HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PERAWAT DALAM MELAKSANNAN PROSEDUR TETAP MENJAHIT LUKA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUP DR.SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN
ABSTRACT Muhyianto*
Background: Standardization is a supporting tools that really essential, which means as a one of effective and efficient tools to move the organization activity, increase the productivity and guarantee the product and/or serve quality,
until develop the
competition, protect the consumer, employee and society both of safety and healthy. Objective: Knowing the relationship between knowledge and nurse’s behavior of constantprocedure doing sewing the wound in Emergency Installation RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Methodology: This research using research non experimental design, with correlation analysis method that using cross-sectional approach. This research has been done in Emergency Installation RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Result: Result of the relationship between knowledge and discipline test obtain p-value 0,028 (p<0,05) (C) 0,441. Result of the relationship between discipline and behavior test obtain p-value 0,013 (p<0,05) (C) 0,493. While knowing affect, behavior with discipline after doing regression logistic test obtain p-value as 0,004 (p<0,05) R Cox & Snell 0,351 or 35,1%. Conclusion: There is a relationship between knowledge and nurse’s discipline of constant procedure doing sewing the wound, there is a relationship between behaviors with nurse’s discipline of constant procedure doing the sewing wound, there is an affect between knowledge and nurse’s discipline of constant procedure on doing sewing wound.
Key words: Knowledge, Behavior, Discipline on sewing wound of constant procedure.
*Perawat Rumah Sakit AR BUNDA
A. Latar Belakang Keberadaan rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan konsumen, dengan harapan pelayanan yang diberikan memuaskan kepuasan pelanggan dapat diperoleh dari pelayanan yang cepat, tepat dan bermutu. Untuk ini dibutuhkan petugas yang disiplin, terampil, sikap dan wawasan keilmuan (Trisnantoro, 2000). Pelayanan keperawatan gawat darurat adalah pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan metodologi keperawatan gawat darurat yang berbentuk
pelayanan
bio-psiko-sosial-spiritual
yang
komprehensif
ditujukan kepada klien/pasien yang mempunyai masalah aktual atau resiko yang disertai kondisi lingkungan yang tidak dapat dikendalikan. (Dep Kes RI, 1995 Cit Dulzaini, 2006 ). Kriteria dari pasien gawat darurat terdiri dari pasien gawat darurat, gawat tidak darurat, darurat tidak gawat, maupun tidak gawat tidak darurat. Pasien tidak gawat tidak darurat adalah pasien akibat musibah atau kecelakaan yang datang tiba-tiba tapi tidak mengancam nyawa dan anggota badannya (emedicine.com), misalnya pasien dengan vulnus excoratio (luka lecet) vulnus scssum/incisum(luka sayat) vulnus laceratum (luka robek) vulnus punctum (luka tusuk) vulnus caisum (luka potong) vulnus contussum (luka memar) vulnus morsum (luka gigit)(Mansjoer, 2000). Seluruh tindakan penanganan luka yang dilakukan pada saat kondisi gawat darurat haruslah benar-benar efektif dan efisien, karena pada kondisi tersebut pasien dapat kehilangan nyawa“Time Saving is Life Saving”. Dapat dengan menutup kasa steril, bila perdarahan terus berlangsung, terapi kecil dapat dengan membalut tekanan membrikan homeostatis (transamin, adona dll), bila perdarahan besar dari arteri maka dapat dilakukan pengkleman dan pengikatan sumber perdarahan dan selanjutnya dapat dilakukan penjahitn luka untuk menghubungkan struktur anatomi yang terpotong (Buchsinar, 1992 Cit Dulzaini, 2006 ).
Standarisasi
merupakan sarana penunjang yang sangat penting
artinya sbagai salah satu alat yang efektif dan efesien guna mengerakkan kegiatan organisasi, dalam menigkatkan produktifitas dan menjamin mutu produk dan/jasa, sehingga meningkatkan daya saing, melindungi konsumen, tenaga kerja, dan masyarakat baik keselamatan maupun kesehatan(Djoko, 2000). Bila pelayanan sudah mengikuti dan sesuai dengan persyaratan-persyaratan maka dapat disimpulkan bahwa pelayanan paling sedikit sudah dapat dipertanggung jawabkan termasuk mutunya, bila pelayanan dapat dipertanggung jawabkan maka dapat dikatakan bahwa mutu pelayanan juga harus dianggap baik (Dep.Kes.1997 cit Seno, 2007). Perawat profesional yang bertugas dirumah sakit semakin hari semaki diakui eksistensinya dalam setiap tatanan pelayanan sehingga dalam melaksanakan tindakan interdependen tidak terlepas dari tindakan yang bersifat prosedural (Psotter and Perry, 2002). Patuh adalah sikap positif individu yang ditunjukkan dengan adanya perubahan secara berarti sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Ketidak patuhan merupakan suatu kondisi pada individu atau kelompok yang sebenarnya mau melakukannya, tetapi dapat dicegah untuk melakukannya oleh faktor-faktor yang menghalangi ketaatan terhadap anjuran. Kepatuhan perawat adalah perilaku perawat terhadap suatu anjuran, prosedur atau peraturan yang harus dilakukan atau ditaati.
Tingkat kepatuhan adalah besar kecilnya penyimpangan
pelaksanaan pelayanan dibandingkan dengan standar pelayanan yang ditetapkan anjuran(Nurbaiti, 2004). Kepatuhan adalah suatu prilaku manusia yang taat terhadap aturan, perintah, prosedur dan disiplin. (Nurbaiti, 2004)mengemukakan kepatuhan dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, seperti usia, pendidikan, pengetahuan dan masa kerja. Sementara keperawatan (Notoatmodjo,
2005)
mengemukakan
faktor
yang
mempengaruhi
kepatuhan adalah pendidikan, usia, dan motivasi. Menurut Sacket dalam Niven (2000), kepatuhan adalah sejauh mana perilaku sesuai dengan
ketentuan yang diberikan. Sikap merupakan komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek di lingkungan sekitarnya. Sikap, pengetahuan dan keterampilan merupakan faktor yang sangat mendasar untuk mendapatkan hasil pekerjaan yang baik dan bermutu. Ketentuan tentang pemberian pertolongan dalam keadaan darurat telah tegas diatur dalam pasal 5l UUNo.29/2004 tentang Praktik Kedokteran, di mana seorang dokter wajib melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan. Selanjutnya, walaupun dalam UU No.23/1992 tentang Kesehatan tidak disebutkan istilah pelayanan gawat darurat namun secara tersirat upaya penyelenggaraan pelayanan tersebut sebenamya merupakan hak setiap orang untuk memperoleh derajat kesehatan yang optimal (pasal 4). Dalam penanggulangan pasien gawat darurat dikenal pelayanan fase pra-rumah sakit dan fase rumah sakit. Pengaturan pelayanan gawat darurat untuk fase rumah sakit telah terdapat dalam Peraturan Menteri Kesehatan No.159b/1988 tentang Rumah Sakit, di mana dalam pasal 23 telah disebutkan kewajiban rumah sakit untuk menyelenggarakan pelayanan gawat darurat selama 24 jam per hari. Petugas Instalasi Rawat Darurat RSUP Dr. Sueradji Tirtonegoro Klaten berjumlah 32 orang yang terdiri dari 26 orang perawat dengan lulusan DIII keperawatan dan 6 orang bidan dengan lulusan DIII kebidanan. Data kunjungan pasien cedera di instalasi rawat darurat tahun 2008 berjumlah 718 pasien, dengan rata-rata perbulan adalah 60 pasien cedera. Dari data statistik tahun 2008 jumlah angka infeksi secara klinis diseluruh ruang Bedah RSUP Dr. Sueradji Tirtonegoro Klaten sebanyak 12%. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas dirumuskan masalah “ adakah hubungan pengetahuan dan sikap dengan kepatuhan Perawat dalam melaksanakan prosedur tetap menjahit luka di Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten
1. Tujuan umum Mengetahui hubungan pengetahuan dan
sikap dengan kepatuhan
Perawat dalammelaksannan prosedur tetap menjahit luka di Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr.SoeradjiTirtonegoro Klaten. 2. Tujuan khusus a. Diketahuinya
pengetahuan
perawat
dalam
melaksanakan
penjahitan luka di IRDRSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten. b. Diketahuinya sikap perawat dalam melaksanakan penjahitan luka di IRD RSUPDr.Soeradji Tirtonegoro Klaten. c. Mengidentifikasi
hubungan
pengetahuan
dengan
kepatuhan
perawat dalammelaksanakan prosedur tetap manjahit luka di IRD RSUP Dr.Soeradji TirtonegoroKlaten. d. Mengidentifikasi hubungan sikap dengan kepatuhan perawat dalam melaksanakanprosedur tetap manjahit luka di IRD RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten. e. Mengidentifikasi pengaruh pengetahuan, sikap dengan kepatuhan perawat dalammelaksanakan prosedur tetap manjahit luka di IRD RSUP Dr.Soeradji TirtonegoroKlaten.
B. Metode Penelitian mengunakan rancangan penelitian non eksperimental, dengan mitode analisa korelasi yeng mengunakan pendekatan cross sectional tentang hubungan pengetahuan dan sikap dengan kepatuhan terhadap prosedur tetap menjahit luka. Pengambilan data dari sejumlah individu dalam jangka waktu yang bersamaan atau menembak satu kali terhadap satu kasus ( one shot method ) dan melakukan observasi petugas dalam melakukan tindakan menjahit luka. Subjek dalam penelitian ini adalah semua perawat yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr Sueradji Tirtonegoro Klaten yang berjumlah 26 perawat. Data primer mengenai variable pengetahuan mengunakan instrument pengumpulan data kuasioner yang disusun sendiri, dan sikap mengunakan
intrumen pengumpulan data kuasioner dari Dina martanti (2004) dan dimodifikasi oleh peneliti Instrument ini mengunakan skala likert dan juga mengunakan bentuk “benar-salah“ yang dijadikan dalam pertanyaan sejumlah 60 pertanyaan, dengan princian tingkat pengetahuan nomor item 1-29, sikap nomor item 1-31. Pengolahan data Pengolahan data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan : a. Editing,
dilakukan pemeriksaan kembali data-data yang diperoleh,
kelengkapan data dan isian data dari kuesioner yang diisi oleh responden. b. Coding, dilakukan dengan pemberian kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama. Kode adalah isyarat yang dibuat dalam bentuk angka-angka atau huruf-huruf yang memberikan petunjuk atau identitas pada suatu informasi atau data yang akan dianalisa. c. Entry, dilakukan dengan memasukkan data-data yang ada, data yang telah diberi kode. d. Tabulating, dilakukan dengan mengkoding dan mengelompokkan data sesuai dengan variabel yang diteliti. e. Analisa data dilakukan untuk menyederhanakan dan memudahkan penafsiran melalui proses komputerisasi(SPSS 10) dalam bentuk distribusi frekuensi dan prosentase. Dibagi menjadi dua, yaitu : Analisis Univariat Analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Analisis ini menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel. Yaitu distribusi umur, jenis kelamin, lama kerja, dan pendidikan terakhir. Analisis Bivariat Analisa bivariat ini dilakukan menggunakan Chi kuadrat (x ) dalam hal ini menggunakan 2 fisher’s Exact Test karena syarat digunakannya uji Chi square apabila harga harapan (E) > 5 karena ada sel yang E < 5 maka uji
Chi square belum bisa dianalisis sehingga menggunakan tambah data, menggabungkan kategori yang bersesuaian (tanpa merubah makna) dan dilanjutkan dengan Regresi logistik.
C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Untuk menjawab tujuan penelitian ini, maka subyek penelitian ini adalah perawat yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Jumlah responden yang berhasil diperoleh adalah 26 perawat dengan karakteristik sebagai berikut. sebagian besar responden sebanyak 9 orang (34,6%) berumur antara 20-25 tahun dan jumlah responden yang paling sedikit sebanyak 4 orang (15,4%) berumur antara 31 sampai 35 tahun. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa sebagian besar perawat yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro berumur antara 20-25 tahun. Dilihat dari jenis kelaminnya, sebagian besar responden sebanyak 14 orang (53,8%) adalah laki-laki dan 12 orang (46,2%) perempuan. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa sebagian besar perawat yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro adalah laki-laki. Ditinjau dari lama kerja, sebagian besar responden sebanyak 12 orang (46,2%) memiliki masa kerja kurang dari 5 tahun dan jumlah responden paling sedikit sebanyak 5 orang lainnya (19,2%) memiliki masa kerja antara 5-10 tahun. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa sebagian besar perawat yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro memiliki masa kerja kurang dari 5 tahun. Sementara itu ditinjau dari pendidikan terakhir, sebagian besar responden sebanyak 25 orang (96,2%) lulusan DIII Keperawatan dan 1 orang (3,8%) lulusan S1 Keperawatan. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa sebagian besar perawat yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro lulusan DIII Keperawatan.
Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Penjahitan Luka Tingkat pengetahuan perawat tentang penjahitan luka merupakan sejauh mana perawat mengetahui dan memahami prosedur menjahit luka. Gambaran tingkat pengetahuan perawat tentang penjahitan luka dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Perawat Tentang Penjahitan Luka yang Bertugas di Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Juli 2009 Tingkat Pengetahuan Tingkat pengetahuan Baik Cukup Jumlah
Frekuensi persentase (%) 19 (73,1) 7 (26,9) 26 (100)
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden sebanyak 19 orang (73,1%) memiliki pengetahuan yang baik tentang penjahitan luka dan 7 orang lainnya (26,9%) memiliki pengetahuan yang cukup tentang penjahitan luka. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa sebagian besar perawat yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro memiliki pengetahuan yang baik tentang penjahitan luka. Sikap Perawat Dalam Penjahitan Luka Sikap perawat dalam penjahitan luka merupakan sejauh mana perawat menyikapi pelaksanaan prosedur tetap menjahit luka. Gambaran sikap perawat dalam penjahitan luka dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini : Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Perawat Tentang Penjahitan Luka yang Bertugas di Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Sikap Mendukung Tidak mendukung Jumlah
Frekuensi persentase (%) 20 (76,9) 6 (23,1) 26 (100)
Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden sebanyak 20 orang (76,9%) memiliki sikap yang mendukung terhadap penjahitan luka dan 6 orang lainnya (23,1%) memiliki sikap yang tidak mendukung. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa sebagian besar perawat yang
bertugas di Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro memiliki sikap yang mendukung terhadap penjahitan luka. Pelaksanaan Prosedur Tetap Perawat dalam Penjahitan Luka Kepatuhan adalah ketaatan perilaku perawat dalam melaksanakan tindakan menjahit luka berdasar pada prosedur tetap menjahit luka yang ada di RSUP Klaten. Gambaran kepatuhan perawat dalam melaksanakan prosedur tetap penjahitan luka dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini: Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepatuhan Perawat Melaksanakan Prosedur Tetap Penjahitan Luka yang Bertugas di Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Kepatuhan Patuh Tidak patuh Jumlah
Frekuensi persentase (%) 20 (76,9) 6 (23,1) 26 (100)
Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden sebanyak 20 orang (76,9%) patuh dalam melaksanakan prosedur tetap penjahitan luka dan 6 orang lainnya (23,1%) tidak patuh. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa sebagian besar perawat yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro patuh dalam melaksanakan prosedur tetap penjahitan luka. Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Perawat Dalam Melaksanakan Prosedur Tetap Menjahit Luka Tabel 4.Tabulasi Silang Pengetahuan dengan Kepatuhan Perawat Dalam Melaksanakan Prosedur Tetap Menjahit Luka Kepatuhan Pengetahuan
P Patuh Tidak patuh Jumlah C value f % f % Baik 17 89,5 2 10,5 19 0,441 0,028 Cukup 3 42,9 4 57,1 7 Jumlah 20 76,9 6 23,1 26 Berdasarkan tabulasi silang data pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa responden yangmemiliki pengetahuan baik tentang penjahitan luka sebanyak 19 orang yang terdiri dari 17 orang (89,5%) patuh dalam
melaksanakan prosedur tetap penjahitan luka dan 2 orang lainnya (10,5%) tidak patuh. Sementara responden yang memiliki pengetahuan cukup tentang penjahitan luka sebanyak 7 orang yang terdiri dari 3 orang (42,9%) patuh dalam melaksanakan prosedur tetap penjahitan luka dan 4 orang lainnya (57,1%) tidak patuh. Dari hasil tabulasi silang data ini dapat disimpulkan semakin baik tingkat pengetahuan perawat tentang penjahitan luka maka perawat semakin patuh dalam melaksanakan prosedur tetap penjahitan luka, atau sebaliknya. Hasil pengujian hubungan pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam melaksanakan prosedur tetap penjahitan luka memperoleh koefisien kontingensi (C) sebesar 0,441 dan p-value sebesar 0,028 (p<0,05). Karena p < 0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam melaksanakan prosedur tetap penjahitan luka. Untuk mengetahui keeratan hubungan dapat dilihat dari koefisien kontingensi (C). Besarnya koefisien kontingensi yang diperoleh adalah 0,441 yang berarti bahwa hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam melaksanakan prosedur tetap penjahitan luka adalah cukup erat. Hubungan Sikap dengan Kepatuhan Perawat Dalam Melaksanakan Prosedur Tetap Menjahit Luka Tabel 5 Tabulasi Silang Sikap dengan Kepatuhan Perawat Dalam Melaksanakan Prosedur Tetap Menjahit Luka Kepatuhan Sikap Patuh f % 18 90,0 2 33,3
Tidak patuh f % 2 10,0 4 66,7
Jumlah
C
P value
Mendukung 20 0,493 0,013 Tidak 6 mendukung Jumlah 20 76,9 6 23,1 26 Berdasarkan tabulasi silang data pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa responden yang memiliki sikap mendukung penjahitan luka sebanyak 20 orang yang terdiri dari 18 orang (90%) patuh dalam melaksanakan
prosedur tetap penjahitan luka dan 2 orang lainnya (10%) tidak patuh. Sementara responden yang memiliki sikap netral terhadap penjahitan luka sebanyak 6 orang yang terdiri dari 2 orang (33,3%) patuh dalam melaksanakan prosedur tetap penjahitan luka dan 4 orang lainnya (66,7%) tidak patuh. Dari hasil tabulasi silang data ini dapat disimpulkan semakin positif sikap perawat terhadap pelaksanaan prosedur tetap penjahitan luka maka perawat semakin patuh dalam melaksanakan prosedur tetap penjahitan luka, atau sebaliknya. Hasil pengujian hubungan sikap dengan kepatuhan perawat dalam melaksanakan prosedur tetap penjahitan luka memperoleh koefisien kontingensi (C) sebesar 0,493 dan p-value sebesar 0,013 (p<0,05). Karena p < 0,05 maka dapat disimpulkan ada hubungan antara sikap dengan kepatuhan perawat dalam melaksanakan prosedur tetap penjahitan luka. Untuk mengetahui keeratan hubungan dapat dilihat dari koefisien kontingensi (C). Besarnya koefisien kontingensi yang diperoleh adalah 0,493 yang berarti bahwa hubungan antara sikap dengan kepatuhan perawat dalam melaksanakan prosedur tetap penjahitan luka adalah cukup erat. Pengaruh Pengetahuan dan Sikap terhadap Kepatuhan Perawat Dalam Melaksanakan Prosedur Tetap Menjahit Luka Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap kepatuhan perawat dalam melaksanakan prosedur tetap menjahit luka, digunakan uji regresi logistik. Kriteria pengujiannya yaitu bila p-value < 0,05 maka dapat disimpulkan ada pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap kepatuhan perawat dalam melaksanakan prosedur tetap menjahit luka.Hasil uji memperoleh p-value sebesar 0,004 (p<0,05). Oleh karena p < 0,05 maka dapat disimpulkan ada pengaruh antara pengetahuan dan sikap terhadap kepatuhan perawat dalam melaksanakan prosedur tetap penjahitan luka. Adapun hasil pengujian pengaruh pengetahuan dan sikap secara individu terhadap kepatuhan perawat dalam melaksanakan prosedur tetap menjahit luka dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.
Tabel 6. Hasil Uji Pengaruh Pengetahuan dan Sikap dengan Kepatuhan Perawat Dalam Melaksanakan Prosedur Tetap Menjahit Luka Variabel
p-value
Pengetahuan
0,068
Sikap
0,032
Wald R Cox&Snell 0,351
Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa p-value pengetahuan sebesar 0,068 (p>0,05) yang menunjukkan pengetahuan tidak mempengaruhi kepatuhan perawat dalam melaksanakan prosedur tetap penjahitan luka. Sementara p-value sikap sebesar 0,032 (p<0,05) yang menunjukkan sikap mempengaruhi kepatuhan perawat dalam melaksanakan prosedur tetap penjahitan luka. Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan faktor yang paling dominan mempengaruhi kepatuhan perawat dalam melaksanakan prosedur tetap penjahitan luka adalah sikap perawat dalam penjahitan luka. Untuk mengetahui besarnya pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap kepatuhan perawat dalam melaksanakan prosedur tetap menjahit luka dapat dilihat dari nilai R Cox&Snell. Nilai R Cox&Snell sebesar 0,351 atau 35,1% menunjukkan besarnya pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap kepatuhan perawat dalam melaksanakan prosedur tetap menjahit luka sebesar 35,1%. Sementara 64,9% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain selain pengetahuan dan sikap, misalnya motivasi, fasilitas atau lama kerja perawat. D. Pembahasan Tingkat Pengetahuan Tentang Penjahitan Luka Pengetahuan merupakan awal terbentuknya sikap dan perilaku seseorang. Untuk itu diperlukan pengetahuan yang baik dari perawat berkaitan dengan kepatuhannya dalam melaksanakan prosedur tetap penjahitan luka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik tentang penjahitan luka. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa sebagian besar perawat yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro memiliki pengetahuan yang baik tentang penjahitan luka. Meskipun
demikian masih ada beberapa perawat yang memiliki pengetahuan cukup tentang penjahitan luka. Hasil ini menunjukkan masih dibutuhkannya peningkatan pengetahuan perawat tentang penjahitan luka tersebut agar perawat semakin paham dan sadar bahwa penjahitan luka pasien harus dapat dilaksanakan dengan baik tanpa menimbulkan masalah baru akibat penjahitan luka yang tidak baik. Sikap Terhadap Penjahitan Luka Dalam memberikan pelayanan yang standar kepada pasien, rumah sakit memiliki prosedur tetap penanganan pasien termasuk penjahitan luka dimana diharapkan tenaga medis dapat mengikuti prosedur tetap dalam melayani pasien. Menurut Trisnantoro (2000), keberadaan rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan konsumen dengan harapan pelayanan yang diberikan memuaskan kepuasan pelanggan. Untuk itu dibutuhkan petugas yang disiplin, terampil, sikap dan wawasan keilmuan. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden memiliki sikap yang mendukung terhadap penjahitan luka. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa sebagian besar perawat yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro memiliki sikap positif terhadap prosedur tetap penjahitan luka. Hal ini berarti sebagian besar perawat yang ada di rumah sakit tersebut senang dan berusaha untuk mematuhi adanya prosedur tetap menjahit luka. Dengan demikian diharapkan pelayanan yang diberikan dapat memuaskan pasien. Sementara itu terdapat beberapa perawat memiliki sikap yang tidak mendukung yaitu perawat yang tidak menyetujui adanya prosedur tetap menjahit luka. Dengan sikap demikian, perawat terlihat tidak melaksanakan prosedur tetap dengan baik. Padahal jika perawat dapat mengikuti prosedur tetap yang ada maka ini merupakan upaya perawat untuk meminimalkan kesalahan pelayanan kepada pasien. Untuk itu sebaiknya perawat dapat merubah sikapnya menjadi lebih baik lagi. Kepatuhan
Perawat
Dalam
Melaksanakan
Prosedur
Tetap
Penjahitan Luka DepKes RI dalam Djoko (2000) menyatakan standarisasi
merupakan sarana penunjang yang penting yaitu sebagai salah satu alat yang efektif dan efisien guna menggerakkan kegiatan organisasi dalam meningkatkan produktifitas dan menjamin mutu produk dan/jasa sehingga meningkatkan daya saing, melindungi konsumen, tenaga kerja dan masyarakat baik keselamatan maupun kesehatan. Berdasarkan hal tersebut maka prosedur tetap yang dijadikan standarisasi pelayanan kepada pasien sebaiknya dipatuhi oleh semua tenaga medis yang melayani masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden patuh dalam melaksanakan prosedur tetap penjahitan luka. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa sebagian besar perawat yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro patuh dalam melaksanakan prosedur tetap penjahitan luka yang berarti bahwa mutu pelayanan sebagian besar perawat tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Akan tetapi, masih ada perawat yang tidak patuh dalam melaksanakan prosedur tetap penjahitan luka. Hasil ini menunjukkan masih banyak perawat di rumah sakit tersebut yang melayani pasien diluar standarisasi pelayanan yang ada. Agar pelayanan kepada masyarakat dapat semakin baik maka sebaiknya pihak rumah sakit dapat memastikan apakah pelayanan yang diberikan kepada pasiennya sudah sesuai standar atau belum. Jika belum sesuai, rumah sakit dapat menegur tenaga medis (dalam hal ini perawat) untuk mengikuti prosedur tetap pelayanan pasien. Kurang patuhnya perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan akan berakibat rendahnya mutu asuhan itu sendiri. Seperti yang dinyatakan oleh Psotter and Perry (2002) bahwa perawat profesional yang bertugas di rumah sakit semakin hari semakin diakui eksistensinya dalam setiap tatanan pelayanan sehingga dalam melaksanakan tindakan interdependen tidak terlepas dari tindakan yang bersifat prosedural. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan Perawat Dalam Melaksanakan
Prosedur
Tetap
Penjahitan
LukaBerdasarkan
hasil
pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam melaksanakan prosedur
tetap penjahitan luka (p<0,05) dimana hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam melaksanakan prosedur tetap penjahitan luka tersebut adalah cukup erat. Sementara dari hasil tabulasi silang data dapat diketahui bahwa semakin baik tingkat pengetahuan perawat tentang penjahitan luka maka perawat semakin patuh dalam melaksanakan prosedur tetap penjahitan luka, atau sebaliknya. Hasil ini menunjukkan pengetahuan dapat mempengaruhi peningkatan kepatuhan perawat dalam melaksanakan prosedur tetap penjahitan luka. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Nurbaiti (2004) yang menyatakan kepatuhan dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal seperti usia, pendidikan, pengetahuan dan masa kerja. Khusus untuk pengetahuan, semakin tinggi pengetahuan seseorang tentang suatu hal maka semakin patuh melaksanakan hal tersebut. Astutui (2008) juga menemukan hal yang sama dalam penelitiannya bahwa ada hubungan yang kuat pengetahuan dengan kepatuhan terhadap prosedur tetap menjahit luka. Besarnya koefisien korelasi yang diperoleh 0,597 dan nilai signifikansi 0,005. Hubungan Sikap dengan Kepatuhan Perawat Dalam Melaksanakan Prosedur TetapPenjahitan Luka Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat diketahui bahwa ada hubungan antara sikap dengan kepatuhan perawat dalam melaksanakan prosedur tetap penjahitan luka (p<0,05) dimana hubungan antara sikap dengan kepatuhan perawat dalam melaksanakan prosedur tetap penjahitan luka tersebut adalah cukup erat. Sementara dari hasil tabulasi silang data dapat diketahui bahwa semakin baik sikap perawat terhadap penjahitan luka maka perawat semakin patuh dalam melaksanakan prosedur tetap penjahitan luka, atau sebaliknya. Hasil ini menunjukkan sikap dapat mempengaruhi kepatuhan yaitu sikap yang baik dapat mempengaruhi peningkatan kepatuhan perawat dalam melaksanakan prosedur tetap penjahitan luka. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sobur (2003) bahwa penerimaan perilaku bayi atau adopsi perilaku sikap yang pasif maka
perilaku bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak berlangsung lama. Begitu juga yang dinyatakan oleh Tombokon (2002) bahwa umur tidak menentukan
seseorang
bersikap
baik
atau
tidak
karena
dalam
pembentukan sikap, adanya pengetahuan, proses berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.
E. Penutup 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa: a. Sebagian
besar
pengetahuan
perawat
dalam
melaksanakan
penjahitan luka di IRDRSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten adalah baik b. Sebagian besar Sikap perawat dalam melaksanakan penjahitan luka di IRD RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten adalah mendukung c. Ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan perawat dalam melaksanakan prosedurtetap menjahit luka di IRD RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten d. Ada hubungan sikap dengan kepatuhan perawat dalam melaksanakan prosedur tetapmenjahit luka di IRD RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten e. Ada pengaruh antara pengetahuan dan sikap dengan kepatuhan perawat dalammelaksanakan prosedur tetap menjahit luka di IRD RSUP Dr. Soeradji TirtonegoroKlaten 2. Saran 1)
Bagi Perawat Diharapkan perawat dapat meningkatkan pengetahuan tentang jahitan luka, misalnya dengan bertanya langsung ke senior atau membaca kembali prosedur penjahitan luka yang sudah ditetapkan. Dengan pengetahuan yang semakin baik maka diharapkan sikapnya
semakin baik dan semakin patuh dalam melaksanakan prosedur tetap penjahitan luka 2)
Bagi Rumah Sakit Sebaiknya pihak RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten dapat mengetahui sikap perawat dalam melaksanaan prosedur tetap menjahit luka yang dilakukan oleh tenaga perawat guna meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang bertanggung jawab kepada masyarakat
3)
Bagi Peneliti Lain Diharakan penelitian ini dapat dilakukan penelitian selanjutnya dengan melihat beragamvariable yang berhubungan dengan kepatuhan dalam melaksanakan prosedur tetap menjahit luka
Daftar Pustaka Azwar,S. (2003). Sikap manusia teori dan pengukurannya.edisi kedua, pustaka pelajar, Yogyakarta. Dulzaini. (2006). Hubungan pengetahuan dan sikap dengan kepatuhan petugas dalam melaksanakan prosedur tetap menjahit luka di Uit Gawat Darurat RSUD Kabupaten sleman. Karya Ilmiah SI program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas
Kedokteran
UGM.
Yogyakarta.
Tidak
dipublikasikan. Indonesia Enterostomal Therapy Nurse Association (InETNA) & Tim Perawatan Luka dan Stoma Rumah Sakit Dharmais. 2004. Perawatan Luka, Makalah Mandiri,
Jakarta.diakses
16
mei
2009
http://forbetterhealth.files.wordpress.com/2009/01/rawat-luka.doc. Mansjoer. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
Morison, M.J. (2004). Manajemen luka,edisi I, alih bahasa Tyasmono, A.F. EGC. Jakarta. Notoatmojo. (2003). ilmu kesehatan masyarakat, rineka cipta,Jakarta. Notoatmojo. (2003).
Pendidikan dan prilaku kesehatan.PT. Asdi Mahasatya,
Jakarta Notoatmodjo S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta Nurbaiti. (2004). Internet. Ilmu Perilaku dan Tingkat Kepatuhan. Jakarta. http://www.alnurses.com: 16 mei 2009 Poter and Perry.(2002). Fundament of nursing. Concept. Process and practice, third edition, mosby Year Book Inc Sarwono. (2006). Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Edisi pertama. yogyakarta. Graham Ilmu. Seno. (2007). hubungan pelaksanaan prosedur perawatan luka post oprasi dengan kejadian infeksi pada pasien bedah di ruang RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten. Karya Ilmiah SI Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Respati. Yogyakarta. Tidak dipublikasikan. Sobur,A. (2003). Pisikologi umum. Pustaka setia, bandung. Sugiyono. (2005). Statistika untuk Penelitian Bandung: CV. Alfabeta. Wijono. (2000). Manajemen mutu pelayanan kesehatan. Airlangga university press : Surabaya.