BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia secara geografis terletak di kawasan Asia Tenggara yang dilintasi oleh garis katulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia sehingga Indonesia termasuk sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Hal tersebut didukung oleh data dari Badan Informasi Geospasial (2013) yang memastikan bahwa: Pulau di Indonesia yang semula berjumlah 17.508 berubah menjadi 13.466 pulau dan telah memiliki koordinat global positioning system (GPS) dalam laporan secara resmi kepada dunia internasional sedangkan perbedaan pulau yang berjumlah 4.042 disebabkan oleh faktor adanya pulau yang sudah tenggelam dan perbedaan kriteria status pulau dari pemetaan terdahulu dan saat ini. Dilihat dari populasinya, Indonesia memiliki sejumlah 260 juta jiwa pada tahun 2013 menempati wilayah Indonesia yang terdiri atas 34 propinsi, 440 kabupaten/kota, 5.263 kecamatan, serta 62.806 desa. (Nasruddin, 2011: 3) Data di atas dilengkapi Rain (2012: 2) yang menuturkan bahwa Indonesia memiliki 740 suku bangsa/etnis, daerah Papua saja terdapat 270 suku. Bahasa daerah yang terbanyak yaitu 583 bahasa dan dialek dari 67 bahasa induk yang digunakan oleh berbagai suku di Indonesia. Hal tersebut harus disadari oleh masyarakat Indonesia tentang beragamnya bangsa Indonesia dan untuk membangun bangsa dengan beragam adat maupun budaya yang tersebar di wilayah Indonesia memerlukan suatu strategi dan upaya untuk mewujudkannya. Masyarakat yang mendiami wilayah di Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda sesuai dengan ciri khas daerahnya masing-masing. Kebudayaan yang Yenni Vergatanti Zaremba, 2014 NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
GUNA
MEMBANGUN
terdapat dalam masyarakat perlu terus-menerus dilestarikan dan menjadi suatu nilai atau tradisi lokal yang diyakini kebenarannya hingga kini. Keberagaman suku, budaya, etnis, agama, dan sumber daya alam berlimpah yang dimiliki Indonesia seharusnya dapat menjadi modal dalam pembangunan bangsa kearah yang lebih baik. Namun kondisi tersebut tidaklah sejalan dengan kenyataannya.
Tantangan
kehidupan
yang
semakin
kompleks
dapat
menimbulkan gesekan dan perbedaan dalam hubungan bermasyarakat. Konflik menjadi masalah yang mengkhawatirkan dan mudah terjadi dalam kehidupan masyarakat. Selain itu, pembangunan yang kini sedang dilaksanakan oleh pemerintah memberikan berbagai dampak positif maupun negatif bagi setiap daerah. Salah satu dampak negatif adalah munculnya pergeseran nilai budaya dan sistem sosial yang terjadi pada masyarakat di Lombok provinsi Nusa Tenggara Barat. Kondisi tersebut semakin memburuk karena nilai-nilai baru yang belum terbentuk secara pasti menimbulkan kesenjangan diantara masyarakat sehingga pedoman yang mengatur tingkah laku dan kehidupan masyarakat Sasak semakin memudar. Kesenjangan tersebut apabila tidak dipahami tentu akan melahirkan konflik baik secara vertikal (rakyat dengan pemerintah) maupun konflik horizontal (rakyat dengan rakyat) dalam masyarakat Sasak. Pernyataan di atas didukung oleh pendapat Suprapto (2013: 20) yang mengungkapkan bahwa: Dalam dua dekade terakhir realitas harmoni Indonesia kerap terkoyak oleh serangkaian konflik berbau kekerasan (violence conflicts) yang marak merebak di berbagai daerah termasuk di Lombok Provinsi Nusa Tenggara Barat. Selain menyebabkan jatuhnya korban jiwa yang tak sedikit, konflik juga mengakibatkan dampak sosial yang luar biasa. Berbagai konflik komunal ini bukan hanya sangat mengganggu stabilitas nasional tetapi juga mengancam integrasi bangsa. Yenni Vergatanti Zaremba, 2014 NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
GUNA
MEMBANGUN
Soekanto (2006: 148) menguraikan bahwa konflik antar kelompok mungkin terjadi karena persaingan untuk mendapatkan mata pencaharian hidup yang sama, pemaksaan agama, dominasi politik, atau adanya konflik terpendam. Sedangkan konflik yang terjadi di Lombok pada hubungan antarsuku, antaragama, antardesa, dan lainnya dapat dipicu oleh perbedaan kepentingan, persaingan dan semakin memudarnya rasa saling menghormati antara sesama. Permasalahan serupa dikemukakan pula oleh Zada, dkk (2008: 89-95) yang menyatakan bahwa: Selain kerusuhan Januari tahun 2000 yang terkenal dengan “kasus 171,” berbagai kerusuhan berbau kekerasan di Lombok, sering menghiasi media massa. Konflik atau perang antarkampung seperti di Ketare Lombok Tengah dan Karang Genteng Kota Mataram adalah beberapa contoh kerusuhan massa yang hingga kini masih sering terjadi. Munculnya konflik tidak dapat terhindarkan apabila suatu masyarakat telah terprovokasi oleh suatu masalah atau paham. Webster (Pruitt & Rubin, 2004: 9) menguraikan bahwa konflik (conflict) adalah suatu perkelahian, peperangan, atau perjuangan berupa konfrontasi fisik antara beberapa pihak yang kemudian berkembang menjadi ketidaksepakatan yang tajam atas berbagai kepentingan. Maftuh (2008: 28) mengemukakan beberapa sumber penyebab konflik diantaranya: Perasaan frustasi-agresi, ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan (kehilangan relatif), ketidaksesuaian pembentukan identitas, tatanan sosial yang tidak adil, ketidakpuasan ekonomi, ketidakpuasan politik, tidak terpenuhinya kebutuhan dasar atau kebutuhan psikologis, keterbatasan sumber daya (uang, kekayaan, waktu), dan perbedaan nilai. Tuner (Setiadi & Kolip, 2011: 363) juga mengungkapkan beberapa faktor yang memicu terjadinya konflik sosial diantaranya: Yenni Vergatanti Zaremba, 2014 NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
GUNA
MEMBANGUN
Ketidakmerataan distribusi sumber daya yang sangat terbatas di dalam masyarakat, ditariknya kembali legitimasi penguasa politik oleh masyarakat kelas bawah, adanya pandangan bahwa konflik merupakan cara untuk mewujudkan kepentingan, sedikitnya saluran untuk menampung keluhankeluhan masyarakat kelas bawah serta lambatnya mobilitas sosial ke atas, melemahnya kekuasaan negara yang disertai dengan mobilisasi masyarakat bawah oleh elite, dan kelompok masyarakat kelas bawah menerima ideologi radikal. Menyikapi berbagai masalah yang muncul sudah seharusnya diperlukan perhatian dari semua elemen masyarakat dan pemerintah sebagai upaya penanganan konflik dan menciptakan keharmonisan masyarakat karena selama ini upaya penanganan konflik yang dilakukan hanya bersifat mengakhiri konflik secara sementara namun tidak mengarahkan pada perbaikan konflik secara berkesinambungan sehingga konflik masih berpotensi untuk muncul kembali. Berdasarkan official online website pemerintah Nusa Tenggara Barat (NTB) kabupaten dan kota, wilayah Provinsi NTB secara geografis terbagi dalam 2 (dua) pulau utama, yaitu pulau Lombok disebelah barat dan pulau Sumbawa disebelah timur. Pulau Lombok wilayah administratifnya meliputi Kota Mataram, Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Utara, dan Lombok Timur Penjelasan yang telah dikemukakan sebelumnya memberikan gambaran bahwa beberapa permasalahan yang muncul pada masyarakat Sasak dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya ketidaksesuaian kondisi yang diharapkan, kedudukan sosial, kurangnya rasa saling menghargai kemajemukan antarsesama. Selain itu, beberapa daerah di Lombok memiliki perbedaaan dalam aspek bahasa sehingga mempengaruhi tingkah laku pergaulan masyarakat yang berbeda pula. Lombok Barat yang memiliki tingkat kemajemukan etnis, agama, dan bahasa tentunya memiliki berbagai permasalahan yang lebih kompleks untuk memicu timbulnya konflik. Munculnya konflik antardesa tentunya membuat Yenni Vergatanti Zaremba, 2014 NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
GUNA
MEMBANGUN
persatuan kesatuan masyarakat Sasak khususnya di Lombok Barat dapat mengalami perpecahan dan mengganggu stabilitas keamanan masyarakat. Selain itu, konflik yang pernah terjadi seperti “Kasus 171”, perang antarkampung Taliwang dan Tohpati yang hingga kini masih seringkali terjadi berpotensi terhadap kerusakan, hilangnya nyawa seseorang, terjadinya perubahan integrasi sosial, perilaku, dan sistem sosial di masyarakat. Koentjaraningrat (1989: 190) mengemukakan pendapat bahwa dalam setiap masyarakat, baik kompleks maupun yang sederhana, ada sejumlah nilai budaya yang satu dengan lain berkaitan hingga merupakan suatu sistem. Sistem itu sebagai pedoman dari konsep-konsep ideal dalam kebudayaan memberi pendorong yang kuat terhadap arah kehidupan warga masyarakatnya. Konflik yang terjadi pada masyarakat Sasak sesungguhnya dapat diatasi oleh masyarakat itu sendiri melalui nilai-nilai kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Sasak sejak turun temurun. Nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi sumber dan dasar pedoman kehidupan masyarakat Sasak tercermin dalam kehidupan sehari-hari baik secara langsung maupun tidak langsung. Nilai-nilai kearifan lokal hendaknya mampu dikembangkan guna menciptakan masyarakat di Lombok yang harmonis, bertoleransi, saling menghargai antar etnis maupun agama dan berintergrasi sosial. Lombok Barat dengan dominasi masyarakat Sasak memiliki kearifankearifan lokal yang menjadi pola hidup maupun pergaulan. Amin, dkk (1997: 16) memaparkan tentang hasil kaartering tingkat desa yang dilakukan oleh team penelitian hukum adat Universitas Airlangga dan Universitas Nijmegen di Lombok terdapat perincian suku asli Sasak yang berjumlah 1.490.100 jiwa dan suku pendatang dengan perincian sebagai berikut: Tabel 1.1 Yenni Vergatanti Zaremba, 2014 NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
GUNA
MEMBANGUN
Perincian Jumlah Suku di Lombok Kelompok Suku Bangsa Lombok Lombok Lombok Pendatang Barat Tengah Timur Suku Bali 47.800 1.600 300 Suku Sumbawa 2000 100 12.200 Suku Makasar/ Bugis/ Bajo/ 1.400 400 8.500 Mandar Suku Cina 7.300 200 100 Suku Jawa 2.400 800 900 Suku Arab 1.500 200 400 Lain-lain 1.300 100 400 Jumlah pendatang seluruhnya 63.700 3.400 22.800
Jumlah 49.700 14.300 10.300 7.600 4.100 2.100 1.800 89.900
Sumber: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Berbagai suku yang menjadi pendatang dan menghuni daerah di Lombok, hingga kini masih menjadi kelompok etnis tersendiri dengan mendukung adat istiadat tersendiri pula meskipun terdapat adanya persamaan-persamaan. Berkaitan dengan nilai kearifan lokal masyarakat (suku) Sasak, Ismail, dkk (2009) mengungkapkan bahwa sejak masa lampau etnis Sasak telah mengenal tentang wadah yang menjadi induk dalam kehidupan bermasyarakat mereka, yang mengatur tentang pedoman hidup warga masyarakat, dan tempat mereka mencari rujukan untuk menetapkan sanksi atas terjadi pelanggaran dalam tata pergaulan komunitasnya. Wadah itu dikenal dengan istilah krama. Konsepsi ini diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Sasak sejak masa lampau. Sehingga pelaksanaan dari konsepsi kultural itu telah menjelma menjadi berbagai elemen atau unsur yang tidak terpisahkan dan dapat ditelusuri sampai dengan saat ini. Penerapan krama dalam kehidupan masyarakat Sasak mendorong lahirnya berbagai bentuk kearifan lokal dalam masyarakat tersebut. Nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Sasak mengandung nilai-nilai yang masih sesuai dengan Yenni Vergatanti Zaremba, 2014 NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
GUNA
MEMBANGUN
kehidupan kekinian, dan relevan bagi generasi muda terutama peserta didik. Bentuk-bentuk kearifan lokal masyarakat Sasak tergolongkan ke dalam bidang politik, sosial, kemasyarakatan, ekonomi perdagangan, dan adat budaya. Penelitian terdahulu oleh Ismail, dkk (2009) mengemukakan terdapat 10 (sepuluh) unsur atau komponen nilai demokrasi yang tercermin dalam kearifan lokal masyarakat Sasak, yaitu demokrasi berketuhanan, toleransi, kerja sama dengan orang lain, menghargai pendapat orang lain, memahami dan menerima kultur dalam masyarakat, berpikir kritis dan sistematik, penyelesaian konflik tanpa kekerasan, kemauan mengubah gaya hidup dan kebiasaan konsumtif, sensitif terhadap kesulitan orang lain, kemauan dan kemampuan berpartispasi dalam kehidupan sosial. Pengembangan dan penanaman pemahaman kearifan lokal bagi masyarakat memerlukan strategi, media pembinaan, pengembangan, dan pelestarian yang sesuai dengan kondisi masyarakat Sasak yang bersifat majemuk. Nasikun (2007: 36) menjelaskan bahwa masyarakat yang majemuk tidak terdapat sistem nilai yang disepakati oleh seluruh anggota masyarakat sehingga tidak ada integrasi sosial dan yang ada hanya sub-sub sistem yang berdiri sendiri-sendiri. Sehubungan dengan hal tersebut, perlu dilakukan upaya agar nilai-nilai luhur kebudayaan Indonesia tidak hilang oleh perkembangan teknologi modern. Apabila hal itu terjadi maka bangsa Indonesia akan kehilangan identitas dan pedoman dalam memilih arah tujuan hidup sebagai bangsa yang memiliki kepribadian. Sejalan dengan hal tersebut, Irwan Abdullah (2008: 27) mengungkapkan tentang fungsi kearifan lokal yang dapat dimanfaatkan sebagai berikut: Terdapat ada enam signifikansi dan fungsi kearifan lokal jika dimanfaatkan. Pertama, sebagai penanda identitas sebuah komunitas. Kedua, elemen perekat (aspek kohesif) lintas warga, lintas agama dan lintas kepercayaan. Yenni Vergatanti Zaremba, 2014 NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
GUNA
MEMBANGUN
Ketiga kearifan lokal tidak bersifat memaksa tetapi lebih merupakan kesadaran dari dalam. Keempat, kearifan lokal memberi warna kebersamaan sebuah komunitas. Kelima, kemampuan local wisdom dalam mengubah pola berpikir dan hubungan timbal balik individu dan kelompok dan meletakkannya di atas common ground. Keenam, kearifan lokal dapat mendorong proses apresiasi, partisipasi sekaligus meminimalisir penyebab yang merusak solidaritas dan integrasi komunitas. Disamping itu, terdapat pedoman hidup yang dimiliki oleh masyarakat etnis Sasak dan menjadi aturan atau tata pergaulan dalam komunitasnya. Beberapa kearifan lokal masyarakat lombok terdapat dalam sesengak (pribahasa), perteke atau lelakaq (pantun) termasuk sebagai pedoman kehidupan bermasyarakat. Selain itu berbagai tradisi yang masih efektif dipraktikan di masyarakat Sasak seperti begibung, tradisi perang topat, peresean, dan sejumlah produk peraturan lokal dalam bentuk awig-awig. Suprapto (2013: 31-32) mengelaborasi secara singkat beberapa local wisdom sebagai berikut: Tabel 1.2 Prinsip Kearifan Lokal yang terdapat pada Masyarakat Sasak – Lombok Prinsip
Kejujuran dan Kesetiaan Memegang Janji
Menegakkan / Mensucikan Ajaran Agama
Sumber
Ungkapan
Makna Kata dan janji wajib dipegang dan dipertahankan dengan kukuh.
Naskah Kuno Kotaragama
Danta, danti, kusuma warsa.
Sesenggak
Sampi betali isik pepit, manuse betali isik raos.
Manusia diikat dengan kata-katanya
Agama betakaq adat.
Adat menegakkan dan mensucikan agama.
Perteke
Ndaq ta ngaken baraq api. Pacu-pacu punik akherat. Rurung bender turna
Larangan memakan riba. Bersungguh-sungguh berbuat kebajikan. Sejahtera dan tenteram
Yenni Vergatanti Zaremba, 2014 NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
GUNA
MEMBANGUN
gantar.
Persamaan dan Kebersamaan Hak
Sesengak
Kemanusiaan
Lelakaq
Pemeliharaan Lingkungan
Ungkapan Lokal
Perekonomi dan Etos Kerja
Ungkapan Lokal dan Sesengak
Pusaka tolang daeng papuk balok. Dowe tengaq, dowe sopoq. Nemu syarat kepeng. Dowen neneq. Dowen pelungguh saq leq tiang. Anak kaoq mondong jagung, sai tao jari agung. Ulah mandi isiq bisana. Kurenan, gubuk, lambah, penyengker, nambarayang, cero, kuninga, penyaweq, uriga, maliq. Keduk lindung bani raok; mesang ime naen ta bawaq lanjaq batur nyuit isiq jaum; Tiwas karang jari apuh; Manah tan keneng obah; Kendeq nenggala leq atas bonggkor batur; Soroq dampuk bosang boros Empaq bau, aiq meneng, tunjung tilah;
Penyelesaian konflik
Sesengak
Adiq ta tao jauq aiq; Sifat anaq empaq, tao pesopoq diriq; Sikut tanggkong leq awak mesaq
jika menegakkan ajaran agama.
Perlu pengorbanan demi cita-cita.
Kepuasan tidak ada merasa ditekan, semua merasa menang. Harus mampu menjadi pendingin/penyejuk. Nasihat menghindari sengketa. Tingkah laku diukur pada diri sendiri.
Yenni Vergatanti Zaremba, 2014 NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
GUNA
MEMBANGUN
Selain nilai kearifan lokal yang sebagian telah dikemukakan di atas, terdapat pula beberapa living tradition di Lombok dalam bentuk aturan tertulis dan tidak tertulis yang disepakati bersama oleh anggota masyarakat dan menjadi semacam hukum yang dijadikan pedoman. Aturan yang disepakati bersama ini disebut awig-awig. Dalam praktiknya awig-awig bagi masyarakat Sasak dinilai lebih efektif dibanding hukum formal pemerintah. Rumusan awig-awig yang bersumber dari masyarakat dan dirumuskan secara partisipatif, mendorong masyarkat dengan sukarela mentaati dan menjaganya. Sehingga ketaatan yang muncul lebih karena kesadaran bukan berdasarkan paksaan. (Suprapto, 2013: 35) Pengelompokan nilai-nilai kearifan lokal Sasak yang dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu pertama bidang sosial; kedua bidang ekonomi; dan ketiga bidang pertanian. Sesuai dengan kajian dalam permasalahan, penelitian ini lebih memfokuskan nilai-nilai kearifan lokal Sasak pada bidang sosial kemasyarakatan yang lebih berkaitan dengan dasar wawasan multikultural dan sebagai sarana untuk memperkuat integrasi sosial masyarakat di Lombok Barat. Nilai kearifan tersebut hingga kini masih tetap dipergunakan oleh masyarakat baik dengan masyarakat yang berbeda etnis maupun berbeda dari segi agama. Berkaitan dengan pembahasan sebelumnya, nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat pada masyarakat etnis Sasak hendaknya dihubungkan atau didasarkan dengan wawasan multikultural, sebab nilai kearifan lokal yang terdapat dalam masyarakat Sasak dapat diterapkan pula oleh masyarakat etnis Bali, Tionghoa, Arab, Melayu, dan etnis pendatang lainnya yang berdiam atau tinggal di bumi Sasak. Berkaitan dengan wawasan multikultural yang digagas oleh Mahfud (2011: 91) mengungkapkan bahwa: Yenni Vergatanti Zaremba, 2014 NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
GUNA
MEMBANGUN
Multikulturalisme sebagai konsep yang mengakui keberagaman, perbedaan, dan kemajemukan budaya, ras, suku, etnis, agama dalam sebuah komunitas diperuntukkan secara keseluruhan sehingga setiap individu merasa dihargai sekaligus merasa bertanggungjawab untuk hidup bersama komunitasnya. Berkembangnya etnis, bahasa, agama dan kebudayaan dalam suatu wilayah tidak menutup pula kemungkinan munculnya disintegrasi sosial dalam masyarakat.
Keanekaragaman
yang
tidak
disertai
dengan
pemahaman
multikultural maka dapat membuat masyarakat dengan cepat terprovokasi oleh berbagai isu-isu yang muncul. Widisuseno (2012: 7) berpendapat bahwa “... terjadi peningkatan gejala “provinsialisme” yang hampir tumpang tindih dengan etnisitas”. Kecenderungan ini jika tidak terkendali akan menimbulkan disintegrasi sosio-kultural bahkan disintegrasi politik. Sehingga integrasi sosial dipandang penting dalam menciptakan tatanan masyarakat yang harmonis di dalam keberagaman. Pengkajian nilai-nilai kearifan lokal Sasak berwawasan multikultural pada hakekatnya tidak dapat terlepas dari peranan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bagi peserta didik. Hal ini didasarkan karena pendidikan IPS bukan sekedar menyampaikan pengetahuan tentang konsep-konsep dasar ilmu sosial tetapi juga membantu siswa dalam memecahkan masalah sosial. Sumaatmadja (2002: 20) menguraikan bahwa: Mata pelajaran pendidikan IPS bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah sehari-hari baik yang menimpa dirinya maupun yang menimpa kehidupan masyarakat. Kearifan lokal yang terdapat dalam masyarakat Sasak dapat diintegrasikan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Hal tersebut sejalan untuk mengarahkan peserta didik agar mampu menjadi warga negara yang demokratis, Yenni Vergatanti Zaremba, 2014 NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
GUNA
MEMBANGUN
bijaksana, bertanggungjawab dengan mencerminkan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat setempat. Pendidikan IPS yang dihubungkan dengan nilai-nilai kearifan lokal Sasak pada masyarakat di Lombok Barat diharapkan mampu mengembangkan proses pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik dalam membangun kesadaran diri sebagai bagian dari masyarakat. Sehingga dengan pembinaan yang dilakukan melalui kearifan lokal masyarakat Sasak pada lingkungannya sendiri dapat membentuk peserta didik yang lebih peka terhadap permasalahan yang terjadi dan dialami oleh masyarakatnya. Beberapa penjelasan di atas mengarah pada permasalahan bahwa suatu masyarakat etnis tertentu apabila hanya berpegangan pada budaya asli etnisnya masing-masing tanpa memperhatikan budaya lokal yang ada atau berlaku pada masyarakat di lingkungan sekitarnya maka akan banyak muncul berbagai konflik di masyarakat yang menyebabkan munculnya disintegrasi yang tinggi pada masyarakat tersebut. Sebaliknya apabila beberapa kebudayaan berada dalam posisi yang setara kedudukannya dengan memperhatikan nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi pedoman masyarakat setempat khususnya di masyarakat Sasak dan dapat dijadikan pijakan dalam pergaulan maka akan memperkecil munculnya disintegrasi sosial di masyarakat. Namun nilai kearifan lokal tersebut seyogyanya harus berlandaskan wawasan multikultural karena nilai kearifan lokal Sasak bukan hanya diperuntukan bagi masyarakat asli Sasak melainkan seluruh masyarakat yang terdapat di Lombok. Berdasarkan pemaparan di atas peneliti tertarik dan terdorong untuk mengkaji dan membahas tentang Nilai-Nilai Kearifan Lokal Sasak Berwawasan Multikultural guna Membangun Integrasi Sosial Masyarakat di Lombok Barat.
B. IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH Yenni Vergatanti Zaremba, 2014 NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
GUNA
MEMBANGUN
Keanekaragaman budaya yang terjadi dalam masyarakat bukanlah sebagai faktor perpecahan kesatuan bangsa melainkan dapat menjadi perekat kesatuan dan persatuan bangsa di Indonesia. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Adanya pemahaman kebudayaan yang berbeda pada masing-masing etnis.
2.
Timbulnya konflik akibat adanya kepentingan yang muncul dari pihak-pihak tertentu sehingga membuat persatuan kesatuan masyarakat Sasak di Lombok Barat mengalami perpecahan dan mengganggu stabilitas keamanan masyarakat.
3.
Kurangnya kesadaran masyarakat di Lombok Barat tentang pentingnya demokrasi, kerukunan, dan saling menghargai antara sesama masyarakat. Berdasarkan
identifikasi
masalah
di
atas
maka
diperlukan
fokus
permasalahan yaitu “Pengungkapan nilai kearifan lokal Sasak yang berkaitan dengan wawasan multikultural untuk memperkuat integrasi sosial masyarakat di Lombok Barat”. Berpegangan pada latar belakang dan fokus masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini menjadi sub-sub masalah sebagai berikut: 1.
Nilai-nilai kearifan lokal apa saja yang dimiliki oleh masyarakat Sasak di Lombok Barat?
2.
Nilai-nilai kearifan lokal Sasak apa saja yang berwawasan multikultural dapat digunakan oleh masyarakat dalam sikap saling menghargai antar etnis dan agama?
3.
Sejauh manakah peranan nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Sasak berwawasan multikultural dapat menjadi jembatan komunikasi antar etnis dan agama bagi masyarakat di Lombok Barat?
Yenni Vergatanti Zaremba, 2014 NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
GUNA
MEMBANGUN
4.
Sejauh manakah nilai kearifan lokal Sasak mampu menjadi dasar dalam memecahkan permasalahan dan membangun integrasi sosial masyarakat di Lombok Barat?
5.
Bagaimana nilai-nilai kearifan lokal Sasak berwawasan multikultural untuk membangun integrasi sosial dapat menjadi sumber bagi pembelajaran IPS di SMP?
C. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti menguraikan tujuan dalam penelitian ini secara umum dan khusus sebagai berikut: 1.
Tujuan Umum Secara umum tujuan dari penelitian ini mengarah pada pengungkapan nilainilai kearifan lokal Sasak yang berkaitan dengan wawasan multikultural untuk memperkuat integrasi sosial masyarakat di Lombok Barat.
2.
Tujuan Khusus Secara khusus terdapat beberapa tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a.
Mengkaji dan mengidentifikasi nilai-nilai kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Sasak di Lombok Barat.
b.
Mengkaji nilai-nilai kearifan lokal Sasak berwawasan multikultural yang dapat digunakan oleh masyarakat dalam sikap saling menghargai etnis dan agama.
c.
Mengkaji dan mengorganisasikan peranan nilai-nilai kearifan lokal Sasak berwawasan multikultural yang dapat menjadi jembatan
Yenni Vergatanti Zaremba, 2014 NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
GUNA
MEMBANGUN
komunikasi antar etnis dan agama bagi masyarakat multikultural di Lombok Barat. d.
Mengidentifikasi nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Sasak yang mampu menjadi dasar dalam memecahkan permasalahan dan penguat persatuan bagi masyarakat di Lombok Barat.
e.
Mengidentifikasi
nilai-nilai
kearifan
lokal
Sasak
berwawasan
multikultural untuk membangun integrasi sosial yang dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran IPS di SMP.
D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian mengenai “Nilai-Nilai Kearifan Lokal Sasak Berwawasan Multikultural guna Membangun Integrasi Sosial Masyarakat di Lombok Barat” ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis, antara lain: 1.
Manfaat Teoritis Kearifan lokal dapat dijadikan sebagai salah satu tema pembelajaran IPS bagi peserta didik. Pembelajaran IPS tidak hanya dilakukan sebagai upaya mentransfer
pengetahuan
dari
guru
kepada
peserta
didik
namun
pembelajaran IPS dengan menggunakan kearifan lokal yang terdapat pada masing-masing daerah dapat membentuk peserta didik menjadi warga negara yang demokratis, partisipatif dan memahami tentang pentingnya nilai-nilai saling menghargai, toleransi, bekerja sama, dan menerima kultur dalam keberagaman kebudayaan khususnya masyarakat di Lombok maupun di Indonesia. 2.
Manfaat Praktis
Yenni Vergatanti Zaremba, 2014 NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
GUNA
MEMBANGUN
a.
Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis di bidang sosial khususnya tentang nilai-nilai yang terkandung dalam budaya daerah dengan menggunakan deskriptif kualitatif untuk mendapatkan hasil secara lebih terperinci tentang kebudayaan dan penelitian ini.
b.
Bagi Universitas Pendidikan Indonesia khususnya bagi jurusan Pendidikan IPS Pascasarjana, dapat memperkaya penulisan kebudayaan untuk mengembangkan wawasan multikultural dan integrasi sosial dalam lingkup akademik maupun masyarakat.
c.
Bagi masyarakat Sasak di Lombok dapat menjadi salah satu masukan untuk lebih meningkatkan kebudayaan dan penanaman nilai-nilai leluhur sebagai pedoman kehidupan sosial masyarakat.
d.
Bagi pemerintah dijadikan bahan masukan mengenai permasalahanpermasalahan yang dihadapi tentang kebudayaan, konflik, dan menjadi bahan refleksi pemerintah khususnya kebijakan mengenai kemajuan kebudayaan dan pariwisata di Indonesia.
E. STRUKTUR ORGANISASI PENELITIAN Penelitian ini memiliki struktur organisasi penelitian yang dirancang oleh peneliti sebagai berikut: BAB I, Pendahuluan. Bab ini merupakan pendahuluan dari penulisan. Dalam bab ini dikemukakan mengenai latar belakang masalah yang di dalamnya memuat penjelasan mengapa masalah yang diteliti timbul dan penting untuk dikaji, rumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan. Yenni Vergatanti Zaremba, 2014 NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
GUNA
MEMBANGUN
BAB II, Kajian Pustaka. Bab ini menjabarkan tentang daftar literatur yang digunakan yang dapat mendukung permasalahan yang dikaji mengenai nilai-nilai kearifan lokal yang terjadi pada masyarakat, wawasan multikultural sebagai penguat integrasi sosial di masyarakat. BAB III, Metode Penelitian. Bab ini membahas langkah-langkah pendekatan, metode dan teknik penelitian yang digunakan dalam mencari sumber, prosedur penelitian dan analisis data yang dianggap relevan dengan permasalahan yang dikaji. BAB IV, Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini menyajikan analisis data untuk mengetahui temuan-temuan yang berkaitan dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian serta melakukan refleksi atau pembahasan temuan penelitian yang dikembangkan dengan dasar teori yang telah dibahas dalam kajian pustaka. BAB V, Simpulan dan Saran. Bab ini menyajikan simpulan sebagai pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan dengan cara menjawab pertanyaan penelitian atau rumusan masalah yang kemudian direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya.
Yenni Vergatanti Zaremba, 2014 NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL SASAK BERWAWASAN MULTIKULTURAL INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT DI LOMBOK BARAT Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
GUNA
MEMBANGUN