PENGARUH PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XII DI SEKOLAH SMA YASPIH RAJEG-TANGERANG SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh: Muhammad Sam’uddin 208011000005
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M.
PENGARUH PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XII DI SEKOLAH SMA YASPIH RAJEG-TANGERANG SKRIPSI SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh Muhammad Samuddin 208011000005
Di Bawah Bimbingan
Prof. Dr. H. Ahmad Syafi’I Noor
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M.
i
ii
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahiim. Assalamu’aliakum warahmatullahi wabarakatuh Alhamdulillahirobil „alamiin, Segala puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmatnya dan beribu-ribu nikmatnya kepada seluruh hambanya. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, junjungan dan pemberi tauladan yang telah membawa cahaya kehidupan bagi ummatnya beserta kepada keluarganya, para sahabat dan para tabi‟ tabi‟in. Skripsi ini bertemakan “Pengarug Pelaksanaan Ujian Nasional Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas XII di Sekolah SMA YASPIH Rajeg-Tangerang.” Penulis menyadari bahwa muatan skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik penyusunan, penulisan maupun isinya. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan penulis miliki. Oleh karena itu, saran dan kritik untuk menuju perbaikan sangat penulis harapkan. Dalam proses pembuatan skripsi ini, berbagai hambatan dan kesulitan penulis hadapi, namun berkat Rahmat, taufik, dan hidayah Allah SWT. dan berbagai dorongan, saran dan bimbingan dari semua pihak, akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancer. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu, diantaranya : 1.
Prof. Dr. H. Rif‟at Syauqi Nawawi, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Bahrissalim, MA. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah.
3.
Drs. H. Sapiuddin Shiddiq, MA. Selaku Wakil Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah.
4.
Prof. Dr. H. Ahmad Syafi‟I Noor, MA. Selaku dosen Pembimbing dalam Penyusunan Skripsi Ini.
5.
Seluruh dosen dan karyawan akademik Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membimbing dan
iii
membekali dengan Ilmu pengetahuan serta membantu proses perkuliyahan penulis. 6.
Seluruh Staf Perpustakaan Umum dan Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Serta perpustakaan yang diluar kampus UIN Syarif Hidayatullah atas semua bantuan untuk penulis dalam melengkapi literaturnya.
7.
Kedua orang tua ku yang tercinta dan tersayang Bapak H. Uding Syamsudin dan Ibu Hj. Ernih yang tulus memberikan segalanya, baik hatinya, cintanya, kasihnya, sayangnya, perhatiannya, pikirannya, do‟anya, motivasinya, kritik dan sarannya, arahannya, senyumnya dan usahanya untuk mencukupi segala kebutuhan penulis. Juga tidak lupa untuk kakakkakak tercinta yang dengan caranya masing-masing telah membantu, mendukung dan mengkritik penulis agar segera menyelesaikan kuliyahnya.
8.
Rekan-rekan seperjuangan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan khususnya di jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2008-2009, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih untuk semangat persaudaraan,
perjuangan,
kekeluargaannya
ini
tetap
eksis
dan
talisilaturrahmi kita tetap terjalin. Amiin 9.
Untuk sekolah SMA YASPIH khususnya para dewan guru SMA YASPIH kami haturkan banyak terima kasih atas motivasi dan dukungannya atas penelitian kami di sekolah SMA YASPIH, karena tanpa kalian penelitian skripsi kami tidak akan berjalan.
10.
Kepada Kepala Sekolah SMA YASPIH Yaitu, Drs. Kamsono, M.Pd dan Kepada Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum yaitu, Abdul Haris, S.Sos, kami hanturkan banyak terimakasih atas dukungan, bantuan, serta motivasinya atas penelitian kami di sekolah SMA YASPIH.
11.
Sahabat dan teman-teman seperjuangan dari pondok pesantren Daar ElHikam, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala dorongan, motivasi, kritikan, saran, nasehat, dan anjurannya.
12.
KH. Ahmad Bahrudin, S.Ag. Selaku Pengasuh dan Pimpinan pondok pesanteren Daar El-Hikam yang telah memberikan Do‟a, Nasehat, dan
iv
Motivasinya agar menjadi orang yang lebih baik lagi dimuka bumi ini, dan agar terselesainya penulisan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Amiin. 13.
KH. Ahmad Sirojudin Jazuli. Selaku Pengasuh dan Pimpinan Pondok Pesantren Manba‟ul „uluum Bogor.
14.
Drs. KH. Ahmad Syahidduddin, Drs. KH. Odi Rosihuddin, MA. Drs. KH. Nahrul „Ilmi „Arif. Selaku Pengasuh dan Pimpinan Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung-Jayanti-Tangerang. dan seluruh asatidz dan asatidzah Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung- Jayanti-Tangerang. Tidak ada yang dapat membalas kebaikan kalian semua, tidak juga
penulis. Kepada mereka semuanya hanya seuntai do‟a dari lubuk hati yang dapat penulis sampaikan “Jazakumullah Khairon Kastiroo wa barokallah fi hayatikum wa salamatu fihayatikum”, semoga Allah Ta‟ala membalas kebaikan mereka semua dengan kebaikan yang lebih baik di dunia ini dan kelak di akhirat nanti. Amiin Alhamdulillahi robbil „alamiin. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Jakarta, 9 Muharram 1434 H. 23 November 2012 M.
Penulis
v
DAFTAR ISI ABSTRAK ................................................................................................. KATA PENGANTAR …………………………………………………… MOTTO ...................................................................................................... PERSEMBAHAN ...................................................................................... DAFTAR TABEL ...................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. DAFTAR ISI …………………………………………………………….. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………………………………………. B. Identifikasi Masalah …………………………………………... C. Pembatasan Masalah ………………………………………….. D. Perumusan Masalah ………………………………………….... E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………….. BAB II KAJIAN TEORI A. Sejarah Perkembangan Ujian Nasional ..................................... B. Aspek-Aspek Pelaksanaan Ujian Nasional 1. Kebijakan-Kebijakan Pemerintah Terhadap Ujian Nasional .............................................................................. 2. Hubungan Ujian Nasional Dengan Kurikulum Serta Pembelajaran Pendidikan Agama Islam …………… ........ 3. Materi dan Bentuk Ujian Nasional ……………................ 4. Dampak Ujian Nasional Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah ……... ............................................ 5. Standar Kelulusan Ujian Nasional ………………………. C. Pelaksanaan Ujian Nasional Terhadap Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pengaruh Pelaksanaan Ujian Nasional ............. 2. Pengertian Motivasi ……………………………………...... 3. Jenis Motivasi ……………............................................... 4. Fungsi Motivasi …………………………………………… 5. Cara Mengembangkan Motivasi ………………………...... 6. Pengertian Belajar…………………………........................ 7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar ……………… 8. Tujuan Belajar ………………........................................... 9. Mengatasi Kesulitan Belajar………………………….........
x
i iii vi vii viii ix x 1 5 6 6 6 7
11 12 16 16 17
18 20 22 23 24 25 27 27 28
10. Cara Mengembangkan Motivasi Belajar............................. 11. Strategi Motivasi Peserta Didik …………………………. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ……………………..…………. B. Metodologi Penelitian ………………………………………... C. Populasi dan Sample Penelitian …………………………….... D. Rumusan Hipotesa .................................................................... E. Variable Penelitian ………………………………………….... F. Tekhnik Pengumpulan Data …………………………………. G. Validitasi dan Reabilitas Penelitian ………………………….. H. Tekhnik Analisis Data ……………………………………….. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
29 30
A. Profil Sekolah SMA YASPIH Tangerang ….....……………...
43
B. Analisis Data ………………………………………………….
48
C. Pengujian Hipotesis ..................................................................
77
D. Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................
88
35 35 36 37 38 39 40 41
BAB V PENUTUP A. Simpulan ....................................................................................
90
B. Implikasi ....................................................................................
91
C. Saran ..........................................................................................
91
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................
92
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
1
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah Ujian Nasional adalah kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi
peserta didik secara nasional untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) dalam beberapa tahun ini menjadi satu masalah yang cukup ramai dibicarakan dan menjadi kontraversi dalam banyak seminar atau perdebatan. Ujian Nasional sesungguhnya bisa diibaratkan seperti jamu, rasanya pahit namun bermanfaat bagi tubuh. Ujian Nasional memang seakan dipaksakan oleh pemerintah dalam rangka akselerasi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Sedangkan kondisi pendidikan di Indonesia hari ini masih jauh dari menggembirakan. Hal ini dapat dilihat dari minimnya sarana pendidikan, kualitas guru yang kurang memadai serta kesiapan sekolah-sekolah di daerah yang masih memprihatinkan. Dengan demikian, pesatnya suatu kemajuan serta arus globalisasi, dan persaingan yang semakin ketat sehingga kebutuhan akan kependidikan sangatlah penting bagi setiap kalangan untuk menghadapi masa depan dan meraih cita-cita yang diharapkan. Oleh karena itu, pendidikan memegang peranan yang sangat mendasar untuk menunjang kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satunya dengan konsep pendidikan yang relevan dan mutakhir bagi semua individu. Hal ini dimaksudkan agar dapat membentuk manusia yang berkepribadian eksis, serta mengenal dirinya dan lingkungan yang ada disekitarnya yang baik. Sehingga
2
pendidikan dapat diartikan sebagai suatu usaha yang terus menerus dan dinamis yang mengarah kepada pendewasaan individu baik jasmani maupun rohani. Adapun, dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dirumuskan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan nasional adalah berfungsi mengembangkan kemampuan dan martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (bab II, pasal 3). Untuk menjamin pendidikan yang bermutu, Indonesia menetapkan standar nasional pendidikan, yang merupakan kriteria minimal tentang system pendidikan diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (PP No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 1 ayat 1). Fungsi Standar Nasional Pendidikan adalah penyusunan strategi dan rencana pengembangan sesudah diperoleh data-data dari evaluasi belajar secara nasional seperti Ujian Nasional.1 Sehingga sebagai realisasi fungsi dan tujuan pendidikan, Nurudin memberikan pandangannya tentang bagaimana upaya pemerintah meningkatkan kualitas pendidikan sebagai berikut: Sebagai upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas dan pengendalian mutu pendidikan di Indonesia, baik pada tingkat mikro disekolah/ madrasah maupun secara makro di kabupaten/ Kota, Propinsi dan Nasional di selenggarakan melalui Ujian Nasional (UN) untuk jenjang SMP/ MTs dan SMA/ MA/ SMK. Ujian Nasional berfungsi sebagai metode seleksi kelulusan siswa, selain itu UN dapat memetakan mutu pendidikan baik antar unit analisis (Sekolah/ Madrasah, Kabupaten/ Kota. Propinsi) maupun antar tahun, sehingga dapat dijadikan masukan pembinaan mutu pendidikan.2 Oleh karena itu, pelaksanaan Ujian Nasional di Indonesia dalam meningkatkan mutu pendidikan bukan hal yang baru. Hal ini dikarenakan ujian Nasional sudah dilaksanakan meskipun dengan nama berbeda. Pada tahun 19451970 Ujian Nasional disebut dengan Ujian Negara. Adapun pada tahun 19841
Nurudin,dkk. Ujian Nasional Di Madrasah “ Persepsi Dan Aspirasi Masyarakat”. (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), Cet-1. h. 1. 2 Ibid., h. 2.
3
2000, Ujian Negara berubah menjadi Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS). Pada tahun 2001-2004 berubah nama lagi yakni Ujian Akhir Nasional (UAN). Perubahan terjadi kembali pada tahun 2006 dan masih berlaku sampai saat ini dengan nama Ujian Nasional. Sehingga dapat dipahami bahwa pelaksanaan kebijakan UAN atau UN bukan hal yang baru. Namun kebijakan pemerintah menerapkan kebijakan UAN (Ujian Akhir Nasional) sebagai standarisasi nilai kelulusan secara nasional tiap tahun berubah. Sehingga kebijakan tersebut menjadi polemik bagi masyarakat pendidikan Indonesia.3 Permasalahan yang menjadi polemik dalam UN adalah pada tahap standarisasi nilai kelulusan yang ditetapkan oleh pemerintah tiap tahun. Standar kelulusan UAN pada awalnya adalah 3,01 setelah berganti UN (Ujian Nasional) standar nilai kelulusan meningkat menjadi 4,26 pada tahun 2005/2006, sedangkan untuk tahun ajaran 2006/2007 standar kelulusan ditingkatkan menjadi 5,00 dan seterusnya. Pemerintah berharap standarisasi nilai tiap tahun yang meningkat akan mampu mengangkat mutu pendidikan Indonesia. Namun pada kenyataannya proses standarisasi nilai mengalami masalah. Seperti hanya pada mata pelajaran tertentu yakni Bahasa Indonesia, Matematika, bahasa Inggris.hal itu membuat siswa hanya fokus pada mata pelajaran tersebut dan mengabaikan mata pelajaran yang tidak masuk dalam UN. Demi lulus dalam UN, siswa, guru, dan sekolah ada yang melakukan kecurangan. Karena jika mereka tidak lulus harus mengulang di kelas tiga atau mengikuti ujian persamaan (paket C). Oleh karena itu, dalam pengamatan pemerhati pendidikan UN dianggap kesalahan interpretasi kebijakan dalam memahami evaluasi standar pendidikan nasional. Menurut Deni Hadiani (perekayasa pendidikan Litbang Diknas), bahwa ada 2 hal yang harus diperhatikan pemerintah terkait dengan UN. Yakni sebagai berikut: Pertama, kesalahpahaman interpretsasi terhadap UU Nomor 20 tahun 2003. Kedua, UN belum mampu mencerminkan keadilan peserta didik, hal tersebut dapat di lihat dari masih tingginya disparitas mutu pendidikan antar satu sekolah dengan sekolah lainnya sehingga dapat berakibat pada persaingan tidak sehat antar sekolah, bahkan pihak sekolah berkecendrungan 3
Ibid.
4
melakukan kecurangan-kecurangan demi mencapai target standar kelulusan UN.4 Selain itu, ada gugatan warga Negara (citizen lawsuit) terkait kebijakan ujian nasional sebagai penentu kelulusan. Gugatan tersebut dibawa ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk diproses.
Hasilnya dimenangkan oleh pihak
penggugat. Dalam pandangan wakil ketua komisi X DPR Anwar Arifin, menyatakan bahwa DPR dalam menyikapi keberadaan ujian nasional cenderung lebih setuju jika fungsinya hanya pemitaan guna ditindak lanjuti untuk peningkatan mutu pendidikan masih sangat timpang sehingga mata pelajaran tertentu diujikan untuk penentu kelulusan oleh pemerintah, maka siswa akan sangat dirugikan. Dengan demikian Ujian Nasional (UN) dilihat dari peraturan menteri pendidikan Nasional RI Nomor 20 Tahun 2005 Pasal 4, ada beberapa yang menjadi pertimbangan yakni: a) penentuan kelulusan peserta didik dari suatu satuan pendidikan, b) seleksi jenjang pendidikan berikutnya, c) pemataan mutu satuan dan/ program pendidikan, d) akreditasi satuan pendidikan, dan e) pembinaan dan pemberian bantuan satuan pada satuan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.5 Peraturan MENDIKNAS di atas, menurut penulis merupakan beberapa hal yang ideal dalam dunia pendidikan. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah Ujian Nasional yang di lakukan lebih dari tiga hari, dengan enam mata pelajaran (Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Fisika, Kimia, Biologi) utuk program IPA, adapun dengan program IPS yaitu, (Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, ekonomi, geografi, dan sosiologi) dapat dijadikan standar mutu pendidikan Indonesia? Bila penulis lihat secara konseptual akademik, “bahwa evaluasi hasil belajar peserta didik harus dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan”. Dalam peran pendidikan, bahwa Pendidik memiliki kewajiban utama dalam memperbaiki mutu pembelajarannya sendiri dengan melakukan sesuatu refleksi mandiri (internal evaluation) sebagai suatu upaya yang didorong oleh motivasi diri untuk selalu memperbaiki khasanah mutu pembelajarannya sendiri. 4
Ibid. Benni Setiawan. Agenda Pendidikan Nasional.( Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group. 2008). Cet-1. h. 142 5
5
Namun, bila ditinjau dari tujuan Pendidikan Islam, pendidikan diciptakan untuk keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia secara menyeluruh, dengan cara melatih jiwa, akal pikiran, perasaan, dan fisik manusia. Dengan demikian, pendidikan harus mengupayakan tumbuhnya seluruh potensi manusia, baik yang bersifat spiritual, intelektual, daya khayal, fisik, ilmu pengetahuan, maupun bahasa, baik secara perorangan maupun kelompok, dan mendorong tumbuhnya seluruh aspek tersebut agar mencapai kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan akhir pendidikan terletak pada terlaksananya pengabdian yang penuh kepada Allah SWT. Baik pada tingkat perseorang, kelompok maupun kemanusiaan dalam arti yang seluas-luasnya.6 Dengan adanya pelaksanaan Ujian Nasional ini, diharapkan siswa-siswi memiliki daya penggerak dari dalam untuk melakukan motivasi belajar yang seimbang antara materi ujian nasional dengan yang tidak di ujikan dalam ujian nasional agar tujuan pendidikan nasional tercapai dengan sebaik mungkin. Lalu bagaimana dengan siswa-siswi SMA YASPIH? Apakah dengan adanya pelaksanaan Ujian Nasional siswa-siswi termotivasi untuk lebih giat belajar? Dengan melihat permasalahan tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitan pada siswa kelas XII yang akan mengikuti Ujian Nasional tahun depan, dan menerapkan ide dalam skripsi yang berjudul: Pengaruh Ujian Nasional Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas XII di Sekolah SMA YASPIH Rajeg – Tangerang.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas diadakan identifikasi masalah sebagai berikut : 1.
Lemahnya motivasi belajar disaat awal tahun ketika ada bimbingan belajar unuk menghadapi persiapan Ujian Nasional.
6
Abuddin Nata,. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Kencana, 2010). Cet, ke-1. h. 62..
6
2.
Bagaimana peranan guru SMA YASPIH Rajeg-Tangerang, dalam menyeimbangkan pelajaran yang tidak di ujikan dalam ujian nasional pada saat Ujian Nasional akan dilaksanakan.
C. Pembatasan Masalah Dari sekian masalah yang penulis kemukakan dalam identifikasi masalah diatas, maka penulis membatasi masalah pada: 1.
Sejauh mana tingkat motivasi belajar siswa di saat adanya pelaksanaan
Ujian Nasional. 2.
Faktor-faktor apa saja yang membuat peranguh motivasi belajar Siswa di
saat Ujian Nasional dilaksanakan.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka penulis merumuskan masalah yaitu, Adakah pengaruh pelaksanaan ujian Nasional terhadap motivasi belajar siswa dikelas XII ?
E. Tujuan dan manfaat penelitian 1. Tujuan Penelitian Dengan melihat pokok permasalahan yang telah dirumuskan maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang penelitian yang penulis lakukan yaitu : untuk mengetahui pengaruh Ujian Nasional terhadap motivasi belajar Pendidikan Agama Islam. 2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis Penulis berharap agar skripsi ini memberikan manfaat khusus dibidang pendidikan dan menjadi kontribusi bagi para mahasiswa/ mahasiswi terutama jurusan Pendidikan Agama Islam. b. Manfaat praksis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi dunia pendidikan di indonesa dan dapat dijadikan informasi dan pengetahuan kepala sekolah dan guru
7
di SMA YASPIH Rajeg-Tangerang serta memberikan motivasi belajar Pendidikan Agama Isalam dalam menghadapi Ujian Nasional.
7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Sejarah Perkembangan Ujian Nasional Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun2003 yang menyatakan bahwa dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional dilakukan evaluasi sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Pada tannggal 16 April 2012 diselenggarakannya Ujian Nasional untuk tingkatan Sekolah Menengah Atas. Pelaksanaan Ujian Nasional SMA ini lebih terasa heboh dibandingkan pelaksanaan Ujian Nasional untuk tingkatan SMP dan SD. Dalam beberapa jejaring sosial banyak sekali anak SMA yang membahas Ujian Nasional, mulai dari deg-degan, contekan, dan sebagainya. Jelas rasanya adik-adik SMA yang hendak Ujian Nasional merasa sangat deg-degan sama halnya yang penulis alami 4 tahun lalu. Perkembangan Ujian Nasional dari zaman ke zaman di Indonesia mengalami banyak metamorfosa. Telah beberapa kali ganti formatnya, seperti yang akan dibahas oleh penulis di bawah ini : Pertama, pada tahun 1945-1971 sistem ujian dinamakan sebagai Ujian Negara. Hampir berlaku untuk semua mata pelajaran, semua jenjang yang ada di Indonesia, yang berada pada satu kebijakan pemerintah pusat. Kedua, pada tahun 1972-1979 Ujian Negara di tiadakan, lalu dirubah menjadi Ujian Sekolah. Sehingga sekolah lah yang menyelenggarakan ujian sendiri. Semuanya diserahkan kepada sekolah, sedangkan pemerintah pusat hanya
8
membuat kebijakan-kebijakan umum terkait dengan ujian yang akan dilaksanakan oleh pihak sekolah. Ketiga, pada tahun 1980-2000, untuk mengendalikan, mengevaluasi, dan mengembangkan mutu pendidikan, Ujian sekolah diganti lagi menjadi Evaluasi Belajat
Tahap
Akhir
Nasional
(EBTANAS).
Dalam
EBTANAS
ini,
dikembangkan perangkat ujian paralale untuk setiap mata pelajaran yang diujikan. Sedangkan yang menyelenggarakan dan monitoring soal dilaksanakan oleh daerah masing-masing. Keempat, kemudian pada tahun 2001-2004 EBTANAS diganti lagi menjadi Ujian Akhir Nasional (UNAS). Hal yang menonjol dalam peralihan dari EBTANAS menjadi UNAS adalah dalam penentuan kelulusan siswa, yaitu ketika masih menganut sistem Ebtanas kelulusan berdasarkan nilai 2 semester raport terakhir dan nilai EBTANAS murni, sedangkan dalam kelulusan UNAS ditentukan oleh mata pelajaran secara individual. Kelima, yaitu pada waktu tahun 2005-2009 Terjadi perubahan sistem yaitu pada
target
wajib
belajar
pendidikan
(SD/MI/SD-LB/MTs/SMP/SMP-
LB/SMA/MA/SMK/SMA-LB) sehingga nilai kelulusan ada target minimal. Keenam, yaitu tahun 2010-Sekarang, UNAS diganti menjadi Ujian Nasional (UN). Untuk UN tahun 2012, ada ujian susulan bagi siswa yang tidak lulus UN tahap pertama. Dengan target, siswa yang melaksanakan UN dapat mencapai nilai standar minimal UN sehingga mendapatkan lulusan UN dengan baik. Berikut diatas adalah beberapa perubahan dari masa ke masa jati diri Ujian Nasional di Indonesia. Dibalik banyaknya perubahan, semua hal tersebut adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Karena Ujian Nasional sampai saat ini menjadi faktor yang menjadi tolak ukur keberhasilan dari suatu jenjang pendidikan, terlepas dari beberapa hal yang menjadi kekurangan dari sistem Ujian Nasional tersebut. Selain perubahan istilah, ada pula perubahan mata pelajaran yang di Ujian Nasionalkan. Misalnya pada kurikulum 1968, 1948, dan 1994. Mata pelajaran pokok yang diujikan secara Nasional di tingkat SD/ MI, SMP/ MTs, SMA/ SMK/
9
MA, yaitu:
Bahasa Indonesia, PPKN, Bahasa Inggris, IPS, dan matematika.
Dengan nama EBTANAS adalah mengetahui tingkat pencapain hasil belajar siswa secara nasional, yang diwujudkan dalam bentuk nilai EBTANAS murni (NEM). EBTANAS di laksanakan menggunakan berbagai paket soal yang berbeda dengan tingkat kesukarannya. Penyelenggaraan EBTANAS sepenuhnya dilakukan oleh sekolah. Kelulusan siswa ditentukan dengan cara mengkombinasikan hasil penilaian yang dilakukan oleh sekolah (ujian sekolah) dan NEM. Pada dasarnya, perubahan hasil Ujian Nasional akan sangat bermanfaat sebagai alat pengendalian mutu pendidikan secara nasional. Namun dalam pelaksanaannya sering bermunculan masalah-masalah, antara lain: sekolahsekolah berlomba mencapai NEM atau nilai kelulusan yang tinggi melalui berbagai upaya yang kurang terpuji.1 Hal ini berdampak pada motivasi yang dikembangkan oleh sekolah adalah meraih predikat sekolah efektif dengan pencapaian NEM digunakan sebagai ukuran standar pencapain hasil belajar siswa. Sehingga NEM digunakan sebagai indikator keberhasilan utama pencapaian mutu pendidikan yang sekaligus sebagai determinan penting untuk meraih predikat sekolah efektif. Kesemuanya itu, pada akhirnya akan mengancam realibilitas, validitas, dan generalitas hasil ujian nasional.2 Sehingga pada tahun 1965-1971 Ujian Negara diubah dengan tujuannya untuk menentukan kelulusan, sehingga siswa dapat melanjutkan ke sekolah negeri atau perguruan negeri apabila ia lulus Ujian Negara. Sedangkan yang tidak lulus ujian neggara tetap memperoleh ijazah dan dapat melanjutkan ke Sekolah/ PT. Swasta. Bahkan Ujian Negara disiapkan seluruhnya oleh pusat. Hanya ada satu set naskah ujian untuk seluruh wilayah Indonesia, menggunakan soal bentuk uraian dan jawaban singkat. Pemeriksaan hasil ujian dilakukan ditingkat kabupaten/ kota dengan pemeriksa yang handal dan terpercaya. Kriteria batas kelulusan ditetapkan oleh pusat dengan ambang nilai 6 untuk setiap mata ujian. Sumber dana kegiatan ujian Negara pada tahun tersebut ditanggung seluruhnya oleh pemerintah pusat. Dengan 1
Nurudin,dkk,Ujian Nasional di Madrasah Presepsi dan Aspirasi Masyarakat (Jakarta: Gunung Persada Press, 2007) cet. ke 1, h. 15. 2 Ibid., h. 15
10
standar kelulusan yang cukup tinggi pada saat itu mengakibatkan presentasi kelulusan cukup rendah, tetapi mutu kelulusan tinggi. Kelebihan dari Ujian Negara pada saat itu adalah: (1) dapat mendorong siswa giat belajar dan guru mengajar dengan baik; (2) nilai ujian setiap siswa/ sekolah/ daerah memiliki makna yang sama dan komparabel. Sedangkan kekurangan dari ujian nasional antara tahun 1967-1971, (1) biaya distribusi bahan ujian cukup tinggi; (2) resiko kebocoran soal cukup tinggi; dan (3) tingkat drop out siswa juga tinggi.3 Oleh karena pada tahun 1972-1979 Ujian Negara (UN) berganti istilah menjadi ujian sekolah, tujuannya adalah untuk menentukan tamat atau menyatakan bahwa siswa telah menyelesaikan program pada satuan pendidikan. Seluruh bahan ujian disiapkan oleh sekolah atau kelompok sekolah. Mutu soal sangat bervariasi, tergantung mutu sekolah/ kelompok sekolah. Bentuk soal yang digunakan pun berbeda antar sekolah. Sehingga penanggung jawab atas penyelenggaraan ujian adalah sekolah/ kelompok sekolah. Pelaksanaan ujian pada masa ini sama dengan pelaksanaan ujian pada masa sebelumnya yaitu hanya dilakukan satu kali dalam satu tahun pelajaran yang dilakukan pada akhir tahun pelajaran. Pemerintah pusat menerbitkan pedoman penilaian yang bersifat umum. Pemeriksaan hasil Ujian dilakukan di tingkat sekolah. Adapun kriteria tamat ditentukan oleh masing-masing sekolah dengan tidak mengenal istilah Lulus/ Tidak Lulus, akan tetapi menggunakan istilah TAMAT. Biaya ujian sepenuhnya ditanggung jawab oleh siswa. Presentasi siswa cukup tinggi bahkan dapat dikatakan semua siswa lulus, namun mutu lulusan tidak data diperbandingkan. Kelebihan ujian sekolah menurut Nuruddin, dkk. adalah: (1) dapat menurunkan tingkat drop out siswa; (2) tidak ada tekanan (pressure) bagi sekolah dalam hal kelulusan; (3) dan sekolah memiliki otoritas yang tinggi dalam penentuan kelulusan. Sedangkan kekurangan ujian sekolah ini adalah. (1) nilai hasil ujian antar sekolah tidak dapat dibandingkan; (2) hasil ujian sekolah tidak dapat dilakukan pemetaan sekolah ada tingkat daerah dan nasional; dan (3) hasil ujian tidak dapat dijadikan sebagai alat seleksi.4 3 4
. Ibid., h. 16 Ibid., h. 17.
11
B. Aspek-Aspek Pelaksanaan Ujian Nasional 1.
Kebijakan-Kebijakan Pemerintah Terhadap Ujian Nasional Dalam konteks penyelenggaraan sistem Pendidikan Nasional,penulis
mengungkapkan bahwa pelaksanaan Ujian Nasional terkandung pula kepentingan yang terkait dengan pengukuran. Pengukuran merupakan salah satu teknik yang paling banyak digunakan dalam penilaian terhadap pencapaian kompetensi lulusan satuan pendidikan, keberhasilan sekolah dalam mengantarkan peserta didik mencapai tujuan kurikulum dan tujuan pendidikan Nasional, dan untuk dijadikan dasar dalam membuat pemetaan mutu sekolah. Meskipun bahwa indikator mutu pendidikan itu cukup banyak, namun pada umumnya diakui bahwa keberhasilan peserta didik dalam ujian (pengukuran hasil belajar) dianggap sebagai indikator utama.5 Terkait dengan mutu pendidikkan ini, kita semua menginginkan adanya peningkatan mutu pendidikan, dan Ujian Nasional dipandang sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan secara nasional Di dalam upaya mencapai tujuan pendidikan nasional telah ditetapkan standar pendidikan yang bersifat nasional seperti diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Lingkungan SNP meliputi: (1) standar isi; (2) standar proses; (3) standar kompetensi kelulusan; (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (5) standar sarana dan prasarana; (6) standar pengelolaan; (7) standar pembiyayaan; dan (8) standar penilaian pendidikan. Dengan penetapan SNP ini diharapkan pendidikan nasional dapat meningkatkan mutunya.6 Dalam sebuah penetapan standar nasional pendidikan sebagaimana telah di kemukakan di atas merupakan langkah awal untuk berupaya mendongkrak mutu pendidikan. Pengukuran terhadap ketercapaian standar nasional terutama pada standar kompetensi kelulusan merupakan salah satu upaya mencapai standar itu. Pengukuran terhadap standar kelulusan ini secara nasional dilakukan melalui ujian nasional. Adapun dalam pengukuran terhadap kompetensi lulusan ini secara nasional dilakukan melalui Ujian Nasional, yaitu yang pelaksanaannya berpijak pada PP Nomor 19 tahun 2005 dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional 5 6
Ibid., h. 139. Ibid., h. 141
12
Nomor 20 tahun 2005. Meskipun demikian, masih disadari bahwa dalam pelaksanaan ketentuan-ketentuan sebagaimana tertuang dalam peraturan-peraturan tersebut disadari masih dihadapi berbagai kendala dan masalah. Sesuai dengan peraturan menteri tersebut, Ujian Nasional (UN) dilaksanakan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran yang ditentukan dari kelompok mata pelajaran Ilmu pengetahuan dan Teknologi, dalam rangka pencapaian standar nasional pendidikan.7
2.
Hubungan Ujian Nasional Dengan kurikulum Serta pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dari hasil penelitian dan berbagai kajian telah dilakukan, baik oleh instansi
pemerintah maupun oleh lembaga-lembaga independen, yang terkait dengan persepsi dan respon masyarakat tentang ujian yang diselenggarakan secara nasional (Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS)- sebelum tahun 2003, UAN- tahun 2003, 2004, dan 2005 serta UN- tahun 2006). Khususnya yang berkenaan dengan kurikulum dan pembelajaran disekolah dapat dipaparkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: a.
Evaluasi Dampak Ebtanas terhadap Kegiatan Belajar Mengajar Penelitian ini dilaksanakan di 5 provinsi dengan responden kepala sekolah, guru, siswa, dan orang tua siswa. Penelitian tersebut menyimpulkan bebrapa hal sebagai berikut: 1) Pembelajaran rutin yang dilaksanakan disekolah tidak menjamin para siswa berhasil dalam Ebtanas. 2) Materi, waktu, dan strategi belajar yang diberikan disekolah tidak memadai untuk menghadapi Ebtanas. 3) Ada beberapa materi yang di Ebtanas-kan tidak sesuai dengan materi yang diajarkan di sekolah. 4) Guru dipandang sebagai salah satu faktor yang turut mempersiapkan siswa menghadapi Ebtanas, khususnya guru-guru di daerah. 5) Pembelajaran yang lebih banyak terfokus pada latihan soal-soal yang ditujukan untuk mempersiapkan siswa menghadapi Ebtanas disekolah mengakibatkan penguasaan konsep/ teori tentang materi dari suatu mata pelajaran agak terabaikan. 7
Ibid., h. 141.
13
6) Waktu/ jam belajar tambahan yang dipersipakan sekolah untuk siswa dalam menghadapi berkisar antara 4-6 jam per minggu dan lebih dari 6 jam perminggu. 7) Tujuan bahwa Ebtanas dijadikan salah satu faktor pemicu motivasi belajar bagi siswa yang telah terpenuhi, namun tidak untuk masalah kecemasan siswa. 8) Sumber belajar. 9) Selain usaha siswa sendiri, keberhasilan siswa dalam Ebtanas lebih banyak dipengaruhi oleh tambahan jam belajar disekolah. 10) Ebtanas diperlukan untuk untuk mengukur keberhasilan siswa belajar dan keberhasilan guru mengajar. 11) Diperlukannya alat penilaian yang memiliki standar nasional untuk melihat mutu pendidikan di Indonesia. Ebtanas salah satunya, tetapi perlu disempurnakan dan Nilai Evaluasi Murni (NEM) bukanlah satun-satunya indikator untuk mengukur mutu sekolah/ pendidikan. 12) Pembelajaran di sekolah tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan nilai NEM, tetapi yang lebih penting meningkatkan penguasaan konsep.materi pembelajaran. 13) Nilai Evaluasi Murni (NEM) tidak dijadikan satu-satunya patokan kelanjutan studi. 14) Nilai Evaluasi Murni (NEM) dapat dijadikan ukuran keberhasilan pengelolaan pendidikan di sekolah, sehingga dapat memotivasi pengelolan sekolah bekerja lebih baik. 15) Materi yang di Ebtanas-kan harus sesuai dengan kurikulum yang diberlakukan. 16) Mutu tes Ebtanas harus terjamin dan andal sehingga berdampak pada kinerja guru dalam pembelajaran dikelas, memotivasi belajar siswa, dan mendorong pengelola sekolah untuk mengelola sekolah menjadi lebih baik.8 b.
Studi Respon Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan Ujian Akhir Nasional Tahun ajaran 2003/ 2004.
1) Ujian Akhir Nasional diperlukan sebagai: (1) alat pengendali mutu pendidikan secara nasional, (2) alat pemicu bagi sekolah dan siswa untuk meningkatkan mutu pendidikan, (3) memberi dorongan agar siswa belajar lebih keras. 2) Ada indikasi bahwa Ujian Akhir Nasional yang dijadikan indikator mutu pendidikan hanya terkait dengan aspek kognitif semata dan mengabaikan aspek afektif dan psikomotorik. Hal ini memicu kontroversi bahwa hanya siswa-siswa yang memiliki kemampuan kognitif yang memadai saja yang dapat lulus, sedangkan siswa yang 8
Kumaidi. Evaluasi Dampak Ebtanas Terhadap Kegiatan Belajar Mengajar. (Jakarta: Balitbang Depdikbud, 2005). h. 223
14
memiliki kemampuan afeksi dan psikomotor yang memadai tidak diperhatikan bila tidak lulus UAN.9 c.
Pendapat beberapa kalangan, yaitu: Koalisi Pendidikan yang terdiri dari Lembaga Advokasi Pendidikan (LAP), National Education Watch (NEW), Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), The Center for the Betterment Indonesia (CBI), Kelompok Kajian Studi Kultural (KKSK), Federasi Guru Independen Indonesia (FGII), Forum Aksi Guru Bandung (FAGI-Bandung), For-Kom Guru Kota Tangerang (FKGKT), Lembaga Bantuan Hukum (LBH-Jakarta), Jakarta Teachers and Education Club (ITEC), dan Indonesia Corruption Watch (ICW), antara lain dipaparkan sebagai berikut:
1) UAN hanya mengukur satu aspek kompetensi kelulusan yakni aspek kognitif. Padahal menurut penjelasan pasal 35 ayat 1 UU Sisdiknas, Kompetensi lulusan seharusnya mencakup tiga aspek yaitu aspek sikap (apektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotorik). Dalam kaitannya dengan mutu pendidikan, UAN hanya melakukan evaluasi terhadap peserta didik. Padahal, menurut pasal 57 UU Sisdiknas, mutu pendidikan seharusnya didasarkan pada evaluasi yang mencakup peserta didik, lembaga dan program pendidikan. 2) UAN mengabaikan muatan kurikulum yang menganut prinsip kemajukan potensi daerah dan peserta didik. Sebab menurut pasal 36 ayat 2 UU Sisdiknas, kurikulum harus dikembangkan dengan menggunakan prinsip kemajemukan (diversifikasi) potensi daerah dan potensi peserta didik. UAN juga telah merampas pendidikan guru dan sekolah untuk melakukan evaluasi hasil belajar dan menentukan kelulusan peserta didik. Menurut pasal 58 ayat 1 dan pasal 61 ayat 2 UU Sisdiknas, evaluasi hasil belajar dan penentuan kelulusan peserta didik dilakukan oleh pendidik/ guru dan satuan pendidikan.sekolah.10 d.
Studi Dampak Ujian Akhir Nasional Studi ini dilakukan di 6 provinsi. Hasil studi memperlihatkan beberapa hal sebagai berikut:
1) Siswa menjadi lebih semangat belajar, rajin mencari sumber bacaan, dan rajin masuk sekolah. 9
Ibid., h. 144. Nurudin,dkk. op.cit., h. 144-145.
10
15
2) Guru lebih giat mengajar, meningkatkan motivasi berprestasi dan disiplin siswa. 3) Orang tua lebih memperhatikan proses pembelajaran anak dan memberiikan dorongan untuk belajar.11 e.
Studi Puslit Kebijakan Balitbang Depdiknas.
Pelaksanaan
Ujian
Akhir
Nasional
memiliki
dampak
positif:
meningkatkan motivasi belajar siswa, mendorong guru untuk mengajar sebaik mungkin, mendorong sekolah untuk terus menerus melakukan perbaikan-perbaikan
terhadap
PBM
dan
kinerja,
meningkatkan
pemahaman dan kesadaran orang tua dan masyarakat tentang fungsi ujian dan perlunya keseriusan belajar bagi siswa dalam persiapan menghadapi ujian.
f.
Kajian komprenshif tentang bentuk, fungsi, dan makna
Kajian yang di ikuti oleh lebih dari 30 orang yang terdiri atas berbagai pakar dan praktisi dari berbagai unsur terkait dan mempunyai beberapa hal yang di perhatikan sebagai berikut : 1) Ujian Nasional tetap diperlakukan sebagai upaya memperbaiki mutu pembelajaran. 2) Ujian Nasional tetap diperlukan dalam kerangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas publik. Dalam penelitian pelaksanaan ujian nasional di sekolah ini terlihat bahwa: Apakah ujian nasional mengabaikan muatan kurikulum prinsip kemajemukkan potensi daerah dan potensi siswa. Dan Apakah pembelajaran rutin disekolah akan menjamin keberhasilan siswa dalam menghadapi Ujian Nasional. Sedangkan dalam hal mata pelajaran yang di ujikan dalam ujian nasional, apakah sebaiknya ditambahkan pelajaran Agama.12
11 12
Ibid., h. 15 Ibid. h. 150.
16
3.
Materi dan Bentuk Ujian Nasional Persepsi kepala sekolah dan guru terhadap materi dan metode
pembelajaran di sekolah memadai untuk menghadapi Ujian Nasional. Dari beberapa hasil kajian yang terkait dengan materi ujian nasional, antara lain: (1) Pemilihan mata pelajaran yang diujikan secara nasional sebaiknya dapat mendorong peserta didik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan kompetitif, (2) Materi ujian nasional sebaiknya dikembangkan oleh lembaga mandiri diluar Depdiknas dan dikerjakan oleh orang-orang yang memahami kondisi lapangan/ sekolah dan perlu dihindari “pengkultusan” terhadap mata pelajaran tertentu yang dijadikan mata ujian Nasional, (3) materi Ujian Nsional tidak hanya mengukur satu aspek kompetensi kelulusan, yakni asek kognitif, dan tidak mengabaikan muatan kurikulum yang menganut prinsip kemajemukan potensi daerah dan peserta didik.13 4.
Dampak Ujian Nasional Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Kurikulum
Berbasis
Kompetensi
(KBK)
yang mulai
digalakkan
pemerintah untuk mengganti kurikulum 1994 ternyata bertolak belakang dengan Ujian Nasional yang justru sedang dipertahankan oleh pemerintah. Dalam konteks pembelajaran, KBK mengukur kelulusan tak hanya berdasarkan pengetahuan siswa, tetapi juga pada perubahan perilaku, termasuk keseluruhan proses untuk menggiring siswa mengaplikasikan pengetahuannya. Sebaliknya, Ujian Nasional (UN) lebih mengukur kemampuan siswa berdasarkan nilai yang dicapai pada saat pelaksanaan ujian, tanpa melihat rangkaian proses pembelajaran sebelumnya. “Sebagai bagian dari pemetaan mutu pendidikan nasional, Ujian Nasional (UN) sebetulnya lebih merupakan external evaluation.14
13 14
Ibid., h. 151. Ibid., h. 170
17
Oleh karena itu, Ujian Nasional (UN) sebaiknya tidak digunakan kalau hanya
untuk
mengukur
kemampuan
individual
siswa
siswi,
termasuk
kelulusannya. Kelulusan siswa-siswi itu lebih pantas di ukur dengan ujian yang di adakan oleh guru dengan mengacu pada prinsip-prinsip kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Kompetensi siswa yang sebenarnya itu akan tampak jika dilakukannya sebuah penilaian yang mengacu pada sebuah kurikulum yang ada seperti KBK.
5.
Standar Kelulusan Ujian Nasional Secara Yuridis Standar Kelulusan Ujian Nasional dapat dilihat pada PP No.
19/2005 dan permendiknas No. 20/2005 yang isinya menyatakan hal-hal sebagai berikut: a.
Hasil Ujian Nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk : (a) pemetaan mutu program dan/ atau satuan pendidikan; (b) dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; (c) penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/ atau satuan pendidikan; (d) pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan (PP No. 19/2005 Pasal 68).
b.
Hasil Ujian Nasional di gunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk : (a) penentuan kelulusan peserta didik dari suatu satuan pendidikan; (b) seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; (c) pemetaan mutu satuan dan/ atau program pendidikan; (d) Akreditasi satuan Pendidikan; (e) pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan (Permendiknas No. 20/2005 Pasal 4).
c.
Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah: (a) menyelesaikan seluruh program pembelajaran; (b) memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan; dan (c) lulus Ujian Nasional. Kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan ditetapkan oleh satuan pendidikan yang
18
bersangkutan sesuai dengan kriteria yang dikembangkan oleh BNSP dan di tetapkan dengan peraturan menteri (PP No. 19/ 2005 Pasal 72). d.
(1) Peserta didik dinyatakan lulus ujian nasional apabila memiliki nilai lebih besar dari 4,25 untuk setiap mata pelajaran yang di ujikan dengan nilai ratarata nilai ujian Nasional lebih besar dari 4,50; (2) Pemerintah daerah dan/ atau satuan pendidikan dapat menetapkan batas kelulusan di atas nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1); (3) peserta didik yang dinyatakan lulus Ujian Nasional dan ujian sekolah berhak memperoleh ijazah; (4) ijazah diterbitkan oleh sekolah/ madrasah penyelenggara dengan menggunakan blangko ijazah yang disediakan oleh Departemen; (5) peserta Ujian Nasional diberi surat keterangan Hasil Ujian Nasional yang diterbitkan oleh sekolah/ Madrasah penyelenggara; (6) penerbit surat Keterangan Hasil Ujian Nasional sebagaiman dimaksud pada ayat (5) di atur dalam Prosedur Operasi Standar. (Permendiknas No. 20/2005 Pasal 18).15
C. Pengaruh Pelaksanaan Ujian Nasional Terhadap Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam 1.
Pengertian Pengaruh Pelaksanaan Ujian Nasional Dalam segala perbuatan tentu akan ada pengaruh/ dampak yang
ditimbulkan. Oleh karena itu, pengaruh diartikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak.16 Adapun definisi pelaksanaan menurut kamus besar bahasa indonesia adalah proses, cara, perbuatan melaksanakan (rancangan, keputusan, dsb).17 Dari berbagai pengertian tentang pengaruh pelaksanaan di atas, penulis dapat memahami bahwa di setiap pelaksanaan harus di landaskan dengan niat yang tinggi demi tercapainya sebuah tujuan tertentu dan setelah itu maka muncullah dampak pengaruhnya yaitu tergantung pada niat pelaksanaannya 15
Ibid., h. 162 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 664. 17 Ibid., h. 488. 16
19
tersebut. Misalnya seorang muslim yang hendak melaksanakan ibadah sholat, maka dari situ ia harus benar-niat niat demi tercapainya suatu tujuan, dan dari niatnya itulah akan muncul dampak pengaruhnya setelah ia melaksanakan ibadah sholat. Sedangkan ujian dapat dikatakan “kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapain kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan atau penyelesain dari suatu satuan pendidikan.18 Selain itu ujian diartikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Ujian adalah hasil menguji; hasil memeriksa; sesuatu yang dipakai untuk menguji mutu sesuatu (kepandaian, kemampuan, hasil belajar, dan sebagainya)”.19 Dari beberapa pengertian ujian tersebut, penulis dapat menarik sebuah pendapat bahwa Ujian Nasional (UN) adalah salah satu bentuk
evaluasi
pendidikan dan penilaian hasil belajar siswa pada jenjang pendidikan tertentu untuk menilai hasil belajar secara nasional dengan menetapan mata pelajaran yang diujikan pada Ujian Nasional dan siswa harus mampu mencapai standar kelulusan yang telah ditetapkan pemerintah. Namun pada kelanjutannya, pengertian Ujian Nasional mengalami perubahan orentasi sehingga dijadikan sebagai salah satu, bahkan satu-satunya penentu keberhasilan atau kelulusan anak didik. Dengan memasang satu angka khusus sebagai batas minimal kelulusan. Memang kita menyadari bahwa setiap sekolah telah memperoleh acuan kompetensi
dasar
yang
harus
diberikan
kepada
anak
didik
ketika
menyelenggarakan proses pembelajaran. Tetapi perlu disadari bahwa lingkungan juga mempunyai kontribusi yang sangat besar di dalam menentukan keberhasilan belajar anak.
18
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 Standar Nasional Pendidikan, h. 64. 19 Departemen Pendidikan Nasional, op..cit, h.1237.
20
2.
Pengertian Motivasi Belajar dan motivasi selalu mendapat perhatian khusus bagi mereka yang
belajar dan mengajar. Di dalam sehari-hari dijumpai orang dengan penuh antusias dan ketekunan dalam melaksanakan berbagai kegiatan belajar, sedangdi pihak lain ada yang tidak bergairah dan bermalas-malas. Kenyataan tersebut tentu mempunyai sebab-sebab yang perlu diketahui lebih lanjut untuk kepentigan motivasi belajar. Di dalam segala perbuatan, tentu kita ada motivasi atau butuh motivasi, kenapa kita melakukan itu. Biasa motivasi itulah yang membuat kita mampu menghadapi resiko dari segala perbuatan tersebut. Melihat hal tersebut kita perlu memahami arti motivasi itu sendiri. Menurut penulis pribadi, motivasi adalah sesuatu yang menggerakkan seseorang baik secara fisik atau mental untuk melakukan belajar. Sesuai dengan asal katanya yaitu MOTIF yang berarti sesuatu yang memberikan dorongan atau tenaga untuk melakukan sesuatu. Motivasi adalah Karakteristik psikologi manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk fakor-faktor yang menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu. Motivasi menurut Ngalim Purwanto, bahwa motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi adalah perasaan atau pikiran yang mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan terutama dalam berperilaku.20 Artinya dalam pandangan Ngalim Purwanto, penulis dapat memahami bahwa segala motivasi itu timbul dari sebuah perasaan dan pikiranlah yang mempunyai kekuasaan atas perbuatan yang di ambil. Misalnya pada tubuh jasmaniah dan rohaniah seorang siswa yang butuh makan dan kemaunnya pada makan.
20
Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran. (Jakarta: Gunung Persada Press: Jakarta. 2011) Cet. Ke-1 h. 244.
21
Adapun Mc. Donalds memandang motivasi adalah suatu perubahan energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan adanya “feeling” dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Untuk Pengertian yang dikemukakan oleh Mc.Donald ini mengandung tiga element/ ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energy, ditandai dengan adanya feeling dan dirangsang karena adanya tujuan.21 Dari paparan di atas, penulis dapat memahami bahwa motivasi merupakan sebuah daya penggerak secara pisik yang ada pada diri manusia atau seorang murid agar dapat melakukan berbagai kegiatan, pengalman dan lainnya. Motivasi dalam belajar itu mendorong dan menumbuhkan minat belajar untuk mencapai suatu tujuan. Dari sini peserta didik akan bersungguh-sunguh belajar karena termotivasi mencari sebuah prestasi, dapat memecahkan maslah, dan sebagainya. Oleh karena itu motivasi harus selalu melekat pada diri murid, karena jika tidak ada motivasi maka proses pembelajaran pun akan terbengkalai atau tidak akan mencapai sesuai akademis pada sekolah bahkan di perguruan tinggi. Ibaratnya sebuah mobil bisa berjalan karena membutuhkan bahan bakar dan sebagainya. Dalam pandangan tentang motivasi menurut Mukiyat, yang telah penulis pahami bahwasannya, motivasi yang pertama adalah Setiap perasaan yang sangat mempengaruhi keinginan (needs) seseorang sehingga orang itu di dorong untuk bertindak, dan motivasi ini tergolong pada sebuah motivasi eknstrinsik, misalnya siswa belajar karena ingin naik kelas. Kedua motivasi adalah Pengaruh kekuatan yang menimbulkan perilaku, dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, dan untuk menaruh minat. Ketiga yaitu suatu proses dalam diri seseorang yang menentukan gerakan atau tingkah laku kepada tujuan-tujuan tertentu. Motivasi ini ada pada jasmaniah dan rohaniah seorang murid. Oleh karena itu, dari pendapat para pakar pendidikan di atas, jelaslah yang di hadapi guru adalah mempelajari bagaimana melaksanakan motivasi secara efektif. Guru harus senantiasa mengingat bahwa setiap motif yang baru, harus tumbuh dari keadaan anak sendiri, yaitu dari motif-motif yang telah di miliki, dorongan-dorongan dasarnya, sikap-sikapnya, minatya, penghargaanya, citacitanya, tingkah lakunya, hasil belajar dan sebagainya.
21
Ibid. h. 216
22
Motivasi sebagai proses, mengantarkan murid kepada pengalamanpengalaman yang memungkinkan mereka dapat belajar. Sebagai proses, motivasi mempunyai fungsi antara lain: 1) Memberi semangat dan mengaktifkan murid agar tetap berminat dan siaga. 2) Memusatkan perhatian anak pada tugas-tugas tertentu yang berhubungan dengan pencapaian belajar. 3) Membantu memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek dan hasil jangka panjang.22 Oleh karena itu, di sini menurut penulis dari pendapat mereka dapat di pahami bahwa, motivasi tumbuh didorong oleh kebutuhan (need) seseorang. seperti kebutuhan menjadi orang kaya maka seorang berusaha mencari penghasilan sebanyak-banyaknya dengan jalan berdagang, berbisnis, dan berkembang dalam diri seorang berusaha menekan pengeluaran biaya pribadi, rumah tangga dan memperbanyak pemasukan keuangan dan menabung di bank, aktifitas mendapat uang dalam kegiatan hidup sehari-hari menjadi prioritas. . 3.
Jenis Motivasi Jenis motivasi dalam belajar dibedakan dalam dua jenis, masing-masing
adalah; a)
Motivasi Ekstrinsik, Di dalam metode Motivasi Ekstrinsik penulis dapat memahami bahwa
metode ini merupakan sebuah aktifitas belajar yang muncul atau tumbuh dari dorongan dan kebutuhan seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan kegiatan belajarnya sendiri. Karena jika kita melihat pada bentuk motivasi belajar ekstrinsik itu adalah pertama, belajar memenuhi kewajiban. Kedua, belajar semata hanya menghindari dari sebuah hukuman. Ketiga, belajar hanya menginginkan sebuah pemberian hadiah, pujian, tuntutan jabatan demi memenuhi syarat menjadi pangkat yang lebih tinggi. dan Keempat, belajar hanya karena kegengsian pada diri.
22
Zakiah Daradjat, dkk., Metodik Khusus “Pengajaran Agama Islam”. (Jakara: Bumi Aksara. 2008) Edisi 2. Cet. Ke-4 h. 141.
23
b) Motivasi Intrinsik. Adapun dengan metode motivasi Intrinsik adalah merupakan kegiatan belajar di mulai dan di teruskan, berdasarkan penghayatan sesuatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Misalnya belajar karena ingin memecahkan suatu permasalahan, ingin tahu mekanisme sesuatu berdasarkan hukum dan rumus-rumus, ingin menjadi dokter yang handal. Keinginan ini menurut penulis adanya perwujudan dalam upaya kesungguhan seseorang untuk mendapatkannya dengan usaha kegiatan belajar, melengkapi literatur, melengkapi catatan, melengkapi informasi, pembagian waktu belajar, dan keseriusannya dalam belajar. Kegiatan belajar ini memang diminati dan dibarengi dengan perasaan senang, dorongan tersebut terus mengalir dari dalam diri seorang akan kebutuhan belajar, ia percaya tanpa belajar yang keras hasilnya tidak maksimal.23 Menurut penulis inti dari sebuah motivasi intrinsik itu adalah suatu motivasi atau needs dalam diri untuk mencapai sebuah tujuan yang dapai dicapai atau diraih itu satu-satu jalannya adalah belajar, dorongan atau needs belajar itu muncul atau juga tumbuh pada diri subyek belajar. 4.
Fungsi Motivasi Mempunyai Motivasi dalam diri sangatlah berperan dalam belajar. Dengan
motivasi inilah siswa menjadi tekun dalam proses belajar, dan dengan motivasi itu pulalah kwalitas hasil belajar siswa juga kemungkinannya dapat diwujudkan. Siswa ataupun bagi para pembelajar yang dalam proses belajar mempunyai motivasi yang kuat dan jelas pasti akan tekun dan berhasil belajarnya. Adapun kepastian dalam motivasi belajar, menurut M. Alisuf Sabri, mengatakan perlu adanya 3 fungsi motivasi adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
Pendorong orang untuk berbuat dalam mencapai tujuan Penentu arah perbuatan yakni ke arah tujuan yang hendak ingin dicapai Penseleksi perbuatan sehingga perbuatan orang yang mempunyai motivasi Senantiasa selektif dan tetap terarah kepada tujuan yang ingin dicapai. 24 23
Ibid., h. 235. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2007), c. Ke 3, h. 86 24
24
Dapat di pahami dari fungsi motivasi belajar di atas, yang telah di paparkan oleh M. Alisuf Sabri adalah bahwasannya motivasi juga merupakan penentu hasil perbuatan, bukan hanya sebuah penentu terjadinya perbuatan. Di dalam Agama Islam arti motivasi juga bisa di artikan dengan “niat”, seperti yang di kemukakan oleh baginda Rasullah SAW. dalam sebuah hadis,
.وإنمانكم امرإ ما نوى,إنمااالعمال باننيات Dari amirul mu‟minin abu hafsh umar bin khottob ibn nufail ibn abdul uzza ibn riyah ibn abdullah ibn qurth ibn razah ibn „ady ibn luuay ibn ghalib al-quraisy al-adawi ra. Dia berkata: saya mendengar rasulullah SAW bersabda. “sesungguhnya amal itu tergantung dari niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuatu (balasan perbuatan) sesuai dengan niatnya......” (HR: Muttapaqun „alaihi : Imam Bukhori dan Imam Muslim) Dengan demikian guru dapat memotivasi siswanya dengan cara membangkitkan minat belajarnya dengan cara memberiikan dan menimbulkan harapan. Harapan akan tercapainya suatu hasrat atau tujuan dapat menjadi motivasi yang ditimbulkan guru ke dalam diri siswa. Salah satu pemberian harapan itu yakni dengan cara memudahkan siswa bahkan yang dianggap lemah sekalipun dalam menerima dan memahami isi pelajaran yakni melalui pemanfaatan media pembelajaran yang tepat guna.25 5.
Cara-cara Mengembangkan Motivasi Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk menggerakkan atau
membangkitkan motivasi belajar siswa, yaitu sebagai berikut: a.
b.
c. d.
Memberi angka, umumnya siswa ingin mengetahui hasil pekerjaannya, yakni berupa angka yang diberikan oleh guru. Siswa yang mendapatkan angka yang baik maka akan mendorong motivasi belajarnya menjadi lebih besar, dan mendapatkan hasil yang kecil akan menjadi pendorong agar belajar lebih baik. Pujian, pemberian pujian kepada siswa atas hal-hal yang telah dilakukan dengan berhasil besar manfaatnya sebagai pendorong belajar. Pujian memberiikan rasa puas dan senang. Hadiah, pemberian hadiah pada akhir tahun kepada para siswa yang mendapat atau menunjukkan hasil belajar yang baik. Kerja Kelompok, dimana dalam melakukan kerja sama dalam belajar setiap anggota kelompok, kadang-kadang perasaan untuk mempertahankan nama baik kelompok menjadi pendorong yang kuat dalam perbuatan belajar. 25
47
Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Ciputat: Gaung Persada, 2008), h
25
e.
f.
Penilaian, penilaian secara continue akan mendorong siswa untuk belajar, oleh karena setiap siswa memiliki kecenderungan untuk memperoleh hasil yang baik. Film Pendidikan, setiap siswa merasa senang menonton film, gambaran dan isi cerita film lebih menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar. Para siswa mendapat pengalaman baru yang merupakan suatu unit cerita yang bermakna.26 Dari paparan Oemar Hamalik tentang cara mengembangkan motivasi
belajar siswa, penulis dapat memahami bahwa dari beberapa point di atas seorang murid yang tadinya mempunyai rasa takut, pendiam, pemalas, dan sulit berkomunikasi dengan adanya pemberian angka, pujian, hadiah dan kerja kelompok itu akan membangkitkan minat belajar siswa, mudah berkomunikasi antar sesama temannya, dan dengan adanya sebuah film pendidikan murid akan lebih terdorong lagi dengan melihat peran dan inti pelajaran yang ditayangkan. Tidak lepas dari itu juga seorang murid harus adanya minat dalam belajar yang dilandasi dengan niat, agar semua tujuan akan tercapai. Begitu juga pihak sekolah harus memberikan sarana dan prasarana pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, karena jika hanya seorang guru yang melaksanakannnya di khawatirkan adanya penurunan minat sang motivator untuk membangkitkan motivasi siswa, oleh karena itu pihak sekolah dan guru harus saling kerja sama demi tercapainya sebuah motivasi belajar.
26
Oemar Hamalik, Proses Belajar……, h. 166
26
6.
Pengertian Belajar Adapun pengertian belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan
unsur yang sangat pundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.27 Belajar diartikan oleh Skinner, seorang psikolog berpendapat bahwa seperti yang dikutip Barlow, dalam bukunya Educational Psychology; The teaching-learning Process, berpendapat bahwa belajar adalah proses adaptasi atau penyesuain tingkah laku yang berlangsung secara progessif.28 Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”29 Menurut Drs. Slameto, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.30 Dari pandangan tentang belajar menurut Drs. Slameto, penulis dapat memahami bahwa pertama, perubahan itu terjadi secara sadar, artinya jika ia menyadari perubahan dalam belajarnya, misalnya ia menyadari suatu pengetahuan itu pasti akan bertambah. Kedua, perubahan yang bersifat secara terus menerus dan fungsional, misalnya seorang murid sedang belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan terus menerus. Ketiga, perubahan juga harus memiliki daya positif tinggi dan aktif dan menyadari bahwa perubahan itu bukan bersifat sementara. Keempat, dalam menacapai suatu perubahan belajar itu pasti ada sebuah tujuan dan aspek tingkah laku perubahan. Contohnya anak kecil yang berumur 6 tahun ingin belajar mengendarai sepeda, maka dari sini akan tampak suatu perubahan jika ia bisa menaikinya dan mengenadarainya. Menurut Suyono dan Hariyanto mengungkapkan bahwasannya belajar adalah suatu upaya pembelajar untuk mengembangkan seluruh kepribadiannya, baik pisik maupun psikis. Belajar juga dimaksudkan untuk mengembangkan 27
Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan. (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2010): Cet Ke-15 hal, 87 28 Ibid., h.88 29 Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Grup, 2007), h. 13. 30 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Renika Cipta, 2010) Cet Ke-5. h. 2
27
seluruh aspek intelegensi sehingga anak didik akan menjadi manusia yang utuh, cerdas secara intelegensi, cerdas secara emosi, cerdas psikomotornya, dan memiliki keterampilan hidup yang bermakna bagi dirinya.31 Dari beberapa definisi di atas yang berkeaitan dengan belajar, penulis mengungkapkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Allah SWT. telah menurunkan Firmannya yang berkaitan dengan belajar, yang berbunyi :
“1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah., 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
31
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2011) Cet. Ke-1. h. 169
28
7.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar
siswa di sekolah. Secara garis besarnya dapat dibagi dalam dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal siswa yaitu: a.
Faktor Internal siswa terdiri dari: 1) Faktor kondisi fisikologis terdiri dari kondisi kesehatan dan kondisi panca indera terutama penglihatan dan pendengaran. 2) Faktor kondisi psikologis yang akan mempengaruhi keberhasilan belajar siswa adalah faktor: minat, bakat, intelegensi, motivasi, kemampuan persepsi, ingatan, berfikir dan pengetahuan dasar yang dimiliki siswa.32
b.
Faktor Eksternal siswa
1) Faktor lingkungan non sosial/ alami ialah seperti keadaan suhu, kelembaban udara, tempat letak gedung sekolah 2) Faktor lingkungan sosial baik berwujud manusia dan representasinya termasuk budayanya akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa 3) Faktor instrumental terdiri dari gedung, fisik kelas, sarana, alat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum, materi pelajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.33 8. Tujuan Belajar Menurut Winarno Surachmad, tujuan belajar di sekolah itu ditujukan untuk mencapai: a. b. c.
Pengumpulan pengetahuan Penanaman konsep dan kecekatan.keterampilan Pembentukan sikap dan perbuatan Tujuan belajar tersebut dalam dunia pendidikan kita sering kenal dengan
tujuan pendidikan menurut Taksonomi Bloom yaitu tujuan belajar siswa diarahkan untuk mencapai tiga ranah yaitu kognitif, afektif, psikomotorik. Dalam tujuan belajar kognitif untuk memperoleh pengetahuan fakta/ ingatan, pemahaman, aplikasi dan kemampuan berfikir analisis, sintesis dan evaluasi. Tujuan belajar afektif untuk memperoleh sikap, apresiasi, karakteristik dan tujuan psikomotorik untuk memperoleh keterampilan fisik yang berkaitan 32
Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) Cet. Ke-5, h. 54 33 Ibid., h. 60
29
dengan keterampilan gerak maupun keterampilan dasar ekpresi verbal dan non verbal. 9.
Mengatasi Kesulitan Belajar Anak yang memiliki keterlambatan membaca, mengalami kesulitan dalam
mengartikan atau mengenali struktur kata-kata atau memahaminya. Mereka juga mengalami kesulitan lain seperti cepat melupakan apa yang dibacanya. Sebagian ahli berargumen bahwa kesulitan mengenali bunyi-bunyi bahasa merupakan dasar bagi keterlambatan kemampua membaca, dimana kemampuan ini penting sekali bagi pemahaman hubungan antara bunyi bahasa dan tulisan yang mewakilinya. Menurut Harris & Sippay seorang ilmuan dari Amerika Serikat mengataka bahwa, 10%-15% anak sekolah mengalami kesulitan dalam membaca. Kesulitan ini merupakan penyebab kegagalan yang terbesar disekolah, karena anak dengan kesulitan membaca akan memiliki pandangan diri yang negative dan akan merasa kurang kompeten. Hal ini akan menyebabkan masalah perilaku dan kecemasan, yang tidak jarang kemudian di ikuti dengan kurangnya motivasi. Oleh karenanya, untuk mengidentifikasi anak disleksia perlu pemeriksaan menyeluruh dari segi biologis, kognitif serta prilaku.34 10. Cara Mengembangkan Motivasi Belajar Di dalam mengembangkan motivasi, penulis mengungkapkan perlu adanya upaya-upaya yang dapat guru lakukan dalam mengembangkan motivasi terhadap bahan pelajaran yang diberikan, terutama Pendidikan Agama Islam di antaranya sebagai berikut, yaitu : a. b. c. d.
e.
Penggunaan metode yang bervariasi, yaitu dapat menggairahkan belajar anak didik, supaya mendapatkan umpan balik dari anak didik. Memberii tugas, yaitu guru dapat memberiikan tugas kepada anak didik sebagai bagian yang tak terpisahkan dari tugas belajar. Memberiikan pujian, yaitu pujian dapat dimanfaatkan sebagai alat motivasi, guru dapat menggunakan pujian untuk menyenangkan peserta didik. Pemberian Hukuman, guru harus dapat memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman. Hukuman kalau diberikan secaara tepat dan bijaksana bisa menjadi alat motivasi. Memberi ulangan, yaitu siswa akan giat belajar apabila mengetahui akan ada ulangan, oleh karena itu memberii ulangan adalah sarana motivasi.
34
Ibid., hal, 250. 2011.
30
Dari beberapa langkah di atas dapat dipahami, bahwa guru harus mampu memberikan motivasi belajar siswa, sebagai siswa tidak merasa terbebani dengan kurikulum/ perasaan tidak suka dengan materi yang di ajarkan oleh guru. Terkadang kita lupa bahwa murid di zaman sekarang penuh dengan pilihan-pilhan yang menyenangkan seperti halnya main game, facebookan, You Tube, dan sebagainya, sehingga kita perlu memanfaatkan itu semua sebagai potensi menguntungkan motivasi belajar siswa. 11. Strategi Memotivasi Belajar Peserta Didik Sebelum melanjutkan pembahasan mengenai strategi memotivasi peserta didik belajar, perlu ditekankan sekali lagi bahwa kepribadian murid mempunyai peranan yang penting dalam motivasi atau dengan kata lain dorongan-dorongan dasar dan pengalamannya merupakan faktor-faktor yag berperan dalam situasisituasi belajar. Di dalam proses pembelajaran, khususnya peserta didik yang belajar itu tidak di tentukan oleh power dalam dirinya, atau stimulus-stimulus yang datang dari lingkungan, akan tetapi merupakan interaksi veedback dari determinan individu maupun lingkungan. Oleh karena itu kita memerlukan sebuah langkah strategi dalam pembelajaran agar murid tetap termotivasi belajarnya. Di bawah ini penulis coba mengemukakan beberapa prinsip strategi memotivasi dan perlu mendapat perhatian agar tercapai perbaikan-perbaikan dalam motivasi. Adapun dengan strateginya antara lain, yaitu; Pertama, menjelaskan tujuan pembelajaran kepeserta didik. Menurut penulis bahwa disetiap awal kegiatan pembelajaran, guru harus menawarkan kepada peserta didik beberapa tujuan yang akan di capai dari berbagai pokok pembahasan di setiap pembelajaran berlangsung, agar timbulnya sebuah motivasi/ minat belajar siswa lebih dalam, walaupun dalam pembelajaran konstruktivistik tujuan para murid itu pasti berbeda-beda tapi setidaknya guru sudah memberikan tujuan apa saja di awal pembelajaran. Dalam tujuan pembelajaran juga, yang penulis alami dalam mengajar bahwa tujuan pembelajaran tidak hanya sebatas pada aspek kognitif tapi juga apektif dan psikomotorik sesuai dari form pokok bahasan materi, setiap materi
31
tidaklah dominan satu aspek saja tetapi juga ada aspek yang lain. Misalnya penulis mengajar BTQ (Baca Tulis Al-Qur‟an) dengan pokok bahasan membaca dan menulis, tidaklah dominan aspek kognitifnya saja tapi juga ada aspek psikomotorik, yang mana peserta didik perlu melakukan penulisan dan kegiatan yang melibatkan jiwa raganya untuk menyelesaikan masalah, begitu juga dengan aspek afektifnya, perlu ketelitian dalam hal menulis, kerapihan, dan kelancaran dalam membaca Al-Qur‟an. Kedua, hadiah dan pujian. Hadiah dilihat dari segi positif terhadap belajar diharapkan untuk, (1) meningkatkan kemungkinan dan intensitas tindakan perilaku yang mengarah ke objek tersebut (belajar juga disebut positi reinforcement), (2) menghasilkan pendekatan dan prilaku consummatory dan merupakan hasil pengambilan keputusan ekonomi, dan (3) mendorong persaan subjektif dari kesenangan dan hedonia. Hadiah sanga penting untuk kelangsungan hidup individu dan gen dan mendukung proses dasar seperti minum, makan, dan lainnya.35 Ketiga, hukuman. Peranan hukuman dalam proses belajar tidaklah semudah diperkirakan, dan pemberian hukuman terhadap suatu respon dapat menimbulkan akibat-akibat yang tidak terduga dan bermacam-macam. Pemberian hukuman terhadap suatu respon biasanya akan menyebabkan meghilangnya respon itu dengan segera. Keempat, kompetesi. Beragam strategi untuk menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, disamping yang telah dipaparkan diatas, strategi kompetesi juga merupakan taktik untuk memotivasi belajar. Dalam teorinya Mc. Clellend menyebutkan bahwa seorang terobsesi berprestasi tinggi dalam belajarya, maka ia akan berupaya mengatasi rintangan-rintangan berat yang menghambatnya dalam berbagai bentuk upaya dan kerja kerasnya dalam mencapai tujuan yang dicita-citakan, dia menggunakan berbagai keterampilan dan pengalamannya, rajin membaca buku, membeli buku, dan berupaya untuk mencapai kebutuhan berprestasi (need for achievement). Dari penjelasan di atas mengenai kompetensi, penulis juga melakukan suatu pembelajar PBL yaitu suatu metode berbasis masalah yang mana metode ini 35
Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran. (Jakarta: Gunung Persada Press: Jakarta. 2011) Cet. Ke-1 h. 238.
32
akan meningkatkan belajar murid karena di akan belajar langsung mengenai kehidupannya langsung. Penulis juga mengajar pelajaran akhlak tidak terpuji, disini murid akan menjelaskan apa saja dan memaparkan bagaimana solusinya. Dari hal ini akan munculnya sebuah kompetensi yang unggul karena siswa belajar langsung dengan sesuai permasalahan dalam kehidupannya. Kelima, membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar. Menurut penulis dapat di pahami bahwa kemampuan seorang guru untuk menjadikan dirinya sendiri „model‟ yang mampu membangkitkan rasa ingin tahu dan kesanggupan dalam diri anak didik, merupakan asset pertama dalam memotivasi seorang anak untuk belajar. Dari sinilah guru harus berperan penting dalam memberika dorongan, hal ini selaras dengan moto pendidikan yaitu tertera pada Tut Wuri Handayani. Keenam, membentuk kebiasaan belajar yang baik. Kebiasaan adalah aspek manusia yang menetap, berlangsung secara otomatis tidak direncanakan. Kebiasaan mungkin merupakan hasil pelaziman yang berlangsung pada waktu yang lama atau sebagai reaksi khas yang diulangi seseorang berkali-kali. Senada dikemukakan the liang gien (1995) bahwa “suatu kebiasaan adalah prilaku seseorang yang dilakukannya secara tetap atau sama dari waktu kewaktu tanpa pemakain banyak pikiran sadar”. Oleh karena sifat dasarnya yang spontan dan otomatis.36 Di dalam hal ini penulis dapat memahami bahwa kebiasaan belajar bukanlah akat ilmiah atau pembawaan kelahiran yang di miliki peserta didik sejak kecil, melainkan perilaku yang dipelajari secara sengaja ataupun tidak sadar dan selalu di ulang-ulang, sehingga pada akhirnya terlaksana secara spontan tanpa memerlukan sebuah pemikiran yang secara sadar ataupun repleks sebagai sebuah tanggapan yang otomastis terhadap sesuatu situasi belajar yang baik. Adapun dengan kebiasaan belajar yang baik pasti membantu seseorang peserta didik mencapai sukses dalam belajarnya. Disini penulis dapat menemukan adanya 3 problematika yang di hadapi oleh kebanyakan peserta didik adalah pertama, kesulitan dalam menejemen waktu belajar, kedua, tidak tahunya atau
36
Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran. (Jakarta: Gunung Persada Press: Jakarta. 2011) Cet. Ke-1 h. 245.
33
tidak mampunya dalam menempuh temperatur buku yang harus di penuhi dalam tugas akademiknya, dan yang ke-tiga adalah kebiasaan membaca lambat. Menurut Richard, di dalam penunjang lain untuk membangkitkan motivasi belajar yang baik kepada peserta didik adalah sebagai berikut: 1) Guru haru mengetahui bahwa orang dapat belajar dengan baik sekali apabila pelajarannya disusun menurut pola tertentu sehingga peserta didik mengetahui apa yang menjadi sasaran pelajarannya. 2) Orang dapat belajar dengan baik sekali apabila mereka dapat meliahat hubungan antara pelajaran itu dan dirinya sendiri. 3) Orang dapat belajar dengan baik sekali jikalau merasa dapat menguasai isi pelajarannya. 4) Orang dapat belajar lebih baik jikalau melihat manfaatnya dalam kehidupan mereka.37 Dari paparan yang telah diungkapkan oleh Richard, penulis dapat memahami bahwa menjadi seorang motivator, seorang pendidik juga tidak terlepas dari perannya sebagai pengelola kelas. Pendidik harus berpikir dan membuat strategi kegiatan di dalam kelas supaya menarik perhatian dan memberikan rangsangan untuk belajar, yaitu bisa dengan berbgai metode ataupun gaya (style) mengajar seorang pendidik. Ketujuh, membantu kesulitan belajar anak didik secara individual maupun kelompok. Aktivitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang teramat sulit. Dalam hal semangat, terkadang semangatnya tinggi, tetapi juga sulit untuk mengadakan konsentrasi. Kesulitan belajar merupakan kekurangan yang tidak nampak secara lahiriyah.38 Dari ketujuh strategi memotivasi peserta didik, bahwa Ketidak mampuan dalam belajar tidak dapat dikenali dalam wujud fisik. Hal ini berbeda dengan orang yang tidak mengalami masalah kesulitan belajar. Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor kecerdasan yang menonjol belum tentu menjamin keberhasilan belajar. Dengan demikian penulis dapat mengatakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar. 37 38
Ibid, h., 247. Ibid.
34
Adapun dalam hambatan-hambatan tersebut, dari beberapa buku yang penulis baca, disini penulis dapat menjelaskan hasil sintesis penulis bahwa adanya sebuah faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan kedalam dua golongan, yaitu: a)
Faktor intern (faktor dari dalam diri anak itu sendiri) yang meliputi: pertama, faktor fisiologis adalah faktor fisik dari anak itu sendiri. Misalnya Seorang murid yang sedang sakit mata, tentunya akan mengalami kelemahan secara fisik, terutama pada penglihatannya. Sehingga proses menerima pelajaran, memahami pelajaran pun menjadi tidak sempurna. Kedua, faktor psikologis adalah berbagai hal yang berkenaan dengan berbagai prilaku yang ada dibutuhkan dalam belajar. Misalnya pada murid yang mempunyai berbagai tipe belajar, yang mana guru harus mengenal betul secara dalam tentang muridnya tersebut.
b) Faktor eksternal (faktor dari luar anak) meliputi; pertama, faktor-faktor sosial adalah seperti cara mendidik anak oleh orang tua mereka dirumah, bahkan lingkungan masyarakatnya pun turut serta dalam belajarnya. Anak-anak yang tidak mendapakan perhatian yang cukup tentunya akan berbeda dengan anakanak yang cukup mendapatkan perhatian. Kedua, faktor-faktor non-sosial yaitu yang dapat menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar adalah terletak pada faktor guru disekolah, kemudian alat-alat pembelajaran, kondisi tempat belajar, serta kurikulum.
35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA YASPIH Rajeg-Tanggerang yang berlokasi di JL. Raya Rajeg-Ps.Mauk, RT. 04/ 08 Tanjakan – Rajeg 14550 Tanggerang. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011. Proses penelitian dilakukan secara bertahap mulai dari perencanaan persiapan instrument, uji coba instrument penelitian yang dilanjutkan dengan pengumpulan data lapangan sebagai kegiatan inti penelitian, rentang waktu secara keseluruhan selama 3 (tiga) bulan, mulai pada bulan November sampai dengan Awal Desember 2011. Dalam penelitian ini populasiya adalah seluruh siswa kelas XII jurusan IPA (1 kelas), IPS (2kelas) di SMA YASPIH Rajeg-Tangerang berjumlah 102 siswa dari 3 kelas. Karena lebih dari 100 maka akan diambil 15 % sebagai sampel maka penelitian ini termasuk penelitian populasi.
B. Metodologi Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Pendekatan metode konvesional dengan porosedur survey dengan instrument kuesioner untuk melihat pengaruh dan fenomena yang
36
berkembang pada setiap variable dan subjek penelitian. Sebagai mana yang dikemukakan oleh Vandalen “bahwa survei merupakan bagian dari studi deskriptif yang bertujuan untuk mencari kedudukan (status) fenomena (gejala) dan menentukan kesamaan status.1 Maka prosedur pemecahan masalah yang digunakan dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta dan data-data yang ada atau sebagaimana adanya, kemudian data-data tersebut dianalisisis, diinterpretasikan dan disimpulakan.
C. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dan Sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.2 1.
Populasi Target, dalam penelitian ini adalah seluruh Murid Di Sekolah SMA YASPIH Rajeg – Tangerang semester ganjil tahun pelajaran 2011-2012.
2.
Populasi Terjangkau, adalah Jumlah seluruh siswa 102 siswa yang terbagi dalam tiga kelas, yaitu kelas XII IPA/ IPS. Terdiri dari dua jurusan, yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 1 kelas dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 2 kelas.
3.
Sampel, sampel di ambil dari populasi terjangkau yaitu kelas XII IPA dan IPS. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti3. Dalam
penelitian ini pengambilan sampel didasarkan pada pendapat Arikunto yang menyatakan apabila subyeknnya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Jika jumlah subyeknya besar dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik sampel Stratifikasi (Proportionate Stratified Random sampling) karena populasi yang heterogen. 1
Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito, 1982), h. 6. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), cet. Ke-12, hlm. 108. 3 Ibid., h. 109 2
37
Jika populasi heterogen, maka akan lebih baik di buat menjadi beberapa kelompok/ lapisan yang terdiri dari XII IPA/ IPS. Pembuatan kelompok ditentukan berdasarkan karakteristik tertentu sedemikian sehingga kelompok itu menjadi homogen. Dari setiap kelompok di ambil secara acak anggota-anggota yang diperlukan. Gabungan anggota- anggota yang dapat akan membentuk sampel kelompok. Kemudian sampel kelompok di perbaiki lagi dengan menggunakan cara proporsional, yaitu di ambil sampel setiap kelompok sesuai dengan ukuran kelompok itu. Cara ini dinamakan dengan cara acak proporsional. Dalam Penelitian ini penulis mengambil sampel 37% dari populasi yang jumlah keseluruhannya adalah 102 siswa. yaitu sebanyak 37 Siswa-siswi, yang di ambil secara acak/ Random Sampling. Dari data diatas, maka diperoleh Kelas XII IPA/ IPS = 24 untuk program IPS sebanyak 2 rombel dan 13 untuk program IPA. Sehingga jumlah Sampel penelitian adalah 37 Siswa.
D. Rumusan Hipotesa Dalam metode penelitian, hipotesis adalah alat yang mempunyai inkuiri. Karena hipotesis dapat menghubungkan dari teori yang relevan dengan kenyataan yang ada atau fakta, atau dari kenyataan dengan teori yang relevan. Jadi hipotesis itu dugaan sementara yang kebenarannya masih perlu diuji dengan data yang asalnya dari lapangan.4 Disini terdapat dua dugaan sementara, yaitu : Ha
: Terdapat pengaruh antara pelaksanaan Ujian Nasional terhadap motivasi belajar Siswa kelas XII.
Ho
: Tidak terdapat pengaruh antara pelaksanaan Ujian Nasional terhadap motivasi belajar siswa kelas XII
4
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 41.
38
Analisa penelitian ini menggunakan rumus product moment : Rumus Product Moment rxy =
N XY ( X )( Y )
[ N X 2 ( X ) 2 ][ N Y 2 ( Y ) 2 ]
E. Variabel Penelitian Menurut Arikunto variabel adalah obyek penelitian atau apa saja yang menjadi titik penelitian suatu penelitian.5 Menurut Sutrisno Hadi yang dikutip Arikunto mendefinisikan Variabel adalah sebagai gejala yang bervariasi,6 Variabel-variabel dalam penelitian adalah prestasi belajar siswa terhadap pengaruh UN sebagai variabel bebas (X) dan motivasi belajar siswa sebagai variabel terikat (Y). 1.
Pengaruh Pelaksanaan Ujian Nasional a.
Definisi Konseptual Ujian Nasional adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapain kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan atau penyelesain dari suatu satuan pendidikan.
b.
Definisi Operasional Ujian nasional adalah salah satu jenis evaluasi yang dilakukan pada dunia pendidikan dan disesuaikan dengan standar pencapain hasil secara nasional. Pengertian ujian nasional pada awalnya adalah sebagai langkah untuk
mengetahui
tingkat
keberhasilan
proses
pendidikan
dan
pembelajaran disetiap wilayah negeri ini.
2.
Motivasi Belajar Siswa a.
Definisi Konseptual Motivasi belajar adalah merupakan daya penggerak psikis dari dalam diri seorang untuk dapat melakukan kegiatan belajar dan menambah kegiatan
5 6
Ibid., h. 96. Ibid., h. 94.
39
belajar dan menambah kegiatan belajar dan menambah keterampilan, pengalaman. b.
Definisi Operasional Motivasi belajar adalah perubahan energy dalam dirir seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
F. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah: 1.
Observasi Menurut Sutrisno Hadi observasi adalah pengamatan dan pencatatan
dengan sistematik dengan fenomena-fenomena yang diselidiki.7 Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data tentang kondisi sekolah atau deskripsi lokasi penelitian yang dilaksanakan di SMA YASPIH, Rajeg-Tanggerang. 2.
Wawancara Wawancara adalah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara
langsung.8 Wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah untuk memperoleh data yang lebih mendalam dan untuk mengkomparasikan data yang diperoleh melalui angket. Wawancara dilakukan dengan kepala sekolah SMA YASPIH, Rajeg-Tanggerang. 3.
Metode angket (kuesioner). Angket adalah daftar pertanyataan yang diberikan kepada responden baik
secara langsuang maupun tidak langsung.9 Anggket ini di sebar kepada SiswaSiswi SMA YASPIH, untuk memperoleh informasi mengenai pengaruh Pelaksanaan ujian nasional terhadap motivasi belajar siswa di SMA YASPIH, Rajeg-Tanggerang.
7 8
Sutrisno Hadi, Metodologi Reserch ,(Yogyakarta: Andi Offset, 1992), cet. Ke-2, h.136. Husaini Usman, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksar, 2000),, cet. Ke-3,
h. 5. 9
Ibid., h. 60.
40
Angket dibuat dengan model Likert yang mempunyai empat kemungkinan jawaban yang berjumlah genap ini dimaksud untuk menghindari kecenderungan responden bersikap ragu-ragu dan tidak mempunyai jawaban yang jelas. a.
Studi Kepustakaan Untuk memberikan hasil maksimal dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan dan membaca literatur-literatur baik berupa buku-buku, majalah, surat kabar, dan media internet sebagai pencari data yang ada kaitannya dengan permasalahan dalam penelitian.
b.
Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah mencari data-data mengenai hal-hal atau variasi yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, agenda dan sebagainya.10 Metode dokumentasi digunakan untuk mencari data tentang prestasi belajar belajar siswa, yaitu nilai raport Nilai raport semester II kelas X, XI, XII tahun ajaran 2011.
G. Validitas dan Reabilitas Penelitian 1.
Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkatan-tingkatan
kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Sebuah instrument dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variable yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrument menunjukan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran validitas yang dimaksud. Sedangkan untuk menguji tingkat validitas empiris instrumen, peneliti mencoba instrument tersebut pada sasaran dalam penelitian. Langkah ini disebut dengan kegiatan uji coba (try-out) instrument. Apabila data yang didapat dari uji coba ini sudah sesuai dengan yang seharusnya, berarti bahwa instrumennya sudah baik dan valid.11 Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan Korelasi Produk moment dengan angka kasar. 10
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. (Jakarta: PT. Rineka Cipta), h. 135. 11 Ibid., h. 145.
41
Rumus Kolerasi product moment dengan angka kasar adalah sebagai berikut: 𝑟𝑥𝑦 =
𝑁∑𝑋𝑌 − (∑𝑋)(∑𝑌) {𝑁∑𝑋 2 − (∑𝑋)2 }{𝑁∑𝑌 2 − (∑𝑌)2 }
Keterangan:
H.
𝑟𝑥𝑦
= Koefisien korelasi antara X dan Y
X
= Skor butir
Y
= Skor total
N
= Jumlah Responden
𝑥2
= Jumlah kuadrat nilai X
𝑌2
= Jumlah kuadrat nilai Y
Teknik Analisis Data Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan untuk menguraikan
keterangan-keterangan atau data yang diperoleh agar data tersebut dapat dipahami bukan oleh orang yang mengumpulkan data saja, tapi juga oleh orang lain. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisa secara kuantitatif, metode ini bertujuan mengembangkan dan menggunakan modelmodel matematis, teori-teori dan/ atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Adapun langkah-langkahnya melaui editing, conding, scoring, tabulating, pengujian hipotesis, yaitu mencari korelasi dengan menggunakan teknik korelasi product momen. Angket yang telah di buat peneliti disebarkan untuk siswa kelas XII IPA dan IPS. Angket ini dibuat untuk mengetahui sejauh mana pengaruh pelaksanaan ujian nasioanal terhadap motivasi belajar Pendidikan Agama Islam. Setelah angket tentang pengaruh pelaksanaan ujian nasioanal terhadap motivasi belajar Pendidikan Agama Islam terkumpul semua, tahap berikutnya adalah peneliti menganalisis data tentang minat tersebut. Untuk mengetahui tingkat minat belajar siswa, didapat dengan cara sebagai berikut: 1.
Mendata jumlah pernyataan yang telah di ceklis () oleh murid, baik murid kelas VII IPA, maupun siswa kelas XII IPS.
42
2.
Perolehan data dari angket dipresentasikan dengan rumus sebagai berikut: 𝐏=
𝑭 × 𝟏𝟎𝟎 𝑵
Keterangan: P: Angket Presentase F: Frekuensi (Jumlah Jawaban Murid/ Responden) N: Number Of Case (banyaknya siswa)
43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data 1.
Sejarah singkat SMA YASPIH Lokasi di jl. Kh. Moh. Dahlan Tanjakan Kec. Rajeg Kab. Tangerang telah
di setujui oleh pihak pemerintah daerah setempat, karena lokasi tersebut aman, baik, dan mudah tejangkau bagi para peserta didik. Yang mana sekolah ini memiliki luas banguna 8300 m2/1941 m2 dan kini juga sedang ada perluasan bangunan kembali. Untuk dapat berperan serta dalam pembangunan nasional, yayasan pendidikan Islam hidayatullah ini, yang bergerak di bidang pendidikan umum dan pembinaan mental, mendidrikan suatu lembaga pendidikan yang diharapkan menampung seluruh kegiatan kependidikan yang terpadu antara komponan Ilmu pengetahuan dan Ilmu Agama, sehingga dapat dikembangkan semua dimensi anak didik secara seimbang, serta menjadi bekal dalam mencapai kehidupan sejahtera di dunia dan di akhirat nanti. Sesuai dengan landasan kegiatan Yayasan Pendidikan Islam Hidayatullah yang di dirikan pada tahun 1977 Kakanwil Depdikbud Provinsi Jawa Barat (sekarang Banten), dan SK. Pendirinnya No. 3280/I02.1/Kep/OT/1999. Sesuai dengan cita-cita pembentukan Yayasan Pendidikan Islam Hidayatullah yaitu : “mencerdaskan dan membangun watak anak bangsa dan menciptakan akhlakul karimah, dan dapat mengenalkan diri kepada sang maha pencipta”
44
Pada tahun awal kegiatan pembelajaran, yayasan akan membentuk lembaga pendidikan Islam YASPIH tersebut dengan melaksanakan secara operasional pembangunan sekolah lanjutan tingkat atas yang berbentuk pendidikan umum dan berciri khas. Dalam berbagai tahapan sekolah YASPIH yang semakin pesat kini YASPIH memiliki 3 jurusan yang pertama yaitu SMP, SMA, dan SMK. 2.
Visi dan Misi Sebagaimana
lembaga-lembaga
Pendidikan
lain,
SMA
YASPIH
mempunyai visi dan misi sebagai berikut : a.
Visi Menjadi sekolah unggulan dalam prestasi, dedikasi, budaya dan moral, sehingga menjadi kepercayaan masyarakat dan kebanggaan umat.
b. Misi
Meningkatkan kwalitas dan prestasi pendidikan serta prestasi bidang ekstrakurikuler sesuai kondisi dan potensi.
Optimalisasi sarana dan prasarana pembelajaran dengan daya dukung tenaga dan teknologi pendidikan yang berdaya guna dan berhasil guna
Tertib
administrasi,
disiplin
warga
sekolah,
peningkatan
kesejahteraan, membangun silaturahmi dan kekeluargaan.
Menciptakan iklim demokratis, lingkungan islami, asri dan berseri.
45
Struktur Organisasi SMA YASPIH Rajeg-Tangerang tahun 2011-2012 YAYASAN
KEPALA SEKOLAH WAKIL KEPALA SEKOLAH
BID.KURIKULUM PEMBINA OSIS
BP
SARANA & PRASARANA
HUMAS
WALI KELAS DEWAN GURU SISWA
Pengajar dan Staf SMA YASPIH Rajeg-Tangerang TP. 2011-2012 M.
No
Nama
Pend Terakhir
Mata Pelajaran
1
2
14
16
1
DRS. KAMSONO, M. Pd
S2
Kepala Sekolah
2
LILI KURNIALI
SMA
Matematika
3
MAHPUDIN, S. Pd
S1
PKn
4
L YUNITA, S. Pd
S1
Bahasa Inggris
5
HASBULLOH, S. Pd I
S1
Geografi
6
SUPANDI, SE. S. Pd
S1
Biologi
7
PAUDIN, S. Ag
S1
Bahasa Inggris
8
ANIK SAMSIATUN, S. Si
S1
Kimia
46
9
PUJI LESTARI, S. Pd
S1
10
NANA SURYANA, S. Pd
S1
11
HAERUDIN, SH
S1
12
MAKIYAH, S. Pd
S1
13
SITI UMROH, S. Pd
S1
Fisika Bahasa Indonesia Sosiologi/PKn Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia
15
HENDRIK SUSANTO, SH ABDUL HARIS, S. Sos
16
HAWA HAMZAH
D2
17
DAEBAH, SE
S1
Sejarah Mulok Tata Busana Ekonomi
18
MOCH. KHUSAERI, SQ
SMA
Mulok BTQ
19
MUSLIM, S. Pd
S1
Biologi
20
M. ALI HUTFI, S. Pd
S1
PAI
21
S1
PAI
S1
Sejarah
23
H. BAI MAHDI, SS MIFTAHUSSALAM, S. HI ADE ROMANSYAH
SMA
Seni Budaya
24
DARYANTO, ST
S1
Fisika
25
ULYATI, Amd NINING MUNAWAROH, A. Md BAHRUL ULUM, S. Kom USWATUN HASANAH, S. Hum
D3
Matematika
D3
TIK
S1
TIK
S1
Matematika
29
YAYA KARYANA
D2
30
SITI SUHAETI
S1
31
MASRIYANI, SE M.A. MAMAN KOMARUDIN MUHAMAD ROHIM
S1
Mulok Tata Boga Bahasa Indonesia Ekonomi
SMA
Kepala TU
SMA
Staf TU
14
22
26 27 28
32 33
S1
Penjaskes
S1
47
Jumlah siswa SMA YASPIH Rajeg Tangerang TP. 2011-2012 Jumlah Peserta Didik JUMLAH Kelas JUMLAH LAKI-LAKI PEREMPUAN XII IPA
8
27
35
XII IPS
40
27
67
JUMLAH
48
54
102
Data Keadaan Sarana Prasarana
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Sarana Prasarana
Jumlah
Baik
10 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1
1 1 2 -
Ruang Kelas Ruang Kepala Sekolah Ruang Guru & Tata Usaha Ruang Laboratorium Ruang Perpustakaan Ruang Keterampilan Ruang Multi Media Ruang UKS Aula Serba Guna Lapangan Olahraga/Upacara Rumah Dinas Ruang OSIS Musholla
Rusak Ringan 2 1 1 -
Rusak Berat 7 -
E. Peralatan Penunjang Pembelajaran
NO
JENIS
1 2 3 4 5
Peralatan Lab. IPA Peralatan Lab. IPS Peralatan TIK Peralatan Olahraga Siswa Buku Perpustakaan
JUMLAH KONDISI CUKUP KURANG BAIK RUSAK
KET
48
B. Analisis Data Pada deskripsi ini penulis menggunakan pola perhitungan statistic dalam persentase. Penelitian objek yang bersangkutan dimulai dengan peneybaran angket yang telah disusun dan disebarka kepada 40 reaponden, kemudian data diedit dan ditabulasikan selanjutnya dihitung dalam bentuk persentase kemudian hasilnya dapat dideskripsikan sebagai berikut: 1.
Varibel X Tabel ke 1 Saya siap dengan adanya pelaksanaan Ujian Nasional No
Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentase
1
Selalu
8
21,62%
2
Sering
8
21,62%
3
Kadang-kadang
17
45,95%
4
Tidak pernah
4
10,81%
Jumlah
37
100%
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang siap dan sering dalam kaitan kesiapan siswa dengan pelaksanaan Ujian Nasional sama yakni 21,62%. Sedangkan siwa dengan persentase kadang-kadang lebih banyak yakni 45,95%. Adapun persentasenya siswa yang tidak pernah siap dengan pelaksanaan Ujian Nasional terdapat persentase sebanyak 10.81%. Sehingga dapat dikatakan bahwa mayoritas siswa kadang-kadang siap dengan pelaksanaan Ujian Nasional
49
Table ke 2 Saya setuju dengan bertambahnya mata pelajaran yang diujikan pada Ujian Nasional No
Alternative jawaban
frekuensi
Persentase
1
Selalu
17
45,95%
2
Sering
12
32,43%
3
Jarang
7
18,91%
4
tidak pernah
1
2,71%
Jumlah
37
100 %
Berdasarkan tebel di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan selalu setuju dengan bertambahnya mata pelajaran yang diujikan pada Ujian Nasional sebanyak 45,95%. Sedangkan siswa yang menyatakan kadangkadang setuju dengan bertambahnya mata pelajaran yang diujikan pada Ujian Nasional yakni sebanyak 32,43%. Adapun siswa yang menyatakan jarang setuju dengan bertambahnya mata pelajaran yang diujikan pada Ujian Nasional yakni sebanyak 18,91%. Namun hanya sedikit saja siswa yang menyatakan tidak setuju dengan bertambahnya mata pelajaran yang diujikan pada Ujian Nasional yakni 2,71%. Table ke 3 Saya mengikuti bimbingan belajar untuk menghadapi Ujian Nasional No
Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentasi
1
Selalu
20
54,05%
2
Sering
9
24,32%
3
Jarang
8
21,63%
4
Tidak pernah
0
0
Jumlah
37
100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan selalu mengikuti bimbingan belajar untuk menghadapi Ujian
50
Nasional 54,01%. Adapun siswa yang sering mengikuti bimbingan belajar untuk menghadapi Ujian Nasional sebanyak 24,32%. Selain itu siswa yang kadangkadang mengikuti bimbingan belajar untuk menghadapi Ujian Nasional sebanyak 21,63%. Namun siswa yang jarang mengikuti bimbingan belajar untuk menghadapi Ujian Nasional tidak ada. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa rata-rata setuju untuk mengikuti bimbingan belajar untuk menghadapi Ujian Nasional sebanyak 24,32%.
Table 4 Ujian Nasional penting bagi peningkatan kemampuan siswa. No
Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentasi
1
Selalu
26
70,27%
2
Sering
8
21,62%
3
Jarang
3
8,11%
4
Tidak pernah
-
0%
Jumlah
37
100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan selalu bahwa Ujian Nasional penting bagi peningkatan kemampuan siswa sebanyak 21,62%. Adapun siswa yang sering bahwa Ujian Nasional penting bagi peningkatan kemampuan siswa sebanyak 24,32%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa Ujian Nasional penting bagi peningkatan kemampuan siswa sebanyak 8,11%. Namun demikian siswa yang menyatakan tidak pernah setuju bahwa Ujian Nasional penting bagi peningkatan kemampuan siswa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa rata-rata setuju bahwa Ujian Nasional penting bagi peningkatan kemampuan siswa itu sendiri.
51
Table 5 Dari tahun ke tahun nilai Ujian Nasional bertambah. No
Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentasi
1
Selalu
27
72,97%
2
Sering
9
24,32%
3
Jarang
1
2,71%
4
Tidak pernah
-
0 %
Jumlah
37
100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan selalu bahwa dari tahun ke tahun nilai Ujian Nasional bertambah sebanyak 72,97%. Adapun siswa yang sering bahwa dari tahun ke tahun nilai Ujian Nasional bertambah sebanyak 24,32%. Selain itu siswa yang kadangkadang menyatakan bahwa dari tahun ke tahun nilai Ujian Nasional bertambah yakni sebanyak 2,71%. Namun demikian ada siswa yang tidak pernah berpendapat bahwa dari tahun ke tahun nilai Ujian Nasional bertambah tidak ada yakni 0%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa dari tahun ke tahun nilai Ujian Nasional bertambah tiap tahun. Table 6 Saya termotivasi belajar PAI ketika Ujian nasional akan dilaksanakan No
Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentasi
1
Selalu
23
62,16%
2
Sering
9
24,32%
3
Jarang
5
13,51%
4
Tidak pernah
-
0%
Jumlah
37
100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan selalu bahwa dari tahun ke tahun nilai Ujian Nasional bertambah sebanyak 72,97%. Adapun siswa yang sering bahwa dari tahun ke tahun nilai
52
Ujian Nasional bertambah sebanyak 24,32%. Selain itu siswa yang kadangkadang menyatakan bahwa dari tahun ke tahun nilai Ujian Nasional bertambah yakni sebanyak 2,71%. Namun demikian ada siswa yang tidak pernah berpendapat bahwa dari tahun ke tahun nilai Ujian Nasional bertambah tidak ada yakni 0%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa dari tahun ke tahun nilai Ujian Nasional bertambah tiap tahun.
Table.7 Selama ini penilaian Ujian Nasional dilakukan DIKNAS PENDIDIKAN No
Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentasi
1
Selalu
11
29,72%
2
Sering
13
35,13%
3
Jarang
9
24,32%
4
Tidak pernah
4
10,81%
Jumlah
37
100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan selalu bahwa selama ini penilaian Ujian Nasional dilakukan DIKNAS sebanyak 29,72%. Adapun siswa yang sering bahwa selama ini penilaian Ujian Nasional dilakukan DIKNAS sebanyak 35,13%. Selain itu siswa yang kadangkadang menyatakan bahwa selama ini penilaian Ujian Nasional dilakukan DIKNAS yakni sebanyak 24,32%. Namun demikian ada siswa yang tidak pernah berpendapat bahwa selama ini penilaian Ujian Nasional dilakukan DIKNAS yakni sebanyak 10,81%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 35,13% siswa selama ini penilaian Ujian Nasional dilakukan DIKNAS.
53
Table.8 Dengan adanya Ujian Nasional saya bisa menerapkan Ilmu dalam kehidupan sehari-hari. No
Alternatif jawaban
Frekuensi
Persentasi
1
Selalu
2
5,40 %
2
Sering
5
13,51 %
3
Jarang
12
32,43 %
4
Tidak pernah
18
48,64 %
Jumlah
37
100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan selalu bahwa Dengan adanya Ujian Nasional saya bisa menerapkan Ilmu dalam kehidupan sehari-hari sebanyak 5,40%. Adapun siswa yang sering bahwa Dengan adanya Ujian Nasional saya bisa menerapkan Ilmu dalam kehidupan sehari-hari sebanyak 13,51%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa Dengan adanya Ujian Nasional saya bisa menerapkan Ilmu dalam kehidupan sehari-hari yakni sebanyak 32,43%. Namun demikian ada siswa yang tidak pernah berpendapat bahwa Dengan adanya Ujian Nasional saya bisa menerapkan Ilmu dalam kehidupan sehari-hari yakni sebanyak 48,64%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 48,64% siswa Dengan adanya Ujian Nasional saya bisa menerapkan Ilmu dalam kehidupan sehari-hari. Tabl.9 Setelah sosialisasi Ujian Nasional, motivasi belajar saya meningkat No
Alternatif jawaban
Frekuensi
persentasi
1
Selalu
22
59,45 %
2
Sering
8
21,62 %
3
Jarang
6
16,21 %
4
Tidak pernah
1
2,70 %
Jumlah
37
100 %
54
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan selalu bahwa Setelah sosialisasi Ujian Nasional, motivasi belajar saya meningkat sebanyak 59,45%. Adapun siswa yang sering bahwa Setelah sosialisasi Ujian Nasional, motivasi belajar saya meningkat sebanyak 21,62%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan Setelah sosialisasi Ujian Nasional, motivasi belajar saya meningkat yakni sebanyak 16,21%. Namun demikian ada siswa yang berpendapat bahwa Setelah sosialisasi Ujian Nasional, motivasi belajar saya meningkat yakni sebanyak 2,70%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 59,45% siswa Setelah sosialisasi Ujian Nasional, motivasi belajar saya meningkat.
Table. 10 Sekolah mengadakan pendalaman materi semua mata pelajaran yang di UN kan No
Alternatif jawaban
Frekuensi
persentasi
1
Selalu
5
13,51 %
2
Sering
11
29,72 %
3
Jarang
16
43,24 %
4
Tidak pernah
5
13,51%
Jumlah
37
100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan selalu bahwa Sekolah mengadakan pendalaman materi semua mata pelajaran yang di UN kan sebanyak 13,51%. Adapun siswa yang sering bahwa Sekolah mengadakan pendalaman materi semua mata pelajaran yang di UN kan sebanyak 29,27 %. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa Sekolah mengadakan pendalaman materi semua mata pelajaran yang di UN kan yakni sebanyak 43,14 %. Namun demikian ada siswa yang berpendapat bahwa Sekolah mengadakan pendalaman materi semua mata pelajaran yang di UN kan yakni sebanyak 13,51%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 43,14 % siswa Sekolah mengadakan pendalaman materi semua mata pelajaran yang di UN kan.
55
Tabl.11 Saya belajar lebih giat lagi agar nilai ujian nasional saya memuaskan No
Alternatif jawaban
Frekuensi
persentasi
1
Selalu
9
24,32 %
2
Sering
10
27,02 %
3
Jarang
9
24,32 %
4
Tidak pernah
9
24,32 %
Jumlah
37
100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan Saya masih termotivasi belajar ketika ujian nasional akan dilaksanakan sebanyak 24,32%. Adapun siswa yang sering bahwa masih termotivasi belajar ketika ujian nasional akan dilaksanakan sebanyak 27,02%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa masih termotivasi belajar ketika ujian nasional akan dilaksanakan yakni sebanyak 24,32%. Namun demikian ada siswa yang berpendapat bahwa masih termotivasi belajar ketika ujian nasional akan dilaksanakan yakni sebanyak 24,32%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 27,02 % siswa masih termotivasi belajar ketika ujian nasional akan dilaksanakan Table.12 Sekolah melakukan try out No
Alternatif jawaban
Frekuensi
persentasi
1
Selalu
21
56,75 %
2
Sering
5
13, 51%
3
Jarang
11
29,72 %
4
Tidak pernah
-
0%
Jumlah
37
100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan selalu bahwa sekolah melakukan try out sebanyak 56,75%. Adapun
56
siswa yang sering bahwa sekolah melakukan try out sebanyak 13,51%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan sekolah melakukan try out yakni sebanyak 29,72%. Namun demikian ada siswa yang tidak pernah berpendapat bahwa sekolah melakukan try out yakni sebanyak 0,%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 56,75% siswa sekolah melakukan try out
Table.13 Saya menyiapkan peralatan ketika ujian nasional akan di laksanakan No
Alternatif jawaban
Frekuensi
persentasi
1
Selalu
21
56,75 %
2
Sering
6
16,21 %
3
Jarang
6
16,21 %
4
Tidak pernah
4
10,81 %
Jumlah
37
100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan siswa yang menyatakan selalu bahwa Saya menyiapkan peralatan ketika ujian nasional akan di laksanakan sebanyak 56,75%. Adapun siswa yang sering bahwa Saya menyiapkan peralatan ketika ujian nasional akan di laksanakan sebanyak 16,21%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa Saya menyiapkan peralatan ketika ujian nasional akan di laksanakan yakni sebanyak 16,21%. Namun demikian ada siswa yang berpendapat tidak pernah bahwa Saya menyiapkan peralatan ketika ujian nasional akan di laksanakan yakni sebanyak 10,81%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 56,75% siswa menyiapkan peralatan ketika ujian nasional akan di laksanakan.
57
Table.14 Saya sangat siap dan percaya diri dalam menghadapi ujian nasional No
Alternatif jawaban
Frekuensi
persentasi
1
Selalu
22
59,45 %
2
Sering
10
27,02 %
3
Jarang
5
13,51 %
4
Tidak pernah
-
0%
Jumlah
37
100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan selalu Saya sangat siap dan percaya diri dalam menghadapi ujian nasional sebanyak 59,45%. Adapun siswa yang sering bahwa Saya sangat siap dan percaya diri dalam menghadapi ujian nasional sebanyak 27,02%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa Saya sangat siap dan percaya diri dalam menghadapi ujian nasional yakni sebanyak 13,51%. Namun demikian ada siswa yang berpendapat tidak pernah bahwa Saya sangat siap dan percaya diri dalam menghadapi ujian nasional yakni sebanyak 0 %. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 59,45% siswa selama ini Saya sangat siap dan percaya diri dalam menghadapi ujian nasional. Table.15 Buku-buku peket di sekolah memadai untuk menghadapi ujian nasional No
Alternatif jawaban
Frekuensi
persentasi
1
Selalu
31
83,78 %
2
Sering
6
16,21 %
3
Jarang
-
0%
4
Tidak pernah
-
0%
Jumlah
37
100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan selalu bahwa Buku-buku peket di sekolah memadai untuk
58
menghadapi ujian nasional sebanyak 83,78%. Adapun siswa yang sering bahwa Buku-buku peket di sekolah memadai untuk menghadapi ujian nasional sebanyak 16,21%. Selain itu siswa yang kadang-kadang dan siswa yang menyatakan tidak pernah, bahwa Buku-buku peket di sekolah memadai untuk menghadapi ujian nasional yakni sebanyak 0%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 83,78% siswa Buku-buku peket di sekolah memadai untuk menghadapi ujian nasional.
Table. 16 Ujian nasional di nilai masyarakat bagus No
Alternatif jawaban
Frekuensi
persentasi
1
Selalu
18
48,64%
2
Sering
8
21,62 %
3
Jarang
10
27,02 %
4
Tidak pernah
1
2,70 %
Jumlah
37
100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan selalu bahwa Ujian nasional di nilai masyarakat bagus sebanyak 48,64%. Adapun siswa yang sering bahwa Ujian nasional di nilai masyarakat bagus sebanyak 21,62%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa Ujian nasional di nilai masyarakat bagus yakni sebanyak 27,02%. Namun demikian ada siswa yang berpendapat tidak pernah bahwa Ujian nasional di nilai masyarakat bagus yakni sebanyak 2,70%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 48,64% siswa Ujian Nasional di nilai masyarakat bagus.
59
Table. 17 Saya merasa takut ketika ujian nasional akan di laksanakan No
Alternatif jawaban
Frekuensi
persentasi
1
Selalu
22
59,45 %
2
Sering
6
16,21 %
3
Jarang
7
18,91 %
4
Tidak pernah
2
5,40 %
Jumlah
37
100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan selalu bahwa Saya merasa takut ketika ujian nasional akan di laksanakan sebanyak 59,45%. Adapun siswa yang sering bahwa Saya merasa takut ketika ujian nasional akan di laksanakan sebanyak 16,21%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa Saya merasa takut ketika ujian nasional akan di laksanakan yakni sebanyak 18,91%. Namun demikian ada siswa yang berpendapat bahwa Saya merasa takut ketika ujian nasional akan di laksanakan yakni sebanyak 5,40%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 59,45% siswa, Saya merasa takut ketika ujian nasional akan di laksanakan. Table.18 Setelah ujian nasional nilai akan dijamin oleh pemerintah ketika lulus No
Alternatif jawaban
Frekuensi
persentasi
1
Selalu
15
40,54 %
2
Sering
12
32,43 %
3
Jarang
6
16,21 %
4
Tidak pernah
4
10,81 %
Jumlah
37
100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan selalu bahwa Setelah ujian nasional nilai akan dijamin oleh
60
pemerintah ketika lulus sebanyak 40,54%. Adapun siswa yang sering bahwa Setelah ujian nasional nilai akan dijamin oleh pemerintah sebanyak 32,43%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa Setelah ujian nasional nilai akan dijamin oleh pemerintah yakni sebanyak 16,21%. Namun demikian ada siswa yang berpendapat tidak pernah bahwa Setelah ujian nasional nilai akan dijamin oleh pemerintah yakni sebanyak 10,81%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 40,54% siswa Setelah ujian nasional nilai akan dijamin oleh pemerintah.
Table.19 Guru memberi arahan ketika ujian nasional akan dilaksanakan No
Alternatif jawaban
Frekuensi
persentasi
1
Selalu
26
70,27 %
2
Sering
8
21,62 %
3
Jarang
3
8,10%
4
Tidak pernah
-
0%
Jumlah
37
100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan selalu bahwa Guru memberi arahan ketika ujian nasional akan dilaksanakan sebanyak 70,27%. Adapun siswa yang sering bahwa Guru memberi arahan ketika ujian nasional akan dilaksanakan sebanyak 21,62%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa Guru memberi arahan ketika ujian nasional akan dilaksanakan yakni sebanyak 8,10%. Namun demikian ada siswa yang berpendapat bahwa Guru memberi arahan ketika ujian nasional akan dilaksanakan yakni sebanyak 0%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 70,72% siswa Guru memberi arahan ketika ujian nasional akan dilaksanakan.
61
Tabel.20 Nilai ujian nasional dipakai ketika akan melamar pekerjaan No
Alternatif jawaban
Frekuensi
persentasi
1
Selalu
15
40,54 %
2
Sering
13
35,15 %
3
Jarang
7
18,91 %
4
Tidak pernah
2
5,40 %
Jumlah
37
100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan selalu bahwa Nilai ujian nasional dipakai ketika akan melamar pekerjaan sebanyak 40,54%. Adapun siswa yang sering bahwa Nilai ujian nasional dipakai ketika akan melamar pekerjaan sebanyak 35,13%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa Nilai ujian nasional dipakai ketika akan melamar pekerjaan yakni sebanyak 18,91%. Namun demikian ada siswa yang tidak pernah berpendapat bahwa Nilai ujian nasional dipakai ketika akan melamar pekerjaan yakni sebanyak 5,40%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 40,54% siswa Nilai ujian nasional dipakai ketika akan melamar pekerjaan.
Tabel.21 Siswa tepat waktu ketika datang kesekolah No
Alternatif jawaban
Frekuensi
persentasi
1
Selalu
21
56,75 %
2
Sering
10
27,02 %
3
Jarang
6
16,21 %
4
Tidak pernah
0
0%
Jumlah
37
100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan selalu bahwa saya tepat waktu ketika datang kesekolah sebanyak 56,75%. Adapun
62
siswa yang sering bahwa saya tepat waktu ketika datang kesekolah sebanyak 27,02%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa saya tepat waktu ketika datang kesekolah yakni sebanyak 16,21%. Namun demikian ada siswa yangtidak pernah berpendapat bahwa saya tepat waktu ketika datang kesekolah yakni sebanyak 0%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa 56,75%.
Tabel.22 Saya belajar karena kemauan saya sendiri No
Alternatif jawaban
Frekuensi
persentasi
1
Selalu
19
51,35 %
2
Sering
8
21,62 %
3
Jarang
8
21,62 %
4
Tidak pernah
2
5,40 %
Jumlah
37
100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan selalu bahwa saya belajar karena kemauan sendiri sebanyak 51,35%. Adapun siswa yang sering bahwa saya belajar karena kemauan sendiri sebanyak 21,62%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa saya belajar karena kemauan sendiri yakni sebanyak 21,62%. Namun demikian ada siswa yang berpendapat bahwa saya belajar karena kemauan sendiri yakni sebanyak 5,40%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 51,35% siswa, saya belajar karena kemauan sendiri.
63
Tabel.23 Saya belajar lebih giat lagi agar prestasi saya lebi baik lagi No
Alternatif jawaban
Frekuensi
persentasi
1
Selalu
20
54,05 %
2
Sering
9
24,32 %
3
Jarang
7
18,91 %
4
Tidak pernah
1
2,70 %
Jumlah
37
100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan selalu bahwa saya belajar lebih giat agar prestasi saya lebih baik lagi sebanyak 54,05%. Adapun siswa yang sering bahwa saya belajar lebih giat agar prestasi saya lebih baik lagi sebanyak 24,32%. Selain itu siswa yang kadangkadang menyatakan bahwa saya belajar lebih giat agar prestasi saya lebih baik lagi yakni sebanyak 18,91%. Namun demikian ada siswa yang berpendapat tidak pernah bahwa saya belajar lebih giat agar prestasi saya lebih baik lagi yakni sebanyak 2,70%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 54,05% siswa, saya belajar lebih giat agar prestasi saya lebih baik lagi
Tabel.24 Saya semangat mengikuti pelajaran pendidikan agama Islam No
Alternatif jawaban
Frekuensi
persentasi
1
Selalu
27
72,97 %
2
Sering
8
21,62 %
3
Jarang
7
18,91 %
4
Tidak pernah
1
2,70 %
Jumlah
37
100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan selalu bahwa saya semangat mengikuti pelajaran pendidikan Agama Islam sebanyak 72,97%. Adapun siswa yang sering bahwa saya semangat
64
mengikuti pelajaran pendidikan Agama Islam sebanyak 21,62%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa saya semangat mengikuti pelajaran pendidikan Agama Islam yakni sebanyak 18,91%. Namun demikian ada siswa yang berpendapat bahwa saya semangat mengikuti pelajaran pendidikan Agama Islam yakni sebanyak 2,70%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 72,97% siswa saya semangat mengikuti pelajaran pendidikan Agama Islam.
Tabel.25 Saya berani menyampaikan pendapat dari satu masalah No
Alternatif jawaban
Frekuensi
persentasi
1
Selalu
7
18,91 %
2
Sering
12
32,43 %
3
Jarang
16
43,24 %
4
Tidak pernah
2
5,40 %
Jumlah
37
100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan selalu bahwa saya berani menyampaikan pendapat dari satu masalah sebanyak 18,91%. Adapun siswa yang sering bahwa saya berani menyampaikan pendapat dari satu masalah sebanyak 32,43%. Selain itu siswa yang kadangkadang menyatakan bahwa saya berani menyampaikan pendapat dari satu masalah yakni sebanyak 43,24%. Namun demikian ada siswa yang berpendapat bahwa saya berani menyampaikan pendapat dari satu masalah yakni sebanyak 5,40%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa43,24 siswa saya berani menyampaikan pendapat dari satu masalah.
65
Tebel.26 Saya belajar lebih giat untuk lebih memahami palajaran No
Alternatif jawaban
Frekuensi
persentasi
1
Selalu
15
40,54 %
2
Sering
14
37,83 %
3
Jarang
7
18,91 %
4
Tidak pernah
1
2,70 %
Jumlah
37
100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan selalu bahwa saya belajar lebih giat untuk lebih memahami pelajaran sebanyak 40,54%. Adapun siswa yang sering bahwa saya belajar lebih giat untuk lebih memahami pelajaran sebanyak 37,83%. Selain itu siswa yang kadangkadang menyatakan bahwa saya belajar lebih giat untuk lebih memahami pelajaran yakni sebanyak 18,91%. Namun demikian ada siswa yang berpendapat bahwa saya belajar lebih giat untuk lebih memahami pelajaran yakni sebanyak 2,70%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 40,54% siswa saya belajar lebih giat untuk lebih memahami pelajaran.
Tabel.27 Saya senang membaca buku yang berkaitan dengan pelajaran Ujian Nasional. No
Alternatif jawaban
Frekuensi
persentasi
1
Selalu
18
48,64 %
2
Sering
8
21,62 %
3
Jarang
10
27,02 %
4
Tidak pernah
1
2,70%
Jumlah
37
100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan selalu bahwa saya senang membaca buku pelajaran sebanyak 48,64%. Adapun siswa yang sering bahwa saya senang membaca buku pelajaran
66
sebanyak 21,62%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa saya senang membaca buku pelajaran yakni sebanyak 27,02%. Namun demikian ada siswa yang tidak pernah berpendapat bahwa saya senang membaca buku pelajaran yakni sebanyak 2,70%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 48,64% siswa saya senang membaca buku pelajaran .
Tabel.28 Saya dapat melakukan apapun yang berkenaan dengan pelajaran No
Alternatif jawaban
Frekuensi
persentasi
1
Selalu
13
35,13 %
2
Sering
11
29,72 %
3
Jarang
13
35,13 %
4
Tidak pernah
-
0%
Jumlah
37
100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan selalu bahwa Saya dapat melakukan apapun yang berkenaan dengan pelajaran PAI sebanyak 35,13%. Adapun siswa yang sering bahwa Saya dapat melakukan apapun yang berkenaan dengan pelajaran PAI sebanyak 29,72%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa Saya dapat melakukan apapun yang berkenaan dengan pelajaran PAI yakni sebanyak 35,13%. Namun demikian ada siswa yang berpendapat tidak pernah bahwa Saya dapat melakukan apapun yang berkenaan dengan pelajaran PAI yakni sebanyak 0%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 35,13% siswa, Saya dapat melakukan apapun yang berkenaan dengan pelajaran PAI.
67
Tabel.29 Saya dapat belajar di luar sekolah No
Alternatif jawaban
Frekuensi
persentasi
1
Selalu
9
24,32 %
2
Sering
18
48,64 %
3
Jarang
9
24,32 %
4
Tidak pernah
1
2,70 %
Jumlah
37
100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan selalu bahwa saya dapat belajar diluar sekolah sebanyak 24,32%. Adapun siswa yang sering bahwa saya dapat belajar diluar sekolah sebanyak 48,64%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa saya dapat belajar diluar sekolah yakni sebanyak 24,32%. Namun demikian ada siswa yang berpendapat tidak pernah bahwa saya dapat belajar diluar sekolah yakni sebanyak 2,70%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 48,64% siswa dapat belajar diluar sekolah.
Tabel.30 Saya percaya dengan kemampuan saya sendiri No
Alternatif jawaban
Frekuensi
persentasi
1
Selalu
25
67,56%
2
Sering
8
21,62 %
3
Jarang
2
5,40 %
4
Tidak pernah
2
5,40 %
Jumlah
37
100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan selalu bahwa saya percaya dengan kemampuan saya sendiri sebanyak 67,56%. Adapun siswa yang sering bahwa saya percaya dengan kemampuan saya sendiri sebanyak 21,62%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan
68
bahwa saya percaya dengan kemampuan saya sendiri yakni sebanyak 5,40%. Namun demikian ada siswa yang tidak pernah berpendapat bahwa saya percaya dengan kemampuan saya sendiri yakni sebanyak 5,40%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 67,56% siswa percaya dengan kemampuan saya sendiri.
Tabel.31 Jika nilai saya turun, saya akan belajar lebih giat lagi agar menjadi lebih baik lagi No
Alternatif jawaban
Frekuensi
persentasi
1
Selalu
20
54,05%
2
Sering
10
27,02 %
3
Jarang
6
16,21 %
4
Tidak pernah
1
2,70 %
Jumlah
37
100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan selalu bahwa Jika nilai saya turun, saya akan belajar lebih giat lagi agar menjadi lebih baik lagi sebanyak 54,05%. Adapun siswa yang sering bahwa Jika nilai saya turun, saya akan belajar lebih giat lagi agar menjadi lebih baik lagi sebanyak 27,02%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa Jika nilai saya turun, saya akan belajar lebih giat lagi agar menjadi lebih baik lagi yakni sebanyak 16,21%. Namun demikian ada siswa yang tidak pernah berpendapat bahwa Jika nilai saya turun, saya akan belajar lebih giat lagi agar menjadi lebih baik lagi yakni sebanyak 2,70%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 54,05% siswa, Jika nilai saya turun, saya akan belajar lebih giat lagi agar menjadi lebih baik lagi.
69
Tabel.32 Ketika ujian nasional akan dilaksanakan, saya tetap belajar mata pelajaran yang tidak di ujikan dalam ujian nasional juga No
Alternatif jawaban
Frekuensi
persentasi
1
Selalu
21
56,75%
2
Sering
10
27,02 %
3
Jarang
5
5,40 %
4
Tidak pernah
1
2,70 %
Jumlah
37
100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan selalu bahwa Ketika ujian nasional akan dilaksanakan, saya tetap belajar mata pelajaran yang tidak di ujikan dalam ujian nasional juga sebanyak 56,75%. Adapun siswa yang sering bahwa Ketika ujian nasional akan dilaksanakan, saya tetap belajar mata pelajaran yang tidak di ujikan dalam ujian nasional juga sendiri sebanyak 27,02%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa Ketika ujian nasional akan dilaksanakan, saya tetap belajar mata pelajaran yang tidak di ujikan dalam ujian nasional juga yakni sebanyak 5,40%. Namun demikian ada siswa yang tidak pernah berpendapat bahwa Ketika ujian nasional akan dilaksanakan, saya tetap belajar mata pelajaran yang tidak di ujikan dalam ujian nasional juga yakni sebanyak 2,70%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 56,75% siswa ketika ujian nasional akan dilaksanakan, siswa tetap belajar mata pelajaran yang tidak di ujikan dalam ujian nasional juga.
70
Tabel.33 Saya dapat memahami setiap pelajaran No
Alternatif jawaban
Frekuensi
persentasi
1
Selalu
10
27,02%
2
Sering
14
37,83 %
3
Jarang
11
29,72 %
4
Tidak pernah
2
5,40 %
Jumlah
37
100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan selalu bahwa saya dapat memahami setiap pelajaran sebanyak 27,02%. Adapun siswa yang sering bahwa saya dapat memahami setiap pelajaran sebanyak 37,83%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa saya dapat memahami setiap pelajaran yakni sebanyak 29,72%. Namun demikian ada siswa yang tidak pernah berpendapat bahwa saya dapat memahami setiap pelajaran yakni sebanyak 5,40%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 29,72 % siswa dapat memahami setiap pelajaran.
Tabel.34 Jika ada bimbel saya tidak luput belajar yang tidak di ujikan dalam ujian nasional juga No
Alternatif jawaban
Frekuensi
persentasi
1
Selalu
21
56,76%
2
Sering
13
35,13 %
3
Jarang
3
8,10 %
4
Tidak pernah
-
0%
Jumlah
37
100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan selalu bahwa jika ada bimbel saya tidak luput belajar yang tidak di ujikan dalam ujian nasional juga sebanyak 56,76%. Adapun siswa yang sering
71
bahwa jika ada bimbel saya tidak luput belajar yang tidak di ujikan dalam ujian nasional juga sebanyak 35,13%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa jika ada bimbel saya tidak luput belajar yang tidak di ujikan dalam ujian nasional juga yakni sebanyak 8,10%. Namun demikian ada siswa yang tidak pernah berpendapat bahwa jika ada bimbel saya tidak luput belajar yang tidak di ujikan dalam ujian nasional juga yakni sebanyak 0 %. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 56,76% siswa jika ada bimbel tidak luput belajar yang tidak di ujikan dalam ujian nasional juga
Tabel.35 Saya berusaha menyelesaikan tugas mata pelajaran dengan sebaik-baiknya No
Alternatif jawaban
Frekuensi
persentasi
1
Selalu
19
51,35%
2
Sering
13
35,13 %
3
Jarang
3
8,10 %
4
Tidak pernah
2
5,40 %
Jumlah
37
100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan selalu bahwa Saya berusaha menyelesaikan tugas belajar dengan sebaik-baiknya sebanyak 51,35%. Adapun siswa yang sering bahwa Saya berusaha menyelesaikan tugas belajar dengan sebaik-baiknya sebanyak 35,13%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa Saya berusaha menyelesaikan tugas belajar dengan sebaik-baiknya yakni sebanyak 8,10 %. Namun demikian ada siswa yang tidak pernah berpendapat bahwa saya percaya dengan kemampuan saya sendiri yakni sebanyak 5,40%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 51,35% siswa berusaha menyelesaikan tugas belajar dengan sebaik-baiknya.
72
Tabel.36 Jika ada yang kurang di pahami, saya langsung bertanya kepada guru No
Alternatif jawaban
Frekuensi
persentasi
1
Selalu
15
40,54%
2
Sering
14
37,83 %
3
Jarang
8
21,62 %
4
Tidak pernah
-
0%
Jumlah
37
100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan selalu bahwa Jika ada yang kurang di pahami, saya langsung bertanya kepada guru sebanyak 40,54%. Adapun siswa yang sering bahwa Jika ada yang kurang di pahami, saya langsung bertanya kepada guru sebanyak 37,83%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa Jika ada yang kurang di pahami, saya langsung bertanya kepada guru yakni sebanyak 21,62%. Namun demikian ada siswa yang tidak pernah berpendapat bahwa Jika ada yang kurang di pahami, saya langsung bertanya kepada guru yakni sebanyak 0%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 40,54% siswa jika ada yang kurang di pahami, siswa langsung bertanya kepada guru
Tabel.37 saya mengikuti kegiatan-kegiatan bimbingan belajar diluar sekolah No
Alternatif jawaban
Frekuensi
persentasi
1
Selalu
10
27,02%
2
Sering
11
29,72 %
3
Jarang
12
32,43 %
4
Tidak pernah
4
10,81 %
Jumlah
37
100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan selalu bahwa saya mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan diluar sekolah sebanyak
73
27,02%. Adapun siswa yang sering bahwa saya mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan diluar sekolah sebanyak 29,72%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa saya mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan diluar sekolah yakni sebanyak 32,43%. Namun demikian ada siswa yang tidak pernah berpendapat bahwa saya mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan diluar sekolah yakni sebanyak 10,81%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 32,43% siswa mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan diluar sekolah.
Tabel.38 Saya tetap semangat belajar ketika Ujian Nasional akan di laksanakan No
Alternatif jawaban
Frekuensi
persentasi
1
Selalu
17
45,94%
2
Sering
12
32,43 %
3
Jarang
8
21,62 %
4
Tidak pernah
-
0%
Jumlah
37
100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan selalu bahwa Saya tetap semangat ketika Ujian Nasional akan di laksanakan sebanyak 45,94%. Adapun siswa yang sering bahwa Saya tetap semangat ketika Ujian Nasional akan di laksanakan sebanyak 32,43%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa Saya tetap semangat ketika Ujian Nasional akan di laksanakan yakni sebanyak 21,62%. Namun demikian ada siswa yang tidak pernah berpendapat bahwa saya percaya dengan kemampuan saya sendiri yakni sebanyak 0%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 45,94% siswa tetap semangat ketika Ujian Nasional akan di laksanakan.
74
Tabel.39 Saya sering takut dalam melakukan apapun di saat pelaksanaan ujian nasional No
Alternatif jawaban
Frekuensi
persentasi
1
Selalu
7
18,91%
2
Sering
10
27,02 %
3
Jarang
16
43,24 %
4
Tidak pernah
4
10,81 %
Jumlah
37
100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan selalu bahwa saya sering takut dalam melakukan apapun sebanyak 18,91%. Adapun siswa yang sering bahwa saya sering takut dalam melakukan apapun sebanyak 27,02%. Selain itu siswa yang kadang-kadang menyatakan bahwa saya sering takut dalam melakukan apapun yakni sebanyak 43,24%. Namun demikian ada siswa yang tidak pernah berpendapat bahwa saya sering takut dalam melakukan apapun yakni sebanyak 10,81%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 43,24% siswa sering takut dalam melakukan apapun.
Tabel.40 Saya merasa puas dengan nilai yang saya dapatkan No
Alternatif jawaban
Frekuensi
persentasi
1
Selalu
20
54,05%
2
Sering
8
21,62 %
3
Jarang
9
24,32 %
4
Tidak pernah Jumlah
0% 37
100 %
Berdasarkan table di atas, dapat diterangkan bahwa siswa yang menyatakan selalu bahwa Saya merasa puas dengan nilai yang saya dapatkan sebanyak 54,05%. Adapun siswa yang sering bahwa Saya merasa puas dengan nilai yang saya dapatkan sebanyak 21,62%. Selain itu siswa yang kadang-kadang
75
menyatakan bahwa Saya merasa puas dengan nilai yang saya dapatkan yakni sebanyak 24,32%. Namun demikian ada siswa yang tidak pernah berpendapat bahwa Saya merasa puas dengan nilai yang saya dapatkan yakni sebanyak 0%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 54,05% siswa merasa puas dengan nilai yang di dapatkannya. Dari hasil angket yang telah disebarkan pada beberapa responden, penulis membuat sebuah pengelompokkan data yang bertujuan untuk dapat mengetahui lebih jelas sejauh mana Pengaruh Kreativitas Guru Terhadap Motivasi Belajar Mata Pelajaran Fiqih Pada Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kadujaya Tangerang. Tabel 4.1. Tabulasi Pengelompokkan Data X
No
Pertanyaan
1 2
Saya siap dengan adanya pelaksanaan ujian nasional Saya setuju dengan bertambahnya mata pelajaran yang di ujikan pada ujian nasinal Saya mengikuti bimbel untuk menghadapi UN UN penting bagi peningkatan kemampuan siswa Dari tahun ketahun nilai UN bertambah Saya termotivasi belajar PAI ketika Ujian Nasional akan dilaksanakan Selama ini penilaian Ujian Nasional dilakukan oleh DIKNAS PENDIDIKAN Dengan adanya UN saya bisa menerapkan ilmu dalam kehidupan sehari-hari
3 4 5 6 7 8
Pilihan Jawaban SL 8 17
SR 8 12
KD 17 7
TP 4 1
20 26 27 23
9 8 9 9
8 3 1 5
-
11
13
9
4
2
5
12
18
9
Setelah sosialisasi UN, motivasi belajar saya meningkat
22
8
6
1
10
Sekolah mengadakan pendalaman materi semua mata pelajran yang akan di UN kan. Saya masih termotivasi belajar PAI ketika Ujian Nasional akan dilaksanakan
5
11
16
5
9
9
10
9
12
Sekolah melakukan Uji coba (try-out) Ujian Nasional
21
5
11
-
13
Saya menyiapkan peralatan ketika Ujian Nasional akan dilaksanakan
21
6
6
4
14
Saya sangat siap dan percaya diri dalam menghadapi Ujian Nasional Buku-buku paket di sekolah memadai untuk menghadapi Ujian Nasional
22
10
5
-
31
6
-
-
UN dinilai masyarakat umum adalah bagus Saya merasa takut ketika Ujian Nasional akan dilaksanakan Setelah ujian nasional nilai akan dijamin oleh
18 22
8 6
10 7
1 2
15
12
6
4
11
15 16 17 18
76
19 20
pemerintah ketika lulus Guru memberi arahan ketika ujian nasional akan dilaksanakan Nilai ujian nasional dipakai ketika akan melamar pekerjaan
26
8
3
-
15
13
7
2
Tabel 4.2. Tabulasi Pengelompokkan Data Y
No
Pertanyaan
1 2 3
Saya tepat waktu ketika datang ke sekolah Saya belajar karena kemauan saya sendiri Saya belajar lebih giat agar prestasi saya menjadi lebih baik Saya semangat mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Islam Saya berani menyampaikan pendapat dari satu masalah Saya belajar lebih giat untuk lebih memahami pelajaran Saya senang membaca buku yang berkaitan dengan pelajaran PAI Saya mampu melakukan apapun termasuk yang berhubungan dengan pelajaran
4 5 6 7 8
Pilihan Jawaban SL 21 19 20
SR 10 8 9
KD 6 8 7
TP 2 1
21
7
8
1
7 15
12 14
16 7
2 1
18
8
10
1
13
11
13
-
9 25 20
18 8 10
9 2 6
1 2 1
9 10 11
Saya belajar bukan hanya di sekolah saja
12
Ketika ujian nasional akan dilaksanakan, saya memperhatikan pelajaran PAI
21
10
5
1
13 14
Saya dapat menyimpulkan setiap pelajaran PAI
10 21
14 13
11 3
2 -
19
13
3
2
15
14
8
-
10
11
12
4
17
12
8
-
7 20
10 8
16 9
4 -
15 16 17 18 19 20
Saya percaya dengan kemampuan saya sendiri Jika nilai saya turun, saya akan terus belajar agar nilai saya menjadi lebih baik
Jika ada bimbel saya tidak luput membaca pelajaran PAI juga Saya berusaha menyelesaikan tugas PAI sebaikbaiknya Jika ada yang tidak saya mengerti, saya bertanya pada guru Saya mengikuti kegiatan-kegiatan keagamaan diluar sekolah Saya senang mengikuti pembelajaran PAI ketika Ujian Nasional akan dilaksanakan Saya sering takut salah dalam melakukan apapun Saya merasa puas dengan nilai yang saya dapatkan
Keterangan: SL
: Selalu
77
SR
: Sering
KD
: Kadang-Kadang
TP
: Tidak Pernah
C. Pengujian Hipotesis Di dalam suatu penelitian, untuk mengetahui apakah secara signifikan terdapat korelasi positif antara variabel X (pelaksanaan Ujian Nasional) dan variabel Y (Motivasi Belajar Siswa), yang mana telah ditetapkan 37 siswa dan siswi di kelas XII SMA YASPIH Rajeg-Tangerang sebagai sampel, dan hasil dari penyebaran angket akan dihitung berdasarkan skor aslinya yang telah penulis peroleh. Langkah-langkah yang penulis harus tempuh adalah: 1.
Menghitung berdasarkan skor aslinya. Yaitu variabel X (pelaksanaan Ujian Nasional). Dan keperluan analisis kuantitatif, penulis menggunakan skala Likert untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial,1 maka untuk pertanyaan bernilai positif maupun pertanyaan
yang bernilai negatif dari setiap instrument
mempunyai nilai yang berbeda-beda yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.3 Skor Item Alternatif jawaban responden Pertanyaan Positif (+) Pilihan Jawaban
Pertanyaan Negatif (-)
Nilai
Nilai
Selalu
4
Selalu
1
Sering
3
Sering
2
Kadang-kadang
2
Kadang-kadang
3
Tidak pernah
1
Tidak pernah
4
1
Ibid., h. 134.
78
1.
Menganalisa data tentang pengaruh pelaksanaan ujian nasional terhadap motivasi belajar siswa dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: a.
Menyiapkan tabel kerja atau tabel perhitungannya, yang terdiri dari 6 kolom, yaitu: 1) Kolom 1
= Responden.
2) Kolom 2
= Skor variabel X.
3) Kolom 3
= Skor variabel Y.
4) Kolom 4
= Hasil penguadratan skor variabel X, yaitu X2
(skor X dikalikan dengan skor X). 5) Kolom 5
= Hasil penguadratan skor variabel Y, yaitu Y2 (skor
Y dikalikan dengan skor Y). 6) Kolom 6
= Hasil perkalian antara skor variabel X dan skor
variabel Y, atau XY. b.
Mencari angka korelasinya, dengan rumus: rxy =
c.
N XY ( X )( Y )
[ N X 2 ( X ) 2 ][ N Y 2 ( Y ) 2 ]
Memberikan interpretasi terhadap rxy dan menarik kesimpulan.
79
80
81
82
83
Tabel 4.4. Tabel Kerja/ Tabel Perhitungan Responden X Y X² Y² 58 62 Abdul Latif Azakaria 3364 3844 60 67 Agus Salam Junaedi 3600 4489 51 44 Ahmad Hidayat 2601 1936 51 60 Atikah 2601 3600 61 71 Epa Latipah 3721 5041 67 65 Iis Rohiah 4489 4225 55 53 Ahya Almuhtadin 3025 2809 70 60 Ajis Saefudin 4900 3600 41 47 Arif Hidayat 1681 2209 62 65 Komala 3844 4225 53 58 Hayati 2809 3364 54 47 Lilis Julianti 2916 2209 63 72 Abdul Azis 3969 5184 51 58 Ahmad Maulana 2601 3364 Ahmad Ridwan 68 74 4624 5476 Maulana 66 69 Ansorullah 4356 4761 62 61 Ardi Aditia 3844 3721 66 59 Dede Abdul Hasan 4356 3481 Ade Rocma 63 56 Faniyanti 3969 3136 72 76 Galis Miryatul Iftiah 5184 5776 65 54 Mia Fatimah 4225 2916 59 58 Iin Fatimah 3481 3364 72 77 Lusianti 5184 5929 62 67 Irianti Anggraeni 3844 4489 59 62 Annisa Dwi Dara 3481 3844 66 67 Asnawi 4356 4489 66 69 Catur Rahmawati 4356 4761 72 69 Dea Rosaedah 5184 4761 53 51 Dede Fauziah 2809 2601 68 63 Desi Maspufah 4624 3969 60 62 Dian Anggraeni 3600 3844 60 75 Luwih Purbalaksono 3600 5625 Muhammad Agung 63 71 R 3969 5041 Muhammad 68 75 Saefullah 4624 5625
XY 3596 4020 2244 3060 4331 4355 2915 4200 1927 4030 3074 2538 4536 2958 5032 4554 3782 3894 3528 5472 3510 3422 5544 4154 3658 4422 4554 4968 2703 4284 3720 4500 4473 5100
84
Muhammad Sumarna
67
Muhammad Arrosidi Septiyan Dwi Cahyo P.
63 56
60 67
X= 2273
Y= 2333
N=37
X rata-rata =
X
= 2273
N Y rata-rata =
58 4489 3969
3364 3600
3886 3780
3136
4489
3752
X²=141385 Y²=149161 XY=144476 = 61,43
37
Y
= 2333
N
= 63,06
37
Keterangan: X
= Pelaksanaan Ujian Nasional (variabel pertama)
Y
= Motivasi Belajar PAI (variabel kedua)
X2 = Hasil dari skor X dikali skor X Y2 = Hasil dari skor Y dikali skor Y XY = Hasil dari X dikali Y
Setelah diketahui:
N
= 37
X
= 2273
Y
= 2333
X2 = 141385 Y2 = 149161 XY = 144476
Maka dapat dicari indeks korelasinya dengan menggunakan rumus Product Moment, yaitu:
rxy = =
N XY ( X )( Y )
[ N X 2 ( X ) 2 ][ N Y 2 ( Y ) 2 ]
37 . 144476 – (2273)(2333) 2
[37.141385 (2273) ][37.149161 (2333)2 ]
85
5345612 – 5302909
=
[5231245 5166529][5518957 5442889] = 42703
64716.76068 = 42703
4922816688
= 42703 70162 = 0,61
Berdasarkan perhitungan data di atas, apabila membandingkan besarnya “rxy” atau “rt”. Seperti diketahui, ro yang kita peroleh adalah 0,61 sedangkan rt pada taraf signifikansi 5 % adalah 0,325 dan rt pada taraf signifikansi 1 % 0,418. Dengan demikian ternyata bahwa ro lebih besar daripada rt, baik pada taraf signifikansi 5% maupun 1 %. Karena ro lebih besar daripada rt, maka hipotesis alternatif diterima sedang hipotesis nihil ditolak. Jadi kesimpulan yang dapat ditarik, pengaruh pelaksanaan ujian nasional terhadap motivasi belajar Pendidikan Agama Islam memiliki korelasi yang sedang atau cukup. Dalam memberikan interpretasi secara sederhana terhadap angka indeks korelasi “r” Product Moment (rxy), pada umumnya dipergunakan pedoman atau ancar-ancar untuk dapat memberikan interpretasi atau suatu penafsiran.2 Bentuk interpretasi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
2
Ibid., h. 193.
86
Tabel 4.5. Tabel Interpretasi Data Besarnya ”r” Product Moment (rxy) 0,00 – 0,20
Interpretasi: Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y).
0,20 – 0,40
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah.
0,40 – 0,70
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup.
0,70 – 0,90
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi.
0,90 – 1,00
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi.
Hasil yang diperoleh dari perhitungan data dengan menggunakan rumus korelasi yaitu sebesar 0,61. Berarti korelasi antara variabel X dengan variabel Y terdapat korelasi positif yang sedang atau cukup, karena letaknya berada antara 0,40 – 0,70. Kemudian untuk menguji suatu hipotesa, yaitu hipotesa alternatif dan hipotesa nihil, dapat dilakukan dengan cara membandingkannya dengan ”r” pada Product Moment, rumusan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
87
Tabel 4.6. Nukilan Tabel Nilai Koefisien Korelasi ”r” Product Moment dari Pearson untuk Berbagai df.3 df. (degrees of freedom)
Harga ”r” pada taraf signifikansi:
atau: db. (derajat bebas) dengan rumus: N – nr
5%
1%
30
0,345
0,449
35
0,325
0,418
40
0,304
0,393
45
0,288
0,372
50
0,273
0,354
60
0,250
0,325
70
0,232
0,302
(37 – 2) jadi, 35
Keterangan: N
= Jumlah Responden
nr
= Jumlah Variabel
Dengan N = 37, maka pada tabel Product Moment dengan taraf signifikansi terdapat pada angka 0,325 untuk t.s 5 % dan 0,418 untuk t.s 1 %. Dengan demikian hubungan antara variabel X dengan variabel Y yaitu sedang atau cukup. Interpretasi yang dapat disimpulkan bahwa hipotesis alternatif diterima karena ro lebih besar daripada rt, dan hipotesis nihil ditolak. Untuk dapat menentukan besarnya koefisien determinasi atau koefisien penentu antara variabel X dengan variabel Y, maka menggunakan rumus: KD = r2 . 100% = (0,61)2 . 100% = 38 %
3
Ibid., h. 402.
88
Keterangan: KD = koefisien determinasi r
= koefisien korelasi variabel bebas dengan variabel terikat.4
Melihat hasil perhitungan di atas, ternyata pengaruh antara variabel X (kreativitas guru) dengan variabel Y (motivasi belajar siswa) yaitu sebesar 61 %. Jadi, pengaruh pelaksanaan ujian nasional terhadap motivasi belajar siswa menunjukkan kondisi pengaruh yang sedang atau cukup, dan itu artinya pelasanaan ujian nasional tidak membuat anak menurun akan mempengaruhi motivasi belajar siswa. Hal-hal yang mempengaruhi pengaruh pelaksanaan ujian nasional terhadap motivasi belajar siswa mencapai 61 %, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak terdapat pada data yang telah penulis dapat. Dengan demikian, apabila dilihat pada analisis korelasi, terdapat korelasi yang positif yang cukup signifikan antara variabel X dengan variabel Y. Kesimpulannya, bahwa hipotesis alternatif diterima, sedangkan hipotesis nihil ditolak atau tidak diterima, karena korelasinya sedang atau cukup. Jadi, pengaruh Hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan ujian nasional terhadap motivasi belajar siswa terdapat korelasi yang sedang atau cukup. Hal ini pun terbukti dari hasil yang diperoleh dari perhitungan koefisien determinasi yaitu sebesar 38%.
D. Pembahasan Hasil Penelitian 1.
Pengaruh pelaksanaan Ujian Nasional Berdasarkan hasil deskriptif tampak bahwa sebagian besar siswa
termotivasi terhadap pengaruh pelaksanaan Ujian Nasional yaitu dapat belajar dengan baik dan dapat menyeimbangi pelajaran yang tidak di Ujian Nasionalkan khususnya Pendidikan Agama Islam. Dalam belajar para siswa berusaha memperhatikan dengan sungguh-sungguh penjelasan guru baik pada saat jam belajar maupun disaat jam bimbingan belajar.
4
J. Supranto, Statistik Teori dan Aplikasi (Jakarta: Erlangga, 2000), h. 153.
89
Kesungguhan belajar siswa ditujukan dalam usaha siswa menjaga kondisi fisik yang mendukung untuk mengikuti pembelajaran secara baik yang mereka usahakan dengan selalu sarapan sebelum berangkat sekolah, dan selalu berusaha mengikuti ketertinggalan pelajaran dengan meminjam catatan teman serta berusaha untuk menyelesaikan masalahnya dengan bercerita dengan orang tua atau orang terdekat dengan harapan memperoleh pemecahan masalah yang dihadapi agar tidak mengganggu belajarnya. Selain itu dukungan lingkungan baik keluarga, sekolah dan masyarakat dalam belajar siswa ditunjukan dari penyediaan fasilitas belajar oleh keluarga yang memadai, kesungguhan sekolah dalam menyediakan kelengkapan sarana dan prasarana belajar dan kesungguhan guru untuk membelajarkan siswa melalui pemberian tugas baik saat pembelajaran berlangsung maupun saat akhir pembelajaran. 2.
Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam Secara umum menunjukan bahwa motivasi belajar Pendidikan Agama
Islam merupakan faktor yang penting agar diperoleh prestasi belajar yang optimal. Dengan adanya motivasi yang tinggi maka akan diperoleh prestasi belajar yang tinggi pula, begitu juga dengan sebaliknya. Motivasi akan membentuk kesadaran belajar, dengan demikian akan berpengaruh terhadap cara dan sikap belajar yang akhirnya akan diperoleh prestasi belajar.
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya dapat ditarik beberapa kesimpulan yang didasarkan hasil penelitian ini yaitu: 1.
Pelajaran yang di ujikan dalam ujian dan pelajaran yang tidak di ujikan dalam ujian nasional lebih efektif jika penilaain hasil ketuntasan evaluasi belajar itu sama, yaitu hasil evaluasi ujian nasional 50% dan hasil evaluasi belajar di sekolah 50% juga.
2.
Dari hasil penelitian ini terjadi tidak adanya sebuah diskriminasi antara pelajaran yang di ujikan dalam ujian nasional dan yang tidak di ujikan dalam ujian nasional.
3.
Dari mata pelajaran yang tidak di ujikan dalam ujian nasional itu tidak terjadinya penurunan motivasi, karena ketuntasan kelulusan ujian nasional itu hanya di ambil 60% saja, sedangkan 40% lagi hasil dari mata pelajaran yang tidak di ujian nasionalkan
4.
Selain itu, hasil analisis korelasi antara pelaksanaan ujian nasional (variabel X) terhadap motivasi belajar siswa (variabel Y), menunjukan bahwa index koefisien korelasi ( rxy) = 0,61. Setelah dikonsultasikan dengan tabel interpretasi ‘r’ product moment, ternyata angka ‘r’ (0,61) berada antara 0,400,70 yang interpretasinya ialah: antara variabel X dengan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup.
91
B. Implikasi
1.
Pengembangan penilaian hasil evaluasi belajar ujian nasional harus secara sistematis dan praktis.
2.
Porsi penilaian ujian nasional perlu berkolaborasi dengan hasil belajar siswasiswi di sekolah, agar tidak terjadinya diskriminasi pelajaran yang di ujikan dalam ujian nasionalkan dan yang tidak di ujikan dalam ujian nasional
3.
Perlu adanya perbaikan alokasi jam pelajaran antara pelajaran yang akan di ujikan dalam ujian nasional dan yang tidak di ujikan dalam ujian nasional. Agar tujuan pendidikan nasional pada UUD Nomor 20 Tahun 2003 itu tercapai.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan kepada siswa sebagai berikut: 1.
Melihat adanya pelaksanaan Ujian Nasional berpengaruh terhadap motivasi belajar Siswa-siswi kelas XII, maka siswa diharapkan dapat mempertahankan motivasi belajarnya dengan melihat keberhasilan belajar yang termotivasi oleh adanya pelaksanaan Ujian Nasional.
2.
Dengan adanya pelaksanaan ujian nasional setiap tahunnya, kepala sekolah dan para dewan guru di harapkan selalu memberi bimbingan, arahan, serta motivasi kepada anak didiknya agar tidak terjadi pemerosotan motivasi belajar pendidikan agama Islam. Hal itu di karenakan pendidikan agama Islam sangatlah bereran penting demi menunjang kehidupan yang lebih baik lagi.
92
Kisi-kisi Instrumen Variabel Y
Motivasi Belajar Siswa Dimensi
Indikator
Nomor jumlah Butir Soal Minat Belajar (a) Mempunyai inisiatif sendiri 2,3 2 untuk belajar (b) Senang mengikuti pelajaran 4 1 (c) Mampu berpandapat tentang 5 1 materi pelajaran (d) Semangat dalam memahami 6 1 pelajaran (e) Senang membaca buku yang 7 1 berhubungan dengan pelajaran yang di ujikan dalam ujian nasional Ketekunan Belajar (a) Tidak mudah putus asa ketika 8,11 2 gagal dalam belajar (b) Mempunyai jadwal pelajaran 9 1 tambahan (c) Percaya diri dengan 10,20 2 kemampuan (d) Datang tepat waktu ke sekolah 1 1 (e) Menyelesaikan tugas dengan 15 1 baik Perhatian Terhadap (a) dapat Memperhatikan 12 1 Pelajaran pelajaran ketika pelaksanaan UN tiba (b) Dapat menyimpulkan 13 1 pelajaran (c) Rajin membaca buku yang 14 1 tidak di ujikan dalam ujian nasional (d) Bertanya jika ada pelajaran 16 1 kurang di pahami (e) Mengikuti kegiatan17 1 kegiatan ke agamaan di luar sekolah (f) Keraguan dalam bertindak 19 1
(g) Senang mengikuti pembelajaran dikelas Jumlah
18
1 20
Lampiran 5 ANGKET
PENGARUH PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XII DI SMA YASPIH ANGKET UNTUK SISWA A. Identitas Siswa 1. Nama
:
2. Kelas
:
B. Petunjuk Pengisian Angket 1. Dimohon para responden menjawab pertanyaan-pertanyaan dari angket ini dengan memilih salah satu alteratif jawaban yang sesuai dengan kondisi anda. Dengan cara memberi tanda (√) pada salah satu jawaban SL, SR, KD, TP pada nomor yang bersangkutan. 2. Jawaban harus sesuai dengan pendapat anda sendiri dan jangan terpengaruh oleh pendapat orang lain. 3. Angket ini bertujuan ilmiah untuk laporan penelitian SKRIPSI. 4. terima kasih atas bantuan dan partisipasi anda dalam menjawab pertanyaanpertanyaan dalam angket ini. 5. Kata Kunci : SL = Selalu SR = Sering KD = Kadang-kadang TP = Tidak Pernah
Jakarta, Maret 2012
Peneliti
PENGARUH PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Pertanyaan A.
No
Variabel (X) Pelaksanaan Ujian Nasional
Pertanyaan
1
Saya siap dengan adanya pelaksanaan ujian nasional
2 3
Saya setuju dengan bertambahnya mata pelajaran yang di ujikan pada ujian nasional Saya mengikuti bimbel untuk menghadapi UN
4
UN penting bagi peningkatan kemampuan siswa
5
Dari tahun ketahun nilai UN bertambah
6
Saya termotivasi belajar PAI ketika Ujian Nasional akan dilaksanakan Selama ini penilaian Ujian Nasional dilakukan oleh DIKNAS PENDIDIKAN Dengan adanya UN saya bisa menerapkan ilmu dalam kehidupan sehari-hari Setelah sosialisasi UN, motivasi belajar saya meningkat
7 8 9
10 Sekolah mengadakan pendalaman materi semua mata pelajran yang akan di UN kan. 11 Saya masih termotivasi belajar PAI ketika Ujian Nasional akan dilaksanakan 12 Sekolah melakukan Uji coba (try-out) Ujian Nasional 13 Saya menyiapkan peralatan ketika Ujian Nasional akan dilaksanakan 14 Saya sangat siap dan percaya diri dalam menghadapi Ujian Nasional 15 Buku-buku paket di sekolah memadai untuk menghadapi Ujian Nasional
Pilihan Jawaban SL SR KD TP
16 UN dinilai masyarakat umum adalah bagus 17 Saya merasa takut ketika Ujian Nasional akan dilaksanakan 18 Setelah ujian nasional nilai akan dijamin oleh pemerintah ketika lulus 19 Guru memberi arahan ketika ujian nasional akan dilaksanakan 20 Nilai ujian nasional dipakai ketika akan melamar pekerjaan
Lampiran 6 ANGKET
PENGARUH PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XII DI SMA YASPIH ANGKET UNTUK SISWA A. Identitas Siswa 1. Nama
:
2. Kelas
:
B. Petunjuk Pengisian Angket 1. Dimohon para responden menjawab pertanyaan-pertanyaan dari angket ini dengan memilih salah satu alteratif jawaban yang sesuai dengan kondisi anda. Dengan cara memberi tanda (√) pada salah satu jawaban SL, SR, KD, TP pada nomor yang bersangkutan. 2. Jawaban harus sesuai dengan pendapat anda sendiri dan jangan terpengaruh oleh pendapat orang lain. 3. Angket ini bertujuan ilmiah untuk laporan penelitian SKRIPSI. 4. terima kasih atas bantuan dan partisipasi anda dalam menjawab pertanyaanpertanyaan dalam angket ini. 5. Kata Kunci : SL = Selalu SR = Sering KD = Kadang-kadang TP = Tidak Pernah
Jakarta, Maret 2012
Peneliti
PENGARUH PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Pertanyaan B.
Variabel (Y) Motivasi Belajar PAI Tabel 4.2. Tabulasi Pengelompokkan Data Y
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Pertanyaan Saya tepat waktu ketika datang ke sekolah Saya belajar karena kemauan saya sendiri Saya belajar lebih giat agar prestasi saya menjadi lebih baik Saya semangat belajar dalam mengikuti ujian nasional Saya berani menyampaikan pendapat dari satu masalah Saya belajar lebih giat untuk lebih memahami pelajaran Saya senang membaca buku yang berkaitan dengan pelajaran yang akan di ujikan dalam ujian nasional Saya mampu melakukan apapun termasuk yang berhubungan dengan pelajaran Saya belajar bukan hanya di sekolah saja Saya percaya dengan kemampuan saya sendiri Jika nilai saya turun, saya akan terus belajar agar nilai saya menjadi lebih baik Ketika ujian nasional akan dilaksanakan, saya memperhatikan pelajaran yang akan di ujian dalam ujian nasional Saya dapat menyimpulkan setiap pelajaran Jika ada bimbel saya tidak luput membaca pelajaran yang tidak di ujikan dalam ujian nasional juga Saya berusaha menyelesaikan tugas belajar sebaikbaiknya Jika ada yang tidak saya mengerti, saya bertanya pada guru
Pilihan Jawaban SL SR KD TP
17 18 19 20
Saya mengikuti kegiatan-kegiatan bimbingan belajar diluar sekolah Saya senang mengikuti pembelajaran Mata Pelajaran ketika Ujian Nasional akan dilaksanakan Saya sering takut salah dalam melakukan apapun Saya merasa puas dengan nilai yang saya dapatkan