BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Bank 1. Pengertian Bank Lembaga
keuangan
perbankan
mempunyai
peranan
penting
dalam
perekonomian suatu negara. Perbankan mempunyai kegiatan yang mempertemukan pihak yang membutuhkan dana (borrower) borrower) dan pihak yang mempunyai kelebihan dana borrower (saver). saver). Abdurrachman (dalam Suyatno, 2002:1) mengatakan bahwa Bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, usaha-usaha bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai usaha perbankan, dan lain-lain. Sedangkan menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan pasal 1, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka r meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perbankan merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan bank, baik yang mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, maupun cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
6
7
2. Jenis Bank Jenis bank menurut Taswan (2010:8) adalah sebagai berikut: a. Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan, terdiri dari: 1) Bank Umum, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa lalu lintas pembayaran. Bank umum menjalankan seluruh fungsi perbankan, yaitu menghimpun dana, menempatkan dana dan memperlancar lalu lintas pembayaran giral. 2) Bank Perkreditan Rakyat(BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang ada dalam kegiatannya, tidak memberikan jasa lalu lintas pembayaran. BPR tidak diperbolehkan mengikuti kliring atau terlibat dalam transaksi giral.
b. Jenis bank dilihat dari fungsinya ada beberapa yaitu: 1) Bank Komersial, yaitu bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima deposito dalam bentuk deposito lancar (giro) dan deposito berjangka dan dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka pendek. 2)
Bank Pembangunan, yaitu bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima deposito dalam bentuk deposito berjangka dan atau mengeluarkan kertas berharga jangka menengah dan jangka panjang dan dalam usahanya terutama
memberikan kredit jangka menengah dan panjang dibidang
pembangunan. Bank pembangunan di Indonesia terdiri dari Bank Pembangunan Pemerintah, Bank Pembangunan Daerah, Bank Pembangunan Swasta, dan Bank pembanggunan Koperasi.
8
3) Bank Tabungan, yaitu bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima deposito dalam bentuk deposito tabungan dan dalam usahanya terutama dalam memperbungakan dananya dalam kertas berharga. Bank tabungan ini terdiri dari Bank Tabungan Negara, Bank Tabungan Swasta, Bank Tabungan Koperasi.
c. Jenis bank berdasarkan kepemilikannya: 1) Bank Pemerintah Pusat, yaitu bank-bank komersial, bank tabungan atau bank pembangunan yang mayoritas kepemilikannya berada ditangan pemerintah pusat. 2) Bank Pemerintah Daerah, yaitu bank-bank komersial, bank tabungan atau bank pembangunan yang mayoritas kepemilikannya berada ditangan pemerintah daerah. 3) Bank Swasta Nasional, yaitu bank yang dimiliki oleh warga Negara Indonesia. 4) Bank Swasta Asing, yaitu bank yang mayoritas kepemilikannya dimiliki oleh pihak asing. 5) Bank Swasta Campuran, yaitu bank yang dimiliki oleh swasta asing dan swasta domestik. d. Jenis bank berdasarkan kegiatan devisa: 1) Bank Devisa, yaitu bank yang memperoleh ijin dari Bank Indonesia untuk
menjual,
membeli
dan
menyimpan
devisa
serta
menyelenggarakan lalu lintas pembayaran dengan luar negeri. Contoh: Bank Mandiri, Bank BNI, dan Bank BCA.
9
2) Bank Non Devisa, yaitu bank tidak memperoleh ijin dari Bank Indonesia untuk menjual, membeli, dan menyimpan devisa serta menyelenggarakan lalu lintas pembayaran dengan luar negeri. Contoh: Bank BPD tertentu.
e. Jenis bank berdasarkan dominasi pangsa pasarnya: 1) Retail Banking, bank yang dalam kegiatannya mayoritas melayani perorangan, usaha kecil dan koperasi. Contoh Retail Banking : BCA, BRI, dan sebagainya. 2) Wholesale Banking, yaitu bank yang mengandalkan nasabah besar atau nasabah korporasi. Contoh Bank BNI sebelum krisis 1997 mayoritas kredit diberikan kepada konglomerat.
2.1.2 Laporan Keuangan Bank 1. Pengertian Laporan Keuangan Bank Setiap perusahaan, baik bank maupun non bank pada suatu waktu (periode tertentu) akan melaporkan kegiatan keuangannya. Informasi tentang proses keuangan perusahaan, kinerja perusahaan, aliran kas dan informasi lainnya yang berkaitan dengan laporan keuangan dapat diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini bertujuan untuk memberikan informasi keuangan perusahaan, baik kepada pemilik, manajemen, maupun pihak luar yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan bank menunjukkan kondisi keuangan bank secara keseluruhan dan dari laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi bank yang sesungguhnya, termasuk kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Laporan keuangan bank juga menunjukkan kinerja manajemen bank selama periode
10
waktu tertentu. Keuntungan dari membaca laporan ini, pihak manajemen dapat memperbaiki kelemahan yang ada serta mempertahankan kekuatan yang dimiliki. Fuad dan Rustam (2005:17) berpendapat bahwa laporan yang disajikan oleh suatu perusahaan dalam hal ini lembaga perbankan pada periode tertentu bertujuan, antara lain: a. Memberi informasi tentang posisi keuangan bank menyangkut harta bank, kewajiban bank serta modal bank pada periode tertentu. b. Memberi informasi menyangkut laba rugi suatu bank pada periode tertentu.
c. Memberi informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan yang disajikan suatu bank. d. Memberi informasi tentang performance suatu bank. Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk report)) secara periodik memberikan gambaran atau laporan kemajuan majuan (progress ( report yang dilakukan pihak manajemen yang bersangkutan. Jadi laporan keuangan bersifat historis serta menyeluruh. Sebagai suatu progress report laporan keuangan terdiri atas data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi. Sifat laporan keuangan menurut Munawir (2007:6), antara lain:
a. Fakta yang telah dicatat (record fact) Berarti bahwa laporan keuangan ini dibuat atas dasar fakta dari catatan akuntansi seperti jumlah yang tersedia dalam perusahaan maupun yang disimpan dalam bank, jumlah piutang, persediaan barang dagangan, liabilitas maupun aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan.
11
b. Prinsip-prinsip dan kebiasaan di dalam akuntansi (accounting convention and postulate) Berarti data yang dicatat itu didasarkan pada prosedur maupun anggapananggapan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim (general accepted accounting principles), hal ini dilakukan dengan tujuan memudahkan pencatatan atau untuk keseragaman.
c. Pendapatan pribadi ((personal judgement judgement)) Dimaksudkan bahwa walaupun pencatatan transaksi telah diatur oleh konvensi-konvensi dasar yang telah ditetapkan dan menjadi standar praktik pembukuan, namun tergantung daripada akuntan manajemen perusahaan yang bersangkutan. 2. Pihak Yang Berkepentingan Dengan Laporan Keuangan Bank Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan aktivitas perusahaan tersebut. Banyak pihak yang mempunyai kepentingan untuk mengetahui lebih mendalam tentang laporan keuangan perusahaan. Masing-masing pihak mempunyai kepentingan yang berbeda, sehingga cara analisisnya juga berbeda yang disesuaikan dengan sifat dan kepentingannya. Munawir (2007:2) mengatakan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan maupun perkembangan suatu perusahaan adalah:
12
a.
Pemilik perusahaan, dengan laporan keuangan dapat menilai sukses tidaknya manajer dalam memimpin perusahaannya dan kesuksesan manajer biasanya dinilai dengan laba yang diperoleh perusahaan.
b.
Manajer atau pimpinan perusahaan, dengan mengetahui laporan keuangan dapat menyusun rencana yang lebih baik, memperbaiki sistem pengawasan dan menentukan kebijaksanaan-kebijaksanaan kebijaksanaan kebijaksanaan yang lebih tepat.
c.
Para investor. Dapat mengetahui jaminan investasi dan kondisi kerja atau kondisi keuangan jangka pendek perusahaan tersebut.
d.
Para kreditur dan bankers, sebelum mengambil keputusan untuk memberi atau menolak permintaan kredit dari suatu perusahaan, perlu mengetahui terlebih dahulu laporan keuangan dari perusahaan yang bersangkutan.
e.
Pemerintah, untuk menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan. Faud dan Rustam (2005:18) mengatakan bahwa laporan keuangan dapat
diterima oleh pihak-pihak tertentu jika memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Relevan, laporan keuangan yang disajikan harus sesuai dengan data yang ada kaitannya dengan transaksi yang dilakukan b. Jelas dan dapat dimengerti, laporan keuangan yang disajikan harus jelas dan dapat dimengerti oleh pemakai laporan keuangan c. Dapat diuji kebenarannya, laporan keuangan yang disajikan datanya harus dapat diuji kebenarannya dan dipertanggungjawabkan d. Netral, laporan yang disajikan harus bersifat netral artinya dapat dipergunakan oleh semua pihak
13
e. Tepat waktu, laporan yang disajikan harus memiliki waktu pelaporan atau periode pelaporan yang jelas. f. Dapat
diperbandingkan,
laporan
keuangan
yang
disajikan
dapat
diperbandingkan dengan laporan-laporan sebelumnya, sebagai landasan untuk mengikuti perkembangan dari hasil yang dicapai. g. Lengkap, laporan keuangan yang disajikan harus lengkap yang sesuai dengan aturan yang berlaku agar tidak terjadi kekeliruan dalam menerima informasi keuangan. 3. Keterbatasan Laporan Keuangan Bank Pengambilan keputusan ekonomi tidak dapat semata-mata didasarkan atas informasi yang terdapat dalam laporan keuangan. Hal ini disebabkan laporan keuangan memiliki keterbatasan. Keterbatasan laporan keuangan bank menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (2008:12) adalah sebagai berikut: a. Bersifat historis yang menunjukkan transaksi dan peristiwa yang telah lampau. b. Bersifat umum, baik dari sisi informasi maupun manfaat bagi pihak pengguna. Biasanya informasi khusus yang dibutuhkan oleh pihak tertentu tidak dapat secara langsung dipenuhi semata-mata dari laporan keuangan saja.
c. Tidak luput dari penggunaan berbagai pertimbangan dan taksiran. d. Hanya melaporkan informasi yang material.
14
e. Bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian. Apabila terdapat beberapa kemungkinan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, maka dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aset yang paling kecil. f. Lebih menekankan pada penyajian transaksi dan peristiwa sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya (formalitas). g. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan sehingga menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber daya ekonomis dan tingkat kesuksesan antar bank. 4. Komponen Laporan Keuangan Bank Perbankan wajib membuat laporan keuangan sebagai laporan kepada bank sentral dan pengguna lainnya yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, perubahan posisi keuangan, dan catatan atas laporan keuangan. Oleh karena itu, informasi-informasi dibutuhkan adanya laporan keuangan bank yang menyediakan informasi tersebut untuk pengambilan keputusan. Secara umum bentuk laporan keuangan bank menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (2008:10) terdiri dari: dari
a. Neraca b. Laporan laba rugi c. Laporan arus kas d. Laporan perubahan ekuitas
15
Posisi keuangan bank dipengaruhi oleh sumber daya ekonomi yang dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas, dan solvabilitas, serta kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan. Informasi ini berguna untuk memprediksi kemampuan bank di masa depan dalam menghasilkan kas dan setara kas, kebutuhan investasi, pendistribusian hasil pengembangan dan arus kas, memprediksi kemampuan bank dalam memenuhi komitmen keuangan pada saat jatuh tempo, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Informasi posisi keuangan bank tergambar dalam neraca.
5. Laporan Perubahan Posisi Keuangan Bank Informasi perubahan posisi keuangan bank menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (2008:11) antara lain: a. Perubahan kas dan setara kas Informasi perubahan kas dan setara kas berguna untuk menilai kemampuan bank menghasilkan arus kas dan setara kas serta kebutuhan bank untuk menggunakan arus kas pada setiap aktivitas. Informasi ini bermanfaat untuk menilai aliran kas dan setara kas yang berasal dari aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Informasi perubahan kas dan setara kas tergambar dalam laporan arus kas. b. Perubahan ekuitas Informasi perubahan ekuitas bank menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan. Informasi ini bermanfaat untuk mengetahui
16
perubahan aktiva bersih yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham dan jumlah keuntungan atau kerugian yang berasal dari kegiatan bank selama periode yang bersangkutan. Informasi perubahan ekuitas tergambar dalam laporan perubahan ekuitas.
6. Penyajian laporan keuangan Penyajian laporan keuangan menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (2008:6) adalah: a. Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, perubahan ekuitas, dan arus kas disertai pengungkapan yang diharuskan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. b. Aset disajikan berdasarkan karakteristiknya menurut urutan likui likuiditas, sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan jatuh temponya.
c. Saldo transaksi sehubungan dengan kegiatan operasi normal bank, disajikan dan diungkapkan secara terpisah antara pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan pihak-pihak yang tidak mempunyai hubungan istimewa. Dalam hal ini yang dimaksud dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa termasuk pihak-pihak terkait sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. d. Laporan laba rugi menggambarkan pendapatan dan beban menurut karakteristiknya yang dikelompokkan secara berjenjang (multiple step) dari kegiatan utama bank dan kegiatan lainnya.
17
e. Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis dengan urutan penyajian sesuai komponen utamanya yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan. Informasi dalam catatan atas laporan keuangan berkaitan dengan pos-pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas yang sifatnya memberikan penjelasan, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif, termasuk komitmen dan kontinjensi serta transaksitransaksi transaksi lainnya. f. Dalam catatan atas laporan keuangan tidak diperkenankan menggunakan kata “sebagian besar” untuk menggambarkan bagian dari suatu jumlah tetapi harus dinyatakan dalam jumlah nominal atau persentase.
g. Perubahan akuntansi wajib memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Perubahan estimasi akuntansi Estimasi akuntansi dapat diubah apabila terdapat perubahan kondisi yang mendasarinya. Selain itu, juga wajib diungkapkan pengaruh material dari perubahan yang terjadi baik pada periode berjalan maupun pada periode periodeperiode berikutnya. 2) Perubahan kebijakan akuntansi Kebijakan akuntansi dapat diubah apabila: a) Penerapan suatu kebijakan akuntansi yang berbeda diwajibkan oleh peraturan perundangan atau standar akuntansi keuangan yang berlaku. b) Diperkirakan bahwa perubahan tersebut akan menghasilkan penyajian kejadian atau transaksi yang lebih sesuai dalam laporan keuangan.
18
h. Pada setiap lembar neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas harus diberi pernyataan bahwa “catatan atas laporan keuangan merupakan bagian tak terpisahkan dari laporan keuangan”.
i. Di samping hal-hal di atas, penyajian laporan keuangan bagi bank wajib mengikuti ketentuan yang dikeluarkan Bank Indonesia.
2.1.2 Kinerja Keuangan Perbankan Kinerja keuangan bank adalah kinerja bank yang dilihat dari aspek keuangan. Untuk mengetahui kinerja keuangan suatu bank maka dapat dilihat dari laporan keuangan yang disajikan oleh bank secara periodik. Dalam melakukan penilaian kinerja keuangan bank, harus didasarkan pada data keuangan bank yang dipublikasikan serta diperlukan adanya suatu tolok ukur. Tolak ukur yang dipakai adalah rasio dan indeks. Analisis rasio merupakan suatu alat atau cara yang paling umum digunakan dalam membuat analisis laporan keuangan. Analisis rasio adalah suatu teknik yang digunakan untuk menilai sifat sifat-sifat kegiatan operasi bank dengan cara mengembangkan ukuran-ukuran kinerja yang telah distandarisasi.
Kinerja keuangan bank dapat memberikan gambaran atas posisi atau keadaan keuangan serta prestasi kerja keuangan bank. Dalam penilaian kesehatan bank dapat digunakan metode CAMEL (Capital, Assets, Management, Earning, dan Liquidity), hal ini sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 tentang penilaian kesehatan bank metode CAMEL (Capital, Assets, Management, Earning, dan Liquidity) dapat dijabarkan sebagai berikut:
19
1. Capital Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. Dengan kata lain, Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan (Dendawijaya, 2009:121).
Menurut SEBI No.7/10/DPNP tanggal 31 Maret 2005 CAR adalah rasio yang menunjukkan kemampuan bank menutupi kemungkinan terjadinya kerugian dari penyaluran kredit dan pengalokasian dana dalam bentuk surat berharga dengan menggunakan modal sendiri. Mulyono (2000:113) mengatakan bahwa CAR merupakan perbandingan antara equity capital dengan aset total loans dan securities. Secara matematis CAR dapat dirumuskan dengan: Equity Capital CAR =
X 100%
Total Loans + Securities Modal bank terdiri atas modal inti dan modal pelengkap. Untuk lebih jelasnya dapat diuraikan sebegai berikut: a. Modal inti, terdiri atas modal disetor dan cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak dan laba yang diperoleh setelah diperhitungkan pajak. Secara rinci modal inti dapat berupa:
20
1) Modal disetor, yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya. 2) Agio saham, selisih lebih setoran modal yang diterima bank sebagai akibat harga saham yang melebihi nilai nominalnya. 3) Modal sumbangan, yaitu modal yang diperoleh kembali dari sumbangan saham, termasuk selisih antara nilai yang tercatat dengan harga jual apabila saham tersebut dijual. 4) Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penghasilan laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah pajak dan mendapat persetujuan rapat umum
pemegang
saham/rapat
anggota
sesuai
dengan
ketentuan
pendirian/anggaran dasar masing-masing bank.
5) Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan RUPS/Rapat Anggota. 6) Laba yang ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh RUPS atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan.
7) Laba tahun lalu, yaitu seluruh laba bersih tahun-tahun yang lalu setelah diperhitungkan pajak dan belum ditetapkan penggunaannya oleh RUPS atau rapat anggota. 8) Laba tahun berjalan, yaitu laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran hutang pajak. Jumlah laba tahun buku berjalan tersebut diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50%.
21
b. Modal pelengkap, yaitu modal yang terdiri atas cadangan-cadangan yang dibentuk tidak berasal dari laba, modal pinjaman serta pinjaman sub-ordinasi. Secara rinci sebagai berikut: 1) Cadangan revaluasi aset tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aset tetap yang telah mendapat persetujuan dari Dirjen Pajak. 2) Cadangan penghapusan aset produktif, yaitu cadangan yang dibentuk dengan ber membebani laba rugi tahun berjalan dengan maksud untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian dari keseluruhan aset produktif.
3) Modal pinjaman, yaitu hutang yang didukung oleh instrumen atau warkat yang memiliki sifat seperti modal. 4) Pinjaman sub-ordinasi, yaitu pinjaman yang memenuhi syarat-syarat syarat sebagai berikut: a) Ada perjanjian tertulis antara bank dengan pemberi pinjaman. b) Mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia. c) Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah disetor penuh.
d) Minimal berjangka waktu 5 tahun. e) Pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan dari Bank Indonesia dan dengan pelunasan tersebut permodalan bank tetap sehat.
f) Hak tagihnya jika terjadi likuidasi berlaku paling akhir dari segala pinjaman yang ada (kedudukannya sama dengan modal).
22
Total Loans, merupakan jumlah kredit yang diberikan bank kepada pihak ketiga dan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa setelah dikurangi penyisihan penghapusan. Taswan (2010:41) mengatakan securities/surat berharga, adalah surat pengakuan utang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap derivatif dari surat berharga atau kepentingan lain, atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal atau pasar uang.
Widjanarto (2003:165) mengatakan bahwa posisi CAR suatu bank sangat tergantung pada: a. Jenis aset serta besarnya risiko yang melekat padanya. b. Kualitas aset atau tingkat kolektibilitasnya. c. Total aset suatu bank, semakin besar aset semakin bertambah pula risikonya. d. Kemampuan bank untuk meningkatkan pendapatan dan laba. Widjanarto (2003:167) juga mengatakan posisi CAR dapat ditingkatkan
atau diperbaiki dengan: a. Memperkecil komitmen pinjaman yang digunakan. b. Jumlah atau posisi pinjaman yang diberikan dikurangi atau diperkecil sehingga risiko semakin berkurang. c. Fasilitas bank garansi yang hanya memperoleh hasil pendapatan berupa posisi yang relatif kecil namun dengan risiko yang sama besarnya dengan pinjaman ada baiknya dibatasi.
23
d. Komitmen L/C bagi memperoleh
kepastian
bank-bank devisa dalam
yang belum benar-benar
penggunaannya
atau
tidak
dapat
dimanfaatkan secara efisien sebaiknya juga dibatasi. e. Penyertaan yang memiliki risiko 100% perlu ditinjau kembali apakah bermanfaat optimal atau tidak. f. Posisi aset dan inventaris diusahakan agar tidak berlebihan dan sekedar memenuhi kelayakan. g. Menambah atau memperbaiki posisi modal dengan cara setoran tunai, go publik, dan pinjam sub-ordinasi jangka panjang dari pemegang saham.
Berdasarkan Bank Indonesia nilai CAR tidak boleh kurang dari 8%.
Ketentuan CAR dari Bank Indonesia menurut Hasibuan (2004:5) adalah sebagai berikut: Tabel 1 Ketentuan Capital Adequacy Ratio Tingkat Capital Adequacy Ratio 8 % Keatas 6,4 – 8 % Di bawah 6,4 % Sumber: www.bi.go.id
Tingkat Peringkat Sehat Kurang Sehat Tidak Sehat
2. Assets Kinerja keuangan dari segi aset diukur melalui kualitas aset produktifnya.
Salah satu rasio yang digunakan adalah RORA (Return On Risked Assets). RORA adalah rasio yang membandingkan antara laba kotor dengan besarnya risked assets yang dimiliki. Laba kotor adalah hasil pengurangan pendapatan terhadap biaya sedangkan risked assets terdiri atas surat berharga dan kredit yang disalurkan. Nilai RORA yang tinggi mengindikasikan bahwa pendapatan
24
yang diterima besar sehingga laba yang diperoleh juga optimal dan berpengaruh pada kenaikan harga saham. Menurut Bank Indonesia RORA dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Operating Income RORA =
X 100%
Total Loans + Investment Berikut adalah ketentuan tingkat RORA dari Bank Indonesia: Tabel 2 Ketentuan Return On Risked Assets Tingkat Return On Risked Assets Dibawah 3,35% 3,35% - 5,60% 5,60 % - 7,85 % Di atas 7,85 % Sumber: www.bi.go.id
Tingkat Peringkat Tidak Sehat Kurang Sehat Cukup Sehat Sehat
3. Management Untuk mengukur tingkat kinerja manajemen, dapat dilakukan dengan penghitungan NPM (Net Profit Margin). NPM merupakan rasio keuangan yang mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan net income dari kegiatan operasional pokok bank. Payamta dan Machfoedz (1999) mengatakan bahwa rasio NPM ((Net Profit Margin Margin)) menggambarkan tingkat keuntungan (laba) yang diperoleh bank dibandingkan dengan pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. NPM ini berfungsi untuk mengukur tingkat kembalian keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya. Semakin besar nilai NPM berarti semakin efisien biaya yang dikeluarkan yang berarti semakin besar tingkat kembalian keuntungan bersih. Nilai NPM berada pada rentang 0 sampai 1, semakin
25
mendekati 1 maka semakin efisien penggunaan biaya, yang berarti bahwa besar tingkat kembalian keuangan (return) yang akan diikuti tingginya harga saham.
Berdasarkan Bank Indonesia perhitungan NPM sebagai berikut:
NPM =
Laba Besih Pendapatan Operasional Bersih
X 100%
4. Earning Terdapat dua rasio yang dapat menjelaskan kinerja keuangan bank dari segi earning atau rentabilitasnya, yaitu: a. Return on Assets (ROA) ROA adalah rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan aspek earning atau profitabilitas. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset (Dendawijaya, 2009:118). Laba yang besar akan menarik investor karena perusahaan memiliki tingkat kembalian yang semakin tinggi. Rumus yang y digunakan adalah:
ROA =
Net Income Total Assets
X 100%
1) Net Income (EBT) adalah laba rugi bank yang diperoleh dalam periode berjalan sebelum dikurangi pajak. 2) Total assets merupakan komponen yang terdiri atas kas, giro pada BI, penempatan pada bank lain, surat-surat berharga, kredit yang diberikan,
26
pendapatan yang masih akan diterima, biaya dibayar dimuka, uang muka pajak, aset tetap dan penyusutan aset tetap dan lain-lain. Rasio ini dapat dijadikan sebagai ukuran kesehatan keuangan. Siamat (2000:50) mengatakan bahwa rasio ini sangat penting, mengingat keuntungan yang memadai diperlukan untuk mempertahankan arus sumber-sumber modal bank. Muljono (dalam Enderayanti, 2005:29) mengatakan bahwa perubahan rasio ini dapat disebabkan antara lain:
1) Lebih banyak aset yang digunakan, hingga menambah operating income dalam skala yang lebih besar. 2) Adanya kemampuan manajemen untuk mengalihkan portofolio/surat berharga kejenis yang menghasilkan income yang lebih tinggi.
3) Adanya kenaikan tingkat bunga secara umum. 4) Adanya pemanfaatan aset-aset yang semula tidak produktif menjadi aset produktif. Hasibuan (2004:100) menjabarkan ketentuan tingkat ROA dari Bank
Indonesia yaitu: Tabel 3 Ketentuan Retun On Asset Tingkat Retun On Asset Di atas 1,22% 0,99% - 1,22% 0,77 % - 0,99 % Dibawah 0,77 % Sumber: www.bi.go.id
Tingkat Peringkat Sehat Cukup Sehat Kurang Sehat Tidak Sehat
27
b. Rasio BOPO (Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional)
Menurut SEBI No.7/10/DPNP tanggal 31 Maret 2005 rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatannya. Efisiensi bank merupakan faktor penting dalam kegiatan operasional sehari-hari untuk memaksimalkan profitabilitas dan nilai investasi dari para pemegang saham.
Secara spesifik rasio ini digunakan untuk mengukur perbandingan biaya operasi terhadap pendapatan operasi yang diperoleh bank. Semakin kecil angka rasio BOPO, maka semakin baik kondisi suatu bank. Meningkatnya pendapatan operasional dan menurunnya biaya opersional dari suatu bank akan mengakibatkan bank memiliki efisiensi yang baik sehingga keuntungan yang diperoleh akan semakin besar. (Martono, 2007:85).
BOPO =
Biaya Operasional Pendapatan Operasional
X 100%
Biaya operasional adalah semua biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan usaha bank yang pada umumnya terdiri dari :
1) Biaya bunga, yaitu biaya atas dana-dana yang berasal dari Bank Indonesia, bank-bank lain, dan pihak ketiga bukan bank. 2) Biaya valuta asing, yaitu semua biaya yang dikeluarkan bank untuk berbagai transaksi devisa. 3) Biaya tenaga kerja, yaitu semua biaya yang dikeluarkan bank untuk membiayai pegawainya.
28
4) Penyusutan, yaitu semua biaya yang dikeluarkan untuk penyusutan benda-benda tetap dan inventaris. 5) Biaya lainnya, yaitu biaya langsung dari kegiatan usaha bank yang belum termasuk dalam pos biaya-biaya tersebut diatas. Pendapatan operasional adalah semua pendapatan yang merupakan hasil langsung dari kegiatan usaha bank yang benar-benar telah diterima,
terdiri dari : 1) Hasil bunga, yaitu pendapatan bunga, baik dari pinjaman yang diberikan maupun dari penanaman-penanaman yang dilakukan oleh bank, seperti giro, simpanan berjangka dan obligasi. 2) Provisi dan komisi, yaitu provisi dan komisi yang diterima oleh bank dari berbagai kegiatan yang dilakukan, seperti provisi kredit dan provisi transfer. 3) Pendapatan valuta asing, yaitu pendapatan yang dihasilkan bank dari hasil transaksi devisa. 4) Pendapatan lainnya, yaitu pendapatan lainnya yang merupakan hasil langsung dari kegiatan operasional bank yang belum termasuk dalam pos-pos tersebut di atas. 5. Liquidity Hasibuan (2004:92) mengatakan bahwa likuiditas adalah kemampuan bank untuk membayar semua utang jangka pendeknya dengan alat-alat likuid yang dikuasainya.
Dendawijaya
(2009:118)
mengatakan
bahwa
likuiditas
adalah
kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo.
29
LDR (Loan to Deposit Ratio) merupakan rasio keuangan perusahaan perbankan yang berhubungan dengan aspek likuiditas. LDR (Loan to Deposit Ratio) adalah suatu pengukuran tradisional yang menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan, dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi
permohonan pinjaman (loan requests) nasabahnya. LDR disebut juga rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga yang digunakan untuk mengukur dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit. Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama bank, oleh karena itu sumber pendapatan utama bank berasal dari kegiatan ini. Semakin besarnya penyaluran dana dalam bentuk kredit dibandingkan dengan deposit atau simpanan masyarakat pada suatu bank membawa konsekuensi semakin
besarnya risiko yang harus ditanggung oleh bank yang bersangkutan. Mulyono (2000:101) mengatakan bahwa rasio LDR merupakan rasio perbandingan antara jumlah dana yang disalurkan ke masyarakat (kredit)
dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan.
LDR =
Total Loans Total Deposit + Equity
Dendawijaya
(2009:118)
X 100%
mengatakan
bahwa
rasio
LDR
menggambarkan
kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin tinggi rasio ini semakin rendah kemampuan likuiditas bank.
30
Kasmir (2003:272) mengatakan bahwa batas aman untuk LDR menurut peraturan pemerintah adalah maksimum 110%. Sedangkan tolok ukur untuk
tingkat LDR yang baik menurut Bank Indonesia adalah: Tabel 4 Ketentuan Loan to Deposit Ratio Tingkat Loan to Deposit Ratio Dibawah 93,75 % 93,75% - 97,5% 97,5 % - 101,25 % Di atas 101,25 % Sumber: www.bi.go.id
Tingkat Peringkat Sehat Cukup Sehat Kurang Sehat Tidak Sehat
Tujuan penting dari perhitungan LDR adalah untuk mengetahui serta menilai sampai berapa jauh bank memiliki kondisi sehat dalam menjalankan operasi atau kegiatan usahanya. Dengan kata lain LDR digunakan sebagai suatu
indikator untuk mengetahui tingkat kerawanan suatu bank.
2.2 Penelitian Terdahulu 1. Defri (2012) dengan judul “Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Likuiditas dan Efisiensi Operasional terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI”. Persamaan yang ada dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Defri (2012) adalah variabel bebas, variabel terikat, dan teknik analisis data. Variabel bebas yang digunakan adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR). Variabel terikat yang digunakan adalah Return on Asset (ROA). Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda, uji F, dan Uji t.
31
Perbedaan yang ada dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Defri (2012) adalah variabel bebas dan data penelitian. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian Defri (2012) ada 3 (tiga) yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan efisiensi operasional (BOPO). Data penelitian Defri (2012) adalah 57 sampel dari 19 perusahaan perbankan pada 2008-2010, periode pengamatan 2008 2010, sedangkan data dalam penelitian ini adalah 5 (lima) perusahaan perbankan milik pemerintah pada tahun 2008 sampai 2012.
Hasil penelitian Defri (2012) menunjukkan bahwa CAR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI, LDR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI, dan BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA pada perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. 2. Pasaribu dan Sari (2011) dengan judul “Analisis Tingkat Kecukupan Modal dan Loan to Deposit Ratio terhadap Profitabilitas”. Persamaan yang ada dari penelitian ini dengan penelitian yang dilaku dilakukan oleh Pasaribu dan Sari (2011) adalah variabel bebas, variabel terikat, dan teknik analisis data. Variabel bebas yang digunakan adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR). Variabel terikat yang digunakan adalah Return on Asset (ROA). Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda, uji F, dan Uji t.
32
Perbedaan yang ada dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu dan Sari (2011) adalah data penelitian. Data penelitian Pasaribu dan Sari (2011) adalah 10 sampel perusahaan perbankan yang termasuk 10 besar peringkat terbaik pada periode pengamatan 2004-2008, sedangkan data dalam penelitian ini adalah 5 (lima) perusahaan perbankan milik pemerintah pada tahun 2008 sampai 2012. Hasil penelitian Pasaribu dan Sari (2011) menunjukkan bahwa secara simultan CAR dan LDR berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas (ROA). Secara parsial terdapat pengaruh antara CAR terhadap Profitabilitas (ROA), serta pengaruh anta antara LDR terhadap Profitabilitas (ROA).
3. Taunay (2008) dengan judul “Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan To Deposit Ratio (LDR), Size, dan BOPO terhadap Profitabilitas (Studi Perbandingan pada Bank Domestik dan Bank Asing Periode Januari 2003-Desember 2007)”. Persamaan yang ada dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Taunay (2008) adalah variabel bebas, variabel terikat, dan teknik analisis data. Variabel bebas yang digunakan adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR). Variabel terikat yang digunakan adalah Return on Asset (ROA). Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dan uji F. Perbedaan yang ada dari penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Taunay (2008) adalah variabel bebas, teknik analisis, dan data penelitian. Variabel bebas dalam penelitian Taunay (2008) selain Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terdapat Size, dan
33
BOPO. Teknik analisis data yang digunakan selain analisis regresi linear berganda dan uji F, terdapat uji Chow. Data penelitian Taunay (2008) adalah 10 bank domestik dan 10 bank asing pada periode pengamatan dari Januari 2003 hingga Desember 2007, sedangkan data dalam penelitian ini adalah 5 (lima) perusahaan perbankan milik pemerintah pada tahun 2008 sampai 2012. Hasil penelitian Taunay (2008) menunjukkan bahwa variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas pada bank domestik, sedangkan pada bank asing hanya Size yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Hasil uji F menunjukkan bahwa pada bank domestik, bank asing, serta gabungan bank domestik dan bank asing vari variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hasil Chow Test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh perubahan
Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Size Size, BOPO terhadap profitabilitas antara bank domestik dan bank asing. Persamaan dan perbedaan penelitian Defri (2012), Pasaribu dan Sari (2011), dan Taunay (2008) dengan penelitian sekarang dapat diuraikan pada tabel berikut:
34
Tabel 5 Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang Keterangan Judul
Defri Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Likuiditas dan Efisiensi Operasional terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI
Pasaribu dan Sari Analisis Tingkat Kecukupan Modal dan Loan to Deposit Ratio terhadap Profitabilitas
Taunay Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan To Deposit Ratio (LDR), Size, dan BOPO terhadap Profitabilitas
Ayu Pengaruh Capital Adequacy Ratio dan Tingkat Likuiditas terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan Milik Pemerintah di Bursa Efek Indonesia
Tahun Penelitian
2012
2011
2008
2014
Sampel penelitian
19 perusahaan perbankan (2008-2010)
10 perusahaan perbankan (2004-2008)
10 bank domestik dan 10 bank asing (2003-2007)
5 bank milik pemerintah
Variabel bebas
Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan efisiensi operasional (BOPO)
Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Loan to Deposit Ratio (LDR)
Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Size, dan BOPO
Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Loan to Deposit Ratio (LDR)
Variabel terikat
Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA)
Teknik analisis
Analisis regresi linier berganda, uji F, dan t
Analisis regresi linier berganda, uji F, dan t
Analisis regresi linier berganda, uji F, dan uji Chow
Analisis regresi linier berganda, uji F, dan t
Hasil
CAR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA, LDR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA, dan BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA.
Secara simultan CAR dan LDR berpengaruh signifikan terhadap ROA. Secara parsial terdapat pengaruh antara CAR terhadap Profitabilitas (ROA), serta pengaruh antara LDR terhadap Profitabilitas (ROA)
CAR dan LDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA pada bank domestik, sedangkan pada bank asing hanya Size yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Hasil uji F menunjukkan bahwa pada bank domestik, bank asing, serta gabungan bank domestik dan bank asing variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Hasil Chow Test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengaruh perubahan Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Size, BOPO terhadap ROA antara bank domestik dan bank asing
35
2.2 Rerangka Pemikiran Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tinjauan teori yang telah dikemukakan, maka dapat digambarkan rerangka pemikiran sebagai berikut:
Capital Adequacy Ratio (X1)
Profitabilitas (Y) Tingkat Likuiditas (X2) Gambar 1 Rerangka Pemikiran 2.3 Hipotesis CAR merupakan faktor yang penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung kerugian serta mencerminkan kesehatan bank yang bertujuan untuk menjaga kepercayaan masyarakat kepada perbankan, melindungi dana masyarakat pada bank bersangkutan dan untuk memenuhi standar Bank Sentral. Dengan permodalan yang kuat akan mampu menjaga kepercayaan masyarakat terhadap bank yang bersangkutan, sehingga masyarakat percaya untuk menghimpun dana kepada bank tersebut, dana yang dihimpun tersebut kemudian disalurkan kembali ke bank kepada masyarakat melalui kredit. Dengan pengelolaan yang baik suatu bank akan terus meningkatkan modal dengan
36
memperhatikan indikator kesehatan permodalan yaitu CAR, maka profitabilitas pun akan ikut meningkat. Fungsi intermediasi bank yakni menghimpun dan menyalurkan kembali dana kepada masyarakat merupakan fungsi yang penting dalam perbankan. Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan perbandingan antara jumlah kredit yang diberikan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun dari masyarakat. Dalam hal penilaian kesehatan, bank yang sehat adalah bank yang tingkat LDR-nya rendah. Faktor ekspansi kredit yang ditunjukkan dengan rasio LDR sangat penting oleh bank dalam menjalankan fungsi intermediasinya dengan tujuan untuk memperoleh laba yang didapat dari selisih penerimaan bunga kredit dengan beban bunga simpanan. Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan teori, dan rerangka pemikiran yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1.
Capital adequacy ratio berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan perbankan milik pemerintah di Bursa Efek Indonesia.
2.
Tingkat likuiditas berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan perbankan milik pemerintah di Bursa Efek Indonesia.
3.
Capital adequacy ratio berpengaruh dominan terhadap profitabilitas perusahaan perbankan milik pemerintah di Bursa Efek Indonesia.