8
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Hasil Belajar Tentang Keseimbangan Ekosistem Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh oleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran di kelas. Menurut Rifa’i dalam Saputra (2011:17) hasil belajar merupakan perubahan prilaku yang diperoleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran. Hasil belajar juga merupakan perubahan prilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni dalam Setyowati, 2007:19). Menurut Keller dalam Setyowati (2007:19) hasil belajar adalah terjadinya perubahan dari hasil masukan pribadi berupa motivasi dan harapan untuk berhasil dan masukan dari lingkungan berupa rancangan dan pengelolaan motivasional tidak berpengaruh terhadap besarnya usaha yang dicurahkan oleh siswa untuk mencapai tujuan belajar. Seseorang dapat dikatakan belajar jika terjadi perubahan pada dirinya, akan tetapi tidak semua perubahan dapat terjadi. Menurut Handayani dalam Saputra (2011:17) hasil belajar menyangkut tiga aspek penting yaitu aspek kognitif (pengetahuan), aspek afektif (prilaku) dan psikomotorik (keterampilan). Hasil belajar kognitif merupakan tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan. Hasil belajar afektif merupakan pembentukan sikap dan perilaku setelah siswa mengalami proses belajar. Hasil belajar psikomotor merupakan kemampuan fisik siswa atau keterampilan yang dimilikinya terhadap pembelajaran.
8
9
Kalsifikasi hasil belajar menurut Bloom dalam Dewi dkk (2010) terdiri dari tiga ranah yaitu:
a.
Ranah kognitif, yang menitik beratkan pada pengetahuan siswa. Sebagian besar kometensi dasar yang harus dicapai berada dalam ranah kognitif. Bloom membagi ranah kognitif ke dalam 6 jenjang tingkatan yaitu: 1)
Mengingat: siswa dapat mengangkat kembali ingatan dalam jangka waktu yang panjang
2)
Mengerti: membangun makna dari pesan-pesan kompetensi yang diperoleh baik dalam bentuk lisan, tulisan, maupun dalam bentuk grafik informasi. Termasuk di dalamnya yakni: interpreting (menerjemahkan), exemplifying (mencontohkan), classifying
(mengklasifikasikan),
summarizing
(meringkas),
inferring
(menyimpulkan), comparing (membandingkan), dan explaining (menjelaskan) 3)
Menerapkan: melaksanakan sesuatu sesuai dengan prosedur yang ditentukan.
4)
Menganalisis: Kemampuan untuk memilah sebuah informasi ke dalam komponenkomponen sedemikan hingga hirarki dan keterkaitan anta ride dalam informasi tersebut menjadi tampak dan jelas.
5)
Mengevaluasi: kemampuan seseorang untuk mempertimbangkan situasi yang mungkin terjadi atau mampu mampu menilai berdasarkan tingkatan.
6)
Berkreasi: kemampuan menyusun komponen-komponen menjadi satu bagian secara menyeluruh membentuk suatu pola. misalnya: Generating (hipotesa), Planning (Perencanaan), Producing ( Penghasil).
10
b.
Ranah afektif yang berkaitan dengan perasaan, sikap, prilaku, moral dan nilai yang dimiliki seseorang yang terbentuk saat pembelajaran dilaksanakan.
c.
Ranah psikomotor, mencakup kemampuan yang berupa keterampilan dasar, keahlian dan kecakapan dalam menggunakan alat atau media pembelajaran pada kegiatan belajar. Menurut Suprijono dalam Saputra (2011:18) hasil belajar adalah pola-pla
perbuatan, sikap-sikap, keterampilan-keterampilan, tingkah laku, pengertianpengertian dan apersepsi. Menurut Gagne dalam Saputra (2011:18) hasil belajar terdiri atas: 1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan. 2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dalam
lambang.
mengatagorisasi,
Ketrampilan intelektual kemampuan
terdiri
analitis-sintesis,
dari
kemampuan
fakta-konsep
dan
mengembangkan prinsip keilmuan. Ketrampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas. 3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
11
4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. 5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian
terhadap
menginternalisasi
dan
objek
tersebut.
eksternalisasi
Sikap nilai-nilai.
berupa Sikap
kemampuan merupakan
kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku. Sedangkan Menurut Sudjana dalam Anthuna (2012:14) mendefinisikan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil yang diperoleh dari proses yang menggunakan alat pengukuran berupa tes tertulis maupun lisan, tes perilaku/sikap dan keterampilan. Berdasarkan teori hasil belajar di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan proses belajar. Hasil yang diperoleh berupa nilai-nilai, sikap/perilaku dan keterampilan yang baik untuk perkembangan siswa berikutnya. 2.1.2
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group investigation Model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group investigation) dikembangkan oleh
Shlomo dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv. Stahl dalam Suryani (2012:8) menyebutkan bahwa: “group investigationin particular encourages students’ initiative and responsibility for their work, as individuals, as members of study groups, and as members of an entire class. The investigation combines independent study as weel as work in pairs and in small groups (from three to five students). When they complete their search, groups
12
integrate and summarize their findings and decide how to present the essence of their work to their classmates”. Makna dari pendapat Stahl di atas dapat dinyatakan bahwa dalam investigasi kelompok siswa diberikan tanggung jawab terhadap pekerjaan mereka, baik secara individu, berpasangan maupun dalam kelompok. Setiap kelompok investigasi terdiri dari 3-5 orang, dan akhirnya siswa dapat menggabungkan, mempersentasikan dan mengikhtisarkan jawaban mereka. Pelaksanaan investigasi kelompok menurut Stahl dalam Suryani (2012:8) dapat dilakukan dengan: “chosing the problem to investigate, preparing for a group investigation task, and introducing the project, sedangkan guru dapat berperan dalam guiding the students and facilitating the process of investigation and helping maintain cooperative norms of behavior”. Pernyataan di atas mengandung makna bahwa pelaksanaan investigasi kelompok dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu memilih persoalan untuk diivestigasi, menyiapkan tugas investigasi kelompok dan memperkenalkan proyek yang berhubungan dengan materi pembelajaran. Sedangkan peran guru selama pembelajaran investigasi kelompok adalah: membimbing siswa dan memfasilitasi proses investigasi dan membantu menjaga aturan perilaku kooperatif. Menurut Slavin (2010:26) dalam implementasi teknik group investigation dapat dilakukan melalui 6 (enam) tahap. Tahapan tersebut adalah: 1) identifying the topic and
13
organizing pupils into groups, 2) planning the learning task, 3) carring out the investigation, 4) preparing a final report, 5) presenting the final report, and 6) evaluation. Dengan melihat tahapan tersebut, maka pembelajaran dengan teknik group investigation berawal dari mengidentifikasi topik dan mengatur murid kedalam kelompok, merencanakan tugas yang akan dipelajari, melaksanakan investigasi, menyiapkan laporan akhir, mempersentasikan laporan akhir dan berakhir pada evaluasi. Dari uraian pendapat Slavin, di atas dapat dijelaskan bahwa dalam group investigation, para siswa bekerja melalaui enam tahapan. Tahapan-tahapan ini dan komponen-komponennya dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Mengidentifikasikan topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok. a) Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik dan mengkategotikan saran-saran. b) Para siswa begabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang mereka pilih. c) Komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat homogen. d) Guru membantu dalam mengumpulkan informasi dan memfasilitasi pengaturan. 2) Merencanakan tugas yang akan dipelajari Para siswa merencanakan bersama mengenai apa yang akan dipelajari, bagaiman memepelajarinya dan pembagian tugas.
14
3) Melaksanakan investigasi a) Para siswa mengumpulkan informasi, mengenai data dan membuat kesimpulan. b) Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya. c) Para siswa saling bertukar, bediskusi, mengklasifikasi, dan mensintesis semua gagasan. 4) Menyiapkan laporan akhir a) Anggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari tugas mereka b) Anggota kelompok merencanakan apa yang mereka laporkan, dan bagaiman mereka membuat pesentasinya. c) Wakil-wakil kelompok membentuk panitia untuk mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi. 5) Mempresentasikan laporan akhir a) Presentasi yang dibuat untuk semua kelas dan berbagai macam bentuk b) Presentasi harus dapat melibatkan peseta secara aktif c) Para
peserta
mengevaluasi
kejelasan
dan
penampilan
presentasi
berdasarkan keriteria yang telah ditentukan sebelumnya. 6) Evaluasi a) Para siswa saling meberikan umpan balik mengenai topik tersebut. b) Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa. c) Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi.
15
d) Pendekatan lain untuk mengevaluasi dapat dengan membuat para siswa merekonstruksi proses investigasi yang telah mereka lakukan dan memetakan
langkah-langkah
yang
telah
mereka
terapkan
dalam
pembelajaran mereka. Pendapat tersebut mengandung pengertian bahwa dalam melaksanakan tugas investigasi siswa dapat mengumpulkan informasi, menganalisis, dan membuat simpulan, setiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya, dan saling bertukar pikiran. berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensintesis semua gagasan, sedangkan dalam menyiapkan laporan akhir, aktifitas yang dilakukan siswa adalah nggota kelompok menentukan pesan-pesan esensial dari pekerjaan mereka, anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana membuat persentase, wakilwakil kelompok membentuk sebuah tim untuk mengkoordinasikan rencana persentasi.
2.1.3
Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group investigation Adapun kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe group
investigation sebagai berikut (Setiawan, 2006 : 11).
a.
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation sebagai berikut. 1) Peningkatan belajar terjadi tidak tergantung pada usia siswa, mata pelajaran, dan aktivitas belajar,
16
2) Pembelajaran kooperatif dapat menyebabkan unsur-unsur psikologis siswa menjadi terangsang dan lebih aktif. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa kebersamaan dalam kelompok, sehingga mereka dengan mudah dapat berkomunikasi dengan bahasa yang lebih sederhana, 3) Pada saat berdiskusi fungsi ingatan dari siswa menjadi lebih aktif, lebih bersemangat dan berani mengemukakan pendapat, 4) Pembelajaran kooperatif juga dapat meningkatkan kerja keras siswa, lebih giat dan lebih termotivasi, 5) Penerapan pembelajaran kooperatif dapa membantu siswa mengaktifkan kemampuan latar belakang mereka dan belajar dari pengetahuan latar belakang teman sekelas mereka, 6) Siswa
dapat
belajar
dalam
kelompok
dan
menerapkannya
dalam
menyelesaikan tugas-tugas kompleks, serta dapat meningkatkan kecakapan individu maupun kelompok dalam memecahkan masalah, meningkatkan komitmen, dapat menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebayanya dan siswa yang berprestasi dalam pembelajaran kooperatif ternyata lebih mementingkan orang lain, tidak bersifat kompetitif, dan tidak memiliki rasa dendam, dan 7) Dapat menimbulkan motivasi siswa karena adanya tuntutan untuk menyelesaikan tugas. b.
Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation yakni:
17
1) Kontribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang dan siswa yang memiliki prestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan, hal ini disebabkan oleh peran anggota kelompok yang pandai lebih dominan, 2) Adanya pertentangan antar kelompok yang memiliki nilai yang lebih tinggi dengan kelompok yang memiliki nilai rendah, dan 3) Untuk menyelesaikan materi pelajaran dengan pembelajaran kooperatif akan memakan waktu yang lebih lama dibandingkan pembelajaran yang konvensional, bahkan dapat menyebabkan materi tidak dapat disesuaikan dengan kurikulum yang ada apabila guru belum berpengalaman. 2.2 Kajian Penelitian yang Relevan Nissa (2011) Pada Penelitiannya Yang Berjudul Meningkatkan Kualitas Proses Dan Hasil Pembelajaran IPA SD Melalui Pembelajaran Berbasis Konstruktivistik Model Group investigation menjelaskan bahwa pada siklus 1 kualitas proses mencapai 68%, hasil ketuntasan belajar siswa masih sebesar 57%, serta keterlaksanaan pembelajaran mencapai 64%. Karena indikator keberhasilan masih belum tercapai, maka dilanjutkan dalam siklus 2, dan hasilnya kualitas proses meningkat menjadi 91%, jumlah siswa yang tuntas 86%, serta keterlaksanaan pembelajaran mencapai 88%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka ditarik simpulan bahwa melalui pembelajaran berbasis konstruktivistik model group investigation sebanyak 2 siklus dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran IPA siswa kelas V SDN Cibitung 1 Kabupaten Subang.
18
Hariyanti (2010) Pada Penelitiannya Yang Berjudul Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model Investigasi Kelompok ( Group investigation) Dalam Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas IV Di SDN Padasuka Mandiri IV Cimahi menunjukkan bahwa pada siklus 1 dapat diperoleh hasil belajar 42,70 dengan kategori kurang , siklus 2 dapat diperoleh hasil belajar 61,80 dengan kategori cukup dan siklus 3 dapat diperoleh hasil belajar 66,21 dengan kategori baik yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi tindakan pada setiap siklusnya. Kajian pustaka yang dikembangkan diarahkan kepada sumber-sumber yang relevan dan bermakna dalam rangka menggali dasar-dasar pemikiran yang digunakan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas, yaitu kajian tentang masalah sosial, model investigasi kelompok, hasil belajar, pembelajaran dan pendidikan IPS dari pemikiran-pemikiran beberapa ahli. Hasil temuan yang utama setelah melalui tahap pengumpulan hingga pembahasan data penelitian diperoleh kesimpulan bahwa dengan menggunakan model investigasi kelompok, hasil belajar siswa meningkat. Siswa dapat mengungkapkan ide-ide yang baik. Pada umumnya siswa merasa senang dengan penggunaan model investigasi kelompok karena dapat memecahkan masalah secara bersama-sama. Perbandingan antara penelitian yang dilakukan oleh Nissa dan Hariyati dengan perbandingan yang akan peneliti lakukan yakni:
1) Penelitian yang dilakukan oleh Nissa lebih menitikberatkan pada kualitas proses dan hasil pembelajaran, sedangakn penelitian kita dan penelitian Hariyati hanya menitikberatkan pada hasil belajar.
19
2) Penelitian yang kita dan Nissa lakukan dikhususkan pada pelajaran IPA, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Hariyati dikhususkan pada pelajaran IPS. 3) Adapun model pembelajaran yang diterapkan pada ketiga penelitian ini sama yakni menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation. Oleh sebab itu, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi pada materi ekosistem baik untuk digunakan. Pada penelitian ini, peneliti ingin mengulas penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi pada materi keseimbangan ekosistem kelas VI SD.
2.3 Hipotesis Tindakan Dalam penelitian, yang menjadi hipotesis tindakan adalah:“jika diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation, maka hasil belajar siswa pada materi keseimbangan ekosistem di kelas VI SDN 6 Kabila Bone Kab. Bone Bolango akan meningkat”.
2.4 Indikator Kinerja Adapun indikator kinerja pada penelitian ini aalah:
a) Untuk hasil belajar minimal 80% dari seluruh siswa yang dikenai tindakan memperoleh nilai 70 ke atas pada materi keseimbangan ekosistem yang diberikan.
20
b) Kegiatan belajar mengajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation yang dinilai melalui lembar observasi kegiatan guru dan siswa minimal 85% mencapai kategori sangat baik.