SISTEM KLASTER DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) SIAP MENGAHADAPI TANTANGAN ASEAN FREE TRADE ASSOCIATION DAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN TAHUN 2015 Abdul Haris1
[email protected] 1 Pengajar Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Cirebon* ABSTRACK The development of management theory developed very rapidly. early management pioneers was Robert Owen (1771-1858) and Charles Babbage (1792-1871), and continues to evolve with various schools and scientists in the field of view of the management of the flow of scientific management , classical to modern management. Therefore, the discussion and understanding of the management of the target, need to know first the development of theories and principles that will provide a " foundation " for a strong understanding of further developments. Cluster system approach in the development and empowerment of Micro, Small and Medium evoluasi included in management theory with the execution of change and innovation in management systems. Cluster system approach is assessed according to applied in the face of challenges to the adoption of the Asean Free Trade Association and the Asean Economic Community in 2015. Is Indonesia ready? Best answer is TO BE READY . Micro, Small and Medium Enterprises has advantages and important role in the Indonesian economy. Evident during the financial crisis of 1997-1998 at least affected compared to the corporate level. The role of the Government to continue to develop and empower the Micro, Small and Medium Enterprises is essential in order to compete in the era of globalization. Cluster system is an agglomeration economy, involving businesses from upstream to downstream, create collaboration, synergy, not the gap and social inequality, growing together to overcome some obstacles, particularly in the areas of production, marketing and capital. Key Word: Cluster, Micro Small and Medium Enterprises, the Asian Free Trade Association
1
1.
Pendahuluan
Evolusi teori manajemen mengalami perkembangan yang sangat pesat sejak awal adanya pelopor manajemen seperti Robert Owen (1771–1858) dan Charles Babbage (1792–1871), teori manajemen terus berkembang dengan berbagai aliran dan pandangan para ilmuwan dibidang manajemen. antara lain : Aliran Manajemen Ilmiah : Frederick W.Taylor (1856 – 1915), Henry L.Gant (1861 – 1919), Frank & Lilian Gilberth (1868-1924 & 1878-1972), Aliran Teori Organisasi Kalsik : Henry Fayol (1841-1925), Max Weber (18641920), Mary Parker Follett (1868-1933), Chester I. Barnard (1886-1861), Aaliran Tingkah Laku atau Hubungan Manusia, Elton Mayo (1880 -1949), Ilmu Manajemen Modern, Abraham Maslow (1940), Robert McNamara (1960), Pendekatan Sistem, dan Pendekatan Kontingensi Dari evolusi teori manajemen tersebut kita dapat belajar dari sejarah teori manajemen, karena mereka juga pasti belum merasa sempurna sehingga para ahli dibidang manajemen saling melengkapi kekurangan dan kelemahan dengan berbagai pandangan dalam teori manajemen, dan semua itu dalam usaha untuk mengendalikan suatu organisasi. Oleh karena itu dalam perkembangan teori manajemen perlu pembahasan dan pemahaman tentang manajemen itu sendiri bagaimana teori-teori nya yang akan menjadi landasan bagi pemahaman perkembangan teori manajemen selanjutnya. Semua aliran dan pandangan dalam teori manajemen tentunya merupakan hasil riset para ahli dibidang manajemen dalam upaya bagaimana suatu organisasi harus berjalan dengan baik. Mary Parker Follent pemikir manajemen mazhab perilaku menegaskan bahwa manajemen adalah “the art of getting things done through people” yaitu seni menyelesaikan suatu pekerjaan melalui orang lain (Daft dan Marcic, 2007), sehingga tugas penting seorang manajer adalah menetapkan arah tujuan perusahaan, memberikan kepemimpinan untuk mencapai tujuan tersebut serta membuat keputusan mengenai bagaimana menggunakan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan (Peter Drucker, 1974). Manajer harus bisa mengelola suatu organisasi, dengan fungsi-fungsi manajemenya. Koontz (Koontz dan Weihrich,1993) berpendapat bahwa fungsi manajemen dikelompokkan ke dalam 5 (lima) fungsi yaitu perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing), pengisian staf (staffing), memimpin (leading), pengendalian (Controlling). Keahlian seorang manajer (managerial skill) yang dimiliki sangatlah penting untuk mengelola sumer daya organisasi baik sumber daya berwujud (tangible resources) yang mencakup segala jenis sumber daya yang dapat dilihat bentuk fisiknya seperti tanah, bangunan, pabrik, peralatan, mesin, persediaan dan uang, maupun sumber daya tidak berwujud (intangible resources) yaitu berbagai sumber daya non fisik yang diciptakan perusahaan atau organisasi dan para pegawainya seperti nama merek (brand name), pengetahuan, reputasi perusahaan, pengalaman sumber daya manusia perusahaan, kekayaan intelektual perusahaan yang diwujudkan dalam bentuk paten, hak cipta dan merek dagang (trade mak). Manajemen dibutuhkan pada berbagai tingkatan manajemen yang pada umumnya dalam suatu perusahaan terbagi dalam tiga tingkatan yaitu manajemen puncak (top management), seperti presiden direktur, direktur eksekutif atau chief executive officer (CEO), kemudian manajemen menengah (middle management), seperti manajer keuangan, manajer produksi, manajer pemasaran, manajer proyek, dan manajemen lini pertama (first line management) merupakan jenjang pertama yang memimpin pegawai non manajerial dan berada dibawah pengendalian manajemen menengah seperti supervisor produksi, supervisor pemasaran, supervisor penjualan. Manajer didalam mengelola berbagai sumber daya organisasi atau perusahaan tujuan utamanya mencapai hasil akhir yakni agar perusahaan memperoleh keunggulan bersaing (competitive advantage). Perusahaan dikatakan memiliki keunggulan bersaing dibanding perusahaan lainnya, bila perusahaan memiliki profitabilitas (profitability) yang lebih besar dibanding rata-rata profitabilitas pesaing dalam suatu industri. Sedangkan perusahaan dikatakan memiliki keunggulan bersaing yang berkelanjutan (sustainable competitive advantage) bila perusahaan 2
mampu mempertahankan profitabilitasnya diatas profitabilita rata-rata industri selama bertahun-tahun (Potter, 1998). Keunggulan bersaing perusahaan bersumber dari dua hal, yaitu kepemimpinan biaya (cost leadership) dimana perusahaan berada pada situasi apabila perusahaan memiliki biaya paling rendah untuk menghasilkan dan memasarkan barang atau jasa dibanding perusahaan yang lain pada industri yang sama (Potter, 1998: 12). Sumber keunggulan biaya berasal dari sakala ekonomi (economic of scale) pengguna teknologi yang produktif, memiliki akses yang sangat bagus tehadap bahan baku, dan keunggulan bersaing berasal dari diferesiasi (differentiation) dimana pada saat perusahaan memilih strategi diferensiasi untuk memperoleh keunggulan bersaing, maka perusahaan akan berusaha untuk mengembangkan atribut (ciri-ciri khusus) produk yang dianggap bernilai oleh pelanggan sehingga produk perusahaan memiliki posisi khusus dibenak konsumen. Beberapa aliran dan pandangan dalam teori manajemen yang dibahas terkait dengan judul dan tema jurnal ini adalah teori-teori manajemen yang dianggap sesuai untuk mempersiapkan bagaimana pemerintah Indonesia harus secara konsisten mengembangkan dan memberdayakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk menghadapi era globalisasi terutama ditingkat negara-negara Asean dengan akan diberlakukannya Asean Free Trade Association (AFTA) dan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), karena UMKM memiliki peran penting dan cukup signifikan dalam mendukung perekonomian Indonesia. UMKM dalam menghadapi tantangan AFTA dan MEA tahun 2015 harus memiliki keunggulan bersaing (competitive advantage) pada semua tingkatan manajemen sehingga tercipta kualitas manajemen yang bisa diharapkan, dengan manajemen yang berkualitas akan menghasilkan suatu produk atau jasa yang berkualitas sesuai harapan konsumen dan dapat bersaing dengan produk-produk impor khususnya dari negara-negara Asean. Salah satu upaya untuk mengembangkan dan memberdayakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) adalah dengan pendekatan sistem Klaster (cluster). Klaster merupakan suatu pengembangan dalam sistem manajemen, dimana dari usahausaha perseorangan yang memiliki usaha sejenis dalam satu kawasan dibentuk suatu
kelompok atau yang lebih populer dinamakan klaster, sehingga tercipta kolaborasi, sinergitas, persatuan yang akan menjadi kekuatan. Seperti halnya AFTA dan MEA pun merupakan suatu klaster dalam satu benua atau dunia. Konsep klaster (cluster) pertama kali dienalkan oleh Porter (1990) dengan memperkenalkan konsep klaster industri (industry claster) dalam bukunya “The Competitive Advanted of Nation” sebagai kebijakan untuk meningkatkan daya saing negara Amerika Serikat. Definisi klaster menurut Porter adalah sebagai kelompok perusahaan yang saling berhubungan, berdekatan secara geografis dengan institusiinstitusi terkait dalam suatu bidang khusus karena kebersamaan dan saling melengkapi. Definisi lain dari klaster adalah sebagai kumpulan perusahaan-perusahaan secara sektoral dan spesial yang didominasi oleh satu sektor saja (Schmitz dan Nadvi, 1999). Klaster adalah kelompok usaha industri yang saling terkait dan klaster mempunyai dua elemen kunci yaitu: (1) perusahaan dalam klaster harus saling berhubungan dan (2) berlokasi disuatu tempat yang saling berdekatan yang mudah dikenali sebagai suatu kawasan industri (Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal, Bappenas). Klaster (cluster) mempunyai pengertian harfiah sebagai kumpulan, kelompok, himpunan, atau gabungan obyek tertentu yang memiliki keserupaan atau atas dasar karakteristik tertentu. Dalam konteks ekonomi/bisnis, “klaster industri” (industrial cluster). Pengetian klaster menurut beberapa pendapat, antara lain : “Kelompok industri dengan focal/core industry yang saling berhubungan secara intensif dan membentuk partnership, baik dengan supporting industry maupunrelated industry (Deperindag, 2000)” “Konsentrasi geografis dari perusahaan dan industri yang saling berkompetisi, komplementer, atau saling terkait, yang melakukan bisnis satu dengan lainnyadan/atau memiliki kebutuhan serupa akan kemampuan, teknologi daninfrastruktur (Munnich Jr., et al. 1999). “Merupakan jaringan produksi dari perusahaan perusahaan yang saling bergantungan secara erat (termasuk pemasok yang terspesialisasi), agen penghasil pengetahuan (perguruan tinggi, lembaga riset, 3
perusahaan rekayasa, lembaga perantara/bridging institution (broker, konsultan) dan pelanggan, yang terkait satudengan lainnya dalam suatu rantai produksi peningkatan nilai tambah (Roelandtdan den Hertog, 1998)” Menurut Lyon dan Atherton (2000) terdapat tiga hal mendasar yang dicirikan oleh klaster industri, terlepas dari perbedaan struktur, ukuran ataupun sektornya, yaitu: 1. Komonalitas/ Keserupaan/Kebersamaan/Kesatuan (Commonality) yaitu bahwa bisnisbisnis beroperasi dalam bidang- bidang “serup a” atau terkait satu dengan lainnya dengan fokus pasar bersama atau suatu rentang aktivitas bersama. 2. Konsentrasi (Concentration) yaitu bahwa terdapat pengelompokan bisnis- bisnis yang dapat dan benarbenar melakukan interaksi. 3. Konektivitas (Connectivity) yaitu bahwa terdapat organisasi yang saling terkait/ bergantung (interconnected / linked/ interdependent organizations) dengan beragam jenis hubungan yang berbeda. Dari beberapa pengertian, definisi, pandangan tentang klaster, bahwa klaster memiliki kekuatan, karena terbentuk kelompok perusahaan yang saling berhubungan, berdekatan secara geografis dengan institusi-institusi terkait dalam suatu bidang khusus karena kebersamaan dan saling melengkapi, memiliki sifat kebersamaan, kesatuan, terdapat pengelompokan bisnisbisnis dan saling terkait, sehingga sangatlah tepat pendekatan sistem klaster diterapkan, diaplikasikan pada program pengembangan dan pemberdayaan UMKM. Dalam pengembangan dan pemberdayaan UMKM erat hubungannya dengan suatu perubahan, perbaikan, kualiatas dari sistem manajemen baik dalam UMKM sistem klaster itu sendiri maupun untuk semua manajemen yang terkait dengan pengembangan UMKM. Untuk itu dipandang perlu membahas beberapa teori dalam perkembangan teori manajemen. Pandangan manajemen hubungan manusia dalam teori perilaku organisasi, Total Quality Management (TQM) dan manajemen inovasi dan perubahan, merupakan bagian dari
suatu evolusi dalam teori manajemen yang dirasa perlu untuk dibahas terkait dengan berbagai isu kontemporer dalam perkembangan ilmu manajemen, antara lain : • Pengurangan tenaga kerja (Downsizing) • Keanekaragaman (Diversity management) • Tehnologi Informasi (Information Technology) • Globalisasi (Globalization) • Etika dan Tanggungjawab Sosial (Ethics and Social Responsibility) • Manajemen Kualitas (Managing for Quality) • Service Economy Perilaku Organisasi (Organization Behavior) adalah pengembangan dari aliran hubungan manusiawi. Perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang menginvestigasi dampak perilaku dari individu, kelompok dan struktur dalam organisasi, dengan maksud menerapkan pengetahuan untuk memperbaiki efektivitas organisasi (Robbin dan Judge, 2011:43). Pentingnya mempelajari perilaku karena berkaitan dengan kinerja sumberdaya manusia (Stuart-Kotze, 2006:13). Kinerja sumberdaya manusia akan dapat meningkat apabila perilakunya sesuai dengan tuntutan pekerjaan. James L. Gibson, John. M. Ivancevich, James. H. Donelly Jr. (1986) menyebutkan bahwa yang dimaksud perilaku organisasi adalah studi tentang perilaku manusia, sikapnya dan hasil karyanya dalam lingkungan keorganisasian. Senada dengan pendapat diatas yaitu menurut Robbin (2001) bahwa perilaku organisasi adalah suatu bidang studi yang menyelidiki dampak perorangan, kelompok dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan maksud menerapkan pengetahuan semacam itu untuk memperbaiki keefektifan organisasi. Dengan beberapa pendapat diatas, bahwa perilaku organisasi mempelajari tentang apa yang dilakukan orang-orang dalam suatu organisasi dan bagaimana perilaku (individu/kelompok) mempengaruhi kinerja suatu organisasi. Dalam kaitan ini maka ruang lingkup perilaku organisasi berkenaan dengan perilaku individu/perorangan, perilaku kelompok dan struktur organisasi yaitu perilaku individu dan perilaku kelompok mempengaruhi organisasi dan sebaliknya organisasi mempengaruhi perilaku individu 4
dan perilaku kelompok. Sehingga bahan kajian dalam perilaku organisasi meliputi sikap dan persepsi manusia, dalam hal ini sikap pegawai/karyawan terhadap pekerjaannya, terhadap rekan sekerja, pimpinanya dan sebagainya, serta perilakunya dalam konflik, kerjasama, komunuikasi, motivasi dan lainlain. Teori perilaku organisasi dikembangkan dengan memusatkan pusat perhatiannya yaitu pada perilaku individuindividu yang ada atau yang bekerja dalam suatu organisasi.. Sehingga kerangka dasar bidang pengetahuan ini didukung paling sedikit oleh dua komponen, yakni individuindividu yang berperilaku dan organisasi formal sebagai wadah dari perilaku individu tersebut. Penempatan manusia sebagai salah satu unsur yang paling penting dalam organisasi adalah orientasi dasar dari teori perilaku organisasi. Perkembangan ilmu perilaku manusia dalam organisasi ini menurut sejarahnya telah dimulai sejak awal perkembangan gerakan manajemen ilmiah bahkan jauh sebelum itupun dapat dikenali sebagai langkah awal dari pengembangan ilmu ini. Konsep birokrasi Weber, penemuan administrasi Fayol dan gerakan manajemen ilmiah dari Taylor memberikan sumbangan yang tidak ternilai dari sejarah awal perkembangan bidang pengkajian perilaku manusia dalam organisasi ini. Demikian juga penelitian tim Mayo berikut penemuanpenemuan dari Hawthorne benar-benar mengarahkan perkembangan ilmu baru peilaku ini. Teori perilaku organisasi menitik beratkan pada persoalan kualitas sumberdaya manusia yang terlibat didalam suatu organisasi. Dengan kualitas sumber daya manusia yang baik akan tercipta suatu sistem manajemen yang baik, sehingga tujuan akan tercapai dengan baik juga, apalagi dalam hubungannya dengan era globalisasi yang akan berhubungan dengan berbagai macam budaya (muli culture). Total Quality Management (TQM) sejak tahun 1980 diawali dari suatu sistem manajemen kontemporer di Amerika Serikat disebut Total Quality Manajement (TQM) dengan tokohnya Edward Deming. Di lingkungan Angkatan Laut Amerika Serikat disebut Total Quality Leadership (TQL), sedangkan di Jepang disebut Total Quality Control (TQC) dan di Singapura disebut Total Quality Process (TQP). Di Indonesia
berkembang tahun 1985 hingga sekarang. Total Quality Management (TQM) merupakan peningkatan secara terus menerus yang dilakukan oleh setiap orang dalam organisasi untuk memahami, memenuhi bahkan melebihi harapan pelanggan . TQM adalah penerapan metode kuantitatif dan pengetahuan kemanusiaan untuk memperbaiki material dan jasa yang menjadi masukan organisasi, memperbaiki semua proses penting dalam organisasi, dan memperbaiki upaya guna memenuhi kebutuhan para pemakai produk dan jasa pada masa kini dan diwaktu yang akan datang (Soewarso Hardjosaedarmo, 1996:2). Manajemen inovasi dan perubahan akan terus mengalami perubahan, para manajer dan pembuat keputusan (decision maker) harus memahami dan memperhatikan kemana arah perubahan karena untuk menjaga perusahaan tetap survive. Saat ini diera globalisasi perubahan dan inovasi terjadi didunia bisnis dan disemua sektor begitu cepat. Ketidak pastian akan semakin besar kemungkinanya dengan semakin sulitnya memprediksi masa depan dalam kehidupan berorganisasi dan dalam dunia bisnis. Dengan kondisi seperti itu suatu organisasi harus mampu mengnalisis faktor-faktor yang mengakibatkan perubahan organisasi. Pemicu Perubahan dari Lingkungan Perusahaan : a. Pasar yang dilayani perusahaan b. Pemasok c. Lembaga Pemerintah dan Parlemen d. Asosiasi niaga e. Pesaing f. Lembaga keuangan. g. Perkembangan e-commerce dan internet h. Pemasok tenaga kerja i. Tingkat pengangguran j. Kondisi perkonomian k. Kemajuan teknologi dan system komputer. Lingkungan sebuah perusahaan juga mencakup factor-faktor pengaruh yang lebih luas lagi seperti : : a. Globalisasi. b. Reformasi politik c. Serikat pekerja d. Perubahan status perusahaan dari milik negara menjadi swasta atau sebaliknya e. Perubahan demografis dan struktur keluarga 5
Champy dan Nohria dari AS menyebutkan 3 pemicu utama yang menggerakkan perubahan: 1. Tehnologi : Khususnya TI, yang menstranformasi bisnis yang sedemikian dramatis 2. Pemerintah : Peninjauan ulang dalam bisnis, hampir semua pemerintah di seluruh dunia menggerakkan deregulasi, privatisasi dan perdagangan bebas. 3. Globalisasi : Banyak perusahaan di seluruh dunia bersaing men-deliver layanan yang sama, di mana saja, kapan saja dengan harga yang kompentitif pada organisasi dan perusahaan agar mampu menata diri dengan cara radikal. Menurut Champy dan Nohria, organisasi bisnis bertransformasi ke bentuk baru berkat persaingan global, terobosan teknologi, menunjukkan ciri – ciri sebagai berikut : 1. Berbasis informasi. 2. Makin terdesentralisir, makin terjalin lewat teknologi 3. Cepat beradaptasi dan sangat lincah 4. Kreatif dan kolaboratif dengan struktur berbasis tim. 5. Stafnya lebih banyak diwarnai pekerja pakar. 6. Swakendali, prinsip kerja dan kepercayaan nyata. Menurut French dan Bell : Pengembangan Organisasi (PO) merupakan strategi perbaikan organisasi. Perkembangan Organisasi telah menjelma menjadi kerangka terpadu teori dan praktek serta mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Dewasa ini para manajer menghadapi tekanan dan peluang yang makin kompleks sekaligus menantang, mereka harus efisien menggunakan semua sumber daya dan pada saat yang bersamaan harus harus menemukan cara – cara efektif untuk jangka panjang, efektifitas membutuhkan kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang berubah – ubah. Sengitnya persaingan, privatisasi dan deregulasi di berbagai sektor bisnis dan industri, telah mendorong perusahaan untuk mengembangkan para karyawan, kesadaran komersial dan kepedulian pada mutu. Manajer sekarang lebih peduli pada nilai uang, pengembangan, peluncuran dan pemasaran produk, layanan baru, fleksibelitas desain, manufaktur atau jasa serta pada isu-isu yang sulut dirumuskan.
Tujuan dari penulisan jurnal artikel ini sesuai dengan tema dan judul, yaitu untuk memberikan sumbangsih pemikiran dengan metode pendekatan secara teoritis terkait dengan isu kontemporer globalisasi dengan akan diberlakukanya Asean Free Trade Association (AFTA) dan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada tahun 2015. Apakah dalam program pengembangan dan pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dengan pendekatan sistem kalster (cluster) merupakan suatu evolusi dalam teori manajemen yang sesuai untuk membentuk suatu kekuatan (power) bagi UMKM dalam upaya menghadapi tantangan persaingan di bisnis global dengan akan diberlakukanya AFTA dan MEA di tahun 2015 mendatang. 2.
Landasan Teori Asean Free Trade Association (AFTA) adalah globalisasi pasar bebas negara-negara dikawasan Asean. Globalisasi dan pasar bebas ini, pemerintah Indonesia telah menyepakati untuk memulai ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada tahun 2015. Pada 28 Januari 1992, tepatnya dalam KTT ASEAN lahirlah kesepakatan di antara negara-negara ASEAN khususnya Indonesia, Malaysia, Brunei Darusalam, Filipina, dan Singapura agar diberlakukannya pasar bebas di antara negaranegara anggota. Kesepakatan ke-6 negara ASEAN ini otomatis perlahan-lahan berlaku juga bagi anggota yang baru masuk belakangan seperti Vietnam (1995), Laos dan Myanmar (1997), serta Kamboja (1999). Indonesia harus menghadapi era perdangan bebas tingkat Asia. Siapa pun dari mana pun bisa hilir mudik ke Indonesia dan dari Indonesia ke negara-negara Asia untuk berjualan/membeli. Ini merupakan tantangan sekaligus peluang. Bagaimana tidak? AFTA memungkinkan mobilitas manusia makin tinggi. Keterbukaan pintu negara bagi para pendatang dari Asia mau tidak mau akan bersentuhan langsung dengan para pelaku usaha sejak dari bandara, pelabuhan, di perjalanan, penginapan, pasar, pertokoan.dan sentra-sentra perdagangan lainnya. Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 hanyalah salah satu pilar dari 10 visi mewujudkan ASEAN Community. Kesepuluh pilar visi ASEAN Community tersebut adalah outward looking, economic integration, harmonious environment, prosperity, caring societies, common regional identity, living in 6
peace, stability, democratic, dan shared cultural heritage (Kementerian Luar Negeri, 2014). Dengan terintegrasinya kawasan ASEAN kawasa ini akan mampu menghadapi tantangan dan intervensi dari luar, baik secara ekonomi maupun militer. Hanya setiap negara dalam mempersiapkan diri, tergantung karakteristik, ukuran ekonomi, dan permasalahan yang dihadapi setiap negara turut memengaruhi kecepatan setiap negara dalam menghadapi MEA tahun 2015. Tahun 2015 yang tinggal beberapa bulan lagi Indonesia menghadapi tantangan terutamma dalam persaingan bisnis global dengan akan diberlakukanya perdagangan bebas negara-negara Asean atau yang populer disingkat AFTA dan Masyarakat Ekonomi Asean atau yang populer disingkat MEA. Indonesia harus mempersiapkan diri disemua sektor atau bidang dengan memperbaiki dan melakukan perubahan dalam sistem manajemen nya. Salah satu kekuatan Indonesia dalam menghadapi globalisasi perdagangan bebas adalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), karena UMKM memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia dengan jumlah kurang lebih 50 juta unit UMKM dengan berbagai jenis dan skala usaha, dengan jumlah tersebut menjadi sumber potensial yang sangat prospektif untuk membantu mendorong pertumbuhan prekonomian Indonesia. Pengembangan dan pemberdayaan UMKM harus terus secara konsisten dilakukan dengan regulasi dan kebijakan serta berbagai pendekatan dengan tujuan untuk mengatasi hambatan yang menjadi kendala selama ini dalam pengembangan UMKM. Pengembangan dan pemberdayaan UMKM yang sedang dikembangkan adalah dengan sitem klaster (cluster). Penelitianpenelitian dengan objek UMKM yang dikembangkan dengan pendekatan sistem klaster telah dilakukan oleh beberapa institusi, lembaga, atau kalangan akademik. Bank Indonesia (BI) melakukan penelitian untuk mengkaji pola pembiayaan terhadap klaster yang ada (best practices). Pada penelitian ini, klaster yang dipilih adalah klaster yang berkembang di Jawa Tengah. Propinsi Jawa Tengah menjadi lokasi peneltian karena pemerintah daerahnya sudah merintis pengembangan klaster di 23 wilayah. Sedangkan jenis klaster yang menjadi lokasi penelitian adalah klaster handycraft-mebel
kayu di Kabupaten Blora, klaster batik lasem di Kabupaten Rembang, Klaster tenun troso di Kabupaten Jepara, Klaster pertanian organik di Kabupaten Semarang, Klaster hortikultura (jambu air) di Kabupaten Demak dan Klaster Pertanian Terpadu di Kabupaten Klaten. Dari hasil kunjungan lapangan secara umum dapat dikemukakan bahwa pengembangan klaster di Jawa Tengah masih pada tahap awal pengembangan. Hal ini dapat diindikasikan oleh BI karena baru dimulainya proses penumbuhan kebersamaan dalam klaster. Penelitian lain pengembangan dengan sistem klaster oleh Bappenas, dan kalangan akademisi dari beberapa perguruan tinggi di Bandung yang mayoritas penelitian pada klaster-klaster industri kecil untuk meningkatkan daya saing. Pendekatan dengan sistem klaster dalam pengembangan dan pemberdayaan UMKM adalah suatu pengembangan dalam sistem manajemen. AFTA dan MEA pun merupakan klaster dalam satu benua atau dunia, jelas merupakan kesepakatan negaranegara Asean untuk membetuk kerjasama yang saling menguntungkan. Dalam menghadapi tantangan diberlakukanya AFTA dan MEA pendekatan sistem klaster dalam pengembangan dan pemberdayaan UMKM sangat tepat, karena didalam klaster itu sendiri memerlukan perbaikan, perubahan dalam sistem manajemen nya, seperti perilaku hubungan manusia baik individu, kelompok maupun organisasinya, pendekatan kepada manajemen yang menggunakan Teknik Kuantitative secara ketat untuk memaksimalkan penggunaan sumber daya organisasi : Quantitative management—menggunakan linear programming, modeling, simulation systems. Operations management—Teknik-teknik untuk menganalisis seluruh aspek dari sistem produksi. Total Quality Management (TQM)— fokus kepada perbaikan kualitas di dalam seluruh organisasi. Management Informatio n Systems (MIS)—menyediakan seluruh informasi tentang organisasi. Aplikasi atau penerapan dari suatu teori akan menyempurnakan teori itu sendiri, mengetahui kekuatan dan kelemahan nya, agar terus berkembang, begitupun dengan teori manajemen yang hingga kini 7
perkembangannya begitu cepat dengan berbagai pandangan, mazhab atau aliran tentang teori manajemen yang akan menjadi landasan dalam perkembangan teori selanjutnya. Perlunya membahas beberapa teori manajemen dalam program pengembangan UMKM saat ini dengan pendekatan sistem klaster, karena UMKM akan menjadi kekuatan yang sangat potensial dan prospektif dalam menghadapi era globalisasi bisnis, ada kesempatan atau (opportunity) untuk mendapatkan peluang bisnis diberbagai bidang. Pembentukan klaster-klaster bisnis yang tergabung dalam UMKM di Indonesia akan menjadi suatu kekuatan (power) untuk menghadapi tantangan dan persaingan bisnis terrutama yang datangnya dari luar negeri. Dalam klaster terdiri dari berbagai budaya dan karakter individu, kelompok dan organisasi, UMKM saat dilakukan penggabungan akan menjadi besar namun tetap dalam konteksn nya yaitu terdiri dari UMKM. UMKM harus siap menghadapi tantangan AFTA dan MEA di tahun 2015 mendatang, sehingga perlu perubahan, perbaikan dan inovasi dalam meningkatkan kualitas manajemen disemua jenjang dalam organisasi klaster. Apalagi dalam pemberlakuan AFTA dan MEA akan berhadapan dengan pelaku bisnis dari negaranegara ditingkat Asean yang terdiri dari berbagai macam budaya atau kultur yang akan secara bebas bersaing langsung, bertemu langsung dengan bebagai bahasa yang berbeda satu sama lainya. Peningkatan kualitas berbagai sumber daya yang ada dalam organisasi klaster UMKM sesuai dengan jenis dan skala usahanya, tentunya memerlukan aplikasi dengan memperlajari, membahas dari berberapa teori manajmen yang dirasa sesuai untuk mengembangkan UMKM dengan sistem klaster. Pembahasan beberapa teori manajemen yang merupakan suatu perkembangan dalam teori manajemen seperti teori perilaku organisasi, hubungan manusiawi, perubahan dan inovasi manajemen, dan total kualitas manajemen telah dibahas dalam pendahuluan. Pemerintah Indonesia sedang dalam masa transisi kepemimpinan Presiden dari Susilo Bambang Yudoyono-Budiono (SBYBudiono) ke Joko Widodo-Yusuf Kalla (Jokowi-Jk), namun Indonesia harus tetap konsisten dengan keputusan yang diambil
dalam pemberlakuan AFTA dan MEA di tahun 2015 untuk berusaha maksimal dapat menjadi negara yang mampu bersaing dengan negaranegara Asean lainnya. Diharapkan dengan kepemimpinan JOKOWI-JK mampu memimpin untuk kepentingan bangsa dan negara, memberantas korupsi dengan KPK nya, karena korupsi hanya mementingkan pribadi atau golongan tertentu saja. Indonesia harus menjadi negara yang memiliki rakyatnya lebih sejahtera dibanding negara-negara di Asean. Tidak hanya pemberantasan korupsi saja yang menjadi penting tapi harus diikuti juga dengan peningkatan kemakmuran dan kesejahetraan masyarakatnya terutama pengentasan kemiskinan dan membantu usaha golongan ekonomi lemah yang tergabung dalam Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) untuk bisa mampu bersaing dan meningkatkan pendapatan. Pemerintah untuk mengembangkan dan memberdayakan UMKM yang identik dengan ekonomi kerakyatan, secara terus menerus dengan berbagai regulasi dan kebijakan baik untuk UMKM itu sendiri maupun untuk pihak-pihak atau lembagalembaga, institusi-institusi yang terkait dengan upaya pengembangan UMKM melalui Kementrian Koperasi dan UMKM, seperti Bank Indonesia, lembaga keuangan perbankan dan non bank, universitas atau perguruan tinggi, lembaga-lembaga survei. Pemerintah juga menyediakan anggaran untuk melakukan riset pengembangan dan pemberdayaan UMKM dengan melibatkan lembaga dan institusi terkait. Pendekatan sistem klaster, adalah salah satu pendekatan yang saat ini sedang dikembangkan dalam memberdayakan dan pengembangan UMKM. Dengan program sistem klaster maka diupayakan adanya sinergitas dari mulai penyedia bahan baku sampai pada pasar, terbentuk sinergitas dari hulu ke hilir. Namun seringkali program Klaster-UMKM hanya sekedar retorika yang kurang berkelanjutan dalam pelaksanaannya. Kendala dan kesulitan yang dihadapi cukup banyak, mulai dari kelemahan dalam berkoordinasi karena banyaknya pihak yang terlibat sampai dengan kebutuhan dana untuk menambah modal agar sistem berjalan dengan baik. Untuk itu perlunya penguatan manajemen dalam sistem klaster dengan menerapkan beberapa aliran dan pandangan 8
teori manajemen untuk menjadikan UMKM lebih siap lagi dalam menghadapi tantangan AFTA dan MEA di tahun 2015 mendatang yang juga akan melibatkan berbagai macam budaya atau multi kultur (multi culture). Kementrian Koperasi dan UKM membuat program OVOP (One Village One Product) adalah identik dengan klaster, dengan satu jenis produk dan dalam satu kawasan. Apapun program yang dibuat oleh pemerintah untuk mengembangkan dan memberdayakan UMKM tanpa adanya usaha meningkatkan kualitas manajemen nya akan menjadi percuma. Banyak sekali bermacam program, seringkali deregulasi dan kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengembangkan dan memberdayakan UMKM mengalami kegagalan, terutama bantuan dana atau modal dari mulai dana hibah, pinjaman bunga murah, sampai pada pinjaman dana bergulir, semuanya tidak berkelanjutan dan perkembangannya tidak signifikan, hanya seperti sebuah proyek pekerjaan yang dilakukan sampai pada tahap pemeliharaan setelah itu selesai tidak berkelanjutan dan muncul lagi proyek baru, sehingga sebagian besar pelaku UMKM berkembang dengan kemampuan sendiri. Melihat gejala-gejala atau fenomena seperti itu, perlu adanya riset yang akan dijadikan suatu konsep dalam pengembangan dan pemberdayaan UMKM baik scara teoritis maupun prakteknya, bagaimana mengatasi kelemahan-kelemahannya yang selama ini menjadi kendala. Jokowi-JK mempunyai rencana akan membuat program dalam riset melalui lembaga pendidikan ditingkat pendidikan tinggi dan menspesialisasikan program riset tersebut pada beberapa perguruan tinggi, misalnya Institut-Institut Teknologi (ITB, ITS) melakukan riset khusus untuk membuat teknologi tepat guna untuk UMKM, Universitas Indonesia (UI) melakukan riset khusus pemasaran sampai pada ekspor produk UMKM, Universitas Padjadjaran (UNPAD) melakukan riset hukum terkait dengan legalitas sampai pada merek dan hak patennya. Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) saat ini sudah memulai ditingkat doktoral dalam ilmu manajemen, riset dan disertasinya harus memfokuskan pada pengembangan UMKM. Klaster menciptakan sinergi bagi para pelaku UKMK didalamnya, menjadi lebih mandiri namun tetap bersatu dan berkolaborasi
antar pelaku UMKM, terintegritas, terinformasi dan terkoordinasi. Namun semua itu tidaklah mudah dan tidak secara instan, pasti memerlukan waktu yang cukup lama tergantung dari kultur atau karakter dari individu-individu yang ada dalam klaster tersebut, terutama kualitas sumberdaya manusianya, pengaruh politik, ekonomi, sosial, budaya yang terkadang sulit untuk menyamakan visi dan misi dari pembentukan klaster tersebut. Keterlibatan pemerintahpun kepada klaster-klaster usaha yang telah terbentuk terkadang tidak secara komprehensip, bantuan yang diberikan hanya sepotong -sepotong, harusnya secara paket dari mulai pembentukan, pemberian pelatihan, bantuan teknologi, sampai pada pemasaran produknya dan kegiatan tersebut harus dilakukan secara berkala terjadwal dan berkelanjutan, sehingga kelemahan-kelemahan, kendala-kendala yang terjadi dapat segera diketahui dan dapat segera diatasi. Peran pemerintah juga sebaiknya sebagai pendamping dengan membentuk tim sebagai fasilitator yang berfungsi untuk membantu mencarikan sumber dana modal, memberikan arahan-arahan, berkoordinasi dengan ketua dan anggotanya dengan membentuk suatu forum komunikasi sebagai mediator dalam menyelesaikan atau mengatasi permaslahan yang terjadi dalam kalster. Peranan ketua dalam sautu klaster juga sangat penting, karena seorang ketua adalah seorang yang sudah diberikan kepercayaan oleh anggota-anggotanya, memiliki jiwa kepemimpinan, bijaksana, tidak mementingkan diri sendiri, tidak mementingkan salah satu kelompok, dan harus transparan. Ketua beserta pengurus lainnya harus bisa menciptakan sistem manajemen yang dapat mengembangkan bisnis secara bersama-sama saling mendukung antar pelaku UKM. Ketua juga harus bisa menjadi mediator antara klaster dengan pemerintah untuk memperoleh bantuan khususnya untuk usaha mikro dan kecil. Arahan Menteri Eonomi dan Leaders ASEAN menuju Asean Economic Community pada tahun 2015 yang berkaitan dengan arah pengembangan UMKM ASEAN : Menumbuhkan iklim berusaha yang kondusif bagi UKM; Pengembangan SDM dan Kapasitas UKM: 9
Mengembangkan Common Curriculum for Entrepreneurship in ASEAN Menumbuhkan wirausaha baru yang inovatif Fasilitasi Akses Pasar Fasilitasi dan pengembangan teknologi: Inkubator Bisnis dan Teknologi; Meningkatkan akses finansial bagi UKM: Pengembangan Fasilitasi Finansial bagi UKM Pengembangan ASEAN SME Development Fund Pengembangan Credit Rating System Membentuk ASEAN Advisory Board;
Pasar bebas Asean merupakan peluang (opportunity) akses pasar bagi UMKM yang selama ini pasarnya terbatas, kemudahankemudahan dalam bertransaksi bisnis telah disepakati, pintu terbuka lebar bagi pelaku UMKM untuk masuk ke dunia bisnis tidak hanya terbatas pada pasar lokal tapi sudah masuk pasar internasional. Persaingan pasar global merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh pelaku-pelaku UMKM Indonesia, karena ditas kertas pelaku-pelaku UMKM negara lain sudah lebih memiliki daya saing, contohnya Thailand yang sudah lama barang-barang impor dari Thailand dinikmati oleh masyarakat Indonesia seperti beras Thailand, segala jenis buah-buahan dengan sebutan Bangkok yang mampu bersaing dengan buah-buahan lokal. Contoh lain untuk segala jenis spare-part kendaraan bermotor yang imitasinya/tiruannya banyak dari Taiwan yang mampu bersaing dengan produk negara lain, ditambah lagi produk-produk buatan China terutama yang berbasis teknologi sudah mendunia dan mampu bersaing termasuk di Indonesia. Penomena seperti itu merupakan tantangan di era globalisasi yang harus kita atasi dan harus ada perlawanan yang bisa mengalahkan persaingan yang semakin berat. Produk dan jasa yang dihasilkan pelaku-pelaku UMKM Indonesia dari segi kualitas belum tentu lebih rendah dari produk negara lain, banyak produk buatan Indonesia yang menembus pasar ekspor kemudian ditiru oleh negara lain yang kemudian menjadi pesaing. Indonesia masih harus belajar dari negaranegara lain terutama negara-negara tetangga ditingkat Asia yang sudah bisa menciptakan daya saing tinggi dengan negara-negara maju seperti China, Jepang dan Korea.
Dengan pembelakuan AFTA dan MEA di tahun 2015 merupakan kesempatan Indonesia untuk lebih concern lagi mengembangkan UMKM dan tidak spotongsepotong, harus secara komprehensif dan berkelanjutan, sehingga memiliki manajemen yang tangguh berkualitas yang bisa menciptakan produk berdaya saing tinggi. Pembentukan klaster-klaster UMKM yang selama ini memiliki kelemahan pada keterbatasan akses pasar, keterbatasan modal, keterbatasan teknologi dan sumberdayanya, harus diatasi dengan bantuan pemerintah untuk memberikan pelatihan manajemen yang kuat terutama skill, permodalan yang kuat, sarana teknologi yang tepat guna, dan memberikan kemudahan birokrasi. Apabila semua itu akan menjadi lebih baik maka akan bisa mendongkrak pelaku-pelaku UMKM yang tergabung dalam klaster-klaster untuk dapat bersaing dalam pasar bebas Asean nanti. Pasar bebas Asean yang akan bertemunya berbagai macam bangsa yang memiliki perbedaan budaya, bahasa dan karakter bisnisnya, bagi Indonesia sebenarnya sudah tidak menjadi kendala, karena di Indonesia sendiri sudah memiliki berbagai macam suku bangsa bahkan ratusan yang tentunya memiliki budaya, karakter, dan bahasa yang berbeda juga, namun dalam pasar bebas Asean Pemerintah Indonesia perlu memberikan kursus-kursus bahasa Inggris kepada pelaku-pelaku UMKM karena bahasa Inggris merupakan bahasa Internasional yang banyak dipakai dalam dunia bisnis Internasional. Indonesia tidak lagi hanya berharap namun harus menjadi kenyataan bahwa pelaku-pelaku bisnis khususnya UMKM mampu dan siap bersaing dengan pelaku-pelaku bisnis dari negara-negara lain. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia dalam UMKM sudah harus dimulai sejak dini dalam menghadapi AFTA dan MEA di tahun 2015, siap atau tidak siap harus siap, karena sudah merupakan komitmen negaranegara Asean dan sudah mengalami penundaan bebrapa kali karena ketidak siapan beberapa negara dengan alasan kondisi ekonomi dan politik di negara masing-masing. Keberhasilan AFTA akan menjadikan tolok ukur globalisasi pasar bebas ditingkat Asia, bahkan apabila di tingkat Asia behasil akan menjadi kekuatan negara-negara di Asia dalam melakukan percaturan bisnis global ditingkat 10
dunia. Asean maupun Asia akan menjadi suatu klaster besar (big cluster) ditingkat dunia. Laporan Kelompok Bank Dunia bertajuk “Berbisnis 2015” dalam siaran pers yang diterima Kompas, Rabu (29/10/2014) di Jakarta. Laporan ini menganalisis berbagai regulasi yang diaplikasikan pada dunia usaha, termasuk pendirian perusahaan, operasionalisasi, perdagangan lintas batas, dan perpajakan. “Reformasi regulasi secara konsisten telah meningkatkan kemudahan berbisnis dikawasan dalam satu dekade ini dan berkontribusi menciptakan lebih banyak peluang bisnis bagi pengusaha lokal”. Indonesia berada di peringkat ke-114 dari 189 negara dalam kemudahan berbisnis, Indonesia masih tertinggal dari Filipina (95), Vietnam (78), dan Thailand (26), Singapura menjadi negara tempat memulai bisnis termudah di dunia, disusul Selandia Baru, Hongkong, Denmark, dan Korea Selatan. Regulasi yang direformasi antara lain layanan elektronik, persetujuan pendirian dari Kementrian Hukum dan HAM serta pembayaran lebih murah berkat pengurangan kontribusi iuran jaminan kesejahteraan pekerja. Berdasarkan Kementrian Koperasi dan UKM , usaha kecil dan menengah (UKM) berjumlah 55,2 juta atau sekitar 90 persen perusahaan di Indonesia. Sektor UKM merupakan pengaman sektor riil yang berkontribusi 57 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). UKM sangat menunjang pertumbuhan ekonomi Indonesia walaupun dari 90 persen tidak semuanya menikmati bantuan pemerintah. Kalau saja pemerintah konsen (concern) dalam mengembangkan UMKM akan meningkatkan kontribusi pada PDB lebih dari 57 persen. Indonesia adalah negara agraris, sektor pertanian dan perkebunan sangat potensi dan UMKM banyak menggarap bisnis hasil bumi atau agribisnis, komoditas agrikultur seperti padi, jagung, kopi kelapa, kakao, merupakan potensi Jawa Tengah, belum lagi potensipotensi agrikultur di luar pulau Jawa. Namun UMKM yang menggarap bisnis agrikultura masih banyak yang belum mengarah pada agroindustri, dan pasarnya masih terbatas pada pasar lokal bahkan sering mengalami kegagalan karena harga yang murah. Seharusnya pemerintah bisa mengarahkan UMKM yang terjun dalam bisnis komoditi agrikultura untuk menjadi
agroindustri dengan memberikan bantuan permodalan, sarana teknologi dan pelatihan sumberdaya manusianya, sehingga produknya memiliki nilai tambah dan memiliki daya saing dengan produk dari luar, berorientasi ekspor. Pendekatan sistem klaster UMKM akan lebih mempermudah pemerintah dalam memberikan bantuan, karena merupakan pengelompokan UMKM yang memiliki usaha sejenis dalam satu kawasan. Reformasi regulasi harus segera dimulai oleh Kabinet Kerja Jokowi-JK sebelum AFTA dan MEA 2015.
Gambaran perkembangan pertumbuhan klaster :
atau
Keterangan : 1. Menjadi besar skalanya dan jumlahnya tetap 2. Menjadi bertambah jumlahnya skalanya tetap 3. Menjadi berkurang jumlahnya sakalanya tetap 4. Menjadi besar skalanya dan tumbuh yang baru 3.
Kesimpulan Pengembangan dan pemberdayaan UMKM dengan pendekatan sistem klaster (cluster) merupakan suatu pengembangan dalam sistem manajemen yang dinilai sesuai untuk dikembangkan secara terus-menrus dan konsisten dalam menghadapi tantangan globalisasi dengan akan diberlakukanya AFTA dan MEA di tahun 2015 mendatang. UMKM memiliki peranan penting dan signifikan dalam mendorong perekonomian Indonesia, terbukti disaat terjadi krisis moneter ditahun 1997-1998 UMKM lebih sedikit terkena dampaknya dibanding ditingkat korporat yang lebih banyak terpuruk. Sistem klaster merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi, saling mendukung, tidak ada salah satu kelompok yang medominasi, semua berjalan secara 11
bersama membentuk suatu kekuatan dalam suatu organisasi yang ber-sinergi. Dalam sejarah perkembangan teori manajemen berkembang pesat dengan berbagai perspektif atau pandangan dari para ilmuwan yang ahli dibidang manajemen. Pendekatan dengan sistem klaster hanyalah salah satu dari sekian banyak perubahan, inovasi, pendekatan dalam sistem manajemen. Diharapkan penelitianpenelitian didalam pengembangan sistem manajemen yang berlandaskan pada teori-teori manajemen yang sudah ada secara terusmenerus dilakukan untuk meningkatkan kualitas manajemen baik individu, kelompok maupun ditingkat organisasi. Globalisasi akan melibatkan bangsa lain yang berbeda kultur atau budaya, terbentuknya media globalisasi seperti organisasi-organisasi yang membentuk kerjasama dalam satu kawasan bertujuan untuk memperkuat kawasan tersebut menghadapi tantangan atau intervensi dari luar. Klaster merupakan bentuk kerjasama juga dalam satu kawasan yang secara geografis berdekatan, tercipta sinergitas antar pelaku atau organisasi dalam klaster, selain itu terbentuk sinergitas dari hulu sampai ke hilir sehingga akan lebih mudah dalam mengatasi permasalahan atau kendala yang mejadi hambatan dalam pengembangan UMKM. Teori-teori manajemen terus berkembang secara cepat dan merupakan sejarah yang harus kita dipelajari, perlu pembahasan dan pemahaman tentang manajemen itu sendiri bagaimana teoriteorinya yang akan menjadi landasan bagi pemahaman perkembangan teori manajemen. Perkembangan dalam teori manajemen tidak terlepas dari bagaimana mengaplikasikan teori manajemen itu sendiri untuk menjadi sempurna dalam perkembanganya. Pendekatan sistem klaster dalam program pengembangan UMKM perlu perubahan, perbaikan dan inovasi dalam manajemen nya untuk menjadi lebih berkualitas dalam manajemen nya disemua bidang dalam klaster. Pendekatan sistem klaster akan mempermudah pemerintah dalam memberikan bantuan pada UMKM karena klaster merupakan gabungan UMKM yang memiliki usaha sejenis dalam satu kawasan. Reformasi regulasi atau deregulasi yang dilakukan pemerintah dalam pengembangan UMKM. Pengembangan dan pemberdayaan UMKM dengan pendekatan sistem klaster
sampai dengan deregulasi khususnya di Kementrian Koperasi dan UMKM adalah merupakan bentuk perubahan dan inovasi untuk meningkatkan kualitas sumberdaya yang ada dalam suatu organisasi atau perusahaan, sehingga tercipta suatu manajemen yang berkualitas, bisa mengatasi permasalahan yang menjadi kendala selama ini dengan memberikan suatu solusi terbaik. Perkembangan Teori Manajemen harus dipahami untuk dijadikan landasan yang kuat bagi teozri-teori selanjutnya. Output yang diharapkan dari teori-teori manajemen adalah agar suatu organisasi dapat berjalan dengan baik. 4.
Daftar Pustaka [1] Wibowo, Perilaku Dalam Organisasi, Raja Grafindo Persada, Juakarta, 2013. [2] Uyung Sulaksana, Managemen Perubahan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2003. [3] Winardi, Manajemen Perubahan, Prenada Media, Jakarta, 2005. [4] Wibowo, Manajemen Perubahan, Raja Grafindo Persada, Juakarta, 2006. [5] Ismail Solihin, Pengantar Manajemen, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2009 [6] Akhmad Subkhi dan Mohammd Jauhar, Pengantar Teori Periilaku Organisasi, Prestasi Pustaka, Jakarta, 2013. [7] Hanif Ismail dan Darsono Prawironegoro, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2009 [8] Rustina Untari, Pola Pertumbuhan Klaster Industri Kecil Indonesia, Program Studi Tehnik dan Industri, Institut Tehnologi Bandung, 2005 [9] Panduan Pembangunan Klaster Untuk Pengembangan Ekonomi Daerah Berdaya Saing Tinggi, Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal, Bappenas. [10] Bank Indonesia, Biro Kredi, Kajian Pembiayaan Dalam Rangka Pengembangan Klaster, 2006 [11] Wasifah Hanim, Yni Iriani dan Henny Utarsih, Pengembangan Klaster Bisnis Usaha Kecil Dan Menengah Menggunakan Analisis SWOT, Universitas Widyatama Bandung, 2012 [12] Ayu Retnoningsih, http://www.academia.edu/6082498/CL USTER-_resume. 12
[13] Rumbadi,http://www.tempo.co/read/ news/2013/09/13/058513139/KlasterIndustriDikembangkan-di-Batam, 2013 [14] www.klusteridustri.com www.slides hare.com/penguatan-ekonomimodern-dengancluster- industri/kristina [15] http://klaster-umkm.blogspot.com/, Diposkan 2nd October 2013 oleh Klaster UMKM [16] Kholis Roisah,SH MH, http://klasterumkm.blogspot.com/2013/07/perlindu ngan-hukum-hak-kekayaan.html [17] http://klasterumkm.blogspot.com/2013/06/teknolog i-tepat-guna-ttg.html, Diposkan 20th June 2013 oleh Klaster UMKM [18] http://abstraksiekonomi.blogspot.co m/2014/01/manfaat-klasterindustri.html, Menurut Marshall (dalam Kuncoro, 2000), pembentukan klaster bisa membantu industri kecil untuk meningkatkan daya saing. [19] Wijajani dan Gatot Yudoko, Keunggulan Kompetitif Industri Kecil Di Klaster Industri Kecil Tradisional Dengan Pendekatan Berbasis Sumber Daya : Studi Kasus Pengusaha Industri Kecil Logam Kiara Condong, Bandung, 2005
13