PENGARUH IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KEMITRAAN USAHA PETERNAKAN TERHADAP PENDAPATAN PETERNAK AYAM RAS MELALUI PERSAUDARAAN DI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN Abdul Samad Abstract Disparity is due to unequal ownership of production resources and productivity, as well as system distribution and markets, among economic players. The gap has led to a dichotomy between strong economic players and weak economic players, as well as foster a sense of injustice. To solve these problems, it demands attention and large concentrated efforts, one of which is conducting partnership among the business community itself. Partnerships have generally been able to increase the production of livestock from year to year. However, the continuous increase of farm productivity has not been able to improve the welfare of farmers. Quantitative approach in this study is using a statistical analysis of the path (path analysis) that is intended to determine the direct effect of policy implementation variables farm business partnership with sub variables: organization ( X1 ) , interpretation ( X2 ), and application ( X3 ) against income . The population in this study is the overall policy stakeholders in the implementation of the agro-business partnerships. Based on the results of hypothesis testing ,either simultaneously or partially and discussion of the results associated with the condition of empirical and theoretical study, it is concluded that the implementation of the policy of chicken farming business partnership has positive and significant effect on revenues broiler breeder. Keywords: Partnership Policy implementation, and Farmer Revenue
Abstrak Kesenjangmerupakan akibat tidak meratanya pemilikan sumber daya produksi dan produktivitas, serta sistem distribusi dan pasarnya, di antara para pelaku ekonomi. Kesenjangan telah menyebabkan terjadinya dikotomi yaitu antara pelaku ekonomi kuat dan pelaku ekonomi lemah, serta menumbuhkan rasa ketidakadilan. Usaha untuk memecahkan masalah ini menuntut perhatian dan konsentrasi upaya yang besar, salah satu di antaranya adalah Kemitraan yang dilakukan di antara para pelaku ekonomi itu sendiri. Kemitraan usaha yang dilakukan selama ini secara umum sudah dapat meningkatkan produksi peternakan yang dapat dilihat kenaikannya dari tahun ke tahun. Namun dengan kondisi produktivitas peternakan yang terus meningkat belum dapat meningkatkan kesejahteraan peternak. Pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini dengan menggunakan statistik analisis jalur (path analysis) yang dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh langsung variabel Implementasi kebijakan kemitraan usaha peternakan dengan subvariabel: organisasi (X1), interpretasi (X2), dan penerapan (X3). terhadap Pendapatan.
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan stakeholders dalam implementasi kebijakan kemitraan usaha agribisnis ini, yaitu: (1) PNS Departemen Pertanian khususnya Dirjen Peternakan sebanyak = 531 orang dan sampel = 108 orang; (2) PNS Daerah Kabupaten Tangerang khususnya PNS di lingkungan Dinas Peternakan Kabupaten Tangerang sebanyak = 117 orang dan sampel = 24 orang orang; (3) Pengusaha ternak ayam ras di Kabupaten Tangerang sebanyak = 180 orang dan sampel = 24 orang orang; dan (4) Petani ternak ayam ras di Kabupaten Tangerang sebanyak = 218 orang dan sampel = 44 orang. Berdasarkan hasil uji hipotesis, baik secara simultan maupun secara parsial dan hasil pembahasan dikaitkan dengan kondisi empirik maupun telaah teoretis, maka kesimpulan bahwa implementasi kebijakan kemitraan usaha perternakan ayam ras berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pendapatan peternak ayam ras Kata Kunci: Implementasi Kebijakan Kemitraan, dan Pendapatan Pertenak
merupakan
PENDAHULUAN
terbesar
dari
pengusaha,
kurang andal dan hanya menguasai
Latar Belakang Penelitian
sebagian
Dunia usaha di Indonesia dalam
kecil
asset
nasional
(Kartasasmita, 1996: 187).
dekade terakhir ini belum berkembang dan
belum
sumbangan
mampu yang
memberikan nyata
bagi
pembangunan nasional, pertumbuhan dan perubahan struktur ekonomi, penciptaan lapangan kerja, penerimaan devisa dan penerimaan negara. Hal ini disebabkan kinerja dunia usaha tersebut ternyata tidak
didukung oleh struktur
yang
mantap. Ada masalah struktural dalam dunia usaha yang ditunjukkan oleh adanya lapisan pengusaha besar yang relatif
sedikit
jumlahnya
namun
menguasai bagian besar aset produktif, sedangkan
lapisan
pengusaha
kecil
sebagai dasar perekonomian rakyat dan
Kesenjangan itu merupakan akibat tidak meratanya pemilikan sumber daya produksi dan produktivitas, serta sistem distribusi dan pasarnya, di antara para pelaku ekonomi. Kelompok masyarakat dengan
pemilikan
faktor
produksi
terbatas dan produktivitas rendah yang menghasilkan rendah
tingkat
dihadapkan
kesejahteraan
pada
kelompok
pelaku ekonomi maju, berkembang dan kuat. Kesenjangan menyebabkan
itu
terjadinya
telah dikotomi
yaitu antara pelaku ekonomi kuat dan pelaku
ekonomi
menumbuhkan
rasa
lemah,
serta
ketidakadilan.
Dualisme
dalam
Indonesia
itu
dihilangkan
perekonomian
tidak
mudah
karena
penguasaan
untuk
menyangkut
teknologi,
pemilikian
antarausaha yang sejajar, dilandasi oleh prinsip saling menunjang dan saling menghidupi
berdasarkan
asas
kekeluargaan dan kebersamaan.
modal, akses pasar dan sumber daya
Upaya-upaya
meningkatkan
manusia. Kenyataan ini menyebabkan
pendapatan peternak yang merupakan
pula perekonomian Indonesia sulit untuk
bagian dan sistem kemitraan usaha, di
tinggal
di
satu sisi para peternak tidak memiliki
seluruh tanah air, terutama kelompok
skill, modal, teknologi dan juga akses
masyarakat
daerah
pemasaran hasil ternak yang banyak
pedesaan yang jumlahnya lebih besar dan
dikuasai oleh kelompok plasma, di sisi
masih menghadapi tantangan berat untuk
lain para peternak harus berhadapan
dapat
ekonomi
dengan intervensi tangan-tangan kaum
mereka dengan sistem perekonomian
kapitalistik yang sudah tidak dapat
modern
terbendung lagi bahkan intervensi kaum
landas
secara
serempak
yang tinggal
mengaitkan
yang
di
kegiatan
sangat
menekankan
pentingnya efisiensi dan produktivitas. Usaha untuk memecahkan masalah
kapitalistik ini sudah sampai ke pelosokpelosok perdesaan.
ini menuntut perhatian dan konsentrasi
Kemitraan usaha yang dilakukan
upaya yang besar. Salah satu di antaranya
selama ini secara umum sudah dapat
adalah Kemitraan. Kemitraan dilakukan
meningkatkan produksi peternakan yang
di antara para pelaku ekonomi itu
dapat dilihat kenaikannya dari tahun ke
sendiri. Kemitraan, terutama dalam
tahun.
dunia
produktivitas
usaha
adalah
hubungan
Namun
dengan
peternakan
kondisi
yang
terus
antarpelakunya yang didasarkan pada
meningkat belum dapat meningkatkan
ikatan
kesejahteraan peternak. Dengan kondisi
usaha
yang
saling
menguntungkan dalam hubungan kerja
yang
yang sinergis, yang hasilnya bukanlah
beberapa pertanyaan mengapa produksi
suatu zerosum-game, tetapi positive-sum-
peternakan
game
kesejahteraan peternak rendah ?
atau
win-win
solution
(Kartasasmita, 1996: 188189). Dengan perkataan merupakan
lain
kemitraan
hubungan
usaha
kerjasama
demikian
itu,
menimbulkan
meningkat?
Mengapa
Salah satu faktor yang cukup realistik dikemukakan
di
sini
adalah
dengan
masuknya pengusaha skala besar dalam
agribisnis peternakan: ayam ras yang jika
meningkatkan keterampilan, efisiensi dan
dilihat
insentif
efektivitas usaha sehingga memiliki daya
dalam
saing yang kuat secara bertahap dan
kegiatan tersebut, terutama disebabkan
berkesinambungan dalam menghadapi
adanya potensi pasar yang begitu luas.
liberalisasi ekonomi yang dimotori dan
Dampak dan masuknya pengusaha skala
dipelopori oleh kaum kapitalis.
sepintas
ekonomi
merupakan
yang
cukup
besar
besar yang merupakan perpanjangan tangan kapitalis Barat ini menyebabkan
Identifikasi masalah
pertumbuhan populasi dan produksi begitu pesat, namun pada gilirannya telah menurunkan rasio harga hasil terhadap pangan secara terus menerus. Dalam kondisi yang demikian itu, para
peternak
tidak
akan
mampu
bertahan walaupun dengan upaya-upaya pemerintah
melakukan
skala
usaha
melalui kemitraan, jika para pengusaha skala besar tidak diikat dengan aturanaturan yang tegas, jelas dan pasti melalui kebijakan pemerintah
yang memihak
Dengan
permasalahan-
permasalahan sebagaimana dikemukakan di atas, maka salah satu upaya yang untuk
tetap
menguatkan
kelembagaan di tingkat peternak, maka diperlukan snail pola kemitraan usaha yang
lebih
kekeluargaan
mengutamakan dan
gotong
asas royong
sebagaimana yang dimaksudkan dengan ekonomi mendorong
masalah
(problem
statement) dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengorganisasian
dalam
implementasi kebijakan kemitraan usaha
peternakan
belum
meningkatkan pendapatan peternak ayam ras. 2. Interpretasi kebijakan
dalam
implementasi
kemitraan
usaha
peternakan tidak jelas dan tidak tepat sehingga belum dapat meningkatkan
kepada peternak.
dilakukan
Identifikasi
kerakyatan para
dengan peternak
tetap untuk
pendapatan peternak ayam ras. 3. Penerapan kebijakan
dalam
implementasi
kemitraan
usaha
peternakan kurang maksimal dalam meningkatkan pendapatan peternak ayam ras. 4. Antara pemerintah, plasma dan inti belum mempunyai ikatan emosional, kekeluargaan, persaudaraan
solidaritas dalam
dan
membangun
kemitraan dan hanya menguntungkan pengusaha peternakan.
5. Organisasi,
interpretasi
penerapan
dalam
dan
implementasi
kebijakan belum dapat meningkatkan pendapatan peternak.
peternak
ayam
melalui
persaudaraan. 2. Untuk
menganalisis
pengaruh
terhadap
pendapatan
interpretasi peternak
Perumusan masalah
ras
ayam
ras
melalui
persaudaraan.
Berdasarkan problem statement di
3. Untuk
menganalisis
atas, maka problem questions penelitian
penerapan
ini dirumuskan sebagai berilkut :
peternak
1. Seberapa besar pengaruh organisasi
persaudaraan.
terhadap pendapatan peternak ayam
terhadap ayam
4. Untuk
2. Seberapa besar pengaruh interpretasi
pendapatan ras
melalui
menganalisis
persaudaraan
ras melalui persaudaraan?
pengaruh
pengaruh
pendapatan
peternak
ayam ras.
terhadap pendapatan peternak ayam ras melalui persaudaraan?
KAJIAN PUSTAKA
3. Seberapa besar pengaruh penerapan terhadap pendapatan peternak ayam
kesamaan
ras melalui persaudaraan? 4. Seberapa
besar
pengaruh
implementasi kebijakan kemitraan usaha peternakan terhadap pendapatan peternak
ayam
ras
Dua penelitian yang memiliki
melalui
konsep
dan
teori
serta
pendekatan metodologi yang digunakan yaitu penelitian Rahadian (2005) dan penelitian Nasfirman Yul N.Z (2005). Kedua
penelitian
itu
menggunakan
konsep teori Implementasi kebijakan
persaudaraan? 5. Seberapa
besar
pengaruh
persaudaraan terhadap pendapatan
dengan
pendekatan
kuantitatif.
Penelitian ini pun akan menggunakan konsep implementasi kebijakan dengan
peternak ayam ras?
referensi konsep atau teori yang berbeda Tujuan Penelitian Secara
umum
namun penelitian
ini
bertujuan: 1. Untuk organisasi
menganalisis terhadap
pengaruh pendapatan
dengan
penelitian
pendekatan
yang
sama.
penelitian
Rahadian
memfokuskan
kepada
kebijakan
penyuluhan
metode Substansi (2005)
implementasi pertanian,
demikian
pula
substansi
penelitian
Yul
N.Z
(2005)
adalah
Pengaruh
Nasfirman Yul N.Z memfokuskan kepada
Komunikasi, sumber daya, disposisi dan
implementasi
struktur birokrasi terhadap implementasi
kebijakan
Sedangkan
substansi
memfokuskan
pemberasan. penelitian
kepada
kebijakan
kemitraan
diarahkan
untuk
ini
implementasi usaha
kebijakan perberasan dan dampaknya terhadap
pendapatan
petani
(studi
yang
tentang Implementasi Inpres No. 9/2002
meningkatkan
tentang Perberasan di Kabupaten Cianjur,
pendapatan peternak ayam ras.
Subang dan Indramayu).
Dengan demikian posisi penelitian
Dengan melihat kedua penelitian di
ini dengan penelitian Rahadian (2005)
atas, secara metodologi dan konsep
dan Nasfirman Yul N.Z (2005) adalah
teoritis yang digunakan adalah sama.
berbeda dalam substansi dan output
Rahadian (2005) dan Nasfirman Yul
(hasil) yang diharapkan. Penelitian ini
N.Z
memfokuskan
pendekatan
pada
implementasi
(2005)
menggunakan kuantitatif
dan
konsep
kebijakan kemitraan usaha peternakan dan
teoritis
pendapatan peternak ayam ras, sedangkan
Edwards III (1980). Kesimpulan akhir
penelitian Rahadian (2005) memfokuskan
dari hasil penelitian itu mengemukakan
kepada
bahwa
implementasi
kebijakan
Implementasi
metode
komunikasi,
penyuluhan pertanian dan kemandirian
disposisi
kelompok
mempengaruhi
tani,
demikian
halnya
penelitian Nasfirman Yul N.Z (2005) memfokuskan
kepada
kebijakan
dan
dari
sumberdaya,
struktur
birokrasi
secara
signifikan
terhadap implementasi kebijakan.
implementasi
Penulis menyoroti konsep teoritis
kebijakan pemberasan dan Pendapatan
implementasi kebijakan yang selama ini
Petani.
sangat trend menggunakan konsep atau
Penelitian yang dilakukan oleh Rahadian
(2005)
adalah
teori
Edwards
III
(1980),
padahal
pengaruh
sesungguhnya cukup banyak konsep-
komunikasi, sumber daya, disposisi dan
konsep teoritis Implementasi kebijakan
struktur birokrasi terhadap kemandirian
yang
kelompok
tani
implementasi
Indonesia,
kebijakan
penyuluhan
pertanian
di
penulis, kedua peneliti di atas terkesan
Kabupaten
Subang,
Jawa
memaksakan konsep teoritis yang mereka
Barat), dan penelitian disertasi Nasfirman
gunakan tanpa menelaah dan menalar
(studi
Provinsi
relevan
dengan
sehingga
kondisi
menurut
di
hemat
lebih banyak terhadap konsep-konsep
mitra pengembangan agribisnis ayam ras.
teoritis yang lain. Argumentasi ini
Analisis data dilakukan secara deskriptif
penulis
dengan
kemukakan,
karena
baik
tabulasi
silang
dan
analisa
Rahadian maupun Nasfirman Yul N.Z
pendapatan usaha ternak serta R/C ratio.
tidak
Penelitian itu menyimpulkan bahwa
memberikan
akademik
mereka
sampai
kesimpulan
untuk
produksi daging dan telur, sehingga
teoritis
peran daging dan telur ternak ayam ras
Implementasi Kebijakan dari Edwards
semakin dominan. Kedua, pada usaha
III.
ternak ayam ras petelur, partisipasi
kepada
sehingga
alasan-alasan
suatu
menggunakan
konsep
Beberapa
studi
telah
terjadi
pergeseran
yang
peternakan rakyat menunjukkan pangsa
berkaitan dengan penelitian ini telah
yang menurun, sedangkan pada ayam ras
dilakukan secara baik, antara lain oleh
pedaging semakin meningkat. Ketiga,
Saptana dan S.H. Suhartini (1995)
pada semua pola kemitraan yang ada
dengan judul penelitian "Agribisnis
menguntungkan, yaitu R/C ratio antara
Ayam Ras Petelur dan Pedaging melalui
1,04-1,22.
Pola Kemitraan di Propinsi Jawa Barat
melalui
dan Lampung". Tulisan ini bertujuan (1)
direkomendasikan
Membahas peruhahan struktur usaha
Melihat
temak ayam ras sebelum dan sesudah
ditemukan
deregulasi;
kinerja
kemitraan secara perseorangan sebagai
agribisnis ayam ras petelur, pedaging dan
plasma dan secara kelompok sebagai
jantan
plasma.
(2)
melalui
lainnya
pertama,
Membahas
pola
kemitraan;
(3)
Mengidentifikasi kendala kendala yang
jadi
agribisnis
ayam
kemitraan
basil
Demikian
usaha
untuk
dilanjutkan.
tulisan
adanya
ini,
pemisahan
pula
penelitian
antara
yang
diilakukan
pengembangannya.
Penelitian yang dilakukannya berjudul ini
menggunakan
"Perilaku
Agribisnis
dan
(2001).
Kebutuhan
pendekatan pemukiman pedesaan dalam
Penyuluhan
waktu
Pedaging". Tulisan ini bertujuan untuk
cepat,
pengumpulan informasi komprehensif
dengan data
melakukan pokok
Ayam
Ras
dan
memperoleh gambaran yang lebih jelas
secara
tentang perilaku agribisnis pada petemak
meliputi seluruh
ayam ras pedaging dan faktor-faktor
kualitatif yang
Peternak
Suparta
belum
ada dan mencoba merumuskan perspektif
Penelitian
Nyoman
ras
internal
maupun
mempengaruhinya, penyuluhan
eksternal serta
yang
yang
memiliki keterkaitan dan pengaruh yang
pendekatan
kuat terhadap segala bentuk aktivitas
efektif
untuk
meningkatkan
perilaku
agribisnis
berkebudayaan
industri.
Pendekatan
publik
termasuk
kesejahteraan 1994:123).
di
dalamnya
masyarakat
(Jones,
Keterkaitan
antara
yang digunakan dalam penelitian ini
implementasi kebijakan dan pendapatan
adalah
masyarakat dikemukakan Jhingan (1988:
pendekatan
kualitatif,
yaitu
penelitian survei dengan mengambil contoh
dari
perbedaan nyata antara peternak di Bali
Ada tiga faktor yang mempengaruhi pendapatan masyarakat, yaitu (1) penerapan kebijakan nasional guna meningkatkan kekuasaan dan pengaruh melampuai batas-batas nasional, (2) Ingin memiliki satu negara kesejahteraan (welfare state) dengan pemerataan pendapatan nasional yang lebih adil, (3) keputusan untuk membangun pusat perdagangan dan sektor-sektor penting. Berdasarkan pendapat itu tampak
dan di Jawa Timur, karena peternak
bahwa ada satu faktor dari tiga faktor
kemitraan merupakan hasil seleksi yang
yang
dilakukan oleh inti serta telah dibina
pendapatan masyarakat, yaitu: faktor
secara
penyuluh.
implementasi kebijakan. Pendapat ini
Kekurangan penelitian ini adalah belum
juga diperkuat oleh hasil penelitian
memuat
pola
terkini dari Nasfirman Yul ( 2005 ) dan
kemitraan yang berinisiatif sendiri dan
Rahadian ( 2005) bahwa Implementasi
bukan karena kemampuan yang mereka
kebijakan
miliki sendiri.
pendapatan
menggunakan
satu
populasi
188):
kuesioner.
dan
Selanjutnya
pengujian model teoritis dan dilakukan dengan cara menganalisis keterhandalan model dan parameter yang digunakan. penelitian ini menyimpulkan antara lain bahwa perilaku agribisnis maupun sifat kewirausahaan peternak kemitraan lebih baik
dibandingkan
nonkemitraan,
tetapi
intensif
bagaimana
peternak tidak
oleh
terdapat
gambaran
memengaruhi
peningkatan
berpengaruh
terhadap
petani.
Pengaruh
implementasi kebijakan tersebut dalam Kerangka Pemikiran Implementasi
beberapa kondisi dan fokus penelitian kebijakan
yang
merupakan bagian dan fungsi manajemen
tidak bersifat sufficient (tanpa syarat) tetapi bersifat contingent bersyarat).
Argumentasi di atas sebagaimana basil penelitian Makmur ( 2006) tentang
(2002:401)
efektivitas penyelenggaraan pemerintahan desa di Sulawesi tengah memberikan bahwa
efektivitas
penyelenggaraan pemerintahan desa tidak dapat ditingkatkan tanpa adanya variabel persaudaraan (ukhuwah). Walaupun
dari
hasil
penelitian
Makmur (2006) itu tidak dikemukakan secara
lengkap
tentang
tegas
Kapitalisme itu buruk bagi kehidupan moral. Sebuah masyarakat kapitalis modern mengkonsumsi lebih banyak social capital ketimbang yang dihasilkannya. Kepercayaan yang merosot terhadap berbagai institusi, kejahatan yang meningkat dan ikatan-ikatan kekerabatan yang terbelah meningkatkan kemungkinan yang mengganggu bahwa masyarakat maju ini tengah menghabiskan social capital mereka tanpa bisa membangunkannya kembali. Memperjelas bahwa kapitalisme
manusia pemerintahan desa terhadap
ilmiah
secara
mengemukakan:
pengaruh pemberdayaam sumber daya
informasi
yang
variabel
persaudaraan (ukhuwah) seperti apa yang organisasi,
modern dapat merusak tatanan sosial.
tetapi menurut hemat penulis berdasarkan
Dengan demikian untuk terus menjaga,
rujukan referensi yang ada maka variabel
mengembangkan dan memelihara modal
ukhuwah dalam konteks penelitian ini
sosial
cukup relevan untuk dijadikan intervening
diperlukan kesungguhan pemerintah dan
variabel dalam peningkatan pendapatan
masyarakat agar modal sosial seperti
peternak
persaudaraan atau ukhuwah dijadikan
menjadi
kunci
ayam
efektivitas
ras.
Dalam
konsepsi
yang
pada
pilar
hanya dapat maju dan Jaya melalui
kesejahteraan
kekuatan dan persaudaraan. Ikatan-ikatan
pendapatan peternak ayam ras. Ukhuwah
dalam
masyarakat
Soewardi (2002) bahwa Negara dan bangsa
pertemanan, persahabatan, kekeluargaan
utama
ada
meningkatkan
masyarakat
khususnya
(persaudaraan)
pada
dan ikatan emosional lainnya perlu terus
intinya adalah kerja sama antar manusia.
dipelihara, dijaga dan dikembangkan untuk
Menurut Ibnu Khaldun (dalam Azwar
memperkuat
Karim, 2004: 361) bahwa :
persaudaraan
(Makmur,
2006). Dari pendapat Soewardi (2002) dan hasil penelitian Makmur (2006) dikaitkan dengan pandangan Fukuyama
apa yang dicapai melalui kerja sama dari sekelompok manusia dapat memuaskan kebutuhan kelompok berkali-kali lebih besar daripada jumlah mereka. Tenaga gabungan menghasilkan lebih
banyak dari pada kebutuhan dan keperluan para pekerja. Melalui kerjasama, kebutuhan sejumlah orang dapat dipuaskan berkali-kali dari pada jumlah mereka. Oleh karena itu, Ibnu Khaldun menganjurkan sebuah organisasi sosial dan organisasi produksi dalam bentuk suatu spesialisasi kerja. Hanya spesialisasi saja yang dapat memberikan produktivitas yang tinggi, hal ini jika dikaitkan dengan implementasi kebijakan kemitraan usaha peternakan adalah diarahkan untuk penghasilan dari suatu penghidupan yang layak, karena para pengusaha (inti) dapat bekerja secara profesional dengan keahlian yang sungguh-sungguh dapat diandalkan untuk meningkatkan pendapatan peternak ayam ras. Walaupun belum ada definisi yang baku tentang persaudaraan (ukhuwah), namun menurut hemat penulis konsep persaudaraan yang sudah dipahami oleh sebagian besar publik di Indonesia adalah menyangkut kerjasama, gotong royong, tapo seliro ( tenggang rasa), dll. Pendapat Wisadirana (2006: 4) tentang konsep solidaritas sosial bahwa : Solidaritas sosial adalah suatu keadaan interaksi antara individu dengan individu, interaksi individu dengan kelompok dan interaksi antar kelompok dengan kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat
oleh pengalaman emosional bersama. Dari argumentasi yang dikemukakan oleh Wisadirana di atas, menurut hemat penulis paling tidak ada empat dimensi yang terdapat dalam konsep solidaritas sosial dalam konteks persaudaraan
(ukhuwah)
dalam
penelitian ini, yaitu: interaksi, moral, kepercayaan, dan emosional. Dengan demikian, maka secara teoritik
dapat
disimpulkan
bahwa
faktor implementasi kebijakan kemitraan usaha peternakan dapat memengaruhi pendapatan peternak ayam ras melalui persaudaraan (ukhuwah). Kerangka pemikiran teoritik di atas dapat
digambarkan
dengan
model
pendekatan sistem. Menurut Winardi (1997: 69-70) “Obyek-obyek merupakan komponen-komponen sebuah sistem, dan dipandang dari segi fungsional, obyekobyek sesuatu sistem adalah fungsifungsi dasar yang dilaksanakan oleh bagian-bagian
dan
sistem
tersebut.
Obyek sistem tersebut adalah : masukan (Inputs), proses (processes), keluaran (outputs) dan pengawasan / pengendalian (feedback).” Menurut Winardi (1997: 70-77) “Input
merupakan
kekuatan
yang
menggerakkan yang memberikan kepada sistem yang bersangkutan, apa yang
diperlukannya untuk beroperasi. Proses
yang
adalah aktivitas yang mentransformasi
simultan dengan ketiga parameter lainnya,
input menjadi output. Output merupakan
yakni: input – proses - output.”
hasil-hasil pengoperasian proses-proses
Kerangka pemikiran penelitian dengan pendekatan sistem dapat dilihat dalam bagan berikut:
atau dengan perkataan lain tujuan adanya sistem yang bersangkutan. Feedback
perlu
dipertimbangkan
secara
merupakan bagian integral dari sistem, Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian Input
Implementasi Kebijakan Kemitraan Usaha
Proses
Output
Solidaritas Persaaudaraan
Pendapatan Peternak Ayam Ras
1. Interaksi
1. Pengorganisasian
2. Moral
2. Interpretasi
3. Kepercayaan
3. Penerapan
4. Emosional
1. Kemampuan Daya Beli 2. Tingkat Konsumsi 3. Modal Usaha 4. Dana Bergulir 5. Usaha Ekonomi
Feed Back
ras melalui persaudaraan ditentukan
Hipotesis 1. Besarnya
pengaruh
organisasi
oleh
interaksi,
kemampuan,
terhadap pendapatan peternak ayam
komunikasi, tindakan, tujuan dan
ras melalui persaudaraan ditentukan
dampak .
oleh pembagian tugas, tanggung jawab,
sumber
daya
manusia,
informasi, metode dan dana. 2. Besarnya
pengaruh
interpretasi
4. Besarnya pengaruh implementasi kebijakan
kemitraan
peternakan peternak
terhadap ayam
terhadap pendapatan peternak ayam
persaudaraan
ras melalui persaudaraan ditentukan
organisasi,
oleh kejelasan, kepastian, ketepatan
penerapan.
dan sistem kebijakan. 3. Besarnya
pengaruh
usaha
pendapatan
ras
melalui
ditentukan
oleh
interpretasi
dan
5. Besarnya pengaruh persaudaraan penerapan
terhadap pendapatan peternak ayam
terhadap pendapatan peternak ayam ras
ditentukan
oleh
interaksi,
moralitas,
kepercayaan,
dan
emosional.
penelitian ini akan di fokuskan pada analisis terhadap variabel independen (X) yaitu Implementasi kebijakan Kemitraan
METODE PENELITIAN
usaha peternakan, intervening variabel Desain Penelitian
Solidaritas
Pendekatan penelitian
ini
kuantitatif dengan
dalam
variabel
menggunakan
peternak
statistik analisis jalur (path analysis) yang dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh
langsung
variabel
Implementasi
kebijakan
kemitraan
persaudaraan
dependen ayam
(Y) ras
(Z)
dan
Pendapatan yang
dapat
dikemukakan sebagai berikut: 1) Implementasi
Kebijakan
Kemitraaan usaha petemakan (X) adalah
suatu
kegiatan
yang
usaha peternakan dengan subvariabel:
dimaksudkan
organisasi (X1), interpretasi (X2), dan
mengoperasikan sebuah program
penerapan (X3). terhadap Pendapatan
dengan tiga pilar utamanya yaitu
Peternak
organisasi,
Ayam
ras
di
Kabupaten
Tangerang.
untuk
interpretasi
penerapan (Jones, 1994: 294).
Data primer yang didapatkan dari
Dengan demikian dimensinya :
para responden akan dioleh sedemikian
a) Pengorganisasian (X1)
rupa menurut prosedur yang lazim
b) Interpretasi (X2)
digunakan
c) Penerapan (X3)
dalam
analisis
statistik
seperti meningkatkan skala ordinal ke interval
dan
untuk
selanjutnya
dianalisis
dengan program LISREL. Hasil program LISREL akan terlihat output atau hasil yang menggambarkan hubungan dan pengaruh langsung dan tidak langsung dan dimensi (subvariabel) implementasi kebijakan kemitraan usaha peternakan terhadap pendapatan peternak ayam ras. Definisi Operasionalisasi Berdasarkan pada hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya, maka
2) Pendapatan Peternak ayam ras (Y) adalah kemampuan daya beli, tingkat konsumsi, kuatnya modal usaha, lancarnya dana bergulir serta perkembangan usaha ekonomi (Mubyarto, 2000: 166). Dengan demikian dimensinya: a) Kemampuan daya beli b) Tingkat Konsumsi c) Modal usaha d) Dana bergulir e) Usaha ekonomi 3) Solidaritas persaudaraan menurut Wisadirana (2006: 4) adalah suatu keadaan interaksi antara individu dengan individu, interaksi individu
dengan kelompok dan interaksi antarkelompok dengan kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang dianut bersama yang diperkuat oleh pengalaman emosional bersama. Dengan demikian dimensinya: a) Interaksi
b) Moral c) Kepercayaan (trust) d) Emosional Berdasarkan definisi variabel itu, maka operasionalisasi variabel penelitian ini dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 1 : Operasionalisasi variabel Variabel Implementasi Kebijakan Kemitraan Usaha Peternakan (X) (Jones, 1994)
Subvariabel 1. Pengorganisasian (X1)
2. Interpretasi (X2)
3. Penerapan (X3)
Pendapatan Peternak Ayam Ras (Y) (Mubyarto, 2000)
1. Daya Beli Anggota Kemitraan
2. Tingkat Konsumsi Anggota Kemitraan
3. Modal Usaha Kemitraan
Indikator 1. Pembagian tugas 2. Tanggung jawab 3. SDM (tenaga pelaksana) 4. Informasi 5. Metode (cara kerja) 6. Dana 1. Kejelasan kebijakan 2. Kepastian kebijakan 3. Ketepatan kebijakan 4. Sistem kebijakan 1. Adanya interaksi 2. Kemampuan 3. Komunikasi 4. Adanya tindakan 5. Adanya tujuan 6. Adanya dampak 1. Pemenuhan kebutuhan akan akses pendidikan 2. Pemenuhan kebutuhan layanan kesehatan 3. Kemampuan berproduksi 4. Kemampuan menabung 1. Pemenuhan kebutuhan sandang dan pangan 2. Pemenuhan kebutuhan perumahan 3. Pemenuhan kebutuhan informasi 4. Pemenuhan kebutuhan rasa aman 1. Memiliki lahan ternak 2. Memiliki peralatan ternak 3. Memiliki keahlian
beternak 4. Memiliki dana 5. Memiliki pasar jelas 4. Dana Bergulir Dari 1. Melalui mitra bersama Kemitraan pemerintah 2. Melalui mitra bersama kelompok inti 3. Melalui mitra bersama kelompok plasma 5. Usaha Ekonomi 1. Usaha inti rakyat Kemitraan 2. Usaha pengelola 3. Usaha penghela 1. Interaksi 1. Komunikasi lisan Solidaritas 2. Komunikasi tulisan Persaudaraan (Z), 3. Frekwensi kunjungan Wisadirana (2006) 4. Tatap muka 2. Moralitas 1. Ketaatan pada aturan 2. Kejujuran 3. Tanggung jawab 3. Saling Percaya 1. Kesepakatan 2. Kerjasama 4. Emosional 1. Kematangan pikiran 2. Kematangan sikap 3. Kematangan perilaku 4. Petani ternak ayam ras di Kabupaten Tangerang sebanyak = 218 orang Populasi Dan Metode Penarikan Sampel Yang penelitian stakeholders
populasi menjadi ini
populasi
adalah dalam
dalam
keseluruhan implementasi
kebijakan kemitraan usaha agribisnis ini, yaitu: 1. PNS Departemen Pertanian khususnya Dirjen Peternakan sebanyak = 531 orang 2. PNS Daerah Kabupaten Tangerang khususnya PNS dilingkungan Dinas Peternakan Kabupaten Tangerang sebanyak = 117 orang 3. Pengusaha ternak ayam ras di Kabupaten Tangerang sebanyak = 180 orang
itu,
akan
diambil
sampel
berdasarkan rumus : N n = ----------N d2 + 1 1046 = ------------------------(1046) (0,0613)2 + 1 = 212 Jadi, ukuran sampel dalam penelitian ini sebanyak 212 orang. Dari jumlah tersebut dialokasikan secara proporsional random sampling menggunakan rumus: Ni ni = --------- .n N
1. Ukuran sampel yang diambil dari PNS pada Dirjen Peternakan : 531 n1 = --------- .212 1046 = 108 orang 2. Ukuran sampel yang diambil dari PNS pada Dinas Peternakan Kabupaten Tangerang:
117 n2 = --------- .212 1046 = 24 orang 3. Ukuran sampel yang diambil dari Pengusaha peternak ayam ras di Kabupaten Tangerang : 218 n4 = --------- .212 1046 = 44 orang 4. Ukuran sample yang diambil dari Pengusaha peternak Kabupaten Tangerang
Dari perhitungan sampel di atas, maka didapatkan sampel untuk masing-masing stakeholder sebagai berikut : 1. Sampel untuk PNS dilingkungan ditjen peternakan = 108 orang 2. Sampel untuk PNS dilingkungan Disnak Tangerang = 24 orang 3. Sampel untuk Pengusaha ternak Kab. Tangerang = 36 orang 4. Sampel untuk petani ternak ayam buras = 44 orang ========================== Total ukuran sampel penelitian = 212 orang Distribusi sampel pengusaha ternak
dan petani ternak dapat dilihat dalam 180 table berikut : n3 = --------- .212 1046 Table. 2 = 36 orangpengusaha ternak dan petani Distribusi sampel No Responden Kecamatan Kecamatan Kopo Rajeg 1 Pengusaha 3 4 2 Petani 15 24 Sumber : Pengolahan data 2007
Kecamatan Kecamatan Jumlah Jawilan Tejo 6 4 17 15 10 64
Pengaruh
Metode Analisis
Implementasi
Kebijakan
Teknik analisis dan pengolahan
Kemitraan usaha peternakan terhadap
data dalam penelitian ini menggunakan
Kesejahteraan Peternak ayam ras. Untuk
teknik
itu akan dilakukan dengan menggunakan
analisis
hubungan.
Analisis
hubungan digunakan untuk mencari ada tidaknya hubungan antara variable bebas dengan varibel terikat yaitu antara Y = pyx1 X1 + pyx2 X2 + pyx3 X3 + + ε
jalur dengan rumus sebagai berikut :
Penjelasan dari persamaan struktural itu adalah sebagai berikut :
pyx1 X1 = Besarnya koefisien jalur variable X1 (organisasi) terhadap pendapatan peternak ayam ras (Y).
Berdasarkan
output
LISREL
didapatkan pengaruh langsung dimensi pengorganisasian (X1) terhadap pendapatan peternak ayam ras (Y) adalah sebesar 0,368 atau 36,8%. Hal ini telah teruji secara
pyx2 X2 = Besarnya koefisien jalur variable
statistik dimana nilai t.hitung > t.tabel yaitu
X2 (interpretasi) terhadap pendapatan peternak ayam ras (Y). = Besarnya koefisien jalur variable X3 (penerapan) terhadap pendapatan peternak ayam ras (Y). = Besarnya koefisien dari variable lain yang tidak diteliti.
9,061 > 1,624 yang berarti ada pengaruh
pyx3 X3
ε
Dalam analisis data berdasarkan hasil kuisioner, perhitungan besarnya pengaruh masing-masing variabel akan menggunakan LISREL
program
interactive
(Linear
structural
Relationship) dimana penulis hanya akan membuat path diagram dan sudah dapat mengolah data tanpa membuat program LISREL (Bachruddin dan
langsung dan tidak langsung dari sub variabel
pengorganisasian
pendapatan
peternak
Kontribusi
pengaruh
ayam sub
terhadap ras
(Y).
variabel
pengorganisasian adalah sebesar 0,368 atau 36,8%. Hal ini memaknai bahwa variabel pendapatan peternak ayam ras (Y) dapat dijelaskan
oleh
sub
variabel
pengorganisasian (XI) dengan kontribusi penjelasan sebesar 36,8%. Pengaruh langsung sub variabel pengorganisasi (X1) terhadap variabel pendapatan peternak ayam ras (Y) adalah sebesar 0,053 atau 5,3%, melalui variabel persaudaraan ( Z) sebesar 0,15 atau 15%. Sehingga jumlah kumulatif pengaruh
Harapan L. Tobing, 2003).
langsung sub variabel pengorganisasian (X1) terhadap pendapatan peternak ayam ras (Y) HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
adalah sebesar 5,3% + 15% = 18,3%. Dengan demikian tampak bahwa pengaruh langsung sub variabel pengorganisasian
Uji hipotesis Pengaruh langsung dan tidak langsung dimensi Pengorganisasian (X1) terhadap Pendapatan peternak ayam ras (Y).
adalah lebih kecil dari pada pengaruh tidak langsung. Uji hipotesis pengaruh langsung dan tidak langsung sub variabel interpretasi
Berdasarkan
(X2) terhadap pendapatan peternak
output
LISREL
didapatkan nilai nilai t.hitung sebesar
ayam ras ( V).
11,378 dan nilai t.tabel sebesar 1,624. Berdasarkan
output
LISREL
didapatkan nilai t.hitung sebesar 12,131 lebih besar dari nilai t.tabel sebesar 1,624. Dengan demikian t.hitung > t.tabel yang berarti bahwa ada pengaruh langsung sub variabel interpretasi ( X2) terhadap pendapatan peternak ayam ras dengan besarnya pengaruh langsung dan tidak langsung adalah sebesar 0,467 atau 46,7%. Hal ini mengartikan bahwa pendapatan peternak ayam ras (Y) dapat dijelaskan oleh sub variabel interpretasi ( X2) dengan kontribusi penjelasan sebesar 46,7%.
interpretasi ( X2) terhadap pendapatan peternak ayam ras ( Y) adalah sebesar 0.053 atau 5.3 %, sedangkan melalui variabel persaudaraan sebesar 0,15 atau 15%.
Dengan
demikian
pengaruh tidak langsung sub variabel interpretasi ( X2) terhadap pendapatan peternak
ditolak, artinya ada pengaruh yang positif dan signifikan dari sub variabel penarapan terhadap pendapatan peternak ayam ras (Y), dan besarnya pengaruh langsung dan tidak langsung tersebut adalah sebesar 0,452 atau 45,2%. Hal ini berarti
bahwa
ayam
ras
(
Y)
variabel
pendapatan
peternak ayam ras (Y) dapat dijelaskan oleh
sub
variabel
penerapan
(X3)
dengan kontribusi penjelasan sebesar 45,2%. Sedangkan pengaruh langsung sub variabel
Pengaruh langsung sub variabel
sebesar
Oleh karena t.hitung > t.tabel, maka Ho
penerapan
pendapatan
peternak
(X3)
terhadap
ayam
ras
(Y)
sebesar 0,012 atau 1,2% dan melalui variabel persaudaraan (Z) sebesar 0,15 atau 15% Secara keseluruhan pengaruh tidak langsung sub variabel penerapan (X3) terhadap pendapatan peternak ayam ras (Y) melalui persaudaraan adalah sebesar 16,2%.
melalui
persaudaraan (Z) sebesar 5,3% + 15% =
Pembahasan
20,3%. Sebelum penjelasan rinci pengaruh Uji hipotesis pengaruh langsung dan tidak
langsung
sub
variabel
penerapan (X3) terhadap pendapatan peternak ayam ras (Y)
simultan
dan
parsial
implementasi
kebijakan kemitraan usaha peternakan terhadap pendapatan peternak ayam ras melalui persaudaraan, maka diperlukan
gambaran makro hubungan dan pengaruh
antar variabel tersebut sebagai berikut :
Keterangan :
pengaruh yang lebih besar dan pada dimensi
Xl = Organisasi, X2 = interpretasi,
pengorganisasian maupun penerapan. Jones
X3 = penerapan, Y = pendapatan dan Z =
(1994)
persaudaraan. Pengaruh langsung Xl, X2
menempatkan penerapan sebagai dimensi
dan
15%
dominan dalam implementasi kebijakan,
sedangkan pengaruh Xl, X2 dan X3
tetapi apa yang dikemukakan Jones (1994)
melalui Z sebesar 66,6%.
tidak serta merta menjadi kenyataan secara
X3
terhadap
Y
sebesar
Berdasarkan uji hipotesis, baik
sendiri
secara
teoretik
masih
empirik.
secara simultan maupun secara parsial
Secara umum, dari beberapa variabel
menunjukkan dan membuktikan bahwa
yang mempengaruhi pendapatan peternak
pengaruh
implementasi
ayam ras, maka variabel implementasi
kebijakan kemitraan usaha peternakan (
kebijakan kemitraan usaha peternakan
X) terhadap variabel pendapatan peternak
memberikan pengaruh signifikan dengan
ayam ras (Y) adalah positif dan signifikan.
kontribusi pengaruh sebesar 81,6%. Ini
Yang sangat menarik dari hasil penelitian
artinya ada sebesar 18,4% di pengaruhi oleh
ini menunjukkan bahwa dari 3 (tiga)
variabel
dimensi
kebijakan
sebagaimana dikemukakan oleh Jhingan
kemitraan usaha peternakan yang dirujuk
(1988 : 188) bahwa ada 3 (tiga) faktor yang
dari pendapat Jones (1994) maka dimensi
mempengaruhi
interpretasi
yaitu (1) penerapan kebijakan nasional
variabel
implementasi
memberikan
kontribusi
lain. Variabel
lain (epsilon)
pendapatan
masyarakat
guna
meningkatkan
dan
dikemukakan Edwards III (1980) yang
pengaruh melampuai batas-batas nasional,
masih menempatkan faktor komunikasi,
(2) Ingin memiliki satu negara kesejahteraan
sumber daya dan sikap pelaksana sebagai
welfare
pemerataan
faktor-faktor kritis yang memberikan
pendapatan nasional yang lebih adil, (3)
pengaruh besar terhadap implementasi
keputusan
kebijakan. Dari analisis ini menunjukkan
state)
(
kekuasaan
dengan
untuk
membangun
pusat
perdagangan dan sektor-sektor penting.
bahwa sumber daya manusia (SDM)
Berdasarkan pendapat itu, tampak
harus diletakkan diatas faktor-faktor
bahwa ada satu faktor dari tiga faktor
lainnya untuk keberhasilan implementasi
yang
peningkatan
kebijakan.
pendapatan masyarakat, yaitu: faktor
Oleh
mempengaruhi
implementasi
kebijakan.
Dengan
variabel
karena
secara
simultan
Implementasi
kebijakan
demikian, maka secara teoritik dapat
kemitraan usaha peternak ayam ras telah
disimpulkan bahwa faktor implementasi
teruji secara positif dan signifikan
kebijakan kemitraan usaha peternakan
mempengaruhi
variabel
dapat
peternak
ras,
mempengaruhi
pendapatan
peternak ayam ras.
ayam
pendapatan
maka
menurut
prosedur statistik hal ini dapat dilanjutkan
Berkaitan dengan implementasi
dengan uji hipotesis secara parsial
kebijakan kemitraan usaha peternakan,
untuk masing-masing dimensi. Secara
maka secara teoretik walaupun Jones
teoretik
(1994)
kebijakan kemitraan usaha peternakan
sendiri
dimensi
masih
penerapan
menempatkan
sebagai
unsure
pengaruh
terhadap
Implementasi
Pendapatan
peternak
penting dalam mengukur keberhasilan
dikemukakan oleh Jhingan (1988: 188)
implemtasi kebijakan, namun fakta-
bahwa
fakta
bahwa
memengaruhi pendapatan masyarakat
dimensi interpretasi (penafsiran) menjadi
yaitu (1) penerapan kebijakan nasional
sangat penting dalam menilai atau
guna
mengukur keberhasilan implementasi
pengaruh
kebijakan.
nasional,
empirik
berhasil
menunjukkan
Seluruh dengan
baik
dimensi akan
akan sangat
ada
tiga
meningkatkan
faktor
kekuasaan
melampuai (2)
Ingin
yang
dan
batas-batas
memiliki
satu
negara kesejahteraan (welfare state)
ditentukan oleh faktor sumber daya
dengan
pemerataan
pendapatan
manusia (SDM). Hal ini sebagaimana
nasional yang lebih adil, (3) keputusan
untuk membangun pusat perdagangan
secara positif dan signifikan terhadap
dan sektor-sektor penting.
Pendapatan petani.
Berdasarkan pendapat itu, tampak
Dari hasil uji hipotesis secara
bahwa ada satu faktor dari tiga faktor
simultan diatas mempertegas kembali
yang
peningkatan
baik secara teoretik maupun empirik
pendapatan masyarakat, yaitu: faktor
bahwa Pendapatan Peternak ayam ras
implementasi
dipengaruhi oleh berbagai faktor atau
mempengaruhi
kebijakan.
Dengan
demikian, maka secara teoritik dapat
variabel
disimpulkan bahwa faktor implementasi
dominannya
kebijakan kemitraan usaha peternakan
kebijakan,
dapat
pendapatan
dikemukakan oleh Jones (1994) bahwa
peternak ayam ras. Dengan melihat
Implementasi kebijakan mengandung 3
pengaruh
variabel
(tiga)
terhadap
pengorganisasian, (2) interpretasi dan (3)
Pendapatan peternak ayam ras sebesar
tindakan. Ketiga aspek itulah yang
81,6 %, menunjukkan bahwa ada faktor-
memberikan pengaruh secara langsung
faktor lain yang memberikan pengaruh
terhadap pendapatan peternak.
mempengaruhi
dan
Implementasi
dan
kontribusi kebijakan
kontribusi
terhadap
pendapatan
dan
salah adalah
Hal
aspek
Konsep
ini
satu
faktor
Implementasi sebagaimana
penting
yaitu
Implementasi
(1)
kebijakan
peternak ayam ras yang besarnya 11,4
yang dirujuk dalam penelitian ini adalah
%. Secara teoretik pula sebagaimana
konsep atau teori implementasi kebijakan
hasil penelitian Rahadian (2005) yang
menurut Jones (1994). Dalam pandangan
menyimpulkan
Jones,
kebijakan
bahwa
Implementasi
Penyuluhan
mempengaruhi signifikan
secara
Pertanian positif
terhadap
dan
kemandirian
implementasi
kebijakan
mengandung tiga aspek penting yang tidak
berdiri
bersinergi,
sendiri
saling
tetapi
berhubungan
saling
bahwa
kebijakan
Pengorganisasian, (2) Interpretasi dan (3)
petani,
tindakan. Namun dalam kenyataannya
penelitian
konsep implementasi kebijakan menurut
mempengaruhi demikian
halnya
Nasfirman
hasil
Yul
(2005)
(1)
yang
Jones ini tidaklah serta merta sesuai
bahwa
Implementasi
dengan kondisi masyarakat di Indonesia.
pemberasan
mempengaruhi
Konsep Implementasi kebijakan menurut
menyimpulkan kebijakan
pendapatan
yaitu
dan
kelompok tani yang dapat diartikan implementasi
mempengaruhi,
saling
Jones
diatas
harus
diperkaya
dan
Secara keseluruhan dari hasil uji
dikembangkan sesuai dengan kultur atau
hipotesis
budaya masyarakat Indonesia.
seluruh dimensi implementasi kebijakan
Dari
Konsep
menunjukkan
bahwa
dari
implementasi
yaitu (1) dimensi organisasi, (2) dimensi
kebijakan diatas dengan tiga dimensi
interpretasi dan (3) dimensi tindakan,
yaitu pengorganisasian, inerpretasi dan
maka kontribusi terbesar disumbangkan
tindakan, penulis menempatkan beberapa
oleh dimensi interpretasi yaitu sebesar
indikator yang menurut hemat penulis lebih
48,7 %. Namun sesungguluiya Jones
"spesifik lokal" sesuai dengan karakteristik
(1994) secara teoretik dalam membahas
masyarakat Indonesia. Untuk dimensi
masing-masing
organisasi atau pengorganisasian, penulis
dimensi organisasi dan tindakan lebih
menempatkan enam indikator masing-
memiliki kekuatan dan dominasi dari pada
masing : (1) pembagian tugas, (2)
dimensi
interpretasi.
tanggung jawab, (3) SDM yang mampu
penulis,
dalam
dan mau, (4) Informasi, (5) Metode (cara
kebijakan
kerja) dan (6) dana. Keenam indikator itu
didalamnya
juga didukung oleh kosep-konsep teoritik,
Otonomi daerah dan desentralisasi, baik
sehingga deskripsi jawaban responden
terhadap UU No. 22 Tahun 1999 maupun
terhadap semua indikator dalam dimensi
UU No. 32 Tahun 2004 banyak kelemahan
organisasi dapat dijelaskan secara teoritik.
ditemukan
ditingkat
Demikian
interpretasi
(pemahaman,
halnya
untuk
dimensi
dimensi
menempatkan
Menurut
konteks
di
hemat
implementasi
Indonesia
termasuk
implementasi
kebijakan
bawah
karena
pengertian)
interpretasi (X2), penulis menempatkan
terhadap kebijakan yang berbeda-beda
empat
(I)
(multi-interpretasi), sehingga berbagai
kepastian
kebijakan termasuk kebijakan kemitraan
indikator
kejelasan
masing-masing
kebijakan,
(2)
kebijakan, (3) ketepatan kebijakan dan (4)
usaha
sistem
terimplementasi secara baik.
kebijakan.
Seterusnya
untuk
dimensi tindakan atau penerapan, penulis
peternakan
Faktor-faktor
selama
penyebab
ini
tidak
berbagai
menempatkan enam indikator masing-
kebijakan tidak terimplementasi secara
masing (1) interaksi, (2) kemampuan dan
baik disebabkan oleh empat faktor yang
kemauan, (3) komunikasi, (4) adanya
secara teoretik menurut Edwards III (1994)
tindakan, (5) adanya tujuan, dan (6)
adalah (1) komunikasi, (2) sumber daya,
adanya dampak (effect).
(3) sikap pelaksana dan (4) struktur
birokrasi. Dapat dilihat dalam hasil
melanda dunia sejak pertengahan tahun
penelitian disertasi Rahadian (2005) dan
1997 membuat Indonesia sangat terpuruk
Nasfirman
dan krisis itu telah bergulir menjadi krisis
Yul
(2005).
kelemahan-kelemahan
Banyak
konsep
atau
multidimensional
atau
lebih
tepatnya
pemikiran para pakar Barat sebagaimana
KRISIS MORAL. Mengapa Indonesia
halnya Jones yang tidak sesuai dengan
sangat terpuruk? sebuah pertanyaan yang
kondisi Indonesia apalagi dalam konteks
tidak saja menyeluruh tetapi sangat
lokal seperti kabupaten Tangerang.
mendasar?
Menurut
pakar
sosiologi
Menurut Pakar sosiologi Pedesaan
pedesaan dan Filsafat Ilmu ini bahwa
dan Guru besar Universitas Padjadjaran
penyebabnya karena mutu sumber daya
Bandung Prof. Dr. Herman Soewardi
manusia Indonesia paling menyedihkan
dalam
"Menyambut
"(2002)
Sains
Taudillah
diantara negara-negara ASEAN seperti
mengemukakan
bahwa
Malaysia, Filipina, Singapura, Brunai
membicarakan
masalah
Manusia
di
bahkan Vietnam.
Indonesia termasuk membahas masalah
Kaitannya
dengan
Konsep
pendapatan Peternak ayam ras haruslah
Implementasi Kebijakan yang dirujuk
berangkat dari konsep-konsep Eksternal-
dari
struktural dan konsep internal-kultural.
dikaitkan dengan konsep dan teori
Menurut Soewardi (2002 : 117) bahwa
ADAB-KARSA
Indonesia tidak kekurangan sumber daya
(1999) dan dikaitkan dengan kondisi
alam (SDA) bahkan sangat kaya, tetapi
empirik di lokasi penelitian, maka konsep
Indonesia sangat kekurangan Sumber
dan
daya manusia (SDM) dan kekurangan ini
menurut Jones (1994) haruslah mendapat
terletak pada segi internal-kulturalnya.
koreksi secara mendasar dan meyeluruh
Menurut Soewardi (2002 : 118) bahwa
terhadap semua dimensi sehingga lebih
manusia Indonesia LEMAH KARSA dan
relevan dengan konteks lokal di Indonesia.
ADAB RENDAH. Kondisi inilah yang
Apalagi dalam penerapan implementasi
membuat Indonesia terpuruk menghadapi
kebijakan kemitraan usaha peternakan
krisis yang berkepanjangan dan tidak
dan Pendapatan peternak ayam ras yang
berkehabisan. Bahkan Soewardi (2002:
merupakan
118)
mengemukakan
moneter,
dan
krisis
pendapat
teori
Jones
(1994)
menurut
Implementasi
kebutuhan
diatas
Soewardi
Kebijakan
masyarakat
bahwa
krisis
lapisan bawah, maka memerlukan konsep
ekonomi
yang
atau teori yang memiliki kebenaran yang
mendasar. Oleh karena itu dengan
Implementasi kebijakan Kemitraan Usaha
pemahaman yang cukup akan kelebihan
Peternakan khususnya dimensi organisasi,
dan
penulis menempatkan enam indikator
kelemahan
konsep
atau
teori
Implementasi kebijakan menurut Jones,
masing-masing
maka ada beberapa konsep dan pemikiran
tanggung jawab , SDM yang mau dan
untuk melengkapi
mampu, informasi, metode serta dana.
konsep dan teori
tersebut.
Penulis
Sebagaimana
yang
pembagian
akan
tugas,
menggarisbawahi
dan
dikemukakan
menyoroti dua indikator yang menurut
oleh Soewardi (2002) bahwa dalam
hemat penulis penting untuk dibahas
membahas masalah yang berkaitan dengan
karena inilah rohnya atau substansi untuk
manusia di Indonesia haruslah berangkat
keberhasilan
dari konsep dan premis yang benar
Dua
mengenai segi ,eksternal-struktural dan
tanggungjawab, dan (2) SDM yang mau
internal kultural. Masyarakat Barat yang
dan mampu.
maju karena memiliki KARSA yang
Dalam
implementasi
dimensi
itu
adalah
implementasi
kebijakan,
khususnya
Kuda
Masyarakat
penting disorot masalah tanggung jawab.
Barat dapat mencapai kesejahteraan
Secara empirik, berdasarkan jawaban
dengan pendapatan mereka yang sangat
responden yang diberikan menunjukkan
tinggi karena memiliki KARSA yang
bahwa
kuat, dimana mereka memiliki motivasi
memberikan sikap sangat setuju sebanyak
berprestasi yang cukup tinggi dan bekerja
139
secara professional. Satu saja kelemahan
memberikan
masyarakat
barat menurut Soewardi
responden memberikan sikap ragu-ragu.
(2002) bahwa konsep dan pemikiran
Demikian halnya berdasarkan hasil uji
meraka yang berada di garis alkohol
hipotesis menunjukkan bahwa dimensi
atau garis yang tidak benar tidak
atau subvariabel organisasi memberikan
berlandaskan
pengaruh dan kontribusi yang positif dan
Kandang.
petunjuk-petunjuk
ilahi
sehingga dikatakan ADAB rendah.
baik
KARSA
ADAB.
maupun
dari
212
responden, sikap
organisasi
responden,
68 setuju,
yang
responden dan
5
signifikan terhadap Pendapatan daerah
Manusia Indonesia harus mengejar kelemahan-kelamahan
dari
dimensi
(1)
kuat atau istilah Soewardi KLK atau Lepas
untuk
kebijakan.
segi Dalam
dengan besaran kontribusi 36,8%. Hal ini berarti bahwa indikator tanggungjawab
berperan memberikan kontribusi terhadap
kedudukannya sebagai warga negara dan
dimensi organisasi.
sebagai pelaku pemerintahan. Dan dilihat
Secara
teoretik,
konsep
dari dimensi cause merupakan factor
tanggungjawab dikemukakan Spriro
yang menggerakkan seseorang untuk
dalam "Responsibility in Government"
melakukan suatu tindakan pengambilan
(1969, dalam Ndraha 2003 : 116)
keputusan. Berkaitan dengan tanggung
mendefinisikan
jawab pemerintahan atau tanggungjawab
responsibility
pertama,
accountability
laporan
pelaksanaan
sebagai
(perhitungan,
Suseno
(2001:
318)
yang
mengemukakan bahwa : negara bertugas
disampaikan kepada atasan atau pemberi
untuk menjamin kesejahteraan umum
tugas
mempunyai
(misalnya
tugas)
negara,
mandatory)
oleh
implikasi
bahwa
negara
bawahan atau yang diberi kuasa (misalnya
bertanggung jawab secara khusus terhadap
mandataris) dalam batas-batas kekuasaan
mereka dalam masyarakat yang lemah,
(tugas) yang diterimanya. Kedua, sebagai
kurang berpendapatan atau bahkan miskin,
obligation (kewajiban) yaitu tanggung
yang sakit, cacat, pokoknya terhadap
jawab seorang pejabat pemerintahan
semua yang tidak dapat menyelematkan
dihubungkan
kedudukannya
diri mereka sendiri dan keterlantaran.
sebagai warga negara (citizen's political
Negara secara khusus bertanggung jawab
responsibility)
dan
terhadap
pemerintahan.
Ketiga,
dengan
sebagai
pelaku
responsibility
kesejahteraan
para
anggota
masyarakat yang lemah.
sebagai cause. Cause adalah factor yang menggerakkan seseorang pejabat untuk melakukan
sesuatu
mengambil
tindakan
keputusan
atau
berdasarkan
kehendak bebas (free, will, free chaise). Tampak dilihat
dan
Pengaruh Variabel Epsilon (
E
)
Terhadap Pendapatan Peternak Ayam Ras Dari hasil uji statistik secara simultan
bahwa
tanggungjawab
menunjukkan bahwa pengaruh langsung
dimensi
accountability
Implementasi Kebijakan kemitraan usaha
merupakan suatu laporan pelaksanaan
peternakan
tugas yang disampaikan kepada atasan
peternak ayam ras (Y) melalui intervening
atau pemberi tugas. Dilihat dari dimensi
variabel Solidaritas persaudaraan (Z)
obligasi
adalah 81,6 persen. Angka ini memberikan
merupakan
pemerintahan
tanggungjawab
dihubungkan
dengan
(X)
terhadap
pendapatan
makna bahwa pendapatan peternak ayam
ras (Y) dapat dijelaskan secara kuantitatif
pelaksanaan pola kemitraan tidak sesuai
oleh variabel Implementasi Kebijakan
dengan konsep dan aturan kemitraan
(X) sebesar 81,6 persen.
yang
Secara kuantitatif, variabel-variabel lain
yang
berpengaruh
ditetapkan
oleh
pemerintah,
dimana sistem manajemen yang tidak
terhadap
transparan, plasma tidak mengetahui dan
pendapatan peternak ayam ras hanya
tidak menerima kopian surat perjanjian,
memberikan
18,4
harga jual yang ditentukan sepihak dan di
persen. Variabel-variabel lainnya yang
bawah harga pasar sistem pembayaran
secara teoretik memberikan pengaruh
cicilan hutang yang tidak ada neraca yang
terhadap pendapatan peternak ayam ras
jelas, dan jumlah hutang yang berlipat
sebagaimana dikemukakan oleh Jinghan
ganda.
pengaruh
sebesar
(1988) adalah pemerataan pendapatan nasional
yang
banyak
dijumpai
pembangunan pusat perdagangan untuk
antara
plasma
sektor-sektor penting. Secara faktual,
sebagaimana dikemukakan oleh Rahman
program-program
yang
Hadi (2001: 230): Peranan Pemerintah
cenderung
dalam penyelesaian konflik tidak akan
dilaksanakan
lebih
adil
kemitraan
selama
ini
dan
Dalam program kemitraan usaha.
menguntungkan para pengusaha peternak. Walaupun
Pendapatan
terjadinya dan
inti,
konflik hal
ini
efektif guna kelanjutan kemitraan apabila
peternak
hanya memperlihatkan konflik vertikal
melambung tinggi tetapi ketimpangan
(inti plasma) saja, tanpa memperhatikan
(gap) antara peternak ayam ras dan
kondisi lingkungan dan faktor psikologis
pengusaha terus terjadi dan memburuk,
plasma.
maka implementasi kebijakan belum dikatakan
berhasil.
Implementasi
kebijakan kemitraan usaha peternakan belum
dikatakan
kemiskinan, ketimpangan
berhasil
pengangguran menjadi
lebih
bila dan
Konsep Baru Tentang Implementasi Kebijakan
Kemitraan
Usaha
Peternakan Ayam Ras. Berdasarkan
Pandangan
Jones
buruk
(1994) tentang implementasi kebijakan
walaupun pendapatan perkapita terus
yang memuat tiga aspek pokok atau
melambung tinggi (Seers, 1969). Hasil
dimensi
penelitian Rahman Hadi (2001 : 228)
interpretasi dan (3) penerapan atau
misalnya menyimpulkan bahwa : dalam
tindakan dikaitkan dengan pandangan
yaitu
(I)
organisasi,
(2)
Soewardi (2002) tentang konsep atau
SDM yang terlibat dalam implementasi
teori ADAB-KARSA, dan kenyataan
kebijakan kemitraan usaha peternakan
secara empirik dan teoretik, maka dalam
itu.
semua dimensi sebagaimana dikemukakan oleh
Jones,
penulis
Demikian halnya konsep interaksi,
mengembangkan
kemampuan dan kemauan , komunikasi
konsep implementasi kebijakan dengan
dan tindakan menjadi elemen penting
memasukkan beberapa dimensi penting
bagi
dalam implementasi kebijakan itu.
memasukkan
Konsep-konsep tanggungjawab
tersebut
dan
adalah
Sumber
daya
dimensi
penerapan.
Dengan
konsep-konsep
tersebut
akan melahirkan perubahan baru dalam implementasi
kebijakan
kemitraan
manusia (SDM) yang mampu dan mau.
usaha peternakan yang diharapkan akan
Kedua konsep ini ditujukan untuk
terjadi
mempertajam
bargaining position antara Pemerintah,
sebagaimana
dimensi
dimaksud
power
dan
Jones
Plasma dan inti. Perubahan-perubahan
(1994). Oleh karena itu dalam konsep
yang dimaksudkan adalah interaksi atau
organisasi, aspek tanggungjawab dan
hubungan antara ketiga stakeholdes itu
Sumber daya manusia harus ditempatkan
berjalan
menjadi unsure atau elemen penting
menguntungkan dan saling mempercayai.
dalam
yang
organisasi
bargaining
implementasi
khususnya
dalam
kebijakan.
Konsep
seringkali
dilupakan
stakeholders kebijakan,
pengorganisasian
dalam baik
kebijakan
itu
secara
efektif
saling
Dengan demikian konsep baru implementasi
kebijakan
tanggungjawab
hasil
oleh
mengembangkan konsep lmplementasi
semua
implementasi Pemerintah,
penelitian
berdasarkan
kebijakan sebagaimana oleh
Jones
(1994),
ini
adalah
dikemukakan yaitu
dengan
pengusaha maupun pe t an i . Ma si n g -
menambahkan konsep tanggungjawab,
m as i n g
j el as
SDM yang mau dan mampu, interaksi,
d ap at
kemampuan dan kemauan, komunikasi
mempertanggungjawabkan apa yang akan
dan tindakan. Sehingga Implementasi
atau telah dikerjakannya. Demikian pula
kebijakan kemitraan usaha peternakan
dalam pelaksanaan tanggungjawab itu
ayam ras berdasarkan hasil penelitian
sangat
ini
ha r u s
t an ggu n gj aw ab n ya
diperlukan
at au
kemampuan
dan
kemauan (motivasi) yang kuat dari setiap
adalah
terdiri
dari
dimensi
organisasi, dimensi interpretasi, dimensi
penerapan,
dimensi
tanggungjawab,
Oleh
karena
itu
model
kebijakan
yang
dimensi SDM yang mampu dan mau,
implementasi
dimensi interaksi, dimensi kemampuan
berpengaruh
dan kemauan, dimensi komunikasi, dan
Peternak ayam ras berdasarkan basil
dimensi tindakan.
penelitian ini dapat digambarkan dalam
terhadap
Pendapatan
pola hubungan sebagai berikut : Gambar.4 Model hubungan baru pengaruh Implementasi kebijakan terhadap Pendapatan peternak berdasarkan hasil penelitian
Implementasi Kebijakan : 1. Organisasi 2. Interpretasi 3. Penerapan 4. Tanggungjawab 5. Sumber Daya Manusia (SDM) 6. Interaksi 7. Kemampuan 8. Kemauan 9. Komunikasi
Pendapatan Peternak Ayam ras :
Solidaritas Persaudaraan
1. Daya beli 015
1. Interaksi 0,66
2. Tingkat konsumsi
2. Moralitas
3. Modal usaha
3. Trust
4. Dana bergulir
4. Emosional
5. Usaha ekonomi
Di dalam memperbaiki atau memperbaharui pola hubungan ketiga stakeholders Implementasi kebijakan kemitraan usaha peternakan ayam ras (Pemerintah-Plasma dan inti) , maka penulis dengan mengacu kepada konsep-
Gambar.6 Pola hubungan Pemerintah,Plasma dan inti
konsep penting tentang implementasi kebijakan yang didapatkan dari hasil penelitian ini menggambarkan interaksi atau pola hubungan baru itu sebagai berikut :
Plasma : 1. Menginterpretasikan 2. Mengorganisasikan 3. Menerapkan 4. Berinteraksi 5. Berkemauan 6. Berkemampuan 7. Berkomunikasi 8. Bertindak
Pemerintah : 1. Mengorganisasikan 2. Mengkomunikasikan 3. Menerapkan 4. Mempertanggung jawabkan 5. Menyiapkan SDM 6. Berinteraksi 7. Bertindak
Inti : 1. Menginterpretasikan 2. Mengorganisasikan 3. Menerapkan 4. Berinteraksi 5. Berkemampuan 6. Berkemauan 7. Berkomunikasi 8. Bertindak
Untuk menciptakan hubungan yang sinergis antara pemerintah, plasma inti dan perbankan maka perlu motivasi (kemauan) dan kemampuan yang kuat dari semua pihak untuk menciptakan iklim usaha bagi berkembangnya usaha peternakan dengan menumbuhkan komunikasi dan kerjasama kemitraan antara perusahaan peternakan dengan peternakan rakyat, perbankan dan Pemerintah harus dapat mengorganisasikan dan mengkomunikasikan serta bertanggungjawab atas keberhasilan ataupun kegagalan dari pola hubungan itu. Pada dasarnya menurut hemat penulis, kemitraan dibidang peternakan saat ini sudah berjalan, namun dalam pelaksanaanya belum sepenuhnya sesuai dengan azas dan prinsip untuk mewujudkan kemitraan yang saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Oleh karena Kemitraan agribisnis berbasis peternakan
merupakan kerjasama kemitraan yang berdasarkan pada azas kebersamaan kedudukan, keselarasan dan peningkatan keterampilan anggota/kelompok mitra oleh perusahaan mitra melalui penunjukkan sinergi kemitraan yaitu hubungan yang saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Pendekatan kesisteman Secara operasional, pola hubungan dalam implementasi kebijakan kemitraan usaha peternakan ayam ras akan menggunakan pendekatan kesisteman atau pemikiran secara sistem. Winardi (1997: 25) mengemukakan bahwa : pemikiran secara sistem pada hakekatnya berarti pemikiran dengan bantuan sistem dan pendekatan sistem. Sasaran utama pemikiran secara sistem adalah membalikkan subdivisi ilmu-ilmu
pengetahuan yang berkembang menjadi disiplin-disiplin yang sangat terspesialisasi menjadi sebuah sintesis
interdisipliner pengetahuan ilmiah yang ada.
Regulator dan Fasilitator
PEMERINTAH Sumbangsih Produk
Sumbangsih saprodi, tekhnologi,modal
PLASMA
INTI Usulan akses modal Dapat mengakses modal jika kuat/mampu
BANK/LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA
Pemberian modal
Hubungan secara sinergis dalam
E. KESIMPULAN DAN SARAN
bagan di atas menghasilkan tiga subkultur, yaitu subkultur kekuasaan, subkultur ekonomi, dan subkultur sosial). Pemerintah sebagai subkultur kekuasaan
sangat
diperlukan
mengingat
tanpa
kehadiran
pemerintah
dalam
interaksi
dan
kemitraan di atas, maka pengusaha ternak
akan
memainkan
peran
semaunya yang dapat membuat para petani peternak akan semakin tidak berdaya.
Sebaliknya
lembaga
perbankan
subkultur
ekonomi
keberadaannya
inti
dan
sebagai
Berdasarkan hasil uji hipotesis, baik secara simultan maupun secara parsial dan hasil pembahasan dikaitkan dengan kondisi empirik maupun telaah teoretis, maka penulis tiba pada suatu kesimpulan
bahwa
implementasi
kebijakan kemitraan usaha perternakan ayam ras berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap pendapatan peternak
ayam
ras,
yang
dapat
diuraikan sebagai berikut : Kesimpulan
dibutuhkan
sebagai
pemodal
1. Besarnya
pengaruh
untuk menggerakkan peternak ayam
pengorganisasian
terhadap
ras.
pendapatan peternak ayam ras Input berupa sarana produksi,
melalui persaudaraan ditentukan
tenaga kerja, dana, teknologi yang
dan dapat diukur dan pembagian
dikontribusikan oleh plasma dan inti
tugas,
dalam
akan
daya manusia, informasi, metode
produk
dan dana. Indikator-indikator ini
peternakan ayam ras yang siap untuk
secara factual menjadi kendala
dipasarkan atau dijadikan outcome
utama didalam pengorganisasian
(manfaat)
kebijakan
proses
menjadi
output
(konsumen). difeedbeck
kesisteman (hasil)
bagi
masyarakat
Selanjutnya (umpan
balik)
tanggungjawab,
apabila
sumber
tidak
akan
terorganisir dengan baik dan
oleh
benar. Dengan demikian, dalam
masyarakat berupa lapangan kerja
pengorganisasian
kebijakan
baru dan pendapatan bagi plasma dan
sangat
inti, sehingga terjadi alur atau siklus
pembagian tugas, tanggungjawab,
secara berkelanjutan.
informasi,
dibutuhkan
metode
adanya
pendekatan
yang tepat dan juga dana.
2. Besarnya pengaruh interpretasi terhadap
pendapatan
peternak
ayam ras melalui persaudaraan diukur
dan
ditentukan
oleh
dan
bahan
diskusi
pemerintah,plasma dan inti. 4. Secara
simultan
pengaruh
implementasi
kebijakan
kejelasan kebijakan, kepastian
kemitraan
kebijakan, ketepatan kebijakan
terhadap
dan
ayam ras melalui persaudaraan
system
kebijakan.
usaha
peternakan
pendapatan
Pendapatan peternak ayam ras
diukur
akan
mengalami
peningkatan
pengorganisasian, interpretasi dan
yang
positif
signifikan
penerapan. Tiga pilar penting
dan
dan
peternak
ditentukan
apabila bersinerginya kepastian,
implementasi
ketepatan, kejelasan dan system
antara satu dengan lainnya tidak
kebijakan yang dapat dipahami
dapat dipisahkan atau dimensi
oleh pemerintah, plasma dan inti.
yang satu lebih penting dari
3. Besarnya
pengaruh
terhadap
penerapan
pendapatan
peternak
dari
hasil
penelitian
menunjukkan
diukur
interpretasi
ditentukan
interaksi, komunikasi, dan
oleh
kemampuan, tindakan, dampak
tujuan dari
pemerintah,plasma dan inti. Dan hal itu dapat secara nyata terlihat
itu,
dimensi yang lain. Walaupun
ayam ras melalui persaudaraan dan
kebijakan
oleh
dimensi memberikan
kontribusi terhadap
ini
yang
lebih
pendapatan
besar
peternak
ayam ras, tetapi hal itu bersifat kondisional. 5. Besarnya pengaruh persaudaraan
dalam implementasi kebijakan.
terhadap
Indikator-indikator
ayam ras diukur dan ditentukan
diatas
pendapatan
peternak
menjadi penentu naik turunnya
oleh
pendapatan peternak ayam ras.
kepercayaan
Tanpa adanya tindakan nyata,
Dimensi-dimensi
maka
begitu penting dalam konsep
implementasi
kemitraan
usaha
kebijakan peternakan
hanyalah menjadi wacana publik
interaksi,
solidaritas persaudaraan.
dan
moralitas, emosional. ini
sosial
menjadi
atau
6. Konsep
baru
kebijakan
implementasi
kemitraan
usaha
walaupun
secara
teoritis
empirik
telah
dan
dibuktikan
peternakan ayam ras berdasarkan
pengaruhnya
terhadap
hasil
adalah
peningkatan
pendapatan
konsep
peternakan
penelitian
ini
mengembangakan
ayam
ras,
namun
implementasi kebijakan yang
konsep-konsep yang dihasilkan
dikemukakan
ini
yaitu
:
pakar
lainya
pengorganisasian,
interpretasi,
tindakan,
sumber
memerlukan
kajian
dan
analisis yang lebih mendalam dalam
penelitian
berikutnya
daya manusia yang mampu dan
sehingga dapat diterapkan secara
mau, tanggungjawab, interaksi,
benar
kemampuan dan kemauan, dan
khususnya di daerah Indonesia
komunikasi.
yang sangat beragam karakteristik
7. Dalam implementasi kebijakan kemitraan usaha peternakan, tidak
dalam
konteks
local
masyarakatnya. 2. Dari
hasil
penelitian
ini
saja upaya yang bersifat struktural
memberikan petunjuk bahwa dalam
yang terus ditonjolkan seperti
implementasi kebijakan kemitraan
manajemen,
usaha peternakan, seluruh dimensi
skill,
modal,
pemasaran, dan lain-lain, tetapi
memberikan
juga upaya-upaya yang bersifat
positif dan signifikan terhadap
kultural
ikatan
pendapatan peternakan ayam ras,
ikatan
dan
seperti
:
persahabatan, kekeluargaan,
hasil
uji
yang
hipotesis
sikap
menunjukkan bahwa kontribusi
mental dan moralitas justru yang
dan pengaruh terbesar diberikan
perlu mendapatkan perhatian yang
oleh dimensi interpretasi. Oleh
serius
karena itu sangatlah wajar dalam
dalam
motivasi,
dari
pengaruh
meningkatkan
kesejahteraan peternak.
tradisi akademis apabila dimensi interpretasi
ini
perlu
diteliti
kembali oleh peneliti berikutnya Saran Akademis
dengan
1. Konsep Implementasi kebijakan kemitraan usaha peternakan yang dihasilkan
dari
penelitian
ini
yang
penempatan berbeda
sesuai
indikator dengan
rujukan teoretik yang digunakan.
3. Konsep implementasi kebijakan kemitraan
usaha
peternakan
lokasi penelitian yang berbeda, karena kondisi dan karakteristik
yang ditemukan dalam penelitian
masyarakat
ini
dimensi
berbeda-beda antara satu daerah
dimensi
dengan daerah lainnya. Oleh
interpretasi, dimensi penerapan,
karena itu, penelitian-penelitian
dimensi tanggungjawab, dimensi
berikutnya disarankan untuk
SDM, dimensi kemampuan dan
menggunakan
kemauan,
dan
dimensi
sampel
komunikasi
adalah
konsep-
sehingga
yang
mencakup
pengorganisasian,
Indonesia
yang
populasi
yang
dan
lebih
besar
generalisasi
hasil
konsep yang secara teoretik
penelitian lebih dapat dijamin
memerlukan referensi teoretik
kebenarannya.
oleh karena keterbatasan penulis dalam merujuk kepada konsep teoretik yang lebih lengkap. 4. Pendekatan penelitian
kuantitatif ini
mengandalkan data
dari
Saran Praktis
dalam
yang
hanya
informasi
kuisioner,
dan secara
menyeluruh dan mendasar belum dapat
menyentuh
kebenaran
tingkat
fenomena
yang
sebenarnya, oleh karena itu diperlukan dukungan data dan informasi lainnya, kualitatif
dari
pendekatan
seperti
pendekatan
untuk
penelitian-
5. Demikian halnya populasi dan sampel yang digunakan dalam
menjamin
ini
Daerah
Kabupaten
khususnya Kabupaten
Dinas
belumlah
generalisasi
untuk
Tangerang Peternakan
Tangerang
agar
dalam implementasi kebijakan kemitraan di bidang peternakan perlu
memperhatikan
aspek
aspek-
pengorganisasian
kebijakan, interpretasi kebijakan, dan
tindakan
samping
kebijakan.
Di
pula
agar
itu
memperhatikan
penelitian berikutnya.
penelitian
1. Disarankan kepada Pemerintah
mempertimbangkan
serta dimensi
tanggungjawab, dimensi sumber daya manusia (pemerintah-plasma dan inti), dimensi kemampuan dan
kemauan, dimensi interaksi, dan
Tangerang khususnya desa-desa
dimensi komunikasi.
yang berbasis usaha peternakan.
2. Untuk
menjamin
efektivitas
5. Agar
dalam
implementasi
implementasi kebijakan kemitraan
kebijakan
kemitraan
usaha peternakan agar Pemerintah
peternakan,
pemerintah, plasma
daerah
Tangerang
dan inti tidak saja melakukan
perubahan
pendekatan yang bersifat struktural-
Kabupaten
memfokuskan
pada
dan perbaikan pola hubungan
eksternal
Pemerintah, plasma dan inti yang
kesisteman,
saling
saling
pemasaran,
dll,
saling
melakukan
pendekatan
memerlukan,
memperkuat
dan
menguntungkan. 3. Pola
skill, tetapi
modal, juga secara
sebagaimana
mental, moralitas, motivasi, ikatan
atas
dapat
persaudaraan, ikatan kekeluargaan
Pemerintah-
dan lain-lain yang bersifat kultural.
di
terwujud
apabila
Plasma
dan
inti
kemampuan
manajemen,
kultural-internal seperti : sikap
hubungan
dimaksudkan
seperti
usaha
memiliki
dan
kemauan
DAFTAR KEPUSTAKAAN
berprestasi untuk bekerja sama dalam
meningkatkan
kualitas
kehidupan peternak ayam ras yang
secara
faktual
kualitas
kehidupannya masih jauh dari kehidupan yang layak. 4. Agar
Pemerintah
daerah
Kabupaten Tangerang bersamasama dengan pengusaha atau perusahaan memiliki
Peternakan komitmen
dan
tanggungjawab yang besar dalam penanggulangan pengangguran berbagai
desa
kemiskinan,
yang terjadi di
di
Kabupaten
A. BUKU-BUKU Abdul Adjid, Dudung. 1985. Pola Partisipasi Masyarakat Pedesaan: Dalam Pembangunan Pertanian Berencana. Bandung: Penerbit Orba Shakti. Abdul Wahab, Solichin. 1991. Analisis Kebijaksanaan dari Formula Ice Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara. -------. 2000. Ekonomi Politik Pembangunan. Malang: Danar Wijaya Press. Adi, Rukminto Isbandi. 2002. Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Albrow, Martin. 1996. Birokras., Terjemahan: M. Rusli Karim dan
Totok Daryanto. Yogyakarta: PT, Tiara Wacana. AiRasyid, Harun. 1994. dalam Teguh Kismantoroadji: Statistik Sosial, Program Pascasarjana. Bandung: Universitas Padjadjaran. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Bachruddin, Achmad. dan Harapan L. Tobing, 2003, Analisa Data untuk Penelitian Survei dengan Menggunakan Lisrel 8 Dilengkapi Contoh dan Kasus. Bandung: Jurusan Statistika, FMIPA Unpad. Black, A. James dan Dean J.Champion. 1992. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung: PT, Eresco. Bratakusumah, Dedy Supriady. 2003. Perencanaan Pembangunan Daerah: Strategi Menggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Bryan, Coralic. and White G. Louise. 1989. Management Pembangunan untuk Negara Berkembang. Terjemahan: Rusyanto.l. Jakarta: LP3S. Chambers, Robert. 1988. Pembangunan Desa: Mulai Dari Belakang, Judul Asli : Rural Development Putting the last first. Penerjemah: Pepep Sudrajat. Jakarta: LP3S. Chossudovsky, Michel. 1997. The Globalisation of Poverty: Impacts of IMF and World Bank Reform. London and New Jersey: Zed Books. Conover, W.J. 1980. Practical Non Parametrics Statistic. Canada: John Wiley & Sons, Inc. Creswell, John. W. 1994. Research Design: Qualitative &
Quantitative Approaches. Sage Publications, International Educational and Professional Publisher Thousand Oaks London New Delhi. Davis, Keith. and John W. Newstrootn. 1996. Perilaku dalam Organisasi jilid 1 dan 2, Diterjemahkan: Agus Dharma. Jakarta: Gelora Aksara Pratama. Desler, Gary. 1997. Manajemen Sumberdaya Manusia (Human Resources Management). Alih Bahasa: Benyamin Molan. Jakarta: Prenhallindo. Direktorat Budidaya, Ditjen B.P. Peternakan, Deptan. 2001. Pola Kemitraan Peternakan (Pedoman Umum Kemitraan Agribisnis Berbasis Peternakan). Jakarta. Direktorat Jenderal B.P. Peternakan, Deptan, 2006, Statistik Peternakan 2006), Jakarta. Dye, Thomas R. 1995. Understanding Public Policy, 8th ed. New Jersey: Prentice Hall Englewood Cliffs. Dunn, William N. 1988. Analisa Kebijakan Publik, Alih Bahasa : Muhadjir Darwis, Cetakan ketiga. Yogyakarta: PT. Hanindita Offset. Edwards III, GC. 1980. Implementing Public Policy, Washington DC: Congresssional Quarterely Press. Etzioni, A. 1964. Modern Organizations, Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hal Inc. Fukuyama, Francis. 2001. Kemenangan Kapitalisme dan Demokrasi Liberal. penerjemah: Mohammad Husein Amrullah Yogyakarta: Adipura.
Glassbumer, Bruce. dan Aditiawan Chandra. 1979. Teori dan Kebijaksanaan Ekonomi Makro. Jakarta: LP3ES. Grindle, Marlee S. 1984. Politics abd Policy Implementation the Third Wordls. New York: Princenton University. Hafsah, Mohammad Jafar. 2003. Kemitraan Usaha: Konsepsi dan Strategi: Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Hasbi. 2001. Rekayasa Sistem Kemitraan Usaha Pola Mini Agroindustri Kelapa Sawit. Disertasi IPB. Program Pascasarjana. Hasibuan, Malayu S.P. 1990. Ekonomi Pembangunan dan Perekonomian Indonesia. Bandung. Armico. Hoogerwerf, A. 1983. Ilmu Pemerintahan. Alih Bahasa: RL.L Tobing. Jakarta: Erlangga. Huntington, Samuel, P. 1996. Benturan Antar Peradaban, Judul Asli: The Clash of Civilizations and the Remarking of World Order. Penerjemah: M. Sadat Ismail, Jogyakarta, Qalam. Jones, Charles O. 1994. Pengantar Kebijakan Publik Penerjemah: Ricky I. Ed. I cetakan kedua. Jakarta: PT, Raja Grafindo Persada. Kartasasmita, Ginanjar. 1996. Pembangunan Untuk Rakyat. Jakarta: PT, Pustaka Cidesindo. -------, 1996b. Pemberdayaan Masyarakat: Konsep Pembangunan yang Berakar pada Masyarakat. Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Kast, F.E & Rosenzweig, J.E. 1974. Organization and Management A System Approach (2nd ed).
New York: McGraw-Hill Book Company. Kuncoro, Mudrajad. 1997. Ekonomi Pembangunan Teori, Masalah dan Kebijakan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Marthon, Said Sa'ad. 2004. Ekonomi Islam: Di Tengah Krisis Ekonomi Global : Panduan Bagi Mahasiswa, Praktisi, dan Pengamat yang Terlibat dalam Penerapan maupun Pelayanan Sistem Ekonomi Islam. Jakarta: Zikrul Hakim. Maulana, Agus. 2005. Model Pengembangan Agroindustri Arenas di Kabupaten Subang dengan Pendekatan Kemitraan Setara Petani-Pengusaha Industri Pengolahan. Tesis IPB, Sekolah Pascasarjana. Mubyarto. 1987. Politik Pertanian dan Pembangunan Pedesaan. Jakarta: Sinar Harapan. -------. 1994. Program IDT dan Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Aditya Media. -------. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES -------. 1996. Pembahasan Pembangunan Desa. Jakarta: Aditya Media. -------. 2000. Membangun sistem Ekonomi. Jogyakarta: BPFE UGM. Mueller, Daniel J. 1992. Mengukur Sikap Sosial: Pegangan untuk Peneliti dan Praktisi, Judul asli: Measuring Social Attitude: A Hand Book Research Practitioners. Penerjemah: Eddy Soewardi Kartawijaya. Mustopodidjaja, AR. 1994. Analisis Kebijaksanaan dan Perencanaan Pembangunan Nasional. Majalah
Manajemen Pembangunan,-------. Nomor. 8/II, Juli. -------. 1999. Format Bernegara Menuju Masyarakat Madani: Dalam Administrasi Negara, Demokrasi dan Masyarakat Madani. Miflah Thoha (penyunting). Lembaga Administrasi Negara. Narayan, Deepa. 1995. The Contribution Of People's Participation: Evidence From 121 Rural Water Supply Projects, Environmentally Sustainable Development Occasional, Paper Series No.1, Washington DC, The World Bank. Nawawi, Hadari. 2001. Perencanaan SDM untuk Organisasi Profit dan Kompetetif. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Nazir, Moh. 1983. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Ndraha, Taliziduhu. 1981a. Research: Teori, Metodologi. Administrasi Jilid 1 dan 2. Jakarta: PT, Bina Aksara. -------. 1981b. Partisipasi Masyarakat Desa dalam Pembangunan Desa. Jakarta: yayasan Dharma IIP. -------. 1987. Pembangunan Masyarakat : Mempersiapkan Masyarakat Tinggal Landas. Jakarta: Rineka Cipta. -------. 1999. Pengantar Teori Pengembangan Sumberdaya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta. -------. 2001a. Teori Budaya Organisasi. BKU-IIP. Jakarta: Kerjasama IIP-Unpad. -------. 2001b. Ilmu Pemerintahan. I-V, BKUIIP. Jakarta: Kerjasama IIPUnpad.
2003. Kybernology (Ilmu Pemerintahan Baru). Jilid 1 dan 2. Jakarta: Rineka Cipta. -------. 2005. Kybernologi: Sebuah Rekonstruksi Ilmu Pemerintahan. Jakarta: Rineka Cipta. Nisjar Karhi & J. Winardi. 1997. Teori Sistem dan Pendekatan Sistem dalam Bidang Manajemen. Bandung: Mandar Maju. Novian. 2006. Strategi Pengembangan Peternakan Ayam Ras Pedaging dengan Meningkatkan Pendapatan Peternak Melalui Kemitraan di Kota Pekanbaru. Tesis IPB. Sekolah Pascasarjana. Poloma, Margaret M. 2000. Sosiologi Kontemporer. Penerjemah: Yasogama. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Purnaningsih, Ninuk. 2006. Adopsi Inovasi Pola Kemitraan Agribisnis Sayuran di Provinsi Jawa Barat. Disertasi IPB. Sekolah Pasca Sarjana. Rasyid, M. Ryaas. 2002. Penjaga Hati Nurani Pemerintahan. Jakarta: Puskap Masyarakat Ilmu Pemerintahan. -------. 2003. Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan. Jakarta: Pusat Pengkajian Etika Politik dan Pemerintahan. Robbins, Stephen. P. 2001. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontrerversi dan Aplikasi. Alih Bahasa: Dr. Hadyana Pujaatmaka. Jakarta: PT, Prenhalindo. Rudestam, Kjell Erik. dan Rae R. Newton. 1992. Kiat Mempertahankan Tesis dan Disertasi: Petunjuk Lengkap Tentang Isi dan Proses. Alih Bahasa: Drs Hartono, M.Pd.
Yogyakarta: Garas Communication. Saefullah, A. Djadja. 1997. Tinjauan Pustaka dan Penggunaan Informasi Kepustakaan dalam Penulisan. Tesis dan Disertasi. Bandung: Universitas Padjadjaran. -------. 2002. Sumber Daya Manusia dan Pembangunan dalam Otonomi Daerah. Makalah: disampaikan dalam seminar Kebudayaan Indonesia Malaysia di Kualalumpur 7-11 Oktober 2002. Salusu, J. 1996. Pengambilan Keputusan Strategik: Untuk Organisasi Publik dan Organisasi NonProfit Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Sampara, Lukman. 1998. Pelayanan Prima. Jakarta: Institut Ilmu Pemerintahan. Sanusi, Bachrawi. 2001. Pengantar Perencanaan Pembangunan. Jakarta: FE Universitas Indonesia. Saptana dan Sri Hastuti Suhartini (red). 1995. Agribisnis Ayam Petelur dan Pedaging melalui Pola Kemitraan di Provinsi Jawa Barat dan Lampung. Jakarta: Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Departemen Pertanian. Saragih, Bungaran. 2000. Agribisnis Berbasis Peternakan. Bogor: Pustaka Wirausaha Muda. Sarwanto, Catur. 2004. Kemitraan, Produksi dan Pendapatan Peternak Rakyat Ayam Ras Pedaging (Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar dan Sukoharjo). Tesis IPB, Sekolah Pascasarjana. Scanlan, Burt.K. and Roger M. Atherton, Jr. 2002. Partisipasi dan
Penggunaan Wewenang dengan Efektif. A. Dale Timpe, Seri Manajemen Sumberdaya Manusia, Alih Bahasa: Susanto Boedidharmo. Jakarta: PT, Gramedia. Scumacher, E.F. 1979. Kecil itu Indah Ilmu Ekonomi yang mementingkan rakyat kecil. Terjemahan. Jakarta: Penerbit LP3S. Sedarmayanti. 1999. Good Governance (Kepemerintahan yang Baik): Dalam rangka Otonomi Daerah, Upaya Membangun Organisasi Efektif dan Efisien Melalui Restrukturisasi dan Pemberdayaan. Bandung: CV Mandar Maju. -------. 2000. Restrukturisasi dan Pemberdayaan Organisasi untuk Menghadapi Dinamika Perubahan Lingkungan: Ditinjau dari Beberapa Aspek Esensial dan Aktual. Bandung: CV Mandar Maju. Sihombing, Umberto. 2000. Pendidikan Luar Sekolah: Konsep, Kiat dan Pelaksanaan. Jakarta: PD Mahkota. Singarimbun, Masri. dan Sofyan Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3S. Sinamo, Jansen. H. dan Agus Santosa. 2002. Pemimpin Kredibel, Pemimpin Visioner. Jakarta: Institut Darma Mahardika. Simamora, Henry. 1995. Manajemen Sumberdaya Manusia. Yogyakarta: STIE YKPN. Soewardi, Herman. 1999. Roda Berputar Dunia Bergulir: Kognisi Baru Tentang Timbul Tenggelamnya Sivilisasi. Bandung: Bakti Mandiri. -------. 2002. Kognisi - Karsa Nalar: Dasar-dasar untuk
Kebangkitan Islam dalam Milenium Ketiga. Bandung: Bakti Mandiri. -------. 2004. Respons Masyarakat Desa terhadap Modernisasi Produksi Pertanian Terutama Padi: Suatu Kasus yang Terjadi di Jawa Barat. Bandung: Bakti Mandiri. -------. 2004. Nasib Sektor Pertanian Sebagai Tumpuan Pembangunan. Bandung: Bakti Mandiri. Steers, Richard M. 1985. Efektivitas Organisasi (Kaidah Perilaku). Penerjemah: Drs Magdalena Jamin. Jakarta: Erlangga. Suparta, Nyoman. 2001. Perilaku Agribisnis dan Kebutuhan Penyuluhan Peternak Ayam Ras Pedaging. Jakarta: Pusat Penelitian Sosial Departemen Pertanian. -------. 2003. Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan. Jakarta: Pusat Pengkajian Etika Politik dan Pemerintahan. Supriatna, Tjahya. 1997. Birokrasi: Pemberdayaan dan Pengentasan Kemiskinan. Bandung: Humaniora Utama Press. Teguh Kismantoriadji. 2003. Kajian Pemberdayaan Petani Sayuran Melalui Kemitraan. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran. Todaro, Michael.P. 1983. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga Alih Bahasa: Aminuddin dan Drs. Mursyid. Jakarta: Ghalia Indonesia. Wahab, Solihin Badul. 1997. Analisis Kebijakan. Jakarta: Bumi Aksara. Weissglass, J. 1990. Constructivist Listening for Empowerment
and Change. The Educational Forum 54 no. 4 Widjadja, H.A.W. 2001. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Jakarta: PT, Raja Grafindo Persada. Widodo, Djoko. 2001. Good Governance: Telaah dari Dimensi Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi pada Era Desentralisasi dan Otonomi Daerah. Surabaya: Insan Cendekia Winardi, J. 2001. Motivasi & Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta: PT, Rajagrafindo Persada Withmore, John. 1997. Coaching Performance: Seni Mengarahkan untuk Mendongkrak Kinerja. Alih Bahasa: Poernomo, Dwi Helly. Jakarta: Gramedia Pustaka Jakarta. B. SUMBER-SUMBER LAIN : Makmur, Syarif. 2006. Disertasi: Pengaruh Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Pemerintahan Desa terhadap Efektivitas Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Sulawesi Tengah. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran. Rahadian, A.H. 2005. Artikel Disertasi : Pengaruh Komunikasi, Sumberdaya, Disposisi dan Struktur Birokrasi Terhadap Kemandirian Kelompok Tani (Studi Implementasi Kebijakan penyuluhan Pertanian di Kabupaten Subang, Jawa Barat). Bandung: Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran. Yul NZ, Nasfirman. 2005. Artikel Disertasi : Pengaruh komunikasi, Sumberdaya,
Disposisi, dan Struktur Birokrasi Terhadap Implementasi Kebijakan Pemberasan Dampaknya Terhadap Pendapatan Petani (Studi Tentang Implementasi Inpres No. 9 Tahun 2002 Tentang Perberasan di Kabupaten Cianjur, Subang dan Indramayu). Bandung: Pascasarjana Universitas Padjadjaran. Wisadirana, Darsono. 2006. Penguatan Sosiokultural Sebagai Modal Sosial untuk Mendukung Pembangunan Peternakan Berkelanjutan. Pidato pengukuhan Jabatan Guru Besar Dalam Bidang Sosiologi Pada Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang.