KAJIAN ANALISIS WACANA POLIGAMI DALAM FILM BERBAGI SUAMI Nina Kusumawati Program Studi Penyiaran Akademi Komunikasi BSI Jakarta Jl. Kayu Jati V No. 2, Pemuda Rawamangun, Jakarta-Timur
[email protected]
Abstract Polygamy became like a epidemic that attacked the lower level of social class to the top level. This phenomenon is more widespread with the mass media supports exposing many cases of poligami.Media acts as a social control on the concept of polygamy. One of the role of media which is the medium of film. Film role in the development of national culture and economic development as well as function. The film is a reflection of people's lives realistically which fictionalized. Husband share this movie, Nia Dinata describes polygamy is happening in the community. This study aims to determine the extent to which the public assesses the social relations of husband and wife in the movie Sharing Husband, statement whether expressed in the movie, Do the various elements of the film work effectively in delivering the message, and the extent to which the cultural phenomenon of polygamy in "Berbagi Suami”. The result on this research shownn that the film is satire on society. Keyword: discourse analysis, film,poligamy Abstraksi Poligami menjadi seperti wabah yang menyerang masyarakat dari kelas sosial tingkat bawah sampai tingkat atas. Fenomena ini semakin meluas dengan didukungnya media massa yang mengekspos banyak kasus tentang poligami.Media berperan sebagai kontrol sosial tentang konsep poligami. Salah satu media yang berperan adalah media film. Film berperan dalam pengembangan budaya bangsa dan pembangunan serta fungsi ekonomi. Film merupakan cermin kehidupan masyarakat secara realistis yang difiksikan. Dalam film berbagi Suami, Nia Dinata ini menggambarkan poligami yang terjadi di lingkungan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai relasi sosial suami isteri dalam film berbagi suami di masyarakat. Pernyataan apakah yang dikemukakan dalam film ini, Apakah berbagai unsur film ini berfungsi efektif dalam menyampaikan pesan, dan Sejauh mana fenomena budaya poligami dalam film “Berbagi Suami. Pada akhirnya hasil penelitian pada Film ini menyampaikan sindiran yang terjadi di masyarakat. I. PENDAHULUAN Wacana dan fenomena poligami dewasa ini menjadi sebuah gejala yang berkembang pesat, dengan berbagai alasan mendasarinya baik secara terselubung maupun terang-terangan. Poligami menjadi seperti wabah yang menyerang masyarakat dari kelas sosial tingkat bawah sampai tingkat atas. Fenomena ini semakin meluas dengan didukungnya media massa yang mengekspos banyak kasus tentang poligami. Media massa dengan fungsinya sebagai penyampai informasi kepada khalayak seharusnya bisa menjadi kontrol sosial tentang konsep poligami secara benar, tetapi dengan berkembangnya isu dan pemberitaan maka poligami semakin menjadi bola salju yang bergulir semakin kencang di masyarakat. Media massa seharusnya juga harus dapat berperan untuk melakukan 70
perubahan di masyarakat dalam hal ini memberikan informasi kepada masyarakat tentang hukum poligami yang benar menurut agama serta konsekuensi yang harus diambil dalam melakukan poligami. Salah satu media yang juga berperan untuk menyampaikan informasi adalah media film. Bahasa film adalah kombinasi antara bahasa, suara dan gambar. Sineas menawarkan sebuah solusi melalui filmnya dengan harapan tentunya bisa diterima dengan baik oleh orang yang menonton. Melalui pengalaman mental dan budaya yang dimilikinya penonton berperan aktif secara sadar maupun tidak sadar untuk memahami sebuauh film. (Pratista, 2008:3). Film dapat digunakan sebagai pernyataan moral,filsafat dan sosial. Film yang baik adalah film
II. KAJIAN LITERATUR
Tahun 1992 tentang Perfilman Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan/atau lainnya. Sedangkan menurut Kristanto (2004:469) Film merupakan media komunikasi massa yang bersifat dengar pandang atau audio-visual. Film berperan dalam pengembangan budaya bangsa dan pembangunan serta fungsi ekonomi. Film merupakan representasi dari realitas nyata yang kemudian didramatisir. Film drama yang kemudian menjadi genre yang paling banyak diproduksi karena jangkauan ceritanya yang sangat luas. Film-film drama umumnya berhubungan dengan tema, cerita, setting, karakter, serta suasana yang memotret kehidupan nyata. Konflik bisa dipicu oleh lingkungan,diri sendiri ataupun alam. Kisahnya seringkali menggugah emosi dramatik dan mampu menguras airmata penonton nya. Tema umumnya mengangkat isu-isu sosial baik skala besar maupun skala kecil. (Pratista, 2008: 14). Film adalah sesuatu yang unik yang dibedakan dari segenap media lainnya karena sifatnya yang bergerak secara bebas dan tetap. Film memiliki kemampuan ajaib dalam mengambil sudut pandangan yang bermacam-macam,gerak, waktu dan karena rasa ruang tak terbatas yang bisa ditimbulkan. Ulasan tentang film drama sebagai interpretasi kehidupan erat hubungannya dengan nada dasar atau pandangan dasar sang penulis. Drama sebagai tiruan (mimetik) terhadap kehidupan, berusaha memotret kehidupan secara riil. (Waluyo, 2003:29). Film dapat digunakan sebagai pernyataan moral,filsafat dan sosial. Film yang baik adalah film yang dibangun atas sebuah pernyataan yang mengajarkan sesuatu pada kita.Dalam corak penilaian semacam ini kita harus dapat menentukan apakah laku dan tokoh memiliki arti yang tersirat dibalik konteks film itu sendiri, artinya dilihat dari sudut moral,sosial atau falsafi yang dapat membantu kita memperoleh pengertian yang lebih jelas tentang berbagai aspek kehidupan,fitrah manusia,pengalaman manusia atau kondisi manusia. (Asrul Sani,1985: 323).
2.1. Film
2.2 Poligami
mengajarkan sesuatu pada kita. Melalui film kita dapat merepresentasikan kejadian yang ada di sekitar kita termasuk juga fenomena-fenomena sosial. Hal ini pulalah yang kemudian berusaha diangkat oleh sutradara Nia Dinata melalui tema Poligami dalam film Berbagi Suami. Film Berbagi Suami adalah film urban yang diproduksi oleh Kalyana Shira Film pada tahun 2006. Film ini bercerita tentang problem keluarga yaitu poligami yang ada dalam kehidupan masyarakat dari kalangan atau kelas manapun. Menganalisis fenomena poligami merupakan proses yang sangat menarik. Sejak lama isu ini telah menjadi salah satu dari beberapa topik yang diamati. Perempuan-perempuan yang dipoligami memiliki berbagai cara untuk mengatasi konflik batin yang mereka alami. Ada yang bisa menerima dengan lapang dada tapi ada juga yang mencoba menerima namun tidak bisa bertahan dan memutuskan untuk bercerai. Saya percaya setiap perempuan memiliki hak untuk menentukan dan memilih jalan hidup. Tak ada seorang pun bisa menggurui dan menilai apapun pilihan mereka. Berdasarkan berbagai kemungkinan itulah saya mencoba menuangkan kreatifitas yang saya miliki untuk menulis skenario dan menyutradarai filmmengenai poligami dengan cara sederhana apa adanya dan lebih terfokus pada perwatakan tokoh-tokohnya. Melalui Salma Siti dan Ming saya mencoba menggambarkan karakter perempuan yang kompleks dan multidimensional. Film Omnibus ini menyatukan tiga cerita dalam kompleks permasalahan yang sama seputar poligami dengan penyelesaian yang berbeda. Salma, Siti dan Ming dengan latar belakang status sosial disatukan dalam beberapa set yang sama sehingga terangkai satu jalan cerita yang bagus. Keunggulan cerita inilah yang berusaha ditonjolkan oleh penulis naskah dan sutradara sehingga menjadi sebuah film yang diharapkan berhasil membuka mata penonton tentang realita poligami di masyarakat selama ini. Dari ulasan di atas maka dalam tulisan ini mencoba membedah cerita, konflik dan tokoh yang disajikan menyangkut persoalan poligami yang direpresentasikan ke dalam sebuah film. Dalam tulisan ini akan dipaparkan bagaimana poligami divisualkan dan diaudiokan dalam bentuk film, pada konteks ini fiulm Berbagi Suami.
Definisi film menurut Undang-undang No.8
Menurut Fathurohman (51:2007) praktik 71
poligami yang dilakukan memiliki beragam alasan. Setiap individu yang terlibat didalamnya pun mengalami beragam kisah dalam menelusuri kehidupan. getir-getir dalam poligami adalah hal biasa yang juga pasti terjadi pada keluarga dengan monogami. Menurut Arifin (2010: 291) poligami adalah mengawini beberapa wanita atau istri pada waktu yang bersamaan. Lawan kata poligami adalah poliandri yaitu menikahi beberapa laki-laki dalam waktu yang sama. Poligami juga dipahamin sebagai sistem perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau mengawini beberapa lawan jenisnya dalam waktu yang bersamaan. Dari pengertian itu dapat dipahami bahwa Poligami secara denotatatif didefinisikan seba gai sistem perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau mengawini beberapa lawan jenisnya dalam waktu yang bersamaan. Poligami secara praktis di Indonesia poligami dibatasi dalam arti yang sama dengan poligini, yaitu sistem perkawinan yang membolehkan seorang pria memiliki beberapa wanita sebagai istrinya dalam waktu yang bersamaan.
III. METODE PENELITIAN
dan minoritas melalui mana perbedaan itu direpresentasikan dalam posisi sosial yang ditampilkan. IV. PEMBAHASAN Konsepsi pernikahan adalah sebuah konsepsi insani yang bersifat sosial dan kejiwaan,sedangkan kawin adalah konsepsi hewani (hubungan biologis) semata.Ia merupakan sistem sosial yang memiliki sifat langgeng serta berpegang pada neraca sosial untuk mengatur masalah seksual mengatur tanggungjawab bagi mereka yang sudah sampai kesana.ia dipandang sebagai fenomena suci atu tatanan ilahi yang dikuatkan oleh syariat langit dan kitab-kitab suci sebagai asas kehidupan insani (Nabil, 2007: 25) Memiliki istri lebih dari satau atau yang lebih dikenal dengan istilah poligami. Poligami merupakan satu hal yang mungkin menjadi dambaan sebagian kaum pria, tetapi hal ini menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian wanita, namun demikian tidak sedikit pula kaum wanita rela dan ikhlas.( Goffar, 2007:77) Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perkawinan merupakan ikatan suci dua insan yang saling bertanggungjawab satu sama lainnya dan membentuk gambaran kecil kehidupan bersosial. Disisi lain poligami menimbulkan polemik berkepanjangan terutama bagi kaum wanita.karena tidk sedikit dari wanita yang dirugikan dengan adanya poligami baik itu secara pernikahan resmi ataupun pernikahan siri. Poligami dapat dijalankan jika terpenuhinya syaratsyarat tertentu seperti harus mendapatkan ijin dari istri sah dan dilaksanakan dengan beberapa persyaratan antara lain Istri tidak bisa mempunyai anak, Istri menderita sakit berkepanjangan,jumlah kaum wanita lebih banyak dari pada lelaki . Film dapat digunakan sebagai pernyataan moral, filsafat dan sosial. Film yang baik adalah film yang dibangun atas sebuah pernyataan yang mengajarkan sesuatu pada kita. Melalui film kita dapat merepresentasikan kejadian yang ada di sekitar kita termasuk juga fenomena-fenomena sosial. Hal ini pulalah yang kemudian berusaha diangkat oleh sutradara Nia Dinata melalui tema poligami dalam film Berbagi Suami. Dalam film ini mempunyai tiga cerita yang masing-masing mempunyai pesan dan ending yang berbeda tetapi masih dalam satu kaitan tema tentang poligami.
Metode Penelitian yang digunakan ialah kualitatif dengan pendekatan analisa wacana. Disini dipahami bahwa analisis wacana (discourse analysis) adalah suatu cara atau metode untuk mengkaji wacana (discourse) yang terdapat atau terkandung di dalam pesan-pesan komunikasi baik secara tekstual maupun kontekstual. Analisis wacana memungkinkan kita melihat bagaimana pesan-pesan diorganisasikan, digunakan dan dipahami. (Wasito, 2007 :170) sedangkan menurut Potter (1996:137) Penelitian dengan analisis wacana dimaksudkan untuk menemukan dimensi-dimensi sosial dan ideologis dari bahasa atau beberapa sistem representasi seperti bahasa yang lain misal film dan program televisi. Pada konteks penelitian ini, menggunakan analisa analisa wacana kritis. Menurut Fairclough dan Wodak dalam Eriyanto (2009:7) analisis wacana kritis melihat wacana-pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan sebagai bentuk praktek sosial. Menggambarkan wacana sebagai praktek sosial menyebabkan sebuah hubungan dialektis diantara peristiwa diskursif tertentu dengan situasi, institusi,dan struktur sosial yang membentuknya. Praktek wacana jadi menampilkan efek ideologi ia dapat memproduksi 4.1. Cerita Salma mereproduksi hubungan kekuasaan yang tidak imPoligami adalah sistem perkawinan yang bang antara laki-laki dan wanita, kelompok mayoritas 72
lawan jenisnya dalam waktu yang bersamaan definisi poligami ini tercermin dalam cerita Salma. Salma yang diperankan oleh Jajang C. Noer adalah perempuan yang berhasil hidup dalam strata sosial yang tinggi dan mengecap kebahagiannya berprofesi sebagai seorang dokter. Suaminya, Pak Haji Ali Imron (El Manik) adalah seorang pengusaha besar yang terjun ke ranah politik. Ali sangat gemar melakukan poligami, hingga ia mempunyai banyak istri muda seperti Indri (Nungki Kusumastuti) dan Ima (Atiqah Hasiholan). Dalam lubuk hatinya, Salma sendiri kurang menyukai kebiasaan suaminya, namun ia lebih memilih diam dan menjadi istri tua. Demi anaknya Nadine, Salma bertahan dengan poligaminya. Akhirnya, Ali terkena stroke dan lumpuh. Nadine yang menjaga Ali dirumahnya, mendengar pesan terakhir dari ayahnya, agar tidak boleh mempunyai istri lebih dari satu. Alipun meninggal dengan damai. Saat pemakaman, ternyata Ali masih mempunyai seorang istri muda berusia remaja (Laudya Chintya Bella). Salma sebagai istri pertama menyetujui adanya poligami dalam keluarganya tetapi sebenarnya merasa terpaksa, tetapi demi anaknya salma bertahan. Dari bagian Cerita Salma ini dapat kita lihat bagaimana poligami terjadi di kalangan masyarakat tingkat atas dengan tingkat pendidikan tinggi, seperti yang marak diberitakan oleh media bahwa ada beberapa kalangan masyarakat dari tingkat ekonomi atas melakukan poligami secara terang-terangan. Poligami yang dilakukan adalah poligami secara terang-terangan. Hal ini tergambar dalam sebuah scene ketika Pak Haji Imron(El Manik) terkena stroke dan lumpuh maka ketiga istrinya berkumpul dan berkunjung di rumah istri tua dan berusaha untuk memberikan pengobatan yang terbaik. Disinilah terjadi beberapa konflik diantaranya Istri kedua (Nungky Kusumastuti)yang berusaha mencari pengobatan alternatif bukan secara medis dan tidak disetujui oleh salma,serta konflik batin Nadin anak dari isri pertama yang menentang adanya poligami. 4.2. Cerita Siti Poligami juga tergambar dicerita kedua, Siti (Shanty) adalah seorang gadis Jawa yang dibawa dari kampung ke Jakarta oleh Pak Liknya (Lukman Sardi). Keinginan Siti ke Jakarta adalah untuk kursus kecantikan. Di kampung, Pak Lik selalu bergaya seakan ia adalah orang penting di industri perfilman di Jakarta karena foto-foto Pak Lik bersama aktor-aktor terkenal. Kenyataannya, ia hanyalah sopir studio film dengan perolehan gaji yang pas-pasan. Siti harus menghadapi
kenyataan ketika ia dipersunting Pak Liknya yang padahal sudah beristri dua, Sri (Ria Irawan) dan Dwi (Rieke Diah Pitaloka). Dalam kesehariannya Siti merawat anak-anak dari Sri yang jumlahnya sangat banyak. Pak Lik dikirim pergi ke Aceh untuk peliputan dokumentasi akibat tsunami disana, selama itu, Siti dan Dwi menjalani hubungan lesbian dan keteguhan untuk ingin keluar dari rumah tersebut dengan membawa dua anak. Siti yang belum sempat hamil, mengantar Sri ke dokter kandungan yang memberitakan bahwa Sri terkena gonorhea akibat suaminya. Hal itu membuat Siti dan Dwi semakin yakin untuk kabur. Beberapa hari setelah Pak Lik pulang dari Aceh membawa seorang istri baru bernama Santi, pada dini hari Dwi dan Siti pergi. Dari bagian cerita siti ini dapat kita lihat bagaimana Istri pertama (Sri) dan istri kedua (Dwi) menyetujui adanya poligami dan menerimanya dengan baik bahkan tinggal dalam satu rumah dengan anak-anaknya yang kecil dengan kondisi rumah yang boleh dibilang kumuh. Hubungan Suami Istri dilakukan secara bergiliran sesuai dengan harinya dan dilakukan dalam ruang tidur yang saling bersebelahan dan hanya disekat oleh kain. Tetapi akhirnya pemakluman poligami ini berakhir juga Sri merasa bosan dengan kondisi tersebut dan akhirnya memutuskan untuk melakukan hubungan lesbian dengan Siti dan akhirnya kabur dari rumah paklik. Dalam cerita ini tergambar bagimana mempunyai istri lebih dari satu/poligami merupakan hal yang maklum, bahkan dalam kondisi sosial ekonomi yang dapat dikatakan kekurangan. Cerita ini mewakili masyarakat kelas sosial bawah yang melakukan poligami. 4.3. Cerita Ming Dalam cerita ketiga, poligami diwakili oleh tokoh Koh Abun dan Ming. Ming (Dominique) adalah seorang gadis berusia 19 tahun yang bekerja disebuah restoran bebek Koh Abun (Tio Pakusadewo), sang koki dan pemilik restoran. Koh Abun mempunyai istri bernama Cik Linda (Ira Maya Sopha) yang menjadi pengurus keuangan restoran dan dianggap Koh Abun sebagai pembawa hoki bagi dirinya. Kehadiran Ming sebagai pelayan restoran menambah pelanggan restoran bebek yang sedari dulu memang sudah laris, kesuksesan restoran itu disimpan oleh Cik Linda yang pelit, sehingga kendati restoran ini menghasilkan laba yang sangat besar, segala pernak-pernik restoran masih seperti dulu. Kecantikan Ming membuat banyak lelaki terpesona termasuk Koh Abun dan teman Ming 73
yang berprofesi sebagai sutradara, Firman (Reuben Elishama). Akhirnya Koh Abun tidak tahan dan berniat menikahi Ming, namun setelah menikah dengan siasat, Ming diberikan fasilitas berupa apartemen dan mobil, di-samping itu, Ming menggunakan semuanya untuk mengejar cita-citanya sebagai seorang aktris. Ming tenggelam dalam kehidupan rumah tangganya, apalagi setelah Cik Linda pergi sementara ke Amerika untuk mengunjungi anak-anaknya yang sekolah disana. Firman menawari Ming untuk belajar akting dan mengikuti casting dalam film panjang perdana Firman. Ming menyetujuinya dan belajar mengimbangi sebagai istri simpanan dan calon aktris. Disuatu hari, Ming dilabrak oleh Cik Linda dan anak-anaknya.Ternyata, sikap Ming dan Koh Abun yang mesra, dicurigai banyak pihak dan semua orang sudah menyangka. Akhirnya, Koh Abun pindah ke Amerika sekeluarga karena Green Card yang lama mereka ajukan lolos. Segala aset Ming dijual karena semuanya beratas namakan Koh Abun. Ming diberikan sejumlah uang untuk membantu masa depannya. Ming pun membeli sebuah rumah kontrakan sekaligus mengawali masa depannya yang baru. Dari bagian cerita siti ini dapat kita lihat bagaimana Istri pertama Cik Linda Tidak menyetujui adanya poligami. Hal ini tergambar jelas dalam scene ketika Cik Linda dan anak-anaknya melabrak ke apartemen Ming.Cerita ketiga ini merupakan gambaran dari banyak realita poligami yang terjadi di masyarakat kelas menengah atas, dimana akhirakhir ini banyak media memberitakan tentang banyak pengusaha banyak yang memiliki istri simpanan cantik dan diberikan fasilitas lebih seperti apartemen dan mobil. Hal ini dapat juga merepresentasikan dan membentuk opini dari masyarakat bahwa menjadi istri simpanan hanya mengejar harta semata. Film Omnibus ini menyatukan tiga cerita dalam kompleks permasalahan yang sama seputar poligami dengan penyelesaian yang berbeda. Salma, Siti dan Ming disatukan dalam beberapa set yang sama sehingga terangkai satu jalan cerita yang bagus. Keunggulan cerita inilah yang berusaha ditonjolkan oleh penulis naskah dan sutradara sehingga menjadi sebuah film yang diharapkan berhasil membuka mata penonton tentang realita poligami di masyarakat selama ini. V. PENUTUP Secara keseluruhan pada dasarnya film ingin menyampaikan sindiran terhadap poligami yang terjadi di masyarakat sehingga kemudian masyarakat sa74
bahwa poligami bukan sesuatu yang asing di sekitar kita dengan berbagai reaksi yang ditimbulkan baik itu positif maupun negatif. Dalam hal ini kemudian media dengan fungsinya sebagai penyampai informasi menentukan perannya untuk mempublikasikan informasi kepada khalayak. Seharusnya media bisa menjadi kontrol sosial tentang konsep poligami secara benar, tetapi dengan berkembangnya isu dan pemberitaan maka poligami semakin menjadi isu bola salju yang bergulir semakin kencang di masyarakat. Media massa seharusnya juga harus dapat berperan untuk melakukan perubahan di masyarakat dalam hal ini memberikan informasi kepada masyarakat tentang hukum poligami yang benar menurut agama serta konsekuensi yang harus diambil dalam melakukan poligami. DAFTAR PUSTAKA Arifin, Gus. 2010. Menikah Untuk Bahagia. Jakarta: Elex Media Komputindo. Eriyanto, 2001. Analisis Wacana:Pengantgar analisis Teks Media. Yogyakarta: LKIS. Fathurrohman, Imam. 2009. Saya Tidak Ingin Poligami tapi Harus Poligami. Jakarta: PT Mizan Publika. Ghoffar, Muhammad Abdul. 2007. Menyikapi Tingkah Laku Suami. Jakarta: Halmahira Herman J. Waluyo, 2003, Drama Teori dan Pengajarannya, Yogyakarta, Hanida. Himawan, Pratista. 2008. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka. Kristanto, JB. 2004. Nonton Film Nonton Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Kriyantono, Rachmat. 2008. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana PranadaMediaGroup. Kalyana Shira Film. 2006. Berbagi Suami Fenomena Poligami di Indonesia. Jakarta: Gramedia pustaka utama. Kazhim, M Nabil. 2007. Buku Pintar Nikah, Strategi jitu menuju pernikahan sukses. Solo: Pustaka. Muhadjir, Noeng. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin, Moleong, Lexy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja RosdaKarya. Redaksi & Qultumedia & SCTV. 2009. Poligami Siapa Takut. Jakarta: Qultumedia. Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif. 2007. Yogyakarta: LKIS. Sani, Asrul. Cara menilai Sebuah Film (The Art of Watching film): Yayasan Citra. UU No.8 Tahun 1992 Tentang Perfilman.