~4U~ [~@l&;b fJAl~1 ~AT'1tJ{Ul~~ ~~AM
IMVA!~~
CU4tt..(U4U ~tJ~lAM fM~cf~1~· WILAYAH m-~T' 1PJ{Ul~~~
~8
~~0031JJ!}!JJ!)~~~~
~~~~
~f{i)WCi};m)ffiW
11~1 U:tc-..: Or. Or. Or. Or. Or. Or.
I wan SasH, SP., M.Si lr. Tris Haris Ram ad ban, 1\
i.fj\ ..=.
POHllAHAK
Or. lr. Hj. Ocnah Suswati, J\'IP. O r. lr. Yohana SKD, MP Dr. Drh. Zakiyatulyaqin, M. Si
Dr. Evi GusmayanH, M.Si Or. lr. Gusti Zakaria, A. M.Es lr. Ani Muani, MS
Supriyanto, SP., M.Sc Or. S holahuddin, STP, M.Si Ari Kris nohadi, SP., M.Si Imelda, SP., M.Sc M. Prarnulya, SP.,M.Si Or.Jr.H. Wasiah. M.Sc Or. Tantri Palupi, SP. M.Si
~
~~ ~~~
•
I
~4-U~ l~@l~
f2Al\!
~AT1A!{tll&!J~ OOLMJ~
fMC2Al\!~
fLJ4.Uc;(J;J4.1J ~
11~1 Pe!pu;lal
~ diiWlglllldarg11'dafYJ N.R;j>IR (c) 2013, ~oresia: Pooliana~
Tim Penyunting Pelaks.ana: Supriyanto, SP, M.SC: M. Pramulya, SP, M.Si Oesain Sampul: Cld ·K;,sdiran
Cetakan penama: Maret 2013 Penefblt: TOP lndonesta Alamat: Jalan Purnama Agung VII Pondok Agung Permata Y35, Pontianak Kalimantan Bamt Emad: [email protected] om. [email protected] ISBN 978-602-17664-1-5
Otlamng mengutip dan memperba.nyak: sebagian atau seturuh tsi buku tanpa selz,n tertulls <:larl penerb"
Sanksi pelanggaran p~al 72: Undang·undang nomor 19 Tahun )002 Temang Tentang Halt dpta: (1)
,t.,1.1
B3ttlng Si.,Po' deng;'ln s~ngt~j,:, d~ t:~.npa h:lk l'l'ld3k"k
paling scdiklt Rp.tOOO..OoO,· (Satu Juta Rupiah), atau pidan.a pcnfara paling lama 1 (tujuh) tahun dan/atau denda palilng b:my:.k Rp. S-000.000.0<>0,• (Um~ Mili~r Rupia,h) (1) Barang slapa dengan seogaja menylarkan., memametkan, mengedarkan, ataumenjual kepada umum suatu clptaan atau barang hasn pdan.ggaran Hak. Cipt;J sebaga!mana dWnaksud dalarn ayat (1), dipidana dengan penfara paling lama (S) t;,hun d31n/~t:.u ~, p311ng Nny;tk Rp. 500.ooo.ooo,• (Um~ R:.t1.1S Jut-a Rupi:lh)
~(·miii(Jr N(IJional dtm
RapM 7UIIllntm D«ktm Bidang Jlmu.i/mu PcrUmi(m JJKS-PTN U'i/0)'(111IJ.o1V f ToJum lUI J
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karlllliaNya sehingga penyusunan presiding ini dapat selesai sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Prosiding ini berisi kumpulan makalah lengkap hasil-hasil penelitian dosen dan mahasiswa dari berbagai Un iversitas yang tergabung da lam Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri (BKS-PTN) Wi layah Barat Bidang llm u ll mu Pertanian, yang telah dipresentasikan melalui kegiatrul Seminar Nasional dan Rapat Tahunan Dekan di Pontianak tanggal 19 - 20 Maret 2013. Melalui penerbitan prosiding ini, diharapkan teljadi penyebarluasan informasi hasi l hasil penelitian perguruan tinggi serta sebagai upaya untuk meningkatkan peran dan kapasitas perguruan tinggi khu susnya dalam mendukllllg ketahanan pru1gru1 dan energy, baik dari aspek rekayasa proses, teknik budidaya, bioteknologi, pem uliaan, sosial ekonomi, dan lain sebagainya. Beberapa perbaikan di lakukan oleh tim editor terhadap makalah yang masuk, ini dilakukan hanya sebatas penyesuaian format, tanpa perubahan isinya, dimana isi merupakan tanggungjawab sepenuhnya penulis makalah. Begiru banyak makalah yang harus diedit oleh tim editor, sehingga memakan wakru yru1g cukup lama dan ketel itian dalam penyelesaian prosiding ini. Untuk itu, apabila masih terdapat kekurangan di dalam presiding ini rnohon dimakl umi. Makalah dikelompokkan dalam 7 bidang kajian, Agronomi, Tanah, Pemuliaan, Hama Penyakit Tanaman, Teknologi hasil Pertanian, Sosial Ekonomi Pertanian atau Agribisnis, dan Campuran (Lingkungan, Perikanan, Peternakan, Perencanaan Wi layah), yang dikelompokkan ke dalam 8 kelas seminar. lnti dari makalah ada lab berbagai informasi yang terkait denganlntegrated Farming yang dapat digunakan sebagai mjukan dalam upaya mendukuug ketahan pangan dan energi da lam sistem pertanian berkelanjutan. Pada kesempatan iu i kami ingin menyampaikan terimakasih sebesar besarnya kepada para penulis makalah, seksi seminar, tim editor, para sponsor, pimpinan Fakultas, dan khususnya kepada seksi prosiding serta semua semua pihak yang telab berpartisi pasi aktif sehingga prosiding ini dapat diselesaikan. Semoga selumh infom1asi, ilmu, dan teknologj yang terdapat di dalru11 prosiding ini dapat bennanfaat bagi seluntb stakeholder dan pengguna kbususnya dalam menduktlng ketahru1an pangan dan energi dalam sistem pertanian berkelanjutan, yang menjadi ntjuan akbir yang diharapkan sesuai dengan tema yang diangkat dalam seminar dan presiding ini. Pontianak, Maret 20 13 Kenta Tim,
Dr. lwru1 Sasli, SP., M.Si
Volume I
Ill
SAMBUTAN DEKAN
Al hamdulillah, puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, prosiding hasi l seminar ini dapat sampai kehadapan para pembaca. Thetna seminar adalah "lntegrated Fam1ing Menuju Ketahanan Pangan dan Energi dalam Sistem Pertanian Berkelanjutan". Pada seminar dan rapat tahunan para Dekan Fakultas Pertanian Badan Kerja Sama Bidaog llmu-l hnu Pertanian Wilayah Barat tahun 2013, panitia telah menyetujui lebih 200 judul hasil penelitian untuk dipresentasikan. Dengan judul yang cukup banyak dan bervariasi in i, maka prosiding has il seminar te lah dibagi menjadi dua volume publikasi. Banyakuya hasil penelitian yang dipresentasikan pada seminar kal i ini, menunjukkan tingkat produktivitas para peneliti yang ada pada Fakultas Pertanian dan yang serumpun yang terhimpun dalam Badan Kerja Sama llmu-llmu Pertanian Wilayah Barat da lam kurun satu tahun terakhir. Aktifnya para peneliti ini perlu diappres iasi mengingat hasil-hasil penelitian ini sangat penting dalam menunjang kemajuan pembangunan ban gsa. Ke depan peran aktif para peneliti perlu lebi h ditingkatkan lagi baik kuantitas maupun kualitas hasi l-hasi l penelitiannya, sehingga sumbangan pa ra peneliti untuk kemajuan pembangunan bangsa menjadi lebih baik dan dapat bermanfaat secara optimal. Atas kerja keras dan partisipasi para peneliti dan juga kepada panitia diucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga hasil-hasil penelitian yang clipubli kas ikan dalam prosicling ini dapat bem1anfaat sebesar-besamya untuk kemajuan ban gsa.
Pontianak, 19 Ma ret 2013. Dekan,
Dr. Jr. H. Sutannan Gafur, M.Sc.
NIP 19570505 198603 1002
:>t·min(lr Ntuit>nt1f ~/(In }{(lp(lt 7Qhmwn Dt>Jum /Jidang 1/mu-i/mu Pemmitm JJKS-PTN Wiloyull /Jmtlf Jtllum }QJJ
DAFTAR lSI KATA PENGANTAR TfM Ill
OAFTAR ISl
v
AGRONOMJ
I
PENGARUH JUMLAH POPULASI PERSATUAN LUASTERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKST PADJ SAWAH (ORYZA SATIVA L.) PADA LAHAN SAWAH MODJFTKASJ SRI Arman E.A.R, Elza Zuluy dan Nurbaiti
3
RESPON BIB IT KELAPA SAWIT (ELAEIS GUTNEENSIS JACQ) PADA BERBAGAI DOSlS PUPUK UREA DAN KASCLNG DI MAIN NURSERY M. Amru l Kboiri , Sukemi lndra Syaputra, Rico Putra Ginting 15 COMPOST LCC MUCUNABRACTEATAAND NPK TABLET FERTILIZER APPLICATION ON THEGROWTH OF OIL PALM SEEDLINGS ( ELAEIS GUlNEENSTS JACQ) TN THE MAIN NURSERY Gulat ME Ma nurung, Sampumo, M. Amrul Khoiri, Taufik Ristimoyo Rambe
25
UJl BERBAGAI DOSlS KOMPOS LIMBAH TATAL KARETTERHADAP PERTUMBUHAN BIB IT KARET (HEVEA BRASILIENSIS) ASAL OKULASI Sampoerno, Edison Anom, M.Amrul Khoiri, Katry Ali nda 36 KAJI TTNDAK APLJKASI TEKNOLOGT BUDJDAYA JAGUNG RENDAH PUPUK KIMJA Dl LA HAN KERTNG DAN PASANG SURUT SUMATERA SELATAN Munandar, Reni h Hayati dan Yakup Parto 45 PENGARUH JARAK SA LURAN DAN KOMPOS TERHADAP PERKEMBANGANJARTNGAN AERENCHYMA, PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PAD I SAWAH (ORYZA SATfVA L.) Kasli dan Annan Effendi AR
55
PEMBERJAN BERBAGAT DOS IS ABU BOILER PADA PEMBIBITAN KELAPA SAW IT (ELAEIS GUlNEENSIS JACQ) Dl PEMBIBITAN UTAMA (MAIN NURSERY) Ardian, M. Amrul KJ1oiri and Ardi Astianto 65 PENGARUH BERBAGAJ DOSTS PUPUK UREA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL DUA GENOTIPE TANAMAN GANDUM (Triticum aestivum L.) DI ALAHA N PANJANG KABUPATEN SOLOK Zulfadly Syarif, Syanti Afriani dan, Auzar Syarif 73
Volume I
v
UJI KOMPOS LIMBAH IKAN DAN PUPUKANORGANIK TERHADAP PERTUMB UHAN TANAMAN NILAM (POGESTEMON CABLIN. BENTH) 83 An is Tatik Maryani PERTUMB UHAN BEBERAPA VARlETAS KEDELA I (GLYCINE MAX (L.) MERRIL) DENGAN APLIKASI BERBAGAI SUMBER HARAN PADA LAHAN KERING Yaya Hasanah I, Asi l Barus dan Irma Afriyanti 91 APLIKASI KOMPOS SEBAGAI INPUT AWAL PADA TANAMAN JAGUNG MANIS UNTUK DUA KALI PENANAMAN Mumiati, Ira Nur Vidya Ningrurn, dan Ariffien Mansyoer 97 APLIKASI PUPUK ORGANIK PADA TAN AM AN CAISIM (BRASSICA CAMPESTRIS L. VAR CHINENSIS) UNTUK DUA KALI PENANAMAN Arnis En Yulia dan Murniati
I05
STUD I KOMPATIBILITAS GRAFTING BIBIT KARET (HEVEA BRASILIENSIS MUELL.ARG) KAKI TIGA DAR! BERBAGAI KLON M. Umar Harun, Erizal Sodikin, dan Erine Putri
113
OPTIMALISASI PEMANFAATAN LA HANKERING DENGAN PEMBERIAN KOMPOS PADA TANAMAN KEDELAI DALAM KONDISI CEKAMAN AIR
Ardiyan ingsih Puji Lestari I) Nerty Soverda dan Evita
123
POTENSI TUMBUHAN LIAR DI RAWA LEBAK SEBAGAI $UMBER PUPUK ORGANIK Siti Masreah Bernas
135
RESPON PERTUMBUHAN BIB IT KELAPA SAW IT PADA TANAH GAM BUT DENGAN PEMBERIAN MIKROORGANISME SELULOLITIK DAN PUPUK ANORGAN IK DOSIS RENDAH Gusmawartati dan Wardati 14 1 RESPON TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBER! AN PUP UK BIOORGAN IK PADA LA HANKERING MASAM Endrian i
147
PENGARUH PEMBER IAN PUPUK CA LR TERH ADAP PERTUMBUHAN RUM PUT GAJAH TAIWAN (PENN ISETUM PURPUREUM SCHUMACH) Muhakka, A. Napoleon dan Tukijan 16 1 PERTUMB UHAN DAN HASIL PAD! GOGO PADA ULTISOL YANG DIPUPUK DENGAN KOMPOS DIPERKAYA PUPUK HAYAT! Nuni Go far, dan Mars i 169 PENGUJlAN BEBERAPA FORMULAS! TRICOAZOLLA TERHADAP PERTUMBUHAN BIB IT KELAPA SAW IT Dl PRE-NURSERY VI
Volume I
St!mimll' NMiOtUII
Cecep ljang Wahyudi , Nelvia dan Fifi Puspita
181
EVALUASI PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI LOKAL PASANG SURUT DARJ TAN AM AN INDUK DAN RATUN Mepegau dan Asrizal Paiman
187
PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT (LYCOPERSICUM ESCU LENTUM MILL) TERHADAP BEBERAPA JENIS MULSA ORGANIK Evita 191 PENGARUH TAKARAN PU PUK N DAN JARAK TANAM KACANG TANAH DALAM POLA TANAM T UMPANGSARI DENGAN RUMPUT BENGGALA TERHADAP PRODUKSI DAN K UA LITAS HIJAUAN Erizal Sodikin dan Yakup 199 UJI EFEKTIVITAS MIKORIZA DARJ TANAH YANG TERC EMAR SENYAWA HTDROKARBON AROMATIK POUSIKLIK PADA BIBIT KARET Margarettha, SLUyanto dan E. Kartika 211 APLIKAS I KOMPOS DARJ LIMBAH INDUSTRI PERKEBUNAN TERHADAP PERTUMB UHAN DAN PROD UKSI TEMBAKA U DELI DI KEBUN KLUMPANG PTP. NUSANTARA II Erwin dan Tengku Sabrina
2 19
PERUBAHAN BEBERAPA KARAKTER FISIOLOGI TANAMAN CABAl (CAPSICUM ANNUM L.) MERAH AKI BAT C EKAMAN GENANGAN 229 Susilawati, R.A. S uwignyo, Munandar dan M. Hasmeda PERTUMBUHAN DAN HASIL KAJLAN (BRASSICA OLERACEAE L.) PADA TANAH GAMBUT DENGAN PEMBERlAN DOS IS KAPUR YANG BERBEDA Endang Danna Setiaty
239
HASILKEDELAI PADAAPLIKASI VERMIKOMPOS DAN ROC K PHOSPHATE Hapsoh, Meiriani , dan Andika Wardana
247
OPTIMALISASI PRODUKSI KEDELAI (GLYSINE MAX (L) MERRIL) PADA KEBUN KELAPA SAWIT Dl LAHAN GAM BUT DENGAN APLIKAS I BEBERAPA KOMPOSISI PUPUK DAN PEMBENAH TANAH Armaini, Erli da Ariani , SriYoseva,Ed ison Anom 253 RESPONTANAMAN PAD! TERHADAPPEMVPU KAN N, P, K DAN KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWHT PADA TANAH GAMBUT Nelvia l , A I Ikhsan Amri , Levina Nata lia Sianruri 261 PEMBERIAN PVPUK HAYAT! PADA POLA TAN AM TUMPANGSARI JAG UNG D EN GAN K ED ELAI Dl LAHAN PASANG SURUT
Volume I
VII
SCminar Nasr<>mll dtm /((Jpol J(lium<m JJck<m JJid(JIIg Jltmt·ilmll PcrttmitmiJKS·/1 1N JVi/(ly(Jh /Jar(IIJiJhun l OJJ
lin Siti Aminah, Dedik Budianta, Yakup Parto, Munandar, Erizal
269
UJI EFEKTIVITAS FUNGI MlKORlZAARBUSKULA TERHADAPTAKARAN PUPUK UNTUK TANAMAN LIDAH BUAYA Dl LAHAN GAMBUT 279 Dwi Zulfira dan Maulidi RESPON TANAMAN LIDAH BUAYA TERHADAP APLJKAS I ABU SEBUK GERGAJ I Dl LAHAN GAMBUT Siti Hadijah
29 1
PENGARUH PEMANGKASAN AKAR BIB IT DAN PEMUPUKAN TEMBAGA TERHADAP PERTUMBUHAN AKAR DAN HASIL LIDAH BUAYA DI LA HAN GAM BUT Dini Anggorowati \ EFEKTIYITAS FUNGI PELARUT FOSFAT DAN RHIZOBIUM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI GENOTIPEGENOT IPE HARAPAN KEDELAI Abimanyu D. Nusantara*), Rr. Yudhy Harini Benham, dan Heru Widiyono PENGGUNAAN PUPUK BIOLOGIS DALAM BUDIDAYA TANAMAN MELON (CUCUM IS MELO L.) Dl DAERAH DATARAN RENDAH SUMATERA SELATAN M. Am mar, A. Kurnianingsih danS. Mirachel
30 1
3 1I
32 1
UJICOBA BUDIDAYA CABAl ORGANIK Dl LAHAN PES!S IR BENGKULU Rr. Yudhy Harini Bertham, Merakati Handajaningsih, 33 1 Dwi Wahyun i Ganefianti RES PONS TANAMAN PAD I GOGO (ORYZA SATIVA L.) TERHADAP STRESS AIR DAN TNOKULASI MIKORIZA Adiwim1an, Syofiatin Syamsiyah, Harmastini Sukiman
339
PENGARUH PUPUK ORGANIK DAN ANORGAN IK PADA EMPAT GENOTTF TANAMAN JAGUNG (ZEA MAYS L) TERHADAP KOMPOSISI GULMA DOM INAN DILAHAN KERING MARG INAL Yemelis Syawal, Nusyinvan dan Mukh lis 353 APLIKAS I TEKNOLOGI PRODUKSI KARETTHAILAND DALAM RANGKA MENINGKATKAN PRODUKT!FITAS KARET RAKYAT Dl PROV!NSI JAMB! YO Armando dan Asrizal Paiman
369
UJI KERAGAMAN GENETIK BEBERAPAAKSESI KACANG TANAH (ARACHIS HYPOGEAE L.) DAR! KAWASAN TARUTUNG Luthfi Aziz Mahmud Siregar, T.M. Hanafiah Oelim, Isman Nuryadi dan Wintan Octavia S iaun1ri
373
RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (ALLIUM VIII
Vol ume I
St!mimll' NMiOtUII
llmu~ilmu
Ptrtoni(m JJKS-PTN ff'iloyah /J.ar(ll J(llum }()I J
ASCALON ICUM L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT DAN PUPUK KCL Meiriani, Ferry Sitepu dan Natanael Simanj untak
383
PEMANFAATAN ABU SERB UK GERGAJI SEBAGAI BA HAN AMELIORAN DI LAHAN GAMBUT D AN PUP UK ·GUANO TERHA DAP SIFAT AGRONOMIS DAN PRODUKSI PADI GOGO Jumawaty Sjofjan, Husna Yetti, Wardati 391 PENGARUH PEMBERlAN PUPUK KOMPOS DAN PUPUK NPK TERHADAP PO PULA$! BAKTERI TANA H DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays sacharata Sturt) PADA ULTISOL 40 I Siti Nurul A idi l Fitri, Abdul Madj id Rohim , Yuliza Ariani R ES PON DAN EFISIEN$1 PUPUK KALIUM (K) PADA BEBERAPA GALUR KEDELA I (GLYCfNE MAX L. MERRILL) ldwar, As lim Rasyad Dru1 Yusri Asmira
409
PENGARUH KOMPOSIS! MED IUM TAN AM DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN MAWA R 422 Fetmi Sil vina, Erlida Ariani, Nov ilia R ES PONS PERTUMB UHAN DAN PRODUK$1 BAWANG MERAH (ALLI UM ASCALONl CUM L.) TERHA DA P PEMBERIAN KOMPOS TANDAN KOSONG KELA PA SAWIT DAN PUPUK KCL Meiriani, Ferry Sitepu dan Natru1ael Simanj untak
429
PENGARUH JENIS DAN KONSENTRA$1 EKSTRAK BUAH TERHADAP PERTUMBUHAN ANGG REK SECARA IN VITRO Wamita, Yulmira Yanti dan Endah lka Wartini
445
ILMU TANAH EVA LUA$1 KESESUAIAN LAHAN RAWA PADA PADI SAWAH LEBAK Dl KABUPATEN M UA RO JAM B!, JAMB I M. Syarif
453
455
KAJIAN SIKLUS HARA DAN STAT IUS KESVB UR AN TANAH DENGAN PEMBERIAN BIOCHAR PADA KEB UN KARET RAKYAT DI SUMATRA BA RAT Hem1ansah, Reni Mayemi , Aprisal Yu lnafatrunawita, lrwan and 467 Toshiyuki Wakatsuki KAJIAN POTEN$1 PEMASUKAN DAN PEMBUANGANA!R DALAM UPAYA PERBAJKAN JARINGAN GUNA MENDUKUNG PENINGKATAN INDEK PERTANAMAN Dl LA HAN RAWA PASANG SU RUT DELTA TELANG II SUMATERA S.ELATAN Momon Sodik lmanudin , Robiyanto H. Susanto, Ngudiantoro 483 KEMANTAPAN AGREGAT ANDISOL DAN HASlL TANAMAN KENTANG Volume I
IX
.Wmin
AKIBAT PEMBERIAN BIOORGANIC SOIL TREATMENT (BIOST) Zurhalena
497
DINAMIKA CADANGAN KARBON TANAH PADA LAHAN PERKEBUNAN KARET RAKYAT Dl DAS BATANG BUNGO Sunarti, Yudhi Achnopha, dan Refliaty
505
KAJIAN SIFAT KIMIAANDISOL FORMA$! GUNUNG MASURAI DAN GUNUNG KERINCI PROVIN$1 JAMB! Ajidirman Dan Wiskandar
513
PENCUCIAN SENYAWAORGANIK TERLARUT PADA TIGAASAL TANAH GAMBUTYANG DIBERI BEBERAPA TAKARAN KALSIT Rosmimi, Wawan, dan Hadi Sukron 519 WAKTU INKUBA$1ARANG HAYATI (B IOCHAR) DAN EFEKNYA TERHADAP KARBON ORGANIK Arsyad, AR, Yulfita Fami dan Heri Junedi
527
PENGELOLAAN KAWASAN BERKELANJUTAN Ralunawaty, Abdul Rauf, dan Tel!y Pryska H
533
KARAKTERISTIK DAERAH ALI RAN SUNGAI MERUPAKAN FAKTOR UTAMA DALAM PENGELOLAAN DAS ANTOKAN, SUMATERA BARAT Bujang Rusmru1 545 PERUBAHAN SIFAT-SIFAT KIMIA TANAH DAN HASIL KEDELAI AKIBAT PEMBERIAN CACING TANAH DAN BAHAN ORGANIK PADA TANAH TERKOMPAK$1 Sufardi, Manfarizah, dan Marzuki 555 HUBUNGAN ANTARA KEMIR.INGAN LERENG TERHADAP PRODUKSI TANAMAN CABAl (CAPSICUM ANNUM L.) Dl DESA TANJUNG BARU KECAMATAN INDRALAYA UTARA KABUPATEN OGAN ILIR Dwi Probowati Sulisriyani 57 1 PENGELOLAAN TERPADU KAWASAN BUDIDAYA BERBASIS PENGELOLAAN DAS Abdul Rauf, Rahmawaty, Yayat Hidayat dan Luhut Sihombing
58 1
ANALISIS FAKTOR PEMBATAS FISIK PADA LAHAN BERSOLUM T IP!$ DAN KESESUAIANNYA UNTUK KEBERLANJUTAN USAHA PERTAN IAN TERPADU Sandi Hermawan, Syamsu Nur Mu in, Dodi Hardiansyah dan Rian Ferry Andreas
593
APLIKASI SIG VNTUK PR£DlKSl DAN PEMETAAN EROS! DI DAS SATANG BUNGO
X
Volume I
Stmitrar N
Mohd. Zuhdi, Sunarti, dan Endriani
603
MODEL PENGENDALIAN DINAMliKA MUKAAJR TANAH PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT UNTUK PENfNGKATAN INDEKS PERTANAMAN Ngudiantoro, Rob iyanto H. Susanto, Momon Sodik lmanudin
6 15
PENGARUH POLA PENGOLAHAN TANAHDAN PUPUK KANDANG TERHADAP BEBERAPA SIFAT FISIK TANAH ULTISOL DAN PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN KACANG TANAH (ARACHIS HYPOGEA L) Parlindungan Lumbanraja 629 KUALITAS JAMUR MERANG DAN KUALITAS KOMPOS TKKS BEKAS MEDIA TUMBUH JAMUR MERANG Budiyanto, Hasan udin, Setiyo Mariaji
639
KARAKTERISTIK FISIKA TANAH BERLIAT PADA SEQUENCE TOPOGRAFI D l DAERAH TROPIS BASAH BUKlT SARASAH SUMBAR Yulnafatmawita I, ArifFanna dan Hennansah 649 POTENSI EKTOMIKORIZA PADA BEBERAPA TEGAKAN TANAMAN TAHUNAN Dl KECAMATAN KOBA KABUPATEN BANGKA TENGAH 657 Adipati Napo leon, Dwi Probowaati S, Prihatini PI POTENSI B IOCHAR SEKAM PAD I DALAM MEMPERBAIKI SIFAT TANAH, PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PAD I (ORYZA SATIVA L.) Dl TANAH SULFAT MASAM Agusalim MasuliJj
667
POTENS I TRICHODERMA SPP. SEBAGA I DEKOMPOSER PADA PENGOMPOSAN ERASAH TANAMAN KEHUTANAN D l LfNGKUNGAN MASYARAKAT M. Mardhiansyah
675
PENGENDALIAN MUKA AfR TANAH PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT UNTUK PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN Momon Sodik lmanudin, Ngudiantoro , and Robiyanto H. Susanto
683
REKAYASA S ISTEMJARINGAN TATAA!R LAHAN RAWA PASANG SURUT UNTUK BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG Ngudiantoro, Robiyanto H. Susanto, Momon Sodik hnanudin 697 POPVLAS! , B!OMASSA DAN KEANEKARAGAMAN CACINO TANAH PADA BEKAS LA HAN A LANG-A LANG (JMPERATA CYLINDRICAL. ) YANG DIPERLAKVKAN TANPA OLAH TANAH Ainin Niswati, Ni Nyoman Liong Hanun Sari dan HellJie Buchari
707 KONSTRUKSI MODEL PERTANlAN tvlASYARAKAT RASAU
Volume I
XI
Si:minor NtJ$tOntrl dtm Rapot ]Oittm(m Dcklw JJid(mg /lmtt·ilmll Pi:rt(mtcm 8KS· P1N
llli/(~\tJh
Dar(lt '/Qhun 20/J
JAYA DI LA HAN GAMBUT F. B. Arief, $. W. Atmojo,W.S. Dewi danS. Sagiman
719
APLJKA$1 BAKTERI AZOTOBACTER DAN HIJAUAN MUCUNA BRACTEATA PADA PENGOMPOSAN TANDAN KOSONG KELAPA SAW IT T. Sabrina, Zoe! Hani Hasibuan, dan Marian i Br. Sembiring. 719 KARAKTERISTIK FISIK LA HAN AKIBAT ALLH FUNGSI LAHAN HUTAN RAWA GAMBUT Rossie Wiedya Nusantara, S udam1adji, Tjut S. Djohan, Eko Haryono
739
KEMAMPUAN MELARUTKAN FOSPAT DAN MENGHASILKAN F ITOHORMON BAKTERI ENDOFIT INDIGENUS BAWANG MERAH Zurai Resti, Trimurti Habazar, Deddi Prima Putra and Nasrun
755
PENGARUH KOMPOS DAR! LJMBAH PADAT INDUSTRI PERKEBUNAN TERHADAP KIM lA TANAH DI KEBUN TEMBAKAU DELI Envin dan Tengku Sabrina 761 SELEKSI BAKTERI PENAMBAT NITROGEN (AZOSPIRILLUM DAN AZOTOBACTER) ASAL RHIZOSFER TANAMAN BUDIDAYA DI LA HAN LEBAK UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN TANAMAN PAD! Neni Marl ina, Si lviana, dan Nuni Gofar 769
EROST TANAH PADA SISTEM USAHATANl KONSERVAST Dl LAHAN MARJINAL ARIPAN DTA SINGKARAK Aprisa l, Bujang Rusman dan Refdinal
78 1
PEMANFAATAN ABU BATUBARA DAN KOMPOS TERHADAP KETERSEDIAAN HARAN , PDAN K SERTA PRODUKSI TANAMAN KANGKUNG DARAT ( IPOMOEA REPTANS POIR) PADA ULTISOL Dedik Budianta, M.Edi Am1anto dan Kumia Lisania 789 PROTEKSI TANAMAN EFIKA$1 TRICHOGRAMMA JAPONICUM ASHMEAD (HYMENOPTERA: TRICHOGRAMMAT IDAE) DALAM PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PAD! Wi lyus, Fuad Nurdiansyah, Asn i Johari, Siti Herlinda, Chandra lrsan, Yulia Pujiastuti
803
POTENSI BEAU VERlA BASS IAN A VUILLEMTN LOKAL DALAM MENGENDALIKAN HAMA BRONTISPA LONG ISS IMAGESTRO ( COLEOPTERA:CHRYSOMEUDAE) PADA TANAMAN KELAPA Desita Salbiah dan Sutra
813
lDENTIFIKASl JAMUR PATOGEN PADAPERTANAMAN
xii
Volume I
St·mi,I(Jr N11al ~/(Ill J
Dcka~r
Bidtmg /lmu.i/mu Pc.rumi<m JJKS·PTN Wii<Jj'(lll Jklral }(l}um 2QJ J
KACANG TANAH Dl SUMATERA BARAT UNTUK PENGENDALIAN TERPADU HAMA PENGGEREK POLONG Reflina ldon, Hasmiandy Hamid, Trizelia
821
BIOLOGI HAMA KUTU TEPUNG PUTIH. PARACOCCUS MARG INATUS (WILLIAM AND GRANARA DE WILLINK, 1992) (HOMOPTERA: PSEVDOCOCCIDAE) YANG MENYERANG TANAMAN PEPAYA (CAR ICA PAPAYA LINN) 831 Rusli Rustam, Radith Mahatma,Rinryasning Maya Sari KESESUA IAN BAHAN TAMBAHAN DALAM FORMULAS! INSEKTISIDA NABATI DAN PERSISTENSI FORMULAS! PADA PENGUJIAN SEMI LAPANGAN Dadang dan Heni Kartin i
845
TOKSIS ITAS BIOINSEKTISIDA BERBASIS BACILLUS THURING IENSIS ASAL TANAH OGAN ILIR SUMATERA SELATAN TERHADAP PLUTELLA XYLOSTELLA (LEPIDOPTERA: PLUTELLIDAE) Yulia Pujiastuti 857 SKRINING JAM UR BEAUVERIA BASSIANA SEBAGAI AGENSIA PENGENDALI HAYAT I HAMA PENCUCUK BUAH KAKAO HELOPELTIS SPP. Purnomo, Yuyun Fitriana, Yul Yanti, Nur Yasin, & Sudi Pramono
864
DAYA PARASITASI COTESIA FLAVIPES CAM. (HYMENOPTERA: BRACONIDAE) PADA PENGGEREK SATANG TEBU BERGARIS (CHILO SACCHARJPHAGUS BOJ.) (LEPIDOPTERA: PYRALIDAE) DI LABORATORIVM Susanti Oktaviana Simanjuntak, Maryan i Cyccu Tobing dan Danna Bakti
873
DISTRIBUSI ODONATA BERAZASKAN KEARIFAN LOKAL DENGAN SISTEM MINA PAD! Dl DESA MAN IK RAM BUNG, SUMATERA UTARA Ameilia Zuliyanti Siregar 883 PENGARUH WAKTU APLIKA$1 HERBISIDA CAMPURAN ATRAZINA DAN MESOTRIONA TERHADAP PERTUMBUHAN GULMA PADA TANAMAN JAGUNG Hasanuddin, Gina Erida, dan Saifullah 895 KERAGAMAN BENALU PADA TANAMAN BUA H-BUAHAN DI KOTA PONTIANAK KALIMANTAN BARAT Supriyanto
90 1
PEMANFAATAN GULMA SEBAGAI TANAMAN OBAT OLEH MASYARAKAT OJ KELURAHAN SVKARAJA, KABUPATEN SELVMA, BENGKULU Erl ina Yuniarti, Steffanie Nurliana, dan Nanik Setyowati 91 I
Volume I
XII I
FORMULAS! BAC£LLUS SP SEBAGAT ANTIMIKROBA DAN PUPUK ORGANJK Fi:fi Puspita, Fajar Resruhadi, da n Delita Zul 92 1 PEN API SAN KEMAMPUAN ISOLAT RHfZOBAKTERlA !NDIGENUS DALAM MENlNGKATKAN KETAHANAN TANAMAN CABAl TERHADAP PENYAKIT VIRUS DAUN KUNrNG KERJTrNG Jumsu Trisno, Trimurti Haba:zar, Jamsari, Sri Hendrastuti Hidayat
93 1
PENGUJlAN LAMA PENYIMPANAN TRJCHODERMA VIRIDE YANG DIFORMULASI DALAM BENTUK TEPUNG UNTUK PENGENDALIAN PENYAKJT LAYU FUSARJUM YANG DISEBABKAN OLEH FUSARIUM OXYSPORUM F.SP CUBENSE PADA BIBJT PISANG Nurbailis, Martinius, Eri Sulyanti dan Dedi bardi 945 VARIABILITY OF RHlZOBACTERJA fNDlGENOUS OF EUCALYPTUS Sulhaswardi, T. Haba:zar, Ujang Khairui,Nasu:un, Y. Yanti 955 PEMANFAATAN ALANG-ALANG SEBAGAJ BAHAN DASAR BIOFUNGJSJDA DENGAN PE.RLAKUAN BERBAGAI LAMA PENYlMPANAN UNTUK MENGENDAUKAN JAMUR GANODERMA BONlNENSE PAT SECARA fN VITRO Yetti Elfina. S, Erlida Arian i , Yunel Ven ita, Ria Marvihayani 96 1 POTENSI CENDAWAN ENOOFIT ASAL P!SANG BARANGAN UNTUK MENGENDALIKAN NEMATODA RAOOPHOLUS SIMlLIS SECARA lN-VITRO Lisnawita, Ahmad Ra:fiq i Tantawi, Mukhtar llskandar Pinem, Da1ma Bakti, dan Syahrial Oemry 975 THE ANTAGONIST ABILITY OF TRICHODERMA SP. AGA INST SOME PATHOGENIC FUNGUS IN VITRO Fitri Susanti, Alfi:zar dan Martina
983
KEMAMPUAN ANTAGONIS TRJCHODERMA SP TERHADAP BEBERAPA CENDAWAN PATOGEN IN VITRO Alfizar, Martina, Fitri Susanti
99 1
EFFECT OF D!FFERENTTIMEOF RICE BRAN COMPOSTED BY TRICHODERMA SP ON SCLEROTIUM ROOT ROT ON GROUNDNUT lslah Hayati and R. lrwansyah
999
ISOLASI DAN EKSPLORAS! JAMUR ENDOFITTANAMAN KARET (HEVEA BRASLLLIENSIS MUELL.ARG) Syamsafirri dan Hasanuddin
1003
KOMPATIB!LITAS CENDAWAN ENTOMOPATOGEN Beauveria bassiana DAN MrNYAK SERA! WANG ! UNTUK PENGELOLAAN TERPADU HAMA Crocidolomia pavonana PADA SAYURAN ORGANIK Trizelia* dan Rusdi Rusli* 1013 XIV
Volume I
:}(•miii(Jr N(IJional dtm RapM1i11111ntm D«ktm Bidang Jlmu.ifmu PcrUmi(m JJKS-PTN Ul/0)'(111 IJ.o1Vf ToJum .JQJ J
fNTRODUKSI FORMULA ISOLAT BAKTERI ENDOFIT INDIGENUS PADA TANAMAN BAWANG MERAH UNTUK PENGENDALIAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI (Xanthomonas axonopodis pv. allii) Yulmira Yanti, Zurai Resti , dan MLtnzir Busniah 1025 KAJIAN SERANGAN HAMA WERENG SATANG COKLAT DAN KEBERADAAN MUSUH ALAMINYA Dl SUMATERA UTARA PADA MUSIM TANAM20 12 Munzir Busniah, Auzar Syarif, dan Yu lmira Yanti 1037
Volume I
XV
Semin(U' NM'iOntll -.ktm Bidtmg 1/mu-i/nm JYmani<m BKS-PTN Wi/ayull BurM f(l)um }Q} J
KARAKTERISTIK F ISIK LAHAN AKIBAT ALm FUNGSI LAHAN HUTAN RA WA GAMBUT (Physical chttrac feristic ofpeatland~ as ejj"ecr land use change ojpeat swam forest) Rossie Wiedya Nusantara*, Sudarmadj i**, Tju t S. Djohan***, Eko Ha r yono** (•Fapena Uman, •• Fakullas Geografi UGM. ••• Fakultas Biologi UGM)
ABSTRACT The aim of this study is to investigate physical characteristic of peatlands and peat soils at five land use types (primary peat swam forest-HP, secondary peat forest-HS, sbrub-SB, oi l palro-KS, cornfield-KJ), such as ground water table, depth of peat soi l, thickness of peat composition, depth of organic material (humus), bulk density-BD, porosity and soil water content as effect of land use change . This study was conductend at peatland in Rasau Jaya- West Kalimantan Province. Resu lt of the study show that at HP and HS have deeper ground water table, deeper depth of peat soils, soil maturity level varies with thinner depth of peat composition, organic material oo forest floor than at KS and KJ. Result of phsical properties of peat soils show that at KJ have higher BD, KS have higher prosity and KS and KJ have shallower so il water content than at HP or HS. The differences is caused the contruction of drainage canals causing an excessive loss of water, prior to reclamation activities may result in the drop of depth of ground water table. This will generally to fo llowed by an i.ncrease in tbe rate of peat decomposition and changes in the phys ical properties of peat.
Key word~: physical charac/erisfic 1?( peat/and~ and peat soils. land use change. reclamation. drainage, peat decomposition
PENDAHULUAN Total area laban gambut di Indonesia sekitar 27 juta ha, penyebaran terbesar terdapat di Sumatra, Kalimantan dan Papua dan hanya sedikit di Jawa, Halmahera dan Sulawesi (Rieley ef a!., 1997). Di Indonesia sekitar 3, 72 juta ha (18% dari total lahan gambut) telah dibuka dan diolah (S ilvius dan Giesen, 1996) dan sedikitnya sekitar 500.000 ha telah diubah menjadi laban pertanian (Notohadiprawiro, 1996). Hutan rawa gambut mentpakan salah satu tipe laban basal1 yang pa ling terancam keberadaannya di Indonesia karena mendapat tekanan dari berbagai aktivitas manusia. Al ih fungsi butan atau konversi hutan tersebut menjadi lahan pertanian, perkebunan dan hutan produksi dapat mengancam keberadaan hutan rawa gambut a lam.i. Dampak kemsakan hutan rawa gambut ini berkotJtribusi sangat besar terhadap lingkungan benapa tingginya kehilangan karbon (C) tanah dan besarnya jumlah C yang dilepaskan ke atmosfer, terjadi kekeringan di musim kemarau atau banjir pada musim hujan karena hilangnya fungsi gambut sebagai reservoir air tawar (Page dan Rieley, L998).
Volume I
739
Seminar NtJ$t()mtl
Menurut Hardjowigeno ( 1986) gam.but terbentuk dari timbunan sisa-sisa tanaman yang mati, baik yang sudah lapuk mauptm belum. Gambut terbentuk sebagai basil dari proses keseimbangan yang mana kecepatan akumulasi bahan organik lebih cepat daripada kecepatan dekomposisinya (Adji et a./, 2005). Akumulasi terus bertambah kerena proses dekomposisi terhambat oleh kondisi aoaerob. Pembentukan tana.b gambut merupakan proses geogeoik, yaitu perobentukan tanah yang disebabkan o le h proses deposisi dan transportasi (Hardjowigeno, 1986) Alib fungsi butan rawa gambut menjadi laban pertanian roeocakup kegiatan : (I) pembuatan drainase untuk mengurangi kejenuhan air dan pengendalian muka air tanah (water table); (2) pembukaan lahan (land clearing) ben•pa penebangan pohon dan penebasan sernak, pembakaran untuk menghilangkan vegetasi yang ditebang dan menghasilkan abu yaug dapat memperbaiki kesuburan tanab, dan penyiapau lahan untuk pe11anaman (Andriesse, 1988; Radjagukguk, 2000; Limpens et al., 2008; Rieley dan Page, 2008; Saurette eta!., 2008; Page eta/. , 2009; Baldock, 2007). Aktivitas reklamasi dengan pembuatan drainase, penyebab kehilangan air tanah secara cepat, menghasi lkan muka air taoah (ground water table) semaki n dalam pada tanah gambut. Keadaau ini diikuti dengan meningkatoya kecepatan dekomposisi gambut. Kerusakau lahao gambut terbesar terjadi melalui drainase dalam dan pembakaran tak terkendali (A11dreisse, 1988). Drainase dalam dapat menyebabkan menurunnya muka air tanah . Keadaan ini dapat mengakibatkan : (I) perubahan ekosistem aJami dari kondisi anaerobik menjadi aerobik, akibatnya oksidasi biologis atau mineralisasi bahan-bahan organ ik dan emisi C02 tanah; (2)
terjadi pengeringan yang berlebihan pada musim kemarau dengau gejala kering tak balik (irreversible d1ying) sehingga tidak mampu menyerap nutrien dan menahan air; (3) pemadatan (compaction) taoab gambut; (4) terjadinya penumoan muka tanah (subsidence) (Jauhiainen et a/. , 200 I; Handayani dan van Noordwijk, 2007; Hooijer et a/., 20 I0 ; Agus et a/., 2007; Radjagukguk, 2000; Andrei sse, 1988). Pembakaran lahan, sebagai suatu bentuk oksidasi yang dipercepat, dapat mengakibatkan: (I) ili langnya bahan organik taoah gambut; (2) peningkataJJ aliran nutrien taoab kareoa meningkatnya dekomposisi gambut; (3) peningkatan emis i C02 tanah ke atmosfrr (Andriesse 1988; Radjagukguk 2000). Menumt McCormick et a/. (20 II ) segala upaya pengusikan terbadap tanah dan sistem hidrologi lahan gambm dapat menyebabkan pembahan sifat fisik dan kimia tanah gambut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mernpelajari karakteristik fisik lahan dan tanah gambut pada setiap tipe lahan, :meliputi tinggi muka air tanah, jeluk tanah gambut, ketebalao tingkat kematanga11 tanah, tinggi baban organik (humus) dan BD, porositas dan kadar air tanah akibat a lib fungsi hutan rawa gambut.
BARAN DAN METODE Pene litian ini dilaksanakan laban gambut Kabupaten Kubu Raya, dengan 5 (lima) tipe penggunaan lahan gambut : hutan rawa gambut primer (HP); hutan gambut sekunder (HS); kebun kelapa sawit (KS); semak belukar (SB); kebun jagung (KJ). Peta lokasi penelitian dapat di lihat pada Gam bar I. Anal isis sam pe l
740
Volume I
tanah gaml.>ut dianalisis di laboratori um berupa sifat fisik di Laboratorium Fisika Tanah di Un iversitas Tanj ungpura Pontianak.
~-:.._------:;j'-L---'"'---------::>-'
nakan metode survey. Kegiatankegiatannya meliputi: (I) pengamatan dan pengukuran di lapangan; (2) pengambilan sampel tanah gambut. Pengamatan yang dilakukan meliputi : kondisi lingkungan fisik, kerapatan dan dominansi vegetasi. Pengukuran di lapangan berupa tinggi muka air tanah, jeluk tanah gambut dan ketebalan tingkat kematangan tanah dan tinggi bahan organik pada lima (5) tipe lahan. Pengukuran tinggi muka air tanah dari permukaan tanah hingga permukaan air tanah dengan menggunakan meteran. Pengukuran tinggi baban organik (humus) dari pennukaan atas lantai hutan atau tanah hingga permukaan atas tanah gambut padat dengan meogguoaaukan meteran. Jeluk dan ketebalan tingkat kematangan tanah diketahui dengan menggunakan bor gambut dan diukur dengan meteran secara berra hap setiap 50 em bingga meneapai lapisan tanah mineral dimana wama tanah Ielah berwarna putih atau putih keabu-abuan. Tingkat kematangan tanah dari tanah gambut yang telah dibor tersebut diketahui dengan metode Von Vost, earanya yaitu dengan mengambil segenggam, kernudian tanah tersebut di-peras dengan telapak tangan secara perlahan-laban. Pengambilan sampel tanah garnbut pada lima tipe lahan dengan mencuplik sampel secara aeak distratifikasi (stratified random sampling), yaitu pemilihan sampel dengan cara membagi populasi ke dalam kelompok yang relatif homogen yairn berdasarkan tingkat kemataogao atau dekomposisi tanah gambut (fil>rik, hemik, saprik), kemudian sampel diambil secara aeak dari tiap strata tersebut, sebanyak lima ulangan. Sebaran titik sampel tersebut pada pusat disrribusi, yang berada pada tengah-tengah kawasan lokasi kajian. Pengambilan cuplikan dari satu titik ke titik lainnya pada tipe penutupan butan secara aeak pada pusat distribusi, sedangkru1 pada tipe lahan lainnya meugikuti pola pergerakan zig zag. Pencuplikan tanah deogan memasukkan bor gambut sampai menyenn.h tanah mineral. Bor gambut dikeluarkan kemudian dipilah-pilah menurut tingkat kematangan gambut (saprik, bemik dan fibrik). Sampel tanah dimasukkan ke dalam PVC, dengan diameter 5 em dan panjang 50 em dan telal1 diberi kode. Sampel tanab ini untuk analisis parameter berat isi (bulk density-BD), porositas dan kadar air. Jum.la!J sampel sebanyak 68, seharusnya 75 sampel, karena pada
Volume I
741
SCminar Nasr<>mll dtm /((Jpol J(lium<m JJck<m JJid(JIIg Jltmt·ilmll PcrttmitmiJKS·/1 1N JVi/(ly(Jh /Jar(IIJiJhun lOJJ
tipe lahan HS dan SB, pada ulangan tertentn, tingkat kematangannya tidak lengkap. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi karakterisik fisik Ia han, meliputi ; ti11ggi muka air ta11ah, jeluk tanah gambut dan ketebalan tingkat kematangan tanah dan sifai fisik tanah, sebagai data tambahan, meliputi ; berat isi (bulk density-BD), porositas dan kadar air tanah. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan fisik laban, berupa: tinggi muka air ta11ah, jeluk tanab gambut, ketebalan tingkat kematangan tanah dan tinggi bahan organik pada lima tipe lahan dapat dilihat pada Tabel I s.d 5 dan Gambar 2, berikut ini. Tabel I Kondisi fisi k lahan pada tipe hutan rawa gambut primer (HP) lnfonnMi lahnn Titik koordi.nat
Tinsg.i muka air 1anah Jcluk ranah gambut Profil kcmalangan gambut (em) (Saprik (S): Hcmik (H); f ibrik (F)}
Tinggi bahan organjk di la~tta. i
s = 00611.323
E = 109°49.618 49 Clll
420 Clll S:0-30 11:30-10() F:I 00-150 11:150-2 15 F:215-255 H:255-350 1':350-400 H:400-420
IO.Scm
Nomor titik S:lmpcl 3
2
5
4
S = Oifll .355 F. = 109'49.574
5 = 00611 .313 E= 109'<9.539
s - 003 11.32?
45cm 500 C lll S: 0 - 20 II: 20 - 370 F:370-500
53 em 500 CLU S: 0 - 30 H: 30-120 F:1 20-135 H:l35-200 F: 200·330 H: 330-350 F: 350-400 H: 400-450 F: 450-500
48 em
7.5cm
24 CLU
20 cm
s = oo'u.2s1
E = 109"49.456 41 em 600cm S:0-20 H:20-1 35 F:l35-1 50 H:l50-200 F:200-250 H:250-270 F:270-350 H:350-40<) F:400-440 H:440-480 F:480·600
f. = I 09'49.485
516cm S:0-38 1-1:38-132 F:132-142 H: 142-190 F: 190-256 H:256-295 f-:295-41 8 1-1:418-516
9cm
lnuan
Kondisi fisik lahan tcrtentu (saluron drainasc)
Saluran sckundet• sckitar/sepanjangjalan menuju HP: L a 310 cm, linggi mub a ir sa luran = I 00 em
(S umber: Hasil pengamatan di lapangan, 20 12) Kcterangan: I s.d. 5 = titik pengamatan sebagai ulangan
Tabel 2 Kondisi fisik lahan pada tipe hutan gambut sekunder (HS) lnfonnnsi laha n 2
Tilik koordjnat Ting~i
muka air ttl.nah
Jcluk tanah gambut
Prolil kcmatangan gambut (em)
(Saprik (S); lkmik (II); l'ibrik (I'))
Kondisi fisik lahan tcrtentu (vcgetasi bekas tcrbakar. vcgetasi dite-brulg, !('I han tcrgenung atnu kcrin ) Tinssi bahan orsanik
742
Nomor titik sampcl 3
s 00'21.814 E 10?021.928 29 em :t~5 em
s oo'21.sos E
s
lo9'2 1.869 !Ocm
109'2 1.875 47,5 em
306em
S:0-20 H:20-190 F: 190-335
S: 0 - 10 H: 10 - 306
315 em S: 0 - 15
Lokasi rcrbuka
Scm
00621.744
E
s
4 00!,!21.749
E 109'21.822 19 Clll
s
s 00°21.697
E I o!J'21.83 1
45 em 300 em
~1: I 5-130
300cm H:0- 100 F:I00-300
vegcrasi lnnan
F: l30-190 11:190-21 0 F:2 10-3 15 Lokasi tcrtutup vegccasi hutan
Lokasi tertump vegctasi lnnan
S:0- 15 ~1: I 5-176 F:176-190 11:190-220 F:220-300 Lokasi tcrtulup vegemsi hutan
I 0 Clll
9cm
I 5 Clll
Scm
Lokasi tCt1UlUJ>
Volume 1
S(•miii(Jr N(IJional dtm RapM1i11111ntm D«ktm Bidang Jlmu.ifmu PcrUmi(m JJKS-PTN Ul/0)'(111 IJ.o1Vf ToJum .JQJ J
di hmtai htllan
(Sumber: Hasil pengamatan di lapaugan, 2012) Tabel 3 Kondisi tisik lahan pada tipe Semak Belukar (SB) tn tbm1~s i
lnhan I
Titik koordinat Tinggi muka air tnnnh Jcluk tnnah srunbut Profil kcmatangan gnrnbut (em) (Saprik (S): l~cm ik (H): Fibrik (F))
S ... Cl
2 S = 00621.50$ E • 109'21.519 77 Clll 432 em H: 0 85 F:SS-432
Nornor titik !inmpel .l 4 S ... 00621.427 S = 00°21.41S E= 109'21.514 E • 109°21.S90 42em 50 Clll 39Scm 373 em 1':0·54 H:0-75 1':75-230 11 :54-105 H:230-300 F: 105-139 1':300-310 11 :139·148 IUI0-385 F: 148-3 10 1':385-395 H:310·348
5
s . 00'21.4$8 ?7 E • IO'h 1.552
54 em 383cm H:0-75 1': 75-330 1~:330-350
1':350-383
F:348<~73
Tinggi bahan organik di hunai hutan
Scm
5em
6
l2
Clll
3 em
Clll
(Sumber: Hasil pengamatan di lapangan, 20 12} Tabel 4 Kondisi fisik lahan pada tipe Kebun Sawit (KS) lnfonnasi laban Titik koordinat Tinc..~i
muka air tanah Jeluk tanah ~ambut Profil kematangan gnrnbut (em) (Saprik (S): l~cm ik (H): Fibrik (F))
Kondisi lisik lahan terteutu {.:;n1uron uuuna dan salumn blok)
.
Titik sam I s • (i(fn.%2 I! ~ I09'22.650
2
s = oo8zJ.9$9
5
4
s = 00623.574
E•
50 Clll
I! • I09'22.648
E= 109°22.7 18
53 em
52 Clll 430 em
s · oo"h.?ls
I09'22.687 50 em 410 Clll 485 em 500 em S:0-15 S:0-25 S:0·15 S:0-20 S:0-30 11 :15-210 H:25-115 H:l5-400 11 :20-220 F:J0-40 F:115-150 1':400-450 1':220-3 10 IN0-68 1':210·250 11 :250-260 II: I 50- 200 S:450-4&5 11 :310-340 F:68·82 1':200-250 F:340-430 1':260-380 H: 82-100 H:250-270 F: I00-129 1':270-300 H:l29- 145 H:300-380 F: 145-253 F:380400 11 :253-282 $:400-4 10 F:282-460 H:460·SOO S~llurnn tllama : L 280 em: tinggi saluran 70 em: tinggi air l>cnnukaan 40 em Salauran sebehth kanan blok : L = 240 ern: £inggi sa luran = I00 cru: tinggi air permukaan 77 em Salumn sebclah kiri blok : I. c 250 em~ tinggi saluran • 90 em~ tinggi ai1· permukaan = 30 em) (peng.ukurnn pukul 11.25 pmla sam surut) 49cm 380cm
109'22.718
·' s ~ O
E•
(Sumber: Hasil pengan1atan di lapangan, 20 12) Tabel 5 Kondisi ti.si.k lahan pada tipe Kebun Jagung (KJ) lnfonuasi laban 1'ilik koordinal
Tin2gi muka air tanah Jduk tanah gruubut Profil kcmatangan gambul (em)
(S:•pri.k (S): llcmi.k (H): Fibrik (F))
Kondisi Jisik lahan ten emu (saluran utama dnn 1crsicr)
Volume I
I
2
5 = 00°12.782 E 109°23.575 57 Clll 291 Clll S:O· IO H:I0-25 1':25-291
S= OO"I2.759 E 109'23.576 61 em
Nomor titik :'ameel 3
4
$ c 00"2J.S74 S = OO'I2.855 s = 00°2 1.897 E 109°23.719 E 109'22.718 E l09°21.552 57 CIU Sl em 55 COl 335 Clll 650 em 602 COil 500 em S:0-20 S:0-20 S:0-35 S:0-20 H:20-35 H:20·50 11:20- 60 H:35-100 F:50-300 F: I00-1 50 1':60-335 F:35- 100 H: I00-165 H: 150-271 11 :300-315 1': 165-250 1':271-602 1':315-500 H:250-300 1':300-330 H:330-350 1':350-650 Sa luran utama: L. 380 em; linggi salunm l20 em; tinggi air pcnnuk:tan 40 em Saluran tcrsie1·: L = 55 em; tingg.i salurno = SO em; tingg.i air pernmkaan co 4 em (pcngukttran pukul 10.50 pada saat surul)
743
SCminar Nasr<>mll dtm /((Jpol J(lium<m JJck<m JJid(JIIg Jltmt·ilmll PcrttmitmiJKS·/1 1N JVi/(ly(Jh /Jar(IIJiJhun lOJJ
(Sumber: Hasil pengamatan di lapangan, 20 12)
KJ
KS
Ml
SB HS
==:.::311,2
HP
501,2 • Tinggi bahan organik (em) Jeluk tanah gambut (em) • Muka air tanah em
Gambar 2 Muka air tanah, Jeluk tanah gambut dan Tinggi bahan organik pacta 5 ripe laban Gambut A. Muka air tanab
Tinggi muka air tanah pad a kelima tipe Ia han berkisar an tara 32, I sampai 57,6 em. Kawasan hutan (HP dan HS) memiliki muka air tanah lebih dangkal ( 47,2 dan 32, 1 em) daripada tipe SB, KS dan KJ (57,6; 50,8; 56,2 em) (Gambar 2). Tipe laban KS dan KJ memiliki muka air tanah lebih dalam. Hal ini menunjukkan bahwa lal1an gambut yang telah diubal1 menjadi lahan budidaya, dengan pembukaan laban gambut alami berupa land clearing dan pembuatan drainase (Tabel 4 dan 5), memiliki karakterisitik fisik yang berbeda. Drainase yang berlebihan dapat menyebabkan air tanah mengal ir seeara lateral menuju saluran, kondisi ini menyebabkan gambut menjadi kering. Menurut Soewondita (2008) dirubab11ya sistem hidrologi alam dengan dibuatnya berbagai saluran drai.nase, fungsi gambut sebagai reservoir dan peugaturan air akan berkurang bal1kan dapat hi lang sama sekali bila gambut semakin tip is. Ditambahkan oleh Adji eta/. (2005) aktivitas reklamasi laban gambut menyebabkan kebilangan air ta11ab yang mengbasilkan muka air tanab semakin dalam dan muka air ta11ah di gambut alami yang jauh dari kana I (kubah gambut) lebih dangkal. Hal ini dapat menjelaskan hasil penelitian di atas bahwa pada lahan pertanian KS dan KJ muka air tanahnya leb ih dalam dibandingkan pada lahan HP dan HS. B. Jeluk/kedalaman tanah gambut Jeluk tanah gambut pada kelima tipe laban berkisar antara 31 1,2 sa~npai 507,2 em. Jeluk tanah gambut paling dalam diantara kelima tipe laha11 tersebut adalah HP (507,2 em), berikurnya berrurut-turur hingga jeluk dangkal adalah KJ (475,6 em), KS (441 em), SB (394 em), HS (31 1,2 em) (Gambar 2). Data di atas menunjukkan babwa HS memiliki jeluk dangkal sedangkan H.P dan KJ relatif lebi.h dalam diantara kelima tipe laban. La.hao gambut eeuderung memiliki perbedaan ketebala11 gam but dalam suatu daerah yang disebabka11 oleh perbedaan jaraknya dari stmgai atau Iaut, yaitu semakin jauh dari dari sungai maka gambut cenderung sema kin tebal (membentuk kubah atau dome). Kubah gambul
744
Volume I
S(•miii(Jr N(IJional dtm RapM1UIIllntm D«ktm Bidang Jlmu.i/mu PcrUmi(m JJKS-PTN U'i/0)'(111IJ.o1Vf ToJum lU I J
terbentuk karena aliran air secara lateral lebih banyak terjadi pada sekitar tepi lahan gambut yang berdekatan atau berbatasan dengan sungai, semakin lama akumulasi bahan organik pada bagian tengah lahan gambut semakin bertambab sedangkan akumulasi bagian tepinya masih rendah karena mengalami transportasi oleh aliran air secara lateral. Gambut tebal bisanya berada ke arah tengah kubah gambut. C. Keteba lan tingkat kematangan tanah gambut Tingkat kematangan tanah gambut (saprik, hemik, fibrik) dan ketebalannnya pada kelima ripe lahan dirunjukkan dalam bentuk profit tanah gambut yang dapat dilihai pada Tabel I sampai 5 dan Gambar 3 sampai 7. Dari tabel dan gambar tersebut diketahui bahwa untuk tipe lahan HP pada titi.k sampel I, 3, 4 dan 5 memiliki tingkat keruatangan cukup variatif dengan ketebalan tiap tingkat kematangan relatif tipis, kecuali pada titik 2, tidak variatif dengan tingkat kematangan yang relatif tebal terutama pad a hemik dan fibrik. Tipe Ia han HS pada titik sampel 3 dan 5 memiliki tingkat kematangan cukup variatif dengan ketebalan tiap tingkat kematangan relatif tipis, kecuali pada titik I,2, dan 4 tidak variatif dengan tingkat kernatangan yang re latif tebal tenrtama pada titik 2 dan 4 dimana tingkat kematangan tidak lengkap karena hanya terdapat 2 tingkat kematangan. Ti pe laban SB pada titik sampel 3 dan 4 memiliki tingkat kematangan cukup variatif dengan ketebalan tiap tingkat kematangan relatif tip is, kecuali pada titik 1,2, dan 5 tidak variatif dengan tingkat kematangan yang relatiftebal. Dari 5 titik sampel, 4 titik (2,3,4 dan 5) tidak terdapat tingkat kematangan saprik. Tipe lahan KS pada titik sampel 2 dan 5 memiliki tingkat kematangan cukup variatif dengan
ketebalan tiap tingkat kematangan relatif tip is, kecuali pada titik I ,3 dan 4, tidak variatif dengan tingkat kematangan yang relatif tebal terutama pada hemik. Sedangkan untnk tipe laban KJ kebalikan pada tipe laban lainnya dimana pada titik sampel I, 2, 4 dan 5 memiliki tingkat kematangan tidak variatif dengan tingkat kematangan yru1g relatif tebal kecuali pada titik 3, cukup variatif dengan tiugkat kematangau yaug relatiftipis. Perbedaau ketebalan lapisan gambut adalab suatu bentuk gambarau tentang proses pembennrkannya yang dipengamhi oleb baban induk, waknr, iklim dan kondisi topografi, dan ditinjau dari sisi umur pembennrkannya serta sebaran deposit menumt ketebalannya maka semakin jauh lapisan gambut dari permukaan tanah umumya juga semakin tua sehingga sifat setiap lapisan gambut sangat dipengaruhi oleh faktor yang dominan selama pembennrkannya. Menurut Dimitriu el at. (20 I0) posisi lapisan gambut dalam suatu profil tanah gambut merupakan gambaran urutan pembentukannya, semakin jauh lapisan gambut dari pennukaan tanah maka umurnya juga semakin nra. Setiap lapisan gambut menunjukkan bahan penyusun yang berbeda sehingga setiap lapisan akan menampakkan sifat yang berbeda. Sifat tersebut dapat berupa derajat dekomposisi, kandungan hara ataupun spesies dan komposisi mikrobiologi tanah. Penjelasan ini dapat meneraugkan hasil peuelitian di atas untuk tiugkat dekomposisi atau kematangan tanab gam but yang variatif dan ketebalannya yang semakin tipis pada tiap profit tanah gambut menunjukkan babwa proses dan sifat pembennrkkan tanah gambut dinamis. Sebaliknya untuk tingkat dekomposisi atau kematangan tanah gambut yang tidak variatif dan tebal pada tiap profit tanah gambut menunjnkkan bahwa proses pembentukkannya stabiL
Volume I
745
Data lapisan atas gambut pada tipe lahan KS dan KJ yang dirajai saprik, sebaliknya pada tipe lahan SB diantara 5 titik sampel, 4 titik tidak memiliki saprik. Demikian juga pada tipe lahan HS, pada titik sampel kedua dan keempat tidak memiliki fibrik dan saprik. Hal ini dapat dipahami karena pada KS dan KJ secara umum mengalami proses dekomposisi yang lebih intensif dari lapisan di bawabJJya dan tipe .laban lainnya. Menurut Strakova et a/. (2001) perombakan bahan organik akan leb ih intensif pada lapisan yang mem ili.ki aerasi lebih baik karena pada kondisi ini respirasi secara aerob menjadi relatif lebih efisien.
··- "-----........ ~ ........... - . . · ··---_..,._ ·- -· ,..... - ......,
---
· ~-- .....~
.... . .
Gambar 3 Profil tanah gambut. pada tipe lahan Hutan Rawa Gambut Primer (HP4)
....
-
.,...., Gambar 4 Profil tanah gambut pada tipe lahan Rutan Gambut Sekunder (HS5)
746
Volume I
Sem;,ar NtiJiOIIQI ti(IJI Rap(Jt 10/lllntm D(J.ktm /Jidtmg /lmtt·illlm Pcruwitm JJKS·P1'N Wilti)"OI• JJorol TQJum J(JJ J
..._ ...... _ -;/ I~
l l t ,_
, • • tAl,.
1~·)10-
;/"
------·
· t-.-~·
·~-~ WW C*'flh IMNII)
).0.,..0!1
.,,~
. .·;=:. . .~. ~ ::.::: ~ --
Gambar 5 Profil tanah gam but pada ti pe lahan Semak Belukar (SB 4)
..._ ..... _ .... _ ..... _ 1;2.1(10 Cllt
-·- ~ -----·y- ~ · ·-...
. .
-!
I>OI)IliiCIIt 121-U•~-
t•~·ZSJOOI
m-HZ-
'It· .aoo.o
*·toOcm
,.,._
.. .
~·btU!!
•
-
~
· ~-lltlft MW'I""""'IIMMI
rm·-------
·-
·~--
.....
~ ~
·-
-
_, =~
...
E!J·=~
>c:
Gambar 6 Profil tanah gambut pada tipe laban Kebun Sawit (KSS)
Volume I
747
Seminar NtJ$t()mtl
Gambar 7 Profil tanab gam but pada tipe laban Kebun Jagung (KJ I) D. Bahan organik (humus tanah) Tinggi bahan organik (humus) pada pennukaan tanah atau lantai hutan di tipe lahan HP, HS dan SB berturut-n1rut 14,2 em, 9,4 em. dan 6,2 em (Gambar 2). Sedangkan untuk tipe lahan KS dan KJ tidak ditemukan bal1an organik. Sumber bahau orgauik pada kedua tipe lahan tersebut berasal biomasa (pelepab sawit dan abu tanaman jagung) yang ditimbun pada waktu tertentu yaitu saat pemangkasan (KS) dan peuanaman (KJ). Ditambahkan oleh Nugroho et al., (1997) bahwa untuk laban gambut yang telah berubah dari kondisi alami memiliki proses dekomposisi yang lebih lanjut sehingga timbunan bahan organik dari biomasa tersebut relatif eepat terurai. Sebaliknya untuk tipe laban HP, HS dan SB, timbunan bahan organik dari seresab dan biomasa semak belukar terus meniugkat karena proses dekomposisi relatiflambat. Tinggi baban organik pada permukaan tanah HP lebib tebal dibanding pada HS dan SB. Perbedaan ini (HP dan HS) disebabkan karena kondisi kanopi atau kerapatan dan umur vegetasi serta kondisi iklim (eurah hujan, kelembaban, suhu) dan aktivitas mikrobia tanah. Menurut Carnevale dan Lewis (200 I) bahwa pada butan dengan kanopi tertutup lilfelj{lll-nya lebih banyak (32,67 g m' 2) dibandingkan dengan yang terbuka (4,47 g m' 2). Sedangkau tinggi bahan organik SB paling rendab, dimana masib menurut Carnevale dan Lewis (2000) bahwa dekomposisi baban organik dari semak lebib cepat dari pada pohon. E. Si fat fisik tanah gambut /. Bulk density (BD) Berat isi atau bulk density pada kelima tipe laban berdasarkan ti.ngkat kematangan (saprik, hernik dan fibrik) berkisar antara 0,0830 sampai 1,560 g cm·3
(Tabel 6 dan Gambar 8). BD pada tipe lahan HP, SB, KS dan KJ menunjukkan kecenderungan semakin menurllll pada tingkat kematangan saprik, hemik dan fibrik yang berturut-turut sebagai berikut: 0 ,1347, 0,1203, 0,0922 g cm' 3; 0, 1533, 0,1359, 0,0955 g em·•; 0,1324, 0, 1224, 0,087 1 g cm'3 ; I ,560, 0,1070, 0,0830 gem· 3 . Menurut Noor (2001) makin rendah ketnatangan gambut, maka makin rendah nilai BD-nya. Ni lai BD gambut fibrik
748
Volume I
Sem;,ar NtiJiOIIQI ti(IJI Rap(Jt 10/lllntm D(J.ktm /Jidtmg /lmtt·illlm Pcruwitm JJKS·P1'N Wilti)"OI• JJorol TQJum J(JJ J
konsekuensi rendahnya daya tumpu dan kesuburan tanah gambut (Andresse, 2003). Sedangkan berdasarkan tipe penggunaan laban, tipe laban KJ memiliki nilai BD relatif tinggi temtama pada. tingkat kematangan saprik, I ,560 g cm·3 dibandingkan tipe lahan lainnya. Kondisi ini disebabkan karena kegiatan pengolahan lahan sebelum penanaman jagung yang dilakukan 3-4 kali setahun berupa pembuatan drainase (saluran tersier), pencangkulan tanah dan pemupukan organik atau anorganik. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan tersebut dapat merubab sifat alami gambut, seperti selalu dalam kondisi tergenang-anaerob dan reduktif menyebabkan proses dekomposisi baban organik lambat, menjadi kondisi dimana proses dekomposisi bahan organik meningkat sehingga kadar serat bahan organik berkurang (Nugroho eta/., 1997). Hal ini ditandai salah satunya dengan nilai BD yang men ingkat pula. 2. Porositas Porositas pada kelima tipe laJJan berdasarkan tingkat kematangan (saprik, hemik dan fibrik) berkisar antara 74, 1260 sampai 91 ,6829 % (Tabel 6 dan Gambar 9). Porositas pada ripe lahan HP, SB, KS dan KJ menunjukkan kecenderungan semakin meningkat pada tingkat kematangan saprik, hemik dan fibrik yang berturut-turut sebagai berikut; 74, 1260, 82,5680, 86,8150%; 86,9769, 89,4174, 92,9910%; 90,4985, 90,8759, 91 ,6829%; 88,8216, 90,9457, 91 ,2302%.
Berdasarkan tiugkat kematangatl gambut, nilai porositas berbanding terbalik dengan nilai BD, hal ini berhubungan dengan proses dekomposisi. Sedangkan berdasarkan tipe penggunaan lahan, tipe lahan KS memiliki nilai porositas relatif tinggi dibandingkan keempat tipe laban lainnya sedangkan HP memiliki nilai
relatif rendah. Pembukaan dan drainase lahao gambut memberikan dampak terbadap sifat fisik tanah. Pembahan tersebut disebabkan karena keseimbangan alami lahan rawa bembah dari suasana reduktif menjadi oksidatif menyebabkan proses dekomposisi baban organik meningkat. Secara relatif bahan yang terdekomposisi lanjut memunyai porositas tinggi dengan sifat pori makro tinggi (Dri ssen dan Rochimah, 1976). 3. Kadar air Kadar air pada kelima tipe lahan berdasarkan tingkat kematangan (saprik, hemik dan fibrik) berkisar antara 0,680 sampai 3,0761% (Tabel 6 dan Gambar I0). Kadar air pada kelirna tipe lahan menunjukkan kecenderungan semakin meningkat pada tingkm kematangan saprik, hemik dan fibrik yang berturut-turut sebaga i berikut: 0,6980, 1,0531 , 1,9064%; 1,4075, 1,5880, 1,9872% ; 2,5860, 2,3050, 3,0761 % ; 1,2551 , 1,3082, 2 ,50 13%; 1, 1211, 1,4221 , 1,9876%). Makin rendab kematangan gambut, maka makin rendah kadar aimya. Nilai kadar air gambut fibrik
Volume I
749
Seminar NtJ$t()mtl
gambut menjadi kering dan tidak mampu meuyerap air kembali. Menumt Adji ef a/. (2005) aktivitas reklamasi lahan gambut menyebabkan kehilangan air tanah yang meughasilkan muka air tanab semakin dalam. Kondisi ini dapat mempengaruhi kadar air tanah gambut. Hal ini dapat menjelaskan hasil penelitian di aras bahwa pada lahan pertanian KS dan KJ kadar air tanalmya lebih rendah diband iugkau pada kawasa11 huran. Tabel 6 Bulk deusity, porositas, kadar air raual1 berdasarkan tingkat kemataugan pada 5 tipe lh a an gambut No. Tipe Ia han Kematangan Bulk deusity Porositas Kadar air (g cm'3 ) (%) (%) Hutan primer (HP) 0, 1347 74, 1260 0,6980 I. Saorik 0, 1203 82,5680 I ,0531 2 HP Hemik 1,9064 3 HP Fibrik 00922 86 8150 4 Hutan sckundcr (HS) Saprik 0 1147 90.3824 14075 HS Hemik 0 134 1 89,6601 1,5880 5 0, 1345 90,2129 1,9872 6 HS Fibrik 0, 1533 2,5860 Semak belukar (SB) Saprik 86 9769 7 Hemil< 0, 1359 89,4174 2,3050 8 S.B Fibrik 0,0955 92,9910 3,0761 9 S.B Kelapa sawit (KS) 0, 1324 90,4985 10 Saorik I 2551 II KS Hemik 0 1224 90,8759 1,3082 12 Fibrik 0,087 1 91.6829 2 5013 KS Kebun jagung (KJ) Saprik 0,1560 88,8216 1,1211 13 0,1070 1,4221 14 KJ Hemik 90,9457 15 Fibrik 0,0830 91,2302 1.9876 KJ Sumber · Anahsts dtlaboratonum c. · = 2012 0
0
0,16 I '
0,14 ;;; 0,12
1-
; o.1o
1--
e
JC-
f-
i ,-- f- 1-: ;f- ~- f- f- -
0,06
r:-
f- 1--::- f- f-
" 0,04
1--
f-
CQ
0,02
l-1,..-- f-
1-- f- !-''-- f-
I
0,00
.. "' ~
·~
1-
'
%o.oa 1-.g<: ~
!
~
e
:I:
HP
~
~
P- ·g_
~
"'"
·e ~
X
HS
~
p: ~
~
..
:g ·g_ ;;: "'
-
I
f-
- :.-
1- - f -
f-
-:,..--
!;- - I -
f-
--<>-
!- ,- -
f- - l ~
~
~
~
e :e ..,·g_.. e X
:I:
~
KS
~
.D
;;:
~
..
·g_ "'
~
e
:I:
1-
I~
.D ;;:
KJ
(ripe l!ahan Gambar 8 Bulk density tanah berdasarkan tmgkat kemaraugan pada 5 ripe laban gambut
750
Volume I
Semin(U' NM'iOntll -.ktm Bidtmg 1/mu-i/nm JYmani<m BKS-PTN Wi/ayull BurM f(l)um }Q} J
1-,-- : -
--;-
:-
1---l .- -
-·-
1- 1-
: - ~ .- : -
--
:-
I-' '---
-
--
i- f-
:-
f-<-
-
-~ -
1-
1-
[-1- -
80,0
~o.o f - -
.."'
"'"'E 40,0 0 0..
20,0
f-
~-
i-
!-<
1 1:--
1-
__,_ _,_
1-
- ' - 1- 1-
0,0
""·g_ .E "" ·c.0"" ""·g_ ""E ·c.0 "" ·g_ "" e .0 "" .& "" ""E .0 "" a. .E "" .0 "" u:: u:: u:: u:: "' I "' I "' I u:: "' I"' "' I :X
Q)
'C
'C
Q)
(/)
(/)
HP
(/)
KS
tB
T ipe ahan
'C
Q)
(/)
(/)
HS
.X 'C
Q)
KJ
Gambar 9 Kadar a1r tanah berdasarkan tmgkat kematangan pada 5 tipe laban gambnt
3,2
~
2,4
.. "..
!l.. .!:
-
I-'>- -
;; 1,6
:.::
-
0,8
'---
i-
r---: -
--
i-
i-
r---: -
-
-
0,0
..
..
.>< •c ·r::: .E "" a. "" ., "",Q'Cu. """'a. """'E ·c,Qu."" 'C"""'a. ·e .0""u:: '""a.C ~., "",Qu. ""a. 'E'"" I I I "' I I 'C
'C
'C
Q)
(/)
(/)
(/)
HP
HS
(/)
Tipe~han
Q)
(/)
KS
X
'C .0
u::
KJ
Gambar I 0 Porosttas tanah berdasarkan ungkat kematangan pada 5 tipe lahan gambut
KESlMPULAN I. Tipe laban HP dan HS memiliki muka air tanah lebih dangka l ( 47,2 dan 32, 1 em) daripada tipe SB, KS dan KJ (57,6; 50,8; 56,2 em). 2. Jeluk tanah gambut paling dalam adalah HP (507,2 em), berikutnya berrurutturut hingga dangkal adalab KJ (475,6 em), KS (441 em), SB (394 em), HS (311 ,2 em). 3. T ipe lahan HP dan HS relatif memiliki tingkat kematangan eukup variatif dengan ketebalan tiap tingkat kematangan relatif tipis sedangkan tipe laban
Volume I
751
Seminar NtJ$t()mtl
4.
5.
6.
7.
SB, KS dan KJ relatif memiliki tingkat kematangan tidak variatif dengan ketebalan yang relatif tebal. Tipe laban HP, HS dan SB memi liki baban organik (humus) pada permukaan tanah atau lantai hutan sedangkan untuk tipe lahan KS dan KJ tidak ditemukan bahan organik. Berat isi atau bulk density pada tipe lahan HP, SB, KS dan KJ menunjukkan kecendenmgan semak in menunm pada tingkat kematangan saprik, hemik dan fibrik sedangkan berdasarkan tipe penggunaan laban, tipe lahan KJ memiliki nilai BD relatif tinggi temtama pada tingkat kematangan saprik, dibandingkan ripe lahan lainnya. Porositas pada tipe lahan HP, SB, KS dan KJ menunjukkan kecenderungan semak in meningkat pada tingkat kematangan saprik, hemik dan fibrik sedangkan berdasarkan tipe penggunaan laban, tipe lahan KS memili.ki nilai porositas relati.f tinggi dibandingkan keempat tipe laban lainnya sebaliknya HP memiliki nilai porositas relatifrendah. Kadar air pada kelima tipe lahan menunjukkan kecenderungan semakin meningkat pada tingkat kematangan saprik, hemik dan fibrik sedangkan berdasarkan penggunaan lahan, tipe laha11 HP, KS dan KJ memiliki nilai kadar a ir relatifrendah sedangkan tipe laban H:S dan SB re latiftinggi. DAFTAR PUSTAKA
Adji, F.F., B.D Kertonegoro and A. Maas. 2005. Relationship between the depth of ground water table dynamics and pe.ats degradation in Klampangan
Central Kalimantan, Dalam : H. Wosten and B. Radjagukguk (Eds.), Proceeding of the Session on The Role ofTropical Peatlands in Global Change Processes. Yogyakarta.lndonesia. pp. 2 1-30. Agus, F., Suyanto, Wahyunto, and M. van Noorwijk. 2007. Educing emissions from pearland deforestation and degradation: carbon emission and oppprnmity costs. In International Symposium and Workshop on Trop ical Pearland. Yogyakarta 27-3 1 Agusn•s 2007. Andriesse, J.P. 1988. Nature and management /ropical peat soils. FAO-Food and Agriculn1re United Nations. Rome. Carnevale, N.J. and J. P. Lewis. 200 I. Litterfall and organic matter decomposition in a seasonal forest oflhe eastern Chaco (Argentina). Rev. bio i. trop v.49 n. I San Jose mar. Dimitriu, P.A., D. Lee and S.J. Grayson. 20LO. An evaluation of the func ional significance of peat microorganism usi11g a reciprocal transplant approach. Soil Biology and BiochemisiiJ'. 42:65-71. Driessen, P.M. and L. Rochimah. I 976. The physical properties of lowland peats from Kalimantan. In. Proc. Peat and Podzolic soils and their potential for agriculture in Indonesia. Soil Research Institute. Bogor. Bull 3. p. 56-73. Handayani, E. , and M. van Noordw ijk . 2007. Carbondioxide (C02) and methene (CH4) emission on oil palm peatland with various peat thickness aud plant age. http://groups.google.co.id (25-8-2007).
752
Volume I
Semi"m' NtiJiOntll (/(IJJ J<(lp(Jt 10huntm Dektm /Jidtmg Jlmu-ilm11 Jlc.rtani<m JJKS-PTN Wiloyall JJ.arat 1(1lum lQ I J
Hardjowigeno, S. 1997. Pemanfaatan gambut berwawasan lingkungan. Dalam Alami. Pengelo laan Gambut Berwawasan Lingktmgan. Vol. 2. No. I. Hal 36. Hooijer A., S. Page, JG . Canadell., J. Kwadijk, H. W Cistlm, and J. Jauihia 20 I 0. Current and future C02 emissions from drainaed peatland in Southeast Asia . Biogeosciences 7: 1505-1 514. Jaubiaineo , J., J. Heikkinen, P.J. Martika inen, and H. Vasander. 2001. C02 and CH 4 fluxes in pristine peatswamp forest and peatland converted to agriculn1re in central Kalimalltan, Indonesia. lnfemalional Peal Joumal I I:43-49. Limpens, J., F. Berendse, C. Blaodau, J.G. Canadell, C. Freeman, J Holden, N. Rou let, H. Rydin, and G. Schaepman-Strub. 2008. Peatlands and the carbon cycle: from local processes to global impl icans-a synthesis. Biogeosciences 5: 1475 -1 491. McCorm ick, P.V., J.W. Harvey and E.S. Crawford. 2011. Influence of changing water sources and minera l chemistry on the. everglades ecosystem. Environmelllal Science and Technology. 4 1(I); 28 -63. Noor, M. 200 I. Pertanian Lahan gam but Potensi dan kendala. Kanisius. Yogyakarta. 174p. Notohadiprawiro, T. 1996. Constrains to ach ieving the agricultural potential of tropical peatlands Indonesia perspective. ln. Tropical lowland peatlands of Southeast Asia (E. Maltby, C. lnuuirizi and R.J. Safford, Eds.). IUCN. Gland. Switzerland. p.l39- 154. Nugroho, K. G. and Widjaya-Adhi. 1997. Soil hidroulic properties of lndonesiaa Peatland. Proc. Tropical Peatland. Serawak. Malays ia. Page, S.E. and J.O. Rieley. 1.998. Tropical Pearland: a review of their naUifal resource functions, with particular reference to Southeast Asia, Lntemational Peat Journal, 8:95-106. Page, S.E., A. Hoscilo, H. W ()slim, J. Jauhiainen, M . S Ritzema, K. Tansey, L.Graham, H. Vasander, and S. Limin. 2009. Restoration ecology of lowland tropical peatlatldS in Soutbeast Asia: Current knowledge and fun1re research d irections. Ecosystems 12:888-905. Radjagukguk, B. 2000. Perubahan sifat-sifat fisik dan kimia tanah gambut akibat reklamasi lahan gambut UJJtuk pertaniau. Dalam. Jurna l llmu Tanab dan Lingkungan. 2{1): 1-15. Rieley, J. 0., Page, S. E., Limin, S.H., and Winarti, S. 1997. The peatland resource of lndonsia and the Kalimantan Peat swamp forest research project. In. Proc. Biodiversity and SustaiiJability ofTropica l Peatlands (J. 0. Rieley and S.E. Page. Eds.) Samara Publ. Ltd. Cardigan. p. Rieley, J.O., and S.E. Page. 2008. Carbon budget under different land uses on tropical pearland. Ju: Future of Tropical peatlands in Southeast Asia as Carbon pools and sinks. Eds; J.O. Rieley, C.J. Banks and S.E. Page. Saurette, D.D., S.X. Chang, and B.R. Thomas. 2008. Land use conversion effects on C02 emissions: from agricultural tO hybrid pop lar plantation. Ecol Res 23:623:633. Silvius, M. J. and W. Giesen. 1996. Toard integrated management ofSwmp forest a case study from Sumatera. lu. Tropical Lowland Peatlands of Southeast Asia (E. Maltby, C. lmmirizi and R.J. Safford, Eds.). IUCN. Gland. Switzerland. p.247-267.
Volume I
753
Sem;mu· Nosio~tuf tltm R(lpol Tahmum Dcfum Bidtmg /lnm-;lmu Pcrltlnia, BKS-PTN WUtryoh Barat1i:1hm' 20/J
Strakova, P., R.M. Niemi, C. Freeman, K. Peltoniemi, H. Tobennan, I. Heiskanen, H. Fritze and R. Laibo. 20 II . Litter type affects tl1e activity of aerobic decomposers in a boreal peatland more than site nutrient and water table regimes. Biogeosciences. 8:2741 -2755.
754
Volume I