79
PERTUMBUHAN DAN KANDUNGAN TOTAL FILANTIN & HIPOFILANTIN MENIRAN HIJAU (Phyllanthus niruri L.) DAN MENIRAN MERAH (Phyllanthus urinaria L.) PADA BERBAGAI CARA PEMUPUKAN Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh berbagai cara pemupukan terhadap pertumbuhan dan kandungan filantin dan hipofilantin dua jenis meniran (Phyllanthus niruri L. dan Phyllantus urinaria L.) Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB di Babakan Sawah Baru, Bogor, Jawa Barat dengan ketinggian 250 m dpl dari dari bulan Pebruari sampai dengan Mei 2010. Percobaan disusun berdasarkan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah Pemupukan (P) yang terdiri dari tanah (P0 = tanpa pupuk), pupuk kandang (P1), pupuk NPK (P2), pupuk kandang + pupuk NPK (P3). Faktor kedua adalah jenis meniran (M) yang terdiri dari M1 = meniran hijau (Phyllantus niruri L.) asal Bangkalan (A6), M2 = Meniran hijau (Phyllantus niruri L.) asal Gresik (A7), dan M3 = meniran merah (Phyllanthus urinaria L.) asal Bangkalan (A13). Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk menghasilkan pertumbuhan dan produksi biomassa yang tinggi, aksesi meniran hijau (A6 dan A7) membutuhkan pemberian pupuk berupa kombinasi pemberian pupuk kandang + NPK. Meniran hijau (A7) membutuhkan pemberian pupuk kandang untuk menghasilkan kandungan total filantin tertinggi (0,17 % bobot kering) dan hipofilantin tertinggi (0,26% bobot kering). Meniran merah (Phyllanthus urinaria L.) membutuhkan pemberian pupuk kandang + NPK menghasilkan antosianin tertinggi (5.00 mg g-1). Kata kunci : meniran hijau, meniran merah, filantin, hipofilantin, antosianin
Abstract The objective of this research was to identify the effects of various ways of fertilizer on growth and phyllantin contents and also hypophyllantin of two species Phyllanthus (Phyllanthus niruri L. and Phyllantus urinaria L.) The research conducted at Lahan Penelitian IPB Babakan Sawah Baru, Bogor, West Java with an altitude of 250 m above sea level from February to May 2010. Experiment based on randomized block design (RGD) factorial which divided in two factors. The first factor is about the fertilization (P) that consist of soil (P0 = without fertilizer), manure (P1), fertilizer NPK (P2), manure + NPK fertilizer (P3). The second factor is the type meniran (M) which consists of M1 = green meniran (Phyllantus niruri L.) from Bangkalan (A6), M2 = green meniran (Phyllantus niruri L.) from Gresik (A7), and M3 = red meniran (Phyllanthus urinaria L.) from Bangkalan (A13). The results said that to increase growth and achieve high biomass production; green meniran (Phyllantus niruri L.) accession (A6 and A7) need a combination of fertilizer manure + NPK. Green meniran (A7) found to contain the highest amounts of phyllanthin (0.17% dry weight) and hypophyllantin (0.26% dry weight) with given of manure. On the other side, red
80
meniran (Phyllanthus urinaria L.) needs manure + NPK to produce the highest contain of anthocyanin (5.00 mg g-1). Key words: green meniran, red meniran, phyllantin, hypophyllantin, anthocyanin
Pendahuluan Produksi pada tanaman obat tidak hanya ditentukan oleh kuantitas produksi, tetapi juga oleh kandungan bioaktif yang terdapat di dalam tanaman. Kandungan bioaktif berhubungan dengan kandungan metabolit sekunder yang dihasilkan dari perubahan metabolit primer dalam metabolit sekunder. Kandungan dan jumlah metabolit primer dan sekunder sebagai komponen produksi dalam tanaman obat dipengaruhi oleh unsur hara yang diserap tanaman. Kecukupan jumlah dan jenis unsur hara dalam bentuk pupuk maupun yang alami dari tanah sangat menentukan dalam pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman yang optimal. Menurut Fageria (2009) Kebutuhan jumlah hara makro yang lebih tinggi berhubungan dengan perannya dalam pembentukan karbohidrat, protein daan lemak. Sedangkan hara mikro berperan paling besar dalam proses enzimatis dalam tanaman. Jumlah metabolit sekunder dalam tanaman obat dipengaruhi oleh jenis dan jumlah unsur hara (Saharkhiz dan Omidbaigi 2008). Winarto (2003) menyatakaan, pengaruh ini bisa berupa peningkatan dan penurunan dan diduga akan mengakibatkan perubahan efek atau khasiat tanaman obat. Menurut Indriani (2002) aplikasi pupuk kandang ke lahan-lahan pertanian memberikan keuntungan antara lain : memperbaiki struktur tanah, sumber unsur hara bagi tanaman, menambah kandungan humus atau bahan organik dalam tanah, meningkatkan aktivitas jasad renik, meningkatkan kapasitas menahan air, mengurangi erosi dan pencucian dan meningkatkan kapasitas tukar kation dalam tanah. Pemupukan dapat berupa pupuk organik maupun anorganik.
Menurut
Prasad dan Power (1997) pupuk organik meliputi bahan-bahan yang berasal dari tanaman atau hewan dalam berbagai bentuk berbeda dari dekomposisi yang ditambahkan ke tanah untuk memasok hara kepada tanaman dan memperbaiki sifat-sifat fisik tanah. Salah satu pupuk organik yang banyak digunakan adalah
81
pupuk kandang. Pupuk kandang memiliki kelebihan karena mengandung unsur hara yang cukup lengkap dan dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Aplikasi pupuk kandang 20 ton ha-1 dapat menambah jumlah hara dalam jumlah besar. Pupuk kandang juga mengandung hara mikro sehingga penggunaan secara berkesinambungan dapat mencegah defisiensi hara mikro akibat penggunaan pupuk anorganik dalam jumlah besar dan dalam jangka waktu lama. Pupuk anorganik memiliki kelebihan dibandingkan pupuk kandang, yaitu jumlah dan kandungan unsur hara yang sudah pasti sehingga jumlah yang diberikan ke dalam tanaman lebih akurat. Disamping itu ketersediaannya di tanah setelah aplikasi juga lebih cepat. Penggunaan pupuk organik sebagai sumber tunggal hara tanaman memiliki beberapa masalah. Kandungan hara yang rendah, beragam dan secara umum tidak seimbang agak menyulitkan dalam memenuhi ketersediaan hara yang tepat dan seimbang. Berdasarkan hal tersebut dan adanya pemikiran akan sistem pertanian berkelanjutan menimbulkan gagasan untuk memadukan penggunaan pupuk organik dan anorganik (Prasad dan Power 1997). Chand et al. (2001) menyatakan aplikasi hara secara terpadu mempunyai pengaruh yang baik untuk pertumbuhan, hasil dan kualitas tanaman. Peningkatan produksi dapat dilakukan melalui pemupukan. Djauharia et al. (1993) mendapatkan pertumbuhan dan produksi herba meniran meningkat dengan penggunaan 400 kg ha-1 Urea (46% N), 150 kg ha-1 SP-36 (36% P205) dan 200 kg ha-1 KCl (60% K20) serta pupuk kandang (pupuk organik) 20 ton per hektar. Namun belum diketahui peningkatan kandungan bioaktif tanaman karena pemupukan. Secara umum produksi bahan bioaktif merupakan perkalian antara bobot bagian tanaman yang dipanen dengan kandungan bahan bioaktifnya. Pemupukan lengkap NPK pada peppermint (Mentha piperita L.) meningkatkan tinggi dan bobot biomassa sebesar 18-79% sedangkan kadar minyak atsiri meningkat 23-86%. Pemupukan tanaman menthe juga meningkatkan kadar menthol dalam minyak menthe (Jeliazkova et al. 1999). Pupuk kalium dapat meningkatkan kadar pyrethrin yang berkorelasi dengan konsentrasi K dalam jaringan apical pada tanaman pyrethrum (Tanacetum cinerariifolium). Pengaruhnya berlangsung selama 2 musim. Sedangkan pupuk P meningkatkan bioaktif pyrethrum dan berkorelasi dengan peningkatan konsentrasi
82
P dalam tanah, dalam jaringan daun, produksi biomassa dan konsentrasi pyrethrin (Salardini et al. 2006). Pertumbuhan tanaman Datura inoxia meningkat dengan meningkatnya pemberian nitrogen dari 150 mg/l hingga 450 mg/l dan mengalami penurunan dengan kenaikan dosin 600 mg/l. Pemberian N dalam bentuk NH4 atau urea lebih memacu pertumbuhan dibandingkan dalam bentuk NO3. Dalam penelitian ini tidak ditemukan hubungan antara persentase N dalam organ tanaman dan konsentrasi alkaloid (Ruminska dan El Gamal 1978). Sedangkan pemupukan N pada medicinal pumpkin (Cucurbita pepo convar, pepo var styriaca) meningkatkan jumlah klorofil dan kandungan N daun dibandingkan tanaman yang tidak dipupuk N. Peningkatan klorofil dan N tertinggi pada dosis 225 dan 300 kg N/ha, sedangkan kandungan B-sitosterol tertinggi didapatkan pada dosis 75 kg N/ha (Aroiee dan Omidbaigi 2004). Lillo et al. (2008) melaporkan kandungan flavonoid meningkat sebagai respon kekurangan nitrogen dan posfor pada tanaman. Manipulasi senyawa ini kemungkinan dapat digunakan untuk mengontrol tingkat senyawa yang diinginkan dan memperbaiki kualitas tanaman. Enzim kunci dalam shikimate pathway yang merupakan penghasil prekusor untuk lintasan flavonoid, diatur transkripsinya sebagai umpan balik asam amino aromatik dan mungkin dikontrol redox melalui fotosintesis. Analisis transkripsi pada Arabidopsis menyimpulkan bahwa level transkripsi pada shikimate pathway yang dipengaruhi oleh hara lebih kecil dibandingkan dengan flavonoid pathway. Cyanidin dan turunan flavonol meningkat sebagai respon terhadap kekurangan nitrogen. Kaemferols merupakan flavanol dominan dalam daun Arabidopsis pada kondisi normal, tetapi akumulasi quercetin dapat ditriger oleh kekurangan nitrogen dengan kombinasi faktor-faktor abiotik. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemupukan terhadap pertumbuhan, produksi biomassa dan kandungan bioaktif antosianin, filantin dan hipofilantin dua jenis meniran.
83
Bahan dan Metode Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Sawah Baru IPB, Dramaga Kabupaten Bogor Jawa Barat dari bulan Pebruari 2010 sampai dengan Mei 2010. Analisis unsur hara tanah dan pupuk kandang dilakukan di Laboratorium Fisika dan Kimia Tanah Jurusan Ilmu Tanah Departemen Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB. Analisis NPK jaringan tanaman di Laboratorium Pusat Penelitian Tanah Bogor. Analisis antosianin di Laboratorium RGCI AGH IPB, analisis kandungan bioaktif filantin dan hipofilantin di Laboratorium Terpadu Pusat Studi Biofarmaka IPB.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian lapangan adalah biji dua jenis meniran yaitu meniran hijau asal Bangkalan, meniran hijau asal Gresik dan meniran merah asal Bangkalan, pupuk NPK terdiri dari 400 kg ha-1 Urea (46% N), 150 kg ha-1 SP-36 (36% P205) dan 200 kg ha-1 KCl (60% K20). Pupuk kandang (kotoran ayam) 20 ton per hektar, dan pestisida hayati. Bahan yang dipakai untuk analisis di laboratorium adalah : satu set bahan untuk analisis unsur hara, analisis antosianin, klorofil dan analisis kandungan total filantin dan hipofilantin. Alat yang dipakai dalam percobaan di lapangan adalah, satu set peralatan untuk penanaman, pengamatan dan satu set alat tulis. Sedangkan alat yang digunakan dalam analisis laboratorium adalah satu set peralatan analisis unsur hara, analisis antosianin, klorofil dan analisis kandungan total filantin dan hipofilantin.
Metodologi Penelitian Penelitian disusun berdasarkan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama adalah Pemupukan (P) yang terdiri dari tanah (P0 = tanpa pupuk), pupuk kandang (P1), pupuk NPK (P2), pupuk kandang + pupuk NPK (P3). Faktor kedua adalah jenis meniran (M) yang terdiri dari M1 = meniran hijau asal Bangkalan (A6) M2 = Meniran hijau asal Gresik (A7) dan M3 = meniran merah asal Bangkalan (A13). Terdapat 12 kombinasi
84
perlakuan yang diulang 3 kali sehingga secara keseluruhan terdapat 36 kombinasi perlakuan. Model linier rancangan yang digunakan adalah : Yijk
= μ + ά i + β j + (ά β )ij + έ ijk
Yijk
= nilai pengamatan karena adanya pengaruh pemupukan ke-i atau jenis meniran ke-j pada kelompok ke-k
μ
=
nilai rata-rata hasil pengamatan untuk setiap satuan percobaan
ά i
=
nilai pengamatan karena pengaruh perlakuan pemupukan ke-i
β j
= nilai pengamatan karena pengaruh perlakuan jenis meniran ke-j
(ά β )ij = nilai pengamatan karena pengaruh interaksi pemupukan ke-i dan jenis meniran ke-j έ ijk
= pengaruh galat pada perlakuan pemupukan ke-i, jenis meniran ke-j dan kelompok ke-k
i
= 1,2,3,4 untuk perlakuan pemupukan
j
= 1,2,3 untuk perlakuan jenis meniran
k
= pengaruh ulangan/kelompok Data pengamatan diuji keragamannya. Analisis sidik ragam menggunakan
software SAS 9.1, jika berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5% (Steel dan Torrie 1993; Mattjik dan Sumertajaya 2002). Persiapan Media Tanam Tanah dikeringanginkan dan diayak. Sebagian tanah dipisah, sedangkan sebagian yang lain dicampur dengan dengan pupuk kandang ayam sebanyak 10 ton hektar-1. Pupuk NPK diberikan dalam bentuk 400 kg Urea hektar-1, 150 kg SP36 hektar-1 dan 200 kg KCl hektar-1. Pupuk kandang dan SP-36 diberikan seluruhnya pada waktu tanam sedangkan urea dan KCl diberikan dua kali yaitu pertama pada saat tanaman umur 1 bulan setelah tanam dan kedua pada saat umur tanaman 1.5 bulan setelah tanam. Masing-masing perlakuan dimasukkan ke dalam polibag ukuran (25 x 30) cm. Dilakukan inkubasi selama 7 hari.
85
Biji meniran yang didapat dari eksplorasi di Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Gresik dikeringanginkan selama 24 jam, kemudian disemai. Media semai berupa campuran antara tanah, sekam dan kompos dengan perbandingan 1:1:1. Biji yang disemai ditutup dengan kompos agar tidak mudah diterbangkan angin. Selanjutnya media disiram air. Untuk menjaga kelembaban, persemaian ditutup dengan plastik bening tembus cahaya. Wadah diletakkan ditempat yang ternaungi. Setelah tumbuh kecambah, tutup plastik dibuka. Dilakukan pemeliharaan sampai bibit siap untuk dipindahkan ke polibag. Bibit yang dipindah telah mempunyai minimal empat daun majemuk. Kegiatan pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyiangan gulma dan pencegahan hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi atau sore hari selama satu bulan pada awal penanaman dengan asumsi tidaak ada hujan. Selanjutnya penyiraman dilakukan sesuai dengan keperluan. Pengendalian hama dan penyakit dengan insektisida organik. Pengendalian gulma dilakukan dengan cara penyiangan.
Pengamatan 1. Tinggi tanaman (cm) diukur dari pangkal batang sampai ujung pucuk tanaman, diamati setiap 2 minggu. 2. Jumlah daun majemuk, dihitung bila daun telah membuka sempurna, diamati setiap 2 minggu. 3. Jumlah cabang, dihitung setiap 2 minggu. 4. Diameter batang (mm), diamati pada tanaman yang sudah dipanen dengan cara mengukur panjang diameter pada sisi tengah batang dengan menggunakan jangka sorong digital. 5. Produksi biomassa basah (g), diamati pada akhir percobaan dengan cara menimbang dengan timbangan neraca analitik bobot basah akar, daun dan batang. 6. Produksi biomassa kering (g), diamati pada akhir percobaan dengan cara menimbang
dengan timbangan neraca analitik bagian akar, daun dan
batang yang telah dioven pada suhu 105oC selama 24 jam. 7. Analisis kesuburan tanah sebelum percobaan. Disajikan pada Lampiran 6.
86
8. Analisis kandungan N,P dan K pada pupuk kandang kotoran ayam yang digunakan. Disajikan pada Lampiran 7. 9. Analisis jaringan tanaman tanaman untuk penetapan N (metode Kjedahl), penetapan P dan K (metode pengabuan kering). Disajikan pada Lampiran 8. 10. Analisis antosianin daun. Sampel daun adalah daun yang telah terbentuk sempurna dan daun yang terkena matahari secara langsung. Sampel diambil pada akhir penelitian. Analisis menggunakan metode Yosida et al. (1976) yang telah dimodifikasi (Sims dan Gamon 2002). Disajikan pada Lampiran 2. 11. Analisis High Performance Liquid Chromatography (HPLC) kandungan total filantin (% bobot kering) dan hipofilantin (% bobot kering) berdasarkan Tripathi et al. (2006) yang dimodifikasi. Prosedur analisis : 1 gram sampel kering meniran yang telah dihaluskan diekstraksi dengan metanol (3 x 10 ml masing-masing 10 jam) pada suhu kamar (25 ± 5oC), selanjutnya disaring untuk mendapatkan filtrat yang ditera menjadi 50 ml. Analisis HPLC : menggunakan Shimadzu (Tokyo, Japan) model LC 20AD yang dilengkapi dengan dioda Shimadzu SPD-M20A dilengkapi PAD (Photodiode Array Detector) untuk menentukan kemurnian puncak dan kesamaan uji lignan. Kolom menggunakan LiChroCART®250-4RP18e(5μ m). Penyaringan menggunakan nylon membrans filter 0.45 μ m x 47 mm. Panjang gelombang deteksi 220 nm. Volume injeksi untuk standar dan sampel 20 μ L.
Kromatografi hasil analisis HPLC dan contoh
perhitungan disajikan pada Lampiran 9.
87
Hasil dan Pembahasan Pertumbuhan tanaman Perlakuan pemupukan dan jenis meniran berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang dan diameter batang (Tabel 22). Tanaman meniran yang diberi pupuk menunjukkan peningkatan jumlah cabang dan diameter batang. Pada keadaan tanpa pupuk, rata-rata jumlah cabang sebesar 45.56 dengan diameter batang sebesar 4.07 mm lebih rendah dan berbeda nyata dengan jumlah cabang dan diameter batang pada tanaman yang diberi pupuk kandang sebesar 73.56 dan 5.41 mm, pupuk NPK sebesar 101.78 dan 5.97 mm, dan pupuk kandang + NPK sebesar 129.94 dan 7.49 mm.
Tabel 22
Pengaruh pemupukan terhadap jumlah cabang dan diameter batang dua jenis meniran umur 10 minggu setelah tanam Perlakuan Peubah pengamatan Jumlah cabang Diameter batang (mm) Jenis Meniran
Hijau asal Bangkalan (A6)
112.54 a
6.59 a
Hijau asal Gresik (A7)
79.38 b
6.89 a
Merah asal Bangkalan (A13)
71.21 b
3.73 b
Tanpa pupuk
45.56 c
4.07 c
Pupuk kandang
73.56 b
5.41 b
Pupuk NPK
101.78 a
5.97 b
Pupuk kandang + NPK
129.94 a
7.49 a
Pemupukan
Keterangan : angka rata-rata pada satu kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada ά : 0.05.
Pemberian pupuk NPK dan pemberian pupuk kandang + NPK menghasilkan jumlah cabang yang tidak berbeda nyata. Demikian pula dengan pemberian pupuk kandang maupun pemberian pupuk NPK menghasilkan diameter batang tidak berbeda nyata. Pemberian pupuk kandang + NPK menunjukkan penambahan jumlah cabang dan diameter batang yang maksimal. Pada Tabel 22 dapat dilihat, meniran hijau asal Bangkalan mempunyai jumlah cabang maksimal (112.54) dan berbeda nyata dengan meniran hijau asal
88
Gresik (79.38) dan meniran merah asal Bangkalan (71.21). Sedangkan meniran hijau asal Gresik mempunyai diameter batang terbesar (6.89 mm) dan tidak berbeda nyata dengan meniran hijau asal Bangkalan (6.59 mm). Meniran merah asal Bangkalan mempunyai diameter batang terkecil (3.73 mm). Meniran hijau asal Bangkalan dan Gresik secara umum menunjukkan pertumbuhan vegetatif yang lebih baik dibandingkan meniran merah. Diduga hal ini berhubungan dengan kemampuan menggunakan unsur hara yang ada secara efektif dan efisien. Meniran hijau menunjukkan kemampuan untuk menggunakan hara nitrogen, fospor dan kalium yang lebih tinggi dibandingkan dengan meniran merah.
Tabel 23 Interaksi pemupukan terhadap tinggi tanaman dua jenis meniran umur 4 minggu setelah tanam Jenis Meniran Pemupukan Hijau asal Hijau asal Merah asal Bangkalan Gresik Bangkalan (A6) (A7) (A13) Tanpa pupuk 13.73 de 13.33 de 6.40 f Pupuk kandang
18.20 cd
21.67 bc
8.53 ef
Pupuk NPK
26.67 ab
25.80 ab
9.27 ef
Pupuk kandang + NPK
31.53 a
30.87 a
11.93 ef
Keterangan : Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada ά : 0.05.
Hasil analisis statistik menunjukkan pada umur 4 MST terjadi interaksi antara pemupukan dengan jenis meniran terhadap tinggi tanaman. Tabel 23 menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata diantara jenis meniran terhadap perbedaan pupuk yang diberikan. Pada 4 MST tinggi tanaman yang tertinggi (31.53 cm) ditemukan pada meniran hijau asal Bangkalan dengan pemberian pupuk kandang + NPK diikuti meniran hijau asal Gresik dengan pemberian pupuk kandang + NPK (30.87 cm), meniran hijau asal Bangkalan dan Gresik dengan pemberian pupuk NPK (26.67 cm; 25.80 cm). Pemberian pupuk pada meniran hijau meningkatkan tinggi tanaman. Hal ini berkaitan erat dengan jumlah hara yang meningkat dan serapan hara yang relatif meningkat pula. Meniran merah asal Bangkalan tanpa pemupukan mempunyai tinggi tanaman terendah (6.40 cm).
89
Demikian juga dengan meniran hijau asal Bangkalan dan Gresik tanpa pemupukan mempunyai tinggi tanaman yang rendah (13.73 cm; 13.33 cm). Terdapat perbedaan pengaruh yang nyata antara pemberian pupuk pada meniran hijau dibandingkan meniran merah. Sebaliknya pada berbagai perlakuan pemupukan, meniran hijau asal Bangkalan menunjukkan pengaruh tidak berbeda nyata dengan meniran hijau asal Gresik. Hasil sidik ragam menunjukkan jenis meniran dan pemupukan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun majemuk. Pada 2 MST terdapat interaksi antara jenis meniran dengan pemupukan terhadap jumlah daun majemuk (Tabel 24). Interaksi antara pemupukan dengan jenis meniran terhadap jumlah daun majemuk menujukkan meniran hijau asal Gresik yang diberi pupuk kandang + NPK mempunyai jumlah daun majemuk terbanyak (21.13) diikuti meniran hijau asal Bangkalan dengan pemberian pupuk yang sama (18.93). Meniran merah asal Bangkalan menunjukkan jumlah daun majemuk lebih sedikit dan terendah pada perlakuan tanpa pemupukan (5.60; 5.73; 7.13; 8.00).
Tabel 24 Interaksi pemupukan terhadap jumlah daun majemuk dua jenis meniran umur 2 minggu setelah tanam Jenis Meniran Pemupukan Hijau asal Hijau asal Merah asal Bangkalan Gresik Bangkalan (A6) (A7) (A13) Tanpa pupuk 10.07 efg 8.00 fgh 5.60 h Pupuk kandang 11.67 def 13.27 cde 5.73 h Pupuk NPK 15.47 bcd 16.07 bc 7.13 gh Pupuk kandang + NPK 18.93 ab 21.13 a 8.00 fgh Keterangan :
Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada ά : 0.05.
Kandungan NPK pada jaringan tanaman Gambar 16 menunjukkan bahwa pemberian pupuk meningkatan kadar hara N,P dan K pada jaringan tanaman semua jenis meniran. Meniran hijau asal Bangkalan yang diberi pupuk kandang + NPK mempunyai kadar hara N, P dan K yang lebih tinggi (2.31%; 0.35%; 2.36%), meniran hijau asal Gresik yang diberi
90
pupuk kandang +NPK mempuny nyai kadar hara N,P dan K pada jaringan tanaman an yang lebih tinggi (3.04%; 0.32%; 2%; 2.45%). Meniran merah asal Bangkalan yang ang diberi pupuk kandang + NPK m mempunyai kadar hara N, P dan K lebih tingg ggi (2.88%; 0.34%; 2.15%) diband ndingkan dengan berbagai perlakuan pemupukan kan lainnya.
Persen (%)
4 3 2 1
Nitrog rogen
0
Fospor por Kalium ium
Kom ombinasi Perlakuan
Gambar 17 Kandungann hara N,P dan K pada jaringan tanaman meniran iran hijau dan me meniran merah dengan perlakuan pemupukan (data ata tidak dianalis alisis). Meniran hijau asal Gres Gresik dengan pemberian pupuk kandang + NPK mempunyai kadar hara N (3.04%) 4%) dan K (2.45%) tertinggi, sedangkan meniran iran hijau asal Bangkalan yang diberi eri pupuk kandang + NPK mempunyai kadar hara ara fospor tertinggi (0.35%). Men eniran merah asal Bangkalan dengan berbaga gai kombinasi pemupukan menunjuk ukkan kadar hara K terendah .
Bobot Basah Tanaman menunjukkan pemupukan dan jenis meniran ran Hasil sidik ragam me hadap bobot basah batang, bobot basah akar dan berpengaruh sangat nyata terhad dangkan jenis meniran pengaruhnya tidak berbeda eda bobot basah total tanaman. Seda akar. Ada interaksi antara jenis meniran dengan gan nyata terhadap bobot basah aka sah batang. pemupukan terhadap bobot basah
91
Tabel 25
Interaksi pemupukan terhadap bobot basah batang dua jenis meniran umur 10 minggu setelah tanam Jenis Meniran Pemupukan Hijau asal Hijau asal Merah asal Bangkalan Gresik Bangkalan (A6) (A7) (A13) Tanpa pupuk 2.76 e 2.14 e 1.67 e Pupuk kandang
6.36 dc
3.13 e
2.18 e
Pupuk NPK
9.34 abc
7.37 bc
2.73 e
Pupuk kandang + NPK
13.40 a
10.32 ab
3.40 de
Keterangan :
Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada ά : 0.05.
Meniran hijau asal Bangkalan dengan pemberian pupuk kandang + NPK mempunyai bobot basah batang maksimal (13.40 g tanaman-1) diikuti meniran hijau asal Gresik dengan pemberian pupuk kandang + NPK (10.32 g tanaman-1) dan meniran hijau asal Bangkalan yang diberi pupuk NPK (9.34 g tanaman-1). Secara umum, meniran hijau menunjukkan penambahan bobot basah batang dengan adanya penambahan pemberian pupuk NPK dan pupuk kandang + NPK. Meniran merah asal Bangkalan tanpa pemupukan mempunyai bobot basah batang (1.67 g tanaman-1) terendah dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan pemberian pupuk kandang (2.18 g tanaman-1), pupuk NPK (2.73 g tanaman-1) maupun pemberian pupuk kandang + NPK (3.40 g tanaman-1). Sedangkan meniran hijau asal Gresik mempunyai pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap bobot basah batang antara perlakuan tanpa pemupukan dengan perlakuan pemberian pupuk kandang saja. Meniran hijau asal Bangkalan mempunyai bobot basah batang terendah pada perlakuan tanpa pemupukan (1.67 g tanaman-1). Tanaman membutuhkan unsur hara seiring dengan meningkatnya pertumbuhan. Kekurangan unsur hara esensial akan menghambat proses metabolisme primer dan sekunder yang berlangsung dalam tanaman.
92
Tabel 26
Pengaruh pemupukan terhadap bobot basah akar, daun dan total dua jenis meniran umur 10 minggu setelah tanam Peubah pengamatan Perlakuan Bobot basah Bobot basah Bobot basah akar daun total (g tan-1) (g tan-1) (g tan-1) Jenis Meniran
Hijau asal Bangkalan (A6)
5.50
10.76 a
24.22 a
Hijau asal Gresik (A7)
6.46
8.59 b
20.79 a
Merah asal Bangkalan (A13)
5.88
7.62 b
15.99 b
Tanpa pupuk
3.43 c
4.87 c
10.49 d
Pupuk kandang
5.18 b
6.76 c
15.83 c
Pupuk NPK
6.55 b
9.96 b
22.99 b
Pupuk kandang + NPK
8.62 a
14.37 a
32.03 a
Pemupukan
Keterangan : Angka rata-rata pada satu kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada ά : 0.05.
Meniran hijau asal Bangkalan mempunyai bobot basah daun (10.76 g tanaman-1) dan bobot basah total (24.22 g tanaman-1) tertinggi. Bobot basah total meniran hijau asal Bangkalan tidak berbeda nyata dengan bobot basah total (20.79 g tanaman-1) meniran hijau asal Gresik. Sedangkan bobot basah daun (7.62 g tanaman-1) terendah terdapat pada meniran merah asal Bangkalan dan tidak berbeda nyata dengan bobot basah daun (8.59 g tanaman-1) meniran hijau asal Gresik. Perlakuan pemupukan meningkatkan bobot basah akar, bobot basah daun dan bobot basah total tanaman. Bobot basah akar (8.62 g tanaman-1), bobot basah daun (14.37 g tanaman-1) dan bobot basah total (32.03 g tanaman-1) tertinggi didapat pada pemberian pupuk kandang + NPK. Penambahan pupuk akan meningkatkan pertumbuhan tanaman. Unsur hara yang tersedia di dalam pupuk kandang ayam mengandung sejumlah unsur hara makro seperti N, P, K, Mg dan S sedangkan pupuk NPK yang ditambahkan menyediakan unsur hara makro esensial yang langsung tersedia. Semua unsur hara tersebut dibutuhkan tanaman dalam proses metabolisme (Marschner 1995). Nirwan (2007) mendapatkan peningkatan bobot basah tajuk yang dipengaruhi oleh pemupukan pada tanaman daun dewa.
93
Peningkatan bobot basah tajuk tertinggi dihasilkan pada penggunaan pupuk kandang ayam dan penambahan SO4.
Bobot Kering Tanaman Hasil sidik ragam menunjukkan jenis meniran dan pemupukan berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kering batang dan bobot kering total tanaman. Sedangkan bobot kering akar dan bobot kering daun pengaruhnya tidak berbeda nyata. Ada interaksi antara jenis meniran dengan pemupukan terhadap bobot kering batang.
Tabel 27 Interaksi pemupukan terhadap bobot kering batang dua jenis meniran umur 10 minggu setelah tanam Jenis Meniran Pemupukan Hijau asal Hijau asal Merah asal Bangkalan Gresik Bangkalan (A6) (A7) (A13) Tanpa pupuk 0.87 f 1.05 f 0.70 f Pupuk kandang
4.42 cde
1.78 ef
1.07 f
Pupuk NPK
7.09 abc
5.26 bcd
1.44 ef
Pupuk kandang + NPK
11.19 a
8.17 ab
2.10 def
Keterangan :
Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada ά : 0.05.
Tabel 27 menunjukkan meniran hijau asal Bangkalan dengan pemberian pupuk kandang + NPK mempunyai bobot kering batang (11.19 g tanaman -1) maksimal diikuti meniran hijau asal Gresik dengan pupuk kandang + NPK (8.17 g tanaman-1) dan meniran hijau asal Bangkalan dengan pupuk NPK (7.09 g tanaman-1). Meniran hijau asal Bangkalan mempunyai respon yang baik pada parameter bobot kering batang dengan adanya pemupukan baik dengan penggunaan pupuk kandang, pupuk NPK maupun gabungan keduanya. Meniran hijau asal Gresik memberikan respon yang baik terhadap pupuk NPK dan gabungan pupuk kandang + NPK pada bobot kering batang. Sedangkan bobot kering batang terendah (0.70 g tanaman-1) ditunjukkan meniran merah asal Bangkalan pada berbagai perlakuan pemupukan.
94
Tabel 28 Pengaruh pemupukan terhadap bobot kering akar, daun dan total dua jenis meniran umur 10 minggu setelah tanam Peubah pengamatan Perlakuan Bobot kering Bobot kering Bobot kering akar daun total (g tan-1) (g tan-1) (g tan-1) Jenis Meniran Hijau asal Bangkalan (A6)
3.47
6.95
16.31 a
Hijau asal Gresik (A7)
4.48
6.04
14.58 a
Merah asal Bangkalan (A13)
3.72
4.57
9.63 b
Tanpa pupuk
1.48 c
2.58 c
4.94 d
Pupuk kandang
3.21 b
4.17 c
9.81 c
Pupuk NPK
4.48 ab
6.59 b
15.67 b
Pupuk kandang + NPK
6.39 a
10.06 a
23.61 a
Pemupukan
Keterangan : Angka rata-rata pada satu kolom yang sama dan diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada ά : 0.05.
Berdasarkan Tabel 28 dapat dilihat bahwa perlakuan pemupukan berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar, bobot kering daun dan bobot total meniran. Perlakuan jenis meniran berpengaruh nyata terhadap bobot kering total dan tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar dan bobot kering daun. Pemberian pupuk kandang + NPK mempunyai bobot kering akar (6.39 g tanaman-1), bobot kering daun (10.06 g tanaman-1) dan bobot kering total (23.61 g tanaman-1) maksimal. Bobot kering akar maksimal pada perlakuan pemberian pupuk kandang + NPK tidak berbeda nyata dengan penggunaan pupuk NPK saja. Perlakuan tanpa pemupukan mempunyai bobot kering akar (1.48 g tanaman-1), bobot kering daun (2.58 g tanaman-1) dan bobot total tanaman (4.94 g tanaman-1) terendah dimana bobot kering daun tanpa pemupukan tidak berbeda nyata dengan perlakuan pemberian pupuk kandang. Meniran hijau asal Bangkalan mempunyai bobot total tanaman tertinggi (16.31 g tanaman-1) dan tidak berbeda nyata dengan bobot total (14.58 g tanaman1
) meniran hijau asal Gresik. Meniran merah asal Bangkalan mempunyai bobot
kering total (9.63 g tanaman-1) terendah (Tabel 28).
95
Hasil analisis statistik menunjukkan terjadi interaksi jenis meniran dengan pemupukan terhadap kandungan antosianin daun meniran umur 10 minggu setelah tanam. Tabel 29 Interaksi pemupukan terhadap kandungan antosianin daun dua jenis meniran umur 10 minggu setelah tanam Jenis Meniran Pemupukan
Tanpa pupuk Pupuk kandang Pupuk NPK Pupuk kandang + NPK Keterangan :
Hijau asal Bangkalan (A6) 2.38 cd
Hijau asal Gresik (A7) 2.07 d
Merah asal Bangkalan (A13) 2.37 cd
3.15 b
3.05 bc
2.71 bcd
2.60 bcd
3.25 b
2.94 bc
3.23 b
2.72 bcd
5.00 a
Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata dengan uji DMRT pada ά : 0.05.
Meniran merah asal Bangkalan dengan pemberian pupuk kandang + NPK mempunyai kandungan antosianin daun (5.00 mg g-1) tertinggi. Meniran hijau asal Gresik tanpa pupuk mempunyai kandungan antosianin (2.07 mg g -1) terendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meniran merah secara genetis mempunyai kandungan antosianin yang tinggi. Disamping itu peningkatan kandungan antosianin juga dipengaruhi oleh penambahan unsur hara melalui pemberian pupuk kandang + pupuk NPK. Berdasarkan hasil analisis kesuburan tanah dan kandungan hara pada pupuk kandang, ditemukan kandungan hara makro esensial yang terdiri dari N, P, dan K. Penambahan unsur hara makro N, P dan K melalui pemupukan semakin memberikan kecukupan hara bagi pertumbuhan tanaman. Unsur hara makro N, P dan K dalam tanaman secara bersama-sama berperan penting dalam pembentukan klorofil daun, pembentukan metabolit sekunder dan proses translokasi dalam tanaman (Marschner 1995, Malkin dan Niyogi 2000). Hornok (1992) menyatakan bahwa produksi senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid dipacu dengan adanya unsur S dalam tanaman. Sulfur dalam berntuk sulfat menstimulasi pembentukan senyawa asetil CoA yang memacu pembentukan senyawa golongan flavonoid.
96
Hasil Penelitian Mualim (2009) Produksi antosianin kolesom dipengaruhi oleh pemupukan. Pemupukan yang memberikan antosianin yang tertinggi dengan media tanah dan pupuk kandang adalah NK (100 kg urea ha-1 dan 100 kg KCl ha1
), dimana kalium merupakan faktor pembatas pada produksi antosianin.
Tabel 30
Kandungan total filantin dan hipofilantin dari tiga aksesi meniran pada berbagai perlakuan pemupukan Jenis meniran
Pemupukan
Hijau asal Bangkalan (A6)
Hijau asal Gresik (A7)
Merah asal Bangkalan (A13)
Filantin (%) Tanpa pupuk
0.060
0.140
0.002
Pupuk kandang
0.080
0.180
0.002
Pupuk NPK
0.050
0.060
0.001
Pupuk kandang +
0.090
0.070
0.001
NPK Hipofilantin (%) Tanpa pupuk
0.130
0.180
0.003
Pupuk kandang
0.100
0.260
0.002
Pupuk NPK
0.060
0.080
0.001
Pupuk kandang +
0.090
0.090
0.002
NPK
97
0.26
0.3
Persen (%)
0.25 0.2 0.15
0.18 0.14
0.17 0.08
0.1
0.06
0.05
0.09 0.07
Filantinn Hipofilant antin
0 Tanpa npa pupuk
Pupuk kandang
Pupuk NPK
Pupuk kandang + NPK
Pemupukan
Gambar 18
Kandungann total filantin dan hipofilantin meniran hija ijau asal Kabupatenn Gr Gresik pada berbagai perlakuan pemupukan.
Berdasarkan data yyang disajikan pada Tabel 30 dan Gambar 18, 8, belum terlihat pola penurunann maupun peningkatan kandungan total filanti ntin dan hipofilantin pada berbagai ai perlakuan pemupukan. Meniran hijau asal Ban angkalan dan Gresik menunjukkann kandungan total filantin dan hipofilantin yang ng lebih tinggi dibandingkan dengan gan meniran merah. Pemberian pupuk kkandang pada meniran hijau asal Gresik menunj unjukkan kandungan total filantin in yang tertinggi sebesar 0.18 % berat kerin ring dan hipofilantin tertinggi sebesa esar 0.26 % berat kering.
Simpulan 1. Meniran hijau m membutuhkan pemberian pupuk berupa kom ombinasi pemberian pupuk kkandang + NPK untuk menghasilkan pertumbuha uhan dan produksi biomassaa yyang tinggi 2. Meniran
hijau
m membutuhkan
pemberian
pupuk
kandangg
untuk
menghasilkan kandu ndungan total filantin dan hipofilantin yang tinggi. i. 3. Meniran merah me membutuhkan pemberian pupuk kandang + NPK K untuk menghasilkan kandu ndungan antosianin daun yang tinggi.