maka semakin lama individu tersebut akan mengalami tingkat kejenuhan. Tingkat kejenuhan ini kemudian menjadikan sebuah acuan agar individu tersebut melakukan sesuatu hal yang baru.Masyarakat diharuskan melakukan perubahan-perubahan.Hal ini dilakukan untuk menarik wisatawan kembali dan terus memakai jasa perjalanan wisata yang ditawarkan oleh masyarakat.
Hal yang diungkapkan informan adalah masyarakat melakukan suatu perubahan secara bertahap.Terus berbagi pengalaman dengan sesama pemandu wisata lainnya, tetap menjaga etika dan terus menambah wawasan untuk peningkatan kemampuan.Hal itu dilakukan untuk meningkatkan pelayanan terhadap wisatawan.
Rasa tanggung jawab sebagai salah satu kualitas masyarakat yang berkemampuan berkembang secara mandiri tumbuh tatkala yang bersangkutan secara sadar dan bebas memilih dan menyetujui suatu hal, menyerap suatu nilai, atau menerima suatu tugas, berkesempatan untuk belajar dari hal-
Kondisi keempat dari partisipasi adalah bahwa orang harus bisa berpartisipasi dan didukung dalam partisipasinya.Kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi merupakan tanda adanya kemampuan awal masyarakat itu untuk berkembang secara mandiri, Partisipasi masyarakat dalam pengembangan 13
hal yang kecil untuk kemudian ditingkatkan menjadi hal yang lebih besar, mempunyai kemampuan sendiri (self confidence), menentukan memutuskan sendiri apa yang dikehendakinya. Kemampuan masyarakat untuk berkembang secara mandiri berkorelasi positif dengan kemampuannya untuk berpartisipasi dan juga dengan kemampuannya meningkatkan taraf hidup masyarakat.
seseorang ini kemudian berubah menjadi sesuatu perilaku yang agresif.Pada pemaparan ini, sikap kekecewaan yang dialami oleh masyarakat kemudian berubah menjadi perilaku yang agresif. Hal yang dimaksud adalah masyarakat mengambil tindakan lain yang sekiranya mampu mempertahankan pekerjaannya sebagai pemandu wisata. Dengan mencari pulaupulau lain yang bisa dikembangkan potensi wisatanya.
ANCAMAN YANG AKAN TERJADI
Dari pemaparan informan, kondisi yang terjadi di masyarakat menggambarkan sebuah kekecewaan jika kebijakan penutupan Pulau Beralas Pasir benar-benar dilakukan.Masyarakat mengerti bahwa pulau tersebut merupakan pulau pribadi yang statusnya dan kebijakannya tidak dapat diganggu gugat. Masyarakat tidak bisa melakukan tindakan lain yang bersifat melawan kebijakan.
Hambatan ekstrinsik terhadap partisipasi adalah konteks-konteks sosial, ekonomi, politik, dan kebudayaan.Posisi struktural orang-orang dalam masyarakat dapat mempengaruhi orang siapa yang ikut berpartisipasi dan siapa yang tidak.Hambatan instrinsik berasal dari diri sendiri yang memang secara sadar tidak ingin terlibat dalam partisipasi. (Ife, Tesoriero 2008)
Salah satu indikator dari partisipasi yang bersifat kualitatif adalah munculnya individu yang mulai mempengaruhi kebijakan.Pada kondisi ini, masyarakat tidak mau untuk mempengaruhi kebijakan.Hal ini dilakukan karena masyarakat paham dengan status kepemilikan pulau tersebut.
Dari penjelasan informan, masyarakat yang ikut dalam berpartisipasi mengerti bahwa status kepemilikan pulau itu adalah milik pribadi. Ketika pulau itu menjadi milik pribadi maka apapun keputusan yang dikeluarkan oleh pihak pulau tersebut, masyarakat akan menerimanya. Dari pemaparan diatas juga, informan ini mengatakan bahwa ada potensi wisata di perairan Teluk Bakau ini yang masih bisa dikembangkan.terlihat ada harapan yang dibangun masyarakat agar pulau itu tidak ditutup. Jika kemungkinan pulau itu ditutup maka masyarakat akan merasa kecewa. Masyarakat hanya bisa pasrah dan menerima resiko yang ada.
Partisipasi bukanlah sekedar soal hasil. Adalah suatu proses dan dengan demikian meliputi banyak tingkatan dan dimensi perubahan dari segala sisi. Pada kondisi yang terakhir ini, Homans menyebutnya dengan proposisi restu-agresi. Maksud dari proposisi ini adalah bilamana tindakan seseorang tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya, orang tersebut akan merasa kecewa. Homans menekankan bahwa masyarakat dan lembaga-lembaga sosial itu benar-benar ada disebabkan oleh pertukaran sosial.Dalam pengambilan keputusan, tidak ada yang dikucilkan dan mengucilkan.Semua orang berhak atas keputusan yang telah diambil.
Pada kondisi ini, proposisi terakhir dari pembahasan Homans adalah proposisi restuagresi. Proposisi ini menjelaskan bilamana seseorang tidak memperoleh ganjaran atas apa yang diharapkannya, seseorang akan mengalami tingkat kekecewaan secara emosional. Rasa kekecewaan yang dialami 14
Kekecewaan yang dimaksud Homans dalam tindakan ini adalah sikap masyarakat pemandu wisata terhadap ancaman terjadinya penutupan pulau tersebut.Jika pulau tersebut ditutup maka masyarakat pemandu wisata tidak bisa lagi membawa wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata ke pulau tersebut. Dengan demikian penghasilan mereka akan berkurang. Dan mereka harus mencari jalan lain untuk mempertahankan tindakan partisipasi dalam pengembangan kepariwisataan di daerah tersebut.
untuk berkembang secara mandiri berhubungan positif dengan kemampuannya untuk berpartisipasi dan juga dengan kemampuannya meningkatkan taraf hidup masyarakat. Namun dalam hal ini, tindakan partisipasi yang mereka lakukan suatu saat dikhawatirkan akan berubah menjadi sebuah ancaman. Ancaman yang maksud adalah jika terjadi sebuah kebijakan penutupan Pulau Beralas Pasir dan masyarakat pemandu wisata tidak diperbolehkan lagi membawa wisatawan untuk melakukan perjalanan wisata ke pulau tersebut.Jika benar terjadi, masyarakat hanya bisa mengikuti kebijakan itu tanpa meminta bantuan dengan pihak manapun.Hal itu dimengerti oleh masyarakat dikarenakan status kepemilikan pulau Beralas Pasir adalah milik pribadi. Sadar dengan ancaman yang akan terjadi, masyarakat pemandu wisata mulai mencari celah untuk mempertahankan keberadaannya sebagai pemandu wisata lokal dengan cara mulai mencari objek wisata baru yang ada di sekitar perairan Teluk Bakau ini. Hal ini dilakukan guna mempertahankan keberadaan pemandu wisata serta pengembangan wisata dalam jangka panjang.
KESIMPULAN Keterlibatan masyarakat dalam pengembangan pariwisata di Pulau Beralas Pasir ini merupakan atas dasar keinginannya sendiri.Masyarakat lokal di Desa Teluk Bakau memanfaatkan kondisi alam yang ada kemudian melakukan pengembangan objek wisata pulau tersebut.Masyarakat sangat senang dengan kedatangan wisatawan ke daerah tujuan wisata dengan harapan wisatawan tersebut memberikan sebuah perubahan.Masyarakat berharap adanya hasil dari sebuah tindakan yang mereka lakukan.Meskipun tujuan utama mereka adalah mencari penghasilan, tetapi secara tidak langsung masyarakat ikut berpartisipasi dalam pengembangan pariwisata pulau tersebut.
SARAN
Dalam melakukan tindakan partisipasi, hubungan antara masyarakat pemandu wisata dengan masyarakat yang tidak ikut dalam partisipasi berjalan dengan baik. Masyarakat menerima wisatawan sebagai suatu hal yang biasa, dan hubungan antara masyarakat dengan wisatawan didominasi oleh hubungan komersialisasi.Selain hubungan yang bernilai ekonomi, masyarakat juga mendapatkan kepuasan dari dalam dirinya sendiri dengan ikut berpartisipasi.Kemampuan masyarakat
Partisipasi masyarakat lokal dalam pengembangan kepariwisataan merupakan salah satu bentuk tindakan nyata yang dilakukan masyarakat guna mengembangkan potensi wisata yang ada di daerah tersebut. Dalam penelitian ini, hal yang sebaiknya dilakukan pihak terkait yaitu : 1. Masyarakat lokal sebaiknya terus melakukan pengembangan pariwisata guna mempertahankan keberadaan masyarakat lokal sebagai pemandu wisata. 15
2. Masyarakat lokal sebaiknya terus melakukan upaya pengembangan pariwisata yang mampu menarik masyarakat lain untuk terlibat dalam kegiatan kepariwisataan. 3. Masyarakat lokal sebaiknya terus melakukan perbaikan kualitas wisata guna menarik wisatawan yang datang. 4. Pihak Pulau Beralas Pasir sebaiknya terus mendukung masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan wisata pulau tersebut. 5. Dinas Pariwisata Daerah sebaiknya mampu melihat kemauan dan kesadaran masyarakat yang peduli terhadap potensi alam yang dimilikinya kemudian menjadikan sebagai sesuatu yang terorganisasi.
Gde Pitana,I., G. gayatri, Putu. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Andi Offset Ife, Jim dan Tesoriero,Frank.2008.Community Development. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Ritzer,George.,J.Goodman, Douglas. 2010. Teori Sosiologi Modern. Jakarta:Kencana Perdana Media Group Martono, Nanang. 2012. SOSIOLOGI PERUBAHAN SOSIAL Perspektif Klasik, Modern, Posmodern, dan Poskolonial. Jakarta:Rajawali Pers Usman,Husaini., S.A, Purnomo. 2014. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara Poloma, Margaret M.2010. Kontemporer.Jakarta:PT Raja Persada
Hal ini guna menghindari kemungkinan-kemungkinan buruk yang terjadi agar partisipasi masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata Pulau Beralas Pasir ini terus meningkat dan melakukan perubahan yang berdampak baik bagi perkembangan kepariwisataan di daerah tersebut.
Sosiologi Grafindo
Taliziduhu Ndraha,2010. Pembangunan Masyarakat Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas, Yogyakarta: Rineka Cipta Dinas Pariwisata,2012. Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2012-2022. Dinas Pariwisata Provinsi Kepulauan Riau.
DAFTAR PUSTAKA
16