Prospek Pengembangan Obat Tradisional Perusahaan Farmasi Skala Kecil Menengah (Kasus PT. Molex Ayus Pharmaceutical) 1
2
Richtiarty Superani , Musa Hubeis dan Budi Purwanto
2
Abstract Traditional medicine is one of Indonesia's natural resources which has been used for many years by Indonesians, and which has also helped them to solve many health problems, and cultivate Indonesia's natural resources. PT Molex Ayus Pharmaceutical (MAP) is a middle scale pharmaceutical company that is trying to develop its business by running the traditional medicine industry. The purpose of this study is to know and analyze the prospect or opportunity of the development of traditional medicine of the small to medium scale pharmaceutical companies which in this case it is PT MAP. Therefore, there have been collecting data through library studies, visiting sites, observing directly, and interviewing related individuals. To obtain the right solution, the company uses Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT) descriptive-qualitative analysis to observe the internals (strengths, weaknesses) and external (opportunities, threats), in order to support the next step in conducting the project. The methods of Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PBP), and Profitability Index (PI) are used in calculating the analysis of the feasibility of investment (investment analysis). The result of the study shows that the prospect of traditional medicine industries is still wide open, and from the analysis above it is found that it is feasible enough to conduct this project, with the sales assumption of up to 5% per year, NPV Rp. 39,148,158,00 (positive), IRR 23.41% higher than the commercial interest which is at 15% at the moment, PBP 4 years and 9 months, and PI 1.33. From the SWOT analysis, 14 alternative strategies can be chosen by the company to improve its performance, get the right market, put the right man in the right place, in order to increase teamwork and efficiency of production cost. Keywords: Traditional medicine, PT. MAP, SWOT, feasibility of investment
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam (SDA) yang sangat melimpah, obat-obatan tradisional yang berbahan baku tanaman obat merupakan salah satu cara pemanfaatan kekayaan alam yang digunakan masyarakat di Indonesia untuk meningkatkan nilai tambah SDA, serta untuk memberikan solusi pada permasalahan-permasalahan kesehatan yang dihadapinya (PT. CIC, 2001). Obat tradisional yang selama ini dikenal, merupakan produk yang dikenal sebagai jamu, berupa bubuk ramuan ataupun cairan hasil dari rebusan ramu-ramuan dari bahan-bahan tumbuhan alam (tanaman obat), yang cara produksi maupun formulasinya menggunakan cara/formulasi yang sudah ada secara turun temurun. Formulasi dari tumbuh-tumbuhan alam saat ini diekstrak dan diproduksi berdasarkan penelitian dari ilmuwan–ilmuwan dan dikemas dengan teknologi mutakhir dalam bentuk yang menarik, rasa ataupun khasiat yang lebih spesifik, serta mudah dalam cara pemakaiannya. Indonesia merupakan negara di Association South-East Asian Nation (ASEAN) yang paling kaya akan tanaman obat, dari sekitar 1.000 tanaman obat yang tumbuh di Indonesia baru sekitar 200 tanaman yang dimanfaatkan untuk obat tradisional. Pemerintah saat ini bersama Negara-negara ASEAN juga sedang membahas Harmonisasi Standardisasi Obat Tradisional dan Makanan Suplemen se ASEAN (Media Indonesia, 2004), yang akan berdampak pada besarnya peluang pasar yang akan didapat, sehingga industri obat tradisional ini jelas merupakan industri yang masih sangat berpeluang. Industri jamu di Indonesia terdiri dari 75 industri besar (industri obat tradisional atau IOT) dan 833 industri kecil (Industri Kecil Obat Tradisional atau IKOT) dimana pada sektor produksi ini diserap sekitar 145.000 orang tenaga kerja, meliputi 37.529 pekerja di IOT dan 107.622 pekerja di IKOT dari berbagai lapisan pendidikan, sedangkan sektor distribusinya melibatkan 400.000 orang (Sihombing, 2004).
1 2
Alumni PS MPI, SPs IPB Staf Pengajar PS MPI, SPs IPB
85 PT. Molex Ayus Pharmaceutical (PT. MAP) yang bergerak di bidang farmasi dengan produk obat-obatan berbahan baku kimia sintetik, tertarik dengan prospek pengembangan industri obat tradisional. Pada saat ini, dengan tingginya tingkat kesadaran akan pentingnya kesehatan masyarakat dan diketahuinya efek yang dihadapi dari pemakaian obat-obat modern berbahan baku sintetik serta semakin berkembangnya kesadaran masyarakat untuk back to nature telah menyebabkan obat-obat tradisional mendapatkan tempat yang cukup baik. Dibandingkan dengan obat-obat berbahan baku kimia, obat tradisional dalam industri memiliki berbagai kendala, diantaranya tidak adanya sistem baku dalam pengobatannya dan belum banyak diakuinya produk obat tradisional dalam sistem pengobatan kedokteran modern di Indonesia (Rahayuningsih, 2004). 2. Permasalahan Permasalahan dalam usaha adalah suatu hambatan atau kendala yang ada/timbul dalam suatu perjalanan/usaha yang merupakan suatu proses atau tingkatan yang harus dilalui untuk menuju hasil akhir yang sesuai dengan tujuan/keinginan perusahaan/sekelompok orang yang mempunyai kepentingan sama. Salah satu cara dalam memperoleh gambaran solusi adalah menganalisa permasalahan-permasalahan yang diajukan ditinjau dari segala aspek yang terkait, baik internal maupun eksternal. Hasil analisa tersebut dapat merupakan bahan masukan bagi perusahaan, khususnya dalam mengembangkan obat tradisional untuk pengobatan kesehatan masyarakat luas bagi perusahaan PT. MAP dan merupakan bahan masukan dalam mengembangkan bisnis perusahaan melalui pengembangan produk pada industri obat tradisional. Permasalahan pada kajian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Bagaimana solusi dari permasalahan yang dihadapi perusahaan (PT. MAP), yang juga merupakan permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan farmasi skala menengah, untuk mewujudkan tujuannya, dengan cara mengkaji kondisi internal dan eksternal perusahan, serta strategi pemasaran yang sudah/dapat dijalankan perusahaan bagi produksi obat-obat tradisional ? b. Bagaimana pemahaman lebih jauh tentang produksi obat tradisional yang dihasilkan perusahaan farmasi seperti PT. MAP, sebagai produk UKM yang potensial dan sebagai pengganti/pelengkap memiliki daya saing terhadap obat berbahan baku kimia sintetis sebagai salah satu sumber pengobatan kesehatan bagi masyarakat di Indonesia ? c. Bagaimana nilai kelayakan investasi dalam pertambahan investasi, bagi pengembangan perusahaan (PT. MAP) yang merupakan suatu perusahaan farmasi skala kecil menengah dengan berbasis pada produk obat tradisional ? 3. Tujuan Tujuan dari hal yang dikaji adalah : a. Mendapatkan solusi dari permasalahan yang dihadapi perusahaan (PT. MAP), yang juga merupakan permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan farmasi skala menengah, untuk mewujudkan tujuannya, dengan cara mengkaji kondisi internal dan eksternal perusahan, serta strategi pemasaran yang sudah/dapat dijalankan perusahaan bagi produksi obat-obat tradisional. b. Mendapatkan pemahaman lebih jauh tentang produksi obat tradisional yang dihasilkan perusahaan farmasi seperti PT. MAP, sebagai produk UKM yang potensial dan sebagai pengganti/pelengkap memiliki daya saing terhadap obat berbahan baku kimia sintetis sebagai salah satu sumber pengobatan kesehatan bagi masyarakat di Indonesia. c. Mengevaluasi nilai kelayakan investasi dalam pertambahan investasi, bagi pengembangan perusahaan (PT. MAP) yang merupakan suatu perusahaan farmasi skala kecil menengah dengan berbasis pada produk obat tradisional. METODOLOGI 1. Lokasi Kajian ini merupakan studi kasus di PT. Molex Ayus yang merupakan perusahaan farmasi swasta yang berdiri pada tanggal 23 Agustus 1985 dan beralamatkan di Gedung Molex Ayus, Jl. Ir. H Juanda No. 5 C, Jakarta Pusat 10120. 2. Metode Kerja Pengumpulan data Pengumpulan data berupa data primer dan sekunder. Data primer bersumber dari hasil kunjungan dan observasi lapangan berupa wawancara kepada staf-staf perusahaan ataupun individu-
Jurnal MPI Vol. 3 No. 2. September 2008
86 individu terkait lainnya ataupun pengamatan langsung ke lapangan. Sedangkan data sekunder bersumber dari pengumpulan informasi dan data-data melalui studi literatur, baik dari buku-buku bacaan (text books), artikel-artikel dalam majalah/surat kabar dan laporan keuangan perusahaan. Pengolahan dan analisis data Metode kajian yang digunakan bersifat deskriptif yang didasarkan pada kasus prospek pengembangan obat tradisional oleh perusahaan farmasi skala kecil menengah, dilakukan survei dengan menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data produksi dan pemasaran, serta menganalisa strategi pemasaran PT. MAP. Untuk memperoleh gambaran tentang kondisi umum perusahaan dan menganalisis permasalahan yang dihadapi perusahaan, serta untuk mendapatkan suatu strategi yang baik bagi perusahaan seperti PT. MAP adalah dengan menganalisis lingkungan strategis perusahaan dengan konsep Strength, Weaknesses, Opportunities dan Threats (SWOT). Analisis SWOT dilakukan untuk memformulasikan strategi yang harus diterapkan, dengan menggolongkan faktor-faktor lingkungan yang dihadapi perusahaan sebagai kombinasi atas faktor kelemahan, ancaman, kekuatan dan peluang (Rangkuti, 2003). Untuk mengetahui kelayakan tambahan investasi bagi perusahaan farmasi menengah seperti PT. MAP, dilakukan analisa dan evaluasi kelayakan investasi produk obat-obat tradisional. Dalam hal ini digunakan beberapa metode penilaian investasi dalam Capital Budgeting (Sartono, 1996), antara lain Net Present Value (NPV), Internal Rate of return (IRR) dan Payback Period (PBP) dan Profitability Index (PI)/Benefit Cost Ratio. Sesuai dengan pernyataan Weston dan Brigham (1988), tujuan dari pada penganggaran modal (dan tujuan semua analisis keuangan) adalah pengambilan keputusan yang akan memaksimalkan nilai perusahaan. Djarwanto (1984) menjelaskan kriteria investasi yang didasarkan pada penilaian konsep arus kas yang dibedakan atas dua bagian berikut : a. Konsep Cashflow yang tidak memperhatikan nilai waktu uang disebut metode pemulihan (PBP) Payback Method digunakan untuk mengukur kecepatan suatu investasi dapat ditutup kembali dengan net cash inflow. PBP merupakan masa pengembalian investasi adalah lamanya waktu yang diperlukan untuk menutup kembali original outlays/cash outflows (Syamsuddin, 1998). Metode ini memberikan nilai yang sama terhadap semua arus kas sebelum payback date dan mengabaikan penilaian arus kas sesudahnya. Dengan demikian, dapat didefinisikan bahwa jumlah tahun yang diharapkan untuk mengembalikan investasi awal dan merupakan metode formal pertama untuk menilai proyek investasi. Penggunaan metode ini harus dilakukan dengan seksama, karena banyak proyek yang penyebaran penghasilannya tidak merata. b. Konsep Cashflow yang memperhitungkan nilai waktu uang terdiri atas : 1) Discounted Cashflow Sering disebut Present Value Approach, menggunakan data cashflow (dijadikan Present Value) atas dasar Discount rate tertentu. Pada dasarnya sama dengan Present Value Method, perbedaannya tarif kembalian (Rate of return) sudah ditentukan dan dijadikan dasar untuk menolak dan menerima suatu usulan investasi (Mulyadi, 1997). 2) NPV Metode ini mempertimbangkan bahwa setiap satu rupiah yang dikeluarkan hari ini lebih bernilai daripada satu rupiah di hari yang akan datang, karena satu rupiah yang sekarang dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan hasil (bunga). Pada metode NPV ini sudah diperhitungkan time value of money. Untuk mengimplementasikan metode NPV tersebut ditempuh langkah-langkah (Brigham et al., 1992) berikut : i. Diperoleh nilai sekarang dari setiap arus kas, baik masuk maupun keluar dengan Discount Factor yang sesuai dengan Cost of Capital. ii. Menjumlahkan semua arus kas yang sudah di diskon tersebut dan jumlah inilah yang merupakan NPV dari proyek. iii. Bila NPV positif, berarti proyek tersebut dapat diterima (layak), bila negatif berarti proyek tersebut ditolak (tidak layak). Metode NPV ini dapat diformulasikan dengan rumus berikut : n
NPV =
T 0
CFt lo (1 k ) n
Jurnal MPI Vol. 3 No. 2. September 2008
87 Keterangan : CF = Arus kas (Cashflow) yang terjadi pada tahun t dengan t = 1 ……..n n = umur ekonomis proyek k = periode waktu Io = nilai Investasi periode 0 3) PI atau B/C Profitability index disebut juga dengan benefit cost ratio merupakan rasio antara present value proceed (present value dari net cash inflow) dengan present value initial outlay, atau antara present value aliran kas bersih (present value seluruh cash inflows suatu investasi dengan cara mendiskontokannya dengan cost of capital) dengan investasi (cost of invesment) atau perbandingan present value arus kas netto di masa yang akan datang dengan present value pengeluaran kas awal. Secara umum dapat ditulis sebagai berikut : n
PI
CFi
(1 r ) i 1
n
lo
Keterangan : C = Cashflow (Arus Kas) Io = Initial Invesment (Investasi Awal) r = Requirement rate of return Metode ini akan memberikan hasil yang konsisten dengan metode net present value. Suatu investasi akan diterima, apabila benefit cost ratio lebih besar dari satu dan sebaliknya akan ditolak apabila benefit cost ratio lebih kecil dari satu. 4) IRR IRR atau juga sering disebut YIELD adalah tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan bersih di masa yang akan datang (tingkat bunga/discount rate yang menjadikan NPV sama besar dengan nol). Metode ini memberikan arahan bahwa proyek yang diterima adalah proyek yang memberikan rate of return lebih besar dari pada cost of capital. Dengan demikian, sama artinya bahwa proyek yang diterima adalah proyek yang NPV positif. IRR dapat didefinisikan sebagai discount rate, dimana present value dari arus kas masuk sama dengan present value dari biaya investasi, atau dapat diformulasikan bentuk persamaan IRR berikut :
lo
CF 1 CF 2 CF n (1 IRR )1 (1 IRR ) 2 (1 IRR ) n
Keterangan : CF = arus kas (Cashflow) yang terjadi pada tahun t dengan t = 0 ……..n IRR = tingkat bunga (discount rate) yang menghasilkan NPV = 0 N = umur ekonomis proyek jika dilakukan interpolasi, maka dapat digunakan dua macam tingkat bunga yang menghasilkan NPV1 negatif dan NPV2 positif yang mendekati nol, dengan menggunakan rumus berikut :
r 2 r1 IRR r1 NPV 1 NPV 2 NPV 1 Keterangan : r1 = Tingkat bunga ke 1 r2 = Tingkat bunga ke 2 NPV1 = NPV dengan tingkat bunga ke 1 NPV2 = NPV dengan tingkat bunga ke 2
Jurnal MPI Vol. 3 No. 2. September 2008
88 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Keadaan Umum PT. MAP yang merupakan sebuah perusahaan farmasi dari suatu industri obat farmasi sesuai dengan kondisi usaha dan besaran produksi masih berada pada posisi berskala kecil menengah. Untuk memproduksi obat-obat tradisional yang penjualannya selama tiga tahun ini masih rendah, dilakukan produksi selingan, yaitu produksi obat tradisional dilakukan diantara produksi obat-obatan farmasi. Hasil produksi secara fisik, berupa obat-obatan tradisional dengan proses modern dan ditampilkan/dikemas secara obat-obatan modern, yaitu berupa obat tradisional yang merupakan hasil ekstraksi kering (bubuk), dari formula yang didapatkan dari hasil penelitian tenaga ahli, yang dimasukkan ke dalam kapsul, serta dikemas dalam strip (4 butir per lembar) dan terakhir dimasukkan dalam dus berisi 12 kapsul dan dengan dosis pemakaian 3 kali sehari 1 atau 2 kapsul. Hal tersebut juga merupakan suatu strategi produk yang dilakukan perusahaan untuk mendapatkan harga jual yang rendah dan diharapkan dapat mencapai pasar yang lebih luas (segala lapisan). PT. MAP, pada saat ini menghasilkan 42 jenis produk obat-obatan yang terdiri dari 9 kelompok obat-obatan dan produk obat-obatan tradisional sebanyak 13 jenis. Manajemen PT. MAP dibentuk sesuai dengan produk utamanya selama ini, yaitu obat-obatan farmasi berbahan baku kimia sintetis yang merupakan produk impor. Untuk produk obat-obatan tradisional ini tugas/tenaga manajemen masih dijadikan satu manajemen dengan produk obat farmasi (PT. MAP, 2004). Dengan kata lain, perluasan produk melalui proyek obat-obatan tradisional yang dilakukan sebagai upaya perusahaan dalam rangka pengembangan dan peningkatan usaha perusahaan untuk menghadapi persaingan di masa mendatang, masih diperlakukan sebagai upaya selingan termasuk penanganannya, sehingga belum ada bagian/tenaga manajemen khusus, terutama menangani strategi produksi dan pemasaran yang ditempatkan/difokuskan bagi produk baru, dalam hal ini obat-obatan tradisional. Penerapan strategi pemasaran dan produksi ditangani oleh seorang manajer produksi berlatar belakang sarjana farmasi, yang juga pada kesempatan sama menangani strategi pemasaran dan produksi bagi produk obat farmasi yang merupakan produk utama perusahaan. Hal ini berakibat penerapan pemasaran produk barunya (obat-obat tradisional), diperlakukan sama seperti yang telah dilakukannya pada produk obat farmasi. Strategi pemasaran dan distribusi produk obat tradisional sama seperti pada produk obat-obatan farmasi sebelumnya, dimana promosi untuk pengenalan produk baru pada konsumen tidak dilakukan dengan alasan biaya yang tinggi, dan promosi hanya berupa tenaga-tenaga penjual (medical representative) yang berkunjung ke tenaga-tenaga medis ataupun ke apotik pengecer. 2. Hal yang Dikaji a. Prospek obat tradisional Potensi obat tradisional di pasar ekspor cukup menjanjikan, khususnya di pasar regional Asean, Australia dan Eropa. Di Indonesia, kendati nilai konsumsinya relatif masih kecil dibandingkan dengan obat-obat farmasi (kimia), namun angka-angka menyangkut eksistensi obat tradisional ini terus meningkat secara konsisten. Trend konsumsi obat tradisional (herbal) ditandai dengan terus meningkatnya nilai perdagangan obat jenis ini di pasar dunia, yang tercermin pada Tabel 1. Tabel 1. Pangsa pasar obat farmasi dan obat herbal/tradisional Obat farmasi (Rp Triliun) 2001 13 2002 15 2003 17 2004 19 2005 21 Sumber : Sihombing, 2004 (telah diolah kembali). Tahun
Obat Herbal (Rp Triliun) 1,3 2 2,5 2,7 3
Negara-Negara Asia Tenggara menargetkan harmonisasi peraturan, serta standar obat tradisional dan produk suplemen kesehatan dapat terwujud paling lambat tahun 2010, dimana Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) telah memulai kesepakatan untuk obat tradisional dengan Malaysia (Investor Daily, 2004). Pangsa pasar untuk obat herbal termasuk
Jurnal MPI Vol. 3 No. 2. September 2008
89 bahan bakunya secara total dunia pada tahun 2000 mencapai US$ 43 milyar dengan pertumbuhan rataan 5-15% per tahun. Hal yang merupakan kelemahan-kelemahan pada obat tradisional Indonesia adalah, bahwa hasil yang ditimbulkan oleh obat-obatan modern berbahan baku kimia, menunjukkan hasil lebih cepat bila dibandingkan obat-obatan tradisional, serta belum banyak dikenalnya/diyakini oleh banyak tenaga-tenaga medis, serta belum adanya standar mutu yang dilandasi dengan pengujian klinik yang diakui dan sistem baku dalam pengobatan, sehingga belum diakuinya produk obat-obatan tradisional dalam sistem pengobatan kedokteran modern yang merupakan kelemahan dan kendala bagi obat-obatan tradisional saat ini. Sebagai ilustrasi, keterbatasan dana penelitian yang disediakan oleh industri jamu untuk menghasilkan tanaman obat yang lulus uji fitofarmaka memerlukan dana Rp. 500 juta, sementara omzet yang dimiliki produsen jamu masih jauh di bawah jumlah tersebut. Hal tersebut menghambat perkembangan industri obat tradisional Indonesia (Rahayuningsih, 2004). Gaya kehidupan di daerah-daerah masih banyak dipengaruhi oleh kehidupan tradisional yang masih menggunakan obat tradisional dengan ramuan keluarga yang digunakan turun temurun yang diolah sendiri dengan cara tradisional dan biaya murah. Hal tersebut merupakan peluang bagi obat tradisional, namun juga merupakan kenyataan bahwa masih terbatasnya pasar bagi penggunaan obat tradisional dengan pengolahan dan kemasan secara modern yang dinilai mahal dan belum dikenal dengan baik, serta belum diyakini kemanjurannya. Kondisi tersebut pada saat ini membatasi pasar obat-obatan tradisional di daerah-daerah pelosok di Indonesia (terbatasnya pasar), namun dengan promosi yang banyak dilakukan perusahaanperusahaan besar jamu dan peluang-peluang yang dilakukan pemerintah dengan kebijakankebijakan yang mendukung pertumbuhan industri ini pasar dinilai masih cukup menjanjikan. Pasar potensial saat ini merupakan masyarakat di daerah-daerah perkotaan yang cukup besar, dimana hal tersebut sesuai dengan keinginan masyarakat modern diperkotaan yang dalam menggunakan obat-obat tradisional cenderung mencari kemudahan dan kepraktisan dalam penyediaan maupun penggunaannya. Dengan pertumbuhan industri obat-obatan tradisional saat ini, dimana nilai ekspor obat-obat tradisional mulai tampak, maka peluang pasar keluar negeri, terutama Asia akan lebih terbuka luas, sehingga prospek industri obat-obatan tradisional terlihat cukup menjanjikan. Kekurangan/kelemahan dan manfaat obat-obat tradisional dan obat-obat farmasi adalah 1) Obat tradisional merupakan solusi yang sudah dikenal dalam dunia pengobatan tempo dulu, khususnya masyarakat Indonesia. 2) Obat farmasi (senyawa kimia sintetis) memberikan efek samping, sehingga obat-obat tradisional (berbahan baku alami) dapat memberikan rasa aman bagi penggunanya. 3) Pendapat sebagian masyarakat Indonesia bahwa obat-obatan tradisional memberikan efek tidak langsung, atau melalui proses waktu, sementara obat-obatan farmasi berbahan baku sintetis kimia efeknya lebih cepat dari obat-obatan tradisional, maka obat-obatan tradisional masih mempunyai pasar terbatas. 4) Harga obat-obat tradisional murah, sedangkan obat-obat farmasi merupakan produk impor dengan harga relatif mahal. 5) Obat tradisional yang dihasilkan perusahaan farmasi jelas memenuhi persyaratan Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB), sehingga secara mutu dapat terjamin dan higienitasnya memberikan kepercayaan yang lebih. b. Strategi pemasaran produk obat tradisional Berdasarkan hasil penjualan, daur hidup produk obat tradisional PT. MAP berada di tahap perkenalan, dimana strategi-strategi yang harus dilakukan sesuai urutan prioritas adalah Strategi Produk, Advertising, Harga dan Pelayanan. Rinciannya sebagai berikut : 1) Strategi Produk : mutu produk harus tetap dijaga dan terus dilakukan perbaikan ataupun peningkatan mutu melalui peningkatan kerjasama dengan tenaga-tenaga ahli dari berbagai kalangan akademis. Juga diversifikasi produk, dengan beragam jenis produk yang dimiliki PT. MAP untuk mendapatkan segmen pasar luas, melalui bentuk dan kemasan produk . 2) Strategi Iklan : promosi untuk memperkenalkan produk pada konsumen terus dilakukan dengan media yang sesuai dengan pasar dan kondisi/kemampuan perusahaan. Bagi PT. MAP, perlu dilakukan promosi gencar dan sesuai kemampuan perusahaan dengan biaya rendah seperti pemasaran spanduk-spanduk dengan pesan sesuai pasar saat ini yang tersebar di tingkat pengecer, radio-radio dan surat kabar-surat kabar daerah.
Jurnal MPI Vol. 3 No. 2. September 2008
90 3) Strategi Harga : harga produk harus bersaing, yaitu sesuai dengan kondisi/daya beli pasar saat ini, dengan memecah kemasan dalam jumlah besar dan kecil, misalnya kemasan 50 kapsul dan 12 kapsul agar harga sesuai daya beli konsumen. 4) Strategi Pelayanan : pelayanan yang berbeda dan sesuai bagi pasar, dengan cara menyiasati produk dengan harga terjangkau sesuai kebutuhan bagi segmen sasaran Analisis SWOT mengidentifikasi kombinasi optimal antara faktor eksternal (peluang dan ancaman) dengan faktor internal (kekuatan dan kelemahan) (Rangkuti, 2003). Untuk memformulasikan suatu strategi yang harus diterapkan bagi perusahaan, diperlukan analisa dari beberapa aspek yang kemudian dirumuskan dengan analisis SWOT berikut : 1) Profil SWOT obat tradisional perusahaan farmasi Analisa kondisi internal dan eksternal merupakan kekuatan dan kelemahan perusahaan yang sifatnya dapat dimonitor manajemen perusahaan, disamping peluang dan ancaman yang mempengaruhi kegiatan usaha perusahaan. Rinciannya sebagai berikut : i. Kekuatan Sebagai perusahaan farmasi yang memproduksi obat-obatan modern, perusahaan memiliki hal-hal berikut : i) Ketersediaannya sumber daya-sumber daya yang digunakan dalam memproduksi obatobatan modern dan sekaligus untuk produksi obat-obat tradisional. Hal ini dapat memaksimalkan penggunaan mesin-mesin, serta sumber daya manusia (SDM) terampil dan berpengalaman. ii) Penguasaan teknologi dalam proses produksi yang cukup baik, dengan formula yang memberikan hasil yang diinginkan, serta pengetahuan mengenai sumber-sumber bahan baku yang dimiliki perusahaan, antara lain didapatkan dari pengalaman di bidang obatobatan dan dengan bekerjasama pada pihak akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB) Bandung. iii) Perusahaan mempunyai formula dan jenis obat-obat tradisional yang cukup beragam dan dapat diandalkan, berkat bantuan tenaga ahli yang cukup baik. Hal ini membantu penggunaan strategi pasar segmen dan mencapai pasar sasaran yang cukup luas iv) Perusahaan sudah memiliki tenaga/jaringan pemasaran dan distribusi yang cukup baik untuk produk obat-obat farmasi, sehingga dapat menggunakan jaringan tersebut untuk mendukung proyek baru. v) Memiliki hubungan baik dengan pelanggan-pelanggan pengecer yang cukup banyak bagi produk obat-obat farmasi, dan hal tersebut dapat digunakan bagi produk obat tradisional vi) Memiliki hubungan baik atau paling tidak mempunyai informasi yang cukup dengan pemasok-pemasok bahan baku, agar bahan baku mudah didapat. ii. Kelemahan i) Proyek ini merupakan proyek baru dan masih dalam suatu industri yang baru terbentuk, sehingga memerlukan persiapan-persiapan, strategi produksi dan pemasaran, serta pengetahuan tambahan lain untuk menyajikan suatu produk yang dapat meyakinkan konsumen dan tidak diperlakukan sama dengan produk yang sudah dikenal konsumen sebelumnya. Dalam hal ini perusahaan tidak mempunyai informasi teknologi yang cukup dan handal untuk mendapatkan informasi akurat mengenai produk pesaing, segmen pasar, potensi pasar, perilaku konsumen ataupun pesaing-pesaing dalam pasar produk ini. ii) Pengetahuan dan keterbatasan anggaran merupakan kendala terbesar yang menyebabkan perusahaan tidak dapat berbuat banyak dalam memperkenalkan hasilhasil produknya. Strategi pemasaran yang dilakukan hanya mengikuti tepat produk obatobat farmasi yang memang penggunaan ke konsumen cukup melalui tenaga-tenaga medis, toko-toko obat/pengecer dan tidak perlu promosi secara luas pada konsumen. Promosi produk baru yang penggunaannya langsung oleh konsumen dilakukan melalui tenaga-tenaga pemasar obat-obat farmasi yang ada di daerah-daerah pada tokotoko/penjual-penjual, sehingga masyarakat tidak atau belum mengenalnya dengan baik. iii) Tidak adanya tim ataupun tenaga ahli yang khusus dalam menangani produk baru ini, sehingga tidak tertangani secara optimal permasalahan-permasalahan yang timbul dalam produksi dan pemasarannya. Menempatkan sumber daya yang tepat pada tempat yang tepat (the right man in the right place) merupakan suatu permasalahan bagi manajemen PT. MAP.
Jurnal MPI Vol. 3 No. 2. September 2008
91 iii. Peluang i) Peluang pasar dalam negeri bagi obat-obat tradisional masih cukup besar, terlihat dari terus meningkatnya nilai penjualan dan ekspor obat-obat tradisional setiap tahunnya. Besarnya peluang pasar tersebut telah membuat beberapa perusahaan besar farmasi tertarik untuk memproduksi beberapa jenis obat-obatan tradisional seperti yang sudah dikenal, antara lain Siputih, Pro Uric, Pro lipit dan lain-lain dengan promosi yang cukup baik, serta sudah diterima dan mendapatkan pasar cukup baik. ii) Perusahaan-perusahaan jamu bermodal besar dan sudah mempunyai namapun berkembang sangat baik serta mempunyai andil besar dalam menumbuhkembangkan obat-obat tradisional menjadi suatu industri dalam dan luar negeri (Asia) yang cukup menjanjikan. iii) Pemerintah melalui keputusan Menkes RI No.761/Menkes/SK/IX/1992 dan Assosiasi pengusaha-pengusaha jamu baru-baru ini memperjuangkan pengakuan medis untuk obat-obatan tradisional dengan jalan mengembangkan produk obat tradisional ke arah produk fitofarmaka, dimana produk fitofarmaka harus mempunyai kemampuan menyembuhkan penyakit (Claim Curatif) melalui uji lab toksinitas dan uji lab farmatologi, yaitu uji coba khasiat jamu dengan binatang percobaan dan atau manusia untuk menentukan dosis produk jamu yang bersangkutan. Hal tersebut dapat meningkatkan peluang penerimaan di pasar. iv) Perhatian dan kebijakan pemerintah yang besar pada industri obat tradisional saat ini, telah ikut menunjang dan membangun kesadaran bahwa industri obat tradisional sangat berpotensi bagi peningkatan perekonomian rakyat kecil berdasarkan kekayaan Indonesia akan tanaman bahan baku obat, serta budaya rakyat Indonesia dalam mengkonsumsi dan menggunakan obat-obatan tradisional. Saat ini, pemerintah melalui BPOM sedang menjajagi standardisasi ASEAN yang akan membuka peluang pasar luar negeri semakin besar. v) Isu “Back to nature” yang diterapkan masyarakat dunia merambat sampai ke negaranegara berkembang, termasuk Indonesia yang menyebabkan peluang industri obat tradisional terbuka lebih luas lagi. iv. Ancaman i) Banyaknya perusahaan-perusahaan pesaing yang merupakan perusahaan produk jamu bermodal besar, mempunyai nama yang dikenal dan mempunyai produk lengkap, sehingga saling menunjang dan merupakan pesaing yang besar. ii) Sebagian besar masyarakat modern Indonesia cenderung menggunakan obat-obat farmasi, karena pola pendidikan mengajarkan bahwa obat farmasi bekerja lebih cepat dibandingkan obat tradisional. Pasar di luar Pulau Jawa dan Sumatera masih relatif kecil, sehingga masih merupakan pangsa pasar terbatas. Dalam hal ini, produk-produk baru memerlukan suatu strategi produksi dan pemasaran yang cukup handal untuk melakukan penetrasi pasar. iii) Penetrasi produk-produk obat-obatan tradisional China, Korea dan Eropa yang cukup gencar merupakan hal yang harus diperhitungkan. iv) Masih banyaknya tenaga medis yang belum mengetahui secara mendalam mengenai obat-obat tradisional dan belum mau menggunakannya. Sebagian besar masyarakat maju belum mempercayai khasiat obat tradisional, karena menganggap belum terbukti secara ilmiah dan belum dapat dipertanggungjawabkan secara medis. 2) Penyusunan formulasi strategi pemasaran Hasil formulasi dikelompokkan menjadi empat kelompok formula strategi yang terdiri dari Strategi Strengths and Opportunities (SO), Weaknesses and Opportunities (WO), Strengths and Threats (ST), Weaknesses and Threats (WT) i. Strategi SO (Kekuatan dan Peluang) atau agresif Strategi ini merupakan strategi perusahaan dalam menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang-peluang eksternal perusahaan. ii. Strategi WO (Kelemahan dan Peluang) atau diversifikasi Strategi ini merupakan strategi perusahaan dalam mengatasi kelemahan internal perusahaan dengan cara memanfaatkan peluang-peluang eksternal. iii. Strategi ST (Kekuatan dan Ancaman) atau diferensiasi Strategi ini merupakan strategi perusahaan untuk memanfaatkan kekuatan perusahaan, dalam rangka mengatasi ancaman-ancaman eksternal.
Jurnal MPI Vol. 3 No. 2. September 2008
92 iv. Strategi WT (Kelemahan dan Ancaman) atau defensif (konsolidasi) Strategi ini merupakan strategi perusahaan untuk memperkecil kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. Strategi-strategi tersebut dapat dirinci pada Tabel 2. Tabel 2. Matriks analisis SWOT Faktor Internal
Kekuatan (Strengths) S1 Tersedianya sumber daya S2 Penguasaan teknologi produksi S3 Produk yang baik dan beragam S4 Memiliki distributor dan jaringan pemasaran cukup. S5 Bahan baku mudah didapat
Faktor Eksternal Peluang (Opportunities) O1 Peluang pasar dalam negeri yang berpotensi O2 Industri yang tumbuh dan berkembang baik dan cukup menjanjikan O3 Peluang luar negeri mulai terbuka O4 Perhatian dan kebijakan pemerintah pada industri berpotensi bagi peningkatan perekonomian rakyat O5 Back to nature
Ancaman (Threats) T1 Banyak pesaing T2 Pangsa pasar yang belum meluas (terbatas) T3 Serbuan produk-produk luar negeri T4 Belum adanya kepercayaan masyarakat modern dan medis
Strategi S-O 1. Meningkatkan penjualan dengan penetrasi pasar tepat melalui sumber daya yang ada (S1,S3,S4;S5,O1,O2,O4;O5) 2. Memperkenalkan produk melalui promosi berbiaya rendah (S1;S3,S4,S5;O1,O2,O4,O5) 3. Produk yang tepat dalam pasar segmen dan sasaran tepat (S1,S2,S3,S4;S5;O1,O2,O4,O5) 4. Meningkatkan kinerja SDM yang tersebar untuk menggali potensi pasar (S1;S3;S4;O1;O2;O3,O4;O5) Strategi S-E 1. Mencari informasi pendukung dan melakukan promosi efektif (S3,S4;T1,T2,T3) 2. Memperluas pasar dengan maksimalisasi sumber daya yang ada (S1,S3,S4;S5,T1,T2,T3) 3. Mencari pangsa pasar lebih tepat bagi jenis produk (S3,S4;S5;T1,T2,T3;T4)
Kelemahan (Weakness) W1 Proyek baru dan industri baru W2 Tidak adanya promosi akibat keterbatasan anggaran dan informasi W3 Tidak adanya tenaga ahli dan tim khusus yang menangani W4 Masih menggunakan bahan baku impor, sehingga biaya tinggi Strategi W-O 1. Menempatkan tenaga ahli dan SDM tepat pada posisi tepat (O1,O2,O3,W1,W2.W3) 2. Mencari strategi promosi murah dan efektif (O1,O2,O3,O4;W1,W2,W3) 3. Fokus dalam menangani permasalahan pemasaran produk (O1,O2;W1,W2,W3) 4. Perencanaan biaya produksi dan operasional yang efisien (O1,O2,O4;W1,W2,W3) Strategi W-T 1. Meningkatkan kinerja SDM dalam memperluas pasar (W2,W3;T2) 2. Meningkatkan efisiensi anggaran dan mencari informasi tepat (W2,W3;T1,T2,T3) 3. Meningkatkan kerjasama tim dalam permasalahan yang timbul (W1,W3;T2)
Keterangan : - (Si;Oi),(Wi,Oi);(Si,Ei);(Wi,Ti) merupakan kombinasi dari faktor internal dengan eksternal yang menghasilkan pilihan strategi. - I = 1, 2, 3 …….n Berdasarkan profil SWOT pada Tabel 4, didapatkan rumusan 14 strategi alternatif yang dapat diterapkan perusahaan (Tabel 5), yaitu : 1. Strategi Kekuatan-Peluang (S-O) i. Meningkatkan penjualan dengan penetrasi pasar, didasarkan pada faktor internal Kekuatan (S1;S3;S4;S5) dan faktor eksternal Peluang (O1;O2;O4;05) Upaya memanfaatkan peluang dan potensi pasar dengan meningkatkan penjualan dapat dilakukan tenaga-tenaga pemasar yang ada di daerah-daerah untuk mendapatkan pasar dan sasaran pasar yang lebih luas, dengan cara memperbaiki produk, sehingga sesuai bagi daya beli dan perilaku pasar sasaran yang ada. Menginformasikan produk dan mencari informasi melalui pengamatan dan memilih pasar sasaran yang potensial. Seperti pasar segmen dan sasaran suatu daerah yang lebih banyak wanita dewasanya merupakan konsumen potensial, maka beragamnya produk PT. MAP dapat menjadi solusi yang baik, dengan cara meluncurkan/memfokuskan penjualan pada beberapa produk yang sesuai untuk pasar sasaran saat itu.
Jurnal MPI Vol. 3 No. 2. September 2008
93 ii. Memperkenalkan produk melalui promosi sesuai kemampuan perusahaan, didasarkan pada faktor internal Kekuatan (S1:S3;S4;S5) dan faktor eksternal Peluang (O1;O2;O4;O5) Dengan informasi yang didapatkan dan dengan produk yang tepat sasaran dapat dilakukan publikasi melalui media promosi apa yang sesuai dengan pasar sasaran saat ini, seperti iklan radio ataupun spanduk-spanduk ataupun surat kabar-surar kabar daerah dan brosur-brosur yang disebar sebagai promosi berbiaya rendah yang sesuai dengan kemampuan perusahaan. iii. Produk tepat dalam pasar segmen dan sasaran tepat, didasarkan pada faktor internal Kekuatan (S1;S2;S3;S4;S5) dan faktor eksternal Peluang (O1;O2;O4) Dengan sumber daya tenaga pemasar di daerah-daerah, serta dengan ragam dan mutu produk yang ada, dapat diketahui pasar tepat bagi produk tepat melalui pengamatan dan wawancara dengan tenaga pemasar setiap kali bertugas, yang juga merupakan kegiatan promosi. Dengan demikian, dapat diketahui permintaan pasar dan memproduksi produk yang responsif terhadap permintaan pasar, sehingga segmen pasar dapat terlayani melalui produk yang sesuai. iv. Meningkatkan kinerja SDM yang tersebar guna menggali potensi pasar, didasarkan pada faktor internal Kekuatan (S1;S3;S4) dan faktor eksternal Peluang (O1;O2;O3;O4;) Meningkatkan kinerja dan potensi SDM pemasar untuk lebih aktif dan bekerja benarbenar menjadi tenaga pemasar profesional yang merasa memiliki dan bertanggungjawab atas peningkatan perusahaan melalui bidang tugasnya sebagai tenaga pemasar. Hal tersebut memberikan andil dalam perkembangan perusahaan dengan cara mengikuti pelatihan-pelatihan dan memberikan target-target setiap tenaga pemasar untuk semua produk, yaitu obat-obatan farmasi dan obat-obatan tradisional, sehingga semua tenaga pemasaran mempunyai dua target yang harus dicapai. 2. Strategi Kekuatan-Ancaman (S-T) i. Mencari informasi pendukung dan melakukan promosi yang efektif, didasarkan pada faktor internal Kekuatan (S1;S2;S3;S4) dan faktor eksternal Ancaman (T1;T2;T3;T4) Mencari informasi yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan dengan cara meningkatkan teknologi informasi, sehingga dapat diketahui produk pesaing, peluang pasar, dan lain-lain yang dapat memperbaiki kinerja produk dan perusahaan, serta melakukan tindakan tepat dalam merespon pasar. ii. Memperluas pasar dengan sumber daya yang ada, didasarkan pada faktor internal Kekuatan (S1;S2;S3;S4,S5) dan faktor eksternal Ancaman (T1;T2;T3;T4) Memperluas pasar dengan cara memperluas daerah pemasaran, dimana daerah dengan pasar masih terbatas menggunakan sumber daya pemasaran yang berada di daerahdaerah, melakukan promosi dengan gencar, mengenalkan produk dengan menyebar spanduk-spanduk di tempat-tempat strategik seperti pada pengecer-pengecer jamu ataupun toko-toko obat kecil. iii. Mencari pangsa pasar yang lebih tepat bagi jenis produk, didasarkan pada faktor internal Kekuatan (S3;S4) dan faktor eksternal Ancaman (T1;T2;T3;T4) Meningkatkan ataupun memperbanyak ragam dan kemasan produk yang ada, sehingga lebih merespon pasar secara luas dengan daya beli dan perilaku pasar yang berbeda, sehingga dengan produk yang lebih sesuai saat ini memungkinkan untuk mendapatkan pangsa pasar lebih besar. 3. Strategi Kelemahan-Peluang (W – O) i. Menempatkan tenaga ahli tepat pada tempat tepat, didasarkan pada faktor internal Kelemahan (W1;W2;W3) dan faktor eksternal Peluang (O1;O2;O3;O4;O5) Produk baru dari industri yang masih baru dimasuki perusahaan akan membutuhkan perhatian dan penanganan serius dan keahlian tepat, yaitu dengan membentuk tim dan menempatkan manajer produksi dan pemasaran dengan bidang yang sesuai, agar permasalahan yang dihadapi dapat ditangani secara tepat. PT. MAP selama ini menempatkan seorang sarjana farmasi sebagai manajer pemasaran dan produksi yang menangani strategi produksi dan pemasaran bagi produk obat farmasi dan tradisional.
Jurnal MPI Vol. 3 No. 2. September 2008
94 ii. Mencari strategi promosi murah dan efektif, didasarkan pada faktor internal Kelemahan (W1;W2;W3) dan faktor eksternal Peluang (O1;O2;O3;O4;O5) Meluncurkan produk-produk yang selektif dan dalam melakukan promosi yang sesuai dengan kemampuan perusahaan, dimana produk yang akan dipasarkan diyakini sesuai/ tepat bagi suatu pasar sasaran dan dengan informasi yang tepat akan didapat tindakan yang tepat untuk melakukan pengenalan produk pada publik. iii. Fokus dalam menangani permasalahan-permasalahan pemasaran produk efektif, didasarkan pada faktor internal Kelemahan (W1;W2;W3;W4) dan faktor eksternal Peluang (O1;O2;O3;O4;O5) Menempatkan orang tepat dan membentuk tim yang menangani produk baru akan membuat permasalahan-permasalahan yang timbul akan dapat ditangani dengan cepat dan tepat, sehingga didapatkan solusi dan strategi yang tepat pula bagi produk dalam memanfaatkan peluang-peluang yang ada. iv. Perencanaan biaya produksi dan operasional lebih efisien, didasarkan pada faktor internal Kelemahan (W1;W2;W3;W4) dan faktor eksternal Peluang (O1;O2;O3; O4;O5) Menekan biaya produksi dengan mencoba ataupun mencari informasi penggunaan bahan baku lokal yang harganya lebih murah, sehingga produk dapat bersaing dalam harga jual yang didukung oleh perencanaan bentuk kemasan yang efisien. 4. Strategi Kelemahan–Ancaman ( W-T) i. Meningkatkan kinerja SDM dalam memperluas pasar, didasarkan pada faktor internal Kelemahan (W1;W2;W3;W4) dan faktor eksternal Ancaman (T1;T2;T3;T4) Meningkatkan kinerja SDM dengan mengadakan pertemuan-pertemuan untuk mengalihkan pengetahuan dan informasi, serta untuk saling menunjang, terutama bagi tenaga pemasar yang berada di daerah-daerah dan meningkatkan teknologi informasi yang membuat SDM lebih kreatif, serta dapat menghasilkan langkah strategi inovatif di dalam keterbatasan untuk memperluas pasar bagi produk. ii. Meningkatkan efisiensi anggaran dan mencari informasi yang tepat, didasarkan pada faktor internal Kelemahan (W1;W2;W3;W4) dan faktor eksternal Ancaman (T1;T2;T3;T4) Dengan adanya pesaing dan produk-produk luar yang membanjiri pasar, maka lebih mudah mendapatkan informasi guna meningkatkan produk dan memanfaatkan SDM yang ada. Hal lainnya, dengan mendapatkan informasi pasar dan efisiensi produk dapat diefisiensikan anggaran, yang nantinya dapat dialihkan bagi keperluan promosi produk baru. iii. Meningkatkan kerjasama tim dalam menangani permasalahan yang timbul, didasarkan pada faktor internal Kelemahan (W1;W2;W3;W4) dan faktor eksternal Ancaman (T1;T2;T3;T4) Menghadapi permasalahan-permasalahan dari hal baru yang disertai dengan keterbatasan-keterbatasan, maka PT. MAP dalam memasarkan suatu produk yang berbeda dari produk sebelumnya, memerlukan pengetahuan dan informasi yang didapat melalui pengoptimalan pemberdayaan sumber daya-sumber daya yang ada melalui kerjasama yang baik. Dengan kerjasama tersebut, sumber daya terpadu didapatkan suatu solusi yang tepat terhadap permasalahan yang muncul. c. Kelayakan usaha Pada tahapan awal proyek produksi obat-obatan tradisional ini, manajemen perusahaan telah menetapkan perencanaan anggaran produksi obat tradisional ini seperti pada Tabel 3. Tabel 3. Rencana anggaran produksi obat-obatan tradisional Jenis A. Bangunan Pabrik OT Bangunan Air Handling Unit Jumlah (A) B. Mesin dan alat Produksi Mesin Pengering
Jurnal MPI Vol. 3 No. 2. September 2008
Jumlah Unit
Biaya per Satuan (Rp)
Total Biaya (Rp)
Keterangan -
700 1
1.250.000 50.000.000
875.000.000 50.000.000 925.000.000
1
120.000.000
120.000.000
Sudah ada
95 Lanjutan Tabel 3. Jenis Mesin Perajang Mesin Extraksi Mesin Granulasi Mesin Pencampur Mesin Pengisi kapsul Mesin Stripping Timbangan Rak dan Tray Jumlah (B) C. Biaya Produksi Awal Bahan Baku dan Kemas Tenaga Kerja Overhead Jumlah (C) D. Biaya Riset dan Registrasi Percobaan di Lab. Percobaan di LIPI Konsultan fee dan biaya registrasi
Jumlah Unit 1 1 1 1 1 1 1 1
Biaya per Satuan (Rp) 40.000.000 400.000.000 50.000.000 30.000.000 200.000.000 120.000.000 5.000.000 5.000.000
Total Biaya (Rp) 40.000.000 400.000.000 50.000.000 30.000.000 200.000.000 120.000.000 5.000.000 5.000.000 970.000.000
Keterangan Sudah ada Realisasi 15 juta Sudah ada Sudah ada Sudah ada Sudah ada Sudah ada Sudah ada
193.000.000 10.000.000 2.000.000 205.000.000 26.000.000 39.000.000 3.250.000
Jumlah (D)
68.250.000
Total (A+B+C+D) Keterangan : OT = Obat-obatan Tradisional
2.168.000.000
Berdasarkan produksi yang telah dilakukan, maka realisasi produksi pada periode yang telah berjalan (tahun 2001- 2003) tercantum pada Tabel 4. Tabel 4. Realisasi produksi obat-obatan tradisional pada tahun 2001–2003 (dalam dus) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Nama Produk Adara kapsul Biogendis kapsul Charisma kapsul Choleston kapsul Gilang kapsul Metaderm kapsul Metangin kapsul Prosendi kapsul Ramping kapsul Sedapwangi kaps Sehat pria kapsul Singset kapsul Tritensi kapsul
Kemasan Dus@12kaps Dus@12kaps Dus@12kaps Dus@12kaps Dus@12kaps Dus@12kaps Dus@12kaps Dus@12kaps Dus@12kaps Dus@12kaps Dus@12kaps Dus@12kaps Dus@12 kaps
2001 6.120
2002 4.160
2.421
2.421 3.168 3.168
4.160 4.160 4.160 4.160 4.160 4.160 4.160 4.160 4.160 4.160
2003 4.964 5.267 7.605 5.743 6.543 5.720 6.931 4.011 6.339 4.273 6.591 4.523 3.864
Dalam melakukan analisa kelayakan investasi proyek obat-obatan tradisional yang sedang dijalankan ini, dilakukan pembatasan-pembatasan perhitungan penilaian dari suatu proyek yang bebas dengan faktor-faktor berikut : 1) Investasi. Menentukan besarnya investasi pada proyek ini bagi sebuah perusahaan farmasi cukup menguntungkan, karena selain dapat menggunakan SDM yang sudah tersedia, juga dapat dioptimalkan. Dalam hal ini, mesin-mesin dan peralatan yang sudah tersedia dapat digunakan, sehingga mesin yang diperlukan hanya mesin ekstrasi dengan biaya cukup murah (dibuat sendiri), sehingga harga mesin Rp. 400 juta menjadi Rp. 15 juta. Hal tersebut merupakan investasi tetap, disamping biaya penelitian dan registrasi, serta fee konsultan yang merupakan biaya pra operasi Rp. 68.250.000, yang nantinya akan didepresiasikan dan diamortisasi selama 10 tahun dengan menggunakan metode garis lurus (straight line) tanpa nilai sisa (Tabel 5).
Jurnal MPI Vol. 3 No. 2. September 2008
96 2) Sumber dana. Hal ini merupakan sesuatu yang digunakan untuk membelanjai proyek yang didapatkan dari dana sendiri 3) Biaya-biaya, terdiri atas biaya produksi dan operasi. Biaya produksi adalah merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan hasil produksi, yaitu biaya pembelian bahan baku dan biaya langsung (biaya variabel) yang besarnya sesuai dengan banyaknya jumlah produksi, dan biaya tidak langsung yang terkait dengan produksi. Biaya operasi merupakan biaya yang dikeluarkan selain dari biaya produksi yang terdiri atas biaya administrasi, umum, promosi dan lain-lain. Biaya ini merupakan biaya tetap yang tidak akan terpengaruh oleh besarnya unit produksi yang dihasilkan. Dalam perhitungan proyek ini, biaya operasi awal diasumsikan 10% dan biaya produksi awal (di luar biaya bahan baku) diasumsikan 5% dari biaya produksi (HPP) tahun pertama, yang akan mengalami kenaikan 10% setiap tahunnya. Tabel 5. Struktur anggaran tambahan biaya investasi tetap dan modal kerja No. A
B
Uraian Investasi tetap 1. Mesin ekstrak 2. Biaya pra operasi Jumlah A Modal kerja
Jumlah biaya (Rp.) 15.000.000 68.250.000 83.250.000 2.951.436
4) Penjualan. Dalam proyeksi penjualan sesuai dengan kondisi proyek obat-obatan tradisional pada PT. MAP, dengan kondisi tanpa strategi produksi dan pemasaran yang baik, serta belum terlaksananya pengelolaan dengan baik, maka sedikit perubahan strategi dan penanganan, serta melihat peluang pasar yang cukup baik, diasumsikan terjadi kenaikan penjualan 5% per tahun, harga jual setelah tahun 2004 mengalami kenaikan sesuai kenaikan bahan baku sebesar 5% dari harga awal (Rp. 3.500,- per boks). Tabel 6. Realisasi penjualan pada tahun 2001 – 2004 (dalam dus) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Nama Produk
Kemasan
Adara kapsul Dus@12 kaps Biogendis kapsul Dus@12 kaps Charisma kapsul Dus@12 kaps Choleston kapsul Dus@12 kaps Gilang kapsul Dus@12 kaps Metaderm kapsul Dus@12 kaps Metangin kapsul Dus@12 kaps Prosendi kapsul Dus@12 kaps Ramping kapsul Dus@12 kaps Sedapwangi kaps Dus@12 kaps Sehat pria kapsul Dus@12 kaps Singset kapsul Dus@12 kaps Tritensi kapsul Dus@12 kaps JUMLAH
2001
2002
-
998 981 1.052 873 371 633 50 203 56 188 103 21 182 5.711
2003 2.348 3.525 2.341 1.595 1.446 2.460 1.689 2.588 2.088 2.422 1.513 1.472 3.911 292.981
2004 Jan Feb. 202 297 217 346 185 105 32 199 9 153 63 184 23 6 217 187 29 387 78 205 129 166 198 215 137 154 1.519 2.604
5) Penyusutan dan Amortisasi. Penyusutan aktiva tetap dihitung dengan metode garis lurus selama 10 tahun tanpa nilai residu. Biaya pra operasi diperhitungkan sebagai biaya amortisasi selama 10 tahun Dari hasil analisa dan perhitungan kelayakan yang dilakukan menurut data dan asumsi-asumsi tersebut, diperoleh suatu proyeksi rugi/laba melalui aliran kas dengan rumus : Earning Before Interest and Tax/Ebit (1-T) + Depresiasi. Rumus tersebut digunakan untuk menganalisa dan melakukan penilaian kelayakan investasi dengan metode NPV, IRR, dan PBP. Discount factor ditentukan berdasarkan bunga pinjaman beberapa bank berkisar 15%. Rincian dari perhitungan rumus yang dimaksud adalah : 1) NPV adalah selisih yang didapat dari serangkaian penerimaan yang akan datang dengan pengeluaran setelah dinilai saat ini (menggunakan discount factor). Dalam hal ini, suatu investasi dikatakan layak dan menguntungkan untuk dijalankan, apabila NPV menunjukkan nilai positif.
Jurnal MPI Vol. 3 No. 2. September 2008
97 Berdasarkan hal itu, dapat dikatakan bahwa PT. MAP yang merupakan sebuah perusahaan farmasi skala kecil menengah dalam menjalankan proyek obat-obatan tradisional dengan proyeksi 10 tahun dapat diperoleh tambahan nilai NPV = +Rp. 39.148.158,2) IRR adalah discount rate yang membuat besarnya NPV proyek sama dengan nol (0). Sebagai ilustrasi, dari discount factor 15% didapatkan NPV Rp. 39.148.158,- dan setelah dilakukan pengujian didapatkan IRR 23,31% yang lebih besar dari discount rate 15%, sehingga proyek ini dinilai layak untuk dilaksanakan. 3) PBP didasarkan pada mengurangkan investasi melalui rangkaian proses Ebit (1-T) + Depresiasi yang akan diterima. Dalam hal ini perusahaan dapat mengembalikan investasi sesudah 4 tahun 9 bulan 4) PI menunjukkan besarnya net return bagi modal investasi yang ditanamkan dalam proyek, yang besarnya dinyatakan sebagai gross benefit dibagi biaya investasi, yaitu PI = 1,33, maka PI > dari 1, sehingga proyek ini layak dilaksanakan. Dari hasil dan pembahasan kajian ini didapatkan hal-hal berikut : 1) Yang mempengaruhi prospek/peluang obat tradisional sebagai substitusi/pelengkap yang mempunyai daya saing terhadap obat farmasi dalam pengobatan masyarakat dalam arti luas adalah : i. Bahan baku alamiah merupakan solusi bagi masyarakat yang memiliki gaya hidup (back to nature) dan sadar akan efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan berbahan baku kimia ii. Harga murah bahan baku lokal bila dibandingkan dengan obat-obatan kimia yang sebagian besar merupakan produk impor dan merupakan solusi bagi masyarakat kecil pada kehidupan yang terbatas. iii. Dukungan pemerintah dalam kebijakan-kebijakan dan BPOM yang meningkatkan, serta menyebarluaskan produk obat tradisional dengan produk fitofarmaka, telah menyebabkan obat tradisional akan dapat digunakan dalam dunia medis 2) Yang mempengaruhi prospek pengembangan obat tradisional pada perusahaan farmasi skala kecil menengah (PT. MAP) adalah : i. Industri yang tumbuh berpeluang baik dan tersedianya bahan baku yang mudah didapat. ii. Tersedianya sumber daya–sumber daya yang terampil dan dapat digunakan dalam memproduksi obat tradisional, serta merupakan optimalisasi mesin-mesin dan SDM yang dimiliki. iii. Penguasaan teknologi dan pengetahuan produksi maupun bahan baku berdasarkan pengalaman di bidang obat-obatan yang dapat digunakan bagi produk obat tradisional. iv. Adanya hubungan baik diperlukan bagi produksi obat tradisional, baik dalam bidang distribusi, formulasi maupun dan hal-hal relevan lainnya. Hal-hal yang menjadi kendala adalah : i. Produk baru dalam industri baru memerlukan penanganan yang berbeda dari produk yang selama ini telah dihasilkan. ii. Terbatasnya tenaga ahli dalam manajemen dan tim khusus yang menangani proyek ini. iii. Tidak fokus dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang timbul. iv. Biaya produksi dan operasional yang kurang efisien. v. Kesulitan mencari pangsa pasar yang tepat bagi produk yang tepat.
Jurnal MPI Vol. 3 No. 2. September 2008
98 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan a. PT. MAP merupakan sebuah perusahaan farmasi skala kecil menengah yang mempunyai kelebihan-kelebihan dalam memiliki sumber daya yang dapat dioptimalkan untuk memproduksi obat-obatan tradisional yang tidak jauh berbeda dari produk utamanya yang telah dihasilkan selama ini, disamping kemampuan meningkatkan pendapatan dan pengembangan bisnis perusahaan. b. Dari analisis SWOT ini didapatkan 4 alternatif strategi yang mungkin dilakukan, yaitu : 1) Menempatkan tenaga ahli dalam menajemen yang tepat pada posisi yang tepat 2) Membuat perencanaan biaya produksi dan operasional yang efisien 3) Meningkatkan kerjasama tim dalam mengatasi permasalahan yang timbul 4) Mencari pangsa pasar yang tepat bagi produk yang tepat. c. Dari analisa kelayakan dengan menggunakan kriteria NPV, IRR, PBP dan PI didapatkan hasil, bahwa pengerjaan Proyek Obat Tradisional pada Perusahaan farmasi skala kecil menengah (PT. MAP) adalah Layak. 2. Saran a. Bagi PT. MAP disarankan perlunya penanganan dan kemampuan yang serius dan lebih baik untuk mengatasi kelemahan-kelemahan perusahaan, terutama dalam strategi produksi dan pemasaran untuk meluncurkan produk-produk ke pasaran melalui suatu kelompok kerja khusus. b. Dengan keterbatasan anggaran yang dimiliki, maka perusahaan perlu melakukan efisiensi dengan cara mendayagunakan SDM yang dimilikinya, diantaranya kebutuhan tenaga-tenaga pemasaran.
DAFTAR PUSTAKA Brigham, E.F. Gapenski and Louis C. 1992. Financial Management, Theory and Practise. Hardcourt Brake Jovanovich College Publisher, New York. Djarwanto, P. S. 1984. Capital Budgeting. BPPE, Yogyakarta. Investor Daily. 2004. 2010, Harmonisasi Peraturan Obat Tradisional Asean: 26 Agustus 2004. Media Indonesia, 2004. “Standardisasi Obat Tradisional 2010” (Agustus 2004). Mulyadi. 1997. Akuntansi Manajemen. Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta. PT. CIC. 2001. Permintaan Obat Tradisional/Jamu, No. 283 11 Oktober 2001. PT. MAP 2004. Company Profile. PT. Molex Ayus Pharmaceutical, Tangerang. Rahayuningsih. 2004. “Harmonisasi Jamu Asean Bikin Untung Atau Buntung?” Bisnis Indonesia (16 Agustus 2004). Rangkuti, F. 2003. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sartono, A. 1996. Managemen Keuangan. BPPE, Yogyakarta. Sihombing, M. 2004. Jamu Asal Indonesia mulai Banjiri Pasar. Bisnis Indonesia (21 Agustus 2004). Syamsuddin, L. 1998. Manajemen Keuangan Perusahaan. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Weston, J.F. dan E.F. Brigham. 1988. Dasar-dasar Managemen Keuangan (Terjemahan, Jilid 1). Erlangga, Jakarta.
Jurnal MPI Vol. 3 No. 2. September 2008