P E T A
592 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
19
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
A. UMUM 1. Dasar Hukum Provinsi Nusa Tenggara Timur berdiri berdasarkan Undang-Undang No. 64 Tahun 1958 tertanggal 14 Agustus 1958. 2. Lambang Provinsi Berbentuk perisai dengan lima sudut yang memiliki makna selain makna perlindungan rakyat,juga melambangkan Pancasila. Makna Lambang : Bintang melambangkan keagungan Tuhan Yang Maha Esa Komodo adalah satu-satunya reptile prasejarah yang hingga kini masih ada. Padi kapas melambangkan kemakmuran Tombak melambangkan keagungan dan kejayaan. Pohon beringin melambangkan persatuan dan kesatuan yang tetap terpelihara. 3. Pemerintahan Provinsi Nusa Tenggara Timur terdiri dari 20 Kabupaten dan 1 pemerintahan kota. Berikut ini adalah daftar kabupaten / kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur : Kabupaten/Kota Ibu kota 1 Kabupaten Alor Kalabahi 2 Kabupaten Belu Atambua 3 Kabupaten Ende Ende 4 Kabupaten Flores Timur Larantuka 5 Kabupaten Kupang Kupang 6 Kabupaten Lembata Lewoleba 7 Kabupaten Manggarai Ruteng 8 Kabupaten Manggarai Barat Labuan Bajo 9 Kabupaten Manggarai Timur Borong 10 Kabupaten Ngada Bajawa 11 Kabupaten Nagekeo Mbay 12 Kabupaten Rote Ndao Baa 13 Kabupaten Sabu Raijua Seba 14 Kabupaten Sikka Maumere 15 Kabupaten Sumba Barat Waikabubak 16 Kabupaten Sumba Barat Daya Tambolaka 17 Kabupaten Sumba Tengah Waibakul 18 Kabupaten Sumba Timur Waingapu 19 Kabupaten Timor Tengah Selatan Soe 20 Kabupaten Timor Tengah Utara Kefamenanu
593 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
21 Kota Kupang
Kupang
4. Letak Geografis dan Batas Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur terletak di antara 8o – 11o Lintang Selatan dan 118o – 125o Bujur Timur dengan batas wilayah sebagai berikut : Utara = Laut Flores Selatan = Samudera Indonesia Barat = Selat Sape Timur = Laut Arafuru 5. Komposisi Penganut agama Islam = 90,9% Kristen = 8,8% Hindu = 0,082% Budha = 0,034% 6. Bahasa dan Suku Bangsa Bahasa yang digunakan oleh masyarakat Nusa Tenggara timur adalah Bahasa Belu, Sumba, Timor. Sementara itu suku yang mendiami wilayah provinsi ini adalah Suku Alor, suku ende, suku kedang, suku labala, suku lamaholot, suku larantuka, suku manggarai, suku solor dan suku rote. 7. Budaya a. b. c. d. e. f.
Lagu Daerah Tarian tradisional Senjata Tradisional Rumah Tradisional Alat Musik Tradisional Makanan Khas Daerah
: Bolebo, Moree, Anak Kambing Saya, Potong Bebek Angsa : Tari Perang, Tari Gareng Lameng : sundu : Sao Ata Musa Lakitana : Sasando : Gecok Sape, Petepah Manuk
8.
Bandara dan Pelabuhan Laut Bandara = El Tari Pelabuhan Laut = Pelabuhan Kupang
9.
Perguruan Tinggi = Universitas Nusa Cendana
10. industri dan Pertambangan Semen Kupang, Mangaan, Minyak Cendana
594 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
B. OBYEK WISATA 1. Wisata Alam a. Gunung Inerie Gunung Inerie memiliki ketinggian 2.245 meter di atas permukaan laut. Bagian gunung yang berhutan lebat hanya terdapat di sebelah barat lereng gunung. Sedangkan hutan di lereng bagian selatan telah dikonversi menjadi daerah perkebunan. Sebagian besar hutan yang terdapat di dalam kawasan ini terletak pada ketinggian 1.000-1.500 meter dari permukaan laut. Sumber Gambar : http://wisatamelayu.com Gunung Inerie pernah meletus pada tahun 1882 dan 1970. Gunung ini ramai didaki ketika musim kemarau, yakni antara bulan Juni hingga Agustus. Dari atas puncak Gunung, para pendaki bisa dengan leluasa melihat pemandangan yang indah ke segala arah. Pemandangan Kota Bajawa di sebelah barat laut, dengan kabut tipis di atasnya, tampak seperti kota-kota kecil dan tua di Eropa. Sedangkan di bagian selatan tampak birunya laut Sawu, menempel rapat di kaki Gunung Inerie. Di sisi selatan puncak Gunung Inerie terdapat sebuah batu besar yang diyakini sebagai penjelmaan dari sosok Jaramasi beserta kuda tunggangannya. Menurut legenda, Jaramasi adalah seorang satria penjaga Gunung Inerie. Kata, ”jara” berarti kuda dan ”Masi” adalah nama orang (laki-laki). Artinya ”kuda milik Masi”, yang merupakan seorang pahlawan di wilayah perkampungan kaki Gunung Inerie. Gunung Inerie terletak di Bajawa, ibukota Kabupaten Ngada, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dari Kupang, ibukota Propinsi NTT, wisatawan dapat naik pesawat menuju Ende, sebuah kota di Pulau Flores. Setiba di sana, perjalanan dilanjutkan menuju Kota Bajawa yang berjarak sekitar 61 kilometer. Kemudian wisatawan dapat melanjutkan perjalanan dengan angkutan sewaan menuju desa wisata, Bena, yang terletak 15 km sebelah selatan Bajawa. Inilah desa terakhir sebelum menuju puncak Gunung Inerie.
595 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
b. Taman Laut Selat Pantar Selat Pantar merupakan laut yang memisahkan antara Pulau Alor dan Pulau Pantar. Tercatat, rata-rata terdapat 100 kunjungan wisatawan asing per-tahun yang datang menyelam Taman Laut Selat Pantar. Semenjak krisis ekonomi melanda, tahun 2001 tercatat 187 penyelam, namun tahun berikutnya hanya 109 penyelam. Angka ini boleh dibilang cukup kecil mengingat potensi taman laut Selat Pantar yang sangat besar. Wisata bahari Taman Laut Selat Pantar mempunyai panorama bawah laut yang menakjubkan sehingga menjadi primadona dan pemikat bagi para diver dari seluruh dunia. Keindahan taman laut Selat Pantar melingkupi perairan Alor Besar, Alor Kecil, Dulolong, Pulau Buaya, Pulau Kepa, Pulau Ternate, dan Pulau Pura. Tercatat, ada 26 titik selam (diving spot) yang memesona wisatawan. Ke-26 titik diving itu seperti, Half Moon Bay; Peter‘s Prize; Crocodile Rook; Cave Point; The Edge; Coral Clitts; Baeylon; The Arch; Fallt Line; The Pacth; Nite Delht; Kal‘s Dream; The Ball; Trip Top; The Mlai Hall; No Man‘s Land; The Chatedral; School‘s Ut; hingga titik selam Shark Close. Titik selam yang terakhir ini sangat menarik karena merupakan tempat kumpulan ikan hiu yang sangat bersahabat dengan para diver. Di taman laut ini pula dapat ditemui lumba-lumba abu-abu yang merupakan spesies langka. Taman laut Selat Pantar terletak di Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Wisatawan bisa datang dari Kupang, dengan naik kapal feri dengan waktu tempuh 12-13 jam, menuju Larantuka. Kemudian melanjutkan perjalanan dengan naik kapal kayu menuju pelabuhan laut Kalabahi dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Di depan pelabuhan Kalabahi, yang berada di Kepulauan Alor, terbentang Taman Laut Selat Pantar. c. Danau Kelimutu Danau Kelimutu yang terletak di puncak Gunung Kelimutu ini masuk dalam rangkaian Taman Nasional Kelimutu. Danau ini berada di ketinggian 1.631 meter dari permukaan laut.
Sumber Gambar : http://skorookolo.szm.com
596 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
Beberapa flora yang dapat ditemui di sekitar danau antara lain Kesambi (Schleichera oleosa), Cemara (Casuarina equisetifolia) dan bunga abadi
Edelweiss. Sedangkan fauna yang ada di sekitar danau, antara lain Rusa (Cervus timorensis), Babi hutan (Sus sp.), Ayam hutan (Gallus gallus) dan Elang (Elanus sp.) Danau Kelimutu mempunyai tiga kubangan raksasa. Masing-masing kubangan mempunyai warna air yang selalu berubah tiap tahunnya. Air di salah satu tiga kubangan berwarna merah dan dapat menjadi hijau tua serta merah hati; di kubangan lainnya berwarna hijau tua menjadi hijau muda; dan di kubangan ketiga berwarna coklat kehitaman menjadi biru langit.
Sumber Gambar : http://www.surya.co.id
Secara adminitratif, Danau Kelimutu berada pada 3 kecamatan, yakni Kecamatan Detsuko, Kecamatan Wolowaru dan Kecamatan Ndona, ketiganya berada di bawah naungan Kabupaten Dati II Ende, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Dari ibukota Propinsi NTT, yakni Kupang, pengunjung dapat menggunakan pesawat menuju kota Ende, di Pulau Flores, dengan waktu tempuh mencapai 40 menit. Setiba di Ende, perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan angkutan umum berupa mini bus, menuju Desa Kaonara, yang berjarak 93 km, dengan waktu tempuh sekitar 3 jam. Dari Desa Koanara menuju Puncak Danau Kelimutu, wisatawan harus berjalan sepanjang 2,5 km. Hingga bulan Februari 2008, dilaporkan bahwa pada hari biasa, pengunjung dikenakan biaya tiket masuk sebesar Rp. 3000, namun pada akhir pekan, yakni Sabtu dan Minggu, pengunjung dikenakan biaya sebesar Rp. 5000. d. Gua Liang Bua Gua Liang Bua diperkirakan mulai terbentuk sekitar 190.000 tahun yang lalu. Hal ini didapat dari uji laboratorium terhadap sampel sedimen di pojok selatan gua. Diperkirakan gua ini terbentuk dari arus sungai yang membawa bebatuan menembus Sumber Gambar : http://wisatamelayu.com
597 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
gundukan bukit. Setelah melalui proses panjang,
bebatuan itu menjadi batuan sedimentasi. Pada tahun 2001 dilakukan eskavasi arkeologi di Gua Liang Bua, yang merupakan kerja sama antara Pusat Penelitian Arkeologi Nasional bersama University of New England, Australia. Hasil penelitian arkeologinya baru diumumkan pada tanggal 28 oktober 2004, bahwa telah ditemukan fosil manusia cebol atau hobbit. Penemuan tersebut membuat gua Liang Bua menjadi menjadi sangat menarik untuk dikunjungi para wisatawan. Situs Gua Liang Bua merupakan salah satu situs arkeologi penting tingkat dunia. Di gua ini, terdapat situs arkeologi tempat ditemukannya fosil Homo Floresiensis (Manusia Flores) yang mempunyai tinggi badan sekitar 100 cm dengan berat hanya 25 kg. Fosil-fosil tengkorak tersebut diduga berasal dari suatu spesies manusia yang tumbuh tidak lebih besar dari kanak-kanak berusia lima tahun. Manusia kerdil yang memiliki tengkorak seukuran buah jeruk ini diduga hidup 13.000 tahun lalu, bersama gajah-gajah pigmi dan kadal-kadal raksasa seperti Komodo. Temuan ini diklaim sebagai spesies baru yang kemudian dinamakan Homo Floresiensis. Gua Liang Boa terletak di Pulau Flores, tepatnya di dusun Rampasasa, Desa Liang Bua, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Dari kota Kupang Ibukota provinsi NTT, wisatawan dapat naik pesawat dengan waktu tempuh satu setengah jam ke kota Ende di Pulau Flores. Kemudian, perjalanan dilanjutkan menuju Kota Ruteng dengan angkutan umum berupa minibus selama sekitar empat jam. Dari Ruteng menuju Rampasasa, berjarak 13 km, dapat ditempuh dengan angkutan umum. e. Pantai Lasiana Pantai Lasiana mulai dibuka untuk umum sekitar tahun 1970-an. Sejak Dinas Pariwisata NTT memoles dengan membangun berbagai fasilitas pada tahun 1986, Pantai Lasiana ramai dikunjungi turis asing. Sesuai rencana pengembangan Pemkot Kupang, Pantai Lasiana akan dijadikan Taman Budaya Flobamora, yakni sebutan yang mengacu pada keseluruhan suku bangsa di dekat Pantai Lasiana, antara lain, Flores, Sumba, Timor dan Alor. Sumber Gambar : http://www.kidnesia.com
598 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
Di pantai Lasiana ini banyak didapati lopo-lopo yang berderet.Lopo-lopo adalah sebutan lokal untuk pondok yang dibangun menyerupai payung dengan tiang dari batang pohon kelapa atau kayu dan beratapkan ijuk, pelepah kelapa atau lontar, dan alang-alang.Bisa juga beratapkan seng yang bagian luarnya dilapisi ijuk, pelepah kelapa atau lontar dan alang-alang. Pantai nan landai sekitar 3,5 hektar atau tepatnya 35.065 persegi ini, berudara sejuk karena dinaungi 65 pohon kelapa dan 230 pohon lontar tua yang hingga kini masih produktif. Pantainya berpasir putih halus, lautnya biru, airnya jernih dengan debur ombak yang bergulung-gulung kecil, tenang. Keindahan pantai ini bukan karena fasilitas buatan, tetapi lebih karena karakter alamnya. Pantai Lasiana mempunyai topografi menarik, pada bagian barat terdapat perbukitan, sehingga keseluruhan kawasan ini mempunyai variasi unik, yaitu perpaduan antara perbukitan dan pantai. Pantai ini terletak di Kecamatan Kupang Tengah, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Pantai Lasiana berjarak 12 Km dari pusat kota Kupang. Umumnya, pengunjung datang menggunakan angkutan umum, atau dengan kendaraan pribadi. Untuk angkutan umum pengunjung dapat naik jenis kendaraan colt, dengan biaya Rp. 5000. Pengunjung dipungut tiket masuk Rp 1.000 per-orang, Rp 500 per-sepeda motor, dan Rp 1.500 per-mobil/roda empat. f.
Hutan wisata Camplong Hutan Camplong merupakan hutan wisata dengan pemandian alamnya yang indah dan sejuk, karena terletak di kaki Gunung Fatuleu. Hutan wisata ini banyak didiami jenis satwa yang dilindungi. Di Hutan Camplong juga banyak terdapat sumber daya alam, seperti sumber mata air, kolam renang alami, aneka jenis flora seperti kayu merah, pinus, lontar, eucalyptus, dan Sumber Gambar : http://indotimnet.files.wordpress.com beragam jenis fauna seperti kera, ayam hutan, tupai, kuskus, dan burung (nuri, kakaktua, merpati, puyuh, bangau, elang, tekukur, beo).
599 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
Di setiap akhir pekan, yakni Jumat hingga hari Minggu, hutan wisata ini banyak dikunjungi oleh warga kota Kupang. Mayoritas pengunjung adalah keluarga yang mengajak anak-anak mereka yang berusia dikisaran 7-12 tahun. Kawasan hutan Camplong memiliki penangkaran buaya, rusa timor dan ular sanca. Di kawasan ini juga dapat ditemui berbagai hewan endemik, seperti rusa timor, burung kakak tua berbahu hijau kekuningan (Olive-shouldered Parrot) dan merpati berpunggung hitam (Black-backed Fruit-Doves). Sedangkan flora endemik yang dapat ditemukan adalah kayu cendana (Santalun Album). Selain itu terdapat pula berbagai goa buatan, peninggalan Jepang semasa perang dunia kedua. Gua ini mengandung nilai sejarah karena menjadi tempat persembunyian pasukan Jepang ketika diserbu oleh warga yang tinggal di sekitar Hutan Camplong. Hutan wisata ini terletak di pinggiran jalan menuju Kota Soe, Kecamatan Fatuleu, Kabupaten Kupang, atau 46 kilometer dari kota Kupang, Ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dari kota Kupang menuju Hutan Camplong dapat ditempuh dengan naik angkutan umum berupa minibus jurusan Soe dengan biaya Rp. 7000. Sedangkan jika menggunakan jasa taksi dikenakan biaya sebesar Rp. 100 ribu. Tiket masuk kawasan hutan wisata sebesar Rp. 3000. g. Pulau Komodo
Sumber Gambar : http://ahmadrifandi.blogdetik.com
Pada tahun 1908, gugusan satuan tempur pasukan Belanda melaporkan bahwa mereka melihat hewan naga menyerupai monster di sebuah kepulauan sisi selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Mendengar hal tersebut, Letnan Steyn van Hens Broek, seorang pejabat administrator kolonial Belanda, hendak membuktikannya. Ia kemudian menyiapkan satuan tempur armada kapal Belanda yang
bermarkas di Flores untuk menuju pulau tersebut. Setiba ia di sana, Letnan Steyn dan anak buahnya melihat hewan berupa kadal raksasa yang panjangnya berukuran hingga dua meter. Steyn berhasil membunuh salah satu dari kadal rakasa tersebut dan membawa ke markasnya di kota Ende. Kadal raksasa ini kemudian dipotret dan gambarnya dibawa kepada Peter A Ouwens, seorang direktur Zoological Museum and Botanical Garden di Bogor.Inilah dokumentasi pertama sebuah kadal raksasa yang ternyata bernama komodo, oleh karenanya, pada tahun 1910 pihak Belanda menamakan pulau tersebut Pulau Komodo.
600 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
Hasil pemotretan komodo tersebut dipublikasikan oleh sebuah harian nasional Hindia Belanda pada tahun 1912.Publikasi ini membuat Pulau Komodo mulai ramai dikunjungi, baik oleh para peneliti, misionaris, maupun wisatawan. Menyadari akan keistimewaan komodo sebagai binatang langka, pada tahun 1915 pemerintah kolonial Belanda mengeluarkan peraturan proteksi terhadap binatang ini dari perburuan dan pembunuhan. Sesuai dengan namanya, Pulau Komodo adalah sebuah pulau yang dikenal sebagai habitat asli hewan komodo (Varanus komodoensis), oleh penduduk setempat, hewan ini disebut Ora.Hingga kini, hewan komodo menjadi kebanggaan karena menjadi sumber pendapatan penduduk lokal dari para wisatawan yang berkunjung ke pulau yang berpenduduk kurang lebih 4.000 jiwa ini. Di pulau ini, wisatawan dapat melihat hewan komodo yang merupakan spesies kadal terbesar di dunia dengan rata-rata panjang tubuhnya mencapai hingga 3,13 meter dan beratnya mencapai 165 kg. Wisatawan juga dapat menyaksikan berbagai Sumber Gambar : http://ilmuphotoshop.com aktivitas hewan langka ini, seperti perkawinan komodo yang terjadi antara bulan Mei hingga Agustus; komodo tengah menyantap rusa, kambing, babi dan menyaksikan komodo berjemur di jalanan dan di cabang pepohonan pada pagi hari. Untuk melindungi komodo dari kepunahan, maka pada tahun 1980 pemerintah menjadikan Pulau Komodo sebagai Taman Nasional Komodo. Enam tahun kemudian, yakni tahun 1986, taman nasional ini diterima sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO. Taman nasional ini terdiri atas dua pulau besar, yakni Pulau Rinca dan Padar, yang dikelilingi oleh beberapa pulau kecil. Total luas wilayah daratan taman nasional ini mencapai 1.817 km². Pulau Komodo merupakan pulau yang terletak di ujung paling barat Provinsi Nusa Tenggara Timur, berbatasan dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat.Secara
601 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
administratif, pulau ini termasuk wilayah Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Dari Kupang, ibukota Provinsi NTT, wisatawan dapat naik pesawat menuju Ende, sebuah kota di Pulau Flores. Setiba di sana, perjalanan dilanjutkan menuju Kota Labuhanbajo selama sepuluh jam dengan menggunakan minibus. Dari kota yang terletak di bagian paling barat Pulau Flores ini perjalanan dilanjutkan menuju Pulau Komodo dengan menggunakan speed boat yang memakan waktu sekitar dua jam. Wisatawan mancanegara dikenakan biaya tiket masuk pulau ini sebesar $5 US per orang untuk satu hari, dan wisatawan lokal dikenakan biaya Rp 25.000 per-orang (Maret 2008). h. Cagar Alam Gunung Mutis Cagar Alam Gunung Mutis merupakan salah satu obyek wisata andalan yang dimiliki oleh Propinsi Nusa Tenggara Timur. Kawasan wisata ini terkenal dengan gunung-gunung batu marmernya yang oleh masyarakat setempat disebut Faut Kanaf atau batu nama. Di bawah Faut Kanaf, terdapat sumber-sumber mata air yang disebut Oe Kanaf atau air dari Sumber Gambar : http://www.kidnesia.com batu.Air yang bersumber dari Faut Kanaf tersebut mengalir menuju satu titik dan membentuk dua buah DAS (Daerah Aliran Sungai), yang oleh masyarakat disebut DAS Benain dan DAS Noelmina.Kedua DAS ini merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat Timor Tengah Barat sampai hari ini. Kawasan wisata yang berjarak sekitar 140 km sebelah timur laut dari Kota Kupang ini memiliki luas wilayah sekitar 12.000 hektar dan dihuni oleh salah satu suku tertua di Nusa Tenggara Timur, yaitu Suku Dawan. Berkunjung ke Kawasan Wisata Cagar Alam Gunung Mutis sungguh menarik.Sejuta flora dan fauna hidup di dalamnya.Kawasan Wisata Gunung Mutis memiliki tipe vegetasi yang merupakan perwakilan hutan homogen dataran tinggi.Kawasan ini juga didominasi berbagai jenis ampupu (eucalyptus urophylla) yang tumbuh secara alami dan jenis cendana (santalum album). Selain itu di sini dapat ditemui berbagai jenis pohon lainnya seperti hue (eucalyptus alba), bijaema (elacocarpus petiolata), haubesi (olea paniculata), kakau atau cemara gunung (casuarina equisetifolia), manuk molo (decaspermum fruticosum), dan oben (eugenia littorale). Ada juga jenis tumbuh-tumbuhan seperti salalu (podocarpus rumphii), natwon (decaspermum glaucescens), natbona (pittospermum timorensis), kunbone (asophylla glaucescens), tune (podocarpus imbricata), natom (daphniphylum
602 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
glauceccens), kunkaikole (veecinium ef. varingifolium), tastasi (vitex negundo).Kemudian ada juga manmana (croton caudatus), mismolo (maesa latifolia), kismolo (toddalia asiatica), pipsau (harissonia perforata), matoi (omalanthus populneu), dan aneka jenis paku-pakuan dan rumput-rumputan. Selain kaya dengan flora, kawasan wisata Mutis juga menyimpan aneka fauna khas Pulau Timor. Di kawasan ini, pengunjung dapat menyaksikan rusa timor (cervus timorensis), kus-kus (phalanger orientalis), babi hutan (sus vitatus), biawak (varanus salvator), biawak timor (varanus timorensis). Di kawasan ini juga terdapat ular sanca timor (phyton timorensis), ayam hutan (gallus-gallus), punai timor (treon psittacea), betet timor (apromictus jonguilaceus), pergam timor (ducula cineracea), dan perkici dada kuning (trichoglosus haematodus). Pemandangan menarik lainnya yang dapat disaksikan adalah cara suku-suku asli di kawasan wisata ini untuk menafkahi hidupnya. Dengan memanfaatkan dahan dan ranting pohon-pohon besar, penduduk setempat membuatkan rumah bagi lebah hutan penghasil madu.Dari madu lebah hutan ini, masyarakat dapat berharap banyak untuk menopang kehidupan ekonominya, selain dari hasil ternak dan pertanian. Secara geografis, Cagar Alam Gunung Mutis terletak di wilayah Kecamatan Mollo Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Propinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Untuk mencapai Mutis perjalanan dimulai dari Kota Kupang menuju SoE, kota Kabupaten Timor Tengah Selatan dengan jarak 110 km dan waktu tempuh kurang lebih 2,5 jam. Dari SoE, perjalanan dilanjutkan dengan menumpang bus menuju Kapan, Kota Kecamatan Mollo Utara. Dari Kapan, perjalanan dilanjutkan menuju Desa Fatumnasi, sebuah desa yang berada di lereng Gunung Mutis dan merupakan pintu masuk untuk memasuki kawasan wisata ini. Perjalanan sejauh 15 km dengan menggunakan bus tersebut akan mengantarkan pengunjung memasuki kawasan wisata Gunung Mutis yang sungguh memesona itu. i.
Taman Laut Selat Pantar Selat Pantar merupakan laut yang memisahkan antara Pulau Alor dan Pulau Pantar. Tercatat, rata-rata terdapat 100 kunjungan wisatawan asing per-tahun yang datang menyelam Taman Laut Selat Pantar. Semenjak krisis ekonomi melanda, tahun 2001 tercatat 187 penyelam, namun tahun berikutnya hanya 109 penyelam. Angka ini boleh dibilang cukup kecil mengingat potensi taman laut Selat Pantar yang sangat besar.
603 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
Wisata bahari Taman Laut Selat Pantar mempunyai panorama bawah laut yang menakjubkan sehingga menjadi primadona dan pemikat bagi para diver dari seluruh dunia. Keindahan taman laut Selat Pantar melingkupi perairan Alor Besar, Alor Kecil, Dulolong, Pulau Buaya, Pulau Kepa, Pulau Ternate, dan Pulau Pura. Tercatat, ada 26 titik selam (diving spot) yang memesona wisatawan. Ke-26 titik diving itu seperti, Half Moon Bay; Peter‘s Prize; Crocodile Rook; Cave Point; The Edge; Coral Clitts; Baeylon; The Arch; Fallt Line; The Pacth; Nite Delht; Kal‘s Dream; The Ball; Trip Top; The Mlai Hall; No Man‘s Land; The Chatedral; School‘s Ut; hingga titik selam Shark Close. Titik selam yang terakhir ini sangat menarik karena merupakan tempat kumpulan ikan hiu yang sangat bersahabat dengan para diver. Di taman laut ini pula dapat ditemui lumba-lumba abu-abu yang merupakan spesies langka. Taman laut Selat Pantar terletak di Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Wisatawan bisa datang dari Kupang, dengan naik kapal feri dengan waktu tempuh 12-13 jam, menuju Larantuka. Kemudian melanjutkan perjalanan dengan naik kapal kayu menuju pelabuhan laut Kalabahi dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Di depan pelabuhan Kalabahi, yang berada di Kepulauan Alor, terbentang Taman Laut Selat Pantar. j.
Gunung Inerie Gunung Inerie memiliki ketinggian 2.245 meter di atas permukaan laut. Bagian gunung yang berhutan lebat hanya terdapat di sebelah barat lereng gunung. Sedangkan hutan di lereng bagian selatan telah dikonversi menjadi daerah perkebunan. Sebagian besar hutan yang terdapat di dalam kawasan ini terletak pada ketinggian 1.000-1.500 meter dari permukaan laut. Gunung Inerie pernah meletus pada tahun 1882 dan 1970. Gunung ini ramai didaki ketika musim kemarau, yakni antara bulan Juni hingga Agustus.
604 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
Dari atas puncak Gunung, para pendaki bisa dengan leluasa melihat pemandangan yang indah ke segala arah. Pemandangan Kota Bajawa di sebelah barat laut, dengan kabut tipis di atasnya, tampak seperti kota-kota kecil dan tua di Eropa. Sedangkan di bagian selatan tampak birunya laut Sawu, menempel rapat di kaki Gunung Inerie. Di sisi selatan puncak Gunung Inerie terdapat sebuah batu besar yang diyakini sebagai penjelmaan dari sosok Jaramasi beserta kuda tunggangannya. Menurut legenda, Jaramasi adalah seorang satria penjaga Gunung Inerie. Kata, ”jara” berarti kuda dan ”Masi” adalah nama orang (laki-laki). Artinya ”kuda milik Masi”, yang merupakan seorang pahlawan di wilayah perkampungan kaki Gunung Inerie. Gunung Inerie terletak di Bajawa, ibukota Kabupaten Ngada, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dari Kupang, ibukota Propinsi NTT, wisatawan dapat naik pesawat menuju Ende, sebuah kota di Pulau Flores. Setiba di sana, perjalanan dilanjutkan menuju Kota Bajawa yang berjarak sekitar 61 kilometer. Kemudian wisatawan dapat melanjutkan perjalanan dengan angkutan sewaan menuju desa wisata, Bena, yang terletak 15 km sebelah selatan Bajawa. Inilah desa terakhir sebelum menuju puncak Gunung Inerie.
2. WISATA BUDAYA a. Upacara Adat Reba Reba merupakan upacara adat yang bertujuan untuk melakukan penghormatan dan ucapan rasa terima kasih terhadap jasa para leluhur. Upacara ini juga digunakan untuk mengevaluasi segala hal tentang kehidupan bermasyarakat pada tahun sebelumnya yang telah dijalani oleh masyarakat Ngada. Melalui upacara ini, keluarga dan masyarakat meminta petunjuk kepada tokoh agama dan tokoh adat untuk dapat menjalani hidup lebih baik pada tahun yang baru. Upacara ini diadakan setiap tahun baru, tepatnya di bulan Januari atau Februari. Sumber Gambar : http://wisatamelayu.com
Tuan rumah untuk upacara ini selalu bergiliran pada setiap tahunnya. Sehari sebelum perayaan Reba dimulai, dilaksanakan upacara pembukaan Reba (su‘i uwi).
605 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
Pada malam su‘i uwi dilakukan acara makan minum bersama (ka maki Reba) sambil menunggu pagi. Pada pagi harinya, ketika upacara berlangsung, para tamu disediakan makanan dan minuman yang sudah matang dan siap dimakan (Ngeta kau bhagi ngia, mami utu mogo. Kaa si papa vara, ini su papa pinu). Hidangan utama dalam pesta ini adalah ubi. Bagi warga Ngada, ubi diagungkan sebagai sumber makanan yang tak pernah habis disediakan oleh bumi. Karena itu, warga Ngada tidak akan pernah mengalami rawan pangan ataupun busung lapar. Selama upacara Reba berlangsung diiringi oleh tarian para penari yang menggenggam pedang panjang (sau) dan tongkat warna-warni yang pada bagian ujungnya dihiasi dengan bulu kambing berwarna putih. (tuba). Sebagai pengiring tarian adalah alat musik gesek berdawai tunggal yang terbuat dari tempurung kelapa atau juga dari labu hutan. Sebagai wadah resonansinya alat musik ini ditutupi dengan kulit kambing yang pada bagian tengahnya telah dilubangi. Sedangkan penggeseknya terbuat dari sebilah bambu yang telah diikat dengan benang tenun yang telah digosok dengan lilin. Upacara adat Reba biasa dilakukan tiga sampai empat hari. Sebelum pelaksanaan upacara tari-tarian dan nyanyian (O Uwi) diadakan misa inkulturasi di gereja yang dipimpin oleh seorang pater atau romo. Beberapa rangkaian upacara juga diiringi dengan koor nyanyian gereja, dan menggunakan bahasa lokal Ngada. Upacara ini memang memadukan unsur adat dengan agama. Di luar gereja, suasana upacara adat bertambah meriah, ketika para penonton dan penari disodori satu dua gelas arak (tua ara). Ini merupakan tradisi setiap orang Ngada yang hadir dalam upacara tersebut. Namun demikian, Reba tidak sekadar pesta hura-hura, tapi wujud kegembiraan (gaja gora) masyarakat Ngada dengan tetap menjaga nuansa rohani. Upacara Reba dapat disaksikan di masing-masing kecamatan yang terletak di Kabupaten Ngada, Pulau Flores, Provinsi NTT. Masing-masing kecamatan itu adalah Aimere, Bajawa, Mataloko, Jerebu‘u dan So‘a. Dari Kupang, ibukota Provinsi NTT, wisatawan dapat naik pesawat menuju Ende, sebuah kota di Pulau Flores. Setiba di sana, perjalanan dilanjutkan menuju Kota Ngada yang berjarak sekitar 61 kilometer dengan naik minibus.
606 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
b. Pasola Jika memilih berlibur ke Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, sebaiknya Anda mempertimbangkan waktu yang tepat agar dapat menyaksikan permainan perangperangan tradisional yang disebut Pasola. Pasola adalah permainan perang dua kelompok ‘pasukan‘ berkuda yang saling melempar lembing (tombak kayu) di sebuah padang savana. Secara etimologis, Pasola berasal dari kata ‘sola‘ atau ‘hola‘ yang bermakna tombak kayu atau lembing. Setelah mendapat imbuhan ‘pa‘ menjadi ‘pasola‘ atau ‘pahola‘, Sumber Gambar : http://wisatamelayu.com/
maka artinya menjadi permainan ketangkasan
menggunakan lembing. Menurut cerita setempat, tradisi unik ini lahir dari kisah percintaan janda cantik jelita bernama Rabu Kaba.Sebelum menerima status janda, Rabu Kaba adalah istri sah dari Umbu Dula, satu di antara tiga bersaudara pemimpin warga Waiwuang.Dua saudara lainnya bernama Ngongo Tau Masusu dan Yagi Waikareri.Ketiga bersaudara ini kemudian berpamitan kepada warga Waiwuang untuk pergi melaut.Namun, ternyata mereka pergi ke daerah selatan Pantai Sumba Timur untuk mengambil padi.Setelah sekian lama, ternyata ketiga bersaudara tersebut tak kunjung pulang.Warga pun mencari jejak mereka tetapi tak berhasil menemukannya.Akhirnya, warga bersepakat mengadakan upacara perkabungan dan menganggap ketiga bersaudara itu telah meninggal. Singkat cerita, janda cantik istri mendiang Umbu Dulla kemudian menjalin kasih dengan Teda Gaiparona, seorang pemuda tampan dari Kampung Kodi.Tetapi, karena peraturan adat tidak menghendaki percintaan mereka, sepasang kekasih ini kemudian melakukan kawin lari.Janda cantik itu pun diboyong oleh Teda Gaiparona ke Kampung Kodi. Tak berapa lama setelah peristiwa kawin lari tersebut, tiga bersaudara Ngongo Tau Masusu, Yagi Waikareri, dan Umbu Dula pulang kembali ke Kampung Waiwuang, dan mendapati berita bahwa Rabu Kaba telah dibawa lari oleh Teda Gaiparona. Perselisihan pun tak dapat dielakkan.Tiga bersaudara ini bersama seluruh warga Waiwuang meminta pertanggungjawaban Teda Gaiparona karena telah melarikan Rabu Kaba. Akhirnya kesepakatan pun lahir, yaitu Teda Gaiparona harus mengganti belis (mas kawin) yang diterima oleh si janda cantik dari keluarga Umbu Dulla.
607 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
Setelah itu barulah pernikahan secara adat dapat dilaksanakan.Usai pernikahan tersebut, Teda Gaiparona berpesan supaya warga melaksanakan Pasola. Dengan cara ini, diharapkan dendam kedua kampung tersebut dapat dilepaskan dengan permainan perang-perangan dan adu ketangkasan melempar lembing dari atas kuda. Pelaksanaan Pasola sendiri sebetulnya merupakan bagian dari ritual kepercayaan Marapu (agama lokal masyarakat Sumba).Dalam kepercayaan Marapu, elemen terpenting adalah menjaga keharmonisan antara manusia dengan nenek moyangnya. Sebab, arwah nenek moyang inilah yang akan membawa kesuburan dan kemakmuran bagi mereka. Nah, permainan Pasola biasanya diadakan sebagai puncak dari Pesta Adat Nyale, yaitu upacara adat untuk memohon restu para dewa dan arwah nenek moyang agar panen tahun tersebut berhasil dengan baik. Waktu penyelenggaraan Pasola sangat bergantung pada hitungan para tetua adat (Rato) yang menafsirkan berbagai tanda-tanda alam, termasuk peredaran bulan.Perhitungan para Rato ini konon tidak pernah meleset.Buktinya, setiap hari pelaksanaan Pasola, di tepi pantai biasanya terdapat banyak nyale (cacing laut) sebagai tanda dimulainya permainan Pasola.Dalam kalender Masehi, Pasola diadakan antara bulan Februari hingga Maret di beberapa tempat di Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur. Dalam permainan yang menantang dan berbahaya ini, wisatawan dapat melihat secara langsung dua kelompok ‘Kstaria Sumba‘ yang saling berhadap-hadapan, kemudian memacu kuda secara lincah sambil sesekali melesatkan lembing ke arah lawan. Tak hanya mahir berkuda dan melempar lembing, para peserta Pasola ini juga sangat tangkas menghindari terjangan tongkat yang dilempar oleh lawan. Derap kaki kuda yang menggemuruh di tanah lapang, suara ringkikan kuda dan teriakan garang penunggangnya menjadi musik alami yang mengiringi permainan ini. Belum lagi pekikan para penonton perempuan yang menyemangati para ‘pahlawan‘ mereka di medan laga. Itulah suasana tegang dan menantang dalam permainan Pasola. Dalam permainan ini, para peserta telah menyiapkan tongkat kayu khusus sepanjang 1,5 meter dengan diamater 1,5 centimeter. Meskipun tongkat tersebut dibiarkan tumpul, tak jarang permainan ini melukai para pesertanya, bahkan bisa memakan korban jiwa.Darah yang mengucur di arena Pasola dianggap bermanfaat bagi kesuburan tanah dan kesuksesan panen.Sementara apabila terdapat korban jiwa, maka korban tersebut dianggap mendapat hukuman dari para dewa karena telah melakukan suatu pelanggaran.Para peserta yang terkena lembing—jika memungkinkan—dapat membalasnya di arena ini. Akan tetapi jika pertandingan telah usai, sementara peserta masih penasaran untuk membalas terjangan tongkat lawan, maka ia harus bersabar untuk menunggu Pasola pada tahun berikutnya. Sebab, dalam Pasola tidak dibenarkan untuk mendendam, apalagi melakukan pembalasan di luar arena Pasola.
608 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
Peserta Pasola bersiap menyerang lawan Sumber Foto: http://verykaka.wordpress.com Pelaksanaan Pasola tidak hanya merupakan permainan yang bersifat badaniah (profan), melainkan juga merepresentasikan ketaatan para pemeluk kepercayaan Marapu dalam melaksanakan adat istiadat para leluhurnya.Oleh karena bersifat sakral, maka sebelum pelaksanaan Pasola para tetua adat melakukan semedi dan lakutapa (puasa) untuk memohon berkah kebaikan kepada para leluhur dan para dewa. Selain memiliki nilai sakral, secara fungsional Pasola juga dapat dilihat sebagai elemen pemersatu dalam masyarakat Sumba.Sebagaimana cerita tentang asal muasal Pasola, yaitu untuk menghilangkan dendam antara Kampung Waiwuang dan Kodi, maka Pasola hingga kini telah menjadi ajang silaturrahmi dan persaudaraan di antara warga. Pada waktu istirahat, misalnya, yaitu ketika masuk jam makan siang, para peserta dan penonton akan melebur menjadi satu untuk menikmati makanan khas Pasola, yaitu ketupat. Pendek kata, warga di antara dua kubu yang ‘berperang‘ dalam Pasola sama-sama diajak untuk tertawa serta bergembira bersama sambil menyaksikan ketangkasan para penunggang kuda. Permainan Pasola diselenggarakan di empat kampung di Kabupaten Sumba Barat. Keempat kampung tersebut antara lain Kampung Kodi, Kampung Lamboya, Kampung Wanokaka, dan Kampung Gaura, Kabupaten Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Pelaksanaan Pasola di keempat kampung tersebut dilakukan secara bergiliran, antara bulan Februari hingga Maret setiap tahunnya (bertepatan dengan Upacara Adat Nyale). Kabupaten Sumba Barat terletak di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Di pulau ini terdapat empat kabupaten, antara lain Kabupaten Sumba Barat, Kabupaten Sumba Barat Daya, kabupaten Sumba Tengah, serta Kabupaten Sumba Timur. Untuk menuju Pulau Sumba, wisatawan dapat memafaatkan penerbangan menuju Bandara Mauhau, Kota Waingapu, Ibu Kota Kabupaten Sumba Timur dari berbagai kota besar di Indonesia. Jika Anda berangkat dari Jakarta, pesawat akan melakukan transit di Bandara Ngurah Rai, Denpasar Bali, sebelum melanjutkan penerbangan menuju Waingapu. Di kota ini juga terdapat pelabuhan laut yang melayani pelayaran dari Pulau Sumbawa, Pulau Flores, maupun Pulau Timor dengan jasa pelayaran Kapal Pelni. Dari Kota Waingapu, wisatawan dapat memanfaatkan transportasi umum
609 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
seperti bus atau menyewa jasa travel untuk menuju lokasi Pasola di Kabupaten Sumba Barat.
3. WISATA MINAT KHUSUS a. Desa Bena Kampung Bena terletak di Kabupaten Ngada, Flores Tengah, tepatnya Kecamatan Aimere, dan menjadi bagian dari desa Tiworiwu. Dari Bajawa, ibukota Kabupaten Ngada, kita tinggal menempuh empat puluh lima menit perjalanan dengan mobil. Bena adalah sebuah kampung kecil yang terletak di tengah-tengah daerah pegunungan selatan Flores, di tengah lembah yang terbentuk oleh lingkaran pegunungan tersebut.Padang rumput yang diselingi kelompok pepohonan adalah kondisi vegetasi setempat. b. Kampung Tradisional Takpala Kabupaten Alor di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu wilayah terluar Indonesia.Salah satu pulau di kabupaten ini, Pulau Alor, berbatasan langsung dengan Timor Leste
(http://id.wikipedia.org).Pulau Alor telah lama dikenal melalui tulisan Pigafetta dalam pelayaran Magelhaens ketika mengelilingi dunia.Dikisahkan, setelah membeli rempah-rempah dari Maluku dan sebelum kembali berlayar ke Eropa, kapal Victoria yang ditumpangi Magelhaens sempat singgah di Alor pada 12 Januari 1522 (www.alorkab.go.id). Kabupaten Alor menyimpan banyak potensi yang masih alami, terutama potensi kelautan yang menjadi aset wisata andalan kabupaten yang wilayahnya berwujud kepulauan ini. Kabupaten yang beribukota di Kalabahi ini memiliki pesona taman bawah laut yang menurut Karl Muller dalam buku “East of Bali: From Lombok to
610 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
Timor” (1991), termasuk salah satu taman bawah laut berkelas dunia (www.alorkab.go.id). Bahkan, Taman Laut Alor disebut-sebut sebagai taman bahwa laut terbaik kedua di dunia setelah Kepulauan Karibia di benua Amerika (www.katcenter.info). Namun, pariwisata Kabupaten Alor ternyata tidak hanya mengandalkan dari sektor wisata bahari saja.Terdapat sejumlah potensi wisata budaya yang juga menjadi kebanggaan kabupaten yang berpenduduk sekitar 150.000 jiwa ini.Salah satu yang obyek wisata nonbahari yang paling banyak dikunjungi adalah Kampung Tradisional Takpala yang berlokasi di Desa Lembur Barat, Kecamatan Alor Barat Laut, Kabupaten Alor, NTT.Desa wisata Takpala telah dikenal dunia dan hampir setiap hari ada wisatawan yang datang berkunjung, khususnya turis asing (www.poskupang.com).Kampung Takpala terletak di lereng bukit pada ketinggian kurang lebih 150 meter di atas permukaan laut (www.arsitekturntt.com).Kampung Tradisional Takpala menjadi aset wisata yang sudah dilindungi Peraturan Daerah Kabupaten Alor sebagai cagar budaya.
Para Turis Asing yang Berkunjung ke Takpala Sumber Foto: http://www.ascensionatsea.net Nuansa pemandangan yang tersaji di Takpala cukup menarik karena desa ini menghadap ke laut (www.pauluswiratno.com).Dari perkampungan ini, Anda dapat menikmati keindahan Teluk Benlelang dan lingkungan sekitarnya. Sesampainya Anda di Kampung Tradisional Takpala, Anda akan disambut dengan Tari Lego-Lego oleh penduduk setempat. Tarian khas Takpala ini dilakukan secara massal dengan bergandengan tangan secara melingkar.Para penari Lego-Lego memakai busana adat, sementara rambut kaum perempuan dibiarkan terurai. Di kaki para penari, dipasang gelang perak yang akan memantulkan bunyi gemerincing jika digerakkan (Bentara Wisata, 16 Maret 2007). Tetabuhan gong dan gendang dari kuningan atau moko mengiringi polah para penari yang bergerak rancak sambil mengumandangkan lagu dan pantun dalam bahasa adat setempat. Biasanya, Lego-Lego ditarikan selama semalam suntuk. Anda dan para pengunjung lain pun bisa turut menari bersama warga masyarakat Kampung Takpala. Menurut tetua adat setempat, Lego-Lego yang menjadi tarian khas Suku Abui, warga asli
611 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
Takpala, merupakan lambang kekuatan persatuan dan persaudaraan (Bentara Wisata, 16 Maret 2007).Dalam legenda dikisahkan bahwa Suku Abui adalah pendiri kerajaan tertua yang pernah ada di Alor, yaitu Kerajaan Abui di pedalaman pegunungan Alor (www.alorkab.go.id). Tari Lego-Lego dilakukan dengan mengelilingi tiga batu bersusun berbentuk lingkaran yang disebut mesbah.Konon, mesbah dibangun masa prasejarah dengan mengorbankan kepala manusia sebagai tumbal.Persembahan kepala manusia itulah yang membuat mesbah menjadi dikeramatkan (www.katcenter.info).Ketiga mesbah yang disakralkan itu melambangkan tiga kelompok yang terdapat dalam Suku Abui, antara lain Suku Kapitang yang merupakan suku perang, Suku Aweni yang terdiri dari kaum raja/bangsawan, dan Suku Marang atau suku perantara.Setiap suku memiliki wewenang sesuai kedudukannya masing-masing.Biasanya, ketiga kelompok suku ini saling berinteraksi saat menjalankan suatu pekerjaan. Misalnya, sebagai suku raja, Suku Marang memberi perintah kepada Suku Aweni untuk disampaikan kepada Suku Kapitang agar pergi berperang (Bentara Wisata, 16 Maret 2007).
Tari Lego-Lego Sumber Foto: http://www.transnusa.co.id Selain Tari Lego-Lego, yang menjadi daya tarik Kampung Takpala adalah rumahrumah tradisional Suku Abui yang biasa disebut dengan nama Rumah Lopo. Anda bisa berjalan-jalan dan melihat-lihat keunikan rumah adat yang masih digunakan sebagai tempat tinggal tersebut.Rumah adat yang masing-masing dihuni oleh sekitar 13 kepala keluarga itu terdiri dari dua jenis rumah, yakni Kolwat dan Kanuruat.Rumah Kolwat terbuka untuk umum, siapapun boleh masuk termasuk anak-anak dan perempuan.Sedangkan yang boleh masuk ke rumah Kanuruat hanya kalangan tertentu. Anak-anak dan perempuan dilarang keras memasuki rumah Kanuruat, jika dilanggar akan menimbulkan penyakit di mana proses penyembuhannya harus dilakukan dengan upacara adat (Bentara Wisata, 16 Maret 2007). Rumah adat Takpala terbuat dari bambu dan berbentuk piramida, beratap alangalang, serta disangga oleh 6 tiang yang terbuat dari kayu merah.Di bagian atas rumah terdapat ornamen berbentuk tangan terbuka sebagai simbol permintaan
612 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
berkat kepada Yang Maha Kuasa.Setiap Rumah Lopo memiliki tiga lantai.Lantai paling bawah berfungsi sebagai dapur dan ruang tidur, lantai dua digunakan untuk menyimpan jagung atau bahan makanan lainnya, dan apabila lantai dua sudah penuh, bahan makanan itu bisa disimpan di lantai tiga yang juga berfungsi sebagai gudang.Lantai dua juga sering digunakan untuk menjamu tamu-tamu yang datang. Bisa jadi, oleh pemilik rumah Anda akan dijamu dengan segelas kopi manis (www.ascensionatsea.net).
Rumah Adat Takpala Sumber Foto: http://www.ascensionatsea.net Lantai paling atas juga sering dimanfaatkan untuk menyimpan barang-barang berharga, termasuk untuk menyimpan moko atau nekara.Moko adalah gendang dari kuningan yang merupakan warisan budaya perundagian dari zaman perunggu (diperkirakan antara tahun 1.000 hingga 500 Sebelum Masehi). Selain digunakan untuk mengiringi Tari Lego-Lego, moko juga berfungsi sebagai bagian dari ritual perkawinan adat Takpala untuk mas kawin atau belis dalam bahasa adat setempat (www.katcenter.info). Cukup sulit memisahkan peran moko dalam kehidupan masyarakat Alor, terutama dalam ritual perkawinan adat. Moko khas Alor tergolong dalam nekara tipe Pejeng seperti yang ditemukan di Gianyar, Bali.Bentuk dasarnya lonjong seperti gendang, ada pula yang berbentuk gendang besar.Pola hiasnya beragam tergantung tahun pembuatannya, yang kebanyakan sekarang di Alor adalah mirip dengan yang ada pada zaman Majapahit.Ada pula jenis ragam hias moko yang merupakan hasil produksi pada zaman kolonial, sebelum Indonesia merdeka (www.alorkab.go.id). Nah, terkait dengan pernikahan adat Suku Abui di Kampung Takpala, Anda juga bisa mengikuti prosesi tata cara perkawinan itu serta menikmati kesakralan dan keunikannya. Selain itu, Anda juga bisa berbelanja moko untuk dijadikan buah tangan atau untuk menambah koleksi barang-barang unik Anda. Selain Tari Lego-Lego, Rumah Lopo, dan pernikahan adat Suku Abui, masih ada banyak hal menarik lainnya yang bisa Anda temui di Kampung Tradisional Takpala seperti Upacara Belanga Moko dan melihat-lihat koleksi benda-benda tradisional serta hasil kerajinan penduduk Takpala. Meski belum terdapat toko-toko yang
613 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
khusus menjual barang-barang khas Takpala, Anda dapat membeli langsung di rumah-rumah penduduk. Terkadang ada pula sejumlah warga yang menggelar dagangannya di depan rumah atau di beberapa tempat tertentu di Kampung Takpala. Anda bisa melakukan tawar-menawar dalam transaksi jual beli itu.Barangbarang asli Takpala yang bisa Anda beli untuk dijadikan oleh-oleh antara lain moko, tenun ikat, klewang (tempat sirih), cakalele, busur panah atau senjata-senjata tradisional yang lain, dan benda-benda lainnya.
Moko, Sangat Lekat dengan Tradisi Masyarakat Takpala. Sumber Foto: http://www.ascensionatsea.net Secara administratif, Kampung Tradisional Takpala terletak di Dusun III Kamengtaha, Desa Lembur Barat, Kecamatan Alor Barat Laut, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Batas-batas geografis wilayah Kampung Takpala antara lain: sebelah utara berbatasan dengan Laut Flores, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Lembur Tengah dan Desa Welai Selatan, sebelah timur berbatasan dengan Desa Likwatang, serta sebelah Barat berbatasan dengan Desa Lembur Barat (www.arsitekturntt.com). Akses menuju Kabupaten Alor sekarang sudah jauh lebih mudah. Dari Kupang, ibu kota Provinsi NTT, tersedia pesawat terbang ke Alor yang beroperasi lima kali dalam seminggu. Bahkan, ada juga maskapai pesawat yang melayani rute dari Surabaya dan Jakarta ke Bandara Mali di Alor.Sedangkan bagi Anda yang memilih menempuh perjalanan lewat jalur laut, Anda bisa memanfaatkan layanan kapal ferry.Layanan kapal laut dari Kupang ke Alor tersedia dua kali dalam seminggu (www.denmasdeni.wordpress.com). Setelah sampai di Kalabahi, ibu kota Kabupaten Alor, Anda bisa meneruskan perjalanan ke Kampung Takpala dengan menggunakan ojek sepeda motor dengan ongkos Rp20.000,- sekali jalan. Jarak antara Kalabahi dengan Takpala adalah sekitar
614 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
13 kilometer yang bisa ditempuh dalam waktu 20 menit sampai 30 menit (www.alorguide.blogspot.com).Jika Anda memilih menumpang kendaraan umum, Anda dapat berangkat dari Terminal Kalabahi dan naik bus jurusan Bukapiting, kemudian turun di Takalelang di Desa Lembur Barat. Dari sini Anda bisa langsung meneruskan ke Kampung Takpala dengan naik motor ojek atau berjalan kaki.
615 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur