ABDIMAS: PEMBUATAN PAKAN IKAN DAN MESIN PELLET UNTUK KELOMPOK PETANI TAMBAK LELE DAN IKAN NILA DESA PENATAR SEWU KABUPATEN SIDOARJO Prantasi Harmi Tjahjanti1), Andriana Eko Prihatiningrum2), Wiwik Sulistiyowati3) 1)
Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Siodarjo, Kampus II Jalan Raya Gelam 250,Candi Sidoarjo, Jawa Timur Indonesia 2) Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Siodarjo, Kampus II Jalan Raya Gelam 250,Candi Sidoarjo, Jawa Timur Indonesia 3) Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Siodarjo, Kampus II Jalan Raya Gelam 250,Candi Sidoarjo, Jawa Timur Indonesia 1)
[email protected] ;
[email protected] 3)
[email protected] ABSTRACT
Devotion to Community Activities (Abdimas) that implemented is to help the problems that occurred in the farmers group of catfish ponds and tilapia fish in Penatar Sewu village of Sidoarjo Regency in case of manufacturing fish feed (pellets) are cheap, fish feed manufacturing machine (pellets machine) and product innovation food processing results catfish and tilapia fish. The results obtained for the manufacture of fish feed-use of waste materials and can float. For pellet machine manufacturing capacity in a small size (capacity 10 kg) and big size (capacity 100-150 kg), and for product innovation can be made nuggets, crackers, rollade, chicken balls, beef jerky and abon catfish. Keywords: fish feed (pellets), machine fish feed (pellets), product innovation fish
I. PENDAHULUAN Analisis Situasi Desa Penatar Sewu yang terdiri dari dua dusun yaitu Dusun Sangangsewu dan Dusun Pelataran, merupakan salah satu dari sekian desa di Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo yang terkena dampak lumpur panas Sidoarjo (lumpur Lapindo). Desa ini memiliki luas wilayah 525,5 Ha dan batas – batas wilayahnya sebagai berikut: sebelah utara adalah desa Banjar Asri, sebelah selatan, desa Sentul, sebelah timur, desa Plumbon dan sebelah barat, adalah desa Gempol Sari.
103
Jumlah penduduk desa Penatar Sewu sekitar 1347 jiwa dengan mata pencaharian yang utama saat sebelum lumpur menerjang desa mereka adalah petani tambak udang dan bandeng, namun desa Penatar Sewu wilayahnya yang berjarak sekitar 7 km dari pusat semburan lumpur Sidoarjo, tidak bisa menghindari lumpur panas tersebut, karena luapannya telah masuk ke Kali (sungai) Kendil, Kali Kajang hingga Kali Alo yang selama ini menjadi sumber air utama ribuan hektar tambak udang dan bandeng mereka di desa Penatar Sewu. Sumber air tambak udang yang berasal dari kali-kali tersebut telah tercemar, sehingga banyak udang yang mati dengan warna pucat kemerah-merahan. Karena itu para petani tambak mulai mengalihkan mata pencaharian mereka dari petani tambak udang dan bandeng menjadi petani tambak ikan lele dan ikan nila. Para petani tambak itu terbagi menjadi dua kelompok yaitu untuk Dusun Sangangsewu terdapat kelompok petani tambak budidaya ikan nila, sedangkan untuk dusun Pelataran terdapat kelompok petani tambak budidaya ikan lele. Dua kelompok petani tambak ini merupakan Mitra dalam kegiatan Abdimas. Namun demikian jumlah yang diperlukan dalam kegiatan ini hanya diambil 3 orang (1 dari petani tambak ikan nila dan 2 dari petani tambak lele). Hal ini ditetapkan dengan mempertimbangkan efisiensi dan intensitas pelaksanaan program. Karena jumlah sesunguhnya masing-masing kelompok petani tambak terdiri dari 86 orang petani tambak lele yang diketuai oleh bapak Djumain dengan jumlah kolam lele lebih dari 320 petak, sedangkan untuk petani tambak ikan nila terdiri dari 45 orang yang diketuai oleh bapak Satukan dengan jumlah kolam ikan nila di atas 85 kolam. Rata-rata usia mereka adalah 35-60 tahun. Kapasitas output ikan nila yang dihasilkan perhari bisa mencapai 3,5 ton, sedangkan lele menghasilkan 2 ton perhari. Tentu saja hasil tersebut dibarengi dengan pakan ikan nila dan lele yang cukup tinggi pula. Perhari, pakan yang mereka beli dari pabrik rata-rata menghabiskan 10 sak karung pakan dengan harga persaknya sekitar Rp 215.000,-. Sehingga total perharinya, para petani tambak ini harus mengeluarkan uang sebesar Rp 2.150.000,- untuk memberi makan lele dan ikan nilanya. Secara keseluruhan hampir 60% biaya operasional habis dipakai untuk membeli pakan lele dan ikan nila. Belum lagi kondisi ini ditambah dengan penjualan hasil produksi lele dan ikan nila yang dijual lewat tengkulak. Harga jual tentu saja bergantung pada tengkulak, bahkan ada beberapa tengkulak yang membayarnya tidak langsung cash, tapi masih menjanjikan beberapa hari lagi. Secara keseluruhan jika ditotal perbulan pendapatan yang diperoleh para petani tambak lele dan ikan nila ini hanya mencapai 20% dari total biaya keseluruhan. Pengeluaran terbesar adalah pada biaya pakan lele dan ikan nila. Sehingga dari analisis situasi di atas, sangat penting untuk membuat pakan ternak sendiri sekaligus dengan pembuatan mesin pelletnya, dengan tujuan utama untuk mengurangi biaya pakan lele dan ikan nila yang hingga saat ini sangat bergantung pada pabrik. Lebih lanjut, program ini untuk memberdayakan dan alih teknologi sederhana dari Institusi ke para petani tambak agar dapat membuat pakan lele dan ikan nila sendiri. Tiga petani tambak yang ditentukan di atas, diharapkan dapat sebagai core awal yang akan menularkan ilmunya yang telah diberikan dalam kegiatan Abdimas ini nanti, kepada petani-petani tambak lainnya di desa Penatar Sewu, atau bahkan sampai di desa-desa sekitarnya.
Permasalahan Mitra Dari uraian analisis situasi di atas, dapat diambil beberapa permasalahan Mitra antara lain:
104
Permasalahan Mitra yang Utama 1.
Biaya Operasional yang Tinggi Petani tambak lele dan nila di Desa Penatar Sewu masih kesulitan dalam mengembangkan usahanya. Indikator dari hal ini karena laba yang di dapat petani rendah, hal itu disebabkan oleh tingginya harga pakan ikan yang harus dibeli di pabrik-pabrik. Keadaan tersebut mengakibatkan para petani tambak lele dan ikan nila merasa rugi, karena hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan kerja kerasnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa biaya operasionalnya cukup tinggi.
2.
Pembuatan Pakan Ikan Lele dan Ikan Nila Biaya operasional yang cukup tinggi, harus segera diatasi dengan salah satunya adalah membuat pakan ternak sendiri untuk lele dan nila.
3.
Pembuatan Mesin Pellet Pakan Ikan Lele dan Ikan Nila Pembuatan mesin pellet pakan ternak untuk lele dan ikan nila, memang merupakan satu paket yang tak terpisahkan dalam pembuatan pakan ternak sendiri.
Permasalahan Mitra yang Sekunder 1.
Pemasaran Pemasaran yang dilakukan oleh petani tambak lele dan ikan nila di Desa Penatar Sewu masih bersifat tradisional artinya hasil panennya langsung diambil oleh tengkulak. Sehingga, harga beli hasil budidaya lele dan ikan nila juga belum optimal. Karena keuntungan yang diterima oleh tengkulak lebih besar daripada keuntungan yang diterima oleh petaninya sendiri.
2.
Inovasi Produk Hasil budidaya lele dan ikan nila yang dihasilkan untuk mendapatkan harga jual yang pantas dan meningkatkan nilai jual masih belum optimal. Selama ini, hasil produksi budidaya lele dan ikan nila hanya sebatas pada saat masa panen, kemudian langsung dijual kepada tengkulak. Belum dilakukan diversifikasi dan inovasi produk hasil budidayanya untuk menambah nilai jual. Karena kurang pemahaman masyarakat terhadap pengolahan hasil budidaya lele dan ikan nila untuk mendapatkan nilai jual yang lebih tinggi.
II.
Sumber Inspirasi: Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pemecahan Masalah
Permasalahan Mitra yang Utama, meliputi: 1.
Biaya Operasional yang Tinggi Biaya operasional yang tinggi untuk pembelian pakan ikan harus diantisipasi dengan cara membuat pakan ikan lele dan ikan nila sendiri. Pembuatan pakan ternak ini harus lebih baik dan lebih segar dan komposisinya juga mempunyai kandungan nutrisi sesuai dengan standar. Karena itu pakan ternak yang dibuat harus mengandung protein (misal: tepung ikan, tepung kepala udang, dan lainnya), mengandung karbohidrat (misal: tepung bungkil kedelai, dan lainnya), juga sebagai sumber mineral (misal: tepung tulang) dan dan bahan-bahan lainnya seperti vitamin (premix). Sehingga dapat dirangkum bahwa langkah-langkah yang dikerjakan adalah: a). memilih bahan baku pakan ternak lele dan ikan nila yang sesuai dengan macam, sifat dan ukuran
105
bahan baku pakan tersebut, b). menghitung kebutuhan bahan baku pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak tersebut, c). melakukan penepungan, penimbangan, dan pencampuran pakan ternak dan d). melakukan uji pakan secara fisik, kimia dan biologis. 2.
Pembuatan Mesin Pellet Pakan Ikan Lele dan Ikan Nila Setelah pembuatan adonan pakan ternak selesai, maka untuk membuat pelletnya, dibutuhkan mesin pellet pakan ternak. Pembuatan mesin pellet pakan ternak untuk lele dan ikan nila, memang merupakan rancangan sendiri dan juga referensi dari Adrian Syahputra (2010). Perancangan mesin pellet pakan ternak ini bertujuan untuk menghitung dimensi setiap elemen mesin serta memperoleh gambar desain alat. Dalam perancangan alat, type dan kapasitas disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Untuk menentukan rotari/putaran pada mesin/generator yang diinginkan dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan: Putaran Mesin Putaran aktual
=
................ (1) TMR actual
TMR = Total Multiplication Ratio (TMR)
Sehingga apabila dalam rancangan mesin ini, putaran mesin diesel 2000 rpm , dan diameter pully motor (pulley 1 dan pulley 2b) = 10 cm. Sementara untuk diameter pully pada generator (pulley 2a dan pulley 3) = 50 cm dan menggunakan dua transmisi, maka dengan menggunakan persamaan (1) akan didapat: 2000 rpm Putaran aktual
=
= 80 rpm
…………….. (2)
25
Permasalahan Mitra yang Sekunder, meliputi: 1.
Pemasaran Pemasaran merupakan faktor utama dalam kelancaran usaha / bisnis. Pemasaran yang dilakukan oleh petani tambak lele dan ikan nila di Desa Penatar Sewu masih bersifat tradisional artinya hasil panennya langsung diambil oleh tengkulak. Sehingga, harga beli hasil budidaya lele dan ikan nila juga belum optimal. Karena keuntungan yang diterima oleh tengkulak lebih besar daripada keuntungan yang diterima oleh petaninya sendiri. Kondisi ini harus diputus mata-rantainya, agar tidak berkepanjangan, salah satunya dengan membantu proses pemasarannya, misalkan dengan memilih teknik pengemasan dan penyimpanan pakan yang baik.
2.
Inovasi Produk Inovasi produk bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan petani tambak lele dan ikan nila dalam pembudidayaan ikan dalam hal diversifikasi produk olahan pangan berbasis ikan air tawar secara teknis maupun ilmu. Selain teori, para petani ini juga akan melakukan kegiatan
106
praktek langsung tentang bagaimana pembuatan nugget Ikan lele dan ikan nila, pembuatan kerupuk lele dan ikan nila, pembuatan dendeng rollade lele dan nila, pembuatan baso ikan lele dan pembuatan abon ikan nila. Pengolahan ini akan menjadi produk yang bernilai jual tinggi, sehingga dipastikan mendapat keuntungan yang bertambah. Contoh 1 kilogram lele biasa dijual Rp 12 ribu kemudian dengan diolah menjadi produk makanan seperti abon atau nugget, maka satu kilogram lele dapat laku hingga Rp 25-27 ribu. Selain itu hasil pengolahan produk budidaya perikanan tersebut juga tidak asal-asalan, karena harus berstandar kesehatan dari BBPOM, Laborat Pengujian Mutu Hasil Perikanan (LPMHP), serta dari UMSIDA (Universitas Muhammadiyah Sidoarjo) Fakultas Pertanian.
III.
Metode
Metode pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat dituangkan dalam gambar 1, sebagai berikut: Persiapan Tim
Pertemuan dengan Kelompok Petani Tambak
Pertemuan dengan Kelompok Petani Tambak Ikan Nila
Pembahasan solusi masalah
Pembuatan pakan lele dan nila
Pembuat an mesin pellet
Pemasaran produk
Inovasi produk
TIDAK Berhasil
YA Analisa hasil dan kesimpulan
SELESAI
Gambar 2. Skema kegiatan Abdimas
107
IV.
Karya Utama dan Ulasan Karya Utama Pembuatan Mesin Pellet (Pakan ikan Nila dan Lele) Perlu adanya kemandirian dari petani lele dan nila untuk tidak tergantung dengan pakan pabrik
(Adrian Syahputra, 2010). Karena itu dicoba untuk membuat mesin pelet sendiri.Sketsa mesin produksi pellet untuk pakan ikan lele dan ikan nila seperti ditunjukkan pada gambar 3 untuk kapasitas 10 kg. Sementara gambar 4 menunjukkan mesin pellet untuk kapasitas 100 – 150 kg.
50 cm
60 cm
1m
70 cm Gambar 3 Sketsa mesin pakan ikan lele dan ikan nila (kapasitas 10 kg)
Gambar 4 Mesin pakan ikan lele dan nila kapasitas 100 – 150 kg
108
Pembuatan Pakan ikan Lele dan Ikan Nila Pakan merupakan komponen paling penting dalam usaha budidaya ikan, termasuk ikan lele dan nila. Sekitar dua per tiga biaya produksi ikan lele dibelanjakan untuk pakan (Afrianto, E& P. E.,Liviawaty, 2005). Formula dan komposisi pembuatan pakan ikan lele dan ikan nila disajikan dalam tabel 1. Gambar pakan ikan, pakan ikan yang mengambang dan pakan ikan (pellet) hasil mesin pellet semua disajikan pada gambar 5a, 5b dan 5c. Afrianto, E dan P. E., Liviawaty, 2005
(a)
(b)
(c) Gambar 5 (a) Pakan ikan, (b) Pakan ikan yang mengambang (c) Pakan ikan (pellet) hasil mesin pellet
Pembuatan Inovasi Produk Olahan Ikan Lele dan Ikan Nila Produk olahan yang di buat dari ikan lele dan ikan nila adalah nugget, kerupuk, rollade, baso dan abon. Dalam pembuatan inovasi produk belum sampai mendapatkan label halal dan label kesehatan. Hasil inovasi produk ditampilkan pada gambar 6.
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
Gambar 6. Produk olahan ikan nila dan ikan lele
(a) Rollade,
(b) Nugget,
(c) Abon,
109
(d) Bakso,
(e) Kerupuk
Tabel 1 FORMULASI dan Komposisi PAKAN IKAN BUATAN (lele dan nila)
No
A. 1
2 3 4
Nama Bahan SUMBER PROTEIN Tepung Ikan (Fish Mill/FM)
Tepung Kepala Udang Tepung Bulu Unggas/ayam Tepung Darah
Kandungan Nutrisi (%) Kar Protein Lemak boh i
Serat
Air
50 - 60
10,00
*
1,74
10,0 0
Mudah di-peroleh
53,74
6,65
*
7,72
5,19
Mudah diperoleh
86,50
3,90
*
0,40
*
71,45
0,42
*
7,95
5,19
Meskipun kandungan proteinnya tinggi, tetapi karena mengandung serat yang terlalu besar sehingga sulit untuk dicerna oleh ikan, maka penggunaannya diSARAN-kan sedikit sekali
37,42
6,26
47,5 1
*
8,48
Mudah di-peroleh
± 9 - 10
*
*
2,50
*
2
SUMBER KARBOHIDRAT Tepung Bungkil Kedelai / SBM (termasuk sumber PROTEIN NABATI) Tepung Jagung
3
Katul / Dedak
± 1012
0,12
28 34
24,46
10,1 5
4
Tepung Terigu
0,25
*
*
5
Tepung Kanji
0,41
0,54
6
Tepung Sagu
± 4-7
0,5 - 0,8
77 86 86,4 0 74,5 6
± 10 13
13,2 5 12,6 0 ± 10 - 12
12,00
*
*
2,00
*
B. 1
C.
C.
SUMBER MINERAL Tepung Tulang (DCP)
Keterangan
13,16
BAHAN LAIN Vitamin (premix)
110
Cukup sulit di-dapat, alternatif: tompi jagung Mudah di-peroleh
Prosentase Pemakaian (hasil uji coba untuk Nila dan nila)
24,13 % dari total bahan baku (HITUNG AN BAKU)
20,27 % dari total bahan baku (HITUNGAN BAKU)
55,60 % dari total bahan baku (BISA di-MIX / campur DENGAN BAHAN TAMBAHAN LAIN)
Sbg. bahan perekat (binder) Sbg. bahan perekat (binder)
5 % dari dedak
Sbg. bahan perekat (binder) SANGAT DIANJURKAN karena kandungan protein lebih tinggi dari perekat lainnya
Berfungsi untuk kekuatan tubuh ikan, tetapi penggunaan di-ANJUR-kan sedikit
0.1 % dari dedak
Pencampuran dengan air
0.5 % dari dedak
Vitamin C Perasa (kaldu ayam) Minyak Ikan (Fish Oil) Tompi Jagung
Pencampuran dengan air Pencampuran dengan air Disemprotkn pada pelet yang sudah jadi Sebagai bahan tambahan dan untuk mengapungkan pelet
0.1 % dari dedak 0.8 % dari dedak 0.1 % dari dedak 10 % dari dedak
Catatan: 16.6 % campuran lain untuk katul/dedak
V.
Kesimpulan Beberapa hasil kegiatan Abdimas dapat disimpulkan segabia berikut: 1.
Telah dibuat mesin pakan ikan lele dan ikan nila (pellet), untuk kapasitas kecil (10 kg) dan kapasitas 100 – 150 kg
2.
Telah dibuat pakan ikan lele dan ikan nila yang dapat mengambang
3.
Telah dibuat olahan produk ikan lele dan ikan nila berupa nugget, kerupuk, rollade, baso dan abon.
VI.
Ucapan Terimakasih Ucapan terimakasih disampaikan kepada Kemendikbud DIKTI untuk bantuan hibah Pengabdian
Kepada Masyarakat untuk skim Ipteks bagi Masyarakat (IbM) tahun 2013.
VII.
Daftar Pustaka
Adrian Syahputra. (2010). Rancang Bangun Alat Pembuat Pakan Ikan Mas Dan Ikan Lele Bentuk Pellet. Afrianto, E dan P. E., Liviawaty. (2005). Pakan Ikan. Yogyakarta: Kanisius. Anonim, 2013e. Adonan Bakso. http://id.wikipedia.org/wiki/Adonan Bakso. Akses 10 Oktober 2013, Sidoarjo.
111