20
PELAKASANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis Penetapan masa tanam Produktivitas tebu dan gula sangat dipengaruhi oleh bulan tanam yang optimal. Bulan tanam yang optimal adalah bulan Mei sampai Agustus. Namun, untuk wilayah kerja lahan tegalan dikarenakan sulitnya mendapatkan air di bulan Mei sampai Agustus, maka umumnya ditanam di masa akhir yaitu September sampai Desember. Persiapan lahan Pelaksanaan persiapan lahan di PG. Maduksimo adalah mencakup kegiatan kegiatan sebagai berikut 1. Bersih kebun Kegiatan ini dilakukan pada areal lahan bekas tanaman lainnya pada musim tanam sebelumnya atau bekas kebun tebu bibit atau kebun tebu giling
pada tahun sebelumnya. Bersih kebun dilakukan dengan cara
membakar sampah sisa-sisa tanaman sebelumnya. 2. Pengolahan tanah Kegiatan pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki media tumbuh yang sesuai bagi tanaman tebu sehingga pertumbuhan akar tebu lebih optimal, karena perbaikan sifat fisik, kimia dan biologi tanah, serta menekan pertumbuhan gulma. Pelaksanaan pengolahan tanah di PG. Madukismo terdiri atas pembajakan I, rotavaktor dan pengkairan. Pembajakan I bertujuan untuk memotong dan membongkar bagal tebu yang tersisa dalam tanah. Arah pembajakan I adalah tegak lurus terhadap arah juringan tanaman tebu sebelumnya. Selain itu tujuan bajak I adalah menekan pertumbuhan gulma dengan membalik dan membenamkannya ke dalam tanah serta memperbaiki aerasi tanah agar tebu dapat tumbuh dengan baik. Kedalaman optimal pembajakan I antara 30 – 40 cm. Kegiatan pembajakan dilakukan dengan
21
menggunakan traktor dengan implemen bajak piring (HD Disc Plough) 4 piringan, atau dengan implement bajak piring 5 piringan. Pelaksanaan kegiatan
rotavaktor sama dengan pembajakan I yang
membedakan kedua kegiatan tersebut adalah arah pembajakan dan piringan yang digunakan. Rotavator memiliki arah tegak lurus terhadap arah pembajakan I atau sejajar dengan arah juringan sebelumnya, tujuan utama dari rotafaktor adalah memecah bongkahan tanah dan meremahkan tanah hasil. jika keadaan tanah kering atau tidak terjadi hujan, Pembajakan I dan rotafaktor dapat dilakukan bersamaan dalam hari yang sama. Pengkairan adalah kegiatan pembuatan alur tanam atau lubang juringan yaitu sebagai tempat tumbuh bibit tebu. Kegiatan pengkairan dilakukan sehari setelah kegiatan pembajakan I dan pembajakan II selesai. Implement yang digunakan dalam kegiatan ini adalah alat kair dengan tiga mata yang dipasangkan dengan traktor. Kedalaman juringan yaitu 25 – 30 cm dengan jarak pusak ke pusat (PKP) 100 – 130. Pengkairan akan terbentuk daerah head land yaitu bagian tanah tang tidak dapat terjangkau oleh traktor, pengerjaan ini akan diselesaikan secara manual dengan cangkul. 3. Pembuatan got. Tujuan dilakukannya pembuatan got adalah menyediakan saluran irigasi dan saluran drainase atau pembuangan air. Saluran drainase sangat penting dalam budidaya tebu terutama pada lahan sawah, dan tidak terkecuali pada lahan tegalan. Pekerjaan pembuatan got diawali dengan pembuatan got keliling, got mujur dan yang terakhir adalah pembuatan got malang. Got keliling yaitu got yang mengelilingi lahan. Got keliling dibuat lebih dalam daripada got mujur dan got malang, karena fungsi dari got keliling adalah membuang kelebihan air dari dalam lahan keluar kebun dan masuk ke saluran buangan besar secara cepat dan efektif. Untuk lahan sawah kedalaman got sangat diperlukan untuk menjaga kondisi air agar tidak menyebabkan busuk pada bibit dan stres pada tanaman yang sudah tua. Kedalaman got keliling 80 cm dengan lebar 50 cm. Got mujur dibuat setelah pembuatan got keliling selesai. Got mujur dibuat dengan posisi sejajar dengan barisan tanaman
22
tebu nantinya. Kedalaman got mujur 70 cm dengan lebar 50 cm. Got malang adalah got yang terakhir dibuat. Posisi got malang tegak lurus dengan barisan tebu. Kedalaman got malang yaitu 60 cm dengan lebar 50 cm. Jarak antar got malang sekitar 10 m, tergantung dari kondisi dari air lahan. Kedalaman dari ketiga got tersebut selisih 10 cm, hal ini bertujuan agar kelebihan air pada lahan dapat dengan mudah mengalir keluar dari kebun. Pembuatan got untuk lahan kering biasanya dilakukan dengan mekanisasi kecuali got keliling (Gambar 1 A). Sementara itu got pada lahan sawah dibuat relatif lebih dalah karena digunakan untuk mengontrol air (Gambar 1 B).
(A)
(B)
Gambar 1. Pembuatan Got: A. Pembuatan Got pada Lahan Tegalan B. Got pada Lahan Sawah Persiapan bahan tanam Di wilayah kerja PG. Madukismo, bibit yang ditanam untuk KTG (kebun tebu gling) adalah bibit yang berasal dari KBD (kebun bibit datar) yang dikelola oleh pabrik gula. bagian Tanaman di (BST) Bina Sarana Tani. atau dikelola oleh petani dengan suatu perjanjian dengan pihak pabrik gula yang biasa disebut dengan KBD Kerjasama. Bibit yang ada di PG. Maduksimo berasal dari P3GI (Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula Indonesia) Pasuruan. Prosedur penyediaan bibit di PG. Maduksimo adalah penyediaan bibit berjenjang dengan empat jenjang pembibitan. Bibit yang berasal dari P3GI adalah kebun bibit pokok utama yang seanjutnya diserahkan ke PG. Madukismo berupa kebun bibit pokok. Selanjutnya akan
23
ditebang dan ditanam kembali menjadi KBN (kebun bibit nenek) dengan proporsi 1/7 dari luasan kebun bibit pokok. Dari kebun bibit nenek akan memasuki jenjang berikutnya ke kebun bibit induk (KBI) dan selanjutnya ke kebun bibit datar (KBD). Terdapat standar mutu kebun bibit, standar tersebut adalah kemurnian varietas dimana KBPU/KBP harus bebas dari campuran varietas lain. Selain itu juga terdapat standar kesehatan tanaman yang antara lain: Serangan penggerek pucuk kurang dari 5%, Serangan penggerek batang kurang daari 2%, Serangan penyakit noda daun (karat daun, daun hangus, noda kuning) kurang dari 10%. Bibit siap ditebang setelah umur enam sampai tujuh bulan. Kebutuhan bahan tanam dari KBD Untuk KTG adalah dengan proporsi 1/9, artinya sembilan hektar KTG bisa dicukupi dengan satu hektar kebun bibit datar. Bibit menjadi salah satu faktor penting dalam menentukan hasil dari pengusahaan tebu. Kriteria bibit yang baik antara lain adalah bibit yang sudah cukup umur yaitu brumur 6 – 8 BST, memiliki tingkat kemurnian minimal 5%, sehat (bebas dari hama dan penyakit), mempunyai daya tumbuh lebih dari 90 %, dan habitus batang normal sesuai dengan varietasnya. KBD pada dasarnya pengelolaanya sama dengan kebun tebu giling (KTG). Perbedaan tersebut diantaranya adalah pada KBD tidak dilakukan klentek. Hal ini bertujuan agar mata tunas tetap terlindungi selama tebang dan angkut bibit serta mencegah kehilangan air pada bibit. Kegiatan menanam tebu dari bibit bagal meliputi kegiatan sebagai berikut: 1. Tebang bibit dan angkut bibit. Kegiatan tebang bibit dilakukan pada perjalanan jenjang kebun bibit yang telah ditetapkan oleh pihak pabrik gula. Jumlah dan varietas bibit yang ditebang disesesuaikan dengan kebutuhan jenjang selanjutnya. Tebang bibit dilaksanakan dengan menggunakan golok tebang (Gambar 2 A). Penebanagan diusahakan rata dengan permukaan tanah atau sering disebut tebang mepet tanah (TMT) serta memotong bagian pucuknya. Stek batang tebu kemudian diikat, satu ikat biasanya terdiri dari 20 – 25 batang. Prestasi kerja mahasiswa 0.007 ha/HOK dan prestasi kerja buruh 0.017 ha/HOK.
24
Kegiatan angkut bibit adalah kegiatan mengangkut bibit dari kebun bibit ke kebun bibit selanjtnya atau Kebun Tebu Giling (KTG) yang telah siap untuk melaksanakan penanaman. Pertama bibit dimuat dari lahan ke Truk (Gambar 2B). Pengangkutan bibit dilakukan dengan menggunakan truk dengan kapasitas 7 – 8 ton. Setelah itu, dilakukan pembongkaran bibit dari truk ke lahan untuk selanjutnya diecer. Kegiatan ini pada umumnya dilakukan satu hari sebelum dilakukannya penanaman.
(A) Gambar 2. Panen Bibit : A. Tebang Bibit
(B) B Angkut Bibit;
2. Penempatan, klentek, dan pemotongan bibit Penempatan bibit merupakan kegiatan menempatkan bibit ke beberapa blok di sekitar kebun, agar proses penanaman lebih efisien (Gambar 3A). selanjutnya dilakukan kegiatan klentek, yaitu kegiatan yang dilakukan dengan tujuan menghilangkan pelepah daun kering yang masih menempel dari bibit batang tebu. Klentek bibit dilakukan secara manual tanpa alat bantu seperti pisau, agar mencegah terjadinya kerusakan pada mata tunas. Klentek dilaksanakan di lahan yang akan ditanami (Gambar 3 B). Setelah bibit diklentek, kegiatan selanjunya adalah pemotongan (Gambar 3 C). Pemotongan bertujuan untuk membagi stek batang tebu menjadi bibit bagal 2 – 3 mata tunas. Panjang bibit bagal kurang lebih 40 cm.
25
(A)
(B)
(C)
Gambar 3. Persiapan Penanaman Bibit: A. Penempatan Bibit; B. Klentek Bibit; C. Pemotongan Bibit Persiapan tanam dan penanaman 1. Pembuatan kasuran Pembuatan kasuran dilakukan untuk menyediakan media dimana tebu ditanam lebih optimal dalam merangsang pertumbuhan akar. Pembuatan kasuran dapat dilakukan bersamaan dengan klentek dan pemotongan bibit. Pembuatan
kasuran
dapat
dilaksanakan
secara
manual
dengan
menggunakan cangkul (Gambar 4) atau sekaligus saat pembuatan juringan dengan menggunakan traktor.
Gambar 4. Pembuatan Kasuran 2. Penanaman bibit Sebelum penanaman, perlu dilakukannya pemilihan jenis atau varietas tebu yang memenuhi kriteria kesesuaian dengan lahan yang akan ditanami dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Tipologi wilayah, varietas dan masa tanam dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini.
26
Tabel 5. Hubungan antara Tipologi Wilayah dengan Pola Tanam Varietas. Tipologi Wilayah Pola Tanam Varietas Jenis Status Status Awal Musim Awal Musim Tanah Pengairan Drainase Kemarau (Pola I) Penghujan (Pola II) Berat Irigasi Lancar PS 851; PS 863; PS 864; PS 921; PS 951 Berat Irigasi Jelek PS 864; PS 921; PS 951 Berat Tadah Hujan Lancar PS 864; PS 951 Berat Tadah Hujan Jelek PS 864; PS 921 Ringan Irigasi Lancar PS 851; PS 862; BL Ringan Irigasi Jelek PS 864; PS 921 Ringan Tadah Hujan Lancar PS 851; PS 864 Sumber : Bina Sarana Tani PG. Madukismo, Bantul (2012)
Dari Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa penentuan varietas juga didasarkan pada waktu tanam sehingga waktu panen akan bersamaan dengan waktu giling. Kegiatan tanam di lahan sawah dapat dilakukan sepanjang tahun karena tidak terdapat hambatan pengairan. Untuk lahan kering penanaman dilaksanakan jika sudah memasuki musim hujan, yaitu bulan Oktober sampai Desember. kegiatan selanjutnya adalah kegiatan penanaman dengan bahan bibit bagal tebu yang telah tersedia. Sistem tanam bibit yang digunakan petani adalah double planting (Gambar 5 A) diujung juringan yang bertujuan untuk cadangan sulam, dan selebihnya adalah
sistem tanam over lapping
(Gambar 5 B) biasanya dilakukan pada musim hujan atau pada lahan dengan ketersediaan air optimal. Jenis bibit yang digunakan petani pada umunya merupakan bibit bagal tiga ruas dengan dua mata tunas.
(A)
(B)
Gambar 5. Pola Tanam Bibit : A. Double Planting; B. Over Lapping
27
3. Pengairan Pengairan perlu dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kelembaban
tanah,
mempermudah
penanaman,
marangsang
perkecambahan bibit sehingga diharapkan pertumbuhan bibit yang merata. Pengaiaran diusahakan tidak lebih dari satu hari untuk mencegah terjadinya busuk pada bibit. Kegiatan ini dilaksanakan pada lahan sawah beririgasi atau lahan tegalan yang dekat dengan aliran air. 4. Penutupan bibit Penutupan bibit adalah kegiatan menutup bibit dengan menggunakan tanah yang gembur atau remah setebal 5 – 10 cm. penutupan bibit dilaksanakan dengan menggunakan cangkul. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mencegah kehilangan air dan menjaga kelembaban pada bibit serta menjaga mata tunas agar tidak rusak (Gambar 6).
Gambar 6. Penutupan Bibit Pemeliharaan tanaman pertama Pemeliharaan tanaman pertama tebu di wilayah kerja PG. Madukismo adalah sebagai berikut: 1. Penyulaman. Kosongnya barisan tebu pada juringan perlu dilakukan penanaman ulang. Penyulaman adalah kegiatan menanam kembali bibit pada bagian barisan yang kosong karena terjadi kematian rumpun atau bibit yang telah ditanam mati. Pada umunya penyebab kematian rumpun adalah serangan hama dan penyakit atau tidak dapat bersaing dengan pertumbuhan gulma. Barisan kosong yang memiliki panjang lebih dari setengah meter harus dilakukan
28
penyulaman. Penyulaman dilakukan pada saat tebu berumur 3 – 4 minggu. Bibit yang digunakan sebagai bahan sulam adalah bibit dederan berumur sekitar 3 mingu (Gambar 7). Penyulaman juga dapat dilakukan dengan memecah rumpun atau memindahkan rumpun.
Gambar 7. Bibit Dederan 2. Pengairan Pengairan pada lahan kering atau tegalan hanya dengan bergantung pada air hujan. Oleh karena itu penanaman pada lahan kering sebaiknya dilaksanakan pada bulan Oktober, November dan Desember. Pengairan pada lahan sawah dilakukan 3 sampai 4 kali. Pengairan pertama dilakukan pada saat tanam dengan tujuan merangsang perakaran pada bibit. Pengairan kedua dapat dilakukan dilakukan pada saat tebu berumur 10 sampai 15 hari. Pengairan ketiga dan keempat dilaksanakan bersamaan atau sebelum pemupukan I dan II, yaitu pada saat tebu berumur 30 dan 60 hari. 3. Pengendalian gulma Kegiatan mengurangi jumlah gulma yang terdapat di lahan bertujuan untuk mengurangi kompitisi antara tanaman tebu dengan gulma. Kompetisi tersebut dapat berupa penyerapan unsur hara, pemanfaatan ruang, sinar matahari, dan air. Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh adanya keberadaan gulma di perkebunan tebu relaitf cukup besar. Pelaksanaan dangir adalah secara manual oleh buruh dengan menggunakan cangkul karena kegiatan ini biasanya dilaksanakan bersamaan dengan bumbun dan sebelum
pemupukan.
Kegiatan
pengendalian
tergantung
kondisi
pertumbuhan gulma di lahan. Namun diutamakan sampai tebu berumur 4
29
bulan lahan harus bebas dari gulma karena setelah 4 bulan maka tajuk tebu sudah menutupi lahan sehingga pertumbuhan gulma relatif lebih rendah. Pengendalian gulma secara manual dipengaruhi faktor tesedianya tenaga kerja dan kurang terserapnya aplikasi herbisida Prestasi kerja mahasiswa 0.02 ha/HOK dan prestasi kerja buruh 0.031 ha/HOK. Gulma yang tumbuh di lahan tebu terdiri dari golongan gulma daun lebar, golongan daun sempit atau rumput, dan golongan teki (Tabel 6). Tabel 6. Data Jenis Gulma PG. Madukismo Jenis Gulma Daun Lebar
Daun Sempit Teki-tekian
Kerapatan Tinggi Amaranthus Mimosa invisa Euphorbia heterophylla Centrosema pubescens Cynodon dactylon Echinochloa colonum Panicum repens Cyperus sp.
Kerapatan Sedang Ageratum conyzoides
Eleusine indica
Kerapatan Kurang Portulaca oleraceae Commelina benghalensis Imperata cylindrical
Cyperus rotundus
Sumber : Bina Sarana Tani PG. Madukismo, Bantul (2012)
4. Pemupukan Kegiatan pemupukan bertujuan untuk pemberian atau penambahan bahanbahan yang dibutuhkan tanaman ke tanah untuk melengkapi keadaan unsur hara dalam tanah yang tidak cukup terkandung didalamnya. Untuk Plant Cane (PC) mengajurkan dosis 5 ku/ha ZA dan phonska 5 ku/ha. Pemupukan berdasarkan waktu aplikasinya terdiri dari pemupukan I dan pemupukan II. Pemupukan I dilaksanakan ketika tebu berumur 4 minggu dengan dosis setengah dari dosis total yaitu 2.5 ku/ha ZA dan 2.5 ku/ha Ponska (NPK). Pemupukan II dilaksanakan pada saat tebu berumur 2 bulan. Dosis pemupukan II sama dengan pemupukan I. Untuk lahan kering, pemupukan biasanya dilaksanakan dengan menunggu datangnya hujan. Aplikasi pupuk disebarkan secara manual di atas permukaan tanah setelah itu pupuk ditutupi tanah. Pemupukan diberikan di bagian samping barisan tanaman, pemupukan I dan II diaplikasikan pada bagian yang berlawanan. Pencampuran pupuk dilaksanakan agar pupuk yang diaplikasikan ke lahan homogen atau sama dosisnya.
30
Penambahan pupuk dapat dilakukan jika tampak nyata hasil pemberian pupuk terhadap pertumbuhan tanaman. Jika pertumbuhan tidak optimal setelah pemberian pupuk maka pemberian pupuk selanjutnya dikurangi dan dikonversikan ke tanaman yang pertumbuhannya optimal. Tidak optimalnya pertumbuhan biasanya disebakan oleh faktor lingkungan seperti kekeringan dan solum tanah dangkal. 5. Pembumbunan Pembumbunan juga disebut tambah tanah. Kegiatan penimbunan tanah pada barisan tanaman dengan cara memindahkan tanah ke pangkal tebu. Pembubunan dilakukan tiga kali. Pembubunan I dilaksanakan pada tebu berumur 30 – 35 hari, pembumbunan I bertujuan untuk merangsang pertumbuhan anakan dan menutup pupuk I serta menekan pertumbuhan gulma. Pembumbunan II dilaksanakan pada tebu berumur 60 sampai 70 hari, pembumbunan II bertujuan untuk menambah media perakaran tanaman, menutup pupuk II dan juga untuk menekan pertumbuhan tumbuhnya anakan tersier dan kuarter. Pembumbunan III dilaksanakan pada tebu berumur sekitar 75 sampai 90 hari, pembubunan III bertujuan agar akar dibagian ruas atas tumbuh, melancarkan aliran air hujan, dan memperkokoh batang tebu agar tidak mudah roboh. Prestasi kerja mahasiswa 0.024 ha/HOK dan prestasi kerja buruh 0.051 ha/HOK. 6. Klentek Klentek merupakan kegiatan mengelupas daun-daun kering yang masih menempel pada tanaman. kegiatan ini bertujuan untuk sanitasi kebun dan mencegah tumbuh dan berkembangnya hama dan penyakit, memperkokoh batang tebu, memperbaiki aerasi udara, memperbanyak masuknya sinar matahari, dan mapermudah pelaksanaan tebang. Kegiatan klentek dilakukan dua
kali, klentek pertama bertujuan untuk mempercepat
pertumbuhan akar dan klentek II dilaksanakan menjelang panen yang bertujuan untuk memenuhi standar panen pabrik gula. Prestasi kerja mahasiswa 0.035 ha/HOK dan prsetasi kerja buruh 0.069 ha/HOK.
31
7. Pengendalian hama dan penyakit Kegiatan ini bertujuan untuk mencegah atau mengurangi dampak yang merugikan yang berupa penurunan hasil panen akibat dari serangan hama dan penyakit.. Pengendalian hama di PG. Madukismo dilakukan secara manual, kimiawi, biologis, dan kultur teknis. Hama utama yang terdapat di wilayah PG. Madukismo diantara lain penggerek pucuk, penggerek batang, dan uret. Penggerek Pucuk Tebu (Scirpophaga excerptalis W.) Serangan hama ini memiliki gejala yaitu terdapat deretan lubang berwarna coklat pada daun yang ditembus larva. Serangan lanjut terlihat pada ibu tulang daun dimana tampak adanya lorong gerek yang berwarna coklat. Kematian tanaman dapat terjadi apabila serangan mencapai titik tumbuh ditandai dengan mengeringnya daun-daun muda yang masih menggulung (Gambar 8 A). Pencegahan dilakukan degan menggunakan bibit yang bebas dari penggerek, menanam varietas yang tahan, dan menjaga kebersihan Pengendalian
dari
tanaman
secara
gelagah
biologis
(Saccharum
dilakukan
spontaneum
dengan
parasit
L.). telur
Trichogramma japonicum (Gambar 8 B). Pelepasan telur dilakukan dua bulan sekali dimulai sejak tanaman berumur 2 bulan sampai 4 bulan.
Sumber: Bina Sarana Tani PG. Madukismo.
(A)
(B)
Gambar 8. A. Penggerek Pucuk Tebu Scirpophaga excerptalis W. B. Parasit Telur Trichogramma japonicum (Pias) Dosis pelepasan sebanyak 20 pias/ha. Pelepasan pias dilakukan di pagi hari karena telur parasit akan menetas jika tekena panas matahari, dan aplikasi pias adalah secara acak. Pengendalian secara manual juga dapat
32
dilakukan dengan cara memotong pucuk tebu dimulai dari pucuk hingga ke bawah sedikit demi sedikit kirakira 2 cm sehingga akan didapat larvanya. Pengendalian dengan cara ini dilaksanakan pada tanaman berumur antara 1.5 – 2 bulan. Penggerek Batang Tebu (Chilo auricillius D.) Gejala yang ditimbulkan dari hama ini diantaranya tampak bercakbercak putih transparan berbentuk bulat oval pada daun, dengan kulit luar daun tidak ditembus (Gambar 9). Pada bagian dalam pelepah dan ruas batang terdapat lorong gerekan yang terkadang menyebabkan titik tumbuh mati, daun muda layu atau kering. Pada umumnya dalam satu batang terdapat lebih dari satu ulat penggerek. Pencegahan dapat dilakukan dengan menggunakan bibit yang bebas dari penggerek, menanam varietas yang tahan, dan menjaga kebersihan kebun dari tanaman gelagah dan rumput-rumputan. Pengendalian dilakukan dengan pelepasan parasit telur dari spesies Trichogramma nanum, Trichogramma
minatum
dan/atau
Trichogramma
australicum.
Pelaksanaannya sama dengan penggerek pucuk.
Sumber : Bina Sarana Tani PG. Madukismo, Bantul (2012)
Gambar 9. Penggerek Batang Tebu Chilo auricillius D. Uret (Lepidiota stigma F., Euchlora viridis F.) Uret adalah hama terganas di PG. Madukismo, yang mana hama tersebut menyerang akar dari tanaman tebu. Gejala tanaman yang terserang uret menyerupai gejala-gejala kekurangan air. Daun mula-mula menguning kemudian layu selanjutnya kering dan akhirnya mati. Jika tanaman dicabut, maka di sekitar perakaran tanaman terdapat uret dan pada bagian
33
pangkal batang terdapat luka-luka bekas gerekan (Gambar 12). Pada serangan berat terpaksa harus dilakukan tanam ulang. Tanaman terserang uret mudah roboh. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara menanam tebu pada pola tanam awal karena serangan uret terjadi di awal tahun yaitu sekitar bulan Februari, sehingga diharapkan tanaan tebu sudah dewasa saat uret menyerang dan kehilangan hasil karena serangan uret diharapkan tidak melebihi ambang ekonomi. Pengendalian juga dapat dilakukan dengan pembongkaran tunggul-tunggul sisa tanaman tebu. Pengendalian secara manual dilakukan dengan cara menangkap uret dengan membongkar tanah, lalu dibunuh. Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan penaburan insektisida granular/powder ke dalam juringan bersamaan dengan saat tanam. Insektisida yang bisa digunakan antara lain Furadan 3 G (50 – 100 kg/ha), Rhocap 10 G (30 kg/ha), Rugby 10 G ( 30 kg/ha).
Sumber : Bina Sarana Tani PG. Madukismo, Bantul (2012)
Gambar 10. Uret (Lepidiota stigma F., Euchlora viridis F.) Pengendalian penyakit tebu di PG. Madukismo dilakukan dengan cara pencegahan. Pencegahan penyebaran penyakit antara lain dengan cara menanam varietas tebu tahan penyakit, menjaga sanitasi kebun, dan memilih bibit dari KBD yang sehat serta jika perlu lakukan sterilisasi peralatan budidaya seperti pisau panen dan alat lainnya dengan alkohol 70% dan perlakuan air panas pada bibit yang akan ditanam. Penyakit utama yang terdapat di PG. Madukismo antara lain penyakit mosaik, penyakit pokahbung, penyakit karat, penyakit luka api, dan penyakit pembuluh. Tanaman yang terserang penyakit dapat ditanggulangi dengan
34
cara
mengambil
bagian
tanaman
yang
terserang
penyakit
lalu
membakarnya. Pengawasan terhadap serangan penyakit sangat diperlukan agar tidak terjadi serangan yang besar. Pemeliharaan tanaman keprasan Tanaman keprasan atau disebut juga Ratoon Cane (RC) merupakan tanaman yang tumbuh setelah tanaman pertama ditebang. Pada tanaman keprasan tidak dilakukan pengolahan lahan dan penanaman. Tindakan pemeliharaan pada tanaman keprasan relatif sama dengan pemeliharaan tanaman pertama, namun terdapat beberapa tindakan budidaya yang membedakannya. Pemeliharaan tanaman keprasan meliputi pembersihan lahan sampai penebangan. 1. Pembersihan lahan Kegiatan membersihkan lahan dari kotoran sisa daun dan batang yang tidak terpakai hasil tebangan sebelumnya. Kotoran tersebut berpotensi menjadi inang dari hama dan penyakit. Pembersihan lahan dilakukan dengan cara mengumpulkan kotoran dan sisa tanaman yang berada pada juringan. 2. Pengeprasan Pengeprasan adalah kegiatan memotong sisa batang tebu yang ditebang sebelumnya yang menyisakan batang tebu di permukaan tanah. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk merangsang inisiasi tunas-tunas baru yang berasal dari mata yang berada di bawah permukaan tanah. Untuk menghasilkan tanaman yang seragam, pengeprasan dilakukan dengan cara memotong guludan dengan cangkul sehingga tanah agak rata dan tanaman dikepras pada pangkal batangnya. Pengeparasan paling lambat dilakukan satu minggu setelah tebang. 3. Penyulaman Penyulaman dilakukan jika pada juring terdapat kekosongan lebih dari 50 cm. Penyulaman pada tanaman keprasan dikerjakan paling lambat 5 hari setelah pengeprasan. Penyulaman dilakukan dengan menggunakan bibit bagal 2 mata tunas. Kegiatan sangat penting untuk mempertahankan produktivitas pada tanaman keprasan.
35
4. Putus akar Putus akar adalah kegiatan yang bertujuan untuk memotong perakaran tua agar dapat merangsang pertumbuhan akar baru sehingga penyerapan unsur hara tetap efisien. Selain itu putus akar juga bertujuan untuk menggemburkan tanah dan memperbaiki aerasi di sekitar perakaran tanaman. Putus akar dilakukan secara manual dengan cangkul atau dengan bajak traktor atau kombinasi dari keduanya. Putus akar dengan menggunakan cangkul lebih efisien daripada dengan bajak traktor, hal ini dikarenakan cangkul dapat menjangkau bagian-bagian yang tidak dapat dijangkau oleh bajak traktor. 5. Pengairan Pada tanaman keprasan dilaksanakan tiga kali, pengairan hanya dapat dilakukan pada lahan sawah atau tegalan yang beririgasi teknis. Untuk lahan kering pengairan sangat bergantung pada hujan. Pengairan I dilaksanakan pada tanaman berumur 2 – 3 minggu. Pengairan II dan III dilaksanakan sebelum pemupukan I dan II, yaitu saat tanaman berumur 1 bulan dan 2 bulan. 6. Pemupukan Di PG. Madukismo, dosis pemupukan pada tanaman keprasan tidak sama dengan tanaman pertama, yaitu pupuk madros organic dengan dosis 11 ku/ha dan 5 ku/ha ZA serta 3 ku/ha Ponska. Cara dan waktu pemupukan sama dengan tanaman pertama yaitu saat tanaman tebu berumur 3 – 4 minggu atau 1 bulan dan 60 – 70 hari. Dosis pemupukan I dan II yaitu 2.5 ku/ha ZA dan 1 ku/ha Ponska. Pupuk dicampur agar dosis yang didapat semua tanaman homogen. Prestasi kerja mahasiswa 0.13 ha/HOK dan prestasi kerja buruh 0.31 ha/HOK. Panen Panen merupakan kegiatan terakhir dari kegiatan budidaya tanaman tebu. Faktor utama yang menentukan waktu panen adalah analisis kemasakan dan jadwal giling pabrik gula. Tahapan kegiatan persiapan yang dilaksanakan PG. Madukismo menjelang kegiatan panen adalah taksasi produksi, analisis kemasakan, analisis pendahuluan, tebang dan angkut.
36
1. Taksasi produksi Taksasi produksi adalah perhitungan perkiraan produksi yang akan dicapai pabrik gula. sehingga perlu dilakukannya persiapan seperti kebutuhan jumlah tenaga kerja, bahan, peralatan dan lamanya hari giling. Di PG. Madukismo terdapat dua macam taksasi produksi yaitu taksasi Desember dan Taksasi Maret. Taksasi Desember adalah taksasi yang dilaksanakan saat kegiatan budidaya tebu telah berakhir yaitu saat pembumbunan akhir. Dalam taksasi Desember hanya menghitung bobot batang karena tanaman belum tumbuh optimal. Maka hasil taksasi Desember biasanya tidak dapat dijadikan perkiraan produksi. Sementara itu taksasi maret adalah taksasi yang dilaksanakan pada bulan Maret. Angka hasil taksasi Maret yang akan dijadikan angka perkiraan produksi yang akan dicapai. Variabel yang dihitung dalam taksasi maret antara lain tinggi batang, bobot batang, jumlah ruas dan jumlah batang per juringan. Sehingga rumus taksiran produksi per ha adalah sebagai berikut : Taksasi Produksi = jumlah batang per juring rata-rata x panjang batang rata-rata x bobot batang per meter x jumlah juring per petak lahan. Tinggi batang diukur dari permukaan tanah sampai cincin teratas atau ruas sebelum pucuk. Jumlah ruas yang dihitung sama dengan tinggi batang yaitu dari ruas terbawah (permukaan tanah) sampai cincin teratas. Untuk jumlah batang per juringan, hanya batang yang sehat dan yang dipastikan tumbuh saja yang dihitung. Penentuan pengambilan contoh untuk taksasi produksi adalah 10 juringan di tiap petak lahan. 2. Analisis kemasakan Analisis
kemasakan adalah kegiatan sebelum penebangan untuk
menentukan tingkat kemasakan tebu pada satu petak, tebu dianggap masak jika nilai brix pada batang atas atau ruas batang teratas lebih dari sama dengan 14. Kegiatan ini dilakukan oleh mandor pabrik gula dan langsung dilaksanakan dilapang dengan menggunakan alat hand brix refractometer.
37
Tebu yang sudah memenuhi syarat kemasakan akan dipersiapkan untuk ditebang. Sementara itu, analisis pendahuluan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menentukan perkembangan rendemen dan tingkat kemasakan pada setiap wilayah yang ada di semua rayon di wilayah kerja PG. Madukismo. Tujuan dari analisis pendahuluan adalah untuk mengetahui potensi rendemen (kadar gula) yang akan diperoleh oleh pabrik gula. Hasil perhitungan analisis pendahuluan digunakan untuk pertimbangan dalam penyusunan jadwal tebang berdasakan tingkat kemasakan tebu. Analisis pendahuluan potensi kebun, kegiatan ini dilakukan dengan pengambilan contoh tebu pada luasan minimal 2 hektar di setap wilayah kerja PG. Madukismo yang memiliki kehomogenan dalam hal jenis tebu, jenis bibit, waktu tanam, serta keadaan tanah. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah mencari perkiraan tingkat kemasakan dan potensi rendemen pada setiap kebun di masing - masing wilayah. Kegiatan dilaksanakan dengan menggunakan gilingan contoh. Analisis pendahuluan diawali dengan pengambilan batang tebu contoh, biasanya diambil 10 batang tebu sebagai ulangan pada setiap 2 hektar petak amatan. Kemudian batang-batang tebu tersebut satu persatu diukur tinggi batangnya. Selanjutnya batang tebu ditimbang, diukur brixnya dengan alat hand brix refactometer untuk memperoleh angka brix koreksi dengan rumus : Brix Koreksi = Brix Sebelum Koreksi + Koreksi Suhu (Tabel) Kemudian batang tebu digiling dengan gilingan contoh. Nira hasil gilingan dianalisis untuk mengetahui nilai pol. Nira tersebut kemudian diambil 100 ml, lalu ditambahkan Pb Asetat sebanyak 5 ml. Nira disaring dengan kertas saring. Hasil saringan kemudian dimasukkan ke alat Polbuis untuk diukur dengan Polarimeter agar mendapatkan pembacaan angka pol. Dari angka tersebut akan diperoleh angka potensi rendemen dengan rumus sebagai berikut : % pol =
110 x Angka pol terbaca x 26 100 x BJ x 100
38
Nilai Nira = Pol % - 0.4 x (Brix Koreksi – Pol %) Rendemen = Nilai Nira x 0.67 Hubungannya dengan penebangan, analisis pendahuluan digunaka untuk menentukan Faktor Kemasakan (FK), Koesien Peningkatan (K.P), Koesien Daya Tahan(K.D.T). Dengan rumus masing-masing sebagai berikut. FK =
Rd. Bawah – Rd. Atas Rd. Bawah
x 100 %
Di PG. Madukismo, tebu dianggap masak jika FK < 25, idealnya FK = 0 dimana Rendemen atas = Redemen bawah. K.P =
Rd. n Rd. n – 2
x 100 %
Tebu layak tebang jika K.P sudah menurun dari angka 100, jika K.P masih berada pada angka > 100 maka tebu masih bisa ditahan. K.D.T =
H.K bagian bawah (a.a) H.K bagian bawah (a.a – 2)
x 100 %
Jika K.D.T masih berada pada angka di atas 100 maka tebu masih dapat ditahan. Jika K.D.T berada pada angka = 100 maka tebu disarankan untuk ditebang. Jika K.D.T bedara pada angka < 100 maka tebu sudah harus ditebang. 3. Tebang dan angkut Kegiatan terakhir yang dilakukan pada budidaya tebu selama satu musim adalah kegiatan tebang dan angkut. Cara penebangan yaitu batang tebu yang ditebang sebatas permukaan tanah atau menyisakan batang sepanjang 15 – 20 cm. Batang yang telah ditebang dibersihkan dari pucuk, daun hijau, dan daun kering. Hasil tebangan harus bersih dari akar, tanah, sogolan dan brondolan untuk memenuhi syarat mutu tebu. Batang yang telah bersih kemudian diikat setiap 20 – 30 batang untuk memudahkan pengangkutan. Batang yang selesai diikat kemudian diangkut dengan menggunakan truk. Pengangkutan tebu juga dapat menggunakan lori. Truk atau lori yang akan memasuki implasemen akan diperiksa terlebih dahulu di pos I (pos gawang). Hanya tebu yang memenuhi syarat yang diijinkan masuk ke
39
implasemen. Syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu brix batang atas tebu > 14, batang tebu bersih dari akar, daun, pucuk, tanah, sogolan dan brondolan (tebu potongan). Truk atau lori yang memenuhi syarat kemudian mengantri di implasemen menunggu giliran. Selanjutnya truk dan lori ditimbang di Timbangan Bruto untuk menghitung berat bruto tebu yang diangkut. Setelah itu truk dan lori akan menuju meja tebu, disinilah berakhirnya proses pengangkutan tebu. 4. Pengolahan gula PG. Madukismo dalam proses pengolahan gula pasir menggunakan alat yang otomatis. Pengolahan gula dimulai dari pemindahan tebu dari truk ke lori yang kemudian diletakkan pada cane table dan melewati beberapa proses sebagai berikut: a. Ekstraksi Nira Ekstraksi nira adalah proses pemerahan cairan tebu dari batangnya dengan menggunakan gilingan yang terbuat dari kayu atau logam. Pembilasan dan pengenceran merupakan proses yang bertujuan untuk menurunkan kadar sukrosa pada ampas tebu. b. Penjernihan nira Penjernihan nira bertujuan menurunkan sebanyak mungkin kotoran (zat bukan gula) dalam nira hasil ekstraksi yang tanpa merusak gula. Tiga proses yang dilakukan adalah 1. Proses defekasi yaitu proses menggunakan bahan pemersih utama berupa kapur. Kapur diberikan setelah nira yang dipanasi mencapai suhu antara 60-90 oC. Setelah nira netral, akan terbentuk endpan yang dapat dipisahkan dengan cara penyaringan. 2. Proses sulfitasi yaitu proses penjernihan yang menggunakan bahan penjernih berupa kapur tobor. Gas sulfit yang diperoleh dari hasil pembakaran belerang yang digunakan untuk menetralkan kelebihan kapur yang digunakan dalam proses ini. 3. Karbonatasi yaitu bahan pembersih yang digunakan dalam cara ini adalah kapur dan gas. Gas CO2 diperoleh dari hasil pembakaran batu
40
kapur. Cara karbonatasi menggunakan kapur lebih banyak. Kelebihan kapur dinetralkan dengan asam karbonat, yaitu hasil reaksi antara gas CO2 dan air. c. Penguapan Nira Cairan tebu (nira) yang sudah jernih banyak mengandung air. Air dalam nira harus dihilangkan dengan cara penguapan. Penguapan dilakukan dengan menggunakan evaporator yang merupakan rangkaian terdiri antara 4-5 bejana. Uap yang dihasilkan satu bejana dijadikan sebagai pemanas berikutnya. d. Kristalisasi Kristalisasi adalah tahap pengkristalan gula menggunakan pan vakum, yaitu tempat dimana nira pekat hasil penguapan dipanaskan terus menerus sampai kondisi lewat jenuh. Kristal terbentuk dalam proses ini yang merupakan sukrosa yang telah larut kemudian memisahkan diri. e. Pemisahan kristal gula Proses pemisahan yang dilakukan dengan menggunakan saringan yang berputar secara sentrifugal. Hasil dari pemisahan ini adalah mollase (tetes). Mollase masih mengandung banyak gula, tetapi tidak menghambat proses pengkristalan. f. Pengeringan Proses pengeringan dilakukan untuk mengurangi kadar air yang masih terkandung dalam kristal gula hasil sentrifugasi. Karena apabila gula mengandung air, maka gula tersebut akan cepat rusak. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan udara panas dengan suhu sekitar 80 oC. Setelah kering, gula menuju proses pengemasan. Untuk kondisi penyimpanan, kelembaban udara tidak boleh lebih dari 10 %.
41
Aspek Manajerial
Mandor atau Petugas Lapangan (PLPG) Petugas lapangan memiliki tugas utama yaitu memenuhi jumlah pasokan tebu dari wilayah kerjanya (afdeling) sesuai dengan target yang ditetapkan oleh sinder kebun wilayah. Petugas lapangan juga bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan budidaya di lapangan, tugas ini dilaksanakan melalui penyuluhan, dan pencarian tenaga kerja untuk pengelolaan tebu di lahan. Mengingat tebu di PG. Madukismo seluruhnya adalah tebu rakyat sehingga pelaksanaan budidaya di lapang dilaksanakan oleh petani atas pengawasan pihak PG. Penyuluhan, pendekatan dan pendampingan yang dilakukan berupa anjuran tentang kaidah teknis budidaya tebu yang benar. Mandor merupakan perantara yang menghubungkan petani dengan pabrik gula. Hampir semua hal-hal yang berhubungan dengan petani ditangani oleh mandor. Hal-hal tersebut diantaranya mencari kepala kerja serta tenaga kerja untuk lahan kerjasama yang digarap pabrik gula, menyalurkan kredit petani, mengawasi penyaluran pupuk bersubsidi, mengurusi pembelian bibit, dan menyebarkan surat perintah tebang angkut, dan mengawasi proses penebangan dan hal – hal yang menyangkut teknis budidaya tebu yang lain.
Sinder Kebun Wilayah (SKW) Sinder kebun wilayah adalah pihak yang bertanggung jawab dalam mengendalikan terhadap satu wilayah kerja yang disebut afdeling dan dibantu oleh para mandor. SKW juga harus menyusun laporan mengenai kondisi di wilayahnya, dan laporan ini akan dievaluasi oleh Kepala Rayon. Tugas utama dari SKW adalah memenuhi jumlah pasokan tebu dari wilayahnya sesuai dengan target yang ditetapkan oleh kepala rayon tanaman, mengendalikan kualitas tebu sesuai dengan standar kualitas MBS (Manis Bersih Segar), serta berupaya untuk memperluas wilayah kerja agar pasokan tebu ke pabrik gula tidak mengalami kekurangan. Selain itu, SKW juga bertanggung jawab dalam mengendalikan pelaksanaan kredit tebu rakyat di wilayah kerjanya, mengelola petugas lapangan yang berada di wilayah kerjanya, dan melakukan
42
pembinaan petani di bidang usahatani tebu rakyat di wilayah kerjanya, serta berusaha dalam hal perluasan areal. Sinder Kebun Bibit Sinder kebun bibit di PG. Madukismo berada di bawah tanggung jawab kepala Bina Sarana Tani (BST). Tugas utama seorang sinder kebun bibit adalah memenuhi jumlah pasokan bibit sesuai dengan target yang diberikan oleh Sinder Kebun Kepala (SKK) dan memenuhi kebutuhan bibit yang dibutuhkan di KTG. Sinder kebun bibit juga bertugas mengontrol varietas yang akan ditanam di KBD sesuai dengan kebutuhan KTG dan keperluan penataan varietas. Sinder kebun bibit bertanggung jawab atas kualitas bibit yang dihasilkan. Dalam pengelolaan kebun bibit, sinder kebun bibit menyusun Rencana Anggaran Kebun (RAK) bibit. RAK tersebut akan dievaluasi dan disetujui oleh Kepala Bina Sarana Tani (BST).