OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 64 /POJK.03/2016 TENTANG PERUBAHAN KEGIATAN USAHA BANK KONVENSIONAL MENJADI BANK SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,
Menimbang
: a.
bahwa
dalam
rangka
mendukung
pertumbuhan
perekonomian nasional diperlukan lembaga perbankan yang dapat melayani seluruh lapisan masyarakat; b.
bahwa bank syariah sebagai bagian dari sistem perbankan nasional perlu dikembangkan secara sehat dan kuat agar dapat
memberikan
pelayanan
jasa
perbankan
bagi
masyarakat, antara lain melalui perubahan kegiatan usaha bank konvensional menjadi bank syariah; c.
bahwa perubahan kegiatan usaha bank konvensional menjadi bank syariah harus didukung dengan modal yang cukup dan manajemen yang profesional sehingga dapat tercipta
bank
syariah
yang
sehat
dan
tangguh
(sustainable); d.
bahwa sejak tanggal 31 Desember 2013, fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan dan pengawasan kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan beralih dari Bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan;
e.
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank Konvensional Menjadi Bank Syariah;
Mengingat
: 1.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Tahun
1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3472) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790); 2.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756);
3.
Undang-Undang
Nomor
21
Tahun
2008
tentang
Perbankan Syariah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4867); 4.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253); MEMUTUSKAN:
Menetapkan
: PERATURAN
OTORITAS
JASA
PERUBAHAN
KEGIATAN
USAHA
MENJADI BANK SYARIAH.
KEUANGAN BANK
TENTANG
KONVENSIONAL
-3-
BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1.
Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri dari Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah;
2.
Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya
memberikan
jasa
dalam
lalu
lintas
pembayaran sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah; 3.
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang selanjutnya disebut
BPRS
adalah
Bank
Syariah
yang
dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah; 4.
Bank Konvensional adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri dari Bank Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat;
5.
Bank Umum Konvensional adalah Bank Konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran
Undang-Undang
sebagaimana
Nomor
21
dimaksud
Tahun
2008
dalam tentang
Perbankan Syariah; 6.
Bank Perkreditan Rakyat yang selanjutnya disebut BPR adalah Bank Konvensional yang dalam kegiatannya tidak memberikan
jasa
dalam
lalu
lintas
pembayaran
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah;
-4-
7.
Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia;
8.
Pemegang Saham Pengendali yang selanjutnya disebut PSP
adalah
badan
hukum,
perorangan
dan/atau
kelompok usaha yang: a.
memiliki saham perusahaan atau bank sebesar 25% (dua puluh lima persen) atau lebih dari jumlah saham yang dikeluarkan dan mempunyai hak suara; atau
b.
memiliki saham perusahaan atau bank kurang dari 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah saham yang dikeluarkan dan mempunyai hak suara namun yang bersangkutan dapat dibuktikan telah melakukan pengendalian perusahaan atau bank, baik secara langsung maupun tidak langsung;
9.
Direksi adalah Direksi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;
10. Dewan Komisaris adalah Dewan Komisaris sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas; 11. Dewan Pengawas Syariah yang selanjutnya disebut DPS adalah dewan yang bertugas memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan Bank Syariah agar sesuai dengan Prinsip Syariah; 12. Hari adalah hari kalender. Pasal 2 (1)
Bank Konvensional dapat melakukan perubahan kegiatan usaha menjadi Bank Syariah.
(2)
Perubahan kegiatan usaha Bank Konvensional menjadi Bank Syariah dapat dilakukan: a.
Bank Umum Konvensional menjadi Bank Umum Syariah; atau
b.
BPR menjadi BPRS.
-5-
Pasal 3 Bank Syariah dilarang melakukan perubahan kegiatan usaha menjadi Bank Konvensional. Pasal 4 (1)
Perubahan kegiatan usaha Bank Konvensional menjadi Bank Syariah hanya dapat dilakukan dengan izin Otoritas Jasa Keuangan.
(2)
Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk izin perubahan kegiatan usaha. BAB II PERSYARATAN PERUBAHAN KEGIATAN USAHA Bagian Kesatu Persyaratan Umum Pasal 5
Rencana perubahan kegiatan usaha Bank Konvensional menjadi Bank Syariah harus dicantumkan dalam rencana bisnis Bank Konvensional. Pasal 6 Bank Konvensional yang akan melakukan perubahan kegiatan usaha menjadi Bank Syariah harus: a.
menyesuaikan anggaran dasar;
b.
memenuhi persyaratan permodalan;
c.
menyesuaikan persyaratan Direksi dan Dewan Komisaris;
d.
membentuk DPS; dan
e.
menyajikan laporan keuangan awal sebagai sebuah Bank Syariah. Pasal 7
Penyesuaian anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a mengacu pada Undang-Undang yang mengatur mengenai
Perbankan
Syariah
dan
perundang-undangan lain yang berlaku.
ketentuan
peraturan
-6-
Bagian Kedua Persyaratan Menjadi Bank Umum Syariah Pasal 8 Bank Umum Konvensional yang akan melakukan perubahan kegiatan usaha menjadi Bank Umum Syariah harus memenuhi ketentuan mengenai permodalan Bank Umum Syariah. Pasal 9 Direksi dan Dewan Komisaris Bank Umum Syariah harus memenuhi ketentuan yang mengatur mengenai Bank Umum Syariah. Pasal 10 (1)
Bank
Umum
Konvensional
yang
akan
melakukan
perubahan kegiatan usaha menjadi Bank Umum Syariah harus membentuk DPS. (2)
Calon anggota DPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan DPS sebagaimana diatur dalam ketentuan mengenai Bank Umum Syariah. Bagian Ketiga Persyaratan Menjadi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Pasal 11
BPR yang akan melakukan perubahan kegiatan usaha menjadi BPRS harus memenuhi ketentuan mengenai permodalan BPRS. Pasal 12 Direksi
dan
Dewan
Komisaris
BPRS
harus
memenuhi
ketentuan yang mengatur mengenai BPRS. Pasal 13 (1)
BPR yang akan melakukan perubahan kegiatan usaha menjadi BPRS harus membentuk DPS.
-7-
(2)
Calon anggota DPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan DPS sebagaimana diatur dalam ketentuan mengenai BPRS. BAB III TATA CARA PERIZINAN PERUBAHAN KEGIATAN USAHA Pasal 14
(1)
Permohonan izin perubahan kegiatan usaha diajukan oleh Bank Konvensional disertai dengan antara lain: a.
misi dan visi perubahan kegiatan usaha menjadi Bank Syariah;
b.
rancangan perubahan anggaran dasar;
c.
nama dan data identitas dari calon PSP, calon anggota Direksi, calon anggota Dewan Komisaris, dan calon anggota DPS;
d.
rencana bisnis Bank Syariah;
e.
studi kelayakan mengenai peluang pasar dan potensi ekonomi; dan
f. (2)
rencana penyelesaian hak dan kewajiban nasabah.
Bank Konvensional yang mengajukan permohonan izin perubahan kegiatan usaha harus memberikan penjelasan mengenai
keseluruhan
rencana
perubahan
kegiatan
usaha menjadi Bank Syariah. Pasal 15 (1)
Perubahan anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf b harus dimintakan persetujuan kepada instansi yang berwenang.
(2)
Permohonan
kepada
instansi
yang
berwenang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan bersamaan
dengan
pengajuan
perubahan kegiatan usaha.
permohonan
izin
-8-
Pasal 16 Bank Konvensional yang telah mendapat izin perubahan kegiatan usaha menjadi Bank Syariah wajib mencantumkan secara jelas: a.
kata “Syariah” pada penulisan nama; dan
b.
logo iB pada formulir, warkat, produk, kantor, dan jaringan kantor Bank Syariah. Pasal 17
(1)
Bank Konvensional yang telah mendapat izin perubahan kegiatan
usaha
melaksanakan
menjadi
kegiatan
Bank
usaha
Syariah
berdasarkan
wajib Prinsip
Syariah paling lambat 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal izin perubahan kegiatan usaha diberikan. (2)
Apabila setelah jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Bank Syariah hasil perubahan kegiatan usaha belum melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, maka izin perubahan kegiatan usaha yang telah diberikan akan ditinjau kembali.
(3)
Rencana pelaksanaan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diumumkan
kepada
masyarakat
paling
lambat
10
(sepuluh) hari sebelum tanggal pelaksanaan. (4)
Pelaksanaan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan paling
lambat
10
(sepuluh)
hari
setelah
tanggal
pelaksanaan. (5)
Bank Konvensional yang telah mendapat izin perubahan kegiatan usaha menjadi Bank Syariah dilarang melakukan kegiatan usaha secara konvensional, kecuali dalam rangka penyelesaian hak dan kewajiban dari kegiatan usaha secara konvensional. Pasal 18
(1)
Bank Konvensional yang telah mendapat izin perubahan kegiatan
usaha
menjadi
Bank
Syariah
wajib
menyelesaikan hak dan kewajiban dari kegiatan usaha
-9-
secara
konvensional
paling
lambat
1
(satu)
tahun
terhitung sejak tanggal izin perubahan kegiatan usaha diberikan. (2)
Batas waktu penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperpanjang dalam hal penyelesaian hak dan kewajiban dari kegiatan usaha secara konvensional belum dapat diselesaikan yang disebabkan oleh hal-hal yang
tidak
dapat
dihindari
(force
majeur)
atau
pertimbangan lain yang dapat diterima. BAB IV SANKSI Pasal 19 (1)
Bank Konvensional yang telah mendapat izin perubahan kegiatan
usaha
menjadi
Bank
Syariah
yang
tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, Pasal 17 ayat (1), Pasal 17 ayat (5), dan Pasal 18 ayat (1) dapat dikenakan sanksi administratif sesuai Pasal 58 Undang-Undang
Nomor
21
Tahun
2008
tentang
Perbankan Syariah. (2)
Bank
Syariah
yang
tidak
memenuhi
ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3) dan ayat (4) dapat dikenakan sanksi administratif sesuai Pasal 58 Undang-Undang
Nomor
21
Tahun
2008
tentang
Perbankan Syariah, berupa: a.
teguran tertulis dan denda: 1.
sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) per hari keterlambatan untuk setiap laporan atau pengumuman dan paling banyak seluruhnya sebesar
Rp30.000.000,00
(tiga
puluh
juta
rupiah) untuk Bank Umum Syariah; atau 2.
sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) per hari keterlambatan untuk setiap laporan atau pengumuman dan paling banyak seluruhnya sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) untuk BPRS.
- 10 -
b.
teguran tertulis dan denda: 1.
paling banyak sebesar Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah) dalam hal Bank Umum Syariah
tidak
menyampaikan
laporan
atau
melaksanakan pengumuman; atau 2.
paling banyak sebesar Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) dalam hal BPRS tidak menyampaikan laporan atau melaksanakan pengumuman.
(3)
Bank Syariah dinyatakan tidak menyampaikan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b apabila belum
melaksanakan
pengumuman
dan/atau
menyampaikan laporan dimaksud setelah 30 (tiga puluh) hari
sejak
batas
akhir
pelaksanaan
pengumuman
dan/atau penyampaian laporan. (4)
Pengenaan sanksi teguran tertulis dan denda karena dinyatakan tidak menyampaikan laporan dan/atau tidak melaksanakan
pengumuman
sebagaimana
dimaksud
pada ayat (2) tidak menghapuskan kewajiban Bank Syariah
untuk
menyampaikan
laporan
dan/atau
melaksanakan pengumuman. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 20 Ketentuan pelaksanaan mengenai perubahan kegiatan usaha Bank Konvensional menjadi Bank Syariah diatur dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan. Pasal 21 Pada saat Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini berlaku maka Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/15/PBI/2009 tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank Konvensional Menjadi Bank Syariah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
- 11 -
Pasal 22 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 22 Desember 2016 KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, ttd MULIAMAN D. HADAD Diundangkan di Jakarta pada tanggal 27 Desember 2016 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, ttd YASONNA H. LAOLY
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 295 Salinan sesuai dengan aslinya Direktur Hukum 1 Departemen Hukum ttd Yuliana
PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 64 /POJK.03/2016 TENTANG PERUBAHAN KEGIATAN USAHA BANK KONVENSIONAL MENJADI BANK SYARIAH I.
UMUM Sistem perbankan nasional yang mengakomodasi konsep dual banking system memberikan jalan bagi berkembangnya perbankan syariah di Indonesia. Perbankan syariah yang semakin berkembang diharapkan mampu memberikan kontribusi yang lebih besar bagi perkembangan perekonomian nasional. Peran perbankan syariah dalam sistem perbankan nasional perlu ditingkatkan antara lain dengan meningkatkan jumlah jaringan kantor melalui pembentukan Bank Syariah baru atau membuka peluang yang lebih besar untuk pelaksanaan perubahan kegiatan usaha (konversi) Bank Konvensional menjadi Bank Syariah. Upaya peningkatan jaringan kantor perbankan syariah tersebut juga dimaksudkan untuk mengakomodasi tuntutan masyarakat yang semakin besar terhadap keberadaan perbankan syariah serta minat para investor untuk masuk dalam industri perbankan syariah. Dengan diberlakukan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, terdapat beberapa perubahan ketentuan yang terkait dengan kelembagaan, kepengurusan dan kegiatan usaha Bank Syariah, termasuk ketentuan tentang perubahan kegiatan usaha (konversi) Bank Konvensional menjadi Bank Syariah. Pelaksanaan perubahan kegiatan usaha (konversi) Bank Konvensional menjadi Bank Syariah harus tetap memperhatikan azas perbankan yang sehat dan prinsip kehati-hatian
-2-
sehingga dapat tercipta perbankan syariah yang kuat dan konsisten dalam menerapkan Prinsip Syariah. II.
PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6 Huruf a Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Cukup jelas. Huruf e Yang dimaksud dengan “laporan keuangan awal sebagai sebuah Bank Syariah” adalah laporan keuangan sebagai Bank Syariah yang menunjukan laba rugi tahun berjalan dan laba rugi tahun lalu memiliki saldo Rp0,00 (nol rupiah) atau nihil.
-3-
Pasal 7 Yang dimaksud dengan ketentuan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku antara lain Undang-Undang yang mengatur mengenai Perseroan Terbatas, peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai kelembagaan Bank Umum Syariah, dan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai kelembagaan BPRS. Pasal 8 Yang dimaksud dengan ketentuan mengenai permodalan Bank Umum Syariah antara lain ketentuan mengenai Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) Bank Umum Syariah dan ketentuan mengenai jumlah modal inti minimum Bank Umum Syariah. Pasal 9 Yang dimaksud dengan ketentuan yang mengatur mengenai Bank Umum Syariah antara lain mengenai: a.
uji/penilaian kemampuan dan kepatutan (fit and proper test) yang berlaku bagi Bank Umum Syariah;
b.
penerapan tata kelola (good corporate governance) yang berlaku bagi Bank Umum Syariah; dan
c.
kelembagaan Bank Umum Syariah.
Pasal 10 Cukup jelas. Pasal 11 Yang dimaksud dengan ketentuan mengenai permodalan BPRS antara lain ketentuan mengenai KPMM dan pemenuhan modal inti minimum BPRS. Pasal 12 Yang dimaksud dengan ketentuan yang mengatur mengenai BPRS antara lain mengenai: a.
uji/penilaian kemampuan dan kepatutan (fit and proper test) yang berlaku bagi BPRS;
b.
penerapan tata kelola (good corporate governance) yang berlaku bagi BPRS; dan
-4-
c.
kelembagaan BPRS.
Pasal 13 Cukup jelas. Pasal 14 Ayat (1) Pemberian izin perubahan kegiatan usaha diberikan dengan mempertimbangkan antara lain: a.
analisis atas rencana penyelesaian hak dan kewajiban nasabah yang tidak bersedia diubah menjadi nasabah Bank Syariah;
b.
analisis atas rencana bisnis bagi Bank Syariah;
c.
hasil uji/penilaian kemampuan dan kepatutan (fit and proper test) terhadap calon PSP, calon anggota Direksi, dan calon anggota Dewan Komisaris; dan
d.
hasil wawancara terhadap calon anggota DPS.
Ayat (2) Hal-hal yang harus dijelaskan melalui presentasi di Otoritas Jasa Keuangan antara lain: a.
misi dan visi perubahan kegiatan usaha;
b.
hasil
studi
kelayakan
mengenai
peluang
pasar
penghimpunan dan penyaluran dana; c.
rencana bisnis jangka pendek dan menengah bagi Bank Syariah;
d.
sistem teknologi informasi;
e.
jumlah dan lokasi kantor Bank Syariah; dan
f.
struktur organisasi dan personalia.
Pasal 15 Cukup jelas. Pasal 16 Huruf a Pencantuman kata “Syariah” dilakukan sebagai berikut:
-5-
1.
untuk Bank Umum Syariah, pencantuman kata “Syariah” dapat dilakukan setelah kata “Bank” atau setelah nama bank; atau
2.
untuk BPRS, pencantuman kata “Syariah” dilakukan dengan penyebutan frasa “Bank Pembiayaan Rakyat Syariah” atau “BPR Syariah” atau “BPRS” sebelum nama bank.
Huruf b Cukup jelas. Pasal 17 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Yang dimaksud dengan “ditinjau kembali” adalah: a.
diperpanjang apabila keterlambatan tersebut disebabkan oleh hal-hal yang tidak dapat dihindari (force majeur) atau pertimbangan lain yang dapat diterima. Perpanjangan jangka waktu tersebut diberikan paling lama 60 (enam puluh) hari.
b.
dibatalkan apabila Bank Syariah hasil perubahan kegiatan usaha tidak dapat memberikan alasan yang relevan atas keterlambatan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah.
Ayat (3) Pelaksanan pengumuman dilakukan melalui: a.
surat kabar yang mempunyai peredaran nasional, untuk Bank Umum Syariah;
b.
surat kabar lokal atau papan pengumuman di tempat kedudukan kantor BPRS, untuk BPRS.
Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas. Pasal 18 Cukup jelas. Pasal 19 Cukup jelas.
-6-
Pasal 20 Cukup jelas. Pasal 21 Cukup jelas. Pasal 22 Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5985