El-HiKMAH, Vol. 9, No. 2, Desember 2015, 79-99
ISSN: 2086-3594
Penerapan Metode Inquiry pada Mata Pelajaran Fiqih dan Dampaknya terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII/A MTs Putri NW Narmada Baiq Widia Nita Kasih
Abstrak: Proses pembelajaran Fiqih di madrasah masih terpaku pada model pembelajaran konvensional, sehingga kegiatan pembelajaran hanya didominasi oleh aktivitas guru, siswa tidak leluasa bereksplorasi sehingga berpengaruh pada motivasi belajar yang berkurang. Artikel ini membahas penerapan metode inquiry pada mata pelajaran fiqih di madrasah dan pengaruhnya terhadap motivasi belajar siswa. Penelitian dirancang dengan menggunakan Penelitain Tindakan Kelas (PTK). Tindakan dilaksanakan dalam dua siklus. Peningkatan motivasi belajar siswa diperoleh pada siklus II dengan nilai rata-rata sebesar 24.2286. Metode Inquiry dapat meningkatkan motivasi belajar siswa apabila dalam penerapan kegiatan belajar mengajarnya guru: (1) membimbing siswa untuk memecahkan masalah, bukan menjelaskan materi; (2) memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat kesimpulan; (3) memaksimalkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Kata kunci: Metode Pembelajaran Inquiry, Motivasi Belajar, Materi Fiqih.
Pendahuluan endidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU No. 20/2003 Sisdiknas, bab I, pasal 1).
P
Jurusan PAI, FITK, IAIN Mataram. Email:
[email protected] Copyright © 2015 el-Hikmah Tersedia online di http://ejurnal.iainmataram.ac.id/index.php/el_hikmah
Penerapan Metode Inquiry … (Bq. Widia Nita Kasih)
Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa proses pendidikan tidak terlepas dari kegiatan belajar, karena dengan belajarlah suatu perubahan dapat terjadi pada diri seseorang. Seperti yang dikemukan oleh James O. Whittaker bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman (Ahmadi, Supriyanto, 2008:126). Definisi yang tidak jauh berbeda juga dikemukakan oleh Cronbach dalam bukunya yang berjudul Educational Psychology sebagai berikut. Learning is shown by change in behaviour as a result of experience (Ahmadi, Supriyanto, 2008:126). Kegiatan belajar mengajar terdiri dari beberapa komponen yang saling terikat dan harus dirancang sedemikian rupa agar semua komponen tersebut dapat berperan sebagaimana mestinya. Tetapi, pada kenyataannya kebanyakan proses belajar mengajar di sekolahsekolah mulai dari jenjang terendah sampai jenjang tertinggi dilaksanakan secara klasikal. Pembelajaran di ruang kelas dilaksanakan dengan menggunakan metode ceramah sebagai metode yang dominan. Padahal, metode ceramah cenderung hanya mengandalkan keaktifan dan kemampuan guru yaitu guru aktif menjelaskan materi pembelajaran di depan kelas sedangkan siswa lebih banyak hanya duduk terdiam menerima apa yang disampaikan oleh guru. Oleh karena itu, pembelajaran dengan metode ceramah hanya menempatkan siswa pada posisi pasif. Akibatnya proses pembelajaran cenderung membosankan dan siswa tidak dapat mengembangkan keterampilan dan life skillnya. Fiqih merupakan salah satu mata pelajaran wajib di madrasah. Dengan mempelajari Fiqih dapat dipahami cara beribadah dan bermuamalah yang sesuai dengan syariat. Oleh karena itu, pengajaran fiqih hendaknya menggunakan pendekatan yang berorientasi kepada siswa (student centered approach) agar apa yang diaplikasikan peserta didik di luar maupun di lingkungan sekolah sesuai dengan teori yang sudah didapatkan ketika proses belajar mengajar di kelas. Salah satu metode pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah metode inquiry. Menurut Suryasubrata (2002:48), metode 80
El-HiKMAH, Vol. 9, No. 2, Desember 2015
inquiry adalah metode mengajar yang memerlukan proses mental, seperti mengamati, mengukur, menggolongkan, menduga, menjelaskan, dan mengambil kesimpulan. Namun, berdasarkan hasil pengamatan awal yang peneliti lakukan pada tanggal 30 Oktober 2014, penyampaian materi pelajaran Fiqih masih satu arah yaitu dengan menggunakan metode ceramah. Akibatnya proses pembelajaran menjadi kurang menarik dan motivasi belajar siswa juga rendah karena tidak jarang di antara mereka ada yang asyik dengan kegiatan pribadi. Artikel ini menguraikan penerapan metode inquiry pada mata pelajaran Fiqih dan dampaknya terhadap motivasi belajar siswa kelas VIII A di MTs Putri NW Narmada tahun pelajaran 2014/2015. Hubungan Metode Inquiry dan Motivasi Belajar Menurut A. Tabrani Rusyam dkk, “Metode inquiry merupakan metode dimana pendidik menyajikan bahan tidak dalam bentuknya yang final, tetapi peserta didik diberi peluang dan kesempatan untuk mencari dan menemukan sendiri melalui metode pemecahan masalah (Ramayulis, 2012:277). Sedangkan menurut Sund, inquiry adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berfikir kritis dan logis (Suryasubrata, 2002:193). Dari dua pengertiandi atas menunjukkan bahwa metode inquiry merupakan metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dan informasi dari pertanyaan yang diajukan oleh pendidik dengan menggunakan kemampuan berfikir logis dan pemecahan masalah. Jadinya, dalam metode ini guru berperan sebagai pembimbing dan fasilitator belajar dan peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan sendiri dalam bentuk memecahkan masalah dengan bimbingan pendidik. Ada beberapa hal yang menjadi karakteristik utama dalam metode pembelajaran inquiry, yaitu: 81
Penerapan Metode Inquiry … (Bq. Widia Nita Kasih)
a. Metode inquiry menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. b. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan demikian, metode pembelajaran inquiry menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. c. Tujuan dari penggunaan metode inquiry dalam pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam metode inquiry siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan kemampuan yang dimilikinya secara optimal. (http://yudiakang.wordpress.com/2012/05/10/pengertianmetode-inkuiri/) Pembelajaran tidak akan bermakna jika para siswa tidak termotivasi untuk belajar. Dengan demikian, guru wajib berupaya sekeras mungkin untuk meningkatkan motivasi belajar siswanya. Beberapa strategi yang dapat dikembangkan oleh guru dalam upaya untuk menumbuhkan dan membangkitkan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran, antara lain: Menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa; b) permainan; c) memberi hadiah.; d) memberi pujian; e) membangkitkan dorongan kepada siswa untuk belajar; f) memberikan angka; g) humor atau dengan cerita-cerita lucu; h) membantu kesulitan belajar siswa secara individual maupun kelompok; i) memberi ulangan; j) menerapkan metode yang bervariasi; k) memvariasikan gaya dalam membelajarkan siswa; l) gunakan media yang baik, serta harus sesuai dengan tujuan pembelajaran, dan m) hukuman (Sobry, 2013:71-74). 82
El-HiKMAH, Vol. 9, No. 2, Desember 2015
Metode Penelitian Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Sasaran Penelitian Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas VIII A MTs Putri NW Narmada tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 35 orang. Adapun perubahan yang diharapkan dari objek penelitian ini adalah peningkatan motivasi belajar siswa ketika menerapkan metode Inquiry dalam proses pembelajaran. Rencana Tindakanoo Secara umum, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilaksanakan dalam bentuk siklus berulang-ulang, empat bagian utama yang ada dalam setiap siklus adalah sebagai berikut: perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting) (Iskandar, 2012:113). 1. Perencanaan (planning) a. Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam PBM (Proses belajar mengajar) b. Menentukan pokok bahasan c. Mengembangkan skenario d. Menyiapkan sumber belajar e. Mengembangkan format evaluasi f. Mengembangkan format observasi pembelajaran 2. Pelaksanaan (acting). Pada tahap ini, guru menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario rencana tindakan. 3. Pengamatan (observing) yakni mengamati dan menilai hasil tindakan dengan menggunakan format penilaian 4. Refleksi (reflecting) a. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan, meliputi evaluasi mutu, jumlah waktu dari setiap jenis tindakan; b. Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran; 83
Penerapan Metode Inquiry … (Bq. Widia Nita Kasih)
c. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus berikutnya; d. Evaluasi tindakan. (Iskandar, 2012:50) Jenis Instrumen dan Cara Penggunaannya Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Angket digunakan untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa. 2. Lembar Observasi digunakan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran. 3. Wawancara tak terstrukur ditujukan kepada guru dan siswa agar memperoleh informasi tentang proses belajar mengajar dengan menggunakan metode inquiry. 4. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang hal yang berhubungan dengan keadaan guru, karyawan, siswa, sarana dan prasarana madrasah. Analisis Data dan Refleksi Analisis data adalah suatu cara yang digunakan untuk mengelola data yang telah terhimpun dari berbagai kegiatan penelitian sehingga memperoleh hasil seperti yang diinginkan. Adapun analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif dan deskriftif kualitatif, terutama terhadap aktivitas guru, dan analisis tingkat motivasi belajar siswa. 1. Analisis pengamatan aktivitas guru secara deskriptif-kualitatif 2. Analisis tingkat motivasi belajar siswa. Data tentang motivasi belajar siswa secara klasikal. Secara deskriftif kuantitatif berdasarkan pada skor rata-rata motivasi siswa (M) pada tiap kriteria dirumuskan sebagai berikut: (𝐌 ) =
𝐣𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐤𝐨𝐫 𝐦𝐨𝐭𝐢𝐯𝐚𝐬𝐢 𝐛𝐞𝐥𝐚𝐣𝐚𝐫 𝐛𝐚𝐧𝐲𝐚𝐤𝐧𝐲𝐚 𝐬𝐢𝐬𝐰𝐚
Selanjutnya hasil yang diperoleh ditentukan kategori penilaiannya menggunakan kriteria skor ideal menurut Rakhmat (Riduwan, 2009:215), yaitu: X ideal + Z (SD ideal) 84
El-HiKMAH, Vol. 9, No. 2, Desember 2015
Hasil perhitungan dengan rumus di atas setelah diformulasikan ke dalam konversi adalah: X ≥ Xid + 0,61sd (tinggi) Xid - 0,61sd < X < Xid + 0,61sd (sedang) X ≤ Xid - 0,61sd (kurang) Adapun indikator motivasi belajar siswa yang ditentukan adalah: 1) Ketekunan dalam belajar, meliputi: (a) mengikuti PBM (proses belajar mengajar) di kelas, (b) belajar di rumah 2) Ulet dalam menghadapi kesulitan, meliputi: (a) sikap terhadap kesulitan, (b) usaha menghadapi kesulitan 3) Minat dan ketajaman perhatian dalam belajar, meliputi: (a) semangat dalam mengikuti PBM (proses belajar mengajar), (b) fokus terhadap penjelasan guru 4) Berprestasi dalam belajar, meliputi: (a) keinginan untuk berprestasi, (b) kualifikasi hasil 5) Mandiri dalam belajar, meliputi: (a) penyelesaian tugas/PR, (b) menggunakan kesempatan di luar jam pelajaran Berikut adalah kisi-kisi angket motivasi belajar siswa: Tabel 01 Kisi-kisi angket motivasi belajar Aspek 1. Ketekunan dalam belajar 2. Ulet dalam menghadapi kesulitan 3. Minat dan ketajaman perhatian dalam belajar
Sub Aspek Mengikuti PBM (proses belajar mengajar) di kelas b. Belajar di rumah a. Sikap terhadap kesulitan b. Usaha mengatasi kesulitan a. Semangat dalam mengikuti PBM (proses belajar mengajar) b. Fokus terhadap a.
Item + 1, 3
Item 2, 4
Jlh 4
5, 7 9, 11, 13
6, 8 10, 12, 14
4 6
15
16
2
17, 19
18, 20
4
21, 23
22, 24
4
85
Penerapan Metode Inquiry … (Bq. Widia Nita Kasih)
4. Berprestasi dalam belajar 5. Mandiri dalam belajar
penjelasan guru Keinginan untuk berprestasi b. Kualifikasi hasil a. Penyelesaian tugas/PR b. Menggunakan kesempatan di luar jam pelajaran a.
25, 27
26, 28
4
29, 31 33, 35
30, 32 34, 36
4 4
37, 39
38, 40
4
Jumlah
40
Angket yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 40 pernyataan yang terbagi menjadi 20 pernyataan positif dan 20 pernyataan negatif. Pernyataan positif adalah pernyataan yang jawabannya sesuai dengan harapan peneliti, sedangkan pernyataan negatif adalah pernyataan yang jawabannya tidak sesuai dengan harapan peneliti. Data yang diperoleh dalam sebuah penelitian perlu untuk diadakan proses validitas data supaya data yang diperoleh akurat. Data dikatakan akurat atau valid apabila data yang dilaporkan sama dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang ada di lapangan, oleh karena itu peneliti harus menguji validitas data yang diperoleh. Peneliti melakukan validitas data bertujuan untuk membuktikan apa yang diamati, apakah hasil pengamatan peneliti sesuai dengan realita yang terjadi di lapangan dan apakah penjelasan yang diberikan oleh informan di lapangan memiliki kesesuaian dengan apa yang sesungguhnya terjadi di lapangan. Refleksi dilakukan pada setiap siklus untuk mengetahui kekurangan atau hambatan yang terjadi setelah dilakukan tindakan sehingga peneliti dapat mencari solusi untuk memperbaiki kekurangan yang terjadi pada setiap siklus sehingga tidak terjadi lagi pada siklus berikutnya.
86
El-HiKMAH, Vol. 9, No. 2, Desember 2015
Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan menerapkan metode Inquiry pada mata pelajaran fiqih dan bagaimana dampaknya terhadap motivasi belajar siswa kelas VIII A di MTs Putri NW Narmada tahun pelajaran 2014/2015. Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan uji validitas instrumen terlebih dahulu yang terbagi menjadi dua tahap. Tahap pertama dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 15 Januari 2015 dengan jumlah sampel 18 orang dan tahap kedua dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 28 Januari 2015 dengan jumlah sampel 30 orang. Setelah melakukan uji validitas instrumen, peneliti melakukan penelitian langsung ke lapangan. Berikut ini adalah penyajian dan analisis data setiap siklus akan dipaparkan sebagai berikut: Siklus I Tahap perencanaan Pada tahap ini, setelah peneliti mendapatkan surat rekomendasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas di kelas VIII A MTs Putri NW Narmada, langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti adalah membangun kesepakatan dengan guru mata pelajaran Fiqih yang bersangkutan. Adapun kesepakatan yang dibangun yaitu: a. Mensosialisasikan metode Inquiry kepada guru mata pelajaran Fiqih kelas VIII A MTs. Putri NW Narmada. b. Menentukan pengajar dan observer pada pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini. Dalam hal ini disepakati bahwa yang menjadi pengajar adalah guru mata pelajaran yang bersangkutan dan yang menjadi observer adalah peneliti sendiri dengan pertimbangan agar guru yang bersangkutan dapat menerapkan langsung metode Inquiry dan peneliti juga lebih leluasa dalam mendeskripsikan hal yang terjadi ketika proses pembelajaran berlangsung. c. Menjadwalkan waktu pelaksanaan penelitian.
87
Penerapan Metode Inquiry … (Bq. Widia Nita Kasih)
d. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk dua kali pertemuan. (lampiran) e. Menyiapkan lembar observasi aktivitas guru. f. Menyiapkan angket untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa. Tahap Pelaksanaan Tindakan Proses belajar mengajar pada siklus I dilakukan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari senin tanggal 2 Februari 2015 dengan materi pembelajaran tentang makanan dan minuman halal. Pada tahap awal pembelajaran, guru terlebih dahulu menyiapkan kondisi fisik siswa dengan mengabsen kehadiran siswa satu persatu. Setelah itu, guru menjelaskan sekilas tentang metode inquiry serta langkah-langkahnya. Kemudian, kegiatan selanjutnya guru memberikan informasi kepada siswa tentang tujuan dan manfaat mempelajari materi makanan dan minuman halal. Pada kegiatan inti, guru mengawalinya dengan menyampaikan suatu permasalahan yaitu tentang makanan dan minuman halal. Kemudian, guru bertanya kepada siswa apa arti dari kata halal dan dengan serempak siswa menjawab halal itu artinya boleh. Setelah itu, guru meminta beberapa siswa untuk menyebutkan jenis makanan dan minuman yang halal dimakan. Adapun siswa yang menyebutkan beberapa jenis makanan dan minuman yang halal dimakan atas nama Arika Nurfitriah, Bq Mulhimmah Yayang W, Hasna Sihabuddin, Bq Dinda Lara Pertiwi, Risa Septia Karisma, Rofiqo Azizaturrahmi dan Ria Atmi. Selanjutnya siswa diarahkan untuk melakukan pengamatan tentang sebab atau alasan jenis makanan dan minuman yang mereka kemukakan tadi halal untuk dimakan. Serta tak lupa juga guru meminta para siswa untuk menyebutkan alasan mereka dan dengan serentak mereka mengangkat tangan dan berharap ditunjuk oleh guru untuk mengemukakan pendapat mereka. Mengingat waktu yang sedikit, maka hanya beberapa siswa yang ditunjuk
88
El-HiKMAH, Vol. 9, No. 2, Desember 2015
antara lain: Risa Septia Karisma, Levy Viola Ovaliana, Ghina Fitria Utami Sadin, dan Riadhatun Nafi’a. Setelah itu, masing-masing anak diminta untuk membuat pendapat sementara (hipotesis) dan guru menunjuk beberapa siswa untuk membacakan hipotesis yang sudah mereka buat berdasarkan fakta-fakta yang ada. Adapun siswa yang membacakan hipotesis meraka adalah: Nur Anna Thalati Parastuti, Habibaturrahmi, dan Shafwati Munawarah. Pada kegiatan ini, guru dan siswa juga membuat kesimpulan secara bersama-sama. Pada akhir pembelajaran, guru memberikan penguatan tentang materi yang sudah dipelajari dan meminta siswa untuk belajar di asrama terkait dengan materi yang akan dipelajari minggu depan. Setelah itu, guru menutup pelajaran. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin tanggal 9 Februari 2015. Pelaksanaan tindakannya sama seperti pertemuan pertama, akan tetapi materi yang dibahas adalah tentang makanan dan minuman haram. Kemudian, pada akhir pembelajaran guru memberikan angket kepada siswa untuk mengetahui tingkat motivasi belajar mereka. Tahap Pengamatan 1) Hasil pengamatan aktivitas guru Hasil pengamatan ini diperoleh dari pengamatan yang dilakukan oleh observer (peneliti) dengan mengisi lembar observasi yang telah dipersiapkan pada tahap perencanaan yang bertujuan untuk melihat jalannya proses belajar mengajar di dalam kelas dengan menggunakan metode Inquiry. Observasi terhadap aktivitas guru dilakukan dengan mengamati perilaku guru pada saat proses belajar mengajar. Segala aktivitas guru yang nampak diberi tanda rumput dalam lembar observasi. Adapun hasil pengamatan aktivitas guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: Sebagian besar apa yang telah direncanakan oleh peneliti dalam rencana pelaksanaan pembelajaran dan yang tertera dalam lembar observasi, telah dilaksanakan. Namun, masih banyak terdapat kekurangan. Misalnya, guru tidak terlalu jelas ketika menjelaskan 89
Penerapan Metode Inquiry … (Bq. Widia Nita Kasih)
bagaimana jalannya proses pembelajaran yang menerapkan metode inquiry sehingga ketika proses pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa mengalami kebingungan. Akibat dari kebingungan yang dialami siswa, banyak dari mereka yang tidak serius mengikuti pelajaran, mereka mengerjakan kegiatan lain, seperti mengobrol dengan teman sebangku, bernyanyi, dan membaca novel. Guru sering kali terpancing untuk menjelaskan materi secara panjang lebar ketika siswa bertanya, padahal guru seharusnya tidak terlalu memberikan penjelasan jika hal itu mengenai materi pelajaran. Dalam hal pengelolaan kelas, guru kurang jeli melihat siswa yang melakuakan aktivitas lain, guru lebih fokus memperhatikan beberapa siswa saja terutama siswa yang duduk di depan, dengan demikian bimbingan yang diberikan oleh guru kepada siswa tidak merata. Adapun masalah waktu juga menjadi kendala, karena waktu yang tidak dikelola dengan baik maka ketika siswa akan membacakan hipotesis yang mereka susun, banyak dari mereka yang tidak mendapatkan giliran dan tentu saja mereka terlihat agak kecewa. Selain itu, pada tahap akhir pembelajaran, seharusnya yang membuat kesimpulan adalah siswa sedangkan guru hanya bertugas untuk membantu mereka. Akan tetapi, yang terjadi malah sebaliknya. 2) Hasil pengamatan tingkat motivasi belajar siswa Adapun tingkat motivasi belajar siswa kelas VIII A MTs Putri NW Narmada pada siklus I adalah: Tabel 05 Hasil Angket Siklus I No 1 2 3 4 5 6 7
90
Responden 1 2 3 4 5 6 7
Jumlah 22 25 15 28 10 23 25
Kategori Sedang Tinggi Kurang Tinggi Kurang Sedang Tinggi
El-HiKMAH, Vol. 9, No. 2, Desember 2015 No 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Responden 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Jumlah Rata-rata
Jumlah 27 11 30 23 17 25 22 22 27 13 19 16 26 14 17 18 20 9 14 27 12 25 11 14 25 12 22 11 677 19.34286
Kategori Tinggi Kurang Tinggi Sedang Sedang Tinggi Sedang Sedang Tinggi Kurang Sedang Sedang Tinggi Kurang Sedang Sedang Sedang Kurang Kurang Tinggi Kurang Tinggi Kurang Kurang Tinggi Kurang Sedang Kurang
Untuk memudahkan peneliti dalam penghitungan, dilakukan pengelompokkan skor dan kategori sebagai berikut: Kategori Tinggi Sedang Kurang
Rentang skor X ≥ 24, 0687 15, 9313 < X < 24, 0687 X ≤ 15, 9313 91
Penerapan Metode Inquiry … (Bq. Widia Nita Kasih)
Dari tabel di atas dapat diketahui tingkat motivasi belajar siswa masih berada pada kategori sedang karena skor rata-rata yang diperoleh berada pada rentang 15, 9313 < X < 24, 0687 yaitu 19, 34286. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tingkat motivasi belajar siswa pada siklus I belum maksimal. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa harus ditingkatkan kembali dan diperbaiki pada siklus selanjutnya yaitu pada siklus II. Refleksi Dilihat dari hasil yang diperoleh dari observasi aktivitas guru dan tingkat motivasi belajar siswa pada siklus I, peneliti harus mengadakan penyempurnaan dan perbaikan terhadap kekurangankekurangan yang muncul. Maka, sebagai upaya penyempurnaan pada siklus II akan dilakukan perbaikan berupa: 1) Guru menjelaskan kembali tentang metode inquiry beserta langkah-langkahnya. 2) Guru lebih banyak membimbing siswa untuk memecahkan permasalahan daripada menjelaskan materi. 3) Memberikan bimbingan kepada siswa secara merata. 4) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat kesimpulan. Siklus II Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II hampir sama dengan siklus I, namun pada siklus II ini dilakukan perbaikan terhadap kekurangan yang ada pada siklus I. Pembelajaran pada siklus II ini juga dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Tahap perencanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini berupa persiapan sebelum siklus II dilakukan, yaitu: 1) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran untuk dua kali pertemuan. (lampiran) 2) Menyiapkan lembar observasi aktivitas guru. 3) Menyiapkan angket untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa 92
El-HiKMAH, Vol. 9, No. 2, Desember 2015
Tahap pelaksanaan Proses belajar mengajar pada siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yaitu pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin 16 Februari 2015 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Senin tanggal 23 Februari 2015. Pada pertemuan pertama, proses belajar mengajar dilaksanakan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah disiapkan. Tak lupa juga guru mengingatkan kembali kepada siswa tentang metode Inquiry serta langkah-langkahnya. Pada kegiatan inti, guru langsung memberikan satu permasalahan baru kepada siswa yaitu tentang binatang yang halal dan haram dimakan. Kemudian, guru menampilkan gambar beberapa jenis binatang seperti kodok, babi, burung elang, ular, ayam, sapi dan kerbau. Setelah itu guru membimbing para siswa untuk dapat memecahkan permasalahan dengan cara bertanya “Manakah diantara binatang yang sudah ditunjukkan tadi itu halal dan haram dimakan dan apakah alasannya halal dan haram untuk dimakan?”. Para siswa serempak mengangakat tangan, kemudian guru menunjuk beberapa dari mereka yang mengangkat tangan untuk mengemukakan jawabannya. Adapun nama-nama siswa yang ditunjuk adalah: Siti Latifa Faisol, Devia Erisa Elen Moris, Elsa Kusumawati, Hasna Sihabuddin, Shafwati Munawarah, dan Arika Nurfitriah. Setelah mendengarkan berbagai macam jawaban dari beberapa siswa yang ditunjuk tadi, selanjutnya semua siswa diminta untuk membuat hipotesis (pendapat sementara) secara individual tentang sebab binatang-binatang tersebut halal atau haram di makan. Setelah mereka membuat hipotetsis, guru memilih siswa secara acak untuk menyampaikan hipotesis yang sudah mereka buat. Adapun siswa yang ditunjuk adalah: Levy Viola Ovaliana, Nur Anna Thalati Parastuti, Rindiani Nofitasari, dan Zirtufil Laely. Pada saat hipotesis dibacakan, siswa yang lain memperhatian dengan seksama. Kemudian, guru dan siswa membahas hipotesishipotesis yang sudah dikemukakan tadi secara bersama-sama. 93
Penerapan Metode Inquiry … (Bq. Widia Nita Kasih)
Setelah itu, barulah mereka membuat kesimpulan secara bersamasama juga. Pada pertemuan kedua, pelaksanaan tindakannya sama seperti pertemuan pertama. Kemudian, pada akhir pembelajaran guru memberikan angket kepada siswa untuk mengetahui tingkat motivasi belajar mereka. Tahap pengamatan 1) Hasil pengamatan aktivitas guru Pada siklus II, kemampuan dan pemahaman guru terhadap metode Inquiry semakin baik sehingga berdampak baik dalam penerapannya. Langkah-langkah dari metode ini dilaksanakan dari tahap awal sampai akhir dengan baik. Hal tersebut terlihat dari semua indikator yang ada pada lembar observasi diberi tanda rumput. (lampiran) Dalam hal pengelolaan kelas, guru sudah dapat melaksanakannya dengan baik, kerena guru dapat memberikan bimbingan kepada para siswa secara merata dalam memecahkan permasalahan yang ada. Hal tersebut juga menyebabkan antusiasme para siswa bertanya dan mengemukakan pendapat dalam proses pembelajaran. Kemudian, pada akhir pembelajaran guru juga memberikan kesempatan kepada para siswa untuk membuat kesimpulan. 2)
Hasil pengamatan tingkat motivasi belajar siswa Adapun tingkat motivasi belajar siswa kelas VIII A MTs Putri NW Narmada pada siklus II adalah: Tabel 06 Hasil Angket Siklus II No 1 2 3 4 5 6
94
Responden 1 2 3 4 5 6
Jumlah 26 26 20 28 26 25
Kategori Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi
El-HiKMAH, Vol. 9, No. 2, Desember 2015 No 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Responden 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Jumlah Rata-rata
Jumlah 25 27 23 30 24 27 29 23 24 27 20 25 23 27 19 22 24 24 22 22 27 23 28 20 19 26 21 26 20 848 24.2286
Kategori Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Sedang Sedang Tinggi Sedang Tinggi Sedang Tinggi Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Tinggi Sedang Tinggi Sedang Sedang Tinggi Sedang Tinggi Sedang
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa motivasi belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan karena skor rata-rata yang diperoleh lebih tinggi daripada siklus sebelumnya. Adapun skor rata-rata yang diperoleh pada siklus II adalah 24.2286.
95
Penerapan Metode Inquiry … (Bq. Widia Nita Kasih)
Refleksi Dilihat dari hasil yang diperoleh pada siklus II, ternyata sudah mencapai hasil yang diharapkan. Baik dari hasil pengamatan terhadap aktivitas guru ketika mengajar maupun hasil motivasi belajar siswa. Hal tersebut tentu saja dikarenakan peneliti sudah mengadakan penyempurnaan dan perbaikan terhadap kekurangankekurangan yang muncul pada siklus I. Sehingga semua indikator pada lembar observasi aktivitas guru tampak dan diberi tanda rumput serta motivasi belajar siswa juga meningkat. Dengan demikian, pemberian tindakan diberhentikan sampai dengan siklus II. Pembahasan Proses belajar mengajar yang baik adalah guru harus mampu menerapkan suasana yang dapat membuat siswa antusias terhadap persoalan yang ada sehingga mereka mampu mencoba memecahkan persolannya. Guru perlu membantu mengaktifkan siswa untuk berfikir. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan metode pembelajaran Inquiry untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran Fiqih di kelas VIII A MTs Putri NW Narmada tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini didesain dengan metode penelitian tindakan kelas karena bertujuan melaksanakan perbaikan pada proses pembelajaran. Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi pokok permasalahan pada penelitian ini. Guru juga mempersiapkan rencana pembelajaran, lembar pengamatan aktivitas guru dan angket untuk menunjang pembelajaran yang berlangsung dalam 2 siklus. Berdasarkan penelitian ini, dampak metode pembelajaran inquiry terhadap motivasi belajar siswa dapat dikatakan baik karena nilai rata-rata angket pada tiap siklus meningkat. Nilai rata-rata hasil angket pada siklus I adalah 19.34286 dengan kategori sebagai berikut: 12 orang kategori kurang, 12 orang kategori sedang dan 11 orang kategori tinggi. Sedangkan nilai rata-rata hasil angket pada siklus II adalah 96
El-HiKMAH, Vol. 9, No. 2, Desember 2015
24.2286 dengan kategori 17 orang berada pada kategori tinggi dan 18 orang berada pada kategori sedang. Berdasarkan analisis data yang dilakukakn pada siklus I, hasil motivasi belajar siswa belum mencapai standar yang telah ditetapkan, begitu pula dengan hasil pengamatan aktivitas guru. Hal ini disebabkan karena kurangnya bimbingan dan pengarahan yang merata kepada siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Banyak siswa yang asyik dengan kegiatan sendiri seperti membaca novel, mengobrol dengan teman sebangku dan sebagainya. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya guru tidak menegur siswa yang melakukan kegiatan sendiri di belakang, melainkan guru hanya terfokus pada siswa yang duduk di bagian depan saja. Selain itu juga, guru dan siswa baru pertama kalinya belajar dengan menggunakan metode pembelajaran Inquiry dan kurangnya keberanian siswa untuk menyampaikan hipotesis-hipotesis yang sudah mereka buat. Untuk mengatasi hal tersebut, berdasarkan hasil diskusi guru dengan peneliti (observer) maka perlu dilakukan pendekatan serta bimbingan secara merata dan intensif serta memahami lagi langkah-langkah metode pembelajaran Inquiry. Pada siklus II, proses pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disiapakan dan melakukan beberapa perbaikan berdasarkan kekurangan yang terdapat pada siklus I. Dimana dalam proses pembelajaran tersebut guru memberikan bimbingan secara merata ketika siswa memecahkan permasalahan, mengingatkan siswa tentang langkahlangkah metode Inquiry dan memberikan penguatan. Upaya perbaikan yang telah dilakukan pada proses pembelajaran siklus II cukup berhasil. Hal tersebut terlihat dari skor rata-rata angket motivasi belajar siswa yang diberikan pada akhir siklus II yaitu 24.2286. Selain itu, guru dan siswa sudah dapat menyesuaikan dengan metode pembelajaran. Siswa juga berebut untuk menyampaikan hipotesis yang sudah dibuat. Hal ini menunjukkan bahwa indikator yang sudah ditetapkan telah tercapai.
97
Penerapan Metode Inquiry … (Bq. Widia Nita Kasih)
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa metode inquiry memberikan manfaat bagi siswa, diantaranya sebagai berikut: 1. Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan. 2. Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa 3. Mampu meningkatkan motivasi belajar siswa. Meningkatnya motivasi belajar siswa dari siklus ke siklus dengan menerapkan metode inquiry dapat menghasilkan pembelajaran yang bermakna karena siswa lebih banyak berperan aktif, dengan demikian penggunaan metode pembelajaran inquiry pada mata pelajaran Fiqih di kelas VIII A MTs Putri NW Narmada tahun pelajaran 2014/2015 berdampak baik. Catatan Akhir Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode inquiry pada mata pelajaran Fiqih di kelas VIII A MTs Putri NW Narmada dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan nilai rata-rata angket motivasi belajar dari siklus I ke siklus II, dimana nilai rata-rata yang diperoleh pada siklus I sebesar 19.34286 dengan kategori “sedang” sedangkan nilai ratarata yang diperoleh pada siklus II sebesar 24.2286 dengan kategori “tinggi”. Metode inquiry dapat diterapkan pada pokok bahasan yang sesuai dengan metode tersebut. Dengan metode inquiry, diharapkan siswa untuk terbiasa memecahkan permasalahan secara mandiri maupun dengan bimbingan guru. Untuk mengetahui keefektifan pembelajaran dengan menggunakan metode inquiry sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dengan cara memodifikasi desain atau rancangan penelitian perlu diadakan penelitian lebih lanjut. Daftar Pustaka
98
El-HiKMAH, Vol. 9, No. 2, Desember 2015
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyanto, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008. Darmadi, Hamid. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2011. Ginting, Abdurrakhman. Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Humaniora, 2010. Iskandar, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Referensi, 2012. Lubis, Satria Hadi. Total Motivation, Yogyakarta: Pro-You, 2008. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2010. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2012. Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I, pasal 1. Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula, Bandung: Alfabeta, 2009. Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2011. Suryasubrata, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta, 2002. Sutikno, Sobry. Belajar dan Pembelajaran, Lombok: Holistica, 2013. Uno, Hamzah B. Teori Motivasi dan Pengukurannya, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009. http://yudiakang.wordpress.com/2012/05/10/pengertianmetode-inkuiri/, diakses pada 2 Desember 2014. http://www.kajianpustaka.com/2013/07/metode-inkuiri.html, diakses pada 2 Desember 2014.
99