STUDI FENOMENOLOGI PENGALAMAN SUAMI MENGHADAPI ISTRI YANG MEMASUKI MASA MENOPAUSE DI KELURAHAN PISANGAN, CIPUTAT Skripsi Diajukan Sebagai Tugas Akhir Strata-1 (S-1) pada Fakultas kedokteran dan Ilmu Kesehatan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh: RAFITA OCTAVIA 109104000053
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M
PER}IYATAAN PERSETUJUAN Skripsi dengan judul
STUDI FENOMENOLOGI PENGALAMAN SUAMI MENGHADAPI ISTRI YAIIG MEMASUKI MASA MENOPAUSE DI KELURAHAN PISANGAII, CIPUTAT Telah disetujui dan dipertahankan dihadapan penguji skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
DISUSUN OLEH
RAFITA OCTAVIA NrM.
Pembimbing
109104000053
I
Pembimbing II A
*wt,
Puspita P:rlupi, S.("p., M.Kep., Ns.Sp.Kep.Mat
NIP.
19801 r 19201 1012006
Maulina llandayani, S.Kp, MSc NrP. 19790210 200541 2042
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN LINIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAIQ{IITA I434HI2OI3 M
LEMBAR PENGESAHAI\
.
Skripsi dengan judul
STUDI FENOMENOLOGI PENGALAMAI{ SUAMI MENGHADAPI ISTRI YAI\G MEMASUKI MASA MENOPAUSE DI KELURAHAN PISANGAN, CIPUTAT Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh:
RAFITA OCTAVIA
NIM: 109104000053
Pembimbing
I
Pembimbing II
d@1./ Puspita Palupi, S.Kep.,M.Kep., Ns.Sp.Kep.Mat
Maulina Handayanio S.Kp, MSc NrP. 197902fi 2AA50l 2002
NrP. 1980111920fl012,006
Penguji
II
2' Yenita Agus, M. Kep, Sp. Mat., Ph.D
Maulina Handavani. S.Kn. MSc
NIP. 19720608 200604 2001
NrP. 19790210 2005A1 2002
Penguji
III
A@p Puspita Palupi. S.Ken..M.Kep.. Ns.Sp.Kep.Mat
NIP.
19801
1
19201 101200
LEMBAR PENGESAIIAN PANITIA SII}AI\G UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKTILTAS KEPOIilERAN DAI\ ILMU KESEHATAN T]NIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF IIIDAYATULLAI{ JAKARTA Ciputat, Oktober 2013
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Kqrerawatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Prof.
FR
'rrdin. Sp. And
m
t!. 1t+
ru i
f'
f
\
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini Saya menyatakan bahwa
l.
:
Skripsi ini merupakan hasil karya asli Saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata I di Fakultas
Kedokteran dan
Ilmu kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang Saya gunakan dalam penulisan ini telah cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku Kedokteran dan
Ihu
di
Saya
Fakultas
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullan Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli
Saya atau merupakan jrplakm dari karya orang lain, maka Saya bersedia menerima sanksi yang berlaku
di
Fakuhas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam l.tegeri GmD Sy,arif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Oktober 2013
(RAFITA OCTAVLA,)
IV
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Rafita Octavia
Tempat tanggal lahir : Palembang, 17 oktober 1991 Agama
: Islam
Status
: Mahasiswi / Belum menikah
Alamat
: Desa Tanjung Dayang Utara, Indralaya selatan, Ogan Ilir,
SumSel Nama Orang Tua a. Ayah
: Ruslan
b. Ibu
: Janidah
Telpon
: 085287796554/085774222720
Email
:
[email protected]
Riwayat Pendidikan : 1. TK Nurul Ikhsan
: tahun 1995-1997
2. MI Nurul Ikhsan
: tahun 2000-2003
3. SDN2 Tanjung Dayang
: tahun 1997-2003
4. SMPN 2 Meranjat
: tahun 2003-2006
5. MAN Sakatiga
: tahun 2006- 2009
6. S1 keperawatan UIN Syarif hidayatullah Jakarta
: tahun 2009- 2013
Pengalaman Pelatihan, Prestasi, Seminar dan Workshop: 1. Juara II “ Lomba Cerdas Cermat” dalam rangka kegiatan Gebyar Ramadhan 1427 H/ 2006 di MAN Sakatiga 2. Seminar “Kalau Ada Jalan Yang Lurus, Kenapa Pilih Jalan yang Sesat??” tahun 2008
v
3. Peserta Lomba Penelitian Siswa dalam kegiatan Pameran dan Lomba Hasil Penelitian siswa tahun 2009 4. Pelatihan Kesehatan “Health Training 4 Medical Skill” Tahun 2009 5. Seminar “Cultural Approach In Holistic Nursing Care In Globalization Era” tahun 2009 6. Diskusi Publik “ Kosmetik yang Aman untuk Kecantikan yang Alami” tahun 2009 7. Seminar Umum “ Hilangnya Ayat dalam Undang-Undang Anti Rokok” Tahun 2009 8. Seminar Kesehatan “ Perawatan Pasien Hipertensi dan Diabetes di Rumah” tahun 2010 9. Seminar Dokter Muslim “ Smoking Cessation For Better Generation Without Tobacco” tahun 2010 10. Seminar Nasional “ Homeopathy, A Brighter Alternative Treatment Method, Builds An Indonesian Awareness Of Natural Medication In The Future” tahun 2011 11. Seminar Kesehatan “ Peran Kebijakan Standarsisasi Internasional Rumah Sakit dalam Meningkatkan Profesionalisme Pelayanan Kesehatan” Tahun 2011 12. Seminar dan Workshop “ Peran Perawat dalam Tatalaksana Trauma Thoraks Berbais Pasien Safety” tahun 2012 13. Seminar Nasional “ Music Theraphy: Melodi For Heart and Brain Health” tahun 2012 14. Workshop Nasional “ Uji kompetensi Keperawatan “ tahun 2012 15. Seminar Nasional “ Uji Kompetensi Nasional Meningkatkan Peran dan Mutu Profesi Keperawatan dalam Menghadapi Tantangan Global” tahun 2012 16. Seminar Nasional Keperawatan “ NANDA, NIC, NOC: Concept, Implementation and Innovation for Better Quality of Nursing Service in Indonesia” tahun 2013
vi
PERSEMBAHAN Bismillahirrahmanirrahim,.. Pada bulan ini akhirnya aku bisa menyelesaikan tugasku sebagai mahasiswa Pada bulan ini juga bertepatan dengan ulang tahunku, terima kasih banyak karuniaMu ya Allah.. Aku percaya bahwa rencanaMu jauh lebih indah ya Rabb,,, Ku persembahkan skripsi ini untuk Orang tuaku tercinta, yang telah berkorban banyak khususnya ibuku yang telah mengandung, melahirkan dan merawat fita sampai seperti ini,, Mamak, bapak, dan Gede maafkan kalau fita belum bisa membuat kalian bahagia Doakan selalu anadamu agar senantiasa menjadi orang yang bermanfaat bagi orang disekitarnya serta bisa mewujudkan impian kalian dalam menjadikan fita sebagai perawat yang profesional dan yang disukai banyak pasien karena akhlak dan sifatnyaa, seperti apa yang mamak ungkapkan ketika fita masih kecil dulu... “nak, jadilah perawat yang bisa menolong siapa saja dan yang banyak dicintai orang karena kemuliaan hatimu” Kata-kata itu insyaAllah kan selalu fita kenang dan dicoba untuk diterapkan....
Beribu-ribu ucapan terima kasih fita sampaikan untuk para guru-guru, mulai dari guru TK, SD, SMP dan MAN serta para Dosen PSIK yang selalu memberikan ilmu yang sangat berharga serta nasihat yang sangat bermanfaat untuk masa depan fita, semoga Allah membalas jasa kalian wahai Guru-guruku serta para dosen-dosenku Tercinta,,,, Kehidupan ini tidak bisa dijalani sendiri tanpa orang lain, begitu juga aku, ketika sedih, senang, banyak masalah dan aku sakit, kalianlah yang selalu menemani aku, menghibur dan membantu aku wahai sahabat-sahabat terbaikku, tanpa kalian aku bukanlah siapa-siapa Kalian adalah anugerah terindah yang dikirim oleh Allah utukku.. Kita adalah the Fighters, jadi perjuangkan hidup kita sampai kita sukses Love u my friends {Fighters’ Coklat strowberry’ psik 09, SJD SS and my beloved Mr R}
vii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN Skripsi, Oktober 2013 Rafita Octavia, NIM : 109104000053 Studi Fenomenologi Pengalaman Suami Menghadapi Istri yang akan Memasuki Masa Menopause di Kelurahan Pisangan, Ciputat Xii + 89 halaman, 1 tabel, 1 gambar, 2 bagan, 7 lampiran
ABSTRAK Menopause merupakan masa berakhirnya menstruasi selama 12 bulan dan umumnya terjadi pada usia 45-55 tahun. Menopause juga mempunyai dampak baik fisik maupun psikologis yang berpengaruh terhadap kehidupan seseorang. Suami sebagai orang yang dekat dengan perempuan menopause sudah selayaknya terlibat dalam perubahan yang terjadi pada isrtinya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran makna dan arti pengalaman suami menghadapi istri yang akan menopause. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain fenomenologi deskriptif melalui wawancara mendalam. Partisipan meliputi suami yang memiliki istri yang telah menopause maksimal tiga tahun yang diperoleh melalui purposive sampling. Data yang dikumpulkan berupa hasil rekaman wawancara mendalam dan dianalisis dengan metode Collazi. Penelitian ini mengindetifikasi tujuh tema yaitu : 1) Makna menopause bagi suami; 2) Perubahan fisik yang dialami istri menjelang menopause; 3) Perubahan psikologis yang dialami istri saat menopause; 4) Perubahan respon seksual suami saat istri menjelang menopause; 5) Perubahan respon psikologis suami saat istri menjelang menopause; 6) Penyesuaian suami terhadap perubahan pada masa menopause; 7) Upaya suami dalam meningkatkan kenyamanan terhadap perubahan masa menopause. Diperlukan penelitian selanjutnya mengenai eksplorasi lebih mendalam berupa mekanisme adaptasi suami dalam menghadapi perubahan psikologi istri saat memasuki masa menopause. Kata kunci: Pengalaman, Menopause, Suami Daftar bacaan: 82 (2000-2013)
viii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOLL OF NURSING Undergraduated Thesis, October 2013 Rafita Octavia, ID Number : 109104000053 Husbands Experiences within greet Menopausal Wife at Pisangan District, Ciputat Xii + 89 pages, 1 tabel, 1 picture, 2 drafts, 7 appendixes
ABSTRACT
Menopause is the end period of 12 months women’s cycle of menstruation and generally occurs around 45-55 years old. Menopause have physical and psychological impact on human’s life. A husband as closest person would have been involved in his wife changes. The purpose of this research is to get a broad picture of perspective of menopause according husbands’ experience. This research is a qualitative which is descriptive phenomenology design. The Participants of this research were husband who have wife had experienced menopause maximum of three years were chosen by purposive sampling. The data were collected in a result of in-depth interview records and analyzed with Collazi method. This research identified seven themes : 1) The husbands’ perspective about menopause; 2) The physical changes experienced during premenopause; 3) The psychological changes experienced during menopause; 4) The changes of husband’s sexual response during menopause 5) The changes of husband’s psychological responses during menopause; 6) husband adjustment in menopausal wife period; 7) The husband’s effors to improving the comport of the changes in menopause period. More researches are needed to perform in-depth exploration towards husbands’ adaptation mechanism in facing psychological changes in within their menopause wives. Keywords: experience, menopause, husband Bibliography:82 (2000-2013)
ix
KATA PENGANTAR Bismillahirahmaniirrahim
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Studi Fenomenologi Pengalaman Suami Menghadapi Istri yang Memasuki Masa Menopause” yang disusun dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan. Dalam penyusunan proposal skripsi ini, tidak sedikit kesulitan yang penulis hadapi. Namun, karena mendapatkan dukungan dan bantuan yang luar biasa dari berbagai pihak, baik secara langsung dan tidak langsung, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Dengan ini, penulis ingin mengungkapkan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan yang tidak terhingga, kepada: 1. Prof. DR. dr (hc) M. K. Tadjuddin, Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Waras Budi Utomo, S. Kep, Ns., MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Ibu Ns. Eni Nur’aini Agustini, S. Kep, MSc Selaku Sekretaris Program Studi IImu Keperawatan (PSIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Ernawati, S. Kp, M. Kep, Sp. KMB selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan nasehat dan dukungan selama proses pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan.
x
4. Ibu Puspita Palupi, S. Kep.,M. Kep., Ns.Sp.Kep.Mat, selaku pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan masukan serta support demi terselesainya penulisan proposal skripsi ini. 5. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., MSc selaku pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan masukan dalam penulisan proposal penelitian ini. 6.
Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah mengajarkan dan membimbing penulis selama 4 tahun dibidang pendidikan keperawatan, serta staf akademik Bapak Azib Rosyidi, S.Psi dan Ibu Syamsiyah yang telah memudahkan dalam proses birokrasi.
7. Pemerintahan Provinsi Sumatera Selatan, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera selatan dan staf pengurus Program Beasiswa “Santri Jadi Dokter” yang telah memberikan kesempatan untuk berkuliah di Program Studi IImu Keperawatan (PSIK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam menimbah ilmu yang akan dipergunakan kelak dalam pengabdian untuk masyarakat Sumatera Selatan Sehat 2020. 8. Ucapan terima kasih yang teristimewa penulis ucapkan kepada kedua orang tua yang selalu memberi nasihat, dukungan baik moril maupun materil yang tak ternilai harganya serta yang tak henti-hentinya mendoakan ananda. bapakku tersayang Ruslan dan ibu ku tercinta Janidah serta bapak Anto Marsup dan mamak Zainab. Serta tak kalah pentingnya adik-adik ayuk yang tercinta, adik Anti, Anjani, Wahyu, Novi, Nick, Febyo dan Bella 9. Sahabat-sahabatku “Fighters” (Etika, Fitri, Hanik, Mala, Dian, Ulfi, Dewi, Mayra, Astuti, Iqbal), teman-teman satu pembimbing, dan seluruh angkatan
xi
2009 yang telah berjuang bersama dalam perkuliahan dan penyusunan skripsi di Ilmu Keperawatan, sahabat Santri Jadi Dokter (SJD) Sum-Sel angkatan 2009-2012.
“Tidak ada gading yang tak retak”. Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT, penulis berharap semua kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT dan semua kesalahan diampuni oleh Allah. Amin.
Jakarta, Oktober 2013 Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HAL
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ i LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................ii LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................iv RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. v PERSEMBAHAN ................................................................................................vii ABSTRAK ...........................................................................................................viii ABSTRACT .........................................................................................................ix KATA PENGANTAR ..........................................................................................x DAFTAR ISI.........................................................................................................xiii DAFTAR GAMBAR............................................................................................xvi DAFTAR BAGAN..............................................................................................xvii DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xviii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1 A. B. C. D. E.
Latar Belakang .............................................................................................1 Rumusan Masalah.........................................................................................5 Tujuan Penelitian..........................................................................................6 Manfaat Penlitian..........................................................................................6 Ruang Lingkup Penelitian.............................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................9 A. Pengalaman ...................................................................................................9 B. Menopause ...................................................................................................10 1. Pengertian ...............................................................................................10 2. Fase klimakterium ..................................................................................10 3. Perubahan Fisiologis Masa Menopause .................................................13
xiii
4. Perubahan Psikologis masa Menopause .................................................15 C. Dukungan Suami ..........................................................................................17 1. Dukungan Suami ....................................................................................17 2. Penyesuaian Sosial .................................................................................19 3. Jenis-jenis Dukungan Sosial ...................................................................19 D. Kerangka Teori .............................................................................................21
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH......................22 A. Kerangka Konsep ..........................................................................................22 B. Definisi Istilah ...............................................................................................23
BAB IV METODELOGI PENELITIAN.........................................................24 A. B. C. D. E. F. G.
Desain Penelitian ...........................................................................................24 Waktu dan Lokasi ..........................................................................................26 Partisipan Penelitian ......................................................................................26 Tehnik Pengumpulan Data ............................................................................27 Keabsahan Data .............................................................................................32 Tehnik Analisa Data ......................................................................................36 Etika Penulisan ..............................................................................................38
BAB V HASIL PENELITIAN...........................................................................40 A. Gambaran Umum Wilayah ............................................................................40 B. Hasil Penelitian ..............................................................................................41 1. Karakteristik Partisipan.............................................................................41 2. Hasil Analisis Tematik .............................................................................42 a. Tema 1. Makna Menopause bagi Suami ............................................43 b. Tema 2. Perubahan fisik yang dialami istri menjelang menopause ...45 c. Tema 3. Perubahan Psikologis yang dialami Istri Menjelang Menopause..........................................................................................46 d. Tema 4. Perubahan respon seksual suami saat istri menjelang Menopause..........................................................................................47 e. Tema 5 Perubahan respon psikologis suami saat istri menjelang Menopause ........................................................................................49
xiv
f. Tema 6. Penyesuaian suami terhadap perubahan pada masa Menopause ....................................................................................... 50 g. Tema 7. Upaya suami dalam meningkatkan kenyamanan terhadap perubahan masa menopause ............................................................52
BAB VI PEMBAHASAN...................................................................................54 A. Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi ......................................................54 B. Keterbatasan Penelitian .................................................................................71
BAB VII PENUTUP............................................................................................72 A. Kesimpulan ....................................................................................................72 B. Saran ...............................................................................................................73
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar 2.1
Judul Gambar
Hal
Fase Klimakterium...................................... 11
xvi
DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan
Judul Bagan
Hal
2.1
kerangka teori............................................ 21
4.1
Teknik analisa data Colaizzi...................... 38
xvii
Daftar Lampiran 1. Lampiran 1 Permohonan Izin Studi Pendahuluan 2. Lampiran 2. Permohonan Izin Penelitian 3. Lampiran 3. Surat keterangan dari Kelurahan 4. Lampiran 4. Identitas Peneliti 5. Lampiran 5. Lembar persetujuan informan 6. Lampiran 6. Pedoman wawancara Mendalam 7. Lampiran 7. Matriks Analisis tematik.
xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil pembangunan kesehatan Indonesia adalah meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy) dan meningkatnya status kesehatan masyarakat (Bappenas, 2005). Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (2005) & Badan Statistik Indonesia (2012) melaporkan bahwa angka harapan hidup penduduk Indonesia (laki-laki dan perempuan) naik dari 69,0 tahun pada periode 2005 menjadi 73,7 tahun dengan perkiraan jumlah penduduk akan mencapai 273,65 juta jiwa pada tahun 2025. Pada 2020 diperkirakan jumlah perempuan yang hidup dalam usia menopause adalah 30,3 juta jiwa (Baziad, 2003). Meningkatnya umur harapan hidup, maka meningkat pula populasi perempuan menopause di Indonesia (Bappenas, 2005). Menopause merupakan awal berhentinya menstruasi pertama kali dan bisa juga berhenti menstruasi selama 12 bulan pada umumnya terjadi pada usia antara 45 hingga 55 tahun (Aubrey, 2010; Eny, 2012). Menopause merupakan kejadian yang sangat individual dan bersifat universal yang dialami sebagai proses penuaan yang menandakan berakhirnya kesuburan dan berakhirnya menstruasi (Andrews, 2010). Baziad (2003) mengungkapkan menopause merupakan periode dimana seseorang perempuan tidak terjadi menstruasi selama 12 bulan akibat dari ketidakefektifan folikel sel telur dan dijumpai kadar FSH darah > 40mlU/ml dan kadar estradiol <30pg/ml. Perempuan dalam menghadapi menopause dapat mengalami berbagai keluhan baik fisik maupun psikologis. Keluhan fisik dapat berupa
1
2
ketidakteraturan siklus menstruasi, rasa panas (hot flashes), vagina menjadi kering, jantung berdebar-debar, sulit tidur, sakit kepala, cepat lelah, kesemutan, nyeri pada tulang dan otot, kulit kering dan rambut kemaluan rontok. Keluhan psikologi dapat berupa mudah marah (emosi), stres dan tempramen, kehilangan minat seksual, merasa rendah diri dan tidak berharga, sering lupa, serta kesulitan membuat keputusan (Northrup, 2006; Baziad, 2003). Andrews (2010) mengungkapkan gejala menopause dapat di bagi menjadi efek jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Efek jangka pendek meliputi hot flushes, keluhan psikologis dan insomnia. Efek jangka menengah meliputi kehilangan minat seksual, dispareunia, atrofi vagina.
Efek
jangka
panjang
meliputi
osteoporosis
dan
penyakit
kardiovaskular. Menopause tidak hanya dapat menimbulkan berbagai keluhan seperti diatas dan keluhan itu tidak hanya dirasakan oleh seorang perempuan atau istri tetapi pada suami juga. Banyak suami tidak mengetahui adanya dampak dan perubahan-perubahan yang dialami oleh istri ketika akan menopuse karena kurangnya pengetahuan suami. Wulandari dkk (2009) melaporkan hasil penelitiannya mengenai hubungan tingkat pengetahuan menopause dengan dukungan sosial suami saat istri menghadapi menopause di desa Somagede Banyumas didapatkan hasil 10% dari responden mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang dengan dukungan suami sedang, 35,7% responden mempunyai pengetahuan cukup dengan dukungan suami sedang dan 20% responden mempunyai pengetahuan baik dengan dukungan suami
3
yang tinggi. Ermawati (2009) juga melaporkan hasil penelitiannya yang berjudul persepsi suami terhadap kejadian menopause pada istri di desa Wonobroto didapatkan hasil 76% respoden mempunyai persepsi baik terhadap kejadian menopause pada istri, 68% responden respoden mempunyai pengetahuan sangat baik terhadap kejadian menopause pada istri. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Pramodana (2011) hasil penelitiannya yang berjudul hubungan antara harga diri dan dukungan suami dengan
kecemasan
wanita
menghadapi
menopause
di
Semarang,
menunjukkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial suami maka semakin berkurang rasa ansietas pada istri sebanyak 58% dari responden. Kristiono (2011) melaporkan hasil penelitiannya yang berjudul kecemasan menghadapi menopause ditinjau dari dukungan sosial suami didapatkan hasil ada hubungan negatif antara dukungan sosial suami dengan kecemasan istri dalam menghadapi menopause. Semakin tinggi dukungan sosial suami maka semakin rendah kecemasan istri dalam menghadapi menopause, demikian juga sebaliknya. Adapun dukungan sosial suami memberikan sumbangan positif sebesar 29,3% terhadap pengurangan kecemasan istri dalam menghadapi menopause. Djamhoer (2005) mengungkapkan mitos yang beredar secara luas di masyarakat mengatakan bahwa kehidupan seksual perempuan telah berakhir pada saat perempuan itu memasuki masa menopause sehingga suami menjauhi istrinya yang telah mengalami menopause. Bahkan bagi sebagian suami proses menopause digunakan sebagai alasan untuk menikah lagi karena sang istri dianggap sudah tidak mampu lagi melakukan hubungan seksual.
4
Anggapan yang salah ini sering berakibat buruk, seperti pasangan usia lanjut bercerai karena masalah seksual atau pria menikah lagi dengan perempuan yang jauh lebih muda. Taylor (2009) mengungkapkan bahwa kehadiran suami dapat mengurangi rasa cemas yang dihadapi istri ketika memasuki masa menopause. Penelitian mengenai menopause telah banyak dilakukan namun mengenai bagian pengalaman suami dalam menghadapi istri yang akan memasuki masa menopause masih belum pernah dilakukan. Penelitian yang akan dilakukan di kelurahan Pisangan, Ciputat dengan alasan pada daerah tersebut belum pernah dilakukan penelitian mengenai pengalaman suami menghadapi istri yang akan memasuki masa menopause. Selain belum pernah dilakukan penelitian mengenai menopause, di kelurahan tersebut juga memiliki jumlah perempuan menopause yang cukup banyak yaitu sekitar 2514 orang (usia 50-60 tahun), dan kelurahan Pisangan merupakan urutan kedua yang memiliki jumlah perempuan menopause setelah daerah Cempaka Putih (Laporan Kependudukan kelurahan Pisangan, 2012), sehingga dengan banyaknya angka perempuan menopause di kelurahan Pisangan membuat peneliti tertarik ingin melihat fenomena yang ada dan yang terjadi di kelurahan tersebut khususnya ingin melihat respon dari suami dalam menyikapi istri yang menopause dan peneliti tertarik meneliti lebih dalam serta mengeksplorasi secara mendalam mengenai pengalaman suami tersebut baik dari ungkapan maupun cerita langsung.
5
B. Rumusan Masalah Menopause merupakan masa berakhirnya menstruasi atau haid yang sering kali dianggap sebagai momok dalam kehidupan perempuan yang menimbulkan gangguan dan keluhan serta dapat terjadi perubahan fisik dan psikologis yang dikarenakan terjadi penurunan hormon gonadal (ovarian) (Northrup, 2006; Baziad, 2003). Hal tersebut menyebabkan wanita mengalami penurunan fungsi tubuh sehingga akan berdampak pada ketidaknyamanan dan ketidaksiapan dalam menjalani kehidupan seperti sebelum menopause. Keluhan dan perubahan yang terjadi pada masa menopause tidak hanya berpengaruh pada istri namun pada suami, sesuai fenomena banyak masyarakat yang beranggapan bahwa menopause masa yang paling ditakutkan, suami akan meninggalkan istri dan melakukan perceraian, opini tersebut diakibatkan karena kurangnya pengetahuan serta pengalaman suami bagaimana menyikapi istri yang akan menopause. Kristiono (2011) melaporkan hasil penelitiannya yang berjudul kecemasan menghadapi menopause
ditinjau dari dukungan sosial suami
didapatkan hasil ada hubungan antara dukungan sosial suami dengan kecemasan istri dalam menghadapi menopause. Semakin tinggi dukungan sosial suami maka semakin rendah kecemasan istri dalam menghadapi menopause, demikian juga sebaliknya. Adapun dukungan sosial suami memberikan sumbangan sebesar 29,3% terhadap kecemasan menghadapi menopause. Hasil dari pelaporan jumlah penduduk di kelurahan Pisangan, Ciputat di dapat bahwa jumlah perempuan menopause yaitu sekitar 2514 orang, itu merupakan angka yang sangat besar dan di kelurahan Pisangan juga
6
belum pernah dilakukan penelitian mengenai menopause sehingga membuat peneliti tertarik untuk melihat fenomena yang ada yang berkaitan dengan menopause khususnya dalam konteks pemahaman suami tentang menopause pada istri dan peneliti ingin mencoba untuk mengeksplorasi lebih dalam mengenai pengalaman suami dalam mengahadapi istri yang akan memasuki masa menopause di kelurahan Pisangan, Ciputat.
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan atau mengeksplorasi pengalaman suami dalam menghadapi istri yang akan memasuki masa menopause di wilayah Pisangan, Ciputat.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Ilmiah a. Memberikan informasi dan data dasar bagi peneliti selanjutnya mengenai pengalaman suami menghadapi istri yang menopause. b. Menjadi landasan dan evidance based keperawatan mengenai pengalaman suami menghadapi istri yang menopause. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai literatur ilmu pengetahuan bagi pendidik dan peserta didik untuk meningkatkan wawasan serta data dasar dalam peningkatan ilmu keperawatan dalam hal mengkaji,
7
mengidentifikasi dan mengeksplorasi pengalaman suami menghadapi istri yang telah menopause. b. Bagi Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat serta dapat memperkaya ilmu pengetahuan khususnya dibidang keperawatan maternitas sebagai landasan dalam promosi kesehatan mengenai menopause. c. Bagi masyarakat Penelitian ini dapat memberikan gambaran kepada masyarakat tentang pengalaman suami menghadapi istri yang menopause. Masyarakat dapat mengenal berbagai perubahan-perubahan yang terjadi pada perempuan yang memasuki masa menopause.
E. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif yaitu gambaran mengenai pengalaman dari kehidupan seorang individu. Metode yang dilakukan dengan cara pengambilan data secara wawancara mendalam (Indepth interview) yang dibantu dengan alat pencatat dan alat perekam serta catatan lapangan (field note). Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk menggali informasi mengenai pengalaman suami menghadapi istri yang akan memasuki masa menopause diwilayah Pisangan, Ciputat. Partisipan yaitu suami yang memiliki istri yang telah menopause maksimal 3 tahun. Alasan pemilihan partisipan yang memiliki istri yang telah menopause maksimal 3 tahun yaitu diharapkan pengalaman partisipan masih baru dan belum begitu lama sehingga apa-apa
8
yang dialami dapat diingat semua dan diharapkan mendapatkan pengalaman yang sesuai dan tepat seperti yang dirasakan partisipan waktu menghadapi istri yang menopause. Adapun menurut Bridge et al., (2006) dalam penelitiannya bahwa perempuan memiliki kemampuan mengkorelasikan suatu informasi lebih baik dari pada laki-laki. Seseorang yang lebih tua cenderung memiliki kemampuan mengingat yang kurang dibandingkan orang yang lebih muda. Semakin bertambahnya usia maka sel-sel otak akan semakin kelelahan dalam menjalankan fungsinya yang menyebabkan tidak bisa bekerja secara optimal seperti saat masih muda (Suprenant et al., 2006).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengalaman Pengalaman adalah sebuah ketertarikan terhadap situasi, objek, orang, kelompok atau hal lain dalam lingkungan seseorang (Van Koiij, 2007). Pengalaman menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2008) diartikan sebagai sesuatu yang pernah dijalankan dan atau dirasakan. Pengalaman terjadi karena
adanya
interaksi
antara
seseorang
atau
kelompok
dengan
lingkungannya. Notoatmodjo (2007) mengungkapkan pengalaman yang dimiliki seseorang merupakan faktor
yang sangat berperan dalam
menginterpretasikan stimulus yang diperoleh. Jadi berdasarkan pendapat dari berbagai sumber diatas dapat disimpulkan bahwa pengalaman dapat dijadikan sebagai persepsi seseorang terhadap suatu hal yang telah dialaminya dan memiliki makna tersendiri bagi orang tersebut. Pengalaman hidup seseorang apabila diungkapkan kembali, bisa berupa tanggapan, reaksi, interpretasi, autokritik, bahkan terhadap pertahanan diri terhadap dunia luar. Pengalaman hidup juga menjadi gambaran lengkap kehidupan seseorang dimasa lampau mengenai hitam putih, baik buruk, yang dapat diungkapkan kembali melalui upaya penelusuran pengalaman hidup tersebut (Bungin, 2008). Coon & Mitterer (2010) menyatakan bahwa aliran humanisme salah satunya berfokus pada pengalaman manusia. Aliran ini menekankan tentang pengalaman subjektif. Pengalaman subjektif merupakan
9
10
persepsi pribadi terhadap realita. Hal ini juga menunjukkan bahwa pengalaman erat kaitannya dengan kehidupan manusia.
B. Menopause 1. Pengertian Menopause secara harfiah merujuk pada waktu berhentinya menstruasi untuk pertama kali dan terjadi perubahan – perubahan fisik dan psikologis pada periode tertentu (Aubrey, 2010). Bobak (2005) mendefinisikan menopause sebagai berhentinya siklus menstruasi terutama karena ketidakmampuan sistem neurohormonal untuk mempertahankan stimulasi periodiknya pada sistem endokrin. Menopause adalah periode menstruasi spontan yang terakhir pada seseorang wanita dan merupakan diagnosis yang ditegakkan secara retrospektif setelah amenore selama 12 bulan (Glasier, dkk 2006). Menopause merupakan peristiwa yang sangat alamiah dan normal terjadi pada seorang wanita tetapi banyak menimbulkan keluhan dan gangguan (Endang, 2008). Pengertian menopause dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa, menopause merupakan suatu kondisi berhentinya menstruasi selama 12 bulan yang diakibatkan karena penurunan hormone estrogen dan progesterone serta dimulai dari fase premenopause dan diakhiri pada fase pasca menopause.
2. Fase Klimakterium Pada masa klimakterium wanita sangat membutuhkan perhatian khusus, karena wanita akan mengalami sejumlah gangguan fisik maupun
11
psikologis yang mengganggu aktivitas sehari-hari serta menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas hidup dan rasa percaya diri (Siswono, 2004). Klimakterium merupakan periode peralihan dari fase reproduksi menuju fase usia tua (senium) yang terjadi akibat menurunnya fungsi generative ataupun endrokrinologik dari ovarium (Baziad, 2003). Klimakterium dimulai dari enam tahun sebelum menopause dan berakhir 6-7 tahun setelah menopause, masa ini terjadi lebihkurang selama 13 tahun dan terjadi pada usia 40-65 tahun (Kasdu, 2002). Menurut Baziad (2003), klimakterium terdiri dari empat fase yang meliputi: premenopause, perimenopause, menopause dan postmenopause.
Gambar 2.1 : Fase Klimakterium Sumber: Menopause dan Andropause, Baziad (2003)
a. Premenopause Premenopause mulai terjadi pada usia 40 tahun dan dimulainya fase klimakterium serta terjadi sebelum periode menstruasi berakhir. Fase ini dimulai dengan munculnya tanda ketidakteraturan siklus haid, amenorrhoe,
disminorrhea,
polimenorrhea
dan
(Andrews, 2010; Baziad, 2003 & Kusmiran, 2012).
hipermenorrhea
12
b. Perimenopause Perimenopause merupakan fase peralihan pramenopause dan paska menopause. Fase ini perempuan mengalami
siklus haid
(anovulatorik). Meskipun terjadi ovulasi namun kadar progesterone tetap rendah, kadar Folikel Stimulating Hormon (FSH), Luteinizing Hormon (LH), dan estrogen sangat bervariasi tergantung individu masing-masing (Andrews, 2010; Baziad, 2003 & Kusmiran, 2012). c. Menopause Menopause merupakan haid terakhir, dimana jumlah polikel yang mengalami atresia meningkat sampai ketidaktersedianya folikel yang cukup dan produksi estrogen berkurang, kadar FSH darah >40mlU/ml dan kadar estradiol <3pg/ml (Baziad, 2003). Menopause mulai terdiagnosis setelah 12 bulan mengalami amenorrhea dan secara umum terjadi pada usia 40-58 tahun dan dapat dipengaruhi oleh faktor genetik, merokok, pengangkatan ovarium dan kemoterapi (Kusmiran, 2012). d. Postmenopause Postmenopause merupakan periode yang terjadi sesudah siklus menstruasi terakhir dan merupakan periode bertahun-tahun setelah menopause terjadi (Kusmiran, 2012). Fase ini ovarium sudah tidak berfungsi sama sekali, kadar estradiol berkisar dari 20-30pg/ml dan kadar hormon gonadotropin meningkat (Baziad, 2003).
13
3. Perubahan fisiologis masa menopause Menopause merupakan periode menstruasi yang alami, yang terjadi disebabkan oleh perubahan hormon-hormon yang mengontrol siklus menstruasi berada dalam kadar yang sangat rendah sehingga menstruasi tidak mungkin bisa terjadi lagi (Spencer & Brown, 2006). Perempuan ketika mulai mengalami menopause, folikel telur di indung telur menjadi kurang peka terhadap rangsangan hormon pituitari dan perubahan hormon pituitari dapat menyebabkan perubahan hormon FSH dan LH. FSH dan LH mengalami perubahan maka folikel sel telur yang dirangsang sedikit, sehingga estrogen yang dilepas pada masa menstruasi juga sedikit dan dinding rahim kurang berfungsi dengan baik terhadap rangsangan dan menyebabkan haid menjadi tidak teratur (Llewellyn, 2006).
Perubahan fisiologis pada menopause meliputi: a. Ketidakteraturan siklus menstruasi Ketidakteraturan siklus menstruasi disebabkan oleh penurunan hormon FSH dan LH yang menyebabkan folikel sel telur mengalami penurunan sehingga hormon estrogen yang dikeluarkan juga sedikit dan menyebabkan siklus menstruasi tidak teratur (Llewellyn, 2006). b. Menurunnya hasrat seksual Penurunan hormon progesteron dan estrogen menyebabkan penurunan libido dan hasrat seksual pada sebagian wanita menopause (Northrup, 2006). Gangguan seksual terjadi karena penurunan kadar estrogen yang menyebabkan vagina menjadi atropi, kering, gatal, panas
14
dan nyeri saat berhubungan seksual dikarenakan setelah menopause sekresi vagina berkurang (Kasdu, 2002). c. Berkeringat di malam hari Pada malam hari perempuan premenopause mengalami rasa panas dan lebih banyak berkeringat sehingga meyebabkan mengganggu rasa nyaman saat tidur, mekanisme berkeringat banyak belum diketahui pasti, namun hal itu bisa disebabkan oleh perubahan hormon yang mengatur termoregulitas tubuh yang rendah, akibatnya suhu tubuh yang semula normal menjadi panas dan mengeluarkan keringat sebagai proses adaptasi tubuh (Kasdu, 2002). d. Rasa panas (Hot flushes) Keluhan vasomotor merupakan gangguan kesehatan yang dapat berupa rasa panas (Hot flushes), rasa panas sering terjadi pada malam hari, dan menyebabkan keluarnya keringat, terjadi selama beberapa detik atau menit, tetapi ada juga yang berlangsung selama satu jam. Hot Flushes dapat berlangsung selama 2-5 tahun ketika perempuan akan memasuki usia menopause atau pada saat menopause akan menghilang sekitar 4-5 tahun pasca menopause ( Kasdu, 2004 ; Baziad, 2003). e. Keluhan fisik lainnya Selain
beberapa
keluhan
diatas,
perempuan
juga
sering
mengalami keluhan berupa nyeri otot dan sendi atau lebih dikenal dengan istilah osteoporosis dan osteoartritis yang terjadi akibat penurunan hormon estrogen (Baziad, 2003). Penurunan hormon estrogen juga berpengaruh pada jaringan kolagen, jaringan kolagen
15
menyebabkan kulit menjadi kering dan keriput, rambut rontok, gigi mudah goyang, sariawan, dan gusi berdarah (Kasdu, 2004). Masa menopause juga sering mengalami penyakit kardiovaskular dikarenakan pada fase ini sering mengalami peningkatan kadar kolesterol dan penumpukan
kolesterol
LDL
yang
dapat
mempersempit
dan
menyumbat pembuluh darah arteri, selain masalah kardiovaskular, perempuan menopause juga sering mengalami obesitas dikarenakan perubahan cara penyimpanan lemak di dalam tubuh (Spencer & Brown, 2007).
4. Perubahan psikologis masa menopause Perubahan kehidupan merupakan periode yang harus dihadapi seseorang perempuan, mulai dari remaja hingga tua, mulai dari siklus menarche sampai siklus menopause sehingga perempuan harus dapat menyesuaikan diri secara psikologi terhadap perubahan yang dihadapi (Llewellyn, 2006). Perubahan- perubahan psikologis yang terjadi dan gejala menopause dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Glasier & Gebbie (2005) mengungkapkan perubahan psikologi yang terjadi meliputi, perubahan mood, irritabilitas, kecemasan, labilitas emosi, merasa tidak berdaya dan tidak siap, penurunan ingatan, konsentrasi berkurang, sulit mengambil keputusan dan merasa tidak berharga. Perempuan menilai atau menganggap menopause sebagai peristiwa yang menakutkan (stressor) dan berusaha untuk menghindarinya, maka strespun sulit dihindari. Ia akan merasa sangat menderita karena kehilangan tanda-tanda kewanitaan yang selama ini dibanggakannya.
16
Sebaliknya bagi wanita yang menganggap menopause sebagai suatu ketentuan Allah (Sunnatullah) yang akan dihadapi semua wanita, maka ia tidak akan mengalami stres atau stres yang dialami tidak seberat wanita yang mempersepsikan menopause itu sebagai “momok” atau “kiamat” (Retnowati, 2003). Islam memahami bahwa kehidupan manusia akan mengalami tiga fase, yaitu masa bayi, masa muda dan masa tua, sehingga menopause juga harus dipahami sebagai ketentuan Allah. Didalam Al Qur’an, Allah SWT telah berfirman:
“Kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah pada kedewasaan dan diantara kamu ada yang diwafatkan dan ada pula di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dulunya diketahuinya.” (QS.Al Hajj: 5). “Allah-lah yang mencipatkan kamu dari keadaan lemah, kemudian menjadikan kamu sesudah lemah menjadi kuat, setelah kuat lemah lagi dan beruban.” (QS.ArRuum: 54) Agar dapat menjalani menopause dengan baik, diperlukan kemauan diri untuk memandang hidup sebagai sebuah harapan, dan dibutuhkan pikiran yang positif dalam memandang setiap kejadian atau peristiwa yang dialami. Perempuan
yang dapat berpikir secara positif, maka dapat
melalui masa menopause dengan mudah namun jika perempuan yang berpikir negatif tentang menopause, maka keluhan-keluhan yang muncul akan semakin memberat hidupnya, oleh karena itu penting bagi seseorang untuk berpikir secara positif bahwa menopause merupakan sesuatu yang sifatnya alami, sama halnya seperti fase kehidupan yang lain. Sikap positif
17
tersebut dapat muncul apabila ada bantuan dari orang-orang disekitarnya (Kasdu, 2002). Penelitian yang lain menyatakan bahwa perasaan- perasaan negatif yang dialami seseorang selama menopause berhubungan dengan rendahnya dukungan yang diperoleh dalam hidupnya (Dacey & Travers, 2002). Kasdu (2002) menyatakan bahwa pengertian, penerimaan dan dukungan dari suami sangat besar artinya bagi wanita yang menjalani menopause. Komunikasi dan keterbukaan diantara keduanya dapat membantu seseorang menjalani menopausenya dengan lebih baik. Peran positif dari suami akan membuat seorang wanita berpikir bahwa kehadirannya masih sangat dibutuhkan dalam menghadapi kehidupan.
C. Dukungan Suami 1. Dukungan Suami Setiap
orang
membutuhkan
kehadiran
orang
lain
dalam
kehidupannya, sehingga individu tidak mungkin bisa hidup sendiri meskipun ia orang yang sangat mandiri. Bunk dalam Taylor (2009) mengatakan dukungan sosial dapat berasal dari pasangan atau partner, anggota keluarga dan masyarakat. Dukungan suami sangat berperan penting untuk mengatasi kecemasan istri pada saat mengahadapi menopause, perasaan cemas muncul karena seseorang merasa tidak memperoleh dukungan dari orang lain (Thaliss, 1992 dalam Taylor 2009). Kristiono (2011) mengemukakan bahwa istri yang mendapat dukungan sosial dari suami ketika istri sedang mengalami rasa takut terhadap menopause dan suaminya mengerti keadaan dari perasaannya, maka istri
18
merasa bahwa suami tersebut memiliki perhatian dan kasih sayang. Kondisi demikian membuat istri merasa tenang karena diperhatikan dan merasa tidak sendirian dalam menghadapi menopause. Istri yang kurang mendapat dukungan emosional, merasa bahwa suaminya acuh dan tidak peduli. Hal ini dapat menyebabkan istri semakin larut dalam ketakutannya menghadapi menopause. Dukungan sosial adalah kenyamanan secara fisik dan psikologis yang diberikan oleh orang lain (teman atau anggota keluarga) (Sarason dalam Baron dan Byrne, 2005). Dukungan sosial merupakan sumber daya sosial yang dapat membantu individu dalam menghadapi suatu kejadian yang menekan. Penelitian yang dilakukan wangmuba (2009) didapat bahwa dukungan sosial juga mempunyai hubungan yang positif yang dapat mempengaruhi kesehatan individu dan kesejahteraannya atau dapat meningkatkan kreativitas individu dalam kemampuan penyesuaian yang adaptif terhadap stres dan rasa sakit yang dialami. Taylor (2009) mengatakan bahwa dukungan sosial dapat berasal dari pasangan atau partner, anggota keluarga, kawan dan masyarakat sekitar tempat tinggal dan kerja. Sarafino dalam Smet (2004) menyatakan bahwa dukungan sosial ini dapat diperoleh dari bermacam-macam sumber seperti pasangan hidup, keluarga, suami, dan guru. Baron dan Byrne (2005) mengatakan bahwa teman-teman dan keluarga mungkin dapat membantu memecahkan suatu masalah. Dapat ditarik kesimpulan bahwa dukungan sosial merupakan suatu suport yang diperoleh dari orang terdekat dan dapat berpengaruh dalam menyelesaikan suatu permasalahan seseorang.
19
2.
Penyesuaian sosial Usia madya (40-50 tahun) sering membawa perubahan minat dalam kehidupan sosial. Sebagai pasangan yang tanggung jawab keluarganya berkurang, mereka dapat lebih banyak terlibat dengan kegiatan sosial dibanding semasa mudanya. Banyak orang yang berusia madya terutama kaum wanita, menyadari bahwa kegiatan sosial dapat menghilangkan kesepian karena anak-anaknya sudah dewasa dan berkeluarga. Selain itu apabila seseorang mulai memasuki masa pensiun, kegiatan masyarakatnya pun akan berkurang, akibatnya seseorang cenderung menghabiskan waktunya dengan keluarga dekat (Hurlock, 2010).
3. Jenis-jenis dukungan sosial Taylor, dkk (2009) dan Smet (2004) membagi beberapa cara untuk mengelompokkan jenis-jenis dukungan sosial sebagai berikut: a. Dukungan emosional. Perhatian emosional yang diekspresikan melalui suka cita, cinta, kepedulian, empati dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan. b. Dukungan instrumental misalnya penyedian jasa atau barang. c. Dukungan informatif misalnya pemberian informasi tentang situasi yang menekan.
20
d. Dukungan penghargaan, yaitu dukungan yang berupa persetujuan dari orang lain mengenai gagasan atau perilaku. Dapat terjadi lewat ungkapan hormat (penghargaan) positif untuk seseorang. Kasdu (2002) menyatakan bahwa pengertian, penerimaan dan dukungan dari suami sangat besar artinya bagi wanita yang menjalani menopause. Komunikasi dan keterbukaan diantara keduanya dapat membantu seseorang menjalani menopausenya dengan lebih baik. Peran positif dari suami akan membuat seorang wanita berpikir bahwa kehadirannya masih sangat dibutuhkan dalam menghadapi kehidupan.
21
D. Kerangka Teori
Menopause pada perempuan
Perubahan fisik
Perubahan psikologis
-
Ketidakteraturan siklus menstruasi
-
Menurunnya hasrat seksual
-
Berkeringat di malam hari
-
Rasa panas (Hot flushes)
-
Keluhan fisik lainnya
-
Perubahan mood Cemas Merasa tidak percaya diri Sulit berkonsentrasi Stres
Dampak pada pasangan -
Suami
Pengalaman suami menghadapi istri yang menopause Bagan 2.1 kerangka teori Dimodifikasi dari Baziad (2003), Kasdu (2004), Llewellyn (2006), Glasier & Gebbie (2005) dan Bunk dalam Taylor (2009).
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH
A. Kerangka Konsep Berdasarkan tinjauan pustaka sebelumnya, menopause merupakan peristiwa penting yang mempengaruhi kehidupan perempuan dan keluarga. Perempuan
yang
mengalami
menopause
akan
mengalami
berbagai
perubahan, baik fisik, psikologis, maupun sosial budaya. Respon perempuan saat menghadapi menopause berbeda-beda satu dengan yang lain karena banyak faktor yang turut mempengaruhinya. Beberapa faktor yang berperan yaitu suport sosial yang didapat seorang perempuan, mulai dari suport keluarga terdekat seperti suami, anak, dan orang tua serta bukan hanya suport sosial saja yang mempengaruhi perempuan dalam menghadapi menopause, karena menopause itu merupakan permasalahan yang sangat kompleks sehingga dibutuhkan pengetahuan serta pengalaman yang cukup dari berbagai faktor. Pengalaman perempuan saat menghadapi menopause belum banyak terekspos di Indonesia, dikarenakan banyak yang beranggapan permasalahan itu masih tabu dan tidak harus dipermasalahkan. Banyak dampak yang ditimbulkan dari kurangnya komunikasi serta pengetahuan mengenai menopause baik dari kalangan istri maupun suami, padahal pengetahuan itu sangat penting agar bisa menghadapi menopause dengan baik dan saling suport antara suami istri dan mempunyai pengalaman yang baik. Pengalaman suami tersebut perlu diteliti karena dimungkinkan memberikan dampak besar
22
23
bagi kehidupan istri karena suami adalah orang yang paling dekat dengan istri dan sudah seharusnya mengerti serta memahami perubahan yang terjadi pada istri. Informasi tentang pengalaman tersebut diharapkan juga dapat dijadikan sumber wawasan masyarakat untuk membantu perempuan melewati masa menopause dengan baik. Peneliti ingin mengekplorasi secara mendalam tentang pengalaman suami dalam menghadapi istri yang akan memasuki masa menopause.
B. Definisi Istilah 1. Pengalaman adalah suatu yang telah dialami, dilalui, dirasakan dan yang pernah dihadapi oleh suami dalam menghadapi istri yang menopause maksimal tiga tahun. 2. Menopause merupakan berhentinya dan tidak terjadinya haid seseorang perempuan selama 12 bulan.
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2005). Alasan menggunakan metode kualitatif karena permasalahan belum jelas, holistik, kompleks, dinamis dan penuh makna sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut dijaring dengan metode penelitian kuantitatif dengan instrumen seperti quisioner, selain itu metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam dan suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Penelitian ini dilakukan pada kondisi yang alamiah (Sugiyono, 2010). Studi fenomenologi mempelajari tentang arti kehidupan beberapa individu
dengan
melihat
konsep
pengalaman
hidup
mereka
atau
fenomenanya. Fenomenologi adalah suatu ilmu yang memiliki tujuan untuk menjelaskan fenomena, penampilan dari sesuatu yang khusus, misalnya pengalaman hidup. fenomenologi bertujuan untuk mengetahui dunia dari sudut pandang orang yang mengalaminya secara langsung atau berkaitan
24
25
dengan sifat-sifat alami pengalaman manusia, dan makna yang dianutnya. Fenomenologi cenderung menggunakan metode observasi, wawancara mendalam, dan analisis dokumen dengan metode hermeneutik (Kuswarno, 2009). Studi fenomenologi penting bagi praktek keperawatan karena pendekatan ini membawa pada pengalaman hidup seseorang mengenai persepsi pada suatu fenomena yang dihadapinya (Streubert, 1999). Fenomenologi deskriptif mencakup eksplorasi secara langsung, analisis, dan deskripsi dari fenomena tertentu, sebebas mungkin timbul dari prasangka tidak teruji, dengan tujuan presentasi intuisi yang maksimal. Fenomenologi deskriptif menstimulasi persepsi pengalaman hidup mereka dengan menekankan pada kesempurnaan, luasnya dan kedalaman pengalaman yang didapat (Spiegelberg (1975) dalam Streubert, (1999)). Spiegelberg
(1975)
mengidentifikasi
3
langkah
proses
untuk
fenomenologi deskriptif : 1) intuisi (intuiting), 2) analisis (analyzing), dan 3) menggambarkan (describe). Langkah pertama yaitu intuisi, peneliti menjadi sepenuhnya terlibat dalam investigasi fenomena. Proses dimana peneliti mulai mengetahui tentang fenomena seperti yang dijelaskan oleh para partisipan, pengalaman suami yang meghadapi istri yang memasuki masa menopause. Langkah kedua yaitu analisis, yang melibatkan identifikasi esensi dari fenomena yang diteliti berdasarkan data yang diperoleh dan bagaimana data disajikan. Peneliti akan membedakan fenomena tersebut berkaitan dengan elemen atau unsur, peneliti juga mengeksplorasi hubungan dan koneksi dengan fenomena yang berdekatan yang dialami partisipan. Langkah ketiga yaitu deskripsi, merupakan bagian integral dari intuisi dan dan analisis.
26
Meskipun ditangani secara terpisah, intuisi dan analisis sering terjadi secara bersamaan. Pada tahap deskripsi peneliti akan mengkomunikasikan dan membawa ke penjelasan tertulis dan lisan yang berbeda, juga elemen-elemen penting dari fenomena tersebut. Peneliti akan menguraikan penjelasan dengan mengklasifikasikan atau mengelompokan pada tiap fenomena tersebut. Peneliti akan menghindari upaya untuk menggambarkan fenomena sebelum waktunya. Penelitian ini didasarkan pada fokus masalah yang diteliti, memilih partisipan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2010). Melalui pendekatan ini diharapkan dapat menggali informasi secara mendalam tentang pengalaman suami menghadapi istri yang akan menopause di Kelurahan Pisangan, Ciputat.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Pisangan, Ciputat pada bulan Juni – Juli tahun 2013. jumlah perempuan menopause di kelurahan Pisangan yaitu sekitar 2514 orang (Laporan Kependudukan kelurahan Pisangan, 2012).
C. Partisipan Penelitian Partisipan dalam penelitian ini yaitu para suami yang memiliki istri yang telah mengalami menopause maksimal tiga tahun yang berada di kelurahan Pisangan dan diwawancarai secara langsung oleh peneliti.
27
Pemilihan partisipan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dengan prinsip kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adequancy). Teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010). Pengumpulan data dilakukan dengan tehnik Snowball, yaitu dengan cara menghubungi partisipan pertama dan meminta rekomendasi satu orang untuk dijadikan partisipan selanjutnya dan seterusnya. 1.
Partisipan Partisipan dalam penelitian ini yaitu para suami yang memiliki istri yang telah mengalami menopause maksimal tiga tahun yang berada di kelurahan Pisangan sebanyak enam orang, dengan kriteria: a. Dapat berkomunikasi dengan baik sehingga dapat menjawab semua pertanyaan peneliti. b. Bersedia dan kooperatif menjadi partisipan penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data 1. Pengumpulan data Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai Juli 2013. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri dengan metode wawancara mendalam dan menggunakan instrumen (MP 10 atau pulpen perekam, field note, pedoman wawancara). Wawancara mendalam dilakukan pada partisipan dengan berpedoman pada pedoman wawancara yang telah disiapkan sebelumnya.
28
2.
Tahap pengumpulan Data a.
Tahap Persiapan Pengumpulan Data 1) Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti mengurus izin penelitian kepada pihak-pihak terkait seperti kepala Lurah Pisangan, Ciputat dan RT/RW dan melakukan kode etik penelitian. 2) Setelah perizinan selesai peneliti melakukan uji coba pedoman wawancara pada satu orang partisipan pemula yang memiliki kriteria sama seperti partisipan yang akan dilakukan dalam penelitian ini, tanpa dibuatkan transkrip hasil wawancara. Uji coba pedoman wawancara ini dilakukan untuk melatih peneliti agar lancar saat pengumpulan data pada partisipan sebenarnya. 3) Selanjutnya peneliti mendata partisipan yang sesuai dengan kriteria, lalu mengadakan pertemuan dengan partisipan untuk melakukan inform consent dan menjelaskan tujuan serta manfaat dari penelitian ini. 4) Peneliti akan melakukan wawancara terlebih dahulu pada partisipan lalu hasil dari wawancara dilakukan transkrip data.
b. Tahap Pelaksanaan Pengumpulan Data Dalam memperoleh data yang dibutuhkan sebagai bahan pembuatan laporan penelitian, ada beberapa teknik, cara atau metode yang dilakukan oleh peneliti dan disesuaikan dengan jenis penelitian kualitatif, yaitu cara mengumpulkan data dengan:
29
Wawancara mendalam (indepth interview) secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan partisipan, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara (Bungin, 2008). Peneliti menggunakan jenis wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara mengajukan beberapa pertanyaan secara lebih luas dan leluasa tanpa terikat oleh susunan pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya namun tetap bedasarkan pada pedoman wawancara yang telah disiapkan peneliti agar wawancara tidak menyimpang jauh. Biasanya pertanyaan muncul secara spontan dengan perkembangan situasi dan kondisi ketika melakukan wawancara (Maleong, 2007). Dengan teknik ini diharapkan terjadi komunikasi langsung, luwes, fleksibel serta terbuka, sehingga informasi yang didapatkan lebih banyak dan luas mengenai pengalaman suami mengahadapi istri yang akan memasuki masa menopause. Field & Morse (1985) dalam Holloway & Wheeler (2010) mengungkapkan bahwa wawancara mendalam dapat dilakukan dalam waktu satu jam. pewawancara perlu memahami situasi dan kondisi sehingga dapat memilih waktu yang tepat kapan dan dimana harus melakukan wawancara agar memperoleh data yang valid dan akurat (sugiyono, 2010) Peneliti melakukan kontrak waktu dengan partisipan, sehingga partisipan dapat merencanakan kegiatannya pada hari itu tanpa
30
terganggu oleh wawancara. Beberapa kali wawancara singkat akan lebih efektif dibanding hanya satu kali dengan waktu yang panjang. Selama melakukan wawancara mendalam penelti juga membuat catatan lapangan (field note) yang mendeskripsikan tanggal, waktu, kondisi dilingkungan rumah informan, kondisi saat wawancara dan reaksi yang dimunculkan informan ketika wawancara mendalam. Tehnik wawancara dimulai dari hal yang bersifat umum ke khusus, karena penliti ingin menjalin hubungan saling percaya terlebih dahulu kepada partisipan agar partisipan bisa terbuka dan menerima kehadiran peneliti sehingga dapat memperoleh hasil yang benar- benar akurat dan sesuai yang diharapkan peneliti. Tugas peneliti dalam melakukan wawancara meliputi aktif mendengarkan, empati, fleksibel dan tanggap, merekam dan mencatat, lebih banyak mendengarkan, menindak lanjuti jawaban partisipan serta wawancara dilakukan dengan face to face. Wawancara akan berlangsung baik kalau telah tercipta rapport antara peneliti dengan partisipan, Stainback dalam Sugiyono (2010) mengatakan bahwa rapport adalah suatu hubungan yang saling menguntungkan, merasa saling percaya dan terjalin emosi diantara kedua orang (peneliti dan partsipan). Tehnik yang telah dipersiapkan di atas dapat membuat partisipan lebih luwes, lebih terbuka dan percaya kepada peneliti sehingga
partisipan
mau menceritakan
pengalamannya
dalam
menghadapi istri yang memasuki masa menopause secara terbuka dan di dapat hasil yang akurat dan valid.
31
Prosedur yang harus dipenuhi dalam wawancara fenomenologi menurut Ibid dalam Kuswarno (2009) sebagai berikut: 1) Menyatakan dengan jelas identitas, dan tujuan peneliti. 2) Mampu membuat catatan-catatan kecil yang lengkap dan cepat selama wawancara berlangsung. 3) Usahakan untuk mengingat pertanyaan untuk meminimalkan kehilangan kontak mata dengan partisipan. 4) Usahakan untuk tidak banyak bicara (menimpali partisipan) ketika wawancara berlangsung. 5) Merekam proses wawancara dalam bentuk video atau kaset untuk keakuratan data. 6) Membuat jadwal wawancara untuk masing-masing partisipan. 7) Mencocokan tingkat pertanyaan dengan kemampuan pasrtisipan. 8) Memperhitungkan waktu untuk pembuatan transkrip wawancara. 9) Menciptakan suasana nyaman selama proses wawancara. 10) Mempersiapkan cara-cara interupsi yang tidak akan mengganggu proses wawancara. 11) Percaya dengan kemampuan mewawancarai. 12) Mempersiapkan cara atau metode yang akan digunakan ketika wawancara. 13) Tidak melenceng jauh dari daftar pertanyaan yang telah dibuat (pedoman wawancara), namun bisa berkembang seiring situasi saat wawancara. 14) Belajar untuk mendengarkan
32
15) Mampu
mengendalikan
ledakan/
pancaran
emosi
selama
wawancara berlangsung. 16) Antisipasi bila jawaban partisipan melenceng dari pertanyaan peneliti. 17) Mengucapkan terima kasih kepada partisipan, diakhir wawancara sekaligus
meminta
persetujuannya
bila
hasil
wawancara
dipublikasikan. 18) Meminta kesediaan partisipan untuk wawancara tambahan bila diperlukan. 19) Menanyakan dengan pertanyaan yang tepat dan bergantung kepada partisipan ketika mendiskusikan makna peristiwa yang mereka alami, sesungguhnya membutuhkan kesabaran dan keterampilan khusus dari peneliti.
E. Keabsahan Data Data yang peneliti peroleh dalam penelitian kualitatifnya perlu diuji validitas dan reliabilitas untuk mengukur keabsahan data. Hal ini dikarenakan hal yang diuji validitas dan reliabilitas pada penelitian kualitatif adalah datanya (Sugiyono, 2010). Data yang valid yaitu data apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa hal, yaitu subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, sumber data kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi
33
hasil akurasi penelitian (Bungin, 2003; Sugiyono, 2010 & Streubert, 2003). Oleh karena itu penelitian kualitatif perlu dilakukan uji keabsahannya, adapun uji keabsahan tersebut meliputi: uji credibility, transferability, dependability, dan confirmability (Maleong, 2007; Sugiyono, 2010). 1.
Kredibilitas (Credibility) Kredibilitas menguraikan fokus penelitian dan menunjukkan kepercayaan diri terhadap kebenaran data dan bagaimana data di proses dan di analisis dengan baik sesuai dengan fokus yang dimaksudkan (Polit & Hunger, 1999 dalam Granehim & Lundman, 2003). Uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif
dapat
dilakukan
dengan
perpanjangan
pengamatan,
peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi, dengan teman sejawat, analisis kasus negative, dan member check (Sugiyono, 2010 & Bungin, 2008). Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian, yaitu (Bungin, 2007): a. Memperpanjang masa pengamatan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, bisa mempelajari kebudayaan dan dapat menguji informasi dari responden dan untuk membangun kepercayaan para responden terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri. b. Pengamatan yang terus menerus, untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan
34
atau isu yang sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. c. Triangulasi, pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. d. Peer debriefing (membicarakannya dengan orang lain) yaitu mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang di peroleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat atau yang ahli dalam bidang kualitatif. e. Mengadakan member check yaitu dengan menguji kemungkinan dugaan-dugaan yang berbeda dan mengembangkan pengujianpengujian untuk mengecek analisis, dengan mengaplikasikannya pada data, serta dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang data. Penelitian ini peneliti menggunakan kredibilitas Peer debriefing dan triangulasi. Dimana setelah peneliti mengumpulkan data peneliti akan membuat transkrip data. Pertama, transkip data yang di buat peneliti akan dibicarakan kepada pembimbing untuk mendiskusikan unsur-unsur yang penting yang dialami partisipan. Kedua peneliti memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data misalnya memanfaatkan hasil video dan field note guna membandingkan hasil dari wawancara mendalam tadi untuk melakukan pengecekan.
35
2. Transferabilitas (Transferability) Uji transferabilitas mengandung arti bahwa data yang dilaporkan dapat diterapkan atau diberlakukan di tempat lain pula. Tempat lain tersebut juga harus memiliki karakter yang hampir sama dengan obyek penelitian sebelumnya (Lapau, 2012). Hasil penelitian kualitatif memiliki standar transferabilitas tinggi bilamana para pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas tentang konteks dan fokus penelitian (Bungin, 2008).
Peneliti dalam melakukan uji
tranferabilitas harus membuat laporan atau hasil penelitian secara jelas, rinci, sitematis, dan dapat dipercaya sehingga orang lain atau pembaca menjadi jelas dan mengerti terhadap hasil dari penelitian yang dilakukan agar orang lain dapat memutuskan untuk dapat mengaplikasikan atau tidak hasil penelitian tersebut di tempat lain. 3.
Dependabilitas Polit & Hunger, (1999) dalam Granehim & Lundman, (2003) menyatakan bahwa salah satu teknis untuk mencapai reliabilitas adalah dengan melibatkan seorang auditor eksternal untuk melakukan audit dan menelaah hasil penelitian secara keseluruhan. Dependabilitas yaitu apakah hasil
penelitian
mengacu
pada
kekonsistenan
peneliti
dalam
mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan. Kriteria ini dapat digunakan untuk menilai apakah proses penelitian kualitatif bermutu atau tidak (Bungin, 2003).
36
Pada penelitian ini peneliti membuat transkrip data secara singkat maksud, tujuan, proses dan hasil temuan studi. Peneliti akan menjelaskan secara rinci cara pencatatan yang telah diadakan selama penelitian. Peneliti juga akan menyediakan segala macam pencatatan yang diperlukan dan bahan-bahan penelitian yang tersedia untuk dipelajari oleh pembimbing (auditor) untuk membuat suatu kesepakatan, dalam hal ini auditor eksternal yang dapat dilibatkan adalah pembimbing dari peneliti baik pembimbing I dan II untuk mereview seluruh hasil penelitian.
4.
Konfirmabilitas (confirmability) Konfirmabilitas yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan. Dalam penelitian kualitatif uji konfirmabilitas mirip dengan uji dependability sehingga pengujiannya bisa dilakukan secara bersama (Sugiyono, 2010). Pada penelitian ini hasil penelitian ditelusuri oleh pembimbing (auditor) untuk memastikan apakah hasil temuan itu benar-benar dari data, menelusuri data mentah yang dibuat peneliti, melihat derajat ketelitian peneliti, dan menelaah kegiatan peneliti dalam memeriksakan keabsahan data.
F. Teknik Analisis Data Penelitian ini mengunakan tehnik analisa data menurut tehnik Colaizzi (1978). Langkah-langkah analisis data berdasarkan Colaizzi (1978) dalam Streubert (2003), meliputi:
37
1. Peneliti mulai mengorganisasikan semua data atau gambaran menyeluruh tentang fenomena yang diteliti yaitu pengalaman suami menghadapi istri yang menopause. 2. Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan pinggir mengenai gambaran para partisipan mengenai pengalaman dalam mengahadapi istri yang menopause, data yang dianggap penting dibuat pengkodean data. 3. Membaca semua gambaran semua partisipan secara berulang-ulang dari fenomena yang dialami partisipan mengenai pengalaman menghadapi istri yang akan memasuki masa menopause sampai memperoleh pemahaman yang benar 4. Mengulang catatan asli dan kutipan pertanyaan penting dengan mengelompokkan kata kunci dari para partisipan mengenai pengalaman menghadapi istri yang akan memasuki masa menopause. 5. Mengatur kumpulan membentuk pengertian dari kelompok tema dengan membuat kategori-kategori. 6. Peneliti kemudian menulis gambaran tempat dan merumuskan tema. 7. Selanjutnya mengintegrasi hasil analisis ke dalam bentuk deskriptif 8. Peneliti mengulang validasi data ke partisipan atas gambaran yang diberikan untuk megklarifikasi data hasil penelitian 9. Jika data baru ditanyakan selama validasi, gabungkan sehingga menjadi gambaran yang lengkap ( Streubert dan Carpenter, 2003).
38
Memiliki gambaran yang jelas tentang fenomena yang diteliti Mencatat data yang diperoleh (hasil wawancara dan observasi) Membaca transkrip secara berulang-ulang Mengelompokkan kata kunci Membuat kategori-kategori Merumuskan tema Mengintegrasikan hasil analisis ke dalam bentuk deskriptif Kembali ke responden untuk klarifikasi data hasil penelitian Menggabungkan data yang baru diperoleh saat dilakukan validasi Bagan 4.1 Teknik analisa data Colaizzi (1978) Sumber: Streubert & Carpenter (2003).
G. Etika Penulisan Setiap penelitian harus menjunjung tinggi etika penelitian. Notoatmojdo (2010) mengemukakan prinsip dasar etika penelitian, meliputi : 1.
Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity). Sebelum melakukan penelitian peneliti terlebih dahulu harus menjelaskan maksud, tujuan dan manfaat penelitian ini kepada partisipan dan melakukan inform consent, Jika partisipan bersedia maka partisipan harus
39
menandatangani lembar persetujuan sebagai bukti kesediaan menjadi partisipan. Namun, jika partisipan menolak untuk di teliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak partisipan. 2.
Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for privacy and confidentiality) Untuk menjaga kerahasiaan identitas partisipan, peneliti tidak akan mencantumkan nama partisipan pada lembar pedoman wawancara atau hasil penelitian yang akan disajikan. Peneliti hanya akan menggunakan kode pada lembar pedoman wawancara dan mengunakan inisial dalam penyajian hasil penelitian serta akan membuat password ketika data dimasukan ke dalam file tersendiri dan yang boleh mengetahui password tersebut hanya peneliti dan para pembimbing.
3.
Keadilan dan inklusivitas (respect for justice/inclusiveness) Peneliti menjaga prinsip keadilan dengan memberikan perlakuan yang sama pada setiap partisipan dan tidak membeda-bedakan ras, agama, dan sebagainya.
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harm and benefits). Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat maupun partisipan sendiri. Peneliti juga perlu berusaha untuk meminimalkan dampak yang merugikan.
BAB V HASIL PENELITIAN
Bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti kepada enam partisipan dengan melalui proses analisa data dari hasil wawancara mendalam dan ketika pada saat melakukan analisa data ditemukan beberapa tematema esensial yang selanjutnya oleh peneliti dideskripsikan kedalam bentuk naratif dengan penyajian hasil penelitian sebagai berikut. Penyajian hasil penelitian ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama menguraikan mengenai gambaran umum wilayah penelitian. Bagian kedua memaparkan hasil penelitian yang meliputi karakteristik partisipan dan hasil analisa tematik. Paparan hasil penelitian ini dideskripsikan berdasarkan hasil wawancara mendalam yang telah disusun berdasarkan tema yang telah ditemukan. A.
Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kelurahan Pisangan adalah kelurahan terluas di kecamatan Ciputat timur degan luas 4.140 km2 atau 24,2% dari seluruh wilayah kecamatan Ciputat Timur dengan total populasi sebanyak 30132 jiwa yang terdiri dari 18 RT. Adapun batas-batasnya: sebelah utara berbatasan dengan Cirendeu atau Cilandak, sebelah selatan Cipayung kecamatan Ciputat, sebelah timur Pondok Cabe kecamatan Ciputat, sebelah barat Cempaka putih kecamatan Ciputat timur (Laporan Kependudukan Kelurahan Pisangan, 2013)
40
41
B.
Hasil Penelitian 1.
Karakteristik Partisipan Sebanyak enam partisipan berpartisipasi dalam penelitian ini. Semua partisipan bertempat tinggal di daerah kelurahan Pisangan, Ciputat. Adapun karakteristik dari partisipan sebagai berikut: Partisipan pertama (P1) bapak D 52 tahun, istri Ny W 59 tahun, pendidikan terakhir SMU, pendidikan istri SMP, pekerjaan sopir, pekerjaan istri ibu rumah tangga, jumlah anak tiga, umur istri pertama kali menstruasi 16 tahun, lama istri menopause tiga tahun yang lalu. Partisipan kedua (P2) bapak H 52 tahun, istri Ny S 52 tahun, pedidikan terakhir SD, pendidikan istri SD, pekerjaan Buruh, pekerjaan istri ibu rumah tangga, jumlah anak 3 orang, umur istri pertama kali menstruasi 17 tahun, lama istri menopause 2 bulan yang lalu. Partisipan ketiga (P3) bapak B 60 tahun, istri Ny S 51 tahun, pendidikan terakhir SMA, pendidikan istri SMP, pekerjaan Pensiunan PNS, pekerjaan istri ibu rumah tangga, jumlah anak 6 orang, umur istri pertama kali menstruasi 15 tahun, lama istri menopause 6 bulan yang lalu. Partisipan keempat (P4) bapak R 57 tahun, istri Ny D 48 tahun, pendidikan terakhir tidak sekolah, pendidikan istri tidak sekolah, pekerjaan Buruh, pekerjaan istri ibu rumah tangga, jumlah anak 4 orang, umur istri pertama kali menstruasi 9 tahun, lama istri menopause 3 tahun yang lalu.
42
Partisipan kelima (P5) bapak M 67 tahun, istri Ny R 50 tahun, pendidikan terakhir PGA, pendidikan istri SD, pekerjaan Buruh, pekerjaan istri ibu rumah tangga, jumlah anak 3 orang, , umur istri pertama kali menstruasi 12 tahun, lama istri menopause 1 tahun yang lalu. Partisipan keenam (P6) bapak N 58 tahun, istri Ny S 51 tahun, pendidikan
terakhir
SLA,
pendidikan
istri
SLA,
pekerjaan
Wiraswasta, pekerjaan istri ibu rumah tangga, jumlah anak 4 orang, umur istri pertama kali menstruasi 11 tahun, lama istri menopause 3 tahun yang lalu.
2.
Hasil Analisis Tematik Hasil analisis tematik ini menjelaskan tujuh tema yang ditemukan pada penelitian ini. Berbagai tema yang ditemukan terkait pengalaman suami menghadapi istri yang akan memasuki masa menopause sebagai berikut: 1) Makna menopause bagi suami; 2) Perubahan fisik yang dialami istri menjelang menopause; 3) Perubahan psikologis yang dialami istri saat menopause; 4) Perubahan respon seksual suami saat istri menjelang menopause; 5) Perubahan respon psikologis suami saat istri menjelang menopause; 6) Penyesuaian suami terhadap perubahan pada masa menopause; 7) Upaya suami dalam kenyamanan terhadap perubahan masa menopause.
meningkatkan
43
Tema 1. Makna Menopause bagi Suami Makna menopause bagi suami sangat beragam yang mencakup semua makna yang berkaitan dengan penilaian dan pemahaman mengenai menopause yang dialami oleh istri. Makna menopause bagi suami yang meliputi: 1) Menopause sebagai proses alamiah; 2) menopause sebagai perubahan non produktif; 3) Menopause sebagai proses penuaan; 4) Menopause sebagai perubahan siklus menstruasi; 5) Menopause sebagai perubahan pemahaman hubungan seksual.
1. Menopause sebagi proses alamiah Makna menopause diungkapkan berbeda-beda oleh para suami, adapun sebanyak dua dari enam partisipan mengungkapkan bahwa menopause itu suatu proses alamiah, berikut ini salah satu ungkapan dari partisipan sebagai berikut: “ ...bagi saya istri yang menopause itu sudah alamiah, bakalan ngerasain semua jadi nggak usah dipermasalahkan, harus diterima saja” (P1) “ ya sama-sama kita sadari, kita mengertilah kan itu udah proses alami, kan semua orang juga mengalaminya...” (P2)
2. Menopause sebagai perubahan non produktif Tiga dari enam partisipan memaknai menopause sebagai perubahan masa produktif, seperti ungkapan salah satu partisipan berikut ini: “.... ya gitu bagi saya menopause ya sudah mengurangi waktu subur dan pemberhentian punya anak kali ya, heee...” (P3)
44
3. Menopause sebagai proses penuaan Sebagian
besar
partisipan
beranggapan
bahwa
istri
menopause telah menjadi tua, berikut ungkapan dari salah satu partisipan yaitu bapak M (67 tahun) pekerja sebagai buruh yang istrinya sudah mengalami menopause selama 1 tahun sebagai berikut : “....Paling anggapannya ya istri saya sudah tua, wajarlah saya juga sudah tua.” (P5)
4. Menopause sebagai perubahan siklus menstruasi Menopause diartikan sebagai perubahan siklus menstruasi oleh beberapa partisipan, dibawah ini salah satu ungkapannya sebagai berikut: “.... Apa yah?? Mungkin menopause itu mens yang mulai tidak teratur, kadang-kadang dapat, kadang-kadang nggak.”(P2) 5. Menopause sebagai perubahan pemahaman hubungan seksual Sebagian besar partisipan menyatakan bahwa makna menopause bagi suami suatu bentuk yang lebih mengakrapkan hubungan kekeluargaan, mereka beranggapan setelah menopause hubungan suami istri berubah menjadi lebih kekeluargaan dan bahkan bisa seperti hubungan kakak- adek, berikut ungkapan dari salah satu partisipan: “....ya gitu udah berubah aja, kan sudah tua jadi lebih ke rasa kayak teman, kayak kakak adek ajalah...”(P1). “....ya nggak seperti suami istri aja, sepeti lebih saudara dan lebih kayak keluarga aja...hubungannya lebih ke saling tolong-menolong aja.” (P4)
45
Tema 2. Perubahan fisik yang dialami istri menjelang menopause Perempuan menopause akan mengalami beberapa perubahan pada organ tubuh, berbagai macam perubahan fisik yang dialami oleh wanita menopause antara lain perubahan siklus menstruasi, perubahan pola tidur, menderita berbagai macam penyakit dan lain-lain. Berikut ini hasil wawancara mendalam kepada enam partisipan, mereka melaporkan beberapa perubahan yang terjadi pada istri ketika menopause diantarnya lima dari enam partisipan mengatakan bahwa istrinya semenjak menopause lebih gampang capek, sering males dan lelah, berikut ini adalah penuturannya: “...istri semenjak menopause sekarang lebih gampang capek, sering males-malesan aja, kalau lagi kerja dirumah sering ngeluh gampang capek, akibat sudah tua.”(P2). Satu dari enam partisipan mengatakan bahwa istrinya sulit tidur dan gampang capek, berikut ini penuturannya: “...Ibu gak ada perubahan apa-apa neng, ya paling mengeluh sulit tidur, gampang capek dan pegal-pegal dikaki doank selama menopause.”(P5) Satu dari enam partisipan mengungkapkan perubahan fisik yang terjadi pada istri menopause yaitu mulai keriput dan dianggap sebagai tanda penuaan, berikut ungkapan partisipan tersebut: “...Nggak kok, nggak ada perubahan fisik apa-apa, paling ibu itu berubah dari segi penampilan, dulu masih muda sekarang tua, udah mulai mau keriputan, itu aja kok.”(P4) Menurut penuturan bapak B (60 tahun) yang berprofesi sebagai PNS, istrinya Ny S (51 tahun), tidak mengalami perubahan dari segi
46
fisik, dikarenakan mereka rajin olahraga dan meminum jamu. Dibawah ini penuturanya: “...Ibu nggak ada perubahan dari segi fisik, kan kita rajin olahraga serta minum jamu jadi kita jaga kesehatan aja.”(P3)
Tema 3. Perubahan psikologis yang dialami istri menjelang menopause Siklus menopause sangat identik dengan perubahan psikologis yang dihadapi oleh para wanita, sebagian besar wanita akan mengalami
perubahan
yang
signifikan
dalam
permasalahan
psikologis, adapun perubahan yang biasa terjadi misalnya, wanita lebih gampang marah, emosinya sering berubah-ubah / labil, merasa cemas, takut ditinggal suami dan lain sebagainya. Perubahan psikologis istri yang menopause dalam studi ini lebih mengarah kepada perubahan emosi misalnya istri lebih pecemburu , istri lebih sering marah dan ada juga yang istri dari partisipan tidak mengalami perubahan. Tiga dari enam partisipan mengatakan bahwa istrinya mudah marah ketika menopause. Berikut ini salah satu ungkapan dari partisipan tersebut : “...Ya suka marah-marah, pokoknya suka banget marah-marah itulah orang menopause...pokoknya kalau berpendapat suka ngotot, kalau nggak suka sama dia kita dimarahin, pokoknya sekarang gampang marah neng..”(P1)
47
Bapak H (52 tahun) mengungkapkan bahwa istrinya sekarang lebih cemburuan dan takut kalau ditinggal, berikut ungkapnya: “...ya perubahannya cemburuan, cemburu buta, bingung harus menghadapinya,,heee..ya dia takut ditinggal, takut kalau saya main belakang..”(P2) Satu dari enam partisipan mengungkapkan bahwa istrinya tidak mengalami perubahan psikologis, istrinya tetap sama saja antara sebelum dan sesudah menopause, dibawah ini ungkapan dari salah satu partisipan yang istrinya baru 1 tahun yang lalu mengalami menopause sebagai berikut: “...Gk ada perubahan emosi, ibu tetap seperti dulu pendiam dan tidak gampang marah.”(P5)
Tema 4. Perubahan respon seksual suami saat istri menjelang menopause Permasalahan seksualitas pada perempuan menopause terjadi akibat penurunan fungsi hormonal yang menyebabkan beberapa perubahan, yaitu perubahan pola seksual atau penurunan libido pada istri menopause, perubahan kenikmatan seksual, penurunan frekuensi hubungan seksual, berkurangnya cairan vagina dan
keluhan sakit
ketika istri diajak melakukan hubungan intim. Para partisipan dalam studi ini menceritakan tentang adanya perubahan respon seksual suami pada istri menopause meliputi: a) perubahan pada gairah seksual; b) perubahan kenyamanan fisik berhubungan intim (Dispareunia) dan c) Perubahan frekuensi hubungan suami istri.
48
a.
Menopause dianggap sebagai perubahan gairah seksual Semua partisipan menyebutkan terdapat perubahan gairah seksual pada istri ketika mengalami masa menopause diantaranya penurunan libido dan perubahan kenikmatan seksual, berikut pemaparannya: Bapak D (52 tahun) bekerja sebagai sopir, pendidikan terakhir SMU, mengungkapkan bahwa istrinya, Ny W (59 tahun) yang telah memasuki masa menopause selama 3 tahun yang lalu, mengalami perubahan dalam berhubungan intim, berikut penuturannya: “Masalah hubungan itu sudah agak jauh, berhubungan agak gelisah, sakit mungkin,, jadi saya tidak maksa dan mainnya Cuma sebentar...ibu itu sering menghindar kalau saya mau, ibu suka pergi dan menghindar.”(P1)
b. Perubahan kenyamanan fisik berhubungan intim (Dispareunia) Dua dari enam partisipan mengungkapkan bahwa istrinya mengalami nyeri ketika berhubungan intim, berikut ini salah satu ungkapan partisipan tersebut: “saya melihatnya kalau biasanya main dulu sebelum menopause selalu banjir kalau sekarang sudah nggak, sudah kering dan ibu bilang nyeri karena cairannya udah kering..hee”(P4) c. Perubahan frekuensi hubungan suami istri Sebagian partisipan mengungkapkan ketika istri memasuki masa menopause, frekuensi melakukan hubungan intim menjadi berubah, tiga dari enam partisipan mengungkapkan bahwa dulu sebelum menopause berhubungan
intim setiap malam, kalau
49
sekarang berapa bulan baru main, berikut ungkapan dari salah satu partisipan tersebut: “sekarang berapa bulan baru main, kalau dulu sebelum menopause setiap malam main..”(P1) Perubahan yang sama juga dirasakan oleh bapak H, menurut beliau ibu S (52 tahun) yang sehari-hari berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan baru sekitar dua bulan yang lalu mengalami menopause, mengalami perubahan frekuensi ketika berhubungan badan berikut penuturannya: “...dulu sebelum menopause mainnya bisa tiap malam, tapi sekarang sudah jarang bisa seminggu hanya dua kali tapi kalau puasa kayak gini ya kita nggak mainlah.”(P2) Bapak B (60 tahun) mengungkapkan bahwa tidak ada perubahan dalam frekuensi berhubungan intim dengan istri, dikarenakan sudah terbiasa sering hidup berjauhan dari istrinya, berikut pemaparannya: “Frekuensinya dan kebiasaan mainnya sama saja tidak ada perubahan, karena kita terbiasa hidup tepisah...”(P3)
Tema 5 Perubahan respon psikologis suami saat istri menjelang menopause Ketika istri memasuki masa menopause, para suami juga mengalami perubahan psikologis, berikut hasil dari wawancara mendalam kepada enam partisipan:
50
a. Marah kepada istri Tiga dari enam partisipan mengungkapkan bahwa sering jengkel kepada istri, berikut ini pemaparan dari salah satu partisipan : “...Terkadang sekarang saya merasa sering jengkel kalau ibu sering cuek dan tidak cepat-cepat merespon keinginanan saya.”(P2) b. Merasa istri lebih tidak peduli Satu dari enam partisipan merasa kalau istrinya lebih cuek dan tidak seperti dulu sebelum menopause, berikut ungkapannya: “...Saya merasa semenjak menopause ibu cuek dan tidak peduli sama saya, tidak seperti dulu yang perhatiannya 100%, sekarang ibu galak.”(P1) c. Tidak ada perubahan Tiga dari enam partisipan mengungkapkan bahwa tidak ada perbedaan yang dia rasakan ketika istrinya menopause, mereka beranggapan istrinya sama seperti dulu, berikut pemaparan dari salah satu partisipan: “...Ibu biasa aja, sama seperti dulu, tetap setia dan tidak pernah bikin saya marah, saya tidak mengalami perbedaan emosi kok.”(P6)
Tema 6. Penyesuaian suami terhadap perubahan pada masa menopause Telah diuraikan diatas, wanita yang memasuki masa menopause akan mengalami perubahan baik dari segi fisik dan psikologis, dalam
51
menghadapi perubahan tersebut diperlukan upaya penyesuaian dari para suami menghadapi perubahan pada istri adapun upaya yang dilakukan oleh enam partisipan sebagai berikut: Empat dari enam partisipan mengungkapkan perasaan menerima dengan ikhlas terhadap perubahan fisik yang terjadi pada istri ketika menopause, berikut ini salah satu ungkapan partisipan tersebut: “...Ya cara menyikapinya paling kita harus menyadari , kalau sudah tua kita harus menerima dengan ikhlas dan saling pengertian.”(P2)
Dua dari empat partisipan mengungkapkan bahwa penyesuaian yang dilakukan terhadap perubahan pada masa menopause yaitu dengan menyadari serta menyerahkan kepada Tuhan, berikut penuturannya: “...saya nggak ada perasaan menyesal kan itu proses normal kalau ada perubahan pada istri dan semuana diserahkan saja kepada Tuhan. Satu dari enam partisipan mengungkapkan bahwa menyesuaikan dan tidak mempermasalahkan terhadap perubahan yang terjadi pada istri menopause, berikut ungkapannya: “...ya saya diem aja, nggak mempermasalahkan lagi, kalau dulu tidur kita sama-sama, sekarang sendiri-sendiri.
52
Tema 7. Upaya suami dalam meningkatkan kenyamanan terhadap perubahan masa menopause Beberapa upaya yang dilakukan partisipan untuk memberikan kenyamanan seksual saat istri menopause, mulai dari keinginan untuk membeli pelumas, menciptakan hubungan menjadi lebih intim dengan pasangan dan perlakukan to the point ketika berhubungan intim. Satu dari enam partisipan mengatakan keinginannya untuk membeli pelumas, agar ketika waktu berhubungan intim tidak terlalu kering dan sakit, berikut ungkapannya: “... kepingin beli pelumas aja, biar ibu tidak sakit dan anunya tidak kering,, ketika main.hee.,”(P1) Lima dari enam partisipan mengungkapkan bahwa ketika berhubungan mereka langsung saja, tanpa melakukan pemanasan, sebab istrinya tidak mau main dalam waktu yang lama, berikut ini salah satu ungkapan partisipan tersebut: “...ya kita kalau mainnya nggak harus pemanasan dulu lah, tanpa pemanasan juga udah panas neng...kita kalau main itu langsung aja, langsung to the point aja.”(P2) Berbeda dengan yang lain, bapak R (57 tahun) mengatakan bahwa walaupun istrinya menopause lebih cepat dari yang lain yaitu ketika berusia 45 tahun, bapak R tetap konsisten mencari cara untuk menciptakan hubungan yang lebih intim dengan pasangan, demikian ungkapannya:
53
“...Caranya kita kalau ada keinginan kita bercumbu terus mainnya sebentar aja cukup, sekedar memenuhi keinginan aja dan harus saling mengerti..”(P4)
BAB VI PEMBAHASAN Bab ini menjabarkan beberapa bagian yang terkait dengan hasil penelitian yang telah diperoleh. Bagian pertama menjabarkan pembahasan hasil penelitian yaitu membandingkan dengan konsep, teori, dan berbagai penelitian sebelumnya yang terkait dengan hasil penelitian ini untuk memperkuat pembahasan interpretasi hasil penelitian. Bagian kedua adalah mengemukakan berbagai keterbatasan selama proses penelitian dengan membandingkan pengalaman selama proses penelitian yang telah dilakukan dengan proses yang seharusnya dilakukan sesuai dengan aturan. A. Interpretasi Hasil Penelitian dan Diskusi Penelitian ini menghasilkan tujuh tema. Beberapa diantaranya memiliki sub tema dengan beberapa kategori makna tertentu. Tema tersebut teridentifikasi berdasarkan tujuan penelitian. Berikut penjelasan secara rinci untuk masing-masing tema yang dihasilkan dari penelitian ini: Tema 1. Makna menopause bagi suami Menopause memiliki makna yang begitu luas, yang mencakup penilaian serta pemahaman seseorang. Pada penelitian ini makna menopause dipersepsikan bervariasi oleh para partisipan. Makna menopause bagi suami meliputi suatu hal yang alamiah, masa tidak produktif, menyadari sebagai proses penuaan, dan mengalami perubahan pemahaman hubungan suami istri.
54
55
Setiap perempuan dalam kehidupannya akan mengalami masa produktif yang dimulai dari mentruasi dan diakhiri dengan masa non produktif dengan ditandai adanya menopause (Indarti, 2005). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dimana dua dari enam partisipan mengungkapkan bahwa mereka menganggap menopause merupakan sesuatu yang alamiah yang akan terjadi pada setiap perempuan. Hal ini sejalan dengan penelitian Wijayanti (2011) yang melaporkan bahwa upaya yang dilakukan untuk mengurangi rasa kecemasan pada istri yang menopause, suami diharapkan menerima dan menganggap bahwa menopause merupakan hal yang normal dan merupakan proses penuaan yang alamiah. Menopause merupakan proses kehidupan yang alami yang dialami oleh setiap wanita (Indarti, 2005). Penelitian yang serupa juga dilakukan oleh Adler (2000) yang melaporkan bahwa menopause merupakan perkembangan alami melalui siklus kesuburan seseorang. Menopause juga dimaknai sebagai proses penuaan dan masa dimana istri sudah tidak produktif lagi oleh para partisipan didalam penelitian ini. Hal ini sejalan dengan penelitian Adekunle et al, (2005) yang melaporkan bahwa menopause dianggap sebagai manifestasi fisiologis normal dari proses penuaan dengan 95,56 % responden, sementara 2,66% responden percaya itu adalah suatu kondisi penyakit penurunan libido. Dillaway (2005) melaporkan bahwa menopause merupakan bagian dari proses penuaan. Pada masa menopause seorang perempuan tidak bisa hamil dan mulai stop untuk memproduksi anak, tetapi itu merupakan fase awal pada kehidupan yang baru (Llewellyn, 2006). Hal ini sejalan juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Larasati (2006) yang melaporkan bahwa menopause merupakan suatu proses
56
peralihan dari masa produktif menuju perubahan secara perlahanlahan ke masa non produktif yang disebabkan oleh berkurangnya hormon estrogen dan progesterone seiring dengan bertambahnya usia. Pada penelitian ini empat partisipan memaknai menopause sebagai perubahan pemahaman mengenai hubungan seksual, mereka beranggapan bahwa setelah istri menopause hubungan intim suami istri berubah menjadi lebih akrab seperti hubungan kakak- adek, teman dan keluarga dekat lainnya. Penelitian ini Bertolak belakang dengan penelitian Putikah (2010), yang mengatakan ada perubahan hubungan kekeluargaan yang semulanya erat dan kuat (tight family relationship) cenderung menjadi longgar dan rapuh (loose family relationship) setelah seseorang mengalami menopause. Hurlock (2010) juga menyatakan bahwa pada masa ini, terdapat perubahan hubungan dari hubungan yang berpusat pada keluarga (family centred relationship) menjadi hubungan yang berpusat pada pasangan (pair centred relationship), dimana hal ini menunjukkan bahwa peran pasangan sangat penting artinya dalam kehidupan . Tema 2. Perubahan fisik yang dialami istri menjelang menopause Perubahan fisik dapat mempengaruhi kehidupan perempuan selama masa menopause. Perempuan yang menopause akan mengalami berbagai macam perubahan fisik diantaranya akan mengalami perubahan siklus menstruasi, hotflushes, vagina menjadi kering, insomnia, fatigue, penurunan libido, palpitasi jantung dan lain-lain (the women’s health, 2008). Pada penelitian ini semua partisipan mengemukaan bahwa ketika menjelang
57
menopause istrinya mengalami berbagai perubahan fisik diantaranya perubahan siklus menstruasi, perubahan pola tidur, , lebih sering malas dan mengeluh mudah capek namun ada satu dari enam partisipan yang mengatakan istrinya tidak mengalami perubahan. Hal ini sejalan dengan penelitian Wulandari (2009) yang melaporkan sebanyak 69% dari partisipan mengalami gejala-gejala seperti haid tidak teratur, (31%) haid sedikit, (15,5%) haid dengan keluar darah yang banyak, sedangkan (8,6%) nya lagi mengeluhkan
keluhan seperti nyeri otot, sukar tidur, nyeri senggama,
banyak keluar keringat dan sering buang air kecil. Wagiyo (2005) melaporkan hasil penelitiannya bahwa setelah menopause beberapa dari partisipan mempunyai pengalaman yang negatif seperti cairan vagina menjadi kering dan penurunan libido sehingga perempuan menopause mengalami perubahan hubungan pada pasangan. Perubahan fisik pada perempuan menopause juga dilaporkan oleh Dillaway (2005), sebanyak lebih dari 85% dari partisipan mengalami perubahan fisik yang mana sebanyak 65% mengalami perubahan yang dinilai negatif oleh para partisipan seperti perubahan pada berat badan sebanyak 59% dan perubahan siklus menstruasi sebanyak 54% sehingga menyebabkan partisipan mengalami perubahan citra tubuh dan melakukan perawatan pada tubuh. Setiap wanita akan mengalami menopause yaitu suatu proses dimana tidak terjadi lagi menstruasi karena tidak bisa memproduksi hormon estrogen, dimana akan menyebabkan perubahan fisik dan psikologis sehingga untuk mengatasi perubahan tersebut sangat dibutuhkan dukungan dari orang terdekat terutama suami (Kusumawardani, 2007). Pada penelitian
58
ini didapatkan hasil bahwa satu dari enam partisipan mengatakan istrinya menderita penyakit hipertensi dan tidak mengalami perubahan fisik lainnya, hal ini sejalan dengan penelitian Reif (2011) yang melaporkan bahwa sebanyak 694 partisipan menopause yang berkulit hitam 4 kali lebih tinggi mengalami penyakit hipertensi. Selain menderita hipertensi patisipan dalam penelitian ini juga melaporkan bahwa istrinya mengalami perubahan pola tidur, hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mangoenprasodjo (2004) Keluhan Susah Tidur atau Insomnia dimulai dari kesulitan untuk mulai tidur, lama tidak bisa tidur lagi dan sering terbangun di waktu malam sehingga mengantuk di siang hari. Insomnia terjadi karena berkurangnya hormon estrogen dan progesteron di dalam tubuh. Gejala menopause lain yang juga dilaporkan dalam beberapa literatur yaitu mudah marah (irritability), perasaan yang mudah berubah (volatile mood swings), kelelahan (fatigue), dan kecemasan (anxiety) (Quadagno, 1999 dalam Soedirman 2008).
Berdasarkan Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN, 2007) dalam Mangoenprasodjo (2004) menyebutkan partisipasi yang dapat dilakukan oleh suami dalam memahami dan memberikan ketenangan kepada istri menopause antara lain adalah Ketika penampilan fisik istri akan menurun karena mengalami menopause, misalnya kulit menjadi lebih kasar dan berkerut, maka suami harus membantu istri agar tidak kehilangan kepercayaan dirinya, suami harus meyakinkan isteri bahwa ia tetap menyayangi istrinya, sehingga istri merasa diterima. Suami harus memberikan perhatian lebih pada kondisi kesehatan
59
istri di saat istri mengalami ketidaknyamanan fisik, seperti rasa panas, tegang, pegal-pegal, jantung berdebar-debar dan lain sebagainya. Dispareunia merupakan salah satu perubahan fisik yang paling sering dialami oleh para perempuan menopause, dua dari enam partisipan melaporkan bahwa istrinya mengalami perasaan sakit ketika berhubungan intim yag disebakan karena kekurangan cairan vagina, menurut Dennerstein et al (2004) perempuan yang menopause akan mengalami perubahan gairah dalam berhubungan intim dan mengalami dispareunia sehingga mengalami permasalahan pada hubungan suami istri. Selain karena penurunan produksi hormon estrogen yang menyebabkan dispareunia terdapat beberapa faktor lainnya, diantaranya disebabkan oleh tipisnya mukosa vagina, hilangnya elastisitas pada tonus otot genetalia dan pelvis serta hilangnya lemak pada labia mayor dan labia minor (Boorsma, 2008). Tidak semua perempuan yang merasakan dispareunia mengalami masalah ketika melakukan hubungan intim, seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Notelovitz (2004) yang melaporkan bahwa tiga dari tujuh orang partisipan mengatakan bahwa setelah menopause mereka tetap merasa enjoy ketika berhubungan dengan pasangan walaupun cairan vagina menjadi kering dan mengalami rasa sakit ketika berhubungan.
Tema 3. Perubahan psikologis yang dialami istri menjelang menopause Dimensi psikologis yang berkaitan dengan menopause memiliki berbagai macam permasalahan diantaranya permasalahan emosional. Pada penelitian ini didapatkan beberapa perubahan psikologis yang dialami oleh
60
perempuan
menopause
yang
dilaporkan
oleh
beberapa
partisipan
diantaranya istrinya lebih mudah marah, lebih cemas, pecemburu dan merasa takut ditiggal suami. Wanita yang mengalami menopause merasakan pergeseran dan perubahan-perubahan fisik dan psikis yang mengakibatkan timbulnya satu krisis psikologis antara lain adalah depresi, murung, mudah tersinggung dan mudah marah, mudah curiga, merasa cemas, insomia atau tidak bisa tidur karena sangat bingung dan gelisah (Yatim, 2001). Salah satu partisipan mengungkapkan bahwa setelah memasuki masa menopause istrinya lebih pecemburu dan mengatakan takut kalau ditinggal suami. Rasa cemburu yang berlebihan pada perempuan menopause sangat wajar, karena itu disebabkan oleh perubahan emosional dan beberapa perubahan fisik yang dialaminya yang membuat perempuan merasa tidak percaya diri, hal ini sejalan dengan penelitian Poerwandari (2009) yang melaporkan bahwa kaum wanita yang memasuki masa menopause ada yang mengalami goncangan, tidak puas dengan keadaan, kurang bergairah, dilanda rasa kesepian, takut ditinggal suami, khawatir bahwa rumah tangga akan terancam, atau bahkan segera akan menjadi seorang janda. Kartono (2007) mengungkapkan adapun penyebab umum para suami tidak lagi tertarik dan bergairah lagi kepada istri disebabkan karena kurangnya perhatian istri terhadap penampilan fisiknya, istri tidak mau merias diri, tampak acak-acakan dan acuh tak acuh. Sebagai akibat yang lebih parah adalah suami mencari relasi seksual diluar rumah. Soedirham (2008) yang melaporkan hasil penelitiannya bahwa sebanyak 11 partisipan atau sebesar 27% partisipan mengatakan ada perubahan pada penampilan
61
dan emosi. Misalnya ada yang berhias lebih dari biasanya agar suami tidak tertarik pada wanita lain, sikapnya cenderung suka kesal dan emosinya tidak terkontrol, selain itu ada yang menjadi lebih tertutup serta minder padahal sebelum menopause mereka tidak bersikap seperti itu. Hal serupa juga dialami oleh partisipan dalam penelitian ini yang didapatkan bahwa hampir semua partisipan mengakui peningkatan emosi seperti mudah marah, mau menang sendiri ketika istri mengalami masa menopause. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Smart et al (2010) yang melaporkan bahwa sebanyak 47% partisipan mengalami perubahan emosi, lebih sering marah dan curiga kalau suaminya pulang terlambat serta cemburu kepada rekan kerja suaminya. Perubahan emosi diakibatkan karena kurangnya hormon estrogen sehingga menimbulkan keluhan seperti mudah tersinggung, cepat marah, dan berasa tertekan (Baziad, 2003). Keluhan psikologis yang sering muncul pada wanita menoapause diantaraya rasa lelah, semangat menurun, depresi, dan suasana hati yang berubah- ubah (Indarti, 2005). Spencer & Brown (2007) mengartikan menopause sebagai suatu akhir proses biologis dari siklus menstruasi yang terjadi karena penurunan produksi hormon estrogen dan progesteron yang dihasilkan ovarium (indung telur). Saat seseorang memasuki masa menopause, kadar estrogennya akan turun hingga kira-kira 80%. Selain itu saat menstruasi seseorang berhenti, tingkat progesterone juga menurun. Perubahan hormon estrogen dan progesteron tersebut memberikan pengaruh pada organ tubuh wanita pada umumnya, dan
62
biasanya hal tersebut diikuti dengan berbagai perubahan kondisi fisik maupun psikologis wanita yang mengalaminya (Kasdu, 2003). BKKBN (2007) menyampaikan partisipasi yang dapat dilakukan oleh suami dalam memahami dan memberikan ketenangan kepada istri menopause dengan cara ketika istri mudah tersinggung, marah-marah, kecewa dan sebagainya, para suami harus bersikap sabar, walaupun hal ini dapat menyebabkan timbulnya sikap yang tidak menyenangkan bagi suami dan anak-anaknya.
Tema 4. Perubahan respon seksual suami saat istri menjelang menopause Seksualitas diekspresikan melalui interaksi dan berhubungan dengan orang lain baik dengan seks yang sama maupun berbeda yang terdiri dari pikiran, pengalaman, ideal diri, proses belajar, nilai-nilai, fantasi dan emosi. Seksualitas juga berkaitan dengan bagaimana seseorang menilai tentang dirinya dan bagaimana mereka mengkonsumsikan berbagai perasaan kepada orang lain melalui sentuhan, berciuman, memeluk, berhubungan seksual, bahasa tubuh dan cara berbicara (Potter & Perry, 2006). Hasil penelitian ini terdapat berbagai perubahan seksualitas yang dirasakan
oleh
suami
ketika
istri
menopause.
Para
partisipan
mempersepsikan berbagai macam mengenai perubahan seksualitas yang terjadi pada istrinya diantaranya terjadi perubahan pada gairah seksual, perubahan kenyamanan fisik saat berhubungan intim, perubahan frekuensi hubungan suami istri dan mekanime koping yang dilakukan suami untuk
63
mengahadapi perubahan pada istri. Penelitian yang dilakukan Magdalena (2006) di Kelurahan Pangkalan Masyhur Medan Johor (2007) terdapat 140 wanita menopause yang masih bersuami dan dari diperoleh gambaran bahwa 32,0% ibu-ibu usia menopause di daerah ini memilih jarang untuk melakukan aktifitas hubungan seksual dan 44,7% yang menjalani aktifitas hubungan seksual seperti biasanya meskipun merasa ketidaknyamanan saat berhubungan seksual. Penelitian serupa juga dilakukan oleh beberapa peneliti yang didapatkan bahwa sebanyak 32.000 responden usia 40 tahun keatas terdapat 43,1% responden mengalami masalah seksual saat menopause, sebanyak 39% mengalami penurunan hasrat seksual, 26% mengalami masalah rangsangan, dan 21% mengeluhkan soal pencapaian orgasme (Shifren, 2006 & Perez, 2008). Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Palupi (2010) di wilayah kerja Puskesmas Pasar Rebo yang melaporkan bahwa adanya ketidakpuasan dalam berhubungan seksual dan terjadi perubahan pada respon seksual ketika istri memasuki masa menopause. Keluhan ketidaknyamanan fisik saat berhubungan pada istri menopause yaitu terjadinya rasa nyeri (dispareunia), kurangnya cairan vagina (lubrikasi pada vagina menjadi kurang) yang menyebabkan adanya rasa kurang puas atau ketidakpuasaan saat berhubungan seksual dan penurunan frekuensi saat melakukan hubungan juga mempengaruhi gairah suami. Hal ini sejalan dengan beberapa penelitian yang dilakukan yaitu bahwa penurunan tingkat estrogen pada wanita menopause akan memberikan dampak perubahan pada tubuh seseorang seperti vagina
64
menjadi kering sehingga menyebabkan masalah lubrikasi dan bisa menyebabkan nyeri saat berhubungan (The Women’ Health Council, 2008 & Lewdermilk et al, 2000). Penelitian serupa juga dilakukan oleh Kaur et al (2005) di wilayah Klantan, Malaysia yang melaporkan bahwa lebih dari dua pertiga partisipan melaporkan terjadi penurunan aktivitas seksual yang dikarenakan oleh berbagai penyebab yaitu 44 % partisipan mengalami dispareunia, 52,4 % karena berkurangnya sekresi vagina dan 8,8% partisipan mengeluhkan karena vagina kurang elastisitas. Penelitian yang dilakukan di London pada 185 partisipan didapatkan bahwa sebagian besar mereka mengalami masalah psikoseksual yang mempengaruhi kehidupan rumah tangga. Adapun permasalahannya yaitu gangguan hasrat seksual, respon seksual dan perilaku seksual (Sarrel , 2005). Perubahan frekuensi berhubungan intim pada istri, semua partisipan mengatakan terdapat perubahan frekuensi ketika sebelum dan sesudah menopause, yang dulu sebelum menopause bisa melakukan hubungan badan setiap malam tetapi setelah menopause sudah berubah, ada yang awalnya tiap minggu sekarang menjadi tiap bulan. Penelitian yang sama dilakukan oleh Rodhiyah, dkk (2010) melaporkan bahwa hampir semua partisipan dalam penelitiannya mengatakan lebih jarang melakukan hubungan intim pada
saat
mengatakan
menopause terjadi
dibandingkan
perubahan
sebelum
yang signifikan
menopause. terhadap
Mereka frekuensi
berhubungan intim dengan suaminya. Penelitian serupa juga telah dilakukan oleh Palupi (2010) di wilayah Puskesmas Pasar Rebo yang melaporkan bahwa partisipan mengalami penurunan frekuensi melakukan hubungan
65
intim yang dulu sebelum menopause bisa 6-7 kali dalam sebulan sekarang menjadi sebulan 3 kali atau seminggu sekali sebelumnya seminggu 2-3 kali. Banyaknya perubahan-perubahan yang terjadi ketika istri menopause, untuk menghadapinya perlu suatu tindakan adaptasi, adapun proses adaptasi yang dilakukan partisipan dalam penelitian ini yaitu terdiri dari sikap menerima, tidak mempermasalahkan, mengganggap sebagai kewajiban istri, mengalihkan kehobi yang lain, mengganggap sebagai proses alamiah dan harus diserahkan semuanya kepada Tuhan. Empat dari enam partisipan pada penelitian ini mengatakan menerima dan tidak mempermasalahkan terhadap perubahan yang terjadi pada istri ketika menopause, ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Soedirham (2008) yang melaporkan bahwa sebanyak 32 partisipan atau sebesar 80% dari partisipan mengatakan bahwa menopause merupakan hal yang alami atau wajar di mana terjadi berhentinya masa menstruasi seorang wanita. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Bartlik & Goldstein (2000) yang melaporkan bahwa semua partisipan menerima dan menganggap sebagai proses alamiah. Perempuan yang mengalami menopause, kehilangan daya tarik seksualnya serta menurunnya aktivitas seksual. Ada beberapa wanita yang beranggapan sesudah menopause, tidak bisa memberi kepuasan seksual bagi suaminya. Berkurangnya elastisitas pada jaringan vagina membuat sebagaian besar perempuan tidak mau melakukan hubungan intim dan ada juga yang berpendapat bahwa ketika melakukan hubungan intim sewaktu menopause akan menyebabkan
timbulnya beberapa penyakit, dengan
beranggapan seperti ini dapat mengganggu keharmonisan hubungan suami
66
istri (Retnowati, 2006). Hal ini sejalan dengan pendapat Myskow, 2002 yang mengatakan bahwa hubungan suami istri sangat mempengaruhi kualitas seksual, hubungan yang baik dan mesra dalam melakukan hubungan seksual maupun non seksual dapat memberikan dampak postif bagi semua pihak dan sebaliknya ketika hubungan yang tidak harmonis maka akan berpengaruh terhadap frekuensi serta keinginan untuk melakukan hubungan intim.
Tema 5 Perubahan respon psikologis suami saat istri menjelang menopause Ketika menopause tidak hanya kaum perempuan yang mengalami perubahan psikologis, namun kaum laki-laki juga. Menurut pendekatan kognitif, dalam ilmu psikologi, pada dasarnya gangguan emosi berupa takut, cemas dan stress yang dialami manusia, sangat ditentukan oleh bagaimana individu menilai, menginterpretasi, atau mempersepsikan peristiwa yang dialaminya (Chirawatkul & Lenore 2011) Jadi, bagaimana individu mempersepsikan atau menilai menopause akan berpengaruh pada kondisi emosi-psikologisnya Pada penelitan ini para partisipan mengungkapkan bahwa dirinya merasa marah dan merasa istri tidak peduli, dikarenakan istri yang tidak segera merespon keinginan suami dan sudah tidak memperdulikan suami karena lebih cuek dan perhatiannya sudah tidak seperti sebelum menopause. Namun penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
67
The Womens Health Council (2008) yang melaporkan bahwa Salah satu keluarga partisipan yaitu suaminya mengatakan bahwa semenjak istrinya mengalami menopause dia merasa lebih berubah dan tidak seperti biasanya, sekarang istrinya sudah tidak sibuk bekerja dan lebih fokus kepada anak dan keluarga. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Shemma (2011) melaporkan bahwa suami partisipan yang mengalami menopause mengatakan tidak mempermasalahkan dan mengganggap bahagia terhadap perubahan yang dirasakan ketika istri menopause.
Tema 6. Penyesuaian suami terhadap perubahan pada masa menopause BKKBN (2007) dalam Mangoenprasodjo (2004) yang mengatakan bahwa partisipasi yang dapat dilakukan oleh suami dalam memahami dan memberikan ketenangan kepada istri menopause antara lain adalah: 1.
Memahami bahwa suatu saat istri akan berhenti haid dan tidak bisa hamil lagi disebabkan karena proses penuaan yang alami.
2.
Ketika penampilan fisik istri akan menurun karena mengalami menopause, misalnya kulit menjadi lebih kasar dan berkerut, maka suami harus membantu istri agar tidak kehilangan kepercayaan dirinya. Suami harus meyakinkan isteri bahwa ia tetap menyayangi istrinya, sehingga istri merasa diterima.
3.
Mengajak istri untuk berolah raga dan memperbaiki pola makan karena berat badan istri akan bertambah pada saat mulai menopause.
68
Pengertian, penerimaan dan dukungan dari suami sangat besar artinya bagi wanita yang mengalami menopause, sehingga ketegangan yang muncul dapat di cegah (Hammasah, 2004). Adaptasi suami dalam menghadapi perubahan pada istri sangatlah bervariasi, dalam penelitian ini para partisipan
mengungkapkan
adaptasinya
yaitu
dengan
menggangap
perubahan pada istri sebagai proses penuaan yang harus diterima dan tidak dipermasalahkan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adler et al (2000) di negara Amerika dan Cina yang melaporkan bahwa menopause merupakan perkembangan alami melalui siklus hidup dan sebagai penanda untuk penuaan yang harus diterima dan tidak dipermasalahkan. Pengertian, penerimaan dan dukungan dari suami sangat besar artinya bagi wanita yang menjalani menopause. Suami yang perduli dan perhatian serta dapat diajak berbagi, akan sangat membantu seseorang dalam menjalani masa menopausenya. Perhatian yang diperoleh akan membuatnya merasa berharga dan dicintai oleh pasangannya (Fitri, 2012). Pada penelitian ini para partisipan mempunyai mekanisme adaptasi yang baik sehingga dapat memberikan ketenangan bagi istri mereka ketika menopause.
Tema 7. Upaya suami dalam meningkatkan kenyamanan terhadap perubahan masa menopause Banyaknya perubahan serta keluhan yang dialami oleh perempuan ketika
menopause
terutama
keluhan
mengenai
masalah
seksual
69
menyebabkan para suami harus melakukan sesuatu tindakan untuk menciptakan kenyamanan saat berhubungan seksual, adapun upaya yang dilakukan pada oleh partisipan dalam penelitian ini yaitu keinginan untuk membeli pelumas, ada juga yang secara langsung melakukan hubungan intim tanpa pemanasan terlebih dahulu serta melakukan rayuan untuk meningkatkan gairah pada istri dalam melakukan hubungan. Partisipan dalam penelitian ini mengungkapkan keinginannya membeli pelumas dikarenakan cairan vagina istrinya sudah kering dan istrinya mengeluh sakit ketika berhubungan intim sehingga mengurangi rasa kenyamanan
saat
berhubungan
badan
dan
dapat
menyebabkan
ketidakharmonisan dalam hubungan suami istri. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Palupi (2010) yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pasar Rebo yang melaporkan bahwa partisipan menggunakan pelumas atau jelly untuk mengurangi rasa ketidaknyamanan saat berhubungan intim. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Hensen et al, 2004 pada sebuah klinik yang berada di Perancis mengenai masalah nyeri ketika berhubungan suami istri, para partisipan mengatakan bahwa setelah diberikan terapi komplementer menggunakan tehnik pijat dengan minyak beraroma frangipani, didapatkan hasil bahwa kombinasi aromaterapi frangipani dan masase dapat menurunkan nyeri saat berhubungan seksual. Rasa ketidaknyamanan dapat dikurangi dengan olahraga yang teratur, menjaga pola makan, Terapi Sulih Hormon (TSH) serta komunikasi yang baik dengan pasangan. TSH penggunaannya sudah dimulai sejak tahun 1978 yang berguna untuk menggantikan peran hormon estrogen yang telah
70
berkurang produksinya sehingga dapat membantu lubrikasi pada wanita (Anantasari,
2006).
Palupi
(2006)
rasa
ketidaknyamanan
dapat
dikomunikasikan dengan baik kepada pasangan, baik secara verbal maupun non verbal hal ini juga dilakukan oleh beberapa partisipan yang melakukan komunikasi terlebih dahulu kepada pasangan, sehingga mereka berinisiatif ketika melakukan hubungan intim secara langsung tanpa pemanasan terlebih dahulu guna untuk mempercepat waktu berhubungan dan dharapkan dapat mengurangi rasa ketidaknyamanan pada istri. Seorang partisipan mengungkapkan bahwa dirinya melakukan proses percumbuan terlebih dahulu kepada istri agar dapat menciptakan hubungan yang lebih intim dan nyaman. Tidak semua orang mengalami permasalahan dan penurunan seksualitas pada masa menopause namun ada juga yang mengalami peningkatan gejala seksual sehingga bisa dikatakan seseorang tersebut mengalami pubertas kedua dan sifat yang biasa muncul agak berbeda seperti biasanya (Green, 2013). Pada salah satu partisipan yang mengatakan bercumbu untuk meningkatkan rasa kenyamanan istri saat berhubungan intim, peneliti memiliki asumsi bahwa partisipan tersebut mengalami pubertas kedua seperti yang ada di teori tersebut.
71
B.
Keterbatasan Penelitian Berdasarkan pengalaman proses penelitian didapatkan beberapa keterbatasan dalam penelitian. Keterbatasan tersebut antara lain: 1.
Ketika mencari partisipan penelitian yang harus sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi merupakan suatu tantangan tersendiri. Peneliti harus mendatangi partisipan secara door to door yang sebelumnya peneliti tidak mengetahui data dan alamat lengkap partisipan.
2.
Kebanyakan partisipan di daerah Ciputat merupakan penduduk pendatang dan kebanyakan berasal dari suku jawa sehingga membuat karakerstik partisipan kurang bervariasi
3.
Banyak partisipan menganggap pengalaman menopause sebagai hal yang tabu dan itu merupakan masalah pribadi rumah tangga yang tidak layak untuk diomongankan ke orang lain, sehingga mempersulit peneliti untuk membina hubungan.
4.
Penelitian yang serupa belum banyak dilakukan membuat peneliti kekurangan reverensi sehingga ketika melakukan pembahasan belum begitu lengkap dan detail.
BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran arti pengalaman suami dalam menghadapi istri yang menopause. Tema yang teridentifikasi sejumlah sepuluh tema, yaitu 1) Makna menopause bagi suami; 2) Perubahan fisik yang dialami istri menjelang; 3) Perubahan psikologis
yang dialami istri saat menopause; 4) Perubahan
respon
seksual suami saat istri menjelang menopause; 5) Perubahan respon psikologis suami saat istri menjelang menopause ; 6) Penyesuaian suami terhadap perubahan pada masa menopause; 7) Upaya suami dalam meningkatkan kenyamanan terhadap perubahan masa menopause. Makna menopause bagi suami yaitu suatu hal yang alamiah, masa tidak produktif, proses perubahan kerah penuaan dan perubahan pemahaman hubungan suami istri. Perubahan seksualitas suami saat istri menopause terdiri dari perubahan gairah seksual, Perubahan kenyamanan fisik berhubungan seksual misalnya dispareunia, penurunan frekuensi hubungan namun ada juga partisipan yang tidak merasakan perubahan tersebut. Serta koping suami mengahdapi perubahan seksual pada istri yang diantaranya menerima dan tidak mempermasalahkan, mengganggap sebagai proses alami, dan mengganggap sebagai kewajiban istri. Upaya meningkatkan kenyamanan hubungan seksual masa menopause yang meliputi pemakaian pelumas, berhubungan intim secara to the point atau
72
73
tanpa proses pemanasan terlebih dahulu dan ada juga dengan proses bercumbu. Perubahan fisik yang dialami oleh istri menjelang menopause antara lain: perubahan siklus menstruasi, perubahan pola tidur, mudah lelah dan perubahan kearah penuaan. Mekanisme koping suami terhadap perubahan fisik istri menopause yaitu perubahan kearah sendiri-sendiri, menerima dengan ikhlas, dan mengajak istri untuk olahraga. Perubahan psikologis istri menopause meliputi perubahan emosi seperti mudah marah, pecemburu, mau menang sendiri dan tidak mau mengalah. Perubahan psikologis suami saat istri menopause yaitu marah pada istri, merasa istri tidak peduli, dan ada juga yang mengatakan tidak ada perubahan psikologi yang dirasakan
B. Saran 1. Institusi Keperawatan Hasil penelitian ini bagi pendidikan keperawatan dapat menjadi landasan dalam mengembangkan program kurikulum keperawatan terkait dengan mata ajar keperawatan maternitas dan dapat mengembangkan kompetensi pembelajaran pada mahasiswa mengenai pengalaman suami dalam menghadapi menopause pada istri.
2. Peneliti selanjutnya. Bagi peneliti selanjutnya dapat menjadi bahan referensi dan pertimbangan serta perlu adanya pengeksplorasian lebih dalam
74
mengenai cara untuk mendapatkan hasil lebih luas dari pengalaman suami ketika menghadapi menopause pada istri serta peneliti selanjutnya diharapkan untuk memilih tempat yang lebih kompleks dan luas permasalahannya sehingga dapat mengahsilkan data yang lebih bervariasi serta holistik. 3. Pelayanan Keperawatan Hasil penelitian ini bagi pelayanan keperawatan dapat memperkaya khasanah perkembangan ilmu keperawatan yang terkait dengan berbagai aspek ketika suami menghadapi istri yang menopause. Disamping itu dapat dijadikan landasan bagi keperawatan untuk mengembangkan instrument pengkajian khususnya pengkajian utuk menilai pemahaman seorang suami terhadap proses menopause yang terjadi pada istrinya secara lebih komprehensif selain itu juga penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan dalam memberikan pendidikan kesehatan dan informasi serta promosi kesehatan kepada masyarakat khususnya suami mengenai menopause.
DAFTAR PUSTAKA Adekunle, A, Fawole, M and Okunlola. Perceptions and attitudes of Nigerian women about the menopause 2005, Vol. 20, No. 5 Pages 525-529 Anantasari, R, Setyowati dan Hanny H. Efektivitas Pijat dengan Menggunakan Minyak Beraroma Frangipani terhadap Tingkat kenyamanan hubungan seksual pada Ibu menopasue di dusun jabon dan Sawojajar II kabupaten malang. 2006 Andrews, Gilly. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi Wanita Edisi 2. Jakarta: EGC. 2010. Adler, shelly et al. Maturitas, Volume 35, Issue 1. Pages 11-23 . 2000 Aubernethy M. Viropouse- Andropause Menopause Laki-laki, perubahanperubahan emosional dan fisik yang dialami laki-laki Paruhbaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010 BAPPENAS. Tahun 2025, angka harapan hidup penduduk Indonesia 73, 7 tahun. 2005. Diakses 18 maret 2013 ; http://www.bappenas.go.id/ Badan Statistik Indonesia. Profil Data Kesehatan Indonesia 2011. 2012. Diakses 18 maret 2013 ; http://www.bps.go.id Bartlik, Barbara & Goldstein M. Maintaining Sexual Health After Menopause. Vol 51 No 6. Psychiatric Services. 2000 Baziad, A. Menapouse dan Andrepause. Jakarta: Yayasan Bina Darma Pustaka. 2003
Baron, R.A., dan Byrne, D. Psikologi Sosial. Jilid 2. Edisi Kesepuluh. Alih Bahasa: Ratna Djuwita. Jakarta: Erlangga. 2005. Bobak , L. J. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta: EGC. 2005 Boorsma, Joann. Hot Flashes, Blood Glucose and Diabetic Postmenopausal Women. Master of Science School Of Health Sciences University Of Lethbridge, Alberta, Canada. 2008 Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. 2008
Chirawatkul, S & Lenore, M. Conceptualizing Menopause and Midlife: Chinese America and Chinese Women In the Us. Original Research Article Perception of menopause In Northeasth Thailand. (http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/02779536949000 6X diakses tanggal 4 agustus 2013, pukul 20.00 wib) Coon, Dennis & Mitterer, John O. 2010. Introduction to Psychology: Gateway to Mind and Behaviour. USA: Wadsworth Dacey, John S. & Travers, J.F. (2002). Human Development Across the Lifespan (5th edition). USA: Mc Graw Hill Dennerstein, L & Lehert, P. Women’s Sexual functioning, Lifestyle, Midage, and menopause in 12 European Countries. Menopause, 11,77885 Dillaway. Women’s Experiences and Understandings of Menopause 2008, the womens health council. 2005 Djamhoer, Martanadisoebrata. Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta. 2005. Eny, K. Kesehatan Reproduksi Remaja dan wanita. Jakarta: Salemba Medika. 2012 Endang Purwoastuti. Menopause Siapa Takut ?.Yogyakarta : Kanisius. 2008 Ermawati T. N. Persepsi Suami Terhadap Kejadian Menopause Pada Istri di Dusun Wonobroto, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo. 2009 Evi, Mayasari A. Hubungan Tingkat pendidikan dengan Pengetahuan tentan Gejala Klinis Pre Menopause pada Wanita Usia 40-45 tahun di Dusun Gorekan Kidul desa Cermen Lerek, kecamatan Kedamean kabupaten Gresik. 2011
Fino, R. Faktor- faktor yang Berhungan dengan Sikap Sami dalam Menghadapi Istri Menopasue di Rw 01 Kelurahan Pangkalan Jati kecamatan Limo- Depok. 2007
Fitri, Mei E. Gambaran Dukungan Suami pada Istri Menjelang Menopause di desa Ronosentanan Kecamatan Siman kabupaten Ponorogo. 2012 Green, Wendy. 50 Hal yang Bisa Anda Lakukan hari ini untuk Mengatasi Menopause. Jakarta: PT Elex Media Komputido Kelompok Gramedia, Anggota IKAPI. 2013
Glasier, A & Gebbie, A. Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi edisi empat, cetakan pertama. Jakarta: EGC. 2006 Hammasa, S.N. Menopause. Kiat wanita lansia sehat menuju khusnul khatimah. Solo: Ma’sum Press. 2004. Henson, et al. Aromatherapy Massage For Menopause. 2004 http://content.herbalgram.org/wholefoodmarket/herbclip/pdfs/0704 42-269.pdf. Diakses pada 30 agustus 2013 pukul 20.30 wib) Hurlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi 5. Alih bahasa: Istiwidayanti dan Soedjarwo. Jakarta: Erlangga. 2010 Ina, E. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan istri mengenai menopause di kompleks dosen Uin ciputat. 2007 Indarti, Junita. Panduan Kesehatan Wanita. Cetakan kedua, Jakarta: 2005 Kartono, R. Kartini. Psikologi wanita 2, Mengenal Wanita sebagai Ibu & Nenek. Cetakan ke lima. Bandung: CV Mandar Maju. 2007 Kasdu, D. Kiat Sehat dan Bahagia di Usia Menopause. Jakarta: Puspa Swara. 2002 Kaur, D, Harbindar, J & Nor Aliza, AG. Sexual Function in Menopausal Women in Kelantan, Malaysia. 2005 (diakses tanggal 7 juli 2013 pukul 2.00 wib http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S03785122050004 59) Kernoff, Phyllis M, Patricia and Gretchen. Husband’s support Of Their Perimenopausal Wives. 2008 (diakses 2oktober, pukul 13.30 wib) http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1300/J013v38n03_07#.U k1LttLwZ2E Kusmiran, Eny. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika. 2012
Kristiono, Elisabeth Yocelin Ivana. Kecemasan Menghadapi Menopause ditinjau dari Dukungan Sosial Suami. Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata 2011 diakses tanggal 21 april. 2013. (http://eprints.unika.ac.id/3850/1/07.40.0114_Elisabeth_Yocelin_Iv ana_K.pdf Kuswarno, Engkus. Metodelogi Penelitian Komunikasi Fenomenologi konsepsi, Pedoman, dan Contoh Penelitiannya. Bandung : Widya Padjajaran. 2009 Kusumawardani, Devina. Kecemasan pada wanita pasca menopause ditinjau dari dukungan sosial suami. 2007 Kuntjoro, E. Hubungan Suami dengan Tingkat kecemasan Ibu Menghadapi Menopause di Perumahan Griya Cipta Laras Wonogiri. 2005 Laporan Kependudukan kelurahan Pisangan, 2012 Larasati, Tika. Jurnal Kualitas Hidup pada Wanita yang Sudah Memasuki Masa Menopause. Gunadarma. 2006 Llewllyn, Derek & Jones. Setiap Wanita Jakarta : Delapratasa Publishing. 2006. Lowdermilk, Reed & Sutton. A Resource for Making Healthy Choices, National Institutes on aging. 2000 Magdalena, Y. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Suami tentang Aktifitas Seksual pada Istri Menopause di Kelurahan Pangkalan Masyhur Medan Johor. 2006 Myscow, L. Perimenopausal Issue in Sexuality. Sexual and Relationship Therapy, 17, 253-260. 2002 Moleong, L.J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan ke duapuluh satu. Bandung: PT Remaja Rodakarya Offset. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan ke duapuluh empat satu. Bandung: PT Remaja Rodakarya Offset. 2007 Notoadmodjo. Metodelogi penelitian kesehatan. Edisi 2. Jakarta: Rineka. 2003. Promosi Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2007
Northrup, C. Bijak disaat Menopause, Menciptakan Kesehatan Fisik dan Emosional Saat Menghadapi Perubahan. Bandung: Q-Press. 2006 Palupi, Puspita. Tesis, Pengalaman Seksualitas Perempuan Menopause di wilayah kerja Puskesmas kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur. 2010 Palupi. Anti Penuaan. Jakarta: Puspaswara. 2006. Perez, S. Clinical Menopause Part I: An Introduction Into Nursing Practice. 2008 (diakses 6 juli 2013, pukul 15.00 wib http://ons.metapress.com/content/m4501v0v51kg84w4/fulltext.pdf) Pramodana. Hubungan antara harga diri dan dukungan suami dengan kecemasan wanita menghadapi menopause di Semarang. 2011 diakses tanggal 29 april 2013.http://eprints.unika.ac.id/3531/1/06.40.0123_Anastasia_Astasa ri_Pramodana.pdf.pdf Poerwandari, K.E. Pendekatan Kaulitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: Lembaga pengembangan Sarana pengukuran dan Pendidikan Psikologi Fakultas Universitas Indonesia. 2009 Potter, A & Perry, G. Fundamental of Nursing: Concept Process and Practice. St Louis: Mosby 2006 Putikah, titik. Tesis Hubungan antara pengetahuan, Sikap dan Perilaku dengan Kecemasan Wanita Menopause di Ngawi. 2010 Rani, Sobha. The Psychosexual Implications of menopause. British Journal Of Nursing. Vol 18 No 6. 2009 Reiff et al. The effect of outside work on the menopausal woman . 2011 (diakses tanggal 12 agustus 2013, pukul 09.00wib http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/037851227890009 9) Retnowati, S. Tetap Bergairah Memasuki Usia Menopause: Sebuah Tinjauan Psikologis. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM. 2005 Rodhiyah, Inuk. L, & Budi, P. Peningkatan Kualitas Hidup Wanita Usi Klimakterium melalui Pemahaman Mengenai Menopause di kota Semarang. 2010 Sarrel, Philip. Sex and Menopause: Defining the Issues. Original Research Article Maturitas, vol 7, Issue 3. 2005
Sheema, M. Postmenopausal Women: A Study of Their Psycho-Physical Changes with an Impact on Family. Anhropologist, 13: 131-135. 2011 Soedirham, Oedojo & Muji Sulistyowati. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perempuan Dalam Menopuse. J. Penelit. Med. Eksakta Vol. 7 No. 1. 2008 Smart, et al. Women’s Status and Experience of The Menopuase in A Newfoundland Fishing Village, Original Research Article Maturitas, Vol 4, Issue 3, Pages 207-216. 2010 Smet, B. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Gramedia Widisarana Indonesia. 2004 Sugiono. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. 2010 Suyono, joko. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Hipokrates. 2001 Spencer, Rebecca & Brown. Simple Guides Menopause. Jakarta: Erlangga. 2006 Straubert, Helen J & Carpenter, Dona R. 1999. Qualititative Research In Nursing Advancing the Humanistic Imperative. Second Edition. Walnut Street, Philadelphia Taylor, S.E., Peplau, L.A., dan Sears, D.O. Psikologi Sosial. Edisi Keduabelas. Alih Bahasa: Tri Wibowo, B.S. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2009 The women’s Health Council. A Guide Menopause. 2008
Vankooij , Rijnardus A. Bermain dengan api: relasi antara gereja-gereja meinstrem dan kalangan kharismatik. Jakarta : gunung mulia. 2007 Wagiyo. Studi Etnografi Pada Wanita Jawa Tengah Dalam Menjalani Masa Menopause. FIK UI: Thesis tidak dipublikasikan. 2005. Wangmuba. Dukungan sosial. 2009. Diambil tanggal 13 maret 2013 dari http://wangmuba.com/tag/dukungan-sosial/ Weschler, T. Taking Charge of Your Fertility ( Mengendalikan Kesuburan Anda ). 2006
Wulandari, Indah Yuliana dkk. “Hubungan tingkat pengetahuan tentang menopause dengan dukungan sosial suami saat istri menghadapi menopause di desa Somagede kecamatan Somagede Banyumas”. 2009. diakses tanggal 20 april. 2013.(http://journal.uad.ac.id/index.php/KesMas/article/download/54 8/pdfhttp://journal.uad.ac.id/index.php/KesMas/article/download/54 8/pdf) Wijayanti, Maria Tri. “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan dan Kecemasan pada Wanita Pre Menopause di desa Jendi kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri”. Yatim, F. Haid tidak wajar & menopause. Jakarta: Pustaka Populer. 2001
LAMPIRAN
MAGAII{A
uNrvERsrTAs rslAn{ NEGERT ( trrN } TAKWTAS Jt.
Kermuhi
IrIo. 5 Pisqgm
Cipdrr
M
I}AI{ ILMU KESMATAI{ &lp.
lt4l,
:
Wcbsitc :
$2-2QBtl67t8 Fu:(62-21)740r985
www.uiqtlacjd:
CipUat,
Nomor : Un.0lffl0/I(M.0l2l/Ll1l20l3
I-
E
mil : *i@rrqfit
Juai2013
Iampiran : : PernohonanlzinPenclifian
fhl
KepadaYaugTeftormat, K€pala Kelurshan Pisangan
Pisaryan
Arselrriru'alal*uu Wn IYb. hlam rangka parplesoian figas athir pe*utlahan mahasiswa dipcrtuk{n p€nyu$mm S*ripsi }Eqg bsrjudul %ngntaman Sunni Mengbdapi Istori Akan Meurasr*i Mam Menryuse di Wilayah Pisangan Cipilafl. Sehubungan d€ngan pcmelitisn das nama:
itr
lcami
mbon diberilon izin meh*smakan
Nama
RafitaOotavia
NIM
I09104m0053
Scrn€sbr
utr
hogrmr.Sftrdi
IlmuKeperauratan
Fakultas
Kedotileran dan Ilmu Kesehatan
tlIN Syarif
Hids)'a$llah Jal56tt Demikian ahs perhatim dm banhran sarrdra kami ucapkan Grima lqsih.
Wrsoalrmu'drihn Wn TYb.
i Widjqiakusumab AIF., PFK Tembtrsm:
ololan'
IlekanFKIK
h,
M
Jlr. 6
iB0lLLlH. H.'ts,3E rnI$i0ot2 toorot I ool
aoid
PEMERINTAII KOTA TAIYGERANG SELATAN KECAMATAN CIPUTAT TIMUR .KELURAHAN
PISANGAN
Jl.Tarumanegara No.1 Pisangan
Yang bertanda tangan di bawah ini
-
Ciputat Timur Kota Tangsel Kode pos:15419
:
Nama
:
Jabatan
:Plt. LurahPisangan
IIIRUS ASENIH KURNAIN, SE
Menerangkan bahwa Mahasiswi Fakultas Kedokteran dan
Ilmu
Kesehatan
UIN
Syarif
Hidayatullah bernama RAIIII'A OCTAVTA NIM
:
109104000053 Program srudi
: llmu
Keperawatan telah selesai melaksanakan penelitian
di wilayah Kelurahan Pisangan
mulai
tanggal 06 Juni s/d 06 Juii 20i3 dengan judul Pengalaman suami menghadapi istri yang akam memasuki masa menopouse di Kelurahan pisangan.
Demikian Surat Keterangaa seperlunya
ini kami buat, agar dapat di jadikan bahan periksa
fr
f,--.- *'i
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN TAKULTAS KEDOIffERAN I}A}I ILMU KESEHATAI\ UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
lrrr-l
tulFt
nxffiIm{"
Ciputat
Kepada Yth,
Juni 2013
Bapak/Ibu
Di Tempat
Assalamu'alayhrq Wr. Wb Bapak/Ibu/Saudara/Saudari yang saya hormati, Sehubungan dengan tugas akhir dalam penyelesaian studi untuk mendapatkan gelar sarjana Keperawatan (S.Kep), saya sebagai peneliti:
Rafita Octavia
Nama
:
NIM
: 109104000053 : Program Studi
Ilmu Keperawatan (PSU$ FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jalerta
Kontak
:085287796554
Mohon kiranya Bapat
Bapak/IbdSaudara/Saudari berikan sebagai partisipan sangat berharga dalam
ini. Jika ada pertanyaan be*aitan penelitian dapr me,nghubungr peneliti. @audari penelitian
ini
Atas pethatian dan partisipasi Bapak/Ibra peneliti mengucapkan terima kasih. Wassalamu'alaykuq Wr. Wb.
Ciputat, Juni 2013 Hormat Sayq
G4.*" Itafita Octavia
f, IUIIII f.-.'1
I
rrr-
I
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAI\I I.AKUL_TAS KEDOIffERAN DAI\I ILMU KESEHATAIY TIIN SYARIF HIDAYATI]LLAII JAKARTA
\r@*rqrelffiU,m
LEMBAR PERSETUJUAN INFORMATT
Saya telah diminta dan memberikan izin unhrk terlibat dalam penelitian
ini
dan berperan serta sebagai partisipan dalam penelitian yang berjudul pengalaman suami dalam menghadapi istri yang akan memasuki masa menoparse di kelurahan
Pisangan" Ciputat yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti telah menjelasakan
tentang penelitian yang akan dilal$anakan. Saya mengetahui bahwa tujuan penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dibidang kesehatan. Saya mengerti bahwa catatan mengenai penelitian
feratrasiaatr
ini dijamin
ini akan dirahasiakan.
selegal mungkin. Semua berkas yang mencantumkan
identitas partisipan peneliti hanya alcan digunakan
rmtuk
pengelolaan
data penelitian dan bila sudah tidak digrmalmn lagi akan dihafus. Hanya peneliti yang dapat mengetahui kerahasiaan data
Demikian dengan sukarela dan tidak ada unsur palsaan dari siapapuq saya berperan sebagai partisipan dalam penelitian
ini.
Ciputat, Juni 2013 Patisipan
/-D/
,/ .a
H_ t-/
ffi tulil[
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAI\I FAIruL'TAS KEDOIOERAN DAN ILMU KESEIIATAI\T UIIT SYARIX' HII}AYATI]LLAH JAKARTA
Irar-I
""ffiffiIEnh
LEMBAR PERSETUJUAN INTORMAN
Saya telah diminta dan memberikan izin untuk terlibat dalam penelitian
ini
dan berperan serta sebagai partisipan dalam penelitian yang berjudul pengalaman suami
dalam
i isti yang akan memasuki
rnasa m€lropause di keturahan
Pisaagan" Ciputat yang dilala*an oleh peneliti. Peneliti telah meqielasakan
tentang penelitian yang akan dila*sanakan. Saya mengetahui bahwa tujuan penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dibidang kesehatan. Saya mengerti bahwa catatan mengenai penelitian
Kerahasiaan
ini dijamin
ini akan dirahasiakan.
selegal mungkin. Semua b€rkas yang mencantgmkaur
identitas prtisipan peneliti hanya akan digunakan untuk keperluan pengelolaan data penelitian dan
bila sudah tidak diguoakan lagi akan dihapus. Hanya peneliti
yang dapat mengetahui kerahasiaan dab.
Derrikian dengan sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun" saya berperan
sehgai partisipan dalam pelrelitian ini.
Ciputat, Juni 2013 Partisipan
ffi lrrrrl
tugtt
r"ffififiIfr*
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAI\I rAKUL'TAS KEDOIffERAN DAFI ILMU KESEIIATAII UIN SYARIF' HMAYATULLATI JAKARTA
LEMBAR PERSETUJUAI{ INFORIT,IAN
Saya telah
dimina dan memberikan izin rmtuk terlibat dalam penelitian ini
dan berprau serta sebagai partisipan dalam penelitian yang berjudul pengalaman suami dalammenghadapi
isri
yang akanmmasuki ilrasamenopaus,e di kehrahan
Pisangan, Ciputat yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti telah meqielasakan
tentang penelitian yang akan dilaksanakan. Saya mengetahui bahwa tujuan penelitian ioi dapat meningkatkan pengetahuan dibidang kesehatan. Saya mengerti bahwa catatan mengenai penelitian
Kerahasiaan
ini dijamin
ini akan dirafrasiakan.
selegal mungkin. semua berkas yang mencantumkan
identitas partisipan peneliti hanya akan digmakan untuk keperluan pengelolaan data penelitian dan bila sudah tidak
diguakan lagi akan dihapus. Hanya peneliti
yang dapat gengetahui kerahasiaan data
Demikian dengan sukarela dBn tidak ada rmst* paksaan dari siapap.n" saya berperan sebagai partisipan dalam penelitian
iri.
Ciputat Juni 2013 Partisipan
ffi lulltl Itlt-l
*lffiftIE-.
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANI TAKULTAS KEDOI(TERAN DAI\I ILMU KESEIIATAI{ TM{ SYARIT HIDAYATTJLLAII JAKARTA
LEMBAR PERSETUJUAN INT'ORMAN
Sayatelah dimintadan memberikan izin untuk terlibat dalam penelitian ini dan berperan serta sebagai partisipan dalam penelitian yang berjudul suami dalam menghadapi
isti
yang akanmemasuki masamenopause di kelurahan
Pisangan, Ciputat yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti telah menjelasakan
tentang penelitian yang akan dilaksanakan. Saya mengetatrui bahwa tujuan penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dibidang kesehatan. Saya mengerti bahwa catatan me,ngenai penelitian
Kerahasiaan
ini dijamin
krkas yang
selegal mungkin. semua
identitas partisipan peneliti hanya akan digunakan
ini akan dirahasiakan.
untuk
mencantumkan pengelolaan
data penelitian dqn bila sudatr tidak digrnakan lagi akan dihapus. Hanya pemeliti yaog dapat mengetahui kerahasiaan data
Demikian dengan sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya berperan sebagai partisipan dalam penelitian ini.
Ciputat Juni 2013 Partisipan
ffi lulilt Irrr:l
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAI\I FAIilILTAS KEIrcIffERAN DAI![ ILMU KESEHATA}I UIN SYARTF HIDAYATI]LLAH JAKARTA
."ffiffi}fr*" LEMBAR PERSETUJUA}T INFORMAN
Saya telah diminta dan memberikan
izin untuk terlibat dalaur penelitian ini
dan berperan serta sebagai partisipan dalam penelitian yang berjudul pengalaman suami dalam menghadapi
isti
yang akanmemasuki masamenoPuse di kelurahan
Pisangan" Ciputat yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti telah meqielasakan
tentang penelitian yang akan dilaksanakan. Saya mengetahui bahwa tujuan penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dibidang kesehatan. Saya mengerti bahwa catatan mengenai penelitian
Kerahasiaan
ini dijamin
ini akan dimhasiakan.
selegal mungkin. Semua berkas yang mencantumkan
identitas partisipan peneliti hanya akan digunakan untuk keperluan pengelolaan data penelitian dan
bila sudah tidak digunakan lagi akan dihapus. Hanya peneliti
yang dapt mengetahui kerahasiaan data.
Demikian de,ngan sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun, saya
brperan sebagai partisipan dalam penelitian ini.
Ciputat, Juni 2013 Partisipan
Lampiran 6 Pedoman Wawancara Mendalam bagi partisipan Pengalaman Suami menghadapai Istri yang akan memasuki masa menopause di Kelurahan Pisangan, Ciputat Tangerang Selatan Tahun 2013.
A. Petunjuk Umum 1. Tahap perkenalan 2. Menjelaskan maksud dan tujuan 3. Membuat kontrak waktu
B. Petunjuk Wawancara Mendalam 1. Wawancara mendalam akan dilakukan oleh peneliti 2. Informan/partisipan bebas menyampaikan segala pendapat, pengalaman, kritik, maupun saran 3. Pernyataan partisipan tidak bernilai benar atau salah tetapi bersifat pendapat apa yang diketahui partisipan 4. Semua hasil wawancara akan dijamin kerahasiaannya 5. Peneliti akan merekam hasil wawancara dengan tape recorder untuk membantu pencatatan hasil wawancara dan menggunakan sebuah buku sebagai field note untuk membantu pencatatan agar tidak ada pernyataan yang terlewatkan akan dimintakan dari setiap partisipan.
C. Identitas Pewawancara Pewawancara
:
Tanggal wawancara : Waktu wawancara
:
Tempat wawancara
:
s/d
D. Identitas Partisipan 1. Nama Partisipan
:
2. Umur/ tanggal lahir
:
3. Pendidikan
:
4. Pekerjaan
:
5. Nama istri
:
6. Umur istri
:
7. Pekerjan istri
:
8. Pendidikan istri
:
9. Jumlah anak
:
10. Kapan istri menopause
:
11. Umur istri pertama kali menstruasi:
E. Pertanyaan Wawancara 1) Pengetahuan Apa yang bapak ketahui tentang menopause? a. Dari mana bapak memperoleh pengetahuan tentang menopause? b. Apa saja tanda dan gejala yang bapak ketahui ketika istri bapak menopause?
2) Pengalaman 1. Apa makna menopause menurut bapak? 2. Perubahan apa saja yang dialami oleh istri yang bapak rasakan saat istri menjelang menopause? -
Perubahan fisik (perubahan yang terlihat pada tubuh atau badan ibu ketika akan menjelang menopause)
-
Perubahan psikologi (perubahan emosi atau perasaan yang timbul ketika istri menjelang menopause)
3. Apa saja yang dilakukan bapak dalam mengatasi berbagai perubahan yang terjadi pada saat istri menjelang menopause? 4. Perubahan yang terjadi pada bapak ketika istri menopause itu seperti apa? 5. Menurut bapak bagaimana penilaiannya terhadap istri yang menopause?
Lampiran 7 Matriks Analisis Tematik
No
Pernyataan Signifikan
Kategori
Sub Tema
Tema
P P P P P P 1 2 3 4 5 6
1
Suatu hal yang alamiah, bakalan
Menopause sebagai proses
ngerasain semua orang jadi nggak
alamiah
Penilaian suami
Makna menopause bagi suami
√ √
usah dipermasalahkan dan harus ikhlas. 2
Ya menopause sudah mengurangi
Menopause sebagai perubahan
waktu subur, pemberhentian
non produktif
√ √
√
punya anak, sudah nggak produksi anak lagi 3
4
Kita harus sadar kalau sudah tua
Menopause sebagai proses
kalau sudah menopause itu neng,,
penuaan
Mens yang mulai tidak teratur,
Menopause sebagai perubahan
kadang-kadang dapat, kadang-
siklus menstruasi
√ √ √ √ √
√ √ √
kadang nggak. 5
Menopause membuat hubungan
Menopause sebagai perubahan
kita lebih kayak keluarga, kakak-
pemahaman hubungan seksual
√ √
√ √
√ √
√ √
adek, dan teman 6.
Lebih gampang capek, sering
Istri mudah lelah
males-malesan aja, kalau lagi kerja
Perubahan fisik yang dialami istri menjelang menopuase
dirumah sering ngeluh gampang capek, akibat sudah tua 7
Ibu paling mengeluh sulit tidur,
√
Gangguan pola tidur
gampang capek dan pegal-pegal dikaki. 8
Nggak kok, paling ibu itu berubah
√
Istri mulai keriput dan sudah tua
dari segi penampilan, dulu masih muda sekarang tua, udah mulai mau keriputan, itu aja kok. 9
Ibu nggak ada perubahan dari segi fisik, kan kita rajin olahraga serta minum jamu jadi kita jaga kesehatan aja.
Tidak ada perubahan secara fisik
√
√
10
Ibu itu sekarang gampang
Istri lebih pecemburu
cemburuan, kalau dulu nggak
Masalah Psikologis
Perubahan psikologis yang
istri
dialami istri menjelang
kayak itu.. 11
Ya suka marah-marah, pokoknya
√
menopause √
Istri lebih sering marah
√
√
suka banget marah-marah 12
Gk ada perubahan emosi, ibu tetap
√
Istri tidak mengalami perubahan
seperti dulu pendiam dan tidak gampang marah 13
Masalah hubungan itu sudah agak
Menopause dianggap sebagai
Perubahan hasrat
Perubahan respon seksual
jauh, berhubungan agak gelisah,
perubahan pada gairah seksual
seksual
suami saat istri menjelang
sakit mungkin jadi saya tidak
√ √ √
√ √
√
√
√
menopause
maksa dan mainnya Cuma sebentar aja 14
Istri kesakitan karena cairan itu
Dispareunia
Menopause
sudah sedikit, cairan yang keluar
merupakan perubahan
dari jalan lahir menjadi kering
kenyamanan saat berhubungan intim
15
Sekarang berapa bulan baru main,
Menopause merupakan
kalau dulu sebelum menopause
perubahan frekuensi hubungan
setiap malam main
suami istri
√ √
√
16
Terkadang sekarang saya merasa
Suami marah kepada istri
Perubahan respon psikologis
sering jengkel kalau ibu sering
suami saat istri menjelang
cuek dan tidak cepat-cepat
menopause
√ √
√
merespon keinginanan saya. 17
Saya merasa ibu cuek dan tidak
√
Merasa istri sudah tidak peduli
peduli sama saya, tidak seperti dulu yang perhatiannya 100%, sekarang ibu galak. 18
Ibu biasa aja, sama seperti dulu,
Istri sama seperti dulu dan tidak
tetap setia dan tidak pernah bikin
ada perubahan
√
√
√
saya marah, saya tidak mengalami perbedaan emosi kok 19
Nggak maksain, terima aja dan
Menerima keadaan istri ketika
Koping suami
Penyesuaian suami terhadap
harus megertiin istrilah, kalau dia
menopause
terhadap perubahan
perubahan pada masa
seksual pada istri
menopause
mau nanti datang sendiri 20
Ya saya diem aja, nggak
Menyesuaikan dan tidak
mempermasalahkan lagi, kalau
mempermasalahkan
√ √ √
√
√
dulu tidur kita sama-sama, sekarang sendiri-sendiri. 21
Sayang gak ada perasaan
Menyadari serta menyerahkan
menyesal kan itu proses normal
semuanya kepada Tuhan
√
√
kalau ada perubahan pada istri dan semuanya diserahkan saja kepada Tuhan 22
Kepingin beli pelumas biar tidak
Keinginan suami untuk membeli
Upaya suami dalam
kering
pelumas
meningkatkan kenyamanan
√
terhadap perubahan masa menopause 23
Kalau berhubungan langsung aja,
Berhubungan intim secara
nggak pake pemanasan
langsung/ to the point tanpa
√ √ √
√
pemanasan 24
Caranya kita kalau ada keinginan
Menciptakan hubungan menjadi
kita bercumbu terus mainnya
lebih intim dengan pasangan
sebentar aja cukup, sekedar memenuhi keinginan aja dan harus saling mengerti, kalau saya mau dia menolak, berarti dia dosa dan sebaliknya jadi harus saling memahamilah.
√
√