2.3 KONDISI DAN POTENSI BUDAYA SETEMPAT Dalam strategipembangunan Daerah Bali sesuai denganrumusan Pola Dasar Pembangunan Daerah, kebudayaan daerah sebagai bagian dari kebudayaan nasional diharapkan berfungsi sebagai potensi dasar yang melandasi segala gerak dan langkah pembangunan. Fungsi seperti ini hendaklah teraktualisasi dan terejawantahkan dalam penyusunan RTRWP Dati I Bali.
Tinjauan budaya setempat dalam kaitannya dengan penataan ruang wilayah akan diuraikan dalam dua bagian utama, yaitu landasanlandasan pokokbudaya setempat dan kondisi sosial-budaya masyarakat Bali dalam penataan ruarrg wilayah.
2.3.1 Landasan-landasan PokokBudaya
Setempat
Agar benar-benar kebudayaan menjadi landasan dasar dalam penyusunan tata ruang, maka kebudayaan diharapkan mampu membangun identitas atau jatidiri ruang dengan segala isinya. Jatidiri suatu tata ruang merupakan satu totalitas, memiliki ciri-ciri khas. Dalam kehidupan riil, jatidiri ruang juga harus mampu merefleksikan suatu tingkat kualitas, peradaban, dan menjadi kebanggaan yang dapat memberikan kesejahteraan yang seimbang material-spiritual bagi manusia. Guna terimplementasinya fungsi pokokkebudayaan sebagai pembentuk
jatidiri
dan terwujudnya arah penataan ruang yang berbudaya, maka secaraterincikebudayaan diharapkan dapat memberi landasan-landasan pokok yang mencakup :
-
landasan landasan landasan landasan
filosofis;
nilai; struktur;
pelembagaan; dan penjiwaan terhadap tata ruang dengan segala isinya.
Landasan Filosofis Landasan frlosofis tata ruang memberikan penekanan dasar tentang keberadaan suatu ruang dengan segala isinya. Dalam konteks pembangunan tata ruang Daerah Bali yang berbudaya, jabaran dari landasan frlosofis ini meliputi :
41
Filosofi Kosmos Filosofrkosmos memiliki doktrin, bahwa ruang merupakan satu totalitas uniuerse yang maha besar, makro kosmos (Bhuana Agung) dengan subsub sistemnya yang bertingkat makro sampai dengan mikro, mikro
kosmos (Bhuana Alit). Filosofi kosmos menurut kebudayaan Bali menekankan pada paham keseimbangan, keserasian dan keterpaduan yang bersifat dinamik. Filosofi Natural Filosofi natural memiliki doktrin, bahwa manusia sebagai bagian dari alam dalam kehidupannya perlu dekat dan akrab dengan alam, serta memelihara hubungan serasi dengan alam. Mereka berinteraksi secara simbiosis mutualistis dengan alam, dalam wujud saling memberi, menghormati dan menguntungkan. Filosofi Humanis Filosofr humanis menempatkan kedudukan manusia dalam ruangsebagai subjek dan obyek secara proporsional. Manusia dihargai eksistensinya dengan segala kualitas, harkat, dan martabatnya.
Landasan Nilai Landasan sistem nilai terhadap tata ruang memberikan penekanan pada makna. Dalam konteks penataan ruang yang berbudaya, secara taksonomis dibedakan atas nilai dasar dan nilai instrumental.
Nilai Dasar Nilai dasar kebudayaan Bali mencakup nilai religius, nilai estetis, nilai solidaritas atau gotong royong, dan nilai keseimbangan. Konfigurasi nilai-nilai dasar ini meiandasi identitas budaya masyarakat dan kebudayaan Bali. Sistem nilai ini lambat berubah diharapkan tertransmisi secara utuh dan berkelaniutan.
Niloi Instrumental Nilai instrumental mencakup seperangkat sistem nilai yang mendukung dinamika adaptatif dan fleksibilitas sesuai dengan adigium desa, kala, patra. Nilai-nilai instrumental mencakup nilai ekonomis, nilai iptek, etos kerja, partisipasi, keserasian. Konfigurasi nilai-nilai instrumental ini melandasi keterbukaan dan dinamika, mudah menerima dan teradaptasi dengan nilai-nilai lain dalam komunikasi secara lintas budaya. 42
Pengejawantahan dari sistem nilai ini terwujud dalam beragam sistem simbol, baik pada tingkat norma (normatif simbolik), perilaku (perilaku simbolik), maupun budaya fisik (benda-benda simbolik).
Landasan Struktural Landasan struktural tata ruang memberikan penekanan pada pola dan keteraturan tata ruang baik secara vertikal maupun horisontal. Dalam kebudayaan Bali, satu struktur disamping mencerminkan adanya integrasi juga mencerminkan adanya keterbukaan dan dinamik. Konsep-konsep pokok yang berkaitan dengan struktur ruang antara
lain: Konsep Tri Hita Karana yaitu tiga unsur yang dapat mendatangkan kesejahteraan, kedamaian, dan kebahagiaan bagi kehidupan manusia. Ketiga unsur tersebut adalah unsur Parhayangon (Tuhan) yaitu tempat umat manusia menghubungkan diri dengan Tuhan; unsur Pawongan (manusia) tempat menghubungkan diri antara manusia dengan manusia;
dan Palemahan (lingkungan) yaitu tempat umat manusia menghubungkan diri dengan alam lingkungannya. Secara ideal diharapkan terbina satu pola hubungan yang harmonis satu komponen tersebut, baik pada tingkat makro (daerah), tingkat meso (desa) dan tingkat mikro (keluarga). q. Bhinne da, Tri Angg a, sampai dengan Noru a S ang a y ang menggambarkan adanya pola struktur dan keterkaitan antar komponen struktur. Konsep rua bhinneda memberikan orientasi (luan-teben; kaja
Konsep Rw
kelod) dan juga laxokeromi (sakrai-profan; baik-buruk). Konsep frl angga memberikan penjenjangan dan nilai terhadap struktur : nista, madya, utama. Konsep nawa sanga memberikan kekuatan dan simbol terhadap struktur. Konsep Dinq.miha,; suatu struktur dalam kebudayaan Bali yang berkaitan dengan ruang, diartikan selain memiliki pola danketeraturan, juga memiliki sifat dinamik. Konsep dinamikini merefleksikan adanya penerimaan terhadap perubahan perkembangan dan kemajuan, namun tetap dalam batas keutuhan identitas menurut konsep Continuity in Changes.
Landasan Pelembagaan Landasan pelembagaan ini memberikan penekanan pada pengorganisasian terhadap sumber daya yang meliputi sumber daya alam (tanah,
43
tumbuh-tumbuhan, hewan) dan sumber daya manusia menurut satu tatanan atu ig - aw ig tertentu. Lembaga-lembaga tradisional dalam masyarakat dan kebutuhan Bali cukup beragam. Jenis-j enis yang pokok adalah d e s a adat, b anj ar, sub ak, dan sekeha.
Lembaga-lembaga tradisional tersebut sangat potensial untuk mengarahkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, respon serta potensial terhadap berbagai program inovasi (desa adat dengan LPD; banjar terhadap I{B; subak terhadap Inmas dan Insus; selsaha terhadap pariwisata). Lembaga-lembaga tersebut tumbuh dan berkembang menuruti konsep desa-kala-patra merefleksikan adanya kebhinekaan dan ketunggalikaan dalam kebudayaan Bali.
Penjiwaan Tata Ruang Dalam fungsi ini kebudayaan dilihat sebagai komponen yang terintegrasi dengan agama, dimana agama (Hindu) menjiwai kebudayaan setempat
(kebudayaan Daerah Bali). Fungsi penjiwaan yang berintikan Agama Hindu dan ajaran Panca Qradha
Kerangka dasar dari Agama Hindu adalah tattwa, tata susila dan upacara. Tattwa memaparkan segi-segi fiIsafat yang mendalam, baik
mengenai pokok-pokok keyakinan maupun mengenai konsepsi ketuhanan. Di dalamnyajuga dibentangkan hakekat hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam lingkungan yang pada dasarnya berintikan konsepsi keserasian dan keseimbangan. Tata susila memaparkan segi-segi aturan tingkah laku yang benar dan salah, baik dan buruk bagi manusia dalam menempuh
kehidupan ini. Upacara memaparkan konsepsi dan kegiatan yadnya dalam rangkamenghubungkan diri dengan Tuhan..$aranPo nca Qradha atau keyakinan terhadap lima hal menurut Agama Hindu adaiah :
7. Widhi Qadha, mengenai keyakinan terhadap Hyang Widhi atau Tuhan Yang Maha Esa.
2. Atma Qradha, mengenai keyakinan adanya atma (jiwa) tiap mahluk. Atma yang telah memasuki badan manusia disebut Jiwatma yang bersumber pada paramatma yang tidak lain adalah Hyang Widhi.
3. Karmaphala Qradha, merrgenai keyakinan terhadap hukum perbuatan atau hukum sebab akibat. Segala sebab yang berupa perbuatan akan membawa akibat berupa hasil dari perbuatan itu. 44
4. Punarbhawa Qradho, keyakinan terhadap adanya reinkarnasi atau keiahiran sesudah mati.
5. Moksha Qradha, mengenai keyakinan adanya moksha, yaitu kebahagiaan yang kekal abadi.
2.3.2 lKondisi Sosial Budaya Masyarakat Bali Pemahaman terhadap budaya masyarakat Bali, khususnya yang berkaitan dengan pengembangan tata ruang, haruslah ditinjau dari sudut yang luas yaitu mencakup kebudayaan dan keagamaan. Kedua hal ini saling terintegrasi dan merupakan landasan bagi kehidupan masyarakat Bali. Secara garis besar, pemahaman ini dilihat dari beberapa hal yaitu : o arah orientasi ruang; o bentuk dan struktur perkampungan/permukiman; o sistem kemasyarakatan; o sistem pemerintahan
o o
sistem kelembagaan; dan tempat suci dan kawasan suci.
Arah Orientasi Ruang Dalam skala wilayah yang lebih luas atau dalam Wilayah BaIi secara keseluruhan, konsep arah orientasi ruang diwujudkan dalam dua sumbu yaitu sumbuitual hangin-kctuh yang berorientasi ke arah terbit dan terbenamnya matahari, dimana orientasi kangin tempatnya matahari terbit lebih utama dari kauh. Sumbu yang kedua adalah konsep sumbu naturalhaja-helodyang dikaitkan dengan arah orientasi kepada gunung dan lautan, luan-teben, ruiskula-seholo, suci-tidak suci, dan sebagainya. Segala sesuatu yang dikategorikan bersifat suci dan bernilai sakral akan menempati letak di bagian kaja (utara) untuk Bali Selatan, dan mengarah ke gunung, seperti letak Pura, arah sembahyang, arah tidur, dan sebagainya. Sebaliknya, segala sesuatu yang dikategorikan tidak suci dan bernilai profan akan menempati letak di bagian kelod (selatan) untuk BaIi Seiatan dan mengarah ke laut, seperti : letak kuburan, letak kandang, tempat pembuangan sampah./ kotoran, dan sebagainya. Jadi dalam pandangan orang Bali, arah ke gunung disebut lzaja dan arah ke laut disebut h,elod. Dengan demikian, untuk orang Bali Selatan kaja berarti utara, sedangkan untuk orang BaIi Utara lzajaberarti selatan, dan begitu juga sebaliknya. Perbedaan
45
GAMBAR II.14 KONSEPSI RUANG BUDAYA BALI t5 MATAHARI
PioPrN sr oarr r trLl
-&G KLOD (Lout)
Fi:l 14 BARAT
U'
r
-a_____r Molohorl Torbanom
KONSEPSI
TIMUR
----a-
t+
Molohari T6rbil
ARAH
oRTENTAST RUANG
BAL|
I\ v\
KONSEPSI SANGA MANDALA./ NAWA SANGA
/]1f
Prrbukllon
/
Gunung
Aroh
ori.ntosi
ini tidak saja terbatas pada penunjukan arah, tetapi juga
dalam
beberapa aspek kehidupan.
Kondisi alam Pulau Bali, pada bagian tengah memanjang arah timur ke barat terbentang pegunungan/perbukitan yang puncak-puncaknya antara lain terdiri atas G. Agong, G. Batur, G. Batukau yang menurut konsep di atas merupakan arah orientasi sumbu natural yang utama dari aktifitas kehidupan masyarakat Bali, karena membagi Bali menj adi 2 bagian yaitu BaIi Utara berada di sebelah utara dan Baii Selatan berada di sebelah selatanjalur perbukitan. orang Bali menyebut Daerah Bali Utara itu Daerah Den Bukit (Den = sebelah utara). Daerah ini meliputi hanya satu daerah tingkat II yaitu Kabupaten BulelengKemudian B Dati II lainnyayaitu Jembrana, Tabanan, Badung, Denpasar, Gianyar, Klungkung, Bangli, Karangasem disebut Bali Selatan. Jika kedua konsep arah tersebut (konsep arah orientasi kepada Sumbu Ritual Kangin-Kauh dan Sumbu Natural Kaja-Kelod) dipadukan, maka didapat pembagian orientasi ruang/wilayah sebagai berikut (lihat Gambar II.14) : o arah kaja dan kangin sebagai bagian wilayah dengan nilai utama; o bagian tengah dengan nilai madya, dan; o bagian kelod dan kauh adalah bagian wilayah yang mempunyai nilai nista. Perpaduan konsep tersebut membentuk konsep Triangga yang dapat diturunkan lagi menjadi konsep Sanga Mq'ndala yaitu pembagran orientasi ruang menjadi 9 (sembilan) wilayah atau zona.
Bentuk dan Struktur Perkampungan/Permukiman Sistem budaya yang menata perkampungan masyarakat Baii juga berlandaskan pada konsep duq'listis (Rwa Bhineda) yaitu konsepsi adanya dua hal yang berlawananyangmempunyai arti pentingberkaitan d enganpandangan dankepercayaan orangBali. Konsep dualistis tersebut terwujud dalam tata arah; Kaja-KLod (utara-selatan) yang dikaitkan d.engan Gunung-Lautan, Luan-Teben' Niskala-Skala, Suci-tidah suci dan sebagainya. Konsep Kaja-Kelod, Luan-Teben tersebut sangat mempengaruhi pola perkampungan masyarakat Bali baik pola desa maupun polaperumahan. Perkampungan dalam pengertian orang Bali disamakan dengan desa yang merupakan satu kesatuan wilayah. Desa pada masyarakat BaIi dibedakan atas 2 jenis yaitu: 47
.
desa sebagai satu kesatuan administratif yang disebut desa dinas
;
dan
o
desa sebagai satu kesatuan adat-istiadat dan keagamaan (Hindu) yang disebut desa adat.
Pola perkampungan/permukiman orang Bali dari segi strukturnya dibedakan atas 2jenis yaitu :
o
pertama, pola perkampungan mengelompok padat, pola ini terutama terdapat pada desa-desa di Bali bagian pegunungan, yaitu desa-desa yang tergolong desa-desa Bali Aga, seperti misalnya; Desa Tenganan Pegringsingan di Kabupaten Karangasem dan Desa Sembiran di Kabupaten Buleleng. Pola perkampungan di desa-desa ini bersifat memusat dengan kedudukan desa adat amat penting dan sentral daiam berbagai segi kehidupan warga desa tersebut;
o
kedua, pola perkampungan menyebar, pola ini terutama terdapat B aii dataran, dimana baik wilayah maupun jumlah warga desa disini jauh lebih luas dan lebih besar dari desa-desa pegunungan. Desa-desa di BaIi dataran yang menunjukkan pola menyebar terbagi lagi kedalam kesatuan-kesatuan sosial yang lebih kecil yang di sebwb b anj ar. B anj ar disini p ada hakekatnya adalah j uga suatu kesatuan wilayah dan merupakan bagian dari suatu desa dengan memiliki kesatuan wilayah, ikatanwilayah, ikatan pemuj aan, serta perasaan cinta dan kebanggaan tersendiri. pada desa-des a di
Sistem Kemasyarakatan Tata kehidupan masyarakat di Bali berkaitan erat dengan perwujudan dari pemahaman Konsep Nilai Ritual dan Natural ke dalam ruang/ wilayah. Secara umum terdapat dua tata kehidupan masyarakat yang ada yaitu
:
o
pertama, sistem kekerabq,tan yang menurut adat dipengaruhi oleh klen-h,len keluarga, dimana terdapat kelompok kekerabatan yang berbentuk Klen kecil yang disebut Do dia (ketuntnan), serta terdapat pula kelompok kekerabatan yang didasarkan atas keluarga yang disebutPeft urenan terbentuk sebagai akibat dari adanya perkawinan dari seseorang atau sejumlah anak dari suatu keluarga inti; dan
o
y a\g merupakan kesatuan-kesatuan sosial yang didasarkan atas kesatuan wilayah menurut wilayah perbekelan/kelurahan atau desa dan pada umumnya terpecah lagi
48
kedua, sistem kemasyarakatan
menjadi kesatuan sosial yang lebih kecil yaitu Banjar. Banjar mengatur hal-hal yang bersifat keagamaan, adat, dan masyarakat lainnya. Sistem Pemerintahan Sistem pemerintahan yang disoroti disini adalah sistem pemerintahan desa yang merupakan suatu komunitas kecil sebagai bagian-bagian dari sistem pemerintahan Bali secara keseluruhan. Bentuk komunitas kecil atau kesatuan hidup setempat pada masyarakat Bali yang terpenting adalah desa. Dalam pandangan orang Baii, konsep desa mempunyai dua pengertian, yaitu : pertama, desa sebagai satu kesatuan wilayah tempat
para warganya secara bersama-sama mengkonsepsikan dan mengaktifkan upacara-upacara dan berbagai kegiatan sosial yang ditata oleh suatu sistem budaya dengan d,esa qdat. Dan kedua, desa sebagai kesatuan wilayah administrasi dengan descl dinas. Dari segi kesatuan wilayah, pada umumnya suatu desa dinas mencakup beberapa desa adat, namun tidak terdapat suatu pola yang seragam.
Sistem Kelembagaan Kelembagaan organisasi kemasyarakatan merupakan lembaga-lembaga yang ada dan hidup di masyarakat Bali yang masih terikat secara erat dengan sistem pemerintahan serta berfungsi sebagai motivator dan katalisator pemllangunan. Kelembagaan pembangunan yang terkait
dengan adat budaya setempat dan berpengaruh dalam kehidupan masyarakat Bali, antara lain'. desa adat, banjar, subah, seh,eha, dan lembaga yang berkaitan dengan sistem pemerintahan formalyaitudesa dinas. Desa
Adat
Kegiatan desa arlat pada bidang adat dan agama, dimana suatu desa adat di Bali memiliki aturan adat tersendiri yang tertuang dalam awigawig desa" Dalarn segi pemerintahan adat ini masing-masing desa adat ini bersifat otonomis, dalam arti masing-masing desa adat mempunyai aturan-aturan terrsendiri yang hanya berlaku bagi para warga desa di wilayah desa adat bersangkutan dan tidak terkait secara struktural dengan sistem pemerintahan negara. Batas wilayah geografis suatu desa adat adalah sama dengan batas pemerintahan adat yang secara fisik ditentukan oleh batas alam seperti sawah, sungai, bukit, gunung, garis pantai, lautan, jalan dan sebagainya.
49
Syarat-syarat pokok untuk sahnya suatu desa adat di Bali adalah
:
o
adanya wilayah dengan batas-batas tertentu yang disebutPe lernahan Desa atats tanah d.esa.
o
adanya warga desa yang disebutp awongan deso; dan adpnya sejumlah pura sebagai pusat-pusat pemujaan warga yang disebut Kahyangan Desa, dan Kahyangan yang dimaksud adalah Kahyangan Tiga/Tri Kahyangan yang terdiri dari tiga pura antara lain, Pura Puseh
adalah tempat pemujaan Brahma yang menciptakan alam beserta isinya, Pura Desa dan Bale Agotrg adalah tempat pemujaan Wisnu yang memelihara kehidupan, dan Pura Dalem tempat pemujaan Dewi Durga (Sakti Dewa Qiwa) yang mengembalikan segala sesuatu kepada asalnya;
o
adanya suatu pemerintahan adat yang berlandaskan pada aturan-
aturan adat tertentu (awig-awig desa), ditinjau dari pola kepemimpinannya, pemerintahan desa adat dapat dibedakan menj adi dua pola antara lain pola pimpinan tunggal, yaitu pucuk pimpinan desa adat dipegang oleh satu orang yang umumnya disebut Bendesa Adat, KelianAdat atau KelianD esa. Pola ini terdapat pada desa-desa adat di Bali dataran dan pola pimpinan majemuk, yaitu pimpinan desa adat dipegang bersama-sama oleh beberapa orang yang juga disebut KeIicLn Desa. Pola ini terdapat pada desa-des a adat Bali Age.
Banjar
Banjar terutama terdapat di Bali dataran, dan merupakan kesatuan sosial atas dasar ikatan wilayah. Sesuai dengan fungsinya, banjar dibed akan atas B anj ar Ad at dan B anj ar D in a s . B anj ar Ada f fun gsinya terfokus dalam bidang adat dan agama, serta secara struktural menjadi bagian dari Desa Adat. Banjar Dinas fungsinya terfokus dalam bidang administrasi, serta secara struktural menjadi bagian dari Desa Dinas. Pimpinan Banjar disebut Klian Banjar dan pembantunya"/wakilnya disebut Sirvoman. Subak Lembaga sosial ini merupakan kesatuan dari para pemilik ataupenggarap
sawah yang menerima air irigasi dari satu bendungan tertentu, jadi subalz merupakan kesatuan yang terkait oleh kesatuan wilayah irigasi. Kegiatannya meliputi kegiatan di bidang ekonomi dan kegiatan yang
bersifat keagamaan terutama mengkonsepsikan dan mengaktifkan
50
upacara-upacara pada Puro subak. Pimpinan subak disebut Kelian subah atar Pehaseh. struktur vertikal pimpinan adarah: perzaseh, sedahan, dan sedahan agung di tingkat kabupaten. Kerian subah dibantu oleh aparat sinomq,n atau juru arah yang bertugas sebagai juru siar atau media komunikasi. Sekeha
selzeho merupakan suatu perkumpulan atau kesatuan sosial yang mempunyai tujuan-tujuan tertentu, dimana dasar keanggotaan adalah kesukarelaan. Eksistensi suatu sekeha, ada yang bersifat sementara (dibentuk dalam waktu dan keadaan tertentu dan kemud.ian bubar), dan ada pula yang bersifat permanen (keanggotaannya diwariskan melalui beberap a generasi turun-temurun). se he h a dib edakan atas das ar bidang
kegiatannya antara
lain
:
o
bergerak dalam bidang ekonomi, seperti Sekeha Memuld, (tanam padi), s e lzeha M anyi (potong padi), s e heha Jurong (menj aga keutuhan jurang), dan sebagainya;
o
bergerak dalam bidang kemasyarakatan, seperti : sekeha Ngerabin (perkumpulan mengatap rumah), Sekeha Gong, Sel?,eha Angklung, Sekeha Janger, Sekeha Barong, Sekeha Legong; d,an
o
dalam kaitannya dengan sistem religi, antara lain:sekehapemangku (perkumpulan pemangku menyangkut berbagai pura), Sekeha patus (berhubungan dengan kematian dan pembakaran mayat), Sekeha Dadia (perkumpulan upacara di pura Dadia), sekehq Teruna d.arr Sekeha Daha (perkumpulan pemuda dan pemudi).
Desa Dinas
Lingkup kegiatan desa dinas berfokus pada bidang administrasi
pemerintahan formal atau kedinasan serta bidang pembangunan umum. secara struktural, pemerintahan desa dinas, terkait langsung dengan sistem pemerintahan negara. Dalam kaitannya dengan wilayah desa adat, terdapat beberapa pola hubungan wilayah, yaitu :
o o .
satu desa dinas bisa mencakup beberapa desa adat; satu desa dinas mencakup satu desa adat; dan satu desa adatbisa mencakup beberapa desa dinas.
Dalam hal kedinasan, desa dinas membawahi sejumlah banjar dinas.
51
Tempat Suci dan Kawasan Suci Tempat suci dan kawasan suci yang dimaksudkan disini adalah yang terkait dengan kehidupan umat Hindu di Bali. Agama Hindu dalam kitab sucinya Wedha-wedha telah menguraikan apa yang disebut dengan tempat suci dan kawasan suci. Tempat suci adalah suatu tempat yang berwujud bangunan suci umat Hindu (Pura/IGhyangan) yang antara lain terdiri atas; Pura Kahyangan Tiga, Dhang Kahyangan, Sad Kahyangan, dan sebagainya. Kawasan suci adalah kawasan-kawasan yang dianggap suci oleh umat Hindu di Bali seperti gunung, danau, campuharu (pertemuan sungai), p antai, laut, m ata air, dan seb againya yang diyakini memiliki nilai-nilai kesucian. Oleh karena itu, bangunan suci Pura dan tempat-tempat suci umumnya didirikan di tempat tersebut, karena di tempat itu orangorang suci dan umat Hindu mendapatkan pikiran-pikiran suci (wahyu). Tempat-tempat suci tersebut memiliki radius kesucian yang disebut daerahkekeran denganukuran opo neleng, apanimpug, dan apanyengker'
Mengingat perkembangan pembangunan yang semakin pesat, maka kegiatan pembangunan harus mengikut-sertakan umat Hindu di sekitarnya mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan, demi kelancaran pembangunan tersebut. Agama Hindu menjadikan umatnya menyatu dengan alam lingkungan, oleh karena itu konsepsi Tri Hita Karana wajib diterapkan dengan sebaik-baiknya. Untuk memelihara antara pembangunan dan tempat suci, maka tempat-tempat suci (pura) perlu dikembangkan untuk menjaga keserasian dengan lingkungannya. Berkenaan dengan terj adinya pembangunan yang sangat pesat tersebut, maka pembangunan harus dilaksanakan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Di daerah radius kesucian pura (daerah Kekeran) hanya boleh ada bangunan yang terkait dengan kehidupan keagamaan Hindu, misalnya didirikan Dharmasala, Pasrantan, dant lain-lain yangmendukungkemudahan umat Hindu melakukan kegiatan keagamaan. Bangunan suci yang dibahas disini difokuskan untuk status Pura yang memiliki skala pelayanan regional atau dengan tingkatan PwaDhang Kahyangan dan Pura Sad Kahyangs'n.
PwaDhang Kahyangan adalah pura yang umumnya memiliki tingkat pelayanan terbatas untuk lingkup wilayah kabupaten/kodya Dati II di Bali yang tergolong pura umum atau pura yang berfungsi sebagai tempat pemujaan untuk memuja kebesaran jasa seorang pendeta guru suci atau Dhang Guru. Mengin gat hasil penelitian Pura Dang Kahyangan
52
belum lengkap, maka lebih lanjut diatur di Tingkat dalam RTRW Kabupaten/Kotamadya Dati II.
II
dan dituangkan
Pura Sad Kohyangan adalah enam buah.pura Kahyangan Jagat di Bali,
yang menjadi tempat pemujaan seluruh Umat Hindu (Himpunan Keputusan Seminar Kesatuan Tafsir terhadap Aspek-aspek Agama Hindu I - XV Tahun 1993/1994). Dalam rangka penelitian terhadap Pura Sad Kahyangan Jagat di Bali, secara konsepsional tidak bisa terlepas dengan Pura Kahyangan Jagat di Bali lainnya, yang juga telah dijumpai landasan konsepsinya, yaitu:
r e o
Kahyangan Jagat yang berlandaskan Rwabhineda; Kahyangan Jagat yang berlandaskan konsepsi Catur Lohapala; dan Kahyangan Jagat yang berlandaskan konsepsi Sad Winayaha.
Pura Sad Kahyangan Jagat di Bali berlandaskan pada:
o
landasan filosofis yaitu: konsepsi Sad Winayaka (menurut lontar Dewa Purana Bangsul)
o
landasan historis yaitu: Pura Sad Kahyangan itu sudah ada sebelum kedatangan Gajah Mada di Bali tahun 1343 Masehi
o
landasan tradisi yaitu : masyarakat di Bali umumnya telah memandang bahwa, Pura-pura itu adalah Pura Sad Kahyangan Jagat di Bali.
Berdasarkan uraian di atas, maka Kahyangan Jagat di Bali adalah:
1. Yang berlandaskan konsepsi Rwabhineda: a. Pura Besakih sebagai Purusha di Kabupaten Karangasem b. Pura Batur sebagai Pradhana di Kabupaten Bangli
2. Yang berlandaskan konsepsi Catur Lokapala: a. Pura Lempuyang Luhur di Kabupaten Karangasem b. Pura Andakasa di Kabupaten Karangasem
c. Pura Batukaru di Kabupaten
Tabanan
d. Pura Pucak Mangu di Kabupaten Badung 3. Yang berlandaskan konsepsi Sad Winayaka:
a. Pura Besakih di Kabupaten Karangasem; b. Fura Lempuyang Luhur di Kabupaten Karangasem; c. Pura Goa Lawah di Kabupaten Klungkung; d. Pura UIu Watu di Kabupaten Badung; 53
e. Pura Batukaru di Kabupaten Tabanan; dan f. Pura Pusertasik (Pura Pusering Jagat di Pejeng) di Kabupaten Gianyar
4. Pura Kahyangan Jagat di Bali lainnya Kahyangan Jagat yang berlandaskan konsepsi Sad Winayaka inilah yang dimaksud Pura Sad Kahyangan Jagat di Bali. Lokasi Pura-pura tersebut dapat dilihat pada Gambar II. 15. Bila dilakukan studi penelitian lebih lanjut terhadap bangunan-bangunan suci di Bali, makaketentuan
terhadap pura-pura penelitian tersebut.
di
atas seyogyanya akan mengacu pada hasil
Untuk mengamankan radius kesucian pura di Bali, Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat (PHDIP) telah mengeluarkan SK Parisada Hindu Dharma Indonesia Pusat No. ll/I(ep./I/ PHDIP/1994 tentang Bhisama Kesucian Pura, tanggal 25 Januari 1994 yang diantaranya memuatketentuan radius kesucian pura untuk Pura Dhang Kahyangan dan Sad Kahyangan.
Hal lain yang berkaitan dengan aspek sosial budaya adalah kawasan cagar budaya, yangpenyebarannya di masing-masingkabupaten seperti
disajikan pada Tabel Lampiran I.
54
GAMBAR II.T5 PURA. SAD KA}TYANGAN
l-Jr"f /rl('\ |
lJ-'*-l* lt .\\!rf
qtt
2.4 KONDISI DAN POTENSI PERKEMBANGAN PEREKONO. MIAN WII,AYAH 2.4,1
P eranan dan Kontribusi PerekonomianWilavah Bali dalam Konteks Nasional
Propinsi Balitermasukkelompok
13 besar dalam kontribusinyaterhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional selama enam tahun terakhir ini (1986-1991), yaitu dengan kontribusi sebesar Rp. 1.736.862 jfia (7,7 6 Vo) pada tahun 1991.
Ditinjau dari kontribusi sektor/lapangan usaha, sektor Jasa-jasa PDRB Propinsi Bali cukup berperan dalam pembentukan PDB Nasional, menempati urutan ke 5 dengan prosentase 4,95Vo dari total nasional. Kontribusi sektor Pertanian cukup menonjol dibandingkan propinsipropinsi Indonesia Bagian Timur lainnya dengan sumbangan sebesar 2,23Vo. Sektor lain yang juga menonjol adalah sektor Angkutan dan Komunikasi, yaitu dengan kontribusi sebesar 3,78Vo. 2,4.2 Pertumbuhan
dan Struktur Perekonomian Wilayah
Propinsi Bali Pertumbuhan Ekonomi
Selama periode 1987 - 1992, PDRB Propinsi Bali mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 8,56 Vo per tahun. Pertumbuhan sektor (lapangan usaha) yang mengalami pertumbuhan pesat adalah sektor Industri, sektor Listrik/Gas/Air Minum, sektor Angkutan-/Komunikasi, sektor Perdagangan/Hotel/Restauran, dan sektor Perbankan/Lembaga
Keuangan.
Sektor Industri dan sektor Perdagangan/IlotellRestauran merupakan sektor yang memiliki pertumbuhan stabil sejak empat tahun terakhir. Fluktuasi laju pertumbuhan kedua sektor tersebut berada dibawah}Vo setiap tahunnya.
oo
TABEL 2.17 LAJU PERTUMBUHAN RATA-RATA PDRB DATI II MENURUT HARGA KONSTAN 1983. MENURUT LAPANGAN USAHA 1987.1992 (Dalam %)
LAPANGAN USAHA (SEKTOR)
NO.
']
Pertanian Perlambangan & Peng galian
2.
lndustri
3. 4.
Listrik, Gas, Air lvinum Bangunan
5. 6.
P6ld.^.^^a^
!^t6l
KABUPATEN / KOTAMADYA
Jemo
Tbn
1.99 12.59 12.99
13.39
21.51
'18.79
17.35
1.77 7.54
6.37
5.09
Bdg.
Dps.
7.68 7.20 18.05 14.73 7.75 14.87
4.44 13.35 20.89 16.22 7.17 14.92
Gianyar
-1_O7
-14.45 15.61
19.09 6.60 8.35
Klkng
Bangli
3.39 6.62 12.06 12.30
1.07 57.68 7.66
B.OB
11.17
45.54 9.54
tJ. to
?.
Aser Buleleng
Bali
-8.12 1 1.50 22.48 17.72
5.52 34.32 9.20 13.26 3.82
3.37 4.62 15.40
10.81
14.71
1
16.25
7.36 1.79
Restoran
Angkutan dan Komunikasi Perbankan & Lembaga
7. 8.
Keuangan Sewa Rumah Pemerintahan dan Pertahanan Jasa-jasa
9. 10. 11.
PDRB
Sumber
:
10.71
13.71
1114 24.56
14.04 -1 44
20.15
-0.99
13.62 23.68
10.28
-0.17
6.32
2_55
2.O5
2.25 14.93
2.94 7.00
2.83 5.79
2.60 4.23
2.14 9.97
2.13
11.32
8.50
4.44
9.32
8.69
8.46
9.43
5.84
7.15
10.98
1.86
6.47
7.13
1
19.02 7.87
8.78 2.04
15.53 14.87
6.74
1.88 8.45
2.39 9.20
8..38
8.41
8.45
8.49
714
5.94
7.72
8.56
2.58.
PDRB Propinsi Bali 1987-1992
Sektor Pertanian pertanian, dengan laju pertumbuhan rata-rata 3,37 per tahun, memiliki kecenderungan menurun dalam kontribusinya, khususnya untuk sub sektor Tanaman Pangan. Laju pertumbuhan sektor Pertanian lebih banyak didukung oleh peningkatan sub sektor Perkebunan.
Kondisi pertumbuhan dan perkembangan perekonomian Wilayah Propinsi Bali untuk tiap wilayah Dati II dapat dilihat pada Tabel 2.17. Dua hal yang dapat disimpulkan adalah:
o
terjadi percepatan laju pertumbuhan di sektor-sektor (lapangan usaha) non pertanian (sektor sekunder dan tersier) yang relatif tinggi. Kondisi ini akan memacu pergeseran peranan sektor dalam perekonomian Wilayah BaIi; dan juga dalam perekonomian wilayah kabupaten, khususnya Kabupaten Badung dan Kotamadya Denpasar;
o
mengacu kepada laju pertumbuhan perekonomian, Kabupaten Badung dan Kodya Denpasar merupakan wilayah maju; Tabanan, Gianyar, Klungkung, Bangli, dan Buleleng merupakan wilayah berkembang: dan Kabupaten Jembrana dan Karangasem merupakan wilayah kurang berkembang.
CJ
Dengan menggunakan besaran angka-angka pertumbuhan yang ingin dicapai (proyeksi pertumbuhan PDRB untuk PJPT II) beberapa hal yang
perlu dicatat adalah: sektor Pertanian diharapkan mampu bertahan dengan laju pertumbuhan rat'a-rata diatas 3 Vo per tahun, sedangkan 'sektor Industri diharapkan dapat terus berkembang dengan laju pertumbuhan rata-rata ISVoper tahun sampai akhir tahun perencanaan RTRWP Bali (1994-2010). Sektor Perdagangan/HoteV Restoran dan sektor Angkut an /Komunikasi, memiliki laj u pertumbuhan s edikit I ebih rendah dari sektor Industri, tetapi kedua sektor ini diharapkan dapat menunjangpeningkatankegiatan di sektor Industri dan sektorproduktif Iainnya. Untuk PJPT II, laju rata-rata pertumbuhan ekonomi wilayah Bali yang ingin dicapaipada RepelitaVl (kurunwaktu 1994 - 1998) adalah sebesar 6,86 Vo,untuk Repelita VII sebesar 7 ,70 Vo, Repelita VIII sebesar 7 ,50 Vo, Repelita fX sebesar 7 ,90 Vo, dan repelita X sebesar 8,30 Va (lihat Tabel 2.18).
TABEL 2.18 PERTUMBUHAN PDRB PJPT 1994
l.
2.
Petrnia a.T'MBahaMrhn b.P€tuimkin Petunbangan & Pengtalian
Ind@i L,isik GB dm Air Minum Bantlmn
2.93 2.64
nffi *aoR'93
1995
299 272
3.01
304
2t5
2n
2.10
246 12.44
1299
1820 5.48
3.10
33)
390
4.10
7127
951
350
024
0.19
2.10
220
230
240
931
13.00
1330
1450
152{)
2.72
13.80
14.60
l5i0
15.10
4.67
5.CA
850
530 900
650 950
r0.00
1835
1839
1372
130 820
591
574
756 158 492
E.19
ax
1939
20.68
909 693
1451
16.10
9.44
9.90
1050
n.m
15J1
724
7.60
8.00
8.40
7il
750
7.90
7.
Pensagkuh & Komuitasi I&'ie
9Z
92
9.19
8.94
839
6.93
703 521
693 506
538
6.E9
:
350
t259
828
Sumbet
330
2.80
r93
8.30
630
3.10
12.91
PerdaSanSatr
61A
3.60
53
14.02
28
1.95
3.44
6.
9.
i7
300 3?0
17
t2.69
2!2
3.43
590 830
6.
282E
NKM
3i0 2r1
3J0 12
300 273
II
5.
a.M 6.90
7n0
6J{
10000
6.10
7.49 100.00
6.90
83)
Bappeda Tingkat I Bali, 1994
Perkembangan ekonomi secara makro saling pengaruh dengan pola sebaran kegiatan produksi dalam ruang wilayah. Dengan demikian penting untuk memperkirakan angka pertumbuhan ekonomi rata-rata wilayah yang dipakai sebagai acuan dalam penyusunan rencana tata ruang. Dalam RTRWP Bali ini, target laju pertumbuhan ekonomi rata-tata Propinsi Bali selama PJP II yang digunakan adalah '|Va. Penentuan angka laju pertumbuhan tersebut tidak dihitung secara khusus tetapi mengacu pada target tiap Repelita Daerah yang rata-rata lebih besar
58
dari 7Vo. Target laju pertumbuhan ekonomi Bali sebesar 77o optimis untuk dicapai dalam PJP II mengingat perkembangan kegiatan sektorsektor perekonomian di Wilayah Bali cenderungmeningkat dan mencapai laju pertumbuhan rata-rata 8,56 Vo (lihat Tabel2.\7). Hal ini juga didukung oleh data pertumbuhan ekonomi nasional, dimanh Propinsi Bali selalu memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari rata-rata nasional. Pertumbuhan ekonomi nasional untuk PJP II dicanangkan rata-rata sebesar 6,7 Vo (Draft III SNPPTR, 1994).
Struktur Perekonomian Setiap sektor berperan dalam menentukan struktur perekonomian wilayah dan ataupun nasional. Struktur perekonomian wilayah digambarkan oleh besaran PDRB sektor - baik nilai absolut maupun nilai relatif - melalui peringkat kontribusinya. Dalam kurun waktu enam tahun terakhir ( 1987- 1992), kontribusi sektor Pertanian mengalami penurunan dari tahun ke tahun, yaitu dari 38,56 7o pada tahun 1987 menjadi 29,45 7o pada tahun 1992. Sektor Industri,
yang diharapkan dapat mengambil alih peranan sektor Pertanian, belum dapat tercapai karena kontribusinya beradajauh dibawah sektor lainnya.
Sektor yang memberikan kontribusi semakin meningkat terus adalah Perdagangan/Hotel/ Restoran, khususnya sub sektoi Perdagangan dengan kontribusi 16,32 Vo hingga \9,II Vo (1992). Sektor Angkutan/ Komunikasi memberikan kontribusi 11,17 Vo tringga 13,95 Vo (1992). Sektor Perbankan/ Lembaga Keuangan lainnya berperan relatif kecil, tetapi menjadi pemicu peningkatan kegiatan-kegiatan sektor ekonomi produktif seperti sektor Industri, Perdagangan, Angkutan /Komunikasi. Sedangkan sektor lainnya (kecuali sektor Pemerintah dan Pertahanan) tidak menunjukkan peranan yang berarti. Berdasarkan atas kondisi tersebut, dapat disimpulkan sementara bahwa sektor Pertanian (yang didukung oleh sub sektor Tanaman Bahan Makanan) mendominasi peranan sektor dalam pembentukan struktur Perekonomian Wilayah Propinsi Bali selama kurun waktu 7987-1992.
Struktur Perekonomian Wilayah Bali dilihat berdasarkan terminologi sektor besar, yaitu sektor Primer (Pertanian, dan Pertambangan/ Penggalian), sektor Sekunder (sektor Industri, Listrik/ Gas/Air Minum, dan Bangunan), dan Sektor Tersier (sektor lainnya), maka dapat dikatakan: 59
sektor Primer bukan merupakan sektor yang mendominasi struktur Perekonomian Bali; dominasi berada di sektor Tersier dengan kontribusi antara 49,43 - 56,63 Vo (1987-7992);
Vo
dominasi sektor tersier didukung oleh sektor Perdagangan, sektor Angkutan/Komunikasi, dan sektor Jasa-jasa, sedangkan sektor Perbankan sebagai pemicu kegiatan sektor tersier; sektor sekunder belum memberikan peranan yang (lihat Gambar II.16).
.-
60
GAMBAR II.16 PERKEMBANGAN KONTRIBUSI SEKTOR, , TAIILIN 1987 - 1992
F1
Xoo la
a F
6ro v &
r{
lqO
1987
1988
1989
1990
1991
1992
TAHUN
ESEKTORPRIMER EISEKTORSEKUNDER Smber :
@NSEKTOR TERSIER
Hasil Analisis Tim RTRWP Dati I Bali, 1994
prakiraan Prospek struktur Perekonomianwilayah Bali Tahun 2010
Didasarkan atas besarnya angka-angka pertumbuhan perekonomian Bali yang diinginkan tercapai selama repelita VI, VII, VIII, fX, dan X (Bappeda Tingkat I Bali), prospek yang diharapkan dalam struktur perekonomian wilayah Bali adalah mengalihkan dominasi peranan sektor Pertanian dalam arti luas kepada sektor Industri, dan sektor Pelayanan (j asa./pelayanan). Perkiraan proyeksi PDRB Propinsi Bali sampai dengan akhir masa perencanaan (2010) dapat dilihatpada Gambar II. 17, sedangkan Gambar II.18 menunjukkan proyeksi berdasarkan pembagian sektor primer, sekunder, dan tertier. 60
GAMBAR II.17 PRAKIRAAN PROYEKSI DISTRIBUSI PDRB PROP. {+ *€*. {-
2000
a
1500
I =
e
1000
a
Pdtmim Pdt@bagD & Pmg
Inddri Lirrik,Cas &An Mi
BdgEo PqdagoSoihotelfr
aF Anghl4 & KoE
6
Itr
l- Pdbote & L@b. Kfl -t- Scw REah
500
-€F P@. & Pcrtshda
l-.he-js
0
1993
199E
2003
200E
TAFi'N
Dati I Bali, 1994
Dilihat dari pembagian sektor besar (Primer, Sekunder, dan Tersier), sektor Tersier mendominasi peranan sektor dalam pembentukan perekonomian Wilayah Propinsi Bali, tahun 2010. Sedangkan sektor sekunder dan primer (kegiatan ekonomi produksi) sebagai pendukung pembentukan perekonomian wilayah Baii. Ini memberi indikasi bahwa Wilayah Bali lebih cenderung menuju kearah wilayah transaksi barang dan jasa daripada wilayah produksi.
GAMBAR II.18 PRAKIRAAN DISTRIBUSI PDRB BALI, TAHI.JN 1993.2010 80
8-
"o 6 f,
o 6
',40 *,
iri o
2d
0
1993
1998
2003
2008
2010
TAFTI.I
ISEKTORPRIMER @SEKTORSXI'NDER
ISEKTORTERSIER
Sumbet: Hasil Analisis Tm RTRWP Dati lBali, 1994
61
Potensi Ekonomi Wilayah Daerah Tingkat
I
Potensi sektor dalam kerangka spasiai dianalisis dengan menggunakan
model Analisis Klasifrkasi Silang dua indikator, yaitu pertumbuhan sektor dan kontribusi sektor. Masing-masing indikator tersebut diambil rasio antara Dati II dengan Dati I. Bila, rasio pertumbuhan sektor Dati II terhadap sektor yang sama di Dati I lebih besar atau sama dengan satu ( > 1), dan rasio kontribusi sektor dalam wilayah Dati II terhadap sektor yang sama di wilayah Dati I lebih besar atau sama dengan satu ( > 1), maka wilayah Dati II tersebut dikatakan potensial di sektor tersebut.
62
TABEL 2.19 LQ SEKTOR DATI IITERHADAP SEKTOR DATI I, ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993, MENURUT LAPANGAN USAHA, TAHUN 1992 KABUPA'TEN/KOTAMADYA
a.
Pffiiil
Bahe Makam
Petuia Perkebten K€hutaltr
0.821 0,199
P€tubmga dil PenSgaliM
0,806
Indei:
0,690
lndd
&sr da&da8 (ecil
0,972
0,773
lndsi
Ruma.h Tmgsa
0249
0,905
Usbik Gd dil An Minl6
0495
0210
BanS@
0 685
0,619
a.hddi
0536
0,e5
0,905 0,005
c.R€SraWrug
o505
An8tuh de Kodhiktri
o,M8
a.
hSkuh
Darat
Arykuh Udda
,e
Sewa
PenqiilS AnSkuh
Rumh
Pererinbhan dm
PgblErh
te Peru$ham ,e Scial Ke@ydaLah lu Hibum da
Sumbel
:
Keterangan
:
Budaya
Hasil Analisis Tim RTRWP Dati I
ffsektor
Bal,
1994
Basis (LQ>1)
63
GAMBAR ltr.19 KOREI-ASI ANTARA RASIO PERTUMBUIIAN DAN RASIO DISTRIBUSI SEKTOR DATI II DENGAN DATI I ATAS DASAR IIARGA KONSTAN, MENURUT I.APANGAN USAIIA. 1987.1992
-
O wsru
ug.Ew{
&-bdq
8t.b$l
ts:ffi
g::,H:*
o'tlbbFffiddbsBtu
rln
*o
nrlP a I
64
't(ud'.n Ibdnien ped tFid rui$ruiry.& kl Iud..n U FMUft^b',difu
&u.n IptuS.ld, (qd.dNFffi.htdiifuH
&tu
b'
GAMBAR II.2O DIAGRAM POTENSI SPASIAL PER I,APANGAN USAIIA GABUNGAN DUA MODEL ANALISIS (LQ DAN KLASIFIKASI SII,ANG) NO I
LAPANGAN USAHA Pertaniil -
TmmmBahanMakm TmmmPskebum Petmakm Kehutam
IB
o
o ii.g$ii
o
Perikmm
TD
Potmbmgm dm Pmggalim
3
Industri - hdwtri Bs dm Sedug - Lrdutri Kecil - I:rduki Rumah Tmgga
iffi
5
Bmgum
6
Perdagmgm, Hotel dm Restorm
Angkutan dm Konmikci - Angkutm Ddat
o
iie,H:i
ir,-P..'s$
xi...qHii
$,P.l$jii
o
o
o
o
o
:'li.Hr
iH$i i{#,$i 'ir*R'.F,'.i 's'$*ii
o
o
@
o
o ii"q"r-s.,i
o
o
iio,En
@
i,s,,.gj ig,,,H..li
iigffi
otr o otr
@o
oo o
o
@tr
otr
otr
otr
oo
@u
oo
otr
OB
oo
otr
ii6bi
otr
$s*ii o
iiii.!f,l:,$l
o
Jam-jas
o
o
Perusaham tan
- Je Hibue dil Budaya - Je Pqdagega da Rumah Tugga Analisis
:ii:iii;i:ii::i:
o
o
o
l1
H6il
ou
iiig,gji
og
Sumtur :
o
BU
i'rs.-sli
Ruruh
teSosialK6sy@k
o
o iffi o ip,,$i
o otr
rrioF"i
Pemerintalnn dm Pertalnnm
-
o o
@
10
ju
KA
a)
tiP,,,'*i
o
Perbmkm dm l€mbaga Keuangan
-
BA
o
[$-,Hi
0
Sewa
o
iir9'gr
irrQ$ii
- Pedaguga - Hotel, Psion - Rstorm,Warog
KL tt#,*{ii
:ilotr:r
tr
- Angkutm Iaut - Angkutm Udda - Joa Penujmg Angkutm - Konmikci 9
GIA
o
i"9',,#i
Listrik, Grodm AirMinm
8
DP
;*ffiii
2
7
BD
ii,g.F.i
otr otr
otr o
oo
o
o otr
ou
o otr
Tin KIRWP Dati I Mi.1994
Ketmngan:
O Q Otr
= = =
SetrorBcis-(AnalisbLe) Sekor
Potmd
Spoial - (Ktasifiktsi Sitang) -dalam bpanganu*ha(Sekror/Sub
Potwi Wiliyah Dttill
Sekror)
65
Hasil perhitungan memberikan gambaran potensi sektor di tiap wilayah
Dati II:
1. Pertanian
o o o o
tanaman bahan makanan ( Tabanan, Buleleng); tanaman perkebunan (Jembrana, Tabanan, Bangli); peternakan (Tabanan, Buleleng); dan perikanan (Jembrana).
2. Pertambangan 3. Industri
o o o
dan Penggalian :Klungkung, Jembrana, Buleleng
industri besar dan sedang (Badung, Denpasar); industri kecil (Gianyar, Klungkung); dan industri rumah tangga kerajinan rakyat (Gianyar, Klungkung)
4. Perdagangan, Hotel, Restoran
o o o
perdagangan (Buleleng, Klungkung, Karangasem); hotel, pension (Badung, Denpasar); dan restoran, warung (Gianyar).
5. Angkutan dan Komunikasi
o o o
angkutan darat (Tabanan, Gianyar, Klungkung ); angkutan laut (Karangasem); dan angkutan udara (Badung).
Untuk mendapatkan sektor-sektor yang potensial di wilayah kabupaten yang potensial, dilakukan penggabungan model yang digunakan yaitu LQ dan Klasifikasi Silang. Sebagai hasil akhir yang dapat diketahui tentang potensi sektor yang dimiliki oleh wilayah kabupaten adalah :
o
Kodya
o
Kabupaten Badung
o
Kabupaten Buleleng
o o
Kabupaten Gianyar Kabupaten Klungkung
o 66
Denpasar
Kabupaten Tabanan
: industri, listrik/gas/air minum, perdagangan /hoteVrestoran, dan sektor angkutan A
bangunan, perdagangan 4eoteVrestoran, angkutan/komunikasi; pertanian, pertambangan/penggalian, perdagangan /hoteVrestoran; industri dan jasa-jasa;
pertanian dan pertambangan/penggalian; pertanian;
2.4.3 Potensi dan Kondisi Sektor-Sektor Strategis Tinjauan terhadap sektor-sektor strategis dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai sektor-sektor perekonomian yang erat keberadaannya dengan struktur perekonomian Propinsi Dati I Baii. Sektor-sektor ini merupakan sektor utama penggerak roda perekonomian Daerah Bali. Gambaran sektor strategis ini dilakukan dengan analisis angka-angka PDRB Propinsi Dati I Bali menurut prosentase distribusi yang dirinci per sektor dan per wilayah Dati II, tahun 1988-1992.
Pertanian Sub sektor pertanian yang paling penting dan menonjol dalam proses pembangunan ekonomi adalah pertanian tanaman pangan, karena menyerap paling banyak tenaga kerja dan produksinya merupakan kebutuhan pokok penduduk Indonesia. Komoditi yang paling menonjol dalam hal ini adalah padi. Tabel 2.20 menunjukkan potensi tiap wilayah Dati II di Propinsi Bali dalam memproduksi pertanian tanaman pangan. Potensi tiap wilayah Dati II ini ditunjukkan melalui rasio produksi dan rasio produktivitasnya.
TABEL 2.20 RASIO PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS PERTANTAN TANAMAN PANGAN DATI IITERHADAP BALITAHUN 1993 (%) RASIO PRODUKSI DATI
PDS
PDL
JAG
UKY
UBJ
KCT
JemDrana
0,64
0,00 o,22
o,12
2,63 t,0 |
0,06 0,09
0,40
Tabanan
0,00 0,05
Kodya Dps.
0,29
0,00
0,03
Gianyar
r,co 0,29
1,51
0,60
)o2
0,13 3,97
1,30
0,78
0,90
t,/c 0,15
0.73
o,44 0,14 o,23 o.42
II
Klungkung Bangli Karangasem
0,76 0,00
o,17
0,10
0,55 1,42
o,27 1.23
0,45 o,o2
nq2 0,33 0,05
0,10 o,23 0,00 0,49 1,1'1
0,89 4,25 1,52
KCK
KCH
2,51
0,79 1,03 o,17 0,00 4,17
o,17
4,56
o,4a
0,00 4,64
RASIO PRODUKTIVITAS DATI
II
Jemo rana Tabanan
Badung Kodya Dps. Gianyar
Klungkung Bangli
Karangasem Buleleng
Sumbet : Keterangan :
PDS
PDL
JAG
UKY
UBJ
KCT
KCK
KCH
0,97 1,04 1,08
0,00 0,86
I,t4
I,OJ
0,98
1
1,17 1,38
oqq 0,s7
0,00
1,73 t, to
t, to 1,06
l, to t, to
1, 18
0,00 I 10
0,00
1,28
1,03 1,09 1,08 0,00 1,09
0,93 0,97 0,90 1.00
0,78
0,86
0,94
1,26 1,15 o,72
,10 1,47 0,93 0,85 1,08 0,83
1,01 1,21
1,61
0,98 0,89 0,95
0,88
O.BB
1,30
0,89
0,00 o,s2
0.58
1,11
0,93
0,76
11/ 0.70
0,84 1.44
Hasil Analisis Tim RTRWP Dati I Bali, 1994 PDS = padi sawah; PDL = Pada Ladang: JAG = jagung; UKY = ubi kayu: UJL = ubi jalar KCT = kacang tanah: KCK = kacang kedelai: KCH = kacang hijau.
67
Dari data tersebut diperoleh potensi pertanian sebagai berikut: o padi sawah Tabanan, Badung, Gianyar dan Buleleng; Bangli; o padiladang Bangli, Karangasem, dan Buleleng; o jagung o ubikayu Klungkung, Karangasem, dan Buleleng; Badung, Gianyar, Bangli, dan Karangasem; o ubijaiar o kacang tanah Klungkung dan Karangasem; o kacangkedelai Jembrana, Tabanan, Badung, dan Gianyar; o kacang hijau Tabanan, Karangasem, dan Buleleng
Dalam memenuhi ke'butuhan pangan sampai dengan tahun 2010, Propinsi Bali membutuhkan 446.402 ton beras. Hasil Proyeksi produksi beras untuk tahun 2010 berdasarkan data ftrend) tahun 1992 adalah
410.226 ton. Berkurangnya produksi ini disebabkan oleh tingkat pen;rusutan lahan sawah yang mencapai 0,99 Vo. Jadi, swasembada beras dapat dipertahankanhanya bila dilakukan perluasan lahan sawah, Iaju penl'usutan sawah ditekan, atau produktivitas ditingkatkan. Perluasan lahan sawah baru sulit untuk dicapai mengingat rata-rata laju penyusutan lahan sawah cukup tinggi. Cara terbaik adalah dengan melakukan penekanan terhadap laju pen5rusutan lahan sawah (mencegah alih fungsi sawah) dan peningkatan produktivitas lahan sawah.
Untuk sub sektor pertanian lainnya; yaitu: perkebunan, peternakan, dan perikanan; hasil analisis memberikan arahan potensi pengembangan
tiap wilayah Dati II sebagai berikut:
o
Perkebunan Rakyat kelapa dalam, cengkeh, kakao, lada, tebulahan o Jembrana kering, kemiri, kenanga kelapa dalam, kopi robusta, kakao o Tabanan
o o o o o
Badung Gianyar Bangli Karangasem Buleleng
Peternakan : o Jembrana o Tabanan r Badung o Gianyar
68
kapok jahe kopi arabica, tembakau rakyat jambu mente kelapa dalam, kopi arabica, kopi robusta, cengkeh, vanili, tembakau virgina, enau, lontar kerbau dan unggas babi dan unggas babi dan unggas sapi Bali, babi, dan unggas
o o o o
Bangli Karangasem Buleleng Perikanan : o Jembrana
o o r o o o
Tabanan
Badung Gianyar Bangli Karangasem Buleleng
sapi Bali sapi Bali, babi, kambing, dan unggas sapi Bali, babi, dan unggas
ikan air tawar, laut ikan air tawar ikan air tawar ikan air tawar ikan air tawar ikan air tawar ikan air tawar, laut
ikan air payau, dan perikanan dan perikanan laut dan perikanan laut dan perikanan laut dan perikanan laut ikan air payau, dan perikanan
Industri Sektor Industri dinilai sebagai salah satu sektor strategis dalam perekonomian Bali mengingat peranannya yang cukup besar dalam menunjang perkembangan sektor strategis lainnya, yaitu sektor pertanian dan pariwisata. Hal ini telah dirumuskan dalam Pola Dasar Pembangunan Daerah Bali, dimana penetapan sektor industri sebagai sektor strategis adalah guna mendukung kedua sektor strategis lainnya. Dalam Pola Dasar Pembangunan Daerah Bali juga ditekankan bahwa penekanan pengembangan industri adalah pada industri kecil dan kerajinan. Hal ini sesuai dengan kondisi obyektif Daerah Bali yang tidak atau belum memiliki sumber daya mineral yang potensiai untuk mendukung tumbuhnya industri besar. Sebagai antisipasi terhadap perkembangan produksi komoditi wilayah, maka selain industri keciV kerajinan, pengembangan Aneka Industrijuga mulai mendapat perhatian untuk dikembangkan, khususnya cabangindustri Tekstil yang memiliki kontribusi nilai ekspor cukup besar. Sesuai dengan kebijaksanaan pengembangan industri Daerah Bali, kriteria yang menjadi prioritas dalam pembinaan dan pengembangan industri yang akan dicapai adalah:
1. Ketersediaan bahan baku dan penguasaan teknologi dasar produksi. 2. Menunjang peningkatan ekspor. 3. Keterkaitan dengan industri besar/menengah maupun dengan sektor ekonomi lain.
69
4. Bersifat padat karya. 5. Menunj ang pengembangan/pemerataan ekonomi wilayah. 6. Berkaitan dengan nilai-nilai budaya bangsa. Analisis pengembangan industri yang dilakukan didasarkan
pada keenam kriteria di atas. Keluaran anaiisis adhlah potensi tiap cabang industri dan arahan lokasi yang paling berpotensi untuk dikembangkan. Tabel di bawah menunjukkan profil perkembangan industri di Bali dari
tahun 1989 hingga 1993. TABEL2.21 PROFIL INDUSTRI KECIUKERAJINAN DAN ANEKA INDUSTRI DIBALI TAHUN 1988-1993 INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN
No.
TAHUN
ANEKA INDUSTRI
SENTRA INDUSTRI (buah)
UNIT USAHA
TENAGA KERJA
(buah)
(orang)
NILAI PRODUKSI (Rp. Jula)
UNIT USAHA
TENAGA KEFJA
(buah)
(orang)
NILAI PRODUKSI (Rp. Jula)
46.216,741
1.
1989
678
47.795
253.394
450.689,014
112
3.802
2.
1990
831
88.760
259.384
494.894,986
150
4.559
76.847,571
3.
1991
909
89.362
264.720
539.325,593
113
7.337
85.780,209
4.
1992
936
89.953
270.384
588.361 ,910
105
7.390
59.130,962
5.
1993
989
90.852
276.598
635,430,862
107
7.795
65.044,058
9.17
0,64
2.22
8.97
o,62
21,76
14,21
Laju rala{ata (%)
Sumber
:
Kantor Wilayah Depattemen Perindustian Dati I Bali.
Uraian ringkas hasil analisis yang telah dilakukan dari tiap cabang industri kecil/kerajinan dan aneka industri berdasarkan data perkembangan industri di Bali tahun 1989-1993 akan diuraikan berikut ini. Industri Kecil dan Kerajinan Pengolahan P angan.Berpotensi untuk dikembangkan karena menunj ang pemerataan ekonomi, mampu menyerap tenaga kerja, dan bahan baku
tersedia dari komoditi wilayah. Setiap wilayah Dati II dapat mengembangkan cabang industri ini sesuai dengan potensi komoditi
wilayahnya. 70
Sandang dan Kulit. Kurang menyerap tenaga kerja tetapi memiliki tingkat produktivitas pekerja yang relatiflebih tinggi dari industri kecil lainnya, serta termasuk industri yang mampu menunjang pemerataan ekonomi. Setiap wilayah Dati II memiliki peluang yang sama untuk mengembangkan cabang industri ini karena bahan baku utamanya didatangkan dari luar Bali.
Kimia dcrn Bahan Bangunan. Berpotensi untuk dikembangkan karena termasuk industri yang dapat menunjang pemerataan ekonomi. Bahan baku industri bahan bangunan tidak bergantung dari luar daerah, sehingga setiap wilayah Dati II yang memiliki cadangan bahan galian golongan C cukup tinggi seperti Jembrana, Tabanan, Gianyar, Klungkung, dan Karangasem berpotensi mengembangkan industri kecil Bahan Bangunan. Kerajinan dan Umum. Berpotensi untuk dikembangkankarena termasuk pada industri yang dapat menunjang pemerataan ekonomi dan bercirikan nilai-nilai budaya daerah. Bahan baku utama umumnya berasal dari luar daerah, sehingga setiap wilayah memiliki potensi yang sama dalam mengembangkan industri kecil ini. Berdasarkan perkembangannya, Gianyar, Bangli, dan Karangasem, dan Buleleng sangat berpotensi dalam pengembangan industri kecil Kerajinan dan Umum.
Logam. Kurang menyerap tenaga kerja tetapi memiliki tingkat produktivitas pekerja yang relatif lebih tinggi. Setiap wilayah Dati II dapat mengembangkannya, tetapi berdasarkan data perkembangan Iima tahun terakhir, Kabupaten Klungkung, Gianyar, dan Buleleng memiliki potensi yang baik dalam pengembangan industri kecil logam. Aneha Industri skq.la menengah kebawah Pangan. Sangat berpotensi untuk dikembangkan karena menggunakan bahan baku hasil komoditi wilayah (pertanian) dan termasuk aneka industri yang memiiiki elastisitas penyerapan tenaga kerja cukup baik
di Baii. Berdasarkan komoditi wilayah hasil pertanian, Kabupaten Jembrana dan Buleleng memiliki potensi yang paling baik untuk mengembangkan cabang aneka industri ini. Tekstil. Merupakan cabang aneka industri yang memiliki elastisitas penyerapan tenaga kerja paling tinggi di Bali dan cenderung bersifat padat karya. Industri Tekstiijuga mendominasi peranan ekspor komoditi
hasil industri Daerah Bali, sehingga sangat berpotensi untuk dikembangkan iebih jauh. Bahan baku utama industri berasal dari luar 7L
daerah, sehingga setiap wilayah Dati II memiliki potensi yang sama dalam mengembangkan industri Tekstil.
Kimia. Perkembangan kelompok industri ini menunjukkan elastisitas penyerapan tenaga kerja negatif yang secara nyata terlihat dari menurunnya jumlah tenaga kerja. Berdasarkan data perkembangan tahun terakhir, baik dari potensi ekspor maupun penyerapan tenaga kerja, industri Kimia kurang berpotensi untuk dikembangkan lebih jauh di Bali.
Alot-alat Listritt dan Logam. Cabang industri ini menunjukkan kecenderungan terjadinya efsiensi tenaga kerja dengan tingkat produktivitas yang tinggi, sehingga mengarah kepada industri yang bersifat padat modal. Peranan ekspor industri Alat-alat Listrik dan Logam sangat kecil di Bali dan bahan baku industri seluruhnya berasal dari luar daerah. Tidak terdapat keunggulan komparatif yang dapat mengarahkan lokasi industri ini di wilayah Dati II tertentu, sehingga setiap wilayah memiliki potensi yang sama untuk mengembangkannya.
Baharu Bangunan dan (Jmum. Perkembangan industri ini sama dengan perkembangan industri Kimia yaitu menunjukkan elastisitas penyerapan
kerja yang negatif, dimana terjadi penurunan nilai tambah "gu output (produksi) per tenaga kerja. Kelompok industri bahan bangunan
i"t
masih memiliki peluanguntuk dikembangkan mengingat potensi bahan bakunya yang cukup banyak di Bali, khususnya Kabupaten Jembrana, Tabanan, Gianyar, Klungkung, dan Karangasem.
Pariwisata Analisis sektor pariwisata yang dilakukan meliputi tinjauan terhadap perkembangan kunjungan wisatawan ke Propinsi Bali, profil perj alanan wisatawan ke Propinsi BaIi, proyeksi kedatangan wisatawan, kondisi akomodasi kepariwisataan, serta dampak ekonomi sektor pariwisata. Perkembangan Kunjungan dan Profil Perjalanan Wisatawan
wisatawan mancanegara (wisman) yang datang langsung ke Propinsi Bali selama periode 1984-1993 mengalami peningkatan setiap tahun rata-rata sebesar !8,\ vo per tahun. Pertumbuhan ini mendekati ratarata nasional (I8.5 Vo).
72
Kunjungan wisatawan mancanegara ke Propinsi Bali tahun 1993 secara keseluruhan adalah 1.324.846 orang. Sedangkan jumlah wisatawan langsung adalah 885. 5 1 6 orang, sehingga jumlah wisatawan mancanegara yang tidak langsung berkunjung ke BaIi adalah sebesar 439.330 orang atau sebesar 14.86 Vo dari jumlah wisatawan manca negara yang langsung datang ke Indonesia (di luar yang langsung datang ke Propinsi Bali). TABEL2.22 PERTUMBUHAN WISMAN LANGSUNG INDONESIA DAN BALITAHUN 1984 - 1993
1
984
700.910
189.460
27,O
1
985
749.351
zt t.a+q
2R2
1
11,1
6,9
986
825.035
243.354
1987
1.060.547
309.294
29,2
1
988
1.301.049
360.415
27,7
1
989
1.625.965
436.358
26,8
25,0
1
990
2.051.686
490.729
1991
2.569.870
555.939
zl,o
25,3
1992
3.060.197
738.533
993
3.403.1 38
885.516
1
Sumber
:
10,1
28,5
'1
I
1,5 J,Z
27
1
ro,c
21,1 12,5
26,O
IJ,J
9,1
32,8
112
1q o
'1
Dinas Paiwisata Propinsi Dati l Bali.
73
GAMBAR II.21 PERKEMBANGAI.{ JUMLAH WISATAWAN YANG I.ANGST]NG DATANG KE INDONESIA DAN PROPINSI BALI TAIIT.IN 1969 - 1993 !.90.000 t.000,000
2'90.000
< > =
[email protected]
n
,soo.ooo
^||
r000.000 500J00 0
N fL R rL
I IL IL IL IL
EEE$TiEEEE
tl
-.-nflflll
I
L IL IL IL IL IL t t TE E $E dE E EETEE I
I
lEhd.*t;l II I
I
Prop.
adi
I
Sumber . Balt Iourlsm Starstic. 7993
Ditinjau dari negara asal, jumlah terbesar berasal dari negara-negara Asia Pasifik terutama Jepang dan Australia. Lima tahun terakhir, wisatawan Jepang mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu rata-rata 53,IVo pertahun (1988 - 1993) diikuti Australia (28,4Vo), dan negaranegara Eropa (20,4Vo). Gambaran kedatangan wisma tahun terakhir (1993) berfluktuatif antara 58.633 orang pada bulan Pebruari dan 89.835 orang pada bulan Agustus. Kedatangan wisatawan mengalami lonjakan (peah season) pada bulan Juli-Oktober dan bulan DesemberJanuari. Berdasarkan data tahun 1993, dari 4.209'352 orang yang datang ke Propinsi Bali melalui tiga gerbang : bandara, pelabuhan penyeberangan (gerbang darat), dan pelabuhan laut, 69,8 Vo merupakan wisatawan, dengan komposisi wisnu 57 Vo dan wisman 43 7o. Melalui bandara rata-rata komposisi penumpang adaiah 7 2 Vo wisman, 24 Va w isnu, dan 4 70 non wis atawan. Komp o sisi penump ang ferry (pintu gerbang darat) adalah 50 Vo wisatawan dan 5O Vo non-wisatawan 50, sedangkan melalui pelabuhan laut seluruhnya adalah wisatawan.
74
GAMBAR II.22 DISTRIBUSI KEDATANGAN WISATAWAN TAIII.IN 1993
Sumbet: Tabel6.3.1A
Proyeksi kedatangan wisatawan dihitung dengan pendekatan tingkat pertumbuhan yang ditetapkan Diparda Tingkat I Bali dengan acuan tahun dasar 1993 (data terakhir). Tabel di bawah menunjukkan hasil proyeksi distribusi kedatangan wisatawan sampai dengan tahun 2010. TABEL 2.23 PROYEKSI KEDATANGAN WISATAWAN KE PROPINSI BALI
LANGSUNG
TDK LANGSUNG
(JtwA)
(JrwA)
.1993 1
995
1
885.516
590.344
1.475.860
1.731 .260
3.207.120
.095
780.730
1.951.825
1.982.120
3.933.944
.1 71
2000
2.355.490
1.570.327
3.925.817
2.78O.025
6.705.842
2005
4.737.732
3.1 58.4BB
7.896.220
3.899.129
11,735.349
201 0
9.529.271
6.352.848
15.882.11I
5.468.730
21.350.850
Sumbet : Keterangan :
Statistik Pariwisata Bali 1993 Rata-rata pertumbuhan kunjungan wisman: 15% dan wisnu 7% 60 % wisman langsung datang ke Bali dan 40 % wisman tidak langsung ke Beli
Dalam menunjang kebutuhan sektor pariwisata, akomodasi wisata yang tercatat di Bali sampai dengan tahun 1993 meliputi 70 buah perusahaan angkutan wisata (1.803 unit kedaraan) dan 65 buah usaha rent car (643 kedaraan). Perusahaan wisata (travel agent) tercatat 166 lc
buah dan jumiah pramuwisata sebanyak 2.398 orang dengan berbagai spesiaiisasi bahasa. Akomodasi lain yang tersebar di Bali adalah 81 hotel berbintang sebanyak (12.360 kamar), 471 pondok wisata (1.956 kamar) dan 517 restauranVrumah makan dengan memiliki kapasitas 32.847 tempat duduk. D arnp ah,
Ekonomi Sehtor
P ariwisata
Perhitungan penerimaan sektorpariwisata secara detil sangat kompleks dan rumit, karena selain melibatkan sektor-sektor yanglangsungterlibat
seperti sektor Hotel dan Restoran, sektor pariwisata mampu membangkitkan sektor-sektor lain yang tidak terlibat langsung seperti makanan dan minuman, transportasi, serta industri dan jasa-jasa akomodasi. Perkiraanjumlah devisa yang diperoleh daerah pada analisis ini didekati secara keseluruhan (aggregat) dengan parameter jumlah kedatangan wisatawan, tingkat hunian dan tingkat pengeluaran/belanja yang dibedakan atas pola wisman dan wisnu. Pada periode tahun 1989-1993 rata-rata lama tinggal wisatawan manca negara adalah 9,76trari, sedangkan wisatawan domestik adalah 5,20
hari. Pada tabel di bawah dapat dilihat bahwa rata-rata pengeluaran perkapita dari wisatawan manca negara per hari setiap tahun; dari tahun 1989-1993; cukup fluktuatif dengan rata-rata sebesar 7I,57 dolar AS. Sedangkan rata-rata pengeluaran perkapita untuk wisatawan domestik hanya sebesar 58,64 dolar AS
TABEL2.24 RATA.RATA LAMA TINGGAL DAN PENGELUARAN WISATAWAN DI BALI TAHUN 1989.1993
LOS
Wisman (hari)
LOS
Wisnu
(hari)
Exp. Wisman (US $) Exp. Sumber
:
Wisnu
Bali Tourism Statistics, 1993
Keteangan
:
- LOS(LengthofStay) : - Exp. (Expenditure) :
76
(US $)
Lamatinggal Pengeluaran
9,76
:: I t,at 58,64
GAMBAR II.23 DISTRIBUSI PENGELUARAN WISATAWAN PER JENIS ITEM TAIII.IN 1993
Lalplaln
Pramuvlsrta
7%
Akomo dtsi
6%
33%
Ccndetrmrtr 24.4
Pertunlukan
3%
wsata Angkt'tln Lokal 1'A 7'/o
Drrma --
Mrktn&Minum 6.4
Sumbt : Mi Tourbn Statistic, 7993
Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap PDRB Propinsi BaIi Perhitungan sederhana untuk menghitung nilai tambah yang diperoleh dari sektor pariwisata adalah dengan melihat jumlah wisatawan, lama tinggal dan jumlah pengelurannya. Dengan demikian jumlah devisa yang diterima dari sektor pariwisata diasumsikan tidak mengalami "kebocoran" (aliran modal yang kembali ke luar negeri). Dibandingkan d.engan angka PDRB Propinsi Bali untuk tahun 1992 sebesar Rp. 3.97 6.403.470.000 (menurutharga berlaku), besar kontribusi sektor pariwisata yang besarnya US.$ 1.353.417.831 atau sebesar Rp. 2.706.835.661.691 (1 US.$ = Rp. 2.000) terhadap perekonomian Propinsi BaIi adalah sebesar 68,07 Vo yang terdistribusi ke seluruh sektor PDRB tahun 1992. Berikut ini Tabel 2.25 menunjukkan perkiraan perolehan devisa yang merupakan pemasukan bagi daerah Propinsi Bali sampai dengan tahun 2010. Vo dengan tingkat (perhitungan proyeksi wisatawan kedatangan hasil pertumbuh an II,84 Vo punggungperekonomian tulang sampai dengan tahun 2010), merupakan
Kontribusi sektor pariwisata sebesar 68,07
Propinsi Bali yang diharapkan dapat memacu dan merangsang pertumbuhan sektor-sektor lain. 77
'TABEL 2.25 PROYEKSI KEDATANGAN WISATAWAN KE PROPINSI BALI DAN PERKIRAAN JUMLAH PENERIMAAN SAMPAI DENGAN TAHUN 2O1O
'1993
'1.475.860
1.731
995
1.951.825
2000
3.925.81 7
1
.264
1.031 .210.538
527.909.649
1.982.120
1.363.775.936
6A4.403.757
2.780.O25
2.743.O40.532
847
2005
7.896.220
3.899.129
2010
15.882.1 19
5.468.730
Sumber : Keterangan :
1.968.'179.694
.536
3.590.748.068
5.517.234.289
'1.188.953.672
6.706.1 87.961
.097.128.842
1.667.569.030
12.764.697.872
11
Hasil Analisis Tin RTRWP Bau Bata-rala lama tinggal wisman : 9,76 hari Rata-rata lama tinggal wisnu : 5,2 hai Rata-rata pengeluaran wisman : 71,57 US$/hai Rata-rata pengeluaran wisnu :58,64 US$/hari
_7A7
1.559.120.187
-
1993)
-
199s)
(198e
(199s) (1989
(1ess)
2.4.4 Kegiatan Ekonomi Antar Daerah Tingkat II Kegiatan ekonomi wilayah Dati II sangat ditentukan oleh kemampuan wilayah dalam mengembangkan sektor basis. Perbedaan kemampuan/ produksi wilayah menyebabkan terjadinya keterkaitan antar wilayah melalui perdagangan atau aliran barang. Hasil analisis pada bagian terdahulu telah menunjukkan sektor-sektor yang berperan dalam perekonomian tiap wilayah Dati II di Propinsi Bali. Selain keterkaitan antar wilayah, hal perlu diperhatikan adalah adanya ketimpangan ekonomi antar wilayah. Tipologi tingkat perkembangan wilayah merupakan perbandingan relatif antar sub wilayah (daerah tingkat II) dengan wilayah (propinsi), sehingga sifatnya adalah intra regional (hanya berlaku di wilayah tersebut), dimana tidak dapat dibandingkan dengan wilayah lain. Dari hasil analisis, wilayah Dati II di Propinsi Bali terklasifikasi atas (lihat Gambar II.24):
o o o
wilayah maju wilayah lamban wilayah kurang berkembang
:
Kabupaten Badung dan Kota-
: :
madya Denpasar; Kabupaten Jembrana; dan KabupatenKlungkung, Buleleng,
Tabanan, Bangli, Gianyar dan Karangasem 78
:r.r
:igJf;i
GAMBAR II.24 TIPOLOGI PERI{EMBANGAN DATI DI PROPINSI BALI
II
Ratio PDRB Perkapita thd PDRB per Kapita Propinsi Rendah (< 1)
Tinggi (> 1) Wilayah maju
Tinggi (> 1) Ratio Pertumbuhan PDRB Dati ll +^-L^i^^ LVi I r4UAP
Pertumbuhan PDRB Propinsi
Sumbet
:
Wilayah lamban
- Kab. Jembrana Rendah (<
:
- Kab. Badung - Kodya Denpasar
1)
Wilayah berkembang
tidak ada Wilayah kurang berkembang
:
Kab. Klungkung Kab. Buleleng Kab. Tabanan Kab. Bangli Kab. Gianyar Kab. Karangasem
Hasil Analisis Tim RTRWP Dati I Bali, 1994
2.4.5 InvestasiRegional Perkembangan fnvestasi Secara keseluruhan, Iaju pertumbuhan ekonomi Daerah Bali selama Repelita V Daerah rata-rata sebesar 8,56 Vo per tahun. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dari target Repelita V, yaitu sebesar 6,30 Vo pet
tahun. Untuk mencapai dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi sebesar itu, diperlukan investasi yang memadai. Secara rata-rata, besar inve st asi meningkat s eb esar 1 7, 1 9 Vo selama 4 lahun anggaran (Repelita V). Investasi yang digunakan untuk membiayai pembangunan ekonomi seharusnya lebih besar bersumber dari swasta/dunia usaha dan masyarakat, karena pembangunan pada dasarnya diselenggarakan oleh masyarakat bersama pemerintah. Dengan demikian, 7 5 Vo daitotal investasi hendaknya bersumber dari investasi swasta,/dunia usaha dan masyarakat dan sisanya berasal dari investasi pemerintah.
79
TABEL 2.26 PERKEMBANGAN INVESTASIPEMERINTAH DAN SWASTA DI BALI TAHUN 1 989/1 990-1 993/1 994 (Milyar Rupiah) INVESTASI PEMERINTAH
1 1
989/1 990 990/1 991
199111992 992/1 993 1 993/1 994
1
INVESTASISWASTA
209.758
507.914
301 .586
584.862
309.328 300.079 326.719
787.583 875.450 1.017.342
1.447.470
3.773.151
717.672 886.448 1.096.911 1.175.609 1.344.061
LAJU RATA-RATA (%)
Sumber: PemerintahDaerahTingkatlBali,RepelitaKelimaDaerahBali(1994/1995-1998/1999),Buhul.
Pada Tabel 2.26 terlihat peranan investasi sektor swasta lebih besar dari pada sektor pemerintah. Ini berarti peranan sektor swasta./swadaya masyarakat merupakan andil yang cukup besar dalam memacu pembangunan di Propinsi Bali dalam mencapai pembangunan yang lebih merata.
Dalam upaya pemerataan pembangunan antar Dati II, investasi pembangunan hendaknya diarahkan ke daerah-daerah andalan atau unggulan yang selama ini potensinya belum dimanfaatkan secara optimal.
TABEL2.27 |NVESTAST SWASTA (FASILITAS PMA & PMDN) Dl BALI
TAHUN 1967.1991 SECARA KUMULATIF INVESTASI I5
1.
Buleleng
?.
Jembrana
3.
Tabanan
'10
4.
Badung
5. 6. 7.
Gianyar Bangli
201 10 2 3
Klungkung Karangasem
L
2
I
129.874.115.500 905.705.000 511.228.447 .473 6.996.1 09.669.130 54.992.342.1 80 '1.106.337.000 1
7 .432.321.O38 42.860.599.800
7.844.509.536.321
Sumbet
80
:
Dihitung dari Data Pembangunan lnvestasi di Bali, BKPMD 1992
0,01 6,52
co lo 0,70 0,01 0,09
Distribusi investasi swasta dengan memanfaatkan fasilitas PMA dan PMDN di tiap-tiap kabupaten di Bali (kumuiatif 1967-1991) menunjukkan ketidakmerataan (lihat Tabel 2.28). Dari keseluruhan investasi sebesar Rp. 7 .844.509.536.327, sebesar Rp. 6.996.109.663.130 (89,19 7o) ditanamkan di Kabupaten Badung. Dilihat dari sebarannya menurut sektor perekonomian, investasi swasta dengan fasilitas PMA dan PMDN didominasi sektor Pariwisata dan Komunlkasi (85,21Vo), Pertanian dan Irigasi serta Industri.
rNVESrAIiSfi;3ii *=* uRUr sEKroR BAL| (ANGKA KUMULATIF 1967-1eel)
s EBARAN
Dr
INVESTASI
SEKTOR
NO
MTLYAR Pariwisata & Telekomunikasi Dartanirn dan lrineci
1.
2.
I
uqi
I
.'
RUPTAH I
6.684,307
'Yvv'
ndustri
% 85,21
634,250
8,20
276,127
3,52
3.
I
4.
Pertambangan dan Energi
19,611
0,25
5.
Perumahan
40,007
0,51
6.
Perdagangan dan Koperasr
0,30
7.
Kesehatan
23,534 o,784
B.
Pekerjaan Umum
L
JASA
64,325
0.82
7 B'14,510
100,00
TOTAL Sumber
:
0,01
1,18
Dihitung dai Data Perkembangan lndustri di Bali, BKPMD 1992
81
TABEL 2.29 PMA DAN PMDN) MENURUT INVESTASI(FASILITAS SEBARAN SEKTOR UNGGULAN PER DATI II DI BALI BERDASARKAN ANGKA KUMULATIF 1967-1991 S E K TO NO.
PERTANIAN & PENGAIBAN
KABUPATEN
1.
Jemorana Tabanan
3.
Badung
A
Gianyar
5.
Klungkung
6.
Bangli
7.
Karangasem
8.
B
uleleng
BALI
1
1
59.000.000
5.680.782.000
RUPIAH
0,67
66,43
%
49.400.000,00
0,36
t2L
4.696,625.200,00
0,41
84,45
r.099.297.893.860,70
95,63
6,7 4
6.758.456.000,00
0,59
1
35.094.725.570,00
0,36
RUPIAH
932.641.240,OO
2.801 .484.S00,14
84.350.000
PERHUBUNGAN & PARIWISATA
INDUSTR'
RUPIAH
2.
R
720.932.838,00
613.800 5.397.000.000
22.87
2.281.500.000
9.67
440.550.000,00
1.06
'100,00
41 .555.734.548.14
100.00
23.603.245.8OO
Sumber : BKPlv|D Propinsi Ketetangan : -: tidakada
1
.416.000.000,00
7.1
47.000.000,00
31 .631
.000.000.00
2.75
100,00
Daerah Tingkat I Bali, 1992
Arahan Upaya Pemerataan Investasi Perkiraan kebutuhan investasi di Wilayah Propinsi Dati I Bali diambil dari pendekatan yang ditempuh pada Repelita VI Daerah Bali. Pendekatan ini menyatakan bahwa investasi sebagai proporsi dari PDRB, yaitu sebesar 25,35 % dari PDRB pada tahun yang sama (Repelita VI BaIi, Buku I). Selanjutnya, untukmendapatkan gambarankebutuhan investasi pada tahun perencanaan, data Repelita VI dipakai sebagai dasar perhitungan proyeksi investasi.
Melihat target pertumbuhan ekonomi Kabupaten Badung dan Kodya Denpasar masing-masing sebesar 7,30 Vo dan 8,84 Va nampak bahwa kegiatan ekonomi di Propinsi Dati I Baii masih terkonsentrasi di kedua Dati II tersebut, sedangkan tingkat perkembangan Dati II lainnya relatif tidak mengalami perubahan. Laju pertumbuhan ekonomi di luar Kabupaten Badung dan Kodya Denpasar relatif lebih lambat. Gejala
82
inilah yang mengakibatkan semakin berlanjutnya kesenj angan ekonomi antar Wilayah Dati II di Bali. Dengan demikian langkah yang perlu dilakukan adalah bagaimana upaya meningkatkan pembangunan Wilayah Dati II yang belum berkembang tersebut. Nampaknya untuk mengurangi kesenjangan Wilayah Dati II di Propinsi Dati I Bali dapat dilakukan dengan mengarahkan distribusi investasi yang lebih merata ke masing-masing Dati II. Tujuan ini dapat ditempuh melalui upaya
:
1. Mendorong pertumbuhan ekonomi Dati II di luar Kabupaten Badung dan Kodya Denpasar secara bertahap sesuai dengan potensinya.
2. Memperkuat struktur ekonomi Dati II di luar Kabupaten Badung dan Kodya Denpasar secara bertahap sesuai dengan perkembangan
sektor-sektor unggulan yang dimiliki.
3. Pengembangan ekonomi Dati
II di luar Kabupaten
Badung dan
Kodya Denpasar diarahkan bersamaan dengan upaya pengembangan
sumber daya manusia, sehingga dapat menyerap tenaga kerja yang lebih besar. Dengan pertimbangan di atas, berkaitan dengan upaya pemerataan investasi untuk mendorongpertumbuhan ekonomiwilayah Dati II yang
belum berkembang dipergunakan pendekatan seperti yang termuat dalam buku Strategi Nasional Pengembangan PoIa Tata Ruang (SNPPTR), dimana "an tuk wilayah y ang belum berkernbang diharapkan tambahan inuestasinya setiap tahun meninglzat 1,2 kali dari inuestasi w ilay ah yang sudah berhembang tamb ahan inuestasinya setiap tahun hanya 0,9 hali dari inuestasi sebelumnya".
sebelumny a, sedangkan untuk
Maksud arah pemerataan investasi nasional ini diharapkan dapat terjadi pula di Wilayah Propinsi Dati I Bali dengan arahan sebagai berikut :
1. Untuk Kabupaten Badung dan Kodya Denpasar yang sudah berkembang diharapkan tambahan investasi setiap tahunnya 0,9 kali dari investasi sebelumnya.
2. Sedangkan untuk Dati II di luar Kabupaten Badung dan Kodya Denpasar sebagai wilayah yang belum berkembang tambahan investasi setiap tahunnya diharapkan 1,2 kali dari investasi sebelumnya. 83
untuk memperkirakan b esarnya investasi di Propinsi D ati I B ali sampai dengan tahun 2010 (Tahun Pertama Repelita IX), dipergunakan kebijaksanaan kebutuhan investasi selama Repelita VI (Repelita VI, Bali, Buku I) sebagai dasar perhitungan. Dengan demikian, Pemerintah Daerah diharapkan mampu mengarahkan
investor/dunia usaha, agar menanamkan modalnya dalam upaya mengembangkan potensi berbagai sumber daya pembangunan di masingmasing DatiII, khususnya Dati II diluarKabupaten Badung dan Kodya
Denpasar. Untuk mempercepat upaya pemerataan investasi ini, disisi lain perlu peningkatan peran dan wewenang BKPMD Tingkat I Bali dalam menata alokasi investasi ke masing-masing Wilayah Dati II
termasuk wewenang perij inannya.
2.5 DAYA DUKIING SISTEM PRASARANA WII,AYAII 2.5.L PrasaranaTransportasi Transportasi Darat Analisis sistem jaringan jalan yang dilakukan bertujuan untuk
mengetahui Tingkat Pelayanan Jalan (TPJ) di Propinsi Dati I Bali pada saat ini serta perkiraan tingkat pelayanan yang akan tercapai untuk L5 tahun mendatang. Analisis dilakukan berdasarkan pada dataklasifikasi jalan, panjang dan kondisi jalan, dan volume lalu-Iintas yang dilayani. TABEL 2.30 HUBUNGAN RASIO V/C DENGAN TINGKAT PELAYANAN JALAN NO. 1.
Z.
vtc < 0,40 0,4'1 - 0,60
TPJ
A B
3. 4. q
0,61 0,71
- 0,70 - 0,80
n
0,8.1
6.
>
1,00 1,00
E F
Sumber:
-
KRITERIA
sangat lancar lancar
cukup kurang besar macet sangat macet
Hasit Analisis Tim RTRWP Dati I Bali. 1994
Tingkat Pelayanan Jalan (TPJ) dianalisis atas dasarlllghway Capasity
Manual (HCM,1-985) dan Spesifikasi Standar Untuk Perencanaan Geometrik Jalan Luar Kota (BIPRAN,1990). Pada perhitungan yang 84
dilakukan, diasumsikan tingkat pertumbuhan lalu lintas adalah konstan yattu 6 a/o pertahun dan setiap ruas j alan memiliki kondisi baik. Penentuan kriteria TPJ menggunakan perbandingan antara volume dan kapasitas (V/C) yang dibagi atas 6 kriteria seperti pacla Tabel 2.30 Hasil perhitungan TPJ untuk ruas-ruas jalan yang menghubungkan pusat-pusat permukiman (kota) di Pulau Bali menghasilkan perkiraan beberapa ruas jalan yang akan mengalami kondisi TPJ kritis (lihat Tabel2.31). Saat ini, ruas jalan yang memiliki kondisi kritis adalah ruas DenpasarMengwi dan Tohpati - Sakah, sedangkan ruas jalan Mengwi - Tabanan dan Sakah - Blahbatuh mulai mengalami penurunan TPJ. Proyeksi 10 tahun mendatang, ruas Antosari - Tabanan - Mengwi - Denpasar Tohpati - Semebaung - Gianyar - Klungkung - Angantelu akan mencapai rasio V/C > 1.0 (macet). Hasil perhitungan diatas memberikan gambaran bahwa ruas-ruas j alan di Bali selatan tebih kritis daripada Bali utara (lihat Gambar II.25 sampai dengan Gambar II.28)
TABEL 2.31 PERKIRAAN TPJ KRITIS DI BALI TAHUN 1994 - 2009 RUAS JALAN 1,
2. 3. 4.
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Antosari-Tabanan Tabanan-Mengwi N/lonorrii -l-)onnaq:r Denpasar - SP. Tohpati Sp. Tohpati - Sakah Sakah-Blahbatuh
I II I' I I I Blahbatu[ 5Semebaung I Semeb4grnj-Gianyar I Gianyan.'Sidan I [i;.6[$";;nsanteru I Klungkung-Sidan I
A
B
C
D
F F
F F F F F F F F F
F
B D C C
IB B
c F E
D D D D C
E
F F F F F F F F F F F
Sumbet: Hasil Analisis fim RTRWP Dati I Bali
Antisipasi yang telah dilakukan melalui program-program sektor perhubungan, diantaranya adalah pembangunan tiga ruasjalan baru : Sunrise Road (Denpasar - Klungkung), Su'nset Road (Kut'a- Soka), dan jalan baru dari Mengwi - Batuan (Gianyar). 85
GAMBAR II.25 PERKIRAAN TINGKAT PEI,AYANAN JAI,AN TAIIUN T995
GAMBAR II.26 PERKIRAAN TINGKAT PEI,AYANAN JALAN TAIILIN
-"'-1'.t^-l^: ii |
-_')s=.# --i
7l|'i,-',':
4 -
86
mcgT Pthvdd A ftcgT PE4Ydd C mogT PEuYdN D frohT PEUYdd Z-l
\'-,
)
) i'@/ i_-^r
t"\
2OOO
GAMBAR II.27 PERKIRAAN TINGKAT PEI,AYANAN JAI,AN TAIII.IN
2OO5
GAMBAR II.28.
PERIilRAAN TINGKAT PELAYANAN JALAN TAIIUN
2O1O
87
Selain jaringan jalan, transportasi darat didukung oleh keberadaan dermaga penyeberangan antar wilayah dan intra wilayah
:
o
Dermaga penyeberangan untuk melayani hubungan antar wilayah (Gilimanuk dan Padang Bai). Pada tahun 1992, kapasitas kedua dermaga telah terlampaui sedangkan arus penumpang menunjukkan peningkatan setiap tahunnya.
o
Dermaga penyeberangan untuk melayani intra wilayah adalah dermaga penyeberangan Buyuk (Nusa Penida) dan Kusamba dan dermagapenyeberangan danau di Desa Kedisan, Desa Trunyan, dan Kuburan Trunyan (Danau Batur) dan dua dermaga danau lainnya di Danau Beratan yang dikelola oieh swasta untuk melayani kegiatan pariwisata.
Transportasi Udara Perhubungan Udara Propinsi Dati I Bali didukung oleh satu lapangan udara yang beriokasi di Kabupaten Badung, yang dipergunakan untuk melayani penerbangan internasional (penerbangan antar negara),
Karakteristik pelayanan fasilitas yang ada terlihat dari jumlah kedatangan kapal, penumpang, dan barang dari tahun ke tahun. Data sepuluh tahun terakhir (1984-1992) memperlihatkan kencenderungan peningkatan, baik dari .juntlah kerdatangan dan keberangkatan kapal,
penumpang dan barang. Pertumbuhan penumpang mencapai g,b% per tahun, sedangkan barang (cargo) mengalami pertumbuhan sekitar I0o/o per tahun.
Program dalam menunjang pertumbuhan di atas dilakukan dengan realisasi pembangunanbandar udaratahap-l untuk pelayanan angkutan udara domestik dan internasional tahun 1995. Tetapikenyataan estimasi kapasitas rencana Tahap- 1 telah terlampaui dan menimbulkan masalah dalam daya tampung kapasitas apron.
Transportasi Laut Untuk keperluan pergerakan penumpang dan barang antar wilayah, Propinsi Bali dilayani olehpelabuhan laut Benoa dan Ceiukan Bawang dan pelabuhan perikanan (Tempat Pendaratan Ikan) di Pengambengan.
Pada tahun 1992, kedua pelabuhan laut telah mencapai Berth Occupancy Ratio (BCR) 93Vo, dimana kapasitas telah terlampaui sedangkan
jumiah kedatangan kapal (barang dan penumpang) terus mengalami peningkatan. 88
Program sektor perhubungan yang meliputi perhubungan laut dan angkutan sungai, danau dan penyeberangan adalah :
r
peningkatan Pelabuhan Benoa dengan penambahan dermaga baru sepanjang 290 meter untuk container dan, pembangunan terminal penumpang;
.
rencana pemotongan gugusan karang dan memperdalam kolam labuh pada Pelabuhan Celukan Bawang; dalam operasinya, Pelabuhan Gilimanuk adalah sama dengan peIabuhan Padangbai, yaitu berfungsi ganda baik sebagai pelabuhan laut juga sebagai pelabuhan penyeberangan;
o r
peningkatan Dermaga Penyeberangan Buyuk, Nusa penida sepanj ang
30 meter.
o
peningkatan Tempat Pendaratan Ikan (Tpi) di pengambengan,
Negara.
2.5.2 Prasarana Air Bersih usaha penyediaan air bersih bagi penduduk untuk kegiatan pemukiman, kegiatan pariwisata, dan kegiatan komersial lainnya, di Fropinsi Bali dilakukan melalui instalasi sambungan rumah (SR), hidran umum (HU), kran umum (KU), tangki air (TA), cubang dan pelayanan mobil taneki. TABEL 2.32 TINGKAT PELAYANAN AIR BERSIH KOTA DAN DESA TAHUN 1993/1994 NO. 1
KOTAMADYA
Jemorana Tabanan
KOTA (%)
DESA (%)
65,0 70,0 69,0
54,0 64,0 42,0
3
u9r rl\,oDal
/1
Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng
73,O
6trn
76,0 64,0 70,0 80,0
-7tr,
67,0
Bali
71,O
o r,u
5 6 7
I
A
67,O
Sumber: Prcyek Air Bersih Bali
89
Tabel 2.32 menunjukkan keadaan tingkat pelayanan air bersih tiap kabupaten di Propinsi Bali. Untuk masyarakat k ota, r ata-r ata pelayanan tingkat propinsi adalah s ebesat 7 wo.Pada tingkat kabupaten pelayanan untuk masyarakat perkotaan ini berkisar antara 64-80 Vo.
Tingkat pelayanan air bersih rata-rata masyarakat pedesaan adalah sebesar 6LVo, dan pada masing-masing kabupaten berkisar antara 4275Vo.
Gambar II.29 menunjukkan tingkat pelayanan air bersih perkotaan dan pedesaan Propinsi Bali. Potensi kapasitas serta prosentase pemanfaat-
an sumber air baku yang sudah dikelola untuk masyarakat perkotaan dan pedesaan di Propinsi Bali disajikan pada Tabel 2.33 di bawah.
TABEL 2.33 POTENSI DAN PEMANFAATAN AIR BAKU PROPINSI BALI TAHUN 1993/1 994 PEMANFAATAN (%)
POTENSI(L/DT) KABUPATEN
Jemorana
173,00
157,69 286,73
68,0 95,0
1.245,50 193,00 75,00 69,00 107 50 320,70
258,61
100,0
.149,50
Tabanan
Badung/Denpasar Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng
252,89 167,70
toc, r
I
297,40 398,87
87,0 83,0
42,02
s2,36 43,81
46,40 45,1 3
gRo
50 58 trq 1)
83,0
60,1 3
Sumber : Proyeksi Air Bersih Ketetangan : SBP = Sumur 8or Pompa t
MAG = Mata Air Gravitasi MAP = Mata Air Pompa
Untuk perkotaan, kondisi pemanfaatan air baku terhadap potensi sumbernya rata-rata diatas 80 Vo dan yang paling kritis adalah untuk kota-kota di Kabupaten Badung/I(odya Denpasar dan kota-kota di Kab. Tabanan yakni mencapai 95Vo atau lebih. Sedangkan yang terendah pemanfaatannya adalah kota-kota di Kab. Jembrana yakni 68 Vo. Sedangkan pernanfaatan air untuk air bersih pedesaan di Bali adalah 90
1.010 Vdt dari kapasitas produksi sebesar 1.985 50,88
ydt atau mencapai
Vo.
Proyeksi kebutuhan air bersih secara keseluruhan dengan asumsi kebutuhan 725 ltljiwalhr dan tingkat pelayanan 100 Vc untuk tahun 1995 = 4.085,56 Vdt; tahun 2000 = 4.304,041/dt; tahun 2005 = 4.535,44 Vdt; dan tahun 2010 = 4.788,49lldt. GAMBAR II.29 SISTEM PELAYANAN AIR BERSIH SAMPAI DENGAN TAHI_IN 1993/1994
Kapasitas sumber yang telah dikelola saat
ini adalah 4.31I,2 ydt
(2.326,2U dtperkotaan dan 1.985 Vdt pedesaan), sehingga limit kapasitas tersebut hanya mampu untuk pelayanan sampai tahun 2000.
91
TABEL 2.34 PENINGKATAN KONSUMSIDAN PELAYANAN AIR BERSIH DI PROPINSI DATI IBALI PENINGKATAN KONSUMSI AIR BERSIH NO.
PENINGKATAN PROSENTASE PELAYANAN AIR BERSIH
KONSUMEN 1
989
1
993
(ltr/org/hari) (ltr/org/hari)
RATE
1989
("/.)
1993 (%)
RATE
(v.)
(/")
1
Kota
70,0
81,4
3,84
63,00
71 ?tr
J, to
2
Desa
60,0
68,0
3,18
42,64
61,39
9,54
>
Bali, 1994
Secara umum, permasalahan yang dihadapi dalam penyediaan air bersih di Propinsi BaIi adaiah:
o
terbatasnya sumber-sumber air yang dapat dikelola untuk sumber air baku;
o
kondisi medan yang men)'ulitkan penyediaan air bersih perpipaan terutama pada desa-desa yang kritis air; dan
o
tingkat kebocoran air relatif masih tinggi mencapai 27 Vo dari total penggunaan air.
2.5.3 Prasarana frigasi Status daerah irigasi di Propinsi Bali dibedakan atas daerah irigasi pemerintah dan daerah irigasi desa. Jumlah kedua jenis daerah irigasi tersebut dapat dilihat pada tabel 2.35 dan gambar II.30.
92
TABEL 2.35 KONDISI DAERAH IRIGASIPEMERINTAH DAN DAERAH IRIGASI DESA TIAP KABUPATEN DI PROPINSI BALI, APRIL 1994 DI NO
KABUPATEN/ KOTAI!,lADYA Ji\4L
1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Jemorana Tabanan Badung & Denpasar Gianyar
Klungkung Bangli
Karan9asem
LUAS (HA) 3.151
17
4
926
6
9.293 8.881
80 38
1
'1.007
892 259 9.430
Buleleng Jumlah
JI\,41
18
25 4 3
88
PEI\4ERINTAH
DI
33.909
LUAS (HA) 5.067 19.416
JIVL
8.425
35 84 44
I5 IJ
7.754 3.421
4A 17
28
2.263
31
1',]
5.500 1.963
42 38
243
DESA
TOTAL
SEI\,4I TEKNIS
TEKNIS
53.809
JJI
LUAS (HA)
JIVL
8.218 20.342
32 128 5 83 7
17.718 16.635
4.498
LUAS (HA)
3.155 5.759 1 1.393
77 134
87.718
479
2.151 6.096 199
2.739 507 343 3.867
IJ
5.299 21.201
Sumber : Dinas PU Propinsi Dati I Bali
Sumber air bagi irigasi diperoleh dari pemanfaatan aliran sungai. Dari sungai yang ada 50 Vo airnyatersedia sepanjang tahun sedangkan 50 Volainny ahanya mengalir pada musim huj an. Tabel 2.36 menunjukkan
jumlah sungai yang telah dimanfaatkan sebagai sumber air baku untuk pengairan. Dari data statistik tahun 1992, jumlah bangunan penangkap air adalah 128 buah (dibangun tahun 1909 - 1984). Beberapa bangunan tersebut saat ini telah tidak berfungsi maksimum. TABEL 2.36 JUMLAH SUNGAI YANG DIMANFAATKAN SEBAGAISUMBER AIR BAKU PENGAIRAN KABUPATEN/KODYA
Sumbar :
Ket
l
-
-)
Jembrana
A1
17
Tabanan
26
6
Badung & Denpasar
21
Gianyar Klungkung Bangli
11
7 6 5 5
1A .A
a+
Karangasem
tr,4
8
Buleleng
56
1A
Statistik Bali. Tahun 1992, Perhitungan Tim R|RWP Dati I Bali, 1994 : termasuk anal sungai (162 buah sungai nengali ke laut); Sumbet Dinas PU Prop. Dati I Bali
93
2.5,4 Prasarana Energi
Listrik
Kebutuhan akan energi listrik di Propinsi Bali dilayani oleh PLN dengan sumber pembangkit dan penyalur PLTD Sanggaran dan listrik Jawa-Bali. Dengan adanya sistem pelayanan listrik interkoneksi JawaBali maka sistem kelistrikan isolated PLTD dengan kapasitas yang relatif kecil dan tersebar di beberapa tempat di Propinsi Bali secara berangsur-angsur direlokasi ke Wilayah Timur (NTB. NTT dan TimorTimur). Sampai saatini (1993) masihterdapat duapelayanankelistrikan dengan sistem isolated yaitu PLTD Nusa Penida dan PLTD Jungutbatu
(pelayanan Pulau Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan). Pulau Bali sendiri sepenuhnya menggunakan sistem kelistrikan interkoneksi JawaBa1i, terdiri atas 15 mesin PLTD, ?PUIG, dan 2 PLTGUyang seiuruhnya berlokasi di Pesanggaran - Denpasar (lihat Gambar II.31). Jumlah desa berlistrik di Propinsi Bali mengalami peningkatan 3,30 Vo per tahun. Tabel 2.37 menunjukkan data desa yang sudah dilayani tistrik (PLN) sampai tahun 1993. Indikasi tingkat pelayanan listrik dapat dilihat dari perbandingan (rasio) antara jumlah pelanggan dengan jumlah penduduk yang dilayani. Rasio rata-rata Propinsi Bali adalah 0,15; rasio terbesar ada di Kodya Denpasar (0,46); sedangkan kabupaten lainnya antara 0,07 hingga 0,16.
TABEL 2,37 JUMLAH DESA BERLISTRIK (PLN) DI PROPINSI BALI TAHUN 1993
1.
Jembrana
cl
5l
2.
Tabanan
110
110
3.
Badung
35 43 ol 56 69 60 146
35 43 ol 52 65
4. 5. 6. 7. B.
9.
Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng
.PLN Wihyah XI - Pehitungan Tim RTRW Prapinsi Bali, 1994
94
5B l Aa
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 92,86 94,20 96,67 97.94
a rB
qz
F<
nz
<1
=< ?c rrr -ul z z
rX
t;
95
Potensi sumber tenaga listrik yang ada di Propinsi Bali dan belum dimanfaatkan adalah:
o
PLTAAyung, diperkirakan daya yang dapat dibangkitkan sebesar 43.90 MW;
o o ,
PLTA Unda, diperkirakan daya yang dihasilkan 32.30 MW; dan PLTP Bedugul, diperkirakan daya yang dapat dihasiikan sebesar 275 MW.
GAMBAR II.31 SISTEM PEI,AYANAN ENERGI LISTRIK 1993
ti
2.5.5 Prasarana Pos dan Telekomunikasi Sistem pelayanan Pos dan Giro terhadap desa-desa di Propinsi Bali diatur oleh Perum Pos dan Giro Denpasaiseperti disajikan pudu t"b"t 2.38. Desa-desa yang mampu dilayani oleh kantor pos tambahan, kantor pos induk, dan kantor pos pembantu di BaIi hanya 38,76Vo, sedangkan desa-desa lainnya dilayani oleh pos keliling kota/desa, agen pos dan kantor pos desa. Selain Pos dan Giro, sistem telekomunikasi melalui telepon, telegrap radio, dan televisi juga merupakan sarana yang cukup menunjang perkembangan wilayah, terutama dalam memperlancar lalu lintas 96
informasi sebagai bahan baku terjadinya inovasi-inovasi. Pelayanan telepon di Bali dilayani oleh 20 buah Sentral Telepon Otomat (STO) yang tersebar seperti disajikan pada Tabel 2.39 dan secara visual disajikan pada Gambar ILB2.
TABEL 2.38 PELAYANAN POS DAN GIRO TIAP KABUPATEN DI PROPINSI BALI TAHUN 1993
KABUPATEN/ KOTAMADYA
NO
JUMLAH DESA
Jembrana Tabanan Badung uvr rpq)d'
JUMLAH
cl
lo
110
A1
35 43
43
IY
ol
Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng
56 69 60 146
Bali
oJl
to TT
%
35,29 37,27 54,29 100,00 24,59 28,57 15,94
11
39
z t,)
zo,I
I
33,76
- Wilayah Usaha Pos dan Giro X. Perum Pas dan Giro Denpasal
Sumber Keterangan
DESA YANG DILAYANI KP, KPTB, KPP
.
- Perhitungan Tin BTRWP Dati KP ; Kantor Pos/lnduk KPtb: Kantor Pos tambahan KPP : Kantor Pos Pembantu
lBali,
1994
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah STO terbanyak berada di Kabupaten Badung yakni 4 buah STO kemudian Kodya Denpasar, Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Gianyar masing-masing tersedia 3 buah STO. Kabupaten Karangasem dan Buleleng masing-masing 2 buah STO, sedangkan kabupaten lainnya masing-masing l buah STO.
97
TABEL 2.39 JUMLAH STO TIAP KABUPATEN DI PROPINSI DATI I BALI TAHUN 1994 KABUPATEN/KOTAMADYA 'L
Jem0rana
'l
2. 3. 4. 5.
Tabanan Badung
3
Gianyar
1
6
Klungkung
l
7
Bangii Karangasem Buleleng
2 2
8 9
4 3
'l
STO STO STO STO STO STO STO STO STO
Negara Tabanan, STO Baturiti, STO Pupuan Kuta. STO Seminyak, STO Jimbaran, STO Nusa Dua Sanur, STO Kaliasem, STO Ubung Gianyar, STO Sukawati
Klungkung Bangli
Amlapura, STO Candldasa Seririt, STO Singaraja
Sumber : Kantor Witel Vlll PT. Telkom Keterangan : STO = Sentrul Telepon Otomat.
GAMBAR II.32 PELAYANAN TELEPON SAMPAI DENGAN TAHUN 1993
Dalam tujuh tahun terakhir, perkembangan kapasitas terpasang di BaIi mengalami kenaikan rata-rata 27,51c/o per tahun, yaitu dari 15.268 sst (1987) menjadi 74.116 sst (pertengahan 1994). Sedangkan peningkatan 98
sambungan yang terisi adalah 23,03Vo, dari 12.916 sst menjadi 49.685 sst. Dari sisi kebutuhan, terjadi peningkatan permintaan sambungan telepon 23 Vo per tahun.
Kendala pembangunan telekomunikasi diantaranya adalah kondisi medan/alam yang sulit dijangkau jaringan kabel dan terbatasnya rekanan setempat dalam bidang telekomunikasi. Upaya-upaya yang dilakukan antara lain adalah: o penyediaan fasilitas telepon untuk seluruh kecamatan dan untuk desa-desa potensial; paketisasi o tender untuk proyek skala besar; o desentralisasi proyek-proyek yang didanai dari bantuan luar negeri. Rencana penambahan kapasitas oleh PT. Telkom sampai tahun 1999 adalah sebesar 68.361 sst. Datakapasitas tahun 1993 adalah 65.298 sst, dengan demikian estimasi sampai tahun 1999 adalah 133.659 sst atau naik rata-rata 13 Ea per tahun. Dalam memprediksi kebutuhan satuan sambungan telepon sampai akhir tahun perencanaan (2010) digunakan pendekatan peramalan secara makro yakni pendekatan regresi linier dengan indikator jumlah penduduk dan PDRB per kapita. Berdasarkan pendekatan tersebut prediksijumlah satuan sambungan telepon sampai akhir tahun perencanaan (2010) sebesar 326.552 sst atau dengan kepadatan 9,8 per 100 penduduk.
2.5.6 Sarana dan Prasarana Sosial Ekonomi Sarana dan prasarana ekonomi lain terdiri atas sarana pendidikan, kesehatan, pertokoan, pasar, bank, hotel, dan rumah makan. Sarana pendidikan - dari SD hingga SLTA - terdapat di seluruh Dati II dan Kodya Denpasar memiliki kelengkapan danjumlah sarana dan prasarana ekonomi terbanyak.
2.6 ANALISIS STRUKTUR TATA RUANG 2.6.1 Analisis Pemantapan Kawasan Lindung Kawasan lindung merupakan salah satu pembentuk struktur tata ruang dan memiliki pengertian sebagai suatu kawasan yang memiliki fungsi lindung. Di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah sasaran terhadap kawasan lindung adalah suatlr pemantapan kawasan dengan keluaran akhir berupa delineasi batas-batas kawasan dan aiokasi ruang. Arahan terhadap penetapan kawasan lindung telah tercakup di dalam Keppres No . 32/90 t entang Pengelolaan Kawasan Lindung. Berdasarkan 99
Keppres tersebut kawasan lindung dibagi atas 14 jenis kawasan yang dikelompokkan atas empatkelompok. Pengelompokan kawasan-kawasan yang termasuk dalam pengelolaan kawasan lindung diuraikan sebagai
berikut:
1. Kawasan yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya, terdiri atas:
o o o
kawasan hutan lindung; kawasan bergambut; dan kawasan resapan air.
2. Kawasan Perlindungan Setempat, terdiri
o o o o o
atas:
sempadan pantai; sempadan sungai; kawasan sekitar danau/waduk; kawasan sekitar mata air; dan kawasan perlindungan setempat lainnya.
3. Kawasan
o o o o o
Suaka Alam dan Cagar Budaya: kawasan suaka alam; kawasan pantai berhutan bakau; kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya; taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam; kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
4. Kawasan
Rawan Bencana
Pengelompokan di atas memiliki sedikit perbedaan dengan UU No.5/90 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya'
IJnsur terkecil pembentuk kawasan lindung antara Keppres 32190 dengan UU No.5/90 pada dasarnya tidak memiliki perbedaan yang prinsip, kecuali pada pengelompokannya. Berdasarkan UU No.5/90' kawasan taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam dipisahkan dari kelompok suaka alam dan disebut sebagai Kawasan Pelestarian
A-1am.
Pengelompokan di atas (Keppres 32 tahun 1990) tetap digunakan dalam Iaporan ini, karena tujuan pemantapan lebih ditekankan pada pemanfaatan ruang kegiatan yang tidak dibudidayakan, sedangkan pengelolaan lebih lanjut dapat dilakukan oleh masing-masing sektor.
Sesuai dengan tujuan fungsi lindung, dasar-dasar kriteria yang dipergunakan meliputi : penilaian terhadap kondisi fisik, kekayaan flora./fauna dan keunikan alam, sertanilai-nilai budayayangterkandung di dalam suatu kawasan. 100
Dasar dari penyesuaian klasifikasi dan kriteria kawasan lindung yang digunakan adalah hasil Studi RePPPToT Tahun 1989 dan hasil Studi L-REP Tahun 1994 untuk kriteria fisik serta pengkajian nilai-nilai budaya oleh Tim Penyusun RTRWP Dati I BaIi untuk kriteria budaya. Pendekatan yang dilakukan dalam analisisnya adalah dengan proses tumpang-tindih (ouerlapping) beberapa peta untuk memperoleh batas kawasan yang diinginkan dan kemudian menghitung perkiraan luasnya. (lihat Gambar II.3B). Data-data yang dianaiisis terdiri atas: o data dan peta penggunaan serta status lahan saat ini (existing land
r o o o o
use)
data rencana dan program-program Departemen Kehutanan; data dan peta perkembangan pelaksanaan tata batas kawasan hutan sampai tahun 1994; data dan peta sistem lahan hasil studi RePPPToT tahun 1989 dan Studi L-REP tahun 1994; peta kondisi frsik: peta topografi dan tingkat curah hujan; dan data-data lain (jumlah dan radius pura, pertambahan lahan kritis dan potensial kritis).
GAMBAR II.33 SKEMA IDENTIFIKASI KA\ryASAN LINDUNG
KRITERIA FISIK
STUDI RePPProt STUDI L.REP
PERKEMBANGAN KAW. LINDUNG
PROGRAM SEKTOBAL (KEHUTANAN)
STATUS TANAH
101,
Basis data yang dipergunakan dalam melihat perkembangan kawasan yang berfungsi lindung pada laporan ini adalah data perkembangan pelaksanaan tata batas kaw asan hutan dan data kawas an cagar budaya yang telah ditetapkan melalui SK Mentri Kehutanan, penetapan Kawasan Taman Nasional Bali Barat dengan SK Mentri Kehutanan No.493lKpts-II/1995, dan penetapan lainnya yang setingkat SKGubernur atau yang lebih tinggi hirarkinya. Upaya penyempurnaan tata batas karn,asan hutan di Propinsi Bali pada dasarnya telah dilakukan dengan dikeluarkannya Rencana Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) pada tahun 1989. Pelaksanaan Rencana TGHK tersebut sampai saat ini belum dapat dilaksanakan sepenuhnya
akibat adanya beberapa kendala yang menyangkut status lahan, perkembangan iahan kritis, dan ketersediaan dana rehabilitasi kawasan hutan. Mengingat belum mantapnya pelaksanaan rencana TGHK
tersebut, maka pada laporan ini dataperkembangan kawasan hutan yang akan dipergunakan adalah data perkembangan pelaksanaan tata batas kawasan hutan terbaru yang dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan. TABEL 2.40 PERKEMBANGAN KAWASAN LINDUNG DI PROPINSI BALI SAMPAI TAHUN 1994 KAWASAN LINDUNG
NO.
Hutang lindung Hutan wisata
1.
2. 3. 4.
Suaka alam
Cagar budaya
JUMLAH Sumlle/
:
LUAS KAWASAN (HA)
PROSENTASE THD LUAS PROP
BALI(%)
95.725,91 5.527,90 17.085,39
17
15,02
0,003
1
3
118.354,22
Sub Balai lnventansasi dan Perpel.aan Hutan Singanja. 1994 Analisis Tim RTRWP Dati I Bali, 1994
Dari hasil analisis yang telah dilakukan, diperoleh perkiraan luas lahan sebesar 195.060,55 Ha yang diniiai sesuai untuk dimantapkan sebagai kawasan lindung (lihat Tabel 2.41). Perincian hasil seluruh identifikasi untuk setiap rvilayah Dati II, dapat dilihat pada Tabel 2.42 dan Gambar
II.34.
L02
TABEL 2.41 PERKIRAAN LUAS KAWASAN LINDUNG HASIL IDENTIFIKASI
KAWASAN [INDUNG
NO.
t.
Hutan Lindung
2.
Bergambut
LUAS HASIL IDENTIFIKASI (%\
PROSENTASE
THD TOTAL (%)
95.755,61
49,04 %
0,00
PROSENIASE THD LUAS BALI ("/.)
1
6,9995 %
3
Resapan Air
0,00
0,00 % 0,00 %
4.
Sempadan Pantai
3 843,00
1,97 %
0,6822 %
5.
Sempadan Sungai
38.588,50
19,78 %
6,8506 %
0,0000 % 0,0000 %
6.
Sekitar Danau/waduk
93,16
0,05 %
0,0165 %
7.
Sekitar Mata Air
29,14
0,01
%
o,0052 y"
L
Suaka Alam (Sl"'1, CA, HW, DPIS, DPgS)
5.342,93
2,74 %
0.9485 %
9.
Suaka Alam Laut dan Perairan lainnya Pantai Berhutan Bakau
0,00
0,00 %
10.
12.
Tmn Hutan Raya dan Taman WisataAlam Taman Nasional Bali Barat (darat)
13.
Taman Nasional Bali Barat (laut)
14.
Cagar Budaya dan llmu Pengetahuan
15.
Rawan Bencana
11.
JUMLAH Sumber
:
625,00
0,32
0,000 %
%
0,r110%
1.947 ,77 1q qQ7 eo
1,00 %
0,3458 %
7,99 %
27673
%
3.415,00
1,75 %
0,6063
96
15,02
0,01 %
o,oo27 %
29.817,53
15,29 %
5.2935 y.
100,00 %
34,629A %
Hasil Analisis Tim RTRWP Dati I Bati. 1994
103
TABEL 2.42 LUAS KAWASAN YANG DI IDENTIFIKASISESUAISEBAGAI KAWASAN LINDUNG DI PROPINSIDATII BALI
A
ill SUB KAWASAN NO
KAWASAN YANG IVEI/BERIKAN PERLINDUNGAN KAW.
KABUPATEN/ KOTAMADYA
ilulan
KAWASAN
Kawasan
Lrnoung
Ber-
Besapan
Sem-
Sempadan
]WN BENC
gambut
Air
Sungai
Sungai
(Ha)
(Ha)
(Hal
(Ha)
(Hai
Sekital
Sekilar
Suaka
Suaka
Pantai
Tahura
TNBB
Danau
ly'ata Aif
Alam
Alam Laul
Berhulan
dan TWA
darat dan
B!daya
rali)
oan ilmu
(Ha)
Peng. (Ha)
daf Per
Bakau
afan Lain (Ha)
(Ha)
(Ha)
(Ha)
1Ha)
JUI\,4LAH
Gunung
{Ha)
{Ha)
000
0,00
0,00
(9 92t 09)
r.250,c0
44.774,48
0,00
0,00
0,00
0,0c
0,41
0,00
10 160,36
0,00
168,47
0,00
0,00
639,00
0,00
5,02
0,00
1.S39,39
45,00
0,00
0,00
0,00
0,00
734,50
0,00
0,00
0,00
734,54
150,00
0,00
0,00
0,00
000
0,00
589,00
0,00
0,00
0,00
0,00
000
0,0c
0,43
0,00
35,99
2.075,00
0,00
0,00
574,27
0,0c
0,72
4.667,00
r3.556,00
700,00
0,00
0,00
0,00
000
0,00
0,0c
0,58
20.908 03
34.894,28
21.12
1.633 05
0.00
0,00
0,00
r,09
680 00
43.298 36
5.342,93
0,00
625,00
Jem0rana
32.970,57
000
0,00
525,00
Tabanan
8.693,54
000
0,00
260,00
3.
Badung
1.r26,00
0,00
0,00
480,00
4.
Denpasar
0,00
0,00
0,00
5.
Gianyar
0,00
0,00
0,00
6.
Klungkung
83'1.50
0,00
0,00
7.
Bangli
6.239,01
0,00
000
8
Karangasem
13.985,67
0,00
0,00
9.
Buleleng
31.908,42
0,00
0.00
1.094,00
BALI
95 i55.61
0.00
0.00
3.843.00
:
(Ha)
TOIAL
1.466,41
1.
2.
Sumber
KAWASAN
KAWASAN SUAM ALAM DAN CAGAR BUDAYA
KAWASAN PEBLINDUNGAN SETEI\4PAI
BAWAHNYA
18,38
38 588 50
93,16
29.14
1.947 ,77
(9.075,801
19.002,89
15 02
0,00
4,95
2312,50
3.144,43
29.817.53
Hasil Analisis RTRWP Bali, 1995
Keterangan : - luaskawasan sempadan sungai dan kawasan sekitar mata air tidak diperinci per wilayah dati ll, dan diasumsikan 15% berada di dalam kawasan ltndungnya "O=Jumtahl+lll +lV=Jumlahyangdapatdirinci untuktiapDati ll,belumtermasuk luas KawasanPerlindunganSetempat(SubKawasanll) - hasil perhitungan telah dikurangi oleh luas tumpang tindih antat kawasan lindung - 0 Taman Nasional Bali Barat terbagi atas kawasan yang berada di darat dan di laut
195.060.55
152 506.75
GAMBAR II.34 PETA IDENTIFIKASI KAWASAN LINDUNG
ttottttt
o^lt aAtl
XETETAICAT
ffi
xurar rtrouro
Sl
rree{surxa
rrrri
t%iisilj/iiy.tx^\. n
EANTAT
EtnrurAr
xurAn RAYA @ OAt uulrlAtAff l@ *l3AlA
,!
)
r:-ii
lli)
')
:H
RAwAi a€ilcAn^ OUUflO aEtlPl
m
SawaN
EEicArA
ii !
\\{ti i_'_- i \, ,,!:-t I l',
'7'i.)
.i-.,v----
€) ffi. .l; nh6.Et{'ga/ E.k-r,'
qtt
2.6.2 Analisis Struktur Kawasan Budidaya Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Seluruh kawasan yang tidak ditetapkan sebagai kawasan lindung secara prinsip dapat diperuntukkan sebagai kawasan budidaya. Dengan demikian,
kawasan budidaya merupakan kawasan yang potensial untuk dikembangkan, baik sebagai kawasan usaha produksi budidaya maupun permukiman.
Tim Tata Ruang Nasional telah men5,'usun klasifrkasi dan kriteria kawasan budidaya untuk penJrusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi yang terbit dalam Keppres No. 57 Tahun 1989. Sesuai dengan pembagian menurut Keppres tersebut, kawasan budidaya dibagi dalam 6 kawasan, yaitu :
1. Kawasan Hutan Produksi
2. Kawasan Pertanian, yang terbagi lagi menjadi
-
;
Kawasan pertanian tanaman pangan lahan basah Kawasan pertanian tanaman pangan lahan kering Kawasan pertanian tanaman tahunan/perkebunan Kawasan peternakan Kawasan perikanan
3. Kawasan 4. Kawasan 5. Kawasan 6. Kawasan
Pertambangan
Perindustrian Pariwisata Permukiman
kriteria kawasan budidaya masih perlu dilakukan mengingat kriteria yang tersusun dalam Keppres No.57 Tahun 1989 masih bersifat umum. Penyesuaian klasifikasi dan
Studi RePPProT, 1989 telah mengeluarkan kriteria yang lebih rinci dari segi kesesuaian lahan pengembangan kawasan budidaya. Penjabaran studi RePPPToT atas klasifrkasi dan kriteria kawasan budidaya dinilai cukup rinci dan akan digunakan dalam mengidentifrkasi daya dukung fisik lahan kawasan budidaya di Baii. 106
Dalam analisis arahan pengembangan kawasan budidaya dilakukan tinjauan terhadap beberapa pertimbangan yang menyangkut keadaan khusus Wilayah Propinsi Bali. Aspek wilayah yang dipertimbangkan adalah sebagai berikut :
o o o e
penggunaan lahan eksisting;
kebijaksanaan tata ruang daerah; analisis perekonomian dan rencana pembangunan sektoral; dan daya dukung prasarana wilayah.
Secara skematis, pendekatan dalam merumuskan arahan pengembangan kawasan budidaya di Propinsi Bali dapat dilihat pada Gambar II.35 :
GAMBAR II.35 SKEMA ANALISIS KAWASAN BUDIDAYA
STUDI RePPPToT 1989
DAYA DUKUNG PRASARANA
ANALISIS PEFEKONOMIAN
L07