BABVll DISKUSI
7.1 Mixture Distribution dalam Satu Komponen Reliability intrinsik dart peralatan elektronik sangat berhubungan dengan kondisi
intrinsik dati komponen-komponen penyusun peralatan elektronik tersebut, antara lain desain komponen, material yang digunakan, proses yang harns dilalui, perakitan dan pengemasan. Reliability intrinsik mengacu pada kerusakan yang terjadi akibat kondisi pembebanan yang dialami oleh komponen-komponen dengan desain tertentu. Untuk memodelkan reliability intrinsik periu dilakukan Hfetest dengan menggunakan kondisi pembebanan yang konstan karen a reliability intrinsik ini sangat tergantung pada kondisi pembebanan dan lingkungan sekitar. Pada pengerjaan Tugas Akhir lni, lift test tidak dapat dilakukan karena tidak tersedianya laboratorium serta banyaknya biaya yang harns dikeluarkan untuk mengadakan lifetest tersebut Karena tidak dipertimbangkannya kondisi pembebanan yang konstan, maka dari histogram time to failure yang diplot dapat dilihat bahwa dalam satu komponen terdapat beberapa distribusi yang mix atau sering disebut dengan mixture distribution. Sebagai contoh, untuk komponen ABL PBT dapat dilihat bentuk histogramnya sebagai berikut:
ABLFE:rf
Gambar 7.1 Histogram Time To Failure ABL FBT
Pola distribusi yang tidak tunggal tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang berubah-ubah, misaluya saja cuaca dan naik turunnya tegangan listrik.
79
7.2 Penyimpangan Umur Pada Kelompok Kerusakan Availability Pada perhitungan umur komponen menurut keseriusan kerusakannya didapatkan bahwa umur terkecil ada pada kelompok availability yang pendugaan awalnya akan memiliki umur terbesar. Penyimpangan iui diakibatkan oleh komponen FUSE yang berfungsi untuk melokalisir kerusakan yang berhubungan dengan arus listrik. Sebagai contoh, pada saat RESISTOR tidak dapat menghambat tegangan menjadi sesuai dengan kebutuhan IC maka IC akan rusak dan FUSE akan putus supaya kerusakan tidak menyebar ke komponen yang lain. Penyimpangan iui diidentifikasikan sebagai akibat banyaknya komponen lain yang tidak dimasukkan dalam perhitungan akrena tidak tersedianya database yang memadai untuk pengumpulan keseluruhan data kerusakan komponen. Namun penyimpangan ini juga dapat dilihat sebagai satu keuntungan memasukkan FUSE dalam analisa, karena dari umur FUSE tersebut dapat diidentifikasikan ada komponen lain yang berpengaruh cukup siguifikan terhadap fungsi TV tapi tidak dimungkinkan untuk masuk dalam perhitungan karena minirnnya data.
7.3 Hubungan yang Kompleks antar Komponen Aktivitas FUSE yang berhubungan dengan komponen-komponen lain tersebut merupakan salah satu contoh betapa kompleksnya hubungan yang terdapat antara komponen-komponen dalan sebuah TV. Kekompleksan hubungan tersebut tidak dapat dimodelkan dalam waktu yang singht, karena ada banyak komponen yang menyusun fungsi sebuah TV tersebut. Membutuhkan waktu yang lama untuk memahami aktivitas dalam sebuah TV, namun bukan hal yang tidak mungkin dilakukan untuk memodelkan hubungan tersebut terutama jika dilakukan bersama dengan orang-orang yang memiliki dasar pengetahuan elektronik. Tidak dibuatnya bagan hubungan antar komponen tersebut mengakibatkan perhitungan umur TV dilakukan secara parsial, yaitu dengan mengambil umur terkecil komponen dalam kelompok kerusakan availability yang merupakan kelompok kerusakan paling serius.
7.4 Pertimbangan Tingkat Efisiensi Komponen untuk Implementasi Selling Use Dari keterangan yang dapat diperoleh dari Tekuisi LG Service Center yang menjadi narasumber utama, dapat dipahami bahwa selling use untuk peralatan elektronik haruslah mempertimbangkan efisiensi dari masing-masing komponen karena aktivitas komponen-
80
komponen tersebut terutama komponen-komponen yang berhubungan dengan listrik adalah aktivitas karakteristik, bukan aktivitas fisik. Pada saat mengimplementasikan
selling use, terutama untuk keputusan reuse efisiensi masing-masing komponen harns ditingkatkan. Misalnya saja resistor, dalam jangka waktu tertentu resistor tersebut belum mengalami kerusakan namun efisiensinya sudah menurun dari 100% menjadi 80%. Penurunan efisiensi tersebut akan berpengaruh banyak terhadap kualitas dari produkproduk reuse, yang tentu saja akan menurunkan image perusahaan. Sehingga perlu dipikirkan sebuah cara peningkatan efisiensi komponen menjadi as good as new.
7.5 Kesamaan Komponen dalam Beberapa Jenis TV mendukung ImpJementasi Selling Use Data yang didapatkan dari LG Service Center menunjukkan bahwa dari sekian banyak komponen TV, hanya beberapa komponen saja yang tidak dapat dicrossing dengan komponen sejenis. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5.5. Komponen-komponen yang tidak dapat dicrossing itu adalah :
1.
IC Veltical Out
2. IC Photo Coupler ,..,
-'.
ICSTR
11. FBT Orion CPT 12. Transfonner SMPS 13. Resistor Fusible
4. IC Orion CPT
14. Resistor Metal Oxide Film
5.
15. Push Switch
Diode Bridge
6. Transistor IS Toshiba
16. Socket CPT
7.
Capacitor 500 V M
17. Fuse
8.
Capacitor 250V MIPE
18. Thermistor
9. Capacitor 4KV ME
19. Varistor
10. Transfonner
Dengan melihat kenyataan bahwa ada banyak sekali komponen TV yang dapat
dicrossing dengan komponen TV jenis lain, maka kesernpatan untuk implementasi selling use menjadi semakin besar dan tidak terbatas pada satujenis dan merk TV saja.
81
7.6 Saran Penggunaan Activitity Based Costing untuk Penentuan Take Back Price Activity Based Costing atau ABC merupakan metode pengelompokan biaya yang dapat digunakan untuk menyederhanakan proses penghitungan biaya yaitu berdasarkan setiap aktivitas yang terjadi dalam sebuah proyek. Sistem ABC memiliki beberapa kelebihan bila dibandingkan dengan sistem estimasi biaya yang konvensional, antara lain: .:. Perbaikan kualitas pengambilan keputusan, karena informasi biaya proyek yang tersedia Iebm informatif sehingga mampu menghitung juga distorsi biaya akibat menggunakan ukuran berdasar volume produksi . •:.. Memungkinkan pihak manajemen me1akukan perbaikan secara terus-menerus terhadap kegiatan untuk mengurangi biaya overhead . ..:. Memberi kemudahan dalam penentuan biaya reI evan yang memberikan informasi reI even untuk pengambilan keputusan.
Berikut ini diberikan sedikit gambaran tentang biaya-biaya overhead yang mungkin terjadi dalam penenrapan selling use.
Tabe! 7.1 &timasi Biaya Overhead NO 1 2 3 4 5 6
7 8 9 10 11 12 13
BIAYA OVERHEAD Biaya pemeliharaan mcsin Biaya pemeliharaan inventaris Biaya pemeliharaan kendaraan Biaya depresiasi kendaraan Biaya depresiasi mesin Biaya asuransi mesin Biaya asuransi kendaraan Biaya bahan bakar Biaya tenaga ahli Biaya makan tenaga ahli Biaya administrasi tenaga ahli Biaya Iistrik Biaya transportasi
Perhitungan biaya overhead untuk proyek ini dapat dilakukan sebagai berikut :
1. pene1usuran biaya ke aktivitas terkait a. identifikasi dan klasifikasi aktivitas serta biaya yang terkait Dari daftar estimasi biaya overhead yang sudah dibuat terlebih dahulu dalam tabe1 7.1 tersebut dapat ditelususri kategori aktivitas dari masing-masing biaya,
82
apakah tennasuk unit level activities, batch level activities, facility level activities atau production level activities.
•
Batch level activities adalah aktivitas yang terjadi secara berulang-ulang setiap satu batch.
•
Unit level activities adalah aktivitas yang terulang setiap 1 kali proses produksi.
• Facility level activities adalah proses yang berkaitan dengan pabrik secara keseluruhan dan tidak berkaitan langsung dengan proses produksi. •
Production level activities adalah proses perbaikan dan perawatan mesin untuk mendukung berbagai produksi.
rabel 7.2 Klasifikasi biaya Overhead Kategori aktivitas Unit level activities
Facility level activities
Batch level activities
Production level activities
Biaya overhead Biaya listrik Biaya transportasi Biaya adm. tenaga ahl1 Biaya asuransi mesin Biava asuransi kendaraan Biava depresiasi mesin Biava depresiasi kendaraan Biaya tenaga ahli Biaya bahan bakar Biaya makan tena£a kerja ahli Biava pemeliharaan mesin Biaya pemeliharaan inventaris Biaya pemeliharaan kendaraan
83
b. menentukan cost driver untuk masing-masing aktivitas, yaitu sebagai berikut:
Tabel7.3 Penentuan Cost Driver Kategori aktivitas Unit level activities
Facility level activities
Batch level activities
Production level activities
Bia)'a overhead Biaya listrik Biaya transportasi Biaya adm. tenaga ahIi Biaya asuransi mesin Biaya asuransi kendaraan Biaya depresiasi mesin Biaya depresiasi kendaraan Biava tenaga ahli Biaya bahan bakar Biaya makan tenaga kerja ahli Biaya pemeliharaan mesin Biaya pemeliharaan inventaris Biaya pemeliharaan kendaraan
Cost driver Jam mesin Jarak Jam inspeksi Jammesin Jam mesin Jam mesin Jammesin Jam inspeksi Jam mesin Jam inspeksi Jam mesin Jam mesin Jam mesin
c. menentukan cost pool yang homogen Cost pool homogen dibuat untuk mengurangi pembentukan cost pool yang terIalu banyak karena aktivitas yang memiliki cost driver yang berhubungan satu dengan yang lainnya. Pembentukan cost pool tersebut adalah sebagai berikut :
rabel 7.4 Pembentukan Cost Pool
COST POOL HOMOGEN I 2
3
I i i
LEVEL ACTIVITIES UNIT LEVEL ACTIVITIES FACILITY LEVEL ACTIVITIES
4
BATCH LEVEL ACTIVITIES
5 6
I
I
PRODUCTION LEVEL ACTIVITIES
7
COST DRIVER Jam mesin Jarak Jam inspeksi Jam mesin Jam mesin Jam inspeksi Jam mesin
d. Penentuan pool rate dari masing-masing cost pool homogen. Pool rate iill diperoleh dengan membagi biaya-biaya pada sebuah cost pool denga cost driver yang digunakan pada cost pool tersebut. Tabel 7.5 Cost Pool Homogen J
Cost pool homogen 1
Biaya listrik Jumiah jam mesin Pool rate
Rp .... .... jam Biaya listrikljumlah jam mesin
84
Tabel7.6 Cost Pool Homogen 2
Cost pool homogen 2
Biaya adm. Tenaga ahli Jumlah jam inspeksi Pool rate
Rp .... .... jam Biaya adm. tenaga ahliljumlahjam inspeksi
Tabel 7. 7 Cost Pool Homogen 3
Biaya asuransi mesin Biaya asuransi kendaraan Biaya depresiasi mesin Biaya depresiasi kendaraan Total Jumlahjam mesin Pool rate
Cost pool homogen 3
(
Rp .... Rp .... Rp .... Rp .... Rp .... .... jam T otal/jumlah jam mesin
Tabel 7.8 Cost Pool Homogen 4
Cost pool homogen 4
Biaya bahan bakar Jumlah jam mesin Pool rate
Rp .... .... jam Biava bahan baker/jumlah jam mesin
Tabel7.9 Cost Poof Homogen 5
Cost pool homogen 5
Rp .... Rp: ... Rp.... .... jam Totalljumlah jam inspeksi
Biaya tenaga ahli Biaya makan tenaga ahli Total J umlah jam in~~ksi Pool rate
label 7.10 Cosr Pool Homogen 6
Cost pool homogen 6
Biaya pemeliharaan mesin Biaya pemeliharaan inventaris Biaya pemeliharaan kendaraan Total Jumlah jam mesin Pool rate
Rp .... Rp .... Rp .... RjL. .... jam Total/iumlahjam mesin
Tabel 7.11 Cos! Pool Homogen 7
I Cost pool homogen 7 I
Biaya transportasi Jarak Pool rate
Rp .... .... km Biaya transportasi/jarak
85
2. membebankan biaya~biaya aktivitas overhead tersebut ke produk. Dari pool rate di atas dapat diketahui biaya·biaya aktivitas untuk perhitungan biaya overhead dimana hasilnya adalah sebagai berikut : Biaya overhead == pool rate 1 + pool rate 2 + pool rate 3 + pool rate 4 + ...
... + pool rate 5 + pool rate 6 + pool rate 7 Dalam penelitian ini, dilihat bahwa ABC merupakan metode perhitungan biaya yang cukup efektif namun karena sedikitnya infonnasi tentang biaya·biaya yang harns dikeluarkan oIeh produsen, maka metode ini belum dapat diterapkan dalarn penelitian ini.
7.7 Saran Penggunaan Discounted Cash Flow
Dalam perhitungan dan analisa periode take back, akan lebih realistis jika selain menggunakan perhitungan umm produk melalui reliability analysis dengan weibull analysis digunakan juga discounted cash flow. Hal ini dikarenakan niIai dari uang akan
semakin kecil dari tahun-ke tahun sehingga nilai sebuah tahun juga akan menurun, karena alasan itulah tidak dapat digunakan nilai produk yang sama dan tahun ke tahun.
86