1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Cianjur merupakan suatu kabupaten yang luas wilayahnya +/- 3.501,48 km2, terbagi dengan ciri topografi sebagian besar berupa daerah pegunungan, berbukit-bukit dan sebagian merupakan dataran rendah. Cianjur bagian selatan merupakan daerah pesisir pantai. Di daerah Cianjur bagian selatan ini sangat kental dengan ajaran Islam, baik dalam kehidipan sosial maupun kehidupan budayanya. Kebudayaan seperti diungkapkan oleh E. B. Taylor dalam bukunya Primitive Culture yang dikutip Harsojo dalam buku Pengantar Antropologi (1988:92) bahwa. Kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Berdasarkan definisi di atas, maka kesenian merupakan bagian dari kebudayaan. Kesenian hidup dan berkembang berdasarkan situasi dan kondisi masyarakat sekitarnya. Kesenian yang berkembang dan tumbuh itulah yang bisa disebut seni tradisi. Seni tradisi merupakan suatu bentuk seni yang bersumber dan berakar serta telah
dirasakan
sebagai
milik
sendiri
oleh
masyarakat
lingkungannya.
Pengolahannya berdasarkan cita-cita masyrakat pendukungnya. Cita rasa ini mempunyai pengertian luas, termasuk nilai kehidupan tradisi, pandangan hidup,
2
pendekatan falsafah, rasa estetis serta ungkapan budaya lingkungan. (Endang Caturwati: 2000). Kebiasaan masyarakat yang berbeda-beda disetiap daerah menghasilkan suatu tradisi yang khas dari tiap-tiap daerahnya. Letak geografis biasanya mempengaruhi tradisi atau kebiasaan yang berkembang daerah tersebut. Seperti tradisi Nyalawena di Sindang Barang dan Cidaun Kabupaten Cianjur, masyarakat sekitar pesisir memiliki tradisi mencari impun (ikan kecil) atau yang disebut Nyalawena. Nyalawena merupakan tradisi yang dilakukan setiap tanggal 25. Sebutan Nyalawena berasal dari kata salawe yang dalam bahasa Sunda mengandung arti 25. Pada tanggal tersebut yaitu tanggal 25 dalam setiap bulan Islam mulai bulan muharam sampai dengan zulhijah biasanya air laut naik, dengan diiringi sekumpulan
impun
yang
datang,
sehingga
masyarakat
sekitar
pesisir
memanfaatkan waktu ini untuk memanen impun. Pada tanggal 25 tersebut, para penduduk berkumpul dan mencari impun bersama-sama dengan menggunakan alat yang disebut paranggong, berbentuk segitiga sama kaki dengan dasar segi empat. Pada dasar alat tersebut dipasang semacam sirip yang fungsinya untuk menjaring ikan. Paranggong merupakan alat yang digunakan bagi kaum laki-laki. Bagi kaum perempuan menggunakan alat yang dinamakan sariba. Alat ini terbuat dari daun kelapa, bagian tengahnya terbuat dari bambu, namun begitu memiliki fungsi yang sama dengan paranggong.
3
Nyalawena yang biasa dilakukan bersama-sama atau bergotong-royong, dimanfaatkan penduduk untuk menambah pengahasilan sekaligus memperluas pergaulan. Oleh karena itu tidak heran jika pada zaman dahulu, acara itu menjadi semacam ajang pencarian jodoh selain dari mempererat tali persaudaraan antar masyarakat sekitar. Tradisi Nyalawena tidak lepas dari masyarakat pendukungnya, karena seni dan masyarakat merupakan hubungan yang tak terpisahkan; seni integral dengan masyarakatnya; suatu konsep yang tidak terpisahkan. Baik seni dan masyarakat terwujud sebagai hubungan tak terpisahkan antara manusia dan lingkungannya. Begitu pula yang dikatakan Janet Wolf yang dikutip dalam buku karya Tati Narawati Wajah Tari Sunda dari Masa ke Masa (2003:31), mengatakan bahwa “perkembangan seni tidak lepas dari masyarakat pemiliknya, dengan lain perkataan seni merupakan produk sosial”. Sebagaimana kesenian Tradisional seperti Seni Nyalawena tak lepas dari denyut nadi kehidupan masyarakat penyangganya. Seperti dilukiskan oleh Umar Khayam dalam buku Seni Tradisi dan Masyarakat (1981:25) sebagai berikut. Wajah kesenian kita yang paling tradisional karena sifat keakraban masyarakat pertanian kita itu, karenanya juga wajah seni wajah seni yang sangat akrab. Artinya Homogenitas serta tingkat yang sangat intensif dari interelasi di dalam kosmos kerajaan kecil itulah, yang memberikan bentuk serta sifat dari seni budaya masyarakat kita yang tradisional. Ia terjalin rapat dengan segala ritus keagamaan dan obligasi kemasyarakatan yang beraneka ragam. Ia mencerminkan secara setia dan hampir secara harfiah “Denyut nadi” masyarakat itu. Nyalawena sangat erat kaitannya dengan ritus keagamaan dan kebiasaan masyarakat daerah pesisir. Sifat keakraban yang terjalin saat seni tradisi tersebut berlangsung seolah menunjukan rasa kekeluargaan. Hal inilah yang membuat
4
kesenian ini menjadi gambaran kehidupan masyarakat pendukungnya pada saat itu. Tradisi Nyalawena kini sudah jarang dilakukan, tradisi mencari impun ini sudah mulai jarang karena rusaknya alam sekitar yang menyebabkan impun di muara-muara sungai sangat sulit didapat. Dahulu setiap tanggal 25 diyakini banyak impun yang datang seperti halnya kepercayaan bahwa setiap bulan berakhiran –ber maka akan datang musim hujan. Tapi kini alam menjadi sulit ditebak, perkiraan dahulu bahwa tanggal 25 banyak impun namun sekarang hal itu tidak terbukti. Terinspirasi dari tradisi Nyalawena maka lahirlah tari Nyalawena. Tari Nyalawena biasa dibawakan oleh 60 orang dengan durasi sekitar 45 menit. Seiring berkembangnya zaman yang mempengaruhi kondisi masyarakat setempat sehingga membawa pengaruh pula terhadap kesenian ini. Perubahan terjadi karena adanya pengaruh internal dan eksternal. Faktor internal seperti regenerasi, serta faktor eksternal seperti kemajuan teknologi. Sebagaimana yang dikatakan Umar Khayam (1981:42) sebagai berikut. Perkembangan sistem teknologi komunikasi tidak hanya berhasil mengantarkan secara langsung bentuk-bentuk seni tradisional ke rumahrumah penduduk, melainkan berhasil pula menawarkan alternatif tontonan lain yang berbeda dari bentuk seni yang pertama tadi. Dahulu tradisi Nyalawena merupakan tradisi yang berfungsi sebagai hiburan pribadi dan didalamnya mengandung unsur gerak yang tidak tertata. Tradisi yang dialaksanakan setahun sekali ini kini jarang dilakukan sehingga pada tahun 1993 dikemas dalam sebuah tari Nyalawena oleh Tatang Setiadi.
5
Tarian ini disambut baik oleh masyarakat. Kini pada tahun 2009 tari Nyalawena telah mengalami perjalanan waktu yang cukup lama. Kemungkinan untuk berkembangnya tarian ini baik dari bentuk penyajian dan struktur koreografi bisa terjadi. Hal ini terbukti dengan berkurangnya durasi penyajian tari yang berpengaruh terhadap pula pada struktur koreografi. Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui lebih jauh berkaitan dengan perkembangan tari Nyalawena di Kabupaten Cianjur. Tari Nyalawena yang ada pada tahun 1993 membawa peneliti untuk menelaah lebih mendalam mengenai perkembangan tari tersebut mulai dari tahun pertama terciptanya tarian yaitu tahun 1993 hingga tahun 2009, oleh karena itu peneliti mengajukan judul penelitian PERKEMBANGAN TARI NYALAWENA DI KABUPATEN CIANJUR. B. Rumusan Masalah Sebagaimana uraian diatas maka penulis merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagaimana fungsi tari Nyalawena di Kabupaten Cianjur? 2. Bagaimana struktur pertunjukan tari Nyalawena pada tahun 1993 dan 2009 di Kabupaten Cianjur? 3. Bagaimana perkembangan tari Nyalawena tahun 1993 dan tahun 2009 di Kabupaten Cianjur?
6
C. Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini, penulis berupaya mendapatkan hasil yang memuaskan berupa: 1. Memahami lebih mendalam mengenai fungsi tari Nyalawena di Kabupaten Cianjur. 2. Memahami lebih mendalam mengenai struktur pertunjukan tari Nyalawena pada tahun 1993 dan 2009 di Kabupaten Cianjur. 3. Memahami lebih mendalam mengenai perkembangan tari Nyalawena tahun 1993 dan tahun 2009 di Kabupaten Cianjur. D. Manfaat Penelitian Berdasarkan pada rumusan masalah dan tujuan penelitian tersebut di atas, peneliti berharap penelitian yang dilakukan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Peneliti Dengan penelitian ini penulis mendapatkan banyak informasi, data lisan, data tertulis, dan data berupa vidio serta pemahaman mengenai perkembangan dan keberadaan Tari Nyalawena di Kabupaten Cianjur. 2. Objek yang diteliti Memberikan motivasi kepada para pelaku seni Tari Nyalawena untuk terus bertahan dan melestarikan kesenian tersebut. 3. Masyarakat Sebagai salah satu bukti tertulis yang memberikan informasi tentang perkembangan Tari Nyalawena di Kabupaten Cianjur
7
4. Mahasiswa dan Kaum Terpelajar Sebagai bahan referensi dalam memahami dan mempelajari salah satu bentuk seni pertunjukan yang ada di Jawa Barat khususnya di Kabupaten Cianjur. 5. Jurusan Seni Tari UPI Bandung Memberikan kontribusi referensi pustaka Jurusan Pendidikan Seni Tari UPI Bandung dan melihat perkembangan seni Nyalawena yang terjadi di Kabupaten Cianjur. E. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi dari penelitian ini adalah di Jl. Suroso no.58 Cianjur yang merupakan alamat dari subjek penelitian. Adapun alasan pemilihan lokasi adalah dikarenakan tari Nyalawena berkembang di lokasi tersebut. 2. Subjek penelitian ini adalah tim tari Nyalawena dari Sanggar Perceka pimpinan Tatang Setiadi. Subjek ini dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa bila dibandingkan dengan sanggar-sanggar yang berkembang di Cianjur, hanya sanggar ini yang lebih mengembangkan tari Nyalawena yang ada di Kabupaten Cianjur. F. Metodologi Penelitian Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, cara utama itu dipergunakan setelah penyelidikan memperhitungkan kewajibannya yang ditinjau dari tujuan penyelidikan serta situasi penyelidikan (Winarno Surakhman, 1994 : 131).
8
Berdasarkan tujuan penelitian dan permasalahan diatas, maka dalam penelitian ini penulis mengggunakan penelitian kualitatif dengan metoda deskriptif analisis melalui kajian ilmiah tari secara sinkronis dan diakronis. Sinkronis adalah kajian yang dilakukan untuk mengkaji tari secara teks dan diakronis kajian yang dilakukan untuk mengkaji tari secara konteks. Metode ini digunakan karena penulis akan menyusun, menjelaskan dan menganalisa perkembangan dari tari Nyalawena di Kabupaten Cianjur. Penelitian ini bertujuan untuk mengadakan pengamatan secara objektif yang mencoba mengungkapkan temuan dan sejumlah data yang ada, berdasarkan fakta-fakta yang aktual. Untuk memperoleh data-data yang diperlukan maka teknik pengumpulan data yang ditempuh melalui: a. Observasi Untuk memperoleh data dalam penulisan ini dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan diteliti, yaitu di sanggar Perceka Kabupaten Cianjur. b. Wawancara Yaitu proses mencari data secara langsung jawaban dari
untuk mendapat
responden dengan cara tanya jawab, wawancara itu
dilakukan oleh penulis dengan beberapa narasumber yaitu penata tari Nyalawena, dan pelaku tari Nyalawena.
9
Instrumen dalam wawancara adalah pedoman wawancara sebagai pegangan dalam melakukan wawancara dengan narasumber yang dijadikan objek penelitian. Peneliti menyusun sejumlah pertanyaan sebelum wawancara dilakukan. c. Studi Pustaka Yaitu tahap pencarian data dari sumber-sumber tertulis berupa buku-buku, skripsi, majalah, atau surat kabar yang berkaitan erat dengan objek penelitian yang digunakan sebagai bahan data studi yang melandasi penelitian.
Untuk
perpustakaan
UPI
memperoleh Bandung,
data tersebut perpustakaan
penulis
STSI
mendatangi
Bandung,
dan
perpustakaan daerah Kabupaten Cianjur. d. Studi Dokumentasi Yaitu suatu cara untuk melihat data-data dan dokumen-dokumen yang ada serta untuk mendokumentasikan peristiwa-peristiwa yang terjadi dan berkaitan dengan penelitian ini. Data ini dapat berupa vidio dan foto mengenai tradisi Nyalawena dan Tari Nyalawena di Kabupaten Cianjur. Studi dokumentasi dengan alat atau instrumen berupa kamera vidio dan kamera foto, untuk merekam hasil pertunjukan tari Nyalawena dan wawancara dengan narasumber, rekaman tersebut selanjutnya diamati dan dianalisis untuk memperoleh tujuan penelitian.
10
G. Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Berikut langkah-langkah dalam menganalisis data: a. Reduksi Data Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak penting. Sehingga data yang telah direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data berikutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. b. Penyajian Data Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan adalah menyajikan data dengan teks yang bersifat naratif. Dengan penyajian data ini maka data akan terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan sehingga akan semakin mudah dipahami.
11
c. Kesimpulan Langkah ketiga yaitu penarikan kesimpulan dari data yang tersaji. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif harus dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas.