ABSTRACT Positive Law of the treasure together for this is still not the Resolute to provide rules on the division of the problem treasure together all still feel ambiguous are no rules that specify the split of the treasure together in KHI (Compilation of Islamic Law) by dividing equally that half to his wife and half for husband , but in a specific case by case if all decisions jointly owned by such disputes will be found, less able to reflect the sense of justice by a particular party, the Islamic law there is no clear division of the treasure together, both in classical and contemporary jurisprudence, is not even found in Al-Quran or Al-Hadith on this issue, there are certain differences in solving problems of common property, from differences in both the Positive Law and Islamic Law regarding subdivision and settlement when there is a dispute about the treasure joint will be obtained comparison, the ratio will be understood as a positive step in understanding and explore how the distribution and completion of this common treasure, so that would be obtained justice for those who want to resolving the problem treasure together. Legal dispute settlement joint property according to the Law-Marriage Law No. 1 of 1974 and the Compilation of Islamic Law that according to article 37, that is: "If the marriage broke up because of divorce, the joint property set by statute each-each, any property obtained during marriage is community property, where as in the compilation of Islamic Law, joint property due to divorce will be split half and half for the husband to the wife. The judge in the consideration of the joint property dispute resolution processes as a result of the divorce, the judge must be able to contribute to find a law that make of public order and sense of justice among the parties in addition to the meaning of legal certainty and legal protection. The procedure for resolving disputes together limitative property has been set in the civil procedural law, ranging from the laws it until judge so submission concerning joint property dispute after their divorce. In the process of dispute resolution does not rule out treasure along with the reconciliation process or mediation outside the Judiciary or in Non-Litigation with principles-principles and basic-basic fairness among pihak. In Islamic law principles for dispute resolution highly promoted because it will be much can find a sense of justice among between with attention to customary law and without prejudice to the other party. But when disputes the joint property is entered in the Litigation in court Judge precisely given the right to according in this settlement by way istimbath law as rights - the right of a judge that they have in accordance with the main points of the power of Justice. Key words: Positive Law, Islamic Law, Joint Treasure. Masrokimin, Perbandingan Antara Hukum Positif
1
PERBANDINGAN ANTARA HUKUM POSITIF DENGAN HUKUM ISLAM MENGENAI PEMBAGIAN HARTA BERSAMA AKIBAT PERCERAIAN PENDAHULUAN
insan. Namun demikian tidaklah
Latar Belakang Masalah
mudah untuk mewujudkan sebuah
Sebuah
yang
keluarga yang langgeng, aman,
rasa
dan tentram sepanjang hayatnya.
saling cinta dan kasih sayang
Perkawinan yang sedemikian itu
antara kedua belah pihak suami
tidaklah mungkin terwujud apabila
dan istri, akan senantiasa dapat
di antar pihak yang mendukung
berjalan dengan baik, kekal abadi
terlaksananya perkawinan tidak
yang
saling
dimulai
perkawinan
dengan
adanya
didasarkan
kepada
ke-
menjaga
dan
berusaha
Tuhanan Yang Maha Esa. Hal ini
bersama-sama dalam pembinaan
sesuai pula dengan tujuan per-
rumah tangga yang kekal dan
kawinan itu sendiri berdasarkan
abadi.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun
Setiap pasangan suami istri
1974 bahwa: Perkawinan ada;ah
senantiasa mendambakan tecipta-
ikatan lahir batin antara seorang
nya rumah tangga yang sakinah,
pria dan seorang wanita sebagai
mawaddah, dan waramah. Salah
suami istri dengan tujuan mem-
satu faktor penunjang terwujudnya
bentuk keluarga (Rumah Tangga)
rumah tangga yang sesuai de-
yang kekal berdasarkan Ketuhan-
ngan konsep Islam ini adalah
an Yang Maha Esa.1
harta kekayaan yang merupakan
Keluarga yang baik bahagia
zinatu al-hayat, baik harta yang
lahir batin, adalah dambaan setiap
bergerak maupun tidak, bahkan termasuk didalamnya surat-surat
1
M. Yahya Harahap, Pembahasan Hukum Perkawinan Nasional Berdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974, Peraturan Pemerintah Nomor 9 Ta hun 1974, Cet. I (Medan, Zahir Trading Co, 1975), hlm.1.
berharga dan hak intelektual. Tatkala kondisi rumah tangga dalam keadaan rukun, umumnya
Masrokimin, Perbandingan Antara Hukum Positif
2
harta kekayaan bersama itu ber-
akan cukup berperan dalam pro-
peran sebagai pelengkap kebaha-
ses penyelesaian persengketaan
giaan.
dimaksud.
Namun,
apabila
rumah
Lembaga
peradilan
tangga mengalami kondisi Dishar-
akan menjadi media bagi suami
monis, maka kemungkinan timbul-
istri
nya perselisihan dan pertengkaran
menuangkan segala argumentasi
cukup besar. Acapkali perselisih-
mereka, khususnya dalam rangka
an dimaksud tidak dapat di atasi
mewujudkan keinginan masing-
(out of control), peluang kondisi
masing pihak menguasai harta
rumah tangga mencapai puncak
tadi.
perselisihan yang mengarah pada
yang
bersengketa
Undang-undang
untuk
Nomor
1
kondisi bubarnya perkawinan (bro-
Tahun 1974 tentang perkawinan
ken
telah memuat beberapa pasal ten-
marriage)
semakin
besar
pula.
tang
Apabila
perceraian
harta
bersama,
tepatnya
terjadi,
dalam Bab VII pasal 35 sampai
sudah dapat dipastikan akan me-
dengan pasal 37, Undang-undang
nimbulkan akibat-akibat terhadap
Perkawinan berikut diungkapkan
orang orang yang berkaitan dalam
Pasal 35 Undang-undang Perka-
satu rumah tangga,dimana dalam
winan menyatakan bahwa:
hal ini akibat hukumnya yang akan
1. Harta benda yang diperoleh
dititik beratkan. Akibat hukum dari
selama
perceraian ini tentunya menyang-
harta bersama.
kut pula terhadap anak dan harta kekayaan
selama
dalam
per-
kawinan.
perkawinan
menjadi
2. Harta bawaan dari masingmasing suami dan istri dan harta benda yang diperoleh
Pada tatanan terakhir, harta
masing-masing sebagai hadiah
bersama akan menjadi ajang per-
atau warisan adalah dibawah
sengketaan. Dan tidak dapat di-
penguasaan
nafikan
lembaga
masing-masing
peradilanpun Masrokimin, Perbandingan Antara Hukum Positif
3
sepanjang para pihak tiak me-
agama,hukum adat, dan hukum
nentukan lain.
lainnya. 3
Pasal 36 Undang-undang Per-
Memperhatikan
Pasal
37
kawinan menyatakan bahwa:
Undang-undang Perkawinan dan
1. Mengenai
penjelasannya, ternyata Undang-
harta
bersama,
suami dan istri dapat bertindak
undang
atas persetujuan kedua belah
memberikan keseragaman hukum
pihak.
positif tentang bagaiman penyele-
2. Mengenai
harta
Perkawinan
ini
tidak
bawaan
saian harta bersama apabila ter-
masing-masing suami dan istri
jadi perceraian. Kalau dicermati
mempunyai hak sepenuhnya
pada
untuk
perbuatan
Undang-undang perkawinan, ma-
hukum mengenai harta benda-
ka Undang-undang memberi-kan
nya.
jalan pembagian sebagai berikut:
Pasal 37 Undang-undang Per-
1. Dilakukan berdasarkan hukum
kawinan menyatakan bahwa, “Bila
agama jika hukum agama itu
perkawinan putus karena perce-
merupakan kesadaran hukum
raian harta bersama diatur menu-
yang hidup dalam mengatur
melakkan
rut hukumnya masing-masing”.
2
Aturan-aturan pasal tersebut pada
penejlasan
Pasal
37
tata cara perceraian. 2. Aturan
pembagiannya
dasarnya telah memberikan gam-
dilakukan
baran yang cukup jelas. Namun
adat, jika hukum tersebut me-
secara implisit apabila di analisis
rupakan
lebih lanjut ternyata ungkapan
yang hidup dalam lingkungan
pada Pasal 37 Undang-undang
masyarakat yang bersangkut-
Perkawinan
an atau hukum-hukum lain-
terungkap
bahwa
yang dimaksud dengan “Hukum-
menurut
akan
kesadaran
hukum
hukum
nya.4
nya masing-masing” Ialah hukum 3 2
Ibid., hlm 259
4
Ibid, hlm. 125. Ibid. hlm. 125.
Masrokimin, Perbandingan Antara Hukum Positif
4
Undang-undang
Perkawinan
dan
Kompilasi
Hukum
Nomor 1 Tahun 1974 tidak meng-
(Instruksi
atur pembagian harta bersama,
Tahun 1991). Meskipun kehadiran
akibatnya timbul kesulitan bagi
Undang-undang Nomor 7 Tahun
pihak penyelenggara hukum untuk
1989 tentang peradilan Agama te-
menyelesaikan perkara yang ber-
lah mempertegas kedudukan dan
hubungan dengan harta bersama.
meperjelas kewenangan absolut
Dari sisi psikologis, hal ini ber-
(Absolute of vals rechte Compe-
implikasi negatif,baik bagi pihak
tensi)5 badan peradilan agama
pihak pencari keadilan maupun
sebagaimana dinyatakan dalam
bagi lingkungan masyarakat se-
Pasal 49,6 Undang-undang Nomor
kitarnya, khususnya bila para pi-
7
hak yang berperkara atau masya-
terhadap penyelesaian sengketa
rakat dimaksud adalah muslim.
harta bersama dalam perkawinan,
Suasana ketidakpastian hu-
Presiden
Islam
secara
implisit
Nomor
1
kewenangan
namun masih menjadi ganjalan
kum tentang penyelesaian per-
tentang
sengketaan pembagian harta ber-
mejadi rujukan sebagai hukum
sama ini menempuh perjalan pan-
positif tentang harta bersama.
jang sejak berlakunya Undang-
TINJAUAN PUSTAKA
undang
Perawinan
Nomor
1
hukum
Secara
terapan
etimologi,
yang
harta
Tahun 1974 secara efektif pada
bersama adalah dua kosa kata
tanggal 1 Oktober 1975 (Vide Per-
yang terdiri dari kata harta dan
aturan
kata
Pemerintah
Republik
Indonesia Nomor 9 Taun 1975 tentang
pelaksanaan
undang
Perkawinan
bersama.
Dalam
Kamus
Besar Bahasa Indonesia, ada dua
UndangNomor
1
Tahun 1974) hingga keluarnya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang peradilan Agama
5
M. Yahya Harahap, Kedudukan, Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, Cet. 1 (Jakarta, Garuda), hlm.25. 6 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989, Hubungan Peraturan Perundang-undangan Dalam Lingkungan Peradilan Agama, (Surabaya, Peradilan Tinggi Agama, 1982), hlm. 318
Masrokimin, Perbandingan Antara Hukum Positif
5
kata pengertian harta. Pertama,
benda suami sitri yang dinisbah-
harta adalah barang-barang (uang
kan menjadi harta bersama.
dan sebagainya) yang menjadi
Disamping
ketentuan
yang
kekayaan. Kedua, harta adalah
telah disebutkan dalam Undang-
kekayaan
undang
berwujud
dan
tidak
Perkawinan
Pasal
35
berwujud yang bernilai dan yang
sampai dengan Pasal 37 menge-
menurut hukum dimiliki perusaha-
nai harta bersama,maka pengerti-
an.
Harta
bersama
adalah
an harta dalam perkawinan dapat
diperoleh
secara
dikembangkan menjadi 3 ( tiga )
bersama di dalam perkawinan.7
macam harta dan dirinci sebagai
Menurut
harta
berikut :
yang
1) Harta Bawaan, yang dimaksud
istri
harta bawaan ialah harta yang
Jawa,
diperoleh suami istri pada saat
harta bersama disebut de-ngan
atau sbelum melakukan perka-
istilah gono gini, di Sunda disebut
winan, dapat dikatakan bahwa
Guna Kaya. Di Bugis disebut
harta tersebut sebagai pemilik
Cakara, atau bali reso, di Banjar
asli
disebut harta berpantang-an, dan
Pemiik terhadap harta bawaan
lain-lain.8
(harta pribadi) dijamin keber-
harta
yang
ter-minologi,
bersama
adalah
diperolah
bersama
suami
perkawinan.
Di
selama
harta
Pada tiap-tiap daerah masyarakat mengenal harta bersama de-
dari
suami
atau
istri.
adaannya secara yuridis oleh hukum perkawinan.
ngan istilah yang berbeda,namun
2) Harta Pribadi, yaitu harta yang
pada hakikatnya adalah sama.
diperoleh oleh suami atau istri
Kesamaan ini terletak pada harta
selamaperkawinan berlangsung sebagai hadiah,
7
hibah, wasiat atau warisan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. I (Jakarta, Balai Pustaka, 1988), hlm. 299.
yang diperoleh secara pribadi terlepas dari soal perkawinan.
Masrokimin, Perbandingan Antara Hukum Positif
6
3) Harta
bersama
harta
atau bersama suami istri selama
yang diperoleh dalam masa
dalam ikatan perkawinan berlang-
perkawinan dalam kaitannya
sung
degan hukum perkawinan,baik
harta bersama, tanpa memper-
diperoleh
soalkan
lewat
yaitu
perantaraan
istri maupun lewat perantaraan
dan
selanjutnya
terdafar
atas
disebut
nama
siapapun.
suami. Harta ini diperoleh se-
Pernyatan di atas memper-
bagai” Hasil karya” dari suami
tegas klausaula, karya suami istri
istri dalam kaitan perkawinan.
dalam masa perkawinan untuk
Pada harta bersama terdapat
terwujudnya harta bersama tanpa
pengertian yang menonjol yaitu
mempersoalkan atas nama siapa
“bahwa perolehannya atas hasil
harta (benda) itu didaftarkan da-
karya mereka dan dalam masa
lam kata lain bukanlah nama
perkawinan”. Dua syarat ini ada-
orang
lah pengertian secara kumulatif
benda itu saja yang mempunyai
dalam harta bersama. Berbeda
hak, tetapi suami istri mempunyai
dengan harta bawaan, yaitu harta
hak yang sama.
tersebut telah ada sebelum berlangsungnya
perkawinan
dan
yang terdaftar terhadap
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan
tersebut
diatas,
harta pribadi diperoleh secara
maka jelas arti umum harta ber-
pribadi yang tidak ada hubungan-
sama adalah barang-barang yang
nya dengan perkawinan. Pengerti-
diperoleh suami istri selama per-
an harta perkawinan disebutkan
kawinan. Meskipun hingga saat ini
juga
Hukum
penggunaan berbagai ragam isti-
Islam pada Bab I ketentuan Hu-
lah harta bersama masih mewar-
kum butir (f), sebagai berikut:
nai praktek keadilan, namun demi-
“Harta kekeayaan dalam perka-
kian tidak menguangi makna dan
winan atau sy\irkah adalah harta
penerapan hukum yang berkena-
yang diperoleh baik sendiri-sendiri
an dengan harta yang diperoleh
dalam
Kompilasi
Masrokimin, Perbandingan Antara Hukum Positif
7
suami istri selama ikatan perka-
dalam harta bersama suami sitri
winan masih berlangsung tanpa
ditentukan
mempersoalkan etnis suku stelsel
perkawinan
budaya kekeluargan suami istri.
berlangsung, kecuali jika harta itu
oleh
faktor
antara
selama
suami
istri
Mengenai terbentuknya harta
berasal dari warisan atau hibah
bersama dalam perkawinan seba-
yang diperoleh oleh salah satu
gaimana disebutkan dalam Pasal
pihak,maka hal tersebut menjadi
35 Undang-undang Perkawinan
harta pribadi yang penguasaan-
Nomor 1 Tahun 1974 ayat (1):
nya dibawah masing-masing, se-
“harta yang diperoleh dalam per-
panjang tidak ditentukan lain da-
kawinan menjadi harta bersama”.
lam perjanjian perkawinan.
Ketentun ini berarti terbentuknya
Kerangka Teoretik
harta bersama dalam perkawinan
Secara
umum
pengertian
ialah sejak saat terjadinya per-
teori adalah suatu sistem yang
kawinan sampai ikatan perkawin-
tersusun oleh berbagai abstraksi
an bubar (putus). Dengan demi-
yang berinterkoneksi satu sama
kian harta apa saja (berwujud atau
lain atau berbagai ide yang me-
tidak berwujud) yang diperoleh
mandatkan dan mengorganisasi
trhitung sejak saat berlangsung-
pengetahuan tentang dunia. la
nya (aqad nikah) ampai saat per-
adalah sarana yang ringkas untuk
kawinan terputus baik oleh karena
berfikir
salah satu pihak meninggal dunia
bagaimana
maupun perceraian, maka seluruh
teori adalah penentuan tujan dan
harta tersebut dengan sendirinya
arah penelitian dalam memilih
menurut hukum menjadi harta
konsepkonsep yang tepat guna
bersama.
pembentukan
Patokan untuk
tentang
dunia
bekerja.9
dan
Kerangka
hipotesa-hipotesa-
menentukan
sesuatu barang atau harta dapat 9
atau tidak dapat dikategorikan ke
HR. Otje Salman S dan Anton F Sutanto, Teori Hukum, (Bandung, Refika Aditama, 2005), hlm. 22.
Masrokimin, Perbandingan Antara Hukum Positif
8
nya10 teori oleh kebanyak-an ahli
sosial.12 Kepastian hukum atau
dianggap sebagai sarana yang
rechtssicherkeit,
memberikan
bagai-
rechtzekerheit, adalah sesuatu
mana memahami suatu masalah
yang baru, yaitu sejak hukum
dalam setiap bidang ilmu penge-
itu ditulis,
tahuan.11
dalam
menjadi publik. Kepastian hu-
penelitian ini adalah untuk mem-
kum menyangkut masalah “law
berikan arahan atau petunjuk dan
Sicherkeit durch das Recht”
meramalkan
seperti
rangkuman
Fungsi
teori
serta
menjelaskan
gejala yang diamati. Untuk
security,
dipositifkan,
memastikan,
dan
bahwa
pencurian, pembunuhan, me-
mendukung
pema-
nurut hukum merupakan keja-
haman dalam menjelaskan per-
hatan. Kepastian hukum ada-
masalahan pada penelitian ini,
lah
maka teori yang digunakan.
selbst”
a. Teori Kepastian Hukum
hukum itu sendiri).13
Menurut untuk
Jhon
des
(kepastian
Menurut
rechts tentang
Gustav
(kepastian
Radbruch, hukum harus me-
hukum) hukum harus dipisah-
ngandung tiga nilai identitas.
kan dari moral. Hans Kelsen
(1) Teori Kepasti-an Hukum
menjelaskan bahwa hukum ti-
atau rechtmatigheid. Teori ini
dak hanya dilepaskan dari per-
meninjau dari sudut yuridis. (2)
soalan moral melainkan juga
Teori
harus dimurnikan dari anasir
(gerectigheit), asas ini menin-
non
mencapai
Austin,
“scherkeit
Keadilan
Hukum
hukum seperti filsafat, 12
politik, psikologi, ekonomi, dan 10
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta, UI Press, 1986), hlm.129. 11 Marwan Mas, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004, hlm. 113.
Sulistyowati Irianto & Shidarta, Metode Penelitian Hukum Konstelasi dan Reflekasi, (Jakarta, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2013), hlm. 15 13 Ahmad Ali, 2010, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence), (Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm. 292.
Masrokimin, Perbandingan Antara Hukum Positif
9
jau dan sudut filosofis. (3)
moniskan ketiga unsur ter-
Teori
sebut.15
Kemanfaatan
Hukum
(zwechmatigheid) atau doel-
Ketiga unsur itu sebisa
matigheid atau utility. Teori ini
mungkin ada dalam putusan
sosiologis. 14
secara proposioal, yaitu kepas-
Pada mulanya, ajaran prioritas
tian hukum (rechtssicherheit),
dari Gustav Radbruch dirasa-
ke-manfaatan
kan jauh lebih maju dan arif,
sigheit), dan keadilan (gerech-
ketimbang "ajaran ekstrem",
tigheit). Itu adalah idealnya.
yaitu ajaran etis, utilistis, dan
Akan tetapi di dalam prak-
dogmatic-legalistik.
teknya jarang terdapat putus-
meninjau
dari
Konsep
termutakhir
(zweckmas-
ini
an yang mengadung tiga unsur
yang oleh dunia praktik hukum
itu secara proporsional. 16 Jadi
dianggap paling relevan untuk
Kepastian
menjawab
tujuan
masalah-masalah
hukum dewasa ini. Meskipun kita
menganut
teori
ajaran
Hukum
paling
adalah
akhir
dari
positivisme hukum.17 b. Teori Perlindungan Hukum
prioritas yang kasuistik, tetapi
Menurut Fitzgerald, Teori
harus diupayakan untuk mem-
perlindungan hukum Salmond
prioritaskan salah satunya, mi-
bahwa hukum bertujuan meng-
salnya keadilannya tetapi tidak
integrasikan
mengabaikan
kemanfaat-an
dinasikan berbagai kepenting-
hukumnya.
an dalam masyrakat karena
Paradigma triangular concept
dalam suatu lalu lintas ke-
dari
pentingan, perlindungan terha-
dan
kepastian
Werner
digunakan,
Menski
untuk
harus
menghar-
dan
mengkoor-
15
Ibid., hlm. 289. Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum sebuah Pengantar, (Yogyakarta, Penerbit Liberty, 2009), hlm. 92. 17 Sulistyowati Irianto & Shidarta, Loc.cit. 16
14
Sudarsono, Kamus Hukum Edisi Baru, Penerbit Rineka Cipta, (Jakarta, Cetakan kelima, 2007), hlm. 37.
Masrokimin, Perbandingan Antara Hukum Positif
10
dap kepentingan tertentu dapat
memberikan pengayoman ter-
dilakukan dengan cara mem-
hadap
bantu berbagai kepentingan di
(HAM) yang dirugikan orang
lain pihak.18 Kepentingan hu-
lain dan perlindungan itu di-
kum adalah mengurusi hak
berikan
dan kepentingan manusia, se-
agar dapat menikmati semua
hingga hukum me-miliki otori-
hak-hak yang diberikan oleh
tas tertinggi untuk menentukan
hukum20 Menurut Phillipus M.
kepentingan
yang
Hadjon bahwa per-indungan
perlu diatur dan dilindungi. 19
hukum bagi rakyat sebagai tin-
Perlindungan
harus
dakan pemerintah yang ber-
melihat tahapan yakni perlin-
sifat preventif dan resprensif. 21
dungan hukum lahir dari suatu
Perlindungan
ketentuan hukum dan segala
preventif bertujuan untuk men-
peraturan hukum yang diberi-
cegah
kan oleh
yang
yang mengarahkan tindakan
pada dasarnya merupakan ke-
pemerintah bersikap hati-hati
sepakatan
ter-
dalam pengambilan keputusan
sebut untuk mengatur hubung-
berdasarkan diskresi dan per-
an perilaku antara angota-ang-
lindungan yang resprensif ber-
gota masyarakat dan antara
tujuan untuk mencegah terjadi-
perseorangan dengan peme-
nya sengketa, termasuk pena-
rintah yang dianggap mewakili
nganannya di lembaga per-
kepen-tingan masyarakat.
adilan.22
manusia
hukum
masyarakat
masyarakat
hak
asasi
kepada
manusia
masyarakat
Hukum
terjadinya
yang
sengketa,
Menurut Satijipto Raharjo, Perlindungan hukum adalah 18
Satijipto Raharjo, llmu Hukum, (Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2000), hlm. 5. 19 Ibid., hlm. 69.
20
Ibid., hlm. 54. Phillipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1987), hlm. 2. 22 Maria Alfons, Implentasi Perlindungan lndikasi Geografis Atas ProdukProduk Masyarakat Lokal Dalam Prespektif Hak Kekayaan Intelektual, 21
Masrokimin, Perbandingan Antara Hukum Positif
11
Menurut Lili Rasjidi dan
ma didepan hukum. Perwujud-
LB Wysa Putra bahwa hukum
an keadilan dapat dilaksana-
dapat difungsikan untuk me-
kan dalam ruang lingkup ke-
wujudkan perlindungan yang
hidupan
sifatnya tidak sekedar adaptif
negara dan kehidupan masya-
dan fleksibel, melaikan juga
rakat internasional, ditunjukkan
predektif dan antipatif.
23
masyarakat,
ber-
Per-
melalui sikap dan perbuatan
lindungan hukum adalah suatu
yang tidak berat sebelah dan
perlindungan yang diberikan
memberikan sesuatu kepada
kepada subyek hukum sesuai
orang
dengan aturan hukum, baik itu
haknya.24 Keadilan dapat juga
yang bersifat preventif maupun
diartikan sebagai suatu tin-
dalam bentuk yang bersifat
dakan yang didasarkan pada
represif,
norma-norma, baik norma aga-
baik
yang
secara
tertulis maupun tidak tertulis dalam
rangka
lain
yang
menjadi
ma maupun norma hukum.
menegakkan
Hans Kelsen dalam bukunya “General theory of law and
peraturan hukum
state”, berpandangan bahwa
c. Teori Keadilan Keadilan merupakan su-
hukum sebagai tahanan sosial
atu hasil pengambilan keputus-
yang dapat dinyatakan adil
an yang mengandung kebe-
apabila dapat mengatur per-
naran, tidak memihak, dapat
buatan manusia dengan cara
dipertanggungjawabkan
yang
dan
memuaskan
sehingga
memperlakukan setiap manu-
dapat menemukan kebahagia-
sia pada kedudukan yang sa-
an di dalamnya.25 Islam me-
(Malang, Universitas Brawijaya, 2010), hlm. 18. 23 Lili Rasjidi dan I.B Wysa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, (Bandung, Remaja Rusdakarya, 1993), hlm. 118.
24
Sudikno Mertokusumo dalam H. Salim HS. Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, (Jakarta, PT Rajagrafindo Persada, 2010), hlm. 82. 25 Hans Kelsen, General Theory of law and state, diterjamahkan oleh
Masrokimin, Perbandingan Antara Hukum Positif
12
mandang keadilan adalah hak
Metode yang digunakan
bagi setiap ummat manusia
dalam penelitian ini adalah
dan sekaligus kewajiban yang
penelitian
harus dilakukan pemerintah.
yaitu penelitian yang mengacu
Sementara
hukum
kepada
ditegakkan
untuk
dan
syari‟ah menjamin
mewujudkan
tersebut.
keadilan
26
yuridis
normatif,
norma-norma
dan
asas-asas hukum yang terdapat
dalam
peraturan
perundang-undangan dan pu-
Metode Penelitian
tusan
Metode penelitian merupa-
Dworkin
pengadilan.
Ronald
menyebut
metode
kan proses, prinsip-prinsip dan
penelitian tersebut juga seba-
tata cara memecahkan suatu ma-
gai penelitian doctrinal (doc-
salah,
penelitian
trinal research), yaitu suatu pe-
adalah pemeriksaan secara hati--
nelitian yang menganalisis baik
hati, tekun dan tuntas terhadap
hukum sebagai “law as it
suatu gejala untuk menambah
written in the book”, maupun
pengetahuan
maka
hukum sebagai “law as it is
metode penelitian dapat diartikan
decided by the judge through
sebagai
judicial process”.28
sedangkan
manusia,
proses,
prinsip-prinsip
dan tata cara untuk memecahkan
Penelitian ini juga ber-
masalah yang di-hadapi dalam
upaya mencari hubungan yang
melakukan penelitian.27
harmonis dari konsep-konsep
1. Metode Pendekatan
yang ditemukan dalam bahanbahan
hukum
primer
dan
skunder dengan menggunakan Rasisul Muttaqin, (Bandung, Nusa Media, 2011), hlm. 7. 26 Ahmad Dzakirin, http;//ahmed dzakirin.blogspot.com/2010/09/bab-iikonsep-negara-dalam-islam.html, diakses pada tanggal 21 November 2015. 27 Soerjono Soekanto, Op.Cit., hlm. 6.
teori atau doktrin-doktrin hu28
Anselmus Strauss, dan Juliat Corbin, Basic of Qualitative Research, Grounded Theory Procedure and Technique, Newbury, Park London, (New Delhi, Sage Publication, 1979), hlm. 7.
Masrokimin, Perbandingan Antara Hukum Positif
13
kum. terkait dengan kepastian
mempunyai
hukum harta bersama.
mengikat
2. Spesifikasi Penelitian
penelitian
dalam
masyarakat. Bahan hukum
Spesifikasi penelitian ini adalah
kekuatan
sekunder
adalah
bahan
deskriptif
hukum yang dapat meng-
analitis, yaitu suatu penelitian
informasikan sumber hu-
yang berusaha mengganbar-
kum primer, sedangkan ba-
kan
dan
han hukum tersier adalah
mengkajinya atau mengana-
bahan yang memberikan
lisisnya sesuai dengan kebu-
petunjuk atau penjelasan
tuhan
mengenai sumber hukum
masalah
dari
hukum
penelitian
yang
bersangkutan. 3. Sumber
primer
dan
Jenis
Data
dan
sekunder, 29
yaitu: 1) Al-Qur‟an dan Al-Hadits;
Penelitian Secara umum jenis data
2) Undang-Undang Nomor
yang diperlukan dalam suatu
01 Tahun 1974, tentang
penelitian hukum terarah pada
Perkawinan;
penelitian data sekunder dan primer. Penelitian ini meng-
3) Kompilasi Hukum Islam; b. Bahan
hukum
sekunder,
gunakan jenis sumber data
yaitu bahan yang memberi-
sekunder,
data yang
kan penjelasan mengenai
mendukung keterangan atau
bahan hukum primer, se-
menunjang kelengkapan Data
perti
Primer yang diperoleh dari
atau pertemuan ilmiah lain-
perpustakaan
koleksi
nya, bahkan dokumen pri-
pustaka pribadi penulis terdiri
badi atau pendapat dari ka-
yaitu:
dan
dari: a. Bahan
hasil-hasil
seminar
29
hukum
primer
adalah bahan hukum yang
Sri Mamudji et al. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, (Jakarta, Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), hlm. 31.
Masrokimin, Perbandingan Antara Hukum Positif
14
langan pakar hukum yang relevan dengan objek telaah
penelitian
ini30
yang
meliputi:
Teknik Analisa Data Data yang terkumpul dan telah cukup lengkap, maka tahap selanjutnya adalah mengolah dan
1) Literatur-literatur
yang
menganalisis data. Metode ana-
berkaitan dengan ten-
lisis data yang dipakai adalah
tang Harta bersama; dan
analisis kualitatif, dimana setelah
2) Makalah dan Artikel, meliputi
makalah
tentang
Harta bersama.
semua
data
terkumpul,
maka
dilakukan pengolahan, penganalisisan dan pengkonstruksian data
c. Bahan hukum tersier, yaitu
secara menyeluruh, sistematis de-
bahan hukum penunjang
ngan menjelaskan hubungan an-
yang memberi petunjuk dan
tara berbagai jenis data. Selan-
penjelasan terhadap bahan
jutnya semua data diselesai dan
hukum primer dan bahan
diolah, kemudian dianalisis secara
hukum sekunder, seperti
deskriptif. Sehingga selain meng-
kamus umum, majalah dan
gambarkan dan mengungkapkan,
jurnal ilmiah, surat kabar,
diharapkan akan memberikan so-
artikel bebas dari internet,
lusi atas permasalahan dalam
dan juga
majalah menjadi
mingguan 31
penelitian ini.
tambahan
Penelitian yuridis normatif,
bahan bagi penulisan tesis
pengelolaan bahan hukum pada
ini sepanjang memuat infor-
hakekatnya adalah kegiatan untuk
masi yang relevan dengan
mengadakan sistematis terhadap
penelitian ini.
bahan-bahan hukum tertulis yang disesuaikan
30
dengan
keadaan
Ronny H. Soemitro, Op. cit. hlm.
yang sebenarnya. Sistematis ber-
Soerjono Soekamto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta, Rajawali Press, 1990), hlm. 14-15.
arti membuat klasifikasi terhadap
45.
31
bahan-bahan
tertulis
tersebut
Masrokimin, Perbandingan Antara Hukum Positif
15
untuk memudahkan dalam peneli-
nangan Pengadilan Agama dalam
tian kegiatan tersebut antara lain
menyelesaikan
memilih peraturan perundang-un-
dijelaskan dalam Pasal 88 Kompi-
dangan primer, sekunder, tersier
lasi
Hukum
yang berisi kaidah-kaidah hukum
yang
berbunyi: “Apabila
yang mengatur dan berkaitan de-
perseli-sihan
ngan masalah harta bersama.
ten-tang harta
bersama,
Menemukan prinsip-prinsip hukum
penye-lesaian
perselisihan
yang terdapat dalam bahan-bahan
diajukan kepada pengadilan.
hukum primer. Membuat sistema-
Ada
harta
bersama
Islam
antara
2
(dua)
(KHI) terjadi
suami istri maka itu
alternative
tis dari bahan-bahan hukum se-
penyelesaian harta bersama yang
hingga menghasilkan klasifikasi
diajukan pihak suami atau istri,
tertentu yang selaras.
yaitu:
Menemukan dan mengarahkan
hubungan
antara
1. Masalah atau sengketa ber-
prinsip-
sama diselesaikan setelah ter-
prinsip hukum dan klasifikasi de-
jadi perceraian antara pasang-
ngan mengunakan kerangka teo-
an suami istri.
retis yang ada sebagai pisau ana-
2. Tatkala proses penyelesaian
lisis. Penarikan kesimpulan dari
perceraian berjalan di Penga-
hasil penelitian yang diperoleh
dilan Agama, sekaligus disele-
dengan mengunakan logika ber-
saikan
pikir deduktif dan induktif.
sama.
Pembahasan
masalah
harta
ber-
Alternatif pertama merupa-
Putusnya perkawinan
kan penyelesaian tersendiri atau
melalui cerai talak, cerai gugat
terpisah, khusus penyelesaian ter-
dan kematian salah satu pihak,
hadap harta bersama. Alternatif
maka
kedua
salah
satu
akibat
dari
disebut
gabungan atau
putusnya perkawinan itu adalah
kumulasi.
Penyelesaian
harta bersama suami istri. Kewe-
bersama dapat dilaksanakan ber-
Masrokimin, Perbandingan Antara Hukum Positif
harta
16
sama dengan proses perceraian
Pasal 66 ayat 5 dan Pasal 86 ayat
baik cerai talak atau cerai gugat,
1
dan dapat juga dilaksanakan ber-
Agama Nomor 7 Tahun 1989,
samaan gugatan masalah hadha-
sebagai berikut;
nah, waris dan hal-hal lain.
Undang-Undang
Peradilan
Pasal 66 ayat 5 :
Adapun yang dimaksud ko-
“Permohonan soal pengua-
mulasi ialah gabungan beberapa
saan anak, nafkah anak, nafkah
gugatan hak (kumulasi obyektif)
istri
atau gabungan
dengan permohonan cerai talak
beberapa
pihak
dan
harta
(komulasi subyektif) yang mem-
ataupun
punyai akibat hukum yang
diucapkan”.
dalam
satu
proses
sama,
perkara.32
bersama-sama
sesudah
ikrar
talak
Pasal 86 ayat 1:
perdata, kumu-
“Gugatan soal penguasaan
lasi obyektif boleh asal berkaitan
anak, nafkah anak, nafkah istri
langsung yang merupakan satu
dan harta bersama suami istri da-
rangkaian
(biasanya
pat diajukan bersama-sama deng-
kausaliteit). Mereka yang mengerti
an gugatan perceraian ataupun
beracara selalu akan mengguna-
sesudah
kan dimana mungkin kumulasi
memperoleh
obyektif itu, hal mana menghemat
tetap”.
Menurut
acara
kesatuan
waktu, biaya dan sekaligus tuntas semua.33 Dari
putusan
hukum
harta
bersama
kedua
tatkala kondisi rumah tangga ter-
alternatif tersebut dapat ditempuh
jadi perselisihan atau percekcok-
sesuai dengan yang diatur dalam
an yang mengarah terjadinya per-
32
yuridis,
kekuatan
Dari segi filosofinya, adanya persengketaan
segi
perceraian
A. Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pengadilan Agama, Cet. I (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1996), hlm.43. 33 Raihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2005), hlm.66.
ceraian. Apabila suami berkehendak untuk menceraikan istrinya melalui prosedur cerai talak, maka cenderung seorang istri meng-
Masrokimin, Perbandingan Antara Hukum Positif
17
ajukan gugatan rekonvensi (gugat
menguasai harta bersama akan
balik) menuntut pembagian harta
memanfaatkan peluang menurut
bersama bahkan hak-hak lainnya
keinginannya, mengesampingkan
sesuai dengan hukum begitu juga
sifat adil dan jujur.
sebaliknya istri yang sudah ber-
Melalui proses yang demi-
tekad untuk bercerai dari suami-
kian lebih singkat prosedur yang
nya, mengajukan gugatan cerai ke
ditempuh dan lebih efektif serta
Pengadilan
sekaligus
efisien, daripada diselesaikan di
mengajukan gugat harta bersama
kemudian hari setelah terjadinya
menuntut pembagian harta ber-
perceraian.
sama yang diperoleh selama ikat-
gugatan harta bersama setelah
an perkawinan yang telah dikuasai
salah satu pihak suami istri me-
oleh pihak suami atau sebaliknya
ninggal dunia. Ketika diperseng-
suami yang mengajukan gugatan
ketakan masalah harta warisan
rekonvensi (gugat
yang berasal dari ijbari maka
Agama
balik) harta
bersama yang dikuasai istri. Dari
uraian
diatas
Adapun
munculnya
didalamnya dipersoalkan tentang pada
umumnya dalam suatu proses
harta peninggalan pewaris. Pasal
54
Undang-undang
perceraian timbul ketegangan-ke-
Pengadilan Agama adalah hukum
tegangan sebagai ekses dari kon-
acara perdata yang berlaku dalam
flik rumah tangga yang melatar-
Peradilan Agama Nomor 7 Tahun
belakangi gugatan cerai, maka k-
1989 berbunyi “Hukum acara yang
einginan
berlaku pada pengadilan dalam
sekaligus
tuntas
di-
samping cerainya juga tentang
lingkungan-lingkungan
peradilan
pembagian harta bersama. Dari
umum, kecuali yang telah diatur
aspek psikologis, jika hanya per-
secara khusus dalam Undang-
ceraian saja yang diselesaikan,
undang ini”. Sehubungan dengan
maka akan
timbul kesulitan yang
hukum acara yang dipergunakan
berkepanjanga karena pihak yang
pada Pengadilan Agama ini, maka
Masrokimin, Perbandingan Antara Hukum Positif
18
tahapan-tahapan perkara dalam
tangani
oleh
hakim
tanpa
pemeriksaan sebagaimana hukum
panitera sidang dan dilampir-
acara perdata, yaitu;
kan dalam berita acara sidang.
1. Tahap sidang pertama, yang
6. Pengucapan keputusan, peng-
terdiri dari pembukaan sidang
ucapan ini dilakukan dalam
pertama, yakni hakim mem-
sidang yang terbuka untuk
buka sidang, menanya identi-
umum, walaupun sebelumnya
tas para pihak, pembacaan
mungkin sidang-sidang dilak-
surat gugatan atau permohon-
sanakan tertutup.34
an serta anjuran damai,
Dengan
adanya
tahapan-
2. Tahap jawab menjawab yaitu
tahapan di atas, apabila suatu
replik dan deplik dari masing-
persoalan masuk dan diajukan
masing pihak,
pada Pengadilan Agama, maka
3. Tahap pembuktian, dimana dal
yang pertama dilakukan di per-
am hal pembuktian ini semua a
sidangan setelah dibacakannya
lat buktidiperlihatkan atau diaju
gugatan atau permohonan dari
kan serta disampaikan kepada
pihak yang bersangkutan, adalah
Ketua Majelis Hakim,
anjuran untuk melakukan perda-
4. Tahap penyusunan konklusi yaitu
kesimpulan-kesimpulan
maian. Bila para pihak tetap pada pendiriannya untuk melanjutkan
dari sidang-sidang yang telah
perkara
berlangsung
para
Agamapun meneruskan jalannya
pihak dan bersifat membantu
persidangan dengan tahap-tahap
hakim
sebagaimana di atas.
menurut
dalam
menentukan
keputusannya, 5. Musyawarah
ini
maka
Pengadilan
Undangmajelis
hakim,
Undang Peradilan Agama Nomo
hal ini dilakukan secara raha-
r
7
sia, tertutup untuk umum dan
berbunyi;
Tahun
1989
Gugatan
yang soal
hasil musyawarah ini ditanda34
Ibid, hlm.134 -139.
Masrokimin, Perbandingan Antara Hukum Positif
19
penguasaan anak, nafkah istri dan
secara Detail mengenai Jum-
harta bersama suami istri dapat
lah Nominalnya. Dalam Hukm
diajukan bersama-sama dengan
Islam juga tidak dierangkan
gugatan perceraian ataupun se-
secara detail mengenai Jumlah
sudah putusan perceraian mem-
Nominalnya.
peroleh kekuatan hukum tetap.
berdasarkan hukum adat dan
Kesimpulan
saling Kerelaan diantara para
1. Perbedaan Pembagian antara
pihak.
Hukum Positif Dengan Hukum Islam
mengenai
Pembagian
2. Bahwa
Pembagian
cara
sengketa
ini
penyelesaian
mengenai
harta
Harta Bersama adalah kalau
bersama diantara para pihak
Hukum Positif, terutama dalam
secara limitatif dalam Undang-
KHI, tercantum dalam pasal:
Undang telah diatur secara
85 sampai 97, kalau menurut
jelas
Undang-
Proses penyelesaian tersebut
Undang Perkawinan Nomor 1
tidak menutup kemungkinan
Tahun
bahwa
1974
dan
menurut
dalam
Hukum
dalam
acara.
pandangan
Pasal 37, dinyatakan bahwa
hukum Islam lebih menekan-
apabila
putus
kan proses Islah, dalam pe-
karena perceraian maka harta
nyelesaian mengenai sengketa
bersama
menurut
harta bersama tersebut. Pem-
masing-masing.
bagian harta bersama setelah
Dalam Undang-Undang Perka-
perceraian dalam konsep dan
winan Nomor 1 Tahun 1974
pandangan Hukum Islam ,akan
tidak diterangkan secara pasti
tampak lebih Flexibel dengan
Jumlah
begitu
cara Ijtihad Analogis (Qiyas)
juga dalam KUHPerdata dalam
demi terciptanya rasa keadilan
Pasal 119. Mengenai Harta
diantara para pihak yang ber-
Bersama
sengketa sedangkan Pertim-
perkawinan
diatur
hukumnya
Nominalnya,
tidak
diterangkan
Masrokimin, Perbandingan Antara Hukum Positif
20
bangan hakim dalam menentukan pembagian harta bersama akibat hukum dari perceraian adalah hakim harus dapat berperan untuk menemukan hukum dalam bahasa Hukum disebut dengan Rechtvinding
atau
dalam
istilah
Hukum Islam nya di kenal dengan Ijtihad, yang dalam hal ini justru dapat memberikan
kepada
para
Praktisi
Hukum terutama Hakim dalam menyelesaikan sengketa harta bersama
sesuai
dengan
pokok-pokok kekuasaan Kehakiman, yang mereka miliki.
DAFTAR PUSTAKA Anselmus Strauss, dan Juliat Corbin, Basic of Qualitative Research, Grounded Theory Procedure and Technique, Newbury, Park London, (New Delhi, Sage Publication, 1979). Hans Kelsen, General Theory of law and state, diterjamahkan oleh Rasisul Muttaqin, (Bandung, Nusa Media, 2011). HR. Otje Salman S dan Anton F Sutanto, Teori Hukum,
(Bandung, Refika Aditama, 2005). Lili Rasjidi dan I.B Wysa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, (Bandung, Remaja Rusdakarya, 1993). M. Yahya Harahap, Pembahasan Hukum Perkawinan Nasional Berdasarkan Undangundang Nomor 1 Tahun 1974, Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1974, Cet. I (Medan, Zahir Trading Co,1975). Maria Alfons, Implentasi Perlindungan lndikasi Geografis Atas Produk-Produk Masyarakat Lokal Dalam Prespektif Hak Kekayaan Intelektual, Malang: Universitas Brawijaya, 2010). Phillipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum bagi Rakyat Indonesia, (Surabaya, PT. Bina Ilmu, 1987). Raihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2005). Satjipto Raharjo, llmu Hukum, (Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, 2000). Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta, Rajawali Press, 1990). Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta, UI Press, 1986).
Masrokimin, Perbandingan Antara Hukum Positif
21
Sri
Mamudji et al. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, (Jakarta, Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005).
Sudikno Mertokusumo dalam H. Salim HS. Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, (Jakarta, PT Rajagrafindo Persada, 2010). Sulistyowati Irianto & Shidarta, Metode Penelitian Hukum Konstelasi dan Reflekasi, (Jakarta, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2013). Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989, Hubungan Peraturan Perundang-undangan Dalam Lingkungan Peradilan Agama, (Surabaya, Peradilan Tinggi Agama, 1982). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. I (Jakarta, Balai Pustaka, 1988). Ahmad Dzakirin, http;//ahmeddzakirin.blogspot.com/2010/0 9/bab-ii-konsep-negara-dalam-islam.html, diakses pada tanggal 21 November 2015.
Masrokimin, Perbandingan Antara Hukum Positif
22