. 55 Gao Ming ahli musik pa pa Saling Memaafkan gao Ming adalah pemusik pi pa kenamaan pada zaman Dinasti Yuan (1206-1368 Masehi). la juga menciptakan banyak sekali lagu dan irama umuk musik pi pa. Pada waktu ia masih muda, ia pernah memohon dengan sangat agar ahli musik kenamaan pada zaman itu, Huang lin, mau mengajarinya musik. Beberapa kali ia ditolak, namun itu tak menyurutkan minatnya. Ia terus memohon dengan berbagai cara sampai akhirnya ia diterima untuk menjadi murid pemusik terkenal itu. Ia sekolah musik dan tinggal di asrama. Gao Ming senang sekali mengarang lagu yang diangkatnya dari kehidupan rakyat sehari-hari atau dari obrolannya dengan rakyat sederhana. Ia juga
senang sekali bermain bersama rakyat biasa yang bisa main musik tradisional lainnya. Gao Ming terkenal suka bergaul tanpa memilih-milih orang. Ia juga dikenal sangat rendah hati di kalangan teman-temannya. Tetapi oleh gurunya, Gao Ming kurang disukai. Suatu hari, belum juga menamatkan pendidikannya, Gao Ming sudah harus pulang ke kampungnya. Setelah Gao Ming pulang, Huang Jin, gurunya, memeriksa kamarnya dan melihat-lihat lemari bukunya. Tiba-tiba mata Huang Jin tertuju pada sebuah buku salinan yang di dalamnya banyak sekali lagu dan instrumen untuk alat musik pi pa dan juga musik dan lagu untuk opera. Huang Jin membalik lembar demi lembar dan menemukan banyak sekali nada-nada dan syair yang bagus dalam buku tersebut. Karena ia tertarik, maka ia membaca semua tulisan yang ada di dalam buku itu dengan teliti. Ia begitu mengagumi semua tulisan itu. Ia berpendapat ini adalah karya yang luar biasa. Huang Jin bersama Shu Tong dengan membawa masakan dan minuman lalu mengejar Gao Ming. Belum lama ia mengejar, hujan turun dengan derasnya sehingga Shu Tong berkata agar Huang Jin berteduh sejenak dan setelah hujan reda baru meneruskan mengejar Gao Ming. Akan tetapi, Huang jin memutuskan untuk tidak berteduh dan terus menerjang hujan untuk mengejar Gao Ming. Shu Tong terpaksa mengikuti Huang Jin untuk mengejar Gao Ming, dan setelah kira-kira lima kilometer mereka melihat Gao Ming sedang berteduh di tempat istirahat umum. Huan Jin merasa gembira bisa bertemu dengan Gao Ming di tempat itu. Ia segera menyuruh Shu Tong untuk menyiapkan masakan dan minuman dan disajikan di tempat istirahat tersebut. Tempat istirahat umumnya terdapat banyak meja batu yang di sekelilingnya ada empat tempat duduk yang juga dari batu. Setelah hidangan tersedia Huang Jin berkata, "Guru sudah melihat hasil karya musik luar biasa milikmu (Pi pa ji). Guru menemukan bahwa kamu sungguh berbakat dalam mengarang lagu dan menciptakan nada demi nada, Sampai sudah usia tua seperti ini, Guru belum pernah melihat seorang murid yang bisa menghasilkan karya yang sangat tinggi seperti ini. Guru juga sudah melihat banyak sekali karya musik dari guru¬guru musik, terapi tampaknya tidak sebaik hasil karyamu, Semua hasil karyamu sungguh bisa dirasakan, dinikmati, serta disukai seluruh rakyat, bahkan sampai yang paling rendah status sosialnya sekalipun. Guru benar-benar baru tahu bahwa kamu adalah murid yang baik dan mengerjakan semua tugas yang diberikan setelah melihat buku hasil karyamu (Pi pa jt)' Karena itu, saat ini guru khusus mengejarmu dan menemuimu. Alasan pertama adalah. ingin mengucapkan selamat atas hasil karyamu yang luar biasa itu. Kedua, ingin mengadakan perjamuan perpisahan denganmu." Gao Ming begitu terharu melihat tindakan guru yang dihormatinya itU. sakit hatinya yang selama ini dipendam atas sikap gurunya pun lenyap saat itu juga. Bahkan, ia menuruti nasihat gurunya untuk merevisi beberapa bagian yang perlu diperbaiki. Akhirnya, buku karyanya menjadi sebuah maha karya seni musik pi pa yang kesohor dari zaman Dinasti Yuan.
=======~============~ www.rajaebookgratis.com MUTIARA HIKMAT: Seorang guru yang baik pasti berani meminta maaf kepada muridnya akan kesalahannya. Sebaiknya, seorong murid yang baik tahu memaafkan segala kelemahan dan kesalahan gurunya. Perlu berhati-hati dalam merespons perbuatan yang kurang menyenangkan dari orang yang dipimpin karena barangkali rasa kurang senang terhadap orang yang dipimpin hanyalah perasaan subyektif dan tidak dapat dipertanggungjawabkan. 56 Ge xi Jue jiao Hubungan Suatu Persababatan Pada zaman Dong Han, ada tiga orang ahli dan terpelajar, seorang bernama Hua Xin, seorang bernama Bing Yuan, dan seorang lain lagi bernama Guang Ning. Ketiga ahli itu juga merupakan sahabat baik. Mereka sering berdiskusi bersama, membaca buku bersama, dan bersama-sama melakukan berbagai kegiatan lain. Seperti orang normal pada umumnya, Suatu ketika mereka pun bisa berbeda pendapat dan bersitegang tetapi, tidak pernah memengaruhi persahabatan mereka. Suatu hari, setelah mereka belajar, Guang Ning dan Hua Xin pergi ke lapangan rumput. Sambil mencabuti rumput mereka berbincang¬bincang gembira. Tibatiba ada bunyi "ting". Ternyata Guan Ning terjatuh dan kepalanya membentur satu benda keras di tanah. Lalu hua Xin mendekati dan berniat mencari tahu mengapa bisa berbunyi demikian. Mereka pun menggali tanah tersebut dan menemukan, ternyata kepala Guan Ning membentur satu bongkahan emas yang besar. "Bagaimana ini?" tanya Hua Xin. Namun, Guan Ning seolah-olah tidak melihat emas itu dan seolah-olah tidak mendengar pertanyaan huan Xin. Guang Ning meneruskan pekerjaannnya mencabutri rumput-rumput. Hau Xin pun berpikir, "Ternyata Guan Ning tidak peduli dengan emas ini, aku juga seharusnya tidak peduli dan meneruskan mencabut rumput dan mengobrol dengannya." Lalu Hua Xin meneruskan mencabut rumput, namu ia tidak bisa membiarkan bongkahan emas itu dibiarkan begitu saja. Karena itu ia berpendapat bahwa jika emas itu dia bawa pulang, itu seperti mencuri emas orang karena ems tersebut ditemukan di halaman sekolah. Tetapi, ini bongkahan emas yang besar pasti akan berguna bagi ekonomi keluarganya. Walaupun Guan Ning mengajaknya bicara, ia menolaknya dengan halus karena tidak bisa konsentrasi berbicara. Ia terus berpikir apakah emas itu dibawa pulang atau tidak. Meihat kejanggalan Hua Xin, Guang Ning bertanya, "Ada apa denganmu? Hua Xin pun dengan terbata-bata menjawab, "Emas itu, emas itu ... mau kita apakan?"
Guan Ning bertanya lagi, "Emas apaan?" Ia bertanya demikian karena berpikir emas itu dan barang lainnya tidak ada bedanya. Ia tidak tahu bahwa Hua Xin mengetahui bahwa emas itu bisa mendatangkan uang yang banyak. Mendengar jawaban temannya, Hua Xin merasa lebih baik ia juga bersikap demikian. Setelah berpikir sejenak, ia mengambil bongkahan emas itu dan melemparkannya sejauh mungkin sambil berkara,akU tidak ingin memikirkanmu lagi!" Beberapa hari kemudian mereka berdua duduk di atas tikar sambil membaca buku. Sewaktu mereka asyik membaca, tiba-tiba ada suara gaduh banyak orang. Hua Xin pun berlari keluar untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi. Semencara Guan Ning tetap melanjutkan membaca buku. Tidak berapa lama Hua Xin kembali dan berkata, "Guan Ning, keluarlah ada pawai kerajaan, sungguh menarik!" Setelah berkata ia pun keluar lagi untuk melihar pawai, sementara Guan Ning tetap melanjutkan membaca buku. Betapa terkejutnya Hua Xin ketika pulang seusai menonton pawai mendapati bahwa tikar tempar duduk mereka sudah dipotong menjadi dua bagian. Lalu terjadilah percakapan seru di antara mereka. HuaXin bertanya, "Siapa yang memotong tikar ini?" Guan Ning menjawab dengan tegas, "Aku yang memotongnya!" "Mengapa demikian, bukankah dari dulu kita menggunakan tikar ini bersama untuk bermain dan belajar serta membaca buku?" demikian Hun Xin melanjutkan pertanyaannya. Dengan tenang dan dingin Guan Ning menjawab, "Kita dulu memang adalah treman yang sangat baik, tetapi sekarang aku tahu bahwa hobi kita dan impian kita sungguh sudah jauh berbeda, Kita adalah ilmuwan dan khusus untuk mengembangkan dunia pendidikan, seharusnya lebih memfokuskan diri pada ilmu pengetahuan dan pengembangannya. Sekarang aku tetap fokus untuk meneliti dan mengembangkan ilmu, sedangkan kamu tidak lagi seperti ilmuwan. Kamu sekarang lebih fokus pada kekayaan dan gaya hidup bersenang¬senang. Sekarang kita sudah tidak sama lagi. Aku memotong tikar ini menjadi dua bagian karena mulai saat ini kita bukan lagi sahabar karena tidak ada kecocokan lagi. Sejak saat itu hubungan persahabatan Guan Ning dan Hua Xin putus sama sekali. Di kemudian hari jika dua orang teman tidak lagi merasa cocok untuk melanjutkan hubungan persahabatan, mereka selalu mengatakan idiom, "Ge xi jue jiao" yang artinya potong tikar jadi dua bagian, putuskan saja hubungan itu! ~======~============== www.rajaebookgratis.com MUTIARA HIKMAT: Tindakan demi kesenangan sendiri, sering kali merusak persahabatan. Harta kekayaan terkadang juga menjadi penghalang bagi seseorang untuk mempunyai hubungan antar sesama yang baik. Jika kita tidak ingin terseret oleh sahabat yang tidak bisa ditegur dari sikapnya yang mau senang sendiri, ada baiknya kita putuskan saja hubungan tersebut.
57 Gao Mi De Jian Fei yi Sheng: Dokter Diet Yang cerdik Tidak Mudah Putus Asa Ada seorang saudagaryang kaya-raya di negeri China pada zaman dahulu kala. Setiap hari ia tidak perlu mengerjakan pekerjaan kasar, karena ada pembantu yang sudah digaji olehnya. Bahkan, urusan rumahnya dan urusan pekerjaannya, ia tidak perlu berpikir keras karena ada sekretaris yang digaji mahal untuk memikirkan semua pekerjaan dan mengatur pekerjaan dengan baik. Tiap hari kerjanya cuma bermain, makan, dan minum. Karena itu, tubuhnya sangat gemuk dan menderita obesitas. Untuk jalan kaki saja ia sudah SUSah melakukannya. Sudah sampai kondisi demikian baru ia menyadari bahwa ia perlu diet. Maka, ia pergi ke dokter diet yang sangat terkenal saat itu untuk menanggulangi masalah berat badannya. Saudagar kaya itu bertanya kepada dokter ahli diet, "Saya sudah segemuk ini, untuk jalan saja saya sudah hampir tidak mampu. Untuk menarik napas pun rasanya sudah sesak dan berat. Karena itu, saya datang menemuimu ingin serius menjalani diet. Namun, masalahnya saya tidak tahan meninggalkan kebiasaan makan enak seperri yang setiap hari saya lakukan. Apakah dokter punya cara yang terbaik untuk program diet saya? Saya sudah sangat menderita karena kegmukan karena itu tolonglah saya mengatasi penderitaan ini dengan cara yang terbaik tanpa saya harus meninggalkan makanan yang enak-enak tersebut. Saya punya banyak uang di rumah, jika kamu berhasil menolong saya untuk diet maka saya akan mernberimu uang yang bunyak!" Dokter ahli diet itu pun memeriksa seluruh badannya dengan teliti lalu berkata, "Saya tahu kamu punya banyak uang dan bisa membayar saya dengan uang yang banyak, tetapi walau kamu membayar saya dengan seluruh uangmu, saya tidak sanggup meyembuhkanmu. Masalahnya adalah bahwa kamu bukan hanya menderita obesitas yang parah, tetapi juga sudah mempunyai penyakit yang berat. SunggUh sudah tidak mungkin disembuhkan. Saya jamin hidupmu paling lama tinggal empat puluh hari lagi!" Saudagar kaya itu mulai takut setelah mendengar apa yang dikatakan oleh dokter ahli tersebut. Berita itu bagai petir yang menyambarnya di siang bolong baginya, sehingga membuar hatinya gelisah dan tidak bisa melupakan perkataan doktrer itu. Ia pun pulang dengan sedih karena mengerahui bahwa hidupnya tinggal elmpat puluh hari lagi. Sesampainya di rumah, ia langsung merebahkan diri di ranjangnya. Ia tidak ingin rnakan dan minurn, bahkan kecika memejamkan mata untuk tidur pun ia tidak bisa tidur. Jika bangun pagi ia terus mondar-mandir karena hatinya gelisah dan takut menghadapi hari kematiannya yang semakin mendekat. Tiap hari ia jalan mondar-rnandir tanpa henti. Jika capek, ia naik ke ranjang dan berbaring. Makan tak enak, minum pun
tak terasa lega. Tiap hari ia makan sangat sedikit dan tidak ada selera lagi minum yang enak. orang-orang di rumahnya tidak seorang pun yang bisa membujuknya agar mau makan dan minum. Baginya semua makanan dan minuman tidak lagi membuatnya berselera untuk menikmatinya. Tiap hari ia menghitung hari. Setelah tiga puluh hari lebih, daging dan lemak di tubuhnya merosotr drastis. Pada hari ketiga puluh sembiIan ia menyiapkan baju termahal yang pernah dimilikinya, sepatu yang terbaik yang ia punyai, laiu setelah mandi sebersih mungkin ia mengenakan semua ittu unruk menghadapi hari kematiannya. Pada hari keempat puluh, ia berbaring di tempat tidurnya untuk menghadapi hari kematiannya. Keringat deras membasahi bajunya. karena walaupun sudah empar puluh hari mempersiapkan hari kematiannya, ia masih takut menghadapi detik-detik malaikat maut menjemputnya. ia memejamkan mata di atas ranjang dengan hati yang gelisah walau sudah sebisa mugnkin menenangkan diri.Karena takut dan lelah menunggu, ia pun tertidur pulas. Keesokan harinya, hari keempat puluh satu, ia bangun dan mendapati bahwa tubuhnya segar dan kematian tampak masih enggan menghampirinya. Karena itu, ia merasa bahwa dokter diet itu telah menipunya mentah-mentah. 1a pun marah dan mendatangi dokter diet itu. Dengan emosi tinggi ia berkata kepada dokter, "Dokter bilang saya hanya akan hidup empat puluh hari lagi dan sekarang sudah hari keempat puluh satu, ternyata saya masih hidup bahkan saya rasa tubuh saya baik-baik saja. Kamu sungguh kurang ajar karena telah berani-beraninya menipu saya!" Dokter diet itu pun sambil tertawa menjawabnya, "Bukankah kamu ingin diet untuk mengurangi daging dan lemak dalam tubuhmu? Saat itu saya hanya melihat bahwa obat terbaik untuk membuatmu benar-benar melakukan diet adalah pernyataan bahwa kamu akan mati dalam empat puluh hari. Lihatlah hasilnya, kamu sekarang sudah langsing dan jauh lebih lincah!" ============== www.rajaebookgratis.com MUTIARA HIKMAT: Dakter diet tersebut benar-benar hebat. ia tampaknya sudah tahu bahwa jika saudagar kaya itu disarankan untuk diet dengan metode yang biasa, pasti tidak akan berhasil karena ia sulit mengontrol nafsu makannya dan tidak mau berolahraga. Pernyataan dokter itu membuatnya gelisah dan selera makannya pun hilang. Hasilnya sungguh nyata. Selalu ada jalan untuk mengatasi suatu masalah dan orang bijak tidak mudah putus asa mencari jalan tersebut. 58 Mai niu: Menjual Sapi Jangan Menipu Pada zaman Nan Chao, ada seorang pegawai kerajaan yang bernama Ming Shan Bin. Pada suatu tahun di musim panas, terjadi kekeringan yang luar biasa. Saat
itu terjadi gagal panen besar-besaran sehingga tidak ada hasil sama sekali. Rakyat pada umumnya sudah tidak lagi bisa melihat harapan untuk bertahan hidup. Air dan makanan menjadi hal yang langka dan rakyat makin hari makin lapar dan sengsara. Ming Shan Bin melihat semua penderitaan dan kelaparan rakyat. Ia sungguh gelisah karena mengetahui bahwa di gudang makanan istana ada banyak sekali bahan makanan. Bukan haknya untuk membagi, tetapi jika harus menunggu keputusan Raja, ia tahu bahwa Raja tidak akan mungkin membagikan bahan makanan tersebut. Karena itu ia nekat mengambil makanan dari gudang istana dan membagi¬bagikannya kepada rakyat yang sangat membutuhkan. Rakyar bergembira karena mendapat jatah bahan pangan tersebut. Mengerahui apa yang telah dibuat oleh Ming Shan Bin, Raja sangat marah. jika ia menghukum Ming Shan Bin ke dalam penjara, maka rakyat akan mengatakan bahwa Raja tidaklah bijak karena sebenarnya Ming Shan Bin tidak mengambil untuk dirinya sendiri melainkan untuk rakyat yang memang sudah kelaparan. Karena itu, raja memutuskan agar Ming Shan Bin pulang ke desanya dan berhenti menjadi pegawai istana. Raja punya alasan dan cara sendiri untuk menyingkirkan Ming han Bin.