PERILAKU LATAH PADA REMAJA Fitriani Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma
Abstraksi
Hidup dipenuhi oleh berbagai bentuk pola perilaku manusia yang sangat unik. Salah satu bentuk pola perilaku manusia yang unik itu adalah latah yaitu kebiasaan menirukan ucapan atau tingkah laku orang lain pada saat orang tersebut mengalami kekagetan. Reaksi latah itu bermacam-macam bentuknya, ada yang berupa pengulangan kata-kata atau bunyi-bunyian yang mengejutkan mereka, ada yang berupa gerak-gerik yang dilihatnya termasuk mimik dan ada yang melontarkan kata-kata atau sebutansebutan yang ada hubungannya dengan organ-organ seksual. Latah dapat juga terjadi pada remaja khususnya remaja putri, hal ini dikarenakan masa remaja adalah masa yang perkembangan sosialnya sangat dipengaruhi oleh kelompok teman sepermainannya. Apabila salah satu temannya ada yang menderita latah dan teman yang lain menganggap latah adalah lucu atau trend maka tidak menutup kemungkinan teman-teman yang lain akan ikut-ikutan latah. Orangorang yang kerap dijadikan model tiruan adalah kalangan terdekat si penderita latah. Bisa juga orang-orang yang sering bertemu dan berinteraksi, entah itu kawan bermain sejak kecil, rekan kerja, saudara sepupu, orang tua, pengasuh atau bahkan tetangga. Perilaku ikut-ikutan tersebut dalam konsep psikologi dapat dikatakan sebagai konformitas. Tujuan dilakukan penelitian ini oleh peneliti adalah untuk mengetahui hal-hal yang menyebabkan latah dan bagaimana jenis perilaku latah yang ditampilkan oleh penderita latah. Pada penulisan ini peneliti memilih menggunakan pendekatan studi kasus karena penelitian ini berhubungan langsung dengan subjek dan kasusnya unik serta bertujuan untuk mengetahui hal-hal yang menyebabkan subjek menjadi latah dan memberikan gambaran perilaku latah yang ditampilkan subjek. Subjek yang diteliti pada kasus ini adalah subjek yang menderita latah berusia 18 tahun. Teknik pengumpulan data yang dipakai oleh peneliti adalah metode wawancara dengan pedoman standar yang terbuka dan observasi berstruktur, sedangkan alat bantu pengumpul data peneliti menggunakan pedoman wawancara, pedoman observasi dan alat perekam. Setelah dilakukan penelitian dapat disimpulkan bahwa penyebab subjek mejadi latah adalah faktor keluarga dan teman sebaya. Reaksi latah yang ditampilkan subjek ketika sedang latah adalah mengucapkan kata-kata tidak pantas, mengulangi yang diucapkan orang lain, melakukan apa yang diperintah orang lain, bertingkah laku seperti orang yang dilihatnya dan mengikuti mimik orang yang dilihatnya. Kata Kunci : Latah, Remaja.
disekitarnya. Kelelahan sering dialami
A. Latar Belakang Masalah Hidup dipenuhi oleh berbagai bentuk
oleh
penderita
latah
karena
terus
pola perilaku manusia yang sangat unik.
menerus digoda oleh lingkungan untuk
Salah satu bentuk pola perilaku manusia
menampilkan reaksi-reaksi latahnya itu.
yang
unik
latah
yaitu
Reaksi latah hanya timbul apabila si
ucapan
atau
penderita mengalami kekagetan akibat
tingkah laku orang lain pada saat orang
adanya rangsang-rangsang luar yang
tersebut mengalami kekagetan. Pada
mengejutkan
beberapa orang perilaku latah dapat
keadaan terkejut itulah tanpa dapat
menjadi bagian penting dalam hidupnya,
dikendalikan lagi si penderita latah
contohnya seperti yang ditampilkan oleh
menunjukan reaksi-reaksi latahnya.
kebiasaan
itu
adalah
menirukan
pelawak Mpok Ati. Entah disengaja atau tidak,
pelawak
populer
Mpok
Ati
Latah bentuk
dan
mendadak,
merupakan
gangguan
dalam
salah
culture
satu
bound-
menjadikan latah sebagai trade marknya
syndromes yang tertua (Hall, 2001).
dalam melucu. Terlepas dari kocak
Sekarang ini sudah terdeteksi sebanyak
tidaknya lawakan semacam itu, kini
186 bentuk gangguan culture bound-
banyak orang menganggap bahwa latah
syndromes
yang
terdapat
didunia.
merupakan kebiasaan sepele yang tidak
Beberapa
contoh
gangguan
culture
ada kaitannya dengan penyakit, padahal
bound-syndromes yang terkenal antara
latah memiliki dimensi gangguan fungsi
lain adalah amok, susto, koro, dan latah.
pusat syaraf, psikologis dan sosial.
Amok banyak dialami pada laki-laki di
Latah bukan suatu reaksi yang dibuat-buat benar-benar
melainkan
kekerasan
secara
tiba-tiba
yang
sebelumnya didahului oleh penarikan
penderitanya. Penderita latah dalam
diri, kelelahan dan apatis, Susto banyak
keadaan biasa menunjukan tingkah laku
di jumpai di Amerika Tengah dan
wajar
Selatan serta Amerika Utara, yaitu
melaksanakan
normal
diluar
yang kendali
dan
terjadi
reaksi
Malaysia, yaitu melakukan tindakan
serta
mampu
tugas-tugasnya
kehilangan
jiwa
dimulai
dengan
sebagaimana biasa. Latah dapat menjadi
perasaan takut yang kuat dan diikuti
hal yang menghibur bagi orang-orang
turunya berat badan. Koro banyak
dialami
masyarakat
Malaysia
dan
penis
kedalam
Cina,yaitu ketakutan akan masuknya tubuh seseorang, dan Latah banyak
bertemu dan berinteraksi, entah itu
dijumpai pada masyarakat Malaysia dan
kawan bermain sejak kecil, rekan kerja,
Indonesia (Mayer, 2001). Berdasarkan
saudara sepupu, orang tua, pengasuh
fakta yang ada, gangguan latah biasanya
atau bahkan tetangga. Perilaku ikut-
tumbuh dalam masyarakat terbelakang
ikutan tersebut dalam konsep psikologi
yang menerapkan budaya otoriter. Teori
dapat
kuno
latah
Konformitas itu sendiri adalah apabila
perempuan
individu menampilkan perilaku tertentu
berpendidikan rendah dan berasal dari
karena orang lain menampilkan perilaku
kelas ekonomi bawah. Namun teori itu
tersebut (Sears dkk, 1994). Sedangkan
tak sepenuhnya tepat, buktinya kini
menurut Kiesler dan Kiesler (dalam
banyak remaja yang mengidap latah.
Sarwono, 1997) mengungkapkan bahwa
Penderita latah pria pun ada meski
konformitas adalah salah satu perubahan
jumlahnya
jika
perilaku atau keyakinan karena adanya
dibandingkan dengan perempuan. Latah
pengaruh dari kelompok, baik yang
dapat
sungguh-sungguh
menyatakan,
biasanya
orang
penderita tua,
lebih
juga
khususnya
sedikit
terjadi remaja
pada putri,
remaja hal
ini
dikatakan sebagai konformitas.
maupun
yang
terbayangkan saja.
dikarenakan masa remaja adalah masa
Pentingnya penelitian ini dilakukan
yang perkembangan sosialnya sangat
karena akhir-akhir ini banyak sekali
dipengaruhi
teman
remaja yang latah, sehingga perilaku
sepermainannya. Apabila salah satu
latah sering dianggap sebagai suatu tren
temannya ada yang menderita latah dan
tertentu. Disamping itu penelitian ini
teman yang lain menganggap latah
dilakukan karena belum banyak peneliti
adalah lucu atau trend maka tidak
yang meneliti tentang latah tersebut.
menutup
oleh
kelompok
kemungkinan
teman-teman
yang lain akan ikut-ikutan latah. Orangorang yang kerap dijadikan model tiruan adalah kalangan terdekat si penderita latah. Bisa juga orang-orang yang sering
B. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan adalah:
dalam
penelitian
ini
1. Mengapa subjek menjadi latah?
yang menyebabkan latah pada
2. Bagaimana jenis perilaku latah yang
remaja
ditampilkan subjek?
serta
langkah-langkah
yang dapat mengurangi atau mencegah timbulnya latah. Agar perilaku latah pada remaja dapat
C. Tujuan Penelitian Penelitian
ini
bertujuan
untuk
dicegah oleh remaja tersebut
mengetahui hal-hal yang menyebabkan
dengan cara mengetahui faktor
latah dan bagaimana jenis perilaku latah
apa
yang ditampilkan oleh penderita latah.
menyebabkan
saja
yang latah
langkah-langkah
yang
dapat
serta dapat
ditempuh apabila remaja tersebut
D. Manfaat Penelitian Manfaat
yang
dapat
diperoleh
menderita latah.
dengan melakukan penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoritis
TINJAUAN PUSTAKA
Hasil penelitian ini diharapkan dapat ilmu
memperkaya pengetahuan,
Psikologi
A. Latah
khasanah khususnya
Perkembangan
1. Pengertian Latah
dan
Menurut Mayer (2001)
Psikologi Sosial, serta dapat
latah adalah suatu reaksi sensitivitas
digunakan sebagai pedoman di
yang berlebihan pada stimulus yang
dalam
berikutnya
dirasakan datang secara tiba-tiba,
terutama yang berkaitan dengan
biasanya disertai dengan pengikutan
perilaku latah. Karena setelah
gerakan orang lain secara tidak
dilakukan penelitian didapatkan
sadar.
penelitian
bahwa faktor-faktor penyebab
Pendapat
yang
sama
latah dan jenis-jenis reaksi latah
dikemukakan oleh Simons (2001)
setiap individu berbeda-beda.
yang mendefinisikan latah sebagai suatu reaksi keterkejutan seseorang
2. Manfaat Praktis
yang berlebihan, diikuti dengan
Memberikan informasi secara
munculnya
umum mengenai faktor-faktor
yang jika muncul secara normal
perkataan-perkataan
dianggap sesuatu yang tabu atau
menyebutkan bahwa penderita
tidak
latah biasanya memiliki kontak
baik
mengikuti orang
ucapan
lain
dengan
untuk
diucapkan,
atau
gerakan
yang cukup dekat dengan orang
disekitarnya
sampai
lain yang juga latah sehingga
apa
yang
penderita tersebut merasa dirinya
lain
pada
tertular dari orang lain.
mematuhi
diperintahkan
orang
dirinya.
Winzeler Selanjutnya
Kusumanto
bahwa
seseorang
yang latah biasanya memiliki
atau
keluarga yang latah sehingga
gangguan tersendiri, yang terkait
latah tersebut diperoleh seseorang
pada suatu reaksi kaget. Karena
dengan
kaget itu, maka yang bersangkutan
mengobservasi anggota keluarga
kemudian
yang latah juga, biasanya anggota
suatu
latah
mengatakan
dapat
dianggap
(1970)
menurut
(1995)
penyakit
secara
masif
mengamati
atau
menghentikan segala tugas yang
keluarga
sedang
kemudian
Anggota keluarga yang lebih tua
memperlihatkan tingkah laku verbal
disini berperan sebagai model
dan gestural diluar konteks tugas
dari gejala latah yang muncul
semula.
pada seseorang.
dilakukannya,
tersebut
lebih
tua.
b. Budaya Menurut
2. Faktor-faktor Penyebab Latah Menurut
Geertz
dkk
Bastaman
(2001) budaya berpengaruh pada
(1975), ada beberapa faktor yang
timbulnya gejala latah. Hal itulah
menyebabkan timbulnya latah pada
yang
diri seseorang antara lain:
latah tidak terdapat pada setiap
a. Keluarga dan teman sebaya
kebudayaan.
Seseorang latah
karena
menyebabkan
Menurut
fenomena
mereka
menderita
latah dianggap sebagai salah satu
kondisi
alternatif solusi agar perilakunya
lingkungannya atau dengan kata
diterima
lain tertular oleh lingkungannya.
pembatasan
Penelitian
pengekspresian emosi, seksual,
Bastaman
(1975)
karena
adanya dalam
dan
pendapat.
Latah
muncul
biasanya terdapat pada keluarga
karena adanya keinginan dari
yang memiliki orang tua apakah
seseorang untuk terbebas dari
itu ayah atau ibu yang sangat
pengekangan yang ada. Biasanya
keras tetapi pasangannya sangat
saat
seseorang
sedang
latah
lemah,
perbuatan
yang
sebagai bentuk pemberontakan
dilakukan lebih bisa diterima atau
dominasi orang tua yang sangat
dimaklumi
menekan.
ucapan
atau
oleh
lingkungan
latah
bisa
Ketika
dijadikan
orang
tua
sehingga ia bisa mengucapkan
menjadi
kata-kata
maka yang bisa dilakukan hanya
cabul
tanpa
harus
sumber
merasa takut akan disalahkan
memendamnya
oleh pendengarnya.
melawan
c. Pengalaman
penderita
pernah
mengalami
pengalaman
saja
orang
menyimpang
Latah bisa muncul karena
kecemasan,
karena
tua dari
berarti norma
masyarakat. d. Mimpi
traumatik
Banyak
orang
sebelumnya sehingga ia menjadi
menyebutkan
shock atau trauma. Salah satu
muncul karena adanya dorongan
contoh
seksual yang tidak tersalurkan.
dikemukakan
oleh
bahwa
latah
Winzeler (1995) yaitu seseorang
Hal
menjadi latah setelah mengalami
ditemukan pada beberapa kasus
kecelakaan
itu
benar
mengingat
mobil
yang
bahwa seseorang menjadi latah
dirinya
menjadi
setelah sebelumnya memimpikan
mudah sekali terkejut. Gejala
sesuatu yang berkaitan dengan
latah juga dapat muncul karena
masalah
pengalaman-pengalaman
dikutip oleh Winzeler (1995)
menyebabkan
traumatik
seseorang
bersama
keluarganya.
seksual.
Loon
yang
mengungkapkan bahwa biasanya mimpi
yang
dialami
adalah
Bastaman (1975) dalam
tentang laki-laki telanjang atau
kehidupan pengidap latah selalu
penis yang berusaha menyerang,
terdapat
hal
tokoh
yang
ditakuti
itu
menunjukkan
adanya
persepsi dan kemudian membuat
yaitu peniruan tingkah laku secara
orang tersebut terbangun karena
terus-menerus
terkejut.
berlangsung meski penderita secara
Bastaman
(1975)
menyebutkan bahwa untuk orang yang
bereaksi
dan
reaksi
ini
sadar ingin menghentikannya.
latah
dengan
kata-kata
porno
mengemukakan pula bahwa gejala
(berhubungan dengan alat-alat
latah yang ditunjukkan oleh orang
kelamin atau aktifitas seksual)
latah adalah di luar kemauan orang
biasanya
tersebut, ia mengeluarkan kata-kata
mengucapkan
sebelumnya
pernah
mengalami mimpi erotik.
Geertz
(1968)
porno, menirukan kata-kata atau tindakan orang lain dan mematuhi perintah untuk melakukan tindakan
3. Ciri-Ciri Umum Gejala Latah Setiap akan
penderita
menunjukan
keterkejutan
latah reaksi
(startle
berbahaya secara terus menerus.
reaction)
apabila mendapatkan stimulus yang mengejutkan.
yang menggelikan, tidak pantas atau
Keadaan
4. Jenis-Jenis Reaksi Latah
orang
Jika dilihat berdasarkan
tersebut ketika sedang latah sadar
definisi latah yang diungkapkan
dan
oleh Mayer
sepenuhnya
menyadari
dan Simons (2001)
kondisinya. Ia juga merasa malu
maka setidaknya ada empat jenis
namun tidak mempunyai kontrol
reaksi latah yang bisa ditampilkan
terhadap tingkah lakunya. Hal yang
seseorang jika sedang terkejut yaitu
dapat
adalah
mengucapkan kata-kata yang tidak
menghindari situasi yang terlalu
pantas, menirukan tingkah laku atau
mengganggu (Geertz, 1968).
perkataan orang lain, menirukan
Sedangkan
manifestasi
perbuatan atau gerakan orang lain
dari latah menurut Murphy (1976)
dan menuriti secara spontan apa
memiliki dua bentuk yaitu reaksi
yang
keterkejutan yang disertai coprolalia
Menurut Ellis (dalam Winzeler,
serta
1995) keempat jenis reaksi latah itu
dilakukan
reaksi
keterkejutan
yang
disertai dengan compulsive mimicry
adalah
diperintahkan
coprolalia,
orang
lain.
echolalia,
echopraxia,
dan
automatic
menurut
penelitian
terdapat
karakteristik tertentu yang dimiliki
obedience. a. Coprolalia : Mengucapkan kata-
oleh penderita latah. Seperti yang
kata yang tidak pantas, tabu, atau
dikemukakan oleh Aberle (dalam
kotor. Biasanya kata-kata yang
Winzeler, 1984) bahwa orang yang
keluar pada seseorang yang latah
latah digambarkan sebagai orang
berkenaan dengan alat kelamin
yang pemalu, pasif, mudah ketakutan
atau aktivitas seksual. Coprolalia
dan umumnya pengalaman traumatik
banyak
turut mempercepat kondisi pada
ditemukan
perempuan
yang
pada pernah
individu
memimpikan alat kelamin pria
psikotis.
dalam jumlah yang banyak atau
mengemukakan bahwa orang yang
berukuran sangat besar.
menderita latah yang parah memiliki
b. Echolalia : Tingkah laku meniru atau mengulangi perkataan orang lain
atau
sesuatu
Tingkah
laku
penderita (1968)
ketergantungan dan kecemasan yang tinggi. Yap (dalam Winzeler, 1984)
:
bukan Geertz
yang
didengarnya. c. Echopraxia
yang
mengemukakan
mengenai
keadaan
hipotesis kebudayaan
meniru perbuatan atau gerakan
secara umum dimana latah biasanya
orang
muncul
lain
yang
dilihatnya.
adalah
karena
kurang
Dalam hal ini termasuk pula
menguasai
echomimia (meniru mimik orang
lingkungannya,
lain).
merasa tidak aman dan mudah
d. Automatic Obidience : Menuruti secara
spontan
apa
yang
menunjukkan Selanjutnya
teknologi membuat
reaksi Yap
dalam orang
keterkejutan. menambahkan
diinstruksikan atau diperintahkan
orang-orang yang tinggal didaerah
orang lain untuk dilakukan.
pedusunan cenderung lebih pemalu di bandingkan dengan orang-orang
5. Karakteristik Penderita Latah Tidak
semua
orang
dengan mudah dapat menjadi latah,
yang dibesarkan di kota. Winzeler (1995) mengatakan bahwa ternyata karakteristik
kepribadian
wanita
latah tidak jauh berbeda dengan
ketakutan serta adanya kebingungan
wanita lain yang keadaan serta
terhadap
usianya sama.
membahayakan mereka
pandangan
latah.
Kusumanto,
dirinya dapat
seputar
Yap
1970)
(dalam 1. Pengertian Remaja
latah sebagai suatu reaksi ketakutan
Remaja
kuat
yang
disorganisasi
mengakibatkan
dari
menghilangnya
mengontrol
B. Remaja
menganggap
yang
sehingga
beberapa
mengenai
timbulnya
tidak
yang
tingkah lakunya.
6. Perkembangan Teori Latah Terdapat
sesuatu
ego
batasan
serta
ego.
Ia
didefinisikan
sering
sebagai
periode
transisi masa kanak-kanak kemasa dewasa.
Menurut
Muss
(dalam
mengajukan teori bahwa ketakutan
Sarwono, 2001) remaja dalam arti
yang tiba-tiba memungkinkan untuk
adolescence berasal dari kata latin
memancing hilangnya integrasi dari
adolescere yang artinya tumbuh ke
persepsi motorik dan mengakibatkan
arah kematangan, baik kematangan
lemahnya batasan ego, membuat
fisik
pasien tidak mampu untuk menolak
psikologis. Masa remaja merupakan
stimulus
masa
yang
lingkungan.
datang
Sebagai
dari
hasilnya
tingkah laku pasien ditentukan oleh echolalia
dan
echopraxia.
menginterpretasikan dapat
diobservasi
suatu
bentuk pertahanan yang simbolik. Bagi
Yap
kematangan
penyempurnaan
perkembangan
pada
sosial
dari
tahap-tahap
sebelumnya.
Yap
coprolalia sebagai
dan
Piaget (dalam Hurlock, 2000)
mendefinisikan
remaja
sebagai suatu masa dimana individu berintegrasi
dengan
masyarakat
(dalam
dewasa, usia dimana anak tidak lagi
Winzeler, 1984) latah merupakan
merasa di bawah tingkat orang yang
suatu primitive fear reaction atau
lebih tua melainkan berada dalam
neurosis. Penderita latah tersebut
tingkatan yang sama, sekurang-
bereaksi terhadap stimulus dengan
kurangnya
dalam
masalah
hak.
Perasaan positif terhadap teman
sampai pada tahapan dewasa,
lebih besar dari pada kepada orang
maka dalam tahap ini sering
tua,
perasaan
terjadi kebingungan dari sang
keterbukaan. Sebaliknya perasaan
remaja, akibat pencarian dan
negatif justru lebih besar pada orang
pematangan jati dirinya.
demikia
pula
tua. Adapun sebabnya adalah karena hubungan
dengan
teman
lebih
c. Masa remaja sebagai periode perubahan
berdasarkan penerimaan, interaksi,
Terjadinya
masa
dan kepribadian. Sedangkan dalam
perubahan yang bersamaan baik
hubungan dengan orang tua lebih
fisik, psikis dan perilaku. Dalam
didasarkan pada reaksi (Sarwono,
perubahan tersebut mempunyai
2001).
hubungan Apabila
masa
remaja
sangat
fisiknya
erat.
berkembang
dengan baik dan pesat maka
2. Ciri-Ciri Masa Remaja Ciri-ciri
yang
menurut
Hurlock (2000) terdiri dari :
perilaku dan psikisnya pun akan mengalami peningkatan, begitu
a. Masa remaja sebagai periode
juga sebaliknya.
penting Disebutkan
sebagai
periode penting dalam kehidupan karena pada masa ini terjadi
d. Masa
yang
mempengaruhi
sangat perkembangan
sebagai
masa
mencari identitas
perubahan-perubahan fisik dan psikis
remaja
Remaja adalah manusia biasa yang merupakan makhluk sosial,
maka
mereka
akan
jiwa dan karakter dari remaja
berusaha untuk mencari identitas
tersebut.
dirinya.
Apakah
kelompok,
lingkungan
b. Masa remaja sebagai periode peralihan
atau
mengidolakan seseorang.
Terjadinya peralihan pola psikologis
dalam
dan
karakter
dari
seorang anak-anak tetapi belum
e. Masa remaja adalah usia yang menimbulkan ketakutan
Terjadinya perubahan bentuk
banyak
image belasan tahun dan untuk
dalam
memberikan kesan mereka sudah
mengakibatkan
hampir dewasa. Mereka akan
terutama
fisik,
mereka
“memaksa“
untuk
berusaha menempatkan dirinya
dianggap sebagai orang dewasa.
sebagai
Mereka ingin menentukan sendiri
mereka akan mengikuti perilaku
apa
keseharian orang dewasa.
yang
mereka
inginkan,
orang
dewasa
maka
mereka merasa sudah cukup mengetahui tentang kehidupan
3.
sehingga
Remaja
mereka
tidak
Tugas-Tugas
membutuhkan adanya bimbingan
Perkembangan
Havinghust (dalam Monks
dari orang tua yang berlebihan.
dkk, 2001) mengemukakan beberapa
f. Masa remaja sebagai masa yang
tugas perkembangan pada masa
tidak realistik
remaja yaitu :
Pada masa remaja mereka memandang, memutuskan
melihat segala
dan sesuatu
a. Mencapai hubungan yang lebih dewasa dengan teman sebaya, laki-laki dan perempuan.
berdasarkan pada “kaca mata“
b. Mencari peran jenis kelamin
mereka saja. Mereka sangat sulit
sebagai laki-laki atau perempuan.
menerima informasi dari orang
c. Menerima keadaan jasmaninya
lain kecuali berasal dari “geng“
dan menggunakan jasmaninya
nya
secara aktif
(kelompok).
Remaja
cenderung memiliki kecerdasan
d. Mencapai
kemandirian
secara
emosi yang rendah, sikap empati
emosional dan ketergantungan
mereka sangat kecil.
pada
g. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa Dengan
semakin
yang sah, para remaja menjadi untuk
meningkatkan
tua
atau
orang
dewasa lainnya. e. Mencari
mendekatnya usia kematangan
gelisah
orang
kemandirian
keyakinan secara
pada masa mendatang.
dan ekonomi
f. Memilih dan mempersiapkan diri untuk
mengerjakan
pekerjaan
tertentu.
pengasuh atau bahkan tetangga. Tak heran banyak di antara penderita latah punya “riwayat“ keluarga yang
g. Menyiapkan
diri
untuk
pernikahan dan berkeluarga. h. Mengembangkan
juga menderita latah. Dalam konteks yang
keterampilan
agak
sederhana,
bisa
diandaikan seperti penderita kanker
dan konsep intelektual sebagai
payudara,
warga masyarakat.
menderita,
jika
ibu
anak
atau
nenek
perempuannya
i. Menginginkan dan melakukan
punya potensi yang sama, begitu
tindakan-tindakan yang secara
juga dengan latah (Cek&Ricek,
sosial bertanggung jawab.
2005).
j. Memilih seperangkat sistem tata nilai
dan
tata
krama
yang
menuntun perilakunya.
Remaja yang mengidap latah biasanya karena dikondisikan oleh lingkungannya, misalnya garagara
C. Perilaku Latah pada
latah
seseorang
merasa
diperhatikan oleh lingkungannya. Dengan begitu latah juga merupakan
Remaja
upaya mencari perhatian dan latah Latah adalah tindakan di gerbang bawah sadar manusia yang mudah
dibuka
dengan
semacam ini disebut juga latah gaul (Cek & Ricek, 2005).
bantuan
kejutan. Jadi seseorang yang mudah sekali
terkejut
berpotensi
METODE PENELITIAN
untuk
A. Pendekatan Penelitian
latah, entah latah dengan kata-kata atau perilaku. Orang-orang yang
Penelitian
ini
menggunakan
kerap dijadikan model tiruan adalah
pendekatan penelitian kualitatif yang
kalangan terdekat si penderita latah,
berbentuk studi kasus. Studi kasus
bisa jadi orang-orang yang sering
didefinisikan sebagai suatu fenomena
bertemu dan berinteraksi, entah itu
yang terjadi dalam suatu waktu tertentu
kawan bermain sejak kecil, rekan
dan tingkah laku yang relevan untuk
kerja, saudara sepupu, orang tua,
diteliti
tidak
dapat
dimanupulasi.
Penelitian dilakukan untuk memahami
1. Partikularistik: Studi ini berfokus
konsep utuh kasus tersebut tanpa harus
pada situasi khusus, sesuatu program
dimaksudkan
atau
untuk
menghasilkan
sesuatu
fenomena,
seperti
konsep-konsep atau teori ataupun tanpa
seseorang, keluarga, sebuah kantor,
upaya
satu keluarga, sebuah perusahaan,
menggeneralisasikan
(Poerwandari, 1998).
suatu
Menurut Basuki (2006) studi kasus adalah suatu bentuk penelitian (inquiry)
atau
studi
tentang
suatu
kelas,
atau
bangunan
apartemen. 2. Naturalistik:
Studi
kasus
mempersoalkan orang-orang yang
masalah yang memiliki sifat kekhususan
sebenarnya
(particularity), dapat dilakukan baik
terbanyak dari proses pengumpulan
dengan pendekatan kualitatif maupun
data
kuantitatif, dengan sasaran perorangan
sebenarnya.
atau
dilakukan
situasi
dalam
dan
situasi
(individual) maupun kelompok, bahkan
3. Data uraian rinci: Sumber studi
masyarakat luas. Ada tiga tipe studi
kasus termasuk pengamat berperan
kasus,
serta atau tidak berperan serta,
yaitu
(intrinsic
case
studi
kasus
study),
intrinsik
studi
kasus
wawancara, sumber historis dan
intrumental (intrumental case study),
naratif, sumber tertulis seperti jurnal
dan studi kasus kolektif (colletive case
dan
study).
kuantitatif termasuk tes, dan apa saja Menurut Moleong (1999), studi
kasus
adalah
studi
yang
buku
harian,
sumber
data
yang dapat dikumpulkan.
berusaha
4. Induktif: Sebagian besar studi kasus
memahami isu-isu yang rumit atau objek
bergantung pada alasan induktif.
yang dapat memperluas pengalaman atau
Konsep, generalisir, hipotesis yang
menambah kekuatan terhadap apa yang
muncul dari pengujian data-data
telah dikenal melalui hasil penelitian
berasal dari sesuatu konteks tertentu.
yang lalu.
5. Heuristik: Studi kasus membawa
Moleong (1999) menyebutkan beberapa
pembaca pada pemahaman tentang
ciri dari studi kasus, beberapa ciri
fenomena yang diteliti. Studi kasus
tersebut adalah sebagai berikut:
dapat membawa pada pemahaman baru,
memperluas
pengalaman
pembaca, atau mengkonfirmasikan
pasti dalam jumlah sampel yang
apa
harus
yang
telah
diketahui
sebelumnya.
diambil
dalam
penelitian
kualitatif. Jumlah sampel sangat
Sesuai dengan teori yang sudah
tergantung pada apa yang ingin
disebutkan di atas maka peneliti memilih
diketahui peneliti, tujuan penelitian,
menggunakan pendekatan studi kasus
konteks saat itu, apa yang dianggap
karena
berhubungan
bermanfaat dan dapat dilakukan
dengan subjek dan kasusnya unik serta
dengan waktu dan sumber daya yang
bertujuan untuk mengetahui hal-hal yang
tersedia. Poerwandari (1998) juga
menyebabkan subjek menjadi latah dan
mengatakan bahwa dengan fokus
memberikan gambaran perilaku latah
penelitian kualitatif pada kedalaman
yang ditampilkan subjek. Pendekatan
dan
studi kasus ini sangat sesuai digunakan
kualitatif
dengan alasan bahwa pendekatan itu
dengan jumlah kasus sedikit. Dalam
memandang
penelitian ini subjek berjumlah 1
penelitian
ini
suatu
tingkah
laku
berdasarkan sudut pandang subjek dan
proses,
maka
penelitian
cenderung
dilakukan
orang.
bukan berdasarkan sudut pandang orang banyak.
C. Tahap-tahap penelitian
Adapun tahap persiapan dan
B. Subjek Penelitian
pelaksanaan
dilakukan
dalam
penelitian ini meliputi beberapa tahapan
1. Karakteristik Subjek Subjek dalam penelitian ini adalah remaja latah berjenis
2.
yang
kelamin
perempuan,
berusia
sampai
21
dan
yaitu: 1. Tahap Persiapan
12
Peneliti membuat pedoman
sudah
wawancara yang disusun berdasarka
menderita latah minimal selama 1
beberapa teori yang relevan dengan
tahun.
masalah. Pedoman wawancara ini
Jumlah Sampel
berisi
tahun
Menurut Patton (dalam Poerwandari, 1998) tidak ada aturan
mendasar berkembang
pertanyaan-pertanyaan yang
nantinya
dalam
akan
wawancara.
Pedoman wawancara yang telah
dan teori sebagai daftar pustaka,
disusun ditujukkan kepada yang
maka langkah selanjutnya adalah
lebih ahli dalam hal ini adalah
tahap pelaksanaan, pada tahap ini
pembimbing
untuk
merupakan puncak penelitian, yaitu
mendapat masukan mengenai isi
peneliti akan melakukan metode
pedoman
Setelah
pengambilan data dengan metode
mendapat masukan dan koreksi dari
observasi dan wawancara. Setelah
pembimbing,
membuat
data diperoleh, maka analisis adalah
pedoman
langkah selanjutnya yang dilakukan
wawancara dan menyiapkan diri
oleh peneliti, data yang diperoleh
untuk melakuakan wawancara.
dari penelitian kualitatif merupakan
penelitian
wawancara.
perbaikan
peneliti terhadap
Kemudian peneliti mencari
data yang bersifat deskriptif, dalam
calon subjek yang sesuai dengan
melakukan proses analisa, peneliti
karakteristik
penelitian.
melakukan beberapa prosedur untuk
untuk
mengolah data yang didapat untuk
mendapatkan data dari subjek yang
dijadikan informasi yang nantinya
sesuai
penelitian.
akan dihubungkan dengan teori yang
Setelah mendapatkan subjek yang
melatarbelakangi pengolahan data
bersedia
hasil wawancara secara menyeluruh
Peneliti
subjek bermaksud
untuk
kemudian
tujuan
untuk
diwawancara,
peneliti
membuat
atau
verbatim.
Analisis
hasil
kesepakatan dengan subjek tersebut
wawancara dengan coding, serta
mengenai waktu dan tempat untuk
pada
melakukan wawancara, yang pada
kesimpulan dari hasil wawancara
akhirnya akan diajukan acuan dalam
tersebut.
menentukan hubungan antara data
akhirnya
2. Tahap Pelaksanaan Setelah
proses
awal
ditarik
3. Tahap Penyelesaian Penelitian
yang diperoleh dengan teori yang melatarbelakanginya.
dapat
Pada
tahap
ini
keseluruhan
hasil
ditahap
pelaksanaan
dibuat
analisis
psikologis, data yang didapat yang
sebelumnya yaitu dengan perumusan
kemudian
masalah dan pengumpulan konsep
kemudian dianalisis dengan teori-
dibuat
kesimpulan
teori yang melatarbelakangi yang
Sedangkan
menurut
sudah terlebih dahulu tertuang di
Moleong (1998) wawancara adalah
bab tinjauan pustaka. Setelah itu
percakapan
maka dibuat hasil penelitian secara
tertentu. Percakapan ini dilakukan
keseluruhan yang berisi gambaran
oleh dua pihak, yaitu pewawancara
hasil penelitian berupa analisis data
(interviewer)
hubungannya dengan teori yang ada,
pertanyaan dan yang diwawancarai
berupa
(interviewee)
poin-poin
kesimpulan
dengan
yang
mengajukan
yang
memberikan
penelitian. Lalu saran baik itu untuk
jawaban
atas
subjek
Metode
wawancara
atau
pihak-pihak
yang
maksud
pertanyaan
itu.
menurut
berkaitan maupun demi kepentingan
Moleong (1998) dapat dibedakan
penelitian lebih lanjut.
atas tiga macam yaitu: a. Wawancara Berstruktur
D. Teknik Pengumpulan Data
b. Wawancara Semi Berstruktur c. Wawancara Tidak Berstruktur
1. Wawancara
a. Observasi
Menurut
(dalam
Menurut Banister dkk,
wawancara
(dalam Poerwandari, 1998) istilah
adalah percakapan dan tanya jawab
observasi diturunkan dari Bahasa
yang diarahkan untuk mencapai
Latin yang berarti “melihat“ dan
tujuan
“memperhatikan“. Istilah observasi
Poerwandari,
Banister 1998)
tertentu.
Wawancara
kualitatif dilakukan bila peneliti
diarahkan
bermaksud
memperhatikan
untuk
memperoleh
pada
kegiatan
secara
akurat,
pengetahuan tentang makna-makna
mencatat fenomena yang muncul
subjektif yang dipahami individu
dan mempertimbangkan hubungan
berkenaan
antar
dengan
topik
yang
aspek
dalam
fenomena
diteliti, dan bermaksud melakukan
tersebut. Observasi selalu menjadi
eksplorasi terhadap isu tersebut,
bagian dalam penelitian psikologis,
suatu
dapat berlangsung dalam konteks
hal
yang
tidak
dapat
dilakukan melalui pendekatan lain.
laboratorium
atau
eksperimental
maupun dalam konteks alamiah.
Menurut
(2006)
penelitian,
dalam
bersadarkan teori yang berkaitan
konteks penelitian ilmiah adalah
dengan faktor-faktor penyebab
studi yang disengaja dan dilakukan
latah, ciri-ciri umum gejala latah
secara sistematis, terencana, terarah
dan jenis-jenis reaksi latah.
pengamatan
pada
Basuki (observasi)
suatu
tujuan
tetapi
juga
dengan
mengamati dan mencatat fenomena
2. Pedoman Observasi
atau perilaku satu atau sekelompok
Pedoman observasi digunakan
orang dalam konteks kehidupan
agar peneliti dapat melakukan
sehari-hari,
pengamatan sesuai dengan tujuan
dan
memperhatikan
syarat-syarat penelitian ilmiah.
penelitian. Pedoman observasi ini disusun
E. Alat Bantu Pengumpul Data
berdasarkan
bentuk-
bentuk latah. 3. Alat Perekam
Menurut
Poerwandari
Alat
perekam
berupa
tape
(1998) penulis sangat berperan dalam
recorder berguna sebagai alat
seluruh proses penelitian, mulai dari
bantu pada saat wawancara, agar
memilih
peneliti
topik,
mendeteksi
topik
dapat
berkonsentrasi
tersebut, mengumpulkan data, hingga
pada proses pengambilan data
analisis,
tanpa
mengintepretasikan
dan
menyimpulkan hasil penelitian. Dalam mengumpulkan data-
harus
berhenti
untuk
mencatat jawaban-jawaban dari subjek. Dalam mengumpulkan
data penulis membutuhkan alat bantu
data, alat perekam
pengumpul data (instrumen penelitian)
dipergunakan setelah mendapat
yaitu :
ijin
1. Pedoman Wawancara
dari
mempergunakan
Pedoman wawancara digunakan
pada
agar wawancara yang dilakukan
berlangsung.
tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan tujuan
saat
baru dapat
subjek
untuk
alat
tersebut
wawancara
F. Keabsahan dan Keajegan
e.
Keabsahan Internal
Penelitian
(Internal Validity) Keabsahan
Yin
(2003)
internal
merupakan
mengajukan
konsep yang mengacu pada seberapa
empat kriteria keabsahan dan keajegan
jauh kesimpulan hasil penelitian
dalam suatu penelitian kualitatif. Empat
menggambarkan
hal tersebut adalah:
sesungguhnya. Keabsahan ini dapat
1. Keabsahan
konstruk
(Construct
keadaan
yang
dicapai melalui proses analisis dan interpretasi yang tepat. Aktivitas
Validity) Keabsahan bentuk batasan berkaitan
dalam
dengan suatu kepastian bahwa yang
kualitatif akan selalu berubah dan
terukur
merupakan
tentunya akan mempengaruhi hasil
diukur.
dari penelitian tersebut. Sehingga
benar-benar
variabel
yang
ingin
melakukan
penelitian
Keabsahan ini juga dapat dicapai
walaupun
telah
dengan proses pengumpulan data
keabsahan
internal,
yang tepat. Salah satu caranya adalah
kemungkinan
proses
kesimpulan lain yang berbeda.
triangulasi,
yaitu
tehnik
dilakukan tetap
uji ada
munculnya
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
f. Keabsahan
diluar data itu untuk keperluan pengecekan
atau
Eksternal
(Eksternal Validity)
sebagai
Keabsahan eksternal mengacu pada
pembanding terhadap data itu. Patton
seberapa jauh hasil penelitian dapat
(1990)
digeneralisasikan ke kasus lain.
mengemukakan
empat
macam triangulasi sebagai tehnik
Walaupun
pemeriksaan
kualitatif memiliki sifat tidak ada
untuk
mencapai
keabsahan, yaitu:
kesimpulan
a. Triangulasi Data
penelitian
dalam
penelitian
akhir
yang
pasti,
kualitatif
tetap
dapat
b. Triangulasi Pengamat
dikatakan
c. Triangulasi Teori
eksternal terhadap kasus-kasus lain
d. Triangulasi Metode
selama
memiliki
kasus
tersebut
konteks yang sama.
keabsahan
memiliki
g.
Keajegan (Reability)
3.
Keajegan merupakan konsep yang mengacu
pada
penelitian
seberapa
berikutnya
jauh
yang ada terhadap Data 4.
akan
mencapai hasil yang sama sekali
Menguji Asumsi atau Permasalahan
Mencari Alternatif Penjelasan Bagi Data
5.
Menulis Hasil Penelitian
lagi. Dalam penelitian kualitatif, keajegan
mengacu
pada
kemungkinan peneliti selanjutnya
PENUTUP
memperoleh hasil yang sama apbila
A. Kesimpulan
penelitian dilakukan sekali lagi dengan subjek yang sama. Hal ini menunjukkan penelitian
konsep
keajegan
kualitatif
selain
menekankan pada desain penelitian, juga pada cara pengumpulan data dan pengolahan data.
Berdasarkan
hasil
penelitian
dapat disimpulkan bahwa: 1. Faktor
keluarga
dan
teman
sebaya adalah faktor penyebab subjek
menjadi
latah.
Latah
tersebut diperoleh subjek dengan mengamati atau mengobservasi
G. Teknik Analisis Data
anggota keluarga subjek yang juga latah. Anggota keluarga
Adapun proses analisis data yang dilakuakan dalam penelitian ini akan dianalisa dengan tehnik analisa data
kualitatif
yang
diajukan
oleh
Marshall & Rossman (1989) dalam menganalisa
penelitian
kualitatif
terhadap beberapa tahapan yang perlu dilakukan. Tahap-tahap tersebut adalah: 1.
Mengorganisasikan Data
2.
Pengelompokan
Berdasarkan
Kategori, Tema dan Pola Jawaban
disini berperan sebagai model dari gejala latah yang muncul pada diri subjek, mereka adalah nenek dan ibu subjek. Disamping itu subjek dikelilingi oleh temanteman yang juga menderita latah. Teman
sebaya
yang
juga
menderita
latah
tersebut
dijadikan
subjek
sebagai
motivasi subjek untuk ikut-ikutan menjadi latah, karena menurut subjek dengan subjek menjadi
latah maka subjek bisa sama
gerakan teman yang tiba-tiba
seperti
jongkok,
juga
teman-temannya latah
dan
yang
menjulurkan
lidah kata
mendapat
dengan
mengucapkan
perhatian lebih dari laki-laki.
“Wee”,
mengikuti
Perubahan perilaku dari tidak
menari dan bernyanyi, mengikuti
latah menjadi ikut-ikutan latah
ekspresi wajah buruk, menurut
tersebut dapat dikatakan sebagai
ketika diperintah naik keatas
konformitas, dimana perasaaan
kursi
subjek ingin menjadi seperti
diperintah untuk berjoget.
dan
gerakan
menurut
ketika
anggota kelompok dan tidak ingin kelihatan berbeda. 2. Jenis
perilaku
latah
yang
B. Saran
ditampilkan subjek berupa latah verbal dan latah non verbal (gerakan). Latah verbal yang
Saran yang diberikan, yaitu : 1. Kepada Subjek
tergambar dalam diri subjek yaitu
Sebaiknya
mengucapkan
mengendalikan rasa keterkejutannya
kata-kata
tidak
subjek
dapat
pantas dan mengulangi apa yang
ketika
diucapkan
respon dari luar agar subjek tidak
orang
lain
tanpa
mendapat
stimulus
atau
diperintah. Seperti contoh “Eh
menjadi
kondor, eh goblok, eh monyet, eh
subjek mengikuti terapi psikologi
bego, hallo iya siapa ini ?, eh
untuk menyembuhkan latahnya.
ayo, eh makan ajak temennya”. Sedangkan
latah
diharapkan
juga
2. Kepada Keluarga Subjek
verbal
Sebaiknya anggota keluarga subjek
(gerakan) yang tergambar dalam
bisa bekerja sama dengan cara
diri subjek yaitu melakukan apa
memberikan dorongan dan motivasi
yang diperintahkan orang lain,
kepada subjek agar subjek dapat
beringkah laku seperti orang
sembuh dari latah yang dideritanya.
yang dilihatnya dan mengikuti
Serta khususnya Ibu dan nenek
mimic orang yang dilihatnya.
subjek dapat memberikan contoh
Sebagai
yang
contoh
non
latah,
mengikuti
baik
dengan
cara
menghilangkan latah yang Ibu dan nenek subjek derita.
3. Kepada Para Remaja Diharapkan mengikuti
para
remaja
tidak
perilaku
latah,
sebab
perilaku latah yang dilakukan hanya karena ikut-ikutan dengan tujuan untuk mendapatkan reward, ternyata tidak
hanya
namun
juga
berdampak dapat
berdampak
4. Kepada Penelitian Selanjutnya peneliti
selanjutnya
dapat mengambil contoh subjek tidak hanya
satu
subjek
saja
tetapi
mengambil subjek lebih dari satu dengan usia yang berbeda-beda dan dapat mengembangkan pertanyaan penelitiannya
seperti
Bastaman, H.J. (1975). Gejala latah: Suatu studi eksplorasi melalui 10 buah studi kasus Rorschach. Skripsi (tidak diterbitkan). Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Basuki, A. M. H. (2006). Penelitian kualitatif untuk ilmu-ilmu kemanusiaan dan budaya. Jakarta: Gunadarma.
positif
negatif.
Diharapkan
Azwar, S. (1987). Sikap manusia: Teori dan pengukurannya. Edisi ke-1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Corsini, R.J. (1984). Encyclopedia of psychology. Vol-1. New York: John Wiley & Sons Inc. Geertz, H. (1968). Latah in Java: A theoritical paradox. New York: Ithaca. Geertz, H. (2001). New York Time Magazine: Jumping frenchmen of maine. http://www.counterpunch.org/pip ermail-counterpunchlist/2001May/008785.html.
mencari
dampak dari perilaku latah dan lainlain.
DAFTAR PUSTAKA
Alsa, A. (2003). Pendekatan kuantitatif dan kualitatif serta kombinasinya dalam penelitian psikologi. Yogyakarta: Pelajar.
Hall, T.Mc.C. (2001). Culture-bound syndromes in China. http://www.mentalhealth.com. Hurlock, E.B. (2000). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Edisi ke-5. Alih Bahasa: Istiwidayanti & Soedjarwo. Jakarta: Erlangga. Marshall, C. & Rossman, G. (1989). Designing qualitative research. California: Stage Publications. Inc.
Mayer, R. E. (2001). Case study in abnormal behavior (5th Ed). Needhamheight. MA: Allyn & Bacon. Mengenai Latah. 30 Maret-05 April (2005). Artis latah: Kebiasaan, tren, atau hiburan. Cek & Ricek, VII (344), 18-19. Moleong, L.J. (1999). Metode penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Monks, F.J., Knoers., & Haditono, S.T. (2001). Psikologi perkembangan: Pengantar dalam berbagai bagiannya. Cetakan Ke-13. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Morgan, C.T. , King, R.A., Weisz, J.R., & Schopler, J. (1986). Introduction To Psychology: International edition. Singapure: Mc Graw Hill. Murphy, H.B.M, MD. (1976). Notes for a theory of latah: Culture bound syndremes ethnopsychiatry & alternative therapy. Honolulu: University of Press. Nursyafitri, E. 14-20 Mei (1998). Latah eh latah!. Femina, XXVI (19), 43-48. Patton,
M.Q. (1990). Qualitative evaluation and research method (2nd Ed). New Bury Park: Sage Publications.
Poerwandari, K. (1998). Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi. Jakarta: Lembaga pengembangan sarana
pengukuran dan penelitian psikolog.i Universitas Indonesia. Sarwono, S.W. (1997). Psikologi sosial: Individu dan teori-teori psikologi sosial. Jakarta: Balai Pustaka. Sarwono, S.W. (2001). Psikologi remaja. Cetakan ke-6. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sears, O.d., Freedman, J.L. & Peplau, L.A. (1994). Psikologi sosial. Alih Bahasa: Michael Adryanto. Jakarta: Erlangga. Setyonegoro, K. Januari (1970). Mengenai fenomena latah: Aspek kultural dalam ilmu kedokteran djiwa. Djiwa Madjalah Psikiatri, III (1), 40. Simons, R.C. (2001). Introduction to culture-bound syndromes. http://www.geocities.com/multic ultural.htm. Winzeler, R.L. (1984). The study of malayan latah. Indonesia No37/April. New York: Ithaca. Winzeler, R.L. (1995). Latah in southeast Asia: The sistory and etnography of culture-bound syndrome. New York: Cambridge University Press. Yin, R. K. (2003). Studi kasus (Desain dan metode). Alih bahasa: Mudzakir, M. D. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.