V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. KARAKTERISTIK PENGERINGAN LAPISAN TIPIS
A. 1. Hubungan perubahan kadar air terhadap waktu pengeringan
Hasil pengeringan
pengamatan daun
perubahan
tembakau
kadar
rdjangan
air
dan
terhadap
laju waktu
pengeringan untuk daun bawah dan daun atas seperti pada Lamp. 5-1
sampai dengan Lamp. 5-8. Jika digambarkan dalam
bentuk kurva seperti tinggi suhu udara yang
dibutuhkan
Gambar 5-1 dan Gambar 5-2. Makin
pengering makin pendek waktu pengeringan dan
kadar
air
keseimbangannya
makin
rendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya (Brooker et al., 1974; Geankoplis, 1978). Pada awal pengeringan nampak bahwa kadar air daun tembakau rajangan menurun dengan cepat karena pada saat itu kadar
air
masih
tinggi,
sehingga
difusifitas
air
ke
permukaan daun ber-langsung cepat. Kecepatan penurunan kadar air makin lambat setelah 100-300 menit pengeringan pertama.
.
Makin rendah suhu udara pengering, bentuk kurva relatip menjadi lebih landai, berarti untuk membebaskan jumlah air yang sama diperlukan waktu lebih lama. Pada suhu udara pengering rendah
lebih
sehingga
rendah air
kecepatan pembebasan
lebih
lama
tertahan
air
didalam
lebih daun
M U W BAWAH :
Gambar 5-1. Perubahan kadar air terhadap waktu peng,eringan untuk daun bawah
sehingga bentuk kurva menjadi lebih landai. Daun kadar
air
bawah yang
dan sama
daun atas mempunyai tetapi
mencapai kadar air seimbang.
berbeda
pola
penurunan
kecepatannya
Sebagai penyebab
untuk
terjadinya
Gambar 5 - 2 .
Perubahan kadar a i r terhadap waktu pengeringan daun a t a s
perbedaan kecepatan pengeringan t e r s e b u t adalah perbedaan
.
kadar a i r awal dan s i f a t f i s i k daun tembakau.
Daun a t a s
mempunyai kadar a i r awal s e d i k i t l e b i h rendah (Lamp. 5 - 1 sampai
dengan
Lamp. 5 - 8 ) . J i k a perbedaan yang
kecil
ini
diabaikan, maka sebagai penyebab perbedaan adalah tekstur daun
atas
yang
relatip
lebih
lunak
dapat
mempercepat
pengeringan, meskipun daun atas lebih tebal dibanding daun bawah. Daun atas mengalami pemeraman lebih lama yaitu enam hari dibanding daun bawah yang hanya memerlukan waktu dua hari. Akibat pemeraman yang lebih lama struktur sel menjadi lebih longgar sehingga lebih mudah membebaskan air.
A.
2. Hubungan Laju pengeringan terhadap waktu pengeringan f
Hasil analisis laju pengeringan daun tembakau rajangan terhadap waktu pengeringan untuk daun bawah dan daun atas juga tercantum pada Lamp. hubungan
laju
pengeringan
5-1
sampai dengan 5-8.
terhadap
waktu
Jika
pengeringan
digambarkan dalam bentuk kurva seperti Gambar 5-3 dan 5-4. Nampak bahwa pengeringan dengan suhu udara pengering yang makin tinggi, laju pengeringan juga makin tinggi. Selain itu bentuk
laju pengeringan daun bawah dan daun atas
mempunyai pola yang Sama. Hubungan laju pengeringan terhadap waktu pengeringan untuk daun bawah dan daun atas (Gambar
5-3
dan Gambar 5-4)
diawali dengan laju pengeringan yang tinggi tetapi dengan cepat menurun tajam dan setelah 100-300 menit pengeringan pertama, mempunyai bentuk yang landai. Suhu udara pengering makin tinggi laju pengeringan juga makin tinggi dan diikuti penurunan
laju
pengeringan
yang
makin
cepat.
Menurut
Geankoplis (1978) pada pengeringan dengan laju pengeringar
wun mvnn :
Gambar 5-3. Kurva laju pengeringan terhadap waktu pengeringan daun bawah
Gambar 5-4. Kurva laju pengeringan terhadap waktu pengeringan daun atas
menurun difusi air ke permukaan makin lama makin menurun, sehingga jumlah air yang diuapkan makin lama juga makin rendah atau laju penguapan makin lama makin menurun seperti ditunjukkan pada Gambar 5-3 dan Gambar 5-4. Ukuran daun tembakau yang tipis dan dalam keadaan telah dirajang, memungkinkan
daun cepat kering karena .
difusi air dari dalam ke permukaan hanya memerlukan waktu yang singkat. Selain itu pemeraman mengakibatkan struktur sel yang lebih longgar karena degradasi senyawa senyawa I
pektin yang membentuk
ikatan antar sel
(Eskin et al.,
1971).
A. 3. Hubungan laju pengeringan terhadap kadar air
Karakteristik
laju pengeringan
terhadap kadar
air
untuk daun bawah dan daun atas seperti pada Gambar 5-5 dan 5-6. Pada suhu udara pengering 35-650C dan kadar air 82-85 %
bb. tidak menunjukkan periode laju pengeringan konstan.
Nampak
pada
Gambar
5-5
dan
Gambar
5-6,
sejak
awal
pengeringan langsung mengikuti laju pengeringan menurun. Pada pengeringan gabah laju pengeringan terhadap kadar air dapat dibagi menjadi tiga periode laju pengeringan menurun yang lebih spesifik (Thahir, 1986)
.
dibatasi
merupakan perpindphan
kecepatan
oleh laju
titik
kritis yang
Pada *setiap periode
pengeringan, sehingga terjadi perubahan
bentuk kurva yang makin
landai. Pada pengeringan daun
UMR hIR ( x BK)
Gambar 5-5. Kurva laju pengeringan terhadap kadar air pada pengegingan daun bawah
hanya mempunyai satu periode pengbringan. Karakteristik
laju
pengeringan
dikeringkan sangat penting sekali sangat erat kaitannya
dengan
untuk
model
*
suatu
'bahan ,yang
diketahui
analisis
karena
pengeringan
MWR A I R t x Bn)
Gambar 5-6. Kurva laju pengeringan terhadap kadar air pada pengeringan daun atas
yang akan digunakan. Jika laju pengeringan hanya terdiri *
atas satu periode cenderung mempunyai yang
tipis
dan
*
laju pengeringan berarti bentuk kurva bentuk
dalam
lurus.
keadaan
Nampaknya sudah
bentuk
dirajang
memungkinkan terjadinya perubahan periode pengeringan.
daun tidak
B. KADAR AIR KESEIMBANGAN
Kadar air keseimbangan daun tembakau rajangan yang berasal dari daun daun yang terletak pada batang bagian bawah
dan
bagian
atas
berdasar
hasil
perhitungan
dan
pengamatan seperti pada Lamp. 5-9 dan Lamp. 5-10. Besarnya konstanta C perlakuan
dan
N dari persamaan Henderson untuk setiap
suhu udara pengering seperti pada Tabel 5-1. I
Tabel 5-1. Konstanta C dan N persamaan Henderson
Persamaan Henderson : 1-RH
-
e
=
C T M,N
...
5-1
a. Daun bawah Suhu (C)
RH ( % I
N
C
R~
b. Daun atas Suhu (C) 35 45 55 65
RH ( % I 35-75 25-75 24-70 28-58
c
.
8.74451 x 10 5.95675 x 10 6.76123 x 10 1.28904 x 10
*N 1.22288 1.47870 1.42872 1.31836
-
~2 0.96 04.97 0.94 0.99
Berdasar
bentuk
kurva
kadar
air
keseimbangan untuk
daun bawah (Gambar 5-7) dan daun atas (Gambar 5-8) memberi gambaran bahwa suhu udara pengering makin keseimbangan makin rendah dan sebaliknya
Gambar 5 - 7 .
tinggi kadar air jika
pengeringan
Kurva kadar air keseimbangan daun bawah
96
menggunakan keseimbangan kelembaban keseimbangan
suhu
lebih
lebih yang
rendah
tinggi.
tinggi
akan
akan Pada
diperoleh
kadar
pengeringan
menghasilkan
yang tinggi dan sebaliknya
jika
air
dengan
kadar
air
pengeringan
Gambar 5-8. Kurva kadar air keseimbangan daun atas
pada suhu yang sama tetapi dengan kelembaban yang
lebih
rendah akan diperoleh kadar air keseimbangan yang lebih rendah
pula.
penelitian
Hasil
pegujian
sebelumnya
ini
sesuai
(Geankoplis, 1978;
dengan
hasil
Henderson
dan
Perry, 1982). Jika kadar air keseimbangan berdasar hasil pengamatan dan perhitungan diuji dengan metode Uji T, ternyata pada taraf nyata 95 persen masih belum menunjukkan perbedaan yang nyata
(Tabel 5-2). Hasil pengujian ini membuktikan
bahwa bentuk persamaan Hendersoh dapat digunakan
untuk
menghitung kadar air keseimbangan pada pengeringan daun tembakau
rajangan
dengan
suhu
dan
kelembaban
udara
pengering tertentu.
Tabel 5-2. Hasil uji T kadar air keseimbangan hasil percobaan dan perhitungan Posisi daun
Me ( % BK)
T hitung
T tabel
12.750
1.538
2.160
12.512
2.120
2.145
Bawah Daun atas
C.
KONSTANTA PEHGERINGAN Konstanta
pengeringan
*
dihitung
sebagai
koefisien
persamaan penurunan kadar air 3-6. Hasil analisis konstanta pengeringan untuk daun bawah dan daun atas seperti pada
!
Lamp.
5-11.
Jika
data
hasil
perhitungan
tersebut
digambarkan dalam bentuk persamaan regresi sebagai fungsi suhu udara
pengering
(3-32) diperoleh hasil
sebagai
berikut : a. Daun bawah, K = e (5.990-3180.145/T) R~
=
0.94
b. Daun atas, K = e (3.493-2342.841)
Berdasar bentuk kurva persamaan (Gambar
5-9)
daun
bawah
dan
konstanta pengeringan daun
atas
mempunyai
kecenderungan yang sama. Suhu udara pengering makin tinggi konstanta pengeringan makin tinggi dan sebaliknya, suhu
udara pengering makin rendah konstanta pengeringan rendah.
Konstanta
pengeringan
makin
tinggi
makin berarti
kemampuan daun tembakau mempertahankan kandungan air makin rendah atau daun
makin cepat kehilangan air.
Dalam percobaan ini pemeraman daun atas lebih lama dibanding daun bawah. Cara ini dilakukan sesuai kebiasaan petani untuk memperoleh mutu yang baik. Perbedaan cara pemeraman ini nampaknya mengakiiatkan dauA atas mempunyai struktur sel lebih longgar dibanding daun bawah, akibatnya konstanta pengeringan daun atas tidak jauh berbeda dengan daun bawah meskipun daun atas lebih tebal (Gambar 5-9).
1
68,
I
1
. .
55,
I
I
!
/
A
A
40.
MUM MMH : Cl=5.999 MUM A T ~ S : ci=3.493
I
C2=3180.145 a=23a0841
t
I
I i
35.
39.
I j
25.
! A
b
28.
i I
m
15.
L
I
\
II
4 10. v
5 0,.
0
h
d0
3b
4b 5b S U H U (C)
do
7b
8b
bo
lee
Gambar 5-9. Konstanta pengeringan daun tembakau rajangan
w
&
D. PENGUJIAN MODEL PENURUNAN KADAR AIR I
Untuk mengetahui keabsahan model penurunan kadar air yang
digunakan perlu
dilakukan
pengujian.
Untuk menguji
model tersebut, perubahan kadar air pada waktu
8
dihitung
dengan persamaan penurunan kadar air 3-6, yang dapat diubah menjadi persamaan 3-30 yang dapat ditulis dalam Bahasa Basic.
Besarnya
nilai Me dan nilai K
dihitung dengan
persamaan persamaan 5-1, 5-2 dan 5-3. Perubahan kadar air yang diperoleh berdasar hasil perhitungan seperti pada Lamp. 5-12 dan perhitungan
5-13. Selisih perubahan kadar air berdasar
(Lamp.
pengamatan
5-12 dan Lamp.
(Lamp. 5-1
sampai dengan
pada Tabel 5-3. Selisih
5-13) dan berdasar Lamp. 5-8), seperti
I
kadar
air
daun tembakau rajangan hasil
perhitungan dan pengamatan selama pengeringan lapisan tipis masih
menunjukkan
selisih yang cukup besar. Terjadinya
selisih kadar air yang cukup besar ini menurut Brooker et al., (1974) karena belum dijelaskannya nilai batas untuk pemecahan
persamaan
pengeringan
tanpa
3-3
dan
perhitungan
mempertimbangkan
kadar
konstanta air
bahan.
Berdasar alasan yang kedua berarti pada setiap periode laju pengeringan (Gambar '5-5 dan Gambar 5-6) terdapat nilai K yang berbeda.
Namun demikian pendapat
ini tidak dapat
dibuktikan jika dilakukan perhitungan nilai K dengan metode grafik dari
(Henderson dan Perry, 1982), karena hanya
.
terdapat satu nilai K untuk setiap suhu pengeringan (Gambar .c
5-10 dan Gambar 5-11). Hasil perhitungan nisbah kadar air (~-M,/M,-M,)
I
seperti pada Lamp. 5-14 dan 5-15. Kemungkinan
yang lain penyebab perbedaan yang masih cukup besar ini karena pada pemecahan persamaan eksponensial 3-6 untuk
Waktu pengeringan (menit)
I
Gambar 5 - 1 0 . Kurva nisbah kadar a i r terhadap waktu pengeringan untuk daun bawah
Waktu pengeringan (menit) ?
%
Gambar 5-11. Kurva nisbah kadar air terhadap waktu pengeringan untuk daun atas
Tabel
5-3.
Selisih kadar air berdasar hasil pengamatan dan perhitungan pada pengeringan lapisan tipis
a. Daun bawah Udara pengering Selisih kadar air ( % bk) RH ( % I
Suhu (OC)
b. Daun atas -
Udara pengering Selisih kadar air Suhu (OC)
(%
bk)
RH ( % )
untuk memperbleh nilai Me, K dan A dengan prinsip
deret
Taylor
(Lamp. 3-2) diawali
sehingga ada
bagian
yang
diabaikan meskipun jumlahnya kecil. Henson et al., (1965) menambahkan
n
positip
seperti pada persamaan
sebagai pangkat 2-4
dari
waktu
(8)
agar diperoleh basil perhitungan
yang lebih saksama. Jika hasil penguj ian penurunan kadar
air daun bawah dan daun atas. tersebut digambarkan dalam
bentuk kurva nampak seperti Gambar 5-12 dan 5-13 serta 5-14 dan 5-15. Berdasar bentuk kurva tersebut nampak bahwa persamaan eksponensial
3-6
belum
sepenuhnya
dapat
menerangkan
Gambar 5-12. Perubahan kadar air terhadap waktu pengeringan daun bawah, ~ = 3 5 O c ,RH=70 %
Gambar 5-13. Perubahan kadar air terhadap waktu pengeringan daun bawah, pada ~ = 6 5 O c ,RH=30 %
perubahan model
kadar
tersebut
air dapat
selama
pengeringan.
menerangkan
berapa
~ a m u n demj.kian waktu
diperlukan untuk mencapai kadar air keseimbangan.
yang
Sehingga
Gambar 5-14. Perubahan kadar air terhadap waktu pengeringan , % daun atas, pada T - ~ ~ O C RH=70
kapan daun tembakau telah kering dan berapa kadar airnya I
pada
saat
telah kering
model tersebut. Namun
tersebut dapat
demikian
diterangkan
oleh
model tersebut belum dapat
Gambar 5-15. Perubahan kadar air terhadap waktu pengeringan daun atas, T=6Ei0c, RH=28 %
.
1%
.I
menjawab dengan baik berapa kadar air yang tercapai pada lama
pengeringan
keseimbangan.
tertentu,
sebelum
mencapai
kadar
air
E. PANAS LATEN PENGUAPAN
Nisbah panas laten penguapan daun tembakau (Hfg,b) terhadap panas laten penguapan air (Higta) yang dihitung berdasar kadar air keseimbangan untuk daun bawah dan daun atas seperti pada Lamp. 5-16 dan 5-17. Selanjutnya berdasar nisbah panas laten tersebut dapat dihitung besarnya panas laten penguapan daun tembakau yarg berasal dari daun bawah dan daun atas seperti Lamp. 5-18 dan Lamp. 5-19. Jika panas laten penguapan daun bawah dan daun atas tersebut
dibuat
persamaan
regresi
berdasar
persamaan
Gallaher (Hall, 1971) diperoleh persamaan 5-4 dan 5-5. Jika kedua persamaan tersebut digambarkan dalam bent~k kurva seperti
Gambar
5-14
dan
5-15.
Berdasar
bentuk
kurva
tersebut nampak pada pengeringan dengan suhu tinggi panas laten yang
penguapan makin rendah dan sebaliknya. Pada suhu sudah tinggi hanya diperlukan panas yang lebih kecil
untuk penguapan
air.
Pada pengeringan dengan kelembaban udara pengering yang makin
tinggi, panas
Hfg,b=(2502.535
-
laten penguapan makin rendah
2.386 T) (1 + 0:943
e-0.0586 Me (Daun bawah)
5-3 I
Hfgtb=(2502.535 - 2.386 T ) ( 1
+ 0.451 e-0.0437
Me (Daun atas)
5-4
MMR AIR KESEIIIBIIMN
('/;
DB)
Gambar 5-16. Panas laten penguapan untuk daun bawah
d
karena pada suhu udara pengering dengan kelembaban makin tinggi
jumlah
air
yang
dapat
diuapkan
makin
I
rendah.
Sehingga jumlah panas laten penguapan yang diperlukan untuk setiap satuan berat air yang sama juga makin rendah. Bentuk
Gambar 5-17
A -
SUHU 35 C
!I -
SUHU 65 C
Panas laten penguapan untuk daun atas
setiap satuan berat air yang sama juga makin rendah. yentuk kurva
nampak
makin
menurun
pada
kelembaban udara yang makin tinggi.
pengeringan
dengan
F. PENGERING ENERGI GANDA
F. 1. Karakteristik daun tembakau dan lokasi percobaan Sebagai bahan
percobaan
pengeringan daun
tembakau
rajangan dengan pengering energi ganda adalah daun tembakau Temanggung varietas Kemloko yang ditanam di daerah Malang. Tanaman tumbuh normal dan tidak ada gangguan iklim selama pertumbuhan.
Daun
dipetik
seeelah
masak
optimal
dan
dilakukan pengolahan awal sehingga diperoleh daun tembakau rajangan sebagai bahan percobaan. Pengolahan penggulungan
awal
dan
terdiri
atas
sortasi,
perajangan.
Daun
cacat
pemeraman,
karena
hama,
~ e n ~ a k i tmemar , dan mempunyai ukuran terlalu kecil atau terlalu besar dipisahkan dan dibuang. Pengambilan contoh untuk daun bawah dan daun atas sesuai ketentuan seperti skema Gambar 4-2. Cara pengolahan awal mengikuti kebiasaan petani setempat. Pembraman dilakukan didalam ruang tertutup dan
lama pemeraman disesuaikan dengan
batang.
Daun atas memerlukan waktu pemeraman lebih lama
dibanding untuk
letak daun pada
daun bawah. Beberapa karakteristik daun tembakau
bahan percobaan seperti Tabel 5-4. 1%
Percobaan dilaksanakan di lokasi P. T. Gudang Garam, Kediri , Jawa Timur pada bulan Agustus 1988. ~elakganaan percobaan dilakukan pada pagi hari selesai sore hari
(07.00
-
08.00)
(16.00-18.00). Perajangan daun
dan
tembakau
Tabel 5-4. Beberapa karakteristik daun tembakau bahan percobaan dengan pengering energi ganda Karakteristik
Daun Bawah
Daun atas
Warna daun segar Hijau agak kuning Hijau kekuningan Ratarata kadar air : Setelah dipetik 86.51 persen 87.77 persen - Setelah dirajang 82.63 persen 84.10 persen Warna setelah diperam Hijau kekuningan Kuning Lama pemeraman 2 hari 5 hari
-
t
dilakukan malam hari sehingga percobaan pengeringan segera dapat dimulai pada pagi hari.
Selama percobaan perlangsung
cuaca cukup cerah, tidak ada gangguan hujan mengurangi intensitas
atau awan yang
sinar surya. Tingginya intensitas
sinar surya pada saat saat percobaan berlangsung seperti Gambar 5-18.
Jumlah
percobaan yang dilakukan sebanyak
empat kali masing masing dua kali untuk daun bawah dan dua kali untuk daun atas.
F, 2, Kebutuhan bahan bakar LPG
Kebutuhan
bahan
bakar
LPG
untuk
percobaan
banyak
dipengaruhi oleh saat percobaa~ dimulai,%, kadar air awal daun tembakau rajangan, kondisi cuaca
dan efisiensi kompor d
LPG
yang
kebutuhan
digunakan. LPG
Pada
lebih besar
pagi
hari
dibanding
atau
malam
siang hari
hari jika
Gambar 5-18. Intensitas sinar surya selama percobaan
. pengeringan
dilakukan
dengan
suhu
%
udara
pengering
yang 4
sama. Karena pada pagi hari atau malam hari, suhu udara luar lebih rendah sehingga untuk memanaskan udara tersebut diperlukan
energi lebih besar. Percobaan yang dilaksanakan
siang hari dan cerah
akan
berlangsung
mengurangi
pada kondisi sinar surya yang
kebutuhan bahan bakar.
Lama pengeringan dipengaruhi oleh tingginya suhu udara pengering yang
masuk
ruang
pengering, besarnya sumbangan
energi surya yang terserap oleh daun tembakau dan tingginya kadar air awal daun tembakau rajangan. Kebutuhan bahan bakar dan
lama
pengeringan yang
akan
digunakan sebagai
bahan analisis pengeringan seperti Tabel 5 - 5 .
Tabel
Waktu pengeringan dav kebutuhan bahan bakar pada percobaan pengering energi ganda
5-5.
Percobaan ke : -
--
I I1 I11 IV
Posisi Daun
Waktu Kebutuhan Pengeringan LPG
Bawah Bawah Atas Atas
11 jam
10.6 kg
10 jam
10.2 kg
8 jam
11.5 kg
jam
11.7 kg
-
9
F. 3. Perubahan suhu udara ruang pengering Untuk perubahan
mengetahui suhu
dan
perubahan
perubahan
suhu
kadar
ruang air
pengering,
daun
tembakau
rajangan selama pengeringan digunakan data hasil pengamatan percobaan
ke
I11
yaitu
pengqringan
untuk
daun
atas.
4
Perubahan suhu ruang ruang pengering seperti .skema Gambar I
3-4,
antara selubung plastik dan rak pertama (Rl), antara
rak rak pengering (R2, R3, R4) dan antara rak keempat dan
lantai pengering (R5), berdasar perhitungan dan pengamatan, seperti
Lamp.
5-20
dan Lamp. 5-21. Jika
hasil
analisis
Gambar 5-19. Perubahan suhu ryang pengering berdasar >% hasil perhitungan 4
perubahan
suhu
tersebut
digambarkan
seperti Gambar 5-19 dan 5-20.
dalam
bentuk
kurva
Ruang atas mempunyai suhu paling tinggi kemudian letak ruang makin kebawah suhu makin rendah. Hal ini akibat udara
pengering berdasar Gambar 5-20 Perubahan suhu ruang e hasil pengamatan \
pengering
masuk
pertama
kali
melewati
kemudian masuk ruang ruang antar rak
rak
aling
berikutnya
atas,
(R2, R3,
R4 dan R5) dan selanjutnya keluar melewati cerobong. Pada saat
udara
pengering
melewati
hamparan
daun
tembakau
rajangan rak pertama dan rak berikutnya akan mengalami pengurangan
panas
secara berturut-turut
karena
terjadi
pindgh panas dari udara pengering ke masing-masing hamparan daun
tembakau
rajangan
tersebut.
Sehingga
suhu
udara
pengering makin ke bawah makin rendah (Gambar 19 dan 5-20). Bentuk kurva perubahan suhu ruang pengering untuk ruang
satu
(Rl) dan
ruang
lima
(R5) berdasar
hasil
perhitungan mempunyai kecenderunean yang sama dengan kurva perubahan suhu ruang pengering hasil pengamatan seperti Gambar 5-21 dan Gambar 5-22. Perbedaan suhu terendah dan tertinggi untuk masing-masing ruang pengering seperti Tabel 5-6. Perbedaan suhu yang masih cukup besar tersebut belum
tepatnya parameter-parameter yang digunakan, selaln model
Tabel 5-6. Selisih suhu udara pengering berdasar hasil perhitungan dan pengamatan
Ruang pengering
Selisih suhu
(OC)
Gambar 5-21. Perubahan suhu udara ruang pengering untuk ruang satu (Rl) --
--
.
3%
disusun berdasa asumsi-asumsi yang dengan sendirinya dapat I
mengurangi
ketepatan
rnenyebabkan hasil
eprhitungan.
perhitungan
masih
Faktor cukup
lain besar
yang karena
perubahan kadar air berdasar persamaan 3-30, yang digunakan
119
Gambar 5-22. Perubahan suhu udara ruang pengering untuk ruang lima (R5)
untuk
menyusun
model
pengering energi qanda
ini , belum
dapat menerangkan seluruh perubahan kadar air daun tembakau Z rajangan
selama
rajangan
selama
pengeringan pengeringan
kadar
air
berlangsung
daun
tembakau
seperti
telah
diuraikan
dimuka.
menerangkan
Hal
ini
menunjukkan
belum
dapat
secara lebih saksama jumlah panas yang diserap
dari udara pengering untuk menguhpkan
kandungan air daun
tembakau rajangan yang
Jumlah panas .yang
diserap
dikeringkan.
daun tembakau selama pengeringan berlangsung akan
mempengaruhi tingginya suhu udara pengering.
F.
4.
Perubahan suhu daun tembakau rajangan 1
Perubahan
suhu
daun
tembakau
rajangan
berdasar
perhitungan yang mewakili suhu gagang dan suhu lamina daun sekaligus, seperti pada Lamp. 5-22. Sedang hasil pengamatan suhu yang meliputi suhu lamina dan suhu gagang daun secara terpisah, seperti Lamp.5-23 dan Lamp.5-24. Kurva perubahan suhu daun tembakau rajangan terhadap waktu pengeringan berdasar hasil perhitungan dan pengamatan seperti pada Gambar 5-23 dan Gambar 5-24. Pada awal pengeringan, letak rak makin ke atas, atau makin dekat dengan masuknya udara pengering, perbedaan suhunya dengan suhu tembakau di rak-rak di bawahnya makin tinggi. Tetapi makin lama perbedaan tersebut makin mengecil dan
akhirnya
makin
berimpit, atau
tidak *
menunjukkan
perbedaan. 3
Daun tembakau rajangan di rak paling atas paling awal menerima suhu udara pengering yang suhunya masih tinggi. Karena daun tembakau suhunya masih rendah dan kadar airnya
Gambar 5-23. Perubahan suhu daun tembakau rajangan berdasar hasil perhitungan
. masih
tinggi,
pada
awal
'r
pengeringan
banyak. panas
yang I
digunakan
.
penguapan.
untuk
menaikkan
suhu daun
Sehingga udara pengering
tembakau dan untuk setelah mengalir ke
rak-rak berikutnya suhunya makin rendah.
Gambar 5-24. Perubahan suhu lamina dan gagang daun tembakau rajangan berdasar hasil pengamatan
Perubahan suhu daun tembakau rajangan di rak paling atas mempunyai kecenderungan yang berbeda dengan suhu daun tembakau rajangan yang berada di tiga rak berikutnya. Hal ini
disebabkan
daun
tembakau
rajangan
di
rak
pertama
panas dari surya yang tidak dapat diterima oleh daun tembakau rajangan di tiga rak berikutnya. Selain itu daun tembakau rajangan di rak pertama juga menerima panas dari udara pengering. Seperti halnya pada perhitungan
perubahan
suhu udara
pengering, perhitungan perubahan suhu daun tembakau belum sepenuhnya
dapat
sebenarnya.
Hal
menerangkan
perubahan
suhu
yang
ini akibat kurang tepatnya parameter,
pemakaian beberapa asumsi penyusunan model dan kemungkinan I
karena kurang saksamanya pemasangan termokopel. Pemasangan termokopel dengan menusuk lamina daun (Gambar 4-13) masih memberi
peluang
sensor
termokopel
terpengaruh
oleh
perubahan suhu udara pengering. Pada saat daun tembakau mulai mengering akan terjadi kerenggangan antara tembakau dan sensor termokopel. Akibat selanjutnya dapat ' terjadi perpindahan udara di sela ruang yang terbentuk antara sensor dan daun tembakau. Namun demikian perubahan suhu daun tembakau rajangan hasil perhitungan clan pengamatan masih mempunyai kecenderungan yang sama (Gambar 5-25 dan Gambar 5-26). Suhu hamparan daun tembakau rajangan hasil perhitungan lebih mewakili suhu rata rata gagang dan lamina hasil pengamatan. Hal ini ditunjukkan oleh seyisih suhu yang lebih kecil dibanding sendiri (Tabel hasil
5-7).
suhu gagang
dan
lamina
I
Hal ini antara lain disebabkan oleh
perhitungan konstanta pengeringan dan
keseimbangan yang
sendiri
kadar
air
didasarkan pada daun tembakau rajangan
secara keseluruhan tidak dalam keadaan terpisah antara lamina dan gagang daun.
Tabel 5-7. Selisih suhu tembakau berdasar hasil perhitungan dan pengamatan --
Tembakau
Selisih suhu tembakau hasil perhitungan dan pengamatan (lamina, gagang dan rata rata lamina dan gagang (OC) :
di : Lamina
gagang
gagang+lamina
i
Rak Rak Rak Rak
satu dua tiga empat
00.00-17.56
00.00-21.20
00.00- 5.50
00.00-18.00
00.00-13.74
00.00-17.40
00.00-20.70
00.00-20.70
00.00-20.35
00.00-20.70
00.00-20.70
00.00-20.35
F. 5 . Perubahan kadar air daun tembakau rajangan Perubahan kadar air daun tembakau rajangan di masing masing rak pengering berdasar hasil perhitungan seperti pada Lamp. 5-25 dan berdasar penurunan berat yang dianggap sebagai penurunan kadar perubahan
kadar
air
air
seperti Lamp, 5-26.
tersebut digambarkan dalam
Jika bentuk
kurva seperti Gambar 5-27 dan Gambar 5-28. Daun tembakau rajangan di rak paling atas mempunyai suhu
.
lebih tinggi dibanding yang terlekak di
rak rak
berikutnya. Hal ini mengakibatkan daun tembakau rajangan di rak paling atas lebih cepat mengalami penurunan berat cepat mencapai kadar air keseimbangan dibanding
atau yang
Gambar 5-25. Perubahan suhu daun tembakau rajangan di rak satu
terletak di rak rak berikutnya. .I
Selisih kadar air berdasar cukup besar jika dibanding seperti
yang
terjadi
hasil
hasil perhitungan rnasih pengamatan
(Tabel 5-8),
pada perubahan suhu ruang pengering
Gambar 5-26. Perubahan suhu daun tembakau rajangan di rak empat
dan suhu daun tembakau rajangan. Model pengering energi i
ganda
yang
menerangkan
telah secara
tembakau rajangan.
tersusun
seperti
keseluruhan
diatas,
belum
dapat
perubahan kadar air daun
Gambar 5-27. Perubahan kadar air daun tembakau rajangan berdasar hasil perhitungan
daun tembakau ra jangan yang terja'di
.
Namun demikian berdasar bentuk kurva
C
perubahan
kadar
daun tembakau rajangan di rak satu dan rak empat seperti nampak
pada Gambar 5-29 dan Gambar 5-30
menunjukkan bahwa
Gambar 5-28. Perubahan kadar air daun tembakau rajangan berdasar hasil pengamatan
. model
dapat
menerangkan
kapan
+
pengeringan
berapa kadar air keseimbangannya.
selesai
dan
Namun demikian s&erti
telah diuraikan dimuka pada hasil penelitian pengeringan lapisan tipis model
pengering
energi
ganda
tidak dapat
Tabel 5-8. Selisih kadar air berdasar hasil -perhitungan dan pengamatan Tembakau di : Rak Rak Rak Rak
menerangkan
Selisih suhu
(OC)
satu dua tiga empat
dengan
saksama
perubahan
kadar
air
sebelum
mencapai kadar air keseimbangan. Sehingga model pengering energi
perubahan menduga
tersebut
ganda kadar
air
meskipun
secara
belum
saksama
dapat
menduga
tetapi telah
dapat
tingginya kadar air keseimbangan dan waRtu yang
diperlukan untuk mencapai kadar air keseimbangan tersebut.
F. 6. Kebutuhan Energi
Hasil energi
perhitungan
keseluruhan
seperti pada Lamp. seperti
pada
sumbangan dengan
energi
surya
terhadap
menggunakan persamaan 3-57
5-25. Besarnya sumbangan energi surya
Gambar
5-31
dengan
rata *
rata
selama
pengeringan sebesar 6.837 persen. .i
Besarnya konsumsi energi
sumbangan
energi surya
dari
sendiri,
energi
LPG makin seperti
surya
makin
besar. telah
kecil
Sedang
diuraikan
jika
besarnya dimuka,
Gambar 5-29. Perubahan kadar air daun tembakau rajangan di rak satu
merupakan
fungsi
transmisi
selubung plastik dan
rajangan
selain
besarnya
intensitas
sinar
shrya,
absorbsi
koefisien
daun
te~bakau
luas permukaan rak pengering.
konsumsi energi
LPG
ditentukan
oleh
Sedang
tingginya
Gambar 5-30. Perubahan kadar air daun tembakau rajangan di rak empat 1
suhu udara
Makin
pengering
tinggi
yang
kecepatan
keluar plenum pemanas 2dara.
aliran
mendapatkan ketinggian suhu udara diperlukan LPG lebih besar.
iC
udara
pengering,
pengering
yang
untuk sama,
Gambar 5-31. Sumbangan energi surya terhadap kebutuhan energi untuk pengeringan
Dengan mengatur keeepatan aliran udara tepat sesuai I
kebutuhan
saja
dan
meningkatkan
luas
permukaan
rak
pengering akan diperoleh nisbah energi surya terhadap total energi
pengeringan
yang
lebih
besar.
Dalam
perhitungan
simulasi akan dapat diketahui kebutuhan energi yang sesuai dengan keperluan sehingga diperoleh sumbangan energi surya yang maksimal. Efisiensi sistem pemanas udara pengering yang
terdiri
atas kompor LPG dan pemanas udara pengering, yahg dihitung sebagai nisbah panas yang digunakan untuk meningkatkan suhu udara pengering terhadap total energi yang dihasilkan LPG. Hasil
perhitungan
efisiensi
pengeringan seperti Lamp. sistem
pemanas
sistem
pemanas
selama
5-28 dan rata rata efisiensi
sebesar
Efisiensi
0.57k.
pengering
menunjukkan hasil yang relatip kecil dan berkisar antara 0.336-0.4.437
persen (Lamp. 5-29). Efisiensi pengering yang
kecil ini akibat belumoptimalnya kondisi pengeringan. Jika kecepatan alirak udara pengering dibatasi sesuai kebutuhan dan
kapasitas
pengering
ditingkatkan
maka
efisiensi
pengering akan meningkat.
E. 7 . Mutu Tembakau Ra jangan
Hasil analisis sifat kimia bahwa
pengeringan
dengan
(Tabel 5-9) menunjukkan
udara
panas
buatan
tidak
berpengaruh terhadap sisa pati, dan kadar nikotin tetapi ?
berpengaruh terhadap kadar gula tembakau rajangan. Tembakau I
yang berasal dari rak pertama mempunyai kadar gula lebih tinggi dan menurun.
letak
rak makin
kebawah kadar
gula makin
Daun
tembakau
rajangan pada
setiap rak
sebelum
dikeringkan menjadi tembakau rajangan, mempunyai kadar gula
Tabel 5-9. Hasil analisis kadar gula, kadar nikotin dan kadar pati tembakau rajangan
Kadar gula
Kadar nikotin
Kadar pati
Tembakau di :
................ ( % bk) ...............
Rak satu
6.20
a
4.31
a
1.37
a
Rak dua
6.13
a
4.19
a
1.40
a
Rak tiga
5 .‘75
4.26
a
1.44 . a
Rak empat
5.39
c
4.13
a
1.55
a
Penjemuran
5.39
c
4.52
a
1.55
a
BNT 0.05
0.19
b
0.63
0.38
Keterangan : Angka yang disertai huruf yang sama pada tiap tiap'kolom, tidak berbeda nyata pada taraf nyata 0.05 Daun
tembakau
rajangan
pada
setiap
rak
sebelum
dikeringkan menjadi tembakau rajangan mempunyai komponen kornponen kimia dalam jumlah yang sama. Jika contoh terletak pada rak pertama, akan menerima suhu awal yang relatip lebih tinggi dibanding contoh yang terletak pada rak rak * berikutnya. Akibatnya enzirn yang berkaitan dengan pemecahan gula
menjadi
cepat
tidak
aktif
sehingga
contoh" daun
tembakau rajangan di rak pertama tidak banyak mengalami
penurunan. Kemungkinan yang timbulnya
reaksi
lain letak rak makin kebawah
pencoklatan
non
enzimatik
yang
'
menghasilkan warna coklat menjadi lebih leluasa. Pendapat yang kedua ini diperkuat oleh kenampakan tembakau rajangan yang makin coklat jika letak rak makin kebawah (Gambar 5-32 dan Garnbar 5-33). Tembakau rajangan yang berasal dari daun bawah (Gambar 5-32) terlihat lebih hijau dibanding yang berasal dari daun
atas (Gambar 5-33). Hal ini akibat daun bawah hanya diperam selama dua hari, sehingga warda daun masih hijau agak kekuningan pada
saat dirajang, sehingga setelah kering
masih nampak sisa sisa khlorofil. Sedang tembakau rajangan yang berasal dari daun atas berwarna coklat kekuningan, tidak terlihat kesan warna hijau dari sisa khlorofil. Selain itu tembakau rajangan yang
dikeringkan dengan
pengering energi ganda nampak mempunyai warna dan kecerahan yang tidak jauh berbeda dengan cara penjemuran pada kondisi cuaca yang normal meskipun letak rak makin kebawah terdapat sedikit kecenderungan warnanya semakin coklat. Kadar pati dan kadar nikotin tidak mengalami perubahan selama pengeringan rantai
panjang
(Tabel 5-9).
yang
Pati merupakan
pemecahannya
memerlukan
senyawa reaksi
enzirnatis yang cukup panjang. Fondisi pengeringan dengan A
pengering energi ganda belum memungkinkan reaksi tersebut I
dapat berlangsung. Hasil penelitian sebelumnya (Bacon et al., 1951) pada pengolahan daun tembakau Virginia dengan suhu 40-70° C, tidak mengakibatkan perubahan kadar nikotin.
136
. ...
.
.
. .
-
.~ ..... .. .
.
.
-,
~
. .
i
'
.
:
.-
,
*'r;
.
*...
.-
.
.
.
--
, > w b.a g ~ $ -7. ) ~QaQbh, b b a k a urajanpan yanp . :. .&un b a ~ a hhaail p ~ n p ~ ~ i n4-qg ~ n . pagering energi ganda .
..
. .:
.
C
.
.
Peagujian sensorik asnggunakan sombilqn panelis masing -
masing
lima
panelis
dari
Balai
Penelitian Tembakau dan 1
Tanaman Serat dan empat panelis dari konsumen. dari Balai Penelitian
Tembakau
dan Tanaman
Serat
Pdnelis adalah
para Peneliti atau Teknisi Tanaman Tembakau dan sudah lebih
.
.
..
e , RAK SANI E-
earnbar 5-33r,Cantah tembakau.raj%ngany a w herasal, dari '
.
. . .-
.
.
.- ~- W
n atas hasil pengeringan denga 2,..$enger ing energi ganda -.:;; .* s.* :+ <.--,: .., .._;. - . =..;$25F;>&i=,;*;:+ii;2:;=i.-gi,$;; .. :;..._ - .~. .,. ;.?.\:;.\;. ;. 1-;.--
-
.. .~
.=' .
..-i.:.
. ,
,::"
. . . . , :, I
-7 3
2:-
~
. p
:SGSs ,.c... <. >
.,.<..7:-::
~ .- , ?. . -, .
:.;
-. , .~c . CC- .--,
. .... .~,...,. . .
I
.
.
-*
dari
inrra tc In menangani penelitian tembskau rajangan -masuk
panelis
= -a~-.:.'>:-
F;::; '3-- ..
::i
'-.
,-.-+-G*
. *
dari
grading
konsumen
tamhakau
adalah
tkrsebut.
grader
yang
Sedang begtugas
menetapkan mutu tembakau rajangan untuk menentukan harga pernbelian.
.
-
',.,.,g . +.-.. *,=q..:...$g::>:?-- - -.===x<-c--. ; >
:-$%-*
-3%;:
-
*.
-..
!
-;
Hasil uji sensori (Tabel 5-10) dengan metode pembedaan perbandingan
jamak
(multiple
comparison
difference
analysis) untuk aroma, warna dan elastisitas menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang sama
tetapi
yang
dikeringkan
nyata
dengan
tembakau
dengan penjemuran
Tabel 5-10. Hasil analisis sensori, aroma, warna dan elastisitas tembakau rajanqan Aroma
Warna
Elastisitas
(Skor)
(Skor)
Tembakau di : (Skor)
Rak satu
3.89
a
3.63
a
3.93
a
Rak dua
3.78
a
3.89
a
4.19
a
Rak tiga
3.74
a
3.96
a
4.11
a
Rak empat
3.78
a
4.03
a
4.07
a
BNT 0.05
0.36
0.98
1.20
Keterangan :- Angka yang disertai huruf yang sama pada tiap kolom, tidak berbeda nyata pada taraf nyata 0.05 - Skor : l=Sangat jelek sekali, 2=Jelek sekali 3=jelek, 4=Cukup, 5=Baik, 6=Baik sekali dan 7=Sangat baik sekali biasa.
Berarti
Temanggung kondisi
pengeringan
menggunakan
daun
pengering
tembakau
energi
rajangan
ganda,
dengan
pengeringan seperti pada Lamp. 5-18 menghasilkan
tembakau rajangan yang mutunya teidak dapat,dibedakan dengan tembakau yang sama yang dikeringkan dengan penjemuran. #
Hasil
penelitian
sebelumnya menunjukkan
bahwa suhu
udara pengering yang sesuai untuk pengeringan daun tembakau
rajangan antara 35O C sampai dengan 45O C dengan lama pengeringan 13.50 jam (Tirtosastro, 1988). penelitian sampai
Berdasar
hasil
ini suhu udara pengering dapat ditingkatkan
51.46O
C
dengan
suhu terendah
25.00°
suhu
C,
tertinggi 66.36O C serta kelembaban relatip rata rata 56.63 persen, terendah 23 persen dan tertinggi 72 persen (Lamp. 25)
.
Daun tembakau rajangan menjadi kering setelah 4.5 jam
pengeringan (Lamp. 5-23). ~elanjutnya kondisi pengeringan masing masing suhu dan kelembaban udara pengering, lama pengeringan dan kadar air akhir
ini digunakan sebagai
pedoman usaha perbaikan pengering energi ganda.
F. SIMULASI
Sebagai batasan dapat
dimanfaatkan
apakah adalah
hasil
perhitungan
beberapa
ketentuan
simulasi sebagai
berikut :
a. Waktu pengeringan tidak lebih dari 10 jam. ini mengikuti
pedoman
bahwa
daun
tembakau
Batasan rajangan
harus kering setelah satu hari penjemuran agar diperoleh warna sesuai permintaan konsumen, tidak terbentuk warna coklat gelap atau noda noda bekas serangan jamur. b. Kadar air daun tembakau telah mencapai 10
atau
% bk. #
atau lebih rendah. Produk produk pertanian pada kadar air dibawah 10 % bk. dapat mengurangi serangan hama dan kerusakan biologis.
c. Suhu
udara
pengering
antara
35-500 C.
Suhu
makin
tinggi daun tembakau rajangan makin cepat kering. Tetapi suhu terlalu tinggi pada saat kadar masih
tinggi
mempercepat
dapat
merusak
air daun tembakau
mutu
tembakau
reaksi enzimatis yang menghasilkan warna
coklat gelap. Suhu lebih rendah masih
memungkinkan asal
diikuti kelembaban lebih rendah sehingga rajangan dapat kurang d. Mutu Tabel
karena
daun tembakau
kering setelah 10 jam pengeringan atau
.
I
tembakau rajangan hasil percobaan 10)
sensori
menunjukkan
tidak
bahwa
menunjukan
berdasar
perbedaan
(Tabel 9 dan evaluasi
mutu
dibanding
cara
penjemuran biasa. air untuk perhitungan
Suhu udara pengering dan kadar simulasi hanya didasarkan pada
suhu udara
empat dan rak empat yaitu ruang dan
rak
pengering ruang
yang paling akhir
dilewati udara pengering. Jika tembakau rajangan rak
terakhir
tersebut
telah
kering,
berarti
diatas tembakau
rajangan diatas rak terakhir telah kering. Demikian juga jika
suhu
udara
pengering
'
diatas
rak
terakhir
telah
memenuhi syarat berarti yang terletak diatasnya juga sudah sesuai dengan yang diinginkan.
,
Hasil simulasi dengan meningkatkan luas rak menjadi tiga kali lipat dan mengurangi kecepatan aliran udard dari 5
m/detik
menjadi
2
mldetik,
ternyata
masih
belum
berpengaruh terhadap suhu ruang pengering. Demikian juga
kadar air tembakau rajangan yang dihasilkan setelah lima jam pengeringan (Tabel 5-11, Simulasi No. 1). Jika energi surya tidak tersedia selama pengeringan
ternyata pengering
masih dapat bekerja dan tidak banyak mengalami perubahan suhu udara pengering
(Tabel
5-11, simulasi No. 2)
ini dapat dimengerti karena energi surya
.
Hal
hanya berperan
6.84 persen dari total energi yang disediakan sehingga pengaruhnya sangat kecil. Jika pada saat pengeringan berlangsung tersedia energi surya dengan intensitas rata rata' 608.50
w/m2 atau lebih,
pengering energi ganda dapat bekerja tanpa energi dapat juga diganti dengan
LPG atau
sumber energi yang lain (Tabel
5-11, Simulasi No. 3). Meskipun suhu udara pengering hanya mencapai 33.23OC tetapi daun tembakau rajangan telah kering setelah 6.28 jam. Jika pengering energi ganda terpaksa bekerja tanpa energi surya, misalnya karena gangguan awan atau harus bekerja malam hari, pengering LPG.
dapat bekerja dengan energi
Kalau suhu rata rata udara luar 25O C dan kelembaban
50 persen kemudian dipanaskan sampai 40° C sebelum masuk pengering, diperoleh hasil simulasi No.
4
(Tabel 11) dan
daun tembakau rajangan kering setelah 5.63 jam, kebutuhan bahan bakar LPG untuk skenario ini 3.52 kg. * Jika hasil simulasi tersebut digambarkan dalam bentuk #
kurva seperti Gambar 5-34. Nampak bahwa skenario No. 1 dan skenario No.
2
tidak menunjukkan perbedaan waktu untuk
mencapai kadar air daun tembakau rajangan sebesar 10
%
bk.
Tabel 5-11. Hasil simulasi pengering energi ganda Skenario No : Uraian
Percobaan 1
Kapasitas (kg)* ) Luas rak (m2) Suhu udara (OC) : - udara luar - masuk pengering Aliran udara (mldetik)
2
4
3
24.00
2.88 35.76 60.41
5
Intensitas surya (w/m2)
608.50
Sumbangan energi surya ( % )
6.84
Kebutuhan LPG (kg)
6.00
Suhu udara pengering (OC)* * )
51.46
Kadar air 10.00 tembakau ( % bk) * * * ) Lama pengeringan ( jam) Keterangan :
*) **) ***)
4.12
Dalam bentuk daun tembakau rajangan Rata rata suhu ruang empat (R4) Daun tembakau 2ajangan di+rak empat (G4) I
Sedang pada skenario No. 4 menunjukkan waktu pengeringan lebih pendek tetapi diperlukan 3.52 kg LPG. Untuk skenario No.
3
meskipun
waktu
pengeringan 0.65 jam
lebih
lama
Q - SlnuLlrSI NO, A - SINIMSI NO, 0 - s1nuus1 NO. I - SInuLlrSI no.
1 2
3
4
Gambar 5-34. Kurva penurunan kadar air terhadap waktu pengeringan untuk mencapai kadar air 10 persen pada perhitungan simulasi dibanding skenario No. 4, tetapi tidak memerlukan
tambahan
bahan bakar dan waktu pengeringan tidak lebih dari 10 jam.
G. PERHITUNGAN TITIK IMPAS Analisis titik
impas
(break even point)
mengetahui batas harga jual atau produksi yang usaha
pada
titik
impas artinya
bertujuan menunjukkan
keuntungan baru
dapat
diperoleh jika produksi atau harga jualnya diatas titik tersebut. Perhitungan titik impas pengering energi ganda dianggap sebagai titik impas usahatani tembakau rajangan ' . Temanggung dengan menggunakan pengering energi ganda sebagai salah satu faktor produksi. Berdasar hasil simulasi
(Tabel 5-11) terdapat dua
kondisi pengeringan yang dapat berhasil baik dan kebutuhan energi tersedia
paling
rendah.
cukup,
Pertama,
pengering
jika
dapat
intensitas
bekerja
hanya
surya dengan
energi surya, udara pengering dialirkan dengan kecepatan m/detik dan tidak perlu dipanaskan.
Kedua, jika
2
energi
surya sama sekali tidak tersedia, misalnya bekerja malam hari
atau
karena
gangguan
cuaca,
menggunakan energi LPG untuk memanaskan
pengering
dapat
udara pengering
menjadi 40°C, kecepatan aliran udara cukup 2 mldetik. Jika udara luar mempunyai suhu rata rata 25O C, kelembaban relatip 50 persen, pengering meherlukan 1:8 kq LPG untuk pengeringan sampai batas kadar air yang aman (Tabel 5711). Besarnya
biaya
produksi,
biaya
pengeringan
dengan
penjemuran dan pengeringan dengan pengering energi ganda
untuk keperluan analisis titik impas seperti pada Lamp. 35.
5-
Harga bahan dan upah tercatat untuk tahun 1991 dan
diperoleh dari Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat Malang serta P. T. Gudang Garam, Kediri. Hasil analisis dengan beberapa harga jual seperti pada Tabel 5-12. Kurva titik impas jika menggunakan energi LPG dan energi surya
Tabel 5-12. Hasil analisis titik impas pengering energi ganda dengan sumber energi surya dan energi LPG. Harga tembakau Energi (rupiah /kg) (rupiah)
(Hektar) (kg daun) (operasi) (PEG) 31 kali- 1 buah 29 kali 1 buah
Surya LPG
2 262 841 454 207
1.040 0.959
2 404 2 217
Surya LPG
1 258 250 1 295 702
0.356 0.360
822 832
11 ka.1i 11 kali
1 buah 1 buah
Surya LPG
1 029 685 1 048 282
0.218 0.222
504 513
7 kali 7 kali
1 buah 1 buah
Surya LPG
871 393
0.123 0.125
284 289
4 kali 4 kali
1 buah
880. 203
1 buah
seperti Gambar 5-35 dan Gambar 5-36. Jika
harga
tembakau
rajafigan
Rp.
7
500,-Jkg
dan
pengering energi ganda hanya bekerja dengan energi surya titik impas tercapai pada penjualan senilai Rp. 1 258 250,atau telah mengeringkan sebanyak 822 kg daun hijau yang
setara dengan
167.80 kg tembakau rajangan
(Tabel 5-12) .
Jika hanya menggunakan energi LPG titik impas tercapai pada harga
jual Rp. 1 292 702,- atau telah mengolah 832 kg daun
PROWKSI (KC RAJANCIIN DAUN TMBAKRU)
Gambar 5-35. Titik impas usahatani tembakau rajangah Temanggung menggunakan pengering energi ganda dengan energi surya
daun hijau yang setara dengan 169.9 kg tembakau rajangan. Selama
satu
musim
panen,
tembakau rajangan antara 30 hari
waktu
pengolahan
daun
sampai dengan 45 hari.
PROWKSl (KC RIJINCAN M U N TMBRWIU)
4
Gambar 5-3 6. Titik impas usahatani tembakau raj ang& Temanggung menggunakan pengering energi ganda dengan sumber energi LPG ,
Jika
pengering
energi
ganda
bekerja
dengan
ketentuan
sebagai berikut : 1). Pengering bekerja paling lama 3 0 hari untuk
setiap musim
panen, 2).
Sehari melakukan operasi
pengeringan sebanyak dua kali masing masing 6.5 jam dan 3). Harga jual tembakau rajangan Rp. 7 500,-/kg. Selama musim panen pengering energi ganda dapat melayani pengeringan daerah tembakau yang berasal dari produksi areal seluas 1.993 Ha atau lebih dari 5 . 5 kali diatas titik impas untuk
pengeringan dengan energi surya atau energi LPG. Analisis
titik
rajangan
yang
tembakau
sering
impas
berbeda
didasarkan
atas
berfluktuasi.
dasar
harga
tembakau
pertimbangan
Perhitungan
dengan
harga harga
berbeda memberi kemungkinan lain sebagai pilihan sesuai perkembangan harga jual. Faktor penyebab fluktuasi harga antara lain pengaruh iklim dan cuaca saat panefi, belum adanya standar mutu untuk dasar penetapan harga dan sistim perdagangan yang belum menjamin stabilitas harga.