HARGA DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL MENIKAH YANG BERSELINGKUH
KARTIKA SARI
Program Sarjana, Universitas Gunadarma
Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran harga diri wanita yang sudah menikah berselingkuh, faktor-faktor apa saja yang menyebabkan harga diri subjek seperti itu dan bagaimana proses perkembangan harga diri subjek. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dalam bentuk studi kasus. Dalam penelitian ini subjek berjumlah satu orang, yaitu seorang wanita berusia 24 tahun telah menikah dan melakukan perselingkuhan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik wawancara dan observasi yang diterapkan pada subjek dan significant other. Berdasarkan wawancara yang telah penulis lakukan kepada subjek, dapat disimpulkan bahwa ketika masalah muncul dalam keluarga akan terjadi penurunan harga diri dan individu yang terganggu akan berusaha mencari penguatan melalui berbagai cara. Ketika subjek memberikan pendapat terkadang subjek merasa bahwa pendapatnya tidak dihargai maka akan terjadi penurunan harga diri. Kalau sampai suatu hubungan berubah atau gagal, wanita lebih mudah depresi dan merendahkan diri sendiri. Gagalnya perkawinan bukan hanya berarti kehilangan suami, tetapi juga kehilangan diri sendiri. Diketahui bahwa salah satu faktor yang menyebabkan harga diri seseorang terhadap dirinya yaitu penerimaan atau penghinaan terhadap diri sendiri, individu yang mempunyai harga diri yang rendah umumnya menghina dirinya sendiri, tidak merasa puas dan meremehkan diri sendiri. Sebelum dan sesudah berselingkuh cara subjek dalam membina rumah tangga berusaha menjadi istri yang baik. Sebelum berselingkuh usaha yang dilakukan untuk menjadi istri yang baik, selalu menyiapkan kebutuhan suaminya, sedangkan sesudah berselingkuh tidak ada usaha yang subjek lakukan. Perasaan ketika merasa tidak dibutuhkan dalam keluarga sebelum berselingkuh subjek sedih, sedangkan sesudah berselingkuh, subjek merasa kecewa karena dari perbuatannya berakibat buruk buat dirinya sendiri. Sebelum berselingkuh subjek menilai dirinya masih kekanakkanakan, sedangkan sesudah berselingkuh subjek menjadi lebih dewasa.
A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal yang harusnya tidak terjadi sering kali terjadi. Terlebih lagi kalau kita melihat dunia selebritis kawin cerai bagi mereka adalah sesuatu yang biasa (Rasyid, 2007). Fenomena perselingkuhan istri ternyata berakibat pada suami sebagai pasangan perkawinan. Karena perselingkuhan istri tersebut, suami akan mengalami konflik dan dari konflik tersebut akan memunculkan berbagai bentuk reaksi emosi seperti marah, sakit hati, kecewa, benci dan tidak percaya serta berbagai dampak moral seperti rasa malu dan harga diri. Karena kondisi tersebut maka suami akan mengalami tekanan emosi (stres) yang berakibat munculnya frustasi dan perilaku agresi terhadap pasangannya. Memukul, menampar, bahkan membunuh merupakan bentuk penyelesaian konflik dan pengendalian emosi suami atas semua peristiwa yang dialami (Fitri, 2002). Perselingkuhan telah menjadi permasalahan yang tidak bisa dianggap biasa sebagai penyebab dari banyaknya kasus perceraian di Indonesia. Pergerakan data statistik dari Direktorat Jendral Pembinaan Peradilan Agama Indonesia memperlihatkan bahwa perselingkuhan telah menjadi virus keluarga nomor 4 pada tahun 2005. Data yang menunjukkan terdapat 13.779 kasus perceraian yang bisa dikatagorikan akibat selingkuh. Persentasenya mencapai 9,16 % dari 150.395 kasus perceraian tahun 2005. Ini berarti dari 10 keluarga yang bercerai, satu diantaranya karena selingkuh dengan rata-rata pada setiap 2 jam ada tiga pasang suami istri bercerai gara-gara selingkuh. Perceraian akibat selingkuh juga terjadi setiap 2 jam di Tulungagung, seperti yang dikemukakan petugas pengadilan agama Tulungagung bahwa ada 200-250 kasus perceraian yang diproses setiap bulannya dan kebanyakan dipicu akibat perselingkuhan (Republika, 2007). Sebagai manusia, kita punya harga diri dan butuh dipercaya oleh orang lain. Jika berselingkuh, kita tidak punya harga diri lagi dan tidak dipercaya orang lain. Wanita akan sangat merasa bernilai jika dicintai atau mencintai seseorang. Kalau sampai suatu hubungan berubah atau gagal, wanita lebih mudah depresi dan merendahkan diri sendiri (Baswardono, 2007). Menurut Botwin (dalam Abrahms & Michael, 2006) mengatakan bahwa perempuan tidak terlalu merasa bebas dengan perselingkuhan. Perempuan yang melakukan
perselingkuhan biasanya lebih merasa bersalah, menjadi semakin tidak terpuaskan dengan kehidupan rumah tangga dan merasa semakin tergantung pada kekasihnya. Perempuan yang berselingkuh lebih merasakan penderitaan karena waktunya berkurang untuk anak-anak. Menurut Tambunan (2001) seseorang dengan harga diri yang positif akan membangkitkan rasa percaya diri, penghargaan diri, rasa yakin akan kemampuan diri, rasa berguna serta rasa bahwa kehadirannya diperlukan di dunia ini. Sedangkan menurut Wirawan (1998) Harga diri yang positif dapat timbul menjadi kesuksesan. Sedangkan menurut Tambunan (2001) seseorang dengan harga diri yang negatif cenderung untuk tidak berani mencari tantangan-tantangan baru dalam hidupnya, lebih senang menghadapi hal-hal yang sudah dikenal dengan baik serta menyenangi hal-hal yang tidak penuh dengan tuntutan, tidak merasa yakin akan pemikiran-pemikiran serta perasaan yang dimilikinya, takut menghadapi respon dari orang lain, tidak mampu membina komunikasi yang baik dan merasa hidupnya tidak bahagia. Subotnik dan Harris (1999) menyatakan bahwa seseorang berselingkuh disebabkan oleh masalah yang terdapat pada salah satu atau kedua pasangan. (Hurlock, 1980) menyatakan bahwa wanita yang berumah tangga sering merasa “terperangkap” dalam satu situasi yang mereka tidak harapkan sebelumnya dan yang tidak ada jalan keluarnya. Apabila seorang istri melihat bahwa upayanya tidak dihargai oleh suaminya demi siapa ia mengorbankan kepentingan pribadinya, jika ia merasa bahwa tugas-tugasnya membosankan, mengikat dan tidak sesuai dengan kemampuan dan pendidikannya, dan jika ia merasa bahwa romantika yang dulu ia asosiasikan dengan perannya sebagai istri pudar, ia merasa kecewa dan benci. Penelitian yang dilakukan tentang perselingkuhan telah mengidentifikasikan harga diri yang rendah sebagai alasan utama untuk melakukan perselingkuhan (Elbaum, Ellis, Wiggins dalam Weisgerber, 2000). Gagalnya perkawinan bukan hanya berarti kehilangan suami, tetapi juga kehilangan diri sendiri. Begitu perselingkuhan terbongkar, seseorang mungkin akan tergesa-gesa ingin keluar dan membangun kembali perkawinannya. Hal ini bukan hanya karena ingin menautkan kembali ikatan yang telah longgar, tetapi lebih karena ingin segera berhenti merasa bersalah setiap kali mengetahui derita pasangannya (Baswardono, 2007).
Menurut penelitian terakhir yang dilakukan oleh kelompok Kerja Nasional (National Task Force) dari Asosiasi Psikolog Amerika (American Psychological Association) wanita yang melakukan perselingkuhan cenderung meratapi diri sendiri daripada menyalahkan orang lain, lebih merasa berarti dalam menjalin hubungan dengan orang lain dan merasa lebih berharga ketika dicintai. Tetapi ketika perselingkuhan terbongkar, seorang wanita mungkin lebih mudah depresi dua kali daripada laki-laki, mengalami penyusutan diri, tidak hanya kehilangan pasangan tetapi juga harga dirinya menjadi lebih rendah (Abrahms dan Michael, 2006). Berdasarkan uraian diatas semakin banyaknya kasus perselingkuhan yang dilakukan oleh kalangan wanita yang telah menikah, maka peneliti mencoba mengangkat kasus permasalahan tentang seorang wanita yang berstatus sebagai istri dan telah memiliki anak terlibat perselingkuhan dalam pernikahannya dan dalam bahasan ini peneliti akan mencoba mengungkap tentang harga diri pada wanita menikah yang berselingkuh.
B. PERTANYAAN PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka masalah yang diajukan dalam penelitian ini, adalah : 1.
Bagaimana gambaran harga diri wanita yang sudah menikah yang berselingkuh ?
2.
Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan harga diri subjek seperti itu ?
3.
Bagaimaan proses perkembangan harga diri subjek ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana gambaran harga diri wanita menikah yang berselingkuh, faktor-faktor apa yang menyebabkan harga diri pada wanita menikah yang berselingkuh serta bagaimana proses perkembangan harga diri subjek.
D. MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1.
Manfaat Praktis Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, wanita yang sudah menikah yang memiliki harga diri rendah dapat berakibat wanita akan berselingkuh. Terbukti dengan subjek merasa menjadi tidak berharga saat suaminya selalu menghina, selalu memarahinya, pendapatnya tidak pernah didengarkan, selalu menyalahi dirinya, bersikap tidak peduli, tidak dibutuhkan lagi di dalam keluarga. Seperti penelitian yang penulis lakukan terhadap subjek pada skripsi ini, menunjukkan bahwa prinsip-prinsip dasar dari kemanusiaan perlu dipahami oleh setiap individu, misalnya sikap saling menghormati, sopan santun dan mempunyai kepercayaan diri serta tanggung jawab terhadap segala ucapan dan tindakan.
2.
Manfaat Teoritis Dari uraian manfaat praktis diatas dapat diartikan sebagai hasil penelitian yang diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu psikologi khususnya Psikologi Kepribadian. Masukan dari penelitian ini adalah bahwa manusia akan tetap mempertahankan harga dirinya. Terbukti dari perselingkuhan yang subjek lakukan dikarenakan subjek selalu merasa dicela dan tidak pernah dihargai oleh suaminya maka subjek mencari seseorang yang bisa menyayangi dan menghargai subjek sebagai seorang wanita.
E. LANDASAN TEORI Menurut Santrock (1999) harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara positif atau negatif. Evaluasi ini memperlihatkan bagaimana individu menilai dirinya sendiri dan diakui atau tidaknya kemampuan dan keberhasilan yang diperolehnya. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap keberadaan dan keberartian dirinya. Individu yang memiliki harga diri positif akan menerima dan menghargai dirinya sendiri apa adanya.
1. Komponen Harga Diri Felker (dalam Churaitin, 2004) mengemukakan bahwa komponen harga diri terdiri dari : a. Perasaan Diterima (feeling of belonging) Perasaan individu bahwa dirinya diterima merupakan bagian dari suatu kelompok dan bahwa dirinya diterima serta dihargai oleh anggota kelompok lainnya. Kelompok ini dapat berupa keluarga, kelompok teman sebaya atau kelompok apapun. Individu akan memiliki penilaian yang positif tentang dirinya apabila individu tersebut merasa diterima dan menjadi bagian dalam kelompoknya. Namun individu akan memiliki penilaian negatif tentang dirinya bila mengalami perasaan tidak diterima, misalnya perasaan seseorang pada saat menjadi anggota suatu kelompok tertentu. b. Perasaan Mampu (feeling of competence) Perasaan dan keyakinan individu akan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri dalam mencapai suatu hasil yang diharapkan, misalnya perasaan seseorang pada saat mengalami keberhasilan atau kegagalan. c. Perasaan Berharga (feeling of worth) Perasaan dimana individu merasa dirinya berharga atau tidak, dimana perasaan ini banyak dipengaruhi oleh pengalaman yang lalu. Perasaan yang dimiliki individu yang sering kali ditampilkan dan berasal dari pernyataan-pernyataan yang sifatnya pribadi seperti pintar, sopan, baik dan lain sebagainya, misalnya perasaan seseorang pada saat dihargai dan pada saat merasa berharga
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Diri Faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri menurut Wirawan dan Widyastuti (dalam Rombe, 1997) adalah faktor fisik, psikologis, lingkungan, tingkat intelegensi, status sosial ekonomi, ras dan kebangsaan. Sebagaimana yang telah disebutkan diatas, maka akan dijelaskan lebih lanjut, yaitu :
a. Faktor Fisik Seperti ciri fisik dan penampilan wajah manusia. Misalnya: beberapa orang cenderung memiliki harga diri yang tinggi apabila memiliki wajah yang menarik. b. Faktor Psikologis Seperti kepuasan kerja, persahabatan, kehidupan romantis. Misalnya: seorang laki-laki memperlakukan pasangannya dengan sangat romantis, maka akan meningkatkan harga dirinya. c. Faktor Lingkungan Sosial Seperti orang tua dan teman sebaya. Misalnya: kalau orang tua mampu menerima kemampuan anaknya sebagaimana yang ada, maka anak menerima dirinya sendiri. Tetapi, kalau orang tua menuntut lebih tinggi dari apa yang ada pada diri anak sehingga mereka tidak menerima sebagaimana adanya. Semakin dewasa seseorang, maka semakin banyak pula orang-orang di lingkungan sosialnya yang mempengaruhi pembentukan harga dirinya. d. Faktor Tingkat Intelegensi Semakin tinggi tingkat intelegensi seseorang, maka semakin tinggi pula harga dirinya dan jelas bahwa tingkat intelegensinya ternyata mempengaruhi harga diri seseorang dan terlihat adanya hubungan positif diantara keduanya. e. Faktor Status Sosial Ekonomi Secara umum seseorang yang berasal dari status sosial ekonomi rendah memiliki harga diri yang lebih rendah daripada yang berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi tinggi. f. Faktor Ras dan Kebangsaan Seseorang yang berkulit hitam dan bersekolah disekolah-sekolah orang yang berkulit putih memiliki harga diri yang lebih tinggi daripada orang-orang Australia, India dan Irlandia. g. Faktor Urutan Keluarga Anak tunggal cenderung memiliki harga diri yang lebih tinggi daripada anak-anak yang memiliki saudara sekandung. Selain itu anak laki-laki sulung
yang memiliki adik kandung perempuan cenderung memiliki harga diri yang lebih tinggi. F. METODE PENELITIAN Sesuai latar belakang masalah penelitian, maka pada masalah ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif dikarenakan bahwa peneliti ingin memperoleh penghayatan, persepsi dan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana harga diri wanita yang sudah menikah yang berselingkuh, faktor-faktor apa saja yang menyebabkan harga diri seperti itu dan bagaimana proses perkembangan harga diri subjek.
G. SUBJEK PENELITIAN Subjek penelitian ini adalah wanita dewasa awal dengan rentang usia 21-40 tahun sudah menikah dan telah melakukan perselingkuhan. Dalam penelitian ini subjek berjumlah 1 orang yakni wanita dewasa awal yang telah melakukan perselingkuhan. Dengan 1 orang subjek ini peneliti berusaha memperoleh gambaran yang mendalam dan mendetail tentang subjek.
H. HASIL PENELITIAN
ketika masalah muncul dalam keluarga akan terjadi penurunan harga diri dan individu yang terganggu akan berusaha mencari penguatan melalui berbagai cara. Ketika subjek memberikan pendapat terkadang subjek merasa bahwa pendapatnya tidak dihargai maka akan terjadi penurunan harga diri. Kalau sampai suatu hubungan berubah atau gagal, wanita lebih mudah depresi dan merendahkan diri sendiri. Gagalnya perkawinan bukan hanya berarti kehilangan suami, tetapi juga kehilangan diri sendiri. Diketahui bahwa salah satu faktor yang menyebabkan harga diri seseorang terhadap dirinya yaitu penerimaan atau penghinaan terhadap diri sendiri, individu yang mempunyai harga diri yang rendah umumnya menghina dirinya sendiri, tidak merasa puas dan meremehkan diri sendiri. Sebelum dan sesudah berselingkuh cara subjek dalam membina rumah tangga berusaha menjadi istri yang baik. Sebelum berselingkuh usaha yang dilakukan untuk menjadi istri yang baik, selalu menyiapkan kebutuhan suaminya, sedangkan sesudah berselingkuh
tidak ada usaha yang subjek lakukan. Perasaan ketika merasa tidak dibutuhkan dalam keluarga sebelum berselingkuh subjek sedih, sedangkan sesudah berselingkuh, subjek merasa kecewa karena dari perbuatannya berakibat buruk buat dirinya sendiri. Sebelum berselingkuh subjek menilai dirinya masih kekanak-kanakan, sedangkan sesudah berselingkuh subjek
I. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Gambaran harga diri wanita yang sudah menikah yang berselingkuh. a.
Perasaan Diterima Seperti yang telah diketahui pada kasus subjek, bahwa subjek kurang diterima dengan keluarganya karena perselingkuhan yang subjek lakukan telah membuat keluarga besarnya malu. Selain itu mantan suami subjek juga tidak pernah perhatian terhadap subjek. Mantan suami subjek juga sudah tidak menerima dan sudah tidak peduli lagi terhadap subjek karena mantan suaminya merasa sakit hati dengan perselingkuhan yang subjek lakukan.
b.
Perasaan Mampu Dalam membina sebuah rumah tangga subjek sebagai istri ternyata tidak mampu dalam menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya sendiri tanpa bantuan orang lain. Subjek juga belum mampu dalam membina rumah tangganya. Selain itu subjek juga tidak mampu membahagiakan mantan suaminya. Ketika subjek sedang bertengkar dengan mantan suaminya subjek tidak bisa bersikap tenang.
c.
Perasaan Berharga Sebagai seorang istri subjek merasa tidak berharga karena selalu dicela oleh mantan suaminya dan setiap kali di perlakukan kasar oleh mantan suaminya. Setiap pendapat yang subjek berikan tidak pernah di tanggapi oleh mantan suaminya. Mantan suami subjek juga sudah tidak menghargai subjek lagi. Di dalam keluarga besarnya subjek merasa sudah tidak dibutuhkan lagi. Akibat
perselingkuhan yang subjek lakukan subjek menjadi malu dengan dirinya sendiri dan subjek sama sekali tidak bangga dengan perselingkuhannya. 2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan harga diri subjek seperti itu. a. Perasaan Diterima Di dalam keluarganya, subjek kurang diterima setelah berselingkuh karena keluarga besar subjek sangat kecewa terhadap subjek. Subjek juga merasa bahwa mantan suaminya sudah tidak menerimanya lagi, karena mantan suaminya jadi lebih tidak peduli lagi dengannya dan kehidupannya, mantan suaminya juga sudah tidak menerimanya lagi seperti dulu. b. Perasaan Mampu Subjek tidak mampu menyelesaikan masalah rumah tangga tanpa bantuan orang lain karena subjek adalah orang yang tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Subjek tidak mampu dalam membina rumah tangganya karena subjek takut gagal, subjek juga takut tidak bisa menjadi istri yang baik. Ketika subjek merasa bahwa apapun yang subjek lakukan selalu salah dan mantan suaminya sudah tidak peduli dengannya subjek merasa sudah tidak mampu membahagiakan mantan suaminya. c. Perasaan Berharga Sebagai wanita yang memiliki perasaan terkadang bisa merasakan sakit hati, setiap kata-kata mantan suaminya yang selalu mencela subjek membuat subjek merasa menjadi tidak berharga dan sikap mantan suaminya juga yang terkadang membuat subjek sakit hati. Ketika subjek menyampaikan pendapat kepada mantan suaminya, tetapi tidak pernah didengarkan subjek merasa sudah tidak dihargai lagi oleh mantan suaminya. Subjek selalu dianggap salah oleh mantan suaminya, itu yang terkadang membuat subjek menjadi tidak berharga. Terkadang subjek juga merasa menjadi orang yang paling tidak berguna. Subjek belum bisa melakukan sesuatu yang baik untuk dirinya sendiri dan orang lain.
3. Bagaimana proses perkembangan harga diri subjek a. Perasaan Diterima Sebelum berselingkuh sikap subjek ketika sedang bersama keluarganya, subjek suka sharing dengan sepupu-sepupunya, sedangkan sesudah berselingkuh subjek lebih menyendiri. Sebelum berselingkuh perasaan subjek sedih dan kesal saat mantan suaminya kurang perhatian, sedangkan sesudah berselingkuh perasaan subjek biasa saja saat mantan suaminya kurang perhatian. Sebelum berselingkuh cara mantan suaminya menunjukkan perhatian dengan mengajak subjek pergi ke luar rumah, sedangkan sesudah berselingkuh mantan suaminya tidak pernah menunjukkan perhatian lagi. b. Perasaan Mampu Sebelum berselingkuh subjek berusaha menyiapkan kebutuhan mantan suaminya, sedangkan sesudah berselingkuh tidak ada usaha yang subjek lakukan untuk menjadi istri yang baik karena mantan suaminya juga sudah tidak peduli dengan subjek. Sebelum berselingkuh subjek berusaha menjadi istri yang baik dengan selalu mengerti mantan suaminya dan subjek perhatian, sedangkan sesudah berselingkuh subjek tidak melakukan apa-apa untuk membahagiakan mantan suaminya. Perasaan subjek ketika sedang bersama mantan suaminya sebelum berselingkuh subjek merasa bahagia, sedangkan sesudah berselingkuh subjek merasa bersalah ketika sedang bersama mantan suaminya. c. Perasaan Berharga Sebelum berselingkuh sikap ketika merasa mantan suami tidak menghargainya marah-marah dan mengambek, sedangkan sesudah berselingkuh subjek bersikap biasa saja ketika merasa mantan suami tidak menghargainya. Perasaan ketika merasa tidak dibutuhkan dalam keluarga sebelum berselingkuh subjek sedih, sedangkan sesudah berselingkuh, subjek merasa kecewa karena dari perbuatan subjek berakibat buruk buat subjek sendiri. Sebelum berselingkuh subjek menilai dirinya masih kekanak-kanakan, subjek juga masih ceroboh dalam mengerjakan atau memutuskan sesuatu, sedangkan sesudah berselingkuh subjek menjadi lebih dewasa.
J. SARAN 1. Untuk Subjek Setelah didapatkan gambaran harga diri wanita yang sudah menikah yang berselingkuh, diharapkan agar subjek dapat selalu bersikap baik dan ramah dengan orang-orang di sekitarnya. Dan diharapkan subjek dapat menjaga hubungan baik dengan keluarga besarnya dan keluarga mantan suaminya agar tetap menjalin silaturahmi diantara keluarga. Diharapkan juga subjek tetap menjaga komunikasi dengan mantan suaminya demi anak mereka agar tidak kehilangan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya. 2. Untuk Keluarga Subjek Diharapkan dapat menerima subjek lagi seperti dulu agar subjek tetap merasa menjadi bagian dari keluarga. Dan mau memaafkan kesalahan yang pernah subjek perbuat. Agar keutuhan keluarga tetap terjalin. 3. Untuk Penelitian Selanjutnya Dalam pelaksanaan penelitian ini, dengan berbagai kendala terutama keterbatasan kemampuan, peneliti menyadari bahwa penelitian ini belumlah dapat dikatakan cukup apalagi sempurna, oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan bimbingan dan petunjuk lebih lanjut dalam kesempatan lain dari para senior baik bapakbapak/ibu-ibu dosen maupun para senior lainnya. Kemudian untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih memuaskan, tentu saja diharapkan kepada para peneliti berikutnya, agar lebih mempersiapkan diri dalam pelaksanaan penelitian, baik secara pisik maupun non-pisik, misalnya antara lain masalah penyediaan waktu, tenaga, dan biaya terutama pada intensitas bertemu antara peneliti dan subjek.