900~ lf10£-6~ JaqoloQ '6u eJBWaS
Pembagiarl makalah (jdaslM'karl alas pelllbag~ N8r\g yang ~ I.flIuk IreIIlpre!!rtasiktYllTl8lallah. Dim8l'la dlIlam tiap-tiap nJilng terdap(ll beber~ makalah dengtYl lema ylllg ma,
Ruang 1 Ruang 2 Ruang 3 Ruang 4 Ruang 5 Ruang 6
Ruang 3 Makalah dengan tema Manajemen lalu Lintas, Beban Muatan dan Lainnya ,Pengemb8ngan,PromPeretlC81l1l8nRogr81tlan Penanganan Sistem Jaringan Jalan Nasional dan Provinsi di Era Otonomi Oaerah -MUtmmed Isya
•otyar Z. Tamil ·~a1Z.
Temirl
-Heru Purboyo
Pengaruh Muatan Trnk Berlebih terhadap Biaya Pemeliharaan Jabn dan AhernaflfPemeciJhallllya -Sofyan M. Saleh - Ade SjafrlJ(jjjn • Otyar Z, Tamil -Russ 8008 FreDls
DampakPennasalcihan dariTfansportaSi 'Darat ,-CorryJacub
•Ofyer Z. Tamin
AnalisisBebanMuatan lebih Kendaraan'Berat pada ·Jalan Untas T~mllr SUlllatefaPropinsi Riau - Mutanmad Idham
• Sigit Priyanto
« ~bftJmnya
SelanjWiya »
ANALISlS KEBUTUHAN TERMINAL (LOKASI DAN TIPE) UNTUK
PENGEMBANGAN DAERAH BERDASARKAN KEBUTUHAN TRANSPORTASI
(STUDI KASUS, PROVINSI NANGROE ACEH DARUSSALAM)
Sofyao M. Saleh
Nindyo Cabyo Knsnsoto
Muhammad bya
Jurusan Teknit Sipif
Mahasiswa Program 83 Program Stud; Teknit Sipil FTSLlns(ihLI Teknolog; Bandung Jl. Ganesa No.fO Bandung TelpiFax, (022)2502350.,
JUMlSan Teknik Sipil
Fobr/as TeJcn;k Unsyiah Jl.Syeh AbdumrufNo. 7 Darussalam Bonda Aceh Telp: (065/) 7401004, Safran salch((i)yahoQ.com
[email protected]
Fakultas Teknit Unsyiah
Jl.SyehAbdurraujNo. 7 Darussalam Banda Aceh Telp: (065/)7401004. MisOulISviah{jj)yahoo. com
Abstrad Increasing in transportation needed. mainly in land transportation should be followed by a good seNice to the users. A good service in transportation infrastructure has a positive impact to the development of a region. Optimum quality service should be supported by availability ofin.frDslnlcture and means of transport Tenninal is one ofvital i.n.fmstructure to support the optimum services. This study is eoncem in how to analyze the need of a terminal in a certain region, in this case is Province of Nanggroe Aceh Darussalam. The analysis is based on the necessity oftransportation, regional planning, and the minimum standard of terminal. The resuU of this study is to identify the necessity of a terminal based on location and type oftenninal which is needed by a region. Keywords: Terminal. tramportation infrastructure,
1.1. PENDAHULUAN
Meningkatnya kebutuban transportasi kbususnya transportasi darat mengbaruskan adanya peningkatan pelayanan terbadap pengguna jasa transportasi darat. Transportasi darat yang banyak dibutubkan oleb pengguna jasa adalah bidang angkutan umum. Pelayanan angkutan umum sering kali terabaikan karena banya mengutamakan kuantitas dati pada kualitas. Kualitas pelayanan yang optimal barns didukung dengan prasarana dan sarana yang memadai. Prasarana angkutan umum yang mcmadai akan berpengaruh terbadap kinerja pelayanan angkutan umum itu senditi. Pelayanan yang diberikan kepada konsumen pengguna jasa angkutan umum menjadikan sistem transportasi kbususnya angkutan umum dapat tertata dengan baik. Prasarana angkutan wnwn tersebut merupakan tempat untuk menunggu angkutan, tempat beristirahat awak kendaraan dan penjadua1an angkutan umum yang akural, prasarana yang dimaksud adalah terminal. Dengan dernikian perlu adanya suatu perencanaan dalam pembangtlllllD tenninal sehingga manfuatnya dapat dirasakan maksimal. Letak suatu tenninal okan berpengaruh terbadap tingkat pelayanan angkutan umum yang melayani trayek di wilayah tersebut. Kondisi ini sering tembaikan dalam petencanaan suatu terminal, sehingga terminal yang sudah terbangun dan beroperasi seringka1i manfaatny. kurang terasa. Tidak maksimalnya manfaat yang dihasilkan dengan adany. pembangtlllllD terminal ini, juga tidak lepos dari pengawosan di lapangan, tanpa peng.wasan yang baik kinerja terminal kurang bagus.
Di NAD sendiri pelayanan tenninal dirasakan tidaldah maksimal. Kondisi ini terjadi karena fosilitas tenninal dan bangtlllllD yang sudab tidak layak lagi bagi pelayanan terbadap angkutan umurn dan pengguna josa tenninal. Kondisi ini diperburuk lagi dengan kinerja awak kendaraan yang sering mengabaikan peraturan lalu-lintas sehingga menarnbah beban citra pelayanan buruk tenninal.
S/mpos/um Xl FSTPT. UnwersUas D/ponegoro Sema'llng, 29-30 Oktobe' 2008
Kebutuhan tenninal di NAD baruslah direncanakan sematang mungkin unluk mendapatkan hasil yang maksimal dalam pelayanannya. Adanya pereneanaan dan kajian mengenai kelayakan pembangunan tenninal sangatlah diperlukan unluk menenlukan lokasi yang strategis dan mendapatkan manfaat yang maksimal. Kajian ini dilaksanakan untuk mengetahui tingkat kelayakan pembangunan tipe tencinal
sebagai dasar perencanaan dan pelaksanaan pembangwum terminal yang strategis mengakomodasi kepentingan pengelola dan pengguna jasa transportasi, untuk mendukung pengembangan wilayah NAD. Secara terinei tujuan dari kajian ini: • •
Perancangan model demand pergerakan untuk tiap lokasi yang ditinjau. Penentuan kebijakan tipe-tipe tenninal yang digunakan.
Untuk meneapai tujuan ini, maka dibutuhkan analisis dan prediksi sebagai berikut:
•
• II.
Pengumpulan data dan inforrnasi serta inventarisasi awal yang meliputi data fisiografi dan topografi, data instansional, data sosio demografi, data lalu lintas, data barga bahan/material, serta studi banding ke tenninal daerah lain yang representatif. Pekerjaan survai yang meliputi survai lalu lintas, survai topografi, survai penyelidikan tanah dan observasi menyeluruh lingkungan sekitar. STUDI PUSTAKA
2.1. Definisi Terminal Berdasarkan, Juknis LLAJ, 1995, Tenninal Transportasi merupakan:
• Titik simpul dalam jaringan transportasi jalan yang berfungsi sebagai pelayanan umum. • Tempat pengendalian, pengawasan, pengaturan dan pengoperasian lalu Hntas. • Prasarana angkutan yang merupakan bagian dari sistem transportasi untuk melancarkan arus penumpang dan barang. • Unsur tata ruang yang mempunyai peranan penting bagi efisiensi kehidupan kota. 2.2. Fungsi Terminal Berdasarkan, Juknis LLAJ, 1995, Fungsi Tenninal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur:
1. Fungsi terminal bagi penumpang, adalah untuk kenyamanan menunggu, kenyamanan perpindahan dari satu moda atau kendaraan ke moda atau kendaraan lain, tempat fasilitas~ fasilitas infoemasi dan fasilitas parkir kendaraan pribadi.
2. Fungsi terminal bagi pemerintah, adalah dari segi perencanaan dan manajemen untuk menata lalu lintas dan angkutan serta menghindari dari kemacetan., sumber pemungutan r-etribusi dan sebagai pengendali kendaraan umum. 3. Fungsi terminal bagi operator/pengusaha adalah untuk pengaturan operasi bus, penyediaan fasilitas istirahat dan infoemasi bagi awak bus dan sebagai fasilitas pangkalan. 2.3. Jenis Terminal Berdasarkan, Juknis LLAJ, 1995, Teemmal dibedakan berdasarkan jenis angkutan, menjadi:
1. Terminal Penumpang, adalah prasar;ma transportasi jalan untuk keperluan menaikkan dan menurunkan penumpang, perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi serta pengaturan kedatangan-dan pemberangkatan kendaraan umurn.
2
Slmposlum Xl FSTPT, Universllas Dlponegoro Semarang. 29-30 Oktober 2008
2. Terminal Barang, adalah prasarana transporUlsi jalan untuk keperluao membongkar dan memuat barang serta perpindahan intra danlatau antar moda transportasi.
2.4. Ketentuan Mengenai Terminal Angkutan Penumpang Berdasarkan Keputusan Menten Perhubungan No 3111995, Terminal penumpang berdasarkan fungsi pelayanannya dihagi menjadi:
1. Terminal Penumpang Tipe A, berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalarn propinsi, angkutan kota dan angkutan podesoan.
2. Terminal Penumpang Tipe B, berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota dalarn propinsi, angkutan kota dan/atau angkutan podesaan. 3. Terminal Penumpang Tipe C, herfungsi melayani kendaraan mnum untuk angkutan pedesaan. 2.5. Persyaratan Lokasi Terminal Penentuan lokasi tenninal penurnpang hams memperhatikan: .. Rencana kebutuhan lokasi simpul yang meropakan bagian dati Tencana mnum jaringan transporUlsi jalan. • Rencana umum tata mang. o Kepadatan lalu lintas dan kapasitas jalan di sekitar terminal.
• Keterpaduan moda transportasi baik intra maupun antar moda. • Kondisi topografi, lokasi terminal. o Kelestarian lingkungan.
2.5.1. Persyaratan Lokasi Terminal Tipe A o Terletalc di Ihukota Propinsi, Kotamadya atau Kabupaten dalarnjaringan trayek antar kota antar propinsi danlatau angkutan lintas hatas negara. o Terletalc dijalan arteri dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas 1llA. o Jarak antara dua terminal penumpang tipe A sekurang-kurangnya 20 km di Pulau Jawa, 30 km di Pulau Sumaters dan 50 km di pulau lainnya. Luas laban yang tersodia sekurang kurangnya 5 ha untuk terminal eli Pulau Jawa dan Sumatera, dan 3 ha di pulau lainnya. Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal, sekurang-kurangnya beIjarak 100 meter di Pulau Jawa dan 50 meter di pulau lainnya
2.5.2. Persyaratan Lokasi Terminal Tipe B o Terletalc di Kotamadya atau Kabupaten dan dalam jaringan trayek angkutan kota dalarn propinsi. o Terletalc di jalan arten atau kolektor dengan kelas jalan sekurang-kurangnya kelas lIIB.
• Jarak antara dua tenninal penumpang tipe B atau dengan terminal tipe A. sekurang kurangnya 15 km eli Pulau Jawa, 30 km di pulau lainnya. •
Tersedia luas laban sekurang-kurangnya 3 ha untuk terminaldi Pulau Jawa dan Samatera, dan 2 ba di pulau lainnya.
o Mempunyaijalan akses masuk ataujalan keluar ke dan dari terminal, sekurang-kurangnya berjarak 50 meter di Pulau Jawa dan 30 meter di pulau lainnya. 3
Slmposium Xl FSTPT, U"lvenitas Dlpo"egoro Semorang, 19-30 Oktober 1008
2.S.3. Persyaratan Lokasi Terminal Tipe C • Terietak di dalam wiIayah Kabupaten Daerah Tingkat II dan dalam jaringan trayek angkutan pedesoan. • Terietak di jalan kolektor atau lokal dengan kelas jalan paling tinggi IlIA. Tersedialahan
yang sesuai dengan pennintaan angkutan. • Mempunyai jalan akses masuk atau keluar ke dan dari tenninaJ, sesuai kebutuhan untuk kelancaran lalu lintas sekitar terminal. 2.6. Tipologi Terminal
Tabel I. Secara tabeloris tipologi tenninal dapat disarikan menjadi sebagai berikut:
Ketentuan
TIPEA
T1PEB
.TIPEC
Fungsl Terminal (KM31TH 1995)
Melayani kendaraan ulT'AJm unluk Melayani kendaraan umum unluk Melayani angkulan pedesaan angkulan anlar kota anlar propinsi angku!an anlar kola dalam propinsi, PasaI2 dan atau .arlgkutan llnlas batas angkutan kola dan angklJlan negara, angkutan anlar kola daJam pedes,an propinsi, angkulan kola dan anllkulan ~esaan F~llltas Temllnal Jalur pemberangkalan dan - JaJur Pemberangkalan dan - Jalur PembeJangkalan dan (KM 31TH 1995) Kedalangan Kedalangan Kedalangan ...03 - TempaiPartir - Tempat Parkir Kantor Terminal - KanlorTerminal - KanlorTerminal TempaiTunggu Rambu-r.ambu dan Papan - TempatTunggu - Tempal Tunggu - Menara Pengawas - Menara Pengawas Inronnasi - Loket Penjualan Karcis - l...oIl:et PenjuaJan Kards _- Rambu-I2IT1bu dan Papan - Rambu-r.ambu dan Papan InfOfTIlasi Informasi - Pelataran Parkir Penganlar alau - Pelalaran Parkir Penganlar Taksi atauTaksl Lekasi Terminal Terlelak dalam jaringan !rayek - Tertetak dalam jaringan trayek Tertelak di dalarn wilayah (KM 31TH 1995) antar kOla anlar propinsl anlar kola dalam propinsi kabupalen DTII dan dalam Pasal11 ,12 dan 13 dan/mau angkulan lintas balas - Terletak di jalan arteri clengan jaringan trayek pedesaan negara kelas jalan sekurang-kurangnya TerIelak di jalan arlen dengan - TerIelak dl Ja/an arlen clengan kelas III B kelas jaJan sekurang-kurangnya kelas jalan sekurang-kurangnya - Jarak anlar dua terminal kelas III C penumpang tipeA dengan B kelas lilA Luas lahan yang tersedia sesuai - Jarak anlardua terminal sekurang-kurangnya 15 Km di dengan perminlaan angkutan Pulau J
2.7. Sistem Jaringan Angkutan Umum
Sistem jaringan angkutan umwn biasanya dapat dibagi menjadi (2) duo kelompok, yaitu:
I. Jaringan rote yang terbentuk secara evolutife yang pembentukannya dimulai oleh pihak-pihak pengelola individual secara sendiri-sendiri, 4
SlmposiJIm XI FSTPT, UnlverslJas Dlponegoro Semarang, 29-30 Oklober 2008
2.
Jaringan rote yang terbeotuk simultao secara meoyelurob, pembentukkannya dilakukan oleh pengelola angkutan umum yang besar (swasta ataupun milik pemetintah) ataupun oleh sekelompok pengelola individual secara simultan dan bersama-sama.
Pada kelompok yang pertaIna, pembentukkan jaringan rute benar-benar tidak terkoordinasi,
karena sistem tumbuh seeara parsial. Masing-masing lintasan rute terbentuk karena keinginan pengguna jasa (penumpang) ataupun karena keinginan piliak pengelola. Akibatnya keterkaitan
antar rute menjadi lemah. Lintasan rute hanya terkonsentrasi pada jalan-jalan arteri yang secara geometrik mempunyai kapasitas lalu lintas yang besar dan juga mempunyai potensi demand yang tinggi. Pada daerab-daerab lain jarang dijumpai rute angkutan umum. Akibatnya tingkat aksesibilitas masyarakat terhadap angkutan umum sangatlab tidal< merata. Ada heherapa daerab tertentu yang dijumpai kemudaban yang tinggi untuk menggunakan angkutan umum, dan di daerab daerab lain yang mempunyai tingkat kemudahan yang rendab terhadap penggunaan angkutan
umum. Secara keseluruhan sistem rute menjadi tidak efektif dan efisien. Pada kelompok yang kedua, di lain piliak, karena pemhentukannya secara simultan dan diJakukan oleh pengelola skala hesar ataupun sekelompok pengelola individual, maka
jaringan rute yang terbentuk biasanya merupakan jaringan rute yang komprehensif dan integral. Hal ini dim.un~ karena pembentukan yang seeara simultan ini biasanya didahului dengan pereneanaan yang matang dan komprehensif. Dalam jaringan rute seperti ini. keterkaitan antar individual rute sangatlah kentara, sehingga penurnpang dengan mudah dapat menggunakan sistem jaringan rute yang ada untuk kepentingan mobilitas mereka Selain i~ pembentukan jaringan rute seeara keseluruhan biasanya didasarkan pada kondisi tats guna tanah secara keseluruhan pula Semua potensi pergerakan betul-betul diantisipasi sedemikian schingga tingkat aksesihilitas setiap daerab perkotaan cukup merata. Orang
dengan mudah menggunakan angkutan umum di manapun dia berada untuk tujuan ke manapun yang diinginkan. Dengan demikian. secara keseluruhan. sistem jaringan rute angkutan umwn menjadi efektif dan efisien. III. Melodologi
__ ·_--_·_----------_·_--------------------
r~··_··
ASpCk KQwilayahan: i , 1,',:" !{\J,l,',t,l 2\ K""':II~I 1"",,1< 'I(:~rll';
KOJllJisi Jaril1!FIIl
Trilnsporlilsi:
1, f\"dl-.."Idll
~',
T c-.I""",;I
ldentifikasl A1tematif Lokasl Tarmlnal
Kajian Permlnlaan (Demand)
Kajian Jasa Tarmlnal
Rckolllcndasi: s,,,!,e"~lllp,,,
1(:"""1-1'
5
Simposium XI FSTPT, Universitas Dlponegoro Semarllng, 29-30 Oklober 2008
IV. BASIL DAN DlSKUSI
4.1.
Kajian Permintaan
Dalam studi ini, pemodelan menggunakan pemodelan kebutuhan transportasi empat tahap (four stage transport demand modef). Analisis demand dilakukan hanya untuk pennintaan transportasi jalan raya. Dalam studi ini, yang ditinjau hanya jaringan jalan nasional dan provinsi dalam wilayah provinsi NAD. Secara umwn metodc yang digunakan adalah 4 Tahap Perencanaan Transportasi. Kajian permintaan perjalanan penumpang di daerah ini dilakukan
berdasarkan data sosio ekonomi daerah Provinsi NAD yang dimodelkan. Hasil Pemodelan deogan meoggunakan piranti lunaI< SATURN didapat hasil dalam hentuk desire line dan desire flow pada tahun tinjauan dapat dlihat pada Gambar 4.1 sampai dengan Gambar 4.2.
2007
2011
2021
2040
Kelemngan gambar (smpJ1lnri) 40.000
-........lO.ooo .
A
~o Gambar 4.1 Desire line pada tahun prediksi
6
SimposlJlm Xl FSTPT. UnWeTSltas Diponegoro Semarang, 29-30 Oktober 2008
.....nlrD ...o n.,.. ..
...... l",,"
D~r"
24_"_"
2007
......00 ....0
"co"
......0" ......
noa"
D... u ..... ~l ...
n
2S_ .._ , .
2011
D.. r" .... ~I ..R"
25 ..
7
2021
.... nUo ...... """b D .. ru ... .t~.. n
24_ 4_ ,.
2040
Keterangan Gambar (smp{hari) 100.000
o Gambar 4.2 Desire flow pada tahun rencana 4.2.
Analisis Kebuluban Terminal
lndikasi kebutuban pengembangan terminal penumpang tersebut terkait dengan basil prediksi pergerakan penumpang antar daeraiJ (kabupatenlkota) hingga tahun 2020 seperti yang dapat ditunjnkkan dalam Gambar 4.3. Gambar 4.3 menunjnkkan sirnpul-sirnpul wilayah (kabupatenlkota) yang memiliki pola pergerakan penumpang berdasarkanjumlah pergerakan I perjalanan penumpang per hari. Hasil analisis prediksi pergerakan penumpang antar kabupatenlkota yang ditunjukkan dalarn Gambar 4.3 ternebut memperlihatkan potensi pergerakan penumpang per bari pada daerah daerah kabupatenlkota pada jalur lintas utara-timor provinsi NAD dengan angka pergerakan penumpang (total kedatangan dan keberangkatan) di atas 5.000 penumpang per bari. Hasil analisis ini mengindikasikan bahwa daerah-daerah pada lintas utara-timur tersebut merupakan daerah potensial bagi pengembangan rasilitas pendukung transportasi darat yang berfungsi sebagai simpul-simpul pergerakan penumpang berupa terminal bus.
7
Simposillm Xl FSTPT, Universitas Dlponegoro Semorong, 29-30 Oktober 2008
•
.-
. {,. ,. ...... ••
~
'.
...,...~ :,~-<.lt
"
-"':.:~;.;>.".
t
Gambar 4.3 Potensi Daerab Berdasarkan Prediksi Pergerakan Penumpang (Asal-Tujuan) hingga 2020
Untuk. penentuan tipe terminal dilakukan analisis berdasarkan potensi dan prediksi pergerakan penumpang yang arla di lokasi kajian dengan mempertimbangkan juga aspek lain seperri lingkungan dan ketersediaan laban. Hasil analisis ditunjukkan dalam gambar 4.4. pada halaman berikut ini.
8
S/mpos/Ilm Xl FSTPT, Universitas Dlponegoro Semarang. 29-30 Oktober 2008
•
-'¢-.
_till' 'IG III t-...a.
~
".
(jl
e~n~:;'~o""'j_I'-
==
BB
I!!I!I
_.lSI
~
~
Ii!! E!!I!I e!I!
_::co e. _ _
o•• e._l'XI
_c. ........ =
~
...c._.P.. . .
. ... .',. '~~~~ .
"&-
• l.~ ;,~~~
":
.
Gambar 4.4 Sebaran Lokasi Potensi Pengembangan Terminal berdasarkan tipenya dan rencana pengembangan di Provinsi NAD
5.
Kesimpulan
Dari pembabasan tentang data dan analisis yang telab dilakukan maka dapat diambil beberapa kesimpulan: •
•
Dengan semakin berkembangnya wilayah di Provinsi NAD, mengakibatkan semakin meningkatnya pergerakan pend¥duknya baik di dalam wilayab ito sendiri maupun pergerakan ke luar wilayab (teridentifikasi dari hasil survai Lalu Lintas yang ada). Untuk menunjang pergerakan tersebut, maka dibutuhkan sebuah tenninal yang representatif.
9
..
SimposiJIm XI ESTPT. Un;lIersit(J$ Diponegoro Semarang, 29-30 Oktober 2008
Karenanya, keberadaan sebuah tennin; angkulan umum terutama tipe B dan tipe C sangal dipelukan di wilayab ini. • Penentuan lokasi terminal ditiap wialyah kabupaten harus dilakukan dengan mempertimbangkan prakiraan perPindaban orang menurut asal tujuan perjalanan; dan arab dan kebijaksanaan pcranan transportasi di jalan dalam keselnruban moda transportasi;
rencana kebutuhan lokasi simpuI dan reneana kebutuhan ruang lalu-lintas. Jadi dalam penentuan lokasi tenninal. ini juga hams mempetimbangkan reneana umwn tata mang, keterPaduan dengan moda transportasi lain dan kelestarian lingkungan. 6. DAFfARPUSTAKA I. Black, JA (1981), Urban Transport Planning: Theory and Practice, London, Cramm Helm.
2.
3. 4. 5. 6.
Calanese JA dan I.C. Snyder, (1996), Perencanaan Kola, Erlangga, Jakarta. Mor1o~ E. K., (1978), Introduction To Transportation Engineering and Planning, McGraw-Hill, Inc. Orl=lr, J.D. dan Willumsen, L.G. (1994), Modelling Transport, Second Edition, John Wiley and Sons Ltd. Riyadi dan D.S. Bratakusumab, (2005), Perencanaan Pembangunan Daerah, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Tamin, O.Z., (2001), Peran Prasarana Transpor/asi Jalan da/am Menunjang Olonam; Daerah, Seminar Sehari Teknik Sipil, Uotar, Jakarta. T~ OZ. (2003), Perencanaan dan Pemodelan Transpor/asi: Con/oh Soal dan Aplikasi,
Penerbit ITB, Bandoog. 7. Tamin, O.Z., dan R.B. Frazilla (1997), Penerapan Konsep Interaksi Tata Guna Lahan Sis/em Transporlasi Da/am Perencanaan Sis/em Jaringan Transporlasi. Jumal Perencanaan Wilayab dan Kola Vol 8 no. 3, lnstitut Teknologi Bandoog. 8. Vliet, D.V., (1995), SATURN User's Manual, ITS, The University of Leeds. . 9. Badan Litbang Perhubungan (2001) Konsepsi Penyusunan Tatrawil Provinsi, Departemen Perhuboogan RI. 10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: KM 49 Taboo 2005 Tentang Sistem Transpor/asi Nasional (Sistranas). 11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1992 Tentang Prasarana dan Angkutan Ja/an 12. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor II Taboo 2006 Tenlang Pemerintahan Aceh. 13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Taboo 2007 Tenlang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasion~/ 2005-2025.
10