BAB V ANALISIS
5.1 ANALISIS PENGAMBILAN DATA CORE ORIENTING Adanya data yang baik tentulah sangat menentukan besar kecilnya kesalahan yang mungkin terjadi pada saat proses pengolahan data. Pengolahan data kekar sangat ditentukan oleh ketersediaan data kekar yang akurat sehingga bisa memperkecil terjadinya kesalahan. Sedangkan ketersediaan data kekar ini keakuratannya sangat ditentukan oleh proses pengambilan data Core Orienting sebagai data masukan utama yang dilakukan di lapangan. Hal ini dikarenakan proses pengambilan data merupakan tahapan yang sangat berpengaruh terhadap hasil yang akan diperoleh pada tahap pengolahan data selanjutnya.
Pada proses pengambilan data, terdapat beberapa informasi yang tidak diketahui dan juga tidak bisa diamati serta beberapa informasi yang diketahui namun tidak terlalu akurat. Informasi yang tidak diketahui dan juga tidak bisa diamati tersebut adalah informasi mengenai kondisi air tanah (groundwater condition) dan tingkat kemenerusan kekar. Sedangkan informasi yang diketahui namun tidak terlalu akurat tersebut adalah informasi karakteristik kekar berupa tingkat kekasaran permukaan (roughness), derajat kelapukan (weathering) serta material pengisi kekar (infilling/gouge). Hal ini disebabkan karena adanya keterbatasan dalam pengukuran dan pengamatan orientasi dan karakteristik kekar yang dilakukan.
Adapun beberapa keterbatasan dalam pengukuran dan pengamatan orientasi dan karakteristik kekar yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Kemungkinan kesalahan dalam penentuan orientasi bidang diskontinu Orientasi bidang diskontinu yang diperoleh dari kegiatan Core Orienting memiliki peluang untuk berbeda dari orientasi yang sebenarnya. Hal ini disebabkan karena selama pengambilan data terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan tingkat keakuratan pengukuran menjadi rendah. Beberapa kondisi tersebut antara lain :
73
a) Posisi dari bottom line yang ditunjukkan oleh tanda dari Ezymark tidak jelas atau tidak ada sama sekali. Tujuan utama pengeboran Core Orienting yaitu untuk mengetahui posisi bottom line. Oleh sebab itu, pengeboran yang baik adalah jika bottom line yang ditunjukkan oleh Ezymark terlihat dengan jelas. Jika tidak, maka pengukuran orientasi bidang diskontinu dari satu interval pengeboran akan tidak akurat atau bahkan tidak terorientasi sama sekali. Secara umum ada beberapa faktor yang menyebabkan pengukuran orientasi bidang diskontinu menjadi tidak akurat, yaitu berikut ini : •
Keahlian (skill) dari driller yang mengoperasikan alat, di mana keahlian driller ini berhubungan dengan timing yang tepat
untuk
memulai
pengeboran
setelah
Ezymark
dimasukkan ke dalam lubang bor. Jika timing-nya tidak tepat maka Ezymark tidak akan memberi tanda pada batuan yang dibor. •
Kondisi batuan, di mana kondisi batuan yang tidak kompak atau hancur pada bagian top akan menyebabkan tanda dari Ezymark hilang. Demikian pula halnya jika material di bagian top kebetulan adalah material lunak misalnya lempung (clay).
•
Kondisi lubang bor, di mana jika ada dinding lubang bor yang runtuh maka akan dapat menutupi permukaan top batuan sehingga tanda dari Ezymark tidak ada.
•
Preparasi dari alat Ezymark, di mana alat ini harus dipreparasi sebelum setiap kali digunakan. Preparasi yang kurang baik seperti three balls yang belum di-realease (three balls spreading) atau pensil yang tidak bagus, akan menyebabkan kesalahan bottom mark yang dihasilkan. Three balls spreading yaitu tiga ori balls pada Ezymark tidak segaris. Bola-bola ini adalah sebagai acuan untuk pembuatan Bottom Line. Jika semua bola-bola dalam keadaan menyebar (tidak ada yang segaris) maka Bottom Line dianggap sama dengan Bottom Line sebelumnya. Tindakan seperti ini akan
74
menyebabkan kualitas data rendah karena Bottom Line yang digunakan bukan Bottom Line yang aktual. Kejadian three balls spreading dapat disebabkan karena alat Ezymark rusak atau tidak di-reset dengan baik sehingga bola-bola tersebut tidak dapat berputar dengan lancar.
b) Rekonstruksi core pieces (potongan core) yang dilakukan tidak sempurna. Tidak sempurnanya rekonstruksi akan berpengaruh terhadap tingkat kesalahan pengukuran parameter orientasi yaitu circumference angle. Selain itu akan berpengaruh juga terhadap nilai difference angle pada core selanjutnya. Penyebab tidak sempurnanya rekonstruksi selain faktor human error juga bisa disebabkan oleh : •
Permukaan antar pieces rusak Rusaknya permukaan antar pieces dapat sebabkan karena antar pieces bergesekan atau berbenturan selama proses pengeboran.
•
Hilangnya material pengisi kekar Tebal dan bentuk dari material pengisi kekar sering bervariasi. Hal ini yang menyebabkan pieces tidak dapat dipasangkan dengan baik ketika material tersebut hilang atau tercuci oleh air selama proses flushing (proses pencucian lubang). Material pengisi kekar yang paling rentan hilang atau tercuci adalah material lunak seperti lempung (clay).
c) Teknik pengukuran yang tidak baik. Kesalahan ini semata-mata disebabkan oleh faktor human error yaitu tidak telitinya saat melakukkan pengukuran data sehingga data yang dihasilkan tidak menunjukkan kondisi yang sebenarnya. Hal seperti ini terjadi karena prosedur pengukuran belum dilaksanakan dengan sempurna.
75
(a) Incorrect goniometer
(b) Correct goniometer Gambar 5.1
Contoh Pengukuran yang Salah dan Benar
2. Keterbatasan dalam pengamatan kekasaran permukaan kekar (roughness) Dalam pengambilan data di lapangan, sering terjadi kesulitan dalam menentukan permukaan bidang kekar yang termasuk kasar (rough) atau halus (smooth), bergelombang atau tidak bergelombang dan sebagainya. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya permukaan kekar yang menjadi objek pengamatan (hanya sebatas diameter inti bor).
3. Keterbatasan dalam pengamatan material pengisi kekar (infilling/gouge) Dalam pengamatan material pengisi kekar khususnya material lempung, terdapat kesulitan untuk membedakan antara material lempung (clay) yang merupakan pengisi kekar dengan material cutting hasil pengeboran yang menyerupai lempung. Selama proses pengeboran, material cutting bisa ikut terbawa oleh air masuk ke dalam kekar maupun material lempung pengisi kekar ikut terbawa oleh air keluar dari celah kekar.
5.2 ANALISIS RQD Dari hasil perhitungan nilai RQD dapat dibuat grafik distribusi nilai RQD untuk setiap lubang bor serta grafik distribusi gabungan kedua lubang bor. Data lengkap perhitungan RQD terdapat pada Lampiran B sedangkan grafik distribusinya adalah sebagai berikut :
76
Distribusi Nilai RQD GCZ-81-01 70.00 62.01
Persen Frekuensi (%)
60.00 50.00 40.00 30.00 20.96 20.00 12.23 10.00 2.18
2.62
0.0 - 25.0
25.1 - 50.0
0.00 50.1 - 75.0
75.1 - 90.0
90.1 - 100
Rentang Nilai RQD (%)
Grafik 5.1
Distribusi Nilai RQD Lubang Bor GCZ-81-01
Distribusi Nilai RQD GCZ-82-01 50.00 44.52
45.00
Persen Frekuensi (%)
40.00 35.00
30.74
30.00 25.00 20.00 14.13
15.00 10.00 4.95
5.65
0.0 - 25.0
25.1 - 50.0
5.00 0.00 50.1 - 75.0
75.1 - 90.0
90.1 - 100
Rentang Nilai RQD (%)
Grafik 5.2
Distribusi Nilai RQD Lubang Bor GCZ-82-01
77
Distribusi Gabungan Nilai RQD 60.00 52.34
Persen Frekuensi (%)
50.00
40.00
30.00
26.37
20.00 13.28 10.00 3.71
4.30
0.0 - 25.0
25.1 - 50.0
0.00 50.1 - 75.0
75.1 - 90.0
90.1 - 100.0
Rentang Nilai RQD (%)
Grafik 5.3
Distribusi Gabungan Nilai RQD Kedua Lubang Bor
Dari grafik-grafik di atas dapat disimpulkan bahwa nilai RQD umumnya terdistribusi antara 75% hingga 100% atau kualitas batuannya adalah baik (good) hingga sangat baik (excellent).
Adapun nilai RQD dengan rentang 75% hingga 100% distribusinya adalah sebagai berikut : •
GCZ-81-01
: terdistribusi sebanyak 82.97% dari 100% data RQD
•
GCZ-82-01
: terdistribusi sebanyak 75.26% dari 100% data RQD
•
Keseluruhan
: terdistribusi sebanyak 78.71% dari 100% data RQD.
Beberapa hal yang bisa dibahas dari distribusi nilai RQD ini antara lain adalah: a. Nilai RQD yang tinggi bisa disebabkan oleh pengukuran RQD yang dilakukan di lokasi pengeboran langsung setelah core selesai dibor, sebelum core dimasukkan kedalam core tray/core box. Berbeda jika pengukuran RQD dilakukan setelah core masuk kedalam core tray, jumlah bidang pecah yang ada umumnya akan lebih banyak dari sebelum dimasukkan kedalam
78
core tray. Penambahan jumlah bidang pecah biasanya terjadi pada saat core dimasukkan, karena dipukul dan sebagainya.
b. Walaupun perhitungan RQD yang dilakukan setelah core masuk kedalam core tray juga mengabaikan mechanical fracture (bidang pecah yang tidak alami), namun seringkali sulit untuk membedakan antara natural dan mechanical fracture tersebut. Terutama jika mechanical fracture terjadi pada bidang diskontinu yang sebenarnya natural namun di alam bidang tersebut tidak pecah, misalnya vein atau re-healed joint.
c. Nilai RQD yang diukur dari kegiatan Core Orienting boleh jadi lebih representatif terhadap kondisi massa batuan pada lubang bor. Namun nilai RQD ini belum tentu menunjukkan kondisi sebenarnya dari massa batuan. Perhitungan RQD sangat dipengaruhi oleh arah pengeboran yang dilakukan. Dua lubang bor pada massa batuan yang sama, namun jika memilki arah yang berbeda, bisa saja menghasilkan RQD yang jauh berbeda. Hal ini terjadi jika satu lubang memotong banyak bidang diskontinu, sementara lubang lainnya hanya sedikit memotong bidang diskontinu.
5.3 ANALISIS RMRbasic’ Dari hasil perhitungan nilai RMRbasic’ dapat dibuat grafik distribusi nilai RMRbasic’ untuk setiap lubang bor serta grafik distribusi gabungan kedua lubang bor. Data lengkap perhitungan RMRbasic’ terdapat pada Lampiran C sedangkan grafik distribusinya adalah sebagai berikut :
79
Distribusi Nilai RMR' GCZ-81-01 60.00 53.66
Persen Frekuensi (%)
50.00
46.34
40.00
30.00
20.00
10.00 0.00
0.00
0.00
0 - 20
21 - 40
0.00 41 - 60
61 - 80
81 - 100
Rentang Nilai RMR'
Grafik 5.4
Distribusi Nilai RMRbasic’ Lubang Bor GCZ-81-01
Distribusi Nilai RMR' GCZ-82-01 70.00
65.71
Persen Frekuensi (%)
60.00 50.00 40.00
34.29
30.00 20.00 10.00 0.00
0.00
0.00
0 - 20
21 - 40
0.00 41 - 60
61 - 80
81 - 100
Rentang Nilai RMR'
Grafik 5.5
Distribusi Nilai RMRbasic’ Lubang Bor GCZ-82-01 80
Distribusi Gabungan Nilai RMR' 70.00 59.21
Persen Frekuensi (%)
60.00 50.00 40.79 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00
0.00
0.00
0 - 20
21 - 40
0.00 41 - 60
61 - 80
81 - 100
Rentang Nilai RMR'
Grafik 5.6
Distribusi Gabungan Nilai RMRbasic’ Kedua Lubang Bor Dari grafik-grafik di atas dapat disimpulkan bahwa nilai RMRbasic’ umumnya terdistribusi antara 41 hingga 80 atau kualitas massa batuannya adalah sedang (fair) hingga baik (good).
Adapun nilai RMRbasic’ dengan rentang 41 hingga 80 distribusinya adalah sebagai berikut : •
GCZ-81-01 : 9 Sedang (RMRbasic’ 41 – 60), terdistribusi sebanyak 46.34% dari 100% data RMRbasic’. 9 Baik (RMRbasic’ 61 – 80), terdistribusi sebanyak 53.66% dari 100% data RMRbasic’.
•
GCZ-82-01 : 9 Sedang (RMRbasic’ 41 – 60), terdistribusi sebanyak 34.29% dari 100% data RMRbasic’. 9 Baik (RMRbasic’ 61 – 80), terdistribusi sebanyak 65.71% dari 100% data RMRbasic’.
81
•
Keseluruhan : 9 Sedang (RMRbasic’ 41 – 60), terdistribusi sebanyak 40.79% dari 100% data RMRbasic’. 9 Baik (RMRbasic’ 61 – 80), terdistribusi sebanyak 59.21% dari 100% data RMRbasic’.
5.4 ANALISIS SMR Dari hasil perhitungan nilai SMR dapat dibuat grafik distribusi nilai SMR untuk setiap lubang bor serta grafik distribusi gabungan kedua lubang bor. Data lengkap perhitungan SMR terdapat pada Lampiran D sedangkan grafik distribusinya adalah sebagai berikut :
Distribusi Nilai SMR GCZ-81-01 70.00 61.23
Persen Frekuensi (%)
60.00 50.00 38.77
40.00 30.00 20.00 10.00 0.00
0.00
0.00
0 - 20
21 - 40
41 - 60
0.00 61 - 80
81 - 100
Rentang Nilai SMR
Grafik 5.7
Distribusi Nilai SMR Lubang Bor GCZ-81-01
82
Distribusi Nilai SMR GCZ-82-01 70.00 59.39
Persen Frekuensi (%)
60.00 50.00 40.61 40.00 30.00 20.00 10.00 0.00
0.00
0.00
0 - 20
21 - 40
41 - 60
0.00 61 - 80
81 - 100
Rentang Nilai SMR
Grafik 5.8
Distribusi Nilai SMR Lubang Bor GCZ-82-01
Distribusi Gabungan Nilai SMR 60.00 52.55 47.45
Persen Frekuensi (%)
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00 0.00
0.00
0.00
0 - 20
21 - 40
41 - 60
0.00 61 - 80
81 - 100
Rentang Nilai SMR
Grafik 5.9
Distribusi Gabungan Nilai SMR Kedua Lubang Bor
83
Dari grafik-grafik di atas dapat disimpulkan bahwa nilai SMR umumnya terdistribusi antara 61 hingga 100 atau kelas massa batuannya adalah baik (good) hingga sangat baik (very good).
Adapun nilai RQD dengan rentang 61 hingga 100 distribusinya adalah sebagai berikut : •
GCZ-81-01 : 9 Baik (SMR 61 – 80), terdistribusi sebanyak 61.23% dari 100% data SMR. 9 Sangat baik (SMR 81 – 100), terdistribusi sebanyak 38.77% dari 100% data SMR.
•
GCZ-82-01 : 9 Baik (SMR 61 – 80), terdistribusi sebanyak 40.61% dari 100% data SMR. 9 Sangat baik (SMR 81 – 100), terdistribusi sebanyak 59.39% dari 100% data SMR.
•
Keseluruhan : 9 Baik (SMR 61 – 80), terdistribusi sebanyak 52.55% dari 100% data SMR. 9 Sangat baik (SMR 81 – 100), terdistribusi sebanyak 47.45% dari 100% data SMR.
5.5 ANALISIS KEMANTAPAN LERENG Nilai Slope Mass Rating (SMR) atau kualitas massa batuan pembentuk lereng yang diperoleh dapat mendeskripsikan kondisi kemantapan lereng P3 West tambang Grasberg. Distribusi nilai SMR dari kedua lubang bor tersebut adalah antara 61 – 100 atau sesuai dengan Tabel 3.11 dapat disimpulkan bahwa kelas massa batuan antara baik (good) hingga sangat baik (very good). Hal ini berarti bahwa secara umum lereng dalam kondisi stabil dan kemungkinan tidak akan terjadi longsoran (failure). Kalaupun terjadi longsoran (failure), kemungkinan hanya akan terjadi pada blok-blok kecil saja. Sehingga sistem perkuatan atau penyanggaan tidak dibutuhkan pada lereng ini.
84