TINDAK TUTUR DALAM TRANSAKSI JUAL-BELI DI PASAR TERAPUNG LOK BAINTAN MARTAPURA (SPEECH ACTS ON TRADING TRANSACTION AT FLOATING MARKET OF LOK BAINTAN MARTAPURA) Radiansyah dan Jumadi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat, Jl. Brigjend. H. Hasan Basry, Kampus Kayu Tangi, Banjarmasin, Kode Pos 70123, e-mail
Abstract Speech Acts on Trading Transaction at Floating Market of Lok Baintan Martapura. Speech act is an act of speech when the speaker issued. In the process of buying and selling at the Floating Market Lok Baintan Martapura are speech acts. This study discusses the use of speech acts in the Floating Market Lok Baintan Martapura. This study aims to determine what kind of speech act use in the process of buying and selling at the Floating Market Lok Baintan Martapura. the use of speech acts that speak by merchants and shoppers are representative speech act, directive speech acts, and expressive speech acts. Representative speech acts used by traders and shoppers in the form of follow-inform, explain, inform, suggest, insist, besumpah, asserted, complaining and giving advice. Directive speech acts used by traders and shoppers in the form of permit, question, ask, force and advise. Meanwhile, the expressive speech acts used by the traders and buyers in the form of joy, resentment, joy, anger, pronunciation thank you, an apology, and praise. Speech acts of the most dominant traders are representative speech acts. Keywords: representative speech act, directive speech acts, expressive speech acts Abstrak Tindak Tutur dalam Transaksi Jual-Beli di Pasar Terapung Lok Baintan Martapura. Tindak tutur adalah suatu tindak berbicara saat penutur. Dalam proses jual beli di Pasar Terapung Lok Baintan Martapura adalah tindak tutur. Penelitian ini membahas penggunaan tindak tutur di Pasar Terapung Lok Baintan Martapura. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jenis tindak tutur yang digunakan dalam proses jual beli di Pasar Terapung Lok Baintan Martapura. penggunaan tindak tutur yang diujarkan oleh pedagang dan pembeli sebagai representasi tindak tutur, tindak tutur direktif, dan tindak tutur ekspresif. Representasi tindak tutur digunakan oleh pedagang dan pembeli dalam bentuk tindak menginformasikan, jelaskan, menginformasikan, menyarankan, bersikeras, bersumpah, menegaskan, mengeluh dan memberikan nasihat. Tindak tutur direktif yang digunakan oleh pedagang dan pembeli dalam bentuk izin, pertanyaan, bertanya, memaksa dan memberikan saran. Sementara itu, tindak tutur ekspresif yang digunakan oleh para pedagang dan pembeli dalam bentuk sukacita, dendam, sukacita, kemarahan, pengucapan terima kasih, permintaan maaf, dan pujian. Tindak tutur satu pedagang yang paling dominan adalah tindak tutur representatif. Kata-kata kunci: tindak tutur representatif, tindak tutur direktif, tindak tutur ekspresif
PENDAHULUAN
Tindak tutur merupakan suatu tindakan ketika penutur mengeluarkan ujaran. Dalam proses transaksi jual-beli di Pasar Terapung Lok Baintan Martapura terdapat tindak tutur. Penelitian ini membahas tentang penggunaan tindak tutur di Pasar Terapung Lok Baintan Martapura. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seperti apa penggunaan tindak tutur dalam proses transaksi jualbeli di Pasar Terapung Lok Baintan Martapura. Manusia tidak dapat dipisahkan dari bahasa dalam menyampaikan informasi. Manusia dalam berkomunikasi menggunakan bahasa, baik dalam komunikasi lisan atau tertulis. Dalam berkomunikasi manusia dapat menyapa, bertanya, dan mengutarakan pendapat. Proses manusia dalam menyapa, bertanya, dan mengutarakan pandapat pasti berbeda pada setiap individuindividunya, sehingga setiap individu menggunakan bahasa atau kalimat-kalimat yang mudah untuk menyapa, bertanya, dan mengutarakan pendapat agar dapat dipahami. Sosiologi telah lama mencatat kelompok-kelompok manusia bukan hanya dibedakan dari bahasa yang digunakan melainkan juga dari tempat tinggal, kondisi sosial, pekerjaan, dan status ekonomi. Dari beberapa perbedaan itu, masyarakat mempunyai ciri atau dialek serta variasi bahasa sendiri. Dari perbedaan itu, Searle (dalam Arifin dan Rani, 2000: 136) mengemukakan dalam berkomunikasi yang menggunakan bahasa selalu terdapat tindak tutur. Searle berpendapat bahwa komunikasi bahasa bukan sekadar lambang, kata, atau kalimat, tetapi akan lebih tepat apabila disebut produk atau hasil dari lambang, kata, atau kalimat yang berwujud perilaku tindak tutur. Austin (1962) menyatakan bahwa secara analitis dapat dipisahkan tiga macam tindak tutur yang terjadi secara serentak: (1) tindak lokusi, (2) tindak ilokusi, (3) tindak perlokusi. Dari pembagian ciri di atas, tindak lokusi menurut Lyons (dalam Arifin dan Rani, 2000: 138) adalah suatu tindak berkata, yaitu menghasilkan ujaran dengan makna tertentu referensi tertentu. Austin (dalam Arifin dan Rani, 2000: 139), mengemukakan tindak ilokusi menekankan pada pentingnya pelaksanaan isi ujaran bagi penuturnya. Secara khusus, Searle (dalam Arifin dan Rani, 2000) mendeskripsikan tindak ilokusi ke dalam lima jenis tindak tutur, yaitu (1) asertif adalah tindak tutur yang menjelaskan apa dan bagaimana sesuatu itu adanya, (2) komisif adalah tindak tutur yang mendorong penutur melakukan sesuatu, (3) direktif adalah tindak tutur yang berfungsi mendorong pendengar melakukan sesuatu, (4) ekspresif adalah tindak tutur yang menyangkut perasaan dan sikap, tindakan ini berfungsi untuk mengekspresikan dan mengungkapkan sikap psikologis penutur terhadap mitra tutur, (5) deklarasif/deklaratif adalah tindak tutur yang menghubungkan isi proposisi dengan realitas yang sebenarnya, dan yang terakhir tindak perlokusi adalah tindak tutur yang dilakukan untuk mempengaruhi orang lain atau membuat orang bereaksi. Penelitian tentang tindak tutur memang sudah pernah dilakukan oleh Norhana (2007). Akan tetapi Norhana meneliti Tindak Tutur dalam Novel Perempuan Berkalung Sorban yang menekankan pada tuturan dalam mengungkapkan gugatan terhadap dominasi kekuasaan laki-laki. Dari penelitian yang sudah dilakukan, jelas berbeda karena penelitian yang dilakukan penulis lebih menekankan pada apa saja jenis penggunaan tindak tutur dalam transaksi jual beli di pasar Terapung Lok Baintan Martapura. METODE Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Penulis menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif di dalam penelitian ini, dengan cara membuat deskripsi yang sistematis dan akurat mengenai data yang diteliti. Metode deskriptif ini dipilih karena penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menggambarkan tentang
objek yang diteliti. Di dalam mengamati interaksi sosial yang terjadi, penulis melaksanakan metode ini dengan cara mengamati, ikut berperan serta melakukan wawancara dan merekam tuturan-tuturan yang diujarkan oleh si penjual dan pembeli yang sedang melakukan transaksi jual-beli di pasar Terapung Lok Baintan Martapura. Data yang diperoleh dalam penelitian ini bersumber dari bahasa lisan yang dituturkan oleh pedagang dengan pedagang dan pedagang dengan pembeli yang sedang melakukan transaksi jual-beli dan sumber data berasal dari para pedagang dan pembeli di pasar Terapung Lok Baintan Martapura. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah percakapan atau tindak tutur yang dituturkan para pedagang dan pembeli di Pasar Terapung Lok Baintan Martapura. Sumber data diperoleh dari tuturan yang diujarkan para pedagang dan pembeli berupa rekaman dan hasil wawancara. Untuk pengambilan data, penelitian ini dilakukan di lapangan, tepatnya di pasar Terapung Lok Baintan Martapura. Adapun pelaku di dalam penelitian ini adalah para pedagang dengan pedagang dan pedagang dengan pembeli. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan observasi (simak), dan wawancara (cakap). Penggunaan teknik observasi mendominasi kegiatan pengumpulan data dalam kajian ini. Peneliti melakukan observasi terhadap berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para pedagang dan pembeli. Untuk mendapatkan data tuturan tersebut, peneliti melakukan perekaman. Dalam konteks itu, peneliti berusaha mendapatkan rekaman tuturan sebanyak mungkin dari proses komunikasi di pasar terapung Martapura. Dalam melakukan perekaman, peneliti menggunakan alat perekam berupa HP (handphone) untuk mendapatkan hasil rekaman yang lebih baik serta dapat didengar. Sumber data, pedagang di pasar Terapung Lok Baintan Martapura tidak mengetahui bahwa tuturannya direkam sehingga proses perekaman tidak berdampak kepada menurunnya derajat kealamiahan data dan tanpa direkayasa. Peneliti juga mengajukan beberapa pertanyaan diantaranya menanyakan data pribadi para pedagang dan status sosialnya. Dari hasil perekaman itu, kemudian dilakukan transkripsi. Selain melakukan perekaman, peneliti juga membuat catatan lapangan di mana terjadi percakapan antara pedagang dengan pedagang dan pedagang dengan pembeli. Sebelum dilakukan analisis, data yang telah dikumpulkan dikelompokkan terlebih dahulu. Klasifikasi data itu dilakukan untuk mendapatkan tipe-tipe data yang tepat dan cermat, selanjutnya untuk mempermudah proses analisis. Klasifikasi tersebut dilakukan dengan cara berikut. 1. Pengumpulan data, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang berupa rekaman percakapan antara pedagang dengan pedagang dan pedagang dengan pembeli di Pasar Terapung Lok Baintan Martapura. 2. Pentranskripsian data rekaman ke dalam bentuk tulisan. 3. Pengidentifikasian tindak tutur (asertif, direktif, dan ekspresif). 4. Pengklasifikasian tindak tutur (asertif, direktif, dan ekspresif). Mahsun (2007: 225) mendefinisikan analisis data sebagai upaya yang dilakukan untuk mengklasifikasikan atau mengelompokkan data. Teknik analisis data pada penelitian ini dilakukan mengelompokkan data-data yang diperoleh hasil dari simak, rekam, dan wawancara. Mencatat data hasil rekaman, kemudian menganalisis seluruh data sesuai yang diperoleh, setelah itu mengidentifikasikan data sesuai dengan tindak tutur para pedagang dan pembeli berdasarkan penggunaan tindak tutur asertif, direktif, dan ekspresif. Data yang diperoleh dilakukan
pengecekan keabsahan data, dan terakhir menyimpulkan hasil penelitian tentang tindak tutur para pedagang dan pembeli. Analisis data penelitian meliputi (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) verifikasi/penyimpulan. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi dari kata ‘kasar’ yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Penyajian data diartikan sebagai proses penyusunan informasi yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan, dan pengambilan tindakan, sedangkan penyimpulan diartikan sebagai proses pengambilan kesimpulan dengan cara mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang penting, dan alur sebab akibat. Reduksi data dilakukan dengan mendeskripsikan dan mengindentifikasi tindak tutur pada tuturan yang telah dikumpulkan. Kemudian, data yang telah dideskripsikan dan diidentifikasi berdasarkan kelompoknya. Pada tahap penyajian data dilakukan pengkodean seperti tindak tutur a) Rep (representatif), b) Dir (direktif) dan c) Eks (ekspresif). Pengkodean dilakukan untuk mengidentifikasi fokus yang telah ditentukan. Tahap terakhir analisis data adalah proses penyimpulan atau verifikasi. Proses ini merupakan proses interpretasi sebelum dihasilkan temuan kajian. Dalam kajian ini, penafsiran data dilakukan melalui proses heuristik. Dengan proses ini, data ditafsirkan menggunakan hipotesis-hipotesis yang ada di benak peneliti dan didukung oleh catatan lapangan dan data dari hasil wawancara. Hipotesis-hipotesis itu lebih mengarah kepada kerangka analisis data, bukan hipotesis kajian sebagaimana dipahami dalam jenis kajian kuantitatif. Dalam penelitian ini, untuk menguji keabsahan data yang digunakan pada penelitian, digunakan metode triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatau yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data sebelumnya. Sebelum dilakukan analisis, data yang terkumpul diadakan pengecekan keabsahannya. Dalam kajian kualitatif dikenal empat jenis triangulasi yakni triangulasi sumber, metode, peneliti, dan teori. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengumpulkan data sejenis dari sumber data yang berbeda. Triangulasi metode dilakukan dengan cara lebih dari satu teknik pengumpulan data, yakni dengan perekaman untuk mendapatkan data tuturan, observasi untuk mendapatkan catatan lapangan, dan wawancara untuk mendapatkan pandangan P dan T terhadap data yang ditriangulasikan. Penulis membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara dengan narasumber yang dapat dipercaya. Selain itu, penulis juga akan membandingkan apa yang dikatakan narasumber di depan umum dengan dikatakan secara pribadi. Dengan triangulasi dalam pengumpulan data tersebut, dapat diketahui apakah narasumber memberi data yang berbeda. HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan Tindak Tutur Representatif Berdasarkan hasil penelitian, seorang pedagang maupun pembeli lebih banyak menggunakan tindakk tutur representatif (Rep) berupa tindak menjelaskan apa adanya, seperti tindakan memberikan informasi, menjelaskan, memberitahukan, bersikeras, menyarankan, menegaskan, bersumpah, mengeluh, dan memberi saran. Tindak tutur representatif mempunyai fungsi untuk memberi tahu orang mengenai sesuatu. Contoh penggunaan tindak tutur representatif yang diujarkan oleh para pedagang dan pembeli di Pasar Terapung Lok Baintan Martapura bisa dilihat pada beberapa contoh kutipan dan percakapan berikut ini.
Kutipan antara pedagang dan pembeli Atul : Manjualakan ampun urang jua aku ni? (‘menjualkan dagangan orang saya ini’) Radiansyah : Itu haja gin amun pian hakun (‘itu saja kalau anda mau’) (Konteks : dituturkan ketika pembeli menawar dengan harga yang murah) Penggalan wacana di atas terdapat penggunaan tindak tutur representatif memberitahukan. Penutur menggunakan tindak tutur representatif berupa memberitahukan kepada mitra tuturnya. Tuturan yang digunakan pedagang (Atul) berupa menjualkan ampun urang jua aku ni. Pedagang (Atul) memberitahu bahwa dia sesungguhnya menjualkan dagangan orang berharap dari lebihnya harga yang ditawarkan itulah dia mengambil untung dari dagangan yang ditawarkannya. Pada kutipan di bawah ini terdapat penggunaan tindak tutur representatif mengeluh dan memberi saran. Radiansyah : Kalarangan, kaya ini haja nah cil, lima blas ribu biar haja buati nang halus-halusnya lawan jua pian haja nang mamilihkan, urang ulun asal marasai ja? (‘bagaimana bi kalu seperti ini saja, harganya lima belas ribu yang kecil-kecilnya dibuatkan juga dan yang memilih buahnya bibi juga, kami asalkan merasakan buah jeruk itu saja’) Maimunah : Nang kayapa lah, kada meambil untung aku sadikit-sadikit tu pang aku maambil untung? (‘bagaimana ya, tidak dapat untung saya, sedikit-sedikit itu saja saya mengambil untungnya’) (konteks: ketika pembeli mengeluh harga terlalu mahal) Kutipan di atas terdapat penggunaan tindak tutur representatif mengeluh dan memberi saran. Pada tuturan di atas pembeli (Radiansyah) merasa harga yang akan dibelinya terlalu mahal, ini ditandai dengan adanya tuturan pembeli kalarangan, sebenarnya maksud pembeli (Radiansyah) hanya ingin membeli beberapa saja kerena sudah jelas tuturan pembeli (Radiansyah) yang menyatakan hanya ingin mencicipi (merasai), pembeli (Radiansyah) tahu kalau harga barang yang akan dibelinya sebenarnya memang mahal karena sekarang bukan musimnya, tetapi dengan memberikan alasan yang kuat sehingga pedagang (Maimunah) mau menurunkan harga jeruknya. Tuturan di atas juga terdapat tindak tutur representatif yang berupa memberi saran. Tuturan itu ditandai dengan nang kaya ini haja nah cil, lima blas ribu biar haja buati nang halushalusnya lawan jua pian haja nang mamilihkan, urang ulun asal marasai ja? Pembeli (Radiansyah) memberikan saran kepada pedagang agar harga diturunkan dengan syarat pedagang (Maimunah) yang memilihkan dan menyuruh pedagang (Maimunah) mencampur yang kecil dengan yang besar, teknik ini dianggap pembeli (Radiansyah) agar pedagang (Maimunah) mau menjual dengan harga yang murah. Penggunaan Tindak Tutur Direktif Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang mendorong T melakukan sesuatu. Dengan demikian, tindak tutur ini bertujuan menghasilkan efek berupa tindakan yang dilakukan oleh T. Dalam pertuturan di pasar Terapung Lok Baitan Martapura juga banyak digunakan.
Tindak tutur direktif juga termasuk tindak tutur yang mempunyai banyak jenis. Keragaman penggunaan jenis tindak tutur direktif terkait dengan usaha-usaha yang dilakukan P agar T melakukan sesuatu. Usaha-usaha itu, seperti P meminta, bertanya, membolehkan, memaksa, dan menyarankan T melakukan sesuatu. Pada kutipan di bawah ini juga terdapat penggunaan tindak tutur direktif berupa pertanyaan. Siti : Berapa bungkus? (‘Berapa bungkus’) Erlita : Dua bungkus (‘Dua bungkus’) Siti : Beacar kah? (‘Acarnya dibuat juga’) Erlita : Kada usah cil ai? (‘Tidak usah Bi’) (konteks: dituturkan ketika sedang terjadi transaksi jual beli) Pada kutipan di atas terdapat penggunaan tindak tutur direktif berupa pertanyaan, pertanyaan pedagang (Siti) kepada pembeli (Erlita) dilakukan sebanyak dua kali ini ditandai dengan Berapa bungkus? dan Beacar kah? Pedagang (Siti) bertanya kepada pembeli (Erlita) sebanyak dua kali dan pertanyaannya berbeda. Pada kutipan terdapat penggunaan tindak tutur pertanyaan. Aminah : Mulai mana bubuhan ikam ni (‘Dari mana kalian ini’) Radiansyah : Mulai banjar cil ai? (Dari banjar Bi’) Aminah : Naik apa bubuhan ikam, rusak kalu jalan muka tu (‘Naik apa kalian, jalan didepan itu rusak ya’) Radiansyah : Inggih, bekendraan tadi cil, kendaraan ulun tinggal di muka sakulahan (‘Iya, pakai sepeda motor Bi, sepeda motornya saya titipkan didepan sekolah’) Aminah : Iya kah, bararti shubuh banar bubuhan ikam bajalan batis tadi lah? (‘Begitu ya, berarti masih shubuh sekali kalian berjalan ya’) Radiansyah : Inggih cil ae, maka jauh banar bajalan? (‘Iya Bi, jauh sekali berjalan’) (konteks: dituturkan ketika pedagang dan pembeli sedang bercengkrama) Pada kutipan di atas terdapat penggunaan tindak tutur direktif pertanyaan, pedagang (Aminah) melakukan beberapa kali pertanyaan kepada pembeli (Radiansyah) karena pedagang (Aminah) ingin mengetahui darimana pembeli (Radiansyah) ini berasal karena di Pasar Terapung Lok Baintan pengunjungnya dari berbagai daerah dan bukan dari KALSEL saja tetapi juga dari luar pulau bisa saja pengunjung datang. Bahkan dari luar negeri banyak turis-turis asing berkunjung ke Pasar Terapung Lok Baintan Martapura. Pada kutipan di bawah ini terdapat penggunaan tindak tutur direktif berupa pertanyaan. Erlita : Sapa cil ngaran pian? (‘Siapa nama Bibi’)
Masirah
: Ngaran acil kah, Masirah? (‘Nama Bibi Masirah’) Erlita : Rumah pian parak mana cil, (‘Rumah Bibi dekat mana’) Masirah : Parak langgar yang bagian ikam meandak kandraan tadi? (‘Dekat mushula, tempat kalian meletakkan sepeda motor’) Erlita : Inggih cil lah, apa nama desa pian cil? (‘Iya Bi, apa nama desa temapt Bibi tinggal’) Masirah : Desa Baitan luar (‘Desa Baitan Luar’) Erlita : Laki pian bagawi apa cil? (‘Suami ibu bekerja apa’) Masirah : Laki aku mancari iwak? (Suami saya bekerja sebagai nelayan’) Erlita : Inggih makasih cil lah? (‘Iya terimakasih Bi ya’) (konteks: dituturkan ketika pedagang meminta pembeli untuk menunggu) Pada penggalan wacana di atas terdapat penggunaan tindak tutur direktif berupa pertanyaan yang menginterogasi untuk mengetahui seluk-beluk pedagang (Masirah), tetapi interogasi yang dilakukan berupa hal-hal sederhana dan bersifat terbuka, pedagang (Masirah) tidak menyadari bahwa pembeli (Erlita) mengajukan beberapa pertanyaan dan sifatnya interogasi untuk memperoleh data dari pedagang (Masirah). Penggunaan Tindak Tutur Ekspresif Tindak tutur ekspresif adalah tindak tutur yang menyatakan apa yang dirasakan penutur. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan terdapat beberapa penggunaan tindak tutur ekspresif yang diujarkan oleh para pedagang dan pembeli di Pasar Terapung Lok Baintan Martapura. Tindak tutur ekspresif yang dituturkan para pedagang dan pembeli tersebut berupa bentuk rasa senang, rasa tidak suka, rasa gembira, memuji, marah, pengucapan terima kasih, dan permintaan maaf. Contoh tindak tutur ekspresif yang dituturkan para pedagang dan pembeli dapat dilihat pada contoh-contoh tuturan berikut ini. Kutipan antara pedagang dan pembeli Aminah
: Iya kah, minta maaf acil lah kadada kantongannya? (‘Iya, Bibi minta maaf karena tidak mempunyai kantong kresek’) Erlita : Inggah kada papa cil? (‘Iya tidak apa-apa Bi’) (konteks: ketika sudah terjadi transaksi jual beli) Pada penggalan wacana di atas terdapat penggunaan tindak tutur ekspresif berupa permintaan maaf, pedagang (Aminah) meminta maaf kepada pembeli (Erlita) karena dia tidak punya kantong kresek, kata-kata itu ditandai dengan Iya kah, minta maaf acil lah kadada kantongannya? Kebiasaan di Pasar Terapung Lok Baintan Martapura, para pedagangnya sering tidak mempunyai kantong kresek. Hal ini terjadi karena sesama pedagang masih menggunakan cara barter. Oleh karena itu, mereka menganggap kantong kresek tidak terlalu perlu digunakan
dalam transaksi jual-beli karena mereka menganggap perahu (jukung) sebagai tempat atau wadah meletakkan barang yang akan didagangkan atau barang dagangan yang akan dibarterkan. Pada penggalan wacana di bawah ini terdapat penggunaan tindak tutur ekspresif berupa rasa gembira. Aminah : Ngaranku Aminah, iih, nah pisangnya? (‘Nama saya Aminah, iya ini kue pisangnya’) Radiansyah : Tukar cil lah? (Saya tukar Bi ya’) Aminah : Iih jual? (‘Iya jual’) (konteks: ketika pedagang menyerahkan barang dagangan yang akan dibeli pembeli) Pada penggalan wacana di atas terdapat penggunaan tindak tutur ekspresif berupa rasa gembira, hal ini ditandai dengan Iih, nah pisangnya?dan Iih jual? Pedagang (Aminah) merasa gembira karena barang dagangannya dibeli oleh pembeli (Radiansyah) dan sesuai dengan harga yang ditawarkan. Pada penggalan wacana di bawah ini juga terdapat penggunaan tindak tutur ekspresif rasa gembira. Masirah : Iih ini nah gado-gadonya (‘Iya ini gado-gadonya’) Erlita : Inggih cil tukar lah? (‘Iya Bi tukar ya’) Masirah : Iih jual seadanya, berelaaan kita lah? (‘Iya saya jual seadanya dan kita berelaan ya’) (konteks: dituturkan ketika transaksi sudah berakhir) Pada penggalan wacana di atas terdapat penggunaan tindak tutur ekspresif rasa gembira. Hal ini ditandai dengan Iih jual seadanya, berelaaan kita lah? Ekspresif rasa gembira di atas ditandai dengan kata-kata Iih jual seadanya dan diikuti dengan kata-kata berelaaan kita lah? Pada zaman sekarang sulit menemukan yang menuturkan kata-kata berelaan pada akhir transaksi jual-beli, karena kata-kata seperti itu banyak digunakan oleh nenek-kakek kita pada zaman dulu. Pada kutipan di bawah ini terdapat penggunaan tindak tutur ekspresif berupa memuji. Irus : Lontongnya, bungasnya ikam ding? (‘ Lontongnya, cantik sekali kamu De’) Erlita : Bungas kenapa cil? (‘Cantik kenapa Bi’) Irus : Kaya arab muha ikam? (‘ Seperti orang arab wajahmu’) Erlita : Bisa banar acil neh? (‘Bibi bisa saja’) Irus : Bujuran, (‘iya benar’) (konteks: pedagang menawarkan kepada pembeli) Pada kutipan di atas terdapat penggunaan tindak tutur ekspresif berupa memuji. Hal ini ditandai dengan Lontongnya, bungasnya ikam ding?dan Kaya arab muha ikam? Pedagang (Irus) di sini menawarkan barang dagangannya sekaligus memuji calon pembeli (Erlita) berharap
barang dagangannya akan dibeli, sering dijumpai apabila seseorang yang ada maunya kebiasaan dia akan memuji seseorang yang dia anggap mau menolongnya, contohnya kata-kata yang sering digunakan cantik, ganteng, manis, dan lain-lain. Hal itu dilakukan agar orang dipuji mau menuruti apa yang dia mau. Pada penggalan wacana di bawah ini terdapat penggunaan tindak tutur ekspresif berupa rasa tidak suka. Pedagang : Aku terserah bagian ikam ja (‘Saya terserah kalian saja’) Radiansyah : Kena ai dulu cil ai? (‘Nanti dulu Bi lah’) (konteks: dituturkan ketika tidak adanya kecocokkan harga) Pada penggalan wacana di atas terdapat penggunaan tindak tutur ekspresif rasa tidak suka, pedagang merasa tidak suka karena harga yang ditawarkan tidak sesuai dengan tawaran pembeli (Radiansyah). Hal ini ditandai dengan Aku terserah bagian ikam ja, di sini ekspresi yang dikeluarkan pedagang merasa tidak suka terhadap tawaran dari pembeli.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Tindak tutur yang dituturkan oleh para pedagang dan pembeli di Pasar Terapung Lok Baintan Martapura adalah tindak tutur representatif (asertif), tindak tutur direktif, dan tindak tutur ekspresif. Penggunaan Tindak tutur representatif yang dituturkan oleh pedagang dan pembeli di Pasar Terapung Lok Baintan Martapura adalah berupa tindakan memberikan informasi, menegaskan, menjelaskan, memberitahukan, bersikeras, menyarankan, bersumpah, mengeluh, dan memberi saran. Penggunaan Tindak tutur direktif yang dituturkan oleh para pedagang dan pembeli di Pasar Terapung Lok Baintan Martapura adalah berupa meminta, bertanya, membolehkan, memaksa, dan menyarankan T melakukan sesuatu. Penggunaan Tindak tutur ekspresif yang dituturkan oleh para pedagang dan pembeli di Pasar Terapung Lok Baintan Martapura adalah berupa bentuk rasa senang, rasa tidak suka, rasa gembira, memuji, marah, pengucapan terima kasih, dan permintaan maaf. Saran S aran yang ingin disampaikan dalam penelitian ini kiranya perlu dilakukan penelitian sejenis dengan tempat dan karakteristik berbeda dan mengharapkan agar peneliti berikutnya meneliti mengenai tindak tutur secara lebih mendalam dan lebih luas. Peneliti mengharapkan agar penelitian ini menjadi acuan untuk penelitian kebahasaan mengenai tindak tutur dalam transaksi jual-beli dengan tempat dan pokok bahasan yang lebih luas.
DAFTAR RUJUKAN Arifin, Bustanul, dan Rani, Abdul. 2000. Prinsip-Prinsip Analisis Wacana. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Austin, J. L. 1962. How to Do Things with Words. Cambridge, Mass.: Harvard U. P. Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa: Tahap Strategi, Metode, dan tekniknya. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Norhana. 2007. Tindak Tutur dalam Novel Perempuan Berkalung Sorban. Skripsi Banjarmasin: PS. PBSI FKIP Unlam.