A STUDY ON CONVERSATIONAL IMPLICATURE IN SENTILAN SENTILUN TALKSHOW ON METRO TV
SKRIPSI
BY REYFA ARFIYAH NPM 10181009 UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA FACULTY OF LANGUAGE AND LITERATURE ENGLISH DEPARTMENT 2014
A STUDY ON CONVERSATIONAL IMPLICATURE IN SENTILAN SENTILUN TALKSHOW ON METRO TV
SKRIPSI Submitted as a partial fulfillment of the requirements for the Sarjana Degree in English
BY Reyfa Arfiyah NPM 10181009
UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA FACULTY OF LANGUAGE AND LITERATURE ENGLISH DEPARTMENT 2014
APPROVAL SHEET I This thesis entitled A Study on Conversational Implicature in Sentilan Sentilun Talkshow on Metro TV by Reyfa Arfiyah, NPM 10181009 has been approved to be presented in this thesis examination.
Supervisor, Date: 05 July 2014
Drs. H. Mas Moeljono NIDN. 0720063502
Acknowledged by The Head of Language and Literature Study Program
Yeni Probowati, S.Pd NIDN. 0718107701
ii
APPROVAL SHEET II This thesis entitled A Study on Conversational Implicature in Sentilan Sentilun Talkshow on Metro TV by Reyfa Arfiyah, NPM 10181009 has been examined in front of the Board of examiners on August 13th.
Board of Examiners
Signature
Occupation
Dra. Arjunani, MM
……………………………
First Examiner
……………………………
Second Examiner
NIDN. 0715065202
Yulis Setyowati, M.Pd. NIDN. 0714077502
Acknowledged by The Dean of Faculty of Language and Literature
Dra. Arjunani, MM NIDN. 0715065202
iii
STATEMENT SHEET A Study on Conversational Implicature in Sentilan Sentilun Talkshow on Metro TV is an original work of the writer to the writer’s knowledge and belief.
Surabaya, July 2014 Writer
Reyfa Arfiyah NPM: 10181009
iv
DEDICATION PAGE This Thesis is dedicated to my lovely Ibu, Lilik Ulfiyah thank you for your love and patience to me, you dedicate your life for your family, I promise to be a good girl. To my strict Bapak, Zainal Arifin who teach all of his children about this life, you are a teacher and a good friend for us. To my brothers Mas Ky, Mas Rey and Mas Wira who take turns to drive me to campus and pick me up from campus every single day, I love you bro. To my sister in law Mbak Puji and my little nephew Ammy who always colors my life… All of you are the most precious treasure for me…
Your girl…
v
ACKNOWLEDGEMENT Bismillahirrohmanirohim Alhamdulillahirobbil alamin First of all, the writer would like to thanks to Allah SWT who give her uncountable blessing since she was born to the world. Biggest thank you for her family who has been support her study from the elementary school until college and also for their love and teaching. Special appreciation to the advisor Mr. Moeljono for his patience, guidance and warmth during the writing of this thesis. His suggests and critics brings the writer finished this study well. Best regards and big appreciation for Mrs. Joena, Mrs. Yeni and Mrs. Yulis for their advice in the working of this thesis. The writer also appreciate all of her lecturer of Faculty of Language and Literature, Universitas Wijaya Putra for their dedication to spread their knowledge for all of their students. So much thanks for all of the writer’s friends in morning class and night class, all of you are awesome. Special thank you to Linda Purwasih who has been accompany the writer in every meeting with writer’s advisor, Mr. Moel. Fataqullaha Mastathoqtum Billahi Fi Sabililhaq
Surabaya, July 2014 Writer
vi
ABSTRACT Arfiyah, Reyfa. 2014. A Study on Conversational Implicature in Sentilan Sentilun Talkshow on Metro TV. Skripsi, English Department, Faculty of Language and Literature, Universitas Wijaya Putra. Advisor: Drs. H. Mas Moeljono. Keywords: Conversational Implicature, Cooperative Principle, Maxim Sentilan Sentilun is a talk show which is going through the social and political issues that is exist in the society of Indonesia. The writer is interested to analyze violation of the maxim, type of maxim that is flouted and implied meaning. Descriptive qualitative approach is used by the writer to answer the problem from the data. The writer uses conversational implicature theory and cooperative principle theory in this study. The source of the data is two episodes of Sentilan Sentilun talk show titled: 1. Menghargai Perempuan Indonesia (edition Monday 22 April 2013) 2. Maaf Memaafkan (edition Monday 25 November 2013) The data is the conversation between two main character, Sentilan and Sentilun, and the guest star. The data are collected by downloading Sentilan Sentilun talkshow from You Tube, watching and transcribing the conversation and the last is selecting the utterances that flouting the maxim. In analyzing the data, first the writer agglomerating the utterances that flouting the maxim. Then, indentifying the implied meaning of the utterances that flouted the maxim. After analyzing the data, the writer found 20 violences of maxim. From episode Menghargai Perempuan Indonesia the writer found 8 violences of maxim. In episode Maaf Memaafkan there was 12 violences of maxim. The result of the analysis shows that one utterance can be violated more than one maxim of conversation and the utterances that flouted the maxim contain implied meaning.
vii
ABSTRAK Arfiyah, Reyfa. 2014. A Study on Conversational Implicature in Sentilan Sentilun Talkshow on Metro TV. Skripsi, Sastra Inggris, Fakultas Bahasa dan Sastra, Universitas Wijaya Putra. Pembimbing: Drs. H. Mas Moeljono. Kata kunci: Conversational Implicature, Cooperative Principle, Maxim Sentilan Sentilun adalah sebuah talk show yang mengangkat isu-isu sosial politik yang sedang terjadi dalam masyarakat Indonesia. Penulis tertarik untuk menganalisa pelanggaran terhadap maxim, jenis maxim yang dilanggar dan pesan tersiratnya. Pendekatan deskriptif kualitatif diganakan oleh penulis untuk menjawab masalah yang ada pada data. Penulis menggunakan teori conversational implicature dan teori cooperative principle dalam penelitian ini. Sumber data yang digunakan adalah dua episode Sentilan Sentilun talk show yang berjudul: 1. Menghargai Perempuan Indonesia (edisi Senin 22 April 2013) 2. Maaf Memaafkan (edisi Senin 25 November 2013) Data yang diambil dari sumber data tersebut yaitu percakapan antara kedua tokoh utama yaitu Sentilan dan Sentilun serta bintang tamu. Penulis memperoleh data dengan cara mengunduh sember data dari You Tube, menonton dan mentranskripkan percakapan, terakhir menemukan percakapan yang melanggar maxim. Dalam analisis data, pertama-tama penulis mengelompokkan ujaran-ujaran yang melanggar maxim. Kemudian mengidentifikasi pesan tersirat dari ujaran-ujaran yang melanggar maxim. Dari analisa yang telah dilakukan, penulis menemukan 20 pelanggaran terhadap maxim. Pada episode Menghargai Perempuan Indonesia terjadi 8 pelanggaran terhadap maxim, sementara dalam episode Maaf Memaafkan ditemukan 12 pelanggaran maxim. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa satu ujaran dapat melanggar lebih dari satu jenis maxim dan ujaran yang melanggar maxim mengandung pesan tersirat.
viii
TABLE OF CONTENTS APPROVAL SHEET I
ii
APPROVAL SHEET II
iii
STATEMENT SHEET
iv
DEDICATION PAGE
v
ACKNOWLEDGEMENT
vi
ABSTRACT
vii
ABSTRAK
viii
TABLE OF CONTENTS
ix
I.
II.
INTRODUCTION
1
A.
Background of the Study
1
B.
Statement of the Problem
4
C.
Purpose of the Study
5
D.
Significance of the Study
5
E.
Scope and Limitation
5
F.
Definition of Key Terms
6
G.
Organization of the Study
7
REVIEW OF RELATED LITERATURE A.
B.
8
Review of Related Theories
8
1. Conversational Implicature
8
2. Cooperative Principle
8
3. Flouting the Maxim
11
Review of Related Studies 1. The Conversational Implicature in Two Episode of “Desperate Housewives” (Liliana Budiarto, 2007) 2. An Analysis of Implicature as Found in Transcript of Interview Between Barrack Obama and Hisyam Melhem from Al-Arabiya TV (Wakhana Putri, 2011)
ix
15
15
17
III.
RESEARCH METHOD A.
Approach
19
B.
Data Coolection
19
C.
IV.
1. Data and Source of Data
19
2. Instrument
20
3. Procedure of Data Collection
20
Data Analysis
20
FINDINGS AND DISCUSSION A.
B.
V.
19
Menghargai Perempuan Indonesia
21 21
1. Flouting Maxim of Quality
21
2. Flouting Maxim of Quantity
25
3. Flouting Maxim of Relation
27
4. Flouting Maxim of Manner
31
Maaf Memaafkan
36
1. Flouting Maxim of Quality
36
2. Flouting Maxim of Quantity
39
3. Flouting Maxim of Relation
45
4. Flouting Maxim of Manner
47
CONCLUSION AND SUGGESTION
56
A.
Conclusion
56
B.
Suggestion
57
BIBLIOGRAPHY
58
APPENDIX I APPENDIX II
x
CHAPTER I INTRODUCTION
A. Background of the Study Sebagai mahluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya manusia lain. Manusia hidup di dunia ini saling membutuhkan dan saling terkait. Oleh sebab itu komunikasi menjadi hal penting dalam kehidupan manusia agar bisa saling menyampaikan pesan antara satu orang atau kelompok ke orang atau kelompok lainnya, atau antara satu orang terhadap sebuah kelompok dan sebaliknya. Agar komunikasi dapat berjalan lancar tanpa adanya hambatan manusia membutuhkan bahasa untuk mempermudah proses pengiriman dan penerimaan pesan yang akan disampaikan. Namun tidak hanya menggunakan bahasa tulis dan
bahasa
lisan,
komunikasi
juga
bisa
terjadi
dengan
menggunakan gerak–gerik atau bahasa tubuh. Komunikasi tidak hanya dilakukan dalam jarak dekat saja, tetapi juga bisa dilakukan dari jarak jauh, komunikasi jarak jauh disebut sebagai telekomunikasi. Telekomunikasi berasal dari gabungan dua kata, yakni “tele” yang berarti jauh dan “communicate” yang berarti komunikasi (Suyanto, 2007:1). Telekomunikasi berkembang dari masa ke masa. Zaman dahulu komunikasi jarak jauh dilakukan dengan saling berkirim surat
1
2 hingga pada tahun 1839 diciptakan telegraph. Seiring dengan perkembangan zaman tepatnya pada tahun 1876 jaringan telepon kabel diciptakan oleh pemuda bernama Alexander Graham Bell. Dari sinilah teknologi telekomunikasi kemudian berkembang dengan pesat. Saat ini telepon kabel mulai jarang digunakan oleh masyarakat umum. Telepon genggam lebih disukai sebab praktis dan mudah dibawa kemana-mana. Telepon genggam seolah-olah menjadi kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh anggota masyarakat. Selain telepon genggam, televisi juga menjadi benda yang hampir semua anggota masyarakat memilikinya. Televisi selain sebagai alat hiburan juga merupakan media komunikasi yang mempunyai jangkauan lebih luas. Beberapa tayangan televisi menyuguhkan informasi-informasi terkini tentang politik, sosial dan budaya. Selain itu banyak acara televisi yang bertemakan protes atas isu-isu sosial dan politik terkini yang berkembang dalam masyarakat. Salah satu contohnya adalah Sentilan Sentilun yang ditayangkan di Metro Tv setiap hari Senin pukul 22.30. Acara ini menampilkan dua tokoh bernama Ndoro Sentilan dan asistennya
Sentilun
dan
juga
dalam
setiap
episodenya
menampilkan seorang bintang tamu. Dalam tayangan Sentilan Sentilun, kedua tokoh utamanya yakni Sentilan dan Sentilun sering menggunakan bahasa yang mengandung makna tersirat atau Implicature. Implicature dipakai untuk menyatakan apa yang
3 mungkin diartikan, disarankan, atau dimaksudkan oleh penutur yang berbeda dengan apa yang sebenarnya yang dikatakan oleh penutur (Brown dan Yule, 1996:31). Dalam pragmatics, suatu percakapan yang tidak langsung, atau apa yang dimaksud dalam ucapan seorang pembicara tidak tergambar jelas dalam ucapannya termasuk dalam salah satu tipe implicature, yakni conversational implicature. Dalam conversational implicature pesan yang dimaksudkan oleh si pembicara tersirat atau tersembunyi dalam ujarannya. Menurut Grice, H.P conversational implicature merupakan salah satu aspek kajian pragmatik yang perhatian utamanya adalah mempelajari ‘maksud suatu ucapan’ sesuai dengan konteksnya. Conversational Implicature dipakai untuk menerangkan makna tersirat dibalik “apa yang diucapkan atau dituliskan”
sebagai
“sesuatu
yang
dimplikasikan”.
Dalam
conversational implicature seorang pembicara bisa mengutarakan apa yang sebenarnya ia maksud dalam sebuah percakapan tanpa mengucapkan dengan jelas apa yang ia maksudkan, dan si Penerima pesan bisa memahami maksud dari apa yang telah diucapkan oleh lawan bicaranya. Dari penjelasan diatas, penulis ingin menganalisa pesan tersirat dari percakapan dua tokoh dalam Sentilan Sentilun yakni antara Ndoro Sentilan dan Sentilun. Sentilan Sentilun dipilih karena dalam acara tersebut kedua tokoh menggunakan bahasa satir dalam percakapan mereka yang mengkritik isu-isu politik dan
4 sosial terkini yang terjadi dalam pemerintahan dan masyarakat. Teori yang akan digunakan untuk menganalisa pesan tersirat dalam percakapan kedua tokoh adalah teori cooperative principle dari percakapan yang dielaborasikan dengan empat maxim. Empat maxim tersebut adalah, maxim of quality, maxim of quantity, maxim of relation dan maxim of manner (Yule, 1996 p. 32). Maxim merupakan syarat-syarat yang tidak boleh dilanggar dalam hubungan kerjasama antara pembicara dan pendengar.
B. Statements of the Problem Dalam tulisan ini penulis mencoba menjawab pertanyaanpertanyaan berikut: 1) Adakah pelanggaran terhadap maxim dalam percakapan antara Ndoro Sentilan dan Sentilun serta bintang tamunya? 2) Maxim manakah yang dilanggar oleh Ndoro Sentilan dan Sentilun serta bintang tamunya? 3) Apa pesan tersirat yang ingin dikatakan oleh Ndoro Sentilan dan Sentilun serta bintang tamunya?
5
C. Purpose of the Study Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pelanggaran terhadap maxim dalam percakapan antara Ndoro Sentilan dan Sentilun serta bintang tamunya. Dan untuk menentukan tipe maxim yang dilanggar oleh kedua tokoh. Selain itu juga untuk mengetahui pesan yang ingin disampaikan oleh para tokoh.
D. Significance of the Study Penulis berharap penelitian ini dapat menambah wawasan pembaca tentang komunikasi pada umumnya, serta khususnya pemahaman implicature, sebab dalam percakapan sehari-hari juga sering ditemukan penggunaan implicature. Setelah membaca penelitian ini pembaca diharapkan lebih bisa memahami pesanpesan tersirat dalam percakapan sehingga mampu terjalin komunikasi yang baik. Selain itu penulis juga berharap agar penelitian ini dapat membantu peneliti lain yang ingin melakukan penelitian yang sama.
E. Scope and Limitation Penelitian ini berkonsentrasi pada bidang pragmatik tentang implicature dan cooperative principle. Penelitian ini berfokus pada percakapan antara kedua tokoh utama dan bintang tamu dalam talkshow Sentilan Sentilun yang ditayangkan di Metro
6 Tv, yakni Ndoro Sentilan dan asistennya Sentilun dalam dua episode Sentilan Sentilun yang berjudul “Menghargai Perempuan Indonesia”
edisi
Senin
22
April
2013
(diunduh
di:
http://metrotvnews.com) serta“Maaf Memaafkan” edisi Senin 25 November 2013 (diunduh di: http://blogtukangbecakblogspot.com)
F. Definition of Key Terms Untuk mempermudah pembaca memahami isi dan maksud skripsi ini, dibawah ini dihadirkan beberapa pengertian tentang istilah yang dipakai dalam tulisan ini:
Conversational implicature: Something which is implied in conversation that is something which is left implicit in actual language use (Jacob L. Mey, 1994 p. 99)
Cooperative principle: Asumsi dasar dalam percakapan dimana si pembicara dan pendengar akan berusaha untuk berperan sewajarnya dalam proses percakapan (George Yule, 1997).
Maxim: Term to denote those requirements accepted as reasonable for effective communication which, if violated, could cause a breakdown in communication (Hadumod Busmann, 1998 p. 729).
7
Empat jenis maxim yang digunakan: Maxim of Quality
: give as much information as is needed.
Maxim of Quantity
: speak truthfully.
Maxim of Relation
: say things are relevant or relate.
Maxim of Manner
: say things clearly and briefly.
(Richard, Platt, & Weber, 1985, p. 65). Flouting the maxim: Pelanggaran terhadap maxim yang bisa membangkitkan maxim, serta dilakukan secara terang-terangan oleh pembicara dan sang pendengar mengakui pelanggaran yang dilakukan pembicara tersebut untuk tujuan tertentu (Grice).
G. Organization of the Study Skripsi ini dibagi dalam 5 bab. Bab 1 berisi background of the study, statements of the problem, purpose of the study, significance of the study, scope and limitation, definition of key terms, dan organization of the study. Bab dua berisi tentang review of related theories dan review of related studies. Kemudian metode penelitian akan dibahas di bab 3. Selanjutnya, bab 4 berisi findings and discussion. Kesimpulan dari penelitian skripsi berada di bab akhir, yaitu bab 5.
CHAPTER II REVIEW OF RELATED LITERATURE
Bab ini berisi tinjauan-tinjauan teori dan penelitian yang sangat penting untuk mendukung penelitan ini, juga sebagai dasar dari analisa penelitian.
A. Review of Related Theories Penelitian ini menggunakan teori yang berhubungan dengan conversational implicature yang akan dijelaskan dibawah ini: 1.
Conversational Implicature Conversational implicature adalah makna tersirat yang
tidak dinyatakan secara jelas dalam sebuah pernyataan (Yule, 1997). Dalam percakapan, ujaran-ujaran yang dinyatakan oleh pembicara terkadang tidak jelas maknanya. Dalam hal ini pendengar dituntut untuk memahami dan mengerti apa yang sedang dibicarakan oleh pembicara. 2.
Cooperative Principle Menurut Richard, Platt dan Webber, cooperative principle
merupakan hubungan kerjasama antara pembicara dan pendengar dalam penggunaan maxim (Longman dictionary of applied linguistics). Berbicaralah seperlunya sesuai dengan tujuan selama
8
9
percakapan berlangsung sehingga proses komunikasi berjalan lancar. Teori ini berkolaborasi dengan empat maxim yaitu, maxim of quality, maxim of quantity, maxim of relation dan maxim of manner. Maxim merupakan syarat-syarat yang digunakan untuk menentukan kelayakan komunikasi yang efektif (H. P. Grice, 1967). a.
Maxim of Quality Katakanlah yang sebenarnya anda ketahui (Yule, P. 37,
1997). Jangan mengatakan hal yang bersifat bohong, katakanlah dengan benar apa yang diketahui dan sesuai dengan faktanya. Contoh: Dimas: “Why did you come late last night?” Raka : “The car broke down” Dari contoh tersebut, Raka menjawab dengan jujur bahwa mobilnya rusak sehingga dia datang terlambat tadi malam.
b. Maxim of Quantity Katakanlah yang perlu dikatakan, dan jangan mengatakan hal yang tidak perlu dikatakan (Yule, P. 37, 1997). Dalam hal ini, pembicara tidak perlu memberi informasi lebih dari yang dibutuhkan. Pembicara cukup mengutarakan hal yang sepatutnya diutarakan tanpa mengurangi atau menambahi informasi yang dibutuhkan. Pembicara tidak perlu mengulang pembicaraan berkali-kali untuk menjelaskan sesuatu (Levinson, p. 103, 1984)
10 Contoh: Lina: “Where are you going?” Dino: “I’m going to the post office.” Dari contoh tersebut, Dino memnjawab pertanyaan Lina sesuai dengan jawaban yang dibutuhkan oleh Lina tanpa menambahkan informasi lainnya.
c.
Maxim of Relation Di maxim ini pembicara harus sesuai dan berhubungan
dengan topik
yang
sedang dibicarakan.
Pembicara harus
menjadikan kontribusinya secara relevan selama percakapan berlangsung (Leech, p. 94. 1983). Contoh: Daughter: “Where is my Teddy bear?” Mother : “It (= Teddy Bear) is in your room.” Dari contoh tersebut, jawaban sang ibu berkaitan dengan pertanyaan sang anak, dan tidak membicarakan hal lain.
d.
Maxim of Manner Berbicaralah secara singkat, padat dan jelas. Hindari
ketidakjelasan ekspresi dan penggunaan bahasa yang ambigu (Yule, 1997). Dalam maxim of manner, pembicara dituntut untuk berbicara secara jelas, ringkas dan tidak berbelit-belit untuk menghindari kegagalan dalam berkomunikasi.
11 Contoh: Father : Where was Alfred yesterday? Mother: He (= Alfred) went to the store and bought some whiskey. Dari contoh tersebut, sang Ibu menjawab secara rapi dan jelas tentang keberadaan Alfred kemarin.
3. Flouting the Maxim Dalam suatu percakapan seringkali terjadi pelanggaran terhadap maxim, pelanggaran tersebut disebut flouting the maxim. Flouting
the
maxim
merupakan
salah
satu
cara
untuk
membangkitkan implicature dimana hal ini jelas bagi pendengar bahwa maxim telah dilanggar, juga pendengar tahu bahwa sang pembicara telah melanggar maxim. Serta tidak ada tanda-tanda jika pembicara lebih memilih menggunakan cooperative principles (Grice). Menurut Thomas dalam bukunya Meaning in Interaction: An introduction to pragmatics, menyatakan bahwa, flouting the maxim ialah “a situation where a speaker blatantly fails to observe a maxim, not with any intention of deceiving or misleading, but because the speaker wishes to prompt the hearer to look for a meaning which is different from the expressed meaning” (p. 65, 1995). Pelanggaran terhadap maxim terjadi karena dalam ujarannya seorang pembicara mengutarakan sesuatu
12
dengan cara tersirat untuk tujuan tertentu. Di bawah ini merupakan 4 contoh pelanggaran terhadap maxim:
a.
Flouting maxim of quality Pelanggaran terhadap maxim of quality terjadi ketika
pembicara membicarakan sesuatu yang tidak sebenarnya (Grice). Contoh: Student : “Teheran’s in Turkey, isn’t it, teacher?” Teacher: “And London’s in America I suppose.” Guru tersebut memberikan jawaban yang melanggar maxim of quality, pelanggaran tersebut terjadi karena Sang Guru memberikan jawaban yang salah atas pertanyaan murid yang juga salah. Maksud dari pernyataan sang guru tersebut sebenarnya menyalahkan pertanyaan muridnya. Namun sang guru tidak memberikan jawaban yang seharusnya. Guru tersebut sebenarnya cukup mengatakan “No it is not” tetapi sang guru lebih memilih untuk melanggar maxim of quality dengan cara menjawab “And London’s in America I suppose.” dengan harapan bahwa muridnya tahu jika London tidak berada di Amerika melainkan berada di Inggris, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pernyataan guru tersebut mengandung implicature yang bermakna “Teheran bukan di Turki”
13 b. Flouting maxim of quantity Pelanggaran terhadap maxim of quantity terjadi ketika pembicara memberikan informasi lebih dari yang dibutuhkan ataupun kurangnya informasi yang diberikan oleh pembicara. Contoh: Sonia: “Are you going to work tomorrow?” Diana: “I am on jury duty, but I’ll have to go to the doctor in the evening. I have asked the manager for permission” Jawaban Diana atas pertanyaan Sonia terlalu panjang dan tidak menjawab pertanyaan Sonia secara langsung. Diana menjelaskan bahwa dia besok akan pergi ke dokter dan harus meminta izin kepada atasannya. Pernyataan Diana tersebut memiliki arti yang tersirat bahwa dia sebenarnya besok tidak bisa masuk kerja karena harus pergi ke dokter.
c.
Flouting maxim of relation Pelanggaran terhadap maxim of relation terjadi ketika
pembicara ataupun pendengar memberikan respon yang tidak berkaitan dengan topik pembicaraan. Contoh: Husband: There is somebody at the door Wife
: I’m in the bath
14
Sekilas percakapan antara kedua suami-istri tersebut sama sekali tidak ada sangkut-pautnya sehingga percakapan antara keduanya melanggar maxim of relation. Sebenarnya suaminya bermaksud untuk menyuruh istrinya membukakan pintu karena ada seseorang diluar yang mengetuk pintu, tetapi istrinya malah menjawab bahwa ia sedang berada di Kamar mandi. Sang istri mengimplikasikan jika ia tidak bisa membukakan pintu karena ia mungkin sedang berada di Kamar mandi.
d. Flouting maxim of manner Pelanggaran terhadap maxim of manner terjadi ketika pembicara ataupun pendengar memberikan respon yang bersifat ambigu dan tidak jelas. Contoh: i.
Kate: Do you know Jason? Will: He (= Jason) is a bachelor.
ii.
Harry: Where did they go? Phill : They go to the bank.
Berdasarkan Oxford Advanced Learner’s Dictionary 8th edition, contoh pertama, bachelor memiliki dua arti berbeda, arti pertama adalah ‘pria yang belum menikah’ sedangkan arti kedua yakni ‘orang yang menyandang gelar sarjana’. Pernyataan dari contoh pertama melanggar maxim of manner karna mengandung dua arti yang dapat membingungkan pembaca, arti pertama yakni
15
Jason adalah seorang bujangan, sedangkan arti kedua adalah Jason adalah seorang sarjana. Hal tersebut juga terjadi pada contoh kedua yang juga bersifat ambigu, Bank memiliki dua arti yang berbeda yaitu tempat menyimpan uang dan juga bisa berarti pinggiran atau tepi sungai.
B. Review of Related Studies Di bawah ini adalah dua karya ilmiah yang memiliki kesamaan dengan penelitian ini. 1.
The Conversational Implicature in Two Episode of “Desperate Housewives (Liliana Budiarto, 2007) Dalam penelitian ini, Liliana memfokuskan penelitiannya
pada makna tersirat yang terkandung dalam ujaran-ujaran yang diutarakan oleh empat tokoh utama serial TV “Desperate Housewives” dalam percakapan mereka antara satu sama lain. Liliana ingin menentukan ujaran mana saja yang mengandung implicature. Serta apa yang diimplikasikan berdasarkan bidang, tujuan dan cara dari teori discourse terhadap ujaran dalam percakapan. Data yang digunakan Liliana dalam penelitiannya adalah 2 episode pada serial pertama “Desperate Housewives” yaitu episode 15 dan 16. Kesamaan penelitian yang dilakukan oleh Liliana dan penulis
terletak
pada
penggunaan
teori
Implicature
dan
16 Conversational
Implicature.
Keduanya
juga
menggunakan
tayangan televisi sebagai obyek penelitian. Selain itu keduanya juga mencoba mencari pesan yang tersirat dalam percakapa yang terdapat disalah satu poin rumusan masalah. Meskipun memiliki kesamaan teori, objek dan masalah yang ingin diteliti, kedua penelitian ini masih memiliki banyak perbedaan. Perbedaan tersebut terletak pada poin lain yang diteliti. Penulis ingin menemukan ada atau tidaknya pelanggaran terhadap maxim dan juga jenis maxim yang dilanggar, sedangkan dalam penelitian milik Liliana ingin menemukan ujaran mana yang mengandung implicature. Selain itu objek penelitian penulis dan Liliana juga berbeda. Liliana menggunakan serial televisi luar negeri berjudul “Desperate Housewifes” yang berlatar belakang kebudayaan Amerika sebagai bahan penelitiannya, sedangkan penulis menggunakan acara talkshow dalam negeri yang tentu saja berlatar belakang kebudayaan Indonesia dengan judul “Sentilan Sentilun”.
2.
An Analysis of Implicature as Found in Transcript of Interview Between Barack Obama and Hisyam Melhem from Al-Arabiya Tv (Wakhana Putri, 2011) Putri mencoba untuk menemukan implicature yang ada
dalam transkrip wawancara antara Barrack Obama dan Hisyam
17
Melhem pada 26 Januari 2009 di Al-Arabiya TV tentang dunia muslim dan negoisasi antara Palestina dan Israel. Dalam penelitiannya Putri menggunakan teori cooperative principle milik Grice dan teori context milik Hymes. Teori cooperative principle juga digunakan oleh penulis penelitian ini. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Wakhana Putri dan Penulis terletak pada objek penelitian, teori yang digunakan dan juga poin-poin yang ingin diteliti. Penulis menggunakan talkshow yang bertemakan sindiran terhadap isu-isu sosial dan budaya yang terjadi di Masyarakat. Teori yang digunakan oleh penulis juga lebih beragam, antara lain teori Implicature, Conversational Impplicature, Cooperative Principles dan Maxim. Dalam rumusan masalah, penulis tidak hanya ingin menemukan pesan tersirat yang ada di percakapan antara kedua tokoh dalam talkshow Sentilan Sentilun namun juga ingin menemukan pelanggaran terhadap maxim dan maxim apa sajakah yang dilanggar oleh kedua tokoh. Kedua penelitian yang dilakukan oleh Liliana dan Putri telah menginspirasi penulis untuk melakukan penelitian terhadap implicature, selain itu penelitian-penelitian diatas membantu penulis untuk menentukan obyek penelitian.
CHAPTER III RESEARCH METHOD
A. Approach Penelitian
ini
menggunakan
pendekatan
penelitian
deskriptif kualitatif. Pendekatan deskriptif kualitatif digunakan karena data yang dikumpulkan dalam bentuk kata-kata atau kalimat dan penelitian ini diselesaikan dengan cara menjawab masalah berdasarkan data yang diperoleh dari sumber data.
B. Data Collection Pengumpulan data dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama merupakan data and source of data yang berisi data dan sumber data dari penelitian ini. Bagian kedua berisi alat-alat untuk mendapatkan data dan sumber data yang disebut sebagai instrument. Yang terakhir adalah procedure of data collection yang membahas cara untuk mendapatkan data dan sumber data melalui alat-alat yang tersedia. 1.
Data and Source of Data Sumber data dari penelitian ini merupakan transkrip percakapan dalam dua episode Sentilan Sentilun yang berjudul Menghargai Perempuan Indonesia
18
dan Maaf Memaafkan.
19 Percakapan tersebut antara kedua tokoh utama yaitu Ndoro Sentilan, Sentilun dan juga bintang tamunya. Sementara data yang digunakan adalah ujaran-ujaran yang melanggar maxim yang terjadi dalam percakapan antara kedua tokoh utama dan bintang tamu. 2.
Instrument Penulis penelitian bertindak sebagai instrumen dalam pelaksanaan penelitian ini. Data penelitian ini ditranskripkan dan dianalisa oleh penulis sendiri.
3.
Procedure of Data Collection Prosedur pengumpulan data dilakukan penulis dengan cara mendownload acara Sentilan Sentilun dari situs You Tube, kemudian penulis menonton dua episode yang digunakan sebagai sumber data penelitian dan mentranskripkannya sendiri dengan cara mendengarknnya berkali-kali. Setelah itu penulis menyeleksi ujaran mana sajakah yang melanggar maxim dan mengandung makna yang tersirat.
C. Data Analysis Penulis menganalisa data yang digunakan dalam penelitian ini dengan cara mengelompokkan percakapan antara kedua tokoh utama yaitu Ndoro Sentilan dan assistennya Sentilun yang
20 melanggar maxim atau Flouting the Maxim dan mengandung makna tersirat atau implicature. Pengelompokan Flouting Maxim didasarkan pada empat kriteria pelanggaran maxim yakni, flouting maxim of quantity, flouting maxim of quality, flouting maxim of relation dan yang terakhir flouting maxim of manner. Selanjutnya percakapan tersebut dikelompokkan sesuai dengan tipe maxim yang dilanggar oleh kedua tokoh utama. Selanjutnya, penulis mengidentifikasi makna yang tersirat dari ujaran-ujaran yang melanggar maxim atau flouted the maxim. Di bawah ini disajikan tabel yang digunakan oleh penulis untuk memudahkan analisis penulis dalam mengelompokkan ujaranujaran yang melanggar maxim atau flouted the maxim dan mengetahui makna tersiratnya. Tabel 3.1 : Flouting the Maxim and the Implicature Flouting the Maxim Utterances
Implicature Ql
Qn
R
M
Ql = Quality
R = Relation
Qn = Quantity
M = Manner
CHAPTER IV FINDINGS AND DISCUSSION
Dalam bab ini penulis akan mengalisa temuannya yaitu pelanggaran-pelanggaran terhadap maxim yang terjadi antar pembicara dalam “Sentilan Sentilun” episode “Menghargai Perempuan Indonesia” dan “Maaf Memmaafkan”. Selain itu penulis juga telah menemukan pesan tersirat yang mengandung makna kritik dari data yang telah dikumpulkan untuk dianalisa. Pembahasan hasil penelitian ini dibagi menjadi empat sesuai dengan empat maxim, yakni flouting maxim of quality, flouting maxim of quantity, flouting maxim of relation, dan flouting maxim of manner.
A.
Menghargai Perempuan Indonesia 1.
Flouting Maxim of Quality Pelanggaran terhadap Maxim of Quality terjadi ketika
pembicara mengatakan sesuatu yang tidak sebenarnya atau bohong dan juga tidak sesuai dengan fakta yang ada (Yule, p. 37, 1997). Dari hasil analisa data penulis menemukan dua ujaran yang melanggar maxim of quality.
21
22
a. Sentilan: mantep/ Sujiwo Tedjo/ wahaa… ini istrinya kan? Sujiwo : bener/ wah bahaya ini kalau begitu Tabel 4.1 Utterances Sujiwo: bener, wah bahaya ini kalau begitu
Flouting the Maxim Ql Qn R M √
Implicature Dia bukan istrinya
Percakapan tersebut terjadi setelah Sujiwo Tedjo memasuki panggung yang merupakan ruang tamu Sentilan. Sujiwo Tedjo masuk bersama seorang wanita yang bernama Valen, ketua dewan Institut Perempuan dan bukan istri Sujiwo Tedjo dan juga tidak berperan sebagai istri Sujiwo Tedjo yang saat itu sedang berperan sebagai Eyang Makmur. Berdasarkan teori Cooperative Principle yang digagas oleh Grice, pernyataan Sujiwo Tedjo melanggar maxim of quality, karena pernyataannya tidak bisa dibuktikan kebenarannya atau bersifat bohong. Saat itu Valen dan Sujiwo Tedjo hadir di “Sentilan Sentilun” sebagai bintang tamu. Valen saat itu hadir sebagai ketua dewan Institut Perempuan untuk berbicara tentang kemajuan, pendidikan dan kesejahteraan perempuan di Indonesia. Sedangkan Sujiwo Tedjo hadir sebagai Eyang Makmur yang Subur untuk menanggapi dan menimpali kritik-kritik dan sindiran yang dilontarkan Sentilun.
23 Saat
Eyang
Makmur
dan
Valen
datang
Sentilan
menyambut dan menanyakan apakah wanita yang berada disampingnya itu adalah istrinya dan Eyang Makmur menjawab “bener, wah bahaya ini kalau begitu” kata “bener” dalam ujaran Eyang Makmur merupakan suatu kebohongan karena Eyang Makmur mengiyakan pertanyaan Sentilun bahwa Valen adalah istrinya, padahal Valen bukan istrinya dan tidak sedang berperan sebagai istrinya.
b. Sentilun: iya/ naek derajatku jadi Eyang Jongos/ kalau perlu nanti aku mendirikan partai/ partai jongos/ lalu/ tuan ndoro kalau aku nanti jadi partai jongos/ aku jadi presiden jongos/ ya toh/ kemudian jadi ketua dewan Pembina jongos/ ketua majelis Tipingos// Pokoknya/ apapun sekarang ini kan lagi musim rangkap jabatan. Sentilan: maklum/ makin subur Sentilun: lha itu… Sentilan: ya ya ya ya/ oke oke… Sujiwo: karna jaman ini jaman perempuan ya/ jaman wanita kan/ merangkap jabatan itu idenya kan dari rangkap-rangkap itu/ itu sarannya perempuan juga/ perempuan pakainya rangkap-rangkap/ sudah ada luaran/ ada nanti korset/ pengikis/ lalu para pejabat/ kenapa jabatan gak boleh dirangkap? Sentilun: betul…
24
Sentilan: sebab/ kalau transparan itu mengganggu ketertiban umum Tabel 4. 2
Utterances Sujiwo: karna jaman ini jaman perempuan ya, jaman wanita kan, merangkap jabatan itu idenya kan dari rangkap-rangkap itu, itu sarannya perempuan juga, perempuan pakainya rangkaprangkap sudah ada luaran, ada nanti korset, pengikis lalu para pejabat, kenapa jabatan gak boleh dirangkap?
Flouting the Maxim Ql Qn R M
√
Implicature Pejabat tidak seharusnya menjabat lebih dari satu jabatan atau merangkap jabatan.
Pelanggaran terhadap maxim of quality dari percakapan diatas terjadi pada ujaran yang diucapkan oleh Sujiwo. Sujiwo menyatakan bahwa rangkap jabatan terinspirasi dari cara berpakaian wanita yang cenderung berlapis-lapis, padahal pada kenyataannya tidak ada pengaruh sama sekali antara cara berpakaian wanita dengan pejabat yang memiliki banyak jabatan. Maksud dari pernyataan Sujiwo yang menyamakan pejabat yang memiliki jabatan rangkap dengan cara berpaikan wanita yang rangkap-rangkap adalah untuk menyindir pejabat yang memiliki lebih dari satu jabatan. Dari ujarannya Sujiwo tidak sependapat atau tidak setuju adanya rangkap jabatan. Oleh sebab itu Sujiwo mengumpamakan rangkap jabatan dengan cara berpakaian wanita.
25 2. Flouting Maxim of Quantity Dalam teori cooperative principle, pembicara harus mematuhi aturan-aturan yang ada di 4 maxim, salah satunya maxim of quantity. Pada maxim ini pembicara diharuskan berbicara sesuai informasi yang akan diberikan dan tidak boleh memberikan informasi yang kurang atau lebih dari yang dibutuhkan. Ketika seorang pembicara memberikan informasi yang terlalu berlebihan atau juga mengurangi bobot informasi yang harus disampaikan berarti pembicara tersebut telah melanggar maxim of quantity. Disini penulis menemukan satu percakapan yang melanggar maxim of quantity.
a. Sentilan: hei/ semua kan berantakan/ kopi ya belom dibikin/ lantai belom disapu/ ini gimana sih/ waduh/ untung jadi pembantu saya/ jadi pembantu presiden modar kamu! Aduuh!!! Sentilun: kalo jadi pembantu presiden saya pasti akan rajin Sentilan: rajinnya kenapa? Sentilun: rajin korupsi,
26 Tabel 4. 3
Utterances
Flouting the Maxim Ql
Qn
R
Implicature
M
Sentilan: hei semua
Banyak pejabat
kan berantakan kopi
pemerintahan
ya belom dibikin
yang terjerat
lantai belom disapu
kasus korupsi
ini gimana sih waduh untung jadi
√
pembantu saya jadi pembantu presiden modar kamu! Aduuh!!!
Pada percakapan diatas Ndoro Sentilan marah melihat keadaan rumah yang berantakan karena belum dibersihkan oleh Sentilun. Pelanggaran terhadap maxim of quantity terjadi pada pernyataan Ndoro Sentilan yang terlalu panjang. Sebetulnya Ndoro Sentilan cukup mengatakan “kenapa rumah masih berantakan?” daripada harus menjelaskan satu per satu tentang keadaan rumah serta membandingkannya dengan pembantu presiden. Selain itu jawaban dari Sentilun terlalu berbelit dan sama sekali tidak memberikan informasi kenapa rumah masih berantakan. Dari percakapan antara Ndoro Sentilan dan Sentilun diatas terdapat maksud tersirat yang menganggap bahwa banyak pembantu presiden yang terjerat kasus korupsi. Pembantu presiden dalam hal ini adalah pejabat-pejabat negara yang berasal dari partai
27
yang sama dengan presiden. Dalam banyak kasus korupsi yang menjerat pejabat negara kebanyakan dari mereka merupakan anggota dari partai yang sama dengan presiden, oleh sebab itu Sentilun menyebutnya sebagai pembantu presiden.
3. Flouting Maxim of Relation Pelanggaran terhadap maxim of relation terjadi saat percakapan antara pembicara dan pendengar tidak berkaitan ataupun
berhubungan
dengan
materi
pembicaraan.
Disini
ditemukan dua percakapan yang melanggar maxim of relation. a. Sentilan: hei/ semua kan berantakan/ kopi ya belom dibikin/ lantai belom disapu/ ini gimana sih/ waduh/ untung jadi pembantu saya/ jadi pembantu presiden modar kamu! Aduuh!!! Sentilun: kalo jadi pembantu presiden saya pasti akan rajin Sentilan: rajinnya kenapa? Sentilun: rajin korupsi,
28 Tabel 4. 4 Flouting the Maxim Utterances
Implicature Ql
Qn
R
M
Sentilun: kalo
Pejabat Negara
jadi pembantu
rajin
presiden saya
melakukan √
pasti akan rajin
korupsi.
Sentilun: rajin korupsi,
Dalam
teori
cooperative
principle
ujaran
Sentilun
melanggar maxim of relation karena ujaran Sentilun tidak sesuai dengan pernyataan Sentilan tentang rumah yang masih berantakan. Dari percakapan diatas, Sentilan mempertanyakan keadaan rumah masih berantakan, tapi Sentilun menanggapinya dengan berkata bahwa dia akan rajin jika menjadi pembantu presiden. Tanggapan Sentilun atas pernyataan Sentilan sama sekali tidak berhubungan karena Sentilun tidak menjelaskan kenapa rumah masih berantakan oleh karena itu tanggapan Sentilun melanggar maxim of relation. Namun, ujaran sentilun sebenarnya mengandung makna tersirat. Sentilun sebenarnya bermaksud menyindir pejabat Negara yang banyak melakukan korupsi. Dalam ujarannya sentilun mengatakan dirinya akan rajin jika sudah menjadi pembantu presiden, tapi rajinnya bukan dalam hal pekerjaan melainkan
29
dalam hal korupsi. Disini Sentilun memaksudkan bahwa banyak pejabat Negara yang gemar melakukan korupsi.
b. Sentilun: iya/ naek derajatku jadi Eyang Jongos/ kalau perlu nanti aku mendirikan partai/ partai jongos/ lalu/ tuan ndoro kalau aku nanti jadi partai jongos/ aku jadi presiden jongos/ ya toh/ kemudian jadi ketua dewan Pembina jongos/ ketua majelis Tipingos/Pokoknya/ apapun sekarang ini kan lagi musim rangkap jabatan Sentilan: maklum/ makin subur Sentilun: lha itu… Sentilan: yayayaya oke oke… Sujiwo: karna jaman ini jaman perempuan ya/ jaman wanita kan/ merangkap jabatan itu idenya kan dari rangkap-rangkap itu/ itu sarannya perempuan juga/ perempuan pakainya rangkap-rangkap/ sudah ada luaran/ ada nanti korset/ pengikis lalu para pejabat/ kenapa jabatan gak boleh dirangkap? Sentilun: betul… Sentilan: sebab kalau transparan itu mengganggu
30 ketertiban umum Tabel 4. 5 Flouting the Maxim Utterances
Implicature Ql
Qn
R
M
Sentilan:
Kehidupan pejabat
maklum makin
yang memiliki √
subur
lebih dari satu jabatan hidupnya terjamin.
Percakapan diatas terjadi antara Ndoro Sentilan, Sentilun dan juga Sujiwo Tedjo. Percakapan diatas melanggar maxim of relation karena tidak relevan (Grice, 1975). Pelanggaran terjadi pada ujaran Sentilan yakni “maklum, makin subur” untuk menanggapi pernyataan Sentilun tentang rangkap jabatan. Padahal sama sekali tidak berhubungan antara rangkap jabatan dengan kesuburan. Sehingga pernyataan tersebut melanggar maxim of relation. Sementara itu, ujaran Sentilan yang melanggar maxim of relation tersebut juga mengandung maksud tersirat sebagai tanggapan terhadap pernyataan Sentilun sebelumnya. Sentilan mengatakan “maklum makin subur” dengan maksud bahwa orangorang yang memiliki banyak jabatan atau rangkap jabatan hidupnya
subur.
Subur
disini
memiliki
maksud
tentram,
31
berkecukupan
dan
makmur,
sebab
mereka
mendapatkan
pendapatan lebih dari satu sumber. Pendapatan dari berbagai sumber itulah yang menyebabkan kehidupan orang-orang dengan jabatan rangkap menjadi subur.
4. Flouting Maxim of Manner Pelanggaran terhadap maxim of manner terjadi ketika dalam ujarannya pembicara ataupun pendengar mengutarakan ketidakjelasan ekspresi dalam kalimatnya. Selain itu pembicara ataupun pendengar memberikan keterangan yang bersifat ambigu, tidak ringkas dan tidak tertata dengan baik. Di bawah ini penulis menemukan tiga percakapan yang melanggar maxim of manner. a. Sentilan: wah itu penting itu/ gimana itu? Sentilun: nah/ mungkin mereka itu sudah capek/ ngadu ke para pejabat setempat nggak didengerin/ maka mengadunya kepada SEN-TI-LUN Tabel 4. 6 Utterances Sentilun: nah mungkin mereka itu sudah capek ngadu ke para pejabat setempat nggak didengerin maka mengadunya kepada SEN-TILUN
Flouting the Maxim Ql Qn R M
Implicature Pejabat negara tidak peduli pada masalah warga negaranya.
√
32 Dari percakapan tersebut, pelanggaran maxim of quality dilakukan oleh Sentilun. Pelanggaran tersebut terjadi karena Sentilun memberikan ketidakjelasan ekspresi ketika menyebutkan namanya. Cara Sentilun menyebutkan namanya memberikan maksud
tersendiri
yang
mungkin
sulit
dipahami
oleh
pendengarnya, sehingga ujaran tersebut melanggar maxim of manner. Ujaran Sentilun yang melanggar maxim of manner tersebut sebenarnya mengandung makna tersembunyi. Makna yang mungkin dimaksudkan oleh Sentilun adalah masyarakat lebih nyaman mengadukan masalah kepada Sentilun karena pejabat negara kurang aktif terhadap aduan warga negaranya sehingga Sentilun menjadi alternatif untuk mengadukan masalah warga negara yang juga berarti bahwa Sentilun lebih baik dari pejabat negara yang tidak peduli masalah warganya.
b.
Sentilun: iya/ naek derajatku jadi Eyang Jongos/ kalau perlu nanti aku mendirikan partai/ partai jongos/ lalu/ tuan ndoro kalau aku nanti jadi partai jongos/ aku jadi presiden jongos/ ya toh/ kemudian jadi ketua dewan Pembina jongos/ ketua majelis Tipingos// Pokoknya/ apapun sekarang ini kan lagi musim rangkap jabatan
33
Sentilan: maklum/ makin subur Sentilun: lha itu… Sentilan: yayayaya oke oke… Sujiwo: karna jaman ini jaman perempuan ya/ jaman wanita kan/ merangkap jabatan itu idenya kan dari rangkap-rangkap itu/ itu sarannya
perempuan
juga/
pakainya
rangkap-rangkap/
perempuan sudah
ada
luaran/ ada nanti korset/ pengikis lalu para pejabat/
kenapa
jabatan
gak
boleh
dirangkap? Sentilun: betul… Sentilan: sebab/ kalau transparan itu mengganggu ketertiban umum Tabel 4. 7
Utterances Sentilan:
Ql
Qn
R
M
sebab
kalau transparan itu
Flouting the Maxim
mengganggu
Implicature Pemerintahan
√
dianggap tidak transparan.
ketertiban umum
Dari percakapan di atas ujaran yang melanggar maxim of manner adalah ujaran yang diutarakan oleh Sentilan pada bagian akhir percakapan. Sentilan mengatakan “sebab kalau transparan
34
itu mengganggu ketertiban umum” sebagai tanggapan atas percakapan yang terjadi sebelumnya yakni tentang rangkap jabatan yang diutarakan oleh Sentilun dan pakaian perempuan yang diutarakan oleh Sujiwo. Ujaran tersebut melanggar maxim of manner sebab ujaran Sentilan tidak jelas. Ujaran Sentilan tersebut dapat membuat bingung pendengarnya, pendengar mungkin menangkap maksud dari ujaran Sentilan bahwa rangkap jabatan bisa mengganggu ketertiban umum atau mungkin pendengar menangkapnya sebagai pakaian transparan yang bisa mengganggu ketertiban umum. Dari ketidakjelasan itulah maka ujaran Sentilan melanggar maxim of manner. Disisi lain ujaran tersebut mengandung makna tersirat, bahwa hal-hal yang transparan bisa menggangu ketertiban umum. Transparan yang dimaksudkan oleh Sentilan bukan hanya baju transparan saja, tapi juga sebagai contohnya laporan keuangan dan yang sejenisnya.
c. Sentilan: Hebat itu/ begini Sentilun mumpung ada Bu Valen kan/ jadi apakah kemajuan pendidikan memang telah benar-benar mengubah/ nasib mereka/ ya kan/ apalagi kan/ sekarang ini anggaran pendidikan 20% dari APBN ya Bu ya? Sentilun: gedhe itu Ndoro
35
Sentilan: wah, tapi penyelenggaraannya/ haa… Tabel 4. 8
Utterances
Flouting the Maxim Ql Qn R M
Sentilan: wah, tapi penyelenggar aannya haa…
√
Implicature Penyelenggaraan anggaran pendidikan tidak dilaksanakan dengan baik.
Pada percakapan ketiga, ujaran Sentilan melanggar maxim of
manner
karena
memiliki
ekspresi
yang
tidak
jelas.
Ketidakjelasan ekspresi tersebut terjadi dari cara Sentilan menyampaikan ujarannya. Ketidakjelasan tersebut terjadi karena Sentilan ingin menyampaikan maksud lain dalam ujarannya namun Sentilan tidak mengutarakannya secara jelas sehingga ujaran Sentilan tersebut melanggar maxim of manner. Dari pelanggaran tersebut, Sentilan sebenarnya ingin mengutarakan hal lain yang tersirat dalam ujarannya. Maksud yang ingin
disampaikan
oleh
Sentilan
adalah
mempertanyakan
penyelenggaraan anggaran pendidikan yang mencapai 20% dari APBN. Anggaran tersebut cukup banyak untuk membenahi pendidikan di Indonesia, namun pada kenyataannya pendidikan di Indonesia masih belum bisa dikatakan baik. Sehingga Sentilun mempertanyakannya dengan cara seperti diatas.
36 B.
Maaf Memaafkan 1.
Flouting Maxim of Quality Pada
episode
“Maaf
Memaafkan”
ditemukan
dua
percakapan yang melanggar maxim of quality. a. Sentilun: kepingin nggak sih jadi presiden? Kalo sudah wakil Cak Lontong: Ndoro/ Lun/ biasanya yang pingin jadi presiden itu/ yang punya stasiun televisi/ kalau Pak Boediono kan nggak punya stasiun televisi Pak ya? Tabel 4. 9
Utterances Cak Lontong: Ndoro Lun biasanya yang pingin jadi presiden itu yang punya stasiun televisi kalau Pak Boediono kan nggak punya stasiun televisi Pak ya?
Flouting the Maxim Ql Qn R M
√
Implicature Boediono tidak akan menjadi calon presiden atau calon wakil presiden pada pemilu presiden 2014.
Pada percakapan di atas pelanggaran terhadap maxim of quality terjadi pada ujaran yang diutarakan oleh Cak Lontong. Menurut Cak Lontong orang yang ingin menjadi presiden adalah orang yang memiliki stasiun televisi, namun pernyataan Cak Lontong tidak sepenuhnya benar. Memang dalam kenyataannya ada beberapa calon presiden ataupun wakil presiden yang memiliki stasiun televisi tetapi juga banyak calon presiden yang tidak
37 memiliki stasiun televisi dan berasal dari berbagai latar belakang. Oleh karena itu pernyataan Cak Lontong melanggar maxim of quality karena tidak sepenuhnya benar. Pelanggaran yang terjadi dalam ujaran Cak Lontong di atas mengandung
maksud
yang
tersirat.
Maksud
yang
ingin
disampaikan oleh Cak Lontong dalam ujaran tersebut yakni untuk menanggapi situasi sosial dan politik yang sedang terjadi di masyarakat. Dalam persiapan pemilihan presiden 2014 di Indonesia terdapat beberapa nama calon presiden dan calon wakil presiden yang menjadi pemilik dari stasiun televisi nasional di Indonesia. Ujaran Cak Lontong yang melanggar maxim tersebut semata-mata untuk menanggapi situasi sosial politik yang sedang terjadi di masyarakat.
b.
Sentilun: Ndoro/ kalo saya sih kok malah tertarik bicara soal ini/ Ndoro/ mudik. Lha lebaran gini kan musimnya orang-orang mudik /seperti Korps Jongos/ hehehe… pulang
kampung/
tapi
ini
loh
persoalannya/ kenapa kok selalu muncul masalah? Misalnya Ndoro/ soal tingkat kecelakaan di Jalanan pada saat mudik// Tahun lalu itu/ berapa ratus orang yang harus gugur diperjalanan mudik// Saya
38
curiga ini/ jangan-jangan ini memang sengaja dibiarkan/ untuk ini Ndoro/ pengurangan jumlah penduduk. Sentilan: gimana itu? Sentilun: lha kok tanya saya? Sentilan: salah ya Tabel 4. 10
Utterances Sentilun: Ndoro kalo saya sih kok malah tertarik bicara soal ini Ndoro mudik. Lha lebaran gini kan musimnya orangorang mudik seperti Korps Jongos hehehe… pulang kampung tapi ini loh persoalannya kenapa kok selalu muncul masalah? Misalnya Ndoro soal tingkat kecelakaan di Jalanan pada saat mudik Tahun lalu itu berapa ratus orang yang harus gugur di perjalanan mudik Saya curiga ini janganjangan ini memang sengaja dibiarkan untuk ini Ndoro pengurangan jumlah penduduk.
Flouting the Maxim Ql Qn R M
Implicature Kenapa tidak ada penanganan transportasi saat mudik.
√
39 Pada percakapan kedua, pelanggaran terhadap maxim of quality dilakukan oleh Sentilun. Dalam ujarannya Sentilun menyatakan bahwa tingkat kecelakaan yang tinggi disaat mudik merupakan sebuah cara untuk mengurangi jumlah penduduk. Pernyataan
tersebut
sepenuhnya
salah
sebab
pengurangan
penduduk diatasi dengan program KB, sedangkan tingginya kecelakaan di Jalan raya yang terjadi pada saat mudik disebabkan oleh banyaknya jumlah kendaraan yang melintas di Jalan raya, kondisi jalanan yang rusak serta kurangnya kesadaran pengguna jalan akan keselamatan saat berkendara. Sentilun mungkin dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap maxim of quality untuk menyampaikan suatu maksud tertentu. Maksud yang sebenarnya ingin disampaikan oleh Sentilun lewat ujarannya yang melanggar maxim of quality adalah sebuah pertanyaan yang sesungguhnya dia tujukan kepada Boediono tentang kinerja pemerintah untuk mengatasi tingginya tingkat kecelakaan pada saat musim mudik tiba.
2. Flouting Maxim of Quantity Pelanggaran terhadap maxim of quality banyak ditemukan di episode “Maaf Memaafkan”. Disini penulis menemukan empat percakapan yang melanggar teori maxim of quality.
40
a. Boediono: ini kan singgasana Bapak itu Sentilan: nah ini nih/ soalnya itu banyak orang kan/ rebutan kursi tho Cak Lontong: Ndoro/ itu yang patut ditiru dari Pak Boediono Sentilan: apa? Cak Lontong: nggak bingung/ nggak rebutan kursi/ milih kursi
juga yang secukupnya/
sepantasnya Tabel 4. 11
Utterances
Flouting the Maxim Ql
Qn
R
M
Implicature
Cak Lontong:
Seharusnya
nggak bingung
pejabat
nggak rebutan
pemerintahan
kursi milih kursi
√
menyesuaikan
juga yang
kemampuannya
secukupnya
dengan
sepantasnya.
jabatannya.
Pelanggaran maxim of quantity pada percakapan diatas dilakukan oleh Cak Lontong. Pada percakapan tersebut Cak Lontong melakukan pelanggaran dengan cara tidak memberikan informasi dalam ujarannya secara jelas. Cak Lontong mengatakan “nggak bingung/ nggak rebutan kursi/ milih kursi juga yang secukupnya/ sepantasnya” kata kursi dalam ujaran Cak Lontong
41
tidak memberikan informasi yang jelas, apakah benar-benar kursi untuk duduk atau kursi dalam artian lain sehingga ujaran Cak Lontong melanggar maxim of quantity. Ujaran Cak Lontong yang melanggar maxim of quantity tersebut mengandung sebuah pesan yang ingin disampaikan oleh Cak Lontong. Pada ujarannya “nggak bingung/ nggak rebutan kursi/ milih kursi juga yang secukupnya/ sepantasnya” Kata kursi dalam ujaran Cak Lontong bukan sekedar kursi yang digunakan untuk duduk. Cak Lontong memaksudkan kursi dalam ucapannya sebagai jabatan. Menurut Cak Lontong dari percakapan diatas, saat ini banyak sekali orang yang berebut jabatan, terutama jabatan strategis dipemerintahan.
b. Sentilun: Penggemar Soto Kadimiro// Lha iya ini menarik betul Ndoro/ sebab menurut/ analisis saya/ Pak Boediono itu kan wakil presiden// Umumnya ya Ndoro/ wakil kepala sekolah itu nanti naiknya jadi kepala sekolah. Sentilan: o naik tingkat/ yayayayaya... Sentilun: wakil direktur/ naiknya/ jadi direktur Sentilan: munggah kelas Sentilun: wakil presiden kok/ hehehe…
42 Tabel 4. 12 Flouting the Maxim Utterances
Implicature Ql
Qn
R
M
Sentilun:
Apakah Pak √
wakil presiden
Boediono ingin
kok/ hehehe…
menjadi presiden setelah menjadi wakil?
Dari percakapan di atas, ujaran Sentilun pada akhir percakapan melanggar maxim of quantity. Pelanggaran tersebut terjadi karena Sentilun tidak memberikan informasi yang jelas. Kurangnya informasi yang diberikan oleh Sentilun terjadi karena pernyataan Sentilun menggantung dengan mengatakan “wakil presiden
kok/
hehehe…”
pernyataan
tersebut
seharusnya
diteruskan sehingga informasi yang disampaikan bisa lengkap dan jelas. Selain itu, ujaran Sentilun yang melanggar maxim of quantity tersebut memiliki maksud tersirat. Dari pernyataannya, Sentilun sebenarnya ingin bertanya kepada Boediono setelah menjadi wakil presiden apakah Boediono memiliki keingin untuk menjadi presiden. Tetapi Sentilun tidak menanyakannya secara langsung dan jelas.
43
c. Cak Lontong : aku kasih uang/ mumpung lebaran Sentilun: wah bener nih? Cak Lontong: hem/ mohon maaf Pak ya Sentilun: saya kok/ jadi curiga ya/ ini/ janganjangan kamu mau/ money politics ini? Cak Lontong mau jadi caleg ya? Tabel 4. 13
Utterances
Flouting the Maxim Ql Qn R M
Sentilun: saya kok/ jadi curiga ya/ ini/
Implicature Praktek money
√
politics sudah
jangan-jangan
biasa dilakukan
kamu mau/money
oleh para calon
politics ini? Cak
legislative untuk
Lontong mau jadi
memenangkan
caleg ya?
pemilu legislatif.
Pada percakapan di atas, pelanggaran maxim of quantity kembali dilakukan oleh Sentilun. Pelanggaran tersebut terjadi saat Sentilun mengatakan “saya kok/ jadi curiga ya/ ini/ jangan-jangan kamu mau/ money politics ini? Cak Lontong mau jadi caleg ya” disini Sentilun memberikan terlalu banyak informasi dalam ujarannya. Sebenarnya Sentilun cukup mengatakan “apakah ini money politics?” kepada Cak Lontong. Sehingga pernyataannya tidak perlu terlalu panjang.
44
Pelanggaran maxim of quantity yang dilakukan oleh Sentilun dalam ujarannya mengandung makna tersirat. Pada ujarannya tersebut, Sentilun sebenarnya menyindir praktek money politics yang seringkali dilakukan oleh para caleg dengan tujuan agar
mereka
mendapatkan
suara
dari
pemilih
dan
bisa
memenangkan pemilihan legislatif. Oleh sebab itu Sentilun mengatakan “saya kok/ jadi curiga ya/ ini/ jangan-jangan kamu mau/ money politics ini? Cak Lontong mau jadi caleg ya”
d. Sentilan: begini Ndoro/ menurut analisis saya/ itulah perbedaan rakyat kecil dengan politisi itu Ndoro Sentilan: bedanya apa? Sentilun: kalo rakyat kecil/ itu mengembalikan uang yang memang tidak pantas diterimanya. Sentilan: ooh/ kalo politisi? Sentilun: yang di Senayan itu Ndoro/ wuaah… Tabel 4. 14
Utterances
Flouting the Maxim Ql
Qn
Sentilun: yang di Senayan itu Ndoro/wuaah…
R
M
Implicature Anggota Parlemen
√
di Indonesia.
45 Berdasarkan teori yang dicetuskan Grice, pelanggaran maxim of quantity dari percakapan diatas dilakukan oleh Sentilun. Pernyataan Sentilun “yang di Senayan itu Ndoro/ wuaah…” tidak memberikan informasi yang cukup. Sekilas tidak cukup jelas apa yang dimaksud Sentilun dengan Senayan. Seharusnya Sentilun memberikan informasi yang cukup untuk menanggapi pertanyaan Sentilan “ooh/ kalo politisi?” sehingga ujarannya lebih mudah dipahami. Dari pernyataan Sentilun ditemukan pesan tersirat yang sebenarnya ingin disampaikan oleh Sentilun lewat pelanggaran maxim of quantity. Dari ujarannya “yang di Senayan itu Ndoro/ wuaah…” Sentilun menunjuk parlemen dengan kata Senanyan. Penggunaan kata Senayan untuk menggatikan kata parlemen dilakukan oleh Sentilun karena gedung parlemen berada di kawasan Senayan. Dari percakapan tersebut Sentilun bermaksud mengatakan bahwa anggota parlemen yang berkantor di Senayan tidak memiliki hati seperti rakyat kecil yang akan mengembalikan sesuatu yang bukan haknya.
3. Flouting Maxim of Relation Di bawah ini penulis menemukan percakapan yang melanggar maxim of relation di episode “Maaf Memaafkan”. a. Cak Lontong: karena Pak Boediono nggak milih-milih kursi/ saya juga bawa kursi sendiri Sentilun: kursi
46 Sentilan: apa itu? Cak Lontong: lho ini ada filosofinya ini Sentilan: apa? Cak Lontong: orang besar/ itu jangan cuma mikirin milih kursi/ tapi juga harus mikirin rakyat kecil// Makanya/ Pak silahkan duduk loh Pak Tabel 4. 15
Utterances Cak Lontong: orang besar/ itu jangan cuma mikirin milih kursi/ tapi juga harus mikirin rakyat kecil// Makanya/ Pak silahkan duduk loh Pak
Flouting the Maxim Ql Qn R M
√
Implicature Anggota parlemen dan orang-orang yang memiliki pengaruh sosial politik yang besar harus memikirkan nasib rakyat dan tidak hanya memikirkan jabatan yang ingin diperoleh.
Pada percakapan tersebut, pelanggaran maxim of relation dilakukan oleh Cak Lontong. Dalam percakapan diatas antara Cak Lontong, Sentilan dan Sentilun membahas tentang kursi, orang besar dan rakyat kecil. Pelanggaran maxim of relation yang dilakukan oleh Cak Lontong terjadi karena Cak Lontong mengubah topik pembicaraannya dari kursi ke orang besar dan rakyat kecil.
47
Di sisi lain, ujaran Cak Lontong “orang besar/ itu jangan cuma mikirin milih kursi/ tapi juga harus mikirin rakyat kecil// Makanya/ Pak silahkan duduk loh Pak.” memiliki pesan yang tersirat. Orang besar yang dimaksud Cak Lontong adalah orangorang yang memiliki jabatan dan kaum borjuis. Sedangkan kursi yang dimaksud adalah jabatan. Dalam ujarannya Cak Lontong bermaksud mengatakan bahwa orang-orang yang memiliki pengaruh besar baik dalam lingkungan sosial maupun politik agar tidak hanya memikirkan dirinya sendiri tapi juga harus memikirkan rakyat yang masih miskin.
4. Flouting Maxim of Manner Penulis menemukan enam pelanggaran maxim of manner yang dilakukan oleh pembicara pada Sentilan Sentilun episode “Maaf Memaafkan”. a. Boediono: ini kan singgasana Bapak itu Sentilan: nah ini nih/ soalnya itu banyak orang kan/ rebutan kursi tho Cak Lontong: Ndoro/ itu yang patut ditiru dari Pak Boediono Sentilan: apa? Cak Lontong: nggak bingung/ nggak rebutan kursi/ milih kursi juga yang secukupnya/ sepantasnya
48 Tabel 4. 16
Utterances Cak Lontong: nggak bingung/ nggak rebutan kursi/ milih kursi juga yang secukupnya/ sepantasnya
Flouting the Maxim Ql Qn R M
√
Implicature Jabatan seseorang harusnya disesuaikan dengan kemampuannya.
Pada percakapan diatas pelanggaran maxim of manner terjadi pada ujaran Cak Lontong. Dalam ujarannya Cak Lontong menyebut kata kursi yang tidak jelas maknanya. Kata kursi dalam ujaran Cak Lontong memiliki dua kemungkinan arti, arti pertama yaitu benda yang digunakan untuk duduk, sementara arti kedua adalah jabatan. Ujaran Cak Lontong tersebut bersifat ambigu dan memiliki ketidakjelasan arti sehingga melanggar maxim of manner. Ujaran yang melanggar maxim of manner tersebut memiliki pesan tersirat. Dari percakapan diatas, kata kursi yang digunakan memiliki arti jabatan. Dalam percakapan tersebut para pembicara yang terlibat sedang membicarakan tentang jabatan dan bukan kursi dalam artian benda yang digunakan untuk duduk. Pesan tersirat yang ingin disampaikan oleh Cak Lontong dengan mengatakan “nggak bingung/ nggak rebutan kursi/ milih kursi juga yang secukupnya/ sepantasnya” adalah agar manusia tidak
49
selalu meributkan jabatan, dan memilih jabatan harusnya disesuaikan dengan kemampuannya.
b. Sentilun: Penggemar Soto Kadimiro// Lha iya ini menarik betul Ndoro/ sebab menurut/ analisis saya/ Pak Boediono itu kan wakil presiden// Umumnya ya/ Ndoro wakil kepala sekolah itu nanti naiknya jadi kepala sekolah. Sentilan: O naik tingkat/ yayayayaya... Sentilun: wakil direktur/ naiknya/ jadi direktur Sentilan: munggah kelas Sentilun: wakil presiden kok/ hehehe… Tabel 4. 17
Utterances Sentilun: Penggemar Soto Kadimiro// Lha iya ini menarik betul Ndoro/ sebab menurut/ analisis saya/ Pak Boediono itu kan wakil presiden// Umumnya ya/ Ndoro wakil kepala sekolah itu nanti naiknya jadi kepala sekolah. Wakil direktur/ naiknya/ jadi direktur. Wakil presiden kok/ hehehe…
Flouting the Maxim Ql Qn R M
Implicature Apakah Bapak Boediono tidak ingin jadi presiden setelah jadi wakil?
√
50 Pelanggaran terhadap maxim of manner dalam percakapan diatas terjadi karena ujaran Sentilun yang terlalu bertele-tele. Pada percakapan diatas ujaran Sentilun tidak ringkas. Ujaran Sentilun yang tidak ringkas dan terlalu bertele-tele tersebut melanggar maxim of manner. Ujaran Sentilun di atas mengandung makna tersirat. Dalam ujarannya, Sentilun bermaksud bertanya kepada Boediono tetapi Sentilun tidak menggunakan pertanyaan secara langsung. Dia lebih memilih menggunakan perumpamaan-perumpamaan dari wakil kepala sekolah sampai wakil direktur. Perumpamaan tersebut digunakan untuk mempersopan pertanyaan yang ingin diajukan Sentilun yaitu “apakah Boediono tidak ingin menjadi presiden setalah menjadi wakil presiden?”
c. Sentilun: begini loh Ndoro/ pejabat yang melakukan Open House/ itu membuktikan kalau rumah mereka itu sangat terbuka/ buat rakyat pada saat/ hari lebaran// Persoalannya/ itu masalahnya/ diluar hari lebaran apakah rumah mereka juga terbuka untuk rakyat?
51 Tabel 4. 18 Flouting the Maxim Ql Qn R M
Utterances Sentilun: begini loh Ndoro/ pejabat yang melakukan Open House/ itu membuktikan kalau rumah mereka itu sangat terbuka/ buat rakyat pada saat/ hari lebaran// Persoalannya/ itu masalahnya/ diluar hari lebaran apakah rumah mereka juga terbuka untuk rakyat?
√
Implicature Pejabat yang seharusnya terbuka kepada rakyat, mereka berkewajiban menerima keluhan rakyat kapanpun.
Pelanggaran maxim of manner terjadi dalam ujaran Sentilun di atas karena terlalu panjang dan tidak ringkas. Sebenarnya Sentilun cukup mengatakan “apakah rumah pejabat tetap terbuka untuk rakyat selain hari lebaran?” daripada menggunakan
pernyataan
yang
panjang
dan
lebar
untuk
menyampaikan suatu maksud. Terdapat pesan tersirat yang sebenarnya ingin disampaikan oleh Sentilun dalam ujarannya. Sentilun bermaksud mengkritik pejabat yang hanya membuka rumahnya untuk rakyat pada saat hari lebaran saja, sementara diluar hari lebaran mereka tertutup kepada rakyat kecil.
52 d. Cak Lontong: aku kasih uang/ mumpung lebaran Sentilun: wah bener nih? Cak Lontong: hem/ mohon maaf Pak ya Sentilun: saya kok/ jadi curiga ya/ ini/ janganjangan kamu mau/ money politics ini? Cak Lontong mau jadi caleg ya? Tabel 4. 19
Utterances Sentilun: saya kok/ jadi curiga ya/ ini/ jangan-jangan kamu mau/ money politics ini? Cak Lontong mau jadi caleg ya?
Flouting the Maxim Ql Qn R M
√
Implicature Pemilihan umum legislatif di Indonesia selalu diwarnai money politics.
Pada percakapan ketiga dalam Sentilan Sentilun episode “Maaf Memaafkan” Sentilun mengatakan “saya kok/ jadi curiga ya/ ini/ jangan-jangan kamu mau/ money politics ini? Cak Lontong mau jadi caleg ya?” terlalu panjang dan bertele-tele sehingga melanggar maxim of manner. Sebenarnya agar ujarannya lebih ringkas dan jelas sebagai contohnya Sentilun bisa mengatakan “apakah Cak Lontong mau jadi caleg?” sehingga ujarannya tidak perlu panjang. Lebih dari itu, ujaran Sentilun yang melanggar maxim of manner di atas mengandung pesan tersirat. Dalam ujarannya Sentilun bermaksud untuk menyindir praktek money politics yang sering terjadi setiap pemilihan umum. Dalam percakapan di atas
53 Sentilun menyidir para caleg yang sering melakukan praktek money politics menjelang pemilihan legislatif.
e. Sentilan: jadi pejabat itu tak perlu takut? Sentilun: ndak perlu/ jadi tingkat birokrat/ dirjen itu/
santai-santailah
Semakin
ada
kritik/
sama itu
kritik// sandang
pangannya majikan saya jadi terjaga itu// Sebab gini Ndoro/ menurut/ analisis saya// sebuah Negara itu tidak akan runtuh oleh berjuta-juta kritik/ tapi sebuah Negara/itu/ akan runtuh/ oleh berjuta-juta KORUPSI// Bener/ bener kan?
54 Tabel 4. 20 Flouting the Maxim Utterances
Implicature Ql
Qn
Sentilun: ndak perlu/ jadi tingkat birokrat/ dirjen itu/ santai-santailah sama kritik// Semakin ada kritik/ itu sandang pangannya majikan saya jadi terjaga itu// Sebab gini Ndoro/ menurut/ analisis saya// sebuah Negara itu tidak akan runtuh oleh berjuta-juta kritik/ tapi sebuah Negara/itu/ akan runtuh/ oleh berjuta-juta KORUPSI// Bener/ bener kan?
R
M Kritik tidak akan menyebabkan suatu Negara menjadi hancur. Penyebab hancurnya suatu Negara adalah praktek korupsi. √
Pada percakapan terakhir, pelanggaran terhadap maxim of quantity dilakukan oleh Sentilun. Pelanggaran tersebut terjadi karena dalam ujarannya terdapat ketidakjelasan ekspresi yang diutarakan oleh Sentilun dalam penyebutan kata korupsi. Sentilun menyebut kata korupsi dengan penekanan khusus. Penekanan
kata
korupsi
dilakukan
Sentilun
untuk
menyampaikan suatu makna. Makna yang mungkin ingin disampaikan oleh Sentilun adalah mengingatkan bahwa koruspi
55
merupakan salah satu hal yang patut diperangi karena dapat menyebabkan runtuhnya suatu negara. Dari seluruh diskusi di atas, penulis menemukan bahwa dalam Sentilan Sentilun maxim yang paling sering dilanggar adalah maxim of manner dengan delapan percakapan, maxim of quantity lima percakapan, maxim of quality empat percakapan dan maxim of relation tiga percakapan. Penulis menemukan bahwa satu percakapan bisa melanggar lebih dari satu maxim. Selain itu, pelanggaran-pelanggaran tersebut dilakukan dengan berbagai tujuan seperti, mengkritik, memperhalus dan menyampaikan peringatan.
CHAPTER V CONCLUSION AND SUGGESTION A. Conclusion Kritik merupakan hal yang biasa terjadi dalam masyarakat. Kritik bisa bersifat membangun dan bahkan bisa bersifat menjatuhkan
tergantung
cara
penyampaiannya.
Dalam
menyampaikan kritik, masyarakat bisa menggunakan surat, orasi, dan juga media elektronik seperti televisi. Saat ini banyak acara televisi yang menyediakan ruang untuk menyuarakan kritik, uneguneg dan saran dari masyarakat kepada pemerintahan. Sentilan Sentilun merupakan salah satu contoh tayangan televisi yang menyuarakan kritik terhadap pemerintahan, isu-isu sosial dan politik yang sedang terjadi di masyarakat. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk meneliti pelanggaran terhadap maxim of conversation yang meliputi maxim of quality, maxim of quantity, maxim of relation dan maxim of manner serta implied meaning yang terkandung dalam percakapan antar pemeran Sentilan Sentilun yaitu, Ndoro Sentilan, Sentilun dan beberapa bintang tamu. Teori yang digunakan oleh penulis untuk meneliti pelanggaran terhadap maxim of conversation dan implied meaning dalam Sentilan Sentilun adalah teori cooperative principle yang dicetuskan oleh Grice. Pada penelitian ini penulis menemukan
pelanggaran-pelanggaran
56
terhadap
maxim
of
57
conversation,
setelah
menemukan
pelanggaran-pelanggaran
tersebut penulis mulai menganalisa implied meaning pada percakapan antar pemain dalam Sentilan Sentilun. Penulis juga menemukan bahwa satu ujaran bisa melanggar lebih dari satu maxim of conversation.
B. Suggestion Disarankan kepada peneliti lain yang ingin meneliti implied meaning bisa menggunakan obyek penelitian lain yang sesuai. Atau jika ingin meneliti obyek yang sama dengan penulis, peneliti lain bisa menggunakan teori lain sebagai contoh, gaya bahasa. Selain itu penelitian maxim of conversation atau juga implied meaning bisa menggunakan objek percakapan yang terjadi sehari-hari.
BIBLIOGRAPHY Budiarti, Liliana. 2007. “The Conversational Implicature in Two Episode of “Desperate Housewives”. Skripsi, Universitas Kristen Petra Fromkin, V., Rodman, R. and Hyams, N. 2003. An Introduction to Language (7th Edition). Massachusetts: Heinle Hornby, A.S. 2010. Oxford Advanced Learner’s Dictionary (8th edition). Oxford: Oxford University Press Leech, G.N. 1983. Principles of Pragmatics. London: Longman Group Mey, Jacob L. 1993. Pragmatics: an Introduction. Cambridge: Basil Blackwell Inc. Putri, Wakhana. 2011. “An Analysis of Implicature as Found in Transcript of Interview between Barack Obama and Hisyam Melhem from AlArabiya Tv”. Skripsi, Universitas Andalas Padang Retrieved from: http://blogtukangbecakblogspot.com on Tuesday 08 Oktober 2013 at 11.40 Retrieved from: http://metrotvnews.com on Monday 07 October 2013 at 13.00 Richards, J., Platt, J., Webber. H. 1985. Longman Dictionaryof Applied Linguistics. London: Longman Group Thomas, J. 1995. Meaning in Interaction: an Introduction to Pragmatics. New York: Longman Tukijan, Cuandy. 2007. “A Study of Conversational Implicature as Found in Taxi Movie”. Skripsi, Universitas Kristen Petra Yule, George. 1996. Pragmatic. Oxford: Oxford University Press
58
APPENDIX I MENGHARGAI PEREMPUAN INDONESIA Edisi 22 April 2013 Retrieved from: http://metrotvnews.com
Slamet Raharjo sebagai Sentilan Butet Kertaradjasa sebagai Sentilun Sujiwo Tedjo sebagai Eyang Makmur R. Valentina Sagala (Ketua Dewan Institut Perempuan)
Sentilan: Lun Sentilun ini sepatu kemana satu sih ah Sentilun: woe Sentilan: heh lihat sapa yang nyimpen sepatuku? Sentilun: apa? Sentilan: kamu tadi bilang mau disemir gimana itu? Sentilun: ah bodo Sentilan: hei semua kan berantakan, kopi ya belom dibikin, lantai belom disapu, ini gimana sih, waduh untung jadi pembantu saya jadi pembantu presiden modar kamu! Aduuh!!! Sentilun: kalo jadi pembantu presiden saya pasti akan rajin Sentilan: rajinnya kenapa? Sentilun: rajin korupsi, gini loh ndoro Sentilan: apa?
Sentilun: menurut analisis saya, kalau saya malas itu artinya saya berbakat jadi petinggi Negara, itu identitasnya Sentilan: gitu ya? Kok baru tau saya Sentilun: bener mereka itu malas mikirin nasib rakyat, tapi tenang ndoro, tenang ndoro, Sentilan: apa? Sentilun: hehehe… sekarang saya ini malah lagi rajin mencatat pengaduan pengaduan orang yang datang dari seluruh Indonesia kepada saya Sentilan: ngadu tentang apa itu? Sentilun: weh ndoro ndak tau, pengaduannya itu macem-macem, soal ujian nasional yang kemarin kacau balau itu. Sentilan: wah itu penting itu, gimana itu? Sentilun: nah, mungkin mereka itu sudah capek ngadu ke para pejabat setempat nggak didengerin maka mengadunya kepada SEN-TI-LUN Sentilan: waaaah…. Sentilun: hahahaha… Bintang Tamu masuk dan bermain musik Sentilan: mantep Sujiwo Tedjo, wahaa… ini istrinya kan? Sujiwo : bener, wah bahaya ini kalau begitu Sentilun: seneng sekali Ndoro, selamat datang Ibu. Sodara-sodara kita kedatangan Eyang Makmur yang subur Sentilan: hehehe… Sentilun: kita kan jujur ndoro
Sujiwo : sebagai Eyang Makmur saya masih iri sama Pak Sentilun Sentilun: kenapa? Sujiwo : profesinya awet Sentilun: awet maksudnya? Sujiwo : awet sebagai jongos Sentilun: jongos abadi Sentilan: sebentar lagi jadi Eyang Jongos Sentilun: iya, naek derajatku jadi Eyang Jongos kalau perlu nanti aku mendirikan partai, partai jongos, lalu tuan ndoro kalau aku nanti jadi partai jongos, aku jadi presiden jongos ya toh, kemudian jadi ketua dewan Pembina jongos, ketua majelis Tipingos. Pokoknya apapun sekarang ini kan lagi musim rangkap jabatan Sentilan: maklum, makin subur Sentilun: lha itu… Sentilan: ya ya ya ya oke oke… Sujiwo : karna jaman ini jaman perempuan ya, jaman wanita kan, merangkap jabatan itu idenya kan dari rangkap-rangkap itu, itu sarannya perempuan juga, perempuan pakainya rangkap-rangkap sudah ada luaran, ada nanti korset, pengikis lalu para pejabat, kenapa jabatan gak boleh dirangkap? Sentilun: betul… Sentilan: sebab kalau transparan itu mengganggu ketertiban umum Sujiwo : iya Sentilan: ini gini Bu, mumpung Bu Valen ada disini ya, jadi ini masalah,
kebetulan ini kalau kita lihat semangat Kartini, itu kan nampak di mereka itu, pembantu nasib buruh pada umumnya kan masih jelek-jelek mereka. Valen : iya memang betul ya, jadi data saja menunjukkan sudah dua juta e PRT untuk e nasional saja di Indonesia dan e mereka kebanyakan perempuan tapi… Sentilun: Dua juta? Itu perempuan semua, wiih… Valen : dua juta, iya, jadi dari dua ratus dua puluh juta penduduk kita berarti, ini belum bicara yang migran, nah tapi salah satu juga nih sebentar ndoro, ini perjuangan temen-temen perempuan itu adalah mengubah kata pembantu menjadi pekerja rumah tangga Sentilun: lebih keren kalo KRT Sentilan: apa? Valen : apa itu kalau KRT? Sentilun: Karyawan Rumah Tangga. Kalau kita bicara soal pendidikan perempuan sekarang ini kan nyatanya juga banyak perempuanperempuan yang pinter-pinter tho, ada dokter, doktor, professor, tukang insinyur wuah luar biasa sekarang ini ya, menurut analisis saya, perempuan tidak hanya identic dengan sumur, dapur dan kasur, tidak, tapi juga sudah ngerti soal gender, pinter dan bener. Sentilan: Hebat itu, begini Sentilun mumpung ada Bu Valen kan, jadi apakah kemajuan pendidikan memang telah benar-benar mengubah nasib mereka ya kan, apalagi kan sekarang ini anggaran pendidikan 20% dari APBN ya Bu ya? Sentilun: gedhe itu Ndoro Sentilun: wah tapi penyelenggaraannya haa? Sentilun: perempuan itu pinter-pinter, Ibu Kartini itu pinter, padahal nggak ikut UNAS loh, gimana Bu?
Valen : ya jadi memang e kita sangat prihatin pada kondisi penyelenggaraan ujian saat ini, tapi lagi-lagi soal pendidikan menurut saya bukan cuman soal ujian ini tapi banyak hal ya, peretama kita ingin 20% bujet itu betul-betul dirasakan oleh lakilaki dan perempuan, anak laki-laki dan anak-anak perempuan tapi seringkali Sujiwo : dirasakan laki-laki dan perempuan, kok? Valen : dinikmati, dienyam gitu ya maksud saya ya jadi dinikmati dan dienyam tapi sayangnya kemudian e negara menurut saya sangat simplistic terhadap angka, jadi kalo melihat angka BPS menunjukkan oh anak perempuan sudah sekolah, selesai. Padahal menurut saya tidak semata angka saja tapi kualitas pendidikannya juga, apakah pendidikan yang sekarang ini pendidikan yang bermutu, yang memanusiakan manusia, yang kembali meng apa menempatkan penghargaan kepada manusia itu sesuai dengan martabatnya, ini problem. Lalu kita tahu juga e ada persoalan perempuan, anak-anak perempuan kita yang remaja yang hamil yang kemudian dilarang untuk mengikuti ujian kemudian juga tidak bisa lagi melakukan ujian bahkan sekitar setahun yang lalu ada inisiatif e DPRD yang ingin ada pemeriksaan keperawanan misalnya untuk anak yang masuk SMP Sentilan: wah meriksanya itu gimana itu meriksanya? Valen : nah itu dia problemnya Sentilun: wah ini saya setuju loh soal pemeriksaan keperawanan Saya harus tanya sama Eyang Makmur Subur ini Valen : kalau setuju bahaya Sujiwo : nggak nggak tapi mungkin nggak bisa diskusi itu Pak Sentilun, yang orang yang nikah tidak boleh ikut UN. Saya agak hormat juga sama orang-orang Madura Sumenep, tiga puluh tiga ya kan? Ini soal Sumenep e di Madura memilih menikah daripada ikut UN. Berarti apa, mereka merasa lebih dapet kepastian dari pacarnya
daripada pemerintah kan. Sentilan: waduh Sentilun: percaya diri itu Sujiwo : percaya diri, perempuan ndak percaya sama pemerintah, percaya sama pacarnya Sentilun: ini bicara soal keberanian perempuan saya jadi ingat dengan perjuangan ibu kita Kartini, loh bener iya toh? Sekarang ya perempun itu makin maju, saya ada pantun Ndoro iwak peyek beli di Pasar dibawa pulang buat makan sekeluarga, kalau bangsa kita mau besar ya harus mengargai perempuan.
APPENDIX II MAAF MEMAAFKAN Episode Senin 25 November 2013 Retrieved from: http://blogtukangbecakblogspot.com
Slamet Raharjo sebagai Sentilan Butet Kertaradjasa sebagai Sentilun Cak Lontong Boediono (Wakil Presiden RI) Sentilun
: ngeh Ndoro saya mau mohon maaf lahir batin Ndoro
Sentilan
: tak trimo
Sentilun
: ya mumpung lebaran barangkali saya ini memang banyak salah gitu Ndoro
Sentilan
: ooh ho ho pasti banyak salahnya. Ndak ada salahya tak caricari salahmu
Sentilun
: Ndoro punya salah nggak?
Sentilan
: ya kalo salah ya kamu yang nanggung. Itu kewajiban pembantu majikan salah ditaruh kesitu kesalahannya gitu…
Cak Lontong : wong lebaran kok minta maaf… Sentilan
: lha minta apa? Ya minta maaf tho
Cak Lontong : itu terlalu biasa Sentilan
: biasa gimana?
Cak Lontong : gak kreatip
Sentilun
: kuno ya?
Cak Lontong : kuno itu bedanya Sentilun sama saya Sentilan
: bedanya apa?
Cak Lontong : Sentilun yang lebaran minta maaf oh saya nggak Sentilan
: minta apa?
Cak Lontong : minta sumbangan Ndoro begini Ndoro sumbangan ini bukan sumbangan sembarangan ini ada kolom bisa diisi sms juga boleh. Ada hadiahnya ini sumbangan dalam rangka lebaran sumbangan ada hadiahnya Sentilun
: hadiahnya apa?
Cak Lontong : kalo seratus ribu nyumbang hadiahnya dapet pulsa gratis asal beli sendiri Sentilan
: kalo dua ratus, dua ratus?
Cak Lontong : dua ratus dapet kulkas sepuluh pintu. Kalo lima ratus ribu bisa nginep gratis Sentilan
: nginep dimana? Dimana?
Sentilun
: di hotel mana?
Cak Lontong : di LP Tanjung Gustaf Bintang Tamu Masuk Sentilan
: waduh
Boediono
: apa kabar Pak Sentilan?
Sentilun
: ini tamu istimewa, waah Pak Boediono ini
Boediono
: apa kabar Pak Sentilun, Cak Lontong
Sentilun
: silahkan duduk Pak
Sentilan
: oh nggak dong, ooh sini Pak. Dosa, monggo monggo Pak
Boediono
: saya disini saja sini saja
Sentilan
: lha saya dimana Pak?
Boediono
: ini kan singgasana Bapak itu
Sentilan
: nah ini nih soalnya itu banyak orang kan rebutan kursi tho
Cak Lontong : Ndoro, itu yang patut ditiru dari Pak Boediono Sentilan
: apa?
Cak Lontong : nggak bingung, nggak rebutan kursi, milih kursi juga yang secukupnya sepantasnya Sentilun
: silahkan duduk Pak
Cak Lontong : saya terinspirasi Sentilan
: apa?
Cak Lontong : karena Pak Boediono nggak milih-milih kursi, saya juga bawa kursi sendiri Sentilun
: kursi
Sentilan
: apa itu?
Cak Lontong : lho ini ada filosofinya ini Sentilan
: apa?
Cak Lontong : orang besar itu jangan cuma mikirin milih kursi, tapi harus mikirin rakyat kecil. Makanya, Pak silahkan duduk loh Pak Sentilun
: ini orang istimewa Ndoro, beliau ini anggota PSK loh Ndoro
Sentilan
: PSK itu apa?
Sentilun
: bukan partai
Sentilan
: partai apa?
Sentilun
: sejahtera kedaulatan itu bukan
Sentilan
: bukan ya, PSK itu apa?
Sentilun
: Penggemar Soto Kadimiro. Lha iya ini menarik betul Ndoro, sebab menurut analisis saya Pak Boediono itu kan wakil presiden. Umumnya ya. Ndoro wakil kepala sekolah itu nanti naiknya jadi kepala sekolah
Sentilan
: O naik tingkat, ya ya ya ya ya….
Sentilun
: wakil direktur naiknya jadi direktur
Sentilan
: munggah kelas
Sentilun
: wakil presiden kok, hehehe…
Sentilan
: bisa ya bisa ya
Sentilun
: saya ndak tau ya
Sentilan
: ndak tau ya
Sentilun
: kepingin nggak sih jadi presiden? Kalo sudah wakil
Cak Lontong : Ndoro Lun biasanya yang pingin jadi presiden itu yang punya stasiun televisi kalau Pak Boediono kan nggak punya stasiun televisi Pak ya? Boediono
: nggak punya
Sentilan
: ee ya ini omongan waduh omongan rakyat kecil ya begini ini Pak jadi menurut njenengan ini kok kok dungaren ya kok kesini?
Sentilun
: iya loh kok blusukan ke ndalemnya majikan saya hehehe
Boediono
: Mas Sentilan, ini saya dapat informasi dari sms
Sentilan
: apa Pak?
Boediono
: bahwa rumah Mas Sentilan itu ada open house saya akan menggunakan kesempatan untuk bersilahturahmi dengan Mas Sentilan, Mas Sentilun
Sentilan
: saya toh wahaa
Sentiun
: nguawur majikan majikanku
Sentilan
: kita kumpul-kumpul ini/ lebaran itu biasanya makanannya sampai sini Pak/ tapi sekarang naik ya/ apa-apa?
Sentilun
: harga-harga pada naik
Sentilan
: yang gak naik itu cuma harga diri Pak. Coba kita denger ya kira-kira dari Bapak gimana ini kok naik-naik gini Pak?
Boediono
: begini Pak Sentilan ya, setiap ada menjelang lebaran romadhon bahkan itu permintaan akan barang-barang kebutuhan seharihari itu naik dengan cukup besar. Itu terjadi setiap masa itu bahkan sejak jamannya Pak Harto dulu juga begitu. Lha masalahnya, sekarang makin lama makin kening peningkatan kebutuhan itu makin banyak ya karena jumlahnya orang semakin banyak dan sebagainya. Dan orang ingin makan yang lebih enak ternyata makan daging lebih banyak. Jaman saya masih kecil itu telor itu dibagi empat
Sentilun
: di tempat saya dibagi delapan Pak
Cak Lontong : di tempat saya nggak dibagi Boediono
: kenapa?
Cak Lontong : wong nggak ada telornya Sentilan
: sekarang ini kan sedang tren Pak pejabat blusukan itu apa betul-betul ingin tahu keadaan kita ya? atau pengen pencitraan kita tahu ya?
Cak Lontong : ini juga harus diluruskan Pak kadang-kadang eh monggo Pak dijawab Pak Sentilan
: kamu kok ngatur wakil presiden ngawur
Cak Lontong : loh saya mempersilahkan siapa yang ngatur Boediono
: saya datang ini benar-benar bersilahturahmi sama Pak Sentilan. Karena saya itu sudah lama tidak bertemu dengan sahabatsahabat saya. Mugkin Pak Sentilan kenal itu Mas Slamet Raharjo
Sentilun
: ooh bintang film itu
Sentilan
: kuno kuno yang kuno itu Pak ya?
Sentilun
: bintang film lawas
Boediono
: ya ya ya, Mas Sentilan itu mirip-mirip dengan Mas Slamet Raharjo
Sentilan
: betul nggak laku’e Pak sekarang dia
Boediono
: lalu ada sahabat saya itu namanya Mas Butet Kertaraharja dan nampaknya Mas Sentilun itu kok ya mirip-mirip juga
Sentilun
: saya saudara kembar’e Pak seperti pinang dibelah dua
Boediono
: jadi, memang silahturahmi bener-bener penting gitu ini lebaran jadi kita sama-sama untuk saling mempererat persaudaraan
Cak Lontong : itu kalau tahu makna puasa ya gitu Sentilun
: apa itu?
Cak Lontong : loh kuncinya puasa itu ya di itu silahturahmi dan memanfaatkan waktu dengan tepat itu pasti kebutuhan naek nggak pengaruh. Contohnya saya Sentilan
: apa kenapa?
Cak Lontong : loh Saya itu kalau bulan puasa maaf Pak ya silahturahmi ke temen sodara pas menjelang buka puasa ngirit. Wah, kalo Open House mohon maaf saya niru Pak Boediono saya nggak nggak Open House
Sentilan
: alasan utamanya apa?
Cak Lontong : lah rumah nggak punya kok, Open House dimana? Sentilun
: begini loh Ndoro, pejabat yang melakukan Open House itu membuktikan kalau rumah mereka itu sangat terbuka buat rakyat pada saat hari lebaran. Persoalannya, itu masalahnya diluar hari lebaran apakah rumah mereka juga terbuka untuk rakyat?
Sentilun
: (menyuguhkan minum) minumnya seadanya Pak, ini jatah saya
(Cak Lontong berdiri mengeluarkan uang dari dalam saku untuk Sentilun) Cak Lontong : aku kasih uang mumpung lebaran Sentilun
: wah bener nih?
Cak Lontong : hem mohon maaf Pak ya Sentilun
: saya kok jadi curiga ya, ini jangan-jangan kamu mau money politics ini? Cak Lontong mau jadi caleg ya?
Cak Lontong : apa sih kamu bawaannya curiga-curiga Sentilan
: lha itu duit apa coba?
Cak Lontong : ini bukan money politics. Sentilun
: duit apa?
Cak Lontong : ini uang BLSM Sentilan
: lembaga
Cak Lontong : ini saya kembalikan. Kemaren kan saya dapet, trus saya kembalikan Sentilan
: kenapa?
Cak Lontong : loh karna saya nggak berhak lihat wajah saya dong penampilan masa gini dapat balsem? Kalo toh dapet kurang banyak, gitu
loh. Camkan itu, biar di Bandung kan banyak warga yang tidak berhak mendapat uangnya dikembalikan supaya diberikan kepada yang lebih berhak. Kamu lebih berhak gitu loh Sentilan
: muka-mukanya prihatin tapi hatinya besar ini Pak, luar biasa
Sentilun
: begini Ndoro, menurut analisis saya, itulah perbedaan rakyat kecil dengan politisi itu Ndoro
Sentilan
: bedanya apa?
Sentilun
: kalo rakyat kecil, itu mengembalikan uang yang memang tidak pantas diterimanya.
Sentilan
: ooh, kalo politisi?
Sentilun
: yang di Senayan itu Ndoro wuaah…
Sentilan
: hush jangan pake alamat tho ah
Sentilun
: saya itu kalo ngomong yang jelas-jelas aja kok Ndoro. Kalo disana itu selalu meminta jatah uang proyek yang seharusnya tidak pantas diterimanya
Cak Lontong : iya tapi kalo ngomongmu terlalu jelas nanti nasibmu nggak jelas lho Sentilan
: kayaknya balsem itu sebetulnya untuk upaya pengentasan kemiskinan ya
Sentilun
: he’em
Sentilan
: he’eh, tapi kok sepertinya kan lebih baik kalo tidak situasional ya Pak ya. Kan lebih baik dikonsepkan gitu tho, menurut kamu Lun?
Sentilun
: yo biar bisa panjaang gitu loh untuk pengentasan kemiskinan yang long troll, nggak cocok ya dimulutku, nggak cocok ya
Sentilan
: balsem ini kan banyak yang dikembalikan Pak sama rakyat yang rakyat Bapak yang besar hati tadi ya luar biasa itu rakyat Bapak
Sentilun
: selain kisruh ya kemaren soal pembagian itu seringkali kan
juga dicurigai sama ituloh apa politisi ituloh ini balsem itu pasti akan disalahgunakan untuk yang tadi Ndoro bilang itu Cak Lontong : prinsipnya itu yang curiga itu karna nggak kebagian. Leeh gitu, kalo kebagian pasti diem itu prisip yang biasanya loh Sentilun
: lha yang luar biasa?
Cak Lontong : lha ini nggak tahu Sentilan
: lha jadi memang dalam hal ini memang masih banyak Pak, Pak Bud orang-orang politisi itu yang menganggap bahwa ini memang ya perilaku politis Pak kira-kira kok selalu munculnya itu kan di menjelang pemilu. Gitu ya itu, kayak gitu-gitu itu gimana itu?
Sentilun
: ya iniloh, dianggap ada anggapan-anggapan yang miring gitu
Boediono
: saya kira kuncinya memang kita harus percaya pada rakyat ya, mereka sangat cerdas dan saya kira tidak akan dipengaruhi oleh apa ya, imbalan-imbalan seperti ini. Imbalan ini memang waktunya persis pada saat BBM kita naikkan. Sebenarnya harga BBM dinaikkan menjelang pemilu itu juga deg-degan juga loh Pak saya kita ini semua, karna sebenarnya lebih baik jauh sebelum pemilu, tetapi kan kemudian ada proses waktu itu e kita usulkan ke Dewan kepada rakyat tahun lalu justru ditolak, kemudian kita coba lagi sekarang kita lakukan pada saat memang kurang beberapa bulan menuju ke 2014 tapi kalo tidak kita lakukan Pak Sentilan itu saya kira nanti banyak yang nombokin. APBN kita akan bolong berarti beberapa kegiatan akan dipotong. Nah lebih baik kita naikkan, kita alihkan uang yang kita apa itu kita hemat ini untuk tujuan-tujuan yang laen yang lebih bener
Sentilun
: Ndoro kalo saya sih kok malah tertarik bicara soal ini Ndoro mudik. Lha lebaran gini kan musimnya orang-orang mudik, seperti Korps Jongos, hehehe… pulang kampung, tapi ini loh
persoalannya, kenapa kok selalu muncul masalah? Misalnya Ndoro, soal tingkat kecelakaan di Jalanan pada saat mudik. Tahun lalu itu berapa ratus orang yang harus gugur di perjalanan mudik. Saya curiga ini, jangan-jangan ini memang sengaja dibiarkan untuk ini Ndoro, pengurangan jumlah penduduk. Sentilan
: gimana itu?
Sentilun
: lha kok tanya saya?
Sentilan
: salah ya
Boediono
: gini, Pak Sentilan ya itu kultur kita memang untuk mudik itu nggak akan turun, akan terus meningkat oleh sebab itu menurut saya itu harus kita fikirkan bagaimana mencari alternatif-alternatif bagi mereka yang mudik ini dengan caracara transportasi terutama itu yang lebih dari yang sekarang. Kalo, kalo saya lihat sekarang ini terlalu banyak mengandalkan pada transportasi jalan raya, sedangkan sebenarnya
Sentilan
: alternatifnya?
Boediono
: kereta api itu masih bisa kita tingkatkan, di Jawa, Sumatra itu kalau kapasitasnya kita dobel-dobel semua itu bisa mengangkut dalam jumlah yang masal. Angkutan laut, itu juga belum kita tingkatkan dengan baik, bahkan untuk mudik maupun untuk hari-hari yang biasa. Udara juga masih memungkinkan Pak kalo melakukan pembangunan airport-airport tambahan. Jadi saya kira jangan fokus pada jalan raya saja makanya banyak yang lalu tabrakan
Cak Lontong : saya kalo takbiran mesti nongkrong di Stasiun saya Sentilun
: ngapain?
Cak Lontong : loh tolong-menolong, puasa sebulan kan ada hikmahnya
Sentilun
: ooh
Cak Lontong : tolong-menolong Sentilun
: nolong apa?
Cak Lontong : orang mudik kalo bawa tas gedhe-gedhe itu Pak, itu saya selalu membantu nggak pandang bulu saya. Saya bantuin paling ya dua puluh lima ribulah saya kenakan. Kalo ngomong lebaran kan identik dengan suguhan makanan Sentilun
: betul
Cak Lontong : nah ini minuman apa yang paling ngetren saat ini? Sentilun
: apa ya? Kopi!
Cak Lontong : hari biasa juga ada Sentilun
: kolak, kolak
Cak Lontong : heh kolak, nggak, bukan Sentilun
: apa ya? lah ya apa dong?
Cak Lontong : teh Sentilun
: ooh teh tubruk, teh celup?
Cak Lontong : hee itu biasa di Warung ada Sentilun
: terus memangnya teh apa?
Cak Lontong : ‘Teh HR’ Sentilun
: Cak Lontong, kalo ngomong-ngomong soal THR itu ya, sampe hari ini Ndoro saya itu masih konsisten
Cak Lontong : konsisten ngasih duit? Sentilun
: nggak, belum ngasih THR sama saya
Cak Lontong : THR dipercepat biar nggak numpuk pulangnya nanti mudik. Ini perusahaan tetangga saya itu karyawan belum masuk sudah dikasih THR Sentilun
: nah
Cak Lontong : belum diterima kerja padahal Sentilan
: saya tuh ndak ngasih apa, uang THR itu sebetulnya dia belum tahu
Sentilun
: maksudnya?
Sentilan
: habis lebaran ini saya mau kasih kunci
Sentilun
: maksudnya kunci apa Ndoro?
Sentilan
: kunci
Sentilun
: kunci brankas
Sentilan
: kunci rumah
Sentilun
: untuk apa Ndoro?
Sentilan
: ya njaga rumah
Sentilun
: gimana mau njaga rumah lah wong THRnya telat, nggak mungkin saya belanja udah kejar-kejaran sama harga yang dari hari kehari semakin tinggi
Sentilan
: Lun
Sentilun
: ya
Sentilan
: tadi diawal kan sebelum tamu dateng kita tuh minta saling maaf-memaafkan
Sentilun
: ya lebaran
Sentilan
: lebaran ya kan? Begini kita ini kan sering, acara kita ini kan
nyentil sana, nyentil sini Sentilun
: betul, betul betul
Cak Lontong : kita? Lo aja kali Sentilan
: itu tuh kita tuh cuman minta mau minta maaf ya kan, kepada para… kamu dong ngomong coba para sapa aja yang kamu sentil
Sentilun
: waah… ya kolega-koleganya Pak Boediono termasuk Pak Boediono. Tapi persoalannya gini Ndoro, apakah betul Pak Boediono itu sering nonton acaranya Sentilan Sentilun?
Sentilan
: lah itu pertanyaan
Boediono
: salah satu favorit saya adalah Sentilan Sentilun
Cak Lontong : itu favoritnya Pak Boediono begitu acara Sentilan Sentilun mulai, langsung remote dipegang Pak Boediono tek pindah channel tv lain. Cak Lontong : ya pak ya? Boediono
: nggak
Cak Lontong : oh enggak Sentilan
: sebenarnya apa yang menarik itu Pak? Kan kami mengkritik ya toh?
Boediono
: kritik itu penting, saya kira bagi semua pejabat dan kritiknya dari Sentilan Sentilun itu saya kira memang kritik yang baik gitu, banyak yang saya lihat
Sentilun
: berdasarkan fakta
Boediono
: fakta, jadi memang kita semua ini perlu milah-milah ya acara kritik yang artinya bener-bener murni dari apa yang ada dihati rakyat. Sentilan Sentilun saya kira sangat-sangat sesuai dengan apa kita dengarkan dari rakyat. Saya nggak bisa marah
Sentilan
: betul
Boediono
: karna cara mengkritiknya itu betul, tidak mungkin saya marah. Jadi memang caranya itu hebat
Cak Lontong : GR GR Sentilun
: aduh-aduh kepalaku sakit
Cak Lontong : loh memang ini Pak Budi pemerintah yang baik itu ya gitu, dikritik diterima dengan lapang dada. Kan kritik itu menunjukkan bahwa kalian cinta kepadanya. Loh iya dong, coba kalo kamu mengkritik aku berarti kamu cinta, pengen aku jadi lebih baik. Lah itu kalo nggak ada cinta mana mungkin? Sentilun
: aku mencintai kamu? Mosok jeruk makan jeruk
Sentilan
: kita tanyain, mumpung Pak Budi sendirian
Sentilun
: iya
Sentilan
: trus Pak Budi itu mendengar kritik itu apa blung blang bleng gini ya? Atau bagaimana, apa ditindak lanjuti atau gimana? Supaya kita itu belajar mengkritik juga. Makanya masyarakat itu bilang wah Sentilun kok cuma 30 menit ya kan mbok satu jam. Oh ndak kalo satu jam itu bukan nyentil itu nabokin. Menurut Pak Budi itu gimana?
Boediono
: gini kalo saya ya sebagai e pejabat yang dipercaya oleh masyarakat untuk mengelola suatu Negara dan sebagainya itu memang harus kita fikirkan begini ya Pak dulu pernah saya sampaikan kritik itu ada yang saya sebut sebagai noise ada yang sebagai voice. Kalo noise
Senntilun
: ooh itu seprekeran ya Pak ya?
Boediono
: noise itu kadangkala nggak bermakna tapi kalo voice itu suara rakyat. Itu harus didengarkan, harus ditindaklanjuti. Tapi kalo noise, kalo kita selalu melayani noise itu kita sendiri yang gila
Sentilun
: memang ya, pemerintah yang baik dan kuat itu saya pikir Ndoro memang tidak perlu takut sama kritik seperti yang dikatakan sama Pak Boediono
Sentilan
: jadi pejabat itu tak perlu takut?
Sentilun
: ndak perlu jadi tingkat birokrat, dirjen itu santai-santailah sama kritik. Semakin ada kritik itu sandang pangannya majikan saya jadi ayem, bercanda itu. Sebab gini Ndoro, menurut analisis saya, sebuah Negara itu tidak akan runtuh oleh berjuta-juta kritik, tapi sebuah Negara itu akan runtuh oleh berjuta-juta KORUPSI. Bener, bener kan?
Sentilan
: iya, kritik itu ibarat obat ya tho? Pait memang, tapi menyembuhkan ya kan? Kita pengen gimana Negara kita ekonominya maju, betul ya?
Sentilun
: rakyatnya semakin sejahtera
Cak Lontong: tapi kita ini tetep optimis, saya orangnya tetep optimis. Kalo nggak optimis kita gimana bisa bertahan sebagai bangsa Sentilun
: ya gimana contohne contohnya
Cak Lontong: loh dulu saya lahir itu nggak secakep ini Sentilun
: jelek, jelek
Cak Lontong: dulu saya lahir itu jelek, katanya wong saya lahir kan nggak bawa kaca. Katanya saya jelek, tapi saya optimis Sentilun
: sekarang?
Cak Lontong: sekarang sisa dikit jeleknya Sentilun
: saya juga optimis kalo Negara kita ini akan makin baik, terutama kalo Negara kita ini bisa mengatasi korupsi. Inikan problem Ndoro, problem akut dari bangsa kita ini. Bagaimana mengatasi problem akut bangsa kita ini?
Sentilan
: Loh kok tanya saya?
Sentilun
: saya itu tanyanya kesini tapi tek set (sambil menunjuk ke Boediono)
Boediono
: sebenarnya ya, ini sudah jalan apa yang kita lakukan upaya mengatai, memberantas korupsi tapi memang perlu waktu yang cukup panjang. Jadi kalo kita ingin bersih-bersih yang paling pertama kita bersihkan adalah sapunya, yang kedua tentu kita upayakan nantinya jangan terus nangkepin maling atau koruptor saja ini harus kita cari penyebabnya
Sentilan
: kenapa dia jadi maling?
Boediono : itulah Sentilan
: kenapa dia jadi koruptor? Kan gitu
Boediono : apa sebabnya, itu yang kita benahi dan itu juga memakan waktu banyak, reformasi birokrasi, masalah rekruitmen yang ketul, masalah memberikan apa e gaji yang pas pensiun yang baik tapi juga hukuman yang keras sepertinya mereka yang tidak melaksanakan seperti yang dilakukan memang memerlukan waktu Sentilan
: yang penting itu jembar atinya, bahwa sakitku adalah sakitmu juga, sakitmu sakitku juga. Tego larane ora tego
Sentilan
: ini satu loh Ndoro kalo kerangkengmu ya bukan kerangkengku. Jadi kalo sana dikerangkeng ya sana masa ajak-ajak aku. Makanya Ndoro di hari lebaran yang sakral ini saya menghimbau supaya para koruptor itu minta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia. Maaflah kepada anak dan istri yang telah dinafkahi dengan harta yang haram maka setelah lebaran ini berhentilah jadi KORUPTOR.