Vol. I X No. 1 1981
Bulletin Penelitian Kesehatan Health Studies in Indonesia
PERCOBAAN ENTEROMEGALI PADA MENCIT DAN GERBIL (MERIONES UNGUICULATUS) DISEBABKAN SULFAS ATROPIN DAN CHLORPROMAZINE HCL. Iwan T. Budiarso t, Roedyanto Tjokrosapoetro, Frans Sukardi, Irma Hassan dan Tjandra Tedjasukmana tt
ABSTRA CT Seventy nine mice and 18 gerbils were used in this experiment. The Chlorpromazine Group consisted o f 39 mice and 12 gerbils. Each animal was injected with ChlorpromazineHCI 50 mg per kilogram body weight. Injections were administered twice a week for a period of 10 weeks. Clinical signs were only found in mice. Abdominal distention was transient in few animals and persist4 in few others until the experiment was terminated. Few animals, without signs of meteorismus, developed priapismus and semenal discharge. %, -he gut weight expressed in percentage of the total body weight of the enteromegalic mice was above 13 %, whereas that of the control animals vaned between 6.3 % and 12.4 %. '' '-One gerbil developed segmental hydrosalpinx. Forty mice and 6 gerbils in the Sulfas Atropin Group were treated similarly as those of the Chlorptomazine Group, but injected with Atropini Sulfas daily at the rate o f 0.330 mg to 0.660 mgper kilogram body weight for 14 or 20 days. Abdominal distention and/or enteromegaly did not occur at the termination of the experiment. PENDAHULUAN Dewasa ini sudah banyak macam obat dipasarkan dan digunakan untuk pengobatan berbagai jenis penyakit, di antaranya adalah obat-obat yang bersifat anti-kholinergik, umpamanya Atropin dan Chlorpromazine. Jaman dahulu, sebelum L-Dopa ditemukan, salah satu obat pilihan utama y&g digunakan untuk mengurangi atau menghllangkan gangguan keseimbangan fungsi gerakan otot skelet pada penyakit Parhnsonism adalah Atropin. Ternyata perzggunaan Atropin setiap hari dan terus-menerus dalam jangka waktu yang lama, di samping dapat mengakibatkan sembelit yang degil, ia juga menyebabkan megakolon (Siegmund, 1935). SMITH (1972) menyuntik mencit dewasa secara intraperitoneal (IP) dengan dosis 0,0066 mg Atropin setiap hari selama 2 minggu dan kemudian dibunuh pada akhir percobaan. Antara minggu ke-2 dan ke-8 post-injectionam mencit tadi menunjukkan kelainan konstipasi
kolon yang muskil. Secara mikroskopik bagian ini mengalami perubahan pada bagian myenteric plexus dan fragmentasi axon, yang diduga akibat kematian sel-sel neuronnya. Obat lain yang banyak digunakan sebagai penenang pada umumnya bersifat anti-kholinergik. Di antaranya yang terkenal dan banyak dipakai sebagai pengobatan pasien sakit jiwa ialah Chlorpromazine; ternyata Chlorpromazine juga bersifat adrenergik. Pemberian obat ini dengan dosis yang tinggi dan dalam jangka waktu yang lama, sering mengakibatkag konstipasi yang degil. (JOHNSTON dan GIBSON, 1959). ZIMMERMAN (1962) melaporkan, bahwa suntikan Chlorpromazine secara IP pada tikus mengakibatkan terjadinya megakolon. Hal yang sama juga dilaporkan oleh SMITH (1972) pada mencit . Pada kesempatan ini penulis melaporkan hasil penelitian dari mencit dan gerbil yang disuntik dengan Atropin dan Chlorpromazine. BAHAN DAN METODA
+ Staf peneliti, Puslit Kanker dan Pengembangan Radiologi, Badan Litbangkes Depkes. ++ Bagian Patologi-Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia.
Hewan percobaan: Tujuhpuluh sembilan ekor mencit jantan putih yang clnurnya berlainan dan delapanbelas ekor gerbil betina yang berumur 10 bulan dipakai untuk percobaan.
PEKCORAAN ENTEROMEGALI PADA MENCIT DAN GERBIL
(Tabel 1 dan 2). Obat percobaan: Yang digunakan dua macam obat antikholinergik, ialah Sulfas Atropin dan Ethibornal (Chlorpromazine HC1). Keduanya adalah buatan pabrik obat Ethica di Jakarta. Perlakuan Hewan Percobaan : Trial I : Terdiri dari 2 group dan masingnlasing group terdiri dari 8 ekor mencit dewasa (Group A) dan 10 ekor mencit berumur 4 minggu (Group B). Group pertama setiap hari disuntik dengan Sulfas Atropin (SA) 0,00625 IP sebanyak 14 X clan dibunuh pada minggu ke-20, sedangkan group kedua disuntik dengan obat dan dosis yang sama sebanyak 20 X dan dibunuh pada minggu ke 18 (Tabel 1). Trial 11: Terdiri dari 2 group. broup C terdiri dari 10 ekor mencit dewasa dan disuntik setiap hari dengan 0,01250 mg S.A. selama 20 X dan dibunuh pada minggu ke-20. Group D terdiri dari 12 ekor mencit berumur 4 minggu dan setiap hari disuntik IP dengan 0,00625 mg Sulfas Atropin selama 20 X dan dibunuh pada minggu ke-14 (Tabel 1). Trial 111: Terdiri dari 6 ekor gerbil dewasa, disuntik intra-peritoneal setiap hari dengan 0,01250 mg Sulfas Atropin sebanyak 20 X dan dibunuh pada miriggu ke-42(Tabel 1). Trial IV: Terdiri dari Group F dan Group G yang masing-masing mempunyai 5 ekor mencit dewasa dan 7 ekor mencit berumur 3 minggu. Semua mencit serninggu 2 X disuntik intraperitoneal dengan 1 mg Chlorpromazine HC1
Table 1 .
selama 10 minggu dan dibunuh pada minggu ke-20 (Tabel 2). Trial V: Teldiri dari Group H dan Group I yang masing-masing terdiri dari 12 ekor mencit berumur 4 minggu dan 15 mencit berumur 2 bulan. Setiap hewan disuntik intra-peritoneal dengan 1 mg Chlorpromazine seminggu 2 X sebanyak 20 X dan dibunuh pada minggu ke-14 (Tabel 2). Trial VI: Terdiri dari 12 gerbil dewasa (Group I) dan diperlakukan sama seperti pada Trial IV, tetapi dibunuh pada akhir minggu ke-42. Setiap 6 ekor mencit atau 2 ekor gerbil ditempatkan dalum 1 kandang plastik yang diberi alas serbuk gergaji. Kandang dibersihkan dan alas diganti seminggu sekali. Makanan dan air minum diberikan secara ad libitum selama masa percobaan. Semua hewan ditimbang berat badannya sebelum percobaan dimulai dan kemudian setiap minggu sekali selama masa percobaan. Pemeriksaan patologi-anatomi: Selama masa percobaan, baik hewan yang mati semasa diobservasi maupun yang dibunuh pada akhir rnasa percobaan, semuanya diautopsi. Alatallat tubuh seperti hati, limpa, lambung, usus, ginjal dan pancreas dikumpulkan dan diawetkan di dalam larutan 10 % formalin. Setelah matang, alat-alat tubuh tersebut diproses menurut prosedur standar untuk pembuatan kupe histologi dan diwarnai dengan haematoxylin dan eosin.
Jumlah hewan, umur hewan, dosis Atropin dan jumlah suntikan yang diberikan pada Mencit dan Gerbil selama masa percobaan.
Jurnlah hewan, umur hewan, jumlah kematian dan jenis kelainan patologi-anatomi pada mencit dan gerbil yang disuntik I.P. dengan 1 mg Chlorprornazine HCI 2 X serninggu, selarna 10 minggu.
Tabel 2.
TRIAL
IV
GROUP
F
5 rnenclt
G V
VI
Jurnlah hewan
Umur hewan
2
7 rnenc~t
2 bulan
3 rnlnggu
H
12 rnenc~r
I
15rnenclt
>
J
12gerbtl
>10bulan
Keterangan
:
--
Marl pada rnlnggu ke '
Dcbunuh Mln9guke
I
11
Ill
IV
-
-
-
-
1
2
-
-
1
-
XX
XI
XX
Enteromeqall
p ~ : BL
1
P r ~ a Re1
TR
PIS^
-
-
-
TP
2
-
-
-
TP
3
1
3
-
-
XIV
-
-
4
3
4
2
-
-
-
XIV
-
-
3
2
-
1
-
1
-
XLll
-
-
-
-
HASIL PERCOBAAN Gejala klinik : 1. Kelompok Sulfas Atropin: Baik mencit maupun gerbil yang disuntik dengan Sulfas Atropin secara intra-peritoneal tidak ada yang menunjukkan kelainan gejala klinik dan hanya ditemukan 1 ekor kematian pada minggu ke-1 dari Trial I1 Group D(Tabe1 1). 2. ICelompok Chlorpromazine : Seii~uamencit yang disuntik dengan Chlorpromazine menunjukkan gejala umurn sebagai berikut: Beberapa menit setelah disuntik, mencitmencit kelihatan menjadi kurang aktif dan matanya menutup seperti mengantuk. Bila diusik, maka ~erjadieksitasi dan kadangkadang melakukan gerakan loncat. Semua hewan akhirnya menjadi tertidur kira-kira lima menit post-injectionam. Pada waktu ini, sekali pun diusik mereka tidak terbangun. Napasnya kelihatan cepat. Di antaranya ada yang terus mati (Tabel 2). Masing-masing 1 ekor dari mencit Trial IV (Group G), mulai menunjukkan adanya gejala meteorismus pada minggu ke-7, ke-10 dan ke12 berupa bagian perut sebelah kanan niembuncit. Uari ke-3 ekor mencit hanya 1 ekor yang membuncit pada minggu ke-7, berkembang terus secara progresif dan aklzirnya menjadi permanen sarnpai akhir minggu ke-20. Sedangkan sisanya yang sudah kelihatan mulai membuncit itu tidak berkembang terus, bahkan sebaliknya makin lama makin pengecil sampai pada akhir masa percobaan.
= transien, =-tidak diperiksa,
Lest hat,
-
4rnlnggu
TR TP
Hedro salpx
-
-
2bulan
PM = p e r m a n e n , BL = b o r d e r l i n e ,
ur
Ret
ur =
T
P
1
-
-
1
5
TP
r e t e n t i o urinae,
Hydrosalpx = hydrosalpinx
Pada Trial V ditemukan masing-masing 4 ekor dan 3 ekor dari Group H dan Group I yang menunjukkan gejala meteorismus transien setelah minggu ke-9. Masing-masing 3 ekor dan 2 ekor dari group yang sarna mernperlihatkan gejala priapismus, di mana preputium dan penisnya kelihatan jelas menonjol. Pada gerbil, gejalanya dimulai beberapa menit setelah disuntik, dengan 1i:elakukan gerakan yang melintir-lintir seperti ada yang kesakitan di dalam perutnya. Lalu diikuti dengan gerakan ataksia, eksitasi dan meloncat. Di antaranya ada yang bulu-bulunya kelihatan berdiri dan terjadi kaku kuduk (opisthotonus). Ada juga yang bergerak dengan gaya buaya berjalan, karena kedua kaki belakang kelihatan seperti menjadi lemah dan terentang ke lateral. ICegiatan ini makin lama makin lemah dalakhirnya tertidur. Gejala meteorismhs tida!. nampak. Ada dua ekor gerbil yang mati, masing-masing pada minggu ke-2 dan ke-4 (Tabel 2). Pembahan t?zaki.oskopik : 1. Kelompok At ropin : Baik mencit maupu:, gerbil dalam kelompok ini boleh dikatakan tidak menunjukkan adanya perubahan patologi. Ada beberapa ekor yang memperlihatkan tanda-tanda Hekas peritonitis, di mana ditemukan bercak-bercak penebalan dari selaput serosa clan beberapa berkas pita-pita jaringan ikat yang mengadakan pertautan antara alat tubuh, sepertinya antara hati dengan lambung atau usus atau
!'I
pinjal. 7. Kelompok Chlorpronlazine : liampir selnua hewan, baik ~ncncitunaupun gerbil, yanp disuntik dengan Chlorpromazine ~nenunjukkan bekas-bekas peritonitis yaiip nyata. Kapsula dari hati, girijal clan soiosa usus kcliliatan sebagian atau selur-uhnya ~ncnebal,dan bahkan ada terjadi pcrtautan/pcrlcngketan cti antara alat-alat tilbuh tersebut. T'iga ekor mencit dari Group C; (Trial 1V I 1 e k o ~dari Group )I (Trial V) yang secat-i! ~jiinikmenunjukkan nleteorismus, ternyata lianya 1 ekor saja yarig dari group (;, yang nampak nvata nienunjukkan pc~nibesaran yang luar biasa. Ternyata bagian usus yang niembesar itu ialah bagian distal dari jejunum clan proximal dari ileunn. Lumen dari bagian yang rneluas ini berisi ~nakanan yang semi-solid clan tlindingnya tidak menipis. Batas peralihan antal-a bagian usus yang normal dengan yarlg mernbesar, baik yang di proximal atau distal, adalali gradual. Lumcnnya lura-kira 10 X dari luas lumen yang normal. Bilaniana scluruli salul-an ccrn;i (lambung + L I S L I S+ caccuni + c o l o ~ + i rect\~ril)plus isinya ditinlbang dan kcmudian jumlali bcrat tersebut d ~ b a n d ~ n g k a ntlengan b e ~ a t badau keselululian dan d~nyatakand a l a ~ nCL berat olgan tcilladap bet at badan, maka patla yang n o ~ m a l % ~ t uberh~sar antara 0.3 '/r dan 12.4 % . Persentasc dari mencit yang Iilerigalami enteromcgali ini aclalali 3 1 9.Sedangkan '% clal-i salul-an cerna moncit-n~encit yang pcrnah tncngalanli nieti.orismus transien secara klinik bcrkisar antal-a 13 % ' clan 14 Sh. Dan 3 ekor ~ncncit CJroup I1 clan 3 e k o ~ Group I (Trial V) yang mengalami priapismus, ditemukan kclenjar pl-ostattlya mornbesar dan isinya putili kental scperti krim susu. Seekor ~nencitdari <;I-orlp I (Trial 1V) me11,unjukkan pcinbcsaran dari vesica ~trinarialt;a, kira-kira 5 S daripada yang normal. Seekor gerbil dari C;~wupJ (Trial VI), nicnunjukkan dilatasi scgniental dari saluran tuba fallopii yang ter-letak dekat oval-iu~nkiri yang herdiameter 1 cm clar~panjangnpa 2 em. F'e'cl?trviksaarl ~~riX,z~,skopili: ['emcriksaan histologik Ilanya dilakukan sccara selcktif pada liewan-hewan clari kelompok Clllorpromazine. yakni 3 ekor dari Group C; (Trial I V ) , 6 ekor dari Group I [ ( T r ~ a lV ) clan ') ekot- tlari GI-oup I ('TI-ial V ) ; hewan-hewa~ i.,l scmasa liidupnya
mernperlihatkan gejala meteorismus atau priapismus atau pada waktu autopsi ditemukan kelainan patolclgik. Sedangkan hewan dari Group F (Trial IV) dan semua hewan dari kelompok Atropin tidak diperiksa secara mikroskopik. ,Saii-htrarr ccnra: Secara miltroskopik, di samping masili terlihat sisa bekas serositis khronik, di mana lapisan serosanya menebal, fibroiik dan katlang-kadang ~ n a s i hada sebukan sel-sel radang, diternukan gambaran lapisan mukosa dan lapisan-lapisan muskularisnya tidak berbeda dari gambaran saluran cerna hewan normal, tertltarna dari hewan-hewan yang mengalarni transient meteorismus. Sedangkan dari seekor yan: mengalami enteromegali, sekalipun bagian lumen dari usus halus itu mengalarni dilatasi beberapa kali daripada yang normal, akan tetapi dindingnya tidak ikut menipis karena rentangan akibat penambahan kaliber lumen tersebut. Bahkan sekaliknya lapisan mukosa dan lapisan-lapisan muskularis kelihatan menebal. Lapisan proprianya disebuk dengan banyak sel-sel radang, terutama sel-sel bunder dan sedikit eosinophil. Cambaran dari ganglion autonomik, baik, plexus Auerbach maupun plexus ~ e i s s n e r nampak tidak mengalami perubahan. Hanya ada beberapa dari sel-sel neuronnya kelihatan me~nbesardan sitoplasmanya lebili pucat atau mengalami vakuolisasi. Ganglion-ganglion ini diternukan pada dinding usus, baik yang inenga l a ~ n i tlansient meteorismus maupun pada bagian usus yang rnengalarni entkromegali. fiati: Pemeriksaan hati hanya dari mencitmencit Group I (Trial IV) yang dibunuh pada rninggu ke- 14. Sebagian atau seluruh kapsula hati tanipak menebal karena radang dan fibrosis akibat bekas serositis chronica. Beberapa hati menunjukkan adanya sebukan sel-sel radang bander di sekitar pernbuluh darah dan portal triad. Lima dari 9 hati mencit menunjukkan adanya kelainan pada intinya. Perubahan ini teidiri dari inti yang membesar, hyperkhromatik dan kllromatin kasar. Kadangkadang dinding inti menebal. Ada inti yang berbentuk labu dan dumbel. Kadang-kadang diternukan sel hati yang rnengandung 3 atau 4 inti. Kelcn~ar pvostat: Kelenjar-kelenjar prostat dari rnenc~tyang rnengalarni priapismus, lumenlumennya ~neluas dan dilapis dengan epithel kuboidal atau torak dan lumennya berisi penuh balian koloid. Uuah zakar: Testes dari mencit-mencit yang
IWAN T. BUDIARSO dkk.
menunjukkan gejala priapismus, gambaran tubulus seminiferusnya masill normal, tetapi susunan sel sverniatogium tidak jelas dan selsel tercerai-berai serta mengurang jumlahnya. Sperma ada, tetapi tidak banyak. Di dalam lumen epididimus dan vasa deferens, sebagian atau seluruhnya diisi dengan campuran sisasisa sel spermagenia dan sperma. Limpa: Kebanyakan folikel-folikel dari jaringan limfoidnya mengalami hipertrofi dan hiperplasi. Kapsulnya menebal dan fibrosis karena akibat serositis. Ginjal dan pankreas: tidak mengalami kelainan, kecuali kapsulnya menebal dan fibrosis akibat proses peritonitis.
DISKUSI Kelompok mencit dan gerbil yang disuntik dengan Atropin baik dengan dosis 0,00625 mg atau 0,1250 mg tidak ada yang menunjukkan keracunan, kecuali 2 ekor mencit dari Group D dan 1 ekor mati pada minggu ke-2 dan 1 ekor memperlihatkan retensio urinae. Hasil ini bertentangan dengan laporan penelitian dari SMITH (1972), di mana dikatakan bahwa pada semua mencit terjadi megakolon setelah disuntik 0,00666 mg setiap hari selama 14 X. Padahal mencit kami ada yang disuntik sampai 20 X dan dosisnya dinaikkan sampai 2 X,. dan uniurnya jauh lebih muda. Perbedaan ini kemupgkinan besar diakibatkan oleh karena strain dan sifat genetik yang berbeda. Juga tambahan waktu observasi setelah suntikan terakhir, kelihatannya tidak berpengaruh. Chlorpromazine adalah senyawa sintetik bahan organik yang berupa bubuk kristal putih semua kelabu dan berbau agak keras. Dosis oral pada hewan kecil (anjing) adalah 4 - 5 mglkg dan parenteral 2,s mg/kg (DAYKIN, 1960). Pada manusia dewasa dosis parenteral per kali suntik adalah antara 25 dan 50 mg dan bvleh diberikan 3 - 4 kali sehari. Dosis totalis maksimalis per hari diberikan sampai 1.600 mg, terutama pada sakit jiwa (kira-kira antara 4 - 15 mg/kg/hari). Pada orang, dengan dosis ini dan digunakan setiap hari terusmenerus dalam jangka lama, dapat mengakibatkan megakolon (JOHNSTON dan GIBSON, 1959). Percobaan kami menggunakan dosis 50 mg/kg/hari pada mencit dan 2 0 mg/kg/hari pada gerbil. Dosis-dosis ini kelihatan sebagai dosis maksimal yang masih dapat ditolerer
oleh mencit dan gerbil, sekalipun sudah ada beberapa ekor yang mati setelah disuntik beberapa kali saja. Dengan demikian dosis yang dipergunakan dalam penelitian ini kirakira 2 X dari dosis 'maksimal therapeutik manusia atau hewan. ZIMMERMAN (1962) melaporkan, bahwa Chlorpromazine yang disuntikkan pada tikus dengan dosis 46 mg/kg menyebabkan lebih dari 40 % mengidap megakolon. Dikatakan bahwa yang jantan lebih peka daripada yang betina. Pendapat ini sesuai dengan hasil penelitian SMITH (1972), yang menggunakan hewan mencit. Hasil percobaan kami berbeda dengan hasilhasil mereka karena : 1) Dari 39 ekor mencit jantan yang disuntik dengan Chlorpromazine hanya pada 1 ekor terjadi ea~oromegali, 2 ekor borderline enteromegaly dan 7 ekor transient enteromegaly. 2) Bagian usus yang berubah, bukannya kolon, tetapi usus halus. Perbedaan ini mungkin sekali diakibatkan karena pemakaian jenis dan strain hewan percobaan yang berbeda. Dengan demikian maka mencit kelihatannya jauh Iebih resisten daripada tikus. Pendapat kami sesuai dengan hasil penelitian dari KEELER dkk (1966). ZIMMERMAN (1962) melap~rkan,bahwa megakolon dapat terjadi setelah beberapa hari atau minggu dan bahkan 5 bulan kemudian setelah suntikan Chlorpromazine yang terakhir. Hal ini tidak sesuai dengan hasil percobaan kamni, karena hanya hewan yang menunjukkan gejala meteorismus pada waktu periode penyuntikan saja yang akan mengalami enteromegali. Sedangkan hewan-hewan yang tidak pernah memperlihatkan meteorismus selama masa penyuntikan dengan Chlorpromazine, biasanya tidak akan terjadi enteromegali sekalipun observasinya diperpanjang lagi sampai 10 atau 32 minggu setelah suntikan yang terakhir. Hasil penelitian kami menunjukkan, bahwa efek dari Chlorpromazine adalah permanen dan bagian usus haluslah yang paling terkena. Alasannya mengapa hanya segmcn ini saja yang berubah, kami beluln dapat menjelaskan. KEELER dkk. (1966) dalam percobaannya menerangkan, bahwa terjadil~ya enteromegali mungkin diakibatkan oleh keracunan karena kontak langsung antara bagian usus yang ber-
ERCOBAAN ENTEROMEGALI PADA MENCIT DAN GERBIL
ubah dengan larutan quinacrine yang disuntikkan secara intra-peritoneal, seperti terjadinya enteromegali pada penyakit Chagas, yang disebabkan oleh infeksi langsung dari Tvypanosoma cmzi ke plexus myenterik (KOBERLE, 1963) dan megakolon akibat pengrusakan sel-sel ganglion karena kontak langsung dengan larutan subli~nat (IMAMURA dkk., 1975). Sedanekan dalam vercobaan kami, sel-sel ganglion tidak ada yang rusak, dengan demikian enteromegali yang ditimbulkan oleh Chlorpromazine kemungkinan besar disebabkan karena gangguan fungsional seperti yang ditemukan pada pseudo-Hirshprung dan meconium plug syndrome (BERDON, dkk., 1977). Keracunan Chlorpromazine pada manusia sering mengakibatkan gejala ikterus dan pada pemeriksaan hati ditemukan pembendungan cairan empedu. Pada mencit baik ikterus maupun statis tidak ditemukan, dan yang terlil~at adalah perubahan bentuk dari inti sel hati, hiper-khromasia dari khromatin dan pembentukan sel datia hati. Dari observasi ini kami belum dapat menerangkan patogenesisnya. Atrofi dari buah zakar pernah dilaporkan pada salah satu kera yang disuntik intra-muskuler dengan 1 - 15 mg/kg, 5 X seminggu (BRACELAND, 1959). Pada mencit kami, tidak ada yang mengalami atrofi testes, tetapi hanya dijumpai degenerasi tubulus seminiferous. SPIES (1959) melaporkan, bahwa tikus yang diberi makanan defisiensi, banyak yang mengalami gejala priapismus dan atrofi testes. Perubahan ini dapat pulih ketnbali setelah susunan makanannya dikoreksi dengan tambahan skim milk. Mencit kami, baik yang stock breed maupun yang kontrol, tidak ada yang mengalami gejala priapismus kecuali yang disuntik dengan Chlropromazine.
Pada kelompok gerbil yang disuntik dengan Chlropromazine dan dibunuh pada akhir minggu k e 4 2 hanya ada seekor yang menunjukkan dilatasi tuba falopii. Perubahan ini rupanya adalah permanen dan sebab-musababnya pun tidak dapat diterangkan karena hanya segmental dan sesisi saja. RINGKASAN Tujuhpuluh sembilan ekor mencit dan 18 ekor gerbil dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok Chlorpromazine terdiri dari 39 ekor mencit dan 12 ekor gerbil, serta disuntik 2 X seminggu dengan 1 mg Chlorpromazine I-IC1 selama 10 minggu. Cejala klinik hanya ditemukan pada mencit saja, di mana ada beberapa ekor yang inengalami meteorismus yang permanen dan beberapa hanya bersifat transien. Hewan-hewan yang tidak membuncit menunjukkan gejala priapismus. Pada autopsi ditemukan 1 ekor enteromegaly, 2 ekor borderline enteromegaly dan 7 ekor transient enteromegaly. Satu dari 12 ekor gerbil menunjukkan segmental hydrosalpinx. Kelompok Sulfas Atropin terdiri dari 40 ekor mencit dan 6 ekor gerbil. Setiap ekor disuntik dengan Sulfas Atropin 1 X sehari dengan dosis berkisar antara 0,330 mg dan 0,660 mg/ kg/berat badan, sebanyak 14 sampai 20 X suntikan. Baik mencit maupun gerbil dari kelompok ini tidak menunjukkan kelainan. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Dr. David T. Dennis, Ketua U.S. Naval Medical Research Unit Detachment-2, Jakarta, yang telah menyumbangkan hewan gerbil untuk penelitian ini.
KEPUSTAKAAN
1. Berdon, W.L., Slovis, T.L., Campbell, J.B. Baker, D.H., and Hailer, J.O. (1977); Neonatal small left colon syndrome; Its relationship to aganglionosis and meconium plug syndrome. Radiolog 125 : 457 - 462.
2. Braceland, F.J. Editor (1959): The effect of pharmacologic agents on the nervous system, research publication of the Association for Research in Nervous and Mental Disease, Baltimore, the Williams and Wilkins Comp. P.290.
WAN T. BUDIARSO dkk.
3. Daykin, P.W. (1960); Veterinary applied pharmacology and therapeutics. London, Bailliere, Tindall & Cox. P. 225 231. 4. Goodman, L.S., and Gilman, A. (1958): The pharmacological Basis of therapeutics, 2nd Ed. New York, The Macmillan Comp. P. 1066 - 1067. 5. Imamura, K., Yamamoto, M., Sato, A., Kashki, Y., and Kunieda, T. (1975): Pathophysiology of aganglionic colon segment: An experimental study on aganglionosis produced by a new method in the rat. J. Pediat. Surg. 10 : 865 - 873. 6. Johnston, I.D.A., and Gibson, J.B. (1959): Megacolon and volvulus in psychotics. Brit. J. Surg. 47 : 394 - 399. 7. Keeler, R., Richardson, H., and Watson, A.J. (1966): Enteromegaly and Steatorrhea in the rat following antraperitioneal quinaerine (atebrine). Lab. Invst. 15 : 1253 - 1262.
8. Koberle, F. (1963): Enteromegaly and cardiomegaly in Chagas' disease. Gut. 4 : 399 - 402. 9. Siegmund, H. (1935): Anatomisch nachgewiesene Folgen von Tonus und Mutilitatsstoerungen des Verdauungskanals bei Enzephalitikern die mit Atropin behandelt wurden. Munch. Med. Wschr. 82.453. (Dikutip dari SMITH, B. in The neuropathology of the alimentary tract. Hal. 80. 1972. Edward Arnold Ltd. London) 10. Smith, B. (1972): The neuropathology of the alimentary tract. Adward Arnold Ltd, London. Hal. 80 - 91. 11. Spies, T.D. (1958): Some recent advances in nutrition. J.A.M.A. 167 : 675 690. 12. Von Oettingen, W.F. (1958): Poisoning, 2nd Ed. Philadelphia, W.B. Saunders Comp. P. 300. 13. Zimmerman, G.R. (1962): Megacolon from large doses of Chlorpromazine. Arch. Path. 74 : 47 - 5 1.