Edisi Desember Edit_OK.indd 1
12/01/2013 13:52:01
Edisi Desember Edit_OK.indd 2
12/01/2013 13:52:02
Roket Multi Launcher (Multiple Launch Rocket System/MLRS) Astros Pada Pameran Indo Defence 2012 di Kemayoran, Jakarta
www.tniad.mil.id
Jurnal Media Informasi dan Komunikasi TNI AD
Vol. 32 No. 4 Desember 2012
6
D A F T A R I S I
Edisi Desember Edit_OK.indd 3
MERINTIS TRANSFORMASI ANGKATAN DARAT YANG BERKELANJUTAN
18 MENYIAPKAN DOKTRIN BERTEMPUR DI ERA “WARM PEACE”
Oleh: Brigjen TNI Sisriadi
Oleh: Mayor Inf Agus Harimurti, M.Sc, MPA
26
34
PERUBAHAN POLA PEMBINAAN LATIHAN TNI AD DIHADAPKAN KEPADA TANTANGAN TUGAS MASA KINI DAN MASA DEPAN
TRANSFORMASI ANGKATAN DARAT DIBIDANG PERSONEL SUATU KEHARUSAN
Oleh: Brigjen TNI Dody Usodo Hargo. S, S.IP., M.M
Oleh: Brigjen TNI Jaswandi
40
46
PENDIDIKAN TNI AD DI MASA DEPAN: MENYIAPKAN SDM MENYONGSONG TNI AD YANG MODERN
ANGKATAN DARAT PERLU MEMBUKA KURSUS KEPEMIMPINAN
Oleh: Kolonel Arh Candra Wijaya
Oleh: Brigjen TNI Hartomo
52
58
TANTANGAN BESAR BERNAMA “PEMELIHARAAN” (baca : MAINTENANCE)
TRANSFORMASI PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN ANGGARAN TNI AD
Oleh: Kolonel Kav Eko Susetyo
Oleh: Kolonel Chb Budi Prijono, S.T., MM.
12/01/2013 13:52:15
Jurnal Yudhagama
Kata Pengantar Susunan Redaksi Jurnal Media Informasi dan Komunikasi TNI AD
PELINDUNG : Kepala Staf TNI Angkatan Darat PEMBINA : Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Darat PENASEHAT : Irjenad, Aspam Kasad, Asops Kasad, Aspers Kasad, Aslog Kasad, Aster Kasad, Asrena Kasad, Kasahli Kasad. PEMIMPIN REDAKSI : Kolonel Czi Rukman Ahmad, S.IP. WAKIL PEMIMPIN REDAKSI : Kolonel Chb Firdaus Komarno, S.E.,M.Si. DEWAN REDAKSI : Kolonel Arh Erwin Septiansyah, S.IP. Kolonel Caj Drs. Moh. Noor, M.M. Kolonel Inf Drs. Zaenal Mutaqim, M.Si. Kolonel Arh Heru Sudarminto, S.IP., M.Sc. KETUA TIM EDITOR : Kolonel Inf Drs. Andi Suyuti, M.M. SEKRETARIS TIM EDITOR : Mayor Caj (K) Dra. Sri Indarti ANGGOTA TIM EDITOR : Letkol Caj Drs. M. Yakub Mayor Caj (K) Yeni Triyeni, S.Pd. Mayor Inf Dodi Fahrurozi, S.Sos. Mayor Inf Supriyanto Kapten Inf Candra Purnama, S.H. Lettu Caj (K) Besarah Septiana M., S.S. DISTRIBUSI : Mayor Chb Gara Hendrik, A.Md. DESAIN GRAFIS : Serka Enjang TATA USAHA : Peltu (K) Ety Mulyati, PNS Listin PNS Supriyatno REDAKTUR FOTO : Letkol Czi Drs. Syarifuddin Sara, M.Si. ALAMAT REDAKSI : Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat Jl. Veteran No. 5 Jakarta Pusat Tlp. (021) 3456838, 3811260, Fax. (021) 3848300, Alamat email :
[email protected]
4
S
alam Indonesia!! Tak terasa kita sudah memasuki penghujung tahun 2012, dimana program kerja selama satu tahun telah kita laksanakan dengan baik. Tentunya hal tersebut patut kita syukuri bersama, karena atas curahan rahmat dan hidayah-Nya, seluruh Program Kerja dapat dilaksanakan sesuai dengan waktunya, termasuk penerbitan Jurnal Yudhagama Volume 32 Nomor 4 Desember 2012. Pada edisi kali ini, Jurnal Yudhagama menampilkan tulisan-tulisan aktual berisi informasi yang bersifat strategis mengenai Angkatan Darat yang berasal dari buah pikiran para perwira yang berpengalaman dan mempunyai kualifikasi dan kompetensi sesuai dengan bidangnya. Seperti kita ketahui bersama, bahwa teknologi bukanlah satu-satunya penentu suatu peperangan. Untuk itu, TNI Angkatan Darat akan melakukan transformasi guna mengubah struktur dan budaya organisasi agar lebih siap menghadapi tantangan yang lebih kompleks dimasa mendatang. Halhal yang diperlukan TNI AD dalam melaksanakan transformasi di segala bidang, Brigjen TNI Sisriadi mengulasnya dalam tulisan berjudul “Merintis Transformasi Angkatan Darat yang Berkelanjutan”. Pembaca yang budiman, perang dingin telah berakhir sejak dua dekade silam. Tidaklah berlebihan bila kita semua berharap bahwa dunia akan semakin aman, dimana seluruh umat manusia dapat hidup tenang dan damai berdampingan, tanpa harus terkotak-kotak atas dasar pertentangan ideologi “kapitalisme vs komunisme”. Untuk itulah, Kasi-2/Ops Brigif Linud 17/1 Kostrad Mayor Inf Agus Harimurti Yudhoyono, M.Sc., MPA menuangkannya dalam tulisan berjudul “Menyiapkan Doktrin Bertempur di Era “Warm Peace”. Sistem pembinaan latihan menjadi kunci penentu kesiapan satuan dalam menghadapi tugas, sehingga akan menjamin keberhasilan setiap operasi yang melibatkan TNI Angkatan Darat. Guna menjawab tantangan tugas masa kini dan yang akan datang, diperlukan suatu perubahan pola pembinaan
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 4
12/01/2013 13:52:17
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD
latihan dalam rangka meningkatkan kualitas satuan dan profesionalitas prajurit. Oleh karenanya, Kepala Biro Persidangan dan Humas Setjen Wantannas Brigjen TNI Dody Usodo Hargo S., S.IP., M.M. mengulasnya dalam tulisan “Perubahan Pola Pembinaan Latihan TNI AD Dihadapkan Kepada Tantangan Tugas Masa Kini dan Masa Depan”. Dewasa ini, transformasi Angkatan Darat tidak semata berfokus pada perubahan paradigma, doktrin, strategi, atau teknologi saja. Tetapi juga mengedepankan aspek personel, sebab personel merupakan kunci dari transformasi. Transformasi Angkatan Darat dibidang personel ditujukan untuk memperkuat organisasi, sebab organisasi akan maju bila diawaki oleh personel yang hebat, termasuk yang akan mengawaki Alutsista modern. Untuk itulah, Wadanjen Kopassus Brigjen TNI Jaswandi membahasnya dalam tulisan “Transformasi Angkatan Darat Dibidang Personel Suatu Keharusan”. Pendidikan TNI Angkatan Darat merupakan salah satu parameter dan obyek transformasi TNI Angkatan Darat. Sumbangan pemikiran dari Danmenarhanud-1/F Kodam Jaya Kolonel Arh Candra Wijaya yang berjudul “Pendidikan TNI AD Dimasa Depan: Menyiapkan Sumber Daya Manusia Menyongsong TNI AD Yang Modern” turut menjadi bagian penting dalam jurnal edisi akhir tahun ini. Masih berkaitan dengan transformasi TNI Angkatan Darat, Dansecapaad Brigjen TNI Hartomo pun turut serta menyumbangkan buah pemikirannya dalam tulisan “Angkatan Darat Perlu Membuka Kursus Kepemimpinan”. Tulisan tersebut mengupas tentang
gambaran kualitas kepemimpinan di lingkungan TNI Angkatan Darat saat ini pada tingkat strata taktis dan operasional mengalami penurunan, yang ditandai dengan banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh para unsur pimpinan di satuan, baik dalam bentuk kegagalan dalam memimpin satuan maupun kegagalan sebagai pemimpin itu sendiri. Selain tulisan dari Dansecapaad, Aslog Kasdam IX/ Udayana Kolonel Kav Eko Susetyo juga memberikan buah pikirnya kedalam tulisan berjudul “Tantangan Besar Bernama “Pemeliharaan” (baca: Maintenance)”. Alutsista modern yang akan melengkapi kemampuan (capability) TNI Angkatan Darat kedepan tidak bisa dipelihara dengan cara amatiran. Untuk itulah, didalam tulisan ini akan dijelaskan langkah penting dalam aspek pemeliharaan guna mewujudkan kesiapan materiil TNI Angkatan Darat. Yang tak kalah menariknya, tulisan dari Paban II/ Renproggar Srenad Kolonel Chb Budi Prijono, S.T., M.M. berjudul “Transformasi Perencanaan dan Pengelolaan Anggaran TNI AD” dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca setia Jurnal Yudhagama. Akhirnya segenap redaksi Jurnal Yudhagama menyampaikan terima kasih atas sumbangan tulisan baik berupa ide/gagasan maupun konsepsi yang sangat bermanfaat bagi kemajuan TNI Angkatan Darat dimasa yang akan datang. Tak ada gading yang tak retak, redaksi berharap kiranya apa yang disajikan pada edisi kali ini senantiasa dapat memberikan manfaat bagi pembaca sekalian. Selamat membaca!
Jurnal Yudhagama sebagai media komunikasi internal TNI Angkatan Darat, mengemban misi: a. Menyebarluaskan kebijakan Pimpinan TNI Angkatan Darat kepada seluruh prajurit di jajaran TNI Angkatan Darat. b. Memberikan wadah untuk pemikiran-pemikiran yang konstruktif dalam pembinaan TNI Angkatan Darat dan fungsi teknis pembinaan satuan sesuai tugas pokok TNI Angkatan Darat sebagai kekuatan pertahanan negara matra darat. c. Menyediakan sarana komunikasi untuk penjabaran Kemanunggalan TNI-Rakyat. Tulisan yang dimuat dalam Jurnal Yudhagama ini merupakan pandangan pribadi penulisnya dan bukan pandangan resmi TNI Angkatan Darat, namun redaksi berhak merubah tulisan (rewrite) tanpa mengubah inti tulisan untuk disesuaikan dengan misi yang diemban Jurnal Yudhagama dan kebijakan Pimpinan TNI Angkatan Darat. Redaksi menerima karangan dari dalam maupun dari luar lingkungan TNI Angkatan Darat, dengan syarat merupakan karangan asli dari penulis. Karangan yang dimuat dalam jurnal ini dapat dikutip seluruh atau sebagian dengan menyebut sumbernya. Topik dan judul tulisan diserahkan kepada penulisnya, dengan ketentuan panjang tulisan berkisar sepuluh halaman kertas folio, dengan jarak satu setengah spasi. Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 5
5
12/01/2013 13:52:17
Jurnal Yudhagama
MERINTIS TRANSFORMASI ANGKATAN DARAT YANG BERKELANJUTAN
Oleh : Brigjen TNI Sisriadi (Dirtekind Ditjen Pothan Kemhan RI) Transformasi Angkatan Darat pada hakekatnya adalah suatu proses untuk mengubah karakteristik organisasi Angkatan Darat, agar mampu berkompetisi dengan negara lain melalui pengembangan kemampuan, restrukturisasi organisasi dan perumusan konsepkonsep baru dalam penyelenggaraan tugas-tugas operasional, guna mewujudkan satuan-satuan yang dapat diandalkan dalam rangka melindungi kepentingan nasional.
P
ada pelaksanaan Rabinniscab tahun 2012, Kasad dan Wakasad menyampaikan pengarahan di depan para peserta Rabinniscab yang intinya berisi pokok-pokok keinginan pimpinan untuk melakukan perubahan Angkatan Darat kearah yang lebih baik. Secara substansial, pengarahan tersebut pada hakekatnya merupakan direktif pimpinan Angkatan Darat kepada seluruh pimpinan di semua tingkatan dalam menyikapi perkembangan lingkungan strategis yang semakin kompleks. Salah satunya adalah perkembangan dibidang ilmu pengetahuan
6
dan teknologi yang telah mengubah karakteristik peperangan masa kini. Sebagaimana diketahui, perkembangan di bidang teknologi telah menghasilkan aplikasi teknologi militer yang semakin canggih. Perkembangan tersebut harus disikapi sebagai sebuah tantangan karena pemerintah sampai saat ini baru mampu membiayai pengembangan kemampuan TNI secara terbatas. Dalam kondisi seperti itu, upaya untuk mewujudkan minimum essential force merupakan langkah yang paling relevan dalam rangka mewujudkan kemampuan TNI yang memiliki efek penggentar terhadap pihak manapun yang akan menjadi ancaman bagi kedaulatan dan keselamatan negara serta keutuhan wilayah NKRI. Sebagai bagian integral TNI, Angkatan Darat perlu mengembangkan pemikiranpemikiran inovatif para perwiranya, agar keterbatasan sistem senjata teknologi tidak menjadi penghalang bagi upaya untuk mewujudkan Angkatan Darat yang handal, sehingga dapat menjamin tetap tegaknya kedaulatan dan terpeliharanya keutuhan wilayah NKRI. Sejarah telah membuktikan bahwa teknologi bukanlah satu-satunya penentu kemenangan suatu perang. Kegagalan Amerika Serikat di Vietnam merupakan bukti sejarah yang tidak dapat disangkal. Pasukan Amerika Serikat yang dikenal dengan keunggulan teknologi militernya, ternyata telah dibuat malu oleh pasukan Vietnam yang inferior. Belajar dari pengalaman tersebut, kita harus yakin bahwa kecil tidak berarti lemah. Kita juga harus yakin bahwa the man behind the gun adalah kunci kemenangan dalam peperangan. Namun demikian, keyakinan saja tidak cukup. Angkatan Darat harus melakukan transformasi menyeluruh, antara lain dibidang doktrin, organisasi, latihan, pendidikan, pembinaan personel, pengembangan kepemimpinan, pembinaan materiil, pembinaan teritorial dan bidang-bidang lainnya. Transformasi bukanlah pilihan, tetapi sebuah keharusan untuk mendukung strategi militer dalam rangka menegakkan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berangkat dari kondisi tersebut, tulisan ini mencoba mengelaborasi pokok-pokok keinginan Pimpinan Angkatan Darat untuk melakukan perubahan menyeluruh agar mampu menjawab tantangan tugas kedepan yang semakin kompleks. Tulisan ini diharapkan
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 6
12/01/2013 13:52:17
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD dapat menjadi stimulus bagi munculnya pemikiranpemikiran inovatif di kalangan Perwira Angkatan Darat untuk membuat peta jalan transformasi Angkatan Darat. Penulis menganggap perlu mengemukakan hal tersebut karena sampai saat ini Angkatan Darat belum memiliki cetak biru peta jalan transformasi yang dapat dijadikan pedoman untuk mewujudkan transformasi Angkatan Darat secara berkesinambungan. URGENSI TRANSFORMASI. Perkembangan lingkungan strategis yang sangat dinamis telah menciptakan kondisi keamanan global, regional dan nasional yang menuntut Angkatan Darat untuk melakukan perubahan. Berbagai perubahan yang dilakukan selama era reformasi telah mereposisi Angkatan Darat pada kedudukan yang tepat dalam tatanan politik nasional. Angkatan Darat telah menarik diri dari kehidupan politik praktis, menghentikan kegiatan bisnisnya, bahkan lebih cepat dari batas waktu yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004. Angkatan Darat juga telah meredefinisi fungsi dan perannya sebagai alat pertahanan negara. Angkatan Darat telah kembali kepada jati-dirinya sebagai tentara rakyat, tentara pejuang, tentara nasional dan tentara profesional. Namun demikian, reformasi internal di lingkungan Angkatan Darat belum membawa perubahan yang signifikan terhadap cara-cara Angkatan Darat dalam menyelenggarakan core business-nya. Perubahan yang terjadi lebih disebabkan oleh tekanan eksternal yang bernuansa politik, bukan berdasarkan kebutuhan untuk mengantisipasi perubahan lingkungan keamanan nasional. Oleh karena itu, Angkatan Darat harus mengambil langkah-langkah terstruktur untuk melakukan transformasi guna mengubah struktur dan budaya organisasi agar lebih siap menghadapi tantangan yang lebih kompleks pada masa mendatang. Secara harfiah, reformasi mengandung makna kembali (re) ke bentuk semula (formation), sedangkan transformasi mengandung arti proses perubahan karakteristik Angkatan Darat dalam rangka berkompetisi dengan militer negara lain dengan menggunakan konsep baru. Dalam kaitannya dengan Angkatan Darat, transformasi harus diarahkan untuk meningkatkan kapasitas Angkatan Darat sebagai komponen utama pertahanan negara yang bertanggung jawab atas tetap tegaknya kedaulatan negara dan keutuhan wilayah NKRI. Transformasi adalah kebutuhan mendesak dan harus segera dilakukan guna mewujudkan keunggulan Angkatan Darat diantara negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara. Kewibawaan yang pernah diraih bangsa Indonesia pada masa orde baru harus diwujudkan
kembali. Untuk itu, Angkatan Darat tidak bisa terus mempertahankan kondisi yang ada saat ini, tetapi harus melakukan transformasi. Sedikitnya ada tiga alasan mengapa Angkatan Darat perlu segera melaksanakan transformasi. Pertama, adanya optimisme pemerintah bahwa perekonomian nasional semakin membaik. Artinya, ada harapan meningkatnya kemampuan pemerintah untuk mendukung pembangunan dibidang pertahanan negara pada masa mendatang. Apabila tidak segera melakukan upaya-upaya transformasional sejak saat ini, maka Angkatan Darat akan terlambat manakala pemerintah mampu memberikan dukungan anggaran pertahanan negara yang memadai. Kedua, saat ini negara-negara tetangga terus membangun kapabilitas militernya dengan menambah kekuatan sistem senjata teknologinya. Hal ini tidak boleh membuat kita merasa rendah diri karena semua pemimpin militer profesional di dunia tahu bahwa kemenangan perang tetap ditentukan oleh the man behind the gun. Rendahnya anggaran pertahanan tidak boleh menjadi pemaaf untuk tidak melakukan upaya peningkatan kapabilitas Angkatan Darat sebagai alat pertahanan negara, apalagi menyalahkan pemerintah yang tidak mampu memberikan dukungan anggaran untuk mengadakan Alutsista baru. Mentalitas seperti itu akan menjadikan Angkatan Darat lemah. Membiarkan Angkatan Darat lemah sama artinya dengan menciptakan ancaman potensial bagi kedaulatan dan keutuhan NKRI. Ketiga, perkembangan lingkungan strategis telah membuat akses terhadap teknologi semakin mudah karena teknologi menjadi semakin murah dan kemampuan manusia dalam penguasaan teknologi menjadi semakin baik. Angkatan Darat harus mampu mengembangkan inovasi untuk memanfaatkan teknologi bagi kepentingan aplikasi militer dengan harga terjangkau. Banyak sekali teknologi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan Angkatan Darat oleh industri dalam negeri dengan harga relatif terjangkau. DIMENSI TRANSFORMASI ANGKATAN DARAT DAN PERMASALAHANNYA. Transformasi Angkatan Darat pada hakekatnya adalah suatu proses untuk mengubah karakteristik organisasi Angkatan Darat, agar mampu berkompetisi dengan negara lain melalui pengembangan kemampuan, restrukturisasi organisasi dan perumusan konsep-konsep baru dalam penyelenggaraan tugastugas operasional, guna mewujudkan satuan-satuan yang dapat diandalkan dalam rangka melindungi kepentingan nasional. Karena luasnya cakupan Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 7
7
12/01/2013 13:52:18
Jurnal Yudhagama transformasi, transformasi Angkatan Darat perlu difokuskan pada dimensi tertentu yang dapat digunakan sebagai parameter untuk mengukur kemampuan organisasi militer secara akuntabel. Mengacu pada petunjuk strategis pimpinan Angkatan Darat, maka setidaknya ada enam dimensi yang dapat digunakan sebagai parameter transformasi, yaitu dimensi doktrin, organisasi, latihan, personel, materiil serta kepemimpinan. Dimensi Doktrin. Doktrin adalah ajaran, prinsip-prinsip dan konsepsi yang bersifat mendasar yang disusun berdasarkan hasil pemikiran terbaik yang mengalir dari teori dan pengalaman untuk diajarkan serta digunakan sebagai pedoman dalam tata kehidupan bangsa dan negara yang bersifat konsepsional sampai dengan yang bersifat operasional implementatif pada kurun waktu tertentu.1 Bagi Angkatan Darat, doktrin merupakan elemen yang sangat penting dalam pengembangan kemampuan operasional. Kiranya tidak berlebihan apabila doktrin dianggap sebagai mesin perubahan bagi organisasi militer.2 Doktrin TNI AD harus hidup dan memberikan nafas bagi perencanaan operasi darat masa depan, jauh melebihi visi para pembuat doktrin itu sendiri. Sebagai contoh, konsep general staff yang diperkenalkan tentara Jerman pada abad XVII sampai saat ini masih diakui validitasnya dan masih digunakan hampir semua organisasi militer di seluruh dunia. Oleh karena itu, doktrin harus memberikan falsafah, menyatukan bahasa, tujuan, pola pikir dan pola tindak dalam semua satuan jajaran Angkatan Darat. Saat ini Angkatan Darat telah mengesahkan 34 naskah Buku Petunjuk Induk, 38 naskah Buku Petunjuk Pembinaan, 18 naskah Buku Petunjuk Operasi, 90 naskah Buku Petunjuk Administrasi, 69 naskah Buku Petunjuk Lapangan, 162 naskah Buku Petunjuk Teknik, 93 naskah Buku Petunjuk Pelaksanaan. Secara kuantitatif, itu jumlah yang cukup besar. Namun dari seluruh produk doktrin yang ada, nuansa penyeragaman format penulisan relatif dominan dibandingkan dengan substansi doktrin itu sendiri, sehingga peran doktrin sebagai pedoman pelaksanaan tugas kurang mengemuka. Penyeragaman format ini telah membuat banyak aspek operasional penting tidak terwadahi dalam doktrin. Para pengguna doktrin di lapangan mengalami kesulitan untuk menerapkan substansi buku petunjuk operasional dalam pelaksanaan latihan maupun tugas-tugas di lapangan. Artinya, secara kualitatif kita masih harus melakukan perubahanperubahan mendasar terhadap doktrin. Dihadapkan dengan kebutuhan operasional yang ada saat ini, substansi doktrin saat ini kurang 8
memberikan panduan bagi perancang dan pelaksana operasi. Buku-buku petunjuk operasional yang berlaku saat ini belum memberikan gambaran tentang rancang bangun operasi tetapi lebih bersifat mengatur, sehingga konsep-konsep perencanaan operasi yang dihasilkan cenderung prosedural dan normatif. Pada gilirannya, para komandan satuan di lapangan tidak optimal dalam melaksanakan fungsi komando dan pengendalian operasi. Permasalahan ini antara lain disebabkan oleh rancang bangun doktrin yang disusun secara vertikal yang lebih kita kenal dengan “Pohon Doktrin”. Dalam struktur tersebut, Doktrin KEP berada di puncak pohon, selanjutnya diuraikan secara lebih detail dalam buku-buku petunjuk induk, petunjuk operasi, petunjuk pembinaan, petunjuk administrasi, petunjuk lapangan serta petunjuk teknis, sesuai kecabangan dan fungsi yang ada dalam organisasi Angkatan Darat. Penyusunan buku petunjuk seperti itu, secara administratif akan memudahkan perumusannya. Tetapi secara substansial, doktrin yang dihasilkan tidak akan bisa menjawab kebutuhan para komandan dan prajurit untuk melaksanakan tugastugas di lapangan. Idealnya, struktur penyusunan doktrin menggunakan pola lingkaran-lingkaran yang disusun secara konsentris, dimana Doktrin KEP berada di tengah lingkaran. Dengan struktur ini, substansi doktrin akan lebih menjawab tantangan tugas satuan di lapangan. Struktur seperti ini tetap akan memudahkan para pembuat doktrin dalam merumuskan isi doktrin yang lebih aplikabel. Keberadaan Doktrin KEP di pusat lingkaran akan menjadikan Doktrin KEP sebagai pusat, sekaligus sebagai sumber pemikiran bagi doktrin operasional, taktis dan teknis. Lingkaran kedua dari struktur doktrin adalah core business Angkatan Darat, yaitu buku petunjuk tentang Teritorial, Operasi dan Taktik yang dilengkapi dengan buku-buku petunjuk pendukungnya seperti buku petunjuk tentang Intelijen, Personel, Logistik, Perencanaan, Komando dan Pengendalian. Pada lingkaran ini dapat dikembangkan buku-buku petunjuk tentang cabang-cabang operasi darat, misalnya operasi intelijen, operasi teritorial, operasi lawan insurjensi, operasi khusus dan sebagainya. Selain itu, juga dapat dikembangkan buku-buku petunjuk tentang Binter dan penggunaan kesenjataan dalam operasi, seperti Infanteri, Kavaleri, Armed, Arhanud, Penerbad, Zeni dan sebagainya. Pada lingkaran ketiga dikembangkan buku-buku petunjuk pendukung yang bersifat lebih teknis, misalnya buku petunjuk lapangan tentang satuan lapangan (Brigade, Batalyon, Kompi dan sebagainya), buku petunjuk tentang latihan, buku petunjuk tentang kepemimpinan dan sebagainya.
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 8
12/01/2013 13:52:18
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD Selain substansi, perubahan yang perlu dilakukan pada dimensi doktrin adalah memilah dan memisahkan buku-buku petunjuk yang bersifat sebagai peraturan dari buku-buku petunjuk yang bersifat doktrin. Hal ini perlu dilakukan karena adanya kecenderungan dikalangan prajurit yang memperlakukan doktrin sebagai peraturan untuk dijadikan payung hukum bagi pelaksanaan tugas. Secara fungsional, doktrin bukanlah peraturan atau sebaliknya. Peraturan adalah produk hukum yang implikasinya adalah salah atau benar, sedangkan doktrin adalah pedoman tindakan bagi prajurit yang implikasinya menang atau kalah, gagal atau berhasil dalam tugas. Oleh karena itu, doktrin harus diikuti tetapi bukan dalam konteks patuh dan tidak patuh, melainkan diikuti sebagai pedoman dalam berpikir dan bertindak dalam pelaksanaan tugas. Doktrin harus membuka ruang bagi para pelaksana di lapangan untuk mengembangkan intuisi sesuai dengan kondisi tugas, medan, musuh dan pasukan sendiri di lapangan. Substansi doktrin harus dapat memberikan panduan bagi perancang dan pelaksana operasi darat, bukan bersifat aturan yang akan membelenggu para perancang operasi dan komandan satuan di lapangan. Doktrin harus memberikan ruang kreativitas dan inovasi kepada para perancang operasi serta memberikan ruang pengembangan intuisi bagi para komandan operasi di lapangan, baik pada tingkat strategis, operasional maupun taktis. Dalam penyusunannya, doktrin dibuat oleh lembaga pembina doktrin, sedangkan peraturan dibuat oleh Mabesad. Prioritas pertama yang perlu segera dilakukan adalah mengesahkan Doktrin KEP karena akan berperan sebagai sumber pemikiran dari seluruh doktrin Angkatan Darat. Substansi draft Doktrin KEP telah mengalami beberapa kali penyempurnaan sehingga yang secara substansial telah mewadahi pokok-pokok pikiran strategis tentang “how we figth and how we do business” (baca: bagaimana menyelenggarakan operasi darat dan bagaimana menyiapkan kemampuan dan kekuatan untuk penyelenggaraan operasi darat). Prioritas berikutnya adalah menyusun compendium doktrin Angkatan Darat yang berisi sinopsis bukubuku petunjuk utama yang berkaitan langsung dengan “core business” Angkatan Darat. Compendium ini harus memberikan gambaran ringkas tentang proses pengembangan masing-masing doktrin agar para pengguna mengetahui proses perumusan doktrin mulai dari perumusan konsep-konsep baru sampai dengan tersusunnya doktrin. Dengan adanya compendium doktrin maka akan memudahkan para pengguna doktrin untuk menemukan referensi yang diperlukan dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam penugasan. Compendium harus selalu diperbaharui
sesuai dengan kondisi doktrin yang berlaku, agar para pengguna doktrin dapat memberikan masukan terhadap doktrin yang masih bersifat sementara. Dimensi Organisasi. Organisasi memiliki hubungan resiprokal dengan doktrin. Oleh karena itu perubahan doktrin seharusnya diikuti dengan pengkajian organisasi dalam rangka mengadopsi konsep-konsep baru yang dikembangkan dalam doktrin. Perubahan doktrin dilakukan sebagai langkah antisipatif untuk menghadapi perubahan hakekat dan karakteristik ancaman. Dengan sendirinya perubahan organisasi juga harus melihat ancaman sebagai pertimbangan utamanya serta mengadopsi konsep-konsep strategis, operasional dan taktis yang tertuang dalam doktrin. Bentuk, susunan dan dislokasi satuan-satuan Angkatan Darat harus dirancang sedemikian rupa agar memiliki respon (responsivness), daya gempur (striking power), daya tahan (sustainability) serta daya hidup (survivability) yang dapat diandalkan. Organisasi Angkatan Darat harus dirancang berdasarkan apa yang bisa dilakukan musuh (capabilitybased), bukan berdasarkan siapa atau dari negara mana yang akan menjadi musuh (threat-based). Berangkat dari pemahaman tentang kemampuan musuh, maka perlu dirumuskan kemampuan apa yang harus dimiliki Angkatan Darat. Dengan gambaran tentang kemampuan tersebut, selanjutnya bentuk dan susunan organisasi dapat ditentukan. Dihadapkan dengan kemungkinan perkembangan militer negara tetangga sepuluh tahun kedepan, sedikitnya ada lima hal yang dapat dijadikan pertimbangan dalam penyusunan organisasi Angkatan Darat. Pertama, adanya interoperabilitas. Interoperabilitas adalah kemampuan satuan untuk memberikan bantuan atau menerima bantuan atau bekerja sama dengan satuan lain sedemikian rupa sehingga satuan-satuan tersebut dapat melakukan kerjasama antar kesenjataan secara efektif. Kedua, terintegrasinya fungsi intelijen. Untuk mengantisipasi perkembangan ancaman kedepan, kemampuan intelijen Angkatan Darat harus mencakup technical intelligent (intelijen teknis) dan human intelijen (intelijen manusia) secara terintegrasi. Pengintegrasian intelijen teknis dan intelijen manusia sangat diperlukan karena keduanya memiliki kelemahan namun dapat saling menutup satu sama lain. Ketiga, adanya fleksibilitas. Fleksibilitas yang tinggi sangat diperlukan untuk menghadapi pertempuran asimetrik yang tidak lagi menggunakan pendekatan operasional secara linier. Satuan yang fleksibel harus bisa menyebar dan menyatu, muncul dan menghilang dengan cepat sehingga dapat memberikan pukulan yang tidak terduga oleh musuh. Keempat, adanya survivabilitas. Survivabilitas harus Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 9
9
12/01/2013 13:52:18
Jurnal Yudhagama didukung dengan kemampuan untuk memberdayakan logistik wilayah. Tanpa dukungan logistik wilayah, satuan-satuan lapangan tidak akan mungkin mampu beroperasi lama. Untuk itu maka setiap prajurit di semua jajaran satuan Angkatan Darat harus memiliki lima kemampuan teritorial yang melekat. Dengan demikian maka satuan-satuan Angkatan Darat akan mudah diterima masyarakat setempat dan akan mendapat dukungan sepenuhnya dari masyarakat. Kelima, adanya kebebasan bertindak. Struktur organisasi satuan-satuan Angkatan Darat harus disusun sedemikian rupa, sehingga memiliki kebebasan bergerak di medan tempur. Dengan kebebasan bergerak yang dimilikinya, satuan-satuan Angkatan Darat akan dapat melakukan pendadakan strategis, operasional maupun pendadakan taktis dengan lebih baik. Organisasi Angkatan Darat harus digelar sesuai dengan konstelasi geografis, sehingga satuan-satuan Angkatan Darat dapat memberikan respons segera terhadap ancaman yang akan mengusik kedaulatan NKRI dari manapun datangnya. Untuk itu, perumusan kebijakan yang berkaitan dengan disposisi satuan harus memerhatikan asas-asas operasi militer yang meliputi asas tujuan, offensive, pemusatan, penghematan, manuver, kesatuan komando, keamanan, pendadakan dan kesederhanaan.3 Untuk itu perlu dipertimbangkan redislokasi satuan-satuan Angkatan Darat dari Pulau Jawa ke tempat lain untuk menyebarkan decisive points dalam peperangan masa depan. Dalam konteks sistem pertahanan semesta, penyebaran pasukan menjadi salah satu faktor penting yang membentuk sifat kewilayahan dan kesemestaan perlawanan Angkatan Darat. Penyebaran tidak berarti meratakan jumlah satuan di semua mandala operasi, tetapi harus memperhitungkan faktor operasional seperti kemungkinan datangnya musuh dan disposisi pusat kekuatan Angkatan Darat sendiri serta faktor operasional lainnya. Maka dari itu, rencana redislokasi pasukan Angkatan Darat harus dilakukan secara seksama dan memperhitungkan semua faktor operasional tersebut. Dihadapkan dengan sistem pertahanan semesta, transformasi dibidang organisasi harus diarahkan untuk meningkatkan sustainabilitas dan survivabilitas satuan-satuan Angkatan Darat dalam penyelenggaraan perang berlarut. Untuk itu, perlu dilakukan revitalisasi doktrin perang berlarut (misalnya: taktik gerilya dan lawan gerilya) dan mengintegrasikannya dalam struktur organisasi satuan-satuan taktis. Salah satu contoh pengintegrasian doktrin perang berlarut adalah melengkapi struktur organisasi satuan taktis dengan kerangka oganisasi satuan gerilya yang harus dibentuk manakala terjadi perlawanan berlarut. 10
Selain apek struktural, transformasi organisasi juga harus menyentuh aspek kultural (budaya organisasi). Budaya organisasi sangat penting karena berkaitan dengan perilaku manusia sebagai agen perubahan. Budaya organisasi yang baik akan menjadi faktor pendorong bagi berlangsungnya proses perubahan secara signifikan. Organisasi Angkatan Darat harus diarahkan sedemikian rupa, sehingga menjadi learning orgaization, yaitu suatu organisasi yang secara terusmenerus mentransformasi pengalaman menjadi pengetahuan yang dapat diakses oleh seluruh anggota organisasi, sehingga berguna bagi pengembangan organisasi tersebut dalam menghadapi tantangan masa depan.4 Untuk membentuk organisasi belajar, Angkatan Darat harus melakukan rekulturisasi untuk menyatukan karakter prajurit dalam rangka meningkatkan kualitas organisasi Angkatan Darat secara keseluruhan. Sebagai organisasi belajar, Angkatan Darat harus mengadopsi berbagai pengalaman organisasi menjadi taktik, teknik dan prosedur baru dalam rangka meningkatkan kemampuan dan mutu tempurnya. Untuk itu perlu dibentuk pemimpin lapangan yang mampu menumbuhkan suasana kondusif, dimana setiap orang dalam organisasi Angkatan Darat benar-benar menghargai pengetahuan serta memanfaatkannya untuk meningkatkan kualitas kemampuan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari. Sebagai salah satu subsistem dari sistem operasi tempur (battle operating system), organisasi harus dilihat sebagai sesuatu yang dinamis, karena di dalamnya terdapat prajurit yang memiliki daya cipta dan daya karsa. Organisasi belajar, adalah organisasi yang secara terus-menerus mentransformasi pengalaman menjadi pengetahuan yang digunakan bagi pengembangan organisasi tersebut sehingga dapat meningkatkan efektivitas organisasi. Guna mewujudkan organisasi Angkatan Darat sebagai organisasi belajar, maka para pemimpin organisasi pada semua tingkatan harus didorong agar (1) senantiasa memberikan perhatian, mengukur dan mengendalikan perilaku anggotanya agar memberikan kontribusi positif terhadap kemajuan organisasi; (2) mengaktualisasikan kemauan dan keberanian untuk memberikan koreksi terhadap perilaku prajurit yang tidak mendukung kemajuan organisasi; (3) mampu menjadi contoh bagi para pemimpin bawahannya dan melatih mereka untuk senantiasa berperan aktif dalam pengembangan organisasi; (4) memberikan rewards yang sepadan terhadap prestasiprestasi yang berhasil diraih oleh para pemimpin bawahan serta berusaha mendorong para pemimpin bawahan untuk menemukan metode-metode baru dalam memecahkan masalah organisasional.
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 10
12/01/2013 13:52:18
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD Dimensi Latihan. Secara normatif, latihan satuan jajaran Angkatan Darat dapat dilaksanakan dan mencapai programprogram yang telah disusun setiap tahunnya. Namun demikian, hasil akhir latihan tersebut tidak tercermin pada kemampuan operasional satuan dalam pelaksanaan tugas-tugas di lapangan. Hal tersebut mencerminkan adanya masalah mendasar dibidang latihan yang harus mendapat prioritas pemecahan. Salah satu masalah menonjol adalah belum adanya kesinambungan antara materi latihan dengan tugastugas yang dihadapi satuan di daerah operasi. Hal ini mengakibatkan para prajurit dan komandan lapangan banyak menghadapi kendala taktis dalam pelaksanaan operasi, karena apa yang mereka temui di daerah penugasan tidak seperti yang mereka terima di daerah latihan. Masalah berikutnya yang juga perlu mendapat perhatian adalah perilaku sebagian pemimpin lapangan yang kurang serius dalam menangani masalah latihan. Latihan dilaksanakan sekedar memenuhi program tahunan, sehingga tidak berdampak signifikan terhadap peningkatan kemampuan satuan. Padahal, setiap prajurit harus mengerti bahwa tugas utama mereka adalah berlatih, bertempur dan memenangkan pertempuran. Keberhasilan dalam pertempuran tidak datang begitu saja tetapi hanya mungkin dicapai dengan latihan yang realistis, keras dan menantang. Latihan yang realistis akan membiasakan para prajurit dan pemimpin lapangan pada tugas-tugas pertempuran yang sebenarnya. Latihan yang keras akan membuat para prajurit dan pimpinan di lapangan terbiasa menghadapi friksi5 yang disebabkan oleh kesulitan dan ketidakmenentuan dalam pertempuran. Sedangkan latihan yang menantang akan memberikan rangsangan kepada para prajurit dan pemimpin lapangan untuk mencari metode-metode baru dalam mengatasi masalah yang dihadapi di medan pertempuran. Untuk mewujudkan latihan yang realistis, keras dan menantang, maka upaya transformasi pada dimensi latihan diarahkan pada penataan sistem pembinaan latihan Angkatan Darat pada semua tingkatan. Upaya ini harus terintegrasi dengan transformasi bidang-bidang lain, terutama bidang doktrin. Apabila transformasi dibidang doktrin telah berjalan dengan baik, perubahan yang terjadi akibat dinamika perkembangan lingkungan strategis akan dapat diadopsi dalam doktrin. Perubahan yang terjadi pada doktrin harus sesegera mungkin diintegrasikan dalam sistem pembinaan latihan agar setiap prajurit dan pimpinan di lapangan sesegera mungkin beradaptasi dengan metode pertempuran baru yang dihasilkan oleh transformasi doktrin. Dengan demikian maka metode dan substansi latihan satuan
akan mengalami perkembangan secara dinamis dan tidak akan terjadi stagnasi dalam pengembangan kemampuan prajurit dan satuan. Hal ini menuntut upaya resiprokal antara kegiatan pembinaan latihan di satu sisi dengan pembinaan doktrin di sisi yang lain. Upaya tersebut secara tidak langsung akan membantu pembina latihan dalam menyelaraskan peranti lunak bidang latihan dengan doktrin operasional yang berlaku. Sebaliknya, para pembina doktrin harus bekerja sama dengan pembina latihan untuk menguji doktrin baru yang diekstraksi dari pengalaman di medan operasi. Dengan adanya kerjasama semacam ini, konsep-konsep pertempuran kontemporer yang telah diadopsi dalam doktrin dapat diperkenalkan kepada prajurit secara dini, sehingga akan mengurangi deviasi antara doktrin-latihanoperasi. Pada tataran satuan, setiap komandan harus menyusun daftar panjang yang berisi tugas-tugas esensial satuan di medan tempur (mission essential tasks). Daftar itulah yang akan dijadikan acuan bagi komandan dan staf dalam menyusun rencana-rencana latihan bagi para prajurit dan satuannya. Dengan adanya daftar tugas esensial, maka apa yang dilatihkan akan selaras dengan apa yang akan dilakukan dalam pertempuran. Selain berorientasi pada pertempuran, latihan harus sesuai dengan doktrin yang dianut Angkatan Darat, yaitu doktin sistem pertahanan semesta yang menuntut para prajurit tidak hanya mahir bertempur secara konvensional, tetapi juga mampu melakukan pertempuran berlarut dalam peperangan asimetrik. Keberadaan Angkatan Darat adalah untuk menangkal perang dan mewujudkan perdamaian melalui kemenangan di medan pertempuran. Agar penangkalan dapat mencapai hasil yang baik, maka musuh harus mengetahui bahwa Angkatan Darat memiliki ketangguhan dan mampu memenangkan setiap pertempuran. Hal itu hanya mungkin dicapai apabila para prajurit dan satuan Angkatan Darat dilatih dengan benar. Latihan yang benar harus dimulai dengan konsep latihan yang berorientasi tempur (battle oriented training). Artinya, prioritas latihan satuan diarahkan pada pencapaian standar yang berlaku dalam pertempuran. Orientasi tempur dalam latihan akan memberikan pedoman kepada para komandan untuk mengerahkan sumberdaya yang tersedia dan menyusun rencana latihan berdasarkan apa yang akan dilakukan oleh satuan di medan pertempuran. Dimensi Personel. Manakala kita merujuk pada sistem pertahanan semesta, klausul yang mengatakan bahwa “Alutsista Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 11
11
12/01/2013 13:52:18
Jurnal Yudhagama Angkatan Darat adalah prajurit” adalah fakta yang tidak dapat dipungkiri. Oleh karenanya, pembinaan personel Angkatan Darat harus menghasilkan the man behind the gun yang mampu mengawaki organisasi secara berhasil dan berdaya guna. Dalam kenyataannya, sistem pembinaan personel Angkatan Darat masih menghadapi beberapa masalah mendasar yang menyebabkan kinerja organisasi Angkatan Darat kurang optimal. Oleh karena itu, transformasi pada dimensi personel harus dititikberatkan pada berbagai aspek pembinaan personel. Pada aspek pembinaan kekuatan personel, masalah yang sangat menonjol adalah ketidakseimbangan komposisi personel dalam struktur organisasi. Misalnya, penumpukan personel berpangkat kolonel karena ketidakcukupan ruang jabatan dihadapkan dengan jumlah personel yang ada. Masalah berikutnya adalah rendahnya kualitas sistem informasi kekuatan personel. Meskipun telah didukung dengan peranti keras teknologi informasi yang memadai, namun pembinaan data personel tidak berlangsung dengan baik. Perbedaan data personel selalu terjadi pada semua tingkatan, baik di tingkat Mabesad maupun Kotama. Lemahnya pengendalian sistem informasi personel merupakan salah satu penyebab timbulnya masalah ini. Sampai saat ini Angkatan Darat tidak memiliki basis data personel yang dapat digunakan untuk semua kepentingan yang berkaitan dengan personel, misalnya pembinaan kekuatan, pembinaan karier, pembinaan kesejahteraan prajurit dan sebagainya. Aspek pembinaan personel lain yang cukup menonjol adalah masalah pembinaan karier. Konsep the right man on the right place belum terwujud karena belum didukung dengan sistem pembinaan karier yang akuntabel. Disisi lain, masih ada kepentingan diluar sistem pembinaan karier yang ikut memengaruhi proses penempatan personel, terutama pada jabatanjabatan tertentu dalam struktur organisasi Angkatan Darat. Kondisi ini pada gilirannya berpengaruh pada kinerja organisasi secara keseluruhan. Pada perspektif individu, pembinaan karier harus dapat memperkaya pengalaman dan meningkatkan kompetensi perwira sesuai jenjang kepangkatannya. Pada perspektif organisasi, pembinaan karier harus menempatkan perwira-perwira terbaik Angkatan Darat pada jabatanjabatan strategis, sehingga tugas-tugas Angkatan Darat dapat dicapai secara optimal. Konsep tour of duty dan tour of area harus diimplementasikan secara benar dengan mempertimbangkan merit system. Transformasi pada dimensi personel harus dimulai dari perbaikan sistem rekruitmen, terutama membersihkan proses rekruitmen dari spekulasi yang dilakukan oleh oknum anggota yang terkait dalam 12
proses rekruitmen. Sampai saat ini, masyarakat percaya bahwa pendaftaran untuk menjadi prajurit Angkatan Darat memang tidak dipungut biaya, tetapi untuk diterima sebagai prajurit Angkatan Darat, mereka perlu membayar kepada oknum yang “bisa meluluskan”. Perbaikan dibidang ini akan memberikan dampak positif bagi peningkatan kualitas prajurit, karena rekruitmen merupakan titik awal dari siklus pembinaan personel. Pembinaan kekuatan personel perlu dirumuskan secara sinergis dengan penyusunan organisasi Angkatan Darat secara keseluruhan, karena kedua bidang tersebut memiliki kaitan yang sangat erat. Pembenahan sistem pendidikan harus dilakukan berdasarkan prioritas. Prioritas pertama yang perlu segera ditangani adalah pendidikan pertama. Para peserta didik (calon prajurit) akan menerima penanaman nilai-nilai dasar keprajuritan yang akan dibawa sampai akhir masa pengabdian. Oleh karena itu, para pelatih di lembaga pendidikan yang membentuk para prajurit harus benar-benar dipilih dari para pelatih terbaik di satuan. Selain melatih, mereka adalah sosok prajurit yang menjadi “figur” prajurit ideal yang akan terus diingat oleh para calon prajurit. Metode pendidikan yang sudah tidak relevan harus ditinjau kembali dan dilakukan perubahan dengan melibatkan banyak pihak terkait, terutama Dispsiad. Sebagaimana kita maklumi, pendidikan pertama prajurit pada dasarnya adalah pembentukan sikap dan perilaku masyarakat umum yang terpilih menjadi prajurit. Pendidikan pengembangan spesialisasi juga perlu diperluas cakupannya dengan memperkenalkan para peserta didik terhadap materi taktik, teknik dan prosedur antar kecabangan, terutama untuk pendidikan pengembangan spesialisasi perwira. Dengan demikian, maka para Perwira akan mampu membangun integrasi antar kecabangan dalam mengatasi masalah taktis di lapangan. Hal ini diperlukan karena operasi darat pada hakekatnya merupakan sistem yang terbangun dari beberapa subsistem yang saling terkait. Selain cakupan materinya, perubahan juga perlu dilakukan pada aspek metode pengajaran. Sistem pendidikan perwira Angkatan Darat harus dapat mencetak “seniman perang yang berilmu”, bukannya “ilmuwan perang”. Ilmuwan perang dapat dihasilkan oleh perguruan tinggi sipil, tetapi seniman perang hanya bisa dihasilkan dalam institusi militer. Untuk menghasilkan seniman perang, lembaga pendidikan di lingkungan Angkatan Darat harus dapat mengembangkan intuisi dan naluri perang para Perwira dengan menggunakan metode pengajaran yang tepat. Oleh karenanya, metode pengajaran yang membuat para perwira menjadi “penghafal” sejauh mungkin harus dihindari. Para Perwira harus dididik menjadi pemimpin yang dapat berpikir cepat dan kreatif manakala menghadapi permasalahan di lapangan.
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 12
12/01/2013 13:52:18
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD Dimensi Materiil. Materiil merupakan salah satu elemen penting dalam membentuk kemampuan operasional Angkatan Darat. Oleh karena itu, Angkatan Darat harus dilengkapi dengan materiil yang memadai secara kualitas maupun kuantitas. Pada kenyatannya, kondisi materiil Angkatan Darat saat ini belum dapat diandalkan untuk mendukung strategi militer dalam rangka menegakkan kedaulatan negara. Ini bisa dilihat dari usia pakai peralatan utama sistem senjata yang dimiliki Angkatan Darat saat ini. Belum tercapainya minimum essential force merupakan kendala bagi Angkatan Darat untuk melaksanakan tugas-tugas operasional dalam rangka penegakan kedaulatan NKRI. Apabila menilik lebih dalam dari aspek kualitas maka kendala tersebut menjadi semakin besar. Sebagian Alutsista Angkatan Darat telah berusia tua dan tidak dapat diandalkan. Dengan bertambahnya usia pakai maka biaya operasional menjadi semakin mahal, yang pada gilirannya akan mengurangi kemampuan operasional Angkatan Darat. Selama beberapa tahun terakhir, keterbatasan anggaran telah menyebabkan program pengadaan Alutsista Angkatan Darat belum dapat meningkatkan kuantitas Alutsista untuk memenuhi kebutuhan operasional. Ironisnya, anggaran yang sudah terbatas tersebut tidak dimanfaatkan secara tepat untuk mengadakan Alutsista yang benar-benar diperlukan untuk meningkatkan mutu tempur satuan. Selama bertahun-tahun, anggaran Alutsista “dihamburhamburkan” untuk membeli peralatan yang tidak benar-benar diperlukan dengan bersembunyi dibalik “aturan pengadaan”. Dihadapkan dengan kemampuan pemerintah untuk menyediakan anggaran pertahanan, Angkatan Darat harus melakukan modernisasi Alutsista untuk memenuhi kebutuhan minimum essential force. Pemenuhan jumlah dan mutu Alutsista menjadi salah satu prasyarat penting dalam proses transformasi Angkatan Darat. Dalam perspektif Angkatan Darat, standar jumlah Alutsista yang memadai untuk mendukung pelaksanaan tugas pokok Angkatan Darat adalah minimum essential force. Maka penggantian Alutsista lama merupakan kebutuhan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi. Penggantian Alutsista tersebut harus dilakukan dengan cermat dan diikuti dengan pengembangan doktrin dan organisasi. Para perancang doktrin dan organisasi harus dilibatkan secara aktif dalam pengadaan Alutsista Angkatan Darat karena perubahan kemampuan Alutsista harus diwadahi dalam doktrin, sehingga dapat didayagunakan secara optimal di lapangan. Ditengah terbatasnya anggaran, Angkatan Darat harus mengembangkan inovasi dan kreativitas guna
menggandakan kemampuan Alutsista yang ada. Fungsi penelitian dan pengembangan di lingkungan Angkatan Darat harus diberdayakan secara optimal agar dapat menghasilkan rancang bangun teknologi militer aplikatif yang murah. Kerjasama Angkatan Darat dengan industri strategis dalam negeri harus diperluas pada kerjasama penelitian dan pengembangan. Kerjasama yang dimulai dari proses penelitian dan pengembangan akan menghasilkan produk-produk yang lebih aplikatif dan memenuhi kebutuhan operasional Angkatan Darat. Di sisi lain, ongkos produksi dapat ditekan karena berkurangnya biaya overhead untuk penelitian dan pengembangan. Pengadaan payung udara orang type GP-1 buatan Tulungagung adalah contoh sukses kolaborasi penelitian pengembangan industri dalam negeri dengan Angkatan Darat. Dimensi Kepemimpinan. Pada saat ini sulit untuk mengukur kompetensi kepemimpinan Angkatan Darat karena belum adanya alat ukur yang valid, accountable dan reliable. Masih banyak pemimpin Angkatan Darat pada semua tataran yang belum memiliki kesadaran untuk mengimplementasikan karakter kepemimpinan dengan baik. Hal ini terindikasi oleh perilaku negatif pemimpin, antara lain perilaku ekseklusifisme yang lebih menonjolkan semangat ‘saya’ dari pada ‘kita’ serta lebih mengedepankan tujuan jangka pendek dari pada tujuan jangka panjang. Kompetensi pemimpin Angkatan Darat pada semua tataran masih belum memadai. Misalnya pada tataran operasional, indikasi rendahnya kualitas pemimpin operasional terlihat pada produk-produk operasional yang tidak aplikabel. Sejak keberhasilan operasi Trikora, harus jujur diakui bahwa pemimpin operasional Angkatan Darat belum mewarisi keterampilan para pendahulunya. Dalam operasi tempur di Timor Timur yang digelar selama dua dekade dan operasi di Aceh selama satu dekade lebih, para pemimpin operasional Angkatan Darat tidak berhasil membuktikan keunggulannya. Setidaknya ada dua faktor penyebab kurang andalnya kompetensi kepemimpinan di lingkungan Angkatan Darat. Pertama, belum terstrukturnya sistem pengembangan kepemimpinan di satuan-satuan Angkatan Darat. Kedua, belum tersinkronisasinya mekanisme pengembangan kepemimpinan dalam sistem pendidikan di lingkungan Angkatan Darat. Absennya doktrin kepemimpinan yang representatif untuk dijadikan panduan bagi para Perwira Angkatan dalam melaksanakan peran kepemimpinannya. Kita mungkin boleh berbangga atas pujian masyarakat terhadap kader-kader Angkatan Darat yang Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 13
13
12/01/2013 13:52:18
Jurnal Yudhagama
Transformasi Angkatan Darat pada dimensi kepemimpinan harus dapat merumuskan konsep pengembangan pemimpin yang diletakkan diatas tiga pilar yang meliputi pendidikan di lembaga pendidikan, penugasan di satuan serta pengembangan pribadi. berhasil di kancah nasional. Namun apabila dihadapkan pada tuntutan agar menjadi organisasi militer kelas dunia, maka kita perlu melakukan langkah-langkah strategis untuk mengembangkan sistem pendidikan yang mampu melahirkan pemimpin-pemimpin kompeten untuk mengawaki organisasi Angkatan Darat pada semua tataran. Para pemimpin lapangan harus mampu memvisualisasikan lingkungan operasi yang dihadapi dan mengartikulasikannya dalam rencana operasi. Kemudian memimpin pelaksanaan tugastugas operasional secara berdaya dan berhasil guna. Agar dapat diandalkan, Angkatan Darat memerlukan pemimpin-pemimpin kompeten yang dibentuk melalui proses pengembangan kepemimpinan yang terukur. Kompetensi pemimpin di jajaran Angkatan Darat dapat ditinjau berdasarkan tiga aspek. Pertama, ditinjau dari aspek sifat-sifat kepemimpinan (to be), pemimpin yang kompeten akan memancarkan karakter yang kuat dan senantiasa menunjukan sifat-sifat kepemimpinan yang baik seperti loyalitas tiga arah, tanggung jawab, dapat bekerja sama, menjaga kehormatan, berani, memiliki integritas dan sebagainya. Kedua, ditinjau dari aspek wawasan pengetahuan (to know), setiap pemimpin harus berpikir konseptual dan mampu melihat organisasi sebagai sistem serta mampu berpikir dalam multidimensi. Pemimpin juga dituntut memiliki kemauan untuk berfikir sebelum bertindak karena permasalahan yang dihadapi di satuan relatif kompleks. Disamping itu setiap pemimpin harus memiliki pemahaman yang baik tentang seluk beluk hubungan interpersonal, sehingga dapat berkomunikasi dengan para anggota, rekan sejawat dan atasannya dengan baik. Ketiga, ditinjau dari aspek keterampilan (to do), setiap pemimpin harus memiliki tiga kemampuan yang sangat mendasar. Pertama, mampu memengaruhi (influencing) melalui komunikasi untuk memotivasi orang lain. Kedua, mampu mengembangkan (developing) yaitu menciptakan lingkungan yang positif bagi pengembangan organisasi, pengembangan diri dan pengkaderan pemimpin berikutnya. Ketiga, mampu meraih prestasi (achieving) dalam pelaksanaan tugas dan mencapai tujuan organisasi. 14
Transformasi Angkatan Darat pada dimensi kepemimpinan harus dapat merumuskan konsep pengembangan pemimpin yang diletakkan diatas tiga pilar yang meliputi pendidikan di lembaga pendidikan, penugasan di satuan serta pengembangan pribadi.6 Ketiga pilar tersebut saling terkait, sehingga harus ditata dengan baik agar terbentuk sistem pengembangan pemimpin yang berkesinambungan. Konsep pengembangan pemimpin tersebut harus terwadahi dalam Buku Petunjuk tentang Kepemimpinan Angkatan Darat yang merupakan bagian integral dari bangunan doktrin Angkatan Darat. Pilar pertama adalah pengembangan pemimpin di lembaga pendidikan. Pilar ini menyediakan pengetahuan dan keterampilan sebagai landasan bagi proses pengembangan pemimpin di satuan. Pendidikan pengembangan umum perwira harus bisa menjadi wahana penggemblengan kader-kader pemimpin Angkatan Darat. Sussarcab, Selapa dan Seskoad tidak hanya memberikan bekal kemampuan teknis, taktis dan operasional dibidang olah yudha tetapi yang lebih penting adalah mengubah sikap dan perilaku kepemimpinan para Perwira Siswa sesuai tatarannya. Proporsi materi kepemimpinan dalam kurikulum pendidikan pengembangan umum perwira perlu diperbesar dan disajikan dengan metode yang dapat menjamin internalisasi nilai-nilai kepemimpinan sekaligus dapat meningkatkan kompetensi kepemimpinan para perwira lulusan pendidikan pengembangan umum tersebut. Pilar kedua adalah penugasan di satuan yang merupakan wahana untuk mengubah potensi menjadi kompetensi perwira sebagai pemimpin lapangan. Pilar ini memberikan pendewasaan para perwira karena harus menghadapi persoalan-persoalan teknis, taktis dan operasional yang memerlukan pemecahan segera. Pengembangan pemimpin di satuan harus terformat dengan jelas dan terukur. Para Komandan Satuan berkewajiban mengembangkan kepemimpinan para perwira bawahannya dengan menggunakan teknikteknik mentoring, coaching atau counseling sesuai kebutuhan di lapangan. Pilar ketiga adalah pengembangan diri yang dilakukan oleh masing-masing perwira. Pilar ini difokuskan pada maksimalisasi keunggulan dan minimalisasi kelemahan perorangan, yang dilakukan secara berkesinambungan, baik selama mengikuti pendidikan maupun selama berada di lingkungan penugasan. Meskipun menjadi tanggung jawab individu, para atasan bertanggung jawab moral untuk memberikan bimbingan kepada perwira bawahannya berdasarkan asas “silih asih, asah dan asuh”. Dalam proses pengembangan pemimpin, keberadaan doktrin kepemimpinan menjadi sangat
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 14
12/01/2013 13:52:18
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD krusial. Pemimpin yang berkarakter memang tidak dibentuk oleh doktrin, namun bukan berarti doktrin kepemimpinan itu tidak diperlukan. Dalam organisasi militer yang di negara manapun doktrin kepemimpinan berperan penting dalam rangka pembentukan karakter pemimpin. Doktrin kepemimpinan berperan memberikan framework tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh para pemimpin militer mulai dari tingkat strategis sampai pemimpin taktis. Disamping itu, doktrin kepemimpinan juga memberikan panduan kepada pemimpin dalam rangka mengembangkan kualitas pribadinya dan para pemimpin bawahannya. Doktrin kepemimpinan yang representatif setidaknya memuat beberapa aspek berikut: Definisi kepemimpinan khas Angkatan Darat sesuai dengan jati diri yang digali dari sejarah perjuangan bangsa. Pendefinisian kepemimpinan Angkatan Darat sebaiknya mempertimbangkan konsep kepemimpinan militer universal yang berlaku di negara manapun. Landasan kepemimpinan yang mengakomodasi nilai-nilai kejuangan yang telah terbukti memberikan inspirasi bagi pemimpin Angkatan Darat dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Peran pemimpin dalam menjalankan roda organisasi Angkatan Darat pada masa damai maupun perang. Kompetensi inti yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin Angkatan Darat agar dapat menjalankan peran kepemimpinannya secara efektif. Kompetensi inti harus mencakup sifat, karakter pemimpin, pengetahuan kepemimpinan dan keterampilan memimpin. Stratifikasi kepemimpinan di lingkungan Angkatan Darat dan tanggung jawab masing-masing strata kepemimpinan. Pedoman umum pengembangan kepemimpinan yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi para pemimpin Angkatan Darat pada semua strata dalam rangka mengembangkan diri dan mengembangkan pemimpin bawahannya. PELUANG DAN KENDALA. Peluang. Dinamika perkembangan lingkungan strategis selama satu dekade terakhir telah memberikan peluang bagi Angkatan Darat untuk melakukan transformasi guna meningkatkan penyelenggaraan core business-nya. Setidaknya ada lima hal yang dapat mengindikasikan adanya peluang tersebut. Pertama, dukungan rakyat terhadap Angkatan Darat mulai mengkristal semenjak terjadinya pelanggaran wilayah perbatasan oleh negara tetangga. Dengan dukungan ini, Angkatan Darat sebenarnya memiliki kesempatan untuk mulai perubahan dan menunjukkannya kepada masyarakat.
Kedua, tekanan-tekanan LSM dalam negeri maupun internasional terhadap Angkatan Darat mulai berkurang, bahkan mereda dengan sendirinya ketika dukungan masyarakat terhadap Angkatan Darat mulai menguat. Dari kondisi tersebut, dapat diindikasikan bahwa pembangunan kemampuan Angkatan Darat telah memiliki basis kerakyatan. Ketiga, adanya kecenderungan meningkatnya dukungan anggaran pemerintah dibidang pertahanan. Peluang ini harus disambut baik oleh pemimpin Angkatan Darat untuk menyusun program-program pembinaan kemampuan yang realistis dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Keempat, adanya infrastruktur sistem informasi yang memadai di lingkungan Angkatan Darat merupakan wahana yang dapat dimanfaatkan untuk membangun budaya belajar di lingkungan perwira dan seluruh prajurit. Terbentuknya budaya belajar dalam organisasi merupakan investasi yang diperlukan bagi organisasi untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Kelima, terbukanya kerjasama dibidang pertahanan dengan negara-negara lain merupakan peluang bagi personel Angkatan Darat untuk melakukan bench marking guna meningkatkan kemampuan Angkatan Darat. Mereka yang telah diberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan latihan di luar negeri berpotensi sebagai agen perubahan. Kendala. Kendala utama yang mungkin akan menjadi penghambat dalam proses transformasi kedepan adalah kendala kultural, yaitu budaya negatif yang berkembang di komunitas perwira Angkatan Darat. Kendala ini lahir dari cara berpikir dan perilaku Perwira yang tidak kondusif. Salah satu budaya yang sangat menonjol adalah pemaknaan “loyalitas tegak lurus” sebagai loyalitas kepada atasan saja, sehingga hampir setiap pimpinan pada semua lapisan organisasi mengorientasikan loyalitasnya lebih kepada atasan. Setiap pemikiran yang datang dari atasan dianggap sebagai kebenaran, sehingga tidak terbuka ruang untuk melakukan perubahan, kecuali oleh atasan. Padahal makna tegak lurus adalah pertemuan antara garis mendatar dan garis tegak, yang berarti adanya loyalitas ke atas, samping dan bawah. Dalam kaitan transformasi, perilaku ini akan menjadi hambatan bagi munculnya pemikiran kreatif dari para perwira yang “think outside the box”. Budaya negatif yang juga cukup menonjol di lingkungan perwira Angkatan Darat adalah budaya “memerintah” yang bersumber dari pemahaman keliru tentang konsep rantai komando. Dengan budaya ini, banyak tugas-tugas penting yang menuntut pemikiran Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 15
15
12/01/2013 13:52:18
Jurnal Yudhagama strategis tidak tertangani dengan baik dan benar karena diserahkan kepada bawahan yang tidak kompeten. Sebagai ilustrasi, produk perencanaan strategis yang seharusnya merupakan buah pikir para pemimpin strategis akhirnya kandas di tangan para pemikir taktis. Maka tidak mengherankan apabila konsep-konsep strategis Angkatan Darat “tidak berbunyi” karena para perumusnya tidak memiliki kompetensi yang memadai. Budaya “keseragaman” seringkali diterapkan dalam konteks yang tidak tepat, sehingga menghambat pemikiran kreatif dan inovatif para perwira dalam merumuskan konsep-konsep baru, terutama dalam penyusunan doktrin. Bisa dibayangkan, penyusunan Buku Petunjuk Teknik tentang Pertempuran Jarak Dekat harus dibuat dengan format penulisan yang sama dengan Buku Petunjuk tentang Pembuatan Pertanggungjawaban Keuangan (Wabku), karena keduanya sama-sama Buku Petunjuk Teknik yang mengatur kegiatan. Apabila budaya keseragaman seperti ini terus dipertahankan, maka transformasi Angkatan Darat tidak akan mencapai sasaran yang diinginkan. LANGKAH-LANGKAH STRUKTURAL UNTUK MELAKUKAN TRANSFORMASI. Agar bergerak pada arah yang benar, transformasi Angkatan Darat harus dipandu oleh visi yang baik dan diartikulasikan secara jelas. Menurut para ahli organisasi, visi memainkan peran kunci dalam merumuskan masa depan organisasi, yaitu sebagai penjuru bagi proses perumusan strategi. Strategi memberikan kerangka untuk mencapai tujuan, sedangkan visi memberikan arah bagi tercapainya tujuan. Strategi yang baik hanya akan lahir dari visi yang baik, maka Angkatan Darat harus merumuskan visi melalui studi mendalam terhadap lingkungan strategis dan tantangan yang akan dihadapi pada masa mendatang. Rumusan visi yang baik saja tidak cukup tanpa adanya perencanaan dan program yang terintegrasi untuk mengimplementasikan konsep-konsep perubahan dibidang doktrin, organisasi, latihan, personel, materiil dan kepemimpinan. Konsep perubahan tersebut harus terangkum dalam rencana garis besar transformasi Angkatan Darat yang akan dijadikan acuan bagi Staf Umum Angkatan Darat dalam melaksanakan programprogam pembinaan kemampuan dan kekuatan Angkatan Darat. Untuk menjamin berlangsungnya transformasi secara efektif maka perlu dibentuk satu badan (misalnya: Pusat Transformasi Angkatan Darat) yang berfungsi merencanakan, mengkoordinasikan dan mengendalikan jalannya transformasi Angkatan Darat secara keseluruhan. Badan ini akan lebih efektif apabila 16
berbentuk staf khusus yang dipimpin seorang Perwira Tinggi yang bertanggung jawab langsung kepada Kasad. Adapun langkah-langkah strategis yang disarankan adalah: Penyusunan Konsep Transformasi Angkatan Darat. Konsep ini disusun oleh Pusat Transformasi Angkatan Darat dan merupakan dokumen utama transformasi Angkatan Darat yang akan dijadikan pedoman dalam perumusan perencanaan dan program transformasi oleh masing-masing pelaksana fungsi-fungsi pembinaan di lingkungan Angkatan Darat. Dokumen ini berisi strategi transformasi dan petunjuk perencanaan untuk penyusunan peta jalan transformasi. Dokumen ini bersifat strategis, sehingga harus disusun sedemikian rupa sehingga tetap fleksibel dan adaptif terhadap perkembangan lingkungan strategis. Penyusunan Peta Jalan Transformasi. Dokumen ini disusun oleh Kodiklat TNI AD, berisi pokokpokok penyelenggaraan transformasi pada tataran operasional. Selain berfungsi sebagai pedoman pelaksanaan transformasi di tingkat Angkatan Darat, dokumen ini juga digunakan sebagai alat kendali pelaksanaan transformasi pada tingkat yang lebih rendah. Dalam dokumen ini harus tergambar secara jelas tentang konsep pengembangan kemampuan Angkatan Darat. Peta Jalan transformasi akan menentukan keberhasilan dalam mewujudkan kemampuan antar kecabangan/fungsi. Oleh karena itu, implementasi Peta Jalan Transformasi harus konsisten dan dikoordinasikan secara ketat diantara pembina lapangan kekuasaan teknis masing-masing. Penyusunan Rencana Aksi Transformasi. Dokumen ini disusun oleh para pembina Lapangan Kekuasaan Teknis yang secara langsung akan melakukan program dan kegiatan transformasi sesuai dengan kecabangan/ fungsi masing-masing. Dokumen ini harus menjelaskan secara detail tentang sasaran dan langkah-langkah perubahan terhadap setiap dimensi transformasi disertai dengan pentahapan dan batas waktu pencapaian sasaran. Untuk menjamin pencapaian sasaran, maka perlu dilakukan evaluasi secara berkala. Evaluasi ini dilakukan setiap tahun melalui lokakarya yang melibatkan pihakpihak terkait untuk menilai kemajuan transformasi yang telah dicapai selama tahun berjalan. Hasil evaluasi ini akan digunakan Kasad sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan strategis yang berkaitan dengan pengembangan kemampuan Angkatan Darat. Disamping itu, hasil evaluasi juga digunakan untuk menyempurnakan strategi transformasi yang tertuang dalam Konsep Transformasi Angkatan Darat. Hasil-hasil evaluasi harus dicatat secara sistematis
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 16
12/01/2013 13:52:19
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD agar dapat digunakan sebagai pedoman bagi proses pengembangan lanjutan. Endnotes. 1. Mabes TNI, “Naskah Doktrin Tri Dharma Eka Karma”, hal. 6 2. Stephen Cimeala dan James Tritten, “Joint Doctrine, Engine of Change?”, Joint Force Quarterly, Winter 20022003, hal 90-95. 3. US Army FM 3-0, “Operation”, Washington DC, 2008, lampiran-A. 4. Peter Senge, dikutip oleh Jack Gumbert dalam
“Learning Organization and Operational Level Leadership”, SAMS, Fort Leavenworth, USA, 1996, hal.6 5. Menurut Clausewitz dalam bukunya On War (hal 138), friksi digambarkan sebagai berikut: “Everything is very simple in War, but the simplest thing is difficult. These difficulties accumulate and produce a friction which no man can imagine exactly who has not experienced War ……. Friction is the only conception which in a general way corresponds to that which distinguishes real War from War on paper.” 6. U.S FM 6-22, “Army Leadership”, Departemen of The Army, Washington DC, 2006, hal. 89
RIWAYAT HIDUP SINGKAT PENULIS I. Data Pokok. 1. Nama 2. Pangkat/NRP 3. Tempat/Tgl. Lahir 4. Agama 5. Status 6. Sumber Pa/Th 7. Jabatan
III. Riwayat Penugasan. : : : : : : :
Sisriadi Brigjen TNI/30913 Tegal/15-07-1963 Islam Kawin AKABRI/1986 Dirtekind Ditjen Pothan Kemhan RI
II. Pendidikan. A. Dikbangum. 1. AKABRI 2. Sussarcab Arh 3. Suslapa I Art 4. R.O.A.C (Australia) 5. Diklapa II Arh 6. Seskoad 7. Command General Staff College (USA) 8. Sesko TNI
: 1986 : 1986 : 1991 : 1996 : 2001 : 2005 : 2009
B. Dikbangspes. 1. Young Off, Joining Rapier 2. Suspa Intel 3. Executive Course (APCSS)
: 1987 : 1993 : 2007
A. Dalam Negeri. 1. Operasi Perdamaian : 1997 2. Operasi Perdamaian : 1999 3. Opslihkam Maluku : 2003 B. Luar Negeri. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Inggris Australia Inggris Kroatia Georgia Australia Amerika Serikat Amerika Serikat
IV. Riwayat Jabatan. 1. Dantonmer L-70 Yonarhanudri-3 2. Danton Rud. Denarhanudrudal-002 3. Padalpur Denarhanud Rudal-002 4. Danramil-1007-04 5. Pasi Intel Dim-1007/Bjm 6. Wadanden Arhanud Rudal-001 7. Ps. Kasisat Bagbinsat Pussenart 8. Kasisat Bagbinsat Pussenart 9. Kabagbinsat Arhanud Pussenart 10. Danyon Arhanud Ri-2 Kostrad 11. Pabandya-2/Kompres Spaban I/Ren 12. Sespri Kasad 13. Dirbinlitbang Pussenarhanud 14. Dirbinsen Pussenarhanud Kodiklat TNI AD 15. Paban V/Dalada Slogad 16. Kadispenad 17. Dirtekind Ditjen Pothan Kemhan RI
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 17
17
12/01/2013 13:52:19
Jurnal Yudhagama
MENYIAPKAN DOKTRIN BERTEMPUR DI ERA “WARM PEACE”
Oleh : Mayor Inf Agus Harimurti Yudhoyono, M.Sc, MPA (Kasi-2/Operasi Brigif Linud 17 Kostrad)
“ Adaptabilitas dan inovasi merupakan kunci keberhasilan di era yang penuh dengan ketidakpastian… Kita harus berani keluar dari zona kenyamanan untuk mentransformasi diri, dan maju kedepan ”
WARM PEACE: KOMPLEKSITAS DAN KETIDAKPASTIAN ABAD 21. engan berakhirnya perang dingin dua dekade silam, tidaklah berlebihan jika kita semua berharap bahwa dunia akan semakin aman, dimana bangsa-bangsa dapat hidup tenang dan damai berdampingan, tanpa harus terkotak-kotak atas dasar pertentangan ideologi “kapitalisme vs. komunisme”. Namun sejarah berkata lain, peristiwa 9/11 justru telah menyuguhkan pembuktian terbalik dari ekspektasi tersebut. Euforia pergantian milenium,
D 18
serta “headlines” tentang pesatnya kemajuan teknologi diawal abad 21 sekejap sirna, tergantikan oleh kampanye global melawan terorisme. Tak terelakkan upaya Amerika Serikat dan aliansinya, yang seringkali membabi buta, dalam memburu Osama Bin Laden dan Al-Qaeda telah melahirkan ketegangan-ketegangan baru, yang berujung pada “clash of civilizations” antara dunia barat dan dunia Islam. Di samping itu, dunia yang semakin padat dan terhubung dalam sebuah rezim globalisasi dan revolusi informasi dewasa ini, selain telah menghadirkan berbagai peluang, mengandung begitu banyak tantangan yang tidak sederhana. Globalisasi menjadikan dunia seolah-olah “borderless”, menjamin terbukanya pasar bebas, serta berkembangnya berbagai kegiatan, termasuk kejahatan transnasional. Sedangkan 7 milyar manusia mengisyaratkan persaingan yang semakin sengit dalam memperebutkan sumber daya yang tak tergantikan, termasuk energi, pangan dan air. “Survival of the most competitive” tidak hanya menjadi norma, tapi juga berpotensi melahirkan konflik antar negara, termasuk konflik bersenjata antar militer di berbagai kawasan. Kita juga masih menyaksikan sejumlah konflik tradisional di berbagai belahan dunia, seperti di Semenanjung Korea, Kashmir dan Israel-Palestina; proliferasi senjata pemusnah masal, baik oleh negara maupun aktor bukan negara; serta “intra-state conflict” atas dasar etnisitas dan agama. Di sisi lain, krisis ekonomi yang berkepanjangan, dan gelombang reformasi politik yang berakhir pada “civil war” di sejumlah negara di Afrika Utara dan Timur Tengah, juga telah menambah daftar panjang karakteristik era “warm peace”, sebuah era dimana situasi dunia tidak dalam keadaan perang (ala Perang Dunia I dan II), namun belum sepenuhnya aman dan damai. Era “warm peace” meniscayakan sebuah kompleksitas dan ketidakpastian. Ragam dan intensitas konflik akan lebih sulit untuk diestimasi. Diprediksi, peperangan dimasa depan akan lebih bersifat “hybrid”, artinya merupakan kombinasi antara pertempuran yang bersifat konvensional, asimetris dan nonreguler, seperti yang kita amati di Iraq dan Afghanistan. “Proxy war” seperti yang terjadi di Syria saat ini, dimana sejumlah kekuatan eksternal melakukan intervensi politik, serta
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 18
12/01/2013 13:52:19
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD dalam situasi pertempuran yang menentukan. Dengan demikian, segala pemikiran, energi, dan upaya harus kita prioritaskan untuk memenangkan pertempuranpertempuran modern, serta berhasil dalam berbagai bentuk operasi militer selain perang, baik di dalam maupun luar negeri. TNI AD harus menjadi yang terdepan dalam menjaga kedaulatan nasional dan keutuhan wilayah NKRI dari berbagai format ancaman dan tantangan, serta turut aktif dalam misi-misi kemanusiaan dan perdamaian dunia, sesuai dengan amanah konstitusi. Tidak dapat ditawar, bahwa semua tugas tersebut membutuhkan kerja keras, dedikasi, dan pengabdian terbaik dari seluruh prajurit. memberikan dukungan intelijen maupun logistik kepada faksi-faksi yang bertikai, juga diperkirakan akan semakin mengemuka. Dari semua kemungkinan tersebut, yang pasti adalah bahwa setiap negara dan setiap militer, harus memiliki kesiapan dan adaptabilitas yang tinggi. Untuk dapat menghadapi ancaman dan tantangan yang bersifat “hybrid” dan adaptif, maka diperlukan angkatan bersenjata yang berkemampuan “hybrid” dan adaptif pula. Jika kurang cermat dan cepat untuk mengikuti perkembangan situasi keamanan dunia dan kawasan, maka kita tidak akan mampu menghadirkan kekuatan yang efektif dalam rangka mengawal kepentingan nasional kita. NAFAS TRANSFORMASI TNI AD. Penulis merasa bangga dan menaruh harapan yang tinggi terhadap upaya transformasi di jajaran TNI, khususnya TNI AD, yang tengah berjalan saat ini, dalam rangka menuju institusi yang semakin profesional, modern, efektif, dan menentukan (decisive) di masa depan. Generasi muda TNI AD harus menjadi bagian dari upaya besar ini. Ketika visi transformasi telah ditetapkan, maka tentu terlebih dahulu kita harus menyusun strategi dan rencana aksi yang realistis. Transformasi harus dilakukan secara menyeluruh, meliputi semua aspek utama militer profesional, di antaranya adalah: sumber daya manusia, organisasi dan kepemimpinan yang unggul dan efektif; teknologi, sistem senjata dan logistik yang modern; serta pendidikan dan latihan yang berkelas dunia. Semua diorientasikan pada kesiapan penyelenggaraan operasi militer di masa kini dan yang akan datang. Kekuatan militer di negara manapun dibangun dalam rangka melawan ancaman militer musuh. Artinya, walaupun kita konsisten dengan diktum bahwa “perang merupakan jalan terakhir”, TNI AD setiap saat dipersiapkan untuk menghadapi skenarioskenario terburuk, termasuk terlibat secara langsung
MEMAHAMI ESENSI DOKTRIN MILITER DENGAN BENAR. Dengan memahami dimensi penugasan TNI AD dikaitkan dengan luasnya spektrum ancaman pertahanan dan tantangan keamanan matra darat, maka penataan doktrin menjadi langkah yang fundamental sebelum transformasi menyentuh aspek-aspek lainnya. Sebelum membahas lebih jauh tentang transformasi di bidang doktrin, yang dilakukan untuk dapat menjawab tantangan masa depan, mari kita awali dengan mencermati pemaknaan terhadap doktrin militer itu sendiri. Sebenarnya cukup banyak literatur yang menjelaskan definisi doktrin militer, namun terkadang tidak cukup mengungkap esensi yang sesungguhnya. Dalam konteks ini penulis sependapat dengan Dennis Drew dan Don Snow dalam tulisan mereka berjudul “Military Doctrine”, bahwa “Doktrin Militer adalah hal-hal yang kita yakini sebagai cara-cara terbaik dalam menyelenggarakan berbagai kegiatan dan tugas militer”.1 Definisi ini cukup sederhana, namun akurat. Kata “yakin” menjadi kunci dari definisi tersebut, dimana mengandung makna bahwa doktrin merupakan hasil dari analisa terhadap hal-hal yang telah dilakukan, serta interpretasi terhadap bukti-bukti keberhasilan dan kegagalan yang telah terjadi sebelumnya.2 Artinya, setiap doktrin berbasis pada kumpulan pengalaman berharga, atau “lessons learned” dimasa lalu, yang kita yakini relevan dengan apa yang kita hadapi di masa kini dan masa depan. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa doktrin bukanlah kitab suci, yang tidak dapat diubah. Sebaliknya, doktrin harus dinamis, mengikuti perkembangan situasi dari masa kemasa. Jika saat ini kita menemukan bukti empiris baru yang dengan sendirinya menganulir bukti-bukti terdahulu, maka kita harus berani untuk melakukan penyesuaian dan perubahan secara substansial. Karena tidak ada jaminan bahwa taktik, teknik dan prosedur yang telah memenangkan pertempuran dimasa lalu, akan juga memenangkan pertempuran dimasa kini, apalagi dimasa depan. Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 19
19
12/01/2013 13:52:20
Jurnal Yudhagama VARIABEL KONSTAN VS. VARIABEL DINAMIS DALAM PERTEMPURAN. Introduksi berbagai teknologi mutakhir dalam sistem persenjataan merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi terjadinya perubahan doktrin militer dari generasi ke generasi. Tidak dapat dibayangkan sebelumnya bahwa teknologi “long-range precision guided missile” telah memungkinkan pertempuran dilakukan dari jarak yang sangat jauh dan dengan tingkat akurasi yang tinggi. Tidak dapat dibayangkan pula sebelumnya bahwa pesawat tanpa awak, telah memungkinkan dilakukannya operasi intelijen hampir tanpa batas, dengan resiko yang sangat kecil. Masih banyak lagi sebenarnya kecanggihan teknologi abad 21 yang telah merubah cara bertempur militer di dunia. Seperti yang kita saksikan melalui media dewasa ini, layaknya bermain “video games”, pertempuran di masa depan akan lebih banyak dijalankan dari depan LCD, dengan hasil yang lebih sering ditentukan oleh kalkulasi komputer. Bahkan kalau kita cermati lebih jauh, walaupun tidak sepenuhnya benar, seolah-olah fungsi manusia secara fisik dalam pertempuran, perlahan tergantikan oleh kehadiran teknologi dan mesin perang yang super jenius. Namun penulis meyakini bahwa sampai kapanpun “war is a human endeavor”, yang penuh dengan “uncertainty”. Manusialah yang bertanggung jawab dalam menciptakan sebuah perang atau sebuah perdamaian, bukan teknologi. Manusia jugalah yang paling menentukan kemenangan atau kekalahan dalam sebuah pertempuran, bukan mesin. Pendek kata, faktor manusia tidak akan tergantikan. Kehadiran para prajurit di lapangan, atau “boots on the ground”, yang cerdas, kuat, dan bermental baja akan terus mendominasi jalannya pertempuran dimasa depan. Sejarah panjang perjuangan kemerdekaan Indonesia; merdekanya Algeria dari kolonialisme Perancis; kegagalan Amerika Serikat memenangkan Perang Vietnam; mundurnya pasukan USSR dari Afghanistan; sulitnya pasukan koalisi menangkap Osama Bin Laden, serta melumpuhkan AlQaeda dan Taliban; semua menjadi bukti bahwa kekuatan dan kecanggihan persenjataan (aspek kuantitatif) yang dimiliki oleh sebuah militer bukanlah segalanya, dan sebaliknya bahwa ketangguhan dan semangat berjuang manusia (aspek kualitiatif) tidak dapat dinegasikan. Kalkulasi secara kuantitatif perbandingan daya tempur relatif antara pasukan sendiri dan musuh, termasuk hitung-hitungan hasil pertempuran yang lebih dikenal dengan istilah “body-counts” atau “weapon-counts”, memang merupakan parameter penting dalam memprediksi jalannya pertempuran. Namun jika aspek kualitatif dengan mudah diabaikan, maka akan sangat mungkin berulang realitas menang dalam pertempuran, 20
tapi (pada akhirnya) kalah dalam perang, atau “win the battles, but loose the war”. Penulis telah menguraikan bahwa terdapat faktor teknologi yang kerap mempengaruhi terjadinya perubahan-perubahan dalam sebuah pertempuran, dan sebaliknya terdapat sejumlah hal yang konstan, yang tidak berubah dalam perjalanan sejarah perang dunia. Doktrin militer seharusnya juga mengakomodasi kedua nilai tersebut, “the constants, and the nature of change in war”. Nilai-nilai yang berlaku universal, klasik, dan tidak usang dari waktu kewaktu, seperti yang ditulis oleh Sun Tzu dalam “The Art of War”, atau Carl von Clausewitz dalam “On War”, atau Jenderal A.H. Nasution dalam bukunya “Pokok-pokok Perang Gerilya”, sepatutnya tetap dipertahankan. Namun demikian, TNI AD harus terbebas dari sebuah kecenderungan, yang juga terjadi di sejumlah militer negara lain, yaitu menempatkan doktrin dalam situasi yang stagnan dan konstan, seolah-olah mengabaikan berbagai variabel baru yang berpengaruh terhadap situasi keamanan global, regional dan nasional. Kita mengetahui bahwa dunia militer telah maju dengan pesatnya, dimana karakter perang menjadi semakin “non-linear” dan multidimensional. Ini semua menuntut kecerdasan kita untuk bersikap adaptif, mengikuti trend terkini. Yang tidak boleh berubah adalah semangat pantang menyerah dan daya juang yang tinggi untuk meraih sebuah kemenangan pertempuran atau keberhasilan tugas. Namun, secara progresif kita harus senantiasa menemukan dan memperbaharui taktik dan teknik bertempur terbaik, sehingga kemenangan dapat diraih secara lebih cepat, lebih menentukan, dan dengan kerugian yang minimal. TEKNOLOGI PENGARUHI DOKTRIN, ATAU SEBALIKNYA? Sebagaimana yang telah diulas sebelumnya, di era yang semakin modern ini, faktor teknologi dan sistem persenjataan menjadi aspek penting dalam kalkulasi kekuatan sebuah militer. Dengan demikian, langkahlangkah strategis TNI AD dalam rangka memodernisasi Alutsista dewasa ini sangatlah tepat, ketika memang ekonomi Indonesia telah memungkinkan pemerintah mengalokasikan anggaran yang lebih besar untuk pertahanan dan belanja militer. Pertanyaan yang muncul adalah, “apakah modernisasi Alutsista yang akan mempengaruhi terjadinya penyesuaian dan atau perubahan doktrin?” Atau sebaliknya, “apakah perubahan doktrin yang seharusnya menuntun arah modernisasi Alutsista TNI AD?” Lalu, “lebih baik mana, modernisasi dulu, atau merubah doktrin dulu?” Diskusi ini juga berkembang sepanjang masa di berbagai militer di dunia. Tidak ada jawaban yang bersifat “straightforward”.
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 20
12/01/2013 13:52:20
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD Kedua-duanya memiliki keunggulan dan kelemahannya tersendiri. Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya konsep operasi atau doktrin militer yang terlebih dahulu diperbaharui, sehingga dapat diikuti dengan pengembangan teknologi, termasuk pembelian Alutsista yang hanya benar-benar dibutuhkan. Dengan demikian akan terjadi efisiensi, baik dalam konteks pemenuhan kemampuan militer yang harus dimiliki (capability-based), maupun pemenuhan kekuatan ditinjau dari persepsi ancaman terkini, aktual dan potensial (threat-based). Kelemahan dari argumentasi ini adalah bahwa terkadang akan membatasi ruang inovasi dibidang teknologi, yang justru kontraproduktif terhadap upaya besar “Revolution in Military Affairs” (RMA) secara keseluruhan. Pendapat kedua menekankan pentingnya pengembangan sistem persenjataan yang harus terus dilakukan tanpa batas dengan mengikuti kemajuan teknologi dewasa ini. Hal ini didasari bahwa dalam menghadapi ancaman keamanan dimasa depan yang semakin kompleks dan tidak menentu, setiap militer dipersyaratkan memiliki beragam “arsenal” berteknologi tinggi untuk mengungguli lawan-lawan potensialnya. Dengan demikian, kapan dibutuhkan, militer tersebut dapat secara cepat memilih sistem senjata terbaik yang diyakini akan memenangkan pertempuran yang dihadapi. Dalam konteks ini, penyesuaian terhadap doktrin bertempur dinomorduakan. Kelemahannya adalah bahwa ketidaksesuaian antara Alutsista dan doktrin tersebut akan berimplikasi pada “combat power” yang kurang efektif. Selain itu, jika prinsip harus memiliki Alutsista sebanyak dan secanggih mungkin menjadi norma di abad 21 ini, maka sangat mungkin dunia akan kembali kerezim “arms race” seperti era Perang Dingin yang lalu. Pendapat ketiga lebih cenderung menggarisbawahi pentingnya dilakukan pembaharuan doktrin dan modernisasi secara simultan, tidak menunggu salah satunya dilakukan terlebih dahulu. Diharapkan bahwa seiring dengan waktu karena memang kedua aspek tersebut membutuhkan proses yang tidak sederhana, serta mengkonsumsi waktu yang tidak singkat akan terjadi sinkronisasi yang tepat antara: Pertama, konsep operasi yang relevan dengan prediksi ancaman jangka menengah dan panjang; dan Kedua, apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh militer di lapangan untuk mengaktualisasikan konsep operasi tersebut. Pemikiran ini cukup realistis, karena di satu sisi, militer tidak harus kehilangan waktu untuk melakukan modernisasi Alutsista sampai dengan rampungnya penyempurnaan doktrin. Perlu disadari bahwa dalam sebuah proses transformasi, pada prinsipnya, tidak ada kata sempurna. Artinya, apa yang mungkin sempurna hari
ini belum tentu sempurna untuk menghadapi situasi serupa dikemudian hari. Di sisi lain, dengan secara bersamaan dan terus menerus melakukan penataan doktrin, militer dapat menyusun prioritas-prioritas untuk memodernisasi dirinya dengan lebih baik. Perlu diingat bahwa anggaran untuk belanja Alutsista tidak tak terbatas. Nampaknya apa yang dilakukan oleh TNI AD saat ini lebih mirip dengan prinsip ketiga, dimana dalam waktu yang hampir bersamaan dilakukan revisi doktrin secara menyeluruh (baik pada tataran strategis, operasional, taktis maupun teknik) dan modernisasi Alutsista untuk memenuhi kebutuhan postur “Minimum Essential Force” (MEF) matra darat. MEF sendiri harus disikapi sebagai kekuatan pokok minimum yang dapat menghadirkan efek penggentar atau “deterrence effect”, yang diperlukan dalam rangka menghadapi berbagai bentuk ancaman dan tantangan keamanan di masa kini dan yang akan datang. Secara tegas tersirat bahwa agenda utama TNI AD adalah mengejar ketertinggalannya selama ini untuk dapat menjalankan tugas-tugas negara di bidang pertahanan matra darat secara optimal. Tanpa berkeinginan untuk menjadi kekuatan yang agresif, kita ingin agar TNI AD dapat menjadi bagian dari aspek “hard power” yang kredibel, untuk melengkapi keunggulan aspek “soft power” yang telah menempatkan Indonesia di posisi-posisi terhormat dalam percaturan politik internasional lima tahun terakhir ini. Kedua aspek kekuatan nasional tersebut harus mendapatkan prioritas yang berimbang, dalam sebuah kerangka pembangunan “smart power”, yang kita yakini akan menjadi formula menuju kejayaan bangsa. INTEGRASI DAN SINERGI: FAKTOR KRITIS MENUJU DAYA TEMPUR YANG EFEKTIF. Ada dua hal penting yang perlu dihindari dalam upaya transformasi di bidang doktrin. Yang pertama, terjadinya “mismatch” antara apa yang tengah dilakukan secara terpisah oleh masing-masing matra, TNI AD, TNI AL, dan TNI AU. Perang modern akan semakin meniscayakan keterpaduan semua unsur kekuatan, darat, laut dan udara. Kita tidak memiliki “luxury” untuk dapat memilih ruang pertempuran kita. Hal terbaik yang dapat kita lakukan adalah duduk bersama untuk menyusun doktrin operasi militer gabungan yang benar-benar relevan, serta meningkatkan intensitas dan kualitas latihan tri-matra, yang pada akhirnya bermuara pada kesiapan kekuatan TNI secara terintegrasi untuk: memenangkan pertempuran konvensional di “multiple-fronts“; melawan terorisme dan ancaman nontradisional lainnya; mencegah dan menyelesaikan konflik bersenjata di berbagai “flashpoints”; dan Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 21
21
12/01/2013 13:52:20
Jurnal Yudhagama menanggulangi bencana alam di seluruh wilayah tanah air. Syaratnya, harus dihilangkan sikap persaingan antar angkatan yang terlalu berlebihan, yang justru akan melemahkan upaya besar TNI untuk membangun kekuatannya. Setiap angkatan memiliki prioritas dan strategi pemenuhan MEF, namun hendaknya saling melengkapi, dan tidak menciderai satu sama lain. TNI AD harus berbesar hati bahwa, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia harus memiliki kekuatan maritim yang unggul. Sama halnya bahwa untuk menjamin kecepatan dalam aksi pencegahan dan penindakan, TNI sangat bergantung pada kekuatan dirgantara (air power), yang juga menjamin “air superiority”. Sebaliknya TNI AL dan TNI AU juga harus memahami, bahwa bagaimanapun, negara kita juga memiliki wilayah daratan yang sangat luas, dengan sejumlah batas negara yang mengandung potensi konflik, serta telah diuji oleh berbagai konflik komunal dan vertikal dari Aceh sampai Papua. Oleh karena itu, kekuatan TNI AD kita juga harus terus meningkat, baik dari aspek kualitas prajuritnya maupun Alutsista yang diawakinya. Melalui penataan doktrin yang tepat, dibarengi dengan upaya modernisasi yang dilakukan secara terintegrasi, kita optimis dalam waktu dekat TNI kita akan menjadi kekuatan yang ditakuti lawan dan disegani kawan. Hal kedua yang perlu diantisipasi dalam proses transformasi doktrin, sebenarnya lebih menyentuh pada kondisi internal TNI AD yang belum sepenuhnya terintegrasi sebagai satu kesatuan yang utuh. Secara obyektif harus kita akui bahwa daya tempur pasukan TNI AD saat ini belum pada level yang seharusnya dicapai. Hal ini secara umum disebabkan oleh adanya kecenderungan untuk bertempur secara sendiri-sendiri. Unsur-unsur utama pertempuran, yaitu Infanteri, Kavaleri, dan Artileri, belum memiliki keterpaduan yang solid untuk melaksanakan pertempuran di darat. Peran dan fungsi seluruh komponen bantuan tempur dan bantuan administrasi juga belum terintegrasi dengan baik untuk menjamin keberhasilan tugas pokok satuan-satuan manuver di depan. Terkadang seperti ada semacam “psychological barrier” untuk saling membuka diri dalam rangka “melebur doktrin” yang dimiliki dan diyakini kebenarannya oleh masing-masing kesenjataan dan kecabangan selama ini, kedalam sebuah “melting-pot“ yang akan melahirkan doktrin bertempur bersama yang jauh lebih efektif. Setiap komponen TNI AD memiliki kemampuan atau keunggulan, serta batas kemampuan atau kerawanannya tersendiri. Penulis, yang merupakan perwira Infanteri, menyadari bahwa kesenjataannya tidak dapat bertempur sendirian. Infanteri tidak cukup 22
Melalui penataan doktrin yang tepat, dibarengi dengan upaya modernisasi yang dilakukan secara terintegrasi, kita optimis dalam waktu dekat TNI kita akan menjadi kekuatan yang ditakuti lawan dan disegani kawan. cepat dan kuat untuk mencapai, merebut dan atau menghancurkan sasaran. Terlebih jika pasukan musuh merupakan kekuatan militer yang berkarakteristik “generic”, atau gabungan antara komponen “mechanized-, motorized-, and light-infantry”, yang juga didukung oleh meriam jarak jauh dan Kavaleri udara. Menghadapi musuh seperti ini, dibutuhkan kendaraankendaraan taktis dengan mobilitas yang tinggi untuk mendukung manuver pasukan Infanteri kita. Dibutuhkan pula dukungan “firepower” oleh kekuatan Artileri, “main battle tanks”, dan “attack helicopters”. Pasukan manuver juga harus selalu terlindung dari “close air support” musuh. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa kunci keberhasilan operasi militer sangat ditentukan oleh dukungan intelijen, logistik dan komando pengendalian yang mengalir setiap saat. Jika semua aspek dukungan tersebut dapat dihadirkan secara tersinkronisasi, maka dapat diproyeksikan bahwa TNI AD akan memiliki “combat power” yang handal untuk dapat memenangkan setiap level pertempuran darat. Kita sangat bergembira atas inisiatif TNI AD untuk melahirkan sebuah konsep kekuatan baru yang secara organik menjamin integrasi dari seluruh kesenjataan dan kecabangan dalam sebuah format “Combined Arms Maneuver Battalion” (CAMB), atau Batalyon Manuver Gabungan Kesenjataan. Batalyon ini diharapkan akan menjadi embrio dari Brigade Tim Pertempuran Berat, atau “Heavy Brigade Combat Team”, dengan karakter utamanya yaitu “modularity” dan “self-sustainability”, yang terbukti efektif dalam memenangkan sejumlah pertempuran yang menentukan militer negara maju. TANTANGAN TRANFORMASI DOKTRIN: PENTINGNYA MINDSET YANG TEPAT. Penulis berpendapat bahwa di dalam menyusun atau merevisi doktrin, dibutuhkan ketelitian dalam menginterpretasikan “lessons learned” yang dimiliki oleh TNI AD sendiri. Permasalahan utama yang biasanya terjadi adalah terdapat perbedaan perspektif terhadap suatu keberhasilan tertentu. Dan yang lebih sering, terdapat keengganan untuk mengungkap cerita sebenarnya yang melatarbelakangi sebuah
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 22
12/01/2013 13:52:20
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD kegagalan, apalagi jika terjadi korban jiwa, di lapangan. Jika suatu peristiwa tidak diungkap secara utuh, dan apa adanya, maka akan menimbulkan kesulitan bagi siapapun yang diberi tugas untuk menganalisanya. Ketika subyektivitas mewarnai sebuah doktrin, maka akan sangat membahayakan bagi para prajurit yang memedomaninya. Kita sering mendengar seloroh, bahwa “doktrin tidak penting, segala sesuatunya akan berkembang di lapangan”. Pernyataan tersebut tidak sepenuhnya salah, tapi mengandung sebuah kerawanan yang perlu kita sikapi. Memang benar, bahwa doktrin tidak diciptakan untuk mengatur seorang komandan atau seorang prajurit untuk mengerjakan segala sesuatunya secara “text-book”. Semua tentu harus disesuaikan dengan situasi yang dihadapi saat itu. Bisa saja situasi yang dihadapi benar-benar sesuatu yang baru, yang belum tercantum dalam doktrin manapun. Di sini dibutuhkan kecerdasan seorang komandan untuk segera mengambil keputusan, dilanjutkan dengan aksi yang paling menguntungkan. Inilah yang dimaknai dengan “berkembang di lapangan”. Namun perlu kita ingat, bahwa pada hakikatnya doktrin yang baik tidak mendikte prajurit dengan: “what to think and what to do”, melainkan menekankan pada sebuah “mindset”: “how to think and how to do things critically and effectively”. Artinya, sebenarnya dalam doktrin militer, masih terdapat keleluasaan bagi seorang komandan dan prajurit yang dipimpinnya untuk berinisiatif dalam koridor “guidelines” yang disuguhkan. Dengan demikian, memahami doktrin justru menjadi sangat penting bagi prajurit untuk melakukan inisiatif, terutama dalam situasi kritis. Prinsip untuk memberikan keleluasaan berinisiatif bagi para prajurit, khususnya pemimpin di lapangan, harus terus mendasari upaya para konseptor dalam menyusun dan merevisi doktrin TNI AD. GALI PENGALAMAN SENDIRI, PELAJARI PENGALAMAN ORANG LAIN. Dalam menyusun doktrin militer sebenarnya tidak harus dibatasi dengan lingkup pengalaman TNI AD sendiri. Setiap pengalaman adalah guru yang terbaik, namun tidak semua peristiwa, terutama kegagalan dan kekalahan, harus kita alami sendiri. Tidak semua pula harus kita awali dari nol, atau “start from scratch”. Cukup banyak pengalaman berharga yang dimiliki oleh militer negara lain yang dapat diadopsi dan dijadikan sebagai basis penyusunan doktrin TNI AD. Justru yang paling baik adalah jika kita dapat memadukan berbagai “lessons learned”, milik sendiri dan milik militer lain, yang kita nilai relevan terhadap skenario-skenario yang mungkin akan kita hadapi di kemudian hari.
Dalam konteks operasi lawan insurjensi misalnya, TNI AD punya pengalaman yang cukup luas dalam melumpuhkan gerakan separatis bersenjata di dalam negeri. Namun kita juga dapat belajar dari apa yang dilakukan oleh militer lain yang terlibat dalam “counterinsurgency operations” di luar negaranya. Mungkin di sana-sini akan terdapat kesamaan prinsip bertempur. Namun dengan mempelajari karakteristik daerah operasi yang berbeda (misalnya “jungle vs. urban terrain”), maka akan semakin memperkaya substansi dari doktrin operasi lawan insurjensi yang telah kita miliki selama ini. Yang perlu dihindari adalah upaya untuk menelan mentah-mentah apa yang berlaku di militer negara lain, karena di dalam menyelesaikan suatu konflik tidak ada istilah “one-fits-all formula”. DOKTRIN HARUS APLIKATIF, MUDAH DIPAHAMI DAN INSPIRATIF. Terkait dengan teknis pengembangan doktrin militer, kita tentu sepaham bahwa doktrin harus aplikatif, dan pemilihan bahasa tulis haruslah yang paling mudah dipahami, sehingga menjamin kejelasan, ketegasan, namun juga mengandung ruang untuk berinisiatif bagi prajurit di lapangan. Hal ini tentunya dilakukan dengan tidak bermaksud menyederhanakan substansi atau situasi pertempuran tertentu. Di samping itu, akan sangat baik jika doktrin dilengkapi dan diperkuat dengan beragam ilustrasi yang kontekstual. Ilustrasi yang dimaksud dapat berupa oleat operasi, diagram, grafik atau tabel data, pencitraan udara terhadap kontur dan karakteristik medan tertentu, maupun fotofoto terkait dengan kemampuan dan batas kemampuan Alutsista, serta kegiatan prajurit di lapangan. Stratifikasi atau pohon doktrin militer juga sebaiknya disusun sesederhana mungkin, sehingga benar-benar akan memudahkan prajurit yang ingin mengupas secara mendalam suatu bidang, atau aspek pertempuran, tertentu. Sebagai kumpulan dari “lessons learned”, yang diyakini dapat dijadikan sebagai “soldiers’ guidance for actions”, maka seyogyanya doktrin juga memuat berbagai kisah nyata, baik tentang keberhasilan maupun kegagalan operasi tertentu. Karena pada umumnya kita akan lebih merasa tergugah untuk mengetahui suatu peristiwa tertentu, ketika kita tahu bahwa peristiwa tersebut merupakan kisah nyata yang pernah terjadi di masa lalu. Sama halnya ketika kita menyaksikan sebuah film dokumenter, maupun film populer yang berdasarkan kisah nyata, atau “based on true events”. Jika didalam doktrin militer, kita pilih dan angkat sejumlah kisah nyata yang ditulis secara menarik, dimana memuat “details” tentang waktu, tempat, tokoh yang terlibat, suasana pertempuran, Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 23
23
12/01/2013 13:52:20
Jurnal Yudhagama senjata dan taktik yang digunakan, dan lain sebagainya, maka diharapkan seluruh prajurit yang membacanya akan lebih mudah membayangkan situasi serupa yang mungkin akan mereka hadapi di kemudian hari. Di samping itu, berbagai kisah heroik para pejuang, senior dan pendahulu kita tentu akan menginspirasi generasigenerasi TNI AD selanjutnya. Kisah yang diangkat tidak harus selalu merupakan operasi dengan pengerahan pasukan yang besar, atau kontak senjata dengan hasil yang bernilai tinggi, seperti tertembaknya tokoh penting atau pimpinan musuh. Setiap peristiwa dalam pertempuran pasti memiliki nilai tersendiri. Walaupun dalam skala yang kecil, jika diungkap dengan obyektif, maka kita akan memperoleh sejumlah pelajaran berharga, sebagai contoh: kerugian personel akibat aplikasi taktik yang salah; keberhasilan operasi yang didasari oleh keberanian dan kepemimpinan yang efektif di lapangan; terganggunya komando dan pengendalian pasukan yang didominasi oleh faktor cuaca dan medan; atau dukungan moril yang tinggi karena serius dalam memenangkan hati dan pikiran rakyat. Dalam doktrin juga tidak ditabukan untuk menampilkan berbagai insiden atau peristiwa pertempuran yang dialami oleh militer negara lain, sejauh itu aplikatif dan memiliki nilai yang tinggi. SELURUH PRAJURIT HARUS MILIKI PELUANG AKSES YANG SAMA. Doktrin militer merupakan pedoman seluruh prajurit. Selama ini, buku-buku doktrin seolah-olah milik eksklusif perwira. Padahal kita ingin seluruh prajurit yang kita pimpin dapat setiap saat meningkatkan keterampilan bertempurnya, serta memperluas pengetahuan dan wawasannya. Oleh sebab itu, doktrin militer harus lebih mudah lagi untuk diakses oleh seluruh prajurit di lapangan. Tanggung jawab para komandan adalah membimbing para prajuritnya untuk mengenal lebih dekat doktrin-doktrin yang relevan dengan ruang lingkup tugas pokok masing-masing, sehingga dapat diaplikasikan secara benar di dalam latihan maupun pelaksanaan operasi sebenarnya. Dalam era yang semakin “mobile” dan “virtual”, doktrin juga selayaknya dapat diakses secara “online”. Hal ini akan memberikan peluang akses yang sama bagi seluruh personel TNI AD, baik para instruktur yang berdinas di lembaga-lembaga pendidikan, para prajurit yang bertugas di wilayah-wilayah perbatasan, maupun pasukan Garuda yang sedang mengemban misi perdamaian dunia. Di samping itu, dengan menghadirkan produk-produk doktrin dalam format “electronic” tersebut, sebenarnya akan menghadirkan efisiensi. Karena, tanpa harus memiliki “hard-copy” dari produk doktrin tertentu, prajurit dapat membaca dan 24
mempelajarinya melalui perangkat komputer maupun perangkat komunikasi portabel, seperti “tablets” dan “smartphones”, yang dewasa ini semakin meluas dalam kehidupan militer sehari-hari. Lalu, “bagaimana dengan aspek kerahasiaan dokumen militer?; dan bagaimana jika doktrin militer yang berklasifikasi konfidensial jatuh ke pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab?” Memang akan selalu ada resiko bagi semua pengguna teknologi. Namun, jika kekhawatiran ini kita sikapi secara tepat, maka kita dapat terhindar dari resiko tersebut. Yang pertama harus dilakukan adalah memperkuat struktur pengamanan berlapis jaringan “online” internal TNI AD dengan sistem-sistem tertentu, seperti “encryption”, “anti-malware”, “complex-password”, dan lain sebagainya. Namun langkah ini tidak cukup. Yang lebih penting lagi adalah bagaimana kita dapat mengedukasi seluruh prajurit agar lebih “melek” teknologi, sehingga dapat memahami manfaat sekaligus “vulnerability” yang dihadirkan oleh teknologi tersebut. Dengan demikian seluruh prajurit akan memiliki “awareness” yang lebih baik terhadap pentingnya aspek pengamanan dokumen militer. BUTUH CUKUP WAKTU UNTUK MENGEMBANGKAN DOKTRIN. Transformasi dibidang doktrin merupakan kerangka dasar bagi upaya besar transformasi di tubuh TNI AD. Cukup sulit menentukan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyusun doktrin dalam rangka mengakomodasi kemampuan dan batas kemampuan Alutsista baru dalam pertempuran. Semua tergantung dari konteks dan substansinya. Menentukan target waktu, atau “timeline”, dalam penyusunan sebuah doktrin memang perlu dilakukan oleh seluruh “stakeholders”, khususnya Kodiklat yang memang memiliki otoritas untuk membina dan mengembangkan doktrin TNI AD. Hal ini dilakukan dalam rangka mengukur “progress”, serta menentukan langkahlangkah selanjutnya. Namun demikian, kita tidak boleh terjebak dalam situasi yang serba “terburu-buru”, sehingga akan berpengaruh negatif terhadap kualitas produk doktrin yang dihasilkan. Harus dipahami bahwa dibutuhkan waktu yang tidak singkat untuk dapat menganalisa “lessons learned”; begitu pula untuk dapat mempelajari suatu situasi pertempuran yang belum pernah kita alami; maupun karakteristik Alutsista yang baru kita miliki. Terhadap situasi yang tidak pernah TNI AD alami sebelumnya, namun sangat mungkin terjadi di masa yang akan datang, tentu dibutuhkan waktu yang lebih panjang untuk dapat melakukan “ekstrapolasi” secara akurat. Artinya, ketika kita tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang situasi operasi militer di suatu
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 24
12/01/2013 13:52:20
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD wilayah tertentu, maka perlu dimunculkan sejumlah peranggapan (asumsi) bahwa trend yang berlaku akan terus berlanjut, dimana metode atau cara-cara penyelesaian konflik yang ditempuh akan tetap relevan dan efektif dimasa yang akan datang. TRANSFORMASI BUKAN TUJUAN AKHIR. Yang jelas transformasi bukanlah tujuan akhir yang ingin kita capai. Transformasi adalah sebuah proses yang kompleks, panjang, dan tiada akhir. Sehingga perlu dibangun sebuah “mindset” bahwa walaupun hari ini kita telah melahirkan doktrin baru atau telah merevisi suatu doktrin, maka bukan berarti kita kemudian akan diam dan berpuas diri. TNI AD harus setiap saat merefleksi diri atas apa yang telah dilakukan dan belum dilakukan, sehingga proses transformasi akan terus berkelanjutan. Mengakhiri tulisan ini, penulis kembali mengajak diri sendiri dan seluruh generasi muda TNI AD untuk senantiasa menjadi bagian integral dalam proses transformasi yang akan menentukan masa depan institusi yang sama-sama kita cintai. Hanya dengan kerja keras, optimisme, dan kolaborasi seluruh komponen,
“ Apa yang kita lakukan dan tidak kita lakukan hari ini akan menentukan masa depan generasi penerus kita selanjutnya… We simply cannot afford the price of inaction and egotism ” kita dapat mewujudkan TNI AD yang semakin profesional, modern, efektif, dan menentukan. TNI AD harus siap menghadapi berbagai bentuk ancaman pertahanan dan keamanan nasional di era “warm peace”, yang penuh dengan ketidakpastian. Insya Allah, kita bisa! Endnotes. 1 Military Doctrine, Reprinted from Making Strategy: An Introduction to National Security Processes and Problems, Chapter 11, Air University Press, Dennis M. Drew and Donald M. Snow (1988). 2 Idem.
RIWAYAT HIDUP SINGKAT PENULIS I. Data Pokok. 1. Nama 2. Pangkat/NRP 3. Tempat/Tgl. Lahir 4. Agama 5. Status 6. Sumber Pa/Th 7. Jabatan
III. Riwayat Penugasan. : Agus Harimurti Yudhoyono, M.Sc, MPA : Mayor Inf/11000034800878 : Bandung/10-08-1978 : Islam : Kawin : Akmil/2000 : Kasi-2/Operasi Brigif Linud -17/1 Kostrad
II. Pendidikan. A. Dikbangum. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Akademi Militer : 2000 Sussarcab Infanteri : 2001 Sus Combat Intel : 2001 KIBI : 2001 Sus Pasiops : 2004 Maneuver Captain Career Course, AS : 2011
A. Dalam Negeri. 1. Opslihkam Aceh
: 2002-2003
B. Luar Negeri. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Singapura Malaysia Thailand Libanon Jerman Belanda Inggris Amerika Serikat Australia
IV. Riwayat Jabatan. 1. 2. 3. 4. 5.
Danton Yonif Linud-305 17/1 Kostrad Pasi-2/Operasi Yonif Linud-305 17/1 Kostrad Dankipan C Yonif Linud 305-17/1 Kostrad Perwira Analis Pertama AS - Strahan Kemhan Kasi-2/Operasi Brigif Linud -17/1 Kostrad
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 25
25
12/01/2013 13:52:20
Jurnal Yudhagama
PERUBAHAN POLA PEMBINAAN LATIHAN TNI AD DIHADAPKAN KEPADA TANTANGAN TUGAS MASA KINI DAN MASA DEPAN
D
Oleh : Brigjen TNI Dody Usodo Hargo. S, S.IP., M.M. (Kepala Biro Persidangan dan Humas Setjen Wantannas)
Untuk mencapai kualitas satuan dan profesionalitas prajurit harus memiliki standard yang berlaku sama, maka untuk mencapai standard tersebut hendaknya latihan dilaksanakan secara paralel terhadap satuan dan prajurit melalui siklus pendidikan, latihan dan berbagai macam penugasan.
26
PENDAHULUAN. iamanatkan dalam Undang-undang RI Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI, pada pasal 7 ayat (1) menjelaskan Tugas Pokok TNI yang selanjutnya pada ayat (2) dijelaskan pula bahwa untuk melakukan tugas pokok tersebut dilaksanakan melalui Operasi Militer untuk Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP) yang terdiri dari 14 (empat belas) tugas. Sebagai kekuatan bala darat TNI AD melaksanakan tugas sesuai dengan yang diamanatkan pada pasal 8 tentang tugas TNI AD, selanjutnya untuk menjawab tugas yang dipertanggungjawabkan kepada TNI AD, maka perlu disiapkan melalui suatu pembinaan agar TNI AD mampu melaksanakan tugasnya secara profesional dan proporsional. Ada 2 (dua) pola operasi yang harus dipersiapkan oleh TNI AD sebagai kekuatan bala darat, yaitu pola OMP yang diwujudkan melalui konsep pertahanan pulau-pulau besar dan rangkaian pulaupulau kecil (kompartemen strategis pertahanan darat) dalam rangka menghadapi ancaman agresi militer dari luar, dan pola OMSP sebagai upaya menghadapi berbagai bentuk ancaman gangguan terhadap stabilitas keamanan nasional serta tugas-tugas bantuan. Untuk menjamin keberhasilan pada setiap operasi yang melibatkan TNI AD, maka sistem pembinaan latihan menjadi salah satu kunci penentu kesiapan satuan dalam menghadapi tugas. Kata-kata bijak yang sering diucapkan dalam latihan adalah “apa tugas yang akan dihadapi, maka itulah yang dilatihkan”, atau dapat juga dimaknai bahwa rencana penggunaan menjadi dasar rencana pembinaan. Dengan demikian pembinaan latihan harus disesuaikan dengan ancaman atau kontijensi yang akan dihadapi. Kondisi saat ini tentunya berbeda dengan kondisi waktu yang lalu, demikian pula dengan ancaman yang akan dihadapi tentunya berbeda dengan ancaman masa lalu, baik kemungkinan ancaman faktual maupun ancaman
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 26
12/01/2013 13:52:20
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD
Setiap unsur pimpinan di satuan dituntut untuk mampu berinovasi dan berkreatifitas dalam meningkatkan kualitas satuan dan profesionalitas prajuritnya dalam menghadapi tantangan tugas masa kini dan masa yang akan datang tanpa meninggalkan program latihan yang sudah digariskan oleh pimpinan TNI AD. potensial. Fenomena yang berkembang saat ini bahwa bentuk peperangan sudah memasuki era generasi keempat yang bersifat nonlinier dan asimetris dengan menggunakan segala sumber daya yang ada untuk melumpuhkan musuh. Jadi bentuk peperangan generasi keempat bukan semata-mata untuk menghancurkan kekuatan militer pemerintah, tetapi juga sebagai sarana untuk menunjukkan eksistensi perjuangan kelompok anti pemerintah, sehingga akan mendapat pengakuan dari masyarakat Internasional. Untuk menghadapi dan mengantisipasi pola-pola perlawanan peperangan generasi keempat tersebut, maka TNI AD perlu menyiapkan kemampuan personel, disamping Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) yang modern dan gelar satuan secara prioritas dan proporsional. Ada beberapa persoalan yang dihadapi oleh TNI AD dalam menyiapkan kekuatannya, diantaranya adalah sistem pembinaan latihan yang bersifat baku hanya berpedoman kepada siklus latihan tahunan; keterbatasan dukungan anggaran; keterbatasan areal medan latihan; dan skenario latihan belum sesuai dengan kemungkinan ancaman yang akan dihadapi. Dengan demikian, maka setiap unsur pimpinan di satuan dituntut untuk mampu berinovasi dan berkreatifitas dalam meningkatkan kualitas satuan dan profesionalitas prajuritnya dalam menghadapi tantangan tugas masa kini dan masa yang akan datang tanpa meninggalkan program latihan yang sudah digariskan oleh pimpinan TNI AD. Setiap Komandan Satuan TNI AD bertanggungjawab untuk menjamin pembinaan latihan agar dapat dilaksanakan sesuai ketentuan yang meliputi sasaran, prinsip-prinsip dalam penyelenggaraan latihan, pengelompokan latihan, standard kemampuan dan metode pencapaiannya serta ketentuan administrasi. Sampai dengan saat ini program latihan yang dikembangkan masih mengacu kepada siklus pembinaan latihan TNI AD, belum terlihat adanya inovasi dan kreatifitas dari unsur pimpinan di satuan dalam pengembangan pembinaan latihan, sehingga
kesannya hanya menyelesaikan tanggung jawab sesuai dengan program yang bersifat rutin dan memberikan bukti pertanggungjawaban penggunaan anggaran semata, tetapi tidak memberikan pengaruh yang signifikan dalam peningkatan kualitas satuan maupun profesionalitas prajuritnya bila dihadapkan kepada tantangan tugas yang akan dihadapi pada masa kini dan masa yang akan datang. Orientasi program latihan TNI AD puncaknya diakhiri dengan latihan antar kecabangan dengan titik berat pola OMP, latihan puncak tersebut belum dilaksanakan secara terpadu dengan tugas-tugas OMSP yang relevan. Latihan puncak tersebut lebih tepat apabila dihadapkan kepada realitas kemungkinan ancaman yang akan dihadapi, baik kekuatan militer maupun nonmiliter dan hindari model-model latihan yang dikorbankan hanya untuk kepentingan protokoler peninjauan latihan oleh unsur pimpinan dan tamu undangan, sehingga mengorbankan realisme latihan itu sendiri. Karena sesungguhnya dalam latihan puncak (latihan terpadu seluruh kesenjaataan, kecabangan dan fungsi TNI AD) sudah menggunakan metode geladi lapangan, sehingga mekanisme dan kualitas latihan ditentukan melalui pengendalian, perwasitan dan penilaian yang selanjutnya dievaluasi melalui kaji ulang (wash up). Dari latar belakang persoalan-persoalan tersebut diatas maka dapat ditarik rumusan masalahnya adalah sebagai berikut “bagaimana merubah pola pembinaan latihan TNI AD untuk menjawab tantangan tugas masa kini dan masa depan ?” Pembahasannya dibatasi pada perubahan kebiasaan latihan yang berlaku di lingkungan satuan TNI AD guna menjawab tantangan tugas masa kini dan masa yang akan datang. Pemikiran ini dapat menjadi salah satu saran dan alternatif yang dapat digunakan oleh unsur pimpinan TNI AD dalam melakukan perubahan-perubahan guna meningkatkan kualitas satuan dan profesionalitas prajurit seiring dengan pencapaian sasaran rencana strategis III (20202024), yaitu terbangunnya postur pertahanan negara yang ideal untuk memenuhi kebutuhan pokok minimal/ Minimum Essential Force (MEF). TRANSFORMASI PEMBINAAN LATIHAN. Persoalan dan solusinya. Sistem pembinaan latihan yang bersifat baku dan hanya berpedoman kepada siklus latihan tahunan. Para Komandan Satuan kurang mampu untuk mengembangkan inisiatif dan variasi dalam pembinaan latihan disatuannya, sehingga kesannya hanya menunggu program latihan sesuai jadwal dari komando atas. Para Komandan satuan kurang memiliki keberanian untuk mengembangkan inisiatif kreatifitasnya. Selama Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 27
27
12/01/2013 13:52:20
Jurnal Yudhagama
apa yang dilakukan tidak menyimpang dari program yang digariskan oleh komando atas, maka seharusnya para Komandan Satuan mencari cara-cara lain disesuaikan dengan kebutuhan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas satuan dan profesionalitas prajuritnya. Kecenderungan membiarkan anak buah menganggur tanpa adanya kegiatan masih menjadi gambaran umum yang terjadi hampir di seluruh satuan administrasi maupun satuan operasional di seluruh kesenjataan, kecabangan dan fungsi. Keterbatasan dukungan anggaran. Alokasi ketersediaan anggaran pembinaan latihan berlaku sama untuk seluruh satuan pada kesenjataan, kecabangan dan fungsi di lingkungan TNI AD. Bila dihadapkan kepada penyebaran gelar satuan dan kondisi daerah akan sangat berpengaruh terhadap perbedaan biaya yang akan digunakan oleh masing-masing satuan, sehingga sangat berpengaruh terhadap pencapaian kualitas sasaran latihan yang diharapkan. Kondisi ini menjadi alasan klasik bagi setiap Komandan Satuan. Untuk menyiasati hal tersebut perlu adanya pemikiran dari unsur pimpinan sebagai penentu kebijakan agar dalam penyusunan rencana kerja dan anggaran mempertimbangkan tingkat kesulitan dan kondisi geografis dislokasi satuan. Walaupun hal tersebut tidak harus menjadi skala prioritas tetapi perlu menjadi pertimbangan pimpinan. Untuk mengatasi hal tersebut para Komandan Satuan bisa melakukan inovasi dan kreatifitas dengan memaksimalkan anggaran yang dialokasikan untuk kepentingan pencapaian sasaran latihan secara kuantitas dan kualitas, dan mengurangi penggunaan anggaran untuk hal-hal yang bersifat protokoler. Keterbatasan areal medan latihan. Belum terpadunya kebijakan pemerintah daerah dalam menata Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dengan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Pertahanan (RUTR Wilhan) mengakibatkan semakin sulitnya satuan di 28
daerah dalam mencari dan menggunakan daerah latihan, khususnya pada tahap latihan drill tempur dan gladi lapangan. Disadari bahwa seiring dengan diberlakukannya otonomi daerah maka pertimbangan dan saran dari Komando Kewilayahan kepada Pemerintah Daerah terkait dengan Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Pertahanan (RUTR Wilhan) untuk kepentingan Pertahanan (Operasi dan Latihan) kurang mendapat respon positip dari Pemerintah Daerah. Untuk menyiasati hal tersebut maka diperlukan suatu upaya dari unsur pimpinan di daerah (Kodam dan Korem) untuk melakukan sosialisasi kepada pemerintah daerah setempat tentang kebutuhan daerah latihan dan konsep penataan ruang wilayah pertahanan, karena pada dasarnya pertahanan menjadi aspek yang tidak diotonomikan, sehingga keterpaduan antara RTRW Daerah dan RUTR Wilhan menjadi penting dalam rangka memenuhi kebutuhan areal latihan yang aman dan tata ruang wilayah pertahanan yang dipersiapkan untuk menata pertahanan negara di daerah. Skenario latihan belum sesuai dengan kemungkinan ancaman yang akan dihadapi. Dalam menyusun skenario latihan masih diperanggapkan kepada kondisi yang bersifat normatif dan monoton, sehingga menjadi suatu kegiatan yang mudah dihafalkan dan bersifat rutin bagi prajurit. Kondisi ini tentunya akan membelenggu unsur pimpinan disatuan dalam mengembangkan cara berpikir dan bertindak apabila dihadapkan kepada tantangan dalam menghadapi kondisi yang sesungguhnya. Untuk menyusun skenario latihan sesuai dengan realita tugas yang akan dihadapi, maka diperlukan keterlibatan unsur-unsur komponen pertahanan negara lainnya (akademisi, praktisi, tokoh agama, tokoh masyarakat dan komponen lainnya sesuai kebutuhan). Upaya ini diperlukan sehingga, skenario latihan menjadi suatu pra anggapan yang bersifat komprehensif terhadap kebutuhan latihan yang diperlukan dihadapkan kondisi nyata yang diperlukan, bukan menjadi pembenaran secara sepihak dari unsur satuan TNI AD semata. Perubahan yang perlu dilakukan. Berorientasi terhadap penggunaan. Mengacu kepada pentahapan latihan yang berlaku di TNI AD, yaitu latihan dilaksanakan secara bertahap, bertingkat dan berlanjut dimulai dari tingkat latihan perorangan dasar secara teknis sampai tingkat latihan satuan antar Angkatan (latihan gabungan) secara taktis. Pentahapan tersebut masih relevan untuk dipedomani dalam rangka meningkatkan kualitas satuan dan profesionalitas prajurit TNI AD pada kesenjataan, kecabangan dan fungsi masing-masing disesuaikan dengan penggunaannya. Bukan menjadi rahasia bagi
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 28
12/01/2013 13:52:22
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD
Revitalisasi merupakan salah satu alternatif jawaban yang perlu dilakukan agar latihan dapat dilaksanakan secara benar dan tidak terkesan hanya sekadar menyelesaikan program dan mengejar penyerapan anggaran semata, tetapi mengabaikan output yang dicapai dari pelaksanaan latihan itu sendiri. unsur pimpinan bahwa latihan yang dilaksanakan oleh unsur satuan TNI AD belum menjamin pencapaian sasaran secara kualitas dan kuantitas, dapat dibuktikan melalui uji petik secara perorangan dan unit satuan utuh. Maka untuk mencapai sasaran secara kualitas dan kuantitas hendaknya tahapan-tahapan latihan harus dilaksanakan oleh seluruh prajurit sesuai dengan kebutuhan tugas yang akan dihadapi. Artinya harus ada perubahan yang mendasar bahwa pentahapan latihan tersebut sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan kualifikasi satuan yang dilatih dan tujuan penggunaannya. Sedangkan pencapaian sasaran kuantitas harus melibatkan seluruh prajurit yang ada dalam organisasi dalam satuan, artinya latihan diikuti oleh seluruh prajurit. Mencapai totalitas daya tempur. Ditinjau dari macam latihan maka TNI AD mengenal tiga macam latihan, yaitu latihan menurut kemampuan yang ingin dicapai (latihan teknis dan latihan taktis); menurut pesertanya (latihan tanpa pasukan dan latihan dengan pasukan); dan menurut tempatnya (medan simulasi dan daerah latihan sebenarnya). Apakah tiga macam latihan yang diterapkan tersebut sudah dilaksanakan secara berimbang antara komponen fisik dan nonfisik. Untuk memperoleh integritas komponen fisik dan non fisik sebagai totalitas daya tempur tentunya tidak hanya semata-mata berpedoman kepada tiga macam latihan itu saja. Tetapi dilaksanakan melalui proses pendidikan, pelatihan dan pengalaman tugas secara berimbang agar menghasilkan kehandalan interaksi unsur manusia dan Alutsista yang digunakan, sehingga tercapai keterpaduan kualitas satuan dan profesionalitas prajurit TNI AD dalam menghadapi tugas-tugas pertempuran darat dan tugas-tugas bantuan. Standardisasi. Latihan perorangan dan latihan satuan yang dilaksanakan oleh TNI AD bertujuan untuk memperoleh kemampuan sesuai dengan peran, tugas dan fungsinya masing-masing. Maka perlu dipertanyakan apakah yang dilaksanakan selama ini secara kualitas sudah memiliki standard yang sama di
seluruh jajaran TNI AD. Karena pada dasarnya setiap satuan dituntut memiliki kualitas yang sama sesuai dengan kesenjataan dan kecabangannya. Kenyataan yang ada tidak demikian, sebagai contoh dari kualitas kemahiran menembak senjata ringan (pistol dan senapan), maka prajurit Kopassus, Kostrad dan Raider memiliki kemampuan dan kemahiran yang selalu berada diatas kemampuan rata-rata prajurit dari satuan kewilayahan. Hal ini mengindikasikan telah terjadi kesalahan dalam penerapan pembinaan latihan dalam materi latihan yang sama. Untuk mencapai kualitas satuan dan profesionalitas prajurit harus memiliki standard yang berlaku sama, maka untuk mencapai standard tersebut hendaknya latihan dilaksanakan secara paralel terhadap satuan dan prajurit melalui siklus pendidikan, latihan dan berbagai macam penugasan sesuai dengan prinsip apa yang dilaksanakan dalam penugasan itulah yang dilatihkan dan apa yang dilatihkan itulah yang diajarkan dalam pendidikan, tentunya tetap berpedoman kepada doktrin TNI AD. Dengan demikian latihan yang berlaku sama pada setiap kesenjataan, kecabangan dan fungsi dapat dilaksanakan secara terukur hasilnya, kecuali untuk kualifikasi khusus yang hanya dimiliki oleh satuan-satuan khusus seperti Kopassus, Satuan Lintas Udara dan Satuan Raider. Realistis. Dihadapkan kepada kemungkinan ancaman masa kini dan masa yang akan datang maka latihanpun disesuaikan dalam rangka penggunaan untuk mengantisipasi dan mengatasi kemungkinan ancaman tersebut. Penyesuaiannya tidak hanya sebatas pada realisme latihan semata tetapi juga terhadap medan latihan dan penggunaan Alutsita yang dipersiapkan. Karena sampai dengan saat ini terkesan penyesuaian realisme latihan semata-mata hanya penyesuaian pada skenario latihan, sedangkan daerah/ medan latihan masih terabaikan. Untuk memberikan gambaran yang realistis kepada prajurit maka harus ada keberanian dengan membuat suatu terobosan melalui perubahan menata medan latihan disesuaikan dengan ancaman dan skenario yang dipersiapkan. Sebagai contoh, apabila skenario yang diperanggapkan adalah daerah perbatasan dengan negara tetangga, maka pada latihan puncak TNI AD yang diselenggarakan secara terpadu dengan menggunakan metode gladi lapangan seyogyanya latihan dilaksanakan pada daerah perbatasan. Resikonya akan menambah anggaran latihan, tetapi memberikan gambaran yang realistis terhadap prajurit. KONSEP TRANSFORMASI PEMBINAAN LATIHAN. Revitalisasi. Prinsip-prinsip latihan merupakan alat kendali yang harus dipedomani dalam penyelenggaraan latihan, tetapi apakah prinsip-prinsip latihan tersebut Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 29
29
12/01/2013 13:52:22
Jurnal Yudhagama sudah dilaksanakan secara bertanggungjawab oleh seluruh unsur pimpinan disatuan jajaran TNI AD?, maka perlu dievaluasi dan ditinjau ulang. Ada yang sudah memedomaninya tetapi ada juga yang belum memedomani karena ketidaktahuannya. Disadari ataupun tidak oleh para unsur pimpinan, tetapi harus diakui bahwa belum seluruh unsur pimpinan mampu menanamkan kepada diri setiap prajurit bahwa latihan merupakan suatu kebutuhan utama yang diperlukan oleh prajurit dalam meningkatkan dan memelihara profesionalitasnya sesuai dengan pangkat dan jabatan serta tugas dan tanggungjawabnya dalam kesenjataan, kecabangan dan fungsi. Untuk melakukan pembenahan agar pembinaan latihan dilaksanakan secara benar dan bertanggungjawab dengan memedomani prinsipprinsip latihan yang berlaku di lingkungan TNI AD perlu dilakukan perubahan secara mendasar. Revitalisasi merupakan salah satu alternatif jawaban yang perlu dilakukan agar latihan dapat dilaksanakan secara benar dan tidak terkesan hanya sekadar menyelesaikan program dan mengejar penyerapan anggaran semata, tetapi mengabaikan output yang dicapai dari pelaksanaan latihan itu sendiri. Untuk menata pembinaan latihan agar mencapai hasil latihan yang diharapkan, maka Revitalisasi dilakukan dibidang sumber daya manusia, perkembangan teknologi dan perubahan mendasar dalam latihan. Revitalisasi dilakukan dibidang Sumber Daya Manusia yang meliputi Pertama, unsur pimpinan. Selektifitas melalui uji kompetensi terhadap unsur pimpinan disatuan-satuan operasional maupun administrasi secara jujur dan transparan sesuai dengan kredibilitas, kualitas dan loyalitas terhadap TNI AD sesuai dengan tingkatannya. Kedua, Unsur Prajurit. Untuk menentukan penempatan awal prajurit dalam korps kesenjataan, kecabangan dan fungsi harus dilaksanakan secara konsekuen sesuai dengan hasil psikotes dan kualitas hasil seleksi bidang lainnya. Ketiga, Unsur Jabatan. Dengan menggunakan prinsipprinsip personalia, maka tempatkanlah prajurit pada jabatan yang sesuai dan tepat (the right man and the right place), sehingga tidak terjadi kesalahan dalam menempatkan perwira dalam jabatan yang membidangi operasi dan latihan. Revitalisasi dilakukan dibidang perkembangan teknologi meliputi Pertama, Alutsista. Peremajaan Alutsista TNI AD menjadi suatu tuntutan yang harus dipenuhi, karena penyesuaian Alutsista dalam pelaksanaan latihan dihadapkan kepada era teknologi yang sedang berkembang pada saat ini dan masa yang akan datang sangat ditentukan pula oleh teknologi Alutsista yang digunakan dalam latihan tersebut. Jadi modernisasi Alutsista akan sangat memengaruhi 30
realisme latihan dan kualitas dari hasil latihan. Modernisasi Alutsista menuntut kemahiran prajurit TNI AD dalam mengoperasionalkannya, sehingga mampu mengantisipasi ancaman nonlinier dan asimetris, karena ancaman tidak hanya merupakan kekuatan musuh secara fisik semata. Kedua, Cyber War. Prajurit TNI AD tidak hanya mengenal teknik dan taktik bertempur dilapangan yang bersifat konvensional, tetapi juga mengenal teknik perang teknologi, informasi dan komunikasi, sesuai dengan bidang tugasnya maka menjadi suatu keniscayaan perang teknologi/dunia maya (cyber war) menjadi ancaman yang dapat merusak sistem jaringan komunikasi pertahanan negara. Dengan demikian TNI AD memerlukan sarana, prasarana dan fasilitas khusus untuk melakukan pendidikan dan latihan perang teknologi, informasi dan komunikasi. Revitalisasi dilakukan dibidang perubahan mendasar dalam latihan meliputi Pertama, materi latihan. Latihan hendaknya berorientasi kepada penggunaan satuan dalam tugas-tugas yang akan dihadapi. TNI AD dapat melakukan perubahan yang mendasar terhadap materi-materi latihan yang masih diterapkan sampai dengan saat ini. Pertimbangan lainnya bahwa taktik-taktik perang konvensional hanya merupakan kemampuan dasar yang dimiliki oleh satuan dalam rangka mendukung operasi-operasi yang lebih bersifat nonlinier. Dengan demikian pengetahuan dan teknik dasar bertempur konvensional yang masih diberlakukan dalam pendidikan dasar TNI AD merupakan bekal pengetahuan sebagai pengenalan saja. Sedangkan materi latihan pada tahap lanjutan lebih diarahkan kepada penggunaan sesuai dengan tugas-tugas TNI AD yang telah diamanatkan dalam undang-undang, baik dalam tugas pertempuran maupun tugas-tugas bantuan. Kedua, waktu latihan. Perimbangan waktu latihan dengan waktu penggunaan akan sangat memengaruhi kesiapan satuan untuk digunakan dalam tugas. Perlu dilakukan perencanaan guna menata ulang siklus waktu latihan, waktu penggunaan dan waktu konsolidasi agar dapat mewadahi perimbangan waktu latihan dengan waktu penugasan. Pada kondisi saat ini satuan-satuan TNI AD hanya terlibat dalam tugas-tugas pengamanan perbatasan, tugas-tugas bantuan (penanggulangan bencana alam, mengatasi teroris, mengatasi gerakan sparatis, dan tugas bantuan lainnya yang bersifat sosial dan kemanusiaan), serta tugas perdamaian dunia. Sehingga waktu latihan menjadi prioritas untuk lebih ditingkatkan karena materi latihan yang digunakan dalam latihan akan menjadi lebih banyak. Ketiga, anggaran latihan. TNI AD telah mengalokasikan anggaran latihan yang cukup memadai, penggunaan anggaran latihan tersebut semaksimal mungkin dapat digunakan untuk biaya operasional latihan. Namun demikian anggaran
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 30
12/01/2013 13:52:22
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD latihan yang dialokasikan kesatuan-satuan jajaran TNI AD disesuaikan dengan tingkat kesulitan yang dihadapi oleh satuan tersebut (dislokasi, penyebaran satuan dan kondisi geografi). Efisiensi penggunaan biaya latihan hanya untuk kepentingan dukungan operasi latihan secara murni dan bukan untuk keperluan administrasi lainnya diluar kebutuhan latihan. Daerah Latihan. Daerah latihan merupakan fasilitas dan infrastuktur pendukung yang sangat menentukan realisme dan pencapaian kualitas hasil latihan, karena daerah latihan tentunya bisa memberikan gambaran tentang tugas-tugas yang akan dihadapi sesuai dengan penggunaannya. Daerah latihan di pangkalan, baik untuk latihan perorangan maupun dalam hubungan satuan hanya terbatas pada latihan-latihan teknis sampai dengan drill taktis. Untuk latihan-latihan lanjutan dengan metode drill tempur menggunakan daerah latihan di sekitar pangkalan atau daerah yang cukup jauh dari pangkalan karena terbatasnya daerah aman yang dapat digunaan untuk latihan. Sehingga diperlukan daerah latihan yang bersifat permanen, untuk memeroleh daerah latihan tersebut tentunya dilakukan melalui upaya koordinasi dan kerjasama dengan pemerintah daerah setempat. Agar daerah latihan dapat digunakan secara permanen diperlukan kerjasama yang memiliki legalitas hukum, sehingga apabila terjadi pergantian kepemimpinan di daerah, maka perjanjian kerjasama tersebut masih tetap berlaku. Diperlukan adanya perubahan dalam menentukan daerah latihan untuk menjawab kemungkinan ancaman dan modernisasi
Alutsista dalam penggunaannya. Seperti daerah latihan yang disiapkan oleh Mabes TNI untuk pelatihan dan pembekalan Pasukan Perdamaian Dunia di Bukit Sentul Bogor Jawa Barat. Demikian pula hendaknya dengan TNI AD melakukan perubahan orientasi penggunaan satuan melalui penyiapan daerah latihan, seperti latihan pengamanan perbatasan, latihan tugas-tugas bantuan, latihan mengatasi aksi terorisme, dan lain-lain. Pentahapan perubahan. Mengacu kepada Rencana Strategi Pertahanan Negara (Renstra Hanneg), maka secara bertahap TNI AD perlu melakukan perubahan pola latihan yang berorientasi kepada kemungkinan ancaman dan era peperangan yang berlaku secara umum pada era kemajuan teknologi, informasi dan komunikasi (peperangan generasi keempat). Pentahapan dilaksanakan dalam 3 tahap disesuaikan dengan Renstrahan, meliputi: Pertama, Tahap I (sampai dengan akhir tahun 2014) revisi Doktrin TNI AD khususnya bidang organisasi dan bidang latihan sudah dapat diterapkan keseluruh kesenjataan, kecabangan dan fungsi diseluruh satuan jajaran TNI AD. Penataan organisasi satuan-satuan operasional sudah terpenuhi sesuai dengan TOP, sehingga latihan tidak dikorbankan oleh permasalahan organisasi. Untuk bidang latihan, revisi sistem pembinaan latihan disesuaikan dengan kebutuhan yang akan digunakan, sehingga tidak terjebak dalam latihan-latihan yang masih berorientasi kepada perang konvensional dan selalu beranggapan bahwa ancaman akan selalu datang dari luar dengan kekuatan militernya.
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 31
31
12/01/2013 13:52:23
Jurnal Yudhagama Kedua, Tahap II (2015-2019), secara simultan TNI AD melakukan penataan daerah latihan yang memiliki kekuatan hukum secara legal formal (memiliki dasar hukum yang tetap), sehingga daerah latihan tersebut secara permanen menjadi daerah latihan TNI AD. Penataan daerah latihan tersebut berlaku diseluruh wilayah dan dimaksimalkan penggunaannya sebagai daerah latihan TNI AD. Ketiga, Tahap III (tahun 20202024), pada tahap ini peremajaan dan modernisasi Alutsista TNI AD sudah memenuhi kebutuhan pokok minimum (Minimum Essential Force). Peremajaan dan modernisasi Alutsista sangat memengaruhi realisme latihan, karena skenario latihan akan berpengaruh dengan Alutsista yang dimiliki oleh TNI AD secara logis. Sangat tidak mungkin bila Alutsista yang dimiliki oleh TNI AD memiliki kualitas dibawah Alutsista kekuatan ancaman yang diperanggapkan dalam latihan. LEMBAGA YANG DIPERLUKAN DALAM TRANSFORMASI. Pertama, Komando Doktrin, Pendidikan dan Latihan (Kodiklat) TNI AD. Untuk melakukan perubahan sistem pembinaan latihan, maka Kodiklat TNI AD merupakan lembaga yang memiliki kompetensi dalam menata perubahan tersebut melalui kelompok kerja (Pokja). Organisasi Kodiklat TNI AD memiliki unsur-unsur staf direktur yang membidangi Doktrin, Pendidikan dan Latihan. Dengan demikian, untuk mengkaji perubahan sistem pembinaan latihan perlu dilandasi dengan doktrin dan pendidikan. Penerapan perubahan tersebut diawali dari pusat Kesenjataan, Kecabangan dan Fungsi dibawah supervisi Kodiklat TNI AD. Kedua, Akademi Militer (Akmil). Sebagai lembaga pendidikan Perwira Pertama TNI AD, maka Akmil tidak membelenggu pengetahuan para Taruna dengan materi-materi latihan dasar militer yang bersifat konvensional, tetapi lebih berorientasi kepada materimateri latihan teknik dan taktik militer yang berbasis teknologi, informasi dan komunikasi. Dengan demikian para Perwira Pertama TNI AD yang dilahirkan dari pendidikan Akmil memiliki wawasan pengetahuan yang berimbang antara teknik dan taktik militer berbasis teknologi, informasi dan komunikasi sesuai dengan kebutuhan organisasi TNI AD. Ketiga, Resimen Induk Kodam (Rindam). Sebagai unsur pelaksana pendidikan dan latihan ditingkat Kodam, maka Rindam menjadi ujung tombak TNI AD untuk menerapkan perubahanperubahan sistem pembinaan latihan dalam pendidikan pertama tingkat Bintara dan Tamtama, sehingga SDM prajurit TNI AD disamping memiliki kemampuan dasar teknik dan taktik militer dasar juga memiliki kemampuan dasar berbasis pengetahuan dibidang teknologi, informasi dan komunikasi alat utama sistem persenjataan yang dimiliki oleh TNI AD. 32
PENUTUP. Kemajuan dan perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi merupakan suatu tuntutan yang harus dijawab melalui suatu perubahan. Demikian pula halnya dengan TNI AD, sebagai kekuatan bala darat dalam sistem pertahanan negara perlu melakukan perubahan dan penyempurnaan Doktrin untuk mengikuti kemajuan dan perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi tersebut. Kemajuan dan perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi telah merubah bentuk ancaman yang akan dihadapi, baik faktual maupun potensial. Maka telah terjadi pergeseran generasi peperangan, dari era peperangan generasi ketiga (konvensional) menjadi peperangan generasi keempat (nonlinier/asimetris). Diantara perubahan yang harus dilakukan oleh TNI AD adalah perubahan bidang pembinaan latihan. Perubahan mengarah kepada penggunaan sesuai dengan kemungkinan-kemungkinan ancaman yang akan dihadapi. Keberanian untuk berubah harus dilakukan mulai sekarang, diantaranya adalah mengubah siklus latihan, mengubah skenario latihan, mengubah pola latihan, menata daerah latihan, modernisasi Alutsista dalam latihan, dan perubahan lainnya yang berhubungan dengan peningkatan kualitas satuan dan profesionalitas prajurit. Untuk merealisasikan konsep transformasi (perubahan) tersebut, maka perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut: Pertama, mempercepat penyelesaian revisi Doktrin TNI AD KEP dan penerapannya sebagai pedoman dasar pembinaan TNI AD. Kedua, membentuk kelompok kerja untuk melakukan revisi terhadap sistem pembinaan latihan TNI AD. Ketiga, Menempatkan SDM dalam jabatan bidang operasi dan latihan melalui seleksi kompetensi jabatan, pendidikan dan tes psikologi. Keempat, menata kembali daerah latihan di tingkat pusat dan daerah yang memiliki kekuatan hukum tetap (legal formal) sebagai daerah latihan. Kelima, merumuskan kembali standardisasi pencapaian sasaran kualitas hasil latihan, dan standardisasi kelulusan bagi personel dalam Uji Terampil dan Uji Jabatan serta Uji Kesiapan Satuan. Keenam, skenario latihan disesuaikan dengan keadaan dan ancaman terkini yang mungkin akan dihadapi dalam penggunaan kekuatan TNI AD. Ketujuh, mempercepat modernisasi Alutsista TNI AD untuk memberikan gambaran secara realistis perimbangan Alutsista dengan bakal calon lawan dalam skenario latihan. Demikian penulisan tentang perubahan pola pembinaan latihan TNI AD dihadapkan kepada tantangan tugas masa kini dan masa depan. Semoga bermanfaat untuk menjadi pemikiran seluruh unsur pimpinan TNI AD, sehingga dapat membawa perubahan dalam pola pembinaan di jajaran TNI AD khususnya pembinaan latihan.
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 32
12/01/2013 13:52:23
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD
RIWAYAT HIDUP SINGKAT PENULIS I. Data Pokok. 1. 2. 3. 4. 5.
Nama Pangkat/NRP Tempat/Tgl. Lahir Agama Status a. Istri b. Anak
III. Riwayat Penugasan. : : : : : : :
Dody Usodo Hargo.S,S.IP.,M.M Brigjen TNI/29955 Padang/05-03-1961 Islam Kawin Kurniasari
1) Nurdysa Diliana Putri (Mahasiswi UGM) 2) Ayu Sekar Putri (Mahasiswi Unpad) 6. Sumber Pa/Th 7. Jabatan
: AKABRI/1984 : Kepala Biro Persidangan dan Humas Setjen Wantannas
II. Pendidikan. A. Dikbangum. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
AKABRI Darat Sussarcab Infanteri Diklapa Infanteri I Diklapa Infanteri II Seskoad Suskatjemen Dephan Susopsgab TNI Sesko TNI Lemhannas RI PPRA XLIV
B. Dikbangspes. 1. Sussarpara 1983 2. Tar Danton Pemburu 1984 3. Suspatih Infanteri/SPI 1986 4. Suspa Senjata Bantuan 1989 5. Tarkader Ter 1991 dan 1996 6. Tar Kader Intel 1997 7. Tar Binlat Intel 1998 8. Sus Dan Yonif 1998 9. Tar Pelatih Inti Raider 2003 10. Sus Danrem 2008
: : : : : : : : :
1984 1984 1995 1996 2000 2001 2006 2007 2010
A. Dalam Negeri. 1. Ops Tim-Tim 2. Ops Tim-Tim 3. Ops Tim-Tim 4. Ops Tim-Tim 5. Ops Tim-Tim 6. Ops Irian Jaya 7. Ops Pamtas RI-RDTL 8. Ops Lihkam Darmil NAD 9. Ops Pamtas RI-Malaysia 10. Ops Pamtas RI-RDTL
: : : : : : : : : :
1985-1986 1986-1987 1987-1988 1990-1991 1991-1992 1996-1997 2000 2004-2005 2007-2009 2009-2010
B. Luar Negeri. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Singapore RRC Malaysia RDTL Polandia Belanda
: : : : : :
1993 dan 2005 2007 2008 (3 KALI) 2009 2010 2010
IV. Riwayat Jabatan. 1. Danton-1/B/323/13 Kostrad 2. Danton-2/A/323/13 Kostrad 3. Danton-1/A/323/13 Kostrad 4. Danki Ban-323/13 Kostrad 5. Dankipan A/L-433/L-3 Kostrad 6. Kasilog-323/13 Kostrad 7. Dankipan C 323/13 Kostrad 8. Kasi Intel Brigif-13 Kostrad 9. Wadan Yonif-731 Dam VIII/Tkr 10. Kasdim-1505/Halteng Dam VIII/Tkr 11. Kasdim-1504/Ambon Dam VIII/Tkr 12. Kasiwaslat Baglatsat Sdirbindiklat Pussenif 13. Dan Yonif-310 Brigif-15/Kujang Dam III/Slw 14. Pabandyalid Sintel Dam V/Brw 15. Dandim-0823/Stbd Dam V/Brw 16. Wadan Rindam V/Brw 17. Dan Satgas Mobil Koops NAD 18. Dosen Gol IV Seskoad 19. As Ops Dam VI/Tpr 20. Danrem-161/WS Dam IX/Udy 21. Pamen Den Mabesad (Dik Lemhannas) 22. Pamen Ahli Bid Ilpengtek Kodiklat TNI AD 23. Dan Korsis Seskoad 24. Kepala Biro Persidangan dan Humas Setjen Wantannas RI
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 33
33
12/01/2013 13:52:23
Jurnal Yudhagama
TRANSFORMASI ANGKATAN DARAT DIBIDANG PERSONEL SUATU KEHARUSAN didorong oleh kebutuhan merupakan suatu akibat dari perubahan lingkungan budaya, sosial, ekonomi dan politik yang menuntut segala sesuatu yang berada di sekitar lingkungan tersebut harus berubah. Perubahan yang kita bicarakan disini tentunya perubahan yang mengarah atau menuju kebaikan yang serba lebih dari kondisi sebelumnya menuju kedewasaan, konsisten, lebih introspeksi dan lain-lain. Begitu pula Angkatan Darat bagian dari lingkungan TNI, masyarakat, bangsa dan negara juga dunia memerlukan perubahan untuk menuju yang lebih baik dan maju seiring dengan kemajuan lingkungan, apalagi di era globalisasi saat ini. Suatu organisasi tentunya mempunyai sebuah tujuan yang hendak dicapai atau dapat dikatakan sebuah visi. Jika organisasi tersebut tidak dapat melaksanakan visinya dengan baik tentunya perlu diperbaiki. Oleh : Brigjen TNI Jaswandi (Wadanjen Kopassus) Konsep Pembangunan Kekuatan Angkatan Darat untuk mencapai Minimum Essential Force menggunakan 2 parameter yang saling berkaitan yaitu Postur dan Evaluasi Kemantapan serta Kesiapsiagaan Operasional (EKKO).
A
PENDAHULUAN. khir-akhir ini, kita sering mendengar kata “Transformasi”, baik di media cetak maupun elektronik. Transformasi dapat diartikan sebagai proses mengubah bentuk atau mengubah dari suatu bentuk kebentuk lainnya. Dapat diartikan juga sebagai proses peralihan total dari suatu bentuk menjadi sosok baru yang dapat diartikan sebagai tahap akhir dari suatu proses perubahan secara berangsur-angsur, sehingga sampai tahap ultimate, perubahan dilakukan dengan cara memberi respon terhadap pengaruh unsur eksternal dan internal yang akan mengarahkan perubahan dari bentuk yang sudah dikenal sebelumnya melalui proses penggandaan secara berulang-ulang atau melipatgandakan. Perubahan dapat didorong oleh dua faktor yaitu “keinginan” dan “kebutuhan”. Perubahan yang
34
MENGAPA ANGKATAN DARAT HARUS MELAKUKAN TRANSFORMASI? Di atas telah disinggung bahwa transformasi merupakan proses mengubah bentuk atau mengubah dari satu bentuk kebentuk lainnya atau dengan kata lain adalah melakukan perubahan. Pertanyaannya adalah mengapa Angkatan Darat harus melakukan perubahan atau transformasi? Apa yang harus diubah dari Angkatan Darat? Dalam konteks ini, Angkatan Darat memiliki kapasitas untuk mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia di wilayah daratan, sehingga dibutuhkan personel sebagai prajurit profesional dan Alutsista yang berkemampuan modern. Mengingat bahwa Alutsista Angkatan Darat sudah berumur tua yang artinya ketinggalan teknologi, maka perlu dilakukan transformasi Alutsista Angkatan Darat. Angkatan Darat harus berubah menjadi modern karena peran dan fungsinya menuntut kapasitas ini yang dihadapkan dengan semakin berkembangnya lingkungan strategis. Modern disini bukan berarti memodernisasi teknologi Alutsista Angkatan Darat yang sudah tua, namun mengganti teknologi Alutsista dengan generasi terbaru. Tidak ada yang dapat dimodernisasi dari teknologi yang sudah usang. Yang dapat dilakukan untuk mewujudkan Angkatan Darat profesional hanyalah mentransformasi diri Angkatan Darat. Tidak ada pilihan lain bagi Angkatan Darat dalam menjalankan tugas dan kewajiban utamanya yang bersifat eksternal, menjaga kedaulatan
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 34
12/01/2013 13:52:23
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD NKRI secara efektif dan efisien, jika tidak melakukan transformasi kekuatan. Dengan transformasi kekuatan selain Alutsista, juga tidak kalah pentingnya yaitu diperlukan pula transformasi prajurit/personel menjadi inti organisasi TNI AD yang menggunakan atau mengawakinya. Hal ini wajar karena prajurit dan senjata ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Kekuatan daya tempur prajurit bergantung pada persenjataan yang dimiliki. Sementara penggunaan persenjataan bergantung pada prajurit yang ada di belakangnya (man behind the gun). Transformasi Angkatan Darat menurut transformasi teknologi, doktrin, organisasi tentunya harus dimulai dari tranformasi prajurit atau dengan sebutan Sumber Daya Manusia, terutama level manajerial. Transformasi Angkatan Darat tidak semata berfokus pada perubahan paradigma, doktrin, strategi, teknologi dan sebagainya. Transformasi tersebut juga mengedepankan aspek personel, sebab personel merupakan kunci dari transformasi. Tanpa penyiapan personel yang sesuai dengan kebutuhan transformasi, maka transformasi Angkatan Darat tidak akan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Transformasi Angkatan Darat salah satu pokoknya pada aspek personel. Substansi pada aspek personel adalah The man behind the gun dan The right man on the right place. Dari situ tergambar bahwa transformasi Angkatan Darat dibidang personel pada akhirnya ditujukan untuk memperkuat organisasi, sebab organisasi akan maju bila diawaki oleh personel yang hebat termasuk personel-personel yang hebat yang akan mengawaki Alutsista modern. Transformasi dibidang personel merupakan sebuah tantangan, sebab personel yang masuk kedalam Angkatan Darat berasal dari berbagai lapisan masyarakat dari Sabang sampai Merauke yang berasal dari berbagai disiplin ilmu. Berikutnya adalah perubahan paradigma dalam organisasi Angkatan Darat sendiri. Dibutuhkan kesamaan cara pandang untuk menuju suatu Angkatan Darat yang diinginkan dalam suatu kerangka organisasi. Kesamaan cara pandang itu akan menentukan warna personel yang akan disiapkan untuk kebutuhan Angkatan Darat kedepan. Pembinaan personel bukanlah suatu yang stagnan, melainkan dinamis yang selalu berubah seiring perubahan bidang lain. Oleh sebab itu, semua pihak harus menyadari bahwa transformasi adalah suatu proses yang memerlukan waktu yang cukup panjang. “Marilah kita belajar dari pengalaman negara-negara yang telah maju. Dalam proses transformasi selalu ada dinamika, pasang surut dan bahkan keadaan jatuh bangun dari sebuah kehidupan yang sedang melaksanakan transfromasi”. Sebuah transformasi dalam lingkup yang besar, dapat
berpeluang diikuti oleh dampak sosiologis, antara lain ketidakstabilan, kegamangan, konflik dan perpecahan, namun transformasi merupakan sebuah proses upaya untuk menuju kebaikan. Konsep Transformasi Angkatan Darat Dibidang Personel, yakni: Penataan Jumlah dan Komposisi Personel yang Ideal dalam Mengawaki Organisasi (Right Sizing). Transformasi Angkatan Darat diawali dengan pembangunan kekuatan Angkatan Darat yang diarahkan agar dapat melaksanakan tugas pokoknya yaitu menegakkan kedaulatan negara, menjaga keutuhan wilayah darat dan menyelamatkan segenap Bangsa Indonesia, yang dalam pelaksanaannya diarahkan kepada tercapainya kekuatan pokok minimum (Minimum Essential Force), dengan sasaran tingkat kekuatan yang cukup mampu menjamin kepentingan strategis pertahanan aspek darat. Untuk dapat mewujudkan pembangunan kekuatan Angkatan Darat, maka perlu adanya dukungan anggaran dari pemerintah guna tercapainya pemantapan satuan yang diharapkan dengan memiliki daya tangkal yang mampu mengatasi setiap bentuk ancaman yang mungkin timbul dalam kurun waktu lebih kurang 5 sampai 20 tahun kedepan. Adapun pemenuhan kebutuhan Alutsista yang diharapkan secara bertahap dilaksanakan penggantian dan pengadaan senjata baru sesuai dengan perkembangan teknologi dan melaksanakan pembentukan satuan baru disetiap wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, khususnya wilayah perbatasan dengan negara lain, daerah rawan konflik, pulau-pulau terluar serta seluruh wilayah sesuai dengan luas wilayah dan ancaman yang mungkin timbul baik dari dalam maupun dari luar. Kondisi tingkat kemantapan Angkatan Darat saat ini masih jauh dari Minimum Essential Force. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari dukungan anggaran yang kurang bagi kebutuhan pembangunan kekuatan, kemampuan dan gelar satuan Angkatan Darat secara keseluruhan. Pembangunan kekuatan Angkatan Darat sesuai Minimum Essential Force adalah pembangunan satu tingkat dibawah kekuatan ideal, namun mampu untuk menangkal segala bentuk ancaman yang datang dari luar maupun dalam negeri. Berdasarkan kondisi saat ini, maka diperoleh suatu gambaran atau nilai tentang bagaimana pembangunan kekuatan Angkatan Darat sesuai standard Minimum Essential Force yaitu mampu operasional dan memiliki daya tangkal, dihadapkan dengan asumsi pelibatan TNI dan kontijensi yang paling mungkin. Sejalan dengan transformasi pembangunan kekuatan Alutsista, titik berat transformasi dibidang Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 35
35
12/01/2013 13:52:23
Jurnal Yudhagama personel difokuskan untuk: Pertama, peningkatan kemampuan mobilitas dalam rangka Operasi Militer untuk Perang maupun Operasi Militer Selain Perang. Kedua, peningkatan kemampuan satuan tempur khususnya Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (striking force) tingkat pusat serta satuan kewilayahan. Ketiga, kesiapan pasukan (standby force) terutama untuk penanggulangan bencana alam serta untuk tugas-tugas misi perdamaian dunia dan keadaan darurat lainnya. Keempat, peningkatan kemampuan dan kekuatan bagi personel satuan Kostrad dan Kopassus. Kelima, personel Kodam sebagai kompartemen strategis harus memiliki daya tangkal yang kuat dengan meningkatkan kemampuan dan kekuatan sesuai luas wilayah yang dilindungi serta ancaman yang mungkin timbul. Di dalam kebijakan Minimum Essential Force (MEF), pembangunan kekuatan pokok minimum sasarannya adalah terwujudnya Postur Angkatan Darat yang dapat melaksanakan tugas pokok Angkatan Darat, dengan prioritas pembangunan kekuatan di daerah perbatasan, daerah rawan dan pulau terluar serta satuan-satuan yang akan diproyeksikan kepada kegiatan daerah tersebut. Mempertimbangkan kondisi tersebut, maka konsep Pembangunan Kekuatan Angkatan Darat untuk mencapai Minimum Essential Force menggunakan 2 parameter yang saling berkaitan yaitu Postur dan Evaluasi Kemantapan serta Kesiapsiagaan Operasional (EKKO). Penilaian terhadap kondisi postur antara lain adalah meliputi kekuatan personel disamping organisasi dan materiil, kemampuan dan gelar. Postur Angkatan Darat yang ideal adalah Angkatan Darat yang memiliki kekuatan, kemampuan dan gelar yang mampu melaksanakan tugas pokoknya yaitu menegakkan kedaulatan negara, menjaga keutuhan wilayah darat dan menyelamatkan segenap Bangsa Indonesia. Dalam pelaksanaannya diarahkan pada tercapainya kekuatan pokok minimum (Minimum Essential Force), dengan sasaran tingkat kekuatan yang cukup mampu menjamin kepentingan strategis pertahanan aspek darat. Mengingat keterbatasan kemampuan pemerintah dalam memberikan dukungan anggaran pertahanan, maka konsep pembangunan kekuatan Angkatan Darat dilaksanakan dengan skala prioritas untuk mencapai kemantapan satuan. Pembangunan kekuatan Angkatan Darat dilaksanakan atas dasar konsep pertahanan berbasis kemampuan (capabilities). Pelaksanaan pembangunan kekuatan diarahkan untuk tercapai postur TNI AD yang dituangkan dalam Renstra II (2010-2014), Renstra III (2015-2019) dan Renstra IV (2020-2024). Prioritas pelaksanaan pembangunan kekuatan khususnya personel diarahkan untuk memenuhi tugas pokok Angkatan Darat antara 36
lain pemenuhan personel di daerah perbatasan, rawan konflik dan pulau terluar. Pembinaan kekuatan personel Renstra II, III dan IV diharapkan pada posisi zero growth sesuai dengan kebijakan Presiden RI tentang pembangunan kekuatan pokok minimum yang diprioritaskan untuk pengembangan Alutsista. Kebijakan Zero Growth of Personel (ZGP) dapat diartikan sebagai kebijakan tanpa penambahan personel pada tatanan organisasi Angkatan Darat, namun demikian hal tersebut bukan berarti stagnasi, sebab didalamnya justru terjadi berbagai perubahan menuju kepada peningkatan kemampuan, efektivitas dan efisiensi menuju manajemen modern. Pengawakan organisasi Angkatan darat disesuaikan dengan TOP/ DSP yang telah diperbarui dengan bentuk yang lebih ramping, tetapi dengan kinerja yang sama atau bahkan meningkat. Dengan demikian jumlah kekuatan personel dari awal tahun 2010 sampai dengan akhir tahun 2029 diharapkan penambahan personel tidak signifikan, sehingga kekuatan personel tetap pada 316.198 orang untuk militer dan 42.005 orang untuk PNS. Kebijakan ZGP dimaksudkan sebagai upaya agar komposisi personel Angkatan Darat secara bertahap mengarah kepada rasio yang lebih besar pada satuan operasional (Satpur/ Banpur/Satbanmin), dari pada instansi pendukungnya. Perbandingan komposisi personel yang diharapkan pada Minimum Essental Force antara satuan operasional dengan satuan pendukung adalah 60% : 40% sesuai yang tercantum dalam dokumen Postur Hanneg. Meskipun perbandingan saat ini antara satuan operasional dan satuan pendukung telah memenuhi Minimum Essential Force, namun dengan adanya pemisahan personel dan rencana pengembangan satuan, maka masih diperlukan penataan kembali personel secara bertahap dengan tetap mempertahankan kuantitas personel (minimal 80%). Perbandingan komposisi personel antara satuan operasional (Satops) dan pendukung operasional (Satdukops) saat ini adalah 217.473 : 90.483 atau sama dengan 70,62% : 29,38%. Jumlah personel tersebut bila dihadapkan kepada TOP dan DSP, maka pencapaian kuantitas telah mencapai tingkat 97,92%, namun kedepan masih perlu penataan kembali personel di lingkungan Angkatan Darat untuk memenuhi pembangunan dan pemantapan satuan baru. Tuntutan Minimum Essential Force adalah pada strata mantap-II/siap operasi, yaitu utamanya adalah kuantitas dan kualitas personel disamping materiil, latihan, fasilitas/pangkalan dan peranti lunak mencapai 80-89% (mantap-I/siaga operasi :90-100%, mantap-II/ siap operasi: 80-89%, mantap-III/siap tugas: 60-79% dan mantap-IV/tidak siap tugas : 50-59%). Dengan adanya tuntutan kesiapan Angkatan Darat dalam melaksanakan tugas pokoknya di wilayah daratan,
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 36
12/01/2013 13:52:23
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD maka perlu adanya penyempurnaan kebutuhan pokok minimum (Minimum Essential Force) Angkatan Darat terutama personel, sehingga dapat memberikan daya tangkal yang lebih optimal dalam menghadapi setiap ancaman dan kemungkinan kontijensi di wilayah NKRI. PENATAAN SISTEM MANAJEMEN PERSONEL. Dalam rangka peningkatan profesionalisme, pembinaan personel dilaksanakan melalui peningkatan SDM dimulai dari penerimaan calon prajurit sampai dengan peningkatan keterampilan. Pada kegiatan penerimaan prajurit diterapkan kenaikan standard nilai akademik, kesamaptaan jasmani, kesehatan dan psikologi. Dengan memiliki sumber yang baik maka profesionalisme akan mudah didapat dan ditingkatkan. Bagi prajurit yang sudah aktif, peningkatan profesionalnya dilaksanakan dengan cara memberikan pembekalan ketrampilan, pendidikan, latihan, kursus/ penataran dan penugasan. Dalam rangka peningkatan kesejahteraan prajurit terus berupaya memenuhi kebutuhan dan peningkatan kesejahteraan moril melalui upaya memberdayakan primer-primer koperasi yang dikelola secara baik, pemberian tunjangan kinerja, pemberian Tunsus dan tanda jasa bagi prajurit yang bertugas di pulau terluar dan daerah perbatasan. Dibidang perumahan, Angkatan Darat bekerja sama dengan Kemenpera dalam pembangunan Rumah Susun Sejahtera Sistem Sewa (Rusunawa) bagi prajurit, PNS, warakawuri dan janda/duda PNS yang sangat membantu prajurit untuk mendapatkan tempat tinggal secara murah, membuat perumahan sistem swakelola. Pengadaan perumahan nondinas melalui program KPR swakelola TWP bagi personel Angkatan Darat. Sejalan dengan program Reformasi Birokrasi Angkatan Darat yang dituangkan dalam program Penataan Sistem Manajemen Personel Angkatan Darat ditetapkan adanya delapan (8) Sub Program yang meliputi penataan sistem rekrutmen personel secara on line, analisa jabatan, evaluasi jabatan, penyusunan standard kompetensi jabatan, assesment individu, membangun/memperkuat database personel dan pengembangan pendidikan dan pelatihan personel berbasis kompetensi. Keberhasilan penataan sistem manajemen personel diukur berdasarkan penilaian pencapaian target/sasaran yang telah ditetapkan dalam periode tertentu dari aspek input, proses, output dan outcome yang telah ditetapkan sebelumnya. Melalui kedelapan sub program reformasi birokrasi di atas merupakan juga wujud pengelolaan dan pembinaan terhadap personel Angkatan Darat yang berkualitas yang dimulai dari rekruitmen, pembinaan karier, pendidikan dan penyediaan data yang integratif secara transparan, akuntabel dan terukur sesuai
pola Binkar Angkatan Darat, termasuk melaksanakan penilaian dan perhitungan beban kerja unit organisasi dan jabatan/individu untuk menentukan pengawakan organisasi, sehingga dapat terwujud organisasi yang ideal (right sizing). Hal ini sesuai dengan area perubahan pelaksanaan program Reformasi Birokrasi TNI berdasarkan kebijakan pemerintah yang diterbitkan oleh Kementerian Penertiban Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Guna merealisasikan kebijakan Penataan Sistem Manajemen Personel di lingkungan Angkatan Darat, telah dibuat Road Map sebagai arah dan pedoman untuk mengatur pelaksanaan Penataan Sistem Manajemen Personel di lingkungan Angkatan Darat yang implementatif dan akomodatif sesuai karakteristik Angkatan Darat yang bermuara pada terwujudnya postur Angkatan Darat yang profesional, efektif, efiesien dan modern guna mengoptimalkan pelakasanaan tugas pokok Angkatan Darat. APA YANG DIHARAPKAN DARI PROSES TRANSFORMASI INI? Jumlah dan Komposisi Personel yang Ideal (Right Sizing). Dari konsep transformasi terhadap kekuatan/ jumlah dan komposisi personel di atas diharapkan tercapai postur Angkatan Darat sesuai yang telah dituangkan dalam Renstra II (2010-2014), Renstra III (2015-2019) dan Renstra IV (2020-2024) dan Minimum Essential Force. Pengembangan personel selama 20 tahun hanya mengisi kekurangan akibat proses pemisahan dan pindah golongan. Sehingga jumlah personel diawal tahun 2010 sampai dengan akhir tahun 2024 dan bahkan sesuai dengan revisi sampai tahun 2029 penambahan personel tidak signifikan atau zero growth. Walaupun ada pembentukan satuan baru, namun tidak menambah jumlah personel, karena disatu sisi ada perampingan organisasi menuju organisasi yang Right Sizing. Transformasi diharapkan dapat menyelesaikan masalah ketidakseimbangan antara kondisi ideal dengan kondisi nyata kebutuhan personel di strata atau jenjang kepangkatan tertentu yang dilakukan melalui konsistensi penataan jumlah personel dihadapkan kebutuhan pembangunan kekuatan personel pada periode tertentu dengan tetap memedomani pembangunan kekuatan personel yang diharapkan pada posisi Zero Growth. Disisi lain, proses transformasi diharapkan dapat menyelesaikan masalah dampak dari pemberlakuan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI tanggal 16 Oktober 2004 yang memperpanjang usia pensiun untuk Perwira dari 55 tahun menjadi 58 tahun, Bintara dan Tamtama dari 48 tahun menjadi 53 Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 37
37
12/01/2013 13:52:23
Jurnal Yudhagama tahun selama kurun waktu 5 tahun terakhir (2005 s.d 2010) lalu masih berdampak sampai dengan saat ini menyebabkan terhambatnya proses regenerasi yang ditandai dengan adanya ketidakseimbangan komposisi personel, juga adanya kebijakan pemerintah tentang pembangunan kekuatan pokok minimum dihadapkan kepada ketersediaan anggaran yang diprioritaskan untuk pengembangan Alut/Alutsista Pembangunan Kekuatan personel pada Renstra II, III dan IV diharapkan pada posisi zero growth. Tertatanya jumlah personel menuju Zero Growth of Personel (ZGP) dan tercapainya penataan komposisi personel yang mengawaki organisasi dan pengembangan organisasi yang ideal dalam mengawaki organisasi melalui proses penilaian dan perhitungan beban kerja terhadap organisasi Angkatan Darat maupun jabatan yang ada, sehingga diperoleh TOP/DSP yang ideal, profesional dan efektif. Dengan diketahui beban kerjanya suatu organisasi dan jabatan yang ada didalamnya, maka dapat ditentukan personel pengawakannya, dapat ditentukan jumlah personel yang harus ada dalam unit organisasi tersebut, serta kedepan dapat pula digunakan sebagai konsep penentuan besaran pemberian tunjangan kinerja personel. TERTATANYA SISTEM MANAJEMEN PERSONEL. Dari konsep transformasi penataan terhadap manajemen personel prajurit di atas, outcome yang diharapkan adalah: Pertama, dari penataan sistem rekruitmen personel adalah terbangunnya sistem rekruitmen personel Angkatan Darat yang terbuka, transparan, akuntabel dan berbasis kompetensi dan terwujudnya jati diri prajurit Angkatan Darat sebagai Tentara Rakyat, Tentara Pejuang, Tentara Nasional dan Tentara Profesional serta diperolehnya personel baru maupun yang sedang berkarier memiliki tingkat kompetensi yang dipersyaratkan oleh jabatan. Kedua, hasil yang diharapkan dari analisa jabatan adalah tersusunnya uraian kegiatan pada setiap jabatan yang terdapat pada Satker/Unit Kerja di lingkungan Angkatan Darat dan analisa beban kerja organisasi maupun jabatan untuk menentukan jumlah personel yang ideal dalam mengawaki organisasi sesuai tugas dan fungsinya. Ketiga, hasil yang diharapkan dari evaluasi jabatan adalah tersedianya peringkat jabatan sesuai grading di lingkungan Angkatan Darat dan meningkatnya pemahaman dan penerapan atas uraian jabatan yang mengandung tugas, tanggung jawab dan hasil kerja yang harus diemban personel dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya serta terukurnya pemberian tunjangan kinerja sesuai beban kerja masing-masing. Keempat, hasil yang diharapkan dari penyusunan 38
standard kompetensi jabatan adalah tersusunnya dokumen standard kompetensi jabatan di lingkungan Angkatan Darat yang terintegrasi, terwujudnya profil kompetensi jabatan di dalam organisasi dan tersedianya informasi secara komprehensif dan akurat. Kelima, hasil yang diharapkan dari assesment individu adalah tersedianya informasi secara komprehensif dan akurat profil kompetensi individu dan terwujudnya profil kompetensi yang valid dan terintegrasi di lingkungan Angkatan Darat untuk masing-masing jabatan di dalam organisasi. Terselenggaranya kenaikan pangkat, penempatan jabatan berdasarkan evaluasi terhadap kinerja individu dan kinerja unit kerja berdasarkan data assesment kompetensi jabatan personel Pamen Angkatan Darat. Pengacaraan personel berdasarkan hasil data pemetaan kualifikasi dan klasifikasi personel hasil assesment kompetensi yang diselenggarakan secara transparan dan obyektif. Terselenggaranya penempatan personel dalam pangkat dan jabatan sesuai SOP tentang assesment individu berdasarkan kompetensi untuk seluruh jabatan di lingkungan Angkatan Darat. Keenam, hasil yang diharapkan dari penerapan sistem penilaian kinerja individu adalah tersedianya indikator kinerja individu yang terukur dan akuntabel dan terwujudnya sistem pengukuran kinerja individu yang obyektif, transparan dan akuntabel. Ketujuh, hasil yang diharapkan dari membangun/ memperkuat database personel adalah tersedianya data personel Angkatan Darat yang mutakhir dan akurat dan berjalannya sistem informasi personel yang akurat, transparan dan akuntabel. Kedelapan, hasil yang diharapkan dari pengembangan pendidikan dan pelatihan personel berbasis kompetensi adalah berjalannya sistem pendidikan dan pelatihan personel yang mengurangi kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki seorang personel dan kompetensi yang dipersyaratkan oleh jabatan. PENUTUP. Dilandasi oleh keinginan dan kebutuhan dampak dari perubahan lingkungan budaya, sosial, ekonomi dan politik di era globalisasi ini, mau tidak mau Angkatan Darat harus mentransformasi diri untuk tetap konsekuen dalam membangun profesionalisme khususnya dengan melaksanakan transformasi dibidang personel. Kedaulatan suatu negara akan terancam jika tidak memiliki militer yang kuat. Jika Angkatan Darat tidak segera melakukan transformasi menjadi Angkatan Darat yang profesional dalam arti yang sebenarnya, maka taruhannya adalah kedaulatan negara. Dalam rangka membangun profesionalisme Angkatan Darat, suka tidak suka transformasi, reformasi dan modernisasi kekuatan Angkatan Darat
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 38
12/01/2013 13:52:23
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD merupakan bagian terpenting yang tidak dapat terpisahkan dalam proses ini. Saat ini transformasi dan modernisasi Angkatan Darat masih jauh dari yang kita harapkan. Faktor penghambat hal itu merentang dari konteks lingkungan strategis dan kepentingan nasional Indonesia, hingga perkembangan doktrin militer serta konsistensi antusiasme para petinggi negeri ini (political will). Konsepsi transformasi dan modernisasi kekuatan Angkatan Darat harus dimulai dari sekarang. Karena keberhasilan tugas Angkatan Darat dalam konteks ini sangat ditentukan oleh proses transformasi yang dilakukan oleh Angkatan Darat. Sejalan dilakukannya transformasi Alutsista diperlukan pula transformasi prajurit/personel yang
menggunakan atau mengawakinya. Transformasi Angkatan Darat harus dimulai dari transformasi personel/prajurit atau sumber daya manusianya, terutama level manajerial. Personel merupakan kunci transformasi. Tanpa penyiapan personel yang sesuai dengan kebutuhan transformasi, maka transformasi Angkatan Darat tidak akan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Substansi pada aspek personel adalah The man behind the gun dan the right man on the right place. Prajurit dan senjata ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Kekuatan daya tempur prajurit bergantung pada persenjataan yang dimiliki. Sementara penggunaan senjata bergantung pada prajurit yang ada di belakangnya.
RIWAYAT HIDUP SINGKAT PENULIS I. Data Pokok. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama Pangkat/NRP Tempat/Tgl. Lahir Agama Status Sumber Pa/Th Jabatan
III. Riwayat Penugasan. : : : : : : :
Jaswandi Brigjen TNI/30410 Blora/12-03-1960 Islam Kawin Akmil/1985 Wadanjen Kopassus
A. Dalam Negeri. 1. 2. 3. 4. 5.
Ops Tim-Tim Ops Tim-Tim OPS Aceh Ops Tim-Tim Ops Ambon
II. Pendidikan.
B. Luar Negeri.
A. Dikbangum.
1. USA 2. Korea selatan 3. Kamboja
1. 2. 3. 4. 5.
Akmil Sussarcabif Suslapa-I Suslapa-Ii Seskoad
B. Dikbangspes. 1. 2. 3. 4. 5.
Para Komando Susandha Suspa Sandi Sus Danyonif
: : : : :
1985 1986 1991 1995 1999
: : : : :
1986 1990 1992 1996 2005
: 1995 : 2006 : 2007
IV. Riwayat Jabatan. 1. Danton Yonif L-328 Kostrad 2. Pama Kopassus 3. Wadantim-3 Den-3 Yon-22 Grup-2 4. Dantim-3 Den-3 Yon-22 Grup-2 5. Dantim-2 Den-2 Yon-21 Gru-2 6. Pa Ops Sima Grup-2 7. Ps. Danden-3 Yon-21 Grup-2 8. Kasi-2 Grup-2 Kopassus 9. Danyon-13 Grup-1 Kopassus 10. Pbdy Binkar Spers Kopassus 11. Pbdy-1/Patjab Paban-III/Binkar Spers Mabes TNI 12. Waaspers Danjen Kopassus 13. Aspers Danjen Kopassus 14. Danpusdikpassus Kopassus 15. Aspers Kasdam-VI/Mlw 16. Paban-I/Ren Spersad 17. Pamen Denma Mabesad (Dik Lemhanas) 19. Wadanjen Kopassus
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 39
39
12/01/2013 13:52:24
Jurnal Yudhagama
PENDIDIKAN TNI AD DI MASA DEPAN: MENYIAPKAN SUMBER DAYA MANUSIA MENYONGSONG TNI AD YANG MODERN
Oleh : Kolonel Arh Candra Wijaya (Danmenarhanud-1/F Dam Jaya) Dengan memiliki prajurit yang world class, welltrained, well-educated, maka TNI AD akan mampu beroperasi dimanapun dan dengan siapapun. TNI AD akan mampu melaksanakan tugas negara baik di dalam negeri maupun di negara lain sesuai kebijakan politik negara.
P
endidikan TNI AD merupakan salah satu parameter dan obyek transformasi TNI AD. Perubahan Pendidikan TNI AD secara gradual dan terukur diperlukan agar proses Transformasi TNI AD dapat berjalan secara menyeluruh dan terarah. Perubahan Pendidikan TNI AD dilakukan agar Pendidikan TNI AD benar-benar dapat diselenggarakan dan dapat menghasilkan sumber daya manusia TNI AD yang siap mengawaki organisasi TNI dalam melaksanakan tugastugas mendatang.
40
Pendidikan pada intinya adalah proses untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan seseorang. Pendidikan yang dilaksanakan oleh TNI AD pada hakekatnya ditujukan untuk menyiapkan prajurit TNI AD agar dapat melaksanakan tugas. Penyelenggaraan pendidikan di TNI AD mengacu pada Tri Pola Dasar Pendidikan yang tidak saja menekankan pada pengembangan aspek akademis peserta didik semata, namun juga pengembangan kepribadian dan sekaligus meningkatkan kesamaptaan jasmani. Keberhasilan pelaksanaan tugas satuan jajaran TNI AD sangat ditentukan oleh kualitas prajurit. Peningkatan kualitas prajurit diselenggarakan lewat kegiatan pendidikan dan latihan. Kedua proses ini saling terkait. Pendidikan merupakan pengembangan individu (personel yang bersangkutan), sedangkan latihan diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan perorangan prajurit maupun Satuan. Pendidikan dapat diselenggarakan dengan cara peserta didik berada di lembaga pendidikan (in residence) maupun secara jarak jauh (off campus/distance learning). Ada juga pendidikan yang diselenggarakan dengan cara keduanya, seperti penyelenggaraan pendidikan Seskoad. Berbagai permasalahan yang ada pada penyelenggaraan pendidikan TNI AD perlu diatasi dan dicarikan jalan keluar pemecahannya. Untuk itu perlu dilakukan transformasi pendidikan TNI AD. Guna mewujudkannya, maka diperlukan suatu konsep tentang bagaimana transformasi pendidikan TNI AD dilakukan, apa saja sasaran yang hendak dicapai dan bagaimana pentahapan dari proses transformasi pendidikan itu sendiri. SISTEM PENDIDIKAN SAAT INI DIHADAPKAN PADA KOMPETENSI PRAJURIT DALAM MELAKSANAKAN TUGAS. Mengambil contoh bagaimana pendidikan Perwira TNI AD diselenggarakan, dapat dijelaskan dalam tabel berikut:
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 40
12/01/2013 13:52:24
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD
KEPANGKATAN
TARUNA/SISWA
TINGKAT PENDIDIKAN
AKMIL SEPA PK TNI SECAPA AD
TINGKAT PERANG
Pengetahuan pada TINGKATAN
FOKUS PENDIDIKAN MILITER
Pengenalan tugas AD
LETNANKAPTEN SARCAB Dikbangspes Diklapa I/II
MAYOR/LTK SESKOAD
KOLONEL SESKO TNI SSPS UNHAN
PATI LEMHANAS
Strategis Operasional Taktis Kecabangan Pa Staf Danki/Wadan
Staf & Danyon, Danbrig Bang puan analisa dan pemikiran kreatif
Kepemimpinan strategis Strategi militer nasional
Kepemimpinnan strategis
Tabel-1: Pendidikan Profesional Perwira TNI AD1 Pada tabel di atas, digambarkan bagaimana Perwira dibentuk dari berbagai sumber di Lembaga Pendidikan yang berbeda. Kemudian dilanjutkan ke Pendidikan Dasar Kecabangan. Selanjutnya bertugas di Satuan-satuan operasional atau Staf. Beberapa tahun (setidaknya satu tahun atau lebih) kemudian mengikuti pendidikan spesialisasi. Pendidikan spesialisasi ini bisa diikuti oleh seorang Perwira beberapa kali dalam karir militernya. Menjelang pindah Golongan ke Perwira Menengah (Pamen), para Perwira mengikuti Diklapa II (Selapa). Pada masa dinas 14 tahun, kemudian mengikuti pendidikan Seskoad. Pendidikan selanjutnya dilaksanakan oleh Mabes TNI (Sesko TNI) dan Lemhanas. Dalam rentang waktu dari awal hingga pendidikan tertinggi tersebut, para Perwira juga mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan umum S-1 (Akmil dan Sepa PK saat ini sudah S-1), S-2 bahkan beberapa orang melanjutkan ke jenjang S-3. Pendidikan di Universitas di luar TNI ini merupakan upaya perorangan maupun TNI AD (termasuk kerjasama dengan negara lain), agar para Perwira memiliki wawasan dan kemampuan akademis yang lebih baik. Pendidikan umum ini (khususnya pada level S-2 ke atas) sangat mendukung bagi upaya peningkatan kemampuan kepemimpinan (leadership capability) para Perwira yang disiapkan menduduki jabatan Kepemimpinan Strategis.2 Bagaimana hasil pendidikan bila dihadapkan dengan pelaksanaan tugas. Penugasan para perwira saat ini sangat beragam. Para perwira bertugas di satuan operasional (Satpur, Satbanpur, Satbanmin) maupun staf pada markas ataupun Badan Pelaksana. Lingkungan penugasan saat ini menuntut para perwira untuk lebih adaptif dengan perubahan pada lingkungan masyarakat maupun perkembangan Ilpengtek dan
teknologi informasi. Para Perwira juga dituntut untuk bisa bekerja di lingkungan multinasional seperti pada penugasan misi PBB maupun saat penanggulangan bencana Tsunami di Aceh beberapa tahun yang lalu. Pada penugasan tersebut, beberapa kemampuan yang harus dimiliki adalah Bahasa Inggris (atau Bahasa Internasional lainnya), komputer, serta terbiasa dengan penggunaan perangkat Teknologi Informasi terkini. Pengadaan Alutsista TNI AD secara besar-besaran juga memerlukan prajurit yang mampu mengawakinya. Alutsista tersebut sarat dengan teknologi terkini, sehingga diperlukan kemampuan yang baik untuk mengawakinya. Upaya Lembaga Pendidikan TNI AD untuk mengejar ketertinggalan dengan tuntutan tugas kedepan perlu mendapat apresiasi. Demikian juga dengan Kebijakan Pimpinan TNI AD agar peserta didik terbiasa menggunakan komputer dan berbahasa Inggris. Sebagaimana prinsip penyelenggaraan Latihan yakni “apa yang akan dikerjakan, itu yang dilatihkan”. Pendidikan juga berorientasi pada prinsip tersebut. Pendidikan dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan teoritis maupun praktis peserta didik. Materi yang ada dalam pendidikan tersebut harus berkaitan dan mendukung bagi tugas yang akan atau sedang diemban oleh peserta didik PERMASALAHAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG PENGARUHI. Bertugas di Lembaga Pendidikan merupakan suatu kebanggaan. Lembaga pendidikan seyogyanya merupakan suatu center of excellent. Pusat dimana seluruh rujukan bagi hal-hal baik untuk ditiru maupun diikuti. Permasalahan pendidikan TNI AD diantaranya Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 41
41
12/01/2013 13:52:24
Jurnal Yudhagama
Pendidikan TNI AD sebaiknya tidak memaksa peserta didik berlombalomba mengejar “nilai/score” saja. Tetapi memotivasi mereka untuk dapat menguasai suatu keilmuan dan atau keterampilan. adalah personel yang mengawaki Lembaga Pendidikan TNI AD. Apa kriteria bagi personel yang menduduki jabatan dosen, pengajar atau pelatih. Pertanyaan berikutnya menyangkut berapa lama sebaiknya seseorang bertugas di Lembaga Pendidikan. Apa insentif bagi personel yang bertugas di Lembaga Pendidikan. Rasio jumlah antara tenaga pendidiktenaga penyelenggara pendidikan dan peserta didik. Di Amerika Serikat, mereka menetapkan rasio 1 : 4.3 Sedangkan mengenai peserta didik, permasalahan yang ada diantaranya adalah motivasi peserta didik. Kadang kita mendengar pernyataan tentang suatu pendidikan ...“seleksinya saja yang ketat” begitu masuk pendidikan yang penting “ngikut”. Hal ini menggambarkan bahwa tujuannya adalah bagaimana bisa lulus seleksi pendidikan, bukan bagaimana memperoleh pengetahuan dalam pendidikan tersebut. Sarana dan prasarana pendidikan seyogyanya bisa mendukung kearah terbentuknya prajurit dengan kemampuan yang dibutuhkan didukung oleh teknologi tinggi. Penggunaan komputer dan akses Internet serta perpustakaan elektronik perlu dibudayakan. Di bidang kurikulum, masih terdapat kecenderungan untuk memasukkan materi kuliah/pelajaran yang banyak dalam satu operasional pendidikan, menyebabkan pendidikan tersebut tidak fokus. Walhasil hal tersebut mengakibatkan penguasaan materi pelajaran atau mata kuliah tidak mendalam. Pendidikan TNI AD sebaiknya tidak memaksa peserta didik berlombalomba mengejar “nilai/score” saja. Tetapi memotivasi mereka untuk dapat menguasai suatu keilmuan dan atau keterampilan. Kompetensi prajurit dibentuk awalnya melalui pendidikan dan dikembangkan di tempat penugasan baik oleh diri sendiri maupun satuan melalui latihan ataupun belajar sendiri. PERUBAHAN MENDASAR YANG PERLU DILAKUKAN. Kompetensi prajurit yang akan datang adalah prajurit yang mampu berinteraksi dengan teknologi informasi maupun teknologi persenjataan modern. Kemampuan dan keterampilan dalam mengoperasikan Alutsista dengan teknologi tinggi sangat dibutuhkan. 42
Meskipun telah memiliki kemampuan yang demikian, personel TNI AD tidak meninggalkan ciri khas prajurit TNI AD, yaitu militan. Perubahan mendasar yang perlu dilakukan adalah merubah kultur atau budaya belajar. Budaya belajar ini tidak hanya bagi peserta didik, termasuk juga bagi guru atau pelatih. Seorang guru bukan hanya mengajar, tetapi sekaligus belajar. Salah satu hal menonjol yang memerlukan rangsangan perubahan adalah bagaimana menumbuhkan kebiasaan untuk membaca, khususnya bagi para perwira dan bintara. Kita sudah lama menyadari hal ini, tetapi pada kenyataannya amat sulit untuk mengubah, menyukai dan membiasakan membaca. Salah satu cara agar peserta didik memiliki kebiasaan membaca adalah dengan mengharuskan peserta didik membaca bacaan wajib sebelum masuk pendidikan. Penugasan ini bisa disampaikan kepada mereka jauh hari sebelum pendidikan dibuka. Berikutnya yang perlu mendapat perhatian adalah etika menulis. Bahwa plagiat merupakan hal paling tabu dilakukan di Lembaga Pendidikan TNI AD. Etika ini ditanamkan agar peserta didik membiasakan diri untuk menghargai hak intelektual orang lain, serta memacu diri sendiri untuk bisa menyelesaikan tugas-tugas akademik. Komputer pada saat ini sudah merupakan perangkat kerja yang harus dikuasai oleh peserta didik. TNI AD perlu memulai menerapkan penggunaan komputer perorangan untuk keperluan belajar di Lembaga Pendidikan TNI AD mulai level Bintara (bukan pada Dikma/Diktuk Bintara). Bintara memiliki latar belakang pendidikan umum SMU, sehingga sudah mendapat pengalaman bekerja dengan komputer. Peserta didik juga memeroleh kemudahan untuk mengakses Internet. Lembaga Pendidikan juga mempunyai jaringan sendiri (local area network) bagi keperluan proses belajar mengajar. Siswa tidak dibebani dengan tugas-tugas akademik yang terlalu banyak. Pemberian penugasan kepada peserta didik harus terukur. Penugasan tersebut dimaksudkan untuk menambah pengetahuan kepada peserta didik, termasuk agar mereka berani mengemukakan pendapat yang kritis terhadap suatu permasalahan. Peserta didik perlu mendapat waktu yang cukup untuk belajar secara mandiri maupun melakukan aktifitas pribadi dan sosial secara seimbang. Penyusunan kurikulum pendidikan juga mempertimbangkan aspek kesinambungan dengan pendidikan sebelumnya dan yang akan datang. Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan dan sasaran pendidikan. Mata kuliah dan bahan ajaran mengikuti perkembangan terakhir bidang teknik, taktik, strategi. Termasuk mengikuti perkembangan
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 42
12/01/2013 13:52:24
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD
Penataan personel yang bertugas di Lembaga Pendidikan merupakan langkah pertama bagi Transformasi Pendidikan TNI AD. Personel yang bertugas di Lembaga Pendidikan dipilih yang terbaik dan memiliki motivasi tinggi untuk bertugas di Lembaga Pendidikan. bidang lainnya yang berkaitan dengan pendidikan yang bersangkutan. Macam pendidikan, khususnya pendidikan spesialisasi (Military Occupational Specialty/MOS) dibatasi pada pendidikan yang benar-benar diperlukan. Pendidikan spesiaisasi ini direncanakan dengan mempertimbangkan bahwa peserta didik perlu waktu juga untuk melaksanakan tugas-tugas di Satuan. Para perwira dan bintara melaksanakan tugas, sekaligus juga pembelajaran pada jabatan yang diemban (on the job learning/Learning by doing). Pendidikan TNI AD diharapkan bisa merangsang bagi munculnya pemikiran yang analitis dan kritis. Persoalan maupun tugas-tugas yang diberikan kepada siswa menuntun siswa untuk lebih berfikir kritis dalam menjawab persoalan dan bukan jawaban yang text book. Jawaban text book diperbolehkan pada bidang yang sangat teknis.
KONSEP TRANSFORMASI DIBIDANG PENDIDIKAN Penataan personel yang bertugas di Lembaga Pendidikan merupakan langkah pertama bagi Transformasi Pendidikan TNI AD. Personel yang bertugas di Lembaga Pendidikan dipilih yang terbaik dan memiliki motivasi tinggi untuk bertugas di Lembaga Pendidikan. Pada Lembaga Pendidikan tertentu, para personel tersebut telah memiliki pengalaman tempur atau penugasan di medan operasi. Personel yang telah mengabdi di Lembaga Pendidikan selama kurun waktu tertentu, selanjutnya dipromosikan atau dirotasi kembali ke penugasan yang lebih bergengsi. Dalam proses ini juga dilakukan pemenuhan rasio kebutuhan pengajar/dosen dan peserta didik. Langkah berikutnya adalah bagaimana menominasikan atau memilih peserta didik yang sesuai dengan pendidikan yang dilaksanakan. Jumlah alokasi untuk tiap macam pendidikan yang akan dilaksanakan selalu terbatas, sehingga diperlukan proses seleksi. Membuat suatu sistem seleksi yang baik, agar tidak terjadi kecurangan dalam proses seleksi. Sistem seleksi demikian akan membatasi campur tangan (intervensi) dari luar sistem. Proses seleksi juga untuk menjaring personel mana yang cocok untuk mengikuti pendidikan tertentu (the right man/women on the right course/ school). Komputerisasi merupakan keniscayaan bagi Lembaga Pendidikan TNI AD. Penggunaan komputer bagi peserta didik perwira dan bintara merupakan keharusan pada saat ini. Perangkat komputer
GIAT/TAHUN KE
1
2
3
4
5
Benahi personel Lemdik
X
X
Sistem seleksi
X
Komputerisasi/TI
X
Sarana-prasarana
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Susun macam pendidikan (khususnya Dikbangspes)
X
X
Benahi Kurikulum
X
X
X
Benahi Hanjar
X
X
X
X
X
Tabel-2: Tahapan transformasi pendidikan TNI AD
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 43
43
12/01/2013 13:52:24
Jurnal Yudhagama merupakan alat kerja yang sudah digunakan secara universal bagi personel militer. Lembaga pendidikan merupakan tempat yang baik untuk membiasakan para perwira dan bintara menggunakan komputer. Sarana dan prasarana di Lembaga Pendidikan juga perlu ditingkatkan. Salah satu yang perlu mendapat perhatian adalah perpustakaan termasuk perpustakaan elektronik (e-library). Perpustakaan elektronik ini akan memudahkan bagi tenaga pendidik dan peserta didik untuk mengakses bahan bacaan ataupun data-data yang diperlukan guna kepentingan pembelajaran. Sarana dan prasarana lainnya diperlukan guna memudahkan siswa dalam mengikuti pendidikan, seperti bagaimana penugasan siswa bisa diselesaikan tanpa kertas (paperless) dan akses Internet. Pada tabel-1, kita bisa melihat tahapan pendidikan yang dilalui oleh seorang Perwira. Khusus pada Pendidikan Pengembangan Spesialisasi (Dikbangspes), jumlahnya sangat banyak. Masing-masing kecabangan dan fungsi TNI AD umumnya memiliki beberapa Dikbangspes ini. Dikbangspes ini perlu ditataulang, apa saja yang memang dibutuhkan untuk tetap dilaksanakan. Masing-masing Dikbangspes ini tidak perlu dilaksanakan pada tiap tahun, ada yang perlu diselenggarakan tiap dua atau tiga tahun sekali sesuai kebutuhan. Kita juga harus memerhatikan bahwa perwira di satuan operasional juga dibutuhkan untuk pelaksanaan tugas satuan. Mereka tidak perlu tiap tahun mengikuti
44
Proses transformasi pendidikan TNI AD ini akan memakan waktu dan sumber daya yang tidak sedikit. Untuk mewujudkan transformasi pendidikan TNI AD ini diperlukan suatu badan yang bertugas untuk merumuskan kebijakan umum TNI AD dibidang transformasi pendidikan. pendidikan spesialisasi ini. Normalnya seorang perwira perlu kembali ke sekolah setelah 2 sampai 5 tahun bertugas di satuan. Kurikulum pada pendidikan TNI AD perlu dibenahi kembali. Pembenahan Kurikulum dilakukan dengan melakukan sinkronisasi seluruh kurikulum pendidikan pada tiap tahap pendidikan (lihat tabel-1). Jumlah mata kuliah atau mata pelajaran disesuaikan dengan lamanya pendidikan, tujuan dan sasaran pendidikan. Bahan ajaran juga dikembangkan, sehingga up to date. Tuntutan tugas saat ini dan yang akan datang diantisipasi dan difasilitasi. Proses transformasi pendidikan TNI AD ini akan memakan waktu dan sumber daya yang tidak sedikit. Untuk mewujudkan transformasi pendidikan TNI AD ini diperlukan suatu badan yang bertugas untuk merumuskan kebijakan umum TNI AD dibidang
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 44
12/01/2013 13:52:25
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD transformasi pendidikan. Badan ini juga sebagai Badan Pelaksana pemantau Implementasi Transformasi Pendidikan TNI AD, dengan tujuan agar proses transformasi pendidikan TNI AD berjalan sesuai pentahapan. Badan ini juga selalu memberikan masukan kepada Pimpinan TNI AD tentang progress report pelaksanaan transformasi pendidikan. HARAPAN. Pendidikan TNI AD setelah proses tansformasi TNI AD akan dapat menghasikan prajurit TNI AD yang profesional. Prajurit tersebut mampu mengawaki Alutsista dengan teknologi tinggi. Prajurit TNI AD juga dapat menjalankan tugas dengan percaya diri, karena kemampuan yang dimiliki telah memadai sesuai tuntutan tugas. Dengan memiliki personel yang demikian, maka TNI AD akan menjadi handal. Kita tidak akan lupa bahwa letak kekuatan sebenarnya dari sebuah Angkatan Bersenjata adalah manusianya (human capital). Dengan memiliki prajurit yang world class, well-
trained, well-educated, maka TNI AD akan mampu beroperasi dimanapun dan dengan siapapun. TNI AD akan mampu melaksanakan tugas negara baik di dalam negeri maupun di negara lain sesuai kebijakan politik negara. Semoga. Endnotes. 1. Joint Staff, Officer Professional Education Policy (OPMEP), Washington DC, Ch-1, 15 December 2011, Annex A to Appendix A to Enclosure A. Tabel dalam Dokumen Staf Gabungan AB AS ini memuat kebijakan tentang Pendidikan Profesional Perwira AS semua Angkatan dan Gabungan. Tabel – 1 diatas dibuat sesuai kondisi nyata Pendidikan Perwira TNI AD. 2. Lewis, Colonel Cecil T., Army Officer Professional Military Education System Reform to Produce Leader Competency for the Future, U.S. Army War College,Carlisle Barracks,Carlisle,PA, 2006, hal 4-8. 3. Joint Staff, Officer Professional Education Policy (OPMEP), Washington DC, Ch-1, 15 December 2011, Enclosure B, hal. B-4.
RIWAYAT HIDUP SINGKAT PENULIS I. Data Pokok. 1. Nama 2. Pangkat/NRP 3. Tempat/Tgl. Lahir 4. Agama 5. Status 6. Sumber Pa/Th 7. Jabatan
III. Riwayat Penugasan. : : : : : : :
Candra Wijaya Kolonel Arh/ 1910047121069 Sidoarjo/8-10-1969 Islam Kawin Akmil/1991 Danmenarhanud-1/F Kodam Jaya
II. Pendidikan. A. Dikbangum. 1. 2. 3. 4. B.
Akmil Secarcab Arhanud Selapa Seskoad
: 1991 : 1992 : 2000 : 2007
Dikbangspes.
1. KIBI 2. Australian Jungle Warfare Instructor Course 3. Susdanrai Arhanud 4. Sussar Para 5. UN Staff Officer Course
: 1993, 1997 : 1995 : 1999 : 2000 : 2011
1. UN Milobs di Congo IV. Riwayat Jabatan. 1. Danton, Danrai, Kasi Ops Yonarhanudse-15 Dam IV/Dip 2. Kasiopsjar Sejur Instek TNI AD 3. Kasi Opsdik Pusdik Arhanud 4. Wadan Yonarhanudri-3 Dam III/Slw 5. Kasi Jianbang Metrana Rindam III/Slw 6. Kabagdik Sdirbindiklat Pussenarhanud 7. Kabag Litbangmat Sdirbinlitbang Pussenarhanud 8. Kabag Dokturjuk Sdirbinsen Pussenarhanud 9. Danyonarhanudse-10/1 Dam Jaya 10. Pabandya Renops Sopsdam Jaya 11. Sespri Wakasad 12. Danmenarhanud-1/F Dam Jaya
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 45
45
12/01/2013 13:52:25
Jurnal Yudhagama
ANGKATAN DARAT PERLU MEMBUKA KURSUS KEPEMIMPINAN
Oleh : Brigjen TNI Hartomo (Komandan Secapa TNI AD) Pemimpin sejati, kehadirannya akan selalu didambakan oleh bawahannya, pemimpin sejati perintahnya akan dirindukan oleh prajuritnya dan pemimpin sejati adalah pemimpin yang selalu mengutamakan kemasylahatan (kepentingan) orang banyak.
S
PENDAHULUAN. etiap permasalahan individu prajurit maupun satuan, akan selalu dikaitkan dengan kepemimpinan seseorang. Prajurit yang melanggar atau prajurit yang hebat (sukses), satuan yang hancur atau satuan yang sukses (berprestasi), pasti akan dievaluasi melalui pemimpinnya. Tidak asing lagi di lingkungan TNI AD telah dikenal dengan semboyan “Bahwa tidak ada prajurit yang salah, kecuali pimpinan/komandannya yang salah” Sedemikian pentingnya makna/peran seorang pemimpin didalam lingkungan TNI AD, hal ini juga dikuatkan oleh istilah bahwa setiap prajurit TNI AD didalam melaksanakan perintah harus melalui
46
“Satu Garis Komando Tegak Lurus”, artinya bahwa setiap prajurit yang bertugas wajib hanya menjalankan perintah atasannya langsung. Dua kalimat kunci tersebut di atas cukup untuk memberikan gambaran bahwa kepemimpinan sangatlah penting dalam kehidupan dan pengabdian prajurit. Maknanya bahwa setiap kegagalan maupun keberhasilan Satuan akan dilatarbelakangi oleh kepemimpinan seorang pemimpin, bila ini yang telah menjadi keyakinan kita, maka sistem pengembangan kepemimpinan sangat diperlukan dalam TNI AD. Setidaknya ada dua hal dalam membentuk pemimpin yaitu melalui penugasan dalam jabatan komandan/staf dan melalui pendidikan formal yang diselenggarakan di lingkungan TNI AD, kedua peluang tersebut sangat dominan di dalam membentuk seorang perwira agar bisa menjadi pemimpin yang kompeten. Setiap prajurit pasti telah mengenal sosok pemimpin seperti Jenderal Soedirman, Jenderal Gatot Soebroto, Jenderal Oerip Soemohardjo, Jenderal Ahmad Yani dan masih banyak lagi, beliau sosok pemimpin sejati, nilai-nilai kepemimpinannya akan selalu dikenang dihati bawahannya. Pemimpin sejati, kehadirannya akan selalu didambakan oleh bawahannya, pemimpin sejati perintahnya akan dirindukan oleh prajuritnya dan pemimpin sejati adalah pemimpin yang selalu mengutamakan kemasylahatan (kepentingan) orang banyak. Saat ini Angkatan Darat banyak dihadapkan kepada kasus-kasus di satuan yang terjadi sebagai akibat/dampak dari kepemimpinan yang gagal, misalnya seorang Danki yang menghukum anak buahnya diluar batas, ada seorang Danyon yang tidak mematuhi aturan Kesatuannya sendiri, sehingga menimbulkan kesalahpahaman dengan prajuritnya sendiri, dan lain sebagainya. Dengan mencermati berbagai kasus yang terjadi di satuan, tentu tidak lepas dari sistem pengembangan kepemimpinan Angkatan Darat selama ini. Untuk menemukan sistem pengembangan kepemimpinan Angkatan Darat kedepan yang tepat/ efektif perlu menggali berbagai masalah terhadap kepemimpinan tersebut, antara lain: Pertama, bagaimana sistem pengembangan kepemimpinan Angkatan Darat saat ini? Kedua, bagaimana kualitas kepemimpinan di lingkungan TNI AD (mulai dari
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 46
12/01/2013 13:52:38
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD
strata taktis, operasional dan strategis)? Ketiga, apakah pedoman-pedoman tentang pengembangan pimpinan Angkatan Darat sudah mewadahi? Keempat, apakah perlu perubahan mendasar terhadap sistem pengembangan kepemimpinan Angkatan Darat? dan Kelima, bagaimana mewadahi perubahan sistem pengembangan kepemimpinan dalam konsep transformasi Angkatan Darat. Bila seluruh permasalahan tentang sistem pengembangan kepemimpinan Angkatan Darat dapat dipecahkan, mampukah TNI AD menghasilkan pemimpin-pemimpin yang handal dan kompeten? Lantas seperti apa bentuk sistem pengembangan kepemimpinan Angkatan Darat kedepan, siapa yang bertanggung jawab, kapan sistem ini dimulai, dimana sistem ini dilaksanakan, dan mengapa sistem itu dipilih serta bagaimana metode yang digunakan.Melalui sistem pengembangan kepemimpinan yang akan datang diharapkan tidak ada lagi kasus-kasus yang terjadi di satuan sebagai akibat dari kegagalan kepemimpinan seorang komandan, bahkan akan mampu melahirkan pemimpin-pemimpin yang handal dan kompeten. INTI PEMBAHASAN. Meyakini bahwa pemimpin itu bukan saja karena
dilahirkan, tetapi pemimpin dapat dibentuk, atas dasar pemahaman terhadap teori tersebut, maka TNI Angkatan Darat kedepan perlu membentuk kader-kader pemimpin melalui pendidikan/kursus kepemimpinan secara terukur dan berjenjang yang dilaksanakan oleh Lemdik di jajaran TNI AD. Karena pendidikan/kursus kepemimpinan adalah salah satu proses pembentukan kepemimpinan yang tepat selain melalui penugasan. Melalui kursus kepemimpinan inilah, nantinya akan terbentuk dan terlahirkan pemimpin-pemimpin sejati, pemimpin yang handal dan pemimpin yang kompeten. Apa itu pemimpin sejati dan apa itu pemimpin handal serta apa itu pemimpin kompeten? Tiga hal tersebut adalah ciri pemimpin yang didambakan oleh TNI AD kedepan. Kursus kepemimpinan ini akan menitikberatkan pada metode, materi pelajaran kepemimpinan yang bersumber dari pengalaman para perwira TNI AD dalam penugasan dari berbagai satuan di lingkungan TNI AD, baik pengalaman keberhasilan maupun pengalaman kegagalan dalam memimpin Satuan, kedua pengalaman yang berbeda ini akan mengandung makna atau manfaat bagi kader-kader pemimpin masa depan, yang membedakan adalah kepemimpinan yang baik untuk ditiru atau dicontoh, sedangkan pengalaman kepemimpinan yang buruk
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 47
47
12/01/2013 13:52:39
Jurnal Yudhagama untuk ditinggalkan atau dihindari, penting artinya bagi seorang pemimpin untuk mengetahui kepemimpinan yang baik karena akan membawa dampak keberhasilan, sedangkan mengetahui kepemimpinan yang buruk akan membawa dampak atau dapat mencegah kegagalan, karena sesungguhnya kepemimpinan itu adalah sebuah seni mengajak orang lain untuk bekerjasama dalam mengerjakan tugas. Disini sangat jelas bahwa kepemimpinan dipengaruhi oleh seni/gaya kepemimpinan seseorang dan sangat dipengaruhi pula oleh type-type orang yang dipimpin. Selain metode dan materi pelajaran kepemimpinan, maka peranan pengajar/Gumil/dosen sangat menjadi dominan dalam menentukan kualitas kursus kepemimpinan ini, khusus untuk pengajar akan diutamakan dari para perwira/ Komandan Satuan atau mantan Komandan Satuan yang memiliki pengalaman keberhasilan/kegagalan dalam memimpin satuan, selain Gumil yang sudah tersedia di Lembaga Pendidikan (Lemdik) yang ditunjuk. Bagaimana gambaran sistem pengembangan kepemimpinan TNI AD saat ini, apakah sistem tersebut mampu menghasilkan pemimpin-pemimpin yang kompeten? Telah kita ketahui bersama bahwa di dalam mengembangkan kepemimpinan di lingkungan TNI AD minimal ada dua metode yang dapat dilakukan antara lain melalui pendidikan dan melalui penugasan secara berjenjang. Proses pengembangan kepemimpinan melalui penugasan secara umum tidak ada masalah,
48
karena untuk menempatkan jabatan/menugaskan seseorang perwira dalam jabatan tertentu telah diproses melalui seleksi yang cukup ketat. Sedangkan proses pengembangan kepemimpinan melalui pendidikan/ kursus baik pendidikan pembentukan, pendidikan pengembangan maupun kursus spesialisasi (seperti Secapaad, Akmil, Sepawamil, Selapa I, Selapa II dan Seskoad) belum dapat memberikan bekal/belum dapat membentuk karakter kepemimpinan perwira secara optimal. Kita semua tahu bahwa didalam Kurikulum jenis kursus tersebut di atas memang terdapat materi pelajaran kepemimpinan, tetapi masih bersifat umum dan dengan porsi yang sangat kecil dan metode atau penyampaiannya hanya melalui teori dan diskusi, apalagi materi kepemimpinan memiliki indeks nilai kecil, sehingga materi kepemimpinan cenderung terkalahkan oleh materi pelajaran lain (seperti materi pelajaran taktik/Dinas Staf) dengan demikian perhatian Pasis cenderung lebih mendalami materi yang memiliki indeks nilai besar. Sebagai dampak dari sistem kursus semacam ini tentu belum dapat mentransfer nilai-nilai kepemimpinan kepada para Pasis secara maksimal. Bila TNI AD masih tetap mempertahankan sistem pengembangan kepemimpinan melalui kursus tersebut, maka hasilnya tentu akan tetap seperti yang selama ini kita rasakan. Bagaimana kualitas kepemimpinan di lingkungan TNI AD, mulai dari strata taktis, operasional maupun
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 48
12/01/2013 13:52:40
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD
strategis dihadapkan dengan tuntutan tugas yang semakin kompleks? Gambaran kualitas kepemimpinan di lingkungan TNI AD saat ini pada tingkat strata taktis dan operasional mengalami penurunan. Hal ini ditandai oleh banyaknya pelanggaran yang dilakukan oleh para unsur pimpinan di Satuan, baik dalam bentuk kegagalan dalam memimpin satuan maupun kegagalan sebagai pemimpin itu sendiri. Padahal kita tahu bahwa seorang pemimpin adalah pribadi-pribadi yang dikorbankan, artinya bahwa pemimpin itu pengabdian diri, pemimpin itu mengabdi untuk satuan dan anak buahnya. Banyak perwira muda telah mengalami kepemimpinan yang premature (tua sebelum waktunya), artinya gaya kepemimpinan yang hanya bisa memerintah saja, tanpa pernah memberi contoh bagi anak buahnya. Padahal kunci kualitas kepemimpinan sebenarnya terletak pada Ketauladanan (Ing Ngarso Sung Tulodho) dan Kepedulian. Bila seorang pemimpin mampu menjadi tauladan bagi anak buahnya dalam segala hal, dan peduli terhadap kepentingan dan kondisi bawahannya, pasti akan sukses sebagai seorang pemimpin. Di dalam teori azas kepemimpinan telah dijelaskan bahwa seorang pemimpin itu harus dapat bertindak Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso dan sekalikali Tut Wuri Handayani, tetapi perbanyaklah sikap Ing Ngarso Sung Tulodho (banyak-banyaklah menjadi teladan bagi bawahannya) niscaya sang pemimpin akan dicintai anak buahnya, dengan demikian, maka sebagai
Banyak perwira muda telah mengalami kepemimpinan yang premature (tua sebelum waktunya), artinya gaya kepemimpinan yang hanya bisa memerintah saja, tanpa pernah memberi contoh bagi anak buahnya. imbalannya tugas satuan akan terlaksana dengan baik dan dapat membuahkan hasil yang optimal. Sedangkan kepemimpinan strata strategis di lingkungan TNI AD tidak ada masalah, bahkan cenderung adanya peningkatan kualitas, hal ini terbukti bahwa kebijakan pimpinan AD saat ini semakin efektif dan efisien dalam mendorong kemajuan perkembangan AD dimasa yang akan datang. Apakah pedoman-pedoman tentang pengembangan pimpinan Angkatan Darat sudah mewadahi? Bila yang dimaksud pedoman-pedoman pengembangan pimpinan Angkatan Darat adalah buku-buku Hanjar yang ada diberbagai kurikulum pendidikan, baik pendidikan pembentukan sampai dengan pendidikan pengembangan, memang secara teori sudah cukup mewadahi. Namun TNI AD belum pernah menyesuaikan/ merevisi materi pelajaran kepemimpinan itu dari pengalaman para perwira TNI AD di lapangan, buku Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 49
49
12/01/2013 13:52:40
Jurnal Yudhagama
perubahan yang diperlukan yaitu membentuk sistem pendidikan/kursus kepemimpinan perwira secara berjenjang, sehingga dapat membentuk pemimpin pada strata taktis, operasional dan strategis di lingkungan TNI AD. pedoman kepemimpinan yang ada saat ini secara umum masih berasal dari buku-buku kepemimpinan yang sumbernya dari luar, padahal pengalaman tentang kepemimpinan oleh para perwira TNI AD cukup banyak dan bervariasi serta berbobot, apakah pengalaman memimpin tugas satuan di luar negeri, pengalaman memimpin satuan di perbatasan, memimpin satuan di daerah terpencil dan lain sebagainya. Sebaiknya Angkatan Darat dalam mengembangkan kepemimpinan perwiranya banyak menghimpun dari pengalamanpengalaman para perwira TNI AD di lapangan tersebut, sehingga TNI AD dapat menyiapkan pemimpinpemimpin TNI AD masa depan secara tepat, sesuai dengan karateristik prajurit yang dipimpinnya, dan pada akhirnya Angkatan Darat mampu menghasilkan pemimpin-pemimpin yang kompeten. Karena belum tentu/tidak semua teori kepemimpinan yang berasal dari luar (yang didapat pada saat pendidikan) akan tepat digunakan untuk memimpin pasukan yang ada di semua daerah satuan jajaran TNI AD. Dengan demikian TNI AD dapat menyiapkan/membekali para perwira (calon pemimpin) dengan berbagai kondisi, dan ketika perwira lulusan dari kursus kepemimpinan tersebut, akan siap ditugaskan untuk memimpin satuan yang tersebar di seluruh pelosok Tanah Air dengan berbagai karateristik prajurit yang berbeda-beda di lingkungan TNI AD. Apakah perlu perubahan mendasar terhadap sistem pengembangan kepemimpinan Angkatan Darat? Perubahan apa yang perlu dilakukan? Sulit untuk menyebutkan, tentang istilah perubahan mendasar terhadap sistem pengembangan kepemimpinan Angkatan Darat, mungkin sangat tepat bila kita menyebutnya dengan perlunya mengevaluasi sistem pengembangan kepemimpinan TNI AD, yang jelas memang diperlukan adanya perubahan terhadap sistem pengembangan kepemimpinan Angkatan Darat, terutama terhadap sistem untuk membentuk kepemimpinan di lingkungan TNI AD melalui kursus, karena sistem pengembangan kepemimpinan melalui jalur kursus yang dilaksanakan selama ini masih bersifat umum, sehingga hasilnya belum optimal. Membentuk 50
kursus kepemimpinan merupakan salah satu bentuk evaluasi terhadap kualitas sistem pengembangan kepemimpinan Angkatan Darat. Contohnya seorang perwira yang telah lulus Seskoad diharapkan dapat menjadi Danyon yang kompeten, mungkin bila ditinjau dari kemampuan untuk mengerjakan pekerjaan administrasi Batalyon bisa diandalkan, tetapi dalam tugas kepemimpinan belum tentu bisa dijamin, demikian pula seorang perwira lulusan Selapa I tidak bisa dijamin dapat menjadi Danki yang hebat dalam memimpin satuannya, karena pada saat mengikuti pendidikan Selapa I maupun Seskoad pembahasan terhadap materi kepemimpinan belum dilaksanakan secara mendalam. Mengingat sistem untuk membentuk kepemimpinan itu selain melalui penugasan juga melalui pendidikan, maka dalam mewujudkan sistem pengembangan kepemimpinan Angkatan Darat kedepan difokuskan untuk membuka pendidikan/kursus kepemimpinan perwira. Oleh karena itu perubahan yang diperlukan yaitu membentuk sistem kursus kepemimpinan perwira secara berjenjang, sehingga dapat membentuk pemimpin pada strata taktis, operasional dan strategis di lingkungan TNI AD. Bagaimana mewadahi perubahan sistem pengembangan kepemimpinan dalam konsep transformasi Angkatan Darat? Saat ini memang belum ada di lingkungan TNI AD Lembaga Pendidikan TNI AD yang membuka kursus kepemimpinan, yang ada kursuskursus yang berorientasi pada profesionalitas, seperti kursus yang bersifat pengembangan umum dan kursus yang bersifat pengembangan spesialisasi, walaupun didalam kursus-kursus tersebut sudah terdapat materi pelajaran kepemimpinan. Untuk menjawab gagasan tentang diperlukannya kursus kepemimpinan, maka kursus kepemimpinan perwira ini diwadahi dalam pendidikan pengembangan umum, sehingga kursus kepemimpinan ini dapat diikuti oleh seluruh perwira (multikorps) yang telah lulus test awal atau yang telah memenuhi persyaratan untuk mengikuti kursus kepemimpinan perwira. Kursus ini akan dibagi menjadi 2 (Dua) tingkat yaitu kursus kepemimpinan Dasar yang diikuti oleh Perwira Pertama, dimana keluarannya nanti akan menjabat sebagai pejabat Strata Taktis dan Operasional, sedangkan kursus kepemimpinan Lanjutan yang diikuti oleh Perwira Menengah yang telah lulus Seskoad maupun Sesko TNI, disiapkan untuk menduduki jabatan di Strata Strategis. Sedangkan lembaga yang mewadahi yaitu untuk kursus kepemimpinan dasar diselenggarakan oleh Kodiklat TNI AD, dan kursus kepemimpinan lanjutan oleh Seskoad. PENUTUP. Sistem pengembangan kepemimpinan Angkatan
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 50
12/01/2013 13:52:40
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD Darat belum optimal, terutama proses penyiapan kaderkader pemimpin melalui jalur pendidikan, sehingga perlu dilakukan evaluasi guna membentuk pemimpin yang berkualitas dan kompeten. Jenjang pendidikan perwira yang ada lingkungan Angkatan Darat belum maksimal dalam memberikan materi kepemimpinan secara utuh dan berkelanjutan. Banyak pengalaman kepemimpinan berharga yang dialami oleh para perwira Angkatan Darat
belum dimanfaatkan secara akademis oleh Angkatan Darat dalam pengembangan materi kepemimpinan di Lembaga Pendidikan sebagai pedoman dalam pelajaran kepemimpinan. Untuk melengkapi tulisan ini, maka disarankan agar Angkatan Darat membentuk kursus kepemimpinan perwira di lingkungan TNI AD. Semoga tulisan ini dapat membuka wawasan kita semua dalam transformasi kepemimpinan Angkatan Darat kedepan.
RIWAYAT HIDUP SINGKAT PENULIS I. Data Pokok. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama Pangkat/NRP Tempat/Tgl. Lahir Agama Status Sumber Pa/Th Jabatan
B. Luar Negeri. : : : : : : :
Hartomo Brigjen TNI/30770 Demak/03-01-1963 Islam Kawin Akmil/1986 Dansecapa TNI AD
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Australia Kamboja Malaysia Thailand Thailand RRC
: : : : : :
1993 1996 1996 2007 2008 2010
II. Pendidikan.
IV. Riwayat Jabatan.
A. Dikbangum.
1. Danton Kopassus 2. Dan Unit Grup-1 Kopassus 3. Dan Unit-2/1/123/12 Grup 1 Kopassus 4. Wadan Tim -1/123/12 Grup 1 Kopassus 5. Wadan Tim -1/123/12 Grup 1 Kopassus 6. Dan Tim-3/112/11 Grup 1 Kopassus 7. Dan Tim-1/11/11/Grup 1 Kopassus 8. Pgs Danden 121/12 Grup 1 Kopassus 9. Kasi-2/Ops Grup 1 Kopassus 10. Pamen Kopassus (Seskoad) 11. Ps. Danseko Grup 3 Kopassus 13. Danyon 23 Grup 2 Kopassus 14. Pbdy Ren/Anev Sren 15. Dandenma Kopassus 16. Wadan Grup 1 Kopassus 17. Waasops Danjen Kopassus 18. Asops Danjen Kopassus 19. Dangrup 1/Parako 20. Pamen Mabesad (Sesko Tni) 21. Pamen Ahli Gol. IV Kopassus 22. Pamen Denma Mabesad 23. Danmensis Secapaad 24. Danpusdikif Pussenif 25. Dansecapaad
1. Akabri 2. Sussarcab Inf 3. Suslapa-I Inf 4. Diklapa II/Inf 5. Seskoad 6 . Sesko TNI
: : : : : :
1986 1986 1993 1997 1999 2010
B. Dikbangspes. 1. Sus Sar Para : 2. Lat Komando : 3. Sus Pas Sandi Yudha : 4. Sus Bahasa Inggris :
1986 1987 1989 1989
III. Riwayat Penugasan. A. Dalam Negeri. 1. Ops. Dampak-8 Tim-Tim 2. Ops. Dampak-XXI Tim-Tim 3. Ops. Dampak-XXXIX 4. Ops. Maleo Irja 5. Ops. Denpur Tim-Tim 6. Ops. Tribuana-X Irja 7. Ops. Satgas Nusantara
: : : : : : :
1987 1989 1991 1993 1995 2002 2009
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 51
51
12/01/2013 13:52:40
Jurnal Yudhagama
TANTANGAN BESAR BERNAMA “PEMELIHARAAN” (baca : MAINTENANCE)
Oleh : Kolonel Kav Eko Susetyo (Aslog Kasdam IX/Udayana) Pengendalian kegiatan pemeliharaan harus dilaksanakan dengan bantuan sistem informasi yang dapat diakses oleh para pemangku kepentingan mulai dari tingkat Mabesad sampai dengan satuan pengguna. Content dalam sistem informasi ini sudah mengakomodasi sistem kodifikasi materiil, sehingga terminologi yang digunakan merupakan bahasa universal bagi dunia logistik.
S
PENDAHULUAN. angat menggembirakan ketika mengetahui langkah maju yang diambil oleh Kasad dengan memodernisasi sebagian Alutsista TNI AD. Meskipun sempat menjadi berita hangat di semua media akibat kritik yang dilakukan oleh beberapa anggota DPR, namun akhirnya pengadaan Alutsista modern tersebut tetap dilaksanakan. Beberapa tahun kedepan, TNI AD akan memiliki tambahan Alutsista berupa tank Leopard, peluru kendali Mistral dan Starstreak, sistem peluncur roket
52
multi laras (MLRS) Avibras, meriam 155 mm Caesar dan helikopter serang Fennex serta kemungkinan helikopter Apache dan Blackhawk yang negosiasi pembeliannya masih terus berlangsung. Dari sudut pandang pengadaan (procurement), tentu hal ini merupakan keberhasilan tersendiri. Sudah cukup lama TNI AD tidak mendapatkan program peremajaan Alutsista dalam jumlah besar. Demikian juga dengan metode pengadaan yang sedang dilaksanakan dengan seminimal mungkin menggunakan jasa rekanan untuk efisiensi anggaran. Sebagai lanjutan dari siklus logistik militer, keberhasilan dalam fase pengadaan tersebut, harus diikuti juga dengan keberhasilan dalam fase penggudangan (penyimpanan), fase distribusi dan fase penggunaan Alutsista di satuan, sebelum akhirnya memasuki fase penghapusan (disposition). Dari semua fase tersebut, fase penggunaan di satuan merupakan fase yang sangat penting dimana dalam fase tersebut terdapat elemen kegiatan pemeliharaan (maintenance). Alutsista modern yang akan melengkapi kemampuan (capability) TNI AD kedepan tidak bisa dipelihara dengan cara amatiran. Diperlukan langkah-langkah terobosan dalam pelaksanaan pemeliharaan materiil agar materiil tersebut mampu mempertahankan performa puncaknya dalam durasi waktu selama mungkin. Tulisan ini akan menjelaskan minimal 2 langkah penting dalam aspek pemeliharaan guna mewujudkan kesiapan materiil TNI AD. PEMELIHARAAN DI TNI AD. Pemeliharaan materiil merupakan salah satu kegiatan untuk menjamin/menjaga kesiapan tempur yang dimiliki oleh suatu sistem senjata. Dari perspektif anggaran, pemeliharaan dapat diartikan sebagai kegiatan penting untuk mengamankan belanja modal (investasi) yang telah dikeluarkan dalam bentuk pengadaan perlengkapan dan sistem tempur untuk pencapaian tugas pokok.1 Pengadaan Alutsista memerlukan anggaran dalam jumlah besar dan karenanya Alutsista tersebut selalu berada dalam performa terbaiknya. Itulah “roh” kegiatan pemeliharaan. Kegiatan pemeliharaan didisain sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan dan kondisi nyata yang
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 52
12/01/2013 13:52:41
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD
dihadapi oleh organisasi militer di tiap negara. Sistem pemeliharaan materiil TNI AD membagi tingkat pemeliharaan kedalam 5 tingkat yakni : tingkat Harcegah/organik (0), tingkat I, II, III dan IV.2 Tingkat organik dilaksanakan oleh satuan pemakai, tingkat I dan II dilaksanakan oleh instalasi pemeliharaan daerah dan satuan, tingkat III oleh instalasi pemeliharaan pusat dan daerah, serta tingkat IV oleh instalasi pemeliharaan pusat. Dalam implementasinya, TNI AD telah membentuk satuan-satuan pemeliharaan mulai dari Bengkel Lapangan (Peralatan), Detasemen pemeliharaan (Denpal, Denhub), Bengkel Daerah di tiap Kodam serta Bengkel Pusat pada tingkat Mabesad.3 Namun secara jujur harus diakui bahwa organisasi satuan pemeliharaan seperti yang tergelar sekarang ini ternyata masih belum mampu menyiapkan materiil TNI AD secara optimal. Kelemahan dari pelaksanaan sistem pemeliharaan selama ini dapat dilihat dari kondisi kesiapan kendaraan ringan, kendaraan tempur, senjata, alat komunikasi dan berbagai peralatan tempur yang dimiliki TNI AD. Salah satu aspek penyebab tidak maksimalnya hasil pemeliharaan materiil ini adalah karena memang secara organisasi, satuan-satuan pemeliharaan tidak diberikan kemampuan untuk mengerjakan tugastugasnya secara maksimal. Sebagai contoh : Denpal dan Denhub di Kupang (NTT) dalam tugasnya harus melayani 1 Brigif (Brigif 21) dan 1 Korem (Korem 161) dengan kondisi geografis wilayah berupa kepulauan
dengan infrastruktur jalan yang terbatas. Satuan TNI AD di wilayah NTT sendiri tersebar di beberapa pulau : Timor, Sumba, Flores, Rote dan Alor. Ironisnya, Denpal dan Denhub sendiri adalah satuan yang tidak mengelola anggaran dan hanya merupakan satuan pelaksana dari Paldam dan Hubdam, sehingga pergerakan antar pulau yang harus mereka laksanakan untuk melaksanakan pemeliharaan menjadi kesulitan tersendiri. Kondisi seperti itu, menjadi lebih sulit bagi satuan-satuan pemeliharaan yang memiliki tanggung jawab lebih besar yakni Denpal/Denhub yang harus merawat satuan Infanteri mekanis, Kavaleri, Armed dan Arhanud dengan personel dan peralatan yang terbatas. Dalam organisasi Denpal Tipe A, hanya ada 4 personel yang menangani pemeliharaan tingkat I dan II untuk kendaraan tempur (Bamon Utama, madya dan Tabanmon serta Turmon). Sedangkan untuk senjata berat juga ditangani oleh 4 orang (Bamon Utama, madya dan Tabanmon serta Turmon).4 Kendala berikutnya adalah manajemen pengelolaan suku cadang yang masih konvensional. Komandankomandan satuan pasti berkeinginan untuk menyiapkan satuannya dan untuk mencapai hal itu, kadang-kadang mereka harus bekerja dengan mengabaikan prosedur. Misalnya : karena lambatnya dukungan suku cadang, seorang Dansat kadang-kadang harus menempuh jalan pintas (shortcut), berhubungan langsung dengan pegawai di gudang pusat dan mengambil suku cadang dengan sumber daya yang dimiliki oleh satuan itu Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 53
53
12/01/2013 13:52:42
Jurnal Yudhagama sendiri. Gambaran ini menjelaskan kondisi tentang lambatnya proses birokrasi dukungan suku cadang sampai ke satuan. DESENTRALISASI KEWENANGAN. Modernisasi materiil TNI AD seperti yang akan terjadi dalam beberapa tahun kedepan harus diikuti dengan modernisasi kualitas pemeliharaan materiil. Investasi berupa kemampuan tempur TNI AD yang telah dilakukan oleh pemerintah dengan pengadaan Alutsista berharga mahal tidak boleh hanya bertahan dalam beberapa tahun saja. Alutsista tersebut harus berada dalam kondisi puncaknya minimal sesuai dengan durasi waktu yang telah ditetapkan oleh pembuatnya. Jika mungkin usia produktifnya bisa diperpanjang. Belajar dari pengalaman, langkah terobosan dengan merombak organisasi satuan pemelihara merupakan pilihan yang harus dipertimbangkan. Ide pokok dari perubahan ini adalah bagaimana mempercepat pengambilan keputusan tentang pemeliharaan, termasuk didalamnya penggantian suku cadang. Jika selama ini seorang komandan satuan hanya menunggu proses perbaikan (karena memang kewenangannya hanya melaksanakan pemeliharaan organik) sementara disisi lain dia juga harus menjamin kesiapan satuannya, sudah waktunya komandan satuan diberikan otoritas yang lebih menentukan dalam bidang penyiapan materiil. Perubahan organisasi diimplentasikan dengan menambahkan satuan pemelihara/Sathar (maintenance unit) di tiap satuan dan berada dibawah kendali komandan satuan. Hal ini untuk menjamin kecepatan dan ketepatan dalam kegiatan pemeliharaan. Sebagai ilustrasi akan pentingnya kecepatan dan ketepatan ini dapat digambarkan sebagai berikut. Bahwa memelihara peralatan tempur modern seperti tank Leopard misalnya, diperlukan pemeliharaan berkala yang pelaksanaannya dapat dianalogikan dengan kondisi jika kita membeli mobil baru. Ada pemeliharaan 1000 kilometer pertama, pemeliharaan setelah 10.000 km dan seterusnya. Dari sudut pandang pembagian tingkat pemeliharaan, pemeliharaan berkala ini termasuk dalam pemeliharaan yang bukan pemeliharaan organik (tingkat-0), sehingga harus dikerjakan oleh satuan pemelihara. Jika satu batalyon tank memiliki kurang lebih 50 unit tank, maka kegiatan perawatan berkala ini akan menjadi salah satu kegiatan yang hampir harus dilaksanakan setiap hari, karena ada 3 sub-sistem yang harus dipelihara: otomotif, komunikasi dan senjata (berbeda dengan pemelharaan mobil baru yang hanya berfokus pada satu aspek saja : otomotif). Dengan kata lain, diperlukan personel ahli dari ketiga sub-sistem yang harus selalu berada di satuan. Tidak bisa lagi 54
personel pemelihara berada jauh dari satuan, apalagi berada di pulau yang lain. Yang paling tepat adalah personel tersebut menjadi anggota organik satuan, berada dibawah kendali komandan satuan. Selanjutnya, pemeliharaan berkala tidak sematamata memerlukan keahlian tetapi juga memerlukan peralatan dan suku cadang yang cukup. Sebagaimana mobil baru, dalam pemeliharaan berkala terdapat tahapan dimana diperlukan penggantian minyak pelumas, penggantian filter bahan bakar, pembersihan filter tertentu yang harus dikerjakan dengan kompresor, penggantian karet seal, gasket, penggantian komponen elektronik untuk radio komunikasi maupun sistem senjata dan sebagainya. Identik dengan personel, peralatan dan suku cadang untuk kegiatan pemeliharaan ini mutlak juga harus berada di satuan dan dalam pengendalian komandan satuan. Kewenangan penyimpanan dan pemakaian suku cadang ini juga harus didesentralisir dengan memberikan kewenangan kepada komandan satuan. Implementasi dari pemikiran ini adalah, bahwa didalam organisasi Yonkav, Yonarmed, Yonarhanud, Yonif Mekanis diperlukan adanya Pleton atau Kompi Pemeliharaan yang anggotanya terdiri dari personelpersonel yang mahir dalam memelihara Alutsista. Personel ini bisa berasal dari korps Peralatan, Perhubungan, atau korps yang lain. Pengisian personel Satuan Pemelihara ini diserahkan pada Pusat Korps masing-masing (Ditpal, Dithub), namun status penugasan mereka adalah menjadi anggota organik satuan tempur/Banpur dimana mereka ditugaskan. Satuan juga harus mempunyai cadangan suku cadang yang cukup, paling tidak untuk keperluan pemeliharaan berkala. Dan penggunaan suku cadang ini mutlak menjadi otoritas komandan satuan dengan asistensi teknis dari unit pemeliharaan di satuan. Selebihnya baru disimpan di gudang-gudang daerah maupun pusat. Konsekuensi dari desentralisasi wewenang penggunaan suku cadang kepada komandan satuan adalah pengawasan terhadap kemungkinan penyalahgunaan harus diperketat. Tidak boleh terjadi
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 54
12/01/2013 13:52:43
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD
Kodifikasi dapat dikatakan sebagai langkah transformasi penting yang harus dilakukan oleh TNI AD dibidang materiil/logistik. Langkah ini sangat berguna dalam mekanisme internal TNI AD, khususnya dalam menyamakan bahasa (penyebutan) setiap materiil. misalnya ada perlengkapan tank yang menjadi asesoris mobil-mobil pejabat atau temannya pejabat. Bukan Alutsista yang makin siap tempur tetapi aset pribadi komandan satuan yang makin banyak asesorisnya. Pengawasan dengan cara konvensional (mengandalkan manusia dan kertas) sebagaimana yang selama ini dilakukan, sudah tidak mungkin lagi diterapkan. Pengawasan mutlak harus dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi yakni dengan membuat sistem informasi yang memungkinkan pengawas (inspektur), pejabat atasan atau semua pemangku kepentingan dalam hal suku cadang, mengecek situasi suku cadang di semua gudang, mulai dari gudang pusat sampai dengan gudang satuan, secara on line. KODIFIKASI MATERIIL. Ketika barang dan personel sudah didorong makin kedepan (berada di satuan terdepan) dan ketika pengelolaan suku cadang sudah bisa dilaksanakan secara on line, maka hal tersebut harus dibantu dengan satu terobosan lagi yakni “penggunaan istilah/terminologi yang sama” dalam menyebut suatu suku cadang/ materiil. Salah satu fakta yang terjadi saat ini adalah bahwa kita masih menyebut materiil dengan “nama dagang”nya, misalnya : kampas kopling, magazen, kabel data dan sebagainya. Tetapi perlu diingat bahwa ketika kita memasukkan nama tersebut dalam suatu sistem informasi suku cadang, hal tersebut sangat mungkin akan menjadi masalah karena kendaraan yang kita pakai, misalnya, bukan hanya satu jenis kendaraan, sehingga kampas kopling tadi harus diperjelas untuk kendaraan merk apa, varian yang mana, tahun berapa pembuatannya, serta data lain yang diperlukan untuk memperjelas penyebutan suku cadang. Belum lagi jika kita harus menjelaskan hal tersebut kepada orang yang tidak bisa berbahasa Indonesia, makin runyam komunikasinya. Sehingga kesimpulannya : diperlukan bahasa yang universal dalam dunia logistik, terutama bidang materiil. Harus dipahami juga, bahwa kodifikasi materiil ini
bukan sekedar mengadopsi pemberian part number (PN) yang diterbitkan oleh pabrik pembuat materiil. Setiap pabrik memang sudah membuat konsep tentang PN tersebut, sehingga ketika diperlukan pengadaan suku cadang, kita tinggal menyebutnya sesuai nomor kode yang tertuang dalam daftar PN. Masalahnya adalah bahwa setiap pabrik akan membuat daftar PN sesuai kepentingannya, sedangkan TNI AD menggunakan materiil dari beberapa produsen. Diperlukan bahasa yang lebih universal dari sekedar part number. Bahasa tersebut sudah dirintis oleh Puskod Baranahan Kemhan dengan masuk menjadi anggota dalam perserikatan negara-negara pengguna katalogisasi/kodifikasi sistem NSN di dunia.5 Kodifikasi dapat dikatakan sebagai langkah transformasi penting yang harus dilakukan oleh TNI AD dibidang materiil/logistik. Langkah ini sangat berguna dalam mekanisme internal TNI AD, khususnya dalam menyamakan bahasa (penyebutan) setiap materiil. Di samping itu kebijakan kodifikasi ini juga akan menjadi salah satu langkah maju bagi logistik TNI AD karena dengan demikian logistik TNI AD akan mempunyai bahasa yang sama dalam operasi (interoperability) dengan logistik matra lain, maupun dengan logistik dari negara-negara sahabat. MEWUJUDKAN SISTEM YANG “SEKETIKA, TRANSPARAN DAN UNIVERSAL”. Proses pengadaan Alutsista modern TNI AD saat ini masih terus berlangsung. Diharapkan dalam 2 sampai dengan 3 tahun kedepan semua Alutsista yang proses pengadaannya sedang berlangsung saat ini, akan selesai mengikuti uji terima sebagai bagian akhir dari proses pengadaan. Pada saat yang sama diharapkan TNI AD sudah memiliki sistem pemeliharaan yang sesuai. Fitur dari sistem pemeliharaan sebagaimana dijelaskan sebelumnya adalah sistem pemeliharaan yang “seketika, transparan dan universal”. “Seketika” artinya kebutuhan akan pemeliharaan (termasuk perbaikan) harus sesegera mungkin dikerjakan. “Transparan” berarti segala aspek dalam kegiatan pemeliharaan termasuk penggunaan anggaran dan stok suku cadang yang ada di gudang merupakan sesuatu yang bukan rahasia bagi para pemangku kepentingan dalam bidang pemeliharaan. “Universal” berarti bahasa (terminologi) yang digunakan dalam kegiatan pemeliharaan merupakan bahasa yang universal yang digunakan oleh seluruh logistician di dunia internasional. Fitur “seketika” harus didukung dengan ketersediaan personel, peralatan dan suku cadang yang memadai dan didorong ke depan. Dalam hal personel, ketika Alutsista sudah dinyatakan diterima dan kemudian memperkuat kemampuan TNI AD, seharusnya sudah Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 55
55
12/01/2013 13:52:43
Jurnal Yudhagama ada personel ahli yang melekat pada organisasi satuan dengan Alutsista baru. Jika belum bisa dilaksanakan perubahan organisasi secara struktural, paling tidak personel tersebut dilekatkan (attached) dengan status BP. Dalam 2 sampai 3 tahun kedepan, Sopsad bersama Srenad dan Slogad hendaknya mampu merumuskan bentuk organisasi yang terbaik yang memungkinkan kesiapan materiil dengan menambahkan unsur ahli/ profesional masuk pada organisasi satuan. Guna menjamin ketersediaan suku cadang, diharapkan adanya koordinasi yang sinergis antara staf logistik dengan staf perencanaan di Mabesad, Mabes TNI maupun Kemhan, sebagai Unit Organisasi (UO) yang mempunyai wewenang dalam pengadaan Alutsista. Staf logistik hendaknya mampu merumuskan kebutuhan pengadaan secara komprehensif, merumuskan kebutuhan bukan hanya pengadaan Alutsistanya semata tetapi juga kebutuhan untuk melakukan pemeliharaan selama masa operasional Alutsista tersebut. Demikian juga dengan staf perencanaan yang musti mampu memproyeksikan anggaran sampai beberapa waktu kedepan guna menjamin terpeliharanya Alutsista. Transparansi dalam kegiatan pemeliharaan hanya bisa diwujudkan dengan bantuan teknologi informasi yang memungkinkan adanya pemantauan pelaksanaan pemeliharaan dan penggunaan suku cadang secara on line oleh para pemangku kepentingan. Fasilitas untuk memantau situasi stok suku cadang ini diberikan kepada
56
staf Kasad, Danpussen dan Balakpus yang terkait, serta kepada Panglima dan Komandan satuan. Rancangan sistem informasi ini hendaknya direncanakan secara mendalam dan untuk efisiensi anggaran sistem ini dapat dikembangkan dari fasilitas yang sudah ada saat ini seperti jaringan e-militer. Sistem informasi yang dikembangkan di atas sekaligus mengakomodasi kepentingan kodifikasi materiil. Bahasa yang digunakan dalam sistem informasi bukan lagi bahasa awam (bahasa dagang) seperti yang terjadi saat ini, melainkan penyebutan materiil dengan kode berupa angka sejumlah dijit tertentu. Jika kita mengikuti apa yang telah dilaksanakan oleh Puskod Baranahan saat ini, maka sistem kodifikasi yang digunakan adalah sistem NCS (NATO Codification System) yang berorientasi pada kodifikasinya NATO, dengan menyebut materiil dengan kode 13 dijit angka.6 Namun persoalan tentang metode kodifikasi yang akan diberlakukan ini, harus juga menjadi keputusan yang strategis oleh seluruh pihak (Menhan, Panglima TNI dan Kas Angkatan), agar tidak terjadi perubahan kebijakan ditengah jalan akibat kelemahan sistem yang diberlakukan. Disain sistem informasi logistik di atas tidak bisa dikembangkan secara parsial. Kita bisa belajar dari pengalaman pengembangan aplikasi SIMAK BMN yang diterapkan di lingkungan Kemhan/TNI saat ini. Sistem ini didisain oleh Kemhan dengan anggaran yang
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 56
12/01/2013 13:52:44
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD cukup mahal, tetapi ironisnya, karena beberapa sebab, Kementrian Keuangan sebagai Pengelola Barang Milik Negara belum mengakui sistem ini sebagai sistem yang legal untuk menyatakan berapa nilai BMN Kemhan/ TNI. Untuk menilai asset Kemhan/TNI, justru Kemkeu dan BPK masih lebih percaya pada perhitungan yang dilaksanakan secara manual. KESIMPULAN. Kelemahan yang ada pada sistem pemeliharaan yang berlaku saat ini harus segera dibenahi untuk menyiapkan sistem pemeliharaan baru yang sesuai dengan tuntutan kesiapan Alutsista modern yang akan segera memperkuat kemampuan TNI AD. Ide pokok peningkatan kualitas pemeliharaan adalah dengan menambah jumlah personel ahli yang melekat di satuan dan mendesentralisasi kewenangan penggunaan suku cadang kepada para komandan satuan. Pengendalian kegiatan pemeliharaan harus dilaksanakan dengan bantuan sistem informasi yang dapat diakses oleh para pemangku kepentingan mulai dari tingkat Mabesad sampai dengan satuan pengguna. Content dalam sistem informasi ini sudah mengakomodasi sistem kodifikasi materiil, sehingga terminologi yang digunakan merupakan bahasa universal bagi dunia logistik.
Pembentukan sistem tersebut seharusnya dilaksanakan paralel dengan proses pengadaan Alutsista, sehingga akan siap dalam 3 tahun kedepan. Staf terkait di Mabesad mengupayakan akselerasi penyiapan sistem berbasis kodifikasi materiil, berkoordinasi dengan staf di Mabes TNI dan Kemhan RI terutama di Puskod Baranahan, sehingga sistem pemeliharaan yang seketika, transparan dan universal dapat diwujudkan. Endnotes. 1. Headquarters Department of the US Army Washington, DC, Army Materiel Maintenance Policy, 20 September 2007. 2. Keputusan Dirpalad nomor Skep/205/XII/2003 tanggal 30 Desember 2003 tentang Bujukin tentang Peralatan, hal 14. 3. Keputusan Kasad nomor Kep/2/I/2007 tanggal 23 Januari 2007 tentang Orgas Hubdam dan Keputusan Kasad nomor Kep/46/XII/2006 tanggal 26 Desember 2006 tentang Orgas Paldam 4. Keputusan Kasad nomor Kep/46/XII/2006 tanggal 26 Desember 2006 tentang Orgas Paldam. 5. Puskod Baranahan Kemhan RI, Buletin Kodifikasi Edisi 37/2012 hal 32. 6. Puskod Baranahan Kemhan RI, Manfaat NSN Pada Proses Logistik-Jembatan Menunju Logistik Modern.
RIWAYAT HIDUP SINGKAT PENULIS I. Data Pokok. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama Pangkat/NRP Tempat/Tgl. Lahir Agama Status Sumber Pa/Th Jabatan
III. Riwayat Jabatan. : : : : : : :
Eko Susetyo Kolonel Kav/1910040920768 Tuban/22-07-1968 Islam Kawin Akmil/1991 Aslog Kasdam IX/Udayana
II. Pendidikan. A. 1. 2. 3. 4. 5.
1. Dantontank Yonkav-8 Divif 2 Kostrad 2. Pasiops Yonkav-8 Divif 2 Kostrad 3. Dankitank Yonkav-8 Divif 2 Kostrad 4. Gumil Gol. VI Deptikstaf Pusdikkav 5. Dandenkav-2 Dam VI/Tpr 6. Pabandyajianbangdik Seskoad 7. Dandenmadam Jaya 8. Dandim-0503/JB Dam Jaya 9. Padya-2/Dalugri Spaban V/Dalada Slogad 10. Aslog Kasdam IX/Udy
Dikbangum. Akmil Sussarcabkav Selapakav Seskoad Sesko Australia (ACSC)
: : : : :
1991 1992 2000 2005 2007
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 57
57
12/01/2013 13:52:44
Jurnal Yudhagama
TRANSFORMASI PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN ANGGARAN TNI AD
Oleh : Kolonel Chb Budi Prijono, S.T., MM. (Paban II/Renproggar Srenad)
Transformasi sistem perencanaan dan pengelolaan anggaran sangatlah dibutuhkan untuk menuju perubahan kearah yang lebih baik. Karena orientasi anggaran saat ini masih menggunakan sistem budget oriented sedangkan orientasi yang diinginkan lebih mengarah pada orientasi berbasis tujuan, sehingga sejalan dengan keinginan pada konsep pembangunan berbasis kemampuan (capability based development).
K
PENDAHULUAN. eberhasilan suatu negara dalam melaksanakan pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan tidak terlepas dari peran penting tentara yang kuat untuk mengawal kedaulatan dan perjalanannya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Letnan Jenderal TNI Oerip Soemohardjo (Kepala Staf Angkatan Darat ke-1) disaat pembentukan awal Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan ungkapannya
58
“Tidak mungkin suatu negara zonder tentara”. Dan ternyata ungkapan tersebut merupakan kebenaran yang tidak terbantahkan di Republik ini, sebagaimana dapat terlihat peran TNI dalam pengabdiannya pada tiap-tiap babak perjalanan NKRI sampai saat ini. TNI AD sebagai bagian dari komponen utama pertahanan negara memiliki tugas untuk melaksanakan kebijakan pertahanan negara, menegakkan kedaulatan negara di darat, mempertahankan keutuhan wilayah dan melindungi keselamatan bangsa serta ikut secara aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional dan internasional. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut diselenggarakan melalui pola OMP dan OMSP yang didasarkan atas kebijakan dan keputusan politik negara. Pembangunan kekuatan Angkatan Darat merujuk pada konsep pembangunan berbasis kemampuan (capability based development), sebagaimana diamanatkan dalam dokumen Kebijakan Umum Pertahanan Negara. Dengan demikian pembangunan kekuatan Angkatan Darat diarahkan pada terwujudnya kemampuan “core business” pada tugas pokoknya. Dalam mengemban tugas tersebut tantangan TNI AD dimasa yang akan datang tidaklah semakin mudah ditengah-tengah proses perubahan dinamika di dunia yang semakin cepat, sebagai dampak dari era globalisasi. Perubahan trend dan arah kiblat Dunia yang semula berada di Barat dalam hal ini Amerika dan Eropa sudah mengalami pergeseran pada poros Asia yaitu Cina dan India dengan perkembangan ekonomi dan pertahanannya yang semakin pesat. Kondisi ini secara otomatis akan membawa arah persaingan dunia menuju Asia. Adanya permasalahan antar negara di kawasan Asia yang terkait dengan tapal batas seperti yang terjadi pada perebutan pemilikan kepulauan Spratly baik oleh Cina, Jepang maupun Filipina maupun permasalahan lainnya dapat memicu terjadinya ketegangan situasi yang mengarah pada permusuhan/konflik di kawasan Asia. Memanasnya persaingan dikawasan Asia akan memberikan dampak pada negara-negara kawasan tersebut termasuk Indonesia. Melihat perubahan kondisi dunia yang cepat dan dinamis maka penggelaran kekuatan, pembangunan kekuatan dan penggunaan kekuatan TNI AD haruslah
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 58
12/01/2013 13:52:44
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD
Peningkatan anggaran tidak akan mencapai sasaran secara maksimal apabila pengelolaan anggaran tidak dilakukan secara terarah dan terpadu. diarahkan untuk dapat menghadapi segala perubahan ancaman tersebut. Pemerintah telah menetapkan Minimum Essential Force (MEF) atau kekuatan minimum esensial yang harus dimiliki oleh TNI termasuk TNI AD guna dapat mendukung tugas-tugasnya. Salah satu faktor terpenting dalam pencapaian tugas TNI AD dan MEF tersebut adalah terdukungnya anggaran yang memadai. Sejak tahun 2010 pemerintah telah menyediakan anggaran yang jumlahnya cukup signifikan untuk mendukung pembelian Alutsista baru serta peningkatan pada anggaran lainnya untuk menunjang peningkatan kemampuan TNI AD. Peningkatan anggaran tidak akan mencapai sasaran secara maksimal apabila pengelolaan anggaran tidak dilakukan secara terarah dan terpadu. Pengelolaan anggaran tersebut terkait dengan beberapa proses yang dimulai dari perencanaan persiapan dan pelaksanaan serta evaluasi anggaran yang saling berkaitan erat satu dengan yang lainnya sebagai sebuah siklus. Keterbatasan anggaran tidak akan menjadi suatu penghalang apabila anggaran yang terdukung tersebut dapat dimanfaatkan secara efisien, efektif, berdaya guna dan berhasil guna. Agar perencanaan dan pengelolaan anggaran tersebut dapat mencapai sasaran yang diinginkan untuk mendukung pencapaian “core business” TNI AD, maka perlu dilaksanakan suatu transformasi yang signifikan dalam sistem perencanaan dan pengelolaan anggaran. PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN ANGGARAN TNI AD SAAT INI. Pengelolaan anggaran tidak terlepas pada proses perencanaan yang dilaksanakan oleh TNI AD. Karena input/masukan dari perencanaan itulah yang akan
mengalirkan anggaran untuk dikelola sedemikian rupa, dengan demikian transformasi pengelolaan anggaran TNI AD tidak hanya berbicara mengenai bagaimana anggaran digunakan secara baik dan benar tetapi juga bagaimana anggaran itu direncanakan dengan matang dan cermat. Proses perencanaan TNI AD saat ini mengacu pada Program Perencanaan Nasional (Propenas) yang merupakan program jangka menengah selama 5 tahun yang kemudian dilanjutkan dalam Rencana Pembangunan Tahunan (Rapeta) dimana antar Propenas dan Rapeta memiliki korelasi yang sangat erat yaitu bahwa perencanaan Propenas nantinya akan dilaksanakan dalam bentuk Rapeta sehingga harus ada sinkronisasi yang jelas antara Rapeta dan Propenas. Siklus perencanaan untuk kegiatan tahunan dimulai pada bulan Mei, dimana pemerintah pusat mengajukan pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro, dan pada bulan Agustus RAPBN diajukan ke DPR. Apabila mengikuti siklus tersebut maka perencanaan TNI AD hanya memiliki waktu sekitar 5 s.d 6 bulan untuk melakukan kegiatan perencanaan anggaran sebelum diajukan ke Kementerian Pertahanan, namun pada kenyataannya TNI AD telah melakukan perencanaan jauh sebelumnya yaitu pada bulan Maret. Dalam waktu 2 s.d 3 bulan (sejak Maret s.d Mei) tersebut terjadi proses perencanaan yang bersifat bottom-up dimana satuan di bawah jajaran TNI AD akan melaporkan hasil evaluasi tahun lalu dan kebutuhan tahun yang akan datang. Sementara itu TNI AD hanya memiliki waktu sekitar 2 s.d 3 bulan untuk menghimpun semua ajuan dan memilahkan ajuan tersebut dalam skala prioritas berdasarkan dukungan yang ada. Dari seluruh total dana yang ada lebih dari 79,3% digunakan untuk keperluan belanja pegawai. Dengan hanya 20,7 % dari keseluruhan anggaran untuk peningkatan profesionalitas prajurit TNI AD maka program-program yang dilaksanakan semestinya diorientasikan pada skala prioritas yang benar-benar tepat sasaran dan disesuaikan dengan kondisi wilayah
Pengalokasian anggaran TNI AD Tahun 2010 – 2012
NO 1 1. 2. 3.
URAIAN 2 BELANJA PEGAWAI BELANJA BARANG BELANJA MODAL JUMLAH
TA 2010 3 15.182.546.425.000 2.497.639.032.000 1.271.424.645.000 18.951.610.102.000
ANGGARAN KET TA 2011 TA 2012 4 5 6 16.357.354.850.000 24.847.608.831.000 2.613.234.906.000 2.892.340.350.000 2.536.350.244.000 2.557.595.038.000 21.506.940.000.000 30.297.544.219.000
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 59
59
12/01/2013 13:52:44
Jurnal Yudhagama yang menjadi tanggung jawab dari Kotama-Kotama serta Balakpus dibawah satuan TNI AD. PERMASALAHAN DALAM PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN ANGGARAN. Implementasi pengelolaan anggaran TNI AD secara efisien, efektif, berdaya guna dan berhasil guna belum maksimal dilaksanakan karena masih berdasar pada budget oriented yaitu seluruh kegiatan dilaksanakan didasarkan pada pengalokasian anggaran yang diterima. Selain orientasi tersebut juga terdapat kelemahankelemahan dalam proses perencanaan dan pengelolaan anggaran yang meliputi: satu, kurangnya sinergisitas dan sistem yang tidak terintegrasi antara bagian; dua, kurangnya sinkronisasi yang sejalan dan terarah antara Renstra/Propenas dengan Program Kerja/Rapeta TNI AD serta waktu proses perencanaan program tahunan sangat singkat sehingga mengurangi efisiensi dan efektivitas dalam pemilahan skala prioritas; tiga, evaluasi perencanaan dan anggaran belum mengarah pada hal-hal yang perlu dipertimbangkan pada perencanaan tahun mendatang; empat, keakuratan data baik yang bersifat pengadaan materiil maupun kegiatan data profesionalisme prajurit mempersulit tercapainya tujuan pada program perencanaan dikaitkan dengan pengelolaan anggaran yang ada, dan; lima, generalisasi program dan kegiatan tanpa memperhatikan kondisi geografis wilayah dan perbedaan kemungkinan ancaman. PERUBAHAN MENDASAR DALAM PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN ANGGARAN. Pencapaian perencanaan dan pengelolaan anggaran TNI AD yang efisien, efektif, berdaya guna dan berhasil guna serta sesuai dengan konsep pembangunan yang berbasis kemampuan (capability based development) maka perlu dilakukan perubahan mendasar yang berkaitan dengan permasalahan yang ada. Untuk melakukan suatu perubahan tentunya tidak hanya berpedoman pada pengalaman yang ada tetapi juga diperlukan faktor pembanding untuk menjadi contoh pola kerja perencanaan dan pengelolaan anggaran di masa yang akan datang. Amerika sebagai salah satu negara adikuasa dengan misi serta program kemiliteran yang dilaksanakannya baik didalam maupun diluar wilayah tentunya memiliki perencanaan yang lebih rumit dan sistematis. Proses perencanaan dari US Army (Angkatan Darat Amerika) dapat dijadikan pembanding dalam sistem perencanaan TNI AD, walaupun dalam sumber daya terdapat perbedaan yang signifikan namun sistem dalam proses perencanaan dan pengelolaaan anggaran menuju efisiensi dan efektivitas dapat dijadikan suatu 60
acuan sistem perencanaan dan pengelolaan anggaran TNI AD saat ini untuk menuju kearah yang lebih baik. Militer Amerika pernah mengalami permasalahan yang sama berkaitan dengan kurang efisien dan efektifnya perencanaan dan pengelolaan anggaran sebelum tahun 1962. Namun pada tahun 1962 dilaksanakan tranformasi besar-besaran yang dilaksanakan oleh Mc Namara ketika menjabat sebagai Sekretaris Departemen Pertahanan. Perubahan tersebut dapat dikatakan ekstrim karena melakukan perombakan secara besar-besaran dari pola perencanaan dan anggaran bersifat tahunan menjadi pola perencanaan dan anggaran bersifat dua tahunan. Namun transformasi ini ternyata membawa dampak positif pada organisasi US Army saat itu hingga sekarang. Pola yang dirubah pada tahun 1962 sampai saat ini masih menjadi dasar dalam perencanaan dan pengelolaan anggaran serta ditambah dengan kajiankajian tentang perencanaan dan pengelolaan anggaran yang senantiasa di up date. Bertahannya sistem perencanaan yang masih dijadikan dasar selama 50 tahun pantas untuk dijadikan contoh dalam sistem perencanaan di Indonesia. Prioritas terpenting dalam transformasi perencanaan dan pengelolaan anggaran guna mencapai efisiensi, efektivitas yang berdaya guna dan berhasil guna lebih dititik beratkan pada perombakan sistem perencanaan dan pengelolaan anggaran. Sistem perencanaan dan pengelolaan anggaran haruslah berbasis pada tujuan/ hasil guna tercapainya tugas pokok TNI AD. Perubahan arah dari budget oriented menjadi berbasis tujuan akan dapat membangun suatu sistem yang terintegrasi dan saling mendukung dengan mengesampingkan ego pada bagian-bagian tertentu dan mengedepankan kesuksesan pada pencapaian tugas pokok TNI AD yang tidak dipengaruhi oleh dinamika perubahan trend dan ancaman. Perombakan dan perubahan sistem ini juga harus mewadahi pola perencanaan dari bawah ke atas sehingga program perencanaan dan pengelolaan anggaran yang dilaksanakan adalah hal mendasar yang memang dibutuhkan untuk mencapai tujuan di wilayah yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Guna mewadahi proses pencapaian tujuan terintegrasi yang didasarkan pada skala prioritas dan sesuai dengan karakteristik wilayah yang berbedabeda, maka dibutuhkan pentahapan perencanaan yang memakan waktu lebih lama dibandingkan proses yang dilaksanakan selama ini. Kembali pada proses perencanaan di Militer Amerika Serikat pada tahun 1962 yang semula proses sistem perencanaan dilaksanakan setiap tahunnya ternyata tidak memberi hasil yang optimal karena terjadi perebutan dan tarik menarik anggaran dan terabaikannya skala prioritas
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 60
12/01/2013 13:52:44
Media Informasi dan Komunikasi TNI AD
Penyiapan rencana dan pengelolaan anggaran dalam Renstra yang mendalam baik dari opsi bottom-up maupun arah dan tujuan yang sejalan dari tiap-tiap bagian akan memberikan input dan mempersingkat waktu perencanaan dalam proses perencanaan dan pengelolaan anggaran tahunan (Progja). yang berdampak pada tidak tercapainya tugas pokok. Akhirnya Amerika merubah pola perencanaan dan pengelolaan anggarannya dilaksanakan dalam 2 tahun sekali. Hal ini juga dapat diterapkan di Indonesia untuk mewadahi terintegrasinya program yang dilaksanakan serta tercapainya skala prioritas dan kesesuaian dengan kondisi kewilayahan yang berbeda. Selama ini proses perencanaan hanya memberikan jeda waktu antara 5 sampai 6 bulan sebelum ajuan anggaran tersebut dimasukkan dalam draft RAPBN. Proses perencanaan itu juga masih dibebani dengan kegiatan yang harus dilaksanakan dalam program berjalan dengan hasil evaluasi yang masih “setengah perjalanan” (belum terlaksananya program secara utuh) sehingga tidak dapat dicapai secara optimal. Apabila proses perencanaan dan pengelolaan anggaran TNI AD dilaksanakan setiap 2 tahun tentunya akan memberikan ruang dan waktu untuk dapat mengelola dan mengakomodir tujuan serta kegiatan yang sinergis dan terintegrasi. Tahun pertama perencanaan digunakan untuk memroses input data bottom–up dan sinkronisasi kegiatan dan tujuan yang ingin dicapai yang dalam pelaksanaannya dengan memerhatikan data dan fakta yang dikembangkan sebagai prakiraan masa yang akan datang terhadap kemungkinan ancaman yang akan dihadapi. Sementara tahun kedua menjadi tahun proses penyusunan anggaran dan skala prioritas serta program-program yang disesuaikan dengan kondisi dan keadaan wilayah. Seiring dengan pelaksanaan transformasi pada proses sistem perencanaan dan pengelolaan anggaran, permasalahan lainnya pun akan terselesaikan. Sebagai contoh untuk pelaksanaan program dan anggaran pada tahun 2013, maka perencanaan dan penyusunan dilakukan pada tahun 2011. Demikian juga halnya pelaksanaan program dan anggaran pada tahun 2014, maka perencanaan dan penyusunannya dilakukan pada tahun 2012, dan seterusnya. Hal ini dilakukan agar pelaksanaan program kerja dan anggaran tahun berjalan merupakan hasil input dan evaluasi dari tahun
sebelumnya, bukan merupakan hasil input dan evaluasi pada pertengahan tahun. Opsi transformasi ekstrim ini membutuhkan waktu 4 (empat) tahun untuk menuju kesempurnaan yang dibagi dalam beberapa tahapan. Pada tahap pertama yaitu uji coba perencanaan dan pengelolaan anggaran untuk dua tahun kedepan. Tahap kedua yaitu evaluasi program kerja pada 2 tahun. Tahap ketiga yaitu pelaksanaan perencanaan dan pengelolaan sesuai transformasi. Bila Amerika mengemas program satu tahunnya menjadi dua tahun tidak menimbulkan masalah yang signifikan karena proyeksi pembangunan mengikuti pola pergantian kepemimpinan Presiden yang dilaksanakan empat tahun sekali. Tetapi bagaimana dengan Indonesia yang memiliki kebijakan pembangunan dan rencana jangka menengah selama lima tahun ? Hal ini tetap dapat dilakukan dengan konsistensi pemimpin yang artinya program tidak akan berpengaruh terhadap pergantian pimpinan. Selain opsi ekstrim tersebut perubahan sistem perencanaan dan pengelolaan anggaran juga dapat diwujudkan melalui peningkatan sinergisitas Renstra (Prolita) dengan perencanaan tahunan. Penyiapan rencana dan pengelolaan anggaran dalam Renstra yang mendalam baik dari opsi bottom-up maupun arah dan tujuan yang sejalan dari tiap-tiap bagian akan memberikan input dan mempersingkat waktu perencanaan dalam proses perencanaan dan pengelolaan anggaran tahunan (Progja). Dalam proses ini juga diperlukan kerjasama yang erat antar bagian dimana perumusan kegiatan diarahkan pada capability based development yang dilaksanakan dalam bentuk kelompok kerja dengan perwakilan dari tiap bagian guna memperoleh efisiensi dan efektivitas pengelolaan anggaran. Demikian juga dengan satuan kewilayahan yang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda sesuai kondisi wilayahnya harus tergabung dalam kelompok kerja tersebut. Baik menggunakan opsi pertama yaitu transformasi ekstrim maupun opsi kedua diatas mengharuskan Staf Perencanaan, Staf Keuangan dan Staf yang menangani evaluasi bidang Perencanaan TNI AD menjadi motor utama dalam menggerakkan transformasi bidang perencanaan dan pengelolaan anggaran dimana Staf Perencanaan dan Staf Keuangan bertugas untuk melakukan perubahan dalam proses perencanaan saat ini mengarah pada transformasi perencanaan dan pengelolaan anggaran, sedangkan Staf Evaluasi bertugas untuk melakukan penilaian dan kajian terhadap perubahan yang dilaksanakan serta keberhasilan maupun kelemahan pada proses yang dilaksanakan oleh Staf Perencanaan dan Staf Keuangan, Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 61
61
12/01/2013 13:52:45
Jurnal Yudhagama sehingga diperoleh peningkatan sistem perencanaan dan pengelolaan anggaran yang semakin sempurna. KESIMPULAN. Perubahan dinamika dunia yang cepat menjadi suatu tantangan dalam pencapaian tugas pokok yang diinginkan dengan memanfaatkan semaksimal mungkin anggaran yang diberikan oleh negara. Transformasi sistem perencanaan dan pengelolaan anggaran sangatlah dibutuhkan untuk menuju perubahan kearah yang lebih baik. Karena orientasi anggaran saat ini masih menggunakan sistem budget oriented sedangkan orientasi yang diinginkan lebih mengarah pada orientasi berbasis tujuan, sehingga sejalan
dengan keinginan pada konsep pembangunan berbasis kemampuan (capability based development). Proses ini membutuhkan upaya yang sangat besar terutama pada bagian yang membidangi perencanaan dan anggaran serta evaluasi untuk mendukung sistem yang telah ditransformasi berjalan mengarah pada suatu efisiensi dan efektivitas perencanaan dan pengelolaan anggaran yang berdaya guna dan berhasil guna. Perencanaan yang sempurna dan matang akan memberikan dampak yang signifikan dalam pencapaian tujuan organisasi yang diinginkan dengan sasaran yang nyata dan terukur dalam setiap program-programnya serta didukung oleh konsistensi pemimpin dalam menjalankan program yang telah direncanakan.
RIWAYAT HIDUP SINGKAT PENULIS I. Data Pokok. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Nama Pangkat/NRP Tempat/Tgl. Lahir Agama Status Sumber Pa/Th Jabatan
B. Luar Negeri. : : : : : : :
Budi Prijono, S.T., MM. Kolonel Chb/32475 Tulungagung/16-06-1966 Islam Kawin Akmil/1988 Paban II/Renproggar Srenad
: : : : :
1988 1988 1993 1999 2003
II. Pendidikan. A. Dikbangum. 1. 2. 3. 4. 5.
Akmil Sussarcab Hub Suslapa I Diklapa II Seskoad
B. Dikbangspes. 1. Sussar Para : 1993 2. Kibi Angkatan LVII : 2002 3. Sus Pengadaan LM 9 FMSO Program USA : 2006 III. Riwayat Penugasan. A. Luar Negeri. 1. Ops. Tim-Tim 2. Ops. Tim-Tim
62
: 1992 : 1994
1. Irak (Kuwait) 2. Singapura 3. Malaysia 4. Sudan IV. Riwayat Jabatan.
: : : :
2001/2002 2002 2005 2006/2007
1. Danton Akmil 2. Pama Bekhar Kihub Brigif 6/2 Kostrad 3. Danki Hub Brigif 6/2 Kostrad 4. Danhubsubdenhar Denbekharstal Hubkostrad 5. PGS. Kasimat Hub Kostrad 6. Gumil Gol VI Dep Teknika Pusdikhub Kodiklat TNI AD 7. Dandenma Pusdikhub Kodiklat TNI AD 8. Kasiorg/Dok Depkom Pusdikhub Kodiklat TNI AD 9. Kasipam Pusdikhub Dithubad Kodiklatad 10. Kabagrenkom Subdithubad 11. Kabagrenproggar Sekdithubad 12. Pamen Dithubad (Tugas PBB) 13. Pabandya-3/Dalprog Spaban V/Dalprog Srenad 14. Pabandya-1/Renproggar Spaban II/ Renproggar Srenad 15. Kahubdam IV/Dip 16. PGS. Asrendam IV/Dip 17. Asrendam XVI/Ptm 18. Paban I/Ren Sterad 19. Paban III/Litbangasro Srenad 20. Paban II/Renproggar Srenad
Volume 32 No. 4 Desember 2012
Edisi Desember Edit_OK.indd 62
12/01/2013 13:52:45
Edisi Desember Edit_OK.indd 63
12/01/2013 13:52:46
Helikopter MI-35 P Pada Latihan Ancab 2012 di Baturaja
Edisi Desember Edit_OK.indd 64
12/01/2013 13:52:46
Tank Leopard TNI AD Pada Pameran Indo Defence 2012 di Jakarta