1
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan varisi metode dalam pembelajaran PAI dan hubungannya motivasi belajar siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Islam Plus Az Zahra Pondok Petir Sawangan-Depok mulai dari bulan Desember 2008 - Februari 2009, teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel ini didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat populasi sudah diketahui sebelumnya. Adapun sampel yang diambil 31% dari jumlah populasi terjangkau, di mana dari penelitian ini populasi terjangkaunya sebanyak 91 siswa, jadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 28 siswa. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel X (Penggunaan Variasi Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam) dan variabel Y (Motivasi Belajar Siswa). Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah dengan menyebarkan angket kepada siswa yang telah ditetapkan sebagai responden. Adapun teknik pengolahan data yaitu editing, cooding, scoring dan tabulating. Sedangkan teknik analisis data yang penulis gunakan, pertama dengan menggunakan prosentase kemudian dianalisa dengan menggunakan korelasi produk moment. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat korelasi yang positif antara penggunaan variasi metode pembelajaran pendidikan agama islam dengan motivasi belajar siswa, hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan dengan rumus produk moment dengan indeks korelasi sebesar 0,4832 yang berkisar antara 0,40 – 0,70 sehingga korelasi antara penggunaan variasi metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan motivasi belajar siswa menunjukan korelasi yang sedang atau cukupan.
2
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Puja dan puji syukur hanya milik Allah SWT semata, yang telah memberikan hidayah, taufiq dan ma’unah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga Allah selalu melimpahkan kepada suritauladan ummat ialah Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis menemui berbagai halangan dan hambatan, namun dengan pertolongan Allah dan setelah melewati proses yang cukup melelahkan akhirnya penulis dapat merampungkan skripsi ini. Dengan segala ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ketua dan Sekretaris Jurusan PAI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Bapak dan Ibu dosen FITK PAI dengan para asistennya yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan semasa kuliah. 3. Bapak Bahrissalim, M. Ag. pembimbing yang selalu meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Staf karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Ibunda tercinta, dan semua keluarga yang tidak bosan-bosannya memberi dukungan kepada penulis, baik secara moril maupun materil.
3
6. Kepala sekolah SMP Islam Plus Az Zahra Pondok Petir Sawangan Depok Bapak Drs. Bahrudin M.Pd. Wakil Kepala Sekolah SMP Islam Plus Az Zahra Bapak Didi Suhadi S.Ag, dewan guru SMP Islam Plus Az Zahra, siswa-siswi dan staf karyawan SMP Islam Plus Az Zahra yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 7. Sahabat-sahabatku; Subhan, Asrofi, Mukhlis, Mulkan, Arif, Yonie, Ade, Aisah, V3, Ola, May, dan seluruh kelas PAI A angkatan 2004, yang telah memberikan semangat dan bantuannya dalam pembuatan skripsi ini. 8. Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya. Terima kasih atas segala bantuan baik secara moril maupun materil dan semangat kepada penulis dalam penyusunanh skiripsi ini. Akhirnya, hanya kepada Allah penulis memanjatkan do’a dan harapan semoga kebaikan berbagai pihak yang telah mendukung penyelesaian skripsi ini dapat tercatat sebagai amal ibadah dan diterima oleh Allah SWT. Amin ya Rabbal ‘Alamin.
Jakarta, Mei 2009
Penulis
4
DAFTAR ISI
i
ABSTRAKSI ……………………………………………………………
i
KATA PENGANTAR ………………………………………………….
ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………
iv
DAFTAR TABEL ………………………………………………………
vi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A
Latar Belakang ………………………………………….
1
B
Identifikasi Masalah …………………………………….
5
C
Pembatasan Masalah ……………………………………
5
D
Perumusan Masalah …………………………………….
6
E
Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………
6
KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A
Kajian Teori …………………………………………….
8
1. Metode Pendidikan Agama Islam ……………………
8
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam ……………. b. Macam-macam Metode Pendidikan Islam ……… c. Fungsi Metode Pendidikan Islam ……………….. 2. Motivasi Belajar Siswa ……………………………… a. Pengertian Motivasi ……………………………... b. Sumber Motivasi ………………………………... c. Prinsip Motivasi ………………………………….
8 11 14 14
5
d. Fungsi Motivasi ………………………………….
14 16 19 21
B
Kerangka Berfikir ………………………………………
23
C
Hipotesis ………………………………………………..
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A
Tempat dan Waktu Penelitian …………………………..
25
B
Metode Penelitian ………………………………………
25
C
Populasi dan Sampel …………………………………....
26
D
Konsep Pengumpulan Variabel ………………………...
27
E
Teknik Pengumpulan Data ……………………………..
27
F
Teknik Pengolahan dan Analisis data ………………….
29
G
Interprestasi Data ……………………………………….
31
6
BAB IV
HASIL PENELITIAN A
Gambaran Umum SMP Az Zahra Pondok Petir ………..
33
B
Deskripsi Data ………………………………………….
37
C
Analisis dan Pengolahan Data ………………………….
48
D
Interpretasi Data ………………………………………...
51
BAB V
PENUTUP A
Kesimpulan …………………………..…………………
53
B
Saran……..……………………………………………...
54
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
7
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Kisi – kisi angket
28
………………………………………………. Tabel 2
Klasifikasi skor angket penelitian
29
……………………………… Tabel 3
Interpretasi Data
31
………………………………………………… . Tabel 4
Keadaan siswa
34
………………………………………………… ... Tabel 5
Keadaan guru dan karyawan
34
…………………………………… Tabel 6
Keadaan Sarana dan Prasarana Sekolah SMP
36
Az Zahra .……….. Tabel 7
Keadaan sarana dan prasarana penunjang kegiatan Sekolah SMP Az Zahra .………..
Tabel 8
37
Guru agama menjelaskan terlebih dahulu tujuan
pembelajaran
yang
akan
dicapai
……………………………………………….. Tabel 9
Kepribadian kemampuannya
guru
yang
dalam
baik
dan
mengajar
………………………………………………… ………
38
38
8
Tabel 10
Guru agama memperhatikan siswa yang kurang memahami
materi
…………………………………………………
39
…………. Tabel 11
Penggunaan metode ditunjang dengan sarana
39
prasarana sekolah .. Tabel 12
Guru PAI menggunakan bermacam-macam metode
yang
sesuai
dengan
materi
…………………………………………………
40
… Tabel 13
Materi tata cara bergaul menggunakan metode
40
demontrasi ……. Tabel 14
Guru mampu mengunakan metode yang ia
41
terapkan ……………. Tabel 15
Guru menggunakan metode yang sesuai materi
41
disampaikan …... Tabel 16
Metode membantu siswa dalam keaktifan kelas
42
………………… Tabel 17
Metode dalam meyampaikan materi membuat saya
tidak
mengerti
pelajaran
yang
disampaikan …………………………… Tabel 18
Tidak merasa puas jika mendapat hasil ulangan
42
43
yang baik Tabel 19
Belajar lebih giat lagi ketika nilai pelajaran agama menurun ……
43
9
Tabel 20
Guru agama memeriksa catatan, tugas yang diberikan kepada siswa dengan cepat dan memberitahukan hasilnya……………….
Tabel 21
Hadir ketika pelajaran agama berlangsung
44
44
……………………… Tabel 22
Bertanya kepada guru ketika ada materi yang
45
tidak dipahami ….. Tabel 23
Bertanya kepada teman jika tertinggal pelajaran
45
………………... Tabel 24
Merasa lebih mengerti dalam belajar jika guru menggunakan
variasi
metode
…………………………………………………
46
… Tabel 25
Merasa
giat
belajar
menggunakan
PAI
karena
variasi
guru metode
…………………………………………………
46
………… Tabel 26
Semangat belajar bertambah pada waktu guru menggunakan
variasi
metode
dalam
meyampaikan materi……………………… Tabel 27
Rasa jenuh dan bosan hilang dalam belajar ketika guru menggunakan variasi metode ……………………………………
Tabel 28
47
Korelasi antara Variabel X dan Variabel Y …………………….
47
48
10
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendukung utama tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia adalah pendidikan yang bermutu. Proses penyelenggaraan pendidikan yang bermutu tidak cukup hanya dilakukan melalui transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi harus didukung oleh profesionalisme guru sebagai tenaga pendidik serta pengembang kemampuan peserta didik menuju kedewasaannya secara optimal. Dalam proses peningkatan peserta didik, guru sebagai educator (pendidik) yang selalu menyadari tugas pokoknya yaitu mendidik, mengajar, membimbing, dan melatih memegang peran yang sangat penting dalam diri peserta didik. Karena materi ajar yang diberikan kepada peserta didik ditentukan oleh cara yang dilakukan oleh pendidik pada penyampaiannya dalam proses belajar-mengajar untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Senada dengan hal ini Drs. J.J. Hasibuan, Dip. Ed. dan Drs. Moedjiono menjelaskan bahwa metode mengajar adalah alat yang dapat merupakan bagian dari perangkat alat dan cara dalam pelaksanaan suatu stategi belajar-mengajar. Dan karena strategi belajar-mengajar merupakan sarana atau alat untuk mencapai tujuan-tujuan belajar, maka metode mengajar merupakan alat untuk mencapai tujuan belajar.1 Dalam mewujudkan suasana belajar-mengajar yang membawa kepada siswa aktif dan membimbingnya kearah kedewasaan, seorang guru harus memilih metode mengajar yang digunakan. Karena penggunaan metode harus sesuai dan selaras dengan karakteristik siswa, materi, dan kondisi lingkungan pengajaran. Adapun bila ditinjau lebih teliti, sebenarnya keunggulan metode terletak pada beberapa faktor yang berpengaruh, antara lain; tujuan,
1
Drs. J.J Hasibuan, Dip. Ed. dan Drs. Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Rosda Karya , 1995), Cet. VI, h. 3
11
karakteristik siswa, situasi dan kondisi, kemampuan dan pribadi guru, serta sarana dan prasarana yang digunakan.2 Seorang guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Agar dapat mengajar efektif guru harus meningkatkan belajar bagi siswa dan meningkatkan mutu kualitas mengajarnya. Sedangkan dalam meningkatkan kualitas dalam mengajar hendaknya guru mampu menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran serta mampu pula melakukannya dalam bentuk interkasi belajar mengajar. Keberhasilan penggunaan suatu metode merupakan keberhasilan proses pembelajaran yang pada akhirnya berfungsi sebagai diterminasi kualitas pendidikan. Sehingga metode pendidikan yang dikehendaki akan membawa kemajuan pada semua bidang ilmu pengetahuan dan keterampilan. secara fungsional dapat merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan. Metode dalam mentrasfer ilmu dan nilai-nilai kehidupan tersebut akan selalu disesuaikan dengan kondisi, situasi dan kebutuhan yang ada. Karenanya setiap pendidik atau guru diwajibkan menguasai sejumlah metodologi pembelajaran, agar siswa yang menjadi objek bimbingannya dapat dikelola dengan baik. Jadi pribadi keguruan harus senantiasa diperkembangkan untuk menyempurnakan penguasaan tehadap berbagai kompetensi di bidang keguruan yang kian terus berkembang. Dalam hal ini kompetensi untuk menetapkan, mengembangkan, dan mempergunakan semua metode-metode mengajar sehingga terjadilah kombinasi-kombinasi dan variasinya yang efektif.3 Metode mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dimiliki anak didik, akan ditentukan kerelevansian penggunaan suatu metode yang sesuai dengan tujuan. Itu berarti 2 Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet. I, h. 32 3 Zakiah Daradjat, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996) Cet. I, h. 142.
12
tujuan pembelajaran akan dicapai dengan penggunaan metode yang tepat, sesuai dengan standar keberhasilan yang terpatri di dalam suatu tujuan. Metode yang dapat dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar melalui pendekatan, penggunaannya tergantung dari rumusan tujuan. Seorang guru menggunakan variasi metode sebagai konteks proses belajar-mengajar yang bertujuan mengatasi kejenuhan yang mengakibatkan kebosanan pada diri siswa, sehingga dalam proses belajar pada diri siswa timbul ketekunan, keantusiasan, serta berperan aktif. Dengan hal yang demikian motivasi belajar tumbuh pada diri siswa, maka siswa tidak sukar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Karena bukan guru yang memaksakan anak didik untuk mencapai tujuan, akan tetapi anak didiklah dengan sadar untuk mencapai tujuan. Dari pendapat di atas, dapat dipahami bahwa dalam proses belajar mengajar diperlukan adanya suatu perubahan-perubahan dalam menentukan metode pembelajaran yang dapat menumbuhkan motivasi belajar anak atau siswa. Karena motivasi merupakan jembatan yang mengubungkan antara bahan pelajaran yang disajikan guru dengan kegiatan menerima, mengolah serta menanggapi bahan tersebut dari pihak murid.4 Motivasi dalam belajar merupakan hal yang penting, karena dengan motivasi yang tumbuh kuat dalam diri siswa maka hal itu akan merupakan suatu modal penggerak utama dalam belajar. Seorang siswa, selama ia menjadi pembelajar selama itu pula membutuhkan motivasi belajar guna keberhasilan proses pembelajarannya. Oleh sebab itu setiap seorang siswa harus memiliki motivasi yang kuat dalam belajar. Karena belajar merupakan kawajiban bagi seorang muslim. Sebagaimana sabda nabi:
ﻢﹴﻠﺴ ﻛﹸﻞﱢ ﻣﻠﻰﺔﹲ ﻋﻀﻠﹾﻢﹺ ﻓﹶﺮﹺﻳ ﺍﻟﻌ ﻃﹶﻠﹶﺐ: ﻠﱠﻢﺳ ﻭﻪﻠﻴ ﺍﷲ ﻋﻠﻰﻮﻝﹸ ﺍﷲ ﺻﺳ ﻗﹶَﺎﻝﹶ ﺭﻚﺎﻟﻦ ﻣﺲﹺ ﺍﺑ ﺃﹶﻧﻦﻋ ()ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ 4
M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga (Jakarta: Bulan Bintang, 1978.), Cet. IV, h. 168
13
Artinya: menuntut ilmu itu fardhu atas setiap muslim (H.R Ibnu Majjah)5
Hasil belajar akan optimal kalau ada motivasi yang tepat. Sehubungan dengan hal ini, kegagalan belajar siswa jangan begitu saja diarahkan kepada siswa, mungkin saja ketidakberhasilan itu disebabkan kurang berhasilnya guru dalam memberi motivasi yang mampu membangkitkan semangat siswa untuk berbuat/belajar. Sejalan dengan konsep Ki Hajar Dewantara yaitu ing madyo mangunkarso yang berarti jika pendidik sedang berada di tengah-tengah anak didiknya, hendaklah ia dapat mendorong kemauan atau kehendak mereka membangkitkan hasrat mereka untuk berinisiatif dan bertindak.6 Jadi tugas guru sekarang adalah bagaimana mendorong para siswa agar pada dirinya tumbuh motivasi. Dengan demikian motivasi untuk belajar merupakan salah satu hal yang penting. Tanpa motivasi, seseorang tentu tidak akan mendapatkan proses belajar yang baik. Motivasi merupakan langkah awal terjadinya pembelajaran yang baik. Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktifitas belajar seseorang. Tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Atas dasar pemikiran di atas, maka penulis bermaksud membahas dalam skripsi ini, dengan judul “Efektivitas Penggunaan Variasi Metode Pembelajaran PAI dan Hubungannya dengan Motivasi Belajar Siswa di SMP Az Zahra Pondok Petir Sawangan Depok”.
B. Identifikasi Masalah
5 Muhammad Nashirudin Albani, Kitab Shahih Sunnah Ibnu Majjah jilid I, (Riyad: Al Ma’arif lin Nasyr wa Tauji, 1997), h. 92, 6 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1995), Cet. VIII, h. 63.
14
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang terkait dengan penggunaan variasi metode di sekolah, yaitu 1. Penggunaan metode merupakan unsur penting dalam proses belajar mengajar. 2. Variasi metode dapat diterapkan dalam pembelajaran PAI. 3. Tujuan penggunaan variasi metode dalam pembelajaran PAI. 4. Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya motivasi siswa terhadap Pendidikan Agama Islam. 5. Hubungannya antara penggunaan variasi metode dengan motivasi belajar siswa. 6. Motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran PAI dengan penggunaan variasi metode.
C. Pembatasan Masalah Untuk mengfokuskan pembahasan dalam skripsi ini, maka masalah yang akan dibahas perlu dibatasi. Dengan batasan-batasan sebagai berikut: 1. Penggunaan variasi metode dalam pembelajaran PAI di SMP Az Zahra Pondok Petir Sawangan Depok. 2. Motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran PAI dengan penggunaan variasi metode 3. Hubungan antara penggunaan variasi metode dengan motivasi belajar siswa di SMP Az Zahra Pondok Petir Sawangan Depok.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang diuraikan diatas, maka perumusan masalah yang akan dijadikan penelitian adalah sebagai berikut :
15
1. Bagaimana penggunaan variasi metode dalam pembelajaran PAI di SMP Az Zahra Pondok Petir Sawangan Depok? 2. Bagaimana motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran PAI dengan penggunaan variasi metode? 3. Bagaimana hubungan penggunaan variasi metode pembelajaran PAI dengan motivasi belajar siswa di SMP Az Zahra Pondok Petir Sawangan Depok?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui Metode apa saja yang digunakan oleh guru PAI dalam Pendidikan Agama Islam 2. Untuk mengetahui tingkat motivasi siswa jika diberikan metode yang bervariasi.
Manfaat Penelitian 1. Pengembangan ilmu pengetahuan, terutama bagi penulis sendiri dalam penggunaan metode variatif pembelajaran Pendidikan Agama Islam 2. Memberikan wawasan pengetahuan tetang efektivitas metode variatif pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan baik. 3. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi para pendidik di SMP Az Zahra Pondok Petir untuk senantiasa meningkatkan kemampuan
untuk
menguasai
penggunaan
metode-metode
pembalajaran agar siswa yang dibimbingnya dapat dikelola dengan baik. 4. Sebagai bahan masukan guru atas metode-metode yng digunakan agar secara efektif dan efisien dalam menggunakan setiap metode disesuaikan dengan materi dan kondisi siswa.
16
5. Untuk mengetahui sejauh mana efektivitas penggunaan variasi metode di SMP Az Zahra Pondok Petir Sawangan Depok
F. Sistematika Penulisan Bab
I
Pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat masalah, sistematika penulisan.
Bab
II
Kajian Teoritis. Bab ini penulis menguraikan kajian teori : pengertian metode Pendidikan Agama Islam, motivasi. Bab ini juga berisi kerangka berfikir, pengajuan hipotesis.
Bab
III
Metodologi penelitian. Bab ini meliputi tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, populasi dan sampel, konsep pengumpulan variabel, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data., dan interpretasi data
Bab
IV Hasil penelitian. Bab ini di dalamnya terdapat gambaran umum objek penelitian, deskripsi data, analisis dan pengolahan data, dan interpretasi data.
Bab
V
Bab ini merupakan bab penutup dari akhir penyusunan skripsi yang penulis susun. Bab ini penulis mengemukakan kesimpulan dari seluruh hasil penelitian, dan saran-saran yang diperoleh dari hasil penelitian.
17
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori 1. Metode Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Metode Pendidikan Agama Islam Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani “metodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata: yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan.7 Selain itu ada pula yang mengatakan bahwa metode adalah suatu sarana untuk menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi pengembangan disiplin tersebut.8 Metode, dalam bahasa Arab, lebih dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-langkah strategis dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan.9 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara yang teratur dan terpikir baikbaik untuk mencapai maksud.10 Sehingga dapat dipahami metode
7
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. V, h. 61. Imam Barnadib, Filsafat Pendidikan, Sistem, dan Metode, (Yogyakarta: Yayasan Penerbit IKIP Yogyakarta, 1990.), Cet. VI, h. 85. 9 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004), Cet. IV, h. 155. 10 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), Cet. I, h. 580 8
18
berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran. Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa metode adalah seperangkat, teknik, dan suatu cara yang harus dimiliki danp digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan pelajaran untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Salah satu contoh metode yang sering dipakai Nabi dan Rasul dalam mengajarkan agama kepada umatnya adalah metode tanya jawab. Firman Allah yang menyatakan bahwa hendaknya bertanya jika seseorang tidak mengetahui akan suatu persoalan kepada ahlinya.
ﻮﻥﹶﻠﹶﻤﻌ ﻻﹶﺗﻢﻞﹶ ﺍﻟﺬﱢﻛﹾﺮﹺ ﺇﹺﻥ ﻛﹸﻨﺘﺌﹶﻠﹸﻮﺍ ﺃﹶﻫ ﻓﹶﺴﻬﹺﻢﻰ ﺇﹺﻟﹶﻴﻮﺣﺎﻻﹰ ﻧ ﺇﹺﻻﱠ ﺭﹺﺟﻚﻠﻦ ﻗﹶﺒﺎ ﻣﻠﹾﻨﺳﺂﺃﹶﺭﻣﻭ Artinya "Dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui" (Q.S. al-Nahl :43) Sedangkan Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan secara sadar dari pendidik (orang dewasa) kepada anak yang masih dalam proses pertumbuhannya berdasarkan norma-norma yang Islami agar terbentuk kepribadiannya menjadi kepribadian muslim.11 Zakiyah Daradjat, berpendapat bahwa Pendidikan Agama Islam adalah sebagai bimbingan yang diberikan untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara
menyeluruh,
menghayati
tujuan
yang
akhirnya
dapat
mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.12 Ahmad Tafsir mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.13
11
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam 1, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), Cet. II, h.
123. 12
Abdul Madjid dkk., Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. III, h. 130. 13 Abdul Madjid dkk., Pendidikan Agama…, h. 130.
19
Drs. H. Zuhairini dkk. mendefinisikan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam.14 Abdul Rahman Shaleh mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam menyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran atau latihan dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.15 Sesuai dengan UU RI No. 55 Tahun 2007 Bab I Pasal I Ayat (1) Tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan sebagai berikut: Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalm mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran atau kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jeis pendidikan.16 Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk menyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran, atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dari berbagai penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa metode pendidikan agama Islam adalah kesatuan langkah kerja atau cara yang ditempuh oleh pendidik berdasarkan pertimbangan rasional tertentu, untuk mempersiapkan peserta didik untuk
menyakini,
memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran, atau pelatihan yang telah ditentukan untuk 14
Zuhairini dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usana Offset Printing, 1981), h. 27. 15 Abdul Rahman Shaleh, Pendidikan Agama dan keagamaan, (Jakarta: PT. Gemawindu Pancaperkasa, 2000), Cet. I, h. 31. 16 Himpunan Peraturan Perundang Undangan RI, http://www.eihukum.com/update.php?mod=open&id=92 PP_55/2007, tgl. akses 11 Mei 2009
20
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Di mana masing-masing cara yang ditempuh bercorak khas dan kesemuanya berguna untuk mencapai tujuan pendidikan b. Macam-macam Metode Pendidikan Islam 1) Metode teladan Dalam Al-Qur’an kata teladan diproyeksikan dengan kata uswah yang kemudian diberi sifat hasanah yang berarti baik. Sehingga terdapat ungkapan uswatun hasanah yang artinya teladan yang baik. Dengan demikian seorang pendidik harus berusaha menjadi tauladan peserta didiknya. Teladan dalam semua kebaikan dan bukan sebaliknya.17 2) Metode cerita Kisah atau cerita sebagai suatu metode pendidikan ternyata mempuyai daya tarik yang menyentuh perasaan. Islam menyadari sifat alamiyah manusia untuk menyenangi cerita, dan menyadari pengaruhnya yang benar terhadap perasaan.18 3) Metode ceramah Yang dimaksud dengan metode ceramah yaitu cara meyampaikan suatu pelajaran tertentu dengan jalan penuturan secara lisan kepada anak didik atau kalayak ramai.19 4) Metode diskusi Metode diskusi dalam proses belajar mengajar ialah sebuah cara yang dilakukan dalam mempelajari bahan atau menyampaikan materi dengan jalan mendiskusikannya, dengan tujuan dapat menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku pada siswa.20 5) Metode tanya jawab 17
Ramayulis, Ilmu Pendidikan…, h. 170 Nur Ubbiyati, Ilmu Pendidikan …, h. 138 19 Tayar Yusuf dan Syaiful Anwar, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1995), Cet. 1, h. 41. 20 Armai Arif, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), Cet. 1, h. 145 18
21
Matode Tanya jawab adalah penyampaian pelajaran dengan jalan guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab. Metode ini dimaksudkan untuk mengenalkan pengetahuan, fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan untuk merangsang perhatian murid dengan berbagai cara (sebagai appersepsi, selingan, dan evaluasi).21 6) Metode demontrasi Metode demontrasi adalah suatu metode mengajar di mana seorang guru atau orang lain sengaja diminta atau murid sendiri memperlihatkan pada seluruh kelas tentang suatu proses atau suatu kaifiyah melakukan sesuatu.22 7) Metode resitasi Metode resitasi biasa disebut metode pekerjaan rumah, karena siswa diberi tugas-tugas khus di luar jam pelajaran.23 Pada metode ini anak-anak dapat mengerjakan tugasnya tidak hanya dikerjakan di rumah, dapat juga dikerjakan di perpustakaan, laboratorium, ruang-ruang
praktikum,
dan
sebagainya
untuk
dipertanggungjawabkan kepada guru. 8) Metode kerja kelompok Metode kerja kelompok dilakukan atas dasar pandangan bahwa anak didik merupakan suatu kesatuan yang dapat dikelompokkan sesuai dengan kemampuan dan minatnya untuk mencapai suatu tujuan pengajaran tertentu dengan sistem gotong royong.24 9) Metode sosiodrama Drama atau sandiwara dilakukan oleh sekelompok orang, untuk dimemainkan suatu cerita yang telah disusun naskah ceritanya dan
21
Zuhairini dkk., Metodik Khusus…, h.86. Zuhairini dkk., Metodik Khusus …, h.94. 23 Usman, Basyiruddin, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet. I, h. 47. 24 Usman, Basyiruddin, Metodologi Pengajaran…, h. 47. 22
22
dipelajari sebelum dimainkan. Adapun para pelakunya harus memahami peranannya masing-masing yang akan dibawakan.25 10) Metode drill (latihan) Metode ini sering disamakan artinya dengan istilah ulangan, padahal maksudnya berbeda. Latihan bermaksud agar pengetahuan dan kecakapan tertentu menjadi milik anak didik dan dikuasai sepenuhnya, sedangkan ulangan mengukur sejauh mana siswa menyerap pengajaran tersebut.26 11) Metode karyawisata Metode
karyawisata
ialah
suatu
metode
pengajaran
yang
dilaksanakan dengan jalan mengajak anak-anak keluar kelas untuk memperlihatkan hal-hal atau peristiwa yang ada hubungannya dengan dengan bahan pelajaran.27 12) Metode sistem regu (team teaching) Metode sitem regu ialah metode mengajar dimana dua orang guru lebih bekerja sama mengajar sekelompok murid.28 13) Problem solving Metode problem solving adalah suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan melatih anak-anak untuk menghadapi masalah-masalah dari yang paling sederhana sampai kepada masalah yang paling sulit.29 14) Metode audio visual Yang dimaksud dengan audio visual adalah alat penyajian bahan yang dapat didengarkan dan yang dapat dilihat dengan mata. Jadi metode audio visual adalah cara menyajikan bahan pelajaran
25
Zakiah Daradjat, dkk., Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. I, h. 301 26 Zakiah Daradjat, dkk., Metodik Khusus …, h. 302. 27 Zuhairini dkk. Metodik Khusus …, h. 104. 28 Zuhairini dkk. Metodik Khusus …, h. 108. 29 Zuhairini dkk. Metodik Khusus pendidikan Agama …), h. 110.
23
dengan mempergunakan alat-alat yang dapat memperdengarkan serta dapat memperagakan bahan tersebut.30
c. Fungsi Metode Pendidikan Agama Islam Tentang fungsi metode secara umum dapat dikemukakan sebagai pemberi jalan atau cara sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan tersebut.31 Pada intinya metode berfungsi mengantarkan suatu tujuan kepada objek sasaran dengan cara yang sesuai dengan perkembangan objek sasaran tersebut. Dengan demikian, jelaslah bahwa metode amat berfungsi dalam menyampaikan materi pendidikan. Namun, hal itu menurut perspektif Al Qur’an harus bertolak dari pandangan yang tepat terhadap manusia sebagai mahluk yang dapat dididik melalui pendekatan jasmani, dan akal pikiran. Karena itu ada materi yang berkenan dengan dimensi afektif yang kesemuanya itu menghendaki pendekatan metode yang berbeda-beda.32
2. Motivasi Belajar Siswa a. Pengertian Motivasi Kata motivasi berasal dari kata “motif” yang berarti sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang dapat menyebabkan organisme itu bertindak atau berbuat. Istilah motif ini serta kaitannya dengan gerak, yaitu dalam hal ini gerak yang dilakukan oleh manusia atau disebut juga perbuatan atau tingkah laku. Jadi yang dimaksud dengan motif yaitu segala sesuatu yang mendorong seorang untuk bertindak melakukan sesuatu.33 Di samping istilah motif di dalam psikologi dikenal juga istilah motivasi. 30
M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, (Jakarta: Bulan Bintang, 1978), h.191. 31 M. Arifin, Ilmu Pendidikan…, h. 61. 32 M. Arifin, Ilmu Pendidikan…, h. 94. 33 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1985), Cet. II, h. 64.
24
Motivasi adalah “pendorongan”, suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar tergerak hatinya untuk melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuannya.34 Menurut M. Alisuf Sabri motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong orang untuk memenuhi kebutuhan.35 Menurut Zakiah Daradjat motivasi adalah usaha yang disadari oleh pihak guru untuk menimbulkan motif-motif pada diri murid yang menunjang kegiatan ke arah tujuan-tujuan belajar.36 Adapun menurut Mc. Donald sebagaimana dikutip, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya "feeling" dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan.37 Namun pada intinya bahwa motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktifitas belajar. Dalam Al-Quran surat al-Zalzalah ayat 7-8 Allah memberikan motivasi kepada hamba-Nya untuk berbuat baik dengan tujuan mandapatkan keridhaan-Nya. 34
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan…, Cet. II, h. 73 M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya: 1993), Cet. I, h. 129. 36 Zakiah Daradjat, dkk., Metodik Khusus…, h. 140. 37 M. Sobry Sutikno, Peran Guru dalam Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa, hhtp://www.bruderfic.or.id/h-129/html. tgl akses 26 Nopember 2008. 35
25
(۸)ﻩﺮﺍ ﻳﺮ ﺷﺓﺜﹾﻘﹶﺎﻝﹶ ﺫﹶﺭﻞﹾ ﻣﻤﻌ ﻳﻦﻣ( ﻭ۷) ﻩﺮﺍ ﻳﺮﻴ ﺧﺓﺜﹾﻘﹶﺎﻝﹶ ﺫﹶﺭﻞﹾ ﻣﻤﻌ ﻳﻦﻓﹶﻤ Artinya ”Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya". Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk meninjau dan memahami motivasi ialah (1) motivasi dipandang suatu proses. Pengetahuan tentang proses ini dapat membantu guru menjelaskan tingkah laku yang diamati dan meramalkan tingkah laku orang lain, (2). Menentukan karakteristik proses ini berdasarkan petunjuk-petunjuk tingkah laku seseorang. Petunjuk-petunjuk tersebut dapat dipercaya apabila tampak kegunaannya untuk meramalkan dan menjelaskan tingkah laku lainnya.38 Banyak para ahli yang sudah mengemukakan pengertian motivasi dengan berbagai sudut pandang mereka masing-masing, namun intinya sama, yakni sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktifitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.39 Jadi, dapat disimpulkan yang dimaksud dengan motivasi adalah suatu kekuatan atau tenaga yang menggerakkan dan membangkitkan aktifitas individu kearah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari. b. Sumber Motivasi Menurut Prof. Dr. H. Abin Syamsudin Makmun, M.A. sumber dari motivasi itu dapat tumbuh dan berkembang dengan jalan: (1) datang dari dalam diri individu itu sendiri (intrinsik); dan (2) datang dari lingkungan (ektrinsik).40
38
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. V, h.
105-106. 39
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), Cet. I, h.
114. 40
Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem Pengajaran Modul, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. VIII, h. 37.
26
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.41 Motivasi ini merupakan timbul dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu atau sesuatu yang mendorong bertindak dalam suatu hal. Maka bilamana seorang anak didik termotivasi untuk belajar semata-mata untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran, itu bukan karena ingin suatu hal dari dirinya seperti ingin mendapat pujian, nilai yang tinggi, atau hadiah dan sebagainnya, akan tetapi sudah terdapat dorongan untuk melakukan hal tersebut. Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya, maka ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Dalam aktifitas belajar motivasi intrinsik sangat diperlukan, terutama belajar sendiri. Seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik sulit sekali melakukan aktifitas belajar terus-menerus. Seseorang yang memilki motivasi intrinsik selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa semua mata pelajaran yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan sangat berguna kini dan di masa datang.42 Sedangkan motivasi ektrinsik adalah kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ektrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar diri individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar, contoh ; pujian dan hadiah.43 Jadi bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi guru. Karena di dalam diri siswa tersebut ada motivasi, yaitu motivasi intrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadaran sendiri memperhatikan penjelasan guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang 41
Syaiful Bahri Djamarah. Psikologi Belajar …, h. 115. Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar…, h. 115-116. 43 Muhibin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta; PT. Logos, 199), h. 137. 42
27
diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya. Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ektrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Di sini tugas guru adalah membangkitkan motivasi peserta didik sehingga ia mau melakukan belajar. Ada beberapa strategi yang bisa digunakan oleh guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, sebagai berikut: 1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik. Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siwa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar. 2. Hadiah Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi. 3. Saingan/kompetisi Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya. 4. Pujian Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan penghargaan
atau
pujian.
Tentunya
pujian
yang
bersifat
membangun. 5. Hukuman Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.
28
6. Membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik. 7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik 8. Membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok 9. Menggunakan metode yang bervariasi, dan 10. Menggunakan media yang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran44 Dalam dunia pendidikan, motivasi untuk belajar merupakan salah satu hal yang penting. Tanpa motivasi, seseorang tentu tidak akan mendapatkan proses belajar yang baik. Motivasi merupakan langkah awal terjadinya pembelajaran yang baik. Pengajaran dikatakan baik jika tujuan awal, umum dan khusus tercapai. Orang dewasa yang mempunyai need to know / kebutuhan akan keingintahuan yang tinggi, mempunyai karakteristik yang berbeda dalam hal psikologis mereka. Motivasi belajar tentu berkaitan dengan psikologis peserta didik orang dewasa.
c. Prinsip Motivasi Belajar Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktifitas belajar sesorang. Tidak ada sesorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya sekedar diketahui, tetapi harus diterangkan alam aktifitas belajar-mengajar. Ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar seperti dalam uraian berikut: 1.
Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktifitas belajar.
44
M. Sobry Sutikno, “Peran Guru…, tgl. Akses 26 Nopember 2008
29
Seseorang melakukan aktifitas belajar karena ada yang mendorongnya. Motivasilah sebagai dasar penggeraknya yang mendorong seseorang untuk belajar 2.
Motivasi intrinsik lebih utama daripada motivasi ektrinsik dalam belajar. Dari seluruh kebijakan pengajaran, guru lebih banyak memutuskan memberikan motivasi ektrinsik kepada setiap anak didik. Tidak pernah ditemukan guru yang tidak memakai motivasi ektrinsik dalam pengajaran. Anak didik yang malas belajar sangat berpotensi untuk diberikan motivasi ektrinsik oleh guru supaya dia rajin belajar. Efek yang tidak diharapkan dari pemberian motivasi ektrinsik adalah kecenderungan dan ketergantungan anak didik terhadap segala sesuatu di luar dirinya. Selain kurang percaya diri, anak didik juga bermental pengharapan dan mudah terpengaruh. Oleh karena itu, motivasi intrinsik lebih utama dalam belajar.
3.
Motivasi berupa pujian lebih baik dari pada hukuman Meski
hukuman
tetap
diberlakukan
dalam
memicu
semangat belajar anak didik, tetapi masih lebih baik penghargaan berupa pujian. Setiap orang senang dihargai dan tidak suka dihukum dalam bentuk apa pun juga. Memuji orang lain berarti memberikan penghargaan atas prestasi kerja orang lain. Hal ini akan memberikan semangat kepada seseorang untuk lebih meningkatkan prestasi kerjanya. Tetapi pujian yang diucap itu tidak asal ucap, harus pada tempat dan kondisi yang tepat. Kesalahan pujian bisa bermakna mengejek. 4.
Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar Kebutuhan yang tidak bias dihindari oleh anak didik adalah keinginannya untuk menguasai sejumlah ilmu pengetahuan. Oleh karena itulah anak didik belajar. Karena bila tidak belajar berarti
30
anak didik tidak akan mendapat ilmu pengetahuan. Jadi belajar adalah santapan utama anak didik. Dalam kehidupan anak didik membutuhkan penghargaan. Dia tidak ingin dikucilkan. Berbagai peranan dalam kehidupan yang dipercayakan kepadanya sama halnya memberikan rasa percaya diri kepada anak. Anak didik merasa berguna, dikagumi atau dihormati oleh guru atau orang lain. Perhatian, ketenaran, status, martabat, dan sebagainya merupakan kebutuhan yang wajar bagi anak didik. Semuanya dapat memberikan motivasi bagi anak didik dalam belajar. 5.
Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar Anak didik yang mempunyai motivasi dalam belajar selalu yakin dapat menyelesaikan setiap pekerjaan yang dilakukan. Dia yakin bahwa belajar bukanlah kegiatan yang sia-sia. Hasilnya pasti akan berguna tidak hanya kini, tetpi juga di hari-hari mendatang.
6.
Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar. Dari berbagai dalam penelitian selalu mnyimpulkan bahwa motivasi mempengaruhi prestasi belajar. Tinggi rendahnya motivasi selalu dijadikan indikator baik buruknya prestasi belajar seseorang anak didik.45
d. Fungsi Motivasi Motivasi merupakan dorongan yang menyebabkan terjadinya suatu perbuatan. Dalam proses pembelajaran motivasi mempunyai peranan sangat penting yang akan menentukan upaya seorang siswa dalam melakukam kegiatan belajar. Dengan demikian siswa yang mempunyai motivasi tinggi dalam belajar akan menghasilkan prestasi belajar yang maksimal. Sedangkan siswa yang motivasinya rendah dalam belajar maka hasilnya juga akan rendah. Oemar Hamalik mengemukakan beberapa fungsi motivasi, yaitu : 45
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar…, h. 118-121
31
1. Mendorong timbulnya kelakukan atau perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul suatu perbuatan seperti belajar. 2. Sebagai
pengarah,
artinya
mengarahakan perbuatan
kepada
pencapaian tujuan yang diinginkan. 3. Sebagai penggerak, artinya ia menggerakan tingkah laku seseorang. Kuat lemahnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.46 Selain itu motivasi dipandang berperan penting dalam belajar karena motivasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut : 1. Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan siswa, belajar tanpa motivasi sulit untuk mencapai keberhasilan secara optimal. 2. Pembelajaran yang bermotivasi pada hakekatnya adalah pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, dorongan, minat, motif, yang ada pada diri siswa. 3. Pembelajaran yang bermotivasi menurut kreatifitas dan imajinasi guru untuk berupaya secara sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relavan dan serasi guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa. 4. Berhasil atau gagalnya dalam membangkitkan dan mendayagunakan motivasi dalam proses pembelajaran berkaitan dengan upaya pembinaan disiplin kelas dapat timbul karena kegagalan pergerakan motivasi belajar. 5. Penggunaan azas motivasi merupakan sesuatu yang esensial dalam proses belajar dan pembelajaran. Motivasi menjadi salah satu faktor yang turut menentukan pembelajaran yang efektif.47 Motivasi dalam keselurahan proses pembelajaran sangat penting, karena dapat mendorong siswa untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu yang berhubungan dengan kegiatan belajar. Motivasi yang dapat memberikan semangat pada siswa dalam kegiatan-kegiatan belajarnya dan memberi petunjuk atau perbuatan yang dilakukannya.
46
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2003), Cet.
II.h.161 . 47
109.
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Algessindo, 2000), h.
32
Berdasarkan uraian di atas, maka harus dilakukan suatu usaha agar siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi sehingga siswa yang bersangkutan dapat mencapai hasil belajar yang optimal.
B. Kerangka Berfikir Metode merupakan dasar yang paling menyakinkan demi meningkatkan motivasi siswa sekaligus menunjang proses keberhasilan pembelajaran. Jika siswa telah memiliki motivasi dalam belajar, maka ia akan dengan cepat mengerti dan memahami materi yang diberikan. Pada intinya metode berfungsi mengantarkan suatu tujuan kepada objek sasaran dengan cara yang sesuai dengan perkembangan obyek sasaran tersebut. Dengan demikian, jelaslah bahwa metode amat berfungsi dalam menyampaikan materi pendidikan dan dalam hal meningkatkan motivasi intrinsik siswa. Berdasarkan pemaparan di atas penulis melihat ada hubungan yang signifikan antara variasi metode pembelajaran PAI dalam menigkatkan motivasi belajar siswa. Melihat dua variabel demikian penulis mengamsusikan sebuah hipotesis: jika variasi metode pembelajaran PAI di sekolah dengan baik, maka berpengaruh positif terhadap peningkatan motivasi belajar siswa.
C. Pengajuan Hipotesis Penelitian Berdasarkan deskripsi dan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: Ho
: Tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara penggunaan variasi metode pembelajaran PAI dengan motivasi belajar siswa di SMP Az Zahra Pondok Petir Sawangan – Depok.
33
Ha
: Terdapat hubungan positif yang signifikan antara penggunaan variasi metode pembelajaran PAI dengan motivasi belajar siswa di SMP Az Zahra Pondok Petir Sawangan – Depok.
34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Az Zahra Pondok Petir Sawangan Depok, alasan memilih lokasi ini karena mudah dijangkau bagi peneliti. Adapun penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2008-Februari 2009.
B. Metode Penelitian Untuk mendapatkan hasil penelitian yang diharapkan, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriftif analisis, yaitu untuk menggambarkan hubungan pengggunaan variasi metode dengan motivasi belajar siswa di SMP Az Zahra Pondok Petir Sawangan Depok dengan menggunakan kuesioner. Lebih spesifik lagi pendekatan kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini akan mengambil studi kasus. Mengacu pada pandangan penulis, bahwa penggunaan variasi metode dalam belajar memberikan kontribusi akan motivasi seorang siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain itu penggunaan studi kasus ini dipilih karena seperti yang dikemukakan oleh Yin, peneliti tidak memiliki kontrol atas kejadian-kejadian yang telah berlangsung.48
48
Robert. K. Yin, Studi Kasus, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001), h. 4-15.
35
Penelitian
ini
berupa
penelitian
deskriptif
yang
bertujuan
untuk
menggambarkan bagaimana penggunaan variasi metode berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Untuk memudahkan data dan informasi yang akan mengungkapkan permasalahan dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif analisis yang bersifat kuantitatif.
C. Populasi dan Sampel Populasi adalah kelompok besar individu yang mempunyai karakteristik yang sama.49 Populasi dalam penelitian ini berjumlah 91 orang yang terdiri dari siswa-siswi kelas VII-IX SMP Az Zahra Pondok Petir Sawangan Depok Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil yang diteliti. Untuk mempermudah penulis dalam melakukan penelitian ini, maka penulis mengambil teknik sampling. Adapun sampel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kelompok kecil individu yang dilibatkan langsung dalam penelitian. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 28 orang yaitu siswa-siswi kelas VIII. Sampel yang diambil menggunakan purposive sampling, yaitu pengambilan sampel ini didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat populasi sudah diketahui sebelumnya.50 Teknik ini berdasarkan ketentuan yang diberikan pihak sekolah dan pertimbangan peneliti sendiri.
49 Ibnu Hadjar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1999), Cet. II, h. 133. 50 Mohamad Ali, Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, (Bandung: Angkasa, 1982) Cet. III, h. 65
36
D. Konsep Pengumpulan Variabel Pada dasarnya penelitian ini dilakukan untuk mngetahui apakah ada korelasi yang signifikan antara penggunaan variasi metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan motivasi belajar siswa. Variabel dalam penelitian ini terbagi menjadi dua bagian yaitu: variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent) variable bebas dalam penelitian ini adalah Penggunaan variasi metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam sedangkan variabel terikat adalah motivasi belajar siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang akurat dan validitasnya dapat dipertanggungjawabkan dalam penelitian ini maka teknik yang digunakan adalah : 1. Observasi yaitu dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang data yang dicari yaitu mengenai keadaan sekolah dan kegiatan belajar mengajar di SMP Az Zahra Pondok Petir Sawangan Depok. Observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan skripsi ini. 2. Metode wawancara yang penulis ambil adalah sebuah metode penelitian face to face dengan tanpa adanya jawaban rekayasa dari kedua belah pihak. Wawancara ini, penulis lakukan dengan berdialog langsung dengan guru bidang studi Pendidikan Agama Islam di sekolah tersebut sehingga diperoleh data dan informasi yang jelas. 3. Metode angket yang penulis lakukan adalah dengan mengajukan beberapa point pertanyaan kesejumlah responden penelitian yang terkait dengan penggunan variasi metode pembelajaran PAI dan Hubungannya dengan motivasi belajar siswa. Angket ini untuk mengumpulkan data dari sejumlah besar responden yang menjadi sampel.
37
Dalam hal ini penulis memberikan pertanyaan kepada siswa kelas VIII SMP yang dijadikan responden penelitian dalam bentuk angket atau kuesioner yang berisi 20 item pertanyaan dengan alternatif jawaban a, b, c dan d. Adapun kisi-kisi pertanyaan angket yang penulis gunakan adalah sebagai berikut :
Tabel 1 Kisi – Kisi Angket No 1
Dimensi Peranan Guru sebagai media dalam proses belajar mengajar
Indikator a. Guru
terlebih
dahulu
menjelaskan
Jumlah
No.
Item
Item
1
1
2
2, 3
1
4
1
5
1
6
4
7, 8,
tujuan
pembelajaran b. Guru Agama berkribadian baik dan mampu mengajar
2
Peranan guru dalam penyesuaian dengan materi
metode
a. Penyesuaian
materi
terhadap
metode
pembelajaran
dengan
sarana sekolah b. Guru
menggunakan
variasi metode 3
dalam a. Guru menyampaikan materi dengan penyampaian materi Pengajaran
menggunakan
metode
demontrasi. b. Kemampuan guru dalam menggunakan metode
9, 10
38
4
Sikap KBM
siswa
dalam a. Siswa selalu menyikapi hasil belajarnya b. Siswa
3
12, 13
selalu
memahami pentingnya
3
pelajaran agama 5
Motivasi siswa dalam
metode pembelajaran
kesenangan
14, 15, 16
a. Siswa selalu merasakan
terhadap penggunana
11,
4
dalam
pembelajaran
17, 18, 19 20
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data. Adapun teknik pengolahan data sebagai berikut : 1. Editing, yaitu memeriksa sedetail mungkin terhadap angket yang akan disebarkan kepada responden. 2. Cooding, yaitu usaha mengklasifikasikan jawaban-jawaban para responden menurut macam-macamnya. 3. Scoring, setelah melalaui tahap editing, maka selanjutnya dengan memberikan skor terhadap pernyataan yang terdapat pada angket. 4. Tabulating, memindahkan jawaban dalam angket dan dikelompokkan ke dalam tabel frekuensi.
Tabel 2 Klasifikasi Skor Angket Penelitian Alternatif Jawaban
Skor
A. Selalu
4
B. Sering
3
C. Kadang – kadang
2
D. Tidak pernah
1
39
Selanjutnya agar data yang terkumpul dapat terbaca dan penelitian ini dapat dipercaya, maka data tersebut harus dianalisis sehingga diperoleh kesimpulan. Adapun teknik analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif, guna menganalisis data setiap variabel, dengan rumus sebagai berikut :
P = F x 100 % N Keterangan : P = Angka Persentasi F = Jumlah frekuensi/Jumlah Subyek N = Number of cases/Jumlah individu Kemudian teknik analisa selanjutnya dengan menggunakan teknik analisis korelasional, adapun rumus yang digunakan adalah Korelasi Produk Moment dengan rumus sebagai berikut :
r
NΣxy – (Σx)( Σy) xy
=
(NΣx2 – (Σx)2)( NΣy2) – (Σy)2)
r xy
= Angka Indeks Korelasi “r” Produck Moment
N
= Number of Cases
Σxy
= Jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y
Σx
= Jumlah seluruh skor x
Σy = Jumlah seluruh Skor skor y
40
G. Interpretasi Data Memberikan interpretasi terhadap angka indeks “r“ Produk Moment, adalah dengan cara : a. Interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r “ Produk Moment secara kasar \ sederhana, dengan menggunakan pedoman sebagai berikut :
Table 3 Interpretasi Data Besarnya “ r “ Produk Moment (rxy)
Interpretasi Antara variabel x dan variabel y memang
0,00 – 0,20
terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah \ sangat rendah, sehingga korelasi itu diabaikan.
0,20 – 0,40
0,40 – 0,70
0,70 – 0,90
0,90 – 1,00
Antara variabel x dan variabel y terdapat korelasi yang lemah atau rendah. Antara variabel x dan variabel y terdapat korelasi yang sedang atau cukupan. Antara variabel x dan variabel y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi. Antara variabel x dan variabel y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi.
41
b.
Interpretasi dengan jalan berkonsultasi pada tabel nilai “r“ Produk Moment (rt) dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau degree of freedom (df) yang rumusnya adalah : df
= N – nr
df
= degree of freedom
N
= Number of Cases
nr
= banyaknya variabel yang dikorelasikan
dengan diperolehnya df, maka dapat dicari besarnya “r“ yang tercantum dalam tabel nilai “r“ Produk Moment.51 .
51
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. VI, H..194-195.
42
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP Az Zahra Pondok Petir Sawangan Depok 1. Sejarah Beridirinya SMP Az Zahra Pondok Petir Sawangan Depok Lembaga pendidikan Az Zahra berdirinya dari obsesi sederhana yaitu ibu-ibu majlis ta’lim yang bertempat di Cilandak, mereka memiliki kebiasaan menyumbangkan dana dalam membantu bidang pendidikan. Namun pada kenyataannya banyaknya dana yang diselewengkan untuk hal tersebut. Oleh sebab itu mereka bertekad membangun sebuah lembaga sendiri, maka berdirilah lembaga tersebut. Adapun yang pertama kali yaitu sekolah tingkat dasar, dan setelah berjalan selama 4 tahun didirikanlah SMP Az Zahra pada tahun 2006. Sekolah ini SMP Aza Zahra berkonsep Islamic plus yaitu lembaga pendidikan yang bertujuan untuk menyiapkan generasi muda penerus yang unggul, cerdas dan terampil, serta memiliki jati diri yang berakhlakul karimah, pada sajian bermutu akan tetapi terjangkau.
43
Sekolah ini terletak di daerah Pondok Petir Sawangan Kota Depok, Propinsi Jawa Barat.52
2. Visi dan Misi SMP Az Zahra mempunyai visi dan misi, yaitu : Visi : Membentuk Generasi Cerdas, Kreatif dan Berakhlak Mulia. Misi : a. Mengintegrasikan antara intelektualitas dan spiritualitas. b. Motor Pembaharuan dunia pendidikan. c. Laboratorium pendidikan berwawasan keunggulan. d. Tersedianya pendidikan yang bermutu dan terjangkau.53
3. Keadaan Siswa, Guru dan Karyawan Tabel 4 54
a. Keadaan Siswa Kelas
Jumlah Kelas
Jumlah Siswa
I
3 Kelas
45 Siswa
II
2 Kelas
28 Siswa
III
1 Kelas
18 Siswa
Jumlah
8 Kelas
91 Siswa
b. Keadaan Guru dan Karyawan55 Tabel 5
52
Hasil Wawancara Kepala Sekolah SMP Az Zahra Pondok Petir Sawangan Depok Bagian Tata Usaha SMP Az Zahra Pondok Petir Sawangan Depok 54 Hasil Wawancara Kepala Sekolah SMP Az Zahra Pondok Petir Sawangan Depok 55 Bagian Tata Usaha SMP Az Zahra Pondok Petir Sawangan Depok 53
44
No.
Nama
Jabatan
Kepsek
Bidang Studi Bhs.
1
Drs. Bahrudin M.Pd
2
Didi Suhadi S.Ag
3
Ima Nurasiah Qonit. S.Si
4
Latifah Hanum S.Pd
5
Dasmansyah
Guru
Seni Budaya
6
Juan Munandar
Guru
Penjaskes
7
Daeng Dahlan S.Sos.i
8
Reny Ariany S.Ag
9
Nuning Siswanti S.Pd
10
Nelly Lesmanawati S.Pd
11
Kamal Budiawan S.Pd.I
12
Aan Aliyah, S.S.s
13
Ryan Mulyono
Wakepsek I Guru/Wali Kelas Guru/Wali Kelas
Guru/Wali Kelas Guru Guru/Wali Kelas
Indonesia Bahasa Arab
Kir Sains
Fisika
IPS
PAI
Matematika
Guru/Wali
Bahasa
Kelas
Inggris
Guru/Wali Kelas
TIK
Guru
IPA
OB
-
45
14
Kamal Budiawan S.Pd.I
16
Ririn
18
Nelly Lesmanawati S.Pd
19
Solehudin
20
-
Sekertaris \
-
Guru TU
-
Petugas
-
Perpus Petugas
-
Kebersihan Petugas
Anto
-
Keamanan
Edi
4. Sarana dan Prasarana56 Tabel 6 Keadaan Sarana Prasarana SMP Az Zahra
No.
56
Sarana Prasarana
Jumlah
1
Ruang Belajar
6
2
Ruang Ibadah
1
Bagian Tata Usaha SMP Az Zahra Pondok Petir Sawangan Depok
46
LAB Komputer 1 3
a. Komputer b. Bahasa
1
c. IPA
1
4
Ruang Kepsek
1
5
Ruang Guru
1
6
Ruang Ibadah
1
7
Ruang Tata Usaha
6
8
Ruang UKS
1
9
Ruang BK
1
10
Kantin
1
11
Toilet Siswa
4
12
Toilet Guru
2
13
Ruang OSIS
1
14
Ruang Komite Sekolah/Madrasah
1
15
Ruang penjaga Sekolah/Madrasah
1
16
Pos Keamanan
1
17
Aula/Gedung serba guna
1
47
Tabel 7 Keadaan Sarana dan Prasarana Penunjang Kegiatan SMP Az Zahra
No.
Sarana Prasarana
Jumlah
Lapangan Olah Raga 1 1
a. Futsal b. Basket c. Bulu Tangkis d. Volley
2
Kesenian: Marcing Band
1 1 1 1
B. Deskripsi Data Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel, yaitu penggunaan variasi metode sebagai variabel bebas (variabel X) dan motivasi belajar siswa sebagai variabel terikat (variabel Y). Data kedua variabel adalah hasil jawaban responden dari angket yang disebarkan dengan memberikan skor kepada tiap-tiap butir pertanyaan yang disebarkan kepada siswa. Dari data angket yang sudah terkumpul yang diperoleh dengan cara menyebarkan angket kepada 28 siswa kelas VIII yang berjumlah 20 item berbentuk pilihan ganda yang harus dijawab oleh siswa dengan memberi tanda silang (x) kemudian data tekumpul maka diseleksi dan di susun, setelah itu datatdata diklasifikasikan, kemudian dilakukan analisa data. Setelah data yang didapat dari setiap item pertanyaan akan dibuat frekuensi dan persentase.
48
Data yang telah dikumpulkan kemudian penulis menganalisis dan meninterpretasikan data tersebut dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 8 Guru agama menjelaskan terlebih dahulu tujuan pembelajaran yang akan dicapai Alternatif Jawaban a. Selalu
F
Persentase
16
57 %
7
25 %
5
18 %
0
0%
28
100 %
b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ada (57%) responden yang menjawab selalu menjelaskan terlebih dahulu guru agama tujuan pembelajaran yang akan dicapai, yang menjawab sering ada (25 %), kadang-kadang (18 %) dan tidak pernah tidak ada (0 %). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden (57 %) menyatakan selalu guru agama menjelaskan terlebih dahulu tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tabel 9 Kepribadian guru yang baik dan kemampuannya dalam mengajar
49
Alternatif Jawaban a.
Selalu
F
Persentase
18
64 %
8
29 %
2
7%
0
0%
30
100 %
b. Sering c.
Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ada (64 %) responden yang menjawab selalu berkepribadian baik dan memiliki kemampuan dalam mengajar, yang menjawab sering ada (29 %), kadang-kadang (7 %) dan tidak pernah (0 %). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden
(64 %) menyatakan guru PAI
selalu berkeribadian baik dan memiliki kemampuan dalam mengajar.
Tabel 10 Guru agama memerhatikan siswa yang kurang memahami materi Alternatif Jawaban a.
Selalu
F
Persentase
20
71 %
4
14 %
3
11 %
1
4%
20
100 %
b. Sering c.
Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
Jumlah
50
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ada (71 %) responden yang menjawab guru selalu memerhatikan siswa yang kurang memahami materi dengan baik, yang menjawab sering ada (14 %), kadang-kadang (11 %) dan tidak pernah tidak ada (4 %). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden (71 %) menyatakan guru selalu memperhatikan siswa yang kurang memahami materi dengan baik. Tabel 11 Penggunaan metode ditunjang dengan sarana prasarana sekolah Alternatif Jawaban a.
Selalu
F
Persentase
8
29 %
5
18 %
14
50 %
1
4%
28
100 %
b. Sering c.
Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ada (29 %) responden yang menjawab selalu ditunjang dengan sarana prasarana yang ada di sekolah, yang menjawab sering ada (18 %), kadang-kadang (50 %) dan tidak pernah (4 %). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden (50 %) menyatakan kadang-kadang ditunjang dengan sarana prasarana yang ada di sekolah.
Tabel 12
51
Guru PAI menggunakan bermacam-macam metode yang sesuai dengan materi Alternatif Jawaban a. Selalu
F
Persentase
13
46 %
9
32 %
6
21 %
0
0%
28
100 %
b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ada (46 %) responden yang menjawab guru selalu menggunakan bermacam-macam metode yang sesuai dengan materi, yang menjawab sering ada (32 %), kadang-kadang (21 %) dan tidak pernah (0 %). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden (46 %) menyatakan guru selalu menggunakan bermacam-macam metode yang sesuai dengan materi. Tabel 13 Materi tata cara bergaul menggunakan metode demontrasi Alternatif Jawaban a. Selalu
F
Persentase
8
29 %
6
21 %
13
46 %
1
4%
28
100 %
b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ada (29 %) responden yang menjawab selalu menyampaikan materi tata cara bergaul
guru menggunakan metode
52
demontrasi, yang menjawab sering ada (6 %), kadang-kadang (46 %) dan tidak pernah (4 %). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden (46 %) menyatakan guru PAI kadang-kadang menyampaikan materi tata cara bergaul guru menggunakan metode demontrasi.
Tabel 14 Guru mampu mengunakan metode yang ia terapkan Alternatif Jawaban a. Selalu
F
Persentase
16
57 %
9
32 %
3
11 %
0
0%
28
100 %
b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ada (57 %) responden yang menjawab guru selalu mampu mengunakan metode yang ia terapkan, yang menjawab sering ada (9 %), kadang-kadang (3 %) dan tidak pernah (0 %). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden (57 %) menyatakan guru selalu mampu mengunakan metode yang ia terapkan.
Tabel 15 Guru menggunakan metode yang sesuai materi disampaikan
53
Alternatif Jawaban a.
Selalu
F
Persentase
16
57 %
9
32 %
3
11 %
0
0%
28
100 %
b. Sering c.
Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ada (57 %) responden yang menjawab guru PAI selalu menggunakan metode sesuai dengan materi yang disampaikan, yang menjawab sering ada (32 %), kadang-kadang (11 %) dan tidak pernah (0 %). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden (57 %) menyatakan guru PAI selalu menggunakan metode sesuai dengan materi yang disampaikan.
Tabel 16 Metode membantu siswa dalam keaktifan kelas Alternatif Jawaban a.
Selalu
F
Persentase
13
46 %
8
29 %
7
25 %
0
0%
b. Sering c.
Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
54
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ada (46 %) responden yang menjawab metode selalu membantu siswa dalam keaktifan kelas, yang menjawab sering ada (29 %), kadang-kadang (25 %) dan tidak pernah tidak ada (0 %). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden (46 %) menyatakan penggunaan metode selalu membantu siswa dalam keaktifan kelas .Tabel 17 Metode dalam meyampaikan materi membuat saya tidak mengerti pelajaran yang disampaikan Alternatif Jawaban a.
Selalu
F
Persentase
2
7%
3
11 %
18
64 %
5
18 %
28
100 %
b. Sering c.
Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ada (7 %) responden yang menjawab metode yang digunakan selalu membuat saya tidak mengerti pelajaran yang disampaikan, responden yang menjawab sering ada (11 %), kadang-kadang (64 %) dan tidak pernah (18 %). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden (64 %) menyatakan metode yang digunakan kadang-kadang membuat saya tidak mengerti pelajaran yang disampaikan.
Tabel 18
55
Tidak merasa puas jika mendapat hasil ulangan yang baik Alternatif Jawaban a. Selalu
F
Persentase
5
18 %
8
29 %
11
39 %
4
14 %
28
100 %
b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ada (18 %) responden yang menjawab guru selalu tidak cepat merasa puas jika mendapat hasil ulangan yang baik, yang menjawab sering ada (29 %), kadang-kadang (39 %) dan tidak pernah (14 %). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden (39 %) menyatakan kadangkadang tidak merasa puas jika mendapat hasil ulangan yang baik. Tabel 19 Belajar lebih giat lagi ketika nilai pelajaran agama menurun Alternatif Jawaban a. Selalu
F
Persentase
19
68 %
4
14 %
4
14 %
1
4%
28
100 %
b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ada (68 %) responden yang menjawab selalu belajar labih giat lagi ketika nilai pelajaran agama menurun, yang menjawab sering ada (14 %), kadang-kadang (14 %) dan tidak pernah (4 %). Hal
56
ini menunjukkan bahwa mayoritas responden
(68 %) menyatakan selalu belajar
labih giat lagi ketika nilai pelajaran agama menurun.
Tabel 20 Guru agama memeriksa catatan, tugas yang diberikan kepada siswa dengan cepat dan memberitahukan hasilnya Alternatif Jawaban a.
Selalu
b.
Sering
c.
Kadang-kadang
d.
Tidak Pernah
Jumlah
F
Persentase
6
21 %
10
36 %
11
39 %
1
4%
28
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ada (21 %) responden yang menjawab guru selalu memeriksa catatan, tugas yang diberikan kepada siswa dengan cepat dan memberitahukan hasilnya, yang menjawab sering ada (36 %), kadang-kadang (39 %) dan tidak pernah tidak ada (4 %). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden (39 %) menyatakan guru PAI kadang-kadang memeriksa catatan, tugas yang diberikan kepada siswa dengan cepat dan memberitahukan hasilnya. Tabel 21 Hadir ketika pelajaran agama berlangsung
57
Alternatif Jawaban a.
Selalu
F
Persentase
22
79 %
4
14 %
2
7%
0
0%
28
100 %
b. Sering c.
Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ada (79 %) responden yang menjawab selalu berusaha hadir katika pelajaran agama berlangsung, yang menjawab sering ada (14 %), kadang-kadang (7 %) dan tidak pernah (0 %). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden (79 %) menyatakan selalu berusaha hadir katika pelajaran agama berlangsung .
Tabel 22 Bertanya kepada guru ketika ada materi yang tidak dipahami Alternatif Jawaban a.
Selalu
F
Persentase
15
54 %
5
18 %
7
25 %
1
4%
30
100 %
b. Sering c.
Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
Jumlah
58
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ada (54 %) responden yang menjawab saya selalu bertanya kepada guru ketika ada materi yang tidak dipahami, yang menjawab sering ada (18 %), kadang-kadang (25 %) dan tidak pernah (4 %). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden (54 %) menyatakan saya selalu bertanya kepada guru ketika ada materi yang tidak dipahami. Tabel 23 Bertanya kepada teman jika tertinggal pelajaran Alternatif Jawaban a. Selalu
F
Persentase
11
39 %
5
18 %
12
43 %
0
0%
28
100 %
b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tidak ada (39%) responden yang menjawab saya selalu bertanya kepada teman jika tertinggal pelajaran, yang menjawab sering ada (18 %), kadang-kadang (43 %) dan tidak pernah (0 %). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden (43 %) menyatakan saya kadangkadang bertanya kepada teman jika tertinggal pelajaran.
Tabel 24 Merasa lebih mengerti dalam belajar jika guru menggunakan variasi metode
59
Alternatif Jawaban a.
Selalu
F
Persentase
11
39 %
9
32 %
8
29 %
0
0%
30
100 %
b. Sering c.
Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ada (39 %) responden yang menjawab saya selalu merasa lebih mengerti dalam belajar jika guru menggunakan variasi metode, yang menjawab sering ada (32 %), kadang-kadang (29 %) dan tidak pernah (0 %). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden (39 %) menyatakan selalu merasa lebih mengerti dalam belajar jika guru menggunakan variasi metode. Tabel 25 Merasa giat belajar PAI karena guru menggunakan variasi metode Alternatif Jawaban a.
Selalu
b.
Sering
c.
Kadang-kadang
d.
Tidak Pernah
Jumlah
F
Persentase
10
36 %
8
29 %
9
32 %
1
4%
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ada (36 %) responden yang menjawab saya selalu merasa giat belajar PAI karena guru menggunakan variasi metode, yang menjawab sering ada (29 %), kadang-kadang (32 %) dan tidak pernah (4
60
%). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden (36 %) menyatakan selalu merasa giat belajar PAI karena guru menggunakan variasi metode.
Tabel 26 Semangat belajar bertambah pada waktu guru menggunakan variasi metode dalam meyampaikan materi Alternatif Jawaban a. Selalu
F
Persentase
11
39 %
11
39 %
6
21 %
0
0%
28
100 %
b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ada (39 %) responden yang menjawab selalu semangat belajar bertambah pada waktu guru menggunakan variasi metode dalam meyampaikan materi, yang menjawab sering ada (39 %), kadang-kadang (21 %) dan tidak pernah (0 %). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden (39 %) menyatakan selalu dan sering semangat belajar bertambah pada waktu guru menggunakan variasi metode dalam meyampaikan materi. Tabel 27 Rasa jenuh dan bosan hilang dalam belajar ketika guru menggunakan variasi metode Alternatif Jawaban
F
Persentase
61
a.
Selalu
5
18 %
5
18 %
17
61 %
1
4%
28
100 %
b. Sering c.
Kadang-kadang
d. Tidak Pernah
Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ada (18 %) responden yang menjawab rasa jenuh dan bosan selalu hilang dalam belajar ketika guru menggunakan variasi metode, yang menjawab sering ada (18 %), kadang-kadang (61 %) dan tidak pernah (4 %). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden (61 %) menyatakan kadang-kadang rasa jenuh dan bosan hilang dalam belajar ketika guru menggunakan variasi metode.
C. Analisis danPengolahan Data 1. Analisis Data Uji hipotesis pada analisa data ini dilakukan menggunakan rumus product moment. Rumus ini digunakan untuk mencapai koefisien antara dua variable, yaitu variable X mengenai penggunaan variasi metode dan variabel Y mengenai motivasi belajar siswa SMP Az Zahra Sawangan Pondok Petir. Untuk penghitungan rumus product moment ini memberikan penilaian terhadap jawaban respoden. Jawaban sering
(A) bernilai 4
Jawaban selalu
(B) bernilai 3
Jawaban kadang-kadang
(C) bernilai 2
62
Jawaban tidak pernah
(D) bernilai 1
2. Pengolahan Data Langkah pertama perhitungan dengan product moment adalah mencari koefesien korelasi antara dua variable. Adapun langkah perhitunganpertama dapat dilihat pada table di bawah ini. Tabel 28 Korelasi antara Variabel X dan Variabel Y NO
X
Y
X2
Y2
X.Y
1
28
31
784
961
868
2
29
29
841
841
841
3
30
26
900
676
780
4
28
25
784
625
700
5
25
29
625
841
725
6
33
32
1089
1024
1056
7
40
33
1600
1089
1320
8
28
29
784
841
812
9
30
24
900
576
720
10
31
24
961
576
744
11
37
38
1369
1444
1406
12
34
38
1156
1444
1292
13
35
38
1225
1444
1330
14
32
33
1024
1089
1056
15
26
33
676
1089
858
63
16
23
21
529
441
483
17
36
27
1296
729
972
18
29
28
841
784
812
19
33
38
1089
1444
1254
20
38
35
1444
1225
1330
21
30
22
900
484
660
22
38
35
1444
1225
1330
23
31
30
961
900
930
24
32
26
1024
676
832
25
36
32
1296
1024
1152
26
26
33
676
1089
858
27
36
29
1296
841
1044
28
26
32
676
1024
832
880
850
28190
26446
26997
64
Diketahui: N
= 28
ΣX
= 880
ΣY
= 850
ΣX2
= 28190
ΣY2
= 26446
ΣXY
= 26997
r
NΣxy – (Σx)( Σy) xy =
(NΣx2 – (Σx)2)( NΣy2) – (Σy)2) r
28 x 26997 – 880 x 850 xy =
( 28 x 28190 – 8802) ( 28 x 26446 – 8502 ) 755916 – 748000 = ( 789320 – 774400 ) ( 740488 – 722500 )
65
7916 = 14920 x 17988
=
7916 268380960
=
7916 268,380,960
=
7916 268,380,960
=
7916
= 0,4832
16,382.33
Dari perhitungan di atas ternyata angka nilai koefisien antara hasil penelitian angket penggunaan variasi metode dan motivasi belajar siswa sebesar 0,483. Selanjutnya utntuk mengetahui apakah ada hubungan yang positif atau tidak, maka “r” hitung dibandingkan dengan “r” table. Sebelum membandingkannya, terlebih dahulu dicari df atau db-nya dengan menggunakan rumus: DF=N-nr Keterangan:
Df
: Degree of freedom
N
: Number of class
Nr
: banyaknya variable
Df = 28 - 2 = 26 Df sebesar 26 diperoleh “r” table (rt) pada taraf signifikansi 5% sebesar 0,374. Dengan demikian dapat diketahui “r” hitung (0,4832) lebih tinggi dari pada “r” table pada taraf 5% sebesar 0,374. Kesimpulannya
66
adalah penggunaan variasi metode mempunyai peran yang signifikan terhadap motivasi belajar siswa.
D. Interpretasi Data Seperti yang telah dikemukakan pada bab terdahulu dalam memberikan interpretasi terhadap rxy atau ro dapat ditempuh dengan dua macam cara yaitu: 1. Interpretasi secara sederhana Dari perhitungan di atas telah diperoleh rxy sebesar 0,4832. Jika diperhatikan maka angka indeks korelasi yang telah diperoleh tidak bertanda negatif. Ini berarti korelasi antara variable X (penggunaan variasi metode) dengan variable Y (motivasi belajar siswa) terdapat hubungan yang searah; dengan istilah lain: terdapat korelasi positif di antara kedua variabel tersebut. Apabila dilihat besarnya rxy yang diperoleh ini, yaitu 0,4832 ternyata terletak antara 0,40 – 0, 70. Dapat dinyatakan bahwa korelasi antara variabel X dan variabel Y ialah korelasi yang tergolong sedang atau cukup. Dengan demikian secara sederhana dapat penulis berikan interpretasi terhadap rxy tersebut, yaitu bahwa terdapat korelasi positif namun cukup, artinya terdapat hubungan yang signifikan terhadap pengaruh penggunaan variasi metode dengan motivasi belajar siswa. 2. Interpretasi dengan menggunakan table nilai “r” Product Moment. Langkah pertama yang ditempuh adalah terlebih dahulu mencari df (degree of freedom atau derajat kebebasan) dengan rumus df= N – nr. Responden yang diteliti yakni sebanyak 28 orang, dengan demikian N= 26. Variabel yang penulis cari korelasinya adalah variabel X dan variabel Y, jadi nr= 2. Dengan mudah dapat diperoleh df-nya yaitu df= 28 – 2 = 26
67
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang penulis laksanakan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari analisa data, dapat diketahui bahwa penggunaan variasi metode di SMP Az Zahra Pondok Petir Sawangan Depok itu sangat mendukung terhadap motivasi belajar siswa. Dalam menyampaikan pelajaran seorang guru menggunakan variasi metode dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Karena dengan adanya motivasi belajar, maka anak tidak sukar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Karena bukan guru yang memaksakan anak didik untuk mencapai tujuan, akan tetapi anak didiklah dengan sadar untuk mencapai tujuan. 2. Dari hasil data yang diperoleh penulis, maka didapat rata-rata siswa SMP Az Zahra Pondok Petir Sawangan Depok yang selalu merasa termotivasi belajar PAI karena penggunaan variasi metode sebanyak 36 %, yang menyatakan sering termotivasi 29 %, kadang-kadang termotivasi 32 %, tidak pernah termotivasi sebanyak 4 %. 3. Hubungan penggunaan variasi metode dengan motivasi belajar siswa, terdapat korelasi positif yang sedang atau cukup, hal ini dibuktikan dengan ditolaknya
68
hipotesa nihil (Ho), dan hipotesa alternatif (Ha) diterima, karena harga rxy atau r0 lebih besar dari “r” tabel (rt), pada taraf signifikansi 5%.
B. Saran Berdasarkan pada kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, maka saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut : 1. Bagi guru PAI Hendaknya dalam penyajian kegiatan belajar menggunakan beberapa metode lebih ditingkantkan lagi. Dengan menggunakan variasi beberapa metode, dapat membantu dalam penyajian belajar lebih hidup, tidak membosankan siswa dalam belajar, dan suatu saat dapat mengatasi kekurangan guru dalam hal tertentu. Penggunaan variasi metode merupakan salah satu cara dalam menumbuhkan motivasi siswa, hal ini bertujuan mengatasi kebosanan siswa dalam belajar sehingga akan tampak pada diri siswa keantusiasan dalam belajar. 2. Bagi sekolah Sekolah merupakan salah satu wadah atau tempat yang memungkinkan berlangsungnya pendidikan secara kesinambungan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Sekolah mempunyai tugas dan tanggung jawab kepada siswa yaitu membimbing, mendidik, mengarahkan ke arah kedewasaan. Dengan demikian, diharapkan sekolah lebih meningkatkan kualitas guru dalam mengajar, agar guru mampu menggunakan variasi metode lebih banyak lagi dan mampu menyesuaikan materi pelajaran yang diajarkan sehingga timbul motivasi belajar siswa yang lebih baik. 3. Bagi siswa Hendaknya siswa lebih meningkatkan motivasi belajarnya agar dapat membantu dalam pencapaian tujuan pendidikan yang lebih baik.
69
DAFTAR PUSTAKA
Albani, Muhammad Nashirudin, Kitab Shahih Sunnah Ibnu Majjah jilid I, Riyad: Al Ma’arif lin Nasyr wa Tauji, 1997 Ali, Mohamad, Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, Bandung: Angkasa, Cet. III, 1982 Arif, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Press, Cet. I, 2002. Arifin, M. Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Sekolah dan Keluarga, Jakarta; Bulan Bintang, Cet. IV, 1978. , Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. V, 1996. Barnadib, Imam Filsafat Pendidikan, Sistem, dan Metode,, Yogyakarta: Yayasan Penerbit IKIP Yogyakarta, Cet. VI, 1990 Basyiruddin, Usman, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002. Daradjat, Zakiah, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, , Cet. I, 1996 , Metodik Khusus Pengajaran Agma Islam, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. I, 1995. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Cet. I, 1988 Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta: P.T. Rineka Cipta, Cet. I, 2002.
70
Hadjar, Ibnu, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999. Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara, Cet. V, 1995. , Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2003 , Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Sinar Algessindo, 2000 Hasibuan, J.J, Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Rosdakarya, Cet. VI, 1995 Himpunan Peraturan Perundang Undangan RI, Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan
Agama
dan
Pendidikan
Keagamaan,
http://www.eihukum.com/update.php?mod=open&id=92PP55/2007,
dari 11
Mei 2009 Madjid, Abdul dkk., Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. III, 2006. Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya,Cet VIII, 1995. , Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1985. Ramyulis, Ilmu Pendidikan Agama Islam, Jakarta:Kalam Mulia, Cet. IV 2004 Sabri, M. Alisuf, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta: Pedoman Ilmu, Cet. I, 1993 Shaleh, Rahman Abdul, Pendidikan Agama dan Keagamaan, Jakarta: PT. Gemawindu Pancaperkasa, Cet. I, 2000
71
Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. VI, 2004. Sutikno, M. Sobry, Peran Guru dalam Membangkitkan Motivasi Belajar Siswa, dari hhtp://www.bruderfic.or.id/h-129/. 26 Nopember 2008 Syah, Muhibin, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Logos 1999 Syamsudin Makmun, Abin,
Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem
Pengajaran Modul, Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya, Cet. VIII, 2005 Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam I, Bandung: CV. Pustaka Setia, Cet. II, 1998. Yin, Robett. K, Studi Kasus, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001. Yusuf, Tayar dan Anwar, Syaiful, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Jakarta: P.T. Raja Grafindo, Cet. I 1995. Zuhairini dkk., Metodik Khusus pendidikan Agama, Surabaya: Usana Offset Printing, 1981.