Buku Dua – Metrum 1.Pembuka Jika kita bermain dalam sebuah Combo(1), selain dari Tempo dan Kunci (Key) kita juga akan bertanya tentang Beat(2). Karena didalam Beat inilah terletak aksentuasi, seperti dimana letak aksen yang lebih kuat dan dimana letak aksen yang lebih lemah. Dan semua ini tidak akan menjadi pertanyaan jika kita bermain dalam Ansamble(3) ataupun Orchestra(4), karena hal ini memang telah dituliskan. Sudah menjadi kesepakatan umum bahwa terjadi hubungan timbal balik antara melody dengan beat, karena letak aksen dari sebuah melody yang sedang dibuat itulah yang akan selalu mengingatkan kita dengan beat dari musik yang akan kita mainkan, atau kebalikannya kita akan teringat sebuah melody pada saat kita mendengar beat tertentu. Semuanya saling berhubungan dan berkaitan satu sama lain. Akan tetapi didalam buku ini saya tidak akan membahas hubungan timbal balik tersebut, kita hanya membatasi pada persoalan Metrum saja. Bagaimana cara kita membuat dengan birama 2/4, 3/4, 4/4, 5/4 dan seterusnya,….karena hal ini akan berhubungan dengan irama musik yang akan kita mainkan. Dan selain itu contoh-contoh ritme yang sudah saya buat dibawah ini tidak mencerminkan pola ritme tertentu, tapi hanyalah beberapa model dari beat yang sudah saya buat. (1) Combo = Band (2)Beat = ketukan (3) Ansamble = Ensembel (3)Orchestra = Orkestra
2.birama 2/4 Birama 2/4 adalah bentuk birama yang paling sederhana, karena dalam satu birama ini hanya memiliki dua ketukan yang mempunyai nilai 1/4. Kebanyakan musik yang mempunyai ketukan 2/4 ini adalah lagu-lagu yang berirama Mars, selain itu birama ini juga sangat umum dan sering kali dipergunakan dimana-mana. Dibawah ini dapat kita lihat beberapa contoh dari birama 2/4 :
3.birama 3/4 Birama 3/4 juga termasuk salah satu birama yang sangat umum dan sering dipergunakan. Contohnya pada Waltz, salah satu bentuk dari tari-tarian tradisi di Eropa yang pada akhirnya juga berkembang pada musik Jazz. Birama ini juga termasuk salah satu bentuk birama yang paling mudah dan sederhana , karena hampir seluruh birama-birama yang lebih besar selalu mengacu pada pembagian dari birama 2/4 dan birama 3/4. . Dibawah ini dapat kita lihat beberapa contoh dari birama 3/4 :
4.birama 4/4 Birama 4/4 juga termasuk birama yang sangat umum dipergunakan, karena hampir semua lagu-lagu popular yang kita kenal selalu menggunakan birama ini. Mungkin hal ini juga ada hubungannya dengan harga not penuh (4/4) yang membuat hampir semua orang merasa nyaman untuk mempergunakannya sebagai tanda birama. Kita dapat melihat birama 4/4 pada beberapa contoh yang ada dibawah ini :
Namun pada dasarnya penggunaan birama 4/4 ini adalah kelipatan dari birama 2/4 (2 x 2/4), karena hal ini ada hubungannya dengan penggunaan aksen di paruh kedua ( ketukan ketiga) sedikit lebih lemah jika kita bandingkan dengan aksen diparuh pertama ( ketukan pertama). Hal ini dapat kita lihat pada contoh dibawah ini :
Dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa birama 4/4 adalah kelipatan dua dari birama 2/4.
5.birama 5/4 Sekarang kita mulai memasuki Birama Ganjil, yaitu Birama 5/4. Sebagai contoh soal untuk masyarakat yang paling awam adalah pada lagu Take Five karya dari Dave Brubbeck (Jazz Composer & Pianist), karena karya itu memang dibuat untuk hitungan lima ( 5/4). Sementara didalam musik Spanyol juga sudah diketemukan sistim pembagian lima ( 5) didalam hitungan 4/4 yaitu Habanera yang akhirnya juga menjadi bagian dari musik tradisional Flamenco dan juga memberikan sumbangan pada para musisi di Amerika Latin. Selain itu birama ganjil juga terdapat banyak pada musik-musik tradisi di daerah Balkan dan Russia. Dan selain itu juga masih banyak musik tradisi di Hijaz, India, Afrika dan di negaranegara lainnya yang sudah terbiasa untuk menggunakan pola ritme dengan hitungan ganjil, Pola Ritme ini bukanlah sesuatu yang sama sekali baru, atau sistim hitungan ganjil ini mungkin juga berlaku pada beberapa musik tradisi kita. Dan hal itu menghilang begitu saja akibat dari sistim pendidikan yang kita pelajari dari pemerintah penjajah Hindia Belanda. Pada dasarnya saya sama sekali tidak menyalahkan sistim pendidikan yang sudah dijalankan oleh pemerintah Hindia Belanda pada saat mereka sedang menjalankan Politic Ethic di bumi Nusantara ini, hanya saja masyarakat kelas menengah di negri ini yang begitu silau melihat ilmu pengetahuan yang dibawa oleh para majikan Barat mereka sehingga mereka cenderung mempersalahkan hal-hal yang berbau tradisi mereka sendiri. Dan selain itu mereka
juga cenderung melihat Indonesia harus dari kaca mata Barat tanpa mengindahkan Akar Budaya nya sendiri. Sekarang mari kita kembali pada lagu Take Five nya Dave Brubbeck. Lagu ini dibuat dengan hitungan 5 dengan pembagian 3 + 2. Seperti yang sudah kita ketahui bahwa 2/4 dan 3/4 adalah dua buah pola ritme yang paling sederhana. Dan kita juga sudah mengetahui bahwa birama 4/4 terdiri dari dua buah birama 2/4 yang disatukan. Jadi untuk membuat birama 5/4 diperlukan satu birama 3/4 dan satu birama 2/4, persis seperti yang dikerjakan oleh Dave Brubbeck dalam lagu Take Five tadi. Disini saya akan memberikan contoh pembagian 3 + 2 untuk birama 5/4 :
Juga selain itu masih ada cara pembagian yang lain lagi, yaitu 2 + 3 untuk birama 5/4 seperti pada contoh dibawah ini :
Dengan demikian kita sudah dapat memetakan dengan jelas pembagian birama 5/4, yaitu dengan cara membagi 3 + 2 atau 2 + 3 .