DAMPAK PENGEMBANGAN PERKEBUNAN KELAPA RAKYAT TERHADAP KEMISKINAN DAN PEREKONOMIAN KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
Ifipacts of Cofifi hity's Coconut Earm Deoelopfient on Pooerty and Regional Economy of Indrugiri Hilir Regency Ahmad Aris, Bambang Juanda, Akhmad Fauzi, dan DediBudiman Hakim Program Studi PWD, Sekolah Pascasatjana lnslilut Pedanian Bogar, Kanpus Damaga Bogar
.
ABSTRACT
lndragiri Hilir Regency is one of the coconut pmduction centers in lndonesb and is considered as the main source of income for most of lhe famerc. However, this Regency has a high percentage of poverty during the pasi few years in Riau Province. This research aims to anall,ze the impact of coconut secior developmeni on rcgional economy, ldentify the potential of regional losses, and iolmulaie pollcy options lo improve of regional income and to decrease poverty level. Primary and secondary daia werc aMlyzed using Social Accounting Matrix. Foster-Greer Thorbecke Povedy lndex and descripiive analysis. The result indicates ihat coconut and its processing activities have high impact on struciurc of output, gross added value, and empoymeni oppodunity. Coconut sector has indicated reqional losses, especially at the larqe scale prccessinq activiw caused by ihe liow of both employnent and capital incomes to other rcgions- Investmeni policies amounied 10 Rp. 50 biillon each in coconut sector (Simulation 1),large-scale coconut indusiry secior (Simulation 2), and household scale indusiry sector (Simubtion 3) could only €dLrce poverly level at 2.78 perceni (for fam household landholding size ranges from 0.00 io1.00 ha), and 5.67 percent (ior landholding size more than 1.00 ha). Other household qroups have no change
in poverty level- Simulation 1
provides higher contibution in imprcving incomes of prcduclion factoc and household, respectively at 2.07 and 2.08 percent compared with Simulation 2 and 3. Meanwhile, Simulation 3 cont bules the highest impact in increasing 'n.omF of production sector (abour 2.7c percenl,. Key words: sma/holders coconut, povedy, regional loss, rcsional src&th, income
ABSTRAK Kabupaten lndragin Hilir merupakan salah satu sentra produksi kelapa di lndonesia
da- sabaSan besar psggluhnva berJsaLr ai seklor kelaF sebaqd rdra pencahar;an uraT.rya. D6isi lain, habLoiten in:'n.rni ki pFrseltase pFndudLh m|s.rn yang teninggi diantal'a kabupaten/kota yans ada di Prcvinsi Riau pada beberapa iahun terakhir. Peneliuan ini bertujuan untuk menganalisis dampak pengembangan sektor kelapa lerhadap pe€konomian wilayah, menganalisis indikasi dan poiensi kebocomn wjlayah sektor kelapa seria dampaknya terha&p perekonomian wilayah, dan menganatisis opsi kebijakan yang dapat meningkatkan pendapatan dan menurunkan kemiskinan. Data yang digunakan dalam penelitian injadalah daia prlmerdan sekunderyang dianatisis dengan menggunakan
69
Sistem Neraca Sosial Ekonomi. lndeks kemiskinan Faster Grcer'Thohecke, dan anaisis deskripiif Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor kelapa dan sektor industd pengolahan kelapa memiliki dampak yans besar terhadap pembentukan ouipui, nilai tambah bruto, dan penyerapan tenaga kerja di Ksbupaten lndragii Hilir. Seklor kelapa mengalami kebocoran wilayah, tetutama pada seklor industri pengolahan kelapa skala besaryang disebabbn oleh adanya alilan pendapatan modaldan tenaga kerja yang keluar wilayah. Kebiakan investasi pada sektor kelapa (simulasi 1), sektor industi kelapa skala besar (simulasi 2), dan sektor industri kelapa skala rumah taigga (simulasi 3) masirg masing 50 milyar ftrpiah hanya mampu menurunkan kemiskinair sebesar 2,8 percen uniuk rumah tangga petani yang memiliki lahan 0,001,00 ha, dan 5,67 persen untuk rurnah tangsa pelani yang memiliki lahan > 100 ha. Disisi lain, pada kelompok rumah tafgga lainnya tidak mengalami penurunan kemiskinan. Simulasi 1 memberikan kontribusi yang lebih besar dalam peningkalkan pendapalan faklor produksi dan pendapatan rumah larqqa yditu 2.07 peFer da_ ?.08 per.en dbandrgl". \rnulai 2 dan 1. SFda-ql"'r simurasi 3 nemil;hi darrprl ya"g renirgi dalam mer:Tlallal pendapatdn prda sFlror produksi vaitu sebesdr 2.Zq per-en.
Kata kunci
:
petani kelapa, keniskinan, kebocaran wilayah, peftumbuhan wilayah, pendapatan
PENDAHULUAN Dalam 'pengembangan ekonomi wilayah Kabupaten lndragiri
Hilir terlihat bahwa peran sektor pertanian masih merupakan sektor dominan terhadap pembentukan PDRB, yaitu sebesar 2g,86 persen (BPS, 2007). Kornoditas unggulan dominan yang dikembangkan di daerah adalah kelapa dengan luas areal mencapai 461.310 hektar. Komoditas tersebut telah menempatkan Kabupaten lndragiri Hilir sebagai kabupaten penghasil kelapa lerbesar di lndonesia-
Perkebunan kelapa yang ada di Kabupaten lndragiri Hilir secara lmum merupakan perkebunan kelapa rakyat seluas 387.552 hektar dengan produksi sebanyak 395.006 lon kopra/tahun dan melibatkan sebanyak 120.188 kepala
keluarga petani. Sedangkan perkebunan kelapa skala perusahaan yang merupakan perkebunan swasta nasionala (PT Pulau Sambu Group) seluas 73.758 hektar dengan produksi 124.805 ton kopra/tahun (Dinas PerkebLrnan dan Kehuianan Kabupaten lndragiri Hilir, 2007). Komoditas kelapa di Kabupaten lndragiri Hilir masih dapai dikembangkan mengingat lahan yang tersedia untuk pengembangan masih cukup luas yaitu
mencapai 210.283 hektar (Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Indragiri Hilir, 2007). Secara umum sektor kelapa merupakan mata pencaharian utama masyarakat daerah ini. Semangat dan partisipasi masyarakat cukup tinggi, dan merupakan sumber penyediaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan yang cukup menonjol. JumalAqo Ekonomi, Volume 23 No.1 Mei2010:69 94
70
Kabupale r lndragiri Hilir man:l:,{i rdla-ra.a pprlLmbuhan eko'lomi vano c.rl.uo Iinggr yarlu mFn(apai 7.29 parsen pen:hun seldmd kur-n waktu tahu; 2000 sampai tahun 2005. Kondisi ini menempatkan KabLrpaten tndragiri Hilir pada peringkat kedua tertinggi setelah Koia Pekanbaru. Namun clisisi lain. Kabupaten lndragiri Hilir merupakan kabupaten yang memiLikijumlah penduduk
miskin paling Unggi diantara kabupalen yang ada
di
Provinsi Riau yaitu
mencapai 197.4141iwa alau setara dengan 31,45 persen darijumlah penduduk total Kabupaten lndraqiri Hilir (Baiitbang Provinsi Riau, 2006). Pengenlasan kemiskinan (pavefty allevation) telah menjadi kcmitmen dan kesepakatan bagi semLra pihak. Pengentasan kemiskinan memiliki tantangan
yang sangal besar Lrntuk djcapai, karena p?rmasalahan dan fenomena
kemiskinan memilki sifai dan karakterislik yanq sanoat beraqam_ Kemiskinan bukan hanya terkait dengan aspek ekonomi, akan tetapi juga terkail dengan aspek sosiaL, budaya, politik dan dimensiwilayah (spaila/), serta rentan terhadap eksiernalitas (RPJM 2004-2009 dan Smeru, 2008). Sebab-sebab kemiskinan lidak berasal dari gejala sesaat, letapi merupakan masalah struktural yang disebutnya 'kerentanan ekonomi" feconomlc lrsecurity), yanq dipenqaruhi oleh risiko risiko sosial ekonomi dan ketidakpastian sena kemampuan yang terbatas untuk mengatasi dan memulihkan dirl (Standing, 2006; Dasgupta 1997; dan Barrett dan l\,,lcPeak 2005) Berangkat dari lalar beiakang dan rumusan masalah di atas maka dapat dirumuskan batasan masalah yang akan diteliti dalam penelilian ini, yaitu sebagai berikut: (1) bagaimana peran sektor keiapa terhadap perekonomian Kabupaten lndragirl Hilir ditinjau dar; aspek output, PDRB dan tenaga kerja selta posisi keterkaitan sektor kelapa dan multipler effect lerhadap output, nilai iambah bruto, pendapatan, dan lenaga kerja; (2) bagaimana indikasi dan potensi kebocoran wilayah sektor kelapa serta dampaknya terhadap perekonomian Kabupaten lndragiri Hilir; dan (3) opsi kebijakan yanq dapat meningkatkan pendapatan dan mengurangi angka kemiskinan.
KERANGKA PEMIKIRAN Dalam suatu wilayah terdapai beberapa seklor perekonomian. Sektor perekonomian yang dominan memberikan nilai tambah dan penyerapan lapangan kerja serta memillki keteftaiian yang kuat dengan sektor lainnya merupakan ciri dari suatu seklor aiau komoditas unggulan. Oleh karena itu, sektor atau kornoditas unggulan tersebut perlu mendapat perhatian daam rangka menciplakan n lai tambah yang sebesar-besarnya terhadap peningkatan pendapatan masyarakatdan perekonomian wilayah. Nilai tambah komoditas ungguan daerah dipengaruh oleh kinerja sistem produksi, dimana keterkaitan subsllem-subsiiem rnuai dari hilir hingga hLrtu
serta faklor pendukung, peflu dikelola secara utuh dan terintegrasi guna
71
meningkatkan nilai tambah komoditas. Jika sistem produksi komoditas tidak
diikuti oleh sektor prosesinq atau sektor turunan, maka dampaknya akan mempengaruhi kecilnya nilai tambah yang dihasilkan. Dengan demikian pengembangan sektor turunan secara ekonomi, berarti dapat mempengaruhi pendapatan faktor produksi (modal dan tenaga keria), pendapatan institusi (kelompok rumah tangga), dan pendapatan wilayah. Demikian iuga ketika pendapatan dan nilai tambah dari sistem produksi kurang menglrntungkan maka selain dapat berdampak pada pelekonomlan wilayah juga dapai berdampak pada rendahnya pendapatan faktor produksi dan instiiusi serta pendapatan sektor produksi Kondisi ini akan mempengaruhi keberlarjutan pengelolaan sektor perlanian. Dengan kata lain, rendahnya nilai tambah yang diperoleh dari kegiatan sistem prodLlksi pedanian, maka dapat ihengganggu produkliviias dan pemanfaaian lahan, dan pada gili.annya dapat mendorong terjadinya peningkatan eksielnalitas negatif terhadap pemanfaatan lahan pertanian, seperti terjadinya konversi lahan, turunnya produktiviias lahan
yang akhirnya tentu dapat menganggu keberlanjutan sumberdaya
alam
pertanian dan sistem produksi pertanian ilu sendiri.
Dalam mendorong peirumbuhan ekonomi, peranan nilai tambah dan pendapatan merupakan inii dari proses pertumbuhan ekonomi (Bendavid, 1991). Dirnana nilai iambah dan pendapatan mernpengaruhi pendapatail masyarakat dan perekonomian wilayah. lJntuk meningkatkan nilaitambah maka diperlukan pengembangan rantai industri pengolahan, sehingga output yang dipasarkan dalam suatu wilayah merupakan suatu produk akhir, bLlkan bahan mentah/bahan baku. Peningkatan nilai tambah akan dapat meningkaikan molf/p/teryang dihasiikan dari pembangunan ekonomi suatu wilayah. Bendavid (1991) menielaskan bah\ra lerjadinya kebocoran wllayah akan
memberikan dampak pada kecilnya multipliq yang dihasilkan dari pembangunan ekonomi dj suatu wilayah, atau dengan kata lain makln besar kebocoran yang terjadi, maka makin besar pula multiplier pendapatan yang hilang bagi suatu wilayah. Selanjutnya Rada dan Taylor (2006) menjelaskan
bahwa kebocoran dapat dillhat dari sisi agregat demar./ sepedi ketika peningkatan investasi, ekspor, dan beLanja pemerintah menghasilkar multiplier pendapatan yang kecil bagi suatu daelah. Selanjuinya Christopher dan Bryan (1994) menjelaskan kebocoran dapat terjadl ketika baglan dari pendapatan yang dibelanjakan oleh rumah tangga untuk konsumsi (cansumption) barang-barang dan jasa jasa dominan mengkonsumsi yang bukan diproduksi di dalam suatu widldh ataJ dominar imoor dari widyal ldin
Dari beberapa konsep kebocoran wilayah dapat diartikan bahwa selain dari sisi pengeluaran, kebocoran wiLayah juga dapat dilihai dari sisi penerimaan.
Adanya sumber penerimaan wjlayah dalam bentLlk nilai lambah yang tidak dapal dimanfaatkan gLrna meningkatkan pendapalan domestik maka kondisi tersebui merupakan indikasi kebocoran wilayah. Hal ini sesuai dengan Anwar (2004) yang menjelaskan bahwa kebocoran wilayah dapat terjadj apabia nilai JumalAsrc Ekononi,Voume23No.l. Mei20l0
72
69
s4
tambah ekonomi suatu wilayah mengalir ke wilayah lain, karena tidak dapat dimanfaatkan atau ditangkap secara optimal oleh suatu wilayah- Dengan demikian, berafti kebocoran wilayah dapat merugikan perekonomian wilayah serta dapat mengganggu keberlanjutan pembangunan (Rustiadi et a/. 2005).
Karena kinerja sistem produksi mempengaruhi nilai tambah dan pendapaian, selanjutnya pendapatan mempengaruhi perekonomian wilayah. Dengan demikian, terjadinya kebocoran nilai tambah tenlll dapat mernpengaruhi perekonornian wilayah, dan pada gilirannya tentu dapat mempengaruhi pencapaian lujuan pembangunan ekonomiwilayah Adanya keterkaitan sistem produksi komoditas unggulan daerah dengan kebocoran wilayah seda dampaknya terhadap perekonomian wilayah dan perekonomian masyarakat, sehingga kaiian kebocoran wilayah dalam sistem pioduksi komoditas unggulan ciaerah serta dampaknya tefiadap perekonomian wilayah dan masyarakat dalam upaya pengembangan ekonomi wilayah dan pencapaian tuluan pembangunan wilayah menarik untuk dllakukan METODE PENELIT!AN
Lokasi dan Waktu Penelifi;n ini dllakukan di Kabupaten lndragiri Hilir Provinsi Riau pada Bulan November 2009 sampai Februari2010. Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder. Dala dan sumber data dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel
'1. Dala dan Sumber Data yang Digunakan
dalam Penelitian
r'rj'ran
Jenis Data peran Tabel lnpui-ouiput dan Bappeda dan istansi sektor l,4engana]isis kelapa lerhadap perekonombn SNSE Kabupaten lndragirl ierkail lainnya dl Kabupaien lndraglri HilirTahun 2005. Dala Kabupaien Indragii Hilir Hllir data sekLrnder lainnya Bappeda Kabupaien Tabei l-O, SNSE lnhil wilayah MenganaLisis kebocoran lndragi Hilir dan Tahun 2005, d3ia sekunder dan pdmer llengana isis kebitakan yang
Tabell-O, SNSE lnhil
dapat meningkatkan pendapaiandan mengurangi
Tahun 2005, SUSENAS dan data-daia sekunder
BPS, Bsppeda clan isiansiterkaii lainnya lndragiriHilir
73
Metode Penyusunan SNSE Kabupaten lndragiri Hilir l\,,letode pendekatan kegiatan dalam penyusunan Sistem Neraca Sosial
Ekonomi (SNSE) Kabupaten lndragiri Hilir dilakukan dengan menggunakan metode survei dan nonsurvei. Dalam penyusunan SNSE Kabupaten lndragiri Hilir, peneliti merupakan salah satu anggola tim. Secara singkat daia dasar yang digunakan dalam penusunan SNSE Kabupaten lndragi.iHilir: 1. Hasil updailng lnpui-Output (l O)Kabupaten lndragiri Hilir2005.
2. Laporan Survei Sosial Ekonomi (Susesnas). 3. Anqgaran Pendapatan dan Belanja Daerah. 4. PDRB seklor dan PDRB Perkapita. 5. Kondisi kemiskinan. 6. Hasil estimasi permintaan akhir dan input primer. 7. Selain itu iuga dilakukan beberapa rekonsiliasi dan
peralihan data sesuai
denoan kondisi yang ada.
Klasifikasi SNSE Kabupaten lndragiri Hilir Klasifikasi yang digunakan dalam SNSE Kabupaten lndragiri Hilir Tahun 2005 dibagidalam 2 klasifikasi yaitu :
a. b.
Klasifikasi agregat berukuran
I
x9
Klasifikasi agregat berukuran 56 x 56
Pada Lampiran 1 dan Lampiran 2 dapat dilihat klasifikasi SNSE dan klasifikasi sektor prcduksi pada Tabel SNSE Kabupaten lndragiri Hilir Tahun 2005.
Pada dasarnya SNSE Kabupaten lndraglri Hilir Tahun 2005, baik yang berukuran I x I maupun 56 x 56 diklasifikasikan menjadi empal klasifikasi utama: (1) neraca faktor produksi, (2) neraca institusi, (3) neraca sektor produksi, dan (4) neraca eksogen (sisa). Neaaca Faktor Produksi
Klasifikasi neraca faktor produksi pada SNSE Kabupaten lndragiri Hilir dibedakan atas tenaga kerja dan modaL. (a) Tenaga kerja
Faktor produksi tenaga keria dikelompokkan menjadi tenaga kerja pertanian dan tenaga kerja bukan penanlan. Tenaga kerja pertanian adalah tenaga kerja yang bergerak di seklor pedanian, termasuk didalamnya subsektor
JurnaiAqro Ekdndnrl, Vo ume23
74
perkebunan, tanaman pangan, peternakan, perikanan, kehutanan, dan usaha, Lrsaha yang berhubungan dengan sektor pertanian (iasa pertanian).
Tenaga kerja bukan pertanian adaLah tenaga kerja yang bergerak diluar sektor pertanian. Kelompok ini mencakup seluruh tenaga kerja yang bergerak disemua sektor nonpertanian atau tidak berhubungan dengan sektor pertanian (jasa nonpertanian).
(b) Modal Faktor produksi rnodal dikelompokkan menjadi modal usaha yang tidak berbadan hukum dan modal usaha yang berbadan hukum. l\,,lodal usaha tldak berbadan hukum adalah modal usaha yang diinvesiasikan pada usaha-usaha yang tidak berbadan hukum. Pada umumnya usaha usaha yang tidak berbadan huklrm merupakan usaha rLrmah tangga skala kecil yang dimiliki oleh perorangan. l\,4odal usaha berbadan hukum adalah modal usaha yang diinvestasikan pada usaha-usaha yang berbadan hukum. Pada umumnya usaha-usaha yang
berbadan hukum merupakan usaha skala menengah dan besar yang pengeLolaannya sudah menuntut profesionalisme. IVodal usaha berbadan hukum dapat berupa modal swasta dalam negeri, pemerinlah, dan modal asing.
Neraca lnslitusi Neraca institusi diklaslfikasikan menjaditiga jenis institusi: rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah(a) Rumah Tangga
Rumah tangga yang dimaksud dalam kegiatan ini adalah rumah ta.gga yallg berdomisili di Kabupaten lndrag ri HiLir. Pengertian .umah tangga dalam kerangka SNSE Kabupaien lndragiri Hlhr merupakan konsep rumah tangga yang digunakan oleh Badan Pusat Statislik, yaitu sekelompok orang yang tinggaldalam satu ataLr makan darisaiu dapur. Rurnah tangga dalam konsep ini dapat dikeLompokkan rnenjadi dua kelompok, yaitu rumah tangga perianian dan rumah langga bukan pertanian. Rumah tangga pertanian adalah rumah tangga yang aktivitas ekonoml anggota rumah tangganya bergerak disektor pertanian, termasuk dida arnnya subsektor perkebunan, tanaman pangan, peternakan, perikanan, kehuianan dan usaha usaha yang berhubungan dengan sektor pertanian (lasa pertanian)
Runar ldnggd oerlaniar
selanjL nva
dlelon pol\an Ten,adi Ligd kelonpoi.
yaiiu rLrrnah tangga buruh tani, rumah tangga pengusaha pertanian dengan luas lahan 0,00 - 1,00 hektar, dan tumah langga pengusaha pertanian dengan luas lahan di atas 1.00 hektar.
75
Rumah tangga bukan pertanian adalah rumah iangga yang aktiviias ekonomi anggota rumah tangganya bergerak diluar sektor pertanian atau tidak berhubungan dengan sektor pedanian (asa nonpertanian). Rurnah tangga bukan pertanian selanjutnya dikelompokkan menjadi empat kelompok, yaitLr rLrmah tangga desa golongan bawah, rumah tangga desa golongan atas, rumah iangga kota golongan bawah, dan rumah iangga kota golongan atas.
Anggota rumah tangga adalah mereka yang bertempat tinggal dan meniadi tangqunqan rumah tanq0a bersangkutan Anggota rumah tangga yang telah berdomisili di wilayah lain lebih dari enam bulan dianggap bukan lagi menjadi anggota rumah tangga tersebut. Pendapalan rumah tangga adalah pendapatan yang d;terima oleh rumah tgngga bersangkulan, baik yang berasal dari pendapatan kepala rumah tangga maupun pendapatan €nggota rumah tangga. Pendapalan rumah tangga dapat berasal dari balas jasa faktor produksi tenaga kerja (upah dan gaji, keunlungan, bonus, dan lain lain), balas jasa kapiia (bunga, deviden, bagi hasil, dan Lainlain), dan pendapatan yang berasal dari pemberian pihak lain (transfer). (b) Perusahaan Perusahaan yang dimaksLrd dalam kegiatan SNSE Kabupaten lndragiri Hilir 2005 adalah perusahaan swasta yang menjalankan operasi bisnis alau keg atan ekonominya di wilayah Kabupaten lndragiri Hilir. Perusahan tersebul
d.
,at bergerak di bidang penanian dan bukan pedanian.
(c) Pemerintah Pemerintah yang dimaksud dalam kegiaian SNSE Kabupaien lndragiri Hilir adalah Pemerintah Kabupaten lndragiri Hilir
Neraca Sektor Produksi Klasifikasi sektor produksi dalam kerangka SNSE Kabupaten lndragiri Hilir 2005 rnerupakan replikasi klasifikasi apangan usaha yang terdapat pada tabel lnpui-Output Kabupaten lndragirj Hilir tahun 2005. Seperti yang terdapal pada Tabel l-O Kabupaten lndragiri Hilir, neraca sektor produksiterdlri aias: (1) permintaan antara dan (2) permintaan akhlr. Neraca permintaan antara terdlri dari aias (1) permjntaan antara atas PDRB yang sama dan (2) pernriniaan antara atas PDRB yang berbeda. Sedangkan neraca permintaan akhir terdiri atas; (1) neraca permintaan institusi; (2) marjin perdagangan; (3) subsidi; (4) neraca kapital swasla; dan (5) neraca ekspor. Proposi permintaan akhir institusitotal diambil dariTabel l-O dan
permintaan akhir rumah tangga menurut jenis/golongan yang dibagi berdasarkan data Susenas. Sedangkan permintaan akhir pemerintah dlbagi JurnaLAsro Ekonomi, Vorum€ 23 No
76
1
Me
2010:69
9,1
berdasarkan data anggaran pendapatan dan pengeluaran pemerintah daerah. Data Neraca kapital swasta dan ekspor diambil da.i Tabel l-O, sedangkan marjin perdagangan dan subsidi diperoleh dari perhilungan Neraca Eksogen Klasifikasi neraca eksogen dalam kegiatan SNSE Kabupaien lndragiri Hilir meliputi neraca kapital, pajak tidak langsung, dan neraca luar negeri (ihe
ANALISIS DATA
Analisis DeskriptifAnalisis ini dilakukan untuk mengetahui peran sektor kelapa terhadap perekonomian Kabupaten lndragiri Hilir ditinlau dari aspek ouiput, PDRB, dan tenaga kerja.
Analisis lndeks Daya Penyebaran dan Derajat Kepekaan Keterkaitan ke belakang (backward linkage) sering disebut sebagai daya penyebaran, dan keterkaitan ke depan (far4ard linkage) sering disebut sebagai derajat kepekaan. Untuk mengukur daya penyebaran sektor digunakan rumus
:
2ihii
(1)
llf'"0 Selanlutnya untuk menganalisis besar kecilnya derajat kepekaan (keterkaitan ke depan) digunakan rumus : B,
=
aibii
............ (2)
IlP''''u Analisis Pengganda Otput, Nilai Tambah Bruto, Pendapatan dan Tenaga Kerja Pengganda Output
I
X
=
11
- n), F
:
.......................
................ . (3) perubahan yang permintaan terbentuk akibat : Outplrt akhir ..........
77
{1 A)1 : N,4atrik pengganda F : Permintaan akhir Pengganda Nilai Tambah
:
I -l Y ...................... ............... ........... (4) t/ : Nilai Tambah Bruto yang terbentuk akibat perubahan permintaan akhir i : l\ratrik diagonal koeflsien NilaiTambah Bruto .l Da.npat perm ntaan dthr (l A)' f Pengganda Pendapatan
' w:i x
:
................... (s)
dimana !ry ddalrh malrils rr.ome dan Xmerupakan matrik
X=(1- 1.f.
Pengganda Tenaga Kerja
l = iir ld)
ttl
n dLrih diagondl hoefstFn iacome.
:
I
(6)
E =l\,4atriks pengganda tenaga kerja dan
=Matriks koefisien tenaga kerja yaitu berisi rasio tenaga kerja terhadap total input tiap sektor-
Analisis Penqqanda Kebijakan Pyatt & Rolrnd (1979) melakukan dekomposisi terhadap pengganda neraca yang hasilnya adalah sebagai berikut: Ma = M3 [4,
Mi
...._........ (7)
dimana: N4a
l\,4atrlk dekomposisi Pengganda
I\lr
Pengganda frarsfer, menunjukkan pengaruh
[,1.
eeniganda open laop alau cross-effect, rnerupakan pengaruh darj suatu blok ke blok yang lain. lnjeksi pada salah satLl sektor dalam sebuah blok iertentu akan berpengaruh terhadap sektor lain di blok yang lain setelah melalui keseluruhan sislem dalam blok yang lain
dari saiu blok
pada
tersebutt\,13
Pengganda c/osed /oop, merupakan pengaruh dari suatu blok ke blok yang lajn, untuk kemudian kembalipada blok semu a
Jurna Ar.o Ekonom.Vorume23
No.t Mei20tc:69
94
Dekomposisi matrik pengganda neraca persamaan (7) dapat juga dibuat menjadi bentuk aditif, yaitu :
Mct:I+(Mat I)+(Ma2
I)Mat +(Ma.- I)Ma, Mat........
(B)
Bentuk persamaan (8) menunjukkan matriks identitas, lmenggambarkan dampak awal injeksi neraca eksogen terhadap neraca endogen, sedangkan bentuk kedua, ketiga, dan keempat pada persamaan tersebut disebut sebagai pengganda transfer (tranfer multiplier), pengganda putaran terbuka (open /oop multipliet), dan pengganda putaran tertutup (c/ose loap multipler) (a) Pengganda Transter
'
Pyatt and Round (1988) mengungkapkan M"1 adalah pengganda transfer, yang menunjukkan pengaruh dari satu blok pada diri sendiri r\,1"1
A'
=(1-A")i
................. (s)
adalah matrik diagonai dari matriks A, yaitu
foool
:lo A-- o lo o- ,..
I I
Sehingga matrik pengganda transfer (Mar dalam bentuk matrik dapat dinyatakan sebagai berikut :
fr w.t, lo I I
I
()
ol
o
\/ 2,,)' C)
,,
or..
,
(
t1)
I
I\,4e alui pengganda transfer (M.j) ini, dapat diketahui pengaruh injeksi pada sebuah sektor terhadap sektor lain dalam satu blok yang sama, setelah melaui keseluruhan sistern didalam bLok tersebut, sebelum berpengaruh terhadap blok yang lain. Dalam memahami Mar seolah-olah ada asumsi bahwa injeksi pada suatu sektor hanya berpengaruh terhadap sekior-sektor lain dalam blok yang sama dan tidak terhadap sektor-sektor yang berada pada bjok yang la n. Oleh karena itu Ma'1 disebut sebagai pengganda transfer. N,4atrlk M"j pada persamaan (11) dapat diketahui besarnya pengganda pada masing-masing blok. Pada bok kegiatan produksi misalnya, besarnya pengganda transfer aclalah (i-A3t1 lnj berarti bahwa setiap injek;i pada sal;h satu sektor produksi akan berpengaruh pada sektor produksi yang lain sebesar injeksi tersebut, yang dlkalikan dengan (l-A$)' Dalam moclel I O (l-A.3)1 tidak lain adalah matrik kebalikan leontif.
79
1. lni berarti Blok lnstitusi, besarnya pengganda trasfer adalah (l-Arr) seiiap injeksipada salah satu institusiakan berpengaruh pada institusiyang lain l dikalikan dengan (l-Arr)
sebesar injeksi tersebut, Blok faktor produksi, besarnya pengEanda transfer adalah l- Hal lersebut berarti bahwa inleksi pada salah satu faktor produksi hanya akan berpengaruh terhadap faktor produksi yang di inieksitelsebut, tidak terhadap faktor produksi lain. Msalnya dilakukan injeksi terhadap tenaga kerja pertanian perkebunan kelapa penerima upah dan gaji di perdesaan sebesar Rp100, maka yang
bertambah hanyalah penerimaan tenaga kerja penerima upah dan gaji diperdesaan itu sendiri, sebesar Rp 100. Fakior produksi yang lain tidak mengalami perubahan apa-aPa
)).
Pengganda open Loop Pyatt and Round (1988) mengungkapkan Ma2 adalah pengganda ope, /oop atau cross'effek, yang merupakan pengaruh dari saiu blok ke blok yang
lain. lnjeksi pada salah satu seklor dalam sebuah blok terlentu
akan berpengaruh terhadap sektor lain di blok yang lain setelah melalui keseluruhan sistem dalam blok yang lain. [,'latrik tersebui didefinisikan sebagai:
M.2 =
0+A*+Aa)
........................................ (12)
Dimana
a.
= 0-AoI1
(a-A.)y
Sehingga A* merupakan sebuah mairik dengan
:
(13) (14)
(1s) Sedangkan sel yang lain berisi angka aiau makik nol
[o_ o
.4,:l
11,1A,. : 0"l lo
(16) I
Denqan demikian penqqanda open /oop adalah
',1 80
L4*t.A't, A*" I t*,.A*., t o,,
A*" A*, A*r1
I
...... ........................... (17)
3). Pengganda Closed Loop
Pyatt and Round mengungkapkan M"3 adalah pengganda closec! laop,
atau sering disebut pengganda putaran tertutup yang
menggambarkan
pengaftrh dari suatu blok ke blok yang lain, yang kemudian kembali pada blok semula. Matdk pengganda tersebut didefinisikan sebagai:
M =(1-a'3)1....-..... M"j
......................................(18)
merupakan mahik diagonal, yang
utamanya .secara 11 A 13 A 3r)
berurulan dari kiri atas ke kanan bawah berisi (l- A "diaqonal 13 A 3, A rr) ', (l- A 1
dan
(-
A"3,
A'ri A'1t
r
lnjeksi pada salah satu faktor produksi akan berpengaruh pada sektorsqktor lain pada blok institusi, kemlrdian berpengaruh pada blok kegiatan prodLrksi, dan akhirnya berpengaruh kembali kepada sektor-sektor dalam blok faktor produksi. Satu putaran dari blok faktor produksi kembali ke blok faktor produksi inidisebut pe_nga.llh ./osed /oop iaktor produksi. denqan pcngganda sebesar (l-A,,A vA ') Demikian pula dengan blok institusi dan kegiatan produksi. lnjeksi pada salah satu sektor dalam blok institusi pada akhirnya akan berpengaruh c/osed /oop pada seklor-sektor dalam blok institusi itu sendiri, setelah berpengaruh Dada blok kegiaLan produksi dan laktor produ[si. dengan pengganda sebesar 1l A, A r A.r) - . Sedangkal pengoanda c/osed /oop unluk blok kegiatan prod.rhs;adalah sFbesar (l-A j, A _j A rr) .
Analisis Kebocoran Wilayah Kebocoran wilayah pada sektor kelapa dapat diiihat dengan menghitung ratio pendapatan modal yang keluar wilayah terhadap total pendapatan modal
dan ratio pendapatan tenaga kerja yang keluar wilayah terhadap
total
pendapaian tenaga kerja atau dllihal da.i besarnya aliran surnberdaya finansial (Capital Outflow) yang keluar wilayah (Rustiadi, 2005). Kebocoran wilayah juga dapat dilihat dari rasio ekspor tehadap total output, rasio ekspor terhadap total perrnintaan antara, rasio impor terhadap total input antara (Bendavid, 1991) Kriteria lainya adalah indeks kelerkaiian kedepan (forMard tnkage) dan indeks keterkaitan kedepan (forward linkage). Bila nilainya kecil dari rata-rala seluruh sekio. (<1) mengindikasikan sektor tersebut 'ebih mengalami kebocoran wilayah (Reis dan Rua, 2006).
Analisis Kemiskinan Untuk mengkaji dampak jnvestasi sektor kelapa terhadap insiden kemiskinan (povefty incidence) d\gunakan indeks kemiskinan FGT (Foster, Greer-Thorbecke).
KAsUPATENNoRAGlRHLlRAhnadAlE'3a]nbangJ)hnlla'Akh
81
1'1 t- . .,( /, | . b.0) ::l
p.tv..zt
(1e)
....................................
z ) n,!\ dimana yi adalah rata-rata nilai pengeluaran per kapita individu ke
i
dalam rumah iangga, total populasi dinyatakan sebagai n, iumlah populasi miskin adalah q dan batas kemiskinan adalah z. Nilai (l ada tiga macam, Yaitu: Nilai c(=0, menyatakan headcount index metupakan proporsi populasi yang berada di bawah garis kemiskinan dengan rumus :
. r I - ., A\v,zl-'n;\ tl ' z'' I atLlu Pa ,l tn ... . ) ro
Nilai cr = 1, menyatakan lk']j'an poverty gap ratio alau
(20)
kesenjangan
kemiskinan selLlruh populasi miskin te.hadap garis kemiskinan dengan rumus
pr,r,r
'
1 ai .
.-'
.. \ !l "-" , l. ...... .... ............................................
,A\
(21)
)
Nilai o = 2, dinamakan rasio "keparahan" kemiskinar. (povefty seveity)
P,(y;z) =
r
S{ '-r, f Lt_t
Simulasi Kebijakan Pertumbuhan APBD Kabupaien lndragiri Hiljr selama kurun waktu tahun 2001 sampai iahun 2005 be*isar anta€ 50 milyar sampai 100 mily?r per tah,un (Biro Keuanqan Selda lndragiri Hili. 2005) Oleh .ar"na it,l lebi;akan APBD yang dapar dialokasrkan unluk peningkatan dnggaran pembangunan dalam iang-ka penanggulangan kemiskinan dan pengembangan sektor perekonomian maayarakat sebesar 50 milyar rupiah per lahun Berdasarkan kondisi lersebut, maki besarnya alokasi anggaran untuk peningkatan investasi, dalam simulasi kebijakan dalam peneiliuan ini adalah sebesar 50 milyar rupiah. Simulasi 1 (S1) : Peningkatan investasidi sekior kelapa sebesar 50 milyar
Simulasi 2 (S2) : Peningkatan investasi di sektor indusi.i kelapa skala besar (swasta) sebesar 50 milyar Simulasi 3 (s3) : Peningkatan investasidisektor indust.i kelapa skala rumah tangga sebesar 50 milyar
JurnalAgrc Ekonomi, Voluhe 23 No
82
I
M€ 2010:69-94
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil SNSE Kabupaten lndragiri Hilir Tahun 2005
Hasil SNSE Kabupaten lndragiri tahun 2005 diperlihatkan pada matriks SNSE ukuran I x 9 (seperti pada Tabel2) sebagaihasil agregasi dari matrik 56
x 56. Pada
Tabel 2 terlihat bahwa total nilai output yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi sebesar Rp 7.878.567 juta yang lerdiri dari output domestik sebesar Rp 7.143.499 juta dan nilai impor sebesar Rp 735.067 juta. Darj total output dornestik iersebut nilai tambah yang dihasilkan di daerah ini berjLrmlah sekitar Rp 4.654.045 juta, atau sekita.65,15 persen dari total output damestik. Nilaitambah ini dapat dihitung da dua sisi yakni dari sisi suplai yang merupakan penjumlahan balas jasa faktor produksi tenaga kerja sebesar Rp 1.508.751 juia, modal (termasuk penyusutan) sebesar Rp 2.919.575 juta, dan pajak tak langsung sebesar Rp 225.719 jula. Perhiiungan nilai tambah juga dapat dihitung da.i sisi permintaan yang merupakan akumulasi da pemintaan konsumsi rumah tangga sebesar Rp 2.562.929 juta, permintaan konsumsi pemerintah sebesar Rp 513.097 juta, investasi sebesar Rp 284.393 juta, Ekspor sebesar Rp 2.028.694 juta dikurang impor yang jumlahnya sebesar Rp 735.067 juta. Besarnya nllai iambah faktor p.oduksi tenaga kerja yang keluar wilayah berjumlah sebesar Rp 182.098 juta- Sedangkan, besarnya pendapatan modal yang keluar wilayah adalah Rp 374-32S juta. Sebaliknya terdapat balas jasa
faktor produksi tenaga keaa yang berasal dari luar wilayah yang memberi tambahan tenaga kerja rurnah tangga dalam wilayah yang jumlahnya sebesar Rp 8-731 juta dan pendapatan modai yang berasal dari lLrar jumlahnya sekitar Rp 8.452 juta. Pendapatan dari seluruh rumah tangga yang ada di Kabupalen lndraghi
Hilir diperkirakan sebesar Rp 3.053.622 juta selama lahun 2005, yang bersumber dari pendapatan tenaga keda sebesar Rp 1.335.384 juta, dari pendapalan modal sebesar Rp '1.604.266 juta dan sisanya berasal dari lransfer
berbagai instiiusi sebesar Rp 113.972 luta. Rata-rata pendapatan pada kelompok rumah tangga pendapatan tinggi diperkotaan mencapai Rp 79,'19 juia per rumah tangga per iahun, sedangkan pendapatan rumah tangga paling kecil pada kelompok rumah tangga pendapatan rendah di perdesaan dengan raia, rata pendapatan sebesar Rp 6.42 juta per rumah tangga per tahun. Selanjutnya total pendapalan inslitusi perusahaan diperkirakan sebesar Rp 758.968 juta. Sedangkan penerjmaan pemerintah diperkhakan sebesar Rp 950.927 juia. Untuk jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.
EBUNAN KEUPA RA(YAI TERHADAP KEMISKINAN DAN PEREKONOMLAN
B3
E
F I
6
€
E
UJ
3
z E
.9
6i
T lJumalAg.oEkonomi.voume2sNo.l, Iei2010:69
84
94
Peran Sektor Kelapa dan Sektor lndustri Pengolahan Kelapa terhadap
Perekonomian Kabupaten lndragiri Hilir Pada Tabel 3 dapat dilihat peran sektor kelapa terhadap perekonomian Kabupaten lndragiri Hilir. Tabel 3. Peran Sektor Kelapa terhadap Perekonomian Kabupaten lndragiri Hilir Parameter
TotalWilayah
Sektor Pertanian (persen)
(Persen)
Agregat
Subsektor Perkebunan
Output
13,44
34,68
79,85
NTB
17,86
36,03
69.77
37,57
81,5s
lenaqa herla
Dari Tabel 3 di atas terlihat bahwa peran sektor kelapa sangat berarti terutama dalam penyebaran ienaga kerja yaitu mencapai 27,92 petsen. Dominannya sektor kelapa dalam penyerapan tenaga kerja di Kabupaten lndragiri Hilir pedu menjadi perhalian unluk dipertahankan dan ditingkatkan peranannya dalam pengembanqan sektor tersebut. Sedangkan dari sisi nilai tambah bruto terlihai bahwa kontribusi sektor kelapa yaitu sebesar 17.86 persen. Demikian juga dari sisi pembentukan output perekonomian terljhat sektor kelapa memiliki konlribusi sebesar 13.44 persen
Dari hasil analisis di aias dapat dinyatakan bahwa secara umum seklol kelapa ditinjau dari aspek pembentukan output, nilaitambah bruto, dan serapan tenaga ke4a di Kabupaten lndragiri Hilir, terlihat masih memiliki peran yang sangat besar dan tlerarti bagi perekonomian Kabupaten lndragiri Hilir- Dengan demikian, pengembangan sektor kelapa dalam pengembangan perekonomian
Kabupaten Indragiri Hilir merupakan kegiatan yang patut ierus didorong untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada Tabel 4 dapat dilihat peran sektor industri pengolahan kelapa terhadap perekonomian Kabupaien lndragiri Hilir.
Selanjutnya sekior industri pengolahan kelapa (industri pengolahan kelapa skala besa. dan industri pengolahan kelapa skala rumah tangga) terhadap pembentukan output total wilayah Kabupaten lndragiri Hillr adalah sebesar 21,05 persen, terhadap pernbentukan output sektor indust.i sebesar 92,74 persen- Kemudian kontribusinya terhadap pembentukan nilai tambah bruto (NTB) total wjlayah Kabupaten lndragiri Hilir yaitu sebesar'15,76 persen , terhadap pembentukan NTB sektor industri 95,14 persen. Selanjutnya dari sisi serapan tenaga kerja menunjukkan sektor industri kelapa berkontribusi sebesar
3,26 persen terhadap serapan tenaga ke4a total Kabupalen lndragiri Hilir, kemudian serapan tenaga kerja dalam sektor industri sebesar 89,9'1 persen.
KABI]PATEN INDRAGLR! N]L
R
EBUNAN I1ELAPA RAKYAT T€RHADAP KEMISKINAN DAN FEREKONOM AN NAd FAd, dAN fudJ BIdiMAN HAK|N
85
Tabel4. Peran Sektor lndustri Pengolahan Kelapa terhadap Perekonomian Kabupaten lndragiri Hilir Parameter
TotalWilayah (persen)
Sektor lndustri (persen)
21,05 15,76
92,74 95,14
3,26
89,91
Output NTB Tenaga kerja
Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa industri kelapa merupakan industri dominan yang dikembangkan di Kabupaten lndragiri Hilir, hal ini tercermin dari sisi output, nilai tarnbah bruto, dan penyerapan tenaga kerja. Dimana dari sisi penyerapan tenaga kerja saja sektor industri kelapa mendominasi penyerapan tenaga kerja sekto. industri di Kabupaten lndragiri Hilir, yaiiu mencapai 89,91 persen.
Indeks Keterkaitan ke Depan dan ke Belakang Sektor Kelapa Sektor kelapa memiliki keterkaitan ke belakang yang masih lemah dengan indeks keterkaiian ke belakang sebesar 0,75. Sedangkan sektor industri pengolahan kelapa skala besar dan sektor industri kelapa skala rumah tangga sudah memiliki keterkailan ke belakang yang relatif kuat dengan nilai indeks keterkaitan ke depan unluk industri kelapa skala rumah tangga sebesar 1,03, industri kelapa skala besar (swasta) sebesar 1,08. Selanjutnya sektor industij kejapa skala rumah tangga memiliki keterkailao ke depan yang lemah dengan nilai indeks keierkaitan ke depan sebesar 0,71. Sedangkan seklor kelapa dan sektor indusiri kelapa skala besar (swasta) telah memiliki keterkaitan ke depan yang kuat, dengan nilai indeks masing masing sebesar'1,75 dan 2,20 (Tabel 5)
Tabel5. lndeks Keterkaitan ke Depan dan Ke Belakang Sektor Kelapa dan lndustri Pengolahannya lndeks Keierkaitan
Depan 1,75
lndusl
skala besar (swasta) lndustrikelapa skala rumah tanqoa
2,20
keLapa
0,71
ke
lndeks Kete*aitan ke Belakano 0,75 1,08 1.03
lndikasi dan Potensi Kebocoran Wilayah Sektor Kelapa dan lndustri Pengolahan Kelapa Berdasarkan kelerkaitan ke depan terlihat sektor industri kelapa skala rumah tangga masih memiliki keterkaitan yang lemah yang ditunjukkan oleh niai indeks keterkaitan ke depan yang lebih kecil dari '1, yailu sebesar 0,71, adinya
Jurna Agro Ekonom, Votume 2€ No.1,
86
Mei2010:69
94
sektor industri kelapa skala rumah tangga masih memiliki keterkaitan pasar yang lemah atau mengalami indikasi kebocoran wilayah. Namun untuk sektor kelapa dan industri kelapa skala besar (swasta) sudah memiliki keierkaitan ke depan yang kuat (Tabel 6). Selanjutnya bila dilihat dari keterkaitan ke betakang maka sektor kelapa memiliki keterkaitan ke belakang yanq temah vaitu sebesar 0.75 atau lebih Pecrl dari sat" dan mengindikasikan tedadinya kebocoran wilayah di sektor kelapa. Hal ini terjadi karena besarflya komponen impor dari input antara yang digunakan dengan nilai rasio sebesar 0,36 (Tabel 6). Komponen input antara di sektor kelapa yang berasal dari komponen impor seperti herbisida, insektisida, fungisida, dan pupuk. Sedangkan untuk sektor induski kelapa skala besar (swasta) dan industri kelapa skala rumah tangga telah memiliki keterkaitan ke belakang yang kuat karena telah memiliki nilai incleks keterkailan lebih besar dari 1 (Tabel6).
Tabel6. lndikasi dan Potensi Kebocoran Wilayah Seklor Kelapa dan lndustri Pengolahannya
Sektor Kelapa
lndustri kelapa skala besar {swasta) lndustri kelapa skala rumah tanqqa
Ratio
a,42
EPA 0,73
0.43
1,87
EO
0,6'1
'1,89
PTK
0,36 0,1'1 0,34 0,39 0,16 0.10
PMK 0,09 0,57 4.12
ngan: EO
EPA II
Eksporterhadap toial oulput Ekspor teftadap total pemintaan antara lmpLrlanlara dari komponen importerhadap total input aniara Pendapatan ienaga kerja kelua.wilayah tErhadap tolalpendapatan tenaga kerja Pendapatan modaL keluarwilayah terhadap iolal pendapaian tenaga kerja
Kebocoran wilayah di sektor kelapa dominan ierjadi pada sektor industri kelapa skala besar akibat adanya aliran modal ataLr finansiaL (capital autflow, yang keluar wilayah Kabupaten lndragiri Hillr, dimana pendapatan modal yang mengalami kebocoran mencapai 57 persen daritotal pendapatan modal indusiri kelapa skala besar atau setara dengan 255,20 milyar ruplah dan kebocoran aliran pendapatan tenaga kerja yang keluar wilayah Kabupaten Indragid Hilir sebesar 39 persen dari total pendapatan tenaga kerja industri kelapa skala besar aiau setara dengan 63,55 milyar rupiah (Tabel6). Dampak Kebocoran Wilayah di Sektor Kelapa dan lndustri Pengolahan Kelapa
Dampak kebocoran wilayah disektor kelapa dan industrl pengolahan kelapa dapat dilihat dari besarnya aliran pendapalan modal dan tenaga keda yang keluar wilayah Kabupaten lndragiri Hilir. Pada Tabel 7 terlihat bahwa total
a7
kebocoran wilayah sektor kelapa sebesar 77,73 milyar rupiah yang terdiri dari 41,99 milyar rupiah dari aliran pendapatan modal yang keluar wilayah dan 35,74
milyar ropiah dari aliran pendapatan tenaga keria yang keluar vr'ilayah Sedangkan kebocoran wilayah sektor induski kelapa skala besar mencapai 318,97 milyar rupiah terdiri dati 225,42 milyar rupiah dari aliran pendapatan modal Vanq kelLrar wilayah dan 63,55 milyar rupiah dari aliran pendapatan
tenaga kerja yang keluar wilayah- Selanjulnya, total pendapatan modal yaog keluar wilayah Kabupaten lndragiri Hilk untuk sektor kelapa dan industri pengolahannya mencapai 300,2 milyar rupiah dan total pendapatan tenaga kerja yang keluar wilayah Kabupaten lndragiri Hilir sebesar 100,79 milyar rupiah (TabelT). .Tabel7. Dampak Kebocoran diSektor Kelapa dan lndustri Pengolahan Kelapa PendapalanModal PendapatanTenaga Ke
LuarWiayah
{ft,lilvar
lndusiri Kelapa skala Besar
(sMsla)
ln.lrs|rl KelaDa skala Rlmah Tanooa
Keia Ke LuarWiayah Jun'lah
Rupiah)
(Milyar Rupiah)
41,99
35 74
77.73
255.42
63,55
318.97 4.29 245,07
1,50
2.79 300
2
100.7s
Muftipliet Effecl Sektor Kelapa dan Sektor lndustri Pengolahan Kelapa Dari hasil analisis multiplier effect ledihal bahwa sektor Kelapa menriliki koefisien pengganda ouput sebesar 4,92, koefisien pengganda nilai tambah sebesar 5,47, koefisin pengganda pendapatan sebesar 7,10, dan koefisjn pengganda tenaga kerja sebesar 4,8'1. [,1akna dari koefisien pengganda output tersebut adalah seiiap peningkatan permintaan akhir sektor kelapa sebesar satu satuan, maka output perekonomian Kabupaten lndragiri Hilk akan meningkat sebesar equivalen 4,93. Dengan kata lain, apabila setiap perminiaan akhir (fital demard) sektor Kelapa meningkat sebesar 1 milyar rupiah, rnaka darnpaknya terhadap outpui perekonomian wilayah Kabupaten lndragiri Hilir adalah sebesar 4,93 milyar rupiah (TabelB).
fabe!8. Multiplier Etrecl Sektor Kelapa dan lndustri Pengolahannya Sektor
Kooflsien Penoqanda
NTB 4,92 6,47 lnduslri Kelapa Skala Besar (Swasta) 7,29 5,66 lndustri KelaDa Skala Rumah Tanaqa 0,54 0,35 Oulout
I
Pendapatan Tenaqa Keria 7,10 5,10 0,46
4,41 0,43 1,71
terlihat bahwa sektor industri kelapa skala besar (swasta) pengganda tenaga kerja yang lebih kecil yaitu 0,43 memiliki dampak Pada Tabel
JuhalAgro Ekonoml.Volume 23No
BB
l. [4€]2010:69 94
dibandingkan dengan sektor kelapa dan sektor industri kelapa skala rumah tangga dengan nilai koefisien pengganda tenaga kerja masing-masing 4,81 dan 1,71. Hal ini menunjukan bahwa industri kelapa skala besar menyerap lapangan
kerja yang lebih kecil karcna padat modal dan teknologi, semenlara sektor kelapa dan industri kelapa skala rumah tangga justru padat tenaga kerja. Dampak lnvestasi di Sektor Kelapa terhadap Distribusi Pendapatan dan Kemiskinan di Kabupaten lndragiri Hilir Simulasi 51 memberikan persenlase pertumbuhan pendapatan yang paling tinggi kepada masing-masing rumah tangga yang ada di Kabupalen lndrag;ri Hilir, selanjutnya disusul oleh simulasi 52 dan 53 (Tabel 9). Hal ini terjadi karena simulasi 51 yang metupakan investasi disektor perkebunan kelapa langsung menyentuh sebagian besar masyarakat Kabupaten lndragki Hilir yang memang merupakan petani kelapa. Sedangkan bila investasi dilakukan pada sektor industri kelapa skala besar (S2) memberikan pengaruh yang rendah terhadap peningkaian pendapalan rumah tangga di Kabupaten lndragiri Hilir, karena hanya sebagian kecil rumah tangga yang ada di Kabupaten lndragiri Hilir yang bekerja di sektor industri kelapa skala besar tersebui.
Tabel9. PeFentase Pertumbuhan Pendapalan
lMasing
masing
SimLllasi
Kebijakan Nilai Dasar (Juta)
Rumah Tangga Buruh tani
Desa gologan bawah Desa golongan alas Kota golongan bawah
s1 Nilai
(Juta)
347.232 354.292 2,O3 383.990 391.835 2,04 897.125 915.586 2,06 55.478 56.626 2.07 613.642 626.637 2,12 105.855 108.083 2.10 650_296 664.068 2,12
s2 Nilai (Juta) 353.7 14 1,47
391.227 1,eA 914.407 1,93
56.512
1,86 625.310 1,90 T07.823 1,86 662.661 1,90
S3 Nilai (Juta)
354.068 1,97 391.5S7 1,98
915.105 2,00
56.583
1,99
626.142 2,44 107.988 2,01
663.543 2,04
Simulasi S'1, 52, dan 53 memberikan pengaruh yang sama terhadap penurunan percentase kemiskinan di setiap kelompok rumah iangga yang ada di Kabupaten lndragiri Hilir. Rumah tangga yang mengalami penurunan kemiskinan hanva rumah tangga peiani yang memiliki lahan 0,00 1,00 hektar sebesar 2,78 persen dan.Lrmah tangga petani yang memiliki lahan > 1,00 hektar. Sedangkan
pada kelompok rumah iangga lainnya tidak mengalami penurunan kemiskinan Namun bila dilihai dari penfiJnan paverty gap dan poverty severty terlihat bahwa setiap simulasi kebijakan dapat menurLrnkan kedua indikator kemiskinan tersebut. Penurunan poyerly gap dan povefty sevett yang paling tinggiterjadi pada simulasi 51 yaitu masing-masing sebesar 7,24 pers-al] dan 6,69 persen pada kelompok rumah iangga desa golongan atas Clabel 10). DAMPAK PENGEMBANGAN
PERK
DAFKEMSKLMN OAN PEREKONOMAN
89
Tabel 'l0.Persentase Penutunan Tingkat Kemiskinao, Povefty Gap, dan Pavefty Severily I\,4asing-masing Kebijakan
f')
(%\
s1 s2 s3
0,00 Petanilahan 0'1 ha 2,74 Petanllahan > t ha 5,66 Desa gologan bawah 0,00 Oesa golongan atas 0,00 Kotagolongan bawah 0,00 Kata oolonoan alas 0.00
0,00 2,78 5,60 0,00 0,00 0,00 0.00
0,00 2,74 5,66 0,00 0,00 0,00 0.00
s1 2,00 1,54 3,01
2,50 7,24 2,57 2.39
s2
(j s3
1,AA 1.97
1,46 3,43 2,29 4,00 2,38 2.14
1,53 3,53 2,42 7,11 2,50 2.30
s1 2.34 2.57
4,18 2,49 6,69 3,30 4.65
s2
2,16 2,37 3,92 2,61 5.67 2,96 4.17
s3 2,3A
2,49 4,06 2,74 6.47 3,17
444
Dampak lnvestasi di Sektor Kelapa dan lndustri Pengolahan Kelapa terhadap Perekonomian Kabupaten lndragiri Hilir Simulasi S1 membe kan dampak yang lebih tinggi terhadap pendapatan fakto. produksi dan pendapatan sektor produksi yaitu sebesar masing-masing 2,07 persen dan 2,08 persen bila dibandingkan dengan simulasi 52 dan 53. Namun bila dilihat dari pertumbuhan sektor produksi simulasi 53 memberikan periu mbuhan . yang paling tinggi yaitu 2,79 persen bila dibandingkan dengan simulasiSl dan 52 (Tabel 1'1). Tabel'1 1-Dampak l\,4asing-Masing Sirnulasi Kebijakan terhadap Peftumbuhan Pendapatan Faktor Produksi, Rumah Tangga, dan Sektor Produksi Simulasi s1
s2
Rataan Pertumbuhan Neraca Reoional (%) Rumah Tanqqa Sektor Produksi 2,07 2,O8 2,46 1,92 1,90 2,70 2,01 2,75
2,U
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang dijelaskan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Sektor kelapa dan industri pengolahan kelapa memberikan kontribusi yang besar terhadap pembentukan output, PDRB, dan penyerapan tenaqa keria di Kabupaten Indragiri Hilir serta memitiki multiplier effect yang positif terhadap outpui, nilaj tambah, pendapatan, dan ienaga kerja yang positif. lndeks keterkaitan ke depan sektor kelapa masih rendah yaitu 0,75 dan sekior JurnalAgro€kononi Volume23No1, Me 2010:69-94
90
pengolahan kelapa skala rumah tangga juga memiliki keterkaitan ke belakang yang lemah dengan nilia indeks keterkaitan sebesar 0,71.
Kebocoran wilayah sektor kelapa dominan terjadi pada sektor industri kelapa skala besar akibat adanya aliran modal atau finansial (capital outflow) yang keluar wilayah Kabupaten lndragiri Hilir.
Simulasi 51, 52, dan
53
hanya mampu menutunkan kemiskinan
(headcount indeks) pada kelompok rumah tangga pertanian yang memiliki lahan 0,00 1,00 ha sebesar 2,78 persen dan rumah tangga pertanian yang memiliki lahan > 1,00 ha sebesar 5,57 persen. Simulasi 53 memberikan peningkatan pertumbuhan sekior produksi yang paling tinggi yaitu sebesar 2,79 persen. Sedangkan Simulasi S'1 memberikan dampak peningkatan pendapatan rumah tangga dan faktor produksi yang paling tinggi yaitu masing-masing sebesar 2,08 persen dan 2,07 persen.
Simulasi S1 memberikan peningkatan pendapatan dan menurunkan kemiskinan yang cenderung lebih tinggi bila dibandingkan dengan simulasi 52 dan 53. SARAN KEBIJAKAN
Kebijakan investasi di sektor kelapa dan sektor industri pengolahan kelapa ternyala hanya mampu menurunkan masalah kemiskinan rumah tangga di Kabupaten lndragirl Hllir rata-rata sebesar '1,21 persen. Oleh karena itu, investasi disektor kelapa dipandang belum mampu mengatasi permasalahan kemiskinan di Kabupaten lndragiri Hilir bila investasinya hanya sebesar 50 mllyar.
Untuk menekan lingkat kebocoran wilayah di sektor induslri pengolahan kelapa di Kabupaten lndragiri Hilir perlu diJakukan upaya untuk meminimalisasi terjadinya aliran pendapatan modal dan pendapatan tenaga kerja yang keluar wilayah Kabupaten lndragiri Hilir-
DAFTAR PUSTAKA
Anwar
A. 2004. Organisasi Ekonomi: Konsep Pilihan Aktivitas Ekonomi melalui Kelembgaan Pasar alau Orcanisasi. Bahan Kuliah Program Siudi llmu-llmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Prosram Pascasaiana lPB, Bogor (Tidak dipublikasikan).
Baliibang dan BPS Provlnsi Riau.2006. Profil Kemiskinan Provinsi Riau Tahun 2005. Balitbans dan BPS Provinsi Riau. Pekanbaru.
XABUPATEIJ INDFI^GLR H LIR
91
Barrett, C. R. and J. G. McPeak. 2005. Povefty Tlaps and Safety Nets. ln A. de Janvry and R. Kanbur (eds.) Povedy. lnequality and Developmenl: Essays in honor of Erik Bendavid Val, A. 1991. Regional and Local Economic Analysis for Praciitionerc Fourlh Edition. Praeger. London BPS Kabupaten lndragiriHilk.2007. lndragiri
/
H
ilir dalam Angka Tahun 2007. Tembilahah
Dasgupb, P. (1997) Nutriiional stalus, the Capacity to Work and Poverty Traps. Joumal of €conometrics. 77 (1):5-37Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten lndEgiri Hilir. 2007. Statistik Perkebunan Kelapa Kabuparen lndragiri Hilir Tahun 2006. Dinas Perkebunan dan Kehutanan KabLrpaten Indragid Hilir. Tembilaban.
Pyati, G dan Roe. 1978. Socia/ Accounting for Developnent Planning Mth special
'
Refenrerce lo Srj Langka. Cambridge University Press.
Rada C. and Taylor L. 2006. Developing and Tmnsition Economies in the Latee 20h Cenlury: Diverging GroMh Rates, Economic Structures, and sources of Demand: CCEPA Working Paper 2006-1, Schwarlz Cenirc For Economic Policy Analysis The New School.
Reis H and Rua A.2006. An lnput-Output Analysis : Linkages Vs leakagesi Working Paper Banco de Portugal, November 2006, Economic Research Depaftmeni Banco de Poriugal.
S Saefulhakim dan D. Panuju.2005. Perencanaan dan Pembangunan Wilayah. Edisi September 2007. Program SiudiPWD-lPB. Bogor.
Rusliadi, E.,
Smeru,2008. Peta Kemiskinan lndonesia: Asal Mula dan Signifikansinya. SI4ERU No. 26: [,4ay Aug/2008.
!lq!jl!q!!tid.
Standing G, 2006. The need for income secu ty, Paft L Published in the CPPD Monitor. www.eori.oro.zalcuvslandinqFuilpaoer2.
Juha Asro Ekonomi, Volume 23 No.'l, Mei2010:69 94
92
Lampiran 1. Klasifikasi SNSE Kabupaten lndragiri HilirTahun 2005 1
!4odal
2
luruh tani )eiani memiliki lahan
angga nstitusi
lukan
O
00r
00 Ha
retani memiliki lahan > 1 O0 Ha
5
lumah lanooa desa dolonoan bawah
6
lumah tanooa desa oolonoan atas
7
lumah tanooa koia oolonoan bawah
I
Rumah tanooa kota oolonoan atas
I
nstitusi
10 11
Sektor
12
sekior
12'53 54
:ksogen
Paiak tidak lanosuno minus subsidi The rest of the world
56
JUI\,,ILAF
DAMPAK PENGEI\IBANOAN PERK
93
Lampjran 2. Klasifikasi Sektor Produksi pada SNSE Kabupaten lnhilTahun 2005 ..K;da
'Koti6 12
Barand tambano & oalian
33
13
35
14
15
ndustri alaralal Feft arian
16
ndsutri kavu
lahan makanan lainnva
37
38
11
18
nduslri kelapa skala bes6r (swasla)
3C
'19
ndust
40
kelaDa skala rumah tanclqa
20
41
21
43
22 23 (oDi
lasil oerkebunsn {ainnva
24 25
46
ernak dan hasll-hasilnva
26
47
Jnooas dan hasil-hasilnva 28
lank dan lembaqa keunaqan
49
29
50
kan laLf.lan hasiLnva
30
iasa oerusshaan & sewa banounan remerintahan umum
kan darat dan hasilnva
31
lasa sosial kemasvarakatan
52
32
lasa oeroranoan & .umah tanooa
53
Juma Agro Ekonom Volume23
94
No.1 Mei2010:69 -94
51