Performance of Tobacco (Nicotiana tabacum L.) Marketing (Case study of Entrepreneur of Tabaco in Arjasari Village Leuwisari District Tasikmalaya Regency)
Abstract Indonesia is as agriculture country that it has enough of nature resources, and than good climate for developing of agriculture sector. Wherefor agriculture is the importance thing at all national economics. It can show that there are many people and worker who can live from agriculture sector (Mubyarto, 1989). Commodity of tobacco (Nicotiana tabacum L) is as commodity sub of farm sector, this commodity have given good contribution to Indonesia economics. Market target of tobacco is local and abroad. Tobacco can give tax one trillion rupias in every year. This is the highest value of tax, that it was received by the government (Adisewojo, 1991). Furthermore Mubyarto (1989) said, that marketing of agriculture product in Indonesia is very weak. By the way that efficiency of this activity is low, so it can be increased. The writer interest to take the research of about The Performance of Tobacco Marketing (Case study of Entrepreneur of Tabaco in Arjasari Village Leuwisari District Tasikmalaya Regency). The objective of this research is to know marketing channel, function of marketing institution, marketing margin and farmer’s share Indicator was used in this research is marketing channel, function of marketing institution, marketing margin and farmer’s share. Base on the result of this research is there was two marketing channel. Both of marketing channel did function of marketing institution except standardization and grading (facility) and than warehouse (physic). Marketing margin of channel II was lower than cannel I, it was Rp. 800,00, and Rp. 1.000,00, respectively. Farmer’s share channel I was 80,39 percent is lower than cannel II was 84,00 percent. Key Word : Marketing channel, marketing function, marketing margin and Farmer’s share.
KERAGAAN PEMASARAN TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.) (Studi Kasus Pada Perusahaan Tembakau di Kampung Citeureup Desa Singaparna Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya)
Oleh : Tedi Hartoyo
Abstrak
Indonesia merupakan Negara agraris yang mempunyai sumber daya alam yang cukup, serta iklim yang mendukung bagi perkembangan sektor pertanian. Oleh karena itu pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukan dengan banyaknya penduduk dan tenaga yang hidup atau bekerja pada sektor ini (Mubyarto, 1989). Komoditas tembakau (Nicotiana tabacum L) merupakan salah satu komoditas sub sektor perkebunan, komoditas ini telah memberikan sumbangan yang besar bagi perekonomian Indonesia. Sasaran pasar tembakau yaitu di dalam dan di luar negeri. Tembakau mampu memberikan pajak sebesar satu trilyun rupiah setiap tahunnya. Angka ini merupakan penerimaan terbesar dari semua pajak yang diperoleh pemerintah (Adisewojo, 1991). Selanjutnya Mubyarto (1989) menyatakan, bahwa pemasaran hasil pertanian di Indonesia merupakan bagian yang paling lemah. Dengan kata lain bahwa efisiensi dalam bidang ini masih rendah, sehingga masih mungkin untuk ditingkatkan. Penulis tertarik untuk meneliti keragaan pemasaran tembakau (Suatu kasus di Perusahaan Tembakau Cap Padi Golok di Kampung Citeureup Desa Singaparna Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana saluran dan fungsi pemasaran, margin pemasaran dan farmer’s share. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah saluran pemasaran, fungsi lembaga pemasaran, margin pemasaran dan farmer’s share. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa terdapat dua saluran pemasaran. Di kedua saluran melaksanakan fungsi lembaga pemasaran kecuali standarisasi dan grading (fasilitas) juga pergudangan (fisik). Margin pemasaran untuk Saluran II menunjukan nilai margin yang lebih rendah yaitu Rp. 800,00, sedangkan Saluran I sebesar Rp. 1.000,00. Farmer’s share untuk Saluran I sebesar 80,39 persen lebih rendah dari saluran II nilai farmer’s share nya sebesar 84,00 persen.
Pendahuluan Indonesia merupakan Negara agraris yang mempunyai sumber daya alam yang cukup, serta iklim yang mendukung bagi perkembangan sektor pertanian. Oleh karena itu pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukan dengan banyaknya penduduk dan tenaga yang hidup atau bekerja pada sektor ini (Mubyarto, 1989). Selanjutnya bahwa pembangunan agroindustri merupakan prioritas utama saat ini. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa sektor pertanian telah berkembang menjadi tangguh sebagai hasil pembangunan agroindustri yang dianut di Indonesia yaitu agroindustri yang didukung oleh sektor pertanian (Pantjar Simatupang, 1990) Komoditas tembakau (Nicotiana tabacum L) merupakan salah satu komoditas sub sektor perkebunan, komoditas ini telah memberikan sumbangan yang besar bagi
perekonomian Indonesia. Sasaran pasar tembakau yaitu di dalam dan di luar negeri. Tembakau mampu memberikan pajak sebesar satu trilyun rupiah setiap tahunnya. Angka ini merupakan penerimaan terbesar dari semua pajak yang diperoleh pemerintah (Adisewojo, 1991). Kebijakan pemerintah tentang tembakau terbukti tidak menghalangi kegiatan budidaya tembakau. Dukungan pemerintah tentang budidaya tembakau terbukti dengan adanya berbagai bentuk kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan dan menumbuh-kembangkan tembakau agar memiliki kualitas yang baik dan dapat bersaing di pasar dunia, kebijakan pemerintah ini sejalan dengan pendapat Mubyarto (1989) yang menyatakan, bahwa tujuan dari kebijakan pemerintah adalah untuk memajukan pertanian mengusahakan agar pertanian lebih produktif, sehingga dapat meningkatkan kesejahtraan rakyat pada umumnya dan masyarakat petani pada khususnya. Idealnya bahwa dalam pemasaran hasi pertanian dapat mendistribusikan hasil pertanian baik masih dalam bentuk primer, barang setengah jadi, atau produk jadi (final product) dengan memberikan kelayakan usaha pada masing-masing yang terlibat. Mursid (1993) menyatakan, bahwa banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat dalam penyaluran barang dalam suatu saluran pemasaran, akan berpengaruh terhadap besarnya biaya pemasaran dari saluran p[emasaran tersebut. Hal ini akan menyebabkan harga suatu produk menjadi mahal sampai di konsumen, sementara keuntungan produsen (petani) kecil. Selanjutnya Azzaino (1982) menyatakan, bahwa perbedaan haraga yang dibayarkan konsumen akhir dengan harga yang diterima produsen (petani) disebut marjin. Mubyarto (1989) menyatakan, bahwa pemasaran hasil pertanian di Indonesia merupakan bagian yang paling lemah. Dengan kata lain bahwa efisiensi dalam bidang ini masih rendah, sehingga masih mungkin untuk ditingkatkan. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti pemasaran tembakau khususnya pemasaran tembakau, bagaimana saluran dan fungsi pemasaran juga berapa margin pemasarannya (Suatu kasus di Perusahaan Tembakau Cap Padi Golok di Kampung Citeureup Desa Singaparna Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya.
Pendekatan Masalah Kotler (1993) menyatakan, bahwa pemasaran adalah suatu proses social dan manajerial, dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan, dengan cara menciptakan serta mempertukarkan produk dan nilai dengan pihak lain. Selanjutnya Limbong dan Sitorus (1987) menyatakan, bahwa pemasaran pertanian secara luas merupakan keseluruhan rangkaian dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik dari barang-barang hasil pertanian serta kebutuhan usaha pertanian dari tangan produsen ke konsumen, termasuk didalamnya kegiatan-kegiatan produktif. Saluran pemasaran dapat didefinisikan sebagai rute atau jalur, Kotler (1988) menggambarkan, bahwa tingkat saluran pemasaran yang biasa digunakan dalam memasarkan barang ke konsumen terdiri dari empat tingkat saluran, yaitu saluran nol tingkat, saluran satu tingkat, saluran dua tingkat dan saluran tiga tingkat. Selanjutnya Saefuddin (1981) menyatakan, bahwa dalam pemasaran terdapat tiga fungsi pemasaran, yaitu fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Fungsifungsi ini tidak berdiri sendiri melainkan saling terkait satu dengan yang lainnya dalam mengarahkan aktifitas kearah yang lebih efisien.
Limbong dan Sitorus (1987) menyatakan, bahwa margin tataniaga adalah sebagai perbedaan harga yang dibayar konsumen dengan yang diterima produsen. Tetapi juga margin tataniaga ini dinyatakan sebagai nilai dari jasa-jasa pelaksana kegiatan tataniaga sejak dari tingkat produsen ke tingkat konsumen akhir. Selanjutnya Nurmanaf (1986) menyatakan, bahwa bagian harga yang diterima oleh petani sebagai imbalan usahataninya dalam menghasilkan komoditas tertentu dikenal dengan istilah farmer’s share yang merupakan perbandingan antara harga di tingkat petani dengan harga di tingkat konsumen dan dinyatakan dalam prosentase.
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus di perusahaan tembakau Cap Padi Golok yang di Kampung Citeureup Desa Singaparna Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya sampai pedagang pengecer di Pasar Singaparna dan Pasar Cikurubuk Kota Tasikmalaya. Penentuan lokasi dilakuan dengan sengaja (purposive) berdasarkan informasi dari Departemen Perindustrian Kabupaten Tasikmalaya. Selanjutnya penentuan responden dilakukan dengan cara menentukan responden yang terlibat dalam saluran tataniaga tembakau Cap Padi Golok di Pasar Singaparna Kabupaten Tasikmalaya dan Pasar Cikurubuk Kota Tasikmalaya dari produsen sampai ke konsumen. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu : 1) Saluran Pemasaran 2) Fungsi Pemasaran 3) Margin Pemasaran 4) Lembaga Pemasaran 5) Biaya Pemasaran (Biaya Transportasi, Biaya Tenaga Kerja, Biaya Retribusi) 6) Volume Penjualan, Volume Pembelian 7) Keuntungan Pemasaran 8) Raio penerimaan dan pendapatan (R-C ratio) Asumsi bahwa satuan produk yang digunakan adalah bungkus Analisis yang digunakan untuk menghitung margin pemasaran (Limbong dan Sitorus (1987), adalah sebagai berikut : Mi = Ci + i atau Mi = He - Hp atau Mi = Hj - Hb dan untuk menghitung Farmer’s Share, formulasinya sebagai berikut : FS = Hp/He x 100% Keterangan : i = Keuntungan (pendapatan) yang diperoleh di lembaga ke-i Mi = Margin Pemasaran pada lembaga ke-i Ci = Biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh lembaga ke-I He = Harga eceran di tingkat konsumen Hp = Harga eceran di tingkat produsen Hj = Harga Jual Hb = Harga beli FS = Farmer’s Share
Hasil dan Pembahasan Jumlah keseluruhan responden dalam penelitian ini adalah 13 orang yang terdiri dari dua orang pedagang besar dan 11 orang pedagang pengecer. Proses pengaliran barang atau pergerakan barang dari tangan produsen sampai ke tangan konsumen melibatkan lembaga-lembaga pemasaran. Dalam penyaluran tembakau Cap Padi Golok dari Desa Singaparna Kecamatan Singaparna terdiri dari dua saluran pemasaran, yaitu sbb:
1).
Produsen
Ped. Besar
Pengecer I
Rp. 4100
Pengecer II
Rp. 4275
Besar
Rp. 4540
Konsumen Rp. 5100
2).
Produsen
Pengecer I Rp. 4200
Pengecer II
Konsumen
Rp. 4600
Rp. 5000
Saluran I merupakan Saluran Tiga Tingkat dan Saluran II merupakan Saluran Dua Tingkat. Fungsi lembaga pemasaran yang dijalankan dalam proses penyampaian barang dari produsen sampai dengan konsumen akhir terdiri dari beberapa jenis, dapat dilihat pada Tlah sebagai berikut : Tabel 1. Fungsi Lembaga Pemasaran Cap Padi Golok di Kampung Citeureup Desa Singaparna Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Fungsi Lemb. Pemasaran Pedagang Besar Pedagang pengecer
Pertukaran PemPenbelian jualan
Fasilitas PenangGulangan resiko
PenyeDiaan finansial
Informasi pasar
Standarisasi dan grading
Fisik Transportasi
Pergudanggan
√
√
√
√
√
-
√
-
√
√
√
√
√
-
√
-
Baik Pedagang Besar maupun Pedagang Pengecer melaksanakan fungsi lembaga pemasaran seperti fungsi pertukaran, fungsi fasilitas kecuali standarisasi dan grading dan fungsi fisik kecuali pergudangan. Margin pemasaran untuk kedua saluran berbeda karena disebabkan oleh perbedaan biaya dan keuntungan di setiap lembaga pemasaran, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2. Margin Pemasaran Tembakau Cap Padi Golok di Kampung Citeureup Desa Singaparna Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Kelompok Pedagang No. 1. 2. 3.
Pedagang Besar Pedagang Pengecer I Pedagang Pengecer II Jumlah
Margin Pemasaran ( Rupiah/bungkus) Saluran I Saluran II 175,00 265,00 400,00 560,00 400,00 1.000,00 800,00
Saluran II menunjukan nilai margin yang lebih rendah yaitu Rp. 800,00, saluran ini memiliki rantai pemasaran yang relative pendek dan harga yang diterima produsen di Saluran II (Rp. 4.100,00) lebih tinggi dari saluran I (Rp. 4.200,00) Farmer’s share untuk Saluran I sebesar 80,39 persen dimana harga yang diterima produsen sebesar Rp. 4.100,00 per bungkus sedangkan harga yang dikeluarkan oleh konsumen sebesar Rp. 5.100,00 per bungkus. Sedangkan untuk saluran II nilai farmer’s share nya sebesar 84,00 persen dimana harga yang diterima produsen sebesar Rp. 4.200,00 per bungkus sedangkan harga yang dikeluarkan oleh konsumen sebesar Rp. 5.000,00 per bungkus.
Penutup Pemasaran tembakau Cap Padi Golok di Kampung Citeureup Desa Singaparna Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya terdiri dari dua saluran, juga melakukan fungsi lembaga pemasaran kecuali standarisasi, grading dan pergudangan. Margin pemasaran untuk Saluran I sebesar Rp. 1.000,00 dan Saluran II sebesar Rp. 800,00. Besar bagian yang diterima produsen di Saluran I sebesar 80,39 persen sedangkan di Saluran II sebesar 84,00 persen.
Pustaka
Adhisewojo, R. Sodo. 1991. Tanaman Tembakau. Sumur Bandung. Bandung. Azzaino. 1982. Pengantar Tataniaga Pertanian. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. IPB. Bogor Kotler, P. 1988. Manajemen Pemasaran Jilid II. Salemba Empat. Jakarta. Kotler, P. 1993. Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Erlangga. Jakarta. Limbong dan Sitorus. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerapan Ekonomi Sosial (LPES). Jakarta. Mursid. 1993. Manajemen Pemasaran. Bumi Aksara. Jakarta. Nurmanaf, A.R. 1986. Prosfek Pengembangan Usahatani dan Pemasaran Hasil Pertanian di Daerah Transmigrasi Jambi. Pusat Penelitian Agroekonomi. Bogor. Pantjar Simatupang. 1990. Agroindustri Faktor Penunjang Pembanguana di Indonesia. Pusat Penelitian Agroekonomi. Bogor.
Saefuddin. 1981. Pemasaran Produk Pertanian. IPB. Bogor.