1
2
3
4
5
6
7
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Peristiwa banjir pada umumnya merupakan interaksi dari kejadian alam dan pengaruh perbuatan manusia, merupakan sebuah dilema yang pada umumnya sulit dipecahkan dan cenderung semakin meningkat, sejalan dengan tingkat perkembangan masyarakat. Untuk mengurangi kerugian-kerugian yang ditimbulkan oleh banjir diperlukan tindakan-tindakan penanganan banjir (flood damage mitigation) baik yang bersifat phisik (structural measures) atau corrective measures karena bersifat memperbaiki alam dan tindakan yang bersifat non phisik (non- structural measures) atau preventive measures karena bersifat pencegahan terjadinya kerugian/bencana (Volcanic Sabo Technical Centre, 1993). Pengertian banjir menurut Hehanusa (2001) Banjir dapat didefinisikan sebagai 1) kenaikan paras air di sungai secara cepat yang biasanya disusul oleh penurunan yang berlangsung lambat, 2) aliran dengan luah (debit) yang relatif tinggi dibandingkan dengan keadaan biasa. Pendapat lainnya seperti Kodoatie (2005) banjir terjadi ketika suatu volume air tidak lagi tertampung dalam wadah yang seharusnya sehingga menggenangi daerah atau kawasan lain, atau karena penurunan daya tampung (threshold value) di sungai, saluran drainase atau pembuang air yang disebabkan sedimentasi dan adanya kerusakan tanggul serta meningkatnya limpasan air permukaan. Banjir atau genangan air yang terjadi di suatu lokasi dapat diakibatkan oleh beberapa penyebab antara lain: 1) Perubahan tata guna lahan (land-use) di daerah aliran sungai (DAS) 2) Pembuangan sampah 3) Erosi dan sedimentasi 4) Kawasan kumuh di sepanjang sungai/drainase 5) Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat
8
6) Curah hujan 7) Pengaruh fisiografi dan geofisik sungai 8) Kapasitas sungai dan drainase yang tidak memadai 9) Pengaruh air pasang 10) Bendung dan bangunan air 11) Kerusakan bangunan pengendali banjir Kota Denpasar yang memiliki kondisi permukaan relatif landai juga sebagai pusat perkotaan di Provinsi Bali, perlu didukung dengan fasilitas infrastruktur perkotaan salah satu diantaranya adalah fasilitas sistem jaringan drainase yang memadai. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi
dampak negatif yang
ditimbulkan akibat dari perkembangan pembangunan fisik khususnya permukiman yang sangat pesat dan kurang terkontrol yang dapat berdampak langsung terhadap peningkatan limpasan permukaan yang berpotensi sebagai daerah genangan banjir. Disamping itu berkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi atas meningkatnya debit banjir. Pada daerah permukiman dimana telah padat dengan bangunan sehingga tingkat resapan air kedalam tanah berkurang, jika terjadi hujan dengan curah hujan yang tinggi sebagian besar air akan menjadi aliran air permukaan yang langsung masuk kedalam sistem pengaliran air sehingga kapasitasnya terlampaui dan mengakibatkan banjir. Secara geograpis, Wilayah Kota Madya Denpasar terletak di daerah dataran rendah pada bagian selatan Pulau Bali. Kota Madya Denpasar juga merupakan Ibu kota Propinsi Bali dan terletak berkisar antara 08.35’.31’’ sampai dengan 08.44’.49’’ Lintang Selatan dan antara 115.10’.23’’ sampai dengan 115.16’.27’’ Bujur Timur. Kota Madya Denpasar, secara keseluruhan mempunyai luas 127.78 Km2, serta Denpasar Selatan adalah 49.99 Km2. Wilayah Kota Madya Denpasar secara keseluruhan bertopograpi relatif datar dengan kelandaian berkisar antara 0 sampai 5%, mulai dari elevasi 0.00 hingga + 0.75 meter di atas permukaan air laut. Hanya sebagian kecil wilayah yang mempunyai kemiringan lebih dari 5% yaitu Depasar Barat dan Denpasar Timur bagian utara,
9
sedangkan Kecamatan Denpasar Selatan adalah daerah kawasan pesisir dengan kelandaian kurang dari 5%, bahkan kurang dari 2%.
Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Denpasar tahun 2006 jumlah total penduduk Kota Madya Denpasar adalah 574.955 jiwa dengan ukuran rumah tangga rata-rata 4.2 jiwa setiap kepala keluarga, serta rata-rata kepadatan 4500 jiwa setiap Km2, untuk wilayah kecamatan Denpasar Selatan mempunyai luas wilayah 49,99 km2 dan jumlah penduduk 163 138 jiwa dengan kepadatan per km2 3263 jiwa. Mata pencaharian penduduk sebagian besar bertumpu pada sektor perdagangan, industri dan pemerintahan dan jasa-jasa. Hal ini akan sangat berpotensial untuk terus memicu arus urbanisasi, sehingga pertambahan penduduk di kota Denapsar akan terus bertambah, dan akan berpengaruh pada permintaan penyediaan berbagai prasarana antara lain: perumahan, transportasi, air bersih dan sebagainya, sehingga akan sangat berpengaruh terhadap pola penggunaan lahan serta pada ahkirnya akan berpengaruh terhadap siklus hidrologi seperti: pola aliran pemukaan, permintaan air bersih, pembuangan sampah/ limbah serta pencemaran. Keberadaan jaringan drainase Kota Denpasar tumbuh dan berkembang dari jaringan irigasi yang telah ada sebelumnya. Konsep pengembangan Kota Denpasar dengan sistem konsolidasi lahan (LC), mengakibatkan banyaknya jaringan yang hilang dan munculnya jaringan drainase baru. Konsep drainase yang bertolak belakang dengan konsep irigasi memunculkan permasalahan dari segi dimensi saluran maupun bangunan fasilitasnya. Hal ini berdampak secara langsung terhadap tidak optimalnya fungsi sistem drainase kota Denpasar (Karma, 2008) Menurut Dinas PU Kota Denpasar (2008) menghadapi permasalahan banjir dan genangan air, Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Pekerjaan Umum telah melakukan berbagai upaya penanganan sektor drainase kota antara lain menyusun program dan rencana kegiatan pengendalian banjir. Penanganan jaringan irigasi dan drainase di Kota Denpasar baik perencanaan, penanganan perbaikan dan pengelolaan
10
ditangani oleh berbagai pihak dan instansi terkait, baik penanganan di Tingkat Kabupaten/Kota, Tingkat Provinsi, Tingkat Pusat, Lembaga Kemasyarakatan (Subak) dan organisasi sosial lainnya. Menururt Karma (2008) tujuan perencanaan sistem jaringan drainase kota Denpasar terkait dengan penanganan banjir adalah untuk membuat suatu pola pengaliran air buangan yang dapat melayani seluruh kota dengan baik, lancar dan merata dapat dilakukan sebagai berikut: 1) Membagi kota dalam beberapa sistem drainase yang jelas, terarah dan merata sehingga dapat memecahkan permasalahan banjir dan genangan air yang terjadi pada saat terjadi hujan/musim hujan 2) Membuat pola aliran dalam sistem dan sub sistem alian yang terdiri dari saluran primer, sekunder dan tersier dengan batas-batas daerah layanan yang jelas 3) Mempermudah dalam menentukan elemen-elemen sistem dan susbsistem seperti daerahlayanan, arah aliran, dimensi saluran dan sebagainya. Berdasarkan kondisi exiting sistem jaringan drainase yang ada di wilayah Kota Denpasar, dapat dibagi menjadi 5 ( lima ) sistem utama (Arthacons,2007) yaitu : 1) Sistem I : Sistem Tukad Badung 2) Sistem II : Sistem Tukad Ayung 3) Sistem III : Sistem Tukad Mati 4) Sistem IV : Sistem Niti Mandala – Suwung dan sekitarnya 5) Sistem V
: Sistem Pamogan
Wilayah pembagian sistem drainase kota Denpasar seperti pada Gambar 1.1. Menurut Suripin (2005) saat ini sistem drainase sudah menjadi salah satu infrastruktur perkotaan yang sangat penting. Kualitas manajemen suatu kota dapat dilihat dari kualitas sistem drainase yang ada. Pembangunan sistem drainase yang baik dapat membebaskan kota dari genangan air serta meningkatkan kualitas lingkungan serta kesehatan masyarakat. Banjir merupakan kata yang sangat populer di Indonesia, khususnya pada saat musim hujan, mengingat hampir semua kota di
11
Indonesia mengalami bencana banjir. Peristiwa terjadinya banjir setiap tahun selalu berulang, namun sampai saat ini permasalahan penanganan banjir belum terselesaikan, bahkan cenderung makin meningkat, baik frekuensinya, luasannya, kedalamannya, maupun durasinya. Selanjutnya dinyatakan permasalahan penanganan banjir juga diakibatkan oleh belum mengakarnya kesadaran terhadap hukum dan kaidah-kaidah yang berlaku serta belum konsistennya pelaksanaan hukum menambah komplek masalah yang dihadapi. Kecenderungan ini timbul karena proses pembangunan khususnya infrastruktur drainase yang selama ini berlangsung kurang melibatkan peran serta atau partisipasi masyarakat secara aktif (Suripin, 2005) Persoalan terjadinya banjir merupakan masalah yang sangat komplek, namun berdasarkan kondisi existing dapat diketahui seperti menurunnya efektifitas saluran, meningkatnya koefisen pengaliran akibat dari pengembangan permukiman, banyaknya street inlet yang tertutup perkerasan aspal, tidak jelasnya pola aliran, dimensi saluran yang tidak sesuai dengan kapasitas yang dialirkan serta banyak bangunan fasilitas drainase yang memerlukan penataan kembali (Norken dkk, 2005) Menurut pendapat Hall, 1994 dalam Norken (2005), menyatakan bahwa perubahan tata guna lahan di daerah aliran sungai dari daerah pedesaan menjadi daerah perkotaan dengan menutup permukaan lahan-lahan terbuka secara dramatik dapat menyebabkan peningkatan limpasan permukaan secara sangat tajam pula.Juga disebutkan dalam uraian Australian Advisory Team (1987) dalam (Norken, 2005) diuraikan tentang beberapa penyebab banjir di daerah perkotaan antara lain: 1) Penampang saluran yang tidak memadai 2) Belum adanya satu sistem drainase 3) Pendangkalan saluran akibat sampah atau sedimentasi 4) Pembangunan jalan atau kawasan permukiman baru tanpa diikuti dengan perencanaan dan pembuatan saluran drainase 5) Peningkatan koefisien limpasan akibat perubahan tata guna lahan.
12
Gambar 1.1 Pembagian Sistem Jaringan Drainase Wilayah DenpasarSumber: Bappeda Kota Denpasar, 2008
Sedangkan untuk wilayah Kota Denpasar seperti diuraikan dalam Veygasi Disain (1995) mengenai permasalahan banjir disebabkan oleh beberapa hal antara lain: 1) Perubahan tata guna lahan seperti: permukiman yang padat, sempitnya sempadan sungai bahkan tidak memiliki sempadan sungai/saluran. 2) Lingkungan sosial-budaya seperti: pembuangan sampah pada saluran, 3) Topografi sangat landai 4) Saluran irigasi yang juga digunakan untuk saluran drainase 5) Perencanaan dan pembangunan jaringan yang belum menyeluruh 6) Operasioanal dan pemeliharaan yang masih terbatas. Peristiwa terjadinya bencana banjir di wilayah Kota Denpasar mendapat tanggapan yang beraneka ragam seperti buruknya sistem drainase, berkurangnya daerah resapan air dan tingginya curah hujan yang tidak dapat diatasi oleh jaringan drainase serta kecenderungan masyarakat membuang sampah /limbah rumah tangga ke saluran/sungai. 1.2 Rumusan Masalah Dalam penelitian ini dapat dirumuskan beberapa pokok masalah sebagai berikut : 1) Bagaimana partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan jaringan drainase di Denpasar selatan 2) Adakah pengaruh signifikan faktor pengetahuan dan partisipasi masyarakat , terhadap sikap masyarakat dalam pemeliharaan jaringan drainase di Denpasar selatan 3) Manakah diantara faktor-faktor pengetahuan masyarakat dan sikap masyarakat yang
berpengaruh
dominan
terhadap
partisipasi
pemeliharaan jaringan drainase di enpasar selatan
13
masyarakat
dalam
14
1.3 Tujuan Penelitian 1) Untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan jaringan drainase di denpasar selatan 2) Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh signifikan faktor pengetahuan, sikap masyarakat , terhadap partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan jaringan drainase di denpasar selatan 3) Untuk mengetahui diantara faktor-faktor pengetahuan masyarakat dan sikap masyarakat terhadap partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan jaringan drainase di denpasar selatan 1.4 Hipotesis Berdasarkan rurmusan pokok masalah
yang menggunakan dua variabel
tersebut pengetahuan masyarakat , sikap masyarakat terhadap partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan jaringan drainase , berdasarkan atas kajian kepustakaan maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1) Partisipasi petani belum optimal dalam pemeliharaan jaringan drainase di wilayah Denpasar selatan 2) Terdapat pengaruh yang signifikan faktor-faktor pengetahuan ,
partisipasi
terhadap sikap masyarakat dalam pemeliharaan jaringan drainase di wilayah Denpasar Selatan 3) Faktor sikap masyarakat berpengaruh dominan terhadap pemeliharaan jaringan drainase di Wilayah Denpasar Selatan 1.5 Batasan Penelitian Batasan wilayah penelitian hanya meliputi Sub Sistem Tukad Punggawa, dengan daerah layanan meliputi; Sebagian besar kelurahan Sida Karya, Sebagian kelurahan Panjer, dan Sebagian kelurahan Renon.
14
15
BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN
2.1 Permasalahan Drainase Perkotaan Menurut Karma (2008) permasalahan drainase perkotaan bukanlah hal yang sederhana, banyak factor yang mempengaruhi baik masalah perencanaan, pelaksanaan maupun operasional dan pemeliharaannya seperti, 1) peningkatan debit, 2) penyempitan dan pendangkalan saluran, 3) reklamasi, 4) amblesan tanah, 5) limbah, 6) sampah dan 7) pasang surut air laut. Penyebab utama lainnya adalah : 1) perubahan tata guna lahan yang selalu terjadi akibat perkembangan kota dapat mengakibatkan peningkatan aliran permukaan dan debit puncak banjir, 2) manajemen sampah yang kurang baik memberi kontribusi percepatan pendangkalan/penyempitan saluran dan sungai akibatnya efektifitas saluran menjadi menurun, 3) terjadinya amblesan tanah (land subsidence) akibat pengambilan air tanah yang berlebihan, mengakibatkan beberapa bagian kota berada dibawah muka air laut pasang.Kondisi ini akan mengganggu system drainase grafitasi terutama pada saat air laut pasang. Berdasarkan atas kondisi permasalahan tersebut diatas diperlukan dalam penanganan banjir sangat diperlukan usaha-usaha konprehensif dan integrative yang meliputi seluruh proses baik yang bersifat structural maupun non structural seperti disajikan dalam Gambar 2.1
15
16
Pertumbuhan penduduk
Produksi sampah
Kebutuhan tempat tinggal
Lahan untuk usaha, pertanian, perkebunan dl Pertumbuhan tata guna lahan
Manajemen sampah tidak baik Erosi lahan meningkat
Debit banjir meningkat
Pembuangan sampah ke saluran Sedimentasi saluran
Penurunan kapasitas saluran
Permasalahan drainase perkotaan
Genangan lokal
Amblesan tanah
Kebutuhan air bersih
Debit banjir meningkat
Pasang surut
Pengambilan air tanah berlebihan
Gambar 2.1 Hubungan timbal balik faktor-faktor permasalahan drainase perkotaan Sumber: Karma, 2008
16
17
Permasalahan yang dihadapi dalam implementasi pembangunan dan penanganan sistem jaringan drainase di perkotaan (Karma,2008) pada umumnya mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut: 1) Mempelajari sistem drainase yang sudah ada saat ini 2) Merumuskan rencana perbaikan sistem drainase 3) Perencanaan fasilitas drainase, seperti saluran drainase, tanggul, goronggorong dll 4) Pelaksanaan pekerjaan 5) Operasi dan pemeliharaan fasilitas drainase Daerah perkotaan pada umumnya menderita banjir atau genangan disebabkan oleh : 1) Limpasan air banjir dari sungai utama biasa disebut dengan banjir kiriman 2) Limpasan air dari saluran drainase biasa disebut banjir lokal 3) Pengaruh air balik dari sungai induk pada saat muka air tingi akibat banjir dan / atau air pasang 4) Banjir akibat air pasang yang masuk langsung ke daratan maupun lewat saluran-saluran drainase yang ada sering disebut sebagai banjir rob Dalam rangka menangani permasalahan banjir maka perlu dilakukan perbaikan dan/atau penataan sistem drainase, dengan harapan dapat meminimalisasi berbagai risiko dan konskuensi yang ditimbulkan. 2.2 Aspek Sosial Budaya Menurut Suripin (2005) untuk meningkatkan keterlibatan dan rasa memiliki dari masyarakat terhadap penanganan fasilitas drainase perlu diperhatikan aspek sosial budaya masyarakat setempat. Hal ini perlu untuk menghindari terjadinya pertentangan tujuan antara kehendak pemerintah (penyedia fasilitas) dan kehendak masyarakat.Untuk menghindari penolakan produk pembangunan oleh masyarakat, maka pemerintah perlu melakukan sosialisasi, melibatkan masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi sehingga hasil pembangunan memberikan kepuasan pada masyarakat luas.Sistem pelaksanaan pembangunan sebaik mengikuti pola seperti Gambar2.2
17
18
Dinyatakan dapat diterima
Proses Pelaksanaan pembangunan
Sumber Daya
Pasti dinyatakan dapat diterima
Proses Penilaian Penerimaan produk
Produk Pelaksanaan pembangunan
Oleh Pemerintah atau Masyarakat
Produk penilaian
Oleh Masyarakat
Gambar 2.2 Pelaksanaan pembangunan yang melibatkan masyarakat Sumber: Suripin, 2005 Ada beberapa sebab partisipasi masyarakat dalam pengendalian banjir bersifat strategis menurut Susskind (1997) dalam (sunaryo, 2005) antara lain: 1) Dengan diketahuinya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki scara lokal di dalam masyarakat, maka dapat dihindari kemungkinan membuat kesalahan dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi dari suatu kegiatan (error detection)
dan
pengalaman.
Selain
menghilangkan
kemungkinan
berkembangnya kontroversi, hal-hal tersebut dapat mengantisipasi penolakan secara politis (political opposition) yang secara keseluruhan meningkatkan biaya. 2) Dengan melibatkan masyarakat, maka suatu keputusan yang diambil pemerintah akan lebih mudah diterima oleh masyarakat (public legitimation). Hal ini disebabkan karena masyarakat tidak hanya mempermasalahkan hal-hal yang
bersifat
teknis
dalam
pengambilan
keputusan,
namun
lebih
mempersoalkan keadilan dan konsekuensi dari setiap keputusan. 3) Tujuan akhir yang dapat dicapai dari usaha menyertakan masyarkat dalam pengambilan keputusan yakni tumbuhnya aliansi strategis antara pemerintah dan masyarakat (strategic partnership).
18
19
2.3 Tahap Operasioanal Dan Pemeliharaan Pemeliharaan sungai-sungai/saluran drainase pada dasarnya bertujuan untuk mempertahankan kapasitas alir dan kapasitas tampung dari semua sistem tata air sungai yang berada di daerah pengaliran sungai beserta semua bangunan air yang terdapat pada sistem tersebut. Penurunan terhadap penampang basah sungai akibat proses sedimentasi di dasar sungai ditambah dengan permasalahan pemukiman liar yang berdiri di bantaran sungai yang secara langsung akan mengurangi kapasitas alir dari sungai Menurut Hidayat (2003) pemeliharaan sungai dibagi dalam dua bagian utama, yang pertama ialah yaitu bangunan
pemeliharaan terhadap bangunan pengendali banjir
yang berfungsi untuk pengaturan aliran air. Pemeliharaan
terhadap bangunan pengatur aliran seperti bendung, pintu air, dan lain-lain dimaksudkan agar bangunan tersebut dapat berfungsi dengan baik pada saat diperlukan. Pemeliharaan terhadap bangunan pengaturan air perlu dilaksanakan secara rutin agar dapat siap berfungsi pada saat diperlukan. Pemeliharaan bangunan pengendali banjir dapat dilakukan oleh Dinas yang terkait atau melibatkan partisipasi masyarakat yang berada di daerah permukiman. Kedua, pemeliharaan saluran pengendali banjir atau saluran drainase untuk mempertahankan kapasitas alir dan tampung sungai-sungai dan atau saluran drainase sebagai satu kesatuan sistem dengan bangunan pengendali banjir. Seperti yang diuraikan di atas berkurangnya kapasitas alur dan tampung disebabkan oleh tumbuhnya pemukiman liar di bantaran sungai,
pengendapan sampah, dan
sedimen hasil erosi di hilir. Penyelesaian masalah pemukiman liar di bantaran merupakan problema khusus dan membutuhkan pendekatan sosial masyarakat, untuk itu diperlukan waktu
serta anggaran biaya yang memadai. Masalah ini tidak dapat secara
langsung dimasukan kedalam pemeliharaan rutin akan tetapi harus ditangani secara khusus dengan melibatkan berbagai instansi yang terkait.
19
20
Penyempitan kapasitas sungai akibat adanya endapan sampah dan sedimen dapat dilakukan dengan dua hal yaitu pengelontoran secara rutin dan pengerukan. Pengelontoran dapat dilakukan apabila sistem drainase mempunyai kemiringan yang memadai sehingga air dapat mengalir secara grafitasi, sehingga endapan dapat terbawa aliran ke arah muara. Pengerukan merupakan pekerjaan yang bertujuan mengeluarkan material padat dari sungai atau saluran drainase. Pengeluaran material ini dimaksudkan untuk mengembalikan penampang sungai sesuai dengan kapasitas rencana sungai atau bahkan memperbesar kapasitas alir apabila memungkinkan. Mempelajari jumlah sedimentasi yang terjadi setiap tahunnya di sungai-sungai sebagai akibat erosi di daerah hulu dan juga sampah yang masuk ke badan air, maka pekerjaan pengerukan harus dilakukan secara berkala pada jangka waktu tertentu berdasarkan hasil survey di lapangan. Kegiatan Operasioanal dan Pemeliharaan untuk menjaga fungsi fasilitas sitem drainase agar sesuai dengan tujuan dan umur yang direncanakan (Sunaryo, 2005) dapat dilakukan dengan: 1) Pemeliharaan secara preventif, berupa pemeliharaan rutin, berkala, dan perbaikan kecil untuk mencegah terjadinya kerusakan yang lebih parah pada fasilitas drainase. 2) Pemeliharaan Korektif, yang mencakup perbaikan besar, rehabilitasi, dan rektifikasi dalam rangka mengembalikan dan meningkatkan fungsi fasilitas drainase sesuai dengan kemampuan finansial yang ada. 3) Pemeliharaan darurat, sebagai perbaikan sementara yang harus dilakukan secepatnya karena kondisi mendesak (misalnya darurat karena ancaman banjir) 4) Pengelolaan lingkungan sungai (river environment) untuk menjaga fungsi bangunan fasilitas drainase melalui pengendalian penggunaan lahan daerah sempadan sungai, yaitu dengan malakukan : 1) menyusun garis sempadan
20
21
sungai dan rencana peruntukan bagi penggunaan lahan daerah sempadan sungai sebagai pengamanan langsung terhadap fungsi sungai, 2) melakukan penertiban penggunaan lahan (terutama di daerah sempadan sungai) bersama 2.4 Partisipasi Masyarakat Dalam program pelaksanaan pembangunan pertanian sangat diperlukan adanya gerakan partisipasi aktif baik masyarakat petani
maupun masyarakat
pedesaan , yang difasilitasi oleh pemerintah dengan tujuan dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Pengertian tentang partisipasi oleh Dusseldorf ( dalam Agung :2007 ) yang menulis tentang partisipasi di tingkat masyarakat pedesaan. Dikatakan bahwa partisipasi adalah suatu bentuk interaksi dan komunikasi khas , yaitu berbagi dalam kekuasaan dan tanggung jawab. Pandangan tersebut mengandung arti bahwa partisipasi sebagai bagian dalam kegiatan bersama ( taking part in joint action ). Namun demikian partisipasi bukan berarti hanya ikut serta secara fisik namun juga sekejiwaan , seperti yang dikemukakan oleh Davis ( dalam Agung : 2007 ) yang mengrtikan partisipasi sebagai keterlibatan mental , pikiran dan perasaan seseorang didalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan atau bantuan kepada kelompok tersebut dalam usaha mencapai tujuan bersama dan turut bertanggung jawab terhadap usaha uyang bersangkutan. Dalam uraian pendapat dari Mubyarto ( 1984:35 ) menyatakan partisipasi masyarakat dalam pembangunan pedesaan harus diartikan sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai kemampuan setiap orng tanpa harus mengorbankan kepentingan diri sendiri. Selanjutnya disebutkan bahwa dalam keadaan yang paling ideal keikut sertaan masyarakat merupakan ukuran tingkat partisipasi rakyat. Semakin besar kemampuan mereka untuk menentukan nasibnya sendiri , maka semakin besar pula kemampuan mereka dalam pembangunan. Dalam (Karwan 2003: 102 ) pendekatan pembangunan masyarakat pedesaan dapat dilakukan dengan metode PRA ( Partisipatory Rural Apraisal ) yang cukup efektif menunjang pertanian berkelanjutan dan pembangunan pedesaan ( PBPP ) dan implementasinya cukup teruji di beberapa negara sedang berkembang. PRA merupakan sekumpulan
21
22
pendekatan dan metode yang mendorong masyarakat pedesaan untuk turut serta meningkatkan dan menganalisis pengetahuan mereka sendiri , agar dapat merencanakan
dan
melaksanakannya.
Metode
PRA
sangat
efektif
untuk
menumbuhkan dan mengembangkan kemandirian masyarakat desa dalam mengelola sistem pertanian yang berkelanjutan , karena proses pemberdayaan masyarakat lahir dari kesadaran kolektif yang dimotivasi oleh peran fasilisator yang ada di lapangan. Pendekatan PRA dikatakan lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan top down yang diterapkan pada masa lalu , karena menurut( Faoqi, M dkk dalam Karwan 2003 ) disebutkan: 1)masyarakat kurang dilibatkan dalam program , Masyarakat cenderung sebagai pelaksana , 3)prakarsa selalu datang dari pusat , 4) keterampilan dalam perencanaan , pelaksanaan , monitoring , dan evaluasi tetap dikuasai oleh pemerintah pusat. Menurut pandangan Santoso Sastropoetro dalam ( Pedoman Naskah Akademik Perda Partisipatif , 2007 ) sehubungan dengan partisipasi efektif menyatakan bahwa masyarakat dapat bergerak untuk lebih berpartisipasi apabila : 1) partisipasi itu dilakukan melalui organisasi – organisasi yang sudah dikenal atau yang sudah ada ditengah – tengah masyarakat yang bersangkutan , 2) partisipasi itu memberikan manfaat langsung kepada masyarakat yang bersangkutan , 3) manfaat yang diperoleh melalui partisipasi itu memenuhi keinginan masyarakat setempat , 4) dalam proses partisipasi masyarakat menjamin adanya kontrol yang dilakukan masyarakat.Partisipasi masyarakat ternyata berkurang jika mereka tidak atau kurang dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Dalam (Pedoman Naskah Akademik Perda Partisipatif , 2007) dijelaskan tujuan dasar dari peran serta masyarakat adalah untuk menghasilkan masukan dan persepsi yang berguna warga negara dan masyarakat yang berkepentingan ( public interest ) dalam rangka meningkatkan kualitas pengambilan keputusan , karena dengan melibatkan masyarakat yang potensial terkena dampak akibat kebijakan dan kelompok kepentingan ( interest groups ) , para pengambil keputusan dapat menangkap
22
23
pandangan , kebutuhan dan pengharapan dari masyarakat dan kelompok tersebut , untuk kemudian menuangkannya kedalam suatu konsep. 2.5 Pengetahuan Masyarakat Perbedaan tingkat pengetahuan yang dimiliki masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya , akan menimbulkan perbedaan pandangan dan kesadaran akan kebutuhan teknologi sebagai sarana menuju perbaikan kehidupan dalam mengatasi berbagai permasalahan yang ada ditengah – tengah masyarakat tersebut. Suatu masyarakat dengan tingkat pengetahuan yang tinggi biasanya dibarengi dengan kesadaran akan kebutuhan hidup yang tiggi pula . Dengan adanya kesadaran akan kebutuhan tuntutan hidup yang tinggi ( lebih baik ) , timbul kesadaran akan pentingnya suatu teknologi yang dapat menciptakan perbaikan – perbaikan dalam kehidupan. Dengan demikian , suatu masyarakat dengan tingkat pengetahuan yang tinggi akan lebih mudah menyerap suatu teknologi yang diperkenalkan dan atau ditengah – tengah lingkungannya ( Dikti 1990: 23 ). Pandangan umum lainnya tentang pengetahuan adalah hasil belajar baik formal maupun non formal yang diperoleh dari hasil interaksi dengan masyarakat. Disebutkan pula luasnya cakrawala pengetahuan seseorang tidak terlepas dari pengetahuannya dalam hidup masyarakat. Akibatnya pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang tidaklah berbeda jauh dengan warga lainnya apabila pengetahuan yang didapat semata – mata berasal dari interaksi sosial sesama warga tempat ia hidup (Depdibud 2000:9 ).Kemiskinan dalam ilmu pengetahuan akan menjadi salah satu penyebab mundurnya tingkat keberlanjutan proses pembangunan. Dampaknya adalah penduduk yang relatif miskin ilmu pengetahuan akan menjadi kurang peduli dan memiliki kesadaran rendah terhadap lingkungannya serta semakin tertutup akan adanya inovasi – inovasi teknologi. Untuk itu , dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia anggota masyarakat yang tercermin dari tingkat pengetahuan yang dimiliki. 2.6 Sikap Masyarakat Faktor sikap masyarakat sangat menentukan tingkat keberhasilan penerapan suatu teknologi, sebagai contoh pada masyarakat tradisional yang apatis , memiliki
23
24
sikap
sukar
merubah
baik
kebiasaan
aktifitasnya
maupun
pola
pikir
mereka.Masyarakat demikian memerlukan berbagai penerangan atau penyuluhan yang dapat merubah cara berpikir mereka untuk melakukan dan menerima teknologi yang baik bagi mereka. Jelaslah disini , faktor kebiasaan dan tingkah laku sosial masyarakat berpengaruh terhadap kebutuhan teknologi ( Depdibud, 1990 ). Sikap masyarakat dapat dilihat dari pernyataan evaluatif petani yang dicerminkan oleh setuju tidaknya terhadap suatu kegiatan pembangunan yang dilaksanakan , orang – orang yang terlibat kegiatan dan organisasi kelompok atau aktifitas yang terjadi dilingkungannya sendiri, serta kecenderungan untuk bertindak. Dimana sikap tersebut terlihat dalam : 1) sikap kerja keras dan antusiasme masyarakat dalam kegiatan pemeliharaan jaringan drainase yang memberikan manfaat , 2) pengalaman masyarakat dalam bekerjasama ,3) manfaat yang diperoleh oleh masyarakat, 4) ketekunannya dalam aktifitas pemeliharaan jaringan , 5) persepsi masyarakat dalam menyikapi kebijakan pemerintah dalam O&P jaringan drainase Berdasarkan atas beberapa pendapat/pandangan seperti tersebut diatas , maka dapat disimpulkan bahwa sikap pada prinsipnya merupakan tanggapan atau penilaian seseorang terhadap suatu hal atau obyek tertentu , sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya yang disertai dengan kecenderungan untuk bertindak . Tindakan atau perilaku seseorang terhadap suatu hal , apakah setuju atau tidak , mendukung atau tidak , dalam batas skala sikap tertentu.
24
25
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada sub sitem tukad Punggawa di Kecamatan Denpasar Selatan, adalah kawasan yang cenderung berpotensi sebagai derah banjir, dimana salurannya masih berfungsi ganda yaitu untuk irigasi dan drainase . 3.2 Identifikasi variabel Berdasarkan uraian hipotesis dan tujuan penelitian yang ingin dicapai , maka dapat dilakukan identifikasi baik terhadap varabel terikat ( dependen variabel) yaitu sikap masyarakat dalam pemeliharaan jaringan drainase maupun variabel bebas ( independen variabel ) yaitu : 1) pengetahuan masyarakat , 2) partisipasi masyarakat Identifikasi terhadap variabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Partisipasi masyarakat meliputi : a) Prakarsa masyarakat b) Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan c) Keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan d) Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan dan evaluasi e) Keterlibatan masyarakatdalam operasional dan pemeliharaan 2) pengetahuan masyarakat meliputi a) Perolehan pengetahuan keutuhan profil saluran b) Pengetahuan fungsi saluran drainase c) Perolehan pengetahuan potensi banjir d) Perolehan pengetahuan operasional dan pemeliharaan e) pengetahuan kesadaran masyarakat 3) Sikap masyarakat meliputi a) Sikap kerja keras dan antusiasme masyarakat c) Pengalaman masyarakat dalam bekerjasama dg pemerintah d) Keterlibatannya dalam pembangunan saluran drainase
25
26
e) Tanggapan masyarakat dalam menyikapi kebijakan pemerintah f) Kepedulian masyarakat akan fungsi optomal jaringan 3.3 Definisi Operasional Variabel Untuk melihat dimensi variabel penelitian maka sebelumnya dibuat operasional konsep variabel menjadi definisi operasional , sehingga jelas dimensi yang diukur dari masing – masing variabel sebagai berikut : 1) Partisipasi Masyarakat Yang dimaksud dengan partisipasi masyarakat adalah keterlibatan masyarakat secara langsung dalam melaksanakan kegiatan baik secara individu maupun kelompok , keaktiofan dalam dalam pembangunan mulai dari perencanaan , pelaksanaan dan pengawasan . Definisi operasional dari partisipasi masyarakat dapat dilihat dari dimensi berikut : a) Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan , diukur dari keaktifannya dalam
penyusunan rencana kerja / usaha dan rencana pengembangan
kawasan b) Keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan , diukur dari keaktifannya dalam semua kegiatan pembangunan wilayah jaringan drainase c) Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan dan evaluasi , diukur dari kepeduliannya terhadap segala kegiatan yang menyangkut O&P jaringan drainase d) Kepedulian masyarakat terhadap operasioanal dan pemeliharaan , diukur dari kepeduliannya terhadap segala kegiatan yang menyangkut kebersihan saluran drainase e) Keterlibatan petani dalam operasional dan pemeliharaan jaringan , diukur dari kesungguhan petani terhadap segala kegiatan yang menyangkut O&P jaringan drainase
26
27
2) Pengetahuan Masyarakat Yang dimaksud dengan pengetahuan petani adalah pemahaman masyarakat tentang pemahaman tentang perkembangan teknologi , pemahaman tentang operasional dan pemeliharaan jaringan drainase Definisi operasional dari pengetahuan masyarakat dapat dilihat dari dimensi : a) Diukur dari latar belakang pendidikan yang
mempengaruhi
pengetahuannya dalam bertani b) Pengetahuan masyarakat pentingnya kebersihan jaringan, diukur dari tingkat pemahamannya terhadap fungsi jaringan drainase c) Pengetahuan masyarakat
tentang kontinyuitas aliran diukur dari
pengetahuannya tentang efektifitas profil saluran drainase d) pengetahuan masyarakat tentang operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi diukur dari kemampuan masyarakat dapat memanfaat secara optimal fasilitas jaringan drainase e) Pengetahuan petani tentang sistim pemasaran , diukur dari pendapatan petani 3) Sikap Masyarakat Sikap masyarakat adalah pernyataan evaluatif masyarakat yang dicerminkan oleh setuju tidaknya terhadap kegiatan pengembangan pembangunan jaringan drainase , orang – orang yang terlibat dalam kegiatan atau aktifitas yang terjadi dilingkungannya itu sendiri , serta kecenderungannya untuk bertindak. Definisi operasional dari sikap masyarakat dapat dilihat dari dimensi a) Sikap masyarakat dalam bekerja keras dan antusias dalam aktifitas pemeliharaan jaringan drainase diukur dari persepsi masyarakat sejauh mana kegiatan O&P jaringan drainase memberikan manfaat. b) Sikap masyarakat yang selalu konsisten dalam pemeliharaan jaringan drainase , diukur dari persepsi masyarakat sejauh mana akan dapat meningkatkan fungsi saluran secara optimal c) Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan jaringan drainase dapat
27
28
diukur dari besarnya perhatian mereka dan sering terlibat dalam pengelolaan O&P jaringan drainase e) Sikap masyarakat dalam menyikapi kebijakan pemerintah dapat diukur dari persepsi masyarakat sejauhmana kebijakan tersebut memihak masyarakat f) Sikap ketekunan masyarakat dalam aktifitas O&P jaringan drainase diukur dari rutinitas aktifitas dalam melaksanakan aktifitas pemeliharaan 3.4 Populasi Dan Sampel Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek / subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya ( Sugiyono, 1999:72 ).Populasi kecamatan Denpasar Selatan adalah sebanyak 163138 orang 3.4.1 Metode Penentuan Sampel Menurut Sugiyono (1999: 76) ) teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data , maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan.Teknik sampling daerah ini digunakan melalui dua tahapan , tahapan pertama menentukan sampel daerah dilakukan dengan purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Tahapan kedua menentukan jumlah sampel yang ada pada daerah itu, penentuan jumlah sampel dari populasi kecamatan Denpasar Selatan adalah sebanyak 163138 orang dengan taraf kesalahan 10% maka ukuran sampel yang diperoleh adalah 99,94 dibulatkan ukuran sampel penelitian yang dipilih adalah sebanyak 100 orang yang tersebar diseluruh lokasi penelitian. Dalam hal ini ukuran sample yang diperlukan dihitung berdasarkan rumus Slovin (Husein Umar, 2005) sebagai berikut: n
N 1 Ne 2
…………………………………….........…. 1)
28
29
Keterangan: n
= ukuran sampel
N
= ukuran populasi
e
= persentase kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir.
3.4.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) Data kuantitatif yaitu data dalam bentuk angka seperti jumlah penduduk , luas wilayah kota Denpasar. 2) Data kualitatf yaitu data yang berupa pernyataan responden dan pertanyaan yang diberikan dalam bentuk kuisioner. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1)
Data primer adalah data yang bersumber dari hasil wawancara terhadap responden dengan menggunakan kuisioner penelitian yang telah disiapkan , yaitu anggota masyarakat yang telah dipilih.
2)
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari beberapa instansi pemerintah terkait yang terlibat dalam program O&P jaringan drainase
3.4.3 Metode Pengumpulan Data Adapun metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Kuisioner / angket Dalam pengumpulan data dipergunakan daftar kuisioner yang disebarkan kepada seluruh responden dengan tujuan memperoleh data tentang pengetahuan masyarakat, sikap masyarakat, operasional dan pemeliharaan, dan partisipasi masyarakat dalam O&P jaringan drainase di kota Denpasar. 2) Observasi Pengumpulan data melalui observasi dilakukan di Dinas Pekerjaan Umum kota Denpasar
29
30
3.4.4 Teknik Analisis Data 1) Uji validitas dan reliabilitas Untuk mengetahui kelayakan dari instrumen penelitian (questionair) yang akan dipakai dalam penelitian ini, sebelumnya dilakukan uji coba instrumen pada 40 responden di kawasan Denpasar. Menutur Lerbin R (2005) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah setiap skor butir, dengan rumus Pearson Product Moment adalah :
rhitung
n XY X . Y
n. X
2
X . n. Y 2 Y 2
2
Dimana : rhitung
= Koefisien korelasi
∑Xi
= Jumlah skor item
∑Yi
= Jumlah skor total (seluruh item)
n
= Jumlah responden
Selanjutnya, dihitung dengan Uji-t dengan rumus : t hitung
r n2 1 r2
Dimana : t
= Nilai t hitung
r
= Koefisien korelasi hasil rhitung
n
= Jumlah responden
Distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n-2) Kaidah keputusan : Jika thitung > ttabel berarti valid, sebaliknya
30
31
jika thitung < ttabel berarti tidak valid Untuk menghitung tingkat validitasnya dilakukan dengan menggunakan alat bantu program SPSS for window sehingga dapat diketahui nilai dari kuesioner pada setiap variabel bebas. Selanjutnya terhadap skor jawaban tiap item dilakukan uji reliabilitas dengan tujuan menunjukkan sejauh mana pengukuran itu memberikan hasil yang relative tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali terhadap subyek yang sama mengenai kemantapan, keandalan/stabilitas dan keadaan tidak berubah dalam waktu pengamatan pertama dan selanjutnya. Menurut Sugiyono (2007), instrument yang reliable adalah instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Uji reliabilitas dilakukan secara eksternal dengan test-retest yaitu dengan cara mencobakan instrumen yang sama dua kali pada responden yang sama dalam waktu yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi positif dan significant maka instrument tersebut dinyatakan reliable. Uji reliabilitas dilakukan secara internal, yaitu dengan menganalisis data yang berasal dari satu kali pengjian kuesioner. Reliabilitas diukur dari koefisien Alpha (Malhotra, 1999). Bila koefisien alpha (Cronbach's Alpha) > 0,6 maka instrument tersebut dinyatakan reliabel. Nilai koefisien alpha dihitung dengan rumus sebagai berikut (Bilson, 2004). 2 k b r11 1 t2 k 1
.......................................................................... 5)
Keterangan: r11
= reliabilitas instrumen
K
= banyaknya butir pertanyaan
b2 = jumlah varians butir t2
= varians total
31
32
3.4.5 Uji Signifikansi Koefisien Regresi Untuk mengetahui diterima atau tidaknya hipotesis yang diajukan, dapat dilakukan dengan uji signifikansi koefisien regresi 3.4.5.1 Uji Signifikansi Koefisien Regresi secara simultan Untuk melihat signifikan tidaknya pengaruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat, langkah-langkah pengujiannya dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut (Nata Wirawan,2002): (1) Merumuskan hipotesis 0 : 1 2 3 4 5 6 0
Artinya, tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Hi :
Minimal salah satu dari i 0 dimana i = (1,2,........,5,6) Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
(2) Menentukan taraf nyata yaitu α = 0.05 (3) Statistik uji dan daerah kritis seperti gambar 3.1
Gambar 3.1 Pengujian Hipotesis Pengaruh Simultan f(2)
Daerah Penolakan H0
2 tabel Sumber: Nata Wirawan, 2002
32
33
4) Menghitung statistik uji berdasarkan initial -2 log Likehood rasio (χ2) (Imam Ghozali,2005) 5). Menarik kesimpulan/keputusan pengujian
3.4.5.2
Uji signifikansi koefisien regresi secara parsial Untuk mengetahui signifikan tidaknya pengaruh masing-masing variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikatnya, digunakan uji t. Dengan langkah- langkah pengujian berikut ini (Nata Wirawan,2002)).
(1) Merumuskan hipotesis H0 : β i = 0 Artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara parsial dari masingmasing variabel bebas terhadapvariabel terikat dimana (i=1,2,3,4,5,6) Hi : β i > 0 Artinya ada pengaruh positif yang signifikan secara parsial dari masing-masing variabel bebas terhadapvariabel terikat. (2) Menentukan nilai t tabel tingkat signifikan α = 0.05 dengan derajat kebebasan dk = n-k dimana n adalah jumlah observasi, k adalah jumlah variabel (Sugiyono, 2004). (3) Statistik Uji dan Daerah Kritis Statistik uji dan daerah kritis disesuikan dengan arah pengujian hipotesis yang dipergunakan (uji satu sisi kiri atau uji sisi kanan). Bila pengujiannya menggunakan uji satu sisi kanan maka dapat dgambarkan seperti Gambar 3.2
33
34
Daerah Penolakan H0
Daerah Penerimaan H0
0
t tabel
Gambar 3.2 Pengujian Hipotesis Pengaruh Parsial Sumber: Nata Wirawan,2002 (4) Menghitung statistik uji Nilai statistik yang digunakan untuk menguji pengaruh parsial variabel bebas terhadap variabel terikat adalah Wald statistik. Nilai statistik Wald koefisien regresi sebuah variabel bebas dihitung dengan rumus sebagai berikut (Imam Ghozali,2005). Wald = (/s.e )2
....................................................................................................
9)
Nilai statitik Wald adalah nilai kuadrat dari statistik t hitung Selanjutnya nilai t hitung dapat dicari dengan rumus berikut. t Waldstatistic
(5) Menarik kesimpulan / mengambil keputusan pengujian a) Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak, artinya variabel bebas yang diuji secara parsial mempunyai pengaruh yang bermakna atau signifikan terhadap variabel terikat. b) Jika thitung < ttabel maka H0 diterima, artinya variabel bebas yang diuji secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang bermakna atau signifikan terhadap variabel terikat.
34
35
Kerangka Alur Berpikir Ide
Latar belakang dan permasalahan
Kajian Pustaka
Kerangka konsep penelitian
Hipotesis penelitian
Data Primer
Data Skunder
Pengumpulan dan tabulasi data
Analisis Data
Analisis Kualitatif
Uji Validitas Data Uji Reliabilitas Data Uji Normalitas Data
Hasil Penelitian
Pembahasan
Simpulan Dan Saran Gambar 3.3 Kerangka Alur Berpikir 35
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
Partisipasi masyarakat (X1)
Sikap masyarakat dalam pemeliharaan jatringan drainase (Y)
Pengetahuan Masyarakat (X2)
Pengaruh Parsial
Pengaruh Simultan Gambar 3.4 Kerangka Konsep Penelitian
40
41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Uji Validitas dan Reliabilitas Suatu instrumen dalam penelitian dikatakan valid apabila mampu
mengukur apa yang ingin diukur dan dikatakan reliabel jika dapat mengukur gejala yang sama secara tetap atau konsisten. Suatu instrumen dikatakan valid apabila memiliki koefisien korelasi antara butir dengan skor total dalam instrumen tersebut lebih besar dari 0,300 dengan tingkat kesalahan Alpha 0,05. Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila memiliki koefisien Alpha Cronbach minimal 0,600. Untuk analisis validitas dan reliabilitas diselesaikan dengan menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS) for windows versi 13.0 pada Lampiran 4 dan Lampiran 5. Hasil uji validitas instrumen dalam penelitian ini seperti terlihat dalam Tabel 4.1 Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian
Variabel
Indikator Koefisien Sig. (2- Keterangan Korelasi
tailed)
(r) Partisipasi
x1.1
0.856
0.000
Valid
x1.2
0.810
0.000
Valid
x1.3
0.695
0.000
Valid
x1.4
0.873
0.000
Valid
x1.5
0.772
0.000
Valid
x1.6
0.715
0.000
Valid
x1.7
0.789
0.000
Valid
41
42
Pengetahuan
Sikap
x2.1
0.928
0.000
Valid
x2.2
0.685
0.000
Valid
x2.3
0.777
0.000
Valid
x2.4
0.877
0.000
Valid
x2.5
0.811
0.000
Valid
Y1.1
0.738
0.000
Valid
Y1.2
0.834
0.000
Valid
Y1.3
0.871
0.000
Valid
Y1.4
0.754
0.000
Valid
Y1.5
0.823
0.000
Valid
Y1.6
0.864
0.000
Valid
Sumber : Hasil Analisis Lampiran 4 Dari Tabel 1 dapat dijelaskan semua instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel Partisipasi, Pengetahuan dan Sikap adalah valid karena memiliki nilai koefisien korelasi (r) > 0,30. Uji Reliabilitas terhadap instrumen penelitian ini menggunakan nilai Alpha Cronbach, yakni untuk mengetahui unidimensionalitas butir-butir pernyataan terhadap variabel laten yang diteliti (Partisipasi, Pengetahaun dan Sikap). Nilai Alpha Cronbach dinyatakan reliabel jika nilainya lebih besar atau sama dengan 0,60 (Ghozali, 2004). Rekapitulasi uji reliabilitas instrumen penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Rekapitulasi Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian No Variabel
Alpha
Keterangan
1
Partisipasi
0,898
Reliabel
2
Pengetahuan
0,877
Reliabel
3
Sikap
0,898
Reliabel
Sumber: Hasil Analisis Lampiran 5
42
43
4.2
Deskriptif Variabel Penelitian Berikut ini disajikan analisis secara deskriptif terhadap variabel – variabel
penelitian yaitu variabel Partisipasi, Pengetahuan dan Sikap. Ketiga variabel penelitian direfleksikan dengan indiktor-indikator yang diukur dengan skala Likert dengan rentangan nilai 1 sampai dengan 4. Kecenderungan dan variasi dari variabel dapat ditentukan berdasarkan distribusi frekuensi (Lampiran 3). Penentuan distribusi frekuensi didasarkan pada nilai intervalnya, sehingga untuk memperoleh distribusi frekuensi tersebut, terlebih dahulu harus ditentukan nilai intervalnya dengan formulasi sebagai berikut : Nilai Tertinggi – Nilai Terendah Interval =
--------------------------------------Jumlah Kelas
Mengingat skor untuk masing-masing alternatif jawaban untuk variabel penelitian adalah minimal 1 dan maksimal 4, maka dapatlah dihitung interval dengan menggunakan rumus diatas adalah sebagai berikut. 4 -1 Interval = ------ = 0,75 4 Untuk mengetahui kondisi variabel-variabel penelitian secara menyeluruh akan dilihat dari rata-rata skor dengan kriteria sebagai berikut :
4.2.1
1,00 – 1,75
=
Sangat tidak baik
1,76 – 2,50
=
Tidak baik
2,51 – 3,25
=
Baik
3,26 – 4,00
=
Sangat baik
Partisipasi Masyarakat
Variabel Partisipasi diukur dengan tujuh (7)
indikator. Penilaian
responden terhadap variabel Partisipasi ditunjukkan seperti pada Tabel 3
43
44
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Variabel Partisipasi Indikator Skor Jawaban
Total Rata-
1
2
3
4
Skor
Rata
x1.1
0
14
23
63
349
3.49
x1.2
0
10
30
60
350
3.5
x1.3
0
12
32
56
344
3.44
x1.4
0
15
26
59
344
3.44
x1.5
0
16
20
64
348
3.48
x1.6
0
7
31
62
355
3.55
x1.7
0
11
27
62
351
3.51
Rata-rata
3.49
Sumber: Hasil Analisis Lampiran 3
Tabel 3 menunjukkan rata-rata penilaian responden terhadap variabel Partisipasi adalah adalah 3,49 yang tergolong sangat baik.
4.2.2 Pengetahuan Masyarakat Penilaian responden terhadap variabel Pengetahuan diukur dengan lima
(5)
indikator.
Penilaian
responden
terhadap
variabel
Pengetahuan ditunjukkan pada Tabel 4.
44
45
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Variabel Pengetahuan Indikator Skor Jawaban
Total Rata-
1
2
3
4
Skor
Rata
x2.1
0
14
31
55
341
3.41
x2.2
0
10
44
46
336
3.36
x2.3
0
12
21
67
355
3.55
x2.4
0
12
34
54
342
3.42
x2.5
0
14
26
60
346
3.46
Rata-rata
3.44
Sumber:Hasil Analisis Lampiran 3 Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata penilaian responden terhadap variabel Pengetahuan
adalah sebesar 3,44 yang tergolong sudah
sangat baik. 4.2.3 Sikap Masyarakat Penilaian responden terhadap variabel sikap masyarakat diukur dengan enam (6) indikator. Penilaian responden terhadap variabel sikap ditunjukkan pada Tabel 5.
45
46
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Variabel Sikap Indikator Skor Jawaban
Total Rata-
1
2
3
4
Skor
Rata
y1
0
2
35
63
361
3.61
y2
0
16
12
72
356
3.56
y3
0
15
27
58
343
3.43
y4
0
9
31
60
351
3.51
y5
0
14
28
58
344
3.44
y6
0
15
26
59
344
3.44
Rata-rata
3.50
Sumber: Hasil Analisis Lampiran 3 Tabel 5 menunjukkan bahwa rata-rata penilaian responden terhadap variabel Sikap adalah sebesar 3,50 yang tergolong sudah sangat baik. 4.3 Pengaruh Partisipasi dan Pengetahuan Terhadap Sikap Masyarakat Model regresi akan lebih tepat digunakan dan menghasilkan perhitungan yang lebih akurat, apabila beberapa asumsi berikut dapat terpenuhi. Uji asumsi klasik yang harus dipenuhi pada analisis regresi linear sederhana antara lain Uji Normalitas dan Uji Heterokedastisitas. 4.3.1 Uji Normalitas Data Merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk menguji apakah dalam residual dari model regresi yang dibuat berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi residual yang normal atau mendekati normal. Dalam penelitian ini Uji Normalitas dilakukan dengan menguji normalitas residual dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, yaitu dengan membandingkan distribusi komulatif relatif hasil observasi dengan distribusi komulatif relatif teoritisnya. Jika probabilitas signifikansi nilai residual lebih besar dari 0,05 berarti residual terdistribusi dengan normal. Demikian pula sebaliknya, jika probabilitas signifikansi residual lebih rendah dari 0,05 berarti residual tidak terdistribusi
46
47
secara normal. Berdasarkan hasil analisis pada Lampiran 8 didapat nilai signifikansi sebesar 0,498 seperti yang ditunjukkan oleh Tabel 6. Karena nilai signifikansi uji Kolmogorov-Smirnov di atas 0,05 maka didapat disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal.
Tabel 6 Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z As ymp. Sig. (2-tailed)
Unst. Residual 100 .0000000 .51433819 .083 .056 -.083 .829 .498
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: Hasil Analisis Lampiran 8 4.3.2. Uji Multikolinieritas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam satu model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya korelasi antar variabel bebas dapat dilihat dari nilai tolerance dan nilai variance inflation factor (VIF). Jika nilai VIF kurang dari 10, maka dapat dikatakan model telah bebas dari multikolinearitas. Berdasarkan analisis data (Lampiran 6) didapat nilai VIF variabel Partisipasi sebesar 2,434 dan nilai VIF variabel Pengetahuan sebesar 2,434. Karena nilai VIF kurang dari 10, maka dapat dikatakan model telah bebas dari multikolinearitas
47
48
4.3.2
Uji Heterokedastisitas Merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang tidak mengandung gejala heteroskedastisitas atau mempunyai varians yang homogen. Utuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dilakukan dengan uji Glejser, dengan meregres variabel bebas terhadap absolut residual. Jika variabel bebas yang diteliti tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap residual absolut, berarti model regresi tidak mengandung gejala
heteroskedastisitas.
Berdasarkan
uji
Heteroskedastisitas
pada
Lampiran 7 didapat nilai signifikansi uji t variabel Partisipasi = 0,423 dan variabel Pengetahuan = 0,671. Karena nilai signifikansi uji t pada uji Heteroskedastisitas di atas 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data tidak mengandung heteroskedastisitas. Setelah semua asumsi klasik terpenuhi, maka berdasarkan hasil analisis data pada Lampiran 6 maka dapat dilaporkan hasil analisis regresinya sebagai berikut: Persamaan Regresi: Y = 0,000 + 0,456X1 + 0,457X2 Std Error
:
0,000
0,081
0,081
T hitung
:
0,000
5,593
5,603
Sig uji t
:
1,000
0,000
0,000
R square = 0,735 Fhitung = 134,834 Ftabel(0,05; 2;97) = 3,0902 Sig Uji F = 0,000 Berdasarkan persamaan garis regresi yang diperoleh dapat dijelaskan bahwa variabel bebas Partisipasi (X1) dan Pengetahuan (X2) memiliki pengaruh positif untuk koefisien regresinya dengan nilai signifikansi uji t semuanya di bawah 0,05. Hal ini berarti jika variabel Partisipasi dan Pengetahuan mengalami
48
49
perubahan (meningkat), maka variabel Sikap juga akan meningkat secara signifikan. 4.4 Uji Ketepatan Model Regresi Uji ketepatan model regresi untuk memprediksi pengaruh variabel Partisipasi dan Pengetahuan terhadap Sikap diuji dengan menggunakan Uji F. Langkah-langkah melakukan Uji F adalah sebagai berikut: 1)
Merumuskan Formulasi Hipotesis Ho :
β1= β2 = 0;
tidak ada pengaruh secara simultan dari variabel
Partisipasi dan Pengetahuan terhadap Sikap Hi : β1,β2 > 0; ada pengaruh secara simultan dari variabel Partisipasi dan Pengetahuan terhadap Sikap 2)
Menentukan Tingkat Kepercayaan Tingkat kepercayaan adalah 5 persen, = 0,05, df pembilang = k-1 (3-1) = 2, dan df penyebut = (n-k) = 100- 3 = 97 nilai F tabel = 3,0902 (Lampiran 9)
3)
Merumuskan Kriteria Pengujian Jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima
4) Analisis Data Hasil pengolahan data menggunakan program SPSS diperoleh nilai Fhitung sebesar 76,044 (Lampiran 6) 5) Menarik Kesimpulan Nilai Fhitung yang diperoleh sebesar 134,834 jauh lebih besar dari Ftabel 3,0902 maka Ho ditolak sehingga Hi diterima dengan uraian ada pengaruh secara simultan dari variabel Partisipasi dan Pengetahuan terhadap Sikap. Besarnya pengaruh variabel bebas tersebut ditunjukkan oleh niai R Square sebesar 0,735. Hal ini berarti bahwa 73,5% perubahan Sikap dipengengaruhi oleh variabel Partisipasi dan Pengetahuan sedangkan sisanya sebesar 26,5% ditentukan oleh variabel di luar model. Pengujian ketepatan model regresi diperlihatkan pada gambarkan seperti Gambar 2.
49
50
Gambar 2. Daerah Penerimaan dan Penolakan Ho Untuk Uji F
Gambar 2 menunjukkan bahwa besarnya nilai Fhitung jatuh pada daerah penolakan Ho sehingga Hi diterima dengan uraian ada pengaruh secara simultan dari variabel Partisipasi dan Pengetahuan terhadap Sikap. 4.4.1 Pengaruh Variabel Partisipasi dan Pengetahuan Terhadap Sikap Masyarakat Pengaruh variabel Partisipasi dan
Pengetahuan terhadap Sikap diuji dengan
menggunakan Uji t. Langkah-langkah melakukan Uji t untuk masing-masing variabel bebas dijelaskan seperti berikut ini. a) Pengaruh variabel Partisipasi terhadap Sikap 1)
Merumuskan Formulasi Hipotesis Ho : β1 <= 0; tidak ada pengaruh positif variabel Partisipasi terhadap Sikap Hi: β1 > 0; ada pengaruh positif variabel Partisipasi terhadap Sikap
2)
Menentukan Tingkat Kepercayaan Tingkat kepercayaan adalah 95 persen, = 0,05, df pembilang (n-k-1) = (100 – 2 – 1) = 97 dengan ttabel = 1,661 (Lampiran 8)
3)
Merumuskan Kriteria Pengujian Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak 50
51
Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima 4) Analisis Data Hasil pengolahan data menggunakan program SPSS diperoleh nilai thitung variabel Partisipasi sebesar 5,593 (Lampiran 6) 5) Menarik Kesimpulan Nilai thitung yang diperoleh sebesar 5,593 lebih besar dari ttabel 1,661 maka Ho ditolak sehingga Hi diterima dengan uraian ada pengaruh positif variabel Partisipasi terhadap Sikap. Pengujian pengaruh variabel Partisipasi terhadap Sikap dapat digambarkan seperti Gambar 3.
Gambar 3 Pengujian Pengaruh Variabel Partisipasi terhadap Sikap
Gambar 3 menunjukkan bahwa besarnya nilai t hitung jatuh pada daerah penolakan Ho sehingga Hi diterima uraian ada pengaruh positif variabel Partisipasi terhadap Sikap.
b) Pengaruh variabel Pengetahuan terhadap Sikap Masyarakat 1)
Merumuskan Formulasi Hipotesis Ho : β1 <= 0; tidak ada pengaruh positif variabel Pengetahuan terhadap Sikap Hi: β1 > 0; ada pengaruh positif variabel Pengetahuan terhadap Sikap
51
52
2)
Menentukan Tingkat Kepercayaan Tingkat kepercayaan adalah 95 persen, = 0,05, df pembilang (n-k-1) = (100 – 2 – 1) = 97 dengan ttabel = 1,661 (Lampiran 8)
3)
Merumuskan Kriteria Pengujian Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima
4) Analisis Data Hasil pengolahan data menggunakan program SPSS diperoleh nilai thitung variabel Pengetahuan sebesar 5,603 (Lampiran 6) 5) Menarik Kesimpulan Nilai thitung yang diperoleh sebesar 5,603 lebih besar dari ttabel 1,661 maka Ho ditolak sehingga Hi diterima dengan uraian ada pengaruh positif variabel Pengetahuan terhadap Sikap. Pengujian pengaruh variabel Pengetahuan terhadap Sikap dapat digambarkan seperti Gambar 4.
Gambar 4
Pengujian Pengaruh Variabel Pengetahuan terhadap Sikap
Masyarakat
52
53
Gambar 4 menunjukkan bahwa besarnya nilai t hitung jatuh pada daerah penolakan Ho sehingga Hi diterima uraian ada pengaruh positif variabel Pengetahuan terhadap Sikap. 4.4.2 Variabel Bebas Yang Berpengaruh Dominan Variabel bebas yang memiliki nilai beta yang distandarisasi tertinggi merupakan variabel yang berpengaruh dominan terhadap Sikap. Berdasarkan analisis regresi berganda yang telah dilakukan hasilnya dirangkum pada Tabel 7. Tabel 7 Hasil Analisis Koefisien Beta Standardized No
Variabel
Beta Standardized
Ranking
1
Partisipasi
0,456
II
2
Pengetahuan
0,457
I
Sumber : Hasil Analisis Lampiran 6 Tabel 7 menunjukkan bahwa koefisien beta standardized tertinggi dimiliki oleh variabel Pengetahuan dengan nilai sebesar 0,457. Dengan demikian variabel Pengetahuan masyarakat adalah variabel yang berpengaruh dominan terhadap Sikap masyarakat
53
54
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan atas hasil analisis seperti yang telah diuraikan diatas maka dapat diambil beberapa kesimpulan hasil penelitian sebagai berikut : 1. Penilaian
masyarakat/responden
terhadap
variabel
penelitian
sikap
masyarakat, pengetahuan masyarakat dan partisipasi masyarakat adalah sangat baik dengan nilai skor rata – rata yang diperoleh berada diantara 3,26 – 4,00 2. Variabel pengetahuan Dengan nilai koefisien beta standardized tertinggi yaitu 0,457 menunjukkan bahwa variabel pengetahuan masyarakat yang paling berpengaruh dominan terhadap sikap masyarakat dalam pemeliharaan jaringan drainase 3. Nilai thitung yang diperoleh sebesar 5,603 lebih besar dari ttabel 1,661, dapat dijekaskan bahwa ada pengaruh positif variabel Pengetahuan terhadap Sikap masyarakat. 4. Nilai thitung yang diperoleh sebesar 5,593 lebih besar dari ttabel 1,661 dapat dijelaskan bahwa ada pengaruh positif variabel Partisipasi terhadap Sikap. 5. Nilai Fhitung yang diperoleh sebesar 134,834 jauh lebih besar dari Ftabel 3,0902 maka Ho ditolak sehingga Hi diterima dengan uraian ada pengaruh secara simultan dari variabel Partisipasi dan Pengetahuan terhadap Sikap. Besarnya pengaruh variabel bebas tersebut ditunjukkan oleh niai R Square sebesar 0,735. Hal ini berarti bahwa 73,5% perubahan Sikap dipengengaruhi oleh variabel Partisipasi dan Pengetahuan sedangkan sisanya sebesar 26,5% ditentukan oleh variabel di luar
54
55
5.2 Saran 1. Perlu melakukan penelitian lanjutan dengan jumlah indepeden bebas yg lebih banyak agar dapat memberikan hasil yang lebih konfrehensif dan lebih obyekti. 2. Pengembangan penelitian ini kedepan perlu dilakukan pada daerah daerah dengan kondisi subak yang masih terjaga nilai nilai religius dan jumlah subak yg utuh, guna dapat memberikan penyuluhan penyuluhan yang sesuai agar tidak terjadi alih fungsi lahan dimasa masa yang akan dating.
55
56
DAFTAR PUSTAKA
Algifari. 1997.Analisis Regresi , BPFE , Yogyakarta Bappeda Kota Denpasar,Badan Pusat Statistik Kota Denpasar, Denpasar Dalam Angka 2006 Ghozali, 2004, Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Semarang: BP-Undip. Imam Ghozali.2005. Model Persamaan Struktural Konsep Dan Aplikasi Dengan Program AMOS VER 5.0 , Universitas Diponegoro. Jazim Hamidi. 2007. Pedoman Naskah Akademik Perda Partisipatif, Kreasi Total Media ( KTM ) Karwan .A. Salikin.2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan, Kanisius, Yogyakarta. Lerbin.R.
Aritonang.R.
2005.
Kepuasan
Pelanggan,
Pengukuran
Dan
Penganalisaan Dengan SPSS, Gramedia Pustaka Utama Jakarta. Mudrajat Kuncoro.2003. Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi. Rosady Ruslan. 2003. Metode Penelitian, Pubilc Relations Dan Komunikasi, Raja Grafindo Persada Jakarta. Robert. J. Kodoatie dan Roestam Sjarief. 2005. Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu , Andi Yogyakarta. Santoso, Singgih. 2004. Buku Latihan SPSS Statistik Multivariate, Cetakan Ketiga, Jakarta : PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia Sugiyono.2006. Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta Bandung. Sugiyono.2007. Metode Penelitian Kuantitatif , Kualitatif dan R&D, Alfabeta Bandung.
56
57
LAMPIRAN KUISIONER PENELITIAN 1.SIKAP MASYARAKAT Pada bagian ini Bapak/Ibu/Saudara diminta menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan keikutsertaan/partisipasi petani dalam partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan saluran drainase Mohon diberikan jawaban dengan memberikan tanda (X) dari pernyataan berikut:
SS : Sangat Setuju
S
: Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
No
PERNYATAAN
SS
1
Masyarakat selalu bekerja keras dan antusias
S
TS
STS
dalam aktifitas pemeliharaan saluran drainase 2
Pembinaan
dari
pemerintah
membuat
masyarakat sadar akan pentingnya menjaga keutuhan profil saluran 3
Masyarakat
senantiasa
termotivasi
dalam
mempertahankan kebersihan saluran 4
Masyarakat
senantiasa
termotivasi
dalam
mewujudkan daerah bebas banjir 5
Berkurangnya kebiasaaan masyarakat untuk membuang sampah ke saluran drainase
6
Anggota
masyarakat
merasakan
kebijakan
pemerintah perlu mendapatkan dukungan
57
58
2.PARTISIPASI MASYARAKAT Pada bagian ini Bapak/Ibu/Saudara diminta menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan keikutsertaan/partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan saluran drainase Mohon diberikan jawaban dengan memberikan tanda (X) dari pernyataan berikut: SS : Sangat Setuju
S
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
No
PERNYATAAN
1
Saya
: Setuju
SS
diberikan
kebebasan
S
TS
STS
mengeluarkan
ide/prakarsa/pendapat dalam setiap pertemuan berkaitan
dengan
kegiatan
O&P
jaringan
drainase 2
Saya senantiasa dilibatkan dalam penyusunan rencana kerja/ usaha dan rencana pengembangan kawasan bebas banjir
3
Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan dan evaluasi
terhadap
segala
kegiatan
yang
menyangkut kebersihan saluran drainase 4
Keterlibatan masyarakat dalam operasional dan pemeliharaan terhadap segala kegiatan yang menyangkut kapasitas saluran drainase
5
Keterlibatan masyarakatdalam operasional dan pemeliharaan terhadap segala kegiatan yang menyangkut fungsi jaringan drainase
6
Keterlibatan petani dalam operasional dan pemeliharaan terhadap segala kegiatan yang menyangkut fungsi bangunan fasilitas drainase
7
Saya senantiasa dilibatkan dalam pelaksanaan pembangunan
pengembangan
jeringan
drainasebeserta bangunan fasilitasnya
58
59
3.PENGETAHUAN MASYARAKAT Pada bagian ini Bapak/Ibu/Saudara diminta menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan keikutsertaan/partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan jaringan drinase Mohon diberikan jawaban dengan memberikan tanda (X) dari pernyataan berikut: SS : Sangat Setuju
S
: Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
No
PERNYATAAN
SS
1
Masyarakat mampu terlibat secara optimal
S
TS
STS
dalam pemeliharaan saluran drainase 2
Masyarakat
memiliki
pemahaman
yang
memadai terhadap proses tata kelola terkait dengan O&P jaringan drainase 3
Meningkatnya kemampuan bekerjasama sesama dalam masyarakat dalam O&P jaringan drainase
4
Adanya kerjasama yang baik antara masyarakat dengan
instansi
terkait
dalam
mengatasi
kebersihan saluran drainase 5
Meningkatnya pemahaman anggota masyarakat tentang pentingnya optimalisasi funsi jaringan drainase secara terpadu
59
60
Statistik Deskriptif Variabel
N
Mean
y1 100 3.61 y2 100 3.56 y3 100 3.43 y4 100 3.51 y5 100 3.44 y6 100 3.44 Sikap 100 20.99 x1.1 100 3.49 x1.2 100 3.50 x1.3 100 3.44 x1.4 100 3.44 x1.5 100 3.48 x1.6 100 3.55 x1.7 100 3.51 Partisipasi 100 24.41 x2.1 100 3.41 x2.2 100 3.36 x2.3 100 3.55 x2.4 100 3.42 x2.5 100 3.46 Pengetahuan100 17.20
Std. Error of Mean
Median
Mode
0.05 0.08 0.07 0.07 0.07 0.07 0.34 0.07 0.07 0.07 0.07 0.08 0.06 0.07 0.39 0.07 0.07 0.07 0.07 0.07 0.28
4 4 4 4 4 4 22 4 4 4 4 4 4 4 26 4 3 4 4 4 18
4 4 4 4 4 4 23 4 4 4 4 4 4 4 27 4 4 4 4 4 19
Std. Varian Range Minim Maxi Deviat ce um mum ion 0.53 0.28 0.76 0.57 0.74 0.55 0.66 0.43 0.73 0.53 0.74 0.55 3.40 11.57 0.73 0.54 0.67 0.45 0.70 0.49 0.74 0.55 0.76 0.58 0.63 0.39 0.69 0.47 3.90 15.21 0.73 0.53 0.66 0.43 0.70 0.49 0.70 0.49 0.73 0.53 2.85 8.12
2 2 2 2 2 2 11 2 2 2 2 2 2 2 12 2 2 2 2 2 10
2 2 2 2 2 2 13 2 2 2 2 2 2 2 16 2 2 2 2 2 10
4 4 4 4 4 4 24 4 4 4 4 4 4 4 28 4 4 4 4 4 20
Sum
361 356 343 351 344 344 2099 349 350 344 344 348 355 351 2441 341 336 355 342 346 1720
Frequency Table y1
Valid
2 3 4 Total
Frequency 2 35 63 100
Percent 2.0 35.0 63.0 100.0
Valid Percent 2.0 35.0 63.0 100.0
Cumulative Percent 2.0 37.0 100.0
60
61
y2
Valid
2 3 4 Total
Frequency 16 12 72 100
Percent 16.0 12.0 72.0 100.0
Valid Percent 16.0 12.0 72.0 100.0
Cumulative Percent 16.0 28.0 100.0
y3
Valid
2 3 4 Total
Frequency 15 27 58 100
Percent 15.0 27.0 58.0 100.0
Valid Percent 15.0 27.0 58.0 100.0
Cumulative Percent 15.0 42.0 100.0
y4
Valid
2 3 4 Total
Frequency 9 31 60 100
Percent 9.0 31.0 60.0 100.0
Valid Percent 9.0 31.0 60.0 100.0
Cumulative Percent 9.0 40.0 100.0
y5
Valid
2 3 4 Total
Frequency 14 28 58 100
Percent 14.0 28.0 58.0 100.0
Valid Percent 14.0 28.0 58.0 100.0
Cumulative Percent 14.0 42.0 100.0
y6
Valid
2 3 4 Total
Frequency 15 26 59 100
Percent 15.0 26.0 59.0 100.0
Valid Percent 15.0 26.0 59.0 100.0
Cumulative Percent 15.0 41.0 100.0
61
62
Sikap
Valid
13 14 15 18 19 20 21 22 23 24 Total
Frequency 2 12 2 3 1 9 11 11 27 22 100
Percent 2.0 12.0 2.0 3.0 1.0 9.0 11.0 11.0 27.0 22.0 100.0
Valid Percent 2.0 12.0 2.0 3.0 1.0 9.0 11.0 11.0 27.0 22.0 100.0
Cumulative Percent 2.0 14.0 16.0 19.0 20.0 29.0 40.0 51.0 78.0 100.0
x1.1
Valid
2 3 4 Total
Frequency 14 23 63 100
Percent 14.0 23.0 63.0 100.0
Valid Percent 14.0 23.0 63.0 100.0
Cumulative Percent 14.0 37.0 100.0
x1.2
Valid
2 3 4 Total
Frequency 10 30 60 100
Percent 10.0 30.0 60.0 100.0
Valid Percent 10.0 30.0 60.0 100.0
Cumulative Percent 10.0 40.0 100.0
x1.3
Valid
2 3 4 Total
Frequency 12 32 56 100
Percent 12.0 32.0 56.0 100.0
Valid Percent 12.0 32.0 56.0 100.0
Cumulative Percent 12.0 44.0 100.0
62
63
x1.4
Valid
2 3 4 Total
Frequency 15 26 59 100
Percent 15.0 26.0 59.0 100.0
Valid Percent 15.0 26.0 59.0 100.0
Cumulative Percent 15.0 41.0 100.0
x1.5
Valid
2 3 4 Total
Frequency 16 20 64 100
Percent 16.0 20.0 64.0 100.0
Valid Percent 16.0 20.0 64.0 100.0
Cumulative Percent 16.0 36.0 100.0
x1.6
Valid
2 3 4 Total
Frequency 7 31 62 100
Percent 7.0 31.0 62.0 100.0
Valid Percent 7.0 31.0 62.0 100.0
Cumulative Percent 7.0 38.0 100.0
x1.7
Valid
2 3 4 Total
Frequency 11 27 62 100
Percent 11.0 27.0 62.0 100.0
Valid Percent 11.0 27.0 62.0 100.0
Cumulative Percent 11.0 38.0 100.0
63
64
Pa rtisi pasi
Valid
16 17 18 19 21 22 23 24 25 26 27 28 Total
Frequency 7 6 2 3 3 5 1 5 12 14 22 20 100
Percent 7.0 6.0 2.0 3.0 3.0 5.0 1.0 5.0 12.0 14.0 22.0 20.0 100.0
Valid P ercent 7.0 6.0 2.0 3.0 3.0 5.0 1.0 5.0 12.0 14.0 22.0 20.0 100.0
Cumulative Percent 7.0 13.0 15.0 18.0 21.0 26.0 27.0 32.0 44.0 58.0 80.0 100.0
x2.1
Valid
2 3 4 Total
Frequency 14 31 55 100
Percent 14.0 31.0 55.0 100.0
Valid Percent 14.0 31.0 55.0 100.0
Cumulative Percent 14.0 45.0 100.0
x2.2
Valid
2 3 4 Total
Frequency 10 44 46 100
Percent 10.0 44.0 46.0 100.0
Valid Percent 10.0 44.0 46.0 100.0
Cumulative Percent 10.0 54.0 100.0
x2.3
Valid
2 3 4 Total
Frequency 12 21 67 100
Percent 12.0 21.0 67.0 100.0
Valid Percent 12.0 21.0 67.0 100.0
Cumulative Percent 12.0 33.0 100.0
64
65
x2.4
Valid
2 3 4 Total
Frequency 12 34 54 100
Percent 12.0 34.0 54.0 100.0
Valid Percent 12.0 34.0 54.0 100.0
Cumulative Percent 12.0 46.0 100.0
x2.5
Valid
2 3 4 Total
Frequency 14 26 60 100
Percent 14.0 26.0 60.0 100.0
Valid Percent 14.0 26.0 60.0 100.0
Cumulative Percent 14.0 40.0 100.0
Pengetahuan
Valid
10 11 12 13 15 16 17 18 19 20 Total
Frequency 2 6 4 6 3 7 5 23 28 16 100
Percent 2.0 6.0 4.0 6.0 3.0 7.0 5.0 23.0 28.0 16.0 100.0
Valid Percent 2.0 6.0 4.0 6.0 3.0 7.0 5.0 23.0 28.0 16.0 100.0
Cumulative Percent 2.0 8.0 12.0 18.0 21.0 28.0 33.0 56.0 84.0 100.0
65
66
Correlations Correl ations y1 y1
y2
y3
y4
y5
y6
Sik ap
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
y2 .586** .001 30 1
1 30 .586** .001 30 .669** .000 30 .327 .078 30 .463** .010 30 .658** .000 30 .738** .000 30
y3 .669** .000 30 .696** .000 30 1
30 .696** .000 30 .607** .000 30 .509** .004 30 .647** .000 30 .834** .000 30
30 .575** .001 30 .664** .000 30 .643** .000 30 .871** .000 30
y4 .327 .078 30 .607** .000 30 .575** .001 30 1 30 .623** .000 30 .536** .002 30 .754** .000 30
y5 .463** .010 30 .509** .004 30 .664** .000 30 .623** .000 30 1 30 .738** .000 30 .823** .000 30
y6 .658** .000 30 .647** .000 30 .643** .000 30 .536** .002 30 .738** .000 30 1 30 .864** .000 30
Sik ap .738** .000 30 .834** .000 30 .871** .000 30 .754** .000 30 .823** .000 30 .864** .000 30 1 30
**. Correlation is s ignificant at t he 0.01 level (2-t ailed).
Correlations Correlations x1.1 x1.1
x1.2
x1.3
x1.4
x1.5
x1.6
x1.7
Partisipasi
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1 30 .834** .000 30 .691** .000 30 .894** .000 30 .420* .021 30 .384* .036 30 .469** .009 30 .856** .000 30
x1.2 .834** .000 30 1 30 .557** .001 30 .757** .000 30 .424* .020 30 .352 .056 30 .521** .003 30 .810** .000 30
x1.3 .691** .000 30 .557** .001 30 1 30 .524** .003 30 .344 .062 30 .422* .020 30 .370* .044 30 .695** .000 30
x1.4 .894** .000 30 .757** .000 30 .524** .003 30 1 30 .564** .001 30 .462* .010 30 .555** .001 30 .873** .000 30
x1.5 .420* .021 30 .424* .020 30 .344 .062 30 .564** .001 30 1 30 .697** .000 30 .781** .000 30 .772** .000 30
x1.6 .384* .036 30 .352 .056 30 .422* .020 30 .462* .010 30 .697** .000 30 1 30 .667** .000 30 .715** .000 30
x1.7 Partisipasi .469** .856** .009 .000 30 30 .521** .810** .003 .000 30 30 .370* .695** .044 .000 30 30 .555** .873** .001 .000 30 30 .781** .772** .000 .000 30 30 .667** .715** .000 .000 30 30 1 .789** .000 30 30 .789** 1 .000 30 30
**. Correlation is s ignificant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is s ignificant at the 0.05 level (2-tailed).
66
67
Reliability Ca se Processing Sum ma ry N Cases
Valid Ex cludeda Total
30 0 30
% 100.0 .0 100.0
a. Lis twis e deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha .898
N of Items 6
Ite m Stati stics Mean 3.47 3.43 3.30 3.30 3.37 3.40
y1 y2 y3 y4 y5 y6
St d. Deviation .571 .817 .794 .702 .765 .770
N 30 30 30 30 30 30
Ite m-Tota l Sta tisti cs
y1 y2 y3 y4 y5 y6
Sc ale Mean if Item Deleted 16.80 16.83 16.97 16.97 16.90 16.87
Sc ale Variance if Item Deleted 10.372 8.833 8.723 9.757 9.128 8.878
Correc ted Item-Total Correlation .652 .741 .798 .649 .733 .790
Cronbach's Alpha if Item Deleted .892 .878 .868 .891 .879 .869
Scale Sta tisti cs Mean 20.27
Variance 13.099
St d. Deviation 3.619
N of Items 6
67
68
Reliability Ca se Processing Sum ma ry N Cases
Valid Ex cludeda Total
30 0 30
% 100.0 .0 100.0
a. Lis twis e deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha .898
N of Items 7 Item Statistics
Mean 3.37 3.43 3.37 3.43 3.37 3.53 3.50
x1.1 x1.2 x1.3 x1.4 x1.5 x1.6 x1.7
Std. Deviation .809 .728 .615 .774 .809 .681 .682
N 30 30 30 30 30 30 30
Ite m-Tota l Sta tisti cs
x1.1 x1.2 x1.3 x1.4 x1.5 x1.6 x1.7
Sc ale Mean if Item Deleted 20.63 20.57 20.63 20.57 20.63 20.47 20.50
Sc ale Variance if Item Deleted 11.344 12.047 13.206 11.426 11.895 12.809 12.397
Correc ted Item-Total Correlation .785 .732 .602 .812 .668 .616 .711
Cronbach's Alpha if Item Deleted .873 .880 .894 .870 .888 .893 .883
Scale Sta tisti cs Mean 24.00
Variance 16.276
St d. Deviation 4.034
N of Items 7
68
69
Reliability Ca se Processing Sum ma ry N Cases
Valid Ex cludeda Total
30 0 30
% 100.0 .0 100.0
a. Lis twis e deletion based on all variables in the procedure. Reliability Statistics Cronbach's Alpha .877
N of Items 5
Ite m Stati stics Mean 3.33 3.23 3.50 3.33 3.37
x2.1 x2.2 x2.3 x2.4 x2.5
St d. Deviation .802 .626 .682 .758 .809
N 30 30 30 30 30
Item-Total Statistics
x2.1 x2.2 x2.3 x2.4 x2.5
Scale Mean if Item Deleted 13.43 13.53 13.27 13.43 13.40
Scale Variance if Item Deleted 5.289 6.947 6.409 5.702 5.834
Corrected Item-Total Correlation .872 .549 .659 .794 .681
Cronbach's Alpha if Item Deleted .807 .885 .862 .829 .859
Scale Sta tisti cs Mean 16.77
Variance 9.151
St d. Deviation 3.025
N of Items 5
69
70
Correlations Correlations x2.1 x2.1
x2.2
x2.3
x2.4
x2.5
Pengetahuan
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
1 30 .595** .001 30 .756** .000 30 .775** .000 30 .655** .000 30 .928** .000 30
x2.2 .595** .001 30 1 30 .283 .130 30 .557** .001 30 .438* .015 30 .685** .000 30
x2.3 .756** .000 30 .283 .130 30 1 30 .600** .000 30 .531** .003 30 .777** .000 30
x2.4 .775** .000 30 .557** .001 30 .600** .000 30 1 30 .637** .000 30 .877** .000 30
x2.5 Pengetahuan .655** .928** .000 .000 30 30 .438* .685** .015 .000 30 30 .531** .777** .003 .000 30 30 .637** .877** .000 .000 30 30 1 .811** .000 30 30 .811** 1 .000 30 30
**. Correlation is s ignificant at the 0.01 level (2-tailed). *. Correlation is s ignificant at the 0.05 level (2-tailed).
Regression Descriptive Statistics Sikap Partisipasi Pengetahuan
Mean .0000000 .0000000 .0000000
Std. Deviation 1.00000000 1.00000000 1.00000000
N 100 100 100
Correl ations Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Sik ap Partisipasi Pengetahuan Sik ap Partisipasi Pengetahuan Sik ap Partisipasi Pengetahuan
Sik ap 1.000 .806 .806 . .000 .000 100 100 100
Partisipasi .806 1.000 .768 .000 . .000 100 100 100
Pengetahuan .806 .768 1.000 .000 .000 . 100 100 100
70
71
Variables Entered/Removedb Model 1
Variables Entered Pengetahu an, a Partisipasi
Variables Removed
Method .
Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Sikap Model Summ aryb Change St atist ics Model 1
R R Square .858a .735
Adjust ed R Square .730
St d. Error of the Es timate .51961359
R Square Change .735
F Change 134.834
df1
df2 2
97
DurbinW atson 1.873
Sig. F Change .000
a. Predic tors: (Constant), Pengetahuan, Partis ipas i b. Dependent Variable: Sikap
ANOVAb Model 1
Regres sion Residual Total
Sum of Squares 72.810 26.190 99.000
df 2 97 99
Mean Square 36.405 .270
F 134.834
Sig. .000a
a. Predic tors: (Constant), Pengetahuan, Partisipasi b. Dependent Variable: Sik ap Coeffi cientsa
Model 1
(Const ant) Partisipasi Pengetahuan
Unstandardized Coeffic ients B St d. Error .000 .052 .456 .081 .457 .081
St andardiz ed Coeffic ients Beta .456 .457
t .000 5.593 5.603
Sig. 1.000 .000 .000
95% Confidenc e Int erval for B Lower Bound Upper Bound -.103 .103 .294 .617 .295 .618
Zero-order .806 .806
Correlations Partial .494 .494
Part
Collinearity Statistic s Tolerance VIF
.292 .293
.411 .411
a. Dependent Variable: Sik ap
Coefficient Correlationsa Model 1
Correlations Covariances
Pengetahuan Partisipasi Pengetahuan Partisipasi
Pengetahuan 1.000 -.768 .007 -.005
Partisipasi -.768 1.000 -.005 .007
a. Dependent Variable: Sikap
71
2.434 2.434
72
a Collineari ty Diagnosti cs
Model 1
Dimension 1 2 3
Condit ion Index 1.000 1.330 2.758
Eigenvalue 1.768 1.000 .232
Variance Proportions (Const ant) Partisipasi Pengetahuan .00 .12 .12 1.00 .00 .00 .00 .88 .88
a. Dependent Variable: Sikap Residuals Statistics a Predicted Value Residual Std. Predicted Value Std. Residual
Minimum -1.97080 -1.76834 -2.298 -3.403
Maximum .8678740 1.480568 1.012 2.849
Mean .0000000 .00000000 .000 .000
Std. Deviation .85758745 .51433819 1.000 .990
N 100 100 100 100
a. Dependent Variable: Sikap
Lampiran 7 – Uji Heteroskedastisitas Regression-Uji Heteroskedastisitas Variables Entered/Removedb Model 1
Variables Entered Pengetahu an, a Partisipasi
Variables Removed
Method .
Enter
a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Abs. Unst. Residual
Coeffi cientsa
Model 1
(Const ant) Partisipasi Pengetahuan
Unstandardized Coeffic ient s B St d. Error .387 .033 -.042 .052 -.022 .052
St andardiz ed Coeffic ient s Beta -.125 -.066
t 11.605 -.805 -.427
Sig. .000 .423 .671
a. Dependent Variable: Abs. Unst . Residual
Lampiran 8 – Uji Normalitas
72
73
NPar Tests-Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z As ymp. Sig. (2-tailed)
Unst. Residual 100 .0000000 .51433819 .083 .056 -.083 .829 .498
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
73
74
74