PERAN PENGUSAHA PEMBUATAN TEMPE DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (Studi Kasus di RT 16 RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan) Skripsi Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)
Oleh NURMAH NIM: 109054000003
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M
PERAN PENGUSAHA PEMBUATAN TEMPE DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (Studi Kasus di RT 16 RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S. Sos. I)
Oleh
NURMAH NIM 109054000003
Di bawah bimbingan
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H. / 2013 M.
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul ‘’ STRATEGI KEWIRAUSAHAAN MELALUI USAHA PEMBUATAN TEMPE DALAM RANGKA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI KELURAHAN KEBAYORAN LAMA UTARA JAKARTA SELATAN ‘’, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Rabu, tanggal 26 Juni 2013. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam. Jakarta, 26 Juni 2013 Sidang Munaqasyah
LEMBAR PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Nurmah
NIM
: 109054000003
Tempat Tanggal Lahir
: Jakarta, 18 Mei 1989
Alamat
: Jalan Raya Joglo RT. 005 RW. 08 No.51 Kelurahan: Joglo Kecamatan: Kembangan, Jak-Bar
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul ‘’ Strategi Kewirausahaan Melalui Usaha Pembuatan Tempe Dalam Rangka Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Di Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan.’’ Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ABSTRAK
Nurmah Peran Pengusaha Pembuatan Tempe Dalam Pemberdayaan Masyarakat Studi Kasus di RT 16 RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan Usaha pembuatan tempe merupakan usaha kecil yang mampu menyerap tenaga kerja baik yang terkait langsung dalam proses produksi maupun dengan perdagangan bahan masukan maupun produk hasil olahannya. Prospek usaha pembuatan tempe sangat baik karena permintaan tempe semakin meningkat, tempe terbuat dari kacang kedelai yang mengandung gizi yang baik untuk tubuh manusia, tempe merupakan makanan khas Indonesia. Umumnya tempe digunakan sebagai bahan lauk pauk, dan tempe harganya relatif murah bisa dibeli oleh seluruh lapisan masyarakat. Usaha pembuatan tempe memiliki peran yang sangat besar dalam usaha pemerataan kesempatan kerja, kesempatan usaha dan peningkatan pendapatan. Usaha pembuatan tempe pada umumnya dikelola dalam bentuk usaha rumah tangga, sehingga perkembangannya selalu dihadapkan dengan permasalahan yang menyangkut bahan baku yaitu kedelai, ketersediaan dan kualitas faktor produksi, tingkat keuntungan, pemasaran serta permodalan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pengusaha pembuatan tempe dalam pemberdayaan masyarakat, untuk mengetahui hasil pemberdayaan yang dilakukan oleh pengusaha pembuatan tempe terhadap masyarakat sekitar, dan untuk mengetahui hambatan pengusaha pembuatan tempe dalam pemberdayaan masyarakat. Hasil dari penelitian ini adalah: pemberdayaan yang dilakukan oleh pengusaha pembuatan tempe terhadap para pekerja atau pengrajin tempe mereka mendapatkan ilmu serta keretampilan dalam pembuatan tempe, mereka mendapatkan pekerjaan menjadi pengrajin tempe dan mendapatkan upah atau pendapatan sehingga tingkat perekonomian mereka menjadi bertambah. Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, melalui pengamatan langsung dan wawancara terhadap responden. Berdasarkan pengamatan di RT 16 RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan tepatnya di JL. KH. Mas’ud masyarakatnya sebagian besar membuka usaha pembuatan tempe. Dan kebanyakan masyarakat yang membuka usaha pembuatan tempe adalah etnis atau suku jawa yang merantau ke Jakarta. Peneliti mewawancarai Pengusaha pembuatan tempe, Pengrajin tempe atau para pekerja, dan Ketua RT 16. Penemuan penelitian pada usaha pembuatan tempe dalam memberdayakan masyarakat yaitu kebanyakan para pekerja atau pengrajin tempe di rekrut atau diambil dari kampung halaman pengusaha pembuatan tempe yaitu dari pekalongan dan mereka sudah saling kenal sebelumnya. Para pengrajin tempe hanya lulusan SD dan SMP mereka tidak menamatkan pendidikan. Alasan mereka menjadi pengrajin tempe karena untuk mencari pekerjaan di Jakarta sulit karena mereka tidak memiliki ijazah.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘alamin, ungkapan pujian serta perasaan bersyukur kepada Allah SWT yang Maha Ghofur adalah suatu luapan yang pantas lahir dari kepermukaan sebagai refleksi dari seorang hamba yang lemah lagi hina atas taufik dan hidayah-Mu yang tengah
diberikan
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan
skripsi
ini
dengan
baik.Washallallahumma ‘ala Muhammad wa’ala aalihi washahbihi wa sallim.Semoga kami mendapat keberuntungan syafaat dari beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam di yaumil hisab kelak atas izin-Mu, Ya Allah … allahumma Amiin. Penulis sangat menyadari dengan sepenuh hati bahwa ada banyak pihak yang telah mengajari dan membimbing penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini, langsung ataupun tidak langsung yang dapat mengantarkan penulis untuk meraih gelar sarjana. Dengan segala kerendahan dan ketulusan hati, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih yang mendalam kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, M.A. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA. Selaku Pembantu Dekan I, dan Bapak Drs. H. Mahmud Jalal, MA. Selaku Pembantu Dekan II yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. 3. Bapak Prof. Dr. H. Syamsir Salam, M.Si, Dosen Pembimbing skripsi penulis yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahannya secara detail dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini sehingga menjadi lebih sempurna. 4. Ibu Wati Nilamsari M.Si, Ketua Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) yang telah memperjuangkan dengan baik keeksistensian jurusan tercinta dan tak hentinya mengingatkan anak-anak didiknya untuk segera menyelesaikan skripsi. 5. Bapak M. Hudri, M.Ag, Sekretaris Jurusan PMI yang telah banyak membantu dan memberikan kemudahan kepada penulis secara administratif selama masa perkuliahan. 6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan PMI Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis selama berada dibangku kuliah.
ii
7. Orangtuaku tercinta, Sanun dan Mariyam. Dengan untaian do’a dan tiada lelahnya memberikan dukungan moril maupun materiil, tanggung jawabnya yang besar serta rela berkorban jiwa dan raga untuk memberikan fasilitas kehidupan demi keberlangsungan pendidikan dan kesuksesan puterinya. 8. Ibu Warsih, Bapak Nasir, Bapak Tasban, Bapak Wan Ali, Bapak Tafsirin, dan Bapak Sodikin. Yang telah mengizinkan dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian skripsi di usaha pembuatan tempe yang dikelolanya.Pengrajin tempe: Mas Maulana, Mas Sugi, Mas Sasuri, Bapak Zaini, Mas M. Yasirlana, dan Mas Priyono. Yang telah meluangkan waktu ditengah kesibukannya untuk penulis wawancarai dengan memberikan data serta informasi yang lengkap selama proses penyelesaian skripsi. Dan Aparat Pemerintah Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan, Bapak Ketua RT 16 Bapak Ciswanto serta masyarakat Jl. K.H. Mas’ud Kelurahan Kebayoran Lama Utara yang telah menerima penulis dengan baik dan banyak memberikan data serta informasinya kepada penulis. 9. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam angkatan 2009 yang sudah peneliti anggap sebagai sahabat terbaik, Qonita Lutfiah, Ulfah Latifah, Bunga Nur mawaddah, Jean Anggraini, Adi Hidayat Salam, Fajriansyah, Budi Mifaldi, Ahmad Rifa’i, M. Syukron Katsir, Musfiq Amrullah, Irfan Aziz, Fakhru Aljumrotul U’la, Ridwan April Amsyah, Fajar Lazuardi, Barendra Reza Setya Pratama, yang pernah terlibat dalam bangku perkuliahan dengan penulis di kampus UIN tercinta ini. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu dengan iringan do’a kepada Allah SWT, penulis menghanturkan banyak terima kasih yang tak terhingga atas segala dukungan dan bantuan yang tulus diberikan kepada penulis selama ini. Penulis sepenuhnya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh kesempurnaan, sekalipun penulis telah berusaha untuk melakukan yang terbaik, namun pasti masih ada kekurangan dan kelemahan baik dari segi isi atau teknik penyusunannya. Untuk itu kritik, koreksi, tanggapan ataupun nasihat sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi dan instropeksi diri agar bisa terus belajar untuk menorehkan karya yang lebih baik lagi. Semoga yang Maha Kuasa senantiasa memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua, Amin Ya Robbal ‘Alamin. Jakarta, Juni 2013
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………………………………………………………………………... ………i KATA PENGANTAR …………………………………………………………………… ii DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………iv DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………….vii DAFTAR TEBEL …………………………………………………………......................viii
BAB I
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………………………………………….. 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah …………………………….. 7 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian …………………………………… 7 D. Metodologi Penelitian …………………………………………….. 9 E. Tinjauan Pustaka ………………………………………………… 13 F. Sistematika Penulisan …………………………………………… 13
BAB II
: TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Peran ..…………………………………………….. 15 B. Pemberdayaan Masyarakat 1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat ….………………….. 15 2. Proses Pemberdayaan Masyarakat …………………………. 18
iv
3. Tahap – Tahap Pemberdayaan ……….…………………….. 18 4. Tujuan Pemberdayaan …………..…………………………. 19 5. Strategi Pemberdayaan Masyarakat ……………………….. 20 BAB III
: GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………………………..23 1.
Letak dan Batasan Wilayah Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan ………………………………. 23
2.
Struktur Organisasi Pemerintahan Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan ………………….. 25
3.
Keadaan Penduduk Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan ……………………………… 27
B. Gambaran Umum Usaha Pembuatan Tempe di Rt 16 Rw 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan ……………………………………………… 33 1. Latar Belakang Berdirinya Usaha Pembuatan Tempe di Rt 16 Rw 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan ……………………………………………………. 33 2. Maksud dan Tujuan Berdirinya Usaha Pembuatan Tempe ……………………………………….. 36 3. Sumber Dana atau Modal Usaha Dalam Mendirikan Usaha Pembuatan Tempe …………………………........... 37 BAB IV
: ANALISIS PERAN PENGUSAHA PEMBUATAN TEMPE DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT A. Peran Pengusaha Pembuatan Tempe Dalam Pemberdayaan v
Masyarakat ……………………………………………………….. 40 B. Hasil Pemberdayaan Yang Dilakukan Oleh Pengusaha Pembuatan Tempe Terhadap Masyarakat Sekitar………………… 41 C. Hambatan Pengusaha Pembuatan Tempe Dalam Pemberdayaan Masyarakat ………………………………………. 43 BAB V
: PENUTUP A. Kesimpulan ………………………………………………………. 47 B. Saran …………………………………………………………….. 48
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………… 50 LAMPIRAN ………………………………………………………………………… 53
vi
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar 1
Peta Wilayah Kelurahan Kebayoran Lama Utara …… 23
2. Gambar 2
Struktur Organisasi Kelurahan Kebayoran Lama Utara (Perda No. 147 Tahun 2009) ………………………… 25
vii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1
Tabel Pegawai Kelurahan Kebayoran Lama Utara….. 26
2. Tabel 2
Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin DataBulan Desember 2012 ………………... 27
3. Tabel 3
Jumlah Penduduk Tiap RW………………………….. 29
4. Tabel 4
Mobilitas Penduduk Setiap Bulan…………………… 30
5. Tabel 5
Jumlah RT / RW Kelurahan Kebayoran Lama Utara .. 31
6. Tabel 6
Data Karyawan Usaha Pembuatan Tempe ………….. 32
viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi sudah didepan mata, tetapi bangsa Indonesia khususnya umat Islam Indonesia masih berkutat di tiga masalah : kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Sementara Bangsa-bangsa lain sedang berpacu melahirkan produk-produk baru, yang dapat iklan dilihat hampir pada disetiap televisi, sedangkan bangsa kita masih sibuk bagaimana mengentaskan orang miskin, susah payah untuk membangun sekolah serta membayar hutang dengan berhutang (gali lobang tutup lobang). Dari ketiga
masalah
tersebut,
kemiskinanlah
yang
menjadi
pangkal
masalahnya.1 Kemiskinan adalah sebuah fenomena multidimensi. Kondisi ini bukan hanya disebabkan oleh hambatan ekonomi, namun mungkin juga terkait dengan hambatan dari aspek sosial, politik, budaya dan keamanan. Fenomena ini dapat dianalogikan seperti puzzle yang belum tersusun tapi ada banyak bagian yang belum tersusun untuk membentuk suatu gambar yang konkret dalam analogi tersebut, keseluruhan gambar adalah kemiskinan. Kita harus memahami setiap bagian gambar dan bagaimana bagian-bagian gambar tersebut saling berhubungan satu sama lain, sebelum kita dapat ‘melihat’ gambar kemiskinan secara keseluruhan. 1
Edi Soeharto, dkk, Jurnal Pengembangan Masyarakat (COMDEV), (Jakarta: BEM-J PMI Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syahid, 2005), Edisi I, h. 25
1
2
Hanya dengan melihat dan memahami setiap puzzle yang membentuk kemiskinan, kita dapat mulai mengatasi masalah kemiskinan secara strategis.2 Sekalipun kemiskinan menjadi momok bagi Negara berkembang seperti Indonesia, tetapi semua ini dapat dikurangi jika pemerintah dengan tegas mampu mengimplementasikan kebijakan yang selama ini telah dibuat. Penyebab kemiskinan tidak hanya akibat dari aspek-aspek yang bersifat materialistik semata. Tetapi kemiskinan juga banyak disebabkan oleh kerentanan dan minimnya akses untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat.3 Jika diidentifikasi, penyebab kemiskinan sangat kompleks dan saling terkait, yaitu : (1) rendahnya kualitas sumber daya manusia, baik motivasi maupun penguasaan manajemen dan teknologi, (2) kelembagaan yang
belum
mampu
menjalankan
dan
mengawal
pelaksanaan
pembangunan, (3) prasarana dan sarana yang belum merata dan sesuai dengan kebutuhan pembangunan, (4) minimnya modal, dan (5) berbelitnya prosedur dan peraturan yang ada. Kelemahan-kelemahan ini menyebabkan penduduk miskin tidak mampu memanfaatkan peluang yang ada, sehingga potensi dan peluang ekonomi yang ada diserap dan dimanfaatkan 2
PROGRES Media Komunikasi Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), Financial Inclusion Akses Pendanaan Bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Jakarta, 2011, Edisi Mei, h. 3 3 Ibid., Memberdayakan Masyarakat Melalui PNPM, Edisi Maret, h. 6
3
sepenuhnya oleh kelompok, wilayah, dan sektor yang kaya dan mampu. Akibatnya, penduduk miskin relatif menjadi lebih miskin lagi. Saling kait antar faktor yang tidak berujung ini telah disinyalir Nurkse, yang digambarkannya sebagai lingkaran setan kemiskinan.4 Tahun 2011 data dari Biro Pusat Statistik menyebutkan jumlah penduduk miskin turun sebanyak satu juta orang. Berdasarkan data tersebut jumlah penduduk Indonesia yang tergolong miskin per Maret 2011 mencapai 30,02 juta orang atau 12,49% dari populasi. Angka kemiskinan ini turun sebanyak satu juta orang (0,84%) dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2010 yang sebesar 31,02 juta orang (13,33%). Penurunan jumlah penduduk miskin ini menunjukkan bahwa program-program penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada pendekatan pemberdayaan masyarakat justru memberikan hasil yang lebih efektif dan tingkat keberlanjutannya jauh lebih baik. Pendekatan pemberdayaan masyarakat bertujuan agar penduduk miskin dapat keluar dari kemiskinan dengan menggunakan potensi dan sumberdaya yang dimilikinya.5 Meningkatkan
kesejahteraan
sekaligus
mengurangi
angka
kemiskinan merupakan upaya yang terus dilakukan pemerintah. Meski dari data BPS angka kemiskinan cenderung menurun, bukan berarti pemerintah
4
Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan Sosial Kajian Ringkas Tentang Pembangunan Manusia Indonesia, (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara), h. 8 5 PROGRES Media Komunikasi Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), Keberhasilan Mengurangi Angka Kemiskinan, Edisi Desember, h. 1
4
telah berpuas hati melihat turunnya angka kemiskinan tersebut. Justru sebaliknya program yang berkaitan dengan penurunan angka kemiskinan terus ditingkatkan. Jakarta adalah kota yang memiliki banyak sekali masalah, tetapi sekaligus banyak sekali potensi. Bila semua potensi itu dikenali dan didayagunakan secara tepat, maka niscaya semua masalah di Jakarta bisa diatasi. Akan tetapi kenyataan menunjukan bahwa semakin hari kita menyaksikan Jakarta semakin ‘’tenggelam’’ dalam masalah yang semakin rumit, sebut saja pengangguran. Siapa yang akan menyelamatkan Jakarta? Sebagai suatu kota utama (primate city) Jakarta pasti bisa menolong dirinya sendiri, masalahnya adalah bagaimana memberdayakan masyarakat Jakarta. Sampai saat ini ‘’pemberdayaan’’ selalu hanya ditujukan pada orang miskin, padahal sebenarnya pemberdayaan harus ditujukan pada semua lapisan masyarakat Jakarta, karena ternyata manusia Jakarta sampai saat ini
tidak
mampu
membebaskan
kotanya
dari
jeratan
berbagai
permasalahan seperti pengangguran. Kita semua yakin bahwa Jakarta menyimpan banyak potensi, energy untuk bangkit dan masyarakatnya punya dinamika yang inovatif untuk menyelamatkan kotanya. Jadi memberdayakan Jakarta artinya ‘’menggali potensi yang terpendam di kota ini’’
5
Salah satu untuk mengatasi masalah pengangguran di kota Jakarta yaitu dengan kegiatan inovatif yang bisa menimbulkan kesempatan baru bagi penciptaan usaha ekonomi kecil dan peningkatan penghasilan pada masyarakat. Seperti usaha pembuatan tempe yang berada di RT 16 RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan. RT 16 RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara , boleh dibilang merupakan sentra industri. Beberapa pengusaha mandiri yang dulunya adalah kaum pendatang dan telah berhasil mengajak warga sekitar untuk bekerja bersama, diantaranya adalah Tafsirin yang telah memulai usaha pembuatan tempe sejak tahun 2003. Selain itu ada pula Tasban yang memulai usahanya tahun 1974, bahkan Sodikin telah terlebih dahulu memulai usahanya sejak 1978, Moh. Nasir memulai usahanya tahun 1982 dan Wan Ali mengikuti jejak tetangganya yang terdahulu dengan memulai usaha mandiri pada tahun 2003. Orang-orang yang telah berhasil tersebut selalu memberikan motivasi pada pekerjanya berdasarkan pengalamannya magang dulu agar para pekerja tersebut bisa mandiri seperti mereka. Keberadaan usaha pembuatan tempe di Rt 16 Rw 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat, Umumnya tempe digunakan sebagai lauk-pauk dan sebagai makanan tambahan atau jajanan. Potensi tempe dalam meningkatkan kesehatan dan harganya relatif murah memberikan alternatif pilihan dalam pengadaan makanan bergizi yang dapat dijangkau oleh segala lapisan masyarakat.Dengan adanya usaha pembuatan tempe di Rt 16 Rw 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara
6
dapat memberdayakan masyarakat. karena warga sekitar ikut menjadi pekerja atau pengrajin di usaha pembuatan tempe tersebut. Dengan begitu masyarakat mempunyai pekerjaan, masalah pengangguran yang ada di Jakarta semakin menurun jumlahnya.
Usahapembuatan tempe memiliki peran yang sangat besar didalam usahapemerataan kesempatan kerja, kesempatan usaha dan peningkatan pendapatan. Usaha pembuatan tempe pada umumnya dikelola dalam bentuk usaha rumahtangga, sehingga perkembangannya selalu dihadapkan dengan permasalahan yangmenyangkut bahan baku yaitu kedelai, ketersediaan dan kualitas faktor produksi,tingkat keuntungan, pemasaran serta permodalan.
Dari uraian di atas, penulis menyimpulkan melalui usaha pembuatan tempepara pekerja atau pengusaha tempe diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan keterampilannya mulai dari pembuatan tempe, dan cara memberikan layanan yang terbaik kepada pelanggan sebagai salah satu kiat keberhasilan usaha mereka.
Dengan skripsi ini peneliti akan melakukan penelitian dengan judul ‘’ Peran Pengusaha Pembuatan Tempe Dalam Pemberdayaan Masyarakat Studi Kasus Di RT 16 RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan ‘’.
7
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Agar
penelitian
ini
terarah
dan
supaya
tidak
terjadi
kesalahpahaman dalam memahami isi, maka penulis membatasi penelitian ini hanya pada peran pengusaha pembuatan tempe dalam pemberdayaan masyarakat studi kasus di RT 16 RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta selatan. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan pada pembatasan di atas maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut : a.
Bagaimana
Peran
Pengusaha
Pembuatan
Tempe
Dalam
Pemberdayaan Masyarakat ? b. Bagaimana Hasil Pemberdayaan Yang Dilakukan Oleh Pengusaha Pembuatan Tempe Terhadap Masyarakat Sekitar ? c.
Bagaimana Hambatan Pengusaha Pembuatan Tempe Dalam Pemberdayaan Masyarakat ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Dengan mengacu kepada latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka penulis mempunyai tujuan sebagai berikut : a. Untuk mengetahui Peran Pengusaha Pembuatan Tempe Dalam Pemberdayaan Masyarakat.
8
b. Untuk mengetahui Hasil Pemberdayaan Yang Dilakukan Oleh Pengusaha Pembuatan Tempe Terhadap Masyarakat Sekitar. c. Untuk mengetahui Hambatan Pengusaha Pembuatan Tempe Dalam Pemberdayaan Masyarakat. 2. Manfaat Penelitian a. Sebagai bahan kajian dalam bidang sosial khususnya tentang pemberdayaan
masyarakat
pada
jurusan
Pengembangan
Masyarakat Islam di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. b. Diharapkan dapat bermanfaat bagi para pengusaha pembuatan tempe di RT 16 RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara sebagai bahan masukan yang dapat dipergunakan dalam mengembangkan dan meningkatkan keterampilan untuk menekan angka pengangguran yang disebabkan oleh kemiskinan dalam segala aspek. c. Bagi pembuat kebijakan (lembaga/instansi) merupakan bahan masukan dan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan pengembangan usaha pembuatan tempe. d. Mengenal lebih jauh eksistensi usaha pembuatan tempe di RT 16 RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara sebagai salah satu usaha yang peduli terhadap masalah kemiskinan dengan melakukan pemberdayaan.
9
e. Bagi kalangan akademisi seperti mahasiswa, dosen dan peneliti merupakan bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut dalam rangka pengembangan sektor usaha pembuatan tempe. D. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif, pendekatan kualitatif menurut Kirk dan Miller bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergabung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.6 Kemudian Bogdan dan Taylor
mendefinisikan metodologi
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.7 2. Penetapan Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah para pengusaha tempe dan pekerja atau pengrajin tempe di RT 16 RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan. 3. Teknik Pengumpulan Data
6
Prof. Dr. Lexy J. Moleong, M.A., Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), Cet ke-29, h. 4 7 Nurul Hidayati, S.Ag., Metodologi Penelitian Dakwah Dengan Pendekatan Kualitatif, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet 1, h. 8
10
a. Observasi Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Oleh karena itu, observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya.8 E.C.
Wragg
menjelaskan
bahwa
observasi
yaitu
pengamatan secara sistematis dan analisa yang memegang peranan penting untuk meramalkan tingkah laku sosial, sehingga hubungan antara satu peristiwa dengan yang lainnya menjadi jelas. Menurutnya pula bahwa aspek-aspek yang diamati, sifat pribadi, interaksi verbal, non-verbal, aktivitas, pengaturan, keahlian professional, sarana dan alat yang digunakan, afektif, kognitif, dan sosiologis.9 b. Interview Wawancara merupakan bagian observasi pula karena wawancara adalah salah satu cara untuk memperoleh data melalui informasi yang didengarnya dengan panca indra pendengaran, yang sebelumnya dinyatakan terlebih dahulu kepada responden.10
8
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif , Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya ( Jakarta : Kencana 2005) Edisi Pertama, Cet Ke-4, h. 133 9 Nurul Hidayati, Metodologi Penelitian Dakwah Dengan Pendekatan Kualitatif, h. 8 10 Ibid.,h.39
11
Wawancara (interview) dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi (data) dari responden dengan cara bertanya langsung secara bertatap muka (face to face). Wawancara sering disebut sebagai suatu proses komunikasi dan interaksi.11 Dalam hal ini penulis melakukan diskusi dengan informan yang telah tercatat, untuk menetapkan calon narasumber antara lain, pengusaha pembuatan tempe dan pekerja atau pengrajin tempe di RT 16 RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan. c. Studi Dokumentasi Studi Dokumentasi adalah data-data yang tertulis yang mengandung keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang masih aktual. Dalam dokumentasi ini penulis mengumpulkan informasi berupa makalah-makalah, buku-buku atau catatan harian, kliping, foto, dokumen pemerintah maupun swasta dan lain-lainnya yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini. 4. Analisa Data Dalam melakukan analisa data, penulis menggunakan penelitian deskriptif, penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu atau 11
Bagong Suyanto & Sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 70
12
gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih. Biasanya, penelitian deskriptif seperti ini menggunakan metode survey (Atherton & Klemmack).12 Teknik analisa data dimana penulis terlebih dahulu memaparkan semua data yang diperoleh mengenai kondisi usaha pembuatan tempe di RT 16 RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan kemudian mendeskripsikan temuan-temuan yang ada dengan berpedoman pada sumber-sumber tertulis. Analisis Data Kualitatif (Bogdan & Biklen) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya
menjadi
satuan
yang
dapat
dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.13 5. Lokasi Penelitian Penelitian ini penulis lakukan di Jalan KH. Mas’ud RT 16 / RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan, karena tempat tersebut relatif terjangkau dan tempat tersebut adalah usaha pembuatan tempe yang dikenal oleh masyarakat yang berada dekat Pasar Kebayoran Lama Jakarta selatan. 12
Dr. Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet - 8, h. 35 13 Prof. DR. Lexy J. Moleong, M.A., Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi,h. 248
13
E. Tinjauan Pustaka Setelah melakukan penelusuran koleksi skripsi pada Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, ada skripsi yang fokusnya sama yaitu tentang usaha pembuatan tempe, namun belum ada satu pun yang mengambil objek penelitian seperti dalam penelitian ini. Beberapa skripsi yang menjadi acuan penulis untuk memfokuskan penelitian
pada
‘’
Peran
Pengusaha
Pembuatan
Tempe
Dalam
Pemberdayaan Masyarakat Studi Kasus di RT 16 RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan ‘’, diantaranya adalah skripsi berjudulPeranan Masyarakat Mandiri (MM) Dompet Dhuafa Dalam Pemberdayaan Usaha Kecil Di Depok, karya Budi Santoso, Program Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi , Lulus 1429 H / 2008 M.Masalah yang dibahas dalam skripsi ini adalah, Pertama: Apa peranan Masyarakat Mandiri (MM) Dompet Dhuafa dalam melakukan pemberdayaan usaha kecil ? Kedua: Bagaimana peranan Masyarakat
Mandiri
(MM)
Dompet
Dhuafa
dalam
melakukan
pemberdayaan usaha kecil ? F. Sistematika Penulisan Laporan tugas akhir ini disusun dengan sistematika sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.
14
BAB II
KAJIAN TEORITIS
Bab ini akan membahas mengenai teori-teori yang terkait dengan penelitian ini, yang terdiri dari teori peran, dan teori pemberdayaan masyarakat. BAB III
GAMBARAN UMUM
Bab ini membahas mengenai gambaran umum lokasi penelitian Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan dari segi letak dan batasan wilayah, struktur organisasi pemerintahan, keadaan penduduk Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan, gambaran umum usaha pembuatan tempe yaitu latar belakang berdirinya usaha pembuatan tempe, maksud dan tujuan, sumber dana atau modal berdirinya usaha pembuatan tempe. BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS
Bab ini membahas mengenai hasil dan temuan data yang telah ditemukan, yaitu
peran
pengusaha
pembuatan
tempe
dalam
pemberdayaan
masyarakat, hasil pemberdayaan yang dilakukan oleh pengusaha pembuatan tempe terhadap masyarakat sekitar, dan hambatan pengusaha pembuatan tempe dalam pemberdayaan masyarakat. BAB V
PENUTUP
Bab ini membahas mengenai kesimpulan dan saran yang didapatkan hasil dan temuan data yang telah dianalisis.
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pengertian Peran Dalam peranan yang berhubungan dengan pekerjaannya, seseorang diharapkan menjalankan kewajiban-kewajibannya yang berhubungan dengan peranan yang dipegangnya. Oleh karena itu Gross, Mason dan McEachern mendefinisikan peranan sebagai perangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. Harapan-harapan tersebut merupakan imbangan dari norma-norma sosial dan oleh karena itu dapat dikatakan bahwa peranan-peranan itu ditentukan oleh norma-norma di dalam masyarakat, maksudnya: kita diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh ‘’masyarakat’’ di dalam pekerjaan kita, di dalam keluarga dan di dalam peranan-peranan lainnya. Di dalam peranan terdapat 2 (dua) macam harapan, yaitu: 1). Harapanharapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau kewajibankewajiban dari pemegang peran, dan 2). Harapan-harapan yang dimiliki oleh si pemegang peran terhadap ‘’masyarakat’’ atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan peranannya atau kewajiban-kewajibannya.14 B. Pemberdayaan Masyarakat 1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
14
David Berry, Pokok-pokok Pikiran Dalam Sosiologi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1995), Ed. 1, Cet. 3, h.101
15
16
Proses peningkatan kesejahteraan masyarakat, dapat diterapkan berbagai pendekatan, salah satu diantaranya adalah pemberdayaan masyarakat. Pendekatan pemberdayaan masyarakat bukan hal yang sama sekali baru, tetapi sebagai strategi dalam pembangunan relatif belum terlalu lama dibicarakan. Istilah keberdayaan dalam konteks masyarakat adalah kemampuan individu yang bersenyawa dengan individu-individu lainnya dalam masyarakat untuk membangun keberdayaan
masyarakat
yang
bersangkutan.
Memberdayakan
masyarakat adalah upaya memperkuat unsur-unsur keberdayaan itu untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang berada dalam kondisi tidak mampu dengan mengandalkan kekuatannya sendiri sehingga dapat keluar dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan, atau proses memampukan dan memandirikan masyarakat.15 Istilah ‘’pemberdayaan’’ adalah terjemahan dari istilah asing empowerment. Secara leksial, pemberdayaan berarti penguatan. Secara teknis, istilah pemberdayaan dapat disamakan atau setidaknya diserupakan dengan istilah pengembangan. Bahkan dua istilah ini, dalam batas-batas tertentu bersifat interchangeable atau dapat dipertukarkan. Dalam istilah lain, pemberdayaan atau pengembangan atau tepatnya pengembangan sumber daya manusia 15
adalah upaya
Dr. Anwar, Manajemen Pemberdayaan Perempuan (Perubahan Sosial Melalui Pembelajaran Vocational Skill Pada Keluarga Nelayan), Bandung: Alfabeta, 2007, Cet 1, h. 1
17
memperluas horizon pilihan bagi masyarakat. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. Dengan memakai logika ini, dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya adalah yang dapat memilih dan mempunyai kesempatan untuk mengadakan pilihan-pilihan. Dengan paparan sederhana di atas, jelaslah bahwa proses pengembangan dan pemberdayaan pada akhirnya akan menyediakan sebuah ruang kepada masyarakat untuk mengadakan pilihan-pilihan. Sebab, manusia atau masyarakat yang dapat memajukan pilihanpilihan dan dapat memilih dengan jelas adalah masyarakat yang punya kualitas. Pertanyaannya, siapakah yang harus diberdayakan? Dalam konteks ini, sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, pihak yang harus diberdayakan adalah masyarakat Islam sendiri, sebagai penghuni mayoritas dari bangsa Indonesia. Istilah ‘’masyarakat islam’’, secara sederhana, berarti kumpulan manusia yang beragama Islam. Jadi secara terminologis, pengembangan atau pemberdayaan masyarakat islam berarti mentransformasikan dan melembagakan semua segi ajaran Islam dalam kehidupan keluarga (usrah), kelompok sosial (jama’ah), dan masyarakat (ummah). Imang Mansur Burhan mendefinisikan pemberdayaan umat atau masyarakat sebagai upaya membangkitkan potensi umat Islam kearah
18
yang lebih baik, baik dalam kehidupan sosial, politik maupun ekonomi.16 2. Proses Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan sebagai suatu proses merupakan sesuatu yang berkesinambungan di mana komunitas atau kelompok masih ingin melakukan perubahan serta perbaikan dan tidak hanya terpaku pada satu program saja. 17 proses pemberdayaan masyarakat terdiri dari lima tahap : 1. Menghadirkan kembali pengalaman yang dapat memberdaya guna dan tidak memberdayakan 2. Mendiskusikan alasan mengapa terjadi pemberdayaan dan tidak pemberdayaan 3. Mengidentifikasi masalah 4. Mengidentifikasi teknis daya yang bermakna 5. Mengembangkanrencana-rencana aksi dan mengimplementasikan.18 3. Tahap-Tahap Pemberdayaan Ada beberapa tahapan yang seharusnya dilalui dalam melakukan pemberdayaan. Pertama, membantu masyarakat dalam menemukan masalahnya.
16
Kedua,
melakukan
analisis
(kajian)
terhadap
Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam Dari Ideologi, Strategi Sampai Tradisi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), h. 42 17 Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-pemikiran dalam Kesejahteraan Sosial, (Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi UI 2002), Seri ke-II, h. 173 18 Nanih Machendrawaty dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam Dari Ideologi, Strategi Sampai Tradisi, h. 25
19
permasalahan tersebut secara mandiri (partisipatif). Kegiatan ini biasanya dilakukan dengan cara curah pendapat, membentuk kelompok-kelompok diskusi, dan mengadakan pertemuan warga secara periodik (terus menerus). Ketiga, menentukan skala prioritas masalah, dalam arti memilah dan memilih tiap masalah yang paling mendesak untuk diselesaikan. Keempat¸ mencari cara penyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, antara lain dengan pendekatan sosio-kultural yang ada dalam masyarakat. Kelima, melaksanakan tindakan nyata untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Keenam, mengevaluasi seluruh rangkaian dan proses pemberdayaan itu untuk dinilai sejauh mana keberhasilan dan kegagalannya.19 4. Tujuan Pemberdayaan Tujuan pemberdayaan masyarakat tidak hanya terbatas pada terbebasnya manusia dari hambatan kemiskinan dan kebodohan, tetapi lebih jauh lagi dari terbebasnya dekadensi moral, sehingga menjadi manusia yang progresif, mandiri, original, dan mengagungkan kehambaan pada Allah SWT. Sehingga kemakmuran dan kemajuan yang dicapai oleh manusia tidak menghancurkan manusia yang lain, tetapi menjadi rahmatan lil ‘alamin (kebaikan bagi seluruh umat manusia).20
19
Rr. Suhartini, A. Halim, dkk, Model-model Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta, Pustaka Pesantren, 2005), h. 135 20 Mahmud Sobari, Kebudayaan Rakyat; Dimensi Politik dan Agama, (Yogyakarta: Benteng Budaya, 1996), Cet ke-1, h. 12
20
5. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Secara umum, ada empat strategi pengembangan masyarakat, yaitu: 1. The Growth Strategy Penerapan strategi pertumbuhan ini pada umumnya dimaksudkan untuk mencapai peningkatan yang cepat dalam nilai ekonomis, melalui
peningkatan
pendapatan
per
kapita
penduduk,
produktivitas, pertanian, permodalan, dan kesempatan kerja yang dibarengi dengan kemampuan konsumsi masyarakat, terutama di pedesaan. Pada awalnya strategi ini dianggap efektif. Akan tetapi, karena economic oriented sementara kaidah hukum-hukum sosial dan moral terabaikan maka yang terjadi adalah sebaliknya, yakni semakin melebarnya pemisah kaya miskin, terutama di daerah pedesaan. Akibatnya, begitu terjadi krisis ekonomi maka konflik dan kerawanan sosial terjadi dimana-mana. 2. The Welfare Strategy Strategi kesejahteraan ini pada dasarnya dimaksudkan untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi, karena tidak dibarengi dengan pembangunan kultur dan budaya mandiri dalam diri masyarakat maka yang terjadi adalah sikap ketergantungan masyarakat kepada pemerintah. Oleh karena itu, dalam setiap usaha pengembangan masyarakat, salah satu aspek yang harus diperhatikan penanganannya adalah masalah kultur dan budaya
21
masyarakat. Pembangunan budaya jangan sampai kontraproduktif dengan pembangunan ekonomi. 3. The Responsitive Strategy Strategi ini merupakan reaksi terhadap strategi kesejahteraan yang dimaksudkan untuk menanggapi kebutuhan yang dirumuskan masyarakat sendiri dengan bantuan pihak luar (self need and assistance) untuk memperlancar usaha mandiri melalui pengadaan teknologi serta sumber-sumber yang sesuai bagi kebutuhan proses pembangunan. Akan tetapi, karena pemberdayaan masyarakat sendiri belum dilakukan maka strategi yang tanggap terhadap kebutuhan
masyarakat
ini
terlalu
idealistik
dan
sulit
ditransformasikan kepada masyarakat. Satu hal yang harus diperhatikan, kecepatan teknologi sering kali, bahkan selalu, tidak diimbangi dengan kesiapan masyarakat dalam menerima dan memfungsikan teknologi itu sendiri. Akibatnya, teknologi yang dipakai dalam penerapan strategi ini menjadi disfungsional. 4. The Integrated or Holistic Strategy Untuk mengatasi dilema pengembangan masyarakat karena ‘’kegagalan’’ ketiga strategi seperti telah dijelaskan, maka konsep kombinasi dari unsur-unsur pokok etika strategi diatas menjadi alternatif terbaik. Strategi ini secara sistematis mengintegrasikan seluruh komponen dan unsur yang diperlukan, yakni ingin mencapai
secara
simultan
tujuan-tujuan
yang
menyangkut
22
kelangsungan partisipasi
pertumbuhan,
aktif
masyarakat
persamaan, dalam
kesejahteraan,
proses
dan
pembangunan
masyarakat.21
21
Moh. Ali Aziz, Rr. Suhartini, dkk,Dakwah Pemberdayaan Masyarakat Paradigma Aksi Metodologi, (Yogyakarta, Pustaka Pesantren, 2005), h. 9
BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak dan Batasan Wilayah Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan Sesuai Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 1215 Tahun 1986 Kelurahan Kebayoran Lama Utara adalah salah satu bagian wilayah Kecamatan Kebayoran Lama yang mempunyai Luas 178,22 Ha. Gambar 1 Peta Wilayah Kelurahan Kebayoran Lama Utara
23
24
Dengan batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara
: Berbatasan dengan Jalan Kramat Kelurahan Grogol Selatan dan Kelurahan Cipulir.
Sebelah Timur
: Berbatasan dengan Kali Grogol Kelurahan Kramat Pela dan Kelurahan Gunung.
Sebelah Selatan
: Berbatasan dengan Jalan Bungur dan Jalan Bintaro Raya Kelurahan Kebayoran Lama Selatan.
Sebelah Barat
: Berbatasan dengan Kali Pesanggrahan Kelurahan Bintaro dan Kelurahan Ulujami.
Dari jumlah Kelurahan wilayah seluas 178.22 Ha, sebagian besar merupakan pemukiman penduduk dengan 90% digunakan untuk perumahan dan pekarangan. 5% untuk fasilitas umum dan 5% untuk fasilitas taman dan penghijauan.
25
2. Struktur Organisasi Pemerintahan Gambar 2 Struktur Organisasi Kelurahan Kebayoran Lama Utara (Perda No. 147 Tahun 2009) LURAH H. AGUS SURYADI, S. Sos, MSi WAKIL LURAH BUDI ACHMADI, S. Sos
SEKRETARIS SUMINI, SE
SEKSI PEMERINTAHAN & TRANTIB DJAENUDDIN
SEKSI PRASARANA & SARANA Hj. ROSITA
SEKSI PEREKONOMIAN ROMALINA TAMPUBOLON
SEKSI KESMAS MESRAWATI NAIBAHO
SEKSI KEBERSIHAN & LKG. HIDUP ASDIANA SARI SIREGAR
SEKSI PELAYANAN UMUM ROHATI, SPd
26
Kelurahan Kebayoran Lama Utara telah melaksanakan penyusunan data kepegawaian sesuai dengan peraturan kepegawaian yang berlaku. Adapun data pegawai Kelurahan Kebayoran Lama Utara adalah sebagai berikut : Tabel 1 Tabel Pegawai Kelurahan Kebayoran Lama Utara NO 1
NAMA H.AGUS SURYADI, S. Sos. M.Si
NIP
GOL
JABATAN
196508151987031009
III.c
Lurah
2
BUDI ACHMADI. S. Sos
197303311996031002
III.c
Wakil Lurah
3
SUMINI. SE
196107021983112001
III.c
Sekkel
4
DJAENUDIN
195710161981031007
III.c
5
ROMALINA TAMPUBOLON, SE
196501241994032005
III.a
6
ROSITA
196705271987102001
III.b
7
MESRAWATI NAIBAHO. SKM
196606061995032002
III.a
8
ASDIANA SARI SIREGAR
19621117198410209
III.b
9
ROHATI, S.Pd
196303041984032004
III.c
198701252010012020
II.c
198703162010011010
II.c
10 11
FRANCISCA LOLA MUSSILLA. A.md ANDRIAN KUSUMAWARDANI. A.md
12
ISKANDAR IDRIS
196401111986101000
II.c
13
ALI MUSTOFA
196306101985111003
III.b
14
ISMARYATI CICI ESSY KURNIAWATI DJAYASINGA
195805171984012001
III.d
196802231993022000
III.d
15
Kasi Pemerintahan, Ketentraman dan Ketertiban Kasi Perekonomian Kasi Prasarana dan Sarana Kasi Kesejahteraan Masyarakat Kasi Kebersihan dan Lingkungan Hidup Kasi Pelayanan Umum Staf Pelayanan Umum Staf Perekonomian Kasatgas Polisi Pamong Praja Kasi Kependudukan PLKB PLKB
27
3. Keadaan Penduduk Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan Jumlah penduduk di Kelurahan Kebayoran Lama Utara sampai dengan bulan November 2012 adalah sebanyak : 52.202 terdiri dari Jumlah Laki-laki 27.291 Jiwa dan Jumlah Perempuan 24.911 Jiwa. Dengan luas wilayah sebesar 178,22 Ha. Maka tingkat kepadatan dan tingkat pertumbuhan penduduk Kelurahan Kebayoran Lama Utara termasuk tinggi. Hal ini mungkin disebabkan letaknya yang strategis sehingga menjadi daya tarik tersendiri untuk dijadikan tempat tinggal dan mengembangkan usaha. Mayoritas penduduk di wilayah Kelurahan Kebayoran Lama Utara bekerja pada sektor perdagangan dan bangunan selebihnya bekerja pada sektor jasa. Sedangkan kultur budaya masyarakat Kelurahan Kebayoran Lama Utara sangat agamis dengan didominasi oleh penduduk beragama islam. Didalam pencatatan pendataan penduduk di Kelurahan Kebayoran Lama Utara berpedoman pada register yang telah ada, pencatatan dilaksanakan secara kronologis, setiap bulan dilakukan penjumlahan sebagai bahan laporan bulanan.
NO 1
Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Data Bulan Desember 2012 WNI WNA UMUR JUML L JUML JUMLAH LK PR PR AH K AH 0-4 2.091 2.017 4.108 4.108
28
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
5-9 2.339 2.178 4.517 10-14 2.043 1.924 3.967 15-19 1.829 1.834 3.663 20-24 2.014 1.971 3.985 25-29 2.714 2.468 5.182 30-34 3.113 2.798 5.911 35-39 2.921 2.463 5.384 40-44 2.495 2.066 4.561 45-49 1.898 1.557 3.455 50-54 1.383 1.322 2.705 55-59 962 915 1.877 60-64 701 651 1.352 65-69 407 382 789 70-74 236 197 433 75 16 145 172 317 keatas Jumlah 27.291 24.915 52.206 Sumber : Berdasarkan Data dari Kelurahan Selatan.
3 2 1
1
4 2 1
4.517 3.967 3.663 3.985 5.182 5.911 5.388 4.563 3.455 2.706 1.877 1.352 789 433 317
6 1 7 52.213 Kebayoran Lama Utara Jakarta
Baca Tabel : Data dalam tabel diatas menjelaskan bahwa Jumlah penduduk Warga Negara Indonesia (WNI) menurut jenis kelamin yang paling tertinggi adalah laki-laki usia 30-34 tahun berjumlah 3.113, sedangkan jumlah penduduk WNI menurut jenis kelamin yang paling terendah adalah perempuan usia 75 tahun keatas berjumlah 172, dalam tabel diatas menunjukan bahwa jenis kelamin pada saat lahir ini perlahan menurun sedikit sampai pada golongan-golongan umur muda, dan selanjutnya terus menurun drastis pada golongan-golongan umur tua. Jumlah penduduk WNI menurut jenis kelamin yang paling tertinggi adalah laki-laki mengakibatkan migrasi (seseorang yang melakukan pindah tempat tinggal secara permanen atau relatif permanen untuk jangka waktu minimal tertentu)untuk mencari lapangan pekerjaan dan akan mengakibatkan pengangguran. Termasuk juga jumlah
29
penduduk Warga Negara Asing (WNA) menurut jenis kelamin yang paling tertinggi adalah laki-laki usia 35-39 tahun berjumlah 3 orang, dan jumlah penduduk WNA menurut jenis kelamin yang paling terendah adalah perempuan usia 35-39 tahun berjumlah 1 orang. Jumlah penduduk di Kelurahan Kebayoran Lama Utara pada bulan November 2012 sebanyak 52.202 sedangkan jumlah penduduk pada akhir bulan Desember 2012 sebanyak 52.213 jiwa. Jumlah penduduk bulan November sampai dengan bulan Desember naik sekitar 10%. Disini terlihat perubahan jumlah penduduk dikarenakan adanya pendatang dari dalam maupun dari luar DKI Jakarta dan warga yang pindah. Tabel 3 Jumlah Penduduk Tiap RW WNI WNA JUMLAH LK PR JUMLAH LK PR JUMLAH 1 01 1.881 1.982 3.863 3.863 2 02 1.913 2.061 3.974 3.974 3 03 2.013 2.028 4.041 1 1 4.042 4 05 1.527 1.679 3.206 3 3 3.209 5 06 1.841 1.979 3.820 2 2 3.822 6 07 1.892 2.392 4.284 4.284 7 08 3.984 4.540 8.524 8.524 8 09 4.611 4.729 9.340 9.340 9 010 2.810 3.083 5.893 1 1 5.894 10 011 2.409 2.852 5.261 5.261 JUMLAH 24.881 27.325 52.206 6 1 7 52.213 Sumber : Berdasarkan Data dari Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan. NO
RW
Baca tabel : Data dalam tabel diatas menjelaskan bahwa Jumlah penduduk seluruh RW di Kelurahan Kebayoran Lama Utara menurut jenis kelamin
30
yang paling tertinggi adalah perempuan sebanyak 27.325 jiwa, dan yang paling terendah adalah laki-laki sebanyak 24.881 jiwa data untuk penduduk warga Negara Indonesia (WNI). Sedangkan jumlah terbanyak penduduk yang berjenis kelamin perempuanbertempat di RW 09 sebanyak 4.729 jiwa, dan jumlah terendah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki bertempat di RW 05 sebanyak 1.527 jiwa. Untuk data jumlah penduduk Warga Negara Asing (WNA) menurut jenis kelamin yang tertinggi adalah laki-laki sebanyak 6 orang dan data jumlah penduduk WNA menurut jenis kelamin yang terendah adalah perempuan sebanyak 1 orang yang bertempat di RW 03. Tabel 4 Mobilitas Penduduk Setiap Bulan Datang Mati Pindah Keterangan LK PR LK PR LK PR LK PR 1 01 4 4 1 3 5 2 02 3 5 1 4 4 3 03 5 5 1 4 3 4 05 4 1 4 7 1 6 7 5 06 4 4 1 3 3 6 07 3 3 1 1 3 4 7 08 3 1 7 2 2 4 8 09 3 4 1 1 4 5 9 010 1 1 4 3 3 3 10 011 5 3 1 3 4 jumlah 12 4 42 40 6 4 35 42 Sumber : Berdasarkan Data dari Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan. NO
RW
Lahir LK PR 1 4
Baca tabel : Data yang diperoleh pada tabel diatas bersumber pada Perda (Peraturan Daerah) Nomor 1 Tahun 1979 tentang Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dalam
31
wilayah DKI Jakarta, lahir, mati dan pindah juga berpedoman pada Perda tersebut diatas. Adapun data mobilitas penduduk yang menonjol di Kelurahan Kebayoran Lama Utara pendatang baik dari luar maupun dari dalam wilayah DKI Jakarta dengan jumlah pendatang laki-laki sebanyak 42 orang dan pendatang perempuan sebanyak 40 orang. Akibatnya tingkat kepadatan dan tingkat pertumbuhan penduduk Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan termasuk tinggi. Sebagai pelaksanaan Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 36 Tahun 2001 tentang Peraturan Dasar Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) di DKI Jakarta, di Kelurahan Kebayoran Lama Utara telah dilaksanakan sebagaimana mestinya. Jumlah Kepala Keluarga : 11.434 KK. Adapun jumlah RT / RW yang ada di wilayah Kelurahan Kebayoran Lama Utara sebagai berikut : Tabel 5 Jumlah RT / RW Kelurahan Kebayoran Lama Utara NO
RW
1 2 3 4 5 6 7 8
01 02 03 05 06 07 08 09
JUMLAH RUKUN TETANGGA (RT) 8 6 8 10 9 8 16 16
KETERANGAN
32
9 010 12 10 011 14 JUMLAH 107 Sumber : Berdasarkan Data dari Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan. Baca tabel : Data dalam tabel diatas menjelaskan bahwa jumlah RT sebanyak 107 dan jumlah RW sebanyak 10. Jumlah RT di Kelurahan Kebayoran Lama Utara terbanyak adalah 16 RT yang masing-masing bertempat di RW 08 dan 09. Tabel 6 Data Karyawan Usaha Pembuatan Tempe
No
Nama Karyawan
Lamanya Bekerja
Nama Pengusaha
1
Maulana
2 Tahun
Warsih
2
Sugi
-
Nasir
3
Sasuri
5 Tahun
4
Zaini
5
M. Yasirlana
20 Tahun ½ Tahun
6
Priyono
4 Tahun
7
Bowo
8 Tahun
8
Agus
2 Tahun
9
Feri Fadli
2 Tahun
Sumber : Berdasarkan data (lihat lampiran)
Kost / tinggal dengan bos Kost
Jumlah Keluarga
Gaji / bln
3
Rp. 3.000.000
Tinggal dg 1 Rp. 1.000.000 bos Ciswanto Tinggal dg 1 Rp. 1.650.000 bos Ciswanto Tinggal dg 3 Rp. 1.650.000 bos Tafsirin Tinggal dg 1 Rp. 1.200.000 bos Sodikin Tinggal dg 1 Rp. 1.500.000 bos Subadi Tinggal dg 3 Rp. 1.000.000 bos Subadi Tinggal dg 1 Rp. 2.100.000 bos Subadi Tinggal dg 1 Rp. 2.100.000 bos dari wawancara terhadap para pengrajin tempe
33
Baca tabel : Menurut konsep UMR (upah minimum regional) Jakarta dengan gaji sebesar Rp. 2.200.000,- /bulan maka gaji karyawan atau pengrajin tempe ini masih dibawah UMR. Sedangkan bila dibandingkan menurut konsep gaji karyawan internasional sebesar $20 per hari atau setara dengan Rp. 6.000.000,- /bulan. Berdasarkan pandangan UMR gaji para pengrajin tempe belum memenuhi kesejahteraan atau belum memberdayakan mereka. Namun, demikian pengusaha tempe sudah memberdayakan tingkat perekonomian para pengrajin tempe walaupun masih dibawah UMR gajinya. B. Gambaran Umum Usaha Pembuatan Tempe di RT 16 RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan 1. Latar Belakang Berdirinya Usaha Pembuatan Tempe di RT 16 RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan Usaha pembuatan tempe merupakan usaha rakyat yang sangat menjanjikan karena setiap orang pasti menjadikan tempe sebagai lauk atau makanan sehari-hari, sehingga permintaan akan tempe tidak akan pernah sepi. Seperti yang dijelaskan oleh salah satu informan; Ibu Warsih selaku pengusaha tempe beliau mengatakan sebagai berikut : ‘’Prospek perkembangan usaha pembuatan tempe bagus, tidak bisa putus karena tempe makanan sehari-hari. Tempe makanan
34
pokok, kalau jualan makanan pokok tiap hari bisa jual. Jadi kan tiap hari dapat duit’’.22 Usaha pembuatan tempe di Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan tepatnya di Jalan KH. Mas’ud RT 16 RW 09 sudah lama berjalan dan usaha tersebut dijalankan turun temurun. Seperti yang dijelaskan oleh salah satu informan; Bapak Nasir selaku pengusaha tempe beliau mengatakan sebagai berikut : ‘’Saya tidak pengen mencari pekerja yang lain saya pengennya nerusin ke anak’’.23
Pada saat sekarang ini ekonomi masyarakat semakin menurun, akibat dari pada perekonomian tersebut banyak masyarakat yang memikirkan untuk mengkonsumsi bahan makanan yang relatif murah, jadi banyak masyarakat yang mengambil alternatif sendiri untuk beralih dari makanan yang mahal menjadi makanan yang lebih murah dan memiliki protein yang cukup.
Oleh karena itu untuk menggantikan bahan makanan tersebut, kami tertarik untuk membuka usaha pembuatan tempe yang dimana, tempe dapat menggantikan bahan makanan yang mahal yang mempunyai protein yang sama. Disamping itu tempe dapat diperoleh dengan harga murah dibandingkan dengan bahan makanan yang mahal misalnya
22
Wawancara pribadi dengan Ibu Warsih, Pengusaha Pembuatan Tempe, (Jakarta Selatan, 23 Februari 2013), pukul 11.00 WIB. 23 Wawancara pribadi dengan Bapak Nasir, Pengusaha Pembuatan Tempe, (Jakarta Selatan, 23 Februari 2013), pukul 12.30 WIB.
35
ikan, daging, telur, dan lain-lain, yang memiliki kandungan yang hampir sama dengan tempe.
Selain daripada itu, tempe juga dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan misalnya, tempe goreng, tempe bacem, keripik tempe, dan sebagai bahan campuran makanan. Pengolahan tempe dapat dilakukan secara sederhana tanpa harus menggunakan alat-alat canggih seperti industri lainnya. Didalam pemasarannya, harga tempe stabil dipasaran jadi, usaha pembuatan tempe tidak takut untuk memasarkannya di pasar.
Tempe merupakan makanan tradisional khas Indonesia.Dan tempemerupakan salah satu makanan yang sering di konsumsi oleh masyarakat. Tempe tidak menggunakan zat kimia jadi tempe hanya bertahan 2 atau 3 hari saja. Jika tempe dibiarkan akan tercium bau amoniak yang busuk. Adanya bau ini menunjukkan bahwa tempe mulai membusuk dan sudah tercemari mikroorganisme lain. Oleh karena itu konsumen tidak akan takut untuk membeli tempe dipasaran seperti membeli bahan makanan lain karena dengan mencium tempe tersebut konsumen akan mengetahui apakah tempe itu bagus atau tidak.
36
2. Maksud dan Tujuan Berdirinya Usaha Pembuatan Tempe
Maksud didirikannya usaha pembuatan tempe untuk menjadikan usaha home industri di bidang usaha pembuatan tempe lebih maju lagi. Dan menjalankan usaha home industri tempe dengan pengolahan tradisional dan tanpa bahan pengawet.
Tujuan didirikannya usaha pembuatan tempe ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk memperoleh laba
Seperti yang dijelaskan oleh salah satu informan; Bapak Tafsirin selaku pengusaha tempe, beliau mengatakan sebagai berikut : ‘’Ya lumayan keuntungannya, bisanya usaha tempe saya hanya lulusan SMP’’.24
b. Menciptakan tenaga kerja
Seperti yang dijelaskan oleh salah satu informan; Ibu Warsih selaku pengusaha tempe, beliau mengatakan sebagai berikut :
24
Wawancara pribadi dengan Bapak Tafsirin, pengelola usaha pembuatan tempe, (Jakarta Selatan, 26 Maret 2013), pukul 10.10 WIB.
37
‘’Yang kerja sama saya tetangga di kampung, saya ajak kerja disini. Sama-sama orang pekalongan’’.
c. Memperluas usaha home industry
Seperti yang dijelaskan oleh salah satu informan; Bapak Wan Ali selaku pengusaha tempe, beliau mengatakan sebagai berikut : ‘’Karena dari kreatif saya, ya saya inginnya usaha tempe. Jadi gak kemana-mana lagi, terjunnya ke tempe juga’’.25
d.
Membuka lapangan pekerjaan
Seperti yang dijelaskan oleh salah satu informan; Bapak Ciswanto selaku Ketua RT 16 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan, beliau mengatakan sebagai berikut : ‘’Dengan adanya usaha pembuatan tempe masyarakat yang tadinya nganggur jadi punya pekerjaan yaitu menjadi pengrajin tempe’’.26
3. Sumber Dana atau Modal Usaha Dalam Mendirikan Usaha Pembuatan Tempe
25
Wawancara pribadi dengan Bapak Wan Ali, pengusaha pembuatan tempe, (Jakarta Selatan, 26 Maret 2013), pukul 09.30 WIB. 26 Wawancara pribadi dengan Bapak Ciswanto, Ketua RT 16 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan, (Jakarta Selatan, 20 Maret 2013), pukul 12.00 WIB.
38
Sumber dana yang didapat untuk membuka usaha pembuatan tempe ini dari PRIMKOPTI Jakarta Selatan adalah koperasi produksi, dimana koperasi ini memproduksi tempe dan tahu. Beralamat di Jl Kalibata Tengah No 8-9. Telp./Fax, 021-7992956.Seperti yang dijelaskan oleh salah satu informan; Ibu Warsih selaku pengusaha tempe, beliau mengatakan sebagai berikut : ‘’Tadinya suami saya pinjam dikoperasi tahu tempe, minjam buat beli tanah disini. Waktu itu minjamnya 5 juta pinjam tahun 1989, terus minjam lagi dikoperasi tapi saya lupa tahun berapa minjamnya dan jumlah minjamnya. Waktu itu buat beli bahan-bahan’’. Seperti yang dijelaskan oleh salah satu informan; Bapak Nasir selaku pengusaha tempe, beliau mengatakan sebagai berikut : ‘’Kita ikut koperasi, modalnya dikasih koperasi. Sekarang sudah gak minjam, pas beli rumah buat buka usaha baru minjam di koperasi. Jaman dulu sih minjam 5 juta, terus minjam lagi buat nambahin modal 7.5 juta. Modal awal saya 3 juta’’. Setelah penulis mewawancarai salah satu informan; Bapak Tasban selaku pengusaha tempe, beliau mengatakan sebagai berikut : ‘’Waktu saya membuka usaha pembuatan tempe belum ada koperasi, kalau sekarang sudah ada koperasi. Saya minjam waktu itu 3 juta, sekarang sudah lunas. Bunga pinjaman di koperasi termasuk
39
ringan, banyak yang mengantri untuk pinjam uang di koperasi, ya karena dana di koperasi sedikit jadi terbatas’’. Bapak Wan Ali, Bapak Tafsirin, dan Bapak Sodikin selaku pengusaha tempe, mereka tidak meminjam dana di koperasi. Sumber dana atau modal untuk membuka usaha pembuatan tempe dana dari mereka sendiri, mereka mengatakan sebagai berikut : Bapak Wan Ali mengatakan sebagai berikut : ’’dana dari saya sendiri, saya ikut koperasi. Tapi saya gak minjam dari koperasi’’. Bapak Tafsirin mengatakan sebagai berikut : ‘’dulu saya ikut kerja , dananya ngumpulin dulu. Modal sendiri, saya masuk koperasi belum lama. Saya belum ada kartu anggota’’. Bapak Sodikin mengatakan sebagai berikut : ‘’dana modal sendiri’’.
BAB IV ANALISIS PERAN PENGUSAHA PEMBUATAN TEMPE DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT A. Peran
Pengusaha
Pembuatan
Tempe
Dalam
Pemberdayaan
Masyarakat Berdasarkan latar belakang berdirinya usaha pembuatan tempe di RT 16 RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan yang telah dibahas pada bab sebelumnya, bahwa usaha pembuatan tempe ini berdiri karena merupakan usaha rakyat yang sangat menjanjikan karena setiap orang pasti menjadikan tempe sebagai lauk atau makanan sehari-hari, sehingga permintaan akan tempe tidak akan pernah sepi. Keberadaan usaha pembuatan tempe dalam kehidupan masyarakat hingga saat ini terbukti masih diperlukan, utamanya dalam rangka mendorong laju pertumbuhan usaha kecil yang pada umumnya masih menjadi sandaran hidup masyarakat kecil. Kreatifitas para
pengrajin tempe menjadi unsur penting dalam
melahirkan generasi-generasi pengusaha sukses. Mereka tidak hanya cukup memiliki kamampuan atau kepintaran secara intelektual, tapi mereka juga harus memiliki kecerdasan dan daya kreatifitas yang tinggi. Menciptakan tenaga kerja yang mampu mengolah segala sesuatunya menjadi satu peluang dan kesempatan yang baik demi kemajuan bangsa. Dalam rangka memberdayakan masyarakat, salah satunya yaitu dengan mengembangkan perekonomiannya. Seperti para pengrajin tempe 40 40
41
mereka mendapatkan ilmu serta keretampilan dalam pembuatan tempe, mereka
mendapatkan
pekerjaan
menjadi
pengrajin
tempe
dan
mendapatkan upah atau pendapatan sehingga tingkat perekonomian mereka menjadi bertambah. Untuk menekan meningkatnya jumlah pengangguran di ibukota Jakarta dengan membuka lapangan kerja untuk para pengrajin tempe. Oleh karenanya, lapangan kerja baru yang memiliki prospek jangka panjang menjadi kebutuhan tak terhindarkan. Dengan lapangan kerja baru para pengrajin tempe dapat secara berkelanjutan mengais rezeki. B. Hasil Pemberdayaan Yang Dilakukan Oleh Pengusaha Pembuatan Tempe Terhadap Masyarakat Sekitar Bentuk upaya yang dilakukan oleh pengusaha pembuatan tempe adalah peran pengusaha tempe dalam menganggulangi permasalahan kemiskinan di RT 16 RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan. Bentuk upaya yang dilakukan tidak lain untuk membekali para pekerja atau pengrajin tempe dengan pendidikan dan keahlian hidup yang nantinya dapat dimanfaatkan ilmu dan keterampilannya dalam rangka mengembangkan ekonomi para pengrajin tempe dan pembekalan ilmu dan keterampilan, serta mengentaskan pengangguran bagi para pekerja atau pengrajin tempe. Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan kepada mereka para pekerja atau pengrajin tempe seperti yang dijelaskan oleh salah satu
42
informan; Maulana selaku pengrajin tempe, beliau mengatakan sebagai berikut : ‘’Setelah
saya
menjadi
pengrajin
tempe,
ya
Alhamdulillah
penghasilannya bertambah. Dengan menjadi pengrajin tempe bisa mandiri nantinya bisa jualin sendiri atau dikembangin sendiri’’.27 Dan dijelaskan juga oleh salah satu informan; Sasuri beliau mengatakan sebagai berikut : ‘’Saya hanya lulusan SD susah untuk mencari kerja di Jakarta. Dengan menjadi pengrajin tempe bisa cukupin kehidupan sehari-hari, saya mendapat upah per hari Rp.55.000,- dengan begitu sebulan saya mendapat upah Rp. 1.650.000,- itu pun saya tinggal sama bos, jadi saya tidak mengeluarkan biaya mengontrak rumah, dan saya belum menikah‘’.28 Dengan adanya usaha pembuatan tempe di JL. KH. Mas’ud RT 16 RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan menjadikan masyarakat khususnya para pengrajin tempe memiliki keahlian hidup yang telah dibekali
oleh
pengusaha pembuatan
tempe dalam
rangka
mengembangkan ekonomi mereka. Kegiatan pengelola usaha pembuatan tempe (bertindak sebagai investor) untuk membuat tempe, membuka peluang bagi berbagai sektor
27
Wawancara pribadi dengan Maulana, Pengrajin pembuatan tempe, (Jakarta Selatan, 23 Februari 2013), pukul 11.00 WIB. 28 Wawancara pribadi dengan Sasuri, Pengrajin pembuatan tempe, (Jakarta Selatan, 20 Maret 2013), pukul 11.30 WIB.
43
atau pihak lain untuk meningkatkan aktivitasnya. Adanya lapangan kerja bagi pencari kerja. Dan pengusaha pembuatan tempe mendapat laba. C. Hambatan Pengusaha Pembuatan Tempe Dalam Pemberdayaan Masyarakat Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang penulis lakukan, usaha pembuatan tempe memiliki peran yang sangat besar dalam usaha pemerataan kesempatan kerja, kesempatan usaha dan peningkatan pendapatan. Dalam upayanya dalam pemberdayaan dan pengembangan masyarakat sekitar. Dalam setiap membuka usaha tentunya akan selalu dihadapkan dengan faktor penghambat yang akan mengganggu berjalannya kegiatan. Hal-hal terkait juga dihadapi oleh pengusaha pembuatan tempe di Rt 16 Rw 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan, yang dalam proses kegiatannya mengalami dan menemukan faktor penghambat. Oleh karena itu, untuk mengetahui apa yang menjadi faktor penghambat pengusaha pembuatan tempe dalam pemberdayaan masyarakat. Usaha pembuatan tempe sangat tergantung dari kedelai impor, karena kedelai impor memiliki penampilan rasa yang lebih unggul, tidak menghasilkan bau langu atau bau khas yang terdapat pada tempe yang menggunakan kedelai lokal dan tidak menghasilkan rasa pahit. Tingginya harga kedelai, menyusul kenaikan bea masuk impor kedelai sebesar 5 persen. Kenaikan harga kedelai di pasaran memang cukup menggila dan mencapai 100 persen dari Rp 5,800 per kilogram menjadi
44
Rp 10.000 per kilogram. Kondisi inilah yang menyulitkan dan terasa sangat memberatkan bagi para pengrajin tempe. Seperti yang kita tahu bahwa sudah dua tahun terakhir ini harga kacang kedelai mengalami kenaikan yang cukup drastis. Akibat dari naiknya harga kacang kedelai para pengusaha pembuatan tempe mengalami pendapatan yang menurun dan lebih banyak pengeluarannya. Akibat dari harga bahan baku tempe melonjak sehingga produsen dan pedagang merugi.pedagang dan produsen tempe di Jakarta mogok berjualan sehingga stok tahu dan tempe di beberapa pasar nyaris kosong. Seperti yang dijelaskan oleh salah satu informan; Bapak Tasban beliau mengatakan sebagai berikut : ‘’kendala di bahan baku, pemerintah tidak menyediakan kacang kedelai, semuanya impor. Seharusnya di Jakarta harus ada kacang kedelai, karena Jakarta adalah pasar yang paling luas. Kalau dahulu masih ada kedelai lokal, sekarang sama sekali tidak ada kedelai lokal. Hanya menggantungkan dari Negara lain (Amerika). Dan sekarang Menteri kita hanya menggantungkan dari Negara lain. Sekarang ini yang kami harapkan dari pemerintah supaya bisa menyediakan kacang kedelai di negeri kita ini.semua tukang tempe di sini ikut demo, saya kordinatornya. Waktu itu demo 2 kali. Setiap wilayah ada
45
kordinator masing-masing, kebetulan saya kordinator wilayah kebayoran lama’’.29 Seperti juga dijelaskan oleh salah satu informan; Bapak Nasir beliau mengatakan sebagai berikut: ‘’Kendala yang ditemui dalam usaha pembuatan tempe kacang kedelainya mahal, saya mau untung jadi tidak untung. Saya sudah dua kali demo, kadang harganya sampai Rp.800.000,- / kwintal normalnya Rp. 650.000,-‘’. Seperti juga dijelaskan oleh salah satu informan; Bapak Wan Ali beliau mengatakan sebagai berikut: ‘’ saran kepada pemerintah,kalau masalah kacang kedelai jangan sampai dinaikkan lagi harganya, saya dapat keuntungan sudah menipis masalahnya. Pemerintah harus tahu inspirasi orang kecil, yang penting harganya bisa turun lagi, jadi di stabilkan saja’’. Usaha pembutan tempe yang berada di RT 16 RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan dikelola dalam bentuk usaha rumah tangga, sehingga perkembangannya selalu dihadapkan dengan permasalahan ketersediaan dan kualitas faktor produksi. Alat produksi yang digunakan masih tradisional dengan menggunakan kayu bakar untuk merebus kacang kedelai. Pemerintah tidak menyediakan sarana dan prasarana penunjang untuk usaha pembuatan tempe seperti alat teknologi
29
Wawancara pribadi dengan Bapak Tasban, Pengusaha pembuatan tempe, (Jakarta Selatan, 23 Februari 2013), pukul 13.00 WIB.
46
yang dapat digunakan untuk proses produksi pembuatan tempe agar lebih cepat dan hygienis. Maka kemudian, fasilitas yang cukup memadai untuk kelangsungan terlaksananya
tujuan
usaha
pembuatan
tempe
(sebagai
langkah
meminimalisir hambatan-hambatan). Dan pemerintah tidak menyediakan lokasi usaha yang cocok untuk usaha pembuatan tempe agar daerah Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan tepatnya di JL. KH. Mas’ud RT 16 RW 09 tidak kumuh dan kotor. Seperti juga dijelaskan oleh salah satu informan; Bapak Sodikin beliau mengatakan sebagai berikut: ‘’pemerintah harus menurunkan harga kedelai dan menyediakan tempat industry tempe yang layak, biar lingkungan tidak menjadi kumuh’’. Adanya faktor penghambat tersebut dijadikan pelajaran yang berharga dan contoh untuk mencoba berupaya keluar dari hambatan tersebut walaupun memang tidak mudah.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi, wawancara, studi dokumen dalam menjawab perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya yaitu
‘’Bagaimana
peran
pengusaha
pembuatan
tempe
dalam
pemberdayaan masyarakat, bagaimana hasil pemberdayaan yang dilakukan oleh pengusaha pembuatan tempe terhadap masyarakat sekitar, dan bagaimana hambatan pengusaha pembuatan tempe dalam pemberdayaan masyarakat’’ Dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Pengusaha pembuatan tempe telah menjalankan perannya dengan baik. Peran yang dijalankan oleh pengusaha pembuatan tempe dalam pemberdayaan masyarakat khususnya para pengrajin tempe dengan memberikan ilmu serta keterampilan dalam pembuatan tempe dan memberikan pekerjaan kepada warga yang membutuhkan ini diharapkan terciptanya masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan mampu bangkit dan berubah, dari masyarakat yang kurang berdaya menjadi lebih berdaya. b. Faktor penghambat pengusaha pembuatan tempe dalam menjalankan perannya adalah harga kacang kedelai yang mahal serta sarana dan prasarana alat produksi yang masih tradisional dan lokasi usaha pembuatan tempe yang kumuh. 47
48
c. Usaha pembuatan tempe sangat memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat khususnya para pekerja atau pengrajin tempe, sehingga masyarakat merasakan manfaatnya dalam pengembangan ilmu maupun pengembangan
perekonomian
atau
meningkatkan
pemenuhan
kesejahteraan. Serta upaya pengusaha pembuatan tempe dalam memberantas kemiskinan sudah tercapai. B. Saran Dari berbagai informasi yang penulis dapatkan dari penelitian yang dilakukan, terdapat beberapa permasalahan yang menjadi catatan bagi penulis dimana hal tersebut menjadi dasar penulis untuk memberikan masukan dan usulan untuk memajukan usaha pembuatan tempe di JL. KH. Mas’ud RT 16 RW 09 Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan, yaitu: 1. Hendaknya pengusaha pembuatan tempe agar memperbanyak jaringan pemasaran dan kerjasama dengan berbagai pihak. Dengan begitu usaha yang telah dirintis semakin maju dan berkembang. 2. Usaha pembuatan tempe yang berada di Kelurahan Kebayoran Lama Utara agar dapat ditingkatkan dan dikembangkan menjadi usaha yang berskala besar. 3. Menjaga kebersihan lingkungan harus di perhatikan jangan membuang sampah atau limbah tempe sembarangan agar tidak menimbulkan banjir dan penyakit.
49
4. Seharusnya pemerintah menyediakan sarana dan prasarana penunjang untuk usaha pembuatan tempe seperti alat teknologi yang dapat digunakan untuk proses produksi pembuatan tempe agar lebih cepat dan hygienis. Dan menyediakan lokasi usaha yang cocok utuk usaha pembuatan tempe agar daerah Kelurahan Kebayoran Lama Utara Jakarta Selatan tepatnya di JL. KH. Mas’ud RT 16 RW 09 tidak kumuh dan kotor. 5. Masalah kacang kedelai impor yang harganya mahal sangat mengganggu para pengusaha pembuatan tempe dalam memproduksi kacang kedelai tersebut. Oleh karena itu pemerintah harus menyusun rencana atau strategi bagaimana caranya agar kacang kedelai tidak impor lagi ke Negara lain.
50
DAFTAR PUSTAKA 1. Daftar Buku Adi Isbandi Rukminto, Pemikiran-pemikiran dalam Kesejahteraan Sosial, Jakarta: Penerbit Fakultas Ekonomi UI, (2002). Anwar, Manajemen Pemberdayaan Perempuan (Perubahan Sosial Melalui Pembelajaran Vocational Skill Pada Keluarga Nelayan), Bandung: Alfabeta, (2007). Aziz. Moh. Ali, Rr. Suhartini, dkk, Dakwah Pemberdayaan Masyarakat Paradigma Aksi Metodologi, Yogyakarta, Pustaka Pesantren, (2005). Berry David, Pokok-pokok Pikiran Dalam Sosiologi, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, (1995). Bungin, Burhan. Metodologi Penenlitian Kuantitatif, Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana,(2005). Edisi Pertama. Cet Ke-4. Hidayati, Nurul. Metodologi Penelitian Dakwah Dengan Pendekatan Kualitatif. Jakarta: UIN Press, (2006). Cet 1. Machendrawaty, Nanih. Dan Safei Agus Ahmad. Pengembangan Masyarakat Islam dari Ideologi, Strategi sampai Tradisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.2001. Cet – 1. Moleong, J Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,(2011). Cet ke-29. PROGRES Media Komunikasi Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Jakarta: Edisi Maret-Mei-Desember,(2011). Sobari Mahmud, Kebudayaan Rakyat; Dimensi Politik dan Agama, Yogyakarta: Benteng Budaya, (1996). Soeharto, Edi, dkk. Jurnal Pengembangan Masyarakat(COMDEV). Jakarta: BEM-J PMI Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syahid,(2005). Edisi I. Soehartono Irawan, Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial Lainnya, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, (2011). Suhartini. Rr,. A. Halim, dkk, Model-model Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta, Pustaka Pesantren, (2005).
51
Sumodiningrat, Gunawan. Pemberdayaan Sosial Kajian Ringkas Tentang Pembangunan Manusia Indonesia. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara,(2007). Suyanto Bagong & Sutinah, Metode Penelitian Sosial Berbagai Alternatif Pendekatan, Jakarta: Kencana, (2007). 2. Daftar Informan Wawancara Pribadi dengan Ibu Warsih, Pengelola Usaha Pembuatan Tempe, (Jakarta Selatan, 23 Februari 2013), Pukul 11.00 WIB. Wawancara Pribadi dengan Mas Maulana, Pengrajin Pembuatan Tempe, (Jakarta Selatan, 23 Februari 2013), Pukul 11.30 WIB. Wawancara Pribadi dengan Bapak Nasir, Pengelola Usaha Pembuatan Tempe, (Jakarta Selatan, 23 Februari 2013), Pukul 12.30 WIB. Wawancara Pribadi dengan Mas Sugi, Pengrajin Pembuatan Tempe. (Jakarta Selatan, 23 Februari 2013), Pukul 13.00 WIB. Wawancara Pribadi dengan Bapak Tasban, Pengelola Usaha Pembuatan Tempe, (Jakarta Selatan, 20 Maret 2013), Pukul 12.30 WIB. Wawancara Pribadi dengan Bapak Ciswanto, Ketua RT 16 Kelurahan Kebayoran Lama Utara, (Jakarta Selatan, 20 Maret 2013), Pukul 12.00 WIB. Wawancara Pribadi dengan Mas Sasuri, Pengrajin Pembuatan Tempe, (Jakarta Selatan, 20 Maret 2013), Pukul 11.30 WIB. Wawancara Pribadi dengan Bapak Zaini, Pengrajin Pembuatan Tempe, (Jakarta Selatan, 20 Maret 2013), Pukul 11.00 WIB. Wawancara Pribadi dengan Mas M. Yasirlana, Pengrajin Pembuatan Tempe, (Jakarta Selatan, 26 Maret 2013), Pukul 10.30 WIB. Wawancara Pribadi dengan Mas Priyono, Pengrajin Pembuatan Tempe, (Jakarta Selatan, 26 Maret 2013), Pukul 11.30 WIB. Wawancara Pribadi dengan Bapak Wan Ali, Pengelola Usaha Pembuatan Tempe, (Jakarta Selatan, 26 Maret 2013), Pukul 09.30 WIB. Wawancara Pribadi dengan Bapak Tafsirin, Pengelola Usaha Pembuatan Tempe, (Jakarta Selatan, 26 Maret 2013), Pukul 10.10 WIB. Wawancara Pribadi dengan Bapak Sodikin, Pengelola Usaha Pembuatan Tempe, (Jakarta Selatan, 26 Maret 2013), Pukul 12.00 WIB. Wawancara Pribadi dengan Bapak Subadi, Pengelola Usaha Pembuatan Tempe, (Jakarta Selatan, 20 Juli 2013), Pukul 12.30 WIB.
52
Wawancara pribadi dengan Mas Bowo,Pengrajin Pembuatan Tempe, (Jakarta Selatan, 20 Juli 2013), Pukul 12.10 WIB. Wawancara pribadi dengan Agus, Pengrajin Pembuatan Tempe, (Jakarta Selatan, 20 Juli 2013), Pukul 12.00 WIB. Wawancara pribadi dengan Feri Fadli, Pengrajin Pembuatan Tempe, (Jakarta Selatan, 20 Juli 2013), Pukul 13.00 WIB.
53
54
LAMPIRAN GAMBAR LOKASI PENELITIAN (USAHA PEMBUATAN TEMPE) DI RT 16 RW 09 KELURAHAN KEBAYORAN LAMA UTARA JAKARTA SELATAN
Bahan produksi untuk pembuatan tempe adalah kacang kedelai yang didapat dari koperasi PRIKOMTI Jakarta Selatan, cara kerja untuk membuat tempe yaitu cucilah ember/drum hingga bersih kemudian keringkan.
Bersihkan kacang kedelai dari bahan-bahan lain yang tercampur kemudian cuci hingga bersih. Para pengrajin tempe sedang mencuci kacang kedelai.
Rendam kacang kedelai yang telah bersih selama ½ jam.
55
Setelah direndam kemudian kacang kedelai dimasak ½ jam didalam wajan dengan menggunakan kayu bakar.
Masukkan kacang kedelai yang telah dimasak ke dalam mesin penggilingan tempe.
Rendam kacang kedelai yang telah digiling selama 1 malam dengan air bersih.
56
Setelah 1 malam direndam kemudian cuci/bilas dengan menggunakan air bersih. Selanjutnya masak kembali kacang kedelai tersebut selama ½ jam atau sampai terasa empuk.
Setelah biji kedelai terasa empuk, letakkan biji-biji tersebut pada terpal yang telah dibersihkan, kemudian kipas sambil diadukaduk hingga biji-biji tersebut dingin. Taburkan ragi tempe yang telah disiapkan sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk supaya merata
Siapkan kantong plastik untuk pembungkus. Kantong plastik yang digunakan sebagai pembungkus berilah lubang kecil pada kantong tersebut dengan menggunakan jarum. Masukkan kedelai yang telah diberi ragi kedalam pembungkusnya atur ketebalannya sesuai selera.
57
Setelah dibungkus dan dibentuk kemudian disusun rapi di Ragen. Bapak Wan Ali sedang meratakan tempe.
Selanjutnya tempe dijemur selama 1 malam. Besok harinya tempe siap untuk dipasarkan.
Selanjutnya tempe dijual di pasar kebayoran lama. Bapak Tafsirin sedang berjualan tempe, tempe yang dijual dengan berbagai macam ukuran. Tempe yang ukuran besar seharga Rp.5.000,- yang sedang Rp. 4.000,- dan yang kecil Rp.3.000,-. Bapak Tafsirin berjualan tempe pada sore hari pukul 16.00 wib sampai dengan malam hari pukul 22.00 wib.
58
Bapak Tafsirin sedang melayani para pelanggan.
Peneliti sedang mewawancarai responden yaitu Bapak Wan Ali.
Peneliti sedang mewawancarai responden yaitu Bapak Tafsirin.
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70 PEDOMAN WAWANCARA Pengusaha tempe 1.
Lamanya membuka usaha pembuatan tempe ?
2.
Alasan membuka usaha pembuatan tempe ?
3.
Maksud dan tujuan membuka usaha pembuatan tempe ?
4.
Sumber dana atau modal usaha pembuatan tempe ?
5.
Kendala-kendala yang ditemui dalam usaha pembuatan tempe ?
6.
Kiat usaha pembuatan tempe agar tidak mengalami kebangkrutan ?
7.
Memasarkan tempe ini ?
8.
Jumlah pekerja ?
9.
Kerjasama dalam membuka usaha pembuatan tempe ?
10. Mengurus perijinan ke instansi terkait ? 11. Dampak positif membuka usaha pembuatan tempe ? 12. Peningkatan modal usaha pembuatan tempe ? 13. Bahan-bahan pembuatan tempe ? 14. Modal awal usaha pembuatan tempe ? 15. Harga tempe yang dijual ? 16. Penghasilan setiap bulan ? 17. Prospek perkembangan usaha pembuatan tempe ? 18. Saran kepada pemerintah untuk usaha pembuatan tempe ?
71 Pengrajin tempe 1. Lamanya menjadi pengrajin tempe ? 2. Terbantukah adanya usaha pembuatan tempe ? 3. Alasan menjadi pengrajin tempe ? 4. Upah setiap hari/bulan ? 5. Cara memasarkan tempe ? 6. Cara menjaga kualitas tempe ? 7. Kendala pembuatan tempe ? 8. Sudah berkeluarga ? 9. Punya anak berapa ? 10. Umur anak berapa tahun ? 11. Rumah Sendiri/mengontrak ?
72
Wawancara Kepada Pengusaha Tempe
No
Verbatim/direct data
Inference
Personal journal
Nama : Warsih
Berdasarkan
Ternyata salah satu alasan
Penelitian tanggal : 23 Feb 2013
pengamatan di daerah
masyarakat di daerah Kebayoran
Pukul : 11.00 WIB
Kebayoran Lama Utara Lama Utara membuka usaha
Usia : 45 Tahun
Jak-Sel tepatnya di Jl.
pembuatan tempe karena untung
Tempat : di rumah
KH. Mas’ud RT 16
yang didapat dari jualan tempe
RW 09 masyarakatnya besar setelah dihitung dengan
1.
T : lamanya membuka usaha pembuatan tempe ? J : sudah dari tahun 1981, sekitar 32 tahun.
sebagian besar
teori perhitungan nilai tambah
membuka usaha
mereka mendapatkan
pembuatan tempe. Dan
keuntungan ± Rp.17.000.000,-
kebanyakan
/bulan dan modal awal untuk
masyarakat yang
membuka usaha pembuatan
membuka usaha
tempe tidak memerlukan biaya
pembuatan tempe
yang besar ± Rp.3.000.000.-
adalah orang jawa
sampai dengan Rp.5.000.000,-
yaitu orang pekalongan menurut mereka dengan modal T : alasan membuka usaha pembuatan tempe ? J : kita nyari duit ke Jakarta, membuka usaha pembutan tempe
yang merantau ke
segitu sudah bisa beli tanah, alat
73 kayaknya enak gitu. Tukang tempe di Jakarta duitnya banyak, dahulu
Jakarta.
produksi, dan bahan-bahan untuk
yang membuka usaha pembuatan tempe adalah suami saya Pak
membuat tempe karena waktu
Rohani. Suami saya sudah meninggal saya yang menggantikan.
dahulu harga masih murah. Lokasi usaha pembuatan tempe
T : kiat usaha pembuatan tempe agar tidak mengalami kebangkrutan ? J: ya, saya buat tempenya yang bagus agar laku dipasaran. Cara buat tempe yang bagus kacang kedelainya tiap pagi dibersihin kotorannya, setelah itu direndam kedelainya, terus direbus sampai matang, kalau sudah matang diangkat terus direndam lagi semalaman.
dekat dengan Pasar Kebayoran Lama lebih mudah untuk menjual tempe. Dan alasan mereka membuka usaha pembuatan tempe di daerah tersebut karena ada kali untuk
T : kenapa tidak usaha yang lain ? J : saya kan tidak sekolah tinggi, saya dari kampung, orang yang ga punya. Buat makan saja susah. Saya ke Jakarta merantau coba-coba ikut tukang tempe tadinya. Setelah itu saya buka usaha pembuatan tempe sendiri. Kita kan bisanya dagang.
T : cara buat tempe ? J : tidak mudah, kemaren saja saya rusak tempenya sampai 10 hari waktu itu tempenya bau. Tapi sekarang Alhamdulillah tidak bau lagi, kemaren kacang kedelainya dari kampung didapatnya. Nyuci kedelainya harus teliti bangat, harus bersih. Dan airnya pun harus banyak. Membutuhkan tenaga juga.
membuang limbah tempe.
74 T : maksud dan tujuan membuka usaha pembuatan tempe ? J : tempe kan makanan sehari-hari, tempe makanan pokok. Kalau jualan makanan pokok tiap hari bisa jual, jadi kan tiap hari dapat duit.
T : sumber dana / modal usaha pembuatan tempe ? J : uang sendiri. Tadinya suami saya pinjam di koperasi tahu tempe koperasinya adanya di mampang jaksel, minjam buat beli tanah disini. Waktu itu minjamnya 5 juta pinjam tahun 1989. Terus minjam lagi di koperasi tapi saya lupa tahun berapa minjamnya & jumlah minjamnya. Waktu itu buat beli bahan-bahan.
T : memasarkan tempe ini ? J : di bawa ke pasar impres pasar batu bata putih bayoran. Punya lapak di sana, yang beli langganan saya tukang sayur, tukang warteg. Saya mulai jualan dari jam 3 pagi.
T : jumlah pekerja ? J : ada 2 orang, sekalian dagang di pasar. Anak saya juga ikut jualin.
T : kendala-kendala yang temui dalam usaha pembuatan tempe ? J :kacang kedelainya mahal, untung sedikit. Dulu kacangnya tidak
75 mahal. Sekarang 1 kwintal 20 kg harganya Rp. 936.000,- paling untung yang di dapat Rp. 1.250.000,- belum buat beli daun, plastik, ragi tempe, kere (kayu buat nyusun tempe).
T : kerjasama dalam membuka usaha pembuatan tempe ? J : tidak ada kerja sama sendiri saja, usaha ini kan rumahan.
T : mengurus perijinan ke instansi terkait ? J : tidak ijin, kita nyari tempat di pinggir kali. Karena tempe bau limbahnya, kalau tempatnya tidak di pinggir kali tidak boleh.
T : tetangga ada yang menjadi pengrajin tempe ? J : tidak ada, tetangga disini orang brebes. Kerjanya jadi tukang minta-minta pengemis, yang kerja sama saya tetangga di kampung saya ajak kerja di sini. Sama-sama orang pekalongan.
T : peningkatan modal usaha pembuatan tempe ? J : peningkatan modal turun naik, kemarin naik Rp. 70.000,- / hari, ya kadang turun pendapatannya atau kurang laku tempenya. Kalau tanggal muda masyarakat pada makan ayam / daging. Kalau sudah tanggal tua baru buat tempenya agak di banyakin. Kalau tanggal
76 muda agak di kurangin buat tempenya. Namanya orang dagang ada turun naik tidak tentu. T : bahan – bahan pembuatan tempe ? J : daun, plastik, kayu kere, drum, ragi tempe. Kalau tidak pakai ragi tempe, tidak jadi tempenya. Tiga hari baru jadi tempenya.
T : saran kepada pemerintah untuk usaha pembuatan tempe ? J : kedelainya biar murah, jangan mahal terus. Kita mau makan apa kalau kedelainya mahal. Kalau kedelai lokal kecil-kecil, kalau impor besar-besar. Kedelai lokal tidak cukup terbatas. Hanya bisa buat kecap. Dan kedelai lokal bau layu ada acinya.
T : penghasilan setiap hari/bulan ? J : tiap hari min Rp. 50.000,-
T : harga tempe yang dijual ? J : ada yang Rp. 5.000,- dan ada yang Rp. 4.000,-
T : prospek perkembangan usaha pembuatan tempe ? J : bagus, tidak bisa putus. Karena tempe makanan sehari-hari.
77 Nama : Nasir Penelitian tanggal : 23 Feb 2013 Pukul : 12.30 WIB Usia : 52 Tahun Tempat : di rumah
2. T : lamanya membuka usaha pembuatan tempe ? J : dari tahun 1982, berarti sudah 31 tahun. Dahulunya saya jadi pekerja sudah pintar buat sendiri, jual sendiri T : alasan membuka usaha pembuatan tempe ? J : ya, itu kan untungnya kita bisa tiap hari, bisa tiap hari pegang untung . kalau kerja kan hasilnya ga tentu, kalau dagang hasilnya tentu. Sehari dapat
T : kiat usaha pembuatan tempe agar tidak mengalami kebangkrutan ?
78 J : ya, produksinya selalu dibagusin. Biar murni, jadi yang beli lancar, yang dagang juga lancar
T : kenapa tidak usaha yang lain ? J : kalau pegang kerjaan yang lain, belum tentu jadi karena bukan kelasnya T : cara membuat tempe ? J : mudahan buat tempe ketimbang tahu. Kalau tahu susahnya kadang-kadang asam rasanya. Kadang-kadang hancur kalau tahu. Kalau tempe kalau sudah tahu caranya buatnya gampang
T : maksud dan tujuan membuka usaha pembuatan tempe ? J : buat nyari nafkah, saya punya anak 4
T : sumber dana / modal usaha pembuatan tempe ? J : kita ikut koperasi, modalnya dikasih koperasi. Sekarang sudah ga minjam, pas beli rumah buat buka usaha, baru minjam di koperasi. Jaman dulu sih minjam 5 juta. Terus minjam lagi buat nambahin modal 7.5 juta. Modal awal saya 3 juta
T : memasarkan tempe ini ?
79 J : saya jualin ke tangerang di cipondoh. Kalau di pasar kebayoran lama ada yang jualin anak buah dagangnya malam
T : jumlah pekerja ? J : ada 2 orang (anak dan istri), ada menantu juga bantuin T : kenapa tidak mencari pekerja yang lain saja ? J : saya pengennya nerusin ke anak.
T : kendala-kendala yang ditemui dalam usaha pembuatan tempe ? J : kacangnya mahal, saya mau untung jadi ga untung. Saya sudah 2 kali demo. Kadang harganya sampai 800 ribu / kwintal. Normalnya 650 ribu
T : beli kacang kedelainya ? J : beli di koperasi. Karena kedelai impor, kalau beli kedelai lokal, kedelainya jelek. Masih ijo aja sudah di cabut. Kalau pakai kedelai lokal bukannya untung bangkrut iya
T : mengurus perijinan ke instansi terkait ? J : ga ada ijinnya, inikan usaha rumahan.
80 T : peningkatan modal usaha pembuatan tempe ? J : kalau kita jual ke pasar bayoran jual ke tukang sayur 60 ribu – 70 ribu, kalau ada orang baru yang beli bisa 100 ribu naiknya cepat T : bahan – bahan pembuatan tempe ? J : kacang kedelai, kere (papan), drum, harga 1 drum sekarang sudah 1.4 juta kalau dulu harga drumnya murah. Plastik yang besar beli di koperasi. Jadi bahan-bahannya sudah tersedia di koperasi. Kalau misalkan bocor drumnya, tinggal nelpon ke koperasi. Terus dianterin yang penggantinya
T : saran kepada pemerintah untuk usaha pembuatan tempe ? J : harga kedelainya di murahin
T : penghasilan setiap hari/bulan ? J : tiap hari 200 ribu, untungnya besar. Makanya saya ga mau pindah dagang yang lain
T : harga tempe yang dijual? J : yang gede 6 ribu, yang sedang 4 ribu, yang kecil 2 ribu.
81 T : prospek perkembangan usaha pembuatan tempe? J : ya, bagus banget. Dari untungnya aja sudah ketahuan, buat jamin keluarga untuk makan setiap hari Pengusaha Tempe Nama : Tasban Penelitian tanggal : 20 Maret 2013 Pukul : 12.30 WIB Usia : 51 Tahun Tempat : di rumah
3.
T : lamanya membuka usaha pembuatan tempe ? J : saya dari tahun 1974, ya sudah 39 tahun. T : alasan membuka usaha pembuatan tempe ?
82 J : karena bapak ga bisa bekerja yang lain, saya ga sekolah.
T : kiat usaha pembuatan tempe agar tidak mengalami kebangkrutan ? J : untuk bisa mensiasati saja, bagaimana usaha ini bisa berjalan dan pembeli mau membeli. Ya adalah pola pikir untuk itu.
T : tujuan membuka usaha pembuatan tempe ? J : untuk menunjang ekonomi keluarga.
T : sumber dana / modal usaha pembuatan tempe ? J : awalnya kami pekerja menjadi kuli pembuatan tempe, modal awal saya nabung dari hasil kuli. Terus saya membuka usaha pembuatan tempe karena saya sudah punya pengalaman sebelumnya. Waktu saya buka usaha pembuatan tempe belum ada koperasi. Kalau sekarang sudah ada koperasi, saya minjam waktu itu 3 juta sekarang sudah lunas.
T : bunga pinjaman di koperasi? J : malahan di koperasi termasuk ringan, banyak yang mengantri untuk pinjam uang di koperasi. Ya karena dana di koperasi sedikit jadi terbatas.
83
T : modal awal membuka usaha pembuatan tempe ? J : modal awal dahulu saya sudah lupa, waktu buka usaha tempe dulu, kacang kedelainya harganya masih Rp. 150,- /kg sekarang sudah Rp. 7.800,- /kg modal awal dahulu di bawah Rp.100.000,-
T : memasarkan tempe ini ? J : di pasar kebayoran lama, dan di ulujami, Alhamdulillah pelanggan saya sudah banyak. Tukang sayur, tukang warteg, bahkan saya punya langganan setiap minggu, tempe saya di bawa ke jawa timur. Bahkan tempe saya pernah di bawa ke Kalimantan. Kata pelanggan, tempe saya beda rasanya.
T : jumlah pekerja? J : 1 orang dan sama anak saya, istri saya juga bantuin.
T : kendala-kendala yang temui dalam usaha pembuatan tempe ? J : kendala di bahan baku. Pemerintah tidak menyediakan kacang kedelai semuanya impor. Kalau yang saya dengar dari menteri koperasi, katanya 30% ada kacang kedelai di Indonesia. Tapi kenyataannya ga ada. Seharusnya di Jakarta mesti ada kacang kedelai,
84 karena Jakarta pasar yang paling luas. Di Jakarta nyari kacang kedelai 1 kg pun juga ga ada. Kembali lagi ke pemerintahnya. Kalau pemerintahnya mau menyediakan atau istilahnya menswambadakan di negeri ini. Kalau dulu masih ada kedelai lokal. Sekarang sama sekali ga ada kedelai lokal. Hanya menggantungkan dari Negara lain. Dan sekarang menteri kita hanya menggantungkan dari luar negeri. Apa ga bobrok negeri ini. Sekarang ini yang kami harapkan dari pemerintah, makannya saya berkali-kali menyusun demo untuk saudara-saudara kita yang ada di Indonesia ini. Demo waktu itu saya tidak menuntut bahwa harga kacang kedelai itu supaya murah. Yang saya tuntut waktu demo kemarin adalah untuk pemerintah supaya bisa menyediakan kacang kedelai di negeri kita ini. Letak bagaimana caranya itu pemerintah harus bisa. Itu akibat dari pada salah pengelolaan, ya kembali lagi kepada pemerintah. Harapan kami kedepan pemimpin jangan seperti ini. Apalagi menterinya itu, pemilihan menteri seolah-olah seperti mau dagang sapi tawarmenawar. Menteri itu pekerjaannya ga becus. T : tukang tempe di daerah ini ikut demo ? J : ya semua tukang tempe di sini di ajak semua, saya kordinatornya. Waktu itu demo 2 kali. Setiap wilayah ada kordinator masing-masing, kebetulan saya kordinator wilayah kebayoran lama.
85
T : apa perbedaannya kacang kedelai lokal sama impor ? J : ya rasanya beda, sebetulnya untuk kualitas memang bagusan yang impor. Lebih bagus kita produksi sendiri. Walau bagaimanapun kacang kedelai lokal harus kita lestarikan. Dan lagi kalau kedelai lokal itu ada, otomatis para petani akan untung. Sekarang kedelai Amerika harganya Rp. 7.800,- per Kg, terus kedelai lokal misalkan Rp. 9.000,- per Kg. saya lebih baik beli kedelai lokal karena petani bangsa kita ini yang bekerja bisa menghasilkan uang. Walaupun harganya mahal saya masih bisa beli. Yang kami minta supaya seluruh bangsa kita ini bekerja dengan baik. Masalah harga ga jadi patokan. Yang paling penting bangsa kita ini berikanlah ruang kerja. Terutama karena di negeri ini paling banyak pertanian. Maka berikanlah para petani ruang kerja yang lebih baik.
T : mengurus perijinan ke instansi terkait ? J : ga ada ijinnya, bagaimana mau ijin ke instansi. Sekarang keuntungan kita aja minim sekali. Kalau kita orang kecil mengajukan ijin dan sebagainya, itu semakin di gencet. Bagi orang-orang yang tingkatnya tinggi minta bayarannya besar. Di gencet untuk keperluan Negara gitu.
86
T : peningkatan modal dalam usaha pembuatan tempe ? J : tergantung dari bahan baku, saya kan jualan ada di 2 tempat. Yang satu di ulujami dan yang satu lagi di kebayoran. Paling setiap bulan sekitar 5 juta-an penghasilan kotor itu, belum bayar yang lain-lain. Bayar upah karyawan setiap bulan 1,8 juta. T : bahan – bahan pembuatan tempe ? J : kacang kedelai, dan ragi.
T : harga tempe yang dijual ? J : saya jual yang gede 4 ribu.
T : harga kacang kedelai mahal, strategi mengelola usaha pembuatan tempe? J : misalkan per setengah kilo awalnya 3 ribu, sekarang kita jual 4 ribu. Itu pun juga kita hitung-hitungannya, misalkan kacang kedelai harga 8 ribu per kilo, ukurannya misalkan yang 4 ribu 5 ons. Per 1 ons itu 800 rupiah, 1 kilo 8 ribu berarti 1 ons 800 rupiah. Sekarang harga per kilo kacangnya harganya naik. Ya per onsnya dikurangin lagi.
87
T : kerjasama dalam membuka usaha pembuatan tempe ? J : ga ada, sendiri aja perorangan.
T : dampak positif membuka usaha pembuatan tempe ? J : sebetulnya, dengan adanya ekonomi yang sekarang ini terombangambing. Ya cukup meringankan bagi rakyat. Sekarang kita mau makan harus belanja yang mahal-mahal. Yang paling murah kan hanya tempe. Ayam mahal, telur mahal, daging mahal, ikan juga mahal. Karena tempe itu memang dari dulu murah harganya. Saya ga berani mengambil untung besar, mengingat yang menguntungkan adalah rakyat kecil.
T : saran kepada pemerintah untuk usaha pembuatan tempe ? J : pemerintah supaya bisa menyediakan kacang kedelai.
T : prospek perkembangan usaha pembuatan tempe? J : selama pemerintah itu tidak menyediakan bahan baku kacang kedelai, itu akan menjadi lebih buruk. Karena apa, kalau kita menggantungkan dari pada orang lain kita ga punya sendiri. Yang jelas akan terombang-ambing. Dengan akhirnya kita mengambil
88 kedelai dari pabrik orang lain. Pengusaha Tempe Nama Responden : Wan Ali Usia : 38 Tahun Pukul : 09.30 WIB Tanggal Penelitian : 26 Maret 2013
4. T : lamanya membuka usaha pembuatan tempe ? J : sekitar 10 Tahunan, pertama saya kuli tempe, belajar buat tempe, terus saya ingin usaha sendiri, namanya orang ingin mandiri.
T : alasan membuka usaha pembuatan tempe ? J : karena dari kreatif saya, ya saya inginnya usaha tempe, jadi ga kemana-kemana lagi, terjunnya ke tempe juga.
T : tujuan membuka usaha pembuatan tempe ?
89 J : tujuan saya ingin mandiri, kalau tempe kan makanan pokok, jadi dari musim hujan sampai musim kemarau usaha tempe tetap maju, bisa dibutuhkan setiap hari.
T : sumber dana atau modal usaha pembuatan tempe ? J : dana dari saya sendiri, saya ikut koperasi, tapi saya ga minjam dari koperasi.
T : kendala-kendala yang temui dalam usaha pembuatan tempe ? J : kendalanya ga ada, cuma capek doang, capeknya dalam pembuatannya, kadang-kadang kurang tidur.
T : kiat usaha pembuatan tempe agar tidak mengalami kebangkrutan ? J : menjaga konsumen, dari rasa tempenya harus dijaga dan diperhatikan, rasanya jangan sampai asam, menjaga diri kita sendiri tenaga harus full.
T : memasarkan tempe ini ? J : di pasar kebayoran lama, kita tinggal mangkal aja, jualan mulai jam 01.00 WIB malam jualannya sampai habis, kalau ga habis saya borongin dengan harga murah, masalah untung belakangan, yang
90 penting habis, tempe yang buat besok sudah ada, yang sekarang tempenya harus habis terjual.
T : jumlah pekerja ? J : saya sendiri, tadinya istri saya bantuin, sekarang istri saya lagi pulang kampung.
T : kerjasama dalam membuka usaha pembuatan tempe ? J : ga ada kerjasama, hanya pikiran aku sendiri.
T : mengurus perijinan ke instansi terkait ? J : ga ada perijinan.
T : dampak positif membuka usaha pembuatan tempe ? J : Alhamdulillah lancar.
T : peningkatan modal dalam usaha pembuatan tempe ? J : ada peningkatan Alhamdulillah.
T : bahan-bahan pembuatan tempe ? J : kacang kedelai, ragi, plastik, daun. Kacang kedelai beli dikoperasi,
91 pagi-pagi sudah diantar kesini, kalau ragi beli di pasar ½ kg harganya Rp. 11.000,- dipakai dalam waktu 3 hari.
T : modal awal usaha pembuatan tempe ? J : modal awal dulunya Rp. 90.000,- dulu kacang kedelai belum naik harganya, sekarang kacang kedelai Rp. 7.400,- /kg.
T : kacang kedelai sekarang harganya naik, strategi dalam mengelola usaha pembuatan tempe ? J : namanya usaha kita kurangin kemasannya atau isinya, jadi harus dipertimbangkan, supaya hasilnya bisa muter. Yang penting kita harus menjaga rasanya dan kualitas tempenya.
T : harga tempe yang dijual ? J : ada yang Rp.5.000,- ada yang Rp.3.000,- dan ada juga yang Rp.2.000,-
T : penghasilan setiap bulan ? J : kalau per bulan Rp.2.000.000,- ada.
T : prospek perkembangan usaha pembuatan tempe ?
92 J : lancar aja mudah-mudahan begitu.
T : saran kepada pemerintah untuk usaha pembuatan tempe ? J : kalau masalah kacang kedelai jangan sampai dinaikkan lagi harganya, saya dapat keuntungan sudah menipis masalahnya. Pemerintah harus tahu inspirasi orang kecil, yang penting harganya bisa turun lagi, jadi di stabilkan saja. Pengusaha Tempe Nama Responden : Tafsirin Usia : 28 Tahun Pukul : 10.10 WIB Tanggal Penelitian : 26 Maret 2013
5.
T : lamanya membuka usaha pembuatan tempe ? J : sekitar 10 tahunan, dulunya saya jadi kuli tempe.
93 T : alasan membuka usaha pembuatan tempe ? J : ya lumayan keuntungannya, bisanya usaha tempe saya hanya lulusan SMP.
T : tujuan membuka usaha pembuatan tempe ? J : pengen maju.
T : sumber dana atau modal usaha pembuatan tempe ? J : dulu saya ikut kerja, dananya ngumpulin dulu, modal sendiri, saya masuk koperasi belum lama. Saya belum ada kartu anggota.
T : kendala-kendala yang ditemui dalam usaha pembuatan tempe ? J : kendala cuaca.
T : kiat usaha pembuatan tempe agar tidak mengalami kebangkrutan ? J : yang penting lancar, ga ada halangan, tempenya ga pernah rusak.
T : memasarkan tempe ini ? J : di pasar kebayoran lama.
T : mengurus perijinan ke instansi terkait ?
94 J : ga ijin, tempe kan dekat kali biar gampang buang limbahnya.
T : dampak positif membuka usaha pembuatan tempe ? J : dampaknya lumayan untuk menghidupi keseharian.
T : peningkatan modal dalam usaha pembuatan tempe ? J : kalau tempe peningkatan modalnya standar.
T : bahan-bahan pembuatan tempe ? J : kedelai dan ragi.
T : harga tempe yang dijual ? J : ada yang Rp.5.000.- dan ada yang Rp.4.000,-
T : penghasilan setiap bulan ? J : keuntungan Rp.2.000.000,- lebih /bulan.
T : prospek perkembangan usaha pembuatan tempe ? J : kalau lancar bagus.
T : saran kepada pemerintah untuk usaha pembuatan tempe ?
95 J : sarannya, kalau kepengen harga kacang kedelainya di standarin. Pengusaha Tempe Nama Responden : Sodikin Usia : 50 Tahun Pukul : 12.00 WIB Tanggal Penelitian : 26 Maret 2013
6.
T : lamanya membuka usaha pembuatan tempe ? J : sekitar 35 Tahunan.
T : alasan membuka usaha pembuatan tempe ? J : dulunya saya jadi guru, karena gaji guru ga seberapa, saya buka usaha pembuatan tempe, sebelumnya saya juga belajar dulu waktu itu saya jadi kuli.
96 T : tujuan Bapak membuka usaha pembuatan tempe ? J : untuk mencukupi biaya keluarga dan Alhamdulillah saya bisa kuliahin 2 anak saya. Anak saya kuliah di UNDIP (universitas diponegoro).
T : sumber dana atau modal usaha pembuatan tempe ? J : dana modal sendiri.
T : kendala yang ditemui dalam usaha pembuatan tempe ? J : kendalanya sekarang harga kacang kedelainya naik.
T : kiat usaha pembuatan tempe agar tidak mengalami kebangkrutan ? J : tekun dan ulet.
T : memasarkan tempe ini ? J : saya keliling jualannya sekitar wilayah jak-sel dan jak-bar.
T : mengurus perijinan ke instansi terkait ? J : karena usaha ini home industry jadi ga pakai ijin.
T : jumlah pekerja?
97 J : ada 1 orang, istri dan anak saya juga bantuin.
T : kerjasama dalam membuka usaha pembuatan tempe ? J : sendiri.
T : dampak positif membuka usaha pembuatan tempe ? J : pendapatan keluarga jadi bertambah.
T : peningkatan modal dalam usaha pembuatan tempe ? J : ada peningkatan.
T : bahan-bahan pembuatan tempe ? J : kacang kedelai dan ragi.
T : modal awal dalam usaha pembuatan tempe ? J : ga sampai Rp.500.000,-
T : harga tempe yang dijual? J : Rp.5.000,- dan Rp.4.000,-
T : penghasilan setiap bulan ?
98 J : Rp.3.000.000,- / bulan.
T : prospek perkembangan usaha pembuatan tempe ? J : bagus karena tempe makanan sehari-hari.
T : saran kepada pemerintah untuk usaha pembuatan tempe ? J : pemerintah harus menurunkan harga kedelai dan menyediakan tempat industry tempe yang layak, biar lingkungan tidak menjadi kumuh.
99 Nama : Subadi Penelitian Tanggal : 20 Juli 2013 Pukul : 12.30 WIB Usia : 50 Tahun Tempat : di rumah
7.
T : lamanya membuka usaha pembuatan tempe ? J : 30 Tahun
T : alasan membuka usaha pembuatan tempe ? J : karena dari teman-teman satu kelurahan buka usaha pembuatan tempe semua, teman-teman pada sukses. Jadi saya ikutan buka usaha pembuatan tempe.
100 T : maksud dan tujuan membuka usaha pembuatan tempe ? J : untuk cukupin keluarga
T : kendala-kendala yang ditemui dalam usaha pembuatan tempe ? J : kadang-kadang raginya jelek jadi tempenya busuk.
T : memasarkan tempe ini ? J : di pasar, pertama-tama antar ke warteg-warteg
T : jumlah pekerja ? J : dua orang
T : kerjasama dalam membuka usaha pembuatan tempe ? J : gak ada kerjasama, kalau ada yang mau kerjasama saya mau terima biar buka cabang, jadinya usahanya tambah maju.
T : peningkatan modal usaha pembuatan tempe ? J : Rp. 8.000.000,- / bulan ya lumayan keuntungannya.
T : bahan-bahan pembuatan tempe ? J : kacang kedelai dan ragi
101
T : modal usaha pembuatan tempe ? J : kurang lebih 10 juta, saya ikut koperasi PRIKOMTI. Waktu itu saya pinjam di koperasi 5 juta, sekarang sudah tidak pinjam.
T : harga tempe yang dijual ? J : 6 ribu, 5 ribu dan 4 ribu.
T : saran kepada pemerintah untuk usaha pembuatan tempe ? J : dulu waktu jaman Suharto kacang kedelai masih di subsidi. Suharto memperhatikan rakyat. Setelah Suharto tidak ada lagi yang subsidi, saran saya kalau bisa di subsidi lagi dan kacang kedelai dimurahin.
102
Wawancara Kepada Ketua RT 16
Verbatim/direct data
No
Inference
Personal journal
Ketua RT 16 Kelurahan Kebayoran Lama Utara
Berdasarkan pengamatan
Di lingkungan RT 16 RW 09
Nama : Ciswanto
di lingkungan rumah
masyarakatnya mayoritas
Usia : 34 Tahun
Ketua RT 16 ternyata pak
membuka usaha pembuatan
Tempat : dirumah
RT nya juga membuka
tempe. Dan setelah peneliti
Penelitian tanggal : 20 Maret 2013
usaha pembuatan tempe.
mewawancarai responden dan
Pukul : 12.00 WIB
Dan tempat pembuatan
mendapatkan data dari Ketua RT
tempe di rumah Ketua RT
16 sebagian besar pengusaha
16 berbeda dari pengusaha
tempe berasal dari Pekalongan
tempe yang lain, tempat
Jawa Tengah. Ternyata para
pembuatan tempenya lebih
pengusaha tempe di lingkungan
bersih tidak kumuh.
RT 16 RW 09 mereka sudah
1.
saling kenal dan bertetangga di kampung. Pengusaha tempe di T :keberadaan usaha pembuatan tempe di lingkungan RT 16 ?
JL.K.H.Mas’ud RT 16 RW 09
J : dengan adanya usaha pembuatan tempe masyarakat yang tadinya
berjumlah 32 orang data ini
nganggur jadi punya pekerjaan yaitu menjadi pengrajin tempe.
diperoleh dari Ketua RT 16 yang
T : dampak negatif usaha pembuatan tempe ?
bersumber dari daftar biodata
103
J : lingkungan menjadi kumuh, asap dari produksi tempe karena
pengrajin PRIMKOPTI Jakarta
memakai kayu bakar masyarakat menjadi terganggu, limbah dari
Selatan unit pelayanan :
pencucian tempe mengendap di kali jadi bau asem.
Kebayoran Lama. (*lihat data di lampiran)
T : saran untuk pengusaha tempe? J : di perhatikan kebersihannya, kalau cara produksi bersih hasil tempenya juga bagus.
104
Wawancara Kepada Pengrajin Tempe
Verbatim/direct data
Inference
Personal journal
Pengrajin Tempe
Kebanyakan para pekerja
Para pengrajin tempe hanya
Nama : Maulana
atau pengrajin tempe di
lulusan SD dan SMP tidak
Penelitian tanggal : 23 Feb 2013
rekrut / diambil dari
menamatkan ke jenjang yang
Pukul : 11.30 WIB
kampung halaman
lebih tinggi. Alasan mereka
Usia : 28 Tahun
pengusaha pembuatan
menjadi pengrajin tempe karena
Tempat : di rumah
tempe yaitu dari
untuk mencari pekerjaan sulit
pekalongan. Dan mereka
karena mereka tidak memiliki
sudah saling kenal
ijazah.
sebelumnya.
1.
T : lamanya menjadi pengrajin tempe ? J : hampir 2 tahun.
T : alasan menjadi pengrajin tempe ? J : karena minat, karena kalau mandiri nantinya bisa jualin sendiri atau
105
kembangin sendiri.
T : terbantukah dengan adanya usaha pembuatan tempe ? J : ya, Alhamdulillah penghasilannya bertambah.
T : mencari pekerjaan yang lain ? J : banyak, tapi kalau minatnya jadi pengrajin tempe gimana. Saya cari pengalaman.
T :upah setiap hari/bulan ? J : oh banyak, per hari di kasih upah dari bos Rp.100.0000,-
T : sudah berkeluarga ? J : sudah
T : punya anak berapa ? J : 1 (satu)
T : umur anak berapa tahun ? J : 2 tahun
106
T : rumah sendiri / mengontrak ? J : rumah milik sendiri
T : kendala-kendala pembuatan tempe ? J : yang paling sulit cara bilasnya, karena kualitasnya itu yang dicari. Kalau bikin kayaknya bisa. Anda (si peneliti) juga bisa buat tempe. Tapi dengan adanya aktifitas berkali-kali bilas kedelainya. Sampai pinggang pegal. Kalau bilas kedelainya ga bersih ga bakal jadi tempenya.
T : cara memasarkan tempe ? J : tergantung kitanya, kalau kita pahamin paling gampang. Kadang malas, karena jualin tempenya jam 3 pagi saya masih ngantuk. Pengrajin Tempe Nama : Sugi Penelitian tanggal : 23 Feb 2013 2.
Pukul : 13.00 WIB Usia : 26 Tahun Tempat : di rumah
107
T : lamanya menjadi pengrajin tempe ? J : dari dulu, saya lupa udah berapa lama.
T : alasan menjadi pengrajin tempe ? J : namanya juga anaknya, ya saya nerusin bapaknya.
T : terbantukah adanya usaha pembuatan tempe ? J : terbantulah lah dari segi ekonomi, di pasar dapat teman.
T : cara menjaga kualitas tempe ? J : ya bikinnya di perlama. Kalau lama lebih bagus jadinya. Ya kayak nyuci baju aja kalau nyikat bajunya sebentar masih kotor. Kalau nyikat bajunya di lamain jadinya bersih.
108
T : upah setiap hari/bulan ? J : 1 juta per bulan, tapi tiap hari dapat uang jajan
T : sudah berkeluarga/menikah ? J : belum
T : kendala dalam pembuatan tempe ? J : musim dingin, musim hujan. Cuaca berpengaruh. Kalau musim dingin lama jadinya. Kalau musim dingin raginya di banyakin. Kalau di standarin biasa jadi lama. Kalau musim panas di kurangi raginya.
T : cara memasarkan tempe ? J : mudah, kan banyak yang nyari tempe. Orang kaya aja nyari tempe, apalagi kita yang orang susah.
T :kiat usaha tempe agar tidak mengalami kebangkrutan ? J : kualitas di bagusin biar konsumen tertarik. Nyuci kedelainya harus bersih. Kalau tempenya bagus 4 hari masih kuat. Kalau kulit tempenya ada airnya entar jadinya asem. Pengrajin Tempe 3.
Nama : Sasuri
109
Usia : 19 Tahun Pukul : 11.30 WIB Penelitian tanggal : 20 Maret 2013
T : lamanya menjadi pengrajin tempe ? J : 5 Tahun
T : terbantukah adanya usaha pembuatan tempe ? J : bisa cukupin kebutuhan sehari-hari
T : alasan menjadi pengrajin tempe ? J : bisanya begini, lulusan hanya SD.
T : kendala dalam pembuatan tempe ? J : kendalanya kalau nyuci kacang kedelai harus berkali-kali, kalau ga
110
bersih ga bagus hasilnya, airnya juga harus banyak.
T :upah setiap hari/bulan ? J : upah per hari Rp. 55.000,-
T : sudah berkeluarga/menikah ? J : belum
T : rumah sendiri / mengontrak ? J : saya tinggal di rumah Pak RT, di sediakan tempat tinggal tidak bayar.
T : info bekerja menjadi pengrajin tempe ? J : saya di ajak sama Pak RT Ciswanto
T :cara memasarkan tempe ? J : kalau belum biasa susah, kalau sudah biasa gampang.
T : cara menjaga kualitas tempe ? J : nyucinya harus bersih, terus kalau jemur tempenya harus di dalam ruangan, ga boleh kena sinar matahari.
111
Pengrajin Tempe Nama : Zaini Usia : 42 Tahun Pukul : 11.00 WIB Penelitian Tanggal : 20 Maret 2013
4. T : lamanya menjadi pengrajin tempe ? J : hampir 20 tahun
T : terbantukah adanya usaha pembuatan tempe ? J : ya sudah pasti terbantu
T : alasan menjadi pengrajin tempe ? J : saya awalnya ikut orang tua bantuin buat tempe. Dan dahulunya saya sudah buka usaha sendiri di bandung. Tapi karena kurang laku,
112
terus saya ke Jakarta. Saya dari kecil sudah tinggal disini. Saya di ajak sama pak RT.
T : kendala dalam pembuatan tempe ? J : kendalanya ga ada, karena tiap hari kegiatannya begini aja.
T : upah setiap hari/bulan ? J : Rp.55.000,- per hari.
T : sudah berkeluarga ? J : sudah
T : sudah punya anak ? J : sudah, tapi anak dan isteri saya di kampung
T : cara memasarkan tempe? J : kalau sudah biasa mudah, saya ikut jualin kalau malam.
T : cara menjaga kualitas tempe ? J : nyucinya yang bersih.
113
Nama Responden : Muhammad Yasirlana Usia : 20 Tahun Pukul : 10.30 WIB Tanggal : 26 Maret 2013
5. T : lamanya menjadi pengrajin tempe ? J : baru setengah tahun
T : sekolah lulusan ? J : lulusan SMP
T : terbantukah dengan adanya usaha pembuatan tempe ? J : terbantu dalam segi ekonomi
T : alasan menjadi pengrajin tempe ?
114
J : sebenarnya sih pengen kerja yang lain, tapi saya ingin cari pengalaman. Untuk pengetahuan belajar buat tempe.
T : berkeinginan membuka usaha pembuatan tempe ? J : ga kepengen
T :kendala dalam pembuatan tempe ? J : kendalanya tidurnya ga teratur, jam 01.30 WIB malam harus bangun jualin di pasar kebayoran lama.
T : upah setiap hari/bulan ? J : Rp.40.000,- per hari, saya masih belajar belum bisa semuanya, kalau sudah kerja lama dapat upah Rp. 70.000,- sampai Rp. 80.000,-
T : sudah menikah ? J : belum
T : rumah sendiri / mengontrak ? J : saya tinggal sama bos
T :cara memasarkan tempe ?
115
J : kelihatannya sih mudah.
T : cara menjaga kualitas tempe ? J : nyuci kacang kedelainya harus berkali-kali harus bersih, kalau ga bersih rasa tempenya kurang enak. Nama Responden : Priyono Usia : 27 Tahun Pukul : 11.30 WIB Tanggal Penelitian : 26 Maret 2013
6.
T : lamanya menjadi pengrajin tempe ? J : 4 Tahun
T : terbantukah adanya usaha pembuatan tempe ? J : terbantu ekonomi jadi bertambah
116
T : alasan menjadi pengrajin tempe ? J : udah kerjaannya, bapak saya juga dulunya tukang tempe.
T : kendala dalam pembuatan tempe ? J : cuaca bisa jadi kendala, tempenya kurang jadi, musim hujan jadinya lama, airnya juga harus bersih.
T : upah setiap hari/bulan ? J : Rp.50.000,- per hari tapi ada bonus dari bos Pengrajin Tempe Nama : Bowo Penelitian tanggal : 20 Juli 2013 7.
Pukul : 12.10 WIB Usia : 25 Tahun Tempat : di rumah
117
T : lamanya menjadi pengrajin tempe ? J : 8 tahun.
T : alasan menjadi pengrajin tempe ? J : karena cari pekerjaan susah
T : terbantukah dengan adanya usaha pembuatan tempe ? J : sebenarnya terpaksa, ya cukup-cukupin aja.
T : upah setiap hari/bulan ? J : upah Rp.100.000,- / hari
T : sekolah lulusan ?
118
J : lulusan hanya SD, SMP kelas 2 keluar. Biasa masalah biaya.
T : sudah berkeluarga ? J : sudah
T : punya anak berapa ? J : 1 (satu)
T : umur anak berapa tahun ? J : 2.5 tahun
T : rumah sendiri / mengontrak ? J : tinggal sama bos
T : kendala-kendala pembuatan tempe ? J : kendala karena cuaca, bisa juga dari ragi jamurnya hitam.
T : cara memasarkan tempe ? J : di pasar kebayoran lama. Pengrajin Tempe 8.
Nama : Agus
119
Penelitian tanggal : 20 Juli 2013 Pukul : 12.00 WIB Usia : 21 Tahun Tempat : di rumah
T : lamanya menjadi pengrajin tempe ? J : baru 2 tahun.
T : alasan menjadi pengrajin tempe ? J : pengen kerja
T : terbantukah dengan adanya usaha pembuatan tempe ? J : alhamdulillah sungguh sangat terbantu
120
T : upah setiap hari/bulan ? J : upah Rp.70.000,- / hari
T : sudah berkeluarga ? J : belum menikah
T : sekolah lulusan ? J : STM
T : rumah sendiri / mengontrak ? J : tinggal sama bos
T : kendala-kendala pembuatan tempe ? J : cuaca berpengaruh
T : cara memasarkan tempe ? J : di kirim ke pasar di jual sendiri ke pelanggan Pengrajin Tempe Nama : Feri Fadli 9.
Penelitian tanggal : 20 Juli 2013 Pukul : 13.00 WIB
121
Usia : 21 Tahun Tempat : di rumah
T : lamanya menjadi pengrajin tempe ? J : baru 2 tahun.
T : alasan menjadi pengrajin tempe ? J : ya pengen jadi tukang tempe nantinya
T : terbantukah dengan adanya usaha pembuatan tempe ? J : alhamdulillah lumayan
T : upah setiap hari/bulan ? J : upah Rp.70.000,- / hari
122
T : sudah berkeluarga ? J : belum
T : sekolah lulusan ? J : SMA
T : rumah sendiri / mengontrak ? J : tinggal sama bos