ANALISIS STRUKTUR DAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL UJIAN NASIONAL MATEMATIKA SMP/MTS TAHUN 2013/2014 MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA LITHNER
JURNAL Diajukan Sebagai Prasyarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
OLEH
TRIYAWAN KOLOPITA 4114 11 069
Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan IPA Universitas Negeri Gorontalo 2015
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL “Analisis Struktur dan Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Ujian Nasional Matematika SMP/MTs Tahun 2013/2014 Menggunakan Kerangka Kerja Lithner ”
(NIM. 4114 11 069 Prodi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan IPA Universitas Negeri Gorontalo) Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan
Analisis Struktur dan Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Ujian Nasional Matematika SMP/MTs Tahun 2013/2014 Menggunakan Kerangka Kerja Lithner Triyawan Kolopita1, Perry Zakaria2, Kartin Usman3 NIM : 4114 11 069 Prodi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Negeri Gorontalo Jl. Jendral Sudirman No. 6 Kota Gorontalo Telepon (0435) 827213 Fax. (0435) 827213 Triyawan Kolopita, 2015. Structure Analysis and Student’s Ability to Overcome Mathematic Question in National Examination in 2013/2014 Academic Year Using Lithner Framewok. Skripsi. Gorontalo. Educational Mathematics Department. Mathematics and Natural Science Faculty. Universitas Negeri Gorontalo. Advisors: (1) Drs. Perry Zakaria, M.Pd, (2) Dra. Kartin Usman, M.Pd. Purpose of this research is analyzing the student’s structure and ability to overcome every question in national examination. The question that used is the 2013/2014 academic year mathematic national examination questions for junior high school. The participants are taken from entire ninth grade in SMP Negeri 1 Suwawa. The analysis of this research used Lithner framework, where the questions have been classified into two type; those are imitative reasoning and creative reasoning. Furthermore, the method analysis is based on student’s answer that adapted from student’s handbook from five publisher that have been used during the learning process. This research analyze by classified the question and sort the answer into two type of reasoning. The result of research that have been done to 94 ninth grade students by giving 40 national examination questions in 2013/2014 academic year, it can be found that there are 37 question that include in imitative reasoning by 92,5% in percentage, and the rest 3 question as creative reasoning by 7,5% in percentage. Furthermore, the average students’ ability to finish those national examination questions about 29, 67%. To sum up, the difficulties of the question of junior high school national examination in 2013/2014 academic year can be categorized as easy because still dominated by the question that familiar with students but still few of students that able to finish entire those national examination questions. Based on the result, the strategy that can be used to overcome the mathematics national examination question is drill strategy. Keyword: Lithner Framework, National Examination, Imitative Reasoning, Creative Reasoning. 1
Triyawan Kolopita, 4114 11 069, Prodi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika, FMIPA Pembimbing 1 Drs. Perry Zakaria, M.Pd 3 Pembimbing 2 Dra. Kartin Usman, M.Pd 2
PENDAHULUAN Keberhasilan proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Kenyataan menunjukkan bahwa pada mata pelajaran matematika, hasil belajar yang ditunjukkan siswa Indonesia belum memuaskan. Rendahnya hasil belajar matematika semakin terlihat jelas ketika mencermati hasil yang diperoleh siswa dalam Ujian Nasional. Hampir dalam setiap Ujian Nasional, mata pelajaran matematika cenderung menempati posisi nilai terendah jika dibandingkan dengan nilai mata pelajaran lain yang juga diujikan dalam Ujian Nasional. Ujian Nasional merupakan salah satu standar kelulusan bagi siswa yang duduk di bangku sekolah, dimana tes tersebut dilakukan secara nasional pada jenjang pendidikan menengah. Sebagian besar siswa menganggap bahwa Ujian Nasional khususnya pada mata pelajaran matematika adalah momok yang menakutkan. Jika ditinjau lebih lanjut maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi masalah bukanlah pada Ujian Nasional yang diselenggarakan oleh pemerintah, melainkan kurang mampunya siswa memahami ataupun mengenali struktur dan komposisi soal Ujian Nasional yang berimbas pada kurang mampunya siswa menyelesaikan soal-soal tersebut. Matematika merupakan mata pelajaran yang sangat dikhawatirkan ketercapaian standar kelulusannya, baik oleh siswa, orang tua maupun guru. Selain karena tingginya standar nilai kelulusannya, matematika dianggap sebagai pelajaran yang sangat sulit, begitupun dengan soal-soal UN. Pada dasarnya dalam pembelajaran di sekolah melalui standar isi dan standar proses siswa telah dibelajarkan segala hal yang terkait dengan matematika terutama soal-soal UN yang harusnya lebih menguatkan siswa untuk mampu menyelesaikan soal-soal UN dengan baik. Namun kenyataannya masih banyak siswa yang hanya mendapatkan nilai rendah bahkan ada juga yang tidak lulus. Berdasarkan uraian dan pemikiran diatas, penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Analisis Struktur dan Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Ujian Nasional Matematika SMP/MTs Tahun 2013/2014 Menggunakan Kerangka Kerja Lithner” Berdasarkan uraian latar belakang diatas, masalah yang teridentifikasi adalah: 1. Kurangnya minat siswa pada mata pelajaran UN, 2. Tingkat daya nalar siswa yang kurang terhadap soal-soal UN, 3. Rendahnya hasil belajar siswa, 4. Kurang siapnya siswa dalam menghadapi hal ini didasarkan siswa berpikir bahwa guru akan membantu, 5. Bentuk soal Ujian Nasional Matematika yang dianggap siswa sukar padahal dalam proses pembelajaran sudah sering dipelajari, 6. Kurang siapnya tenaga pengajar yang terdapat pada sekolah menengah terutama di sekolah-sekolah pelosok kabupaten,
7. Dan apabila ada waktu luang bagi siswa baik di rumah maupun di sekolah, kebanyakan siswa hanya membuang waktu dengan bersenda gurau, ada juga yang online di rumah karena semakin majunya globalisasi, hal ini karena siswa berfikir waktu pelaksanaan UN masih lama. Berdasarkan masalah dan identifikasi masalah diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah soal UN Matematika SMP/MTs tahun 2013/2014 mempunyai struktur soal yang cukup sulit? dan Apakah soal Ujian Nasional (UN) Matematika SMP/MTs tahun pelajaran 2013/2014 mampu dikuasai siswa kelas IX SMP Negeri 1 Suwawa?”. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagi Guru Memberikan masukkan kepada guru mata pelajaran untuk mengetahun struktur soal UN Matematika tahun 2013/2014 sehingga dapat menjadi sebuah pengetahuan dan dasar pengambilan langkah dalam menjawab soal-soal Ujian Nasional dan menjadi referensi kedepannya sebagai bahan evaluasi dan strategi dalam menghadapi Ujian Nasional di tahun-tahun mendatang. Bagi Peneliti Menambah khazanah pengetahuan terutama dalam hal struktur soal UN tahun 2013/2014 yang dikaji menggunakan kerangka kerja Lithner serta strategi yang digunakan dalam menyelesaikan soal-soal Ujian Nasional serta dapat menjadi pembanding bagi peneliti lain untuk pengembangan penelitian ini diwaktu yang akan datang. KAJIAN TEORI Ujian Nasional Ujian Nasional adalah sebutan yang diberikan untuk ujian yang soalsoalnya disiapkan oleh pemerintah. Pada awal pelaksanaan (tahun 2003-2005), ujian ini bernama Ujian Akhir Nasional (UAN) dan nama tersebut berubah menjadi Ujian Nasional (UN) pada tahun 2006. Mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional tingkat SMP/MTs mencakup empat mata pelajaran, yaitu matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan IPA Terpadu. Nilai minimal kelulusan siswa dalam Ujian Nasional setiap tahun juga semakin meningkat. Pada tahun pelajaran 2002/2003, nilai rata-rata minimal seluruh mata pelajaran Ujian Akhir Nasional adalah 3,01. Pada saat pelaksanaan Ujian Nasional tahun pelajaran 2009/2010, nilai kelulusan minimal dalam Ujian Nasional semakin jauh meningkat menjadi 5,5. Ujian Nasional menjadi salah satu syarat kelulusan siswa dari satuan pendidikan. Hal ini mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikanan Kebudayaan Nomor 97 tahun 2013, yaitu: Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan dasar dan menengah setelah: a. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran; b. Memperoleh nilai baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran; c. Lulus ujian S/M/PK; dan
d. Lulus Ujian Nasional. Kerangka Kerja Lithner Dalam penelitian empiris yang dilakukan oleh Lithner telah ditemukan dan didefinisikan dua tipe penalaran matematika, yaitu Creative mathematically founded reasoning and imitative reasoning. Pada penelitian ini, tipe penalaran Lithner dijadikan sebagai kerangka kerja penelitian. Artinya dijadikan sebagai alat ukur untuk meneliti apakah suatu soal dalam ujian nasional dapat diklasifikasikan atau dikategorikan sebagai salah satu dari tipe penalaran diatas. Alasan penggunaan tipe penalaran diatas sebagai alat ukur dalam penelitian ini adalah untuk mengkategorikan soal-soal ujian nasional dari aspek penalaran, karena penulis memandang bahwa tipe penalaran yang dikemukakan Lithner tersebut, sampai saat ini merupakan kerangka kerja yang menyajikan tipe penalaran matematis yang lengkap. Pemaknaan yang jelas untuk membedakan secara signifikan tentang karakteristik tipe-tipe penalaran matematis diatas amatlah esensial. Untuk itu, berikut ini dijelaskan pemaknaan dari tipe-tipe penalaran diatas yaitu: 1. Imitative Reasoning (Penalaran Tiruan) Imitative Reasoning dapat disebut sebagai tipe yang membangun penalaran melalui peniruan solusi soal, jawaban dan argument formula jawaban dan solusi, imitative Reasoing diklasifikasikan menjadi dua kelompok yang utama, yaitu penalaran yang dihafalkan (Memorized Reasoning) dan penalaran yang berdasarkan algoritma (Algoritmic Reasoning). Berikut penjelasan kedua penalaran tersebut. a. Memorized Reasoning (MR) solusi soal disebut MR, jika memenuhi kondisi berikut: 1) Strategi pemilihan yang berdasarkan pada pengulangan jawaban yang lengkap melalui ingatan. 2) Strategi penggunaan dengan menuliskan atau mengucapkan jawaban. Tipe soal yang dapat diselesaikan dengan MR adalah soal yang menanyakan suatu fakta, suatu definisi, atau suatu pembuktian yang telah diselesaikan sebelumnya. b. Algoritmic Reasoning (AR) menurut Lithner, algoritma didefinisikan sebagai sekumpulan aturan yang harus diikuti ketika akan membuktikan atau menyelesaikan soal misalnya rumusan baku untuk menyelesaikan persamaan kuadrat. Penalaran disebut AR, apabila memenuhi kondisi: 1) Pilihan strategi didasarkan pada pengingatan kembali sekumpulan aturan yang menjamin mencapai solusi yang benar. 2) Implementasi strategi terdiri dari hasil perhitungan-perhitungan trivial (bagi yang menalar) atau tindakan-tindakan dengan mengikuti sekumpulan aturanaturan. 2. Creative Mathematical Founded Reasoning (CR) CR adalah sebuah kerangka kerja yang dipandang sebagai sebuah hasil dari berfikir matematika kreatif. Proses-proses berfikir matematika kreatif dalam konteks ini didasarkan pada sifat fleksibel, melalui pendekatan yang berbeda, dan tidak
dibatasi dengan aturan-aturan yang biasa. Suatu penalaran disebut CR, harus memenuhi kondisi dengan urutan sebagai berikut; 1. Apakah merupakan penalaran yang baru (novelty). 2. Masuk akal (Plausibilitas) 3. Berisi beraneka pilihan strategi dan atau implementasi yang didukung argumentasi-argumentasi yang mendorong penarikan kesimpulan yang benar dan masuk akal, dan yang melibatkan komponen-komponen penalaran. Dengan memperhatikan karakteristik dari soal Ujian Nasional, Creative Reasoning mempunyai dua kelompok utama, yaitu Global Creative Reasoning (disingkat GCR) dan Local Creative Reasoning (disingkat LCR). Suatu soal dapat dikategorikan dalam Global Creative Reasoning apabila soal itu tidak memiliki solusi yang didasarkan pada Imitative Reasoning. Soal semacam ini selalu menuntut penalar untuk menggunakan Creative Reasoning pada semua langkah atau cara penyelesaiannya. Hanya sebagian kecil GCR yang didasarkan pada Imitative Reasoning. Selain GCR, didalam Creative Reasoning masih terdapat Local Creative Reasoning. Suatu soal dikategorikan LCR, jika suatu soal hampir sepenuhnya dapat diselesaikan dengan menggunakan Imitative Reasoning hanya dengan memodifikasi algoritma local, jadi esensinya hanya pada modifikasi algoritma yang digunakan dalam menyelesaikan soal. Soal-soal LCR pada kondisi tertentu dapat diselesaikan dengan IR. Yang dimaksud kondisi tertentu, yaitu saat soal-soal LCR telah akrab dikenal peserta didik. Pengenalan dan keakraban siswa pada soal-soal akan mengakibatkan mereka mudah menyelesaikan soal-soal ujian. Semakin akrab dan semakin kenal siswa pada bentuk soal-soal MR, AR, dan LCR akan semakin membantu mereka dalam menyelesaikan soal-soal ujian. Keakraban dan pengenalan peserta didik dengan soal berkaitan erat dengan pengalaman peserta didik dalam belajar. Tetapi yang perlu dicatat bahwa dalam penelitian ini yang diperhatikan dari keakraban siswa terhadap soal itu hanya dari buku pegangan belajar (buku teks) yang diasumsikan dipakai guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Suwawa, pada bulan Maret sampai bulan April tahun 2015. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan mengkaji soal-soal Ujian Nasional Matematika Tahun pelajaran 2013/2014. Dalam penelitian ini dilakukan secara analisis kualitatif dan kuantitatif yang dapat dilakukan dengan memberikan pemaknaan terhadap setiap butir soal berdasarkan tipe penalaran Lithner yang kemudian di analisis setiap jawaban siswa menggunakan hasil analisis setiap butir soal sebelumnya.
Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data diperoleh dari pengumpulan dokumen dan hasil jawaban siswa kelas IX SMP Negeri 1 Suwawa terhadap soal UN Matematika SMP 2014. Dokumen yang digunakan merupakan dokumen resmi negara dalam bentuk soal-soal Ujian Nasional (UN) SMP Matematika tahun 2014 yang terdiri dari 20 paket, namun dipilih salah satu paket saja secara acak. Dokumen tersebut diperoleh dari arsip yang dimiliki oleh sebuah Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Suwawa. Sementara itu untuk tes hasil jawaban siswa akan diperoleh setelah siswa menjawab soal UN Matematika SMP yang telah di pilih. Disamping itu, dalam penelitian ini juga menggunakan dokumen pelengkap berupa buku-buku matematika dari 5 penerbit berbeda yang diasumsikan digunakan oleh sekolah selama pembelajaran disekolah. Teknik Analisis Data Setelah memperoleh dokumen berupa Soal UN Matematika SMP/MTs 2014 yang telah dipilih acak, soal-soal dalam buku teks yang sering digunakan siswa, dan hasil tes yang merupakan jawaban siswa terhadap soal UN Matematika SMP/MTs 2014 maka akan dilakukan analisis dengan 2 tahapan yaitu teknik analisis soal UN dan analisis hasil jawaban siswa. Teknik analisis soal dilakukan dengan cara menggolongkan tiap soal dan solusinya dengan mengikuti empat langkah analisis seperti kerangka kerja Lithner sebagai berikut: Langkah 1 : Analisis soal ujian nasional Pada langkah pertama ada 4 tahapan yang dilakukan, yaitu: a. Solusi Jawaban dari soal atau algoritma untuk menyelesaikan soal. b. Konteks Konteks adalah situasi nyata dalam kehidupan (jika ada). Konteks terkadang membantu siswa untuk memilih suatu metode yang benar walaupun hanya bersifat mendasar sebagai contoh, konteks “resep obat dokter” memberi petunjuk bahwa peserta didik dapat menggunakan algoritma tentang perkalian sebagai penjumlahan yang berulang. c. Informasi tentang situasi Informasi tentang situasi adalah informasi mengenai soal, dapat berupa penjelasan tentang kaitan soal dalam pokok bahasan atau sub pokok bahasan. d. Fitur kunci Fitur kunci untuk menunjukkan kata kunci, ungkapan-ungkapan (kalimat), rumus yang jelas digunakan dan informasi lain yang sesuai dengan yang ada dalam buku teks yang memperjelas soal seperti menggunakan “aljabar” dan kata “pemfaktoran”. Langkah 2 : Analisis buku teks Analisis buku teks adalah mengkaji muatan materi, kejadian-kejadian soal dalam buku teks baik contoh maupun latihan yang memuat sifat-sifat soal yang mendasar dan solusi yang memungkinkan untuk diidentifikasi siswa. Langkah 1 dan
2 digunakan untuk menentukan apakah mungkin ada suatu kejadian, misalnya soal dengan solusi atau memiliki karakteristik yang sama dengan soal ujian. Terdapat dua jenis data yang digunakan, yaitu: 1. Kejadian dalam buku teks Kejadian dalam buku teks adalah muatan materi yang ada dalam buku teks. 2. Kejadian dalam contoh dan latihan soal Banyaknya kejadian dalam latihan dan contoh soal yang sama karakteristiknya dengan soal ujian pada buku teks. Jika kejadian itu tidak sama atau sama dengan soal maka perbedaan dan kesamaannya dicatat. Langkah 3 : Argumentasi dan Kesimpulan a. Argumentasi Argumentasi berisi penilaian terhadap jenis penalaran. Argumentasi ini didasarkan pada informasi pada langkah kedua dan berhubungan dengan kejadian dan kesamaan dengan soal ujian nasional dengan buku teks. b. Kesimpulan Kesimpulan adalah pengelompokkan jenis penalaran berdasarkan argumentasi yang sudah dibuat. Langkah 4 : Komentar Sebagai langkah terakhir, setiap soal disajikan, dianalisis secara kuantitatif dan kemudian di komentari. Komentar-komentar tersebut berhubungan dengan gejala yang khusus dari soal atau jenis soal serta hal-hal yang dianggap penting. Untuk memudahkan dalam pengambilan kesimpulan maka peneliti membuat ringkasan tentang karakteristik tipe soal berdasarkan kerangka kerja Lithner yang sudah di bahas sebelumnya. ANALISIS DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis jawaban siswa, dapat diketahui jumlah siswa yang menguasai tiap butir soal artinya juga menguasai tipe soal tersebut. Secara umum jumlah siswa yang mampu menguasai ataupun menjawab setiap soal adalah sebagai berikut. Tabel 4.2 Jumlah siswa menjawab benar berdasarkan tipe setiap soal Nomor Soal
Tipe Penalaran
1 2 3 4 5 6 7 8
Algoritmic Reasoning Algoritmic Reasoning Algoritmic Reasoning Algoritmic Reasoning Algoritmic Reasoning Algoritmic Reasoning Algoritmic Reasoning Algoritmic Reasoning
Jumlah Siswa Benar Persentase 53 Siswa 9 Siswa 0 Siswa 20 Siswa 24 Siswa 43 Siswa 1 Siswa 11 Siswa
56,38 % 9,57 % 0% 21,27 % 25,53 % 45,74 % 1,06 % 11,70 %
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Algoritmic Reasoning Algoritmic Reasoning Algoritmic Reasoning Algoritmic Reasoning Memorized Reasoning Algoritmic Reasoning Algoritmic Reasoning Algoritmic Reasoning Algoritmic Reasoning Algoritmic Reasoning Algoritmic Reasoning Algoritmic Reasoning Global Creative Reasoning Local Creative Reasoning Algoritmic Reasoning Algoritmic Reasoning Algoritmic Reasoning Algoritmic Reasoning Algoritmic Reasoning Memorized Reasoning Algoritmic Reasoning Algoritmic Reasoning Memorized Reasoning Memorized Reasoning Algoritmic Reasoning Algoritmic Reasoning Algoritmic Reasoning Algoritmic Reasoning Local Creative Reasoning Algoritmic Reasoning Algoritmic Reasoning Algoritmic Reasoning Rata-Rata
3 Siswa 5 Siswa 9 Siswa 1 Siswa 1 Siswa 10 Siswa 2 Siswa 0 Siswa 0 Siswa 0 Siswa 0 Siswa 8 Siswa 0 Siswa 0 Siswa 0 Siswa 7 Siswa 18 Siswa 2 Siswa 0 Siswa 0 Siswa 1 Siswa 0 Siswa 2 Siswa 40 Siswa 1 Siswa 0 Siswa 0 Siswa 8 Siswa 0 Siswa 6 Siswa 2 Siswa 0 Siswa
3,19 % 5,32 % 9,57 % 1,06 % 1,06 % 10,63 % 2,13 % 0% 0% 0% 0% 8,51 % 0% 0% 0% 7,44 % 19,15 % 2,13 % 0% 0% 1,06 % 0% 2,13 % 42,55 % 1,06 % 0% 0% 8,51 % 0% 0% 0% 0% 29,67 %
Rata-rata persentase siswa kelas IX SMP Negeri 1 Suwawa yang mampu menjawab benar dari seluruh soal UN Matematika Tahun 2013/2014 hanya 29,67%. Persentase ini sangat rendah dan sangat perlu diperhatikan mengingat tidak sampai setengah dari jumlah siswa mampu menjawab dengan benar soal UN tahun 2013/2014. Berdasarkan data tersebut juga tidak ada satu pun siswa yang mampu
menyelesaikan soal yang bertipe penalaran Creative Reasoning atau dapat dipersentasikan dari 94 siswa sebanyak 0% siswa yang tidak menguasai ataupun menjawab soal tersebut yang terdiri dari 3 soal yaitu soal nomor 21, 22 dan 37. Sementara itu untuk soal Imitative Reasoning yang terdiri terdiri dari 37 soal dengan komposisi 33 AR (Algoritmic Reasoning) dan 4 MR (Memorized Reasoning) ada juga yang tidak dapat dijawab oleh seluruh siswa yaitu soal nomor 3, 16, 17, 18, 19, 23, 27, 30, 34, 35, 40 (Algoritmic Reasoning) dan nomor 28 (Memorized Reasoning). Setelah dilakukan penelitian terhadap struktur soal pada UN matematika 2013/2014 yang berjumlah 40 butir soal, maka diperoleh hasil terdapat sebanyak 33 soal yang termasuk kedalam tipe penalaran Algoritmic Reasoning, 4 soal termasuk kedalam tipe penalaran Memorized Reasoning dan pengelompokkan hasil jawaban siswa dalam menyelesaikan soal UN matematika maka diperoleh data berupa hasil analisis 40 butir soal berdasarkan kerangka kerja Lithner yang telah dikelompokkan dengan hasil jawaban siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebenarnya soal-soal Ujian Nasional adalah soal-soal yang sudah pernah diberikan oleh guru selama dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini harusnya menunjukkan bahwa seluruh siswa, lebih khususnya siswa SMP Negeri 1 Suwawa dapat memperoleh nilai diatas standar nilai yang ditetapkan oleh pemerintah ataupun bahkan tidak sedikit yang harusnya dapat menjawab soal UN dengan benar semua. Tapi pada kenyataannya justru sebaliknya yang terjadi yaitu dengan persentase rata-rata penguasaan siswa yang hanya menunjukkan angka 29,67 % artinya tidak sampai setengah dari jumlah siswa sebanyak 94 siswa yang mampu menjawab soal UN tersebut. Berdasarkan hasil penelitian komposisi soal 92,5% merupakan soal Imitative Reasoning yang sebenarnya merupakan soal yang mudah. Namun pada penelitian ini justru ada juga hal yang lebih menakjubkan bahwa ada nomor soal yang termasuk soal tipe IR dan dari sekitar 95 orang siswa yang diuji tidak ada satupun yang benar. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa buku pegangan siswa yang merupakan buku perpustakaan sekolah adalah buku yang selalu dan sering digunakan selam proses belajar mengajar. Berdasarkan hasil penelitian justru seharusnya jika memang ingin mengukur kualitas pendidikan nasional maka harusnya perlu diimbangi antara komposisi soal IR dan CR minimal 50%:50%. Sementara itu, untuk hasil persentase rata-rata siswa yang mampu menjawab soal UN yang masih sangat rendah maka perlu adanya metode yang tepat untuk menanggulangi keadaan tersebut agar pada saat tiba Ujian Nasional peserta didik terutama siswa kelas IX SMP Negeri 1 Suwawa siap untuk menghadapinya. Metode yang dapat digunakan adalah Metode drill. Menurut Nana Sudjana (1991:86) metode drill adalah satu kegiatan melakukan hal yang sama, berulang-ulang secara sungguh-sungguh dengan tujuan untuk menyempurnakan suatu keterampilan agar menjadi permanen. Ciri yang khas dari metode ini adalah kegiatan berupa pengulangan yang berkali-kali dari suatu hal yang sama. Dalam menghadapi kenyataan bahwa kemampuan siswa dalam menjawab soal
UN Matematika tahun 2013/2014 yang masih sangat kurang maka metode drill adalah metode yang tepat bagi siswa yaitu dengan mempraktekan ataupun melatih soal-soal yang sering muncul dalam Ujian Nasional terutama soal yang mirip dengan soal-soal UN tahun 2013/2014 secara kontinyu agar siswa mendapatkan keterampilan serta kesiapan dalam menghadapi UN tahun 2015. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai analisis struktur dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal Ujian Nasional matematika SMP//MTs tahun 2013/2014 dapat disimpulkan bahwa: 1. Soal Ujian Nasional merupakan soal yang tidak sukar karena sudah pernah ditemui siswa pada saat proses belajar mengajar, dengan komposisi soal yaitu 92,5 % adalah soal tipe Imitative Reasoning dan 7,5% soal tipe Creative Reasoning. Maka soal yang harus dikuasai siswa dalam mengahadapi Ujian Nasioanal sebagian besar adalah soal dengan tipe Imitative Reasoning. Namun juga tidak mengabaikan soal-soal tipe Creative Reasoning. 2. Siswa kelas IX SMP Negeri 1 Suwawa belum mampu menguasai soal Ujian Nasional tahun 2013/2014 hal ini karena rata-rata persentase jumlah siswa yang menjawab benar soal UN Matematika tahun 2013/2014 sebesar 29,67 % dengan komposisi jumlah siswa yang menguasai tipe soal Imitative Reasoning sebesar 29,67 % dan jumlah siswa yang menguasai tipe soal Creative Reasoning sebesar 0%. 3. Soal Ujian Nasional Matematika SMP/MTs tahun 2013/2014 merupakan soal-soal yang tergolong mudah karena sebagian besar soal sering ditemui siswa dalam pembelajaran. Sehingga Soal UN ini belum dapat mengukur kompetensi bernalar siswa karena komposisi soal yang sebagian besarnya bertipe Imitative Reasoning. Seharusnya jika soal UN digunakan untuk mengukur kompetensi bernalar siswa secara nasional maka komposisi soal dengan tipe penalaran Imitative Reasoning dan Creative Reasoning harusnya seimbang dengan komposisi 50:50. Dari hasil penelitian ini yang dikemukakan , diperolah beberapa saran dan rekomendasi yang sangat berguna untuk peningkatan kualitas pendidikan terutama dalam hal peningkatan hasil belajar siswa ditinjau dari hasil Ujian Nasional, yaitu: 1. Hendaknya soal yang baik untuk menguji tingkat kemampuan siswa memiliki komposisi soal seimbang yaitu 50% soal yang memiliki tipe Imitative Reasoning dan 50% soal yang memiliki tipe penalaran Creative Reasoning. 2. Seluruh siswa, guru maupun pihak sekolah bahkan para orang tua tidak perlu khawatir dengan soal Ujian Nasional karena soal Ujian Nasional masih memiliki tingkat kesukaran yang rendah. Hal ini didasarkan pada komposisi soal Imitative Reasoning yang mencapai 92,5%.
DAFTAR PUSTAKA Lithner, J.(2008). A Research Framework for Creative and Imitative Reasoning, Jurnal Educational Studies in Mathematics, 67, 255-276. Bergqvist, Ewa, (2007), Types of Reasoning Required in University Exam in Mathematics, Journal of Mathematical Behavior, 26, 348-370. Departemen Agama RI (2005) : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Dirjen Kelembagaan Agama Islam, Jakarta. Kemendikbud (2013). Permendikbud No. 97 Tahun 2013 : Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari Satuan Pandidikan dan Penyelenggara Ujian Sekolah/Madrasah/Pendidikan Kesetaraan dan Ujian Nasional, Jakarta. Badan Standar Nasional Pendidikan (2013) : Prosedur Operasi Standar Ujian Nasional Sekolah Menengah Pertama, Madrasah Tsanawiyah, Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa, Sekolah Menengah Atas, Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Atas Luar Biasa dan Sekolah Menengah Kejuruan Tahun 2013/2014, Jakarta. Kemendikbud (2011). Permendikbud No. 59 Tahun 2011 : Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari Satuan Pandidikan dan Penyelenggara Ujian Sekolah/Madrasah/Pendidikan Kesetaraan dan Ujian Nasional, Jakarta. Kemendikbud (2010). Permendikbud No. 45 Tahun 2010 : Kriteria Kelulusan Peserta Didik dari Satuan Pandidikan dan Penyelenggara Ujian Sekolah/Madrasah/Pendidikan Kesetaraan dan Ujian Nasional, Jakarta. Depdiknas (2006). Permendiknas no 22 Tahun 2006 : Tentang Standar Isi Sekolah Menengah Atas, Jakarta. IP-PMRI (2010) : Ranking Indonesia pada PISA 2009 dan 10 Terbaik, http://p4mri.net/new/? tag= hasil-pisa-2009, 9 Desember 2014. NCTM (2000) : Principles and Standards for School Mathematics, Reston, Virginia. OECD (2007) : PISA 2006 : Sciences Competencies for Tomorrow’s World, http://oecd.org/dataoecd/15/13/39725224. Pdf. 9 Desember 2014
Rychen, D, S. & Salganik, L, H,.(2003). Key Competencies for a Successful life and well functioning society, Hogrete & Huber. Kilpatrick, J.,Swafford, J.,& Findell, B (2001) Adding it up ; Helping Children Learn Mathematics, Mathematics Learning Study Communitee, National Academi Press, Washington DC. Spencer, L, M & Spencer, S, M,.(1993), Competence at work. Models for superior performance, The United States of America. Mumun Syahban, (2008) : Educare Jurnal Pendidikan dan Budaya, Menumbuh Kembangkan Daya Matematis Siswa, http://educare.e-fkipunla.net, 9 Desember 2014 Sukmawarti, (2011) : Kemampuan Penalaran Matematika Siswa SMP Taman Siswa Medan. Jurnal Kependidikan Kopertis Wilayah I NAD. Vol. 6 No. 2. ISSN : 1907-4077. Sumatera Utara. Mujib (2012) : Analisis Penalaran dalam Ujian Nasional Matematika SMA/MA Program IPA tahun 2011/2012. ISSN: 1411-0229. Dikpora Prov. Gorontalo (2014), Data Ujian Nasional 4 tahun terakhir : Rekapitulasi Data Peserta Terdaftar, Ikut, dan Tidak Lulus UN SMP/MTs Tahun Pelajaran 2013/2014. Sudjana (1991), Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung : Sinar Baru, 1991), 86 Yuliana (2009) : Analisis Soal Ujian Nasional (UN) Matematika SMA/MA Program IPA Tahun Pelajaran 2007/2008 yang Didasarkan Pada Tingkat Penalaran, Laporan Proyek Program Magister Pengajaran, Institut Teknologi Bandung Babudin (2007) : Analisis Penalaran Dalam Ujian Matematika SMA/MA Program IPA Tahun 2006/2007), Laporan Proyek Magister Pengajaran, Institut Teknologi Bandung.