PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MEDIA TEKS WAWANCARA PADA SISWA SMA TARUNA MANDIRI PAMULANG – TANGERANG SELATAN Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh Nurma Ulfa NIM 108013000048
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MEDIA TEKS WAWANCARA PADA SISWA SMA TARUNA MANDIRI PAMULANG
-
TANGERANG SELATAN
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Disusun Oleh
Nurma Ulfa
NrM 108013000048
Yang mengesahkan, Dosen Pembimbing
NIP 19840409 201101
I 015
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 143412013
LEMBAR PBNGESAHAN UJIAN MUI\AQASAH Skripsi berjudul "Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi dengan Media Teks Wawancara pada Siswa SMA Taruna Mandiri Kecamatan Pamulang
-
Tangerang Selatan" diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 30 September 2013
di
hadapan dewan
penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) dalam bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia'
Ciputat, 30 September 2013 Panitia Uj ian Munaqasah Tanda Tangan
Tanggal
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi)
71 bt3. (.11.o.....)
Dra. Mahmudah Fitrivah. ZA. M. Pd. NIP. 196402t2199103 2 001
\l
ekretaris Panitia (Sekretaris JurusarVProdi) Dra. Hindun. M. Pd. NIP. 197012r5 200912 2 001 S
(
Penguji I Drs. Cecep Suhendar. M. Pd.
!
/ro
LO r3 )
! ;.i6/ zDrS !
\.. t.4w.....,
Penguji II
Nurvati Diihadah, M. Pd.. M.A.
<..1/iti.'?.t
NrP. 19640212199703 2 001
,
Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
J'" Nurlena Iiifa'i M. A. Ph. D. NrP. 19591020 198603 2 001
, .i *@l q
i:n f-
.alff,
KEMENTERIAN AGAMA urN JAKARTA FITK
No.
FORM (FR)
Jt. tt. H. JuandaNogsciputat 15412tndonesia
: Terbit :
Dokumen
Tgl. No. Revisi: Hal
:
FITK-FR-AKD-081
1 Maret
20'10
01
1t1
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI Saya yang bertanda tangan di bawah ini.
Nama
:Nurma Ulfa
Tempat/Tgl. Lahir
: Tangerang,03 Februari 1990
NIM
:108013000048
Jurusan
: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi
: "Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi dengan
Media Teks Wawancarapada Siswa SMA Taruna Mandiri Pamulang Dosen pembimbing
Dengan
ini
: Dona
-
Tangerang Selatan".
Aji Karunia
Putra, M.A.
menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya
sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Pernyataan
ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
J
akarta, 23 Septemb er 20 13
NrM. 108013000048
ABSTRACT Nurma Ulfa, NIM 108013000048, "Improved Capabilities Narrative Essay Writing with Media Tech Interview at SMA Taruna Mandiri Students Pamulang - South Tangerang." Issues raised in this paper are: 1) the student is still difficult to make a narrative essay, 2) lack of student interest in the narrative essay contains, 3) media in teaching writing less varied.The objectives of this study were: 1) to describe the increase in students' ability in writing narrative essays. 2) to describe the effectiveness of text media interviews in improving students' ability in writing narrative essays. The method used in this research is a method of PTK (Research class actions). TOD done to overcome a range of problems that arise in the classroom. TOD is used in this study is TOD spiral model of Kemmis Mc Taggart. In this model, PTK performed with four stages, namely planning, implementation, observation, and reflection. The fourth stage is a cycle of repeated and focused on improving the ability to write a narrative essay with text media interviews Based on the research that has been conducted, showing that the students' ability to write a narrative essay with text media interviews successfully. This increase can be seen from the increased value in each cycle. The average value obtained in only 64.2 partindkan and student success rate reaches 26.3%. This indicates that the ability of students to write a narrative essay is far from KKM. In cycle 1, after using text interview obtained a considerably increased value compared to the value pratindakan, namely 77.8 and student success rate reaches 68.4%. Since the value has not reached the KKM, then performed again in cycle 2 action. The result is the average value increased to 83.8 and the student success rate reaches 89.5%. Thus, an increase in the ability to write a narrative essay with text media interviews.
Keywords: Capacity Karanan Narrative Writing, Media Text Interview
ABSTRAK Nurma Ulfa, NIM 108013000048, “Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi dengan Media Tek Wawancara pada Siswa SMA Taruna Mandiri Pamulang – Tangerang Selatan.” Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah: 1) siswa masih kesulitan dalam membuat karangan narasi, 2) rendahnya minat siswa dalam memuat karangan narasi, 3)media dalam pembelajaran menulis kurang bervariasi. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1) untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi. 2) untuk mendeskripsikan efektivitas media teks wawancara dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode PTK (Penelitian Tidakan Kelas). PTK dilakukan untuk mengatasi berbagai macam masalah yang muncul di dalam kelas. PTK yang digunakan dalam penelitian ini adalah PTK dengan model spiral dari Kemmis Mc Taggart. Pada model ini, PTK dilakukan dengan empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Keempat tahap tersebut merupakan sebuah siklus yang dilakukan berulang-ulang dan difokuskan pada peningkatan kemampuan menulis karangan narasi dengan media teks wawancara Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa kemampuan menulis karangan narasi siswa dengan media teks wawancara berhasil. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari nilai yang meningkat dalam setiap siklus. Nilai rata-rata yang didapat dalam partindkan hanya 64,2 dan tingkat keberhasilan siswa mencapai 26,3%. Hal ini menandakan bahwa kemampuan menulis karangan narasi siswa masih jauh dari KKM. Pada siklus 1, setelah menggunakan teks wawancara nilai yang didapat cukup meningkat dibandingkan dengan nilai pratindakan, yaitu 77,8 dan tingkat keberhasilan siswa mencapai 68,4%. Karena nilai belum mencapai KKM, maka dilakukan lagi tindakan pada siklus 2. Hasilnya adalah nilai rata-rata meningkat menjadi 83,8 dan tingkat keberhasilan siswa mencapai 89,5%. Dengan demikian, terjadi peningkatan kemampuan menulis karangan narasi dengan media teks wawancara. Kata Kunci: Peningkatan Kemampuan Menulis Karanan Narasi, Media Teks Wawancara
i
Kata Pengantar Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena atas karunia dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan
sebaik-baiknya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa seluruh umat manusia dari kegelapan menuju keselamatan. Penyusunan skripsi penulis untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) dengan skripsi yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi pada siswa SMA Taruna Mandiri Pamulang – Tangerang Selatan”. Selama penulisan ini, banyak sekali kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat doa, kerja keras, serta dukungan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karea itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. 1. Nurlena Rifa’i, M.A., Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M. Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang selalu meluangkan waktunya. 3. Dona Aji Karunia Putra, M.A. Dosen pembimbing yang telah mengarahkan dan membantu penulis dengan sabar dalam meyelesaikan skripsi ini. 4. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan selama 4 tahun. 5. Terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan kepada Bapak Asdi Umar dan Ibu Wanih sebagai orang tua yang telah sabar mendidik dan selalu memberikan doa serta dukungan baik moril maupun materil. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada enam saudara tercinta,Wasid Asdi Umar, Wati Anggraini, Wardin Asdi Umar, Wandi Asdi Umar, Nur latifah,
ii
dan adik satu-satunya Athari Farhani yang selalu menyayangi penulis dan memberi semangat serta keceriaan di rumah. 6. Kakak ipar Rilih yang selalu memberikan motivasi kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi. 7. Keluarga besar PBSI B angkatan 2008 yang selalu menemani perjalanan akademik selama 4 tahun. Sahabat-sahabat terdekatku Dwi, Vivi, Mustatiroh, Saadah dan Nda. Tidak lupa pula sahabatku seperjuangan Indah Puji Lestari, Siti Kartini, Aang Arwani dan Siti Zuhrotul Ulia yang selalu bersama berjuang menyelesaikan skripsi, akhirnya bersama kita bisa. Terima kasih penulis ucapkan bagi nama-nama yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis. Ungkapan kata memang takkan pernah cukup untuk membalas kebaikan kalian. Semoga Allah selalu melimpahkan berkah dan membalas kebaikan yang berlipat ganda yang pernah kalian berikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaaat bagi penulis dan pembaca serta dapat menambah ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan. Jazakumullah khairal jaza’ Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 23 September 2013
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan Lembar Pengesahan Lembar Pernyataan Karya Sendiri Abstrak ..... ..............................................................................................................
i
Kata Pengantar .......................................................................................................
ii
Daftar Isi
..............................................................................................................
iv
Daftar Tabel.............................................................................................................
vi
Daftar Diagram……………………………………………………………………
vii
Daftar Gambar ........................................................................................................
viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..........................................................................................
1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................
6
C. Pembatasan Masalah.................................................................................
7
D. Perumusan Masalah ..................................................................................
7
E.
Tujuan Penelitian ......................................................................................
7
F.
Manfaat Penelitian ....................................................................................
7
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hakikat Menulis
....................................................................
9
2. Narasi
....................................................................
18
3. Media
....................................................................
25
4. Wawancara
....................................................................
26
5. Teks Wawancara sebagai Salah Satu Media Pembelajaran Menulis .
32
B. Hasil Penelitian yang Relevan ..................................................................
33
C. Kerangka Berpikir
35
....................................................................
iv
D. Hipotesis Penelitian
....................................................................
35
A. Desain Penelitian ......................................................................................
36
B. Model Penelitian Tindakan Kelas.............................................................
39
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas.......................................
41
D. Tempat dan waktu Penelitian ...................................................................
42
E.
Subjek Penelitian ......................................................................................
42
F.
Teknik Pengumpulan Data .......................................................................
43
G. Teknik Analisis Data ................................................................................
47
BAB III METODE PENELITIAN
BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Sekolah ............................................................................
50
B. Hasil Analisis Data ...................................................................................
53
C. Interpretasi Hasil Analisis Data ................................................................
82
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan
...............................................................................................
93
B. Saran
...............................................................................................
93
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN LEMBAR UJI REFERENSI BIODATA PENULIS
v
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Lembar Observasi Aktivitas Guru ............................................................
43
Tabel 3.2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ...........................................................
45
Tabel 4.1 Keadaan Guru SMA Taruna MAndiri ......................................................
51
Tabel 4.2 Tenaga Kependidikan ..............................................................................
52
Tabel 4.3 Jumlah Siswa SMA Taruna Mandiri .........................................................
53
Tabel 4.4 Lembar Observasi Ktivitas Guru ..............................................................
56
Tabel 4.5 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ...........................................................
57
Tabel 4.6 Hasil Pratindakan Siswa ...........................................................................
58
Tabel 4.7 Nilai Pratindakan Siswa ............................................................................
59
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Pratindakan .............................................................
61
Tabel 4.9 Persentase Nilai Pratindakan .....................................................................
62
Tabel 4.10 Lembar observasi Aktivitas Guru ...........................................................
65
Tabel 4.11 Lembar Observasi Aktivitas Siswa……………………………………..
66
Tabel 4.12 Hasil Siklus I……………………………………………………………
67
Tabel 4.13 Nilai Siklus I……………………………………………………………
68
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Siklus I…………………………………………...
70
Tabel 4.15 Persentase Nilai Siklus I………………………………………………..
71
Tabel 4.16 Lembar Observasi Aktivitas Guru……………………………………...
74
Tabel 4.17 Lembar Observasi Aktivitas Siswa……………………………………..
76
Tabel 4.18 Hasil Siklus II…………………………………………………………...
76
Tabel 4.19 Nilai Siklus II…………………………………………………………...
77
Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Siklus II .................................................................
80
Tabel 4.21 Persentase Nilai Siklus II………………………………………………
81
Tabel 4.22 Perbandingan Nilai Pratindakan, Siklus I dan Siklus II………………. .
84
Table 4.23 Hasil Kuisioner Proses Belajar Responden……………………………
85
vi
DAFTAR DIAGRAM Diagram 4.1 Persentase Nilai Pratindakan………………………………………….62 Diagram 4.2 Persentase Nilai Siklus I………………………………………………72 Diagram 4.3 Persentase Nilai Siklus II……………………………………………...81
vii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam kehidupan sehari-hari selalu berhubungan dengan sesamanya. Dalam melakukan hubungan itu, bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia. Tanpa bahasa, manusia sulit untuk berkomunikasi. Bahasa memungkinkan manusia untuk saling berkomunikasi, saling berbagi pengalaman, mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan perasanya kepada orang lain. Dengan bahasa pula seseorang memperoleh pengetahuan, dan informasi dari orang lain. Bahasa memiliki peran yang sangat penting bagi perkembangan sosial, intelektual, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang satudi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenali dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan
gagasan
dan
perasaan,
berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analisis dan imajinatif yang ada dalam dirinya. Dalam dunia pendidikan, bahasa adalah suatu ungkapan yang patut diperhatikan oleh setiap guru bahasa Indonesia. Mengajarkan bahasa atau berbahasa
sangat
berbeda
dengan
mengajarkan
tentang
bahasa.
Mengajarkan berbahasa tentu cocok untuk tujuan keterampilan berbahasa sedangkan mengajarkan tentang bahasa sesuai dengan tujuan pengajaran yang bersifat pengetahuan. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.
1
2
Menurut Depdiknas, yang dikutip oleh Muliadi dalam sebuah skripsinya yang berjudul “Kemampuan Mengembangkan Karangan Narasi Berdasarkan Teks Wawancara”, mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan: 1. 2. 3. 4. 5.
6.
Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulisan; Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara; Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan; Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial; Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; dan Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.1 Di sekolah, guru memiliki peran yang penting terhadap
keberhasilan siswa dalam berbahasa. Keterampilan berbahasa merupakan aspek yang sangat penting dalam kegiatan belajar di sekolah. Seorang guru harus dapat mengarahkan siswa agar dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Adapun ruang lingkup keterampilan dalam berbahasa adalah aspek mendengarkan/menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dari keempat aspek tersebut dapat dibagi menjadi dua kegiatan yaitu kegiatan produktif dan reseptif. Menyimak dan membaca merupakan kegiatan yang reseptif yaitu kegiatan yang dilakukan seseorang dalam menerima pesan dari pembicara atau penulis, sedangkan dua aspek lain, berbicara dan menulis merupakan kegiatan yang produktif. Hal ini seperti pendapat Yunus yang dikutip oleh Sagiran dalam jurnal pendidikannya yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi dengan Memanfaatkan Pengalaman Menulis
1
Muliadi, “Kemampuan Mengembangkan Karangan Narasi Berdasarkan Teks Wawancara: oleh Siswa Kelas 1 SMPN 1 Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan”, (Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala Darussalam, 2007), h. 1.
3
Buku Harian”, berpendapat bahwa “aktif reseptif (menerima pesan) terdiri dari keterampilan menyimak dan keterampilan membaca, sedangkan aktif produktif (menyampaikan pesan) terdiri dari keterampilan berbicara dan keterampilan menulis.”2 Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional atau bahasa negara. Standar kompetensi mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia berorientasi pada hakikat pembelajaran bahasa, bahwa belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi dan belajar sastra adalah belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaanya.3 Dari ruang lingkup kurikulum tingkat satuan pendidikan tersebut, salah satu keterampilan berkomunikasi yang diajarkan kepada siswa yaitu menulis. Menulis merupakan keterampilan dengan latihan rutin. Melalui latihan tersebut diharapkan kemampuan berpikir siswa dalam membuat kalimat yang berstruktur dan bermakna dapat meningkat. Kegiatan menulis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam proses belajar yang dialami siswa salama menuntut ilmu di sekolah. Keterampilan menulis telah diajarkan di berbagai jenjang pendidikan dari mulai SD, SMP, SMA, bahkan hingga perguruan tinggi. Meskipun demikian, pembelajaran menulis telah lama menjadi masalah dalam pelaksanaanya. Dalam pembelajaran menulis siswa sering kali dihadapkan pada permasalahan untuk memperoleh inspirasi yang hendak dituangkan ke dalam sebuah tulisan. Tidak hanya itu, siswa juga mengalami kesulitan dalam mencari ide pokok, menentukan kalimat pembuka, mengembangkan ide pokok, dan sulit dalam menentukan pilihan kata. Tidak dapat dipungkiri, bahwa sampai saat ini masih banyak terjadi sistem pembelajaran yang kurang sesuai. Kekurangtepatan sistem pembelajaran dapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran
2
Sagiran, Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi dengan Memanfaatkan Pengalaman Menulis Buku Harian, Jurnal Kependidikan Interaksi, Tahun 3 Nomor 3 April 2008, h. 53-65. 3 Departemen Pendidikan Nasional,“Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia,” diakses pada 16 Juni 2011 pukul 10.35 dalam http://www.puskur.net/download/kbk/smp/ BahasaSastraIndonesia.pdf.
4
terutama pembelajaran menulis. Menurut Trimantara seperti yang dikutip oleh Muliadi, penyebab tidak tercapainya tujuan pembelajaran menulis meliputi: 1. Rendahnya tingkat penguasaan kosa kata sebagai akibat rendahnya minat baca; 2. Kurangnya penguasaan keterampilan mikrobahasa, seperti penggunaan tanda baca, kaidah-kaidah penulisan, diksi, penyusunan kalimat dengan struktur yang benar, sampai penyusunan paragraf; 3. Kesulitan menemukan metode pembelajaran menulis yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan siswa; serta 4. Ketiadaan atau keterbatasan media pembelajaran menulis yang efektif.4 Dalam membuat karangan narasi bukanlah suatu hal yang mudah, melainkan membutuhkan proses yaitu proses dalam memperoleh inspirasi yang akan kita tuangkan ke dalam sebuah karangan. Biasanya siswa sering mengungkapkan pengalaman pribadinya melalui tulisan, sehingga terbentuklah sebuah karangan narasi. Proses menulis karangan narasi harus memperhatikan unsur-unsur yang membangun karangan tersebut agar hasil yang ditulis baik. Menurut Keraf “struktur narasi dapat dilihat dari komponen-komponen yang membentuknya, yaitu: alur (plot), perbuatan, penokohan, latar, dan sudut pandang.”5 Alur merupakan kerangka dasar yang sangat berperan dalam narasi, bahkan Burhan Nurgiantoro dalam sebuah bukunya yang berjudul Teori Pengkajian Fiksi, mengatakan bahwa “plot atau alur merupakan unsur cerita yang penting, bahkan tidak sedikit orang yang menganggapnya sebagai yang terpenting di antara berbagai unsur cerita yang lain.” 6 Alur mengatur bagaimana tokoh-tokoh harus digambarkan dan berperan dalam tindakan-tindakan itu, dan situasi dan karakter tokoh yang terlibat dalam
4
Muliadi, op. cit., h. 1. Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi: Komposisi Lanjutan III, (Jakarta: Gramedia, 1983), Cet. II, h. 145. 5
5
tindakan itu yang terkait dalam satu kesatuan waktu. Untuk menggarap alur yang baik, dalam pembelajaran dibutuhkan adanya suatu hal yang dapat mengarahkan atau mendorong timbulnya kreativitas dalam berpikir yang baik. Salah satu hal yang dapat memunculkan hal tersebut adalah dengan membaca. Menurut Henry Guntur Tarigan, dalam sebuah bukunya yang berjudul Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, ”tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan.”7 Dalam penjelasan yang lain, Henry Guntur Tarigan menjelaskan tujuan membaca yang lebih khusus yaitu membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula atau pertama, kedua, dan ketiga/seterusnya. Setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan-adegan dan kejadian, kejadian buat dramatisasi. Ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization). Selain itu, Tarigan juga menjelaskan tujuan membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau yang dialami sang tokoh, dan merangkum hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).8 Dari penjelasan di atas, seseorang akan lebih mampu dan lebih terarah menulis suatu karangan khususnya narasi jika orang tersebut membaca terlebih dahulu. Dengan membaca, seseorang akan mendapat ide-ide yang cemerlang dan mendapat gambaran susunan atau organisasi cerita. Dengan kreativitas yang tinggi diharapkan akan tercipta suatu karangan narasi yang baik. Bahan bacaan yang bisa dibaca seseorang untuk memunculkan gambaran suatu cerita terdapat di berbagai media, salah satunya adalah 6
Burhan Nurgiantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1994), h. 110. 7 Henry Guntur Tarigan, Membaca sebagai Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1990), Cet. V, h. 9. 8 Ibid.
6
melalui teks wawancara. Teks wawancara memiliki berbagai informasi dan arahan alur suatu kejadian atau peristiwa yang dapat menimbulkan dorongan untuk memunculkan gambaran suatu cerita itu, sehingga dengan membaca teks wawancara dapat memunculkan daya bayang tehadap penggarapan jalan cerita tersebut. Dalam teks wawancara terdapat informasi mengenai perbuatan atau peristiwa yang dialami oleh seseorang atau kelompok. Dengan membaca teks wawancara akan memudahkan bagi siswa dalam merangkaikan suatu peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lainnya. Hal ini terjadi karena di dalam suatu teks wawancara sudah ada gambaran dan informasi yang dibutuhkan, begitu pula dengan tokoh dan tempat terjadinya peristiwa. Dengan informasi dan gambaran umum yang ada di teks wawancara, siswa akan lebih mudah dalam mengembangkan karangan narasinya dan lebih sempurna. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, penulis tertarik untuk mengetahui efektivitas teks wawancara dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi pada siswa. Penulis pun ingin melakukan penelitian mengenai “Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi dengan Media Teks Wawancara Pada Siswa SMA Taruna Mandiri Pamulang – Tangerang Selatan.” B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, identifikasi masalah yang timbul adalah sebagai berikut: 1.
Siswa masih kesulitan dalam membuat karangan narasi.
2.
Minat siswa dalam membuat karangan narasi masih sangat rendah.
3.
Media dalam pembelajaran menulis kurang bervariasi .
7
C. Pembatasan Masalah Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada peningkatan kemampuan menulis karangan narasi dengan media teks wawancara pada siswa kelas X di SMA Taruna Mandiri.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka perumusan masalah yang akan diajukan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana peningkatan kemampuan menulis karangan narasi dengan media teks wawancara pada siswa SMA Taruna Mandiri tahun pelajaran 2013/2014?”
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan dalam menulis karangan narasi dengan media teks wawancara pada siswa SMA Taruna Mandiri. 2. Untuk mendeskripsikan efektivitas media teks wawancara dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi pada siswa SMA Taruna Mandiri.
F. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya: 1. Bagi Sekolah Untuk memberikan informasi dan pengetahuan mengenai peningkatan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya menulis karangan narasi.
8
2. Bagi Guru Sebagai acuan dan masukan dalam proses meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi, serta guru lebih kreatif dalam memberikan pembelajaran di kelas. 3. Bagi Siswa Dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis dan memudahkan siswa dalam proses pembelajaran, khususnya dalam membuat karangan narasi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1.
Hakikat Menulis Dalam menulis seseorang mengungkapkan pikiran dan perasaanya.
Setiap orang perlu melakukan kegiatan menulis secara baik dan efektif, di samping untuk melatih diri dan juga untuk menjawab tantangan zaman modern ini. Mengungkapkan ide dalam bahasa tulis memang tidak semudah mengungkapkan ide dengan bahasa lisan. Oleh karena itu, Isah Cahyani berpendapat bahwa “Menulis menuntut wawasan pengetahuan yang cukup luas dan perhatian sungguh-sungguh serta ulet, tidak cepat menyerah apalagi putus asa.”1 Menurut M. Yunus, “Menulis merupakan suatu aktivitas menuangkan pikiran secara sistematis ke dalam bentuk tulisan atau kegiatan memikirkan, menggali
dan
mengembangkan
suatu
ide
sambil
menuliskannya.”2
Widyamartaya, mengungkapkan pengertian menulis sebagai “keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikan pikiran melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dapat dipahami tepat seperti dimaksudkan oleh penulis/pengarang.”3 Menurut Alek H. Achmad “Menulis adalah suatu kegiatan atau keterampilan untuk menghasilkan catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara.”4 Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan kegiatan mengungkapkan ide atau perasaan seorang penulis untuk memberikan informasi atau pesan kepada pembaca. Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek yang paling penting dalam berkomunikasi. Selain berkomunikasi secara lisan, secara
1
Isah Cahyani, Bahasa Indonesia Program peningkatan Kualifikasi Guru Madrasah dan Guru pendidikan Agama Islam Pada Sekolah, (Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), h. 62. 2 M. Yunus, Menulis I, (Jakarta: UT, 2008), h. 1.3. 3 Isah Cahyani, op. cit., h. 62. 4 Alek Achmad H. P, Buku ajar Bahasa Indonesia, (Jakarta: FITK PRESS, 2009), h. 66.
9
10
tulisan pun sangat penting dilakukan dalam menyampaikan informasi secara global. Orang tidak hanya melakukan komunikasi jarak jauh dengan hanya menggunakan media tulis saja seperti telepon dan media lisan lainnya, tetapi juga melalui media tulis seperti internet, komputer, surat kabar, dan lainnya. Kemampuan menulis tidak didapat begitu saja tetapi melalui proses belajar. Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan efektif untuk melatih seseorang dalam merangkai ide, gagasan, dan perasaannya dalam sebuah tulisan. Dalam situasi formal misalnya, banyak guru yang tidak mampu membimbing muridnya untuk menulis dengan baik, runtut, dan menarik. Sering kali guru merasa kesulitan dalam merangkai kata secara padu dalam tulisan. a. Fungsi Menulis Pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi secara tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para pelajar berpikir, dan dapat menolong kita berpikir secara kritis. Selain itu, dapat memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi kita, memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi, menyusun urutan bagi pengalaman.5 Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang tidak asing bagi kita. Sejak memasuki sekolah dasar hingga di perguruan tinggi kegiatan tulis-menulis sudah sering dilakukan. Dalam kehidupan seharihari pun, seseorang tidak terlepas dengan aktivitas menulis, tetapi mengapa sampai saat ini kemahiran menulis tetap menjadi persoalan yang selalu kita hadapi. Padahal dengan menulis banyak sekali keuntungankeuntungan yang kita peroleh. Akhaidah mengungkapkan pentingnya kemahiran menulis sebagai berikut: 1. Mengenali kemampuan dan potensi diri 2. Mengembangkan berbagai gagasan 3. Memaksa kita menyerap, mencari, dan menguasai informasi 5
Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 2008), h. 22-23.
11
4. Mengorganisasikan gagasan sistematis serta mengungkapkan secara tersurat 5. Meninjau serta menilai gagasan kita secara objektif 6. Memecahkan masalah secara konkret 7. Mendorong kita belajar secara aktif 8. Membiasakan berpikir dan berbahasa secara tertib.6 Jadi, kemahiran menulis sangat penting dimiliki oleh setiap peserta didik mengingat kemahiran menulis berkaitan langsung dengan proses pembelajaran dan komunikasi tidak langsung. Kegiatan menulis sering dilaksanakan oleh orang lain atau diri sendiri untuk bermacam keperluan yang mempunyai banyak fungsi selain untuk melatih diri sendiri dalam belajar menulis. Selain itu, menurut Rusyana menulis juga memiliki fungsi lain yaitu: 1. Fungsi Penataan Ketika mengarang terjadi banyak penataan terhadap gagasan, pikiran pendapat, imajinasi dan yang lainnya, serta terhadap penggunaan bahasa untuk mewujudkannya. 2. Fungsi Pengawetan Mengarang mempunyai fungsi untuk mengawetkan pengutaraan sesuatu dalam wujud dokumen tertulis. 3. Fungsi Penciptaan Dengan mengarang kita menciptakan sesuatu yang mewujudkan sesuatu yang baru. 4. Fungsi Penyampaian Penyampaian itu terjadi bukan saja kepada orang yang berdekatan tempatnya melainkan kepada orang yang berjauhan.7 Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi menulis adalah sebagai sarana yang dapat menampung informasi, ide, gagasan, juga dapat memberikan pemecah masalah yang dihadapi dan 6
Sukino, Menulis itu Mudah Panduan Praktis Menjadi Penulis Handal, (Yogyakarta: Pustaka Populer, 2010), h. 8-9. 7
Sunaryo Kartadinata, Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Tinggi, (Bandung: UPI Press, 2007), h. 116.
12
melatih diri untuk berpikir objektif.
b. Tujuan Menulis Setiap melakukan kegiatan menulis, tentunya penulis memiliki maksud dan tujuan masing-masing dalam melakukannya. Sehubungan dengan itu, Tarigan mengungkapkan tujuan menulis yaitu: 1. Memberitahukan atau mengajar 2. Meyakinkan atau mendesak 3. Menghibur atau menyenangkan 4. Mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api.8 Berbeda dengan Tarigan, Hugo Hartig sebagaimana yang dikutip oleh Tarigan, memaparkan bahwa tujuan menulis sebagai berikut: 1. Assignment Purpose (Tujuan Penugasan) Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis hanya melakukan sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri. Misalnya, siswa yang diberi tugas mengerjakan buku. 2. Altruistic Purpose (Tujuan Altruistik) Penulis
bertujuan
untuk
menyenagkan
para
pembaca
menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya. 3. Persuasive Purpose (Tujuan Persuasif) Tulisan yang bertujuan meyakinkan pembaca akan kebenaran gagasan yang diutamakan nilai-nilai kesenian. 4. Informational Purpose (Tujuan Informasional, Tujuan Penerangan) Tulisan yang bertujuan memberikan informasi atau keterangan kepada para pembaca.
8
Tarigan, op. cit., h. 24-25.
13
5. Self Expressive Purpose (Tujuan Pernyatan Diri) Tulisan yang bertujuan memperkenalkan diri sang pengarang kepada pembaca. 6. Creative Purpose (Tujuan Kreatif) Adanya keinginan kreatif yang melibatkan dirinya mencapai normal artistik, atau seni yang ideal, seni ideal. Tulisan ini bertujuan mencapai nilai-nilai artistic dan nilai-nilai kesenian. 7. Problem Solving Purpose (Tujuan Pemecahan Masalah) Penulis bertujuan ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, meneliti secara cermat pikiran, dan gagasannya sendiri agar dimengerti diterima oleh para pembaca.9 Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan menulis adalah untuk memberikan infomasi, mempengaruhi pembaca, menyampaikan pendapat, dan untuk menghibur. c. Jenis-jenis Tulisan Para ahli bahasa menggolongkan jenis-jenis tulisan atau karangan berdasarkan sudut pandang masing-masing yang berbeda, sehingga menimbulkan perbedaan penggolongan jenis tulisan. Salisbury membagi tulisan berdasarkan bentuknya sebagai berikut: 1. Bentuk-bentuk objektif, yang mencakup: penjelasan yang terperinci mengenai proses, batasan, laporan, dan dokumen. 2. Bentuk-bentuk subjektif, yang mencakup: otobiografi, surat-surat, penilaian pribadi, esai, potret/gambaran, dan satire. Berbeda dengan Salisbury, Weayer memaparkan jenis-jenis tulisan, yaitu (1) Eksposisi, (2) Deskripsi, (3) Narasi, dan (4) Argumentasi. Hampir sama dengan pendapat Weayer, Brooks dan Warren memaparkan jenis-jenis tulisan, yaitu (1) Eksposisi, (2) Persuasi, (3) Argumentasi, dan (4) Deskripsi. 9
Tarigan, op. cit., h.25.
14
d.
Tahapan penulisan Dalam melakukan kegiatan menulis bukanlah suatu hal yang mudah, tetapi memerlukan proses. Dengan begitu, dalam kegiatan menulis terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh oleh seorang penulis agar hasil tulisannya memuaskan. Secara umun ada tiga tahap dalam menulis, yaitu: 1. Tahap prapenulisan Dalam melakukan kegiatan menulis tentu adanya persiapan yang matang. Pada tahap ini merupakan frase persiapan menulis. Frase prapenulisan terdiri dari: a) Menentukan topik b) Menentukan tujuan menulis c) Memperhatikan sasaran karangan d) Mengumpulkan informasi pendukung e) Mengorganisasikan ide dan informasi 2. Tahap penulisan Setelah melewati frase prapenulisan, langkah berikutnya adalah mulai menulis karangan dengan mengembangkan gagasan-gagasan atau butir-butir pokok pikiran yang terdapat dalam kerangka karangan. 3. Tahap pascapenulisan Pada frase ini merupakan tahap penyempurnaan sebuah karangan yang telah dibuat. Kegiatan yang dilakukan adalah penyuntingan dan perbaikan. Melakukan penyuntingan berarti membaca ulang, memeriksa, dan menilai ketepatan isi karangan. Hal ini dilakukan untuk menemukan informasi mengenai unsur-unsur karangan yang masih memerlukan perbaikan. Kegiatan perbaikan dilakukan berdasarkan hasil penyuntingan. Kegiatan ini dapat berupa penambahan, penggantian, penghilangan, pengubahan, atau menyusun kembali unsur-unsur karangan. Menurut Lamudin Finoza, dalam sebuah bukunya yang berjudul Komposisi
bahasa
Indonesia,
dalam
menulis
karangan
perlu
15
memperhatikan langkah-langkahnya. Langkah-langkah tersebut yaitu: “Pemilihan topik, perumusan tema, pembuatan kerangka karangan, pengumpulan data, penulisan draft, dan penyuntingan wacana.”10 a. Pemilihan Topik Pemilihan topik merupakan langkah pertama yang perlu dilakukan ketika seseorang akan menulis suatu karangan. Menurut Lamuddin Finoza, “topik karangan adalah suatu hal yang akan digarap menjadi
karangan.
Topik
karangan
merupakan
jawaban
atas
pertanyaan „Masalah apa yang akan ditulis?‟ atau „Hendak menulis tentang apa?‟”11 b. Penetapan Tema Penetapan tema sebelum memulai mengarang sangat penting dilakukan karena sebagai pedoman untuk menulis karangan secara teratur dan jelas sehingga isi karangan tidak menyimpang dari tujuan yang ditetapkan semula oleh penulis. Menurut Gorys Keraf dalam sebuah bukunnya yang berjudul Komposisi, tema berarti “sesuatu yang telah diuraikan atau sesuatu yang telah ditempatkan”.12 Menurut Burhan Nurgiantoro dalam sebuah bukunya yang berjudul Teori Pengkajian Fiksi, “tema dapat dipandang sebagai dasar cerita, gagasan dasar umum, sebuah karya novel. Gagasan dasar umum inilah yang tentunya
telah
ditentukan
sebelumnya
oleh
pengarang untuk
mengembangkan cerita”.13 c. Membuat Kerangka Karangan Pembuatan kerangka karangan sangat perlu dilakukan untuk memudahkan penulis mengembangkan gagasan-gagasannya. Jadi, tahapan menulis meliputi tiga langkah penting, yaitu pemilihan topik, penetapan tema, dan membuat kerangka karangan. 10
Lamuddin Finoza, Komposisi Bahasa Indonesia, (Jakarta: Diksi Insan Mulia, 2007), Cet. XIII, h. 209. 11 Ibid., h. 199. 12 Gorys Keraf, Komposisi, (Ende: Nusa Indah, 1994), Cet. X, h. 107. 13 Nurgiayantoro, op. cit., h. 68.
16
Menurut Lamuddin Finoza, kerangka karangan berfungsi untuk: 1. Mempermudah pengarang menuliskan karangannya dan dapat mencegah pengarang mengolah suatu ide sampai dua kali, serta mencegah pengarang keluar dari sasaran yang sudah ditetapkan. 2. Membantu pengarang mengatur atau menempatkan klimaks yang berbeda-beda di dalam karangannya. 3. Bila kerangka karangan telah rapi tersusun, berarti separuh karangan sudah „selesai‟ karena semua ide sudah terkumpul, dirinci, dan diruntut dengan teratur. Pengarang tinggal menyusun kelimat-kalimatnya saja untuk „membunyikan‟ ide dan gagasannya. 4. Kerangka karangan merupakan miniatur dari keseluruhan karangan. Melalui kerangka karangan, pembaca dapat melihat intisari ide serta struktur karangan.14 Untuk memperoleh suatu susunan kerangka karangan yang teratur biasanya dipergunakan beberapa cara atau tipe susunan. Ada dua pola terpenting yang lazim dipakai untuk menyusun kerangka karangan, yaitu (1) pola alamiah dan (2) pola logis. Pola pertama disebut alamiah karena penyusunan unit-unit bab dan subbabnya memakai pendekatan alamiah yang esensial yaitu ruang (tempat) dan waktu. Pola kedua dinamakan pola logis karena memakai pendekatan berdasarkan jalan pikiran atau cara berpikir manusia yang selalu mengamati sesuatu berdasarkan logika.15 (1) Pola Alamiah Sesuai dengan namanya, pola ini digunakan dalam kerangka karangan yang berhubungan dengan keadaan nyata di alam. Pola alamiah ini dapat dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu urutan berdasarkan waktu (kronologis), urutan berdasarkan ruang (urutan spasial), dan urutan berdasarkan topik yang sudah ada. Urutan waktu atau urutan kronologis adalah urutan yang didasarkan pada runtutan peristiwa atau tahap kejadian. Yang paling mudah dalam pola urutan ini adalah mengurutkan peristiwa menurut urutan kejadiannya atau berdasarkan kronologinya; peristiwa yang satu 14 15
Finoza, op. cit., h. 202. Ibid.
17
mendahului peristiwa yang lain. Sering suatu peristiwa hanya akan menjadi penting bila dilihat dalam rangkaian dengan peristiwa lainnya. Biasanya peristiwa yang pertama sama sekali tidak menarik perhatian, sampai rangkaian kejadian itu mengalami perkembangan. Suatu corak lain dari urutan kronologis yang sering dipergunakan dalam roman, novel cerpen, dan dalam bentuk karangan naratif lainnya adalah suatu variasi yang mulai dengan suatu titik yang menegangkan kemudian mengadakan sorot-balik sejak awal mula perkembangan hingga titik yang menegangkan tadi. Uraian selanjutnya mencakup perkembangan sesudah apa yang dikemukakan dalam bagian pertama yaitu titik yang menegangkan tadi.16 Dari uraian di atas, pada intinya urutan waktu atau urutan kronologis dipakai untuk menarasikan atau menceritakan suatu peristiwa atau kejadian, baik yang berdiri sendiri maupun yang merupakan rangkaian peristiwa. Urutan waktu ini dipakai dalam menulis karangan narasi baik yang berupa fiksi seperti cerpen, novel, dan roman. maupun dalam menulis karangan narasi nonfiksi seperti biografi tokoh, autobiografi, dan sejarah. Urutan ruang atau urutan spasial menjadi landasan yang paling penting bila topik yang diuraikan mempunyai pertalian yang erat dengan ruang atau tempat. Urutan ruang dipakai untuk mendeskripsikan suatu tempat atau ruang, misalnya keadaan suatu desa, gedung, keadaan alam di Bogor, tempat tinggal seseorang, dan sebagainya. (2) Pola Logis Pada pembahasan di atas telah dijelaskan bahwa pola logis memakai pendekatan berdasarkan cara berpikir manusia. Cara berpikir ada beberapa macam dan pendekatannya berbeda-beda bergantung pada sudut pandang dan tanggapan penulis terhadap topik yang akan ditulis. Itulah sebabnya dalam kerangka pola logis timbul variasi penempatan unit-unit. Adapun macam-macam urutan logis adalah klimaks, antiklimaks, sebab-
18
akibat, pemecahan masalah dan umum-khusus. d. Pengembangan Kerangka Karangan Topik
karangan
dikembangkan
menjadi
sebuah
karangan.
Karangan yang dikembangkan ini masih berupa draf. Selanjutnya draf diperbaiki menjadi sebuah karangan. Karangan dikembangkan dengan memperhatikan tata cara penulisan paragraf, kesatuan antara paragraf satu dengan yang lainnya, ejaan, dan isi karangan. e.
Penyuntingan Karangan Karangan yang telah selesai ditulis, perlu dibaca kembali oleh
penulisnya. Hal ini dimaksudkan jika masih ada kesalahan baik mengenai isi maupun bahasa, dan ejaannya, diperbaiki sebelum karangan dipublikasikan. Menurut Suparno seperti yang dikutip oleh Sugiran dalam sebuah jurnal pendidikannya yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi dengan Memanfaatkan Pengalaman Menulis Buku Harian, “ada empat aspek yang perlu diperhatikan dalam memperbaiki atau merevisi karangan, yaitu aspek isi, aspek bahasa, ejaan dan tanda baca, dan aspek teknis.”17 Dengan adanya revisi ini, sebuah karangan akan menjadi lebih sempurna dan siap untuk dipublikasikan. 2. Narasi Istilah narasi atau sering disebut naratif berasal dari bahasa Inggris narration (cerita) dan narrative (yang menceritakan). Karangan narasi menyajikan serangkaian pristiwa atau kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis) dengan maksud memberi makna kepada sebuah atau serangkaian kejadian, sehingga pembaca dapat mengambil hikmah dari cerita itu.18 Menurut Alex, narasi merupakan “Karangan yang sifatnya bercerita, baik berdasarkan pengamatan maupun berdasarkan perekaan,
16
Keraf, op. cit., h. 137. Sagiran, Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi dengan Memanfaatkan Pengalaman Menulis Buku Harian, Jurnal Kependidikan Interaksi, Tahun 3 Nomor 3 April 2008, h. 53-65. 18 Isah Cahyani, op. cit., h. 100. 17
19
dan tujuannya lebih banyak menghimpun dan tergolong kategori pengisahan.”19 Jos Daniel berpendapat bahwa “Narasi merupakan suatu bentuk
pengembangan
karangan
dan
dan
tulisan
yang
bersifat
menyejarahkan sesuatu berdasarkan perkembangannya dari waktu ke waktu.”20 Sedangkan Keraf menjelaskan bahwa “Narasi adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam kesatuan waktu.”21 Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa narasi adalah suatu wacana yang berisi tentang suatu cerita yang disusun sesuai dengan urutan waktu atau secara kronologis. Setiap orang tentu memiliki kemampuan untuk bercerita sesuai dengan pengalaman yang telah dialaminya . Sejak kecil orang tua tentu mengajarkan bahasa kepada anak-anaknya melalui bercerita. Dengan begitu, setiap kehidupan yang dialami seseorang merupakan narasi. Seseorang membuat sebuah karangan narasi tentu memiliki maksud dan tujuan. Terdapat dua tujuan narasi, yaitu (1) memberikan informasi kepada para pembaca, agar pengetahuannya bertambah luas, narasi ini disebut narasi ekspositoris dan (2) untuk menyampaikan sebuah makna kepada para pembaca melalui daya khayal yang dimilikinya, narasi ini termasuk jenis narasi sugestif. a. Prinsip – Prinsip Karangan Narasi Menurut Muhammad Yunus, dkk. dalam sebuah bukunya yang berjudul Menulis, “prinsip-prinsip narasi adalah alur, penokohan, latar (setting), dan sudut pandang.”22
19
Alex H. Achmad, op. cit., h. 116. Jos Daniel Parera, Belajar Mengemukakan Pendapat, Edisi ke-3, (Jakarta: Erlangga, 1984), h. 3. 21 Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi Komposisi lanjutan III, (Jakarta: Gramedia, 1983), h. 136. 22 M. Yunus, op. cit., h. 8.30. 20
20
1. Alur (Plot) Alur dalam narasi merupakan kerangka dasar yang penting untuk mengatur bagaimana suatu peristiwa yang satu dengan peristiwa-peristiwa yang lain saling berkaitan dan membentuk suatu cerita yang sempurna.. Dalam narasi terjadi perkembangan alur. Menurut Jakob Sumardjo dan Saini K.M., “alur sering dikupas menjadi elemen-elemen berikut: (1) pengenalan, (2) timbulnya konflik, (3) konflik memuncak, (4) klimaks, dan (5) pemecahan masalah.”23 Selain pendapat di atas, Burhan Nurgiantoro juga membagi tahapan alur dalam suatu cerita. Tahap alur cerita menurut Burhan Nurgiantoro terbagi atas “tahap awal, tahap tengah, dan tahap akhir.”24 Tahap awal sebuah cerita biasanya berupa perkenalan suatu cerita. Tahap perkenalan umumnya berisi sejumlah informasi penting yang berkaitan dengan berbagai hal yang akan dikisahkan pada tahap berikutnya. Tahap ini biasanya berupa penggambaran latar suatu persitiwa. Latar yang digambarkan bisa berupa latar tempat ataupun latar waktu. Selain penggambaran latar, dalam tahap ini biasanya berupa pengenalan awal tokoh cerita yang nantinya akan berkembang ke tahap tokoh akan mengalami berbagai peristiwa yang lebih kompleks. Tahap tengah cerita biasanya berupa konflik yang dialami para tokoh cerita. Konflik ini sudah dimunculkan pada tahap sebelumnya berupa pengenalan konflik. Konflik yang terjadi pada tahap ini bermacammacam tergantung peristiwa yang dialami tokoh cerita, bisa berupa konflik fisik, konflik batin, dan lain-lain. pada tahap ini pula klimaks atau puncak konflik dimunculkan. Tahap akhir sebuah cerita, atau dapat juga disebut sebagai tahap peleraian, menampilkan adegan tertentu sebagai akibat klimaks. Bagian ini berisi bagaimana kesudahan cerita. Dalam teori klasik, akhir cerita berakhir dengan kebahagiaan atau kesedihan. Namun, dalam narasi zaman 23
Jakob Sumardjo dan Saini K.M., Apresiasi Kesusastraan, (Jakarta: Gramedia, 1986), Cet. 1, h. 49.
21
sekarang, akhir cerita terkadang masih menggantung, pembaca dibuat penasaran tentang akhir cerita tersebut sehingga penyelesaian diserahkan kepada pembaca. Kedua pendapat mengenai tahap alur di atas pada intinya mengacu pada hal yang sama bahwa alur itu merupakan rangkaian peristiwa yang saling berkaitan, yang dalam rangkaian perstiwa itu terdapat pengenalan, timbulnya konflik, konflik mulai memuncak, puncak konflik, konflik mulai menurun, dan diakhiri dengan penyelesaian atau resolusi. 2. Penokohan Tokoh adalah pelaku dalam cerita. Dalam narasi tidak ada pembatasan jumlah tokoh tetapi perlu dipertimbangkan fungsional atau tidaknya tokoh tersebut dalam membangun cerita agar peristiwa atau tindakan yang ditampilkan tidak berlaku pada banyak tokoh sehingga arahnya terkontrol. Dilihat dari “segi peranan dan tingkat pentingnnya tokoh dalam cerita, tokoh dibagi ke dalam tokoh utama dan tokoh tambahan.”25 Tokoh utama adalah tokoh yang sering ditampilkan dalam cerita. Tokoh ini merupakan tokoh yang penting karena pusat cerita ada di tokoh ini. Sebaliknya, tokoh tambahan tidak begitu penting dalam cerita sehingga tidak ditampilkan sebanyak tokoh utama. Tokoh tambahan ini bisa juga dikatakan tokoh yang ditampilkan untuk melengkapi cerita. Jika dilihat dari “peran tokoh-tokoh dalam pengembangan plot, tokoh dapat dibagi ke dalam tokoh protagonis dan tokoh antagonis.”26 Tokoh protagonis adalah tokoh yang mengemban tema cerita, sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh yang melawan kehendak tokoh protagonis.
24
Nurgiantoro, op. cit. h. 142. Ibid, h. 176. 26 Ibid, h. 177. 25
22
3. Latar (Setting) Latar adalah tempat atau waktu terjadinya perbuatan tokoh atau peristiwa yang dialami tokoh. Dalam karangan narasi terkadang tidak disebutkan secara jelas latar tempat maupun waktunya tetapi adapula yang dijelaskan secara pasti. Secara umum, latar dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar suasana. Latar tempat yaitu latar yang mengacu kepada di mana tempat terjadinya suatu peristiwa. Latar waktu yaitu latar yang mengacu kepada kapan waktu terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar suasana yaitu latar yang berkaitan dengan kondisi atau situasi dalam sebuah cerita.
4.
Sudut Pandang (Point of View) Sudut pandang dalam karangan narasi menjawab pertanyaan
siapakah yang menceritakan kisah ini atau dari sudut pandang siapa cerita dikisahkan. Pencerita dalam sebuah cerita bisa dari tokoh cerita ataupun dari pengarang langsung. Jika pencerita (narator) berbeda, nuansa cerita juga akan berbeda. Kedudukan narator ada empat macam, yaitu sebagai berikut: a) Narator serba tahu Dalam kedudukan ini narator bertindak sebagai pencipta segalanya. Ia tahu semuanya mulai dari kegiatan jasmaniah sampai rohaniah, dari tempat yang tampak sampai yang tersembunyi, dari masalah biasa sampai rahasia. Ia bisa menciptakan apa saja untuk melengkapi ceritanya. Pengarang juga bisa mengomentari kelakuan pelakunya. b) Narator bertindak objektif Dalam teknik ini, pengarang tidak memberikan komentar apapun, ia hanya menceritakan apa yang terjadi kepada pembaca. Oleh karena itu, pembaca bebas menafsirkan apa yang diceritakan pengarang.
23
c) Narator ikut aktif Teknik ini menempatkan narator sebagai aktor yang terlibat dalam cerita. Kadang – kadang sebagai tokoh sentral. Cara ini tampak dalam penggunaan kata ganti orang pertama seperti aku, saya dan kami. Narator hanya bisa melihat dan mendengar apa yang orang biasa bisa lihat dan dengar. Narator juga tidak bisa membaca pikiran tokoh lain. Hal – hal yang bersifat psikologis yang bisa diceritakan hanya yang menyangkut dirinya sendiri. Menurut Burhan Nurgiantoro, sudut pandang terbagi ke dalam empat jenis, yaitu: a) Sudut pandang orang ketiga serba tahu Dalam sudut pandang ini cerita dikisahkan dari sudut “dia”, tetapi pengarang, narator, dapat menceritakan apa saja yang menyangkut tokoh “dia” tersebut. Narator mengetahui segalanya, ia bersifat mahatahu. Ia mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakanginya. b) Sudut pandang orang ketiga terbatas atau sebagai pengamat Menurut Stanton yang dikutip oleh Nurgiantoro, dalam sudut pandang ini pengarang melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh cerita tetapi terbatas hanya pada seorang tokoh saja. c) Sudut pandang persona pertama sebagai tokoh utama Dalam teknik sudut pandang ini, si “aku” mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniah, dalam diri sendir, maupun fisik, hubungannya dengan sesuatu yang di luar dirinya. d) Sudut pandang persona pertama sebagai tokoh sampingan Dalam sudut pandang ini, tokoh aku muncul bukan sebagai tokoh utama, melainkan sebagai tokoh tambahan. Tokoh “aku” hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh yang dikisahkan itu dibiarkan untuk mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya.
24
b. Jenis-jenis Karangan Narasi Menurut Keraf, karangan narasi terbagi dua, yaitu karangan narasi ekpositoris dan narasi sugestis. Kedua karangan narasi ini memiliki ciriciri yang berbeda. Narasi ekspositoris memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1.
Memperluas pengetahuan;
2.
Menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian;
3.
Didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan nasional; dan
4.
Bahasanya lebih cenderung ke bahasa informatif dengan menitikberatkan pada penggunaan kata-kata denotatif. Narasi sugestis memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Menyampaikan suatu makna atau amanat yang tersirat;
2.
Menimbulkan daya khayal;
3.
Penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehingga kalau perlu penalaran dapat dilanggar; dan
4.
Bahasanya
lebih
cenderung
ke
bahasa
figuratif
dengan
menitikberatkan pada penggunaan kata-kata konotatif. Berdasarkan kutipan di atas, tujuan narasi
ekspositoris adalah
untuk memberikan informasi kepada para pembaca agar pengetahuannya bertambah luas. Narasi sugestis menyampaikan suatu makna kepada pembaca melalui daya khayal yang dimilikinya, sehingga dapat menimbulkan daya tarik bagi pembaca dari daya khayal yang dikembangkan oleh pengarangnya. Jadi, jelas bahwa antara narasi ekspositoris dan narasi sugestis terdapat perbedaan tujuan pengarang dalam menarasikan suatu kejadian atau peristiwa.
25
3. Media a. Pengertian Media Menurut Santoso (1974) media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang sebagai penyebar ide atau gagasan sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerima. Media pendidikan itu sendiri adalah media yang penggunaannya
diintegrasikan dengan tujuan dan isi
pengajaran dimaksudkan untuk mempertinggi mutu mengajar dan belajar.27 b. Manfaat Media Pendidikan Manfaat media dilihat dari beberapa segi adalah sebagai berikut: 1. Ditinjau dari segi isi (content) ide atau pesan yang diajarkan, kegunaan media adalah menyajikan hal-hal yang secara biasa tidak dapat disajikan karena berbagai sebab, misalnya terlalu luas, besar, sempit, kecil, berbahaya, kompleks, sudah lampau atau belum terjadi. 2. Ditinjau dari jumlah penerimaannya, media bermanfaat untuk menghubungi orang banyak jauh lebih banyak daripada disebarkan tanpa media. 3. Ditinjau dari unsur waktu. Dengan media, banyak ide yang dapat disebarkan dengan cepat, bahkan beberapa saat setelah terjadinya suatu peristiwa. 4. Ditinjau dari hubungannya dengan unsur psikologis dari penerima. Media dapat menambah kesan dramatik atau realistik sehingga orang yang menerimanya lebih menaruh perhatian, lebih percaya, atau lebih tergetar emosinya.28 c. Peran dan Kegunaan Media dalam Pembelajaran Media dapat digunakan dalam proses belajar-mengajar dengan dua arah, yaitu sebagai berikut.
27
M. Subana dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia: Berbagai Pendekatan, Metode Teknik dan Media Pengajaran, (Bandung: Pustaka Setia, tt), h. 287.
26
1. Dependent Media, yaitu media yang dipakai sebagai alat bantu mengajar dan sebagai media belajar yang digunakan sendiri oleh siswa. 2. Independent Media, yaitu media belajar yang dapat digunakan oleh siswa dalam kegiatan belajar mandiri. Media itu dirancang, dikembangkan,
dan
diproduksi
secara
sistematik
untuk
menyalurkan informasi secara terarah dan mencapai tujuan intruksional tertentu. 29
4. Wawancara Menurut Joko Subagyo dalam sebuah bukunya yang berjudul Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik, wawancara adalah kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada para responden.30 Menurut Yatim Riyanto dalam sebuah bukunya yang berjudul
Metodologi
Penelitian
Pendidikan,
wawancara
atau
interview merupakan metode pengumpuan data yang menghendaki komunikasi responden.
31
langsung
antara
penyelidik
dengan
subjek
atau
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, wawancara
diartikan sebagai suatu tanya jawab dengan seseorang yang dimintai keterangan atau pendapat; tanya jawab dari wartawan kepada sumber berita atau pakar; tanya jawab dari oleh kapala personalia kepada calon pegawai.32
28
Ibid., h. 287-288. Ibid., h. 289-290. 30 P. Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Cet. IV, h. 39. 31 Yatim Riyanto, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Surabaya: SIC, 2001), Cet. II, h. 70. 32 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke-3, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Cet. IV, h. 1270. 29
27
Dari
penjelasan-penjelasan
tersebut,
wawancara
dapat
diartikan suatu cara yang dilakukan seseorang dalam pengambilan informasi atau data dari responden untuk kepentingan tertentu a. Jenis-jenis Wawancara Ada beberapa jenis wawancara yang dikutip oleh Yatim Riyanto dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian Pendidikan. Pertama, menurut Donald Ary dkk., wawancara terbagi dua yaitu wawancara berstruktur dan wawancara tidak berstruktur. Dalam wawancara berstruktur pertanyaan dan alternatif jawaban yang diberikan kepada subjek telah ditetapkan terlebih dahulu oleh pewawancara. Keuntungannya, jawaban dapat dengan mudah dikelompokkan dan dianalisis serta proses wawancara lebih terarah dan sistematis. Kelemahannya, suasana kaku dan terlalu formal serta tidak memberi kesempatan kepada responden untuk mengemukakan pendapatnya sehubungan dengan persoalan yang sedang diselidiki. Wawancara tak berstruktur lebih bersifat informal. Pertanyaanpertanyaan tentang pandangan, sikap, keyakinan subjek atau tentang keterangan lainnya dapat diajukan secara bebas kepada subjek. Subjek diberi kebebasan menguraikan jawabannya serta mengungkapkan pandangannya sesuka hati, tetapi sering tidak terarah dan sulit dalam mengolah dan menganalisis datanya. Berdasarkan banyaknya responden yang terlibat dalam satu kali wawancara dapat dibedakan menjadi wawancara pribadi (personal interview) dan wawancara kelompok (group interview). Dalam wawancara pribadi, wawancara dilakukan secara face to face antara seorang pewancara dengan orang yang diwawancarainya. Ini akan memberikan privasi yang maksimal sehingga sangat besar kemungkinannya memperoleh data yang intensif. Dalam wawancara kelompok, seorang pewancara atau lebih sekaligus
menghadapi
dua
orang
atau
lebih
orang
yang
diwawancarainya. Wawancara kelompok dilakukan apabila memang
28
dalam penelitian dimungkinkan memperoleh data dengan wawancara kelompok, misalnya hanya menanyakan tentang fakta-fakta objektif yang sederhana. b. Cara Pencatatan Wawancara Ketika seseorang melakukan wawancara kepada seseorang yang diwawancarainya, narasumber atau orang yang diwawancarai memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pewawancara tersebut. Oleh karena itu, seorang pewawancara harus mencatat informasi yang diberikan oleh orang diwawancarai. Menurut Yatim Riyanto, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk melakukan pencatatan dalam proses wawancara, yaitu: 1. Pencatatan secara langsung, yaitu melakukan wawancara sambil mencatatnya. 2. Pencatatan dari ingatan, yaitu pencatatan tidak dilakukan pada waktu wawancara, tetapi setelah wawancara yang mengandalkan daya ingat pewancara 3. Pencatatan dengan bantuan alat perekam. 4. Pencatatan dengan angka, yaitu mencatat data hasil wawancara dengan angka-angka, misalnya: setuju angka 3, kurang setuju angka 2, tidak setuju angka 1, dan sebagainya. 5. Pencatatan dengan kode, yaitu pencatatan dengan cara memberikan kode, misalnya dengan huruf A, B, C, D, dan seterusnya. Misalnya: responden yang mengerti tentang yang ditanyakan diberikan kode A.33 Pencatatan hasil wawancara sangat beragam, mulai dari pencatatan secara langsung sampai dengan menggunakan alat perekam. Beberapa cara di atas bisa dilakukan sesuai dengan tujuan masing-masing dalam wawancara tersebut.
33
Riyanto, op. cit., h. 68.
29
c. Keterampilan Sosial Pewawancara Keterampilan sosial dalam melakukan wawancara harus dimiliki oleh pewawancara. Hal ini perlu dilakukan agar proses wawancara bisa berjalan lancar sehingga
informasi
yang
dibutuhkan dapat diperoleh dengan maksimal. Dalam proses wawancara, tidak jarang seseorang yang diwawancarai tersinggung dengan sikap dan perkataan pewawancaranya, bahkan mereka menolak untuk diwawancarai dan yang lebih parah yaitu terjadinya keributan dalam proses wawancara. Oleh karena itu, agar tidak terjadi hal-hal demikian, keterampilan sosial seorang pewawancara harus
dimiliki.
Ada
beberapa
keterampilan
sosial
dalam
berwawancara, yaitu: 1. Menggunakan intonasi suara yang menarik, tidak terlalu keras dan tidak terlalu lembut. 2. Bersikap ramah, sopan, dan berpakaian rapi. 3. Menggunakan bahasa yang sopan, ringkas, dan mudah dipahami. 4. Bersikap luwes, supel, dan penuh bijaksana. 5. Peka terhadap situasi orang yang diwawancarai, pada saat-saat tertentu dapat ikut merasakan sesuatu yang terjadi pada diri orang yang sedang diwawancarai. Misalnya: bila orang yang sedang diwawancarai sedang menceritakan penderitaan atau kegembiraannya, pewancara dapat menghayatinya. 6. Tidak memojokkan jawaban responden. 7. Terbuka, lapang dada, dan rendah hati. 8. Ciptakan
situasi
informal
jika
menggunakan
pedoman
wawancara. 9. Tunjukan perhatian kepada orang yang sedang diwawancarai. Ketika sedang bicara tataplah wajah orang yang sedang diwawancarai dan begitu pula ketika mendengarkan jawabanjawaban dari mereka.
30
10. Waktu wawancara berlangsung, lebih baik menyebut nama responden
daripada
hanya
dengan
menyebut
kata
“bapak/ibu/saudara”34 Jadi, keterampilan sosial dalam berwawancara meliputi intonasi suara yang menarik, tidak terlalu keras dan tidak terlalu lembut, bersikap ramah, sopan, dan berpakaian rapi, menggunakan bahasa yang sopan, ringkas, dan mudah dipahami.
d. Faktor yang Mempengaruhi Wawancara Berhasil atau tidaknya sebuah proses wawancara sangat tergantung dari berbagai faktor pendukung yang terkait dengannya. Faktor itu bisa berasal dari pewawancara, subjek wawancara, ataupun dari pihak yang diwawancarai. Faktor tersebut saling mendukung. Jika ada salah satu faktor yang kurang mendukung, kegiatan wawancara kurang berjalan dengan maksimal. Faktor di atas dijelaskan juga oleh P. Joko Subagyo, faktor yang mempengaruhi wawancara berasal dari dalam dan berasal dari luar. Faktor yang berasal dari dalam meliputi pewawancara dan materi, sedangkan faktor yang berasal dari luar meliputi responden dan pelaksanan wawancara. Faktor-faktor tersebut akan dirinci kembali dengan rincian sebagai berikut: 1. Faktor pewawancara, meliputi: a. Tingkat pengetahuan atau penguasaan materi. b. Keterampilan dalam melaksanakan wawancara. c. Motivasi yang tertanam. d. Rasa kecurigaan terhadap pihak lain. e. Konsentrasi pemikiran terhadap suatu permasalahan. f. Tingkat minat untuk berkecimpung sebagai pewawancara.
34
Riyanto,. Ibid.
31
2. Materi wawancara, meliputi: a. Susunan dalam pembuatan mata rantai pertanyaan. b. Sukar untuk mengerti secara spontan. c. Ada beberapa penafsiran dalam satu pertanyaan. d. Peka untuk ditanyakan. e. Menimbulkan kekhawatiran sehingga rasa kurang aman apabila dipertanyakan. 3. Responden, meliputi: a. Tingkat pengetahuan atas suatu permasalahan. b. Karakteristik yang melekat padanya. c. Tanggapannya berbelit-belit. d. Kemampuan menangkap pertanyaan. e. Spontanitas. f. Rasa kekhawatiran karena kurang aman. 4. Pelaksanaan wawancara meliputi: a. Waktu yang paling tepat untuk dilakukan wawancara. b. Kehadiran pihak ketiga dalam wawancara c. Tempat sesuai dengan responden d. Sikap masyarakat dalam menerima kehadiran orang lain. e. Kesibukan
sekeliling,
keberisikan
akan
menggnggu
suasana.35 e. Cara Menarasikan Teks Wawancara dengan Baik Teks wawancara yang ditulis oleh seorang pewawancara biasanya masih dalam bentuk dialog. Kalimat-kalimat yang digunakan dalam teks wawancara pun masih menggunakan kalimat langsung. Oleh karena itu diperlukan keterampilan dalam mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tidak langsung. Selain itu, diperlukan juga keterampilan dalam menghubungkan antargagasan dan mengembangkannya sehingga terwujud suatu kesatuan karangan yang utuh.
35
Subagyo, op. cit., h. 51-52.
32
Ada
beberapa
langkah
agar
dapat
menarasikan
teks
wawancara dengan baik, di antaranya: 1. Bacalah teks wawancara dengan cermat. 2. Catatlah pokok-pokok isi wawancara. 3. Buatlah pengantar ke arah isi wawancara. 4. Narasikan isi wawancara dengan mengembangkan pokok-pokok isi. 5. Lengkapilah narasi dengan bagian penutup.
5. Teks Wawancara sebagai Salah Satu Media Pembelajaran Menulis Narasi Media pembelajaran merupakan sarana yang digunakan oleh siswa atau guru untuk menunjang proses belajar mengajar. Media dan proses penggunaanya mungkin jarang terpikirkan dalam proses belajar
mengajar.
meningkatkan
Media
itensitas
pembelajaran
pengajaran
seharusnya
menulis.
Dengan
dapat media
pembelajaran, pengajaran akan semakin bergairah, menarik dan mempermudah proses belajar mengajar. Teks wawancara dapat dingunakan sebagai salah satu media pembelajaran menulis. Pada hakikatnya, wawancara merupakan tanya jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai sesuatu hal untuk dimuat di surat kabar, disiarkan melalui radio, atau ditanyangkan pada layar televisi. Dengan kata lain, teks wawancara bukan lagi hal yang asing dalam lingkungan siswa.
33
B. Hasil Penelitian yang Relevan Hasil penelitian yang relevan dengan studi yang akan dilakukan antara lain: 1. Dalam penulisan skripsi penelitian yang sejalan dengan penelitian ini adalah penelitian dari Ni Nyoman Dwi Prayastini (2010) dengan judul “Penerapan Metode Investigasi Kelompok (Group Investigation) dengan Menggunakan Media Gambar untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Narasi Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 1 Banjarangkan”. Penelitian ini menggunakan rancangan tindakan kelas dengan hasil penelitian bahwa (1) terdapat beberapa langkah
penerapan
metode
investigasi
kelompok
(Group
Investigation) dengan menggunakan media gambar yang efektif untuk meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa, (2) siswa memberikan respons positif terhadap penerapan metode investigasi kelompok (group investigation) dengan menggunakan media gambar dalam pembelajaran menulis narasi, dan (3) penerapan metode investigasi kelompok (group investigation) dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan kemampuan menulis narasi siswa. Hal ini sangat sejalan dengan penelitian yang peneliti lakukan, yang sama-sama dapat meningkatkan hasil belajar menulis
karangan
narasi
siswa.
Dengan
demikian,
dapat
disimpulkan antara penelitian ini dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Ni Nyoman Dwi Prayastini memiliki kesejalanan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Relevansi yang kedua yaitu skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan Penggunaan Media Gambar Seri pada Siswa Kelas IV SD Manggir Lor Kecamatan Pajang”, yang ditulis oleh Susi Purwandari jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri
34
Yogyakarta tahun 2012, penggunaan media gambar seri dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi pada siswa kelas IV SD Mangir Lor tahun pelajaran 2012. Penggunaan media gambar seri dalam pembelajaran menulis dapat membantu siswa menemukan
ide
atau
gagasan,
menemukan
kosakata,
menuangkannya dalam bentuk tulisan dan merangkai ceritanya menjadi karangan yang utuh. Selain itu, siswa akan lebih tertarik dan berminat dalam mengikuti pembelajaran. Hal tersebut dapat dibuktikan
telah
terjadi
peningkatan
keterampilan
menulis
karangan narasi pada siklus I sebesar 8,9 yaitu nilai rata - rata pra tindakan 60,4 menjadi 69,3. Peningkatan keterampilan menulis karangan narasi pada siklus II sebesar 14,9 yaitu nilai rata – rata pra tindakan 60,4 menjadi 75,3. 3. Skripsi Isroyati, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2010 yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Narasi dengan Penggunaan Metode Field Triep Pada Siswa Kelas IX SMP Dwiguna Depok. Penelitian ini dapat meningkatkan pembelajaran menulis narasi. Hal ini ditandai dengan nilai hasil tulisan siswa yang mengalami peningkatan dari segi teknik penulisan, isi gagasan, penggunaan bahasa, pemilihan kata dan penguasaan ejaan. Dalam pretest hanya 17 siswa yang mencapai ketuntasan hasil belajar (memperoleh nilai 70 ke atas). Pada posttest meningkat menjadi 100% atau sekitar 40 siswa. Dari ketiga penelitian di atas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis tentang menulis narasi, tetapi penelitian yang dilakukan penulis menggunakan media teks wawancara dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi.
35
C. Kerangka Berpikir Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, karena bahasa merupakan media dalam berkomunikasi. Bahasa memiliki empat aspek salah satunya adalah menulis. Dalam mengunngkapkan ide, pendapat, atau gagasan seseorang tidak hanya dilakukan dengan berbicara, tatapi juga melalui tulisan. Seringkali seorang guru menjelaskan kepada siswa betapa pentingnya keterampilan menulis. Di sekolah siswa selalu diajarkan tentang tatacara menulis yang baik dan benar agar dapat mengungkapkan perasaanya melalui tulisan. Siswa seringkali menghadapi kesulitan-kesulitan dalam menulis sebuah karangan.
Salah satu cara yang dilakukan dalam mengatasinya adalah
mealalui teks wawancara. Dalam pembelajaran ini guru memberikan selembar teks wawancara kepada siswa, lalu siswa ditugasi untuk membaca sebuah teks wawancara, kemudian siswa mengubah kalimat langsung yang terdapat dalam teks wawancara menjadi kalimat tak langsung. Setelah itu, tiap-tiap gagasan dalam teks wawancara ditulis kembali sehingga menjadi sebuah karangan narasi. Guru hanya memperhatikan siswa dalam proses belajar. Semua siswa harus mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Dengan pembelajaran seperi ini memudahkan siswa dalam membuat sebuah karangan, dan kesulitankesulitan yang dihadapi siswa dapat diatasi.
D. Hipotesis Penelitian Pengajuan hipotesis dalam penelitian ini adalah: H1 :
Penggunaan media teks wawancara dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi pada siswa SMA Taruna Mandiri.
H0 :
Penggunaan media teks wawancara tidak dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi pada siswa SMA Taruna Mandiri.
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Pada hakikatnya penelitian adalah suatu kegiatan atau proses sistematis
untuk
memecahkan
masalah
yang
dilakukan
dengan
menerapkan metode ilmiah. Dalam penelitian ini metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dalam bahasa Inggris Classroom Action Research. Menurut Susilo, PTK adalah “Penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran.” 1 Lalu Kunandar menjelaskan bahwa PTK adalah “Penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas.”2 Pada hakekatnya penelitian tindak kelas memiliki tiga unsur atau konsep, yaitu sebagai berikut: 1. Penelitian adalah aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah. 2. Tindakan adalah sutau aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu atau kualitas proses belajar mengajar. 3. Kelas adalah sekelompok siswa yang
dalam waktu yang sama
menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.3
1
Susilo, Penelitian Tindak Kelas, (Jogjakarta: Pustaka Book Publisher, 2007), h. 16. Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindak Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010), h. 45. 3 Ibid. 2
36
37
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa, PTK adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan untuk memperbaiki kekurangan yang dialami siswa terhadap pembelajaran, dengan melakukan beberapa tindakan seperti, metode atau praktik-praktik kependidikan mereka, pemahaman mereka tentang praktik-praktik tersebut, dan
situasi tempat praktik tersebut
dilaksanakan. Jadi, penelitian tindakan kelas merupakan suatu tindakan yang berfokus pada siswa atau PBM yang terjadi di kelas. PTK bertujuan untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di kelas dan untuk meningkatkan kegiatan guru dalam mengembangkan profesinya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua siklus. Siklus ini akan dihentikan jika telah tercapai tujuan pembelajaran dengan KKM yang berlaku di SMA Taruna Mandiri yaitu 75. Dalam kegiatan penelitian ini diawali dengan perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation), dan melakukan refleksi (reflecting), sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan). Desain penelitian tindakan kelas digambarkan dalam bagan berikut :4
4
Supardi, “Penelitian Tindakan Kelas Beserta Sistematika Proposal dan Laporannya” dalam Suharsimi Arikunto (ed), Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), Cet. IV, h. 104-105
38
Rencana Tindakan
Refleksi
Observasi dan Evaluasi
Pelaksanaan Tindakan
Rencana Tindakan Ulang
Gambar 3.1 Bagan Desain PTK
1. Perencanaan (Planning) Pada tahap perencanaan peneliti merencanakan apa saja yang akan dilakukan dalam kegiatan. Hal-hal yang harus dilakukan oleh peneliti, yaitu
mengidentifikasi sebuah masalah yang akan diatasi
oleh peneliti dan merumuskan sebuah masalah dengan membuat pertanyaan apa, bagaimana, di mana, oleh siapa. 2. Pelaksanaan (Acting) Setelah melakukan perencanaan, tahap selanjutnya adalah pelaksanaan yang merupakan tindakan yang harus dilakukan oleh peneliti sesuai dengan rancangan yang telah dibuat. 3. Pengamatan (Observing) Setelah pelaksanaan, tahap ketiga yaitu pengamatan yang dilakukan untuk memotret seberapa jauh efek tindakan mencapai sasaran. Dalam hal ini seorang pengamat mencatat data yang akurat tentang fenomena kelas yang dilakukan siswa dan guru dalam proses belajar, karena hal itu merupakan informasi yang sangat berharga.
39
4. Refleksi (Reflecting) Tahap berikutnya adalah refleksi yang merupakan kegiatan mengulas secara kritis tentang perubahan yang terjadi. Tahap ini penting dilakukan setelah selesai melakukan tindakan.
B. Model Penelitian Tindakan Kelas Dalam penelitian tindakan kelas ada beberapa model yang sering digunakan di antaranya: 1) Model John Eliot; 2) Model Kurt Lewin; 3) Model Dave Ebbut 4) Model Kemmis dan Mc Teggart, tetapi yang akan penulis gunakan dalam penelitian ini adalah model Kemmis dan Mc Teggart. Model PTK yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Teggart merupakan model pengembangan dari model Kurt Lewin, karena di dalam suatu siklus terdiri dari empat komponen yaitu: (1) perencanaan, (2) aksi/tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Menurut Kemmis dan Mc Teggart (dalam Rafi′uddin, 1996) penelitian tindakan dapat dipandang sebagai suatu siklus spiral dari penyusunan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi yang selanjutnya mungkin diikuti dengan siklus spiral berikutnya.5 Adapun model PTK yang dekembangkan oleh Kemmis dan Mc Tegart dapat digambarkan sebagai berikut:
5
Sukayati, “Jurnal Pendidikan Islam” pada laman http://jurnalpendidikanislam. blogspot.com201204penelitian-tindakan-kelas-model-kemmis.html diunduh pada 2 Juli 2013 pukul 20:15.
40
Gambar 3.2 Diagram Alur PTK Kemmis dan Teggart
Dalam model PTK yang dikemukakan oleh kemmis dan Mc Teggart dapat dipaparkan bahwa tindakan awal yang dilakukan adalah perencanaan, kemudian melakukan tindakan pelaksanaan yang sesuai dengan apa yang telah tertuang dalam RPP. Setelah melakukan tindakan, peneliti melakukan observasi yang kemudian diikuti dengan melakukan refleksi. Kegiatan itu dilakukan pada siklus 1. Jika hasil yang telah didapat pada siklus 1 belum tercapai sesuai yang diinginkan, maka perlu dilakukan tindakan dalam siklus 2 dengan alur yang sama, yaitu mealakukan tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi, dan tahap refleksi. Kemudian siklus ini dilanjutkan oleh siklus-siklus lain secara sitematis seperti sebuah spiral.
41
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas Penelitian tindak kelas memiliki beberapa tujuan, di antaranya: 1.
Tujuan utama penelitian tindak kelas adalah untuk perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.
2.
Perbaikan dan peningkatan pelayanan profesional guru kepada peserta didik dalam konteks pembelajaran di kelas
3.
Mendapatkan pengalaman tentang keterampuiln praktik dalam proses pembelajaran secara reflektif, dan bukan untuk mendapatkan ilmu baru.
4.
Pengembangan
kemampuan
dan
keterampilan
guru
dalam
melaksanakan proses pembelajaran di kelas dalam rangka mengatasi permasalahan aktual yang dihadapi sehari-hari. Selain memiliki tujuan penelitian tindak kelas juga memiliki banyak manfaat, diantaranya: 1. Bagi pendidikan dan pembelajaran: a. Inovasi dalam pembelajaran b. Pengembangan kurikulum tingkat sekolah dan di tingkat kelas c. Peningkatan profesionalisme guru dan pendidik. 2. Bagi guru: a. Akan tercipta peluang yang luas terhadap terciptanya karya tulis bagi guru. b. Untuk meningkatkan karier dan dan membuat rancangan penelitian tindak kelas yang lebih berbobot sambil mengajar di kelas.
42
D. Tempat dan Waktu Penelitian 1.
Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di kelas XA SMA Taruna Mandiri, yang beralamat di Jalan Raya Pamulang II No. 3, Benda baru, Pamulang, Tangerang Selatan dengan jumlah siswa 19 orang.
2.
Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam dua kali pertemuan, yaitu pada tanggal 22 Februari dan 15 Maret tahun 2013. Alokasi waktu pada saat penelitian yaitu 2 jam atau 90 menit dari jam 08.10-09.40.
E. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Taruna Mandiri tahun pelajaran 2012/2013. Jumlah seluruh siswa dalam kelas ini adalah 19 orang siswa, 8 orang siswa laki-laki, dan 11 siswa perempuan. Dalam penelitian ini guru bahasa Indonesia ikut terlibat sebagai observer. Pada saat pelaksanaan tindakan guru bahasa Indonesia membantu peneliti mengamati aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi. Selain itu guru bahasa Indonesia juga melakukan observasi dan penilaian terhadap peneliti pada saat melakukan tindakan. Hal ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan kualitas pengajaran yang dilakukan oleh peneliti pada saat melakukan tindakan dan untuk mendapatkan informasi dalam rangka perbaikan pada pelaksanaan tindakan berikutnya.
43
F. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini teknik yang akan digunakan oleh penulis yaitu : 1. Teknik observasi adalah melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti. Melalui teknik ini peneliti membuat lembar observasi aktivitas guru dan siswa dan mencatat hal-hal yang dianggap perlu untuk penelitian dan mempermudah dalam proses pengumpulan data. Adapun lembar observasi yang digunakan oleh peneliti adalah:
Tabel 3.1 Lembar Observasi Aktivitas Guru
Pertemuan Hari Tanggal
Lembar Observasi Aktivitas Guru : 1 (pertama) : Jumat : 22 Februari 2013
No
Hal yang diamati
1
Kemampuan membuka pelajran a. Menarik perhatian siswa b. Memotivasi siswa c. Melakukan apersepsi d. Memberi acuan materi ajar yang akan diajarkan Sikap guru pada pross pembelajaran a. Kejelasan suara dalam berkomunikasi b. Tidak melakukan gerakan atau uangkapan yang mengganggu perhatian siswa c. Antusiasme mimik dalam penampilan d. Mobilitas posisi tempat dalam kelas Penguasaan materi pembelajaran a. Jelas dalam menempatkan materi ajar yang disampaikan dengan materi terkait lainnya b. Jelas dalam menerangkan materi ajar c. Jelas dalam memberikan contoh dan ilustrasi d. Mencerminkan tentang kekuasaan materi yang disampaikan
2
3
Baik
Cukup
√ √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √
Kurang
44
4
5
6
7
Implementasi langkah-langkah pembelajaran a. Penyajian materi ajar sesuai dengan langkah-langkah yang tertuang dalam RPP b. Proses pembelajaran mencerminkan komunikasi guru-siswa, dengan berpusat pada siswa c. Antusias dalam menanggapi respon dari siswa d. Cermat dalam memanfaatkan waktu, sesuai dengan alokasi yang direncanakan Penggunaan media pembelajaran a. Menggunakan prinsip penggunaan jenis media b. Tepat saat penggunaan c. Terampil saat mengoperasionalkan d. Membantu kelancaran proses pembelajaran Evaluasi a. Melakukan evaluasi berdasarkan tuntutan aspek kompetensi b. Melakukan evaluasi berdasarkan butir soal yang direncanakan dalam RPP c. Melakukan evaluasi sesuai alokasi waktu yang direncanakan d. Melakukan evaluasi sesuai dengan bentuk dan jenis yang dirancang Kemampuan menutup pelajaran a. Meninjau kembali materi yang diajarkan b. Memberi kesempatan bertanya c. Menugaskan kegiatan kokurikuler d. menginformasikan
√ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
45
Tabel 3.2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa 2. 3.Pertemuan Hari 4.Tanggal 5.No 6. 1 7.
2
Lembar Observasi Aktivitas Siswa : 1 (pertama) : Jumat : 22Februari 2013
Aspek yang diamati Aktivitassiswaselamamengikuti PBM a. siswa memperhatikan penjelasan dari guru b.siswa mengajukan pendapat atau pertanyaan c. siswa menjawab pertanyaan dari guru Perlakuan siswa yang tidak sesuai dengan PBM a. mengobrol dengan temannya b. melakukanp ekerjaan lain c. membuat coret-coret di atas kertas
Ya
Tidak
√ √ √ √
2. Teknik angket/kuisioner, menurut Iskandar
√ √ dalam Musfiqon
kuisioner adalah “seperangkat pertanyaan yang disusun secara logis, sistematis,
dan
objektif
untuk
diteliti.” 6 Jadi angket merupakan
menerangkan
variabel
yang
teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Adapun jenis angket yang digunakan oleh peneliti adalah skala Guttman. Dalam angket ini hany terdiri dari dua alternatif jawaban yaitu “ya‟‟ atau „tidak”. Adapun lembar angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
6
Musfiqin, Panduan Lengkap Metodologi penelitian Pendidikan, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2012), h. 127.
46
ANGKET PENYEBAB KESULITAN DALAM PEMBELAJARAN MENULIS Nama
:
Pilihlah jawaban yang dianggap paling mewakili jawaban kamu dengan cara memberi tanda silang (X)! 1. Senangkah kamu pada pelajaran bahasa Indonesia? a. Ya b. Tidak 2. Apakah kamu menyukai pembelajaran menulis/mengarang? a. Ya b. Tidak 3. Menurut kamu, pentingkah kamu terampil menulis? a. Ya b. Tidak 4. Apakah kamu pernah menulis karangan narasi? a. Ya b. Tidak 5. Apakah kamu pernah merasa kesulitan dalam menulis sebuah karangan narasi? a. Ya b. Tidak 6. Apakah kamu memerlukan media bantuan saat membuat karangan narasi? a. Ya b. Tidak 7. Apakah menulis sebuah karangan narasi dengan menggunakan teks wawancara dapat meningkatkan pemahaman menulismu? a. Ya b. Tidak 8. Apakah kamu yakin akan lebih bertambah pemahaman kamu dengan menggunakan media teks wawancara ? a. Ya b. Tidak 9. Bagaiman menurutmu, apakah belajar menulis dengan menggunakan media teks wawancara menyenangkan? a. Ya b. Tidak 10. Apakah kamu berkesan terhadap pembelajaran dengan menggunakan media teks wawancar? a. Ya b. Tidak
47
3.
Dokumentasi, yaitu foto prilaku siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung. melakukan
kegian
Foto
diambil
pada saat
siswa
pembelajaran
menulis
karangan
narasi.
Dokumentasi foto dilakukan untuk merekam data visual tentang proses kegiatan pembelajaran atau hasil pembelajaran. Foto ini merupakan bukti visual mengenai tingkah laku dan kegiatan siswa pada saat proses pembelajaran. 4.
Teknik Tes, yaitu tugas yang diberikan kepada siswa berupa seperangkat pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur sejauh mana kemampuan siswa terhadap pembelajaran yang telah diberikan. Adapun kriteria penilainnya asalah sebagai berikut: No
Ktiteria Penilaian
Skor
1
Teknik penulisan (tanda baca)
30
2
Isi gagasan
25
3
Penggunaan bahasa
20
4
Pemilihan kata
15
5
Penggunaan ejaan
10
Jumlan
100
G. Teknik Analisis Data Dalam menganalisis data peneliti melakukan pengumpulan seluruh data yang diperoleh dari hasil pengamatan terhadap siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Data yang diperoleh bersumber dari angket, observasi, pengmatan, dan catatan lapangan. Setelah data terkumpul peneliti perlu memeriksa keabsahan data yang telah diperoleh dan menguji validitas dan reliabilitas data dengan berbagai teknik analisis statistik. Setelah data yang diperlukan sudah terkumpul barulah analisis data dilakukan dengan mendata seluruh data baik berupa data kualitatif
48
dan kuantitatif. Data kualitataif adalah data yang diperoleh dari pengamatan dan catatan lapangan berupa kalimat yang menggambarkan aktivitas siswa selama proses penelitian. Data kuantitatif adalah nilai yang diperoleh siswa selama proses penelitian. Data yang telah terkumpul dikelola dan disusun secara sistematis adapun langkah analisis data adalah sebagai berikut: 1. Data yang diperoleh bersumber dari penelitian pertama dan kedua yang dilakukan dengan menggunakan instrumen-instrumen yang digunakan pada saat melakukan penelitian di kelas X A SMA Taruna Mandiri. 2. Setelah data terkumpul, langkah berikutnya yaitu mengelompokkan data tiap tindakan. 3. Setelah dilakukan pengelompokkan data, kemudian menentukan rata-rata hasil tes yang didapat kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus. Tingkat keberhasilan siswa berdasarkan skor tes yang diperoleh ditetapkan dalam nilai dengan menggunakan rumus:
Selanjutnya dihitung nilai rata-rata dengan rumus:
4.
Kemudian peneliti mencari presentasi peningkatan nilai pretest, dan postest siklus Idengan langkah-langkah sebaggai berikut:
49
a.
Mencari selisih nilai dengan rumus berikut:
b.
Setelah itu peneliti mencari presentase peningkatan dengan rumus sebagai berikut:
5.
Setelah dianalisis, maka akan terlihat antara pretest dan posttest siklus I, kemudian dapat disimpulkan hasil tiap tindakan serta pengambilan keputusan akan diadakan atau tidak ada tindakan selanjutnya.
BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN A.
Deskripsi Data Sekolah 1. Profil SMA Taruna Mandiri Sekolah SMA Taruna Mandiri berdiri pada tahun 2005 dengan surat izin pendirian 421.1/377 tahun 2005. Sekolah ini merupakan sekolah swasta yang beralamat di Jalan raya Pamulang II No.3 Kelurahan Benda Baru, Kecamatan Pamulang Kota Tangerang Selatan.
2. Visi Membangun generasi mandiri yang beretos kerja tinggi dan berjiwa pemimpin.
3. Misi a.
Menyiapkan pemimpin masa depan yang menguasai iptek dan memiliki daya saing tinggi.
b.
Mewujudkan pribadi yang berakhlak mulia dan bangga terhadap budaya bangsa.
c.
Meningkatkan kemampuan intelektual, keterampilan praktis dan kemampuan dalam memecahkan masalah.
4. Keunggulan kompetitif Sekolah: a.
Menggunakan bahasa Mandarin
b.
Pembinaan agama yang konsisten
c.
Program pembiasaan diri yang baik
d.
Student care
e.
English day
50
51
5. Keadaan Guru dan Siswa a.
Tenaga Pendidik Tabel 4.1 Keadaan Guru SMA Taruna Mandiri
NO 1
2
3
Nama Guru
Jabatan
Mengajar
Winarti Dwi Astuti, S.Si.
Kepala Sekolah
Matematika
Wakasek
Biologi
MM. Eskawati Musyarofah, S.Si.
Kurikulum Heri Rian, SS.
Wakasek
Bahasa Inggris
Kesiswaan
4
Syafri S., S. Pd.
Wali Kelas X-A
Ekonomi
5
Budi Darmawan, S.Hum
Wali Kelas X-B
TIK
Wali Kelas XI
Matematika
6
7
8
9
Dwi Krisnawati, S.Pd.
IPA Maria
Asepti
Endarwati,
S.Si. Sri Endang Suguarti, S. Pd.
Supriyanto, S.HI.
Wali Kelas XI
Matematika
IPS Wali Kelas XII
Bahasa
IPA
Indonesia
Wali Kelas XII
Sosiologi
IPS
10
Hj. Anik Dyah Q., S.Pd
Guru
Bahasa Inggris
11
Akhmad Jaenudin, S.Pd
Guru
Agama Islam
12
Saiful Bahri, S.Hum.
Guru
Musik
Nuraeni, S.Pd.
Guru
Bahasa
13
Indonesia
14
Sugiyanto, S.pd.
Guru
Seni rupa
15
Shinta Gunawan, S. Pd.
Guru
Mandarin
52
16
Eggi Sepvalda, S.Pd.
Guru
Penjas
17
Dewi Marhelly, S.Si.
Guru
Kimia
18
Siti Fariha, S. Pd.
Guru
Fisika
19
Kristopel. S. Th.
Guru
Agama Kristen
20
Rudi Daniarta, SH.
Guru
Sejarah, PKN
21
Yazid Anwar, S. IP.
Guru
Geografi
Suzana, S.Pd
Guru
English
22
Conversation
b.
Tenaga Kependidikan Tabel 4.2 Tenaga Kependidikan
NO
Nama
1
Ade Lin Herlina
2
Utami Nurul Hidayah
3
Abdullah, S.T.
4
Pendidikan
Jabatan
D3
Staf HRD
SMK
Kepala Keuangan
S1
Staf Logistik
Neni Handayani
SMK
Staf TU
5
Lamdani HS.
SMA
Staf Adm.
6
Dina Ristiana
D3
Staf Perpustakaan
7
Atikah, SE
S1
Staf Keuangan
Ricky J. Suhendra, S.
S1
Teknisi IT
SMA
Staf Koperasi
8 9
Kom Rina Mayasari
53
c.
Keadaan Siswa Tabel 4.3 Siswa/Siswi SMA Taruna Mandiri Tahun Pelajaran 2012/1013
NO Kelas
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
XA
8
11
19
2
XB
10
10
20
3
XI A
8
6
14
4
XI B
8
7
15
5
XII A
4
7
11
6
XII B
4
7
11
B. Hasil Analisis Data Dalam bab ini akan dibahas hasil penelitian yang telah dilakukan di kelas X SMA (Sekolah Menengah Atas) Taruna Mandiri selama dua siklus. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu teknik pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar yang optimal serta kreatif. Secara garis besar, pada bab empat ini akan dipaparkan deskripsi awal penelitian, perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dalam membuat karangan narasi melalui media teks wawancara, serta mendeskripsikan hasil yang dicapai dalam proses pembelajaran membuat karangan narasi melalui media teks wawancara. Proses penelitian tindakan kelas ini, peneliti melakukan pretest terlebih dahulu kepada siswa untuk mengetahui persentase kemampuan siswa dalam membuat karangan narasi. Dalam hal ini peneliti tidak menggunakan teks wawancara. Akan tetapi, langkah awal yang dilakukan peneliti adalah menanyakan terlebih dahulu kepada siswa mengenai pengertian narasi dan sejauh mana siswa memahaminya. Setelah itu, peneliti langsung memberikan tugas kepada siswa untuk membuat sebuah karangan narasi berdasarkan pengalaman pribadi masing-masing.
54
1. Pratindakan (Pretest) a. Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan ini, peneliti menyusun rencana pembelajaran seperti yang tertuang pada rencana pelaksanaan pembelajaran yakni, guru menjelaskan
tujuan
pembeajaran,
memberikan
pretest
untuk
megetahui
kemampuan dalam membuat karangan narasi. Sebelum memberikan pretest guru akan menanyakan kepada siswa materi narasi untuk mengetahui sejauh mana pemahaman mereka tentang karangan narasi. Setelah itu, guru menyampaikan materi definisi karangan narasi. Kemudian guru memberikan tugas untuk membuat sebuah karangan narasi. b. Tahap Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan ini, peneliti merealisasikan apa yang telah direncanakan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. pelaksanaan pembelajaran ini dilaksanakan pada Jumat, 22 Februari pukul 09.10 sampai 10.40. Pada tahap ini guru Bahasa Indonnesia mendapat respon yang baik dari guru bidang studi Bahasa Indoesia maupun dari siswa kelas XA. Pada awal pertemuan guru memperkenalkan diri serta menjelaskan tujuan bahwa guru akan mengadakan penelitian materi karangan narasi, yaitu dengan terlebih dahulu memberikan pretest kepada siswa. Siswa-siswa sangat antusias mendengarkan penjelasan dari guru. Setelah itu, guru mengabsen siswa yang berjumlah 19 orang secara satu persatu. Pelajaran dimulai dengan menanyakan pemahaman mereka tentang definisi karangan narasi dan langkah-langkah membuat karangan narasi. Suasana kelas saat itu cukup kondusif, bahkan ada beberapa siswa yang aktif bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru. Akan tetapi, ada pula siswa yang hanya mendengarkan penjelasan guru saja. Ketika guru bertanya mengenai definisi karangan narasi banyak siswa yang mengetahui tentang karangan narasi, tetapi mereka banyak yang mengalami kesulitan dalam membuat karangan narasi. Alasannya, karena mereka merasa sulit dalam memperoleh inspirasi dan menuangkan ide. Setelah selesai tanya jawab antara guru dengan siswa, guru menjelaskan definisi karangan narasi dan langkah-langkah dalam membuat karangan narasi,
55
kemudian guru memberikan contoh karangan narasi kepada siswa. Siswa terlihat sudah memahami penjelasan dari guru. Kemudian, guru memberikan tugas individu kepada siswa untuk membuat karangan narasi berdasarkan pengalaman pribadi masing-masing. Pada proses ini, siswa terlihat antusias dan serius dalam membuat karangan narasi, tetapi ada pula beberapa siswa yang masih bingung utuk memulai membuat karangan narasi. Suasana kelas saat proses pembelajaran cukup kondusif. Tetapi, ada siswa yang terlihat mengantuk, mengobrol dengan teman sebangku bahkan ada yang jalan-jalan di kelas ketika megerjakan pretest. Pada saat itu tindakan guru adalah menegur siswa tersebut dan menyuruh mengerjakan kembali tugas yang telah diberikan guru. Siswa kembali serius mengerjakan tugasnya. Guru mengamati sebagian besar siswa saat mengerjakan pretest masih sangat bingung, hal itu terbukti masih banyak siswa kesulitan dalam memperoleh inspirasi, menuangkan ide, dan sulit dalam menyusun kalimat. Waktu mengadakan penelitian dalam jam mengajar adalah 50 menit. Setelah selesai, jawaban segera dikumpulkan, tetapi masih ada dua orang siswa yang belum selesai. Kemudian, pendidik menanyakan kepada siswa tentang perasaan mereka dalam membuat karangan narasi. “Anak-anak, apakah kalian merasa mudah atau sulit dalam membuat karangan narasi?” dengan serempak mereka menjawab ”gampang-gampang sulit bu”. Guru bertanya lagi, “kalau kalian merasa sulit dimana letak kesulitan kalian?”. Siswa menjawab secara serempak, “Kami merasa kesulitan dalam memperoleh inspirasi, menuangkan ide, menyusun kalimat, dan menentukan pilihan kata”. Tindakan selanjutnya guru menjelaskan kembali langkah-langkah dalam membuat karangan narasi dan teknik dalam penulisan atau ejaan sebagai bahan penguat di akhir pertemuan pertama. Peserta pendidik terlihat memahami penjelasan dari guru. Kemudian guru menutup pembelajaran pertemuan pertama. c. Observasi Kegiatan pengamatan dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung. Kemudian peneliti melakukan pengamatan langsung dengan menggunakan lembar observasi sebagai berikut:
56
Tabel 4.4 Lembar Observasi Aktivitas Guru
Pertemuan Hari Tanggal No
1
2
3
4
5
Lembar Observasi Aktivitas Guru : 1(pertama) : Jumat : 22 Februari 2013
Hal yang diamati
Baik
Cukup
Kemampuan membuka pelajran √ a. Menarik perhatian siswa √ b. Memotivasi siswa √ c. Melakukan apersepsi √ d. Memberi acuan materi ajar yang akan diajarkan Sikap guru pada pross pembelajaran a. Kejelasan suara dalam berkomunikasi √ b.Tidak melakukan gerakan atau uangkapan √ yang mengganggu perhatian siswa c. Antusiasme mimik dalam penampilan d.Mobilitas posisi tempat dalam kelas √ √ Penguasaan materi pembelajaran a. Jelas dalam menempatkan materi ajar yang √ disampaikan dengan materi terkait lainnya b.Jelas dalam menerangkan materi ajar c. Jelas dalam memberikan contoh dan √ ilustrasi √ d.Mencerminkan tentang kekuasaan materi yang disampaikan √ Implementasi langkah-langkah pembelajaran a. Penyajian materi ajar sesuai dengan √ langkah-langkah yang tertuang dalam RPP b.Proses pembelajaran mencerminkan komunikasi guru-siswa, dengan berpusat √ pada siswa c. Antusias dalam menanggapi respon dari siswa √ d.Cermat dalam memanfaatkan waktu, sesuai dengan alokasi yang direncanakan √ Penggunaan media pembelajaran a. Menggunakan prinsip penggunaan jenis √ media b. Tepat saat penggunaan √
Kurang
57
6
7
c. Terampil saat mengoperasionalkan d. Membantu kelancaran proses pembelajaran Evaluasi a. Melakukan evaluasi berdasarkan tuntutan aspek kompetensi b. Melakukan evaluasi berdasarkan butir soal yang direncanakan dalam RPP c. Melakukan evaluasi sesuai alokasi waktu yang direncanakan d. Melakukan evaluasi sesuai dengan bentuk dan jenis yang dirancang Kemampuan menutup pelajaran a. Meninjau kembali materi yang diajarkan b. Memberi kesempatan bertanya c. Menugaskan kegiatan kokurikuler d. Menginformasikan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Tabel 4.5 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Lembar Observasi Aktivitas Siswa Pertemuan Hari Tanggal No
1
2
: 1 (pertama) : Jumat : 22 Februari 2013
Aspek yang diamati Aktivitas siswa selama mengikuti PBM a. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru b. Siswa mengajukan pendapat atau pertanyaan c. Siswa menjawab pertanyaan dari guru Perlakuan siswa yang tidak sesuai dengan PBM a. Mengobrol dengan temannya b. Melakukanp ekerjaan lain c. Membuat coret-coret di atas kertas
Ya
Tidak
√ √ √ √
√ √
58
Tabel 4.6 Hasil Pratindakan Siswa Kelas X SMA Taruna Mandiri
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Nama Ali Yafi Natanegara Andini Mayada .D Arief Oktafiyanto Bryan Ihsan Della Rustami Elsa Racmah Oktariani. R Hafizh Alfath Pratama Imelda Lita Hartono Livia Ravida Marsyella Kristianti Mohammed Fikri. H Muhammad Mikhael. A Nesy Iga Mardini Nurzahmi Kinara Putri. D Randy Bagas. T Rizky Akbar. S R. Selly Sarah Shenlita Afifah Jasmine Sherlyana Massile Jumlah Rata-rata
1 (1-30) 15 16 25 20 16 12 23 25 15 23 22 14 26 25 20 17 17 25 20
Keterangan: Teknik penulisan (tanda baca) Isi gagasan Penggunaan bahasa Pemilihan kata Penggunaan ejaan Jumlah
Indikator Penilaian 2 3 4 (1-25) (1-20) (1-15) 10 10 8 12 10 11 12 17 12 12 12 9 14 15 10 10 10 12 20 15 12 22 16 10 10 10 8 20 12 10 17 12 8 10 10 5 20 15 10 22 13 10 17 13 10 15 13 12 13 15 10 22 13 12 10 12 9
: 30 : 25 : 20 : 15 : 10 =100
5 (1-10) 5 6 7 8 7 6 8 8 5 8 6 5 7 10 7 8 7 10 8
Jumlah Skor 48 55 73 61 62 50 78 81 48 73 65 44 78 80 67 65 62 82 59 1231 64,8
59
Tabel 4.7 Nilai Pratindakan Siswa No.
Nama
Nilai
1
Ali Yafi Natanegara
48
2 3 4 5
Andini Mayada .D Arief Oktafiyanto Bryan Ihsan Della Rustami
55 73 61 62
6
Elsa Racmah Oktariani. R
50
7 8
Hafizh Alfath Pratama Imelda Lita Hartono
78 81
9
Livia Ravida
48
10 11
Marsyella Kristianti Mohammed Fikri. H
73 65
12
Muhammad Mikhael. A
44
13 14 15 16 17 18 19
Nesy Iga Mardini Nurzahmi Kinara Putri. D Randy Bagas. T Rizky Akbar. S R. Selly Sarah Shenlita Afifah Jasmine Sherlyana Massile Jumlah Rata-rata
78 80 67 65 62 82 59
Keterangan:
sangat baik baik cukup kurang sangat kurang
Keterangan Sangat Kurang Kurang Cukup Cukup Cukup Sangat Kurang Baik Baik Sangat Kurang Cukup Cukup Sangat Kurang Baik Baik Cukup Cukup Kurang Baik Kurang 1231 64,8
= 85-100 = 75-84 = 65-74 = 55-64 = ≤ 54
Dari hasil analisis data pada pratindakan, maka dapat diketahui nilai rata-rata sebelum menggunakan media teks wawancara yaitu 64,8 atau masih kurang dari KKM. Data tersebut didapatkan dengan menggunakan rumus yang terdapat pada bab III.
60
__ = X
Ket.: __ X ∑X N
∑X _________ N
= nilai rata-rata (mean) = jumlah seluruh skor = banyaknya subjek.
Dari hasil pratindakan di atas, diperoleh nilai 64,8 dengan keterangan kurang. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa nilai pratindakan tersebut kurang berhasil. Hal yang sama juga menunjukkan simpulan demikian, yaitu dengan merinci data di atas dengan rumus sebagai berikut. 1. Data Nilai Pratindakan Siswa 48 44 48 50 55
59 61 62 62 65
65 67 73 73 78
78 80 81 82
2. Rentang Nilai (r) r
= Nilai Tertinggi – Nilai Terendah = 82 – 44 = 38
3. Jumlah Kelas (k) k
= 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 19 = 1 + 4,87 = 5,22
5
61
4. Panjang Interval (i) i
= Jumlah Rentang (r) : Jumlah Kelas (k) = 38 : 5 = 7,6
8
5. Tabel Distribusi Frekuensi Pratindakan Siswa Kelas X SMA Taruna Mandiri Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Pratindakan Siswa Kelas X SMA Taruna Mandiri Kelas Interval
Fi
Xi
Fi Xi
43 – 5 0
4
46,5
186
51 – 58
1
54,5
54.5
59 – 66
6
62,5
375
67 – 74
3
70,5
211.5
75 – 82
5
78,5
392.5
∑
19
6. Mean Mean
= = = 64,2
7. Persentase Nilai P
=
1219.5
62
Tabel 4.9 Persentase Nilai Pratindakan Siswa Kelas X SMA Taruna Mandiri
43 – 5 0
Frekuensi Nilai 4
Frekuensi Persentase (%) 21.1
51 – 58
1
5.2
59 – 66
6
31,6
67 – 74
3
15.8
75 – 82
5
26,3
∑
19
100
Kelas Interval
8. Diagram Batang Diagram 4.1 Persentase Nilai Pratindakan 35
31.6
30 25
26.3 21.1
20
15.8
15 10
5.2
5 0 43 – 5 0
51 – 58
59 – 66
67 – 74
75 – 82
Persentase nilai pratindakan
Dari hasil pratindakan siswa kelas X SMA Taruna Mandiri, diperoleh nilai rata-rata sebesar 64,2 dengan keterangan kurang. Yang berhasil mencapai KKM hanya 5 orang atau 26,3%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa nilai pratindakan tersebut kurang berhasil.
63
d. Tahap Refleksi Pada tahap pertemuan pertama guru mendapatkan hasil pada pratindakan siswa secara tertulis mengenai kemampuan siswa dalam membuat karangan narasi. Ternyata hasil siswa masih di bawah KKM (75) yaitu 64,2. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa masih banyak siswa yang mengalami kendala yaitu sulit dalam menyusun kalimat, pemilihan kata, penggunaan ejaan, dan teknik penulisan (tanda baca). Berdasarkan hasil tersebut maka peneliti akan melakukan tindakan selanjutnya untuk mencapa hasil yang diinginkan. 2. Siklus I a.
Tahap Perencanaan Tahap perencanaan kedua, guru membuka pelajaran dengan menjelaskan
tujuan pembelajaran membuat karangan narasi melalui teks wawancara. Setelah itu, guru menanyakan kembali materi karangan narasi yang telah dijelaskan pada pertemuan pertama. Guru akan menjelaskan cara mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi. Kemudian, guru memberikan postest kepada siswa. Tindakan terakhir, guru menutup pelajaran dengan penguatan. b. Pelaksanaan Tindakan Pada tahap pertemuan kedua, dilaksanakan pada hari Jumat, 15 Maret 2013, pukul 08.10 sampai 09.40. Suasana di kelas cukup ramai dan guru segera mengarahkan dan menertibkan siswa hingga suasana menjadi tenang. Setelah suasana menjadi tenang guru langsumg membuka pelajaran dengan menanyakan materi karangan narasi yang telah dipelajari sebelumya. Kemudian, guru menjelaskan materi cara mengubah teks wawancara menjadi paragraf narasi secara detail. Setelah itu, guru menanyakan kepada siswa tentang pemahaman mereka cara mengubah teks wawancara menjadi paragraf narasi. Pada saat itu, terjadi proses tanya jawab antara guru dengan siswa dan siswa kepada guru. Setelah guru menjelaskan materi, siswa ditugaskan untuk mengubah teks wawancara menjadi paragraf narasi dengan cara mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tidak langsung. Pada tahap ini, siswa mengerjakan secara individu,
64
agar guru dapat mengamati satu persatu mengenai kemampuan dan hasil belajar siswa. Dalam proses ini, siswa mengerjakan siklus I yang berbeda dari pertemuan selanjutnya, yaitu dengan menggunakan media teks wawancara yang bertemakan “Membangun Pengetahuan lewat 3G”, dan tahap pelaksanannya telah dijelaskan pada bab III. Waktu yang diberikan untuk menyelesaikan tugas adalah 40 menit, siswa terlihat tenang. Akan tetapi, ada juga yang terlihat kurang semangat, ada pula yang mengobrol. Guru langsung menegur dan menyuruh siswa mengerjakan kembali. Dalam proses postest berlangsug, guru pun mengelilingi kelas dan memperhatikan siswa secara satu persatu, kemudian memberikan arahan kepada siswa cara mengubah teks wawancara menjadi paragraf narasi. Jumlah siswa hanya berjumlah 19 orang sehingga memudahkan guru dalam mengamati siswa di kelas. Ketika waktu megerjakan tugas sudah habis, siswa mengumpulkan tugas tersebut dengan serempak. c. Observasi Dalam proses pembelajaran peneliti tidak hanya bertindak sebagai guru tetapi sekaligus sebagai obsever yang mencatat lembar observasi. Pada siklus 1, keadaan siswa cukup baik dan cukup kondusif saat pembelajaran berlangsung. Pada pembelajaran ini peneliti menggunakan media teks wawancara dalam pembelajaran membuat karangan narasi agar memudahkan siswa dalam membuat karangan sehingga siswa lebih semangat dalam membuat karangan narasi. Selama pembelajaran peneliti melakukan pengamatan terhadap siswa dengan berjalan mengelilingi siswa sambil menanyakan kepada siswa mengenai kesulitan yang dihadapi dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Dari data yang diperoleh, siswa mengalami kemajuan yang cukup memuaskan dalam membuat karangan narasi melalui teks wawancara. Hal tersebut dapat dibuktikan dari hasil penilaian selama proses pembelajaran.
65
Tabel 4.10 Lembar Observasi Aktivitas Guru
Pertemuan Hari Tanggal No
1
2
3
4
5
Lembar Observasi Aktivitas Guru : 2 (kedua) : Jumat : 15 Maret 2013
Hal yang diamati Kemampuan membuka pelajran a. Menarik perhatian siswa b. Memotivasi siswa c. Melakukan apersepsi d. Memberi acuan materi ajar yang akan diajarkan Sikap guru pada proses pembelajaran a. Kejelasan suara dalam berkomunikasi b. Tidak melakukan gerakan atau uangkapan yang mengganggu perhatian siswa c. Antusiasme mimic dalam penampilan d. Mobilitas posisi tempat dalam kelas Penguasaan materi pembelajaran a. Jelas dalam menempatkan materi ajar yang disampaikan dengan materi terkait lainnya b. Jelas dalam menerangkan materi ajar c. Jelas dalam memberikan contoh dan ilustrasi d. Mencerminkan tentang kekuasaan materi yang disampaikan
Baik Cukup √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √
√ Implementasi langkah-langkah pembelajaran a. Penyajian materi ajar sesuai dengan √ langkah-langkah yang tertuang dalam RPP b. Proses pembelajaran mencerminkan komunikasi guru siswa, dengan berpusat pada siswa c. Antusias dalam menanggapi respon dari siswa √ d. Cermat dalam memanfaatkan waktu, sesuai dengan alokasi yang direncanakan Penggunaan media pembelajaran a. Menggunakan prinsip penggunaan jenis media b. Tepat saat penggunaan
√
√ √ √
Kurang
66
6
7
c. Terampil saat mengoperasionalkan d. Membantu kelancaran proses pembelajaran Evaluasi a. Melakukan evaluasi berdasarkan tuntutan aspek kompetensi b. Melakukan evaluasi berdasarkan butir soal yang direncanakan dalam RPP c. Melakukan evaluasi sesuai alokasi waktu yang direncanakan d. Melakukan evaluasi sesuai dengan bentuk dan jenis yang dirancang Kemampuan menutup pelajaran a. Meninjau kembali materi yang diajarkan b. Memberi kesempatan bertanya c. Menugaskan kegiatan kokurikuler d. menginformasikan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Tabel 4.11 Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Pertemuan Hari Tanggal No
1
2
Lembar Observasi Aktivitas Siswa : 2 (kedua) : Jumat : 15 Maret 2013
Aspek yang diamati Aktivitas siswa selama mengikuti PBM a. siswa memperhatikan penjelasan dari guru b. siswa mengajukan pendapat atau pertanyaan c. siswa menjawab pertanyaan dari guru Perlakuansiswa yang tidak sesuai dengan PBM a. mengobrol dengan temannya b. melakukan pekerjaan lain c. membuat coret-coret di atas kertas
Ya
Tidak
√ √ √ √ √ √
67
Tabel 4.12 Hasil Siklus 1 Siswa Kelas X SMA Taruna Mandiri Indikator Penilaian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Nama
Ali yafi Natanegara Andini Mayada .D Arief Oktafiyanto Bryan Ihsan Della Rustami Elsa Racmah Oktariani. R Hafizh Alfath Pratama Imelda Lita Hartono Livia Ravida Marsyella Kristianti Mohammed Fikri. H Muhammad Mikhael. A Nesy Iga Mardini Nurzahmi Kinara Putri. D Randy Bagas. T Rizky Akbar. S R. Selly Sarah Shenlita Afifah Jasmine Sherlyana Massile Jumlah Rata-rata
1
2
3
4
5
(1-30)
(1-25)
(1-20)
(1-15)
(1-10)
20 20 25 22 22 25 27 28 18 26 19 18 28 23 22 25 25 28 25
18 20 22 20 20 20 22 22 17 22 20 15 22 20 18 22 20 23 20
15 18 18 15 17 15 15 19 13 15 16 15 18 18 13 18 15 19 15
10 13 13 10 10 12 12 14 10 10 12 12 13 13 12 12 12 12 12
5 7 8 6 6 6 8 10 7 7 6 7 9 8 7 8 6 8 6
Jumlah 68 78 86 73 75 78 84 93 65 80 73 67 90 82 72 85 78 90 78
1495 78,6
Keterangan: Teknik penulisan (tanda baca)
: 30
Isi gagasan
: 25
Penggunaan bahasa
: 20
Pemilihan kata
: 15
Penggunaan ejaan
: 10
Jumlah
=100
68
Tabel 4.13 Nilai Siklus 1 Siswa NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Nama Ali Yafi Natanegara Andini Mayada .D Arief Oktafiyanto Bryan Ihsan Della Rustami Elsa Racmah Oktariani. R Hafizh Alfath Pratama Imelda Lita Hartono Livia Ravida Marsyella Kristianti Mohammed Fikri. H Muhammad Mikhael. A Nesy Iga Mardini Nurzahmi Kinara Putri. D Randy Bagas. T Rizky Akbar. S R. Selly Sarah Shenlita Afifah Jasmine Sherlyana Massile Jumlah Rata-rata
Keterangan:
sangat baik baik cukup kurang sangat kurang
Nilai 68 78 86 73 75 78 84 93 65 80 73 67 90 82 72 85 78 90 78
Keterangan Cukup Baik Sangat Baik Cukup Baik Baik Baik Sangat Baik Cukup Baik Cukup Cukup Sangat Baik Baik Cukup Sangat Baik Baik Sangat Baik Baik 1495 78,6
= 85-100 = 75-84 = 65-74 = 55-64 = ≤ 54
Berdasarkan hasil analisis data pada siklus 1, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata yang diperoleh pada siklus 1 dengan menggunakan media teks wawancara adalah 78,6 dengan keterangan baik. Nilai rata-rata tersebut diperoleh dengan menggunakan rumus yang tertera pada bab III.
69
__ = X
∑X _________ N
Ket.: __
= nilai rata-rata (mean)
X ∑X
= jumlah seluruh skor
N
= banyaknya subjek.
Dari perhitungan nilai siklus 1 di atas, dapat diperoleh nilai rata-rata 78,6 dengan keterangan baik. Terdapat 5 siswa yang termasuk kategori sangat baik, sedangkan 8 siswa lain termasuk kategori baik. Jadi, terdapat 13 siswa yang mencapai KKM. Dan 6 siswa lain termasuk kategori cukup. Nilai yang sudah diperoleh cukup meningkat dari nilai rata-rata 64,8 menjadi 78,6. Nilai tersebut sudah mencapai KKM yang telah ditentukan, yaitu 75. Hal yang sama juga menunjukkan simpulan demikian, yaitu dengan merinci data di atas dengan rumus sebagai berikut. 1. Data Nilai Siswa pada Siklus 1 65 67 68 72 73
73 75 78 78 78
78 80 82 84 85
86 90 90 93
2. Rentang Nilai (r) r
= Nilai Tertinggi – Nilai Terendah = 93 – 65 = 28
70
3. Jumlah Kelas (k) k
= 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 19 = 1 + 4,87 = 5,22
5
4. Panjang Interval (i) i
= Jumlah Rentang (r) : Jumlah Kelas (k) = 28 : 5 = 5,6
6
5. Tabel Distribusi Frekuensi Siklus 1
Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Siklus I Kelas Interval
Fi
Xi
Fi Xi
63 – 68
3
65,5
196.5
69 – 74
3
71,5
214.5
75 – 80
6
77,5
465
81 – 86
4
83,5
334
87 – 92
3
89,5
268.5
∑
19
1478.5
71
6. Mean Mean
= = = 77.8
7. Persentase Nilai P
= Tabel 4.15 Persentase Nilai Siklus I
63 – 68
Frekuensi Nilai 3
Frekuensi Persentase (%) 15,8
69 – 74
3
15,8
75 – 80
6
31,6
81 – 86
4
21
87 – 92
3
15,8
∑
19
100
Kelas Interval
72
8. Diagram Batang Diagram 4.2 Persentase Nilai Siklus I 35
31.6
30 25 20
21 15.8
15.8
63 – 68
69 – 74
15.8
15 10 5 0 75 – 80
81 – 86
87 – 92
Persentase nilai siklus I
Dari hasil Siklus I siswa kelas X SMA Taruna Mandiri, diperoleh nilai rata-rata sebesar 77,8 dengan keterangan baik. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa nilai siklus I tergolong baik. Akan tetapi, persentase yang mencapai KKM baru 13 siswa dari 19 siswa yang menjadi sampel, atau baru sekitar 68,4%. Oleh karena itu, diperlukan lagi satu siklus berikutnya agar persentase KKM dapat mencapai ≥ 75%. d. Tahap Refleksi Pada tahap pertemuan kedua guru mendapatkan hasil siklus 1 siswa secara tertulis tentang kemampuan siswa dalam membuat karangan narasi melalui teks wawancara. Hasil yang didapatkan guru adalah bahwa kemampuan siswa dalam membuat karngan narasi melalui teks wawancara telah mengalami peningkatan. Walaupun ada beberapa siswa yang masih merasa bingung tentang cara mengubah teks wawancara menjadi narasi, tetapi secara garis besar siswa telah mengalami peningkatan dalam proses pembelajaran membuat karangan narasi, dan hasil yang diperoleh telah memenuhi KKM. Akana tetapi, agar lebih meyakinkan bahwa siswa mengalami peningkatan dalam belajar, maka peneliti memutuskan untuk melakukan siklus ke- 2.
73
3. Siklus 2 a. Tahap Perencanaan Tahap perencanaan ketiga, guru membuka pelajaran dengan menjelaskan tujuan pembelajaran membuat karangan narasi melalui teks wawancara. Setelah itu, guru menanyakan kembali materi karangan narasi yang telah dijelaskan pada pertemuan kedua. Guru akan menjelaskan cara mengubah teks wawancara menjadi karangan narasi. Kemudian, guru memberikan postest kepada siswa. Tindakan terakhir, guru menutup pelajaran dengan penguatan. b. Tahap Pelaksanaan Pada tahap pertemuan ketiga, dilaksanakan pada hari Senin, 29 Juli 2013, pukul 08.10 sampai 09.40. Kondisi kelas sama seperti pada pertemuan kedua. Suasana di kelas cukup ramai dan guru segera mengarahkan dan menertibkan siswa hingga suasana menjadi tenang. Setelah suasana menjadi tenang guru langsung membuka pelajaran dengan menanyakan materi karangan narasi yang telah dipelajari sebelumya. Kemudian, guru menjelaskan materi cara mengubah teks wawancara menjadi paragraf narasi secara detail. Setelah itu, guru menanyakan kepada siswa tentang pemahaman mereka cara mengubah teks wawancara menjadi paragraf narasi. Pada saat itu, terjadi proses tanya jawab antara guru dengan siswa dan siswa kepada guru. Terlihat semua siswa sudah memahami lebih dalam tentang bagaimana mengubah teks wawancara menjadi narasi. Setelah guru menjelaskan materi, sama seperti pertemuan kedua guru langsung menugaskan siswa untuk mengubah teks wawancara menjadi paragraf narasi dengan cara mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung. Pada pertemuan ini siswa terlihat lebih tenang dan fokus mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, karena siswa sudah memahami lebih dalam mengenai tugas yang akan mereka kerjakan, dan tidak adalagi siswa yang bertanya karena tidak paham. Pada pertemuan ini tema wawancara yang akan dinarasikan berbeda dengan pertemuan kedua, tema wawancaranya adalah tentang ”Kenaikan Harga Bahan Pokok Menjelang Lebaran”
74
Waktu yang diberikan untuk menyelesaikan tugas adalah 40 menit, siswa terlihat tenang. Proses siklus 2 berlangsug, guru pun mengelilingi kelas dan memperhatikan siswa secara satu persatu. Sebelum waktu habis mereka banyak yang sudah selesai mengerjakan tugas, kemudian segera mengumpulkan tuganya. Tidak lama kemudian bel pun berbunyi, lalu guru menutup pelajaran dengan membaca hamdalah secara bersama. c. Observasi Tahap observasi berlangsung bersamaan dengan proses belajar mengajar. Tabel 4.16 Lembar Observasi Aktivitas Guru
Pertemuan Hari Tanggal No
1
2
3
Lembar Observasi Aktivitas Guru : 3 (ketiga) : Senin : 29 Juli 2013
Hal yang diamati Kemampuan membuka pelajran a. Menarik perhatian siswa b. Memotivasi siswa c. Melakukan apersepsi d. Memberi acuan materi ajar yang akan diajarkan Sikap guru pada proses pembelajaran a. Kejelasan suara dalam berkomunikasi b.Tidak melakukan gerakan atau uangkapan yang mengganggu perhatian siswa c. Antusiasme mimic dalam penampilan d. Mobilitas posisi tempat dalam kelas Penguasaan materi pembelajaran a. Jelas dalam menempatkan materi ajar yang disampaikan dengan materi terkait lainnya b. Jelas dalam menerangkan materi ajar c. Jelas dalam memberikan contoh dan ilustrasi d. Mencerminkan tentang kekuasaan materi yang disampaikan
Baik Cukup √ √ √ √ √ √ √ √ √
√ √ √
Kurang
75
4
5
6
7
Implementasi langkah-langkah pembelajaran a. Penyajian materi ajar sesuai dengan √ langkah-langkah yang tertuang dalam RPP b. Proses pembelajaran mencerminkan komunikasi guru siswa, dengan berpusat pada siswa c. Antusias dalam menanggapi respon dari siswa √ d. Cermat dalam memanfaatkan waktu, sesuai dengan alokasi yang direncanakan Penggunaan media pembelajaran a. Menggunakan prinsip penggunaan jenis media b. Tepat saat penggunaan c. Terampil saat mengoperasionalkan d. Membantu kelancaran proses pembelajaran Evaluasi a. Melakukan evaluasi berdasarkan tuntutan aspek kompetensi b. Melakukan evaluasi berdasarkan butir soal yang direncanakan dalam RPP c. Melakukan evaluasi sesuai alokasi waktu yang direncanakan d. Melakukan evaluasi sesuai dengan bentuk dan jenis yang dirancang Kemampuan menutup pelajaran a. Meninjau kembali materi yang diajarkan b. Memberi kesempatan bertanya c. Menugaskan kegiatan kokurikuler d. menginformasikan
√
√
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √
√
76
Tabel 4.17 Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Pertemuan Hari Tanggal No
1
2
Lembar Observasi Aktivitas Siswa : 3 (ketiga) : Senin : 29 Juli 2013
Aspek yang diamati Aktivitas siswa selama mengikuti PBM a. siswa memperhatikan penjelasan dari guru b. siswa mengajukan pendapat atau pertanyaan c. siswa menjawab pertanyaan dari guru Perlakuansiswa yang tidak sesuai dengan PBM a. mengobrol dengan temannya b. melakukan pekerjaan lain c. membuat coret-coret di atas kertas
Ya
Tidak
√ √ √ √ √ √
Tabel 4.18 Hasil siklus 2 Siswa Kelas X SMA Taruna Mandiri Indikator Penilaian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Nama
Ali yafi Natanegara Andini Mayada .D Arief Oktafiyanto Bryan Ihsan Della Rustami Elsa Racmah Oktariani. R Hafizh Alfath Pratama Imelda Lita Hartono Livia Ravida Marsyella Kristianti Mohammed Fikri. H Muhammad Mikhael. A Nesy Iga Mardini Nurzahmi Kinara Putri. D
1
2
3
4
5
(1-30)
(1-25)
(1-20)
(1-15)
(1-10)
23 25 27 25 26 27 27 27 24 27 24 23 29 26
20 20 23 22 22 22 23 23 22 22 22 21 24 22
12 15 16 13 17 16 18 19 13 17 16 17 19 18
10 12 12 12 11 12 13 13 10 11 11 10 13 13
5 8 8 8 7 8 6 8 5 7 7 7 9 7
Jumlah 70 80 86 80 83 85 87 90 74 84 80 78 94 86
77
15 16 17 18 19
25 27 27 28 26
Randy Bagas. T Rizky Akbar. S R. Selly Sarah Shenlita Afifah Jasmine Sherlyana Massile
22 22 21 23 22
13 13 17 19 17
12 12 12 13 12
8 8 8 9 8
Jumlah Rata-rata
Keterangan: Teknik penulisan (tanda baca) Isi gagasan Penggunaan bahasa Pemilihan kata Penggunaan ejaan Jumlah
: 30 : 25 : 20 : 15 : 10 =100
Tabel 4.19 Nilai Siklus 2 NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Nama Ali Yafi Natanegara Andini Mayada .D Arief Oktafiyanto Bryan Ihsan Della Rustami Elsa Racmah Oktariani. R Hafizh Alfath Pratama Imelda Lita Hartono Livia Ravida Marsyella Kristianti Mohammed Fikri. H Muhammad Mikhael. A Nesy Iga Mardini Nurzahmi Kinara Putri. D Randy Bagas. T Rizky Akbar. S R. Selly Sarah Shenlita Afifah Jasmine Sherlyana Massile Jumlah Rata-rata
Nilai 70 80 86 80 83 85 87 90 74 84 80 78 94 86 80 82 85 92 85
Keterangan Cukup Baik Sangat Baik Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik Cukup Baik Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Baik Baik Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik 1582 83,2
80 82 85 92 85 1581 83,2
78
Keterangan:
sangat baik baik cukup kurang sangat kurang
= 85-100 = 75-84 = 65-74 = 55-64 = ≤ 54
Berdasarkan hasil analisis data siklus 2 di atas, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata pada siklus 2 sangat meningkat dibandingkan nilai pada silkus 1. Nilai rata-rata pada siklus 1 yaitu 78,6 dengan keterangan baik, sedangkan nilai rata-rata pada siklus 2 adalah 83,2 dengan keterangan baik sekali. Dengan kemajuan yang cukup meningkat, terbukti bahwa peningkatan kemampuan menulis karangan narasi siswa dengan menggunakan media teks wawancara sangat berhasil. Nilai rata-rata tersebut didapat dengan menggunakan rumus yang terdapat pada bab III.
__ = X
∑X _________ N
Ket.: __
= nilai rata-rata (mean)
X ∑X
= jumlah seluruh skor
N
= banyaknya subjek. Dari perhitungan nilai siklus 2 di atas, diperoleh nilai rata-rata 83,2 dengan
keterangan baik sekali. Nilai yang diperoleh sangat meningkat dari nilai rata-rata pada partindakan dan siklus 1 yaitu 64,8 dan 78,6 menjadi 83,2. Nilai ini telah melampaui nilai KKM yang ditetapkan oleh guru bahasa Indonesia, yaitu 75. Dengan hasil yang diperoleh dari siklus 2 ini, peneliti merasa sudah tidak perlu melakukan tindakan pada siklus 3. Hal yang sama juga menunjukkan simpulan demikian, yaitu dengan merinci data di atas dengan rumus sebagai berikut.
79
1. Data Nilai Siswa Siklus 2 70 74 78 80 80
80 80 82 83 84
85 85 85 86 86
87 90 92 94
2. Rentang Nilai (r) r
= Nilai Tertinggi – Nilai Terendah = 94 – 70 = 24
3. Jumlah Kelas (k) k
= 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 19 = 1 + 4,87 = 5,22
5
4. Panjang Interval (i) i
= Jumlah Rentang (r) : Jumlah Kelas (k) = 24 : 5 = 4,8
5
80
5. Tabel Distribusi Frekuensi Siklus 2
Tabel 4.20 Distribusi Frekuensi Siklus 2 Kelas Interval
Fi
Xi
Fi Xi
70 – 74
2
72
144
75 – 79
1
77
77
80 – 84
7
82
574
85 – 89
6
87
522
90 – 94
3
92
276
∑
19
6. Mean Mean
= = = 83,8
7. Persentase Nilai P
=
1593
81
Tabel 4.21 Persentase Nilai Siklus 2
70 – 74
Frekuensi Nilai 2
Frekuensi Persentase (%) 10,5
75 – 79
1
5,3
80 – 84
7
36,8
85 – 89
6
31,6
90 – 94
3
15,8
∑
19
100
Kelas Interval
8. Diagram Batang Diagram 4.3 Persentase Nilai Siklus 2 40
36.8
35
31.6
30 25 20 15
15.8 10.5
10
5.3
5 0 70 – 74
75 – 79
80 – 84
85 – 89
90 – 94
Persentase nilai siklus 2
Dari hasil Siklus 2 siswa kelas X SMA Taruna Mandiri, diperoleh nilai rata-rata sebesar 83,8 dengan keterangan sangat baik. Nilai yang diperoleh sangat meningkat dari nilai rata-rata pada pratindakan dan siklus 1 yaitu 64,2 dan 77,8 menjadi 83,8 pada siklus 2. Nilai ini telah melampaui nilai KKM yang telah ditetapkan, yaitu 75. Dengan tingkat kelulusan siswa mencapai 89,5%.
82
Dengan hasil yang diperoleh dari siklus 2 ini, peneliti merasa sudah tidak perlu melakukan tindakan pada siklus 3. d. Refleksi Pada pertemuan ketiga guru mendapatkan hasil siklus 2 yang sangat memuaskan dari peningkatan kemampuan menulis karangan narasi dengan media teks wawancara. Semua siswa sangat puas dengan nilai yang didapat. Siswa yang awalnya mengalami kesulitan dalam membuat karangan narasi, dengan melalui teks wawancara siswa merasa lebih mudah dalam membuat karangan. Pada siklus kedua ini guru dapat mengambil kesimpulan bahwa kemampuan menulis karangan narasi siswa meningkat dengan menggunakan media teks wawancara. Oleh karena itu, penelitian dihentikan sampai siklus 2.
C. Interpretasi hasil Analisis Data 1. Analisis Nilai Siswa a. Nilai Pratindakan Berikut ini data nilai siswa pada pratindakan dari yang terendah sampai yang tertinggi:
45
48
48
50
55
59
61
62
62
65
67
68
73
73
78
78
80
81
82 Dari data di atas, nilai tersebut sangat bervariasi. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa 1 siswa mendapat nilai terendah, yaitu 45. Siswa yang mendapat nilai 48 sebanyak 2 orang, siswa yang mendapat nilai 50 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 55 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 59 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 61 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai
83
62 sebanyak 2 orang, siswa yang mendapat nilai 65 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 67 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 68 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 73 sebanyak 2 orang, siswa yang mendapat nilai 78 sebanyak 2 orang, siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat niali 81 sebanyak 1 orang, dan nilai tertinggi yaitu 82, sebanyak 1 orang. b. Nilai Siklus 1 Berikut ini data nilai siklus 1 dari yang rendah sampai tertinggi:
65
67
68
72
73
73
75
78
78
78
78
80
82
84
85
86
90
90
93
Dari hasil pemaparan nilai di atas, dapat dilihat nilai yang diperoleh siswa sangat variatif. Siswa mendapat nilai paling rendah yaitu 65 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 67 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 68 sebanayk 1 orang, siswa yang mendapat nilai 72 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 73 sebanayk 2 orang, siswa yang mendapat nilai 75 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 78 sebanyak 4 orang, siswa yang mendapat nialai 80 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 82 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 84 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 85 sebanyak 1orang, siswa yang mendapt nilai 86 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 90 sebanyak 2 orang, dan siswa yang memperoleh nilai paling tertinggi yaitu 93 sebanyak 1 orang. Dari hasil tersebut terlihat peningkatan yang cukup baik dari hasil pretest dengan nialai yang diperoleh pada siklus 1.
84
c. Siklus 2 Berikut ini data nilai siklus 1 dari terendah sampai tertinggi:
70
74
78
80
80
80
80
82
83
84
85
85
85
86
86
87
90
92
94
Dari hasil pemaparan nilai di atas, dapat dilihat nilai yang diperoleh sangat variatif. Siswa yang mendapat nilai paling rendah yaitu 70 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 74 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 78 sebanayk 1 orang, siswa yang mendapat nilai 80 sebanyak 4 orang, siswa yang mendapat nilai 82 sebanayk 1 orang, siswa yang mendapat nilai 83 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 84 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nialai 85 sebanyak 3 orang, siswa yang mendapat nilai 86 sebanyak 2 orang, siswa yang mendapat nilai 87 sebanyak 1 orang, siswa yang mendapat nilai 90 sebanyak 1orang, siswa yang mendapt nilai 92 sebanyak 1 orang, dan siswa yang memperoleh nilai paling tertinggi yaitu 94 sebanyak 1 orang. Dari hasil tersebut terlihat peningkatan yang cukup baik dari hasil siklus 1 dengan nialai yang diperoleh pada siklus 2. Tabel 4.22 Perbandingaan Nilai Pratindakan, Siklus 1 dan Siklus 2
Postest No 1 2 3 4 5 6 7 8
KKM 75 75 75 75 75 75 75 75
Pratindakan 48 55 73 61 62 50 78 81
Siklus 1 68 78 86 73 75 78 84 93
Siklus 2 70 74 78 80 80 80 80 82
85
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 Jumlah
48 73 65 45 78 80 67 65 62 82 59 1231
65 80 73 67 90 82 72 85 78 90 78 1495
83 84 85 85 85 86 86 87 90 92 94 1581
Rata-rata
64,8
78,6
83,2
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan yang signifikan hasil pembelajaran siswa kelas XA SMA Taruna Mandiri dengan
pada pratindakan
materi membuat karangan narasi dengan tidak menggunakan teks
wawancara nilai rata-ratanya mencapai 64,8. Pada siklus 1 materi membuat karangan narasi dengan media teks wawancara nilai rata-ratanya mencapai 78,6. Pada siklus 2 nilai rata-rata yang diperoleh siswa mencapai 83,2
2. Analisis Angket Berikut ini adalah hasil jawaban siswa dari setiap butir pertanyaan:
Tabel 4.23 Hasil Kuesioner Proses Belajar Responden Siswa Kelas XA SMA Taruna Mandiri
No 1 2
Pertanyaan Senangkah kamu pada pelajaran bahasa Indonesia? Apakah kamu menyukai
Ya
Tidak
100%
0%
78,9%
21,1%
86
pembelajaran menulis atau mengarang? 3
4
Menurutmu, pentingkah kamu terampil menulis? Apakah kamu pernah menulis karangan narasi?
89,4%
10,6%
100%
0%
63,1%
36,9%
52,6%
47,4%
73,6%
26,4%
84.2%
15,8%
89,4%
10,6%
78,9%
21,1%
Apakah kamu pernah mengalami 5
kesulitan dalam menulis sebuah karangan narasi? Apakah kamu memerlukan
6
media bantuan pada saat membuat karangan narasi? Apakah menulis sebuah karangan narasi dengan
7
menggunakan teks wawancara dapat meningkatkan kemampuan menulismu? Apakah kamu yakin akan lebih
8
bertambah pemahaman kamu dengan menggunakan teks wawancara? Bagaimanan menurutmu, apakah
9
belajar menulis dengan menggunakan media teks wawancara menyenangkan? Apakah kamu berkesan terhadap
10
pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan teks wawancara
87
F P= ____ X 100
Ket: F= Frekuensi
N
N= Banyak subjek
Dari tabael di atas dapat diketahui hasil observasi responden siswa kelas X SMA Taruna Mandiri yaitu: 1. Pada kuisioner pertama, senangkah kamu pada pelajaran bahasa Indonesia, 100% siswa kelas X SMA Taruna Mandiri menyatakan Ya, sedangkan yang menjawab Tidak 0%. Ini berarti semua siswa senang dengan pelajaran bahasa Indonesia. 0%
Menyukai Pelajaran Bahasa Indonesia Tidak Menyukai Pelajaran Bahasa Indonsia 100%
2. Pada kuisioner kedua, apakah kamu menyukai pembelajaran menulis atau mengarang, 78,9% menyatakan Ya, dan sisanya 21,1% menyatakan Tidak. Hal tersebut menandakan bahwa sebagian besar siswa kelas X SMA Taruna Mandiri menyukai pembelajatran menulis atau mengarang.
88
21.1%
Menyukai Pembelajaran Menulis atau Mengarang
78.9%
Tidak Menyukai Pembelajaran Menulis atau Mengarang
3. Pada kuisioner ketiga, menurutmu, pentingkah kamu terampil menulis, 89,4% siswa kelas X SMA Taruna Mandiri menyatakan Ya, dan 10,6% menyatakan Tidak. Ini mengindikasikan bahwa siswa kelas X SMA Taruna Mandiri menganggap penting terampil menulis. 10.6%
Pentingkah Terampil Menulis Tidak Pentingkah Terampil Menulis 89.4%
4. Pada kuisioner keempat, apakah kamu pernah menulis karangan narasi, semua siswa kelas X SMA Taruna Mandiri sepakat menyatakan Ya (100%), dan yang menyatakan Tidak (0%).
89
0%
Pernah Menulis Karangan Narasi Tidak Pernah Menulis Karangan Narasi 100%
5. Pada kuisioner kelima, apakah kamu pernah mengalami kesulitan dalam menulis sebuah karangan narasi, 63,1% menyatakan Ya, dan yang menyatakan Tidak 36,9%. Ini artinya sebagian besar siswa kelas X SMA Taruna Mandiri mengalami kesulitan saat menulis karangan narasi.
Pernah Mengalami Kesulitan dalam Menulis sebuah Karangan Narasi
36.9%
63.1%
Tidak Pernah Mengalami Kesulitan dalam Menulis sebuah Karangan Narasi
6. Pada kuisioner keenam, apakah kamu memerlukan media bantuan pada saat membuat karangan narasi, 52,6% menyatakan Ya, dan sisanya 47,4% menyatakan Tidak. Artinya banyak dari siswa kelas X SMA Taruna Mandiri yang membutuhkan media untuk menulis karangan narasi.
90
Memerlukan Media Bantuan pada Saat Membuat Karangan Narasi
47.4% 52.6%
Tidak Memerlukan Media Bantuan pada Saat Membuat Karangan Narasi
7. Pada kuisioner ketujuh, apakah menulis sebuah karangan narasi dengan menggunakan
teks
wawancara
dapat
meningkatkan
kemampuan
menulismu, 73,6% menyatakan Ya, sementara hanya 26,4% saja yang mengatakan Tidak. Artinya, sebagian besar siswa kelas X SMA Taruna Mandiri merasa perlu menggunakan teks wawancara untuk meningkatkan kemampuan menulisnya.
Menulis sebuah Karangan Narasi dengan Menggunakan Teks Wawancara dapat Meningkatkan Kemampuan Menulismu
26.4%
73.6%
Menulis sebuah Karangan Narasi dengan Menggunakan Teks Wawancara tidak dapat Meningkatkan Kemampuan Menulismu
8. Pada kuisioner kedelapan, apakah kamu yakin akan lebih bertambah pemahaman kamu dengan menggunakan teks wawancara, 84,2% sepakat
91
menyatakan Ya, dan hanya 15,8% saja yang menyatakan Tidak. Ini artinya siswa kelas X SMA Taruna Mandiri kebanyakan meyakini bahwa dengan menggunakan teks wawancara, pemahaman mereka dalam menulis karangan narasi akan bertambah. Kamu Yakin akan Lebih Bertambah Pemahaman Kamu dengan Menggunakan Teks Wawancara
15.8%
84.2%
Kamu Tidak Yakin akan Lebih Bertambah Pemahaman Kamu dengan Menggunakan Teks Wawancara
9. Pada kuisioner kesembilan, apakah belajar menulis dengan menggunakan media teks wawancara menyenangkan, 89,4% menyatakan Ya, dan hanya 10,6% saja yang menyatakan Tidak. Ini berarti mayoritas siswa kelas X SMA Taruna Mandiri merasa senang jika belajar menulis menggunakan media teks wawancara. 10,6%
Belajar menulis dengan menggunakan media teks wawancara menyenangkan
89,4%
Belajar menulis dengan menggunakan media teks wawancara tidak menyenangkan
10. Pada kuisioner kesepuluh, apakah kamu berkesan terhadap pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan teks wawancara, 78,9% menyatakan Ya, dan hanya 21,1% saja yang menyatakan Tidak. Ini
92
menandakan bahwa sebagian besar siswa kelas X SMA Taruna Mandiri merasa terkesan ketika menulis karangan narasi dengan menggunakan teks wawancara. Kamu berkesan terhadap pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan teks wawancara
21,1%
78,9%
Kamu tidak berkesan terhadap pembelajaran menulis karangan narasi dengan menggunakan teks wawancara
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan
hasil
analisis
yang
telah
dipaparkan,
dapat
disimpulkan bahwa terdapat peningkatan yang cukup signifikan dalam pembelajaran menulis karangan narasi pada siswa SMA Taruna Mandiri dengan dengan menggunakan media teks wawancara. Hal ini dapat dibuktikan bahwa analisis data yang diperoleh dari hasil pratindakan, siklus 1 dan siklus 2. Nilai rata-rata yang diperoleh pada saat pratindakan adalah 64,8 dan tingkat keberhasilan siswa mencapai 26,3%. Nilai tersebut belum mencapai KKM yang telah ditentukan yaitu 75 atau 75% sehingga perlu dilakukan tindakan untuk perbaikan. Kemudian, dilakukan tindakan siklus 1 dengan menggunakan media teks wawancara sehingga nilai ratarata yang diperoleh meningkat dari nilai rata-rata pratindakan yaitu 78,6 dan tingkat keberhasilan siswa mencapai 64,4%. Karena belum mencapai KKM, peneliti melakukan siklus ke 2 dengan nilai yang diperoleh yaitu 83,2 dan tingkat keberhasilan siswa mencapai 89,5%. Karena hasil nilai rata-rata pada siklus 2 telah melampaui KKM yang telah ditentukan yaitu 75 atau 75% sehingga penelitian dihentikan. Jadi, media teks wawancara dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi pada siswa SMA Taruna Mandiri.
B. Saran Dari kesimpulan yang telah dipaparkan di atas bahwa media teks wawancara dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi. Dengan demikian, peneliti ingin memberikan saran sebagai berikut: 1. Sebaiknya guru Bahasa Indonesia menggunakan media pembelajaran yang lebih bervasiasi dan sesuai dengan materi pembelajaran.
93
94
2. Agar hasil penelitian ini dapat diaplikasikan oleh guru bahasa Indonesia dalam pembelajaran menulis karangan narasi. 3. Guru lebih sering memberikan praktik menulis daripada teori dan memotivasi siswa pada saat pembelajaran berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Alek, H. Buku Ajar Bahasa Indonesia Edisi Terbatas, Jakarta : FITK Press, 2009. Arikunto, Suharsimi, dkk. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009. Cahyani, Isah. Bahasa Indonesia : Program Peningkatan Kualifikasi Guru Madrasah dan Guru Pendidikan Agama Islam pada Sekolah, Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009. Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke-3, Jakarta : Balai Pustaka, 2007. Finoza, Lamuddin. Komposisi Bahasa Indonesia : Untuk Mahasiswa NonJurusan Bahasa, Jakarta : Diksi Insan Mulia, 2007. Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi Komposisi Lanjutan III, Jakarta : PT Gramedia, 1983. Keraf, Gorys. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, Flores : Nusa Indah, 1994. Kunandar. Langkah Mudah Penelitian Tindak Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, Jakarta : rajawali Pers, 2011. Musfiqon. Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta : Prestasi Pustaka Publisher, 2012. Nurgiantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta : Gajah Mada University Press, Parera, Jos Daniel. Belajar Mengemukakan Pendapat, Jakarta : Erlangga, 1994. Resmin, Novi dan Juanda, Dadan. Pendidikan dan Sastra di Kelas Tinggi, Bandung : UPI PRESS, 2007. Rianto, Yatim. Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya : SIC, 2001.
Subagyo, Joko. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004. Subana, M dan Sunarti. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia : Berbagai Pendekatan, Metode Teknik dan Media Pengajaran, Bandung : Pustaka Setia, 2000. Sukino. Menulis Itu Indah : Panduan Praktis Menjadi Penulis Handal, Yogyakarta : Pustaka Populer, 2010. Susilo. Penelitian Tindak Kelas, Yogyakarta : Pustaka Book Publisher, 2007. Tarigan, Henry Guntur. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung : Angkasa, 1990. Tarigan, Henry Guntur. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung : Angkasa, 2008. Yunus, M dkk. Menulis 1. Jakarta : Universitas Terbuka, 2008. Depdiknas, “Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia” pada
laman
http://rumahinspirasi.com/wp-
content/uploads/2009/08/BahasaIndonesia.pdf diunduh pada 12 desember 2012 pukul 22:10 Muliadi, Kemampuan Mengembangkan Karangan Narasi Berdasarkan Teks Wawancara Oleh Siswa Kelas I SMPN I Kecamatan Seunagan Kabupaten
Nagan
Raya”
pada
laman
http://wordskripsi.blogspot.com/2010/02/kemampuan-mengembangkankarangan-narasi.htm diunduh pada 2 Juli 2013 pukul 21:05 Sagiran, “Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi denagn Memanfaatkan Pengalaman
Menulis
Buku
Harian”
pada
http://www.scribd.com/doc/97039270/sugiran-menulis-narasi
laman diunduh
pada 2 juli 2013 pukul 20:19 Indien, “Model-Model Penelitian Tindakan Kelas Menurut Para Ahli pada laman http://007indien.blogspot.com/2012/05/model-model-penelitiantindakan-kelas.html diunduh pada 2 Juli 2013 pukul 20:15.
DOKUMENTASI KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
I
KEfulENTFRIAN AGATdA
I
l€ as&.
IffiRfi
E
: I I
L'iru JAKARTA
FITK
FORM (FR)
Jl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 15412 tndonesia
No. Dokumen Tgl. No. Revisi:
Terbit : :
FITK-FR.,CKD-082
1 Maret
2010
01
pqEAT PERMOI-|ONAN tZtN PENEL|T|,AN Nornor : Un.01/F. 1 iKM.01 .3t........t201 s Lamp. : Outline/Proposal : Permohonan lzin penelitian
Jakarta, 22 Januari 2013
Hal
Yth. Kepala Sekolah SMA Taruna Mandiri di Tempat Assal am u' al aiku m wr.wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa, Nama
: Nurma Ulfa
NIM
: 108013000048
Jurusan
: Pendidikan Bahasa dan Sastra lndonesia (pBSl) :X (Sepuluh)
Semester:
JudulSkripsi : Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Berdasarkan Teks wawancara pada siswa Keras xr sMA Taruna Mandiri. adalah benar mahasiswa/i Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang sedang.. menyusun skripsi, .dan akan. mengalara;r peneritian (riset) di instansilsekolah/madrasah yang Saudara pimpin.
Untuk
itu kami mohon Saudara dapat mengizinkan
melaksanakan penelitian dimaksud.
mahasiswa tersebut
Atas perhatian dan kerja sama saudara, kami ucapkan terima kasih. Wassal am u' al aiku m wr.wb.
a.n. Dekan Kajur Pend. Bahasa d AC Dra. Mahm Tembusan: Dekan F|TK Pembantu Dekan Bidang Akademik Mahasiswa yang bersangkutan
1. 2. 3.
NIP. 196402
Sastra Indonesia
itrilatr ZA,M.pd t99703 2 001
SEKOLAH TARUI{A MANDIRI
SDISMPTSMA TERAKREDITAS][ "AO'
Jl. Raya Pamulang ll No.3 Pamulang Tangerarg Telp. (021 7463 5180, 7463 5'182 Fax. (021) 7463 5'182
SI]RAT KETERA]\GAN Nomor: 2l (r/A-Sl-M/S. Kct/lVil0
Yang bcrtancla tallgan diLrawah ini Nanra
'fcurpat
:
: dan tauggal lahir
\\'inlili
I)ui,',-sttr1i. S.Si i.J\1.
: (ir,nrlrong, 12 .\llr
.lc'nis Kelanrin .labatan
: l)crcritIrrat.t : l(cprla Scliolah
Alanrat
: .Tl. r\r'iuna
Poncioli Dengan ini nreneranglian dengan scbcnulnl Nama Tenrpat clan tanggal lahir .lurttsnn NIN{
I3
l
1()7.1
I'cnrrr l)ltrrtssllirnr l\o
llcncia
lrlhri
: Nur-nrr 1ll1'r, -[ant:.elang. :
il
l';rlrtl
l)irnrullins
l
i l]elrrnlli l()()0
: l)encliclilinn llahlisri rlurr slslr'ir Iniioncsirr
:
10801 100004|i
li:lalt menl,elesaikan Pencliti:rn Scbngli Tugrs Sliripsi dcnsli, .jrrrlLrl "ltcningl<:rtln I(emempuan Menulis Karangan i,Jarusi Bcrdasarliarr 'fcl<s \\jlu'ancurir l'aril Sisurr Kelas X (scpuluh) SMA Taruna Nlandiri -falrun ,,\,iar:rn 20i2/201-1" sr'jali l.rrlrn Febnrari saurirai dengau Mtrret 20ri dl Sl\'1,,\'l'urLrnr \lrinrliri ticnllrrn lrrrili. Denrihianiah SLrrat l{eterangan ini dibult aglr ilaplt rlipclr'.rrilrliurr scbru;rinrrrrlr
\\'lN;\P.l'l I)\\'l
',,.'r1i1rr:r
-i)l
i
I \l
| 1|l
r\S l'1t-f l. S.Si.NINl.
LEMBAR UJI REFERENSI Nurma Ulfa
Nama
NIM
1
Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul Skripsi
Peningkatan Kemampuan lvlenulis I(arangan Narasi dengan
080 I 3000048
Media Teks Wawancara pada Siswa kelas X SMA Taruna
Mandiri Tahun A.jaran 201312014. Dosen Pernbirnbing
Dona
Aji Karunia
Putra, M.A
Paraf
No
.Iudul Buku
l
Achmad, Alek, H. Buku Ajar Bahasa Indonesia Edisi Terbatas, Jakarta :
2.
FITK
Ny
Press, 2009.
Arikunto, Suharsimi, dkk. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT
ry
Bumi Aksara,2009. 3.
Cahyani, Isal,. Bahasa Indonesia
:
Program
Peningkatan
Kualifikasi Guru Madrasah dan Guru Pendidikan Agarna Islam
pada Sekolah, Jakarta
:
Direktorat Jendral Pendidikan Islam
Departemen Agama Republik Indonesia, 2009. 4..
Depdiknas. I(amus Besar Bahasa Indonesia Edisi I(e-3, Jakarta Balai Pr"rstal
5.
'.
ry
.
Finoza, Lamuddin. Komposisi Bahasa Indonesia
:
Untuk
Malrasiswa NonJurusan Bahasa, Jakarta : Diksi Insan Mulia,2007 6.
Keraf, Gorys. Argumentasi dan Narasi I(omposisi Lanjutan III, Jakarta: PT Grarnedia, 1983.
7.
Keraf; Gorys. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, Flores : Nusa Indah, 1994.
8.
Kunandar. Langkah Mudah Penelitian Tindak Kelas Sebagai
W
ry &f' 0K'
Pengembangan Profesi Guru, Jakarta : rajawaliPers, 201I 9.
Musfiqon. Panduan Lengkap Metodologi Penelitian Pendidikan,
W
.Takarta : Prestasi Pustaka Publisher, 2012. 10.
Nr.rrgiantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi, Yogyakarta : Gajah
Mada University Press,
Parera, Jos Daniel. Belajar Mengemukakan Pendapat, Jakarta 1l
:Erlangga,1994.
12.
Resmin, Novi dan Juanda, Dadan. Pendidikan dan Sastra di Kelas
Tinggi, Bandung : UPI PRESS,2007. 13.
Subagyo, Joko. Metode Penelitian dalqm Teori dan Praktek, Jakarta: PT Rineka Cipta,2004.
15.
Subana,
Indonesia
M dan Sunarti. Strategi Belajar Mengajar Bahasa : Berbagai Pendekatan, Metode Teknik dan Media
Pengajaran , Bandung : Pustaka Setia, 2000.
16.
Sukino. Menulis
ltu Indah :
Susilo. Penelitian Tindak Kelas, Yogyakarta
:
Pustaka Book
Tarigan, Henry Guntur. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung : Angkash, 2008.
20.
%
Tarigan, Flenry Guntur. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Bandung : Angkasa, 1990.
19.
ry ry %
Publisher, 2007. 18.
M
Panduan Praktis Menjadi Penulis
Handal, Yogyakarta : Pustaka Populer, 2010. 17.
W Dr
Rianto, \'atim. Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya : SIC,
200r. t4.
w
Yunus, M dkl(. Menulis 1. Jakarta : Universitas'l'erbuka, 2008.
%'
4 M
Depdiknas, "standar kompetensi rnata pelajaran Bahasa dan Sastra
2t
Indonesia" pada laman
http://rumahinspirasi,com/wp-
content/uploads/2009/08/Bahasalndonesia.pLlf diunduh pada 12
%
7
desember 2012 pukul 22:10 22.
Muliadi, I(emampuan Mengembangkan Karangan Berdasarkan Teks Wawancara Oleh Siswa Kelas
I
Narasi
SMPN I
Kecamatan Seunagan Kabupaten Nagan Raya" pada laman lrttp ://wordskripsi. blogspot.com/20
I
0/02lkgrngmpuau:
menqembangkan-karangan-narasi.html diunduh pada 2 Juli 2013 pukul 2l :05
/.).
Sagiran, "Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi denagn Memanfaatkan Pengalaman Menulis Buku Harian" pada laman http ://www. scribd.com/doc/9703 9270lsu giran-menulis-narasi
diunduh pada2iuli20l3 pukul 20:19 24.
%
Indien, "Model-Model Penelitian Tindakan Kelas Menurut Para
Ahli pada laman.
http://00Tindien.blogspot.com/2012lO5/model-
model-penelitian-tindakan-kelas
html diunduh pada 2 Juli 2013
pukul 20:15.
Dosen Pembimbing
,hd4.O Q.rtlfr .V Dona
Aji Karunia
Putra, MA.
BIODATA PENULIS
Penulis bernama lengkap Nurma Ulfa, mahasiswi jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra
Indonesia
UIN
Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penulis lahir di Tangerang Selatan, 03 Februari 1990 dan masih tinggal bersama orang tua di Jl. Arjuna Parakan Rt. 02/08 No. 24 Kelurahan Pondok Benda, Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan. Sejarah pendidikan formal Penulis, yaitu sekolah di MI Raudlatul Hikmah tahun 1995-2001, kemudian penulis melanjutkan sekolah di tempat yang sama tahun 2001-2004. Setelah itu, penulis kembali melanjutkan sekolah di MA Negeri Serpong 2004-2007. Kini penulis telah menyelesaikan pendidikan S-1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.