4.1
Konsentrasi
NO2
Tahun
2011
Pada pengujian periode I nilai NO2 lebih tinggi dibandingkan dengan periode II dan III (Gambar 4.1). Tinggi atau rendahnya konsentrasi NO2 sangat dipengaruhi oleh berbagai macam kegiatan manusia contohnya transportasi, generator pembangkit listrik, pembuangan sampah, dan lain-lain. Nilai konsentrasi NO2 tertinggi pada periode I terdapat di STA1 sebesar 292,4 µg/m³, (Lampiran 4). Tingginya nilai NO2 pada periode I di STA 1 diakibatkan oleh banyaknya akumulasi emisi gas buang terutama pada kendaraan bus yang keluar masuk terminal, dan juga bus yang sedang di dalam terminal sambil menunggu penumpang mesin bus tetap menyala, sehingga menghasilkan gas buang NO2, mengingat gas NO2 dihasilkan oleh kendaraan. jenis bahan bakar solar. Dan yang juga tinggi nilainya ialah di STA 11 sebesar 284,8 µg/m³ pada periode I. Hal ini disebakan STA 11 merupakan jalan arteri dan juga jalan yang dilalui truk-truk kontainer dan bus yang menuju Jakarta Utara. Kecepatan angin pada STA 11 pada periode 1 lebih rendah dibandingkan dengan periode II, dan periode III (Lampiran 4) . Kemampuan angin dalam menyebarkan dan mengencerkan konsentrasi NO2 pada periode I di STA 11 lebih rendah sehingga nilai NO2 menjadi lebih tinggi
dibandingkan periode II dan III. Namun secara keseluruhan pengujian parameter NO2 untuk periode I, II dan III nilainya di bawah baku mutu yang ditetapkan. 4.2 Konsentrasi SO2 Tahun 2011 Periode I nilai SO2 lebih tinggi dibandingkan dengan periode II dan semakin turun pada periode III (Gambar 4.2). Tinggi atau rendahnya konsentrasi NO2 oleh hasil pembakaran batu bara, dan sektor transportasi. Nilai konsentrasi NO2 tertinggi pada periode I terletak pada STA 4 sebesar 495 µg/m³ (lampiran 4). Hal ini dipengaruhi oleh jumlah kepadatan volume kendaraan baik motor maupun mobil, pada jam sibuk (07.00-11.00) dan mengingat lokasi merupakan lintasan kendaraan-kendaraan truk-truk besar yang melintasi STA 4 menuju bantar gebang. Berdasarkan data Dinas Perhubungan Kota Bekasi tahun 2006 jumlah volume kendaraan yang lewat pada STA 4 ialah 2188,4 smp/jam dengan nilai LOS 1,03 yang artinya macet dan antrian panjang. Secara keseluruhan pengujian parameter SO2 untuk periode I, II dan III nilainya di bawah baku mutu yang ditetapkan.
Gambar 4.1. Grafik Hasil Pengujian Kualitas NO2
7
Gambar 4.2. Grafik Hasil Pengujian Kualitas SO2 4.3 Konsentrasi CO Tahun 2011 Nilai CO fluktuatif di 25 titik pengujian, pada pengujian periode I dan periode II nilai CO relatif naik-turun dan terjadi kenaikan pada periode III (Gambar 4.3). Berdasarkan pengujian rata-rata nilai CO pada tahun 2011 masih di bawah baku mutu yang ditetapkan. Walaupun masih di bawah baku mutu yang ditetapkan hampir seluruhnya nilainya mendekati batas ambang baku mutu yang ditetapkan, sehingga patut diwaspadai dan juga harus ditindak lanjuti untuk kedepannya. Hal ini diakibatkan oleh tingkat kepadatan kendaraan serta arah angin dominan. Dapat dilihat juga dari tabel 2 bahwa jumlah kendaraan angkutan kota, pariwisata dan taksi dari tahun ke tahun semakin bertambah.
Arah angin dominan berperan serta membawa polutan sehingga mengakibatkan akumulasi emisi gas buang CO. Gas CO merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berwarna sebagai akibat pembakaran yang tidak sempurna dari senyawa karbon. Faktor utama yang mempengaruhi tingginya kadar CO dalam udara adalah emisi gas buang kendaraan (motor, mobil) terutama untuk daerah persimpangan/perempatan jalan utama, daerah dengan tingkat kemacetan tinggi. Secara keseluruhan pengujian parameter CO untuk periode I, II dan III nilainya di bawah baku mutu yang ditetapkan.
Gambar 4.3 Grafik Hasil Pengujian Kualitas CO
8
4.4 Konsentrasi TSP Tahun 2011 Berdasarkan Gambar 4.4 nilai pengujian, TSP nilanya sangat tinggi. Pada periode I ada 10 titik lokasi pemantauan yang nilainya di atas baku mutu yang ditetapkan, pada periode II ada 12 titik lokasi pemantauan yang nilainya di atas baku mutu yang ditetapkan dan pada periode ke III ada 16 titik lokasi pemantauan yang nilainya di atas baku mutu yang ditetapkan. Sisanya masih di bawah baku mutu yang ditetapkan. Pada saat pengujian temperatur udara mencapai 31-420C dan keadaan udara kering. Hal ini memungkinkan banyaknya debu yang berterbangan dan terbawa oleh angin. Faktor emisi gas buang kendaraan, tingkat kepadatan dan kemacetan juga berpengaruh besar. Secara alamiah partikulat debu dapat dihasilkan dari debu tanah kering yang terbawa oleh angin. Pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar yang mengandung senyawa karbon murni atau bercampur dengan gas-gas organik seperti halnya penggunaan mesin disel yangtidak terpelihara dengan baik. Partikulat debu melayang (SPM) juga dihasilkan dari pembakaran batu bara yang tidak sempurna. Dibandingkan dengan pembakaraan batu bara, pembakaran minyak dan gas pada umunya menghasilkan SPM lebih sedikit. Kepadatan kendaraan bermotor dapat menambah asap hitam pada total emisi partikulat debu.
Demikian juga pembakaran sampah domestik dan sampah komersial bisa merupakan sumber debu yang cukup penting. Berbagai proses industri seperti proses penggilingan dan penyemprotan, dapat menyebabkan abu berterbangan di udara, seperti yang juga dihasilkan oleh emisi kendaraan bermotor. Khusus pada pengukuran periode I nilai debu di STA 4 nilainya sangat tinggi diatas baku mutu (nilai 728,30 μg/Nm3, BM = 230 μg/Nm3). Berdasarkan pengamatan di lapangan jumlah volume kendaraan sangat tinggi, sering terjadi kemacetan dan juga lokasi pengamatan di STA 4 merupakan salah satu jalan arteri. Hal ini memungkinkan akumulasi debu yang terbawa kendaraan sangat tinggi mengingat daerah Bantar Gebang selain dipengaruhi oleh aktifitas kendaraan, juga daerah industri dengan jumlah industri mencapai 67 perusahaan. Aktifitas perdagangan di pasar Bantar Gebang dan pengaruh TPA Bantar Gebang . Kecepatan angin pada STA 4 periode I lebih tinggi dibandingkan pada periode II,dan periode III memungkinkan banyaknya debu yang berterbangan terutama pada periode I di waktu siang hari.
Gambar 4.4. Grafik Hasil Pengujian Kualitas TSP
9
4.5 Konsentrasi HC Tahun 2011 Hidrokarbon (HC) merupakan polutan primer karena dilepas ke udara ambien secara langsung, sedangkan oksidan fotokima merupakan polutan sekunder yang dihasilkan di atmosfir dari hasil reaksi-reaksi yang melibatkan polutan primer. Kegiatan industri yang berpotensi menimbulkan cemaran dalam bentuk HC adalah industri plastik, resin, pigmen, zat warna, pestisida dan pemrosesan karet. Sebagai bahan pencemar udara, Hidrokarbon dapat berasal dari proses industri yang diemisikan ke udara dan kemudian merupakan sumber fotokimia dari ozon. Sumber HC dapat pula berasal dari sarana transportasi. Kondisi mesin yang kurang baik akan menghasilkan HC. Demikian juga pembuangan sampah, dan kebakaran sampah mempunyai peranan besar dalam memproduksi gas hidrokarbon. Konsentrasi HC tertinggi pada periode I di STA 10 nilainya sebesar 147,3 µg/m³ (Gambar 4.5 dan pada lampiran 8). Tingginya nilai HC pada STA 10 disebabkan oleh banyaknya akumulasi emisi gas buang terutama pada kendaraan angkutan umum, banyaknya bus masuk terminal, dan angkutan umum yang menunggu penumpang mesin angkutan umum tetap dihidupkan, sehingga menghasilkan gas buang HC. HC berasal dari pembakaran yang tidak efisien oleh kendaraan bermotor. Namun secara keseluruhan pengujian parameter HC untuk periode I, II dan III nilainya di bawah baku mutu yang ditetapkan.
4.6 Konsentrasi CO pada pagi, siang, sore, dan, malam hari pada Tahun 2010 Konsentrasi CO pada tahun 2010 pada periode I dan periode II tinggi pada pagi dan sore hari, rendah pada siang hari dan malam hari (Gambar 4.6 dan 4.7). Hal ini berhubungan dengan jumlah kendaraan tinggi pada pagi dan sore hari, yaitu saat dimana orang berangkat dan pulang kerja. Pada waktu siang hari dan malam hari jumlah kendaraan berkurang. Pada waktu siang hari udara bergolak tak stabil dan angin lebih kencang sehingga udara lebih mampu menyebarkan polutan CO yang mengakibatkan konsentrasi CO menjadi berkurang. Sedangkan pada waktu malam hari walau jumlah kendaraan berkurang tetapi konsentrasi CO melebihi siang hari, disebabkan pada malam hari keadaan atmosfer lebih stabil sehingga semua bahan pencemar di udara akan turun dan mengendap yang akan membuat nilai CO agak meningkat pada malam hari.
Gambar 4.5. Grafik Hasil Pengujian Kualitas HC
10
Gambar 4.6 Hasil Grafik Konsentrasi CO Pada Tahun 2010 Periode I 4.7 Konsentrasi NO2 dari Tahun 2009-2011 Parameter NO2 meningkat nilai setiap tahunnya (Gambar 4.9). Peningkatan sebagian besar disebabkan oleh bertambahnya jumlah kendaraan yang menghasilkan gas buang NO2 (Tabel 2). Jumlah kendaraan di kota Bekasi
terutama adalah kendaraan yang berbahan bakar solar. Gas NO2 lebih banyak dihasilkan oleh kendaraan berbahan jenis solar. Meskipun demikian, secara keseluruhan nilai NO2, dari tahun 2009,2010, dan 2011 masih bearada di bawah baku mutu yang ditetapkan.
Gambar 4.7 Hasil Grafik Konsentrasi CO Pada Tahun 2010 Periode II
11
Gambar 4.8 Hasil Traffic Counting Pada Ruas Jalan Utama di Kota Bekasi Tahun 2006 4.8 Konsentrasi SO2 dari Tahun 2009-2011 Paremeter SO2 pada umumnya terjadi penurunan pada setiap tahunnya, namun ada beberapa lokasi yang mengalami kenaikan meskipun tidak nyata. Penurunan disebabkan oleh jumlah volume kendaraan yang fluktuatif menghasilkan gas buang SO2, selain itu faktor kecepatan angin, dan arah angin juga berpengaruh dalam pengukuran. Angin akan mempengaruhi kecepatan penyebaran polutan dan pencampuran polutan dengan udara sekitarnya. Semakin tinggi
kecepatan angin maka pencampuran dan polutan dari sumber emisi di atmosfer akan semakin besar sehingga konsentrasi pencemar semakin encer begitu juga sebaliknya. Arah angin merupakan penentu kemana arah polutan akan menyebar, sehingga dapat diketahui daerah mana yang akan terkena dampak sebaran polutan tersebut. Secara keseluruhan nilai SO2 dari tahun 2009, 2010, 2011 masih di bawah baku mutu yang ditetapkan.
Gambar 4.9. Grafik NO2 Tahun 2009 - 2011
12
Gambar 4.10. Grafik SO2 Tahun 2009 - 2011 4.9 Konsentrasi CO dari Tahun 2009-2011 Parameter CO mengalami kenaikan yang sangat tinggi (Gambar 4.11). Peningkatan terjadi terutama di tahun 2010 dan 2011 hampir di semua lokasi pemantauan, namun masih di bawah ambang batas baku mutu yang ditetapkan. Ada 1 titik yang melebihi baku mutu yaitu STA 1 pada tahun 2010. STA1 merupakan terminal bekasi. Tingginya nilai CO setiap tahunnya
disebabkan oleh akumulasi gas buang kendaraan dan pembakaran yang tidak sempurna terutama yang menggunakan bahan bakar bensin. Walaupun nilai CO pada pengukuran di 25 titik lokasi pemantauan tahun 2011 masih di bawah baku mutu tetapi sebagai besar nilainya hampir mendekat nilai ambang baku mutu.
Gambar 4.11. Grafik CO Tahun 2009 - 2011
13
Gambar 4.12. Grafik TSP Tahun 2009 - 2011
4.10 Konsentrasi TSP dari Tahun 20092011 Parameter TSP terjadi kenaikan yang sangat tinggi setiap tahunnya khususnya di tahun 2011. Tingginya nilai debu di tiap-tiap lokasi pengamatan diakibatan oleh faktor debu atau partikel kering yang terbawa oleh kendaraan, jalan rusak, pembakaran sampah, emisi industri dan aktifitas perdagangan. Di samping itu kecepatan angin berpengaruh terhadap mobilitas debu.
Angin akan mempengaruhi kecepatan penyebaran polutan dan pencampuran polutan dengan udara sekitarnya. Semakin tinggi kecepatan angin maka pencampuran dan polutan dari sumber emisi di atmosfer akan semakin besar sehingga konsentrasi pencemar semakin encer begitu juga sebaliknya
Gambar 4.13. Grafik HC Tahun 2009 - 2011
14