ABSTRACT
ANDAN HAMDANI. Analysis of Management and Assessment User Fee on Utilization of Lemuru Resources In Bali Strait. Under direction of MOCH PRIHATNA SOBARI and WAWAN OKTARIZA
Lemuru resources in Bali Strait need special attention in resources management. The research calculation of optimum values consists of production level, number of effort, benefit value and rent of lemuru resources. Data were analyzed using the bio-economic analysis with the CYP, W-H, Schnute and Fox Algorithm models approaches. Purse seine is the main gear of lemuru utilization in Bali Strait. Purse seine used two boats in operational. At 1995-2010 periods the average of actual lemuru production was 30,086.63 tons per year and actual effort was 17,605 trips per year. The most appropriate estimation model of lemuru resources management was Schnute model, with the maximum production was 40,239.31 tons per year, and maximum effort was 11,512 trips per year. Value of resource rent tax was Rp 94,791 – Rp 192.511 per trip per unit purse seine.
Key word : bio-economic analysis, lemuru resources, bali strait, purse seine, resource rent tax, user fee
RINGKASAN ANDAN HAMDANI. Analisis Pengelolaan dan Penilaian User Fee pada Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Lemuru di Selat Bali. Dibimbing oleh MOCH. PRIHATNA SOBARI and WAWAN OKTARIZA Sumberdaya ikan lemuru telah menjadi tulang punggung kegiatan usaha perikanan di Selat Bali. Lebih dari 70 persen dari hasil tangkapan ikan di Perairan Selat Bali merupakan ikan lemuru. Produksi ikan lemuru pada tahun 2010 sebanyak 14.794 ton, mengalami penurunan yang cukup signifikan sebesar 77,3 persen dari tahun sebelumnya. Penurunan produksi ikan lemuru sebagai bakan baku utama telah berdampak pada kegiatan industri perikanan. Banyak perusahan pengalengan ikan dan tepung ikan mengalami penurunan produksi bahkan sampai terhentinya kegiatan produksi. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengelolaan sumberdaya ikan lemuru di Selat Bali masih belum optimal. Oleh karena itu, perikanan lemuru di Selat Bali perlu mendapatkan perhatian yang khusus terutama dalam hal pengelolaan sumberdaya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat pengelolaan yang optimal sumberdaya perikanan lemuru di Selat Bali dan menentukan nilai rente ekonomi dalam pengusahaan ikan lemuru di Selat Bali Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan jenis metode survey. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap unit penangkapan ikan lemuru dan wawancara terhadap nelayan berdasarkan kuesioner. Data sekunder diambil merupakan data time series selama 16 tahun untuk periode 1995-2010. Analisis data mencakup analisis bio-teknik dan bioekonomi menggunakan pendekatan model CYP, W-H, Schnute dan Algoritma Fox. Selanjutnya ditentukan besaran nila resource ren tax (RRT) atau user fee yang dapat digunakan untuk pengelolaan sumberdaya ikan lemuru di Selat Bali. Alat tangkap purse seine merupakan alat tangkap utama yang digunakan nelayan di sekitar Selat Bali dalam menangkap ikan lemuru. Sistem operasi alat tangkap purse seine dilakukan dengan menggunakan dua buah kapal (two boat sistem). Produksi ikan lemuru umumnya mulai naik pada Bulan Oktober dan puncaknya terjadi pada bulan November dan Desember selanjutnya pada bulan Februari mengalami penurunan kembali. Hubungan antara CPUE dan effort pada pemanfaatan ikan lemuru menunjukkan peningkatan aktivitas effort semakin menurunkan produktivitas hasil tangkapan (CPUE). Secara linier hubungan CPUE dan effort digambarkan dalam persamaan y = -2E-05x + 2,0304. Hasil estimasi parameter biologi dari berbagai model estimasi dapat diketahui bahwa best fit model estimasi yang dapat digunakan untuk menggambarkan dan menduga kondisi pemanfaatan sumberdaya ikan lemuru di Selat Bali yaitu model estimasi Schnute. Berdasarkan model estimasi Schnute, maka diperoleh parameter biologi yang meliputi: 1) tingkat pertumbuhan intrinsik (r) sebesar 0,75 ton per tahun; 2) koefisien daya tangkap (q) sebesar 0,000029 ton per trip; dan 3) dan daya dukung lingkungan (K) sebesar 215.417,07 ton per tahun. Selama tahun 1995 sampai dengan tahun 2010, sebagian besar volume produksi aktual sumberdaya ikan lemuru berada di dalam kurva produksi lestari,
namun pada tahun 1998 dan 2004 serta mulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 volume produksi aktual berada di luar kurva produksi lestari. Tingkat produksi aktual sumberdaya ikan lemuru selama rentang waktu 1995-2010 rata-rata sebesar 30.086,63 ton per tahun, lebih rendah jika dibandingkan dengan tingkat produksi optimal pada kondisi MEY dan MSY. Tetapi, apabila dilihat produksi aktual tahun 2009 yang mencapai 65.237,54 ton maka jauh lebih besar dibandingkan dengan tingkat produksi optimal tersebut. Nilai effort aktual rata-rata selama tahun 1995-2010 memiliki nilai effort lebih besar dari effort optimal pada kondisi MEY dan MSY, tetapi masih lebih rendah dari effort pada kondisi open access. Apabila dilihat dari effort aktual pada tahun 2009 yang mencapai 27.159 trip per tahun, lebih tinggi dibandingkan effort optimal pada berbagai kondisi. Aspek pemanfaatan sumberdaya ikan dengan pendekatan model dinamik bersifat intertemporal, maka untuk menganalisis aspek tersebut dijembatani dengan penggunaan discount rate. Nilai discount rate digunakan dalam menghitung tingkat pemanfaatan optimal dinamik sumberdaya ikan lemuru. nilai discount rate yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti pendekatan Kula, yaitu 3,22 persen dan discount rate dari World Bank yaitu 10 persen, 12 persen, 15 persen dan 18 persen. Pada kondisi pengelolaan optimal dinamik menunjukkan produksi optimal masih lebih besar dibandingkan dengan produksi aktual, sedangkan tingkat upaya penangkapan (effort) menunjukkan effort kondisi optimal dinamik lebih rendah dari effort aktual. Kondisi ini menunjukkan bahwa pemanfaatan sumberdaya ikan lemuru di Selat Bali telah menunjukkan gejala yang overfishing baik secara biologi maupun ekonomi. Sehingga perlu dilakukan langkah-langkah dalam mengatasinya seperti mengurangi upaya penangkapan (effort) agar kelestarian sumberdaya ikan lemuru dapat terjaga. Laju degradasi dan depresiasi pada tahun 2006 hingga tahun 2008 mempunyai track record yang hampir mendekati nilai toleransi, sedangkan nilai depresiasinya sudah melebihi dari nilai toleransi. Hal ini menindikasikan bahwa pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008, sumberdaya ikan lemuru walaupun belum sampai terdegradasi tetapi telah mengalami depresiasi. Pada tahun 2009 nilai laju degradasi sebesar 0,54 dan depresiasi sebesar 0,64, yang berarti bahwa sumberdaya ikan lemuru pada tahun 2009 telah terdegradasi dan terdepresiasi. Biaya investasi yang dibutuhkan untuk satu unit penangkapan purse seine untuk mengekstraksi sumberdaya ikan lemuru sebesar Rp 1,311 milyar. Besaran nilai rente ekonomi sumberdaya ikan lemuru di Selat Bali selama 10 tahun ke depan pada kondisi optimal statik sebesar Rp 184,7 milyar (discount rate 10 persen) dan Rp 52,8 milyar (discount rate 18 persen). Pada kondisi optimal dinamik dengan tingkat discount rate 18 persen diperoleh nilai NPV pada kondisi dinamik i=15 persen dan i=18 persen menunjukkan nilai yang negatif. Kondisi ini menggambarkan pada kondisi dinamik dengan tingkat discount rate 18 persen, biaya yang dikeluarkan oleh pelaku usaha lebih besar dibandingkan pendapatan yang diperoleh. Pada kondisi tersebut pungutan terhadap pelaku usaha perlu dilakukan secara lebih hati-hati. Nilai rente menunjukan adanya selisih atau surplus atas pemanfaatan sumberdaya tersebut. Sebagian dari surplus ini kemudian diambil kembali dalam bentuk tax, maka tax tersebut menjadi resource rent tax. Berdasarkan hasil
survey, responden mengakui sebagian nelayan tidak membayar pungutan tetapi sebagian lagi membayar pungutan. Hal yang menarik adalah pada umumnya nelayan lemuru sudah membayar pungutan rata-rata sebesar 2 persen dari nilai total penerimaan (gross) atau rata-rata sebesar 12 persen dari keuntungan usaha (net profit). Nilai besaran pajak rente sumberdaya (RRT=Resource Rent Tax) pada tingkat discount rate 10 persen berkisar Rp 94.791 per trip sampai dengan Rp 172.820 per trip pada kondisi optimal dinamik dan sebesar Rp 192.511 per trip pada kondisi optimal statik. Berdasarkan uraian di atas, maka pemerintah daerah dapat membuat suatu kebijakan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan lemuru di Perairan Selat Bali secara optimal. Aturan kegiatan pengelolaan ikan lemuru di Perairan Selat Bali yang sudah diatur dalam SKB Gubernur Tingkat I Jawa Timur dan Bali No.238 Tahun 1992//674 Tahun 1992 perlu diaktifkan kembali dan ditinjau mengingat bahwa pada peraturan tersebut jumlah purse seine yang diijinkan sebanyak 273 unit (Jawa Timur=190 unit dan Bali=83 unit). Pada kenyataannya jumlah alat tangkap purse seine yang beroperasi telah melebihi dari batas maksimum yang ditetapkan SKB tersebut yaitu sebanyak 357 unit. Semantar itu, hasil analisis bionomi diperoleh jumlah optimal alat tangkap purse seine sebanyak 234 unit. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat produksi optimal sumberdaya ikan lemuru di Selat Bali sebesar 40.239,31 ton per tahun. Tingkat effort optimal sebanyak 11.512 trip per tahun, tingkat CPUE sebesar 3,5 ton per trip dan jumlah alat tangkap purse seine sebanyak 234 unit. Besaran nilai user fee atau pajak rente sumberdaya yang dapat diambil dari pelaku usaha yaitu maksimal sebesar Rp 192.511 per trip. Besaran nilai user fee secara keseluruhan yang dapat digunakan untuk pengelolaan sumberdaya ikan lemuru di Selat Bali dapat mencapai sebesar Rp 2,2 milyar per tahun pada kondisi optimal statik.
Kata kunci : bio-economic, ikan lemuru, selat bali, purse seine, resource rent tax, user fee