RINGKASAN DEKRIT KONSILI VATIKAN II TENTANG KERASULAN AWAM “APOSTOLICAM ACTUOSITATEM” oleh: Pusat Spiritulitas Awam (PSA)
PENDAHULUAN [1].
( Pendahuluan )
1. Konsili Suci ingin memacu kegiatan kerasulan umat beriman Awam. Karena mereka memang mempunyai peran khas dan sungguh perlu dalam perutusan Gereja dalam zaman sekarang. 2. Kerasulan Awam bersumber pada Baptis, Penguatan, Ekaristi. Pada awal mula Gereja, sifat gerakan kerasulan Awam itu penuh kesukarelaan dan bersifat subur (bdk.Kis.11: 19-21; Rom.16: 1-16; dll.). 3. Pada zaman sekarang semangat kerasulan Awam dituntut tinggi (intensif). Karena bidang-bidang kerasulan Awam semakin luas; jumlah umat manusia semakin besar; ilmu-ilmu pengetahuan semakin maju dan variatif; hubungan antar manusia semakin lebih erat. 4. Kerasulan Awam semakin mendesak, karena semakin banyak otonomi bidang kehidupan manusia, termasuk bidang kehidupan yang membahayakan hidup kristiani atau yang bertentangan dengan nilai-nilai kesusilaan dan keagamaan. 5.
Kepentingan kerasulan Awam semakin nampak, khususnya karena jumlah Imam yang sedikit.
6. Adalah karya Roh Kudus yang menjadikan kaum Awam semakin sadar akan tanggungjawab mereka untuk membaktikan diri kepada Kristus dan Gereja-Nya.
7. a. b. c. d. e.
Dekrit ini menunjukkan-menjelaskan: hakikat kerasulan Awam sifat-sifat dan keanekaragaman kerasulan Awam azas-azas dasar kerasulan Awam petunjuk-petunjuk pastoral pelaksanaan kerasulan Awam hal-hal yang perlu diubah dalam Hukum Kanonik yang menyangkut kerasulan Awam
BAB I PANGGILAN KAUM AWAM UNTUK MERASUL
[2].
( Keikut-sertaan Awam dalam perutusan Gereja )
1. Kerasulan adalah kegiatan seluruh umat beriman yang menyebarluaskan Kerajaan Allah, sehingga semua orang diarahkan kepada Kristus untuk memperoleh keselamatan. 2. Kerasulan dilaksanakan oleh Gereja melalui semua anggotanya, dengan pelbagai cara. Ibaratnya seperti tubuh dengan pelbagai anggotanya. Dalam kesatuan dengan tubuh masing-masing anggota tubuh berfungsi mengembangkan tubuh (Ef.4: 16).
3. Dalam Gereja ada satu perutusan, namun beraneka ragam pelayanan: a. Para Rasul dan pengganti-penggantinya diserahi oleh Kristus tugas mengajar, menyucikan dan memimpin atas nama-Nya (kuasa-Nya). b. Kaum Awam, sebagai bagian dari Umat Allah, dipanggil untuk ikut serta dalam mengemban tugas imamat, kenabian dan rajawi Kristus, dalam Gereja dan dalam dunia. Kongkritnya: o Mewartakan Injil untuk penyucian sesama; o Mewartakan Injil untuk meresapi dan menyempurnakan tata-dunia dengan semangat Injil, dalam mana mereka menjadi saksi Kristus yang jelas, yang mengabdi keselamatan sesama. 4. Karena ciri khas status hidup Awam: hidup di tengah masyarakat dan di tengah-tengah urusan duniawi, maka mereka dipanggil oleh Allah, untuk dijiwai semangat kristiani, merasul di dunia bagaikan ragi yang menyebarkan nilai-nilai keselamatan. [3].
( Azas-azas kerasulan Awam ).
1. Kaum Awam menerima tugas dan haknya untuk merasul berdasarkan persatuan mereka dengan Kristus Kepala. Itu terjadi karena penerimaan sakramen Baptis, Penguatan, Ekaristi. 2. Melalui Baptis: disaturagakan dengan Tubuh Mistik Kristus. Melalui Penguatan: diteguhkan oleh kekuatan Roh Kudus dan ditetapkan oleh Tuhan untuk merasul serta disucikan menjadi imamat rajawi, yang mempersembahkan korban-korban rohani melalui segala kegiatannya. Melalui Ekaristi, dan sakramen-sakramen lain, cinta kasih jiwa seluruh kerasulan disalurkan dan dipupuk. 3. Kerasulan dijalankan dengan semangat iman-harapan-cinta kasih: berusaha supaya semua orang selamat karena mengenal satu-satunya Allah yang sejati dan Yesus Kristus yang diutus-Nya (Yoh.17: 3). Itulah beban mulia setiap orang kristiani. 4. Untuk kerasulan itu Roh Kudus menganugerahkan karunia-karunia yang bermacam ragam (1.Kor.12: 7). Karunia-karunia itu untuk membanguan Tubuh-Nya (Gereja-Nya) dan untuk merasul-menggaramimencerahkan masyarakat, dalam persekutuan dengan sesama saudara dalam Kristus, terutama dengan Hirarki. [4].
( Spiritualitas Awam dalam tata-kerasulan ).
1. Kristus yang diutus Bapa menjadi sumber dan asal seluruh kerasulan Gereja. Kesuburan kerasulan Awam tergantung pada persatuan Awam dengan Kristus: “Barang siapa tinggal dalam Aku dan Aku dalam dia, ia menghasilkan buah banyak, sebab tanpa Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh.15: 5). 2. Kehidupan bersatu mesra dengan Kristus tersebut dipupuk dengan aneka macam bantuan rohani, antara lain Liturgi Suci (aneka cara mendekatkan diri pada Allah). Penghayatan Liturgi Suci (askese-askese) hendaknya sedemikian rupa, sehingga hidup rohani menyuburkan kegiatan hidup sehari-hari dan hidup sehari-hari memperdalam hidup rohani. Sehingga Awam bisa menghayati amanat Rasul: “Apa pun yang kamu lakukan dalam kata-kata maupun perbuatan, itu semua harus kamu jalankan atas nama Tuhan Yesus Kristus, sambil bersyukur kepada Allah dan Bapa kita melalui Dia” (Kol.3: 17). 3. Hanya dalam cahaya iman dan berkat renungan sabda Allah, manusia dapat selalu dan dimana-mana mengenal Allah. Menemukan Allah dalam segala sesuatu dan menemukan segala sesuatu dalam Allah. 4. Dalam iman mengikuti jejak salib dan kebangkitan Kristus. Segala bentuk kesengsaraan dalam mengikuti Kristus yang mewartakan Injil dipayungi oleh kebenaran “penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan di masa mendatang yang akan dinyatakan dalam diri kita” (Rom.8: 18). Kesengsaraan beraneka ragam, antara lain: tidak kaya, sakit, kerja keras, dianiaya, dikucilkan, didiskriminasi, ditindas, diperlakukan tidak adil, mengalami kekerasan, dll. Kebangkitan mengandung kebahagiaan dalam Roh, antara lain: meluaskan Kerajaan Allah, merasuki dunia dengan semangat Kristiani, mengamalkan kebaikan kepada semua orang (terutama terhadap rekan-rekan seiman), mewujudkan semangat Sabda Bahagia, menyebarkan nilai-nilai kekudusan, dll. 5. Hidup rohani Awam bercorak khusus: hidup berkeluarga, selibat, berprofesi, janda /duda, dsb. Mereka perlu berjuang memperoleh keutamaan-keutamaan suci: bermasyarakat, berbangsa, bernegara, keadilan, kejujuran, ketulusan hati, perikemanusiaan, keteguhan jiwa, dll. Dalam hal profesi: menguasai betul bidang kejuruannya.
6. Suri teladan yang sempurna bagi Awam untuk hidup rohani dan hidup merasul ialah Santa Perawan Maria (Ratu para Rasul). Selama di dunia Santa Perawan Maria hidup biasa, penuh kesibukan berkeluarga, bekerja dengan jerih-payah, secara istimewa selalu bersatu dan bekerjasama dengan Puteranya. Setelah diangkat ke Sorga, Santa Perawan Maria memperhatikan saudara-saudari Puteranya dengan penuh kasih keibuan: dalam suka dukanya, dalam bahaya-bahaya, dalam kesulitan-kesulitan, sampai mereka mencapai tanah air sorgawi. Selayaknyalah mereka penuh serah diri dan penuh bhakti atas hidup dan kerasulan mereka kepada Santa Perawan Maria. BAB II TUJUAN-TUJUAN YANG HARUS DICAPAI [5].
( Pendahuluan )
1. Karya penebusan Kristus pada hakikatnya untuk menyelamatkan seluruh umat manusia (segala bangsa) dan tata-cara kehidupan bersamanya (tata-dunia). 2. Gereja (Tubuh Kristus) diutus untuk mewartakan Kristus dan rahmat-rahmat-Nya, baik kepada umat manusia, maupun kepada cara hidup bersama mendunianya. 3. Maka kaum Awam melaksanakan kerasulannya, baik dalam Gereja, maupun di tengah masyarakat (dunia). Karena Awam sekaligus orang beriman dan warga masyarakat. Apa yang diwartakannya baik nilainilai kerohanian maupun nilai-nilai keduniawian (kejasmanian). 4. Ada satu rencana Allah yaitu segala ciptaan Allah diperbaharui dalam Yesus Kristus, baik manusia maupun segala ciptaan yang lebih rendah dari manusia. Hendaknya daya-daya Kristus, Raja Semesta Alam, menjadi semakin nyata dalam segala ciptaan-Nya, baik pada tahap awal di dunia ini, maupun sepenuhnya pada hari terakhir. Kaum Awam juga dipanggil terlibat dalam proyek satu rencana Allah tersebut, dengan mengikuti satu suara hati Kristiani. [6].
( Kerasulan dimaksudkan untuk mewartakan Injil dan menyucikan umat manusia ).
1. Manusia akan selamat kalau percaya kepada Kristus dan rahmat-rahmat-Nya. Maka Gereja perlu mewartakan tentang Kristus dengan kata-kata dan perbuatan dan menyalurkan rahmat-rahmat-Nya. Di situlah Hirarki dan Awam perlu menemukan jalinan kerjasamanya. 2. Bagi kaum Awam terbukalah amat banyak kesempatan untuk mewartakan Injil dan pengudusan. Daya tarik pertobatan yang kuat akan terjadi, kalau Awam berkedalaman hidup rohani dan berperikata-berperilaku yang baik (Mt.5: 16). 3. Rasul yang sejati bersemangat pro-aktif, mencari kesempatan-kesempatan: a. mewartakan Kristus dengan kata-kata dan perbuatan kepada yang tidak beriman untuk beriman; b. mewartakan Kristus dengan kata-kata dan perbuatan kepada yang telah beriman untuk mengajar dan meneguhkan serta mempertinggi kesucian demi kerasulan. 4. Sekarang semakin banyak kesesatan-kesesatan, yang mau menghancurkan hidup agama, hidup kesusilaan. Konsili mengajak kaum Awam untuk menggali kekayaan Injil Keselamatan, azas-azas Kristiani untuk menangkal arus-arus penyesatan tersebut. [7].
( Pembaharuan tata dunia secara Kristiani )
1. Rencana Allah mengenai tata dunia: supaya umat manusia seia-sekata membaharui dan terus menerus menyempurnakan tata dunia. 2. Tata dunia, yang mempunyai tata hukumnya sendiri, ialah aneka segi entitas yang berinteraksi dalam kehidupan bersama umat manusia, antara lain: nilai martabat manusia, nilai keluarga, nilai kebudayaan, nilai ekonomi, nilai lembaga negara, nilai hubungan antar negara, dll. 3. a. b. c.
Di sepanjang sejarah terlihat aneka kesesatan dalam tata dunia, antara lain: tentang Allah sejati tentang azas-azas kodrat manusia tentang azas-azas hukum moral
Sehingga otonomi manusia mengalahkan otonomi Allah, martabat pribadi manusia diinjak-injak, manusia menjadi budak kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi, dst. 4. Gereja bertugas membantu manusia untuk mampu menyusun tata dunia dan mengarahkannya kepada Allah melalui Kristus: menegaskan azas-azas tujuan penciptaan, menyajikan nilai-nilai rohani dan moral kristiani. 5. a. b. c. d.
Kewajiban kaum Awam: Membaharui tata dunia sebagai tugas khususnya. Mengikuti bimbingan cahaya Injil Mengikuti maksud-maksud Gereja Mengikuti dorongan cinta kasih kristiani.
6. Berdasarkan kewajiban tersebut: a. Kaum Awam bekerjasama dengan sesama warga masyarakat, seturut keahlian dan tanggungjawabnya. b. Kaum Awam selalu mencari dan menegakkan nilai-nilai keadilan Kerajaan Allah. c. Kaum Awam mengetrapkan azas-azas hidup kristiani untuk menata tata-dunia, seturut perkembangan tempat, waktu dan bangsa (masyarakat). Itu berarti penataan segenap bidang duniawi. [8].
( Amal kasih, meterai kerasulan kristiani )
1. Semua pelaksanaan kerasulan harus bersumber pada cinta kasih dan menimba kekuatan dari padanya (Mt.11: 4-5). 2. Perintah utama adalah mengasihi Allah dan sesama seperti dirinya sendiri (Mt.22: 37-40). Dengan mengenakan kodrat manusia, Kristus telah menghimpun segenap umat manusia dalam suatu kesetiakawanan adikodrati menjadi keluarga-Nya: “Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang di antara saudara-Ku yang paling hina ini, kamu lakukan untuk Aku” (Mt.25: 40). Tanda murid Kristus adalah bersemangat cinta kasih (Yoh.13: 35). 3. Semangat belas kasih terhadap yang miskin dan lemah, dan aneka bantuan kepada sesama yang membutuhkan, amat dijunjung tinggi oleh Gereja. 4. Berkat kemajuan teknologi moderen hubungan antar banyak orang semakin dekat. Semakin cepat diketahui orang-orang yang berkekurangan rohaniah dan jasmaniah. Oleh sebab itu semakin mendesaklah tuntutan cinta kasih kepada semua orang dan terhadap aneka kekurangan (kebutuhan): kekurangan sandang, pangan, tempat tinggal, kesehatan, pendidikan, dll. dll. Tuntutan cinta kasih itu terutama mewajibkan kepada perorangan dan bangsa-bangsa yang hidupnya sejahtera. 5. Supaya amal kasih menjadi murni, tidak tercela, maka: a. sesama harus dilihat sebagai citra Allah; b. perbuatan amal kasih ditujukan kepada Kristus; c. perlu dijauhkan motivasi nafsu mencari keuntungan / kekuasaan; d. pertama-tama mengutamakan tuntutan keadilan dipenuhi; e. menghargai kebebasan dan martabat pribadi yang menerima bantuan; f. yang ditiadakan jangan hanya akibat-akibat kemalangan, melainkan juga sebab musababnya; g. yang diberi bantuan lama kelamaan mampu mencukupi kebutuhan mereka sendiri; h. kaum Awam mampu bekerjasama dengan semua orang yang berkehendak baik dalam menolong sesamanya.
BAB III PELBAGAI BIDANG KERASULAN [9].
( Pendahuluan )
1. Kaum Awam merasul dalam pelbagai bidang dalam Gereja dan masyarakat. Beberapa yang dipandang lebih penting diuraikan antara lain: jemaat-jemaat gerejawi, keluarga, kaum muda, lingkungan sosial, tata nasional dan internasional. 2.
Karena tuntutan perkembangan peran wanita pada zaman sekarang, maka wanita lebih diikutsertakan
dalam kerasulan Gereja. [10].
( Jemaat-jemaat gerejawi )
1. Karena berperan serta dalam tugas Kristus sebagai Imam, Nabi dan Raja, kaum Awam berperan aktif dalam kehidupan dan kegiatan Gereja. Berkat bantuan kaum Awam, kerasulan Hirarki lebih membuahkan hasil. Kaum Awam bisa menyegarkan semangat merasul Hirarki maupun sesama Umat Beriman. 2. a. b. c. d.
Beberapa jasa lain dari kaum Awam, antara lain: Mengembalikan umat yang menjauh dari Gereja. Mengajar agama (katekese) Membantu reksa jiwa lebih tepat guna Membantu tata-usaha milik Gereja lebih berdaya guna.
3. Terhadap Paroki, hendaknya kaum Awam: a. Membantu menyaturagakan umat beriman dengan Gereja Paroki dan Gereja Semesta. b. Membiasakan diri erat bersatu dan bekerjasama dengan para Imam di Paroki. c. Memberitahukan masalah-masalah mereka, masalah-masalah kemasyarakatan dan masalah-masalah keselamatan yang perlu dipecahkan oleh musyawarah jemaat gerejawi. d. Menyajikan bantuan seturut kemampuan untuk kerasulan jemaat gerejawinya. 4. Terhadap Keuskupan, hendaknya kaum Awam: a. Bersedia untuk memenuhi undangan Uskup dan membantu usaha-usaha keuskupan. b. Menanggapi kebutuhan-kebutuhan kota-kota dan desa-desa tidak terbatas di wilayah Paroki / Keuskupan sendiri, melainkan antar Paroki, antar keuskupan, nasional maupun internasional. c. Bersedia membantu karya misioner, entah bantuan materiil entah bantuan tenaga, karena kekayaan mereka berasal dari Tuhan. (11). ( Keluarga ) 1. Pencipta alam semesta menetapkan persatuan suami-isteri menjadi awal mula dan dasar masyarakat manusia, bahkan dijadikan Sakramen Perkawinan dalam Kristus dan dalam Gereja. Maka kerasulan keluarga amat penting bagi Gereja dan masyarakat. 2. Suami-isteri bekerja sama dengan rahmat Tuhan dan menjadi saksi iman satu bagi yang lain, bagi anakanak mereka dan bagi kaum kerabat lainnya. Bagi anak-anak: a. Mereka menjadi pewarta iman dan pendidik yang pertama. b. Mereka dengan kata dan perbuatan (teladan) membina anak-anak untuk hidup kristiani dan kerasulan. c. Mereka membantu anak-anak dengan bijaksana untuk memilih (menemukan) panggilan mereka. d. Kalau dari anak-anak ada yang menerima panggilan suci (Religius), mereka perlu memperhatikannya sepenuh hati. 3. Suami-isteri dipanggil Tuhan untuk tugas kerasulan yang penting, yaitu: a. Menunjukkan dan membuktikan bahwa ikatan perkawinan tidak terceraikan dan suci. b. Membela hak dan tugas orang tua dan pendidik untuk mendidik anak secara kristiani. c. Membela martabat dan otonomi keluarga yang sewajarnya. d. Bersama semua orang yang berkehendak baik menegakkan hak-hak suami-isteri dan para pendidik dalam perundangan sipil, termasuk perumahan, pekerjaan, keamanan sosial, dst. e. Membela hak dan tugas keluarga untuk membangun masyarakat dengan aneka perbuatan baiknya. f. Supaya keluarga-keluarga kristiani lebih mudah mencapai sasaran kerasulannya, dapat berguna bila mereka berhimpun dalam kelompok-kelompok. [12].
( Kaum muda )
1. Kaum muda merupakan kekuatan amat penting dalam masyarakat zaman sekarang. Hendaknya gairah semangat mudanya diresapi Kristus dan jiwa patuh pada para Gembala Gereja. Dan kaum muda menjadi sasaran kerasulan utama mereka. 2.
Kaum dewasa hendaknya dalam suasana persahabatan membantu pengembangan kerasulan mereka.
3. Kaum muda hendaknya memupuk sikap hormat dan kepercayaan kepada kaum dewasa serta menghargai tradisi-tradisi yang terpuji sebagaimana seharusnya.
4.
Anak-anak juga terpanggil menjadi rasul di antara sesama anak-anak.
[13].
( Lingkungan sosial )
1. Kerasulan di lingkungan sosial merupakan usaha menjiwai mentalitas, adat kebiasaan, hukum-hukum dan tata susunan masyarakat setempat, dengan semangat kristiani. 2. Kaum Awam perlu memperdalam kesesuaian mereka dengan semangat Yesus Kristus. Sehingga mereka menjadi terang dunia: a. Dengan ketangguhan membawa sesama kepada kebenaran dan kebaikkan. b. Dengan kasih persaudaraan membawa sesama kepada solidaritas suka duka sesama. c. Dengan kesadaran bermasyarakat mereka meresapkan nilai-nilai kristiani ke dalam hidup dan kerja sesama. d. Dengan kekuatan iman, mereka mewartakan Kristus secara lisan. [14].
( Bidang-bidang nasional dan internasional )
1. Bagi kaum Awam terbukalah gelanggang kerasulan tak terbatas, baik tingkat nasional maupun tingkat internasional. 2. Tingkat nasional: kaum Awam hendaknya menyadari kewajibannya untuk memajukan kesejahteraan umum sejati. Mereka perlu mempertinggi bobot pengaruh, sehingga pemerintahan dijalankan dengan adil, hukum-hukum selaras dengan tuntutan-tuntutan moral dan menunjang kesejahteraan umum. 3. Kaum Awam, yang mahir dalam bidang politik, dengan beriman kristiani kuat, jangan menolak untuk menjalankan urusan-urusan umum (menduduki jabatan umum), untuk merintis jalan bagi Injil. 4. Kaum Awam hendaknya bekerjasama dengan semua orang yang berkehendak baik untuk memajukan apa yang benar, apa yang adil, apa yang suci, apa yang manis (Flp.4: 8), dan apa pun yang memajukan kesejahteraan umum. 5. Tingkat internasional: kaum Awam hendaknya memperhatikan dan mengambil manfaat semangat setiakawan antara semua bangsa, khususnya untuk peningkatan kesejahteraan umum bangsa-bangsa yang sedang berkembang. 6. Kaum Awam yang bekerja di tengah bangsa-bangsa lain, hendaknya tetap sebagai pewarta-pewarta Kristus, dalam sepak terjangnya.
BAB IV BERBAGAI CARA MERASUL
[15]. ( Pendahuluan ) Dalam menjalankan kerasulannya, kaum Awam dapat menempuhnya secara perorangan atau tergabung dalam pelbagai perserikatan (paguyuban). [16].
( Pentingnya aneka bentuk kerasulan perorangan )
1. Kerasulan Awam, baik pribadi maupun kolektif, mengalir dari sumber hidup kristiani yang sejati (Yoh.4: 14). Dalam keadaan macam apa pun juga setiap orang Kristiani dipanggil untuk merasul: membangun Gereja dan menguduskan dunia. 2. Bentuk khusus kerasulan perorangan ialah kesaksian seluruh hidup sebagai awam, yang bersumber pada iman, harapan dan cinta kasih. Wujud kesaksiannya berupa secara lisan mewartakan ajaran-ajaran Kristus, seturut kemampuan masing-masing. Dan dalam semangat cinta kasih menemukan perbuatanperbuatan kongkrit yang membangun tata dunia. 3. Dalam perjuangan kerasulannya tersebut, ia dengan sukarela meneladan kesengsaraan Yesus Kristus (2.Kor.4: 10).
[17].
( Kerasulan Awam dalam situasi-situasi tertentu )
1. Kerasulan perseorangan sangat perlu dan mendesak di daerah-daerah, di mana kebebasan Gereja menghadapi rintangan-rintangan yang berat. Dalam situasi itu kaum Awam, sejauh mereka mampu, menggantikan para Imam, dengan aneka resiko yang menghadangnya. 2. Konsili bersyukur kepada Allah, bahwa Allah sampai saat ini tak henti-hentinya membangkitkan semangat kepahlawanan Awam dalam kerasulan. 3. Kerasulan perseorangan juga sangat perlu, di mana umat Katolik sangat sedikit dan terpencar-pencar. Mereka bisa saling meneguhkan dalam kelompok-kelompok kecil yang terorganisir secara longgar. [18].( Pentingnya kerasulan yang terpadu ) 1. Manusia menurut kodratnya bersifat sosial. Oleh sebab itu ada kerasulan kelompok-kelompok, baik yang terorganisir resmi, maupun yang terbentuk atas pilihan sendiri. 2.
Diharapkan hasil-hasil kerasulan akan lebih melimpah daripada kerasulan perseorangan.
3. Kerasulan kolektif sangat perlu dimantapkan, karena tidak jarang mereka harus menghadapi tekanantekanan lembaga-lembaga lain.
[19]. ( Aneka bentuk kerasulan terpadu ) 1. a. b. c. d.
Kerasulan kelompok amat beraneka ragam, antara lain: Bertujuan umum kerasulan Gereja Bertujuan khusus pewartaan Injil dan pengudusan Bertujuan merasuki tata dunia dengan semangat kristiani Bertujuan menjadi saksi Kristus, melalui amal belaskasih dan cinta kasih.
2. Yang perlu diperhatikan dalam kerasulan kelompok ialah perpaduan antara kedalaman iman dan praktek perbuatan kongkrit, yang mengabdi pada perutusan Gereja terhadap dunia. 3. Tugas perutusan universal Gereja menuntut, supaya usaha-usaha kerasulan umat Katolik semakin menyempurnakan bentuk-bentuk organisasi pada tingkat internasional. 4. Dengan tetap memelihara hubungan dengan Pimpinan Gereja sebagaimana mestinya, kaum Awam berhak mendirikan dan memimpin kelompok kerasulan, dan masuk anggota perserikatan yang sudah ada. [20].
( Aksi Katolik )
1. Sejak beberapa dasawarsa kaum Awam semakin banyak yang terlibat dalam kerasulan-kerasulan kelompok. Mereka merasul dengan tujuan masing-masing. Para Paus dan para Uskup sangat mendukung “Aksi Katolik” (kerasulan kelompok) itu. Maka seringkali dilukiskan sebagai kerjasama kaum Awam dalam kerasulan Hirarki. 2. a. b. c. d.
Ciri-ciri Aksi Katolik tersebut antara lain: Aksi Katolik bertujuan langsung kerasulan Gereja. Aksi Katolik berwujud kerja sama dengan Hirarki dengan cara mereka sendiri. Aksi Katolik berwujud para Awam bertindak secara terpadu bagaikan tubuh organis. Aksi Katolik berwujud para Awam sukarela diajak Hirarki untuk bekerjasama dalam kerasulan.
3. Hendaknya Aksi Katolik terbuka untuk bekerjasama dengan bentuk-bentuk kerasulan lain dalam Gereja dalam suasana persaudaraan. [21]. 1.
( Penghargaan terhadap organisasi-organisasi )
Semua perserikatan kerasulan hendaknya dihargai sebagaimana layaknya.
2. Kalau Hirarki membentuk perserikatan kerasulan, hendaknya itu diberi perhatian utama oleh Imam, Religius dan Awam. [22].
( Kaum Awam yang secara istimewa berbakti kepada Gereja )
1. Gereja menghargai istimewa para Awam yang membaktikan diri, dengan keahlian profesionalnya, guna melayani karya-karyanya, entah dalam negeri entah di dunia internasional. 2. Hendaknya gembala Gereja memperhatikan kebutuhan-kebutuhan para Awam tersebut secara adil selayaknya, misalnya: a. keperluan nafkah bagi keluarganya, b. keperluan pembinaan rohani c. keperluan pendampingan-pendampingan, dst.
BAB V TATA TERTIB YANG HARUS DIPERHATIKAN [23].
( Pendahuluan )
1. Kerasulan Awam, baik secara perseorangan maupun secara kolektif, harus disaturagakan dengan tepat dalam kerasulan seluruh Gereja. Secara hakiki kerasulan Kristiani mendapat dasarnya dari kesatuannya dengan Hirarki. Maka Hirarki harus mengatur aneka kerasulan kristiani secara selaras. 2. Semangat persatuan perlu ditingkatkan, supaya di seluruh kerasulan Gereja bersinarlah cinta kasih persaudaraan, agar tujuan-tujuan umum tercapai dan persaingan-persaingan yang berbahaya dihindarkan. Antar kelompok kerasulan perlu saling menghargai. [24].
( Hubungan-hubungan dengan Hirarki ).
1. Hirarki wajib mendukung kerasulan Awam, menggariskan prinsip-prinsipnya dan menyediakan bantuanbantuan rohani, mengatur pelaksanaan kerasulan demi kesejahteraan Gereja dan menjaga supaya ajaran serta tata-tertib Gereja dipatuhi. 2. Karena kerasulan Awam mempunyai berbagai bentuk dan berbagai sasaran, maka dalam hubungan dengan Hiraraki juga ada berbagai cara. 3.
Pemakaian nama “Katolik” harus mendapat persetujuan Pemimpin Gereja yang sah.
4. Untuk menanggapi tuntutan-tuntutan kesejahteraan Gereja, Pimpinan Gereja dapat memilih beberapa Kelompok kerasulan, khususnya yang secara langsung bertujuan rohani untuk dibina khusus. 5. Pimpinan Gereja juga dapat memilih beberapa Kelompok kerasulan untuk diberi mandat khusus yang berhubungan dengan tugas-tugas para gembala, misalnya: bidang katekese, bidang liturgi, dll. 6. Sehubungan dengan urusan-urusan duniawi, Hirarki Gereja bertugas mengajarkan dan menafsirkan kaidah-kaidah moralnya. Bisa saja Hirarki memohon pertimbangan-pertimbangan pelbagai pakar untuk keperluan tersebut. [25].
( Bantuan para Imam bagi kerasulan Awam ).
1. Hendaknya para Uskup dan para Imam menyadari, bahwa hak dan tugas merasul sama-sama ada pada semua orang beriman, baik klerus maupun Awam. Awam pun berhak dan bertugas membangun Gereja. Maka secara istimewa Hirarki (Imam-imam) perlu menaruh perhatian yang istimewa pada kerasulan Awam. 2. Hendaknya dipilih dengan cermat imam-imam, yang cakap dan telah disiapkan secukupnya, untuk memberi bantuan dalam bentuk-bentuk khusus kerasulan Awam. Beberapa bentuk pendampingan oleh imam yang cakap itu, antara lain: a. Memupuk keserasian hubungan para Awam dengan Hirarki. b. Membimbing Awam untuk selalu setia pada semangat dan ajaran Gereja. c. Mengembangkan hidup rohani dan semangat merasul Kelompok-kelompok Kerasulan. d. Mendampingi kegiatan kerasulan Kelompok-kelompok Kerasulan.
e. f.
Melakukan dialog-dialog yang mengembangkan cara-cara kerasulan. Memupuk semangat persatuan di dalam Kelompok-kelompok Kerasulan.
3. Hendaknya para Religius menghargai karya-karya kerasulan Awam dan menyumbangkan semangat kerasulan dari Tarekat masing-masing. Hendaknya mereka mendukung, membantu dan melengkapi para Imam, yang mendampingi Kelompok-kelompok Kerasulan Awam. [26].
( Upaya-upaya yang berguna bagi kerja sama ).
1. Ada aneka macam karya kerasulan Gereja: pewartaan Injil, sosial, ekonomi, dll. Diperlukan panitia yang mengoordinir karya-karya tersebut, tanpa mengurangi sifat masing-masing. Panitia semacam itu bisa diadakan antar-paroki, antar-keuskupan, secara nasional dan internasional. 2. Di Tahta Suci Vatikan dapat didirikan suatu Sekretariat untuk membantu mengembangkan kerasulan Awam (sedunia), antara lain: a. Menyajikan informasi-informasi tentang aneka kerasulan Awam. b. Menyajikan masalah-masalah aktual aneka kerasulan Awam. c. Menyampaikan nasehat-nasehat yang berguna. d. Menyampaikan kerjasama-kerjasama Imam, Religius dan Awam, dalam pengelolaan Sekretariat tersebut. [27].
( Kerjasama dengan umat Kristen dan umat beragama lain )
1. Adanya pusaka warisan Injil bersama menyebabkan anjuran dan tuntutan kerjasama umat Katolik dengan umat Kristen lainnya. Kerjasama tersebut harus dijalankan secara perorangan, secara kelompok, secara nasional maupun secara internasional. 2. Bahkan kerjasama bisa terjadi antara umat kristiani dengan umat non-kristiani. Di situ para Awam bisa bersaksi atas nama Kristus Penyelamat Dunia dan atas kesatuan keluarga umat manusia. BAB VI PEMBINAAN UNTUK MERASUL [28].
( Perlunya pembinaan untuk merasul )
1. Kerasulan hanya dapat mencapai kesuburan yang penuh, apabila ada pembinaan yang bersifat aneka dan lengkap. 2. Pembinaan itu dituntut: a. Supaya Awam terus berkembang dalam hidup rohani dan pengetahuan ajaran. b. Untuk membantu Awam dalam usaha-usaha menyesuaikan kerasulan Awam dengan situasi-situasi baru, orang-orang baru dan tugas-tugas baru. c. Untuk mewujudkan dasar-dasar baru ajaran Katolik dalam dekrit-dekrit Konsili Vatikan II. [29].
( Dasar-dasar pembinaan Awam untuk kerasulan ).
1. Kaum Awam melaksanakan perutusan Gereja dengan caranya sendiri (Demikian pun Imam / Hirarki, Religius Bruder-Suster juga melaksanakan perutusan Gereja seturut kekhasan panggilan masing-masing pula). 2. Kepribadian manusiawi yang utuh. Individualitas dan sosialitas kemanusiaan harus dibina secara benar berdasat nilai-nilai Kristiani. Sehingga seorang Awam dapat bermasyarakat dan berkebudayaan dengan sehat dan benar, dengan dijiwai semangat cinta kasih Injili (seni bergaul, bekerjasama, berdialog, dll). Pembinaan rasuli tersebut tidak menghapuskan keunikan masing-masing pribadi. 3. Kaum Awam perlu dibina untuk menjalankan perutusan Kristus dan Gereja: a. Terutama pembinaan iman akan misteri ilahi penciptaan dan penebusan. b. Dibina untuk mudah digerakkan oleh Roh Kudus: yang menghidupkan umat Allah; yang mendorong semua orang untuk mencintai Allah Bapa; yang mendorong untuk mencintai Dunia; yang mendorong untuk mencintai orang-orang Kristiani. 4.
Kaum Awam juga perlu dibina dalam ilmu pengetahuan:
a. b. c. d.
Teologi Etika Filsafat Profesi kejuruan (tehnis / praktis)
5. Pembinaan Awam perlu berlangsung terus menerus, karena pribadi terus berkembang dan kondisisituasi terus berkembang juga, sehingga kepribadian tetap seimbang-maju-selaras. [30].
( Mereka yang wajib membina sesama untuk kerasulan ).
1. Pembinaan untuk kerasulan harus dimulai sejak pendidikan awal anak-anak. Secara istimewa hendaknya para remaja dan kaum muda diperkenalkan dengan kerasulan dan diresapi semangatnya. Selama hidup pembinaan itu harus disempurnakan, sejauh tugas-tugas baru yang diterima menuntutnya. 2. Adalah tugas orang tua untuk membuat kebersamaan dalam keluarga sebagai persiapan untuk kerasulan. Demikian anak-anak, dengan teladan, diajar untuk mengenali cinta kasih Allah kepada semua orang dan diajar untuk menaruh perhatian pada kebutuhan jasmani-rohani sesamanya. 3. Anak-anak perlu dididik untuk melampaui lingkup keluarga dan membuka hati bagi jemaat gerejawi dan masyarakat duniawi. Para imam, melalui aneka cara membina anak-anak untuk hidup aktif dalam umat Allah dan aktif dalam kerasulan di luar umat Allah. 4. Sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga Katolik lain perlu membina anak-anak muda untuk kerasulan, di samping peran orang tua, gembala jiwa, dan kelompok-kelompok kerasulan. Orang-orang muda diberi pembinaan: pengetahuan, rohani dan praktis. 5. Diharapkan semakin Awam menjadi dewasa, semakin mereka merasa mendesak untuk merasul, baik ke dalam Gereja maupun ke masyarakat luas (melalui profesi maupun peran sosial-kemasyarakatannya). [31]. ( Penyesuaian pembinaan dengan pelbagai bentuk kerasulan ). 1. Kerasulan pewartaan Injil. Diperlukan pendalaman nilai-nilai rohani-manusiawi berdasar Injil untuk menerangi, misalnya materialisme dengan segala bentuknya. 2. Kerasulan tata dunia. Awam perlu dididik untuk mengenali makna yang sesungguhnya hal-hal duniawi. Dan memahami ajaran-ajaran sosial dan moral Gereja. Sehingga lembaga-lembaga semakin berfungsi tepat dan benar dalam membangun kesejahteraan umum masyarakat. 3. Kerasulan amal cinta kasih. Awam perlu dibina dalam memahami dan mempraktekan amal cinta kasih dan belaskasihan, khususnya pada mereka yang miskin dan menderita.
[32].
( Upaya-upaya yang digunakan )
1. Ada seribu satu cara untuk pembinaan, antara lain: kongres, konferensi, buku-buku komentar untuk mendalami ajaran-ajaran Katolik, untuk memupuk hidup rohani, untuk memahami situasi masyarakat dan untuk menemukan metode-metode pembinaan yang cocok. 2.
Lembaga-lembaga pendidikan menengah dan tinggi juga memfasilitasi pembinaan kerasulan.
3. Ada lebih bermanfaat, apabila masing-masing bidang kerasulan mempunyai pusat-pusat dokumentasi dan studi, bukan hanya bidang teologi, tetapi juga sosiologi, psikologi, hukum, dll. Sehingga pembinaan kerasulan-kerasulan lebih penuh daya guna.
AJAKAN
[33].
( Ajakan )
1. Kepada segenap kaum Awam, Konsili Suci dalam Tuhan menyerukan dengan sangat, supaya mereka dengan sukarela, dengan jiwa besar, dengan hati yang siap sedia menanggapi sapaan Kristus, yang justru
sekarang ini dengan lebih mendesak mengundang mereka, dan supaya mereka mengikuti dorongan Roh Kudus. 2. Hendaknya kaum muda dan seluruh kaum Awam semakin erat bergabung dengan Diri-Nya, dan seraya mengenakan pada diri mereka sendiri cita rasa yang ada pada-Nya (Flp.2: 5), ikut serta menjalankan perutusan-Nya yang membawa keselamatan.
-------0000--------