BAB 3 INTI PENELITIAN 3.1.
Perusahaan 3.1.1
Profil Perusahaan TUTA Media (Tim union Art) adalah sebuah perusahaan yang menawarkan Layanan Profesional Audio Visual (Production House). TUTA Media atau dikenal sebagai 700 Pictures adalah perusahaan independen yang sepenuhnya dimiliki oleh Tuta Putrama yang memulai hidupnya dalam industri film sejak tahun 1999 awal. Meringkas jumlah tahun pengalaman di bidang ini, pendekatan Putrama's profesional dan antusias untuk pembuatan film, atas kerja keras dan perjalanan melalui industri ini dia mendapatkan penghargaan dengan kesempatan untuk membuat sebuah perusahaan baru yang disebut TUTA Media, Produksi House independen, berdasarkan minat dan cinta dalam membangun keberhasilan Cinema Indonesia dan pihak lainnyadalam hal Audio Visual (AV) di dunia.
3.1.2
Karya –Karya yang dihasilkan perusahaan Rumah produksi 700 Pictures memproduksi beberapa hal dan akan memproduksi a. Video Musik Band : Xiruz Producer
: Tia Hasibuan
77
78
Director
: Anggy
DOP
: Dr.M
Band
: Xiruz
Producer
: Putrama Tuta
Director
: Joko Anwar
DOP
: Gunnar Nimpuno
b. Buku Catatan Si Boy: The Project 2011 Title
: Storygraph Catatan Si Boy
Writer
: Rio Haminoto
c. Film Title
: Catatan Si Boy 2011
Producer
: Putrama Tuta
Director
: Putrama Tuta
Casts : Ario bayu, Onky Alexander, Didi
Petet, Carissa
Puteri
Film Catatan Harian Si Boy merupakan produk terakhir sekaligus kunci dari benang merah proyek Catatan Si Boy 2010, bukan merupakan versi re-make dari seri Catatan Si Boy yang lawas. Film Catatan Harian Si Boy
79
menampilkan kombinasi pemeran-pemeran bintang dan calon bintang, seperti Onky Alexander, Didi Petet, Ario Bayu, Carissa Puteri dan Btari Karlinda untuk memuaskan rasa kangen sekaligus menghibur para penonton.
Dengan jalan cerita yang sangat khas Catatan Si Boy, film ini bercerita mengenai perjalanan hidup seseorang yang menemukan jati diri serta menemukan yang terbaik dari dirinya dalam meraih mimpi, dengan panduan catatan si Boy. Ide cerita yang sederhana, dibuat dan dikemas apik untuk membangkitkan semangat generasi muda untuk meraih kebahagiaan.
d. Film yang akan di Produksi Title
: Frekuensi Berdarah
Producer
: Gita Sudjirman
Director
: Indra Birowo
Script
: Joko Nugroho Sudah banyak sekali latar belakang cerita yang telah
diangkat untuk film horor Indonesia, dari legenda, cerita rakyat, sampai urban legend. Akan tetapi, belum ada satupun yang mengangkat kisah menakutkan dengan latar belakang stasiun radio. Kami meihat stasiun radio pun memiliki nilai latar belakang lokasi yang potensial dalam
80
memberi
kesan
misterius
dan
menakutkan
kepada
penonton. Sebuah kisah pembunuhan dan pembalasan dendam arwah
penasaran
yang
mampu
dilakukan
melalui
gelombang radio diharapkan mampu memberikan rasa mencekam yang lebih bagi para penggemar film horor.
3.1.3
Struktur Organisasi Perusahaan •
Struktur internal rumah produksi 700 Pictures Gambar 3.1 Broad of commisioner
Presiden Director
F & A Director
Managing Director
Project Dirctor
Markom
Creative
GA
HRD
81
•
Struktur Eksternal untuk film Catatan Harian Si Boy Gambar 3.2 PH Direktur Tim Kreatif
Produser Produser Line crew
TIM INTI : 1.Produser Produser mengepalai departemen produksi yang biasa jadi penggerak awal sebuah produksi film. Produser ini ada beberapa dalam produksi film ini yakni ¾ Eksekutif produser Predikat ini umumnya disandang oleh satu atau sejumlah orang yang menjadi inisiator produksi sebuah film. Dan merekalah yang bertanggung jawab atar pra produksi proposal dan penggalangan dana produksi. Akan tetapi dalam kasus tertentu ,produksi suatu film didanai oleh lebih dari satu institusi. Lazimnya institusi-
82
institusi tersebut memiliki wakil untuk menyandang predikat ini. ¾ Associate Producer Associate Producer adalah satu atau sejumlah orang yang punya hak mengetahui jalannya produksi maupun mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar produksi. Sekalipun demikian, associate producer tak punya hak untuk mencampuri segala keputusan yang diambil dalam sebuah produksi film.
¾ Produser Predikat
ini
disandang
oleh
orang
yang
memproduksi sebuah film,bukan yang membiayai atau menanam investasi dalam sebuah produksi film. Tugas seorang produser adalah memimpin seluruh tim produksi sesuai tujuan yang ditetapkan bersama, baik dalam aspek kreatif maupun manajemen produksi, sesuai anggaran yang telah disepakati oleh eksekutif produser.
¾ Line Producer Line
producer
tak
ubahnya
seorang
penyelia
(supervisor), tugasnya membantu memberi masukan
83
dan alternatif atas masalah-masalah yang dihadapi oleh seluruh departemen dalam lingkup manajerial dan dalam batasan anggaran yang sudah disepakati. Line produser tidak ikut
campur dalam kreatif. Dengan
begitu,line producer tidak terlibat dalam proses casting (penentuan pemeran)dan pengembangan scenario.
2. Sutradara Sutradara memiliki tugas dan tanggung jawab yang berat. Di lapangan seorang sutradara berperan sebagai manajer, kreator, dan sekaligus inspirator bagi anggota tim produksi dan para pemeran. Peran yang sedemikian besar mengharuskan sutradara memahami benar konsep cerita, memahami situasi lingkungan maupun psikologis para pelibat produksi, dan juga harus memahami bagaimana menjalin hubungan yang baik dengan semua pelibat produksi. Ibarat tubuh manusia, sutradara adalah otaknya, dan yang lain adalah seluruh anggota badan. Otak memerlukan anggota badan untuk mewujudkan gagasan, badan memerlukan otak untuk mengendalikan. Tugas sutradara adalah pada tahap produksi. Namun bukan berarti sutradara tidak perlu mengetahui aspek praproduksi dan pasca produksi. Pemahaman praproduksi akan mencegah sikap arogan dan tutuntutan yang berlebih atas peralatan dan aspek-aspek
84
penunjang produksi yang notabene merupakan tugas tim praproduksi. Misalnya, sutradara tidak terlalu menuntut disediakan pemeran yang honornya mahal apabila ia menyadari bahwa tim budgeting tidak menganggarkan dana berlebih untuk honor pemeran. Pemahaman pascaproduksi akan mencegah sutradara menginstruksikan pengambilan gambar dengan komposisi atau enggel yang penyambungannya mustahil dilakukan oleh editor. Seorang sutradara yang memberikan instruksi kepada kru dan talent tentang bagaimana dia akan mengeksekusi ebuah program akan dibuat. Apabila di ibaratakan, sebuah tim produksi sebagai tubuh manusia, sutradara adalah otaknya. Dia yang mengumpulkan, menganalisa dan memutuskan bagaimana sebuah informasi akan diolah. Kemudian sutradara akan memberikan instruksi kepada otot dan saraf (kru da talent) untuk bekerja secara efektif. Sutradara tidak mengoperasikan segalanya, tapi dia harus melihat dengan mata terbuka, mendengar dengan seksama, memprediksi dan mengantisipasi semua hal sebelum terlaksananya sebuah proses produksi, dan yang terpenting adalah kemampuan untuk mengambil keputusan dengan kepala dingin dalam waktu yang singkat. Apalagi Putrama Tuta selaku sutradara Catatan Harian si Boy tidak hanya sekedar sutradara melaikan director dan pemilik rumah produksi 700 pictures.
85
3.Manager Produksi Seorang manajer produksi bak coordinator harian yang mengatur kerja dan memaksimalkan potensi seluruh departemen yang ada dlam produksi sebuah film. Manajer produksi inilah yang paling bertanggung jawab dalam operasional produksi mulai tahap praproduksi hingga pasca produksi. 4.Asisten sutradara Ditahap pra produksi , diperlukan seseorang untuk membantu sutradara menerjemahkan hasil director’s treatment ke dalam script breakdown dan shooting schedule. Orang ini diberi peredikat asisten sutradara 1 dan orang inilah yang mendiskusikan segala keperluan shooting dengan manajer produksi. 5. Storyboard Artist (membuat storyboard) Storyboard adalah sebuah gambar yang biasanya dibuat pada media kotak berukuran video ratio 4 : 3 tapi seiringnya perkembangan jaman ada juga yang yang dibuat pada format video wide scren ratio 16 : 9. Tugas pembuatan storyboard ini melibatkan scriptwriter bersama visualisasi artis dan biasanya dipandu sutradara dan DOP
86
(director of photography) untuk menentukan angle pengambilan gambar. Storyboard harus dibuat secara akurat dan representatif, karena storyboard menentukan proses tahap produksi selanjutnya. 6. Scriptwriter Skrip adalah sebuah ide, sebuah konsep yang dituangkan ke media tulisan. Skrip biasa dibuat sebagai acuan untuk produksi video, dari skrip inilah yang nantinya akan dikembangkan menjadi storyboard. Awal pembuatan skrip melibatkan sutradara dan scriptwriter, sutradara memberikan kerangka cerita berupa storyline kepada scriptwriter, kemudian diperluas oleh scriptwriter menjadi sebuah cerita. Tugas scriptwriter untuk menentukan jalannya sebuah cerita, yang didalamnya memuat instraksi untuk pengambilan gambar, instraksi untuk para pemeran (talent) dan tentunya kesinambungan (continity) cerita. Seorang scriptwriter harus memiliki kemampuan imajinasi yang bagus, ketepatan dalam menuliskan kata-kata dan kalimat, dan memiliki banyak referensi. 7. Editor Editing adalah proses menggerakan dan menata video shot/hasil rekaman gambar menjadi suatu rekaman gambar yang
87
baru dan enak untuk dilihat. secara umum pekerjaan editing adalah berkaitan dengan proses pasca produksi, seperti titling, colour correction, sound mixing, etc. Istilah editing telah dikenal luas dan banyak orang memberi pemahaman sendiri. namun dalam mata kuliah ini kita sepakat editing berkaiatan dengan kerja-kerja dibawah ini: 1. menata, menambahkan atau memindahkan klip video atau klip audio 2. menerapkan colour correction, filter dan peningkatan yang lain 3. membuat transisi antara klip
Tujuan editing Ada banyak alasan kita melakukan pengeditan dan pendekatan editing sangat bergantung dari hasil yang kita inginkan.
yang
terpenting
adalah
ketika
kita
melakukan
pengeditan, pertama adalah meetapkan tujuan kita melakukan editing. namun, secara umum, tujuan editing adalah sebagai berikut: 1.memindahkan klip video yang tak dikehendaki ini menjadi tugas yang paling umum dan yang paling sederhana di dalam editing. banyak
video
dapat
secara
dramatis
ditingkatkan
oleh
88
sederhananya membuang menyangkut bit tak dikehendaki atau yang bercacat. 2.memilih gambar dan klip yang terbaik adalah umum untuk menembak jauh lebih ukuran panjang dibanding kamu benar-benar memerlukan dan memilih hanya material yang terbaik untuk yang akhir mengedit. sering kamu akan menembak beberapa versi mengambil tentang suatu ditembak dan memilih satu-satunya yang terbaik ketika mengedit. 3.menciptakan arus kebanyakan video melakukan seperti diminta suatu seperti bercerita atau menyediakan informasi. editing adalah suatu langkah rumit di dalam meyakinkan video mengalir dengan cara yang mana mencapai gol ini. 4. menambahkan efek, grafik, musik dll ini adalah sering ” yang sesuatu yang hebat sekali” bagian dari editing. kamu dapat meningkatkan kebanyakan video dan sudah sangat lucu dengan menambahkan unsur-unsur ekstra. 5. mengubah gaya dan suasana hati dan langkah dari gambar seorang yang baik editor akan mampu menciptakan suasana hati sulit dipisahkan membisikkan di dalam suatu video. teknik seperti suasana hati musik dan efek visuil dapat mempengaruhi bagaimana pendengar akan bereaksi. 6. memberikan sudut yang menarik bagi hasil rekaman.
89
3.1.4
Logo Perusahaan
Gambar 3.3
Gambar 3.4
90
3.1.5
Visi dan Misi Misi
Memiliki gagasan menarik untuk-Audio Indonesia Video (AV) dunia, TUTA Media adalah perusahaan yang dibangun kepercayaan. Melihat besar dan terus berkembang kebutuhan komunikasi saat ini, pasar clamors permintaan khusus mereka untuk tidak kurang dari hasil kualitas hebat.
Perusahaan kami kemudian melihat kesempatan besar untuk memadukan penting kreativitas dan karya seni media AV pembuatan mulai digunakan baik dan memuaskan kebutuhan pasar memesona untuk kualitas.
Line perusahaan kami usaha mencakup wilayah AV luas, dari Fitur Film, TVCs, Musik Video, untuk acara TV Reality, Talk Shows, Cine TV, dan produk lainnya yang berhubungan AV
Visi
Kami percaya bahwa di dalam setiap ide cemerlang, terletak kreativitas dan keterampilan menyadari, untuk memenuhi tujuan langsung
91
kita, di tengah-tengah upaya kita dalam membangun nilai jangka panjang untuk para penonton kami dan klien.
Kami membawa kualitas, keindahan, dan esensi keahlian audio video ke dalam hidup melalui satu kata sederhana, "HATI". Itu semua keindahan seni berasal dari jantung penciptanya. Keyakinan ini memungkinkan kita untuk pertumbuhan, meningkatkan keberhasilan kami di Media Bisnis, juga leverage diri dengan pemain terbaik di negeri ini.
3.2. Metode Penelitian Secara umum, metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2009: 2). Metode yang digunakan dalam pengkajian penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Poerwandari (Poerwandari:1998 dalam Burhan Bungin:2007:23) penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkripsi wawancara , catatan lapangan, gambar, foto rekaman video dan lain-lain. Dan tipe penelitian ini menggunakan jenis deskriptif, dimana peneliti mendeskripsikan atau mengkonstruksi wawancara-wawancara mendalam dan observasi serta study pustaka terhadap subyek penelitian. Dalam penelitian kualitatif perlu menekankan pada pentingnya kedekatan dengan orang-orang dan situasi penelitian, agar peneliti memperoleh pemahaman
92
jelas tentang realitas dan kondisi kehidupan nyata.( Patton dalam Poerwandari, 1998 dalam Burhan Bungin:2007:23) . Dalam penelitian kualitatif, para beberapa ahli sepakat bahwa teorisasi dalam
penelitian
ini
menggunakan
beberapa
model,
yakni
(Burhan
Bungin:2007:24):
1. Model Deduksi Model deduksi dimana teori masih menjadi alat penelitian sejak memilih dan menemukan masalah, membangun hipotesis maupun melakukan pengamatan di lapangan sampai dengan menguji data. Model penggunaan teori inilah yang biasa dilakukan pada penelitian deskriptifkualitatif. Teori digunakan sebagai awal menjawab pertanyaan penelitian, bahwa sesungguhnya pandangan deduktif menuntun penelitian terlebih dahulu menggunakan teori sebagai alat, ukuran dan bahkan instrument untuk membangun hipotesism sehingga peneliti secara tidak langsung akan menggunakan teori sebagai “kacamata kuda”-nya dalam melihat masalah penelitian. Lepas dari berbagai kontroversi terhadap terorisasi dalam format penelitian macam ini, namun dalam tradisi terorisasi model ini dibenarkan sebagai salah satu model yang paling banyak digunakan. Adapun apakah
93
model terorisasi ini dikatakan tidak sesuai dengan tradisi penelitian kualitatif tentu perlu diperdebatkan untuk dicari jalan keluar, namun sejauh ini teorisasi deduktif dalam format penelitian kualitatif deskriptif dapat diterima sebagai jalan keluar terhadap kesuliatan-kesulitan metodis di lapangan terhadap berbagai kemungkinan pengembangan metodologi. 2. Model Induksi. Melakukan teorisasi dengan model induktif selain berbeda juga bertolak belakang dari teorisasi dengan model induksi deduktif. Perbedaan utamanya adalah cara pandang terhadap teori, dimana teorisasi deduktif menggunakan teori sebagai pijakan awal melakukan teorisasi, sedangkan teorisasi induktif menggunakan data sebagai pijakan awal melakukan penelitian, bahkan dalam format induktif tidak mengenal teorisasi sama sekali, artinya teori dan teorisasi bukan hal yang penting untuk dilakukan. Sebaliknya data adalah segala-galanya untuk memulai sebuah penelitian. Keunggulan model induktif ini bahwa penelitian dilakukan pada tingkat mendasar (grounded) sehingga sering kali peneliti memulai dari titik nol sebuah penelitian, yaitu pada titik dimana suatu fenomena itu belum terungkapkan dalam berbagai teori dean fenomena sosial yang terbaca. Karena itu model ini di samping memiliki ketiga kemampuan, yaitu menerima teori karena mendukung teori, meragukan teori kemudian mengkritiknya, membantah teori kemudian menolaknya, namun juga membangun sebuah teori baaru yang sebelumnya belum pernah ada.
94
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian kualitatif dengan teorisasi deduktif. Sebab peneliti telah menetukan landasan teori agar dapat menentukan menerima atau menolak suatu teori menurut hasil penelitian.
Teori
Trianggulasi
Pengamatan
Gambar 3.5 Model penggunaan teori penelitian deskriptif kualitatif (Model deduksi) (Burhan Bungin, 2007:24) Metodologi Penelitian Kualitatif Studi Kasus Metodologi Penelitian Kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah Studi Kasus. Studi Kasus asalah salah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial. Selain studi kasus, masih ada beberapa metode yang lain seperti eksperimen, survey, historis, dan analisis informasi documenter (seperti dalam studi-studi ekonomi). Penggunaan setiap metode memiliki
95
keuntungan dan kerugian tersendiri, tergantung kepada tiga hal yaitu (Prof.Dr.Robert K.Yin, 2002:109): 1. Tipe pertanyaa penelitiaannya 2. Kontrol yang dimiliki peneliti terhadap peristia perilaku yang akan ditelitinya 3. Fokus terhadap fenomena penelitiannya (fenomena kontemporer ataukah fenomena historis). Secara umum, studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan “how” atau “why”, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki dan bilamana focus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer di dalam konteks kehidupan nyata. Disini Peneliti bertindak selaku orang yang bertindak netral tidak menjadi pelaku freelance ataupun orang yang punya rumah produksi akan tetapi peneliti meneliti didalamnya selama proses produksi film catatan harian si boy. Selanjutnya peneliti bertindak selaku aktivis yang ikut melakukan kegiatan produksi sehingga dapat memberi makna kritis pada realitas yang di konstruksi subyek penelitian.
Dalam penelitian terdapat dua tahap penelitian, yaitu : 1.
Tahap Persiapan Penelitian Pertama peneliti membuat pedoman wawancara yang disusun
berdasarkan dimensi kebermaknaan hidup sesuai dengan permasalahan
96
yang dihadapi subjek. Pedoman wawancara ini berisi pertanyaanpertanyaan mendasar yang nantinya akan berkembang dalam wawancara. Pedoman wawancara yang telah disusun, ditunjukan kepada yang lebih ahli dalam hal ini adalah pembimbing penelitian untuk mendapat masukan mengenai isi pedoman wawancarara. Setelah mendapat masukan dan koreksi dari pembimbing, peneliti membuat perbaikan terhadap pedoman wawancara dan mempersiapkan diri untuk melakukan wawancara. Tahap persiapan selanjutnya adalah peneliti membuat pedoman observasi yang disusun berdasarkan hasil observasi terhadap perilaku subjek selama wawancara dan observasi terhadap lingkungan atau setting wawancara, serta pengaruhnya terhadap perilaku subjek dan pencatatan langsung yang dilakukan pada saat
peneliti
melakukan
observasi.
Namun
apabila
tidak
memungkinkan maka peneliti sesegera mungkin mencatatnya setelah wawancara selesai. Peneliti selanjutnya mencari subjek yang sesuai dengan karakteristik subjek penelitian. Untuk itu sebelum wawancara dilaksanakan peneliti bertanya kepada subjek tentang kesiapanya untuk diwawancarai. Setelah subjek bersedia untuk diwawancarai, peneliti membuat kesepakatan dengan subjek tersebut mengenai waktu dan tempat untuk melakukan wawancara.
97
2.
Tahap pelaksanaan penelitiaan Peneliti membuat kesepakatan dengan subjek mengenai waktu
dan tempat untuk melakukan wawancara berdasarkan pedoman yang dibuat. Setelah wawancara dilakukan, peneliti memindahakan hasil rekaman berdasarkan wawancara dalam bentuk verbatim tertulis. Selanjutnya peneliti melakukan analisis data dan interprestasi data sesuai dengan langkah-langkah yang dijabarkan pada bagian metode analisis data di akhir bab ini. setelah itu, peneliti membuat dinamika psikologis dan kesimpulan yang dilakukan, peneliti memberikan saransaran untuk penelitian selanjutnya.
3.3. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan di dalam penelitian ini adalah:
3.3.1
Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam keterlibatannya dalam kehidupan informan.
98
Metode wawancara mendalam (in-depth interview) adalah sama
seperti
metode
wawancara
lainnya
hanya
peran
pewawancara, tujuan wawancara, peran informan dan cara melakukan wawancara yang berbeda dengan wawancara pada umumnya. Sesuatu yang amat berbeda dengan metode wawancara lainnya adalah bahwa wawancara mendalam dilakukan berkali-kali dan membutuhkan waktu yang lama bersama informan di lokasi penelitian, hal mana kondisi ini tidak pernah terjadi pada wawancara pada umumnya. Dan untuk melengkapi data penelitian, maka peneliti menggunakan metode pengumpulan data melalui wawancara mendalam ini dengan narasumber adalah
pekerja tetap yakni
marketing director, para freelancer yang bekerja di rumah produksi 700 Pictures yang memproduksi film Catatan Harian Si Boy yakni Line producer, Asisten sutradara, Asisten Produksi, Dan pemilik rumah produksi 700 Pictures yakni Putrama Tuta sebagai director dan sutradara film catatan harian si boy. Supaya hasil wawancara akan bermanfaat sebagai data pendukung.
3.3.2
Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu
99
utamanya selain pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut dan kulit. Karena itu, Observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannuya melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya. Seseorang
yang
melakukan
pengamatan
tidak
selamanya
menggunakan pancaindra saja, tetapi selalu mengaitkan apa yang dilihatnya dengan apa yang dihasilkan oleh pancaindra lainnya; seperti apa yang ia denganr , apa yang ia cicipi, apa yang ia cium dari penciumannya bahkan dari apa yang ia rasakan dari sentuhansentuhan kulitnya. Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memehami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara. Dari pemahaman observasi atau pengamatan diatas, sesungguhnya yang dimaksud dengan metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan. Suatu kegiatan
pengamatan
baru
dikategorikan
sebagai
kegiatan
100
pengumpulan data penelitian apabila memiliki criteria sebagai berikut: 1. Pengamatan digunakan dalam penelitian dan telah direncanakan secara serius. 2. Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan. 3. Pengamatan
dicatat
secara
sistematik
dan
dihubungkan dengan proporsi umum dan bukan dipaparkan sebagai suatu yang hanya menarik perhatian. 4. Pengamatan dapat dicek dan dikontrol mengenai keabsahannya. Jenis observasi yang digunakan oleh peneliti adalah jenis Observasi Tidak Berstruktur. Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide observasi. Dengan demikian, pada observasi ini pengamat harus mampu secara pribadi mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek. Pada observasi ini, yang terpenting adalah pengamat harus menguasai ilmu tentang objek secara umum dari apa yang hendak diamati, hal mana yang membedakannya dengan observasi partisipasi yaitu pengamat tidak perlu memahami secara teoritis terlebih dahulu objek penelitian. Dengan demikian, akan
101
membantu lebih banyak pekerjaannya dalam mengamati objek baru tersebut.
Metode Pengumpulan data melalui observasi ini digunakan oleh peneliti untuk mengamati secara langsung untuk melihat lebih dekat kegiatan yang dilakukan oleh obyek yang diteliti dalam situasi riil.
3.3.3
Studi Pustaka Selain
kedua
metode
tersebut,
peneliti
juga
akan
menggunakan data – data dari buku, ataupun tulisan-tulisan ilmiah yang berhubungan sebagai data sekunder yang juga berfungsi untuk mendukung penelitian ini.
3.4.
Alat Bantu Pengumpulan Data
Menurut Poerwandari (1998) penulis sangat berperan dalam seluruh proses penelitian, mulai dari memilih topik, mendeteksi topik tersebut, mengumpulkan data, hingga analisis, menginterprestasikan dan menyimpulkan hasil penelitian.
102
Dalam mengumpulkan data-data penulis membutuhkan alat Bantu (instrumen penelitian). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 alat bantu, yaitu : 1. Pedoman wawancara Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
2. Pedoman Observasi Pedoman observasi digunakan agar peneliti dapat melakukan pengamatan sesuai dengan tujuan penelitian. Pedoman observasi disusun berdasrkan hasil observasi terhadap perilaku subjek selama wawancara dan observasi terhadap lingkungan atau setting wawancara, serta pengaruhnya terhadap
perilaku
subjek
dan
informasi
yang
muncul
pada
saat
berlangsungnya wawancara. 3. Alat Perekam Alat perekam berguna Sebagai alat Bantu pada saat wawancara, agar peneliti dapat berkonsentrasi pada proses pengambilan data tampa harus berhenti untuk mencatat jawaban-jawaban dari subjek. Dalam pengumpulan data, alat perekam baru dapat dipergunakan setelah mendapat ijin dari subjek untuk mempergunakan alat tersebut pada saat wawancara berlangsung.
103
3.5. Pengujian Keabsahan Hasil Penelitian Pada penelitian ini, peneliti menggunakan Desain Deskriptif Kualitatif yang diaman pada umumnya dilakukan pada penelitian dalam bentuk studi kasus. Format deskriptif kualitatif studi kasus tidak memiliki ciri seperti air (menyebar di permukaan), tetapi memusatkan diri pada suatu unit tertentu dari berbagai fenomena. Dari ciri yang demikian memungkinkan studi ini dapat amat mendalam dan demikian bhawa kedalaman data
yang menjadi pertimbangan dalam
penelitian model ini. Pada cirinya yang lain deksriptif kualitatif studi kasus merupakan penelitian eksplorasi dan memainkan peranan yang amat penting dalam menciptakan hipotesis atau pemahaman orang tentang berbagai variable sosial. Studi Kasus adalah salah satu strategi dan metode analisis data kualitatif yang menekankan pada kasus-kasus khusus yang terjadi pada objek analisis. Pada umumnya studi kasus juga digunakan untuk menganalisis data kuantitatif, namun berbagai studi kasus terkenal di dunia aalah yang digunakan pada analisis kualitatif seperti studi kasus Street Corner Society (1943) yang dilakukan oleh William F. Whyte. Dalam analisis studi kasus seperti halnya analisis kualitatif pada umumnya, peneliti diberi kebebasan membangun struktur tulisan berdasarkan domain yang dikaji serta keinginan-keinginan peneliti tentang domain mana yang dikembangkan.
104
Subjek penelitian ini adalah Tenaga Freelance di Rumah Produksi 700Pictures khususnya line Produser, Asisten Produser, Dan Asisten Sutradara. Pengujian Keabsahan hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan trianggulasi peneliti, metode, teori dan sumber data. Dengan mengacu kepada Denzin (1978,dalam) maka pelaksanaan teknis dari langkah pengujian keabsahan ini akan memanfaatkan peneliti, sumber, metode, dan teori. a. Triangulasi Kejujuran Peneliti Cara ini dilakukan untuk menguji kejujuran, subjektivitas dan kemampuan merekam data oleh peneliti di lapangan. Melihat kemungkinan adanya human error atau tindakan sadar ataupun tanpa sadar
peneliti
melakukan
tindakan-tindakan
yang
merusak
kejujurannya ketika pengumpulan data, maka diperlukan dilakukan triangulasi terhadap peneliti, yaitu adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan data. Dalam penelitian ini, dosen pembimbing studi kasus bertindak Sebagai pengamat (expert judgement) yang memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan data. b. Triangulasi Dengan Sumber Data Dilakukan dengan membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang berbeda dalam metode kualitatif yang dilakukan dengan (Paton,1987): (1) dengan membandingkan data hasil pengamatan
105
edengan hasil wawancara, (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, (3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu, (4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tingg, orang berada dan orang pemerintahan, (5) membandingkan hasil wawncara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. c. Triangulasi Dengan Metode Mengacu pendapat Patton (1987:329) dengan menggunakan strategi; (1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data, (2) pengecekan beberapa sumber data dengan metode yang sama (moleong,2006:331). Triangulasi ini dilakukan untuk melakukan pengecekan terhadap penggunaan metode pengumpulan data, apakah informasi yang di dapat dengan metode wawancara sama dengan metode observasi atau apakah hasil obserbvasi sesuai dengan informasi yang diberikan sumber data ketika diwawancarai dan diobservasi akan memberikan informasi yang sama atau berbeda. Apabila berbeda maka peneliti harus dapat menjelaskan perbedaan itu, tujuannya adalah untuk mencari kesamaan data dengan metode yang berbeda.
106
d. Triangulasi dengan Teori Dilakukan
dengan
menguraikan
pola,
hubungan
dan
menyertakan penjelasan yang muncul dari analisis utntuk mencari tema atau penjelasan pembanding. Triangulasi dengan teori menurut Lincoln dan Guba (1981:307 dalam moleong,2006:331) berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Di pihak lain Patton (1987:327, dalam moleong , 2006:331) berpendapat lain yaitu bahwa hal itu dapat dilaksanakan dan hal itu dinamakannya penjelasan banding (rival explanation). (Prof.Dr.H.M.Burhan Bungin, S.Sos.,M.Si.,Penelitian Kualitatif – Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, Edisi Pertama 2007,Prenada Media Group,Jakarta).
3.6. Validitas dan Reliabilitas
3.6.1
Validitas Validitas adalah dimaksudkan untuk menyatakan sejauh mana
instrument (misalnya kuiseoner) akan mengukur apa yang ingin diukur. Suatu kuesioner dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan, dan dapat mengukur data variabel yang diteliti secara tepat. Akan tetapi karena peneliti menggunakan riset kualitatif maka validitasnya terletak pada peneliti apakah mempunyai kredibilitas atau layak dalam bidang yang diriset.
107
3.6.2
Reliabilitas Reliabilitas adalah suatu nilai yang menunjukkan konsistensi suatu
alat pengukur dalam mengukur gejala yang sama (Umar, 2002: 108). Instrumen yang sudah dapat dipercaya Reliabel dan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Reliabilitas menunjukkan tingkat keterandalan sesuatu. Seperti halnya validitas, instrumen kualitatif untuk reliabilitas yakni peneliti. Maka validitas dan reliabilitas instrument ada pada peneliti artinya adalah tergantung pada kemampuan peneliti dalam menjaga keabsahan data. Dan kualitas riset bergantung pada pemampuan peneliti dalam menggali dan memaknai data.
3.7. Subyek Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di rumah produksi 700 Pictures dan tempat shooting film Catatan Harian Si Boy. Populasi penelitian ini adalah para tenaga freelance khususnya Line producer, dan non freelance di rumah produksi 700 pictures dalam produksi film catatan harian si boy.
108
3.8. Permasalahan yang ada menyangkut dengan penggunaan tenaga freelance Permasalahan yang ada menyangkut dengan penggunaan tenaga freelance ada beberapa hal yakni 1. Budget terbatas Dengan budget terbatas akan membatasi berapa banyak tenaga freelance yang akan digunakan dan hal ini dapat memberikan batasan-batasan yang lain. 2. Situasi Situasi yang ada merupakan hal yang penting terkadang situasi yang kurang nyaman membuat keadaan dalam memproduksi film kurang efektif. 3. Waktu Waktu dalam pemakaian tenaga freelance sangat berpengaruh karena lebih lama tenaga freelance itu digunakan lebih banyak juga uang yang dikeluarkan. 4. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia untuk tenaga freelance tidak semua bisa diharapkan banyak halnya tenaga freelance yang kurang memuaskan dalam pekerjaannya. Misalnya : kurang bisa diatur, malas-malasan, dan susah dicari kalau diperlukan.
109
5. koneksi Koneksi sangat mempengaruhi tenaga freelance siapa saja yang akan dipilih dalam memproduksi hal ini mempengaruhi banyaknya pilihan dalam memilih tenaga freelance yang tidak hanya itu-itu saja.
3.9. Alternatif Pemecahan Masalah Yang dilakukan oleh rumah produksi yakni : 1.
Memiliki koneksi lebih banyak tenaga freelance sehingga banyak pilihan
tenaga freelance apabila dibutuhkan untuk produksi.
2.
Memiliki tenaga freelance lebih banyak dibandingkan dengan tenaga
tetap.karena tenaga freelance lebih efektif dibandingkan dengan tenaga tetap (apabila sedang berlangsungnya proses produksi).
3.
Mengonsep budget secara detail dan terstruktur agar tidak melebihi budget
yang di berikan.
4.
Memberikan situasi yang senyaman mungkin agar kinerja tenaga freelance
lebih terkoordinir dan efektif.
5.
Memilih tenaga freelance yang biasa menangani produksi film dan dapat
di percaya serta dapat diandalkan.
110
6.
Harus membicarakan atas waktu yang telah ditentukan sebaik mungkin
dan setepat mungkin sehingga dapat di minimalisir.