9
3. KEANEKARAGAMAN JENIS TUMBUHAN HUTAN TROPIS PEGUNUNGAN DI TAMAN NASIONAL LORE LINDU SULAWESI TENGAH Abstrak Pulau Sulawesi telah menjadi kawasan konservasi penting secara global, namun studi keanekaragaman jenis tumbuhan di pulau ini masih sangat terbatas khususnya di areal hutan pegunungan. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari keanekaragaman jenis tumbuhan pada tiga tipe hutan pegunungan di TN. Lore Lindu. Inventarisasi jenis tumbuhan, meliputi pohon (dbh ≥10 cm), pancang (2 cm ≤ dbh < 10 cm), semai dan tumbuhan bawah, termasuk pteridophyta dilakukan pada tiga plot kuadrat (masing-masing 0.24 ha) di hutan pegunungan pada ketinggian 900 m, 1 500 m, dan 2 300 m dpl (hutan subpegunungan sampai hutan pegunungan atas). Dijumpai sebanyak 310 jenis tumbuhan (129 marga, 106 suku) termasuk 121 jenis tumbuhan bawah. Hutan pegunungan bawah memiliki kekayaan jenis tertinggi (150 jenis), diikuti hutan subpegunungan (98 jenis), dan hutan pegunungan atas (82 jenis). Indeks Shannon (H’) menunjukkan bahwa seluruh plot penelitian memiliki keanekaragaman jenis sedang sampai tinggi (2 < H' < 4) untuk semua kategori (pohon, pancang, semai dan tumbuhan bawah). Kata kunci: hutan pegunungan, keanekaragaman tumbuhan, Lore Lindu, Sulawesi Abstract The island of Sulawesi has been highlighted as a globally important conservation area, but detailed study of plant species diversity in this island still limited especially in montane primary forest. The aim of this study was to determine plant species diversity of tropical montane forest in Lore Lindu National Park. Inventory of plant species comprises of trees (dbh ≥10 cm), saplings (2 cm ≤ dbh < 10 cm), seedlings and understorey plant, including pteridophyta were conducted on three plots (each 0.24 ha) in montane primary forest at 900 m, 1 500 m, and 2 300 m asl (sub-montane to upper montane forest) Lore Lindu National Park, Central Sulawesi. Out of 310 plant spesies (129 genera, 106 families) including 121 species of understorey plants. Lower montane forest has high species richness (150 species), followed by submontane forest (98 species), and upper montane forest (82 species). The value of Shannon diversity index (H') in three study plots were medium to high (2< H' <4) for all categories (trees, saplings, seedlings, and understorey plant). Key words: Lore Lindu, montane forest, plant diversity, Sulawesi Pendahuluan Eksosistem hutan tropis memiliki kekayaan jenis tumbuhan yang paling tinggi (Jacob 1988), dan kawasan Malesia dianggap sebagai kawasan dengan keanekaragaman jenis tertinggi di dunia yang memiliki lebih dari 40 000 jenis
10
tumbuhan berpembuluh (vascular plants) (Bass et al. 1990; Roos 1993). Salah satu gambaran yang paling mencolok adalah perbedaan floristik dari pulau-pulau di kawasan ini yang disebabkan oleh sejarah geologi dan palaeoekologi masa lampau (Lohman et al. 2011). Sulawesi merupakan pulau terbesar di kawasan Wallacea yang terletak di antara garis biogeografi Wallaceae dan Weber (van Welzen 2011) dan antara daratan Laurasia dan Gondwana (Primarck & Corlett 2006) memiliki kekayaan jenis pada tingkat menengah (Roos et al. 2004). Cannon et al. (2007) mengungkapkan bahwa hal ini kemungkinan disebabkan jumlah koleksi tumbuhan yang sangat rendah (kurang dari 25 koleksi per 100 km2) jika dibandingkan dengan pulau-pulau besar lainnya di Indonesia dan kurangnya studi taksonomi (Cannon et al. 2007). Selain itu, Sulawesi memiliki geologi yang kompleks, dan isolasi yang sangat lama telah memungkinkan terjadinya evolusi sehingga menghasilkan tumbuhan dan hewan yang khas, dengan tingkat endemisitas yang tinggi (Roos et al. 2004; Cannon et al. 2007). Diperkirakan dari terdapat sekitar 5 000 jenis tumbuhan berpembuluh, termasuk lebih dari 2 100 jenis tumbuhan berkayu dan hampir 15% merupakan endemik di Sulawesi (Whitten et al. 1987; Kessler et al. 2002). Penelitian terkait keanekaragaman jenis tumbuhan khususnya di hutan pegunungan TN. Lore Lindu, Sulawesi Tengah masih sangat terbatas. Keanekaragaman jenis tumbuhan hubungannya dengan perubahan ketinggian hanya diketahui dari hasil penelitian Culmsee & Pitopang 2009; Culmsee et al. 2011; Stiegel et al. 2011; Willinghöfer et al. 2011), sehingga penelitian ini ditujukan untuk mempelajari keanekaragaman jenis tumbuhan antara hutan subpegunungan, hutan pegunungan bawah, dan hutan pegunungan atas. Bahan dan Metode Lokasi penelitian Penelitian dilakukan pada tiga lokasi di kawasan hutan primer TN. Lore Lindu, Sulawesi Tengah, pada ketinggian 900 m, 1 500 m, dan 2 300 m di atas permukaan laut (dpl) (Gambar 3.1). Ketiga lokasi penelitian masing-masing termasuk dalam zona hutan subpegunungan, hutan pegunungan bawah, dan hutan pegunungan atas (Cannon et al. 2005). Kondisi hutan pada tiga lokasi penelitian ini telah dikelompokkan ke dalam hutan primer dengan kondisi baik (Cannon et al. 2007) (Gambar 2.1). Karakteristik masing-masing lokasi penelitian disajikan pada Tabel 2.1. Hutan pegunungan atas dalam penelitian ini memiliki kelimpahan lumut yang tinggi dibandingkan dengan dua tipe hutan lainnya (Gambar 3.2)
11
Gambar 3.1 Sulawesi dan lokasi penelitian di TN. Lore Lindu, Sulawesi Tengah. Tabel 3.1 Lokasi dan karakteristik tiga tipe hutan pegunungan yang diteliti di TN. Lore Lindu, Sulawesi Tengah HSP 900
Tipe hutan HPB 1 500
HPA 2 300
Watukilo
Torongkilo
Torenali
01°61.5' S 120°07.4' E
01°41.5' S 120°27.9' E
01°28.6' S 120°31.2' E
0-10
0-10
0-10
W 280o N
W 290o N
E 140o S
Batuan induk
Granit
Metamorfik
Granit
Curah hujan (mm/tahun)
1 782
1 959
2 129
Suhu (oC)
25.5
21.0
14.1
Karakteristik Ketinggian (m dpl) Lokasi Koordinat GC-WGS 84 Kemiringan (o) Arah plot
a
HSP: hutan subpegunungan; HPB: hutan pegunungan bawah; HPA: hutan pegunungan atas
B
C
Gambar 3.2 Kondisi hutan pada tiga di plot penelitian di TN. Lore Lindu. (A) hutan subpegunungan (900 m dpl), (B) hutan pegunungan bawah (1 500 m dpl), (C) hutan pegunungan atas (2 300 m dpl).
A
12
13
Pengumpulan data vegetasi Inventarisasi jenis tumbuhan dilakukan pada bulan Juli 2011 sampai dengan Juli 2012 menggunakan plot penelitian dengan metoda kuadrat (Mueller-Dumbois & Ellenberg 1974). Pada setiap tipe hutan pegunungan dibuat plot berukuran 40 m x 60 m (0.24 ha) (Culmsee et al. 2011). Setiap plot dibagi menjadi 24 subplot, masing-masing berukuran 10 m x 10 m untuk pengumpulan data pohon (termasuk palem dan paku pohon) dengan diameter setinggi dada (dbh) ≥10 cm (dbh diukur pada tinggi 1.3 m), dan pengumpulan data pancang (2 cm ≤ dbh <10 cm) dilakukan dalam subplot 5 m x 5 m (0.06 ha) yang terdapat pada setiap subplot 10 m x 10 m, sedangkan data semai dan tumbuhan bawah (semak, herba, liana, dan paku-pakuan) di lakukan pada subplot berukuran 2 m x 2 m (0.096 ha) yang terdapat pada setiap subplot 5 m x 5 m (Gambar 3.3). Setiap individu pohon dan pancang ditandai menggunakan label permanen dan dilakukan pencatatan nama jenis dan suku (jika diketahui) serta karakter morfologi, antara lain kulit batang dan getah (jika ada). Contoh daun, bunga dan buah (jika ada) dari jenis tumbuhan yang dijumpai di plot penelitian, dikoleksi untuk diidentifikasi dan koleksi herbarium.
Gambar 3.3 Bentuk dan ukuran plot penelitian (subplot 10 m x 10 m = untuk pengumpulan data pohon (dbh ≥10 cm); subplot 5 m x 5 m = untuk pengumpulan data pancang (2 cm ≤ dbh < 10 cm); dan subplot 2 m x 2 m = untuk pengumpulan data semai dan tumbuhan bawah).
14
Identifikasi jenis tumbuhan Identifikasi dilakukan pada 310 jenis tumbuhan, meliputi pohon dan pancang, semai, dan tumbuhan bawah (semak, herba, liana, dan paku-pakuan) yang dijumpai dalam plot penelitian, serta koleksi tambahan bagi jenis yang memiliki bunga dan/atau buah. Setiap koleksi spesimen dibuat duplikat untuk disimpan di Herbarium Celebense Palu (CEB), Göttingen (GOET), Bogoriense (BO), dan Leiden (L). Identifikasi jenis menggunakan koleksi di Herbarium Bogoriense, Herbarium Göettingen, dan Herbarium Leiden sebagai referensi, dengan sistem tata nama (nomenclature) jenis mengikuti International Plant Name Index (IPNI) (2012). Spesimen yang tidak dapat diidentifikasi (non det.) sampai marga atau jenis, seperti Myrtaceae, Arecaceae, dan beberapa suku lain dipisahkan berdasarkan karakter morfologi. Analisis data Nilai keanekaragaman jenis tumbuhan dihitung berdasarkan indeks kekayaan jenis (species richness index), indeks keanekaragaman jenis (species diversity index), dan indeks kemerataan jenis (species evenness index) (Magurran 2004) dengan formula, sebagai berikut: Indeks kekayaan jenis dihitung menggunakan indeks Margalef (Margalef index): ( S 1 ) DMg ln N dimana: S = Jumlah jenis yang teramati N = Jumlah total individu yang teramati Indeks keanekaragaman jenis dihitung menggunakan indeks Shannon (Shannon index): s Ni H' Pi ln Pi ; Pi N i 1 dimana: s = Jumlah jenis Ni = Nilai penting jenis N = Nilai penting seluruh jenis Indeks kemerataan jenis dihitung dengan menggunakan indeks Pielou (Pielou index):
E
H' ln ( S )
dimana: H' = Indeks keanekaragaman Shannon S = Jumlah jenis
15
Hasil Kekayaan jenis Hasil penelitian pada tiga plot berdasarkan tipe hutan, dengan luas masingmasing 0.24 ha, dijumpai sebanyak 117 jenis pohon dan 96 jenis pancang, 116 jenis semai, dan 121 jenis tumbuhan bawah, meliputi semak, herba, liana, dan paku-pakuan. Secara keseluruhan, dijumpai sebanyak 310 jenis tumbuhan (129 marga dan 106 suku) (Tabel 3.2). Lebih dari 65% dari spesimen yang dikoleksi, dapat identifikasi sampai pada tingkat jenis, 20% pada tingkat marga, 5% pada tingkat suku, dan 2% tidak teridentifikasi. Tabel 3.2 Jumlah jenis, marga, dan suku seluruh jenis tumbuhan yang dijumpai pada setiap tipe hutan pegunungan Jenis
Jumlah Marga
Suku
Hutan subpegunungan
98
69
49
Hutan pegunungan bawah
150
97
52
Hutan pegunungan Atas
82
57
44
Total
310
129
106
Tipe hutan
Jumlah jenis
Kurva kumulatif jenis pohon dan pancang pada tiga plot berdasarkan luas area yang diamati (Gambar 3.4), menunjukkan bahwa jumlah total jenis pohon dan pancang di hutan subpegunungan dan pegunungan atas memiliki jumlah yang sama pada area seluas 0.12 ha di hutan pegunungan bawah. Terlihat juga bahwa jumlah jenis di plot hutan pegunungan bawah masih terus mengalami peningkatan pada luas area 0.24 ha. 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 0
0.04
0.08
0.12
0.16
0.2
0.24
0.28
Luas area (ha)
Gambar 3.4 Kurva kumulatif jenis pohon dan pancang pada tiga plot penelitian. ̶●̶ hutan subpegunungan , ̶■̶ hutan pegunungan bawah , ̶▲̶ hutan pegunungan atas
16
Setiap tipe hutan yang diteliti memiliki kekayaan jenis tumbuhan yang bervariasi. Kekayaan jenis tertinggi dijumpai di hutan pegunungan bawah, diikuti hutan subpegunungan, dan terendah di hutan pegunungan atas. Jika ditinjau berdasarkan tingkat pertumbuhan, hutan pegunungan bawah memiliki jumlah jenis pohon, pancang, dan semai tertinggi, masing-masing 61, 50, dan 57 jenis, sedangkan hutan pegunungan atas memiliki jumlah jenis pohon dan semai terendah (29 dan 31 jenis). Perbedaan terlihat pada jumlah jenis pancang, dimana hutan subpegununan memiliki jumlah jenis terendah (27 jenis). Setiap tipe hutan memperlihatkan penurunan jenis dari pohon ke pancang dan meningkat kembali pada jenis semai. Secara keseluruhan, dijumpai sebanyak 13 dan 15 jenis tambahan untuk pancang dan semai di hutan subpegunungan; 21 dan 20 jenis pancang dan semai di hutan pegunungan bawah, dan 7 dan 12 jenis tambahan masing-masing untuk pancang dan semai di hutan pegunungan atas (Gambar 3.5). Pohon (DBH ≥ 10 cm) Pancang (2 cm ≤ DBH < 10 cm) Semai Total
120
Jumlah jenis
100 80 60 40 20 0
HSP 1
HPB 2
HPA 3
Tipe hutan ‘
Gambar 3.5 Jumlah jenis pohon, pancang, dan semai di hutan subpegunungan (HSP), hutan pegunungan bawah (HPB), dan hutan pegunungan atas (HPA).
Hutan pegunungan bawah juga memiliki kekayaan jenis tertinggi untuk tumbuhan bawah (semak, herba, liana, dan paku-pakuan) dibandingkan dua tipe hutan lainnya. Jumlah jenis herba dan liana terendah dijumpai di hutan pegunungan atas, sedangkan jenis paku-pakuan terendah dijumpai di hutan subpegunungan. Perbedaan lainnya terlihat pada jenis semak yang hanya dijumpai di hutan pegunungan bawah (Gambar 3.6).
17
Semak Herba Liana Pteridophyta Total
60
Jumlah jenis
50 40 30 20 10 0
HSP 1
HPB 2
HPA 3
Tipe hutan
Gambar 3.6 Jumlah jenis semak, herba, liana, dan pteridophyta. Hutan subpegunungan (HSP), hutan pegunungan bawah (HPB) bawah, hutan pegunungan atas (HPA) Gambar 3.6 juga memperlihatkan jumlah jenis tertinggi di hutan subpegunungan dijumpai pada kelompok liana. Berbeda halnya dengan di hutan pegunungan bawah, dimana jumlah jenis tertinggi dijumpai pada kelompok herba dan paku-pakuan dengan jumlah yang sama. Sedangkan di hutan pegunungan atas, jumlah jenis tertinggi dijumpai pada kelompok paku-pakuan. Jenis-jenis tumbuhan yang dijumpai dan distribusinya pada masing-masing tipe hutan yang diteliti disajikan pada Tabel 3.3 dan 3.4, sebagai berikut: Tabel 3.3 Daftar jenis pohon, pancang, dan semai dan distribusinya pada tiga plot penelitian No.
Jenis 1
Adoxaceae 1 Viburnum sambucinum Bl. Anacardiaceae 2 Mangifera foetida Lour. Annonaceae 3 Mitrephora macrocarpa (Miq.) Weerasooriya & R.M.K.Saunders 4 Phaeanthus ebracteolatus (Presl.) Merr. 5 Annonaceae non det 1 6 Annonaceae non det 2 Apocynaceae 7 Alstonia spectabilis R.Br. 8 Tabernaemontana sphaerocarpa Bl. Aquifoliaceae 9 Ilex cymosa Blume 10 Ilex celebensis Capit. Araliaceae 11 Polyscias nodosa (Bl.) Seem. Arecaceae 12 Areca vestiaria Giseke 13 Areca sp.
HSP 2
3
1
Distribusi HPB 2 3
1
HPA 2
3
+ + + +
+
+ + + +
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+ + +
+
18 Lanjutan Tabel 3.3 No.
Jenis
14 Arenga undulatifolia Merr. 15 Pinanga caesia Blume 16 Oncosperma horridum (Griff.) Scheff. Burseraceae 17 Canarium balsamiferum Willd. 18 Santiria apiculata A.W.Benn. Calophyllaceae 19 Calophyllum soualattri Burm.f. Cannabaceae 20 Gironniera subaequalis Planch. Cardiophyllaceae 21 Citronella suaveolens (Bl.) Howard Celastraceae 22 Lophopetalum beccarianum Pierre Clusiaceae 23 Garcinia parvifolia (Miq.) Miq. 24 Garcinia lateriflora Bl. 25 Garcinia dulcis (Roxb.) Kurz Cunnoniaceae 26 Weinmannia sp. Cyatheaceae 27 Cyathea contaminans (Wall. ex Hook.) Hopel 28 Cyathea sp. Daphniphyllaceae 29 Daphniphyllum gracile Gage Dicksoniaceae 30 Dicksonia blumei (Kunze) Moore Elaeocarpaceae 31 Elaeocarpus macropus Warb. ex R.Knuth subsp. thenui Coode 32 Elaeocarpus angustifolius Blume 33 Elaeocarpus multiflorus (Turcz.) Fern.-Vill. 34 Elaeocarpus sp.1 35 Elaeocarpus musseri Coode 36 Elaeocarpus erdinii Coode 37 Elaeocarpus steupii Coode 38 Elaeocarpus teysmannii Koord. & Valeton 39 Elaeocarpus trichopetalus Merr. & Quisumb. 40 Elaeocarpus sp.2 Ericaceae 41 Vaccinium laurifolium Miq. 42 Vaccinium sp.1 43 Vaccinium sp.2 44 Rhododendron kochii Stein 45 Rhododendron sp. Escalloniaceae 46 Polyosma integrifolia Bl. 47 Polyosma sp.1 48 Polyosma sp.2 Euphorbiaceae 49 Macaranga costulata Pax & K.Hoffm. 50 Homalanthus populneus (Geiseler) Pax 51 Macaranga allorobinsonii Whitmore 52 Trigonopleura malayana Hook.f. Fabaceae 53 Archidendron havilandii (Ridley) L.C. Nielsen 54 Archidendron clyperia (Jack) I.C. Nielsen 55 Lithocarpus elegans (Bl.) Hatus. ex Soepadmo 56 Lithocarpus glutinosus (Bl.) Soepadmo 57 Lithocarpus caudatifolius (Merr.) Rehder 58 Lithocarpus celebicus (Miq.) Rehder 59 Lithocarpus havilandii (Stapf) Barnett 60 Lithocarpus indutus Rehder 61 Lithocarpus luteus Soepadmo 62 Lithocarpus sp.1 63 Lithocarpus sp.2 64 Castanopsis buruana Miq. 65 Trigonobalanus verticillata Forman Gentianaceae 66 Fagraea sp. 67 Fagraea racemosa Jack 68 Fagraea blumei G.Don Gnetaceae 69 Gnetum gnemon L.
1
HSP 2
+
+ +
+
+
3
1
HPA 2
3
+
+
+
+
+
+ +
+
1
Distribusi HPB 2 3 +
+
+ + +
+
+
+ +
+
+ +
+
+
+ + +
+ + +
+
+
+
+
+ +
+
+
+ + + +
+ + + +
+ + + +
+ +
+ + +
+
+
+ +
+ + + +
+ +
+ + + +
+ +
+
+ + +
+ +
+ +
+ +
+ +
+
+
+
+ +
+ +
+
+ + +
+
+ + +
+
+ + + +
+
+
+
19 Lanjutan Tabel 3.3 No.
Jenis 1
Ixonanthaceae 70 Ixonanthes petiolaris Bl. Icacinaceae 71 Platea excelsa Bl. var. borneensis (Heine) Sleum. 72 Platea latifolia Bl. Lamiaceae 73 Callicarpa longifolia Lam. Lauraceae 74 Alseodaphne oblanceolata (Merr.) Kosterm 75 Cinnamomum subaveniopsis Kosterm. 76 Cryptocarya crassinerviopsis Kosterm. 77 Cryptocarya densiflora Bl. 78 Cryptocarya microcos Kosterm. 79 Cryptocarya sp. 80 Endiandra sulavesiana Kosterm. 81 Lindera novoguineensis Kosterm. 82 Litsea ochracea (Bl.) Boerl. 83 Litsea firma Hook.f 84 Litsea grandis Hook.f. 85 Litsea lancifolia (Roxb. ex Ness) Benth. & Hook.f. Ex Villar 86 Litsea timoriana Span. 87 Litsea formanii Kosterm. 88 Litsea furfuracea (Ness) Kosterm. 89 Litsea ferruginea Blume 90 Neolitsea javanica (Bl.) Backer 91 Persea rimosa Zoll. ex Meissn. Malvaceae 92 Sterculia insularis R.Br. Magnoliaceae 93 Magnolia candollii (Bl.) H. Keng var. candollii 94 Magnolia carsonii Dandy ex Noot. var. carsonii Melastomataceae 95 Memecyon paniculatum Jack Meliaceae 96 Aglaia angustifolia (Miq.) Miq. 97 Aglaia sp.1 98 Dysoxylum alliaceum (Blume) Blume 99 Dysoxylum densiflorum (Bl.) Miq. 100 Dysoxylum sp. Moraceae 101 Artocarpus teysmannii Miq. ssp. teysmannii 102 Ficus sp.1 103 Ficus crassiramea (Miq.) Miq. 104 Ficus sp.2 105 Ficus sp.3 106 Ficus sp.4 107 Ficus sp.5 108 Ficus hispida L.f. 109 Ficus subulata Blume 110 Ficus virgata Reinw. ex Blume 111 Ficus sp.6 Myristicaceae 112 Horsfieldia costulata (Miq.) Warb. Myrtaceae 113 Leptospermum recurvum Hook.f. 114 Syzygium acuminatissimum (Blume) DC. 115 Syzygium benjaminum Diels 116 Syzygium sp.1 117 Syzygium sp.2 118 Syzygium sp.3 119 Syzygium sp.4 120 Syzygium sp.5 121 Syzygium sp.6 122 Syzygium sp.7 123 Syzygium sp.8 124 Syzygium sp.9 125 Syzygium sp.10 126 Syzygium sp.11 127 Syzygium sp.12 128 Xanthomyrtus angustifolia A.J. Scott Oleaceae 129 Chionanthus pluriflorus (Knobl.) Kiew 130 Chionanthus polygamus (Roxb.) Kiew
HSP 2
3
1
Distribusi HPB 2 3
1
HPA 2
3
+ + +
+
+
+
+ + + +
+
+ + +
+ +
+ + + +
+ + +
+
+ +
+ +
+ +
+ + + +
+
+
+ +
+ +
+ + +
+
+ +
+ + +
+
+
+
+
+
+
+
+
+ + + +
+ + + + + + +
+
+
+
+ + +
+ +
+
+
+ +
+
+
+ +
+
+
+ +
+ +
+
+ + +
+
+
+
+ + +
+ +
+ +
+
+ + +
20 Lanjutan Tabel 3.3 No.
Jenis 1
HSP 2
3
131 Oleaceae non det Pandaceae 132 Pandanus sarasinorum Warb. Paracryphiaceae 133 Quintinia apoensis Schltr. 134 Sphenostemon papuanum (Lauterb.) Steenis & Erdtman Pentaphylacaceae 135 Adinandra celebica Koord 136 Adinandra sp.1 137 Adinandra sp.2 138 Ternstroemia sp. Phyllanthaceae 139 Antidesma riparium Airy Shaw ssp. riparium 140 Antidesma sp. 141 Aporosa lucida (Miq.) Airy Shaw Podocarpaceae 142 Dacrycarpus imbricatus (Bl.) de Laub. 143 Dacrycarpus steupii (Wasscher) de Laub. 144 Phyllocladus hypophylla Hook.f. 145 Podocarpus neriifolius D.Don 146 Podocarpus pilgeri Foxw. Primulaceae 147 Ardisia copelandii Mez. 148 Ardisia elliptica Thunb. 149 Ardisia forbesii S.Moore 150 Ardisia sp. 151 Myrsine involucrata (Mez) Pipoly 152 Myrsine minutifolia (Knoester, Wijn & Sleumer ) Pipoly 153 Myrsine sp. Proteaceae 154 Helicia celebica Sleumer 155 Macadamia hildebrandii Steenis Rosaceae 156 Prunus grisea ( Blume ex Müll.Berol. ) Kalkman 157 Prunus arborea ( Blume ) Kalkman var. arborea Rubiaceae 158 Lasianthus biflorus (Blume) M.G.Gangop. & Chakrab. 159 Lasianthus lucidus Blume 160 Lasianthus reticulatus Blume 161 Lasianthus rhinocerotis Blume 162 Praravinia mindanaensis (Elmer) Bremek. 163 Psychotria celebica Miq. 164 Psychotria malayana Jack 165 Psychotria sp. 166 Timonius stipulosus Valeton 167 Urophyllum arboreum (Reinw. ex Blume) Korth. Rutaceae 168 Acronychia pedunculata (L.) Miq. 169 Acronychia trifoliolata Zoll. & Mor. 170 Melicope confusa (Merr.) P.S. Liu 171 Tetractomia tetrandra (Roxb.) Merr. Sabiaceae 172 Meliosma sumatrana (Jack) Walp. Sapindaceae 173 Acer laurinum Hassk. ex Miq. 174 Guioa hirsuta Welzen 175 Dictyoneura acuminata Blume 176 Sapaindaceae non det Sapotaceae 177 Palaquium obovatum (Griff.) Engl. var. orientale H.J.Lam 178 Planchonella chartacea (F.Muell. Ex Benth.) H.J.Lam 179 Pouteria firma (Miq.) Baehni Simaroubaceae 180 Ailanthus sp. Salicaceae 181 Homalium foetidum Kurz. Staphyleaceae 182 Turpinia sphaerocarpa Hassk. Symplocaceae 183 Symplocos cochinchinensis (Lour.) S.Moore 184 Symplocos sp.1
1
Distribusi HPB 2 3 +
+
1
HPA 2
3
+ +
+
+ +
+ + + + +
+
+
+ + + + + +
+
+
+ + +
+ +
+ + + + +
+
+ +
+ +
+ +
+
+
+
+
+ +
+ +
+
+
+ +
+
+ + + + +
+
+
+ +
+ +
+
+
+
+
+
+ +
+
+ +
+
+
+ +
+
+ +
+ +
+
+
+
+
+ + +
+
+
+
+ +
+
+ + + +
+ +
21 Lanjutan Tabel 3.3 No.
Jenis
HSP 2
1 185 Symplocos sp.2 186 Symplocos sp.3 187 Symplocos sp.4 Trimeniaceae 188 Trimenia papuana Ridley Winteraceae 189 Tasmannia piperita Miers
3 +
1
Distribusi HPB 2 3
1
HPA 2
3
+ +
+
+
+
+
a
HSP: hutan subpegunungan; HPB: hutan pegunungan bawah; HPA: hutan pegunungan atas; 1: pohon (dbh ≥10 cm); 2: pancang (2 cm ≤ dbh <10 cm); 3: semai; (+) = lokasi distribusi.
Tabel 3.4 Daftar jenis semak, herba, liana, dan pteridophyta serta distribusinya pada tiga plot penelitian No.
Jenis
Alangiaceae 1 Alangium sp. Annonaceae 2 Fissistigma sp. Apocynaceae 3 Alyxia celebica DC. Middleton Araceae 4 Araceae non det 1 5 Anadendrum latifolium Hook.f 6 Araceae non det 2 7 Araceae non det 3 8 Colocasia sp. 9 Homalomena humilis var. major (Hassk.) Furtado 10 Pothos sp. 11 Raphidophora sp.1 12 Raphidophora sp.2 13 Raphidophora sp.3 Araliaceae 14 Schefflera serrata (Miq.) R.Vig. 15 Schefflera sp. Arecaceae 16 Calamus sp.1 17 Calamus ornatus var. ornatus 18 Calamus zollingeri Becc. 19 Calamus sp.2 20 Calamus sp.3 21 Calamus sp.4 22 Calamus sp.5 23 Calamus sp.6 24 Calamus sp.7 25 Calamus sp.8 26 Korthalsia celebica Becc. Aristolochiaceae 27 Aristolochiaceae non det Asclepiadaceae 28 Hoya medium leaf 29 Hoya mirophylla Schltr Aspleniaceae 30 Asplenium nidus L. 31 Asplenium sp.1 32 Asplenium sp.3 33 Asplenium sp.4 34 Asplenium sp.2 35 Alsophilla sp. 36 Aspleniaceae non det 1 37 Aspleniaceae non det 2 38 Asplenium sp.5 39 Asplenium sp.6 40 Asplenium sp.7 41 Asplenium polyodon G. Forst. 42 Pyroscia sp. 43 Asplenium sp.8 44 Asplenium sp.9 Asteraceae 45 Asteraceae non det Blechnaceae 46 Blechnum sp.
HSP
Distribusi HPB
HPA
Kelompok
+
liana
+
liana
+
liana
+ + + +
herba herba herba herba herba herba herba herba herba herba
+ + + + + + + + + + + + + + + + + + + +
herba herba herba herba liana herba herba herba liana liana liana liana liana liana
+ +
herba herba
+ + + +
pteridophyta pteridophyta pteridophyta pteridophyta pteridophyta pteridophyta pteridophyta pteridophyta pteridophyta pteridophyta pteridophyta pteridophyta pteridophyta pteridophyta pteridophyta
+ + + + + + + + + + +
+
herba +
pteridophyta
22 Lanjutan Tabel 3.4 No.
Jenis
Chloranthaceae 47 Chloranthus elatior Link Cucurbitaceae 48 Trichosanthes sp. Cyatheaceae 49 Alsophila celebica (Blume) Mett. Davalliaceae 50 Davalliaceae non det Dennstaedtiaceae 51 Lindsaea sp.1 52 Lindsaea sp.2 53 Lindsaea sp.3 54 Lindsaea sp.4 55 Lindsaea sp.5 56 Lindsaea sp.6 57 Dennstaedtiaceae non det Dioscoreaceae 58 Dioscorea sp. 59 Dioscorea kingii R.Knuth Fabaceae 60 Desmodium megaphyllum Zoll. Gesneriaceae 61 Aeschynanthus sp.1 62 Aeschynanthus sp.2 63 Gesneriaceae non det 1 64 Gesneriaceae non det 2 65 Aeschynanthus burttii Mendum 66 Agalmyla brownii (Koord.) B.L. Burtt Grammitidaceae 67 Grammitis sp. Hydrangeaceae 68 Dichroa febrifuga Lour. Hymenophyllaceae 69 Hymenophyllum sp. 70 Hymenophyllum cavillare Desv. Lomariopsidaceae 71 Elaphoglossum sp. Lycopodiaceae 72 Huperzia sp. Maratheaceae 73 Ptisania sylvatica (Blume) Murdock. Melastomataceae 74 Medinilla sp. 75 Sonerila pumila 76 Melastomataceae non det Menispermaceae 77 Tinomiscium petiolare Hook. f. & Thomson Moraceae 78 Ficus sp. Oleandraceae 79 Oleandra neriiformis Cav. Ophioglossaceae 80 Helminthostachys sp. Orchidaceae 81 Anoectochilus sp. 82 Arundina sp. 83 Bulbophyllum sp. 84 Goodyera lanceolate Ridl. Pandanaceae 85 Freycinetia distigmata B.C. Stone 86 Freycinetia ciliris Martelli 87 Freycinetia inermis Ridl. 88 Freycinetia sp.1 89 Freycinetia sp.2 Piperaceae 90 Piper canicum Blume 91 Piper sp.1 92 Piper sp.2 93 Piper sp.3 94 Piper sp.4 Poaceae 95 Dinochloa barbata S.Dransf. 96 Racemobambos hirsuta Holttum 97 Poaceae non det Polypodiaceae
HSP
Distribusi HPB
HPA
Kelompok
+
semak
+
herba
+
pteridophyta +
+ + +
pteridophyta pteridophyta pteridophyta pteridophyta pteridophyta pteridophyta pteridophyta pteridophyta
+ + + + + +
herba herba
+
liana
+
+ + +
herba herba herba herba liana herba
+
pteridophyta
+ +
+
semak + +
pteridophyta pteridophyta
+
pteridophyta
+
pteridophyta
+
pteridophyta +
+
liana herba herba
+
liana
+
+
liana +
+ +
pteridophyta
+ + + +
+
+
+ + +
herba herba herba herba
+ +
liana liana liana liana liana
+
herba herba herba herba herba
+
liana liana herba
+ + + +
+ + +
pteridophyta
23 Lanjutan Tabel 3.4 No.
Jenis
98 Selliguea sp.1 99 Microsorum sp.1 100 Selliguea sp.2 101 Selliguea sp3 102 Polypodiaceae non det Primulaceae 103 Labisia pumila ( Blume) Mez var. lanceolata Rhamnaceae 104 Ziziphus angustifolia (Miq.) Hatus. ex Steenis Rubiaceae 105 Psychotria laxiflora 106 Rubiaceae non det Salicaceae 107 Salicaceae non det Smilacaceae 108 Smilax perfoliata Lour. 109 Smilax sp. Thelypteridaceae 110 Thelypteridaceae non det 111 Thelypteridaceae non det Urticaceae 112 Elatostema acuminatum (Poir.) Brogn Vitaceae 113 Cayratia corniculata (Benth.) Gagnep. Woodsiaceae 114 Diplazium sp.2 115 Diplazium sp.1 Zingiberaceae 116 Alpinia manostachys Valeton 117 Alpinia sp. non det. 118 non det 3 119 non det 2 120 non det 1 121 non det 4 a
HSP
Distribusi HPB + +
HPA
+ + +
Kelompok pteridophyta pteridophyta pteridophyta pteridophyta pteridophyta
+
herba
+
liana + +
+ +
liana + +
liana liana
+
pteridophyta pteridophyta
+
+
herba herba
+
herba
+
herba
+
pteridophyta pteridophyta
+
+ +
herba herba
+
liana liana liana herba
+ + +
HSP: hutan subpegunungan; HPB: hutan pegunungan bawah; HPA: hutan pegunungan atas.
Indeks keanekaragaman jenis Indeks kekayaan Margalef (Dmg), keanekaragaman Shannon (H'), dan kemerataan Pielou (E) disajikan pada Gambar 3.7. Hutan pegunungan bawah memiliki indeks kekayaan Margalef yang lebih tinggi untuk semua kategori, diikuti hutan subpegunungan, dan hutan pegunungan atas. Indeks kekayaan Shannon tertinggi diperoleh pada kategori pohon, diikuti pancang, dan tumbuhan bawah di hutan pegunungan bawah, sedangkan indeks keanekaragaman Shannon tertinggi pada kategori semai diperoleh di hutan subpegunungan). Indeks kemerataan Pielou menunjukkan pola yang sama dengan indeks keanekaragaman Shannon, dengan berkisar antara 0.71 sampai dengan 0.90. Indeks keanekaragaman Shannon kategori pohon bervariasi dari 2.72 (pegunungan atas) sampai 3.68 (pegunungan bawah), pada kategori pancang dari 2.61 (subpegunungan) sampai 3.53 (pegunungan bawah), kategori semai dari 2.94 (pegunungan atas) sampai 3.23 (subpegunungan), dan tumbuhan bawah dari 2.51 (pegunungan atas) sampai 3.54 (pegunungan bawah).
24
10.22
11.9
15.0
4.77
4.93
4.90
6.0
5.14
5.18
5.96
6.91
9.0
6.2
8.48
12.0 Indeks Margalef
10.66
Hutan subpegunungan (Watukilo, 900 m) Hutan pegunungan bawah (Torongkilo, 1500 m) Hutan pegunungan atas (Torenali, 2300 m)
3.0 0.0
3.48
D
2.51
2.85
2.70
3.23 3.13 2.94
C
3.53 2.61
2.72
2.85
Indeks Shannon
4.0 3.0
B
3.68
A
2.0 1.0
B
Indeks Pielou
0.8
D
0.79 0.86 0.71
A
0.88
C
0.77 0.70
B
0.81 0.90 0.82
1.0
A
0.82 0.89 0.81
0.0
0.6 0.4 0.2 0.0 C
D
Kategori
Gambar 3.7 Indeks kekayaan, keaneakaragaman, dan kemerataan jenis pohon (A), pancang (B), semai (C), dan tumbuhan bawah (D) antara tiga tipe hutan pegunungan.
25
Kekayaan jenis berdasarkan suku Suku dengan jumlah jenis tertinggi dijumpai pada Lauraceae (18 jenis), diikuti Myrtaceae (16 jenis), Fagaceae (11 jenis), Moraceae (11 jenis), Elaeocarpaceae, dan Rubiaceae (10 jenis) pada kategori pohon, pancang, dan semai (Tabel 6), sedangkan pada tumbuhan bawah diperoleh pada suku Aspleniaceae (18 jenis), diikuti Arecaceae (11 jenis), dan Araceae (10 jenis) masing-masing untuk kelompok paku-pakuan, liana, dan herba (Tabel 3.5). Jenis pohon dominan pada masing-masing tipe hutan (hutan subpegunungan, pegunungan bawah, dan pegunungan atas), yaitu Castanopsis buruana (Fag.), Platea excelsa var. borneensis (Icacin.), dan Phyllocladus hypophylla (Podoc.); jenis pancang, yaitu C. buruana, Lophopetalum beccarianum (Celast.), dan Trimenia papuana (Trimen.); jenis semai, yaitu Antidesma riparium subsp. riparium (Phyllanth.), dan Calophyllum soualattri (Caloph.); dan jenis tumbuhan bawah, yaitu Calamus sp.1, Calamus sp.5 (Arec.), dan Sonerila pumila (Melast.). Tabel 3.5 Jumlah jenis masing-masing suku pohon, pancang, dan semai pada tiga tipe hutan pegunungan No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Suku Lauraceae Myrtaceae Fagaceae Moraceae Elaeocarpaceae Rubiaceae Primulaceae Meliaceae Arecaceae Podocarpaceae Ericaceae Euphorbiaceae Rutaceae Sapindaceae Annonaceae Pentaphyllacaceae Symplocaceae Sapotaceae Oleaceae Gentianaceae Escalloniaceae Clusiaceae Phyllanthaceae Burseraceae Rosaceae Icacinaceae Magnoliaceae Proteaceae Cyatheaceae Aquifoliaceae
HSP 6 2 6 3 3 4 0 2 3 1 0 1 2 3 1 0 1 2 2 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0
Jumlah jenis HPB HPA 12 3 5 10 5 2 7 2 7 2 6 1 4 3 3 0 3 1 1 4 0 5 2 1 2 1 2 0 3 0 1 3 2 1 1 0 3 0 1 1 2 0 2 0 2 0 1 0 1 1 2 0 2 0 2 0 1 1 1 1
Total 18 16 11 11 10 10 7 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2
26 Lanjutan Tabel 3.5 No. 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56
Suku Apocynaceae Fabaceae Paracryphiaceae Ixonanthaceae Cannabaceae Gnetaceae Myristicaceae Anacardiaceae Calophyllaceae Pandanaceae Celastraceae Cunoniaceae Malvaceae Simaroubaceae Dicksoniaceae Araliaceae Trimeniaceae Melastomataceae Cardiophyllaceae Staphyleaceae Adoxaceae Sabiaceae Salicaceae Winteraceae Daphniphyllaceae Lamiaceae
HSP 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah jenis HPB HPA 2 0 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0
Total 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
a
HSP: hutan subpegunungan; HPB: hutan pegunungan bawah; HPA: hutan pegunungan atas
Tabel 3.6 Jumlah jenis masing-masing suku tumbuhan bawah pada tiga tipe hutan pegunungan No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Suku Aspleniaceae Arecaceae Araceae Dennstaedtiaceae Gesneriaceae Pandanaceae Piperaceae Polypodiaceae Orchidaceae Melastomataceae Poaceae Araliaceae Asclepiadaceae Dioscoreaceae Hymenophyllaeae Rubiaceae Smilacaceae Thelypteridaceae
HSP 4 6 5 3 1 1 1 0 1 1 2 0 0 2 0 0 1 1
Jumlah jenis HPB HPA 7 0 4 1 8 0 4 0 2 3 3 2 4 1 3 2 2 2 1 1 1 1 0 2 0 2 0 0 0 2 1 1 1 1 0 1
Total 15 11 10 7 6 5 5 5 4 3 3 2 2 2 2 2 2 2
27 Lanjutan Tabel 3.6 No. 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 a
Suku Vitaceae Woodsiaceae Zingiberaceae Alangiaceae Annonaceae Apocynaceae Aristolochiaceae Asteraceae Blechnaceae Chloranthaceae Cucurbitaceae Cyatheaceae Davalliaceae Fabaceae Grammitidaceae Hydrangeaceae Lomariopsidaceae Lycopodiaceae Maratheaceae Menispermaceae Moraceae Oleandraceae Ophioglossaceae Primulaceae Rhamnaceae Salicaceae Urticaceae non det.
HSP 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0
Jumlah jenis HPB HPA 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 3 1
Total 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4
HSP: hutan subpegunungan; HPB: hutan pegunungan bawah; HPA: hutan pegunungan atas
Pembahasan Inventarisasi jenis pada empat kategori, yaitu pohon, pancang, semai, dan tumbuhan bawah yang meliputi semak, herba, liana, dan paku-pakuan di kawasan hutan pegunungan TN. Lore Lindu, Sulawesi Tengah diperoleh bahwa hutan pegunungan bawah di Torongkilo (1 500 m dpl) memiliki kekayaan jenis yang tinggi untuk semua kategori, diikuti hutan subpegunungan di Watukilo (900 m dpl) dan terendah di hutan pegunungan atas di Torenali (2 300 m dpl). Kekayaan jenis pohon yang diperoleh di hutan subpegunungan dalam penelitian ini (29 sampai 61 jenis) lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh Wright et al. (1997) di Papua Nugini, Hamman et al. (1999) di Filippina, serta Kessler et al. (2005), dan Culmsee dan Pitopang (2009) di kawasan TN. Lore Lindu sebanyak 92 sampai dengan 228 jenis. Namun, kekayaan jenis pohon yang diperoleh di hutan pegunungan bawah (61 jenis) hampir sama jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh Gradstein et al. (2007), Culmsee dan Pitopang (2009), dan Culmsee et al. (2011) di kawasan yang sama, serta Yamada (1975) di G. Gede Pangrango Jawa Barat sebanyak 30 sampai dengan 60 jenis.
28
Tumbuhan bawah, khususnya herba dan paku-pakuan yang diperoleh dalam penelitian ini tergolong sangat rendah (14 sampai 36 jenis) jika dibandingkan dengan hasil yang diperoleh Poulsen dan Pedry (1995) di Bukit Belalong, Kalimantan pada ketinggian 1 100 m dpl (42 sampai 134 jenis), serta Cicuzza et al. (2010) di hutan subpegunungan (1 000 m dpl) dan hutan pegunungan bawah (1 400 m dpl) di TN. Lore Lindu, sebanyak 265 sampai 512 jenis. Rendahnya kekayaan jenis yang ditemukan dalam penelitian ini kemungkinan lebih disebabkan oleh perbedaan metodologi yang digunakan, terutama karena luas area pengamatan yang relatif lebih kecil. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kekayaan jenis pohon tidak mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya ketinggian tempat. Hasil yang sama juga dilaporkan Cicuzza et al. (2010) untuk kelompok herba. Berbeda dengan hasil penelitian, antara lain Aiba dan Kitayama (1999), Culmsee dan Pitopang (2009), dan Homeier et al. (2010), yang melaporkan bahwa kekayaan jenis mengalami penurunan dengan meningkatnya ketinggian tempat di atas permukaan laut. Hasil ini memperkuat simpulan Gentry (1988) dan Grytenes dan Vertas (2002) bahwa kekayaan jenis pohon cenderung mengalami peningkatan pada ketinggian antara 100 m dan 1 500 m, antara ketinggian 1 500 m dan 2 300 m terlihat sedikit penurunan, dan penurunan kekayaan jenis akan tampak jelas pada ketinggian lebih dari 2 500 m dpl. Berbeda halnya dengan pohon, pancang, semai, dan tumbuhan bawah khususnya kelompok herba, jenis paku-pakuan justru mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya ketinggian seperti yang dilaporkan Kessler et al. 2011, dan kelompok liana cenderung mengalami penurunan kekayaan jenis (Parthasaranthy et al. 2003). Menurut Pausas dan Austin (2001) dan Brown et al. (2007) bahwa kekayaan jenis dipengaruhi oleh: 1) faktor geografi, dalam hal ini imigrasi merupakan hal yang paling berpengaruh, 2) faktor biologi, berupa persaingan, pemangsaan, patogen, parasit dan hervibora serta fasilitas, dan 3) faktor lingkungan, berupa perbedaan sumberdaya, antara lain air atau unsur hara, dan perbedaan kondisi, antara lain suhu dan pH. Homeier et al. (2010) mengungkapkan bahwa rendahnya kekayaan jenis di hutan pegunungan atas, kemungkinan lebih disebabkan oleh suhu udara yang rendah dan curah hujan yang tinggi. Konsekuensi dari dua faktor tersebut adalah terjadinya pencucian unsur hara, meningkatnya genangan air, lambatnya mineralisasi hara, dan berkurangnya bahan organik. Terlepas dari adanya perbedaan kondisi lingkungan, tingginya kekayaan jenis yang dijumpai di hutan pegunungan bawah pada ketinggian 1 500 m, lebih disebabkan tidak adanya jenis yang sangat dominan dan tingginya presentase jenis yang hanya memiliki satu dan dan individu. Sebagai contoh, di hutan subpegunungan dan hutan pegunungan atas yang masing-masing didominasi jenis C. buruana dan P. hypohylla dengan INP mencapai 86.97% dan 70.2% (Bab 4). Menurut Davidar et al. (2005), Wang (2007), dan Sasaki & Lauenroth (2011), hilangnya jenis dominan dapat mengurangi persaingan dalam persaingan sumberdaya yang terbatas, dan meningkatkan keanekaragaman. Barbour et al. (1987) mengungkapkan bahwa adakalanya kekayaan jenis berkorelasi positif dengan keanekaragaman jenis, namun kondisi lingkungan pada setiap lokasi penelitian bersifat heterogen, sehingga penurunan kekayaan jenis dapat disertai dengan peningkatan keanekaragaman.
29
Hasil analisis indeks keanekaragaman Shannon, secara keseluruhan ketiga tipe hutan pegunungan dan kategori memiliki keanekaragaman sedang sampai tinggi (2.51 ≤ H' ≤ 3.68) berdasarkan klasifikasi Barbour et al. (1987). Indeks keanekargaman jenis tertinggi diperoleh pada kategori pohon, pancang dan tumbuhan bawah di hutan pegunungan bawah, dan terendah di hutan pegunungan atas. Hasil penelitian ini juga menunjukkan tidak adanya perbedaan keanekaragaman jenis seiring dengan bertambahnya ketinggian tempat. Hasil yang sama juga dijumpai Setiadi (2005) di Nusa Tenggara Timur. Menurut Sagar et al. (2003), keanekaragaman jenis sangat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain, terutama karena variasi biogeografi, habitat, dan gangguan. Simpulan Dijumpai sebanyak 310 jenis tumbuhan pada tiga tipe hutan pegunungan yang tergolong dalam 129 marga dan 106 suku, meliputi 117 jenis pohon, 96 jenis pancang, 116 jenis semai, dan 121 jenis tumbuhan bawah. Terdapat perbedaan jumlah jenis tumbuhan pada setiap tipe hutan yang diteliti. Hutan pegunungan bawah memiliki jumlah jenis tertinggi dan terendah di hutan subpegunungan.