ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN, PROFITABILITAS, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG (Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh : Ayu Listia Aviyanti Nim:208081000044
MANAJEMEN KEUANGAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M i
ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN DIVIDEN, PROFITABILITAS, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG (Studi Kasus pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) Skripsi
ii
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh Ayu Listia Aviyanti NIM: 208081000044 Di Bawah Bimbingan Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni SE, MSi NIP. 19690232001121003
Indo Yama Nasaruddin, NIP. 1971120620031121001
JURUSAN MANAJEMEN KEUANGAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434H / 2013 M
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini Senin, 26 November 2012 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa: 1. Nama
: Ayu Listia Aviyanti
2. NIM
: 208081000044
3. Jurusan
: Manajemen Keuangan
4. Judul Skripsi
: Analisis
Pengaruh
Pertumbuhan
Kebijakan
Perusahaan,
Dan
Dividen, Ukuran
Profitabilitas, Perusahaan
Terhadap Kebijakan Hutang ( Studi kasus pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ). iii
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 26 November 2012 1. Prof. Dr. Ahmad Rodoni
(
NIP. 1969023 2001121 003
Ketua
2. Leis Suzanawaty, SE, MSi
(
NIP. 1972809 2005012 004
) Sekretaris
3. Indo Yama Nasaruddin, SE, MAB
(
NIP. 19741127 2001121 002
) Penguji Ahli
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
)
: Ayu Listia Aviyanti iv
No. Induk Mahasiswa
: 208081000044
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis
Jurusan
: Manajemen Keuangan
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya: 1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggung jawabkan 2.
Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain
3.
Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin pemilik karya
4.
Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5.
Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung – jawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Ciputat, 27 Mei 2013 Yang Menyatakan,
(Ayu Listia Aviyanti)
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. DATA PRIBADI 1. Nama
: Ayu Listia Aviyanti
2. Tempat /Tanggal Lahir
: Jakarta, 10 Juli 1989
3. Alamat
: Jl. Akasia Rt 002/018, Kelurahan Pamulang Timur, Kecamatan Pamulang, Tangsel 15417
4. Nama Orang Tua Bapak
: Slamet Hardjito
Ibu
: Wangsih
5. Agama
: Islam
6. Kewarganegaraan
: Indonesia
7. E-mail
:
[email protected]
8. Telepon
: 083891919500
B. DATA PENDIDIKAN 1. Tahun 1995-2001
: SDN Cipayung II
2. Tahun 2001-2004
: SMP N 1 Ciputat
3. Tahun 2004-2007
: SMK Sasmita Jaya 1
4. Tahun 2007-2008
: Institut Darul Qalam (D1-PGTK)
vi
ABSTRACT The main objective of the study is to analyze the factors that influence the Debt policy, These factors include Dividen Payout Ratio, Return On Asset, Firm Growth, and Firm Size. Population in this study are public company non banking listed in Indonesian Stock Exchange during 2008-2011 periods. With using purposive sampling, the total of sample in this study is 25 of companies. The statistical methods used to test the hypothesis is multiple regressions analysis method. The results research that the Firm Size has positive significant influence to debt policy. This research also found that the Dividen Payout Ratio, and Return On Asset significant negative influence to debt policy, the last test indicates that Firm Growth (PER) no significant influence to debt policy. Firm Size variable in this study is the most dominant variable influence to debt policy the indicated value of its standardized beta coefficient is 0.702. Keywords: Dividen Payout Ratio, Return On Asset, Firm Growth, Firm Size, and Debt policy.
vii
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang, faktor-faktor tersebut antara lain Dividen Payout Ratio, Return On Asset, pertumbuhan perusahaan, dan ukuran perusahaan. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan go public non perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008-2011. Dengan menggunakan metode perposive sampling sebanyak 25 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia diambil sebagai sample. Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah dengan menggunakan metode regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa Dividen Payout Ratio (DPR), dan Return On Asset (ROA) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Sedangkan pertumbuhan perusahaan (PER) tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Variabel ROA dalam penelitian ini merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap DER yang ditunjukkan dari nilai koefisien beta standardized-nya yaitu 0.702. Kata kunci : Dividen Payout Ratio, Return On Asset, Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan dan Kebijakan hutang
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb. alhamdulillahi Rabbil’ alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT terucap atas segala rahmat, karunia dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Pengaruh Kebijakan Dividen, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)” dengan baik dan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam senantiasa tercurah untuk nabi Muhammad SAW yang menjadi panutan dan telah membawa manusia dari alam jahiliyah menuju jalan cahaya, beserta keluarga, para sahabat dan para pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman. Skripsi ini berisikan mengenai bagaimana Pengaruh Kebijakan Dividen, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang . Berbagai temuan akan dijabarkan penulis dalam analisis dan pengujian hipotesis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga memerlukan beberapa perbaikan berupa kritik dan saran membangun untuk skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
ix
1.
Allah S.W.T atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
2.
Kedua orang tuaku tercinta, yang selalu memberikan limpahan kasih sayang, perhatian dan dukungan baik moril, spiritual maupun materil yang tiada terhenti kepada saya. Semoga apa yang bapak dan ibu telah berikan, dapat balasan yang baik dari Allah SWT, Amin.
3.
Kakakku Sinta Isviyanti dan adikku Istanto Irawan yang telah memberikan semangat serta doa yang tiada henti-hentinya kepada saya.
4.
Keluarga besarku yang telah menyemangati dan memberikan banyak inspirasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
5.
Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid., MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6.
Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku pembimbing I saya ucapkan terima kasih atas support bimbingan dengan kesabaranya, waktunya dan keikhlasanya yang telah Bapak berikan selama ini. Terima kasih atas semua pengarahan dan saran yang telah diberikan selama bimbingan hingga selesainya skripsi ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan perlindungan kepada Bapak dan Keluarga.
7.
Bapak Indoyama Nasaruddin,SE.,MAB selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan masukan dan bimbingan dengan kesabaranya, waktunya dan keikhlasannya. Saya ucapkan terima kasih atas support yang telah Bapak berikan selama ini. Terima kasih atas semua pengarahan dan saran yang telah diberikan selama bimbingan hingga selesainya skripsi ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan perlindungan kepada Bapak dan Keluarga.
8.
Dosen-Dosen FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengajar dan mendidik penulis selama menjadi mahasiswa di FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terima kasih atas pengorbanan waktu dan ilmu yang diberikan kepada penulis dan kawan-kawan mahasiswa lainnya. Semoga Allah SWT mencatat semuanya sebagai amal ibadah yang tak akan terputus hingga akhir zaman. Amin.
x
9.
Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Doni Iskandar atas segala ketulusan, kesabaran, kesetiaan, dukungan serta doa yang yang diberikan. 11. Terimakasih sahabat-sahabatku Dewi, Hendri, Azizah, Diyan, Juliana dan Lisya terimakasih atas doa dan supportnya serta kebersamaan dan waktuwaktu yang kalian berikan, selama ini. 12. Terimakasih untuk teman-temanku angkatan 2008 di Manajemen B dan Manajemen Keuangan yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas kenangannya selama ini. 13. Tidak lupa penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Demikianlah dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan penulisan, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk skripsi ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis selanjutnya dan bagi pembaca pada umumnya. Wassalamu’alaikum wr.wb.
Jakarta, 27 Mei 2013
(Ayu Listia Aviyanti)
xi
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Skripsi .....................................................................................
i
Lembar Pengesahan Komprehensif……………………….......................................
ii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ............................................................................
iii
Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ..............................................................
iv
Daftar Riwayat Hidup ...............................................................................................
v
Abstract ………………………………………………………………………….....
vi
Abstrak ………………………………………………………………………..........
vii
Kata Pengantar ………………………………………………………......................
viii
Daftar Isi …………………………………………………………………………...
xi
Daftar Tabel …………………………………………………………......................
xiv
Daftar Gambar ………………………………………………………………….......
xv
Daftar Lampiran …………………………………………………………………....
xvi
BAB
I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian .................................................................
1
B. Perumusan Masalah ..........................................................................
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .........................................................
7
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori …………………………………………..................
9
1. Kebijakan Dividen …………………………………….….........
9
a. Keputusan Pembayaran Dividen ............................................
9
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen…......
10
c. Prosedur pembayaran dividen………………………….........
15
2. Profitabilitas .....................………..………………………….....
18
a. Manfaat Rasio Profitabilitas ...................................................
19
b. Mengukur Profitabilitas Perusahaan ......................................
20
3. Pertumbuhan Perusahaan …………………………………........
22
4. Ukuran Perusahaan ..............……………………………….......
27
5. Kebijakan Hutang ................……………………………….......
28
xii
BAB III
BAB IV
B. Penelitian Terdahulu ..........................................................................
31
C. Kerangka pemikiran .....……………………………………………...
34
D. Hipotesis Penelitian .............................................................................
36
METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................
37
B. Metode Penentuan Sampel ..................................................................
37
C. Metode Pengumpulan Data .................................................................
52
D. Metode Analisis Data ..................................…………………………
53
1. Metode Analisis Regresi Berganda ..............................................
53
2. Uji Asumsi Klasik …………………………………………........
54
a. Uji Normalitas …………………………………………........
54
b. Uji Multikolinieritas ………...………………………………
56
c. Uji Autokorelasi ..........………………………………….......
57
d. Uji Heteroskedastisitas ……………………………………...
57
3. Uji Hipótesis ……………...………………………………..........
58
a. Uji Signifikan Simultan (Uji F) ..........………………………
58
b. Uji Signifikan Parsial (Uji t) ................……………………..
59
c. Uji Koefisien Determinasi ………….………………….........
60
d. Uji Persamaan Regresi Linier Berganda ................................
60
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ……….…………................
61
ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian……………………………..........
65
1. Sejarah Perusahaan ……………………………………...............
65
2. Perkembangan Bursa Efek …….……………………………......
66
B. Penemuan dan Pembahasan …………………………………….........
69
1.
Analisis Deskriptif …………………………………………........
69
2.
Uji Asumsi Klasik ………………………………………...........
71
a.
Uji Normalitas …………………….......................................
71
b.
Uji Multikolonieritas ……………………….........................
73
c.
Uji Autokorelasi ………………………………………........
74
d.
Uji Heteroskedastisitas ……………………………..............
75
xiii
3.
BAB V
Pengujian Hipótesis …………………………………………...... a. Uji Signifikan Simultan (Uji F) ...............................………...
76
b. Uji Signifikan Simultan (Uji t) ...................………………....
77
c. Uji Koefisien Determinasi……………………………….......
80
d. Uji Regresi Persamaan Linier Berganda ................................
81
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ..………………………………………………………....
86
B. Implikasi ..……………………………………………………………
87
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................
89
LAMPIRAN……………………………………………………………………........
92
xiv
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Penelitian Terdahulu ..................................................................... 31
3.1
Sampel Penelitian ......................................................................... 38
4.1
Analisis Deskrptif .......................................................................... 69
4.2
Hasil Uji Normalitas Data K-S .................................................... 73
4.3
Hasil Uji Multikolinieritas ........................................................... 74
4.4
Hasil Uji Autokorelasi .................................................................. 75
4.5
Hasil Uji F (Simultan) ................................................................... 76
4.6
Hasil Uji t (Parsial) ....................................................................... 78
4.7
Hasil Uji Adjusted R square ......................................................... 80
4.8
Hasil Uji Analisis Regresi ............................................................ 81
xv
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Pemikiran .....................................................................
35
4.2
Hasil Uji Normalitas Data .............................................................
72
4.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas ........................................................
76
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Halaman
1
Daftar Perusahaan Objek Penelitian ........................................
92
2
Data Mentah DPR ...................................................................
93
3
Data Mentah ROA ....................................................................
94
4
Data Mentah PER .....................................................................
95
5
Data Mentah Ukuran Perusahaan ............................................
96
6
Data Mentah DER ...................................................................
97
7
Deskriptif .................................................................................
98
8
Model Summary ......................................................................
98
9
Anova ........................................................................................
98
10
Coefficients ...............................................................................
99
11
Chart Histogram ......................................................................
99
12
Chart Plot Regression ..............................................................
100
13
Chart Scatterplot ......................................................................
100
14
Hasil Kolmogorov-Smirnov ....................................................
101
xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Untuk menjalankan operasinya bisnisnya setiap perusahaan memiliki berbagai kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana agar aktivitas perusahaan dapat berjalan sebagai mana mestinya. Dana selalu dibutuhkan untuk menutupi seluruh atau sebagian dari biaya yang diperlukan, baik dana jangka panjang maupun dana jangka pendek. Dana juga dibutuhkan untuk melakukan ekspansi atau perluasan usaha atau investasi baru. Artinya didalam perusahaan harus tersedia dana dalam jumlah tertentu sehingga tersedia pada saat dibutuhkan. Dalam hal ini tugas manajer keuangan yang bertugas memenuhi kebutuhan dana tersebut (Kasmir,2009:150). Dalam praktiknya perusahaan untuk memenuhi kekurangan akan kebutuhan dananya, perusahaan memiliki sumber dana yang dapat diperoleh dari internal (modal dari pemilik perusahaan dan laba ditahan metode pemenuhan kebutuhan akan dana yang berasal dari pihak internal perusahaan dikenal dengan nama metode pembelanjaan modal sendiri (equity financing). Selain itu terdapat pula sumber dana dari eksternal perusahaan (penjualan saham, penerbitan obligasi, penjualan sekuritas ataupun pinjaman dari bank). Metode pemenuhan kebutuhan akan dana yang berasal dari eksternal perusahaan disebut metode pembelanjaan dengan hutang (debt financing) (Yustiana, 2010).
1
Didalam memenuhi kebutuhan pendanaan pemegang saham lebih menginginkan pendanaan perusahaan dibiayai dengan hutang karena dengan penggunaan hutang, hak mereka terhadap perusahaan tidak akan berutang. Tetapi manajer tidak menyukai pendanaan tersebut dengan alasan bahwa hutang mengandung resiko yang tinggi. Manajemen perusahaan mempunyai kecenderungan untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dengan biaya pihak lain (Rizka dan Ratih, 2009:192). Jensen (1986) berpendapat bahwa dengan hutang maka perusahaan harus melekukan pembayaran periodik atas bunga, sedangkan perusahaan yang mempergunakan hutang dalam pendanaannya dan tidak mampu melunasi kembali hutang tersebut akan terancam likuiditasnya sehingga akan mengancam posisi manajemen. Sehubungan dengan hutang, dapat dikatakan bahwa semakin tinggi proporsi hutang, maka resiko kebangkrutan akan semakin meningkat, sehingga debtholders memerlukan tambahan return untuk menutupi tambahan resiko yang terjadi (Steven dan Lina, 2004:164). Dalam penelitian ini ukuran debt ratio merupakan perbandingan antara hutang dan ekuitas atau yang lebih dikenal dengan istilah Debt to Equity Ratio (DER) (Suad Husnan, 2001:39). DER menunjukkan tingkat resiko suatu perusahaan, DER yang semakin tinggi menunjukkan resiko yang semakin tinggi demikian sebaliknya. Tinggi rasio DER menunjukan bahwa pendanaan yang berasal dari hutang besar. Investor cenderung lebih tertarik pada tingkat DER tertentu yang besarnya kurang dari satu, jika besarnya rasio DER lebih dari satu mengindikasikan risiko perusahaan tinggi karena penggunaan hutangnya tinggi. Oleh karena itu perusahaan akan berusaha agar tingkat DER yang dimiliki tidak lebih dari satu dalam struktur pendanaanya 2
(Brigham dan Houston, 2001). Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam aktivitas pendanaan adalah hutang, yaitu menentukan sampai sejauh mana utang digunakan dalam struktur modal perusahaan dan seberapa besar perusahaan mendanai assetnya dengan menggunakan hutang. Tujuan manajemen keuangan adalah memaksimalkan nilai kekayaan para pemegang saham (Harmono, 2009:1) dan memperhatikan pertumbuhan perusahaan. Perusahaan yang berhasil pasti meraih laba atau profit, laba atau profit tersebut kemudian dapat diinvestasikan dalam aktiva operasi, digunakan untuk membeli sekuritas, digunakan untuk melunasi hutang, atau dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen (Brigham dan Houston, 2001:65). Untuk mencapai tujuan tersebut pemilik modal menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada manajer. Namun tidak jarang pihak manajemen atau manajer
sebagai pengelola perusahaan mempunyai tujuan lain yang mungkin bertentangan dengan tujuan utama perusahaan tersebut, sehingga mucul konflik kepentingan di antara pihak manajemen dalam hal ini yaitu manajer (agen) dengan para pemegang saham (principal) sehingga menimbulkan apa yang di sebut dengan masalah keagenan (agency problems) (Brealey, 2008:16). Agency
cost
merupakan
biaya
yang
timbul
dalam
rangka
mengendalikan atau memonitor tindakan manajer agar sesuai dengan kepentingan principal. Dasar dari agency cost model ini adalah ketika manajer disadari bisa bertindak tidak sesuai dengan kepentingan investor/pemegang saham, maka pemegang saham menggunakan mekanisme tertentu untuk mengontrol tindakan manajer tersebut. Salah satu dari mekanisme ini adalah melalui pembayaran dividen dengan payout yang tinggi (Beiner, 2001). Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2009:26) masalah keagenan 3
(agency problem) terjadi ketika manajer dari sebuah perusahaan memiliki kepemilikan saham biasa kurang dari 100 persen diperusahaan tersebut. Penyebab dari konflik antara manajer dengan pemegang saham diantaranya adalah pembuatan keputusan yang berkaitan dengan aktivitas pencarian dana (financing decision). Suatu perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung
membutuhkan dana yang besar dalam melakukan
pembuatan keputusan yang berkaitan dengan bagaimana dana diperoleh tersebut diinvestasikan. Keputusan untuk memilih sumber pendanaan yang paling baik bagi perusahaan memerlukan analisa seksama dari manajer keuangan perusahaan. Keputusan pendanaan sangat menentukan kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas operasinya dan berpengaruh terhadap resiko perusahaan itu sendiri. Keputusan pendanaan seperti ini sangat penting bagi perusahaan, banyak perusahaan yang sukses dan berkembang akibat tepat mengambil keputusan pendanaan. Akan tetapi, banyak juga perusahaan yang jatuh ke dalam kebangkrutan akibat banyak hutang dan terbelit bunga. Pendanaan dengan menggunakan hutang yang terlalu tinggi akan meningkatkan resiko keuangan perusahaan masuk kedalam krisis (financial distress). Akan tetapi, perusahaan juga perlu memanfaatkan fasilitas kredit yang diberikan oleh pihak lain dengan baik juga. Secara empiris, penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan telah sering dilakukan, antara lain oleh Yeniate dan Nicken (2010) dengan judul penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang pada perusahaaan nonkeuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak memiliki 4
pengaruh terhadap kebijakan hutang. Namun berbeda dengan penelitian penelitian yang dilakukan oleh Yuli Soesetio (2008) bahwa kebijakan dividen memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Penelitian yang dilakukan oleh Rizka dan Ratih (2009), Yuli Soesetio (2008), Steven dan Lina (2011) menemukan bukti bahwa profitabilitas (ROA) terdapat pengaruh signifikan dan negativ terhadap kebijakan hutang, dari hasil penelitiannya semakin tinggi profitabilitas perusahaan, maka akan semakin banyak dana yang tersedia untuk digunakan bagi perusahaan, sehingga perusahaan akan cenderung memanfaatkan dana internalnya yang bersumber dari profit dibanding hutang. Perusahaan dengan profitabilitas tinggi akan cenderung akan menggunakan dana internal dari retained earnings sehingga perusahaan tidak akan terlalu membutuhkan dana yang bersumber dari hutang. sebaliknya jika profitabilitas perusahaan rendah, maka akan mengalami kesulitan dan membutuhkan dana eksternal seperti hutang. Sedangkan penelitian mengenai variabel pertumbuhan perusahaan sebagai variabel independen dengan menggunakan metode analisis regresi berganda hasil penelitian yang didasarkan pada Yustiana (2010) bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan dan positif terhadap kebijakan hutang. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Steven dan Lina (2010) melakukan penelitian mengenai ukuran perusahaan, penelitian tersebut menggunakan metode analisis berganda. Hasil penelitian tersebut adalah ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian empiris yang dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek 5
Indonesia antara tahun 2008 sampai dengan tahun 2011. Dalam melakukan pengujian ini peneliti menggunakan infomasi mengenai Kebijakan dividen, Profitabiltitas, Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran Perusahaan sebagai variabel independen dan Kebikan Hutang sebagai variabel dependen. Berdasarkan pada latar belakang tersebut dan mengingat pentingnya kebijakan hutang di dalam pengambilan keputusan investasi, maka peneliti tertarik
untuk
meneliti
“Analisis
Pengaruh
Kebijakan
Dividen,
Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang” (Studi Kasus Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) sebagai judul penelitian yang akan diteliti.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah diatas, penulis dapat mengajukan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apakah
terdapat pengaruh variabel kebijakan dividen, profitabilitas,
pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang secara simultan. 2. Apakah terdapat pengaruh variabel kebijakan dividen, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang secara parsial. 3. Variabel independen manakah yang paling dominan diantara variabel kebijakan dividen, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan dalam mempengaruhi kebijakan hutang. 6
C. Tujuan Penelitian Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka dapat dikemukakan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk menganalisis pengaruh kebijakan dividen, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang secara simultan. b. Untuk menganalisis pengaruh variabel kebijakan dividen, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang secara parsial. c. Untuk menganalisis variabel independen yang paling dominan diantara variabel kebijakan dividen, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan dalam mempengaruhi kebijakan hutang. 2. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat atau kegunaan penelitian yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Bagi Investor Penelitian ini diharapkan agar investor dapat lebih memperhatikan dan memperkirakan apakan perusahaan yang memiliki kebijakan hutang yang tinggi maupun rendah akan memepengaruhi keuntungan bagi investor. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dalam memepertimbangkan suatu keputusan
7
dalam investasi. b. Bagi Penulis Kegiatan penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk menambah pengetahuan teoritis serta memperluas wawasan untuk mempelajari secara langsung dan menganalisa pengaruh Kebijakan dividen,
Profitabilitas,
Pertumbuhan
Perusahaan
dan
Ukuran
Perusahaan terhadap kebijakan hutang. c. Bagi Akademik Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi penulis yang lainnya, dan memberikan masukkan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang manajemen keuangan.
8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Kebijakan Dividen Menurut Van Horne (1980) dalam Harmono (2009:12), kebijakan penting dalam manajemen keuangan adalah kebijakan dividen. Kebijakan dividen adalah persetase laba yang dibayarkan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen tunai, penjagaan stabilitas dividen dari waktu kewaktu, pembagian dividen saham dan pembelian saham kembali. Rasio pembayaran dividen (dividen payout ratio), ikut menentukan besarnya jumlah laba yang ditahan perusahaan harus dievaluasi dalam kerangka tujuan pemaksimalan kekayaan para pemegang saham. Kebijakan dividen menurut Ambarwati (2010:64-65) adalah kebijakan yang diambil manajemen perusahaan untuk memutuskan membayar sebgaian keuntungan perusahaan kepada pemegang saham daripada menahanya sebagai laba ditahan untuk diinvestasikan kembali agar mendapatkan capital gains. Capital gains adalah keuntungan modal yang akan diperoleh pemegang saham jika diinvestasikan kembali pendapatannya dalam jangka panjang. a.
Keputusan yang diambil oleh manajemen terkait pembayaran dividen adalah meliputi elemen-elemen : 1) Dividen yang akan dibayarkan apakah dividen rendah atau dividen
9
tinggi, hal ini akan sangat tergantung pada preferensi pemegang saham perusahaan yang akan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). 2) Dividen yang kan dibayarkan bersifat stabil atau tidak stabil, hal ini harus diputuskan dengan baik karena menyangkut minat investor di masa yang akan datang. 3) Dividen yang akan dibayarkan apakah setiap tahun atau periodik 4) Apakah kebijakan dividen untuk dibagikan harus diumum, biasanya diumumkan lewat surat resmi ataupun surat kabar. Menurut (Horne dan Wachowicz, 2005:270) Kebijakan dividen adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen (dividen payout ratio) mementukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan. Akan tetapi, dengan menahan laba saat ini dalam jumlah yang lebih besar dalam perusahaan juga berarti lebih sedikit uang yang akan tersedia bagi pembayaran dividen saat ini. Jadi, aspek utama dari kebijakan dividen perusahaan adalah menentukan alokasi laba yang tepat antara pembayaran dividen dengan penambahan laba ditahan perusahaan. Dividen menurut Weston dan Copeland (2005) dalam Ahmad Rodoni dan Herni Ali (2010:121) adalah keuntungan perusahaan yang berbetuk perseroan terbatas yang diberikan kepada para pemegang saham. Besarnya dividen yang diberikan ditentukan dalam rapat
10
pemegang sahan dan dinyatakan dalam suatu jumlah atau persentase (%) tertentu atas nilai nominal saham dan bukan atas nilai pasarnya. b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi penetapan kebijakan dividen pada perusahaan, menurut (Weston dan Brigham 2005, dalam Ahmad Rodoni dan Herni Ali, 2010:123-124) yaitu : 1) Peraturan Hukum. Terdapat tiga hal yang ditekankan berkaitan dengan pembayaran dividen yaitu : a) Peraturan mengenai laba bersih yaitu menentukan bahwa dividen dapat dibayar dari laba dahulu dan laba sekarang. b) Peraturan mengenai tindakan yang merugikan pemodal, peraturan
tersebut akan melindungi para kreditur, caranya
dengan melarang pembayaran dividen dari dana modal yang berarti
membagikan
investasinya
bukan
membagikan
keuntungan. c) Peraturan mengenai hak mampu bayar yaitu menentukan bahwa perusahaan tidak membayar dividen jika tidak mampu (perusahaan bangkrut). 2) Posisi likuiditas, yaitu apabila laba yang ditahan telah diinvestasikan dalam bentuk aktiva tetap, seperti mesin dan peralatan, bahan dan persediaan dan barang-barang lainnya, dan bukan disimpan dalam bentuk uang tunai, maka hal tersebut dapat menunjukkan posisi likuiditas perusahaan yang rendah dan terdapat
kemungkinan
perusahaan
tidak
mampu
lagi
membayarkan dividennya.
11
3) Perlu membayar kembali pinjaman. Disini perusahaan perlu menyisihkan laba sebelum jatuh tempo hutang, agar keuntungan perusahaan pada saat jatuh tempo hutang dibebani dengan pembayaran seluruh hutang. 4) Keterbatasan karena kontrak hutang. Dalam perjanjian hutang terdapat larangan-larangan bagi debitur sehubungan dengan pembayaran dividen. Hal ini dilakukan untu melindungi pihak kreditur sehubungan dengan dana yang dipinjamkan. Pembatasan tersebut dilakukan dengan cara dividen yang akan datang hanya boleh
dibayar
dari
keuntungan
yang diperoleh
sesudah
ditandatanganinya. Kontrak hutang/dividen tidak dibayarkan jika modal kerja bersih jumlahnya lebih kecil dari suatu jumlah tertentu. 5) Tingkat
perluasan
perusahaan.
Semakin
cepat
tingkat
pertumbuhan perusahaan semakin besar kebutuhannya untuk membiayai pengembangan harta perusahaan tersebut, dan semakin banyak dana yang dibutuhkan dikemudian hari, semakin banyak pula keuntungan yang harus ditahan dan bukan untuk dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen (dividen relative kecil). 6) Tingkat keuntungan (tingkat hasil pengembalian atas aktiva yang diharapkan hal ini menentukan perusahaan untuk membayar dividen atau menggunakannya didalam perusahaan.
12
7) Stabilitas perusahaan. Perusahaan yang keuntungannya relative stabil dapat memperkirakan bagaimana keuntungan dimasa depan,
sehingga
kemungkinan
besar
perusahaan
akan
membagikan keuntungannya dalam persentase yang lebih besar dibandingkan
dengan
perusahaan
yang
keuntungannya
berfluktuasi. 8) Kemampuan memasuki pasar modal. Perusahaan besar yang sudah mempunyai profitabilitas yang tinggi dan keuntungan yang stabil akan lebih mudah memasuki pasar modal atau memperoleh dana dari luar untuk pembiayaan. 9) Kontrol. Kekhawatiran berkurangnya kekuasaan kelompok dominan
dalam
mengendalikan
perusahaan
cenderung
mendorong perusahaan untuk memperbesar laba ditahan demi keperluan
ekspansinya,
yang
berarti
akan
memperkecil
pembayaran dividennya. 10) Kedudukan pajak para pemegang saham. Pada umumnya para pemilik perusahaan yang memegang sebagian besar sahamnya tergolong kelompok berpendapatan tinggi dan merupakan pembayaran
pajak
yang
tinggi,
sehingga
menyebabkan
perusahaan akan membayar dividen yang rendah. 11) Pajak atas penghasilan yang diperoleh dengan tidak wajar. Seringkali perusahaan menahan keuntungan hanya untuk menghindari tariff pajak perusahaan
yang tinggi, maka
13
dikeluarkan peraturan yang membebani pajak tambahan terhadap keuntungan atas penghasilan yang diperoleh dengan tidak wajar. 12) Tingkat inflasi. Kecenderungan kenaikan harga termasuk harga aktiva tetap menyebabkan akumulasi penyusutan tidak lagi mencukupi untuk mengganti aktiva tetap. Oleh karena itu perusahaan memperbesar porsi laba ditahan sehingga porsi untuk dividen menjadi berkurang. Menurut Brigham dan Gapenski (1996) dalam Ahmad Rodoni dan Herni Ali (2010:125) tiap perubahan dalam kebijakan pembayaran dividen akan memiliki dua dampak yang berlawanan yaitu apabila dividen akan dibayarkan semua, maka keputusan cadangan terabaikan dan sebaliknya apabila laba ditahan semua kepentingan pemegang saham akan uang kas terabaikan. Untuk menjaga kedua kepentingan tersebut, maka manajer dapat menempuh kebijakan yang optimal. Kebijakan dividen optimal merupakan kebijakan yang menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa yang akan
datang,
sehingga
dapat
memaksimumkan
laba
dan
mempengaruhi nilai perusahaan. Kebijakan perusahaan untuk membagikan laba ditahanya dalam bentuk dividen kepada pemegang saham perusahaan adalah keputusan yang tidak mudah dimana perusahaan dihadapkan pada dua pilihan (John, et.al 1999) dalam Ahmad Rodoni dan Herni Ali (2010:125) yaitu : a. Pembayaran dividen besar dan laba ditahan ssedikit, dengan
14
konsekuensi perusahaan harus mencari dana eksternal dalam jumlah besar atau b. Pembayaran dividen sedikit dan laba ditahanya banyak, dengan konsekuensinya perusahaan tidak perlu mencari dana eksternal yang besar. Dengan demikian kebijakan dividen yang diambil perusahaan berkaitan dengan tujuan utama pembuatan keputusan keuangan yaitu memaksimalkan nilai (harga) saham umum perusahaan. Kebijakan dividen karena dua alas an yaitu pertama, pembayaran dividen akan mempengaruhi harga saham, dengan demikian akan berpengaruh pula dengan perdagangan saham. Kedua, pendapatan yang ditahan (retained earning) biasanya merupakan sumber tambahan modal sendiri (equity capital) yang terbesar dua terpenting untuk pertumbuhan perusahaan.kedua alas an tersebut merupakan dua sisi kepentingan perusahaan yang agak controversial. Agar kedua kepentingan itu dapat
terpenuhi
secara optimal, manajemen
perusahaan seharusnya memutuskan secara hati-hati dan teliti kebijakan dividen yang harus dipilih (Ahmad Rodoni dan Herni Ali, 2010:125). c. Adapun prosedur dalam pembayaran dividen adalah sebagai berikut yaitu : 1) Tanggal Pengumuman (date of declaration) Tanggal pengumuan adalah tanggal dimana direksi secara formal
15
mengumumkan dibagikannya kepada para pemegang saham bahwa dividen akan dibagikan, suatu hutang dividen harus diakui dan laba yang ditahan berkurang. Dengan demikian kewajiban membayar dividen timbul pada saat direksi mengumumkan pembagian dividen. 2) Cum-dividen date Tanggal hari terakhir perdagangan saham yang masih melekat hak untuk mendapatkan dividen. 3) Tanggal Pencatatan pemegang saham (date of record) Tanggal pencatatan adalah tanggal dimana pemilikan saham ditentukan, sehingga dapat diketahui kepada siapa dividen dibagikan. Pemegang saham yang mencatatkandirinya pada tanggal pembayaran. Tidak ada entry yang diperlukan pada tanggal pencatatan. Tanggal ini hanya digunakan sebagai titik batas, kepada dividen dibagikan. Penentuan titik batas tidak perlu dilakukan karena saham perusahaan diperdagangan di bursa, sehingga pemiliknya dapat setiap saat berubah. Tentang jumlah saham yang beredar, perusahaan sudah mengetahuinya sejak dividen diumumkan. Pada saat dividen dibayarkan, hutang dan kas akan berkurang sehingga perusahaan akan mencatatnya sebagai pengurangan kedua perkiraan tersebut diatas 4) Tanggal pemisahan dividen (ex-dividend date) Sebelum
tanggal
pencatatan,
perusahaan
sudah
harus
16
diberitahukan apabila terjadi transaksi jual beli atas saham tersebut. Oleh sebab itu pada bursa international disepakati adanya ex-dividen date yaitu 3 hari sebelum tanggal pencatatan (date of record). Setelah tanggal pencatatan, saham tersebut tidak lagi memiliki hak atas dividen pada tanggal pembayaran. 5) Tanggal pencatatan (date of payment) Pada tanggal ini, dividen dibayarkan kepada para pemegang saham. Setelah memegang dividen, kas didebet dan piutang dieliminasi. Pembayaran dividen akan dikenakan pemotongan pajak penghasilan. Ada beberapa rasio yang dapat digunakan untuk mengukur kebijakan dividen. Di dalam penelitian ini, rasio yang dipakai untuk mengukur kebijakan dividen adalah dividen payout ratio. Menurut Riyanto dalam (Rina, 2008:33-34) mengatakan bahwa “persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai cash dividends disebut dividend payout ratio”. Dalam penelitian ini, dividend payout ratio diukur dengan membandingkan antara total dividen dengan total laba bersih. Kebijakan Dividen dengan Kebijakan Hutang Kebijakan dividen akan memiliki pengaruh terhadap tingkat penggunaanaan hutang suatu perusahaan. Kebijakan dividen yang stabil menyebabkan adanya keharusan bagi perusahaan untuk menyediakan sejumlah dana guna membayar jumlah dividen tetap tersebut.
17
Rozzeff (1982) menyatakan bahwa pembayaran dividen adalah suatu bagian dari monitoring perusahaan. Dalam kondisi demikian, perusahaan cenderung untuk membayar dividen lebih besar jika insider memiliki proporsi saham yang lebih rendah, menurut Faisal dalam Rizka dan Ratih (2009) perusahaan yang mempunyai dividen payout ratio tinggi akan menyukai perusahaan dengan modal sendiri. Disamping itu, pembayaran dividen dapat dilakukan setelah kewajiban pembayaran bunga dan cicilan hutang dipenuhi. Adanya kewajiban tersebut, akan membuat manajer semakin hati-hati dan efisien dalam menggunakan hutang. 2. Profitabilitas Profitabilitas
adalah
kemampuan
suatu
perusahaan
untuk
menghasilkan laba. Satu-satunya ukuran profitabilitas yang palin penting adalah laba bersih. Para investor dan kreditor sangat berkepentingan dalam mengevaluasi kemampuan perusahaan menghasilkan laba saat ini maupun di masa mendatang (Dewi Astuti, 2004:36). Menurut Tita Detiana (2011:59) profitabilitas adalah hubungan antara pendapatan dan biaya yang dihasilkan dengan menggunakan asset perusahaan, baik lancar maupun tetap, dalam aktivitas produksi. Terdapat banyak cara untuk mengukur profitabilitas. Berbagai pengukuran ini memungkinkan analis untuk mengevaluasi keuntungan perusahaan dilihat baik dari sisi penjualan asset ataupun investasi pemilik. Tanpa profit, perusahaan tidak dapat menarik sumber modal eksternal untuk menginvestasikan dananya pada perusahaan. Profitabilitas adalah
18
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama satu tahun dan dikalkulasi dengan return on equity. Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian dari penjualan investasi serta kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang akan menjadi dasar pembagian dividen perusahaan. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan (kasmir, 2012:196). Sedangkan Menurut Moeljadi (2006:52) rasio profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba, baik dengan menggunakan seluruh aktiva yang ada maupun dengan menggunakan modal sendiri. a.
Dalam
bukunya
Kasmir
(2009:198)
manfaat
dari
rasio
profitabilitas adalah untuk : 1) Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode. 2) Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. 3) Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu. 4) Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal
19
sendiri. 5) Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. b. Menurut Warsono (2002:37) untuk mengukur profitabilitas suatu perusahaan dapat dilakukan dengan lima macam rasio, yaitu : 1) Margin laba kotor (Gross profit margin), merupakan perbandingan antara laba kotor (gross profit) dengan penjualan. Besarnya hasil perhitungan margin laba kotor menunjukkan seberapa besar laba kotor yang diperoleh oleh perusahaan untuk tingkat penjualan tertentu. 2) Margin laba operasi bersih (net operating profit margin), merupakan rasio perbandingan antara laba operasi bersih (earning before interest and taxes/EBIT) dengan penjualan. Besarnya hasil perhitungan margin laba operasi bersih menunjukkan seberapa besar laba sebelum bunga dan pajak yang diperoleh oleh perusahaanuntuk tingkat penjualan tetentu. 3) Margin laba bersih (net profit margin), rasio perbandingan antara laba bersih setelah pajak (earning after taxes/EAT) dengan penjualan. Besarnya hasil perhitungan margin laba bersih menunjukkan seberapa besar laba setelah pajak yang diperoleh oleh perusahaan untuk tingkat penjualan tertentu.
20
4) Rasio pengembalian atas investasi (ROI/ROA), Merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROA juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manjemen dalam mengelola investasinya (Kasmir, 2009:207). Rumus ROA = Laba Bersih Setelah Pajak Total Aktiva 5) Rasio pengembalian atas ekuitas (ROE) atau pengembalian atas para pemegang saham. Merupakan rasio untuk mengukur laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik, artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pada sebaliknya (Kasmir, 2009:207). Rumus ROE (J.Fred Weston dan Eugene F. Brigham, 2009:305). ROE = Laba Bersih Setelah Pajak Modal Sendiri Profitabilitas
ini
menjadi
variabel
dalam
menggambarkan
pendapatan yang dimiliki perusahaan untuk membiayai investasi. Selain itu, profitabilitas juga menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi investor. Ketika perusahaan sebagian didanai oleh hutang, laba dibagi antara pemegang hutang dengan pemegang saham. Dengan demikian hubungan yang ada antara profitabilitas dengan kebijakan hutang adalah
21
bersifat negatif. Ketika profitabilitas perusahaan meningkat maka tingkat hutang perusahaan akan menurun dan sebaliknya jika profitabilitas perusahaan menurun maka hutang perusahaan akan meningkat (Nanda Karinaputri, 2012). Profitabilitas dengan Kebijakan Hutang Pada tingkat profitabilitas yang rendah, perusahaan menggunakan hutang
untuk
membiayai
operasional,
sebaliknya
pada
tingkat
profitabilitas yang tinggi, perusahaan mengurangi penggunaan hutang (Ismiyati dan Hanafi 2003) dalam Steven dan Lina (2011). Hal ini disebabkan karena perusahaan diasumsikan menghasilkan sebagian besar keuntungan pada laba ditahan sehingga mengandalkan sumber dana internal dan menggunkan hutang dalam tingkat yang rendah, tetapi saat mengalami profitabilitas rendah, perusahaan akan menggunakan hutang yang tinggi sebagai mekanisme transfer kekayaan antara kreditur kepada pemegang saham. 3. Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan perusahaan merupakan harapan dari berbagai pihak baik
pihak
internal
perusahaan
maupun
eksternal
perusahaan.
Pertumbuhan perusahaan diharapkan dapat memberikan sinyal positif adanya kesempatan berinvestasi. Bagi investor, prospek perusahaan yang memiliki potensi tumbuh tinggi memberikan keuntungan karena investasi yang ditanamkan diharapkan akan memperoleh return tinggi di masa yang akan datang (David dan Christian, 2009:131). Menurut Sriwardany dkk
22
(2007) pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan kemampuan perusahaan untuk miningkatkan size, yang dapat diproksikan dengan adanya peningkatan aktiva, ekuitas, laba dan penjualan serta nilai tobin-q. Tingkat pertumbuhan yang semakin cepat mengidentifikasikan bahwa perusahaan sedang mengadakan ekspansi. Hal ini menyebabkan timbulnya
kebutuhan
dana
yang
besar.
Untuk
itu,
perusahaan
menggunakan berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut termasuk dengan menggunakan hutang. Pertumbuhan perusahaan yang besar mempunyai pengaruh terhadap hutang perusahaan, karena suatu perusahaan yang sedang berada pada tahap pertumbuhan akan membutuhkan dana yang besar untuk melakukan ekspansi. Hal ini mendorong manajer untuk menggunakan hutang dalam membiayai kebutuhan dana tersebut (Yeniate dan Nicken, 2010:8). Menurut Kasmir (2012:114-115) rasio pertumbuhan merupakan rasio
yang
mempertahankan
menggambarkan posisi
kemampuan
ekonominya
di
perusahaan tengah
dalam
pertumbuhan
perekonomian dan sektor usahanya. Dalam rasio pertumbuhan yang dianalisis adalah pertumbuhan penjualan, laba bersih, pendapatan per saham dan dividen per saham. Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size (Kallapur dan Trombley, 2001) dalam (Sriwardany, 2006:11) dan tingkat pertumbuhan perusahaan dapat diukur dari
beberapa
variabel
seperti
Price/Earning
Ratio
(Price
per
23
Share/Earning per share), Price/Cash Flow ratio _Price per share/Cash Flow per share), Market/Book Ratio (Market price per share/book value per share), Tobin’q, Biaya pengembangan (R & D Expense) dibagi dengan total penjualan. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan potensial yang tinggi memiliki kecenderungan untuk menghasilkan arus kas yang tinggi di masa yang akan datang dan kecenderungan untuk menghasilkan arus kas yang tinggi di masa yang akan datang dan kapitalisasi pasar yang tinggi sehingga memungkinkan perusahaan untuk memiliki biaya modal yang rendah. Dahlan Siamat (2004:279) menyatakan bahwa Price Earnig Ratio merupakan ratio yang digunakan untuk menilai suatu harga saham. Pada prinsipnya price earning ratio memberikan indikasi mengenai jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu. Rasio ini menggambarkan kesedian investor membayar suatu jumlah untuk setiap Rupiah perolehan laba perusahaan. Menurut Eugene F. Brigham dan Joel F. Houston (2006:418) dijelaskan bahwa para investor telah lama mencari suatu acuan sederhana untuk menentukan apakah suatu saham dinilai secara wajar. Salah satu pendekatan seperti ini adalah dengan melihat rasio harga terhadap harga saham. Price earning ratio suatu saham menunjukkan berapa banyak jumlah yang tersedia dibayarkan oleh para investor untuk setiap jumlah laba yang dilaporkan.
24
PER dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut : PER =
Harga per lembar saham Laba per lembar saham
Menurut Gruber dalam Syarifah Zahroh (2009:33-34), pendekatan Price Earning Ratio (PER) merupakan model penilaian saham yang paling praktis sehingga banyak dipergunakan oleh para pemodal dan analisis saham. Pada perusahaan yang mempunyai price earning ratio tinggi resiko yang rendah serta pertumbuhan yang tinggi. Sesuai dengan model tersebut maka dapat diidentifikasikan faktorfaktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio, adalah : a.
Dividen Payout Ratio, apabila faktor-faktor lain dipegang konstan, maka meningkatnya payout ratio akan meningkatkan Price Earning Ratio
b. Tingkat keuntungan yang dipandang layak (discount rate). Apabila faktor-faktor lain dipegang konstan, maka meningkatnya Price Earning Ratio. c. Pertumbuhan Dividen. Apabila faktor-faktor lain dipegang konstan, maka meningkatnya pertumbuhan dividen akan meningkatkan Pice Earning Ratio (Suad Husnan, 2001:342).
25
Pertumbuhan Perusahaan dengan Kebijakan Hutang Suatu perusahaan yang memiliki pertumbuhan (growth) positif mengindikasikan majunya perusahaan tersebut. Perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi sebaiknya menggunakan hutang dalam jumlah besar, karena biaya pengembangan pada emisi saham biasa lebih tinggi dibandingkan dengan biaya pada emisi obligasi (Weston dan Copeland, 2000) dalam Yustiana (2010). Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil (Brigham dan Houston, 2001:182). Tingkat pertumbuhan yang semakin cepat menidentifikasikan bahwa perusahaan sedang mengadakan ekspansi. Hal ini menyebabkan timbulnya
kebutuhan
dana
yang
besar.
Untuk
itu,
perusahaan
menggunakan hutang berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut termasuk dengan menggunakan hutang. Pertumbuhan perusahaan yang besar mempunyai pengaruh positif terhadap hutang perusahaan, karena suatu perusahaan yang sedang berada pada tahap pertumbuhan akan membutuhkan dana yang besar untuk melakukan ekspansi. Hal ini akan mendorong manajer untuk menggunakan hutang dalam membiayai kebutuhan dana tersebut (Yeniatie dan Nicken, 2010).
26
4. Ukuran Perusahaan Umur dan besaran perusahaan tergantung dari kemudahan aksesnya ke pasar-pasar modal. Perusahaan besar yang sudah eksis akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal, karena kemudahan tersebut fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar dianggap lebih aman dari pada perusahaan yang masih baru sehingga perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi dari pada perusahaan kecil. Ukuran perusahaan diwakili oleh Log natural dan Total Asset (Alli et al., 1993, dalam Sutrisno, 2001:3). Total asset dijadikan sebagai indikator ukuran perusahaan karena sifatnya jangka panjang dibandingkan dengan penjualan. Semakin besar suatu perusahaan maka cenderung karena perusahaan yang besar memiliki kebutuhan dana yang besar dan salah satu alternatif pemenuhan dana yang tersedia menggunakan pendanaan eksternal (Tittman dan Wessels, 1988) dalam (Yustiana, 2010:47-48). Ukuran Perusahaan dengan Kebijakan Hutang Perusahaan kecil dan dalam masa pertumbuhan cenderung untuk tidak membayarkan dividennya dan perusahaan biasanya baru akan membagikan labanya dalam bentuk dividen setelah perusahaan mencapai titik kedewasaan (mature) dalam daur hidupnya. Perusahaan kecil dengan kesempatan pertumbuhan yang tinggi lebih memilih seluruh laba bersih operasinya dialokasikan untuk investasi yang profitable, dan tidak menyisakan kas untuk pembayaran dividen.
27
Besar kecilnya perusahaan sangat berpengaruh terhadap struktur modal, terutama berkaitan dengan kemampuan memperoleh pinjaman. Perusahaan besar yang telah terdiversivikasi, lebih mudah untuk memasuki pasar modal, menerima penilaian kredit yang lebih tinggi dari bank komersial untuk hutang-hutang yang diterbitkan dan membayar tingkat bunga yang lebih rendah pada hutangya. Sakah satu alasannya perusahaan lebih mudah menerima pinjaman adalah karena nilai aktiva yang dijadikan jaminan lebih besar dan tingkat kepercayaan bank juga lebih tinggi (Yuli Soesetio, 2008) 5. Kebijakan Hutang Kebijakan hutang merupakan kebijakan yang penting dalam suatu perusahaan. Dimana kebijakan hutang merupakan bagian dari keputusan yang pendanaan berasal dari eksternal. Kebijakan hutang ini berkaitan juga dengan struktur modal perusahaan karena kebijakan hutang merupakan sebagai salah satu komposisi dalam struktur modal perusahaan. (Diah Setyowati, 2010) mendefinisikan kebijakan hutang sebagai segala jenis hutang yang dibuat atau diciptakan oleh perusahaan baik hutang lancar maupun hutang jangka panjang. Hutang lancar adalah hutang yang berjangka waktu paling lama satu tahun, seperti utang usaha, beban terutang, wesel bayar, kredit modal kerja dan lain-lain. Sedangkan hutang jangka panjang atau hutang tak lancar adalah hutang berjangka waktu lebih dari satu tahun, seperti hutang obligasi, utang hipotik dan
28
kredit investasi (M Nafarin, 2007:342). Nuringsih (2005:109) apabila suatu perusahaan mengalami keterbatasan laba ditahan maka perusahaan cenderung memanfaatkan hutang. Namun, bila penggunaan hutang terlalu besar dapat berdampak pada financial distres dan kebangkrutan. Berdasarkan dampak ini bila perusahaan memiliki hutang yang tinggi, hal tersebut akan mengurangi pembayaran dividen untuk menghindari transfer kekayaan dari kreditor kepada pemegang saham. Dalam hal ini, kepentingan kreditor tetap diperhatikan karena disimpan unutk pelunasan hutang. Kebijakan hutang sering diukur dengan debt to equity ratio (DER) yaitu perbandingan antara total hutang dengan modal sendiri. Total hutang merupakan total liabilities (kewajiban), baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang. Total modal sendiri atau biasa disebut juga dengan total shareholders equity merupakan total modal disetor dengan laba ditahan yang dimiliki perusahaan Robert Ang (1997) dalam Yustiana (2010). Semakin rendah DER berarti semakin kecil tingkat hutang yang dimiliki dan kemampuan untuk membayar hutang akan semakin tinggi pula. Menurut pendapat (Ross et al:2003) yang menyatakan bahwa “debt to equity ratio is diving total eebt with total equity”. Yaitu Debt to Equity Ratio merupakan perhitungan sederhana yang membandingkan total hutang perusahaan dari modal pemegang saham. Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas.
29
Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang (Kasmir, 2012:157158). Penggunaan hutang bagi perusahaan mengandung tiga dimensi, yaitu : 1) Pemberi kredit akan menitikberatkan pada besarnya jaminan atas kredit yang diberikan. 2) Penggunaan hutang akan meningkatkan keuntungan perusahaan jika perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari beban tetapnya. 3) Hutang sebagai sumber dana perusahaan dan sistem pengendali perusahaan. Sartono (2001) dalam Yustiana (2010)
30
B. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Lanjutan Tabel 2.1 NO
Nama Peneliti
Judul Penelitian
1
Yeniatie dan Faktor-faktor yang Nicken Destriana mempengaruhi (2010) Kebijakan Hutang pada perusahaan Nonkeuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
2
Rizka Putri Indahningrum dan Ratih Handayani (2009)
Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang
Variabel Penelitian Dependen : Kebijakan Hutang (DEBT) Independen : Kepemilikan manajerial (INSD), kepemilikan institusional (INST), kebijakan dividen (DPR), Struktur asset (AST), profitabilitas (PROF), Pertumbuhan perusahaan (GROWTH), Risiko bisnis (RISK) Dependen : Kebijakan hutang (DER) Independen : kepemilikan institusional (INST), dividen (DIVD), pertumbuhan (GROW), profitabilitas (PROF) dan free Cash Flow (FCF)
Hasil Penelitian Kepemilikan manajerial, kebijakan dividen dan risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang, Kepemilikan institusional dan profitabilitas memiliki hubungan negative terhadap kebijakan hutang. Struktur asset dan pertumbuhan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang perusahaan.
Pada variabel kepemilikan manajerial, kebijakan dividen dan pertumbuhan tidak memiliki hubungan signifikan terhadap kebijakan hutang, free cash flow, kepemilikan institusional dan profitabilitas menghasilkan pengaruh signifikan dan negative terhadap kebijakan hutang. Sedangkan struktur aktiva memiliki 31
Lanjutan Tabel 2.1 NO
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
3
Yuli Soesetio Pengaruh (2008) Manajerial dan Institusional, Kebijakan Dividen, Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva dan Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang
Dependen : Kebijakan Hutang Independen : Kepemilikan manajerial, Kepemilikan institusional, Kebijakan dividen, Ukuran perusahaan, Struktur aktiva, Profitabilitas.
4
Yustiana Ratna Analisis Pengaruh Nuraini (2010) Return On Investment, Fixed Assets Ratio, Firm Size dan Rate Of Growth Terhadap Debt To Equity Ratio pada Perusahaan
Dependen : Kebijakan Hutang (DER) Independen : ROI, FAR, Firm Size dan Rate of Growth
Hasil Penelitian hubungan signifikan positif terhadap hutang perusahaan. Pada variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan dividen, ukuran perusahaan, struktur aktiva, dan profitabilitas, berpengaruh signifikan secara simultan terhadap kebijakan hutang perusahaan. Sedangkan variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, struktur aktiva, dan profitabilitas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang, dan variabel kebijakan dividend dan ukuran perusahaan secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan. FAR, Firm Size dan Rate of Growth berpengaruh signifikan dan positif terhadap DER. Sedangkan ROI berpengaruh signifikan dan negative terhadap 32
Lanjutan Tabel 2.1 NO
Nama Peneliti
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2007 5
Devi Nurvida Pengaruh dan Gugus kepemilikan Irianto (2008) manajerial, kepemilikan institusional dan sebaran kepemilikan terhadap kebijakan hutang perusahaan ditinjau dari teori keagenan
Dependen : Kebijakan hutang Independen : Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan sebaran kepemilikan
6
Steven dan Lina Faktor-Faktor yang (2011) Mempengaruhi Kebijakan Hutang Perusahaan Manufaktur
Dependen : Kebijakan Hutang (DER) Independen : Kebijakan Dividen, Investasi Perusahaan, Kepemilikan manajerial, Pertumbuhan Perusahaan, Struktur Aset, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas
Hasil Penelitian DER. Secara simultan semua variabel berpengaruh terhadap DER. Secara parsial kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan. Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan. Penyebaran kepemilikan berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Secara parsial umuran perusahaan dan struktur aktiva berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang perusahaan. Kebijakan dividen, struktur aktiva, profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Sedangkan investasi perusahaan, kepemilikan manajerial, pertumbuhan perusahaan, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang.
33
C. Kerangka Pemikiran Kebijakan
hutang
merupakan
keputusan
penting
yang
sangat
berpengaruh terhadap kebijakan dan kondisi suatu perusahaan. Pada dasarnya kebijakan hutang akan menentukan nilai perusahaan. Hal ini berkaitan dengan pendanaan yang diperoleh melalui hutang. Hutang dapat sangat membantu dalam mengatasi masalah pendanaan, akan tetapi perlu dipertimbangkan risiko akan terjadinya kebangkrutan pada penggunaan hutang dalam jumlah yang besar. Maka kerangka pemikiran teoritisnya adalah sebagai berikut :
34
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran BEI
Variabel Independen : 1. DPR 2. ROA 3. Pertumbuhan Perusahaan (PER) 4. Ukuran perusahaan
Variabel dependen : Kebijakan Hutang (DER)
Model Regresi
Uji Normalitas
Uji Multikolinieritas
Uji Autokorelasi
Uji Heteroskedastisitas
Uji Regresi Berganda
Uji F (Simultan)
Uji t (Parsial)
Koefisien Determinasi
Kesimpulan
35
D. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah dugaan sementara yang mungkin benar atau salah. Hipotesis dari penilitian ini adalah sebagai berikut : H1
:
Terdapat pengaruh variabel kebijakan dividen, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang secara simultan.
H2
:
Terdapat pengaruh signifikan variabel kebijakan dividen terhadap kebijakan hutang secara parsial.
H3
: Terdapat pengaruh signifikan variabel profitabilitas terhadap kebijkan hutang secara parsial.
H4
:
Terdapat pengaruh signifikan variabel pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan hutang secara parsial.
H5
:
Terdapat pengaruh signifikan variabel ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang secara parsial.
36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif karena penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh Kebijakan Dividen, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang. Data-data yang digunakan adalah data historis dari data-data keuangan berupa Annual Report dari tahun 2008-2010. Dalam penelitian ini penulis memilih Bursa Efek Indonesia sebagai tempat untuk melakukan observasi. Maka penelitian yang dilakukan adalah observasi tidak langsung berupa data sekunder dengan menggunakan data laporan keuangan pada semua industri kecuali perusahaan dalam bidang perbankan. B. Metode Penentuan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling yang digunakan atas dasar strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi semata-mata dengan menentukan kriteria khusus terhadap sampel. Kriteria yang digunakan untuk memilih sampel didasarkan pada prosedur sebagai berikut : 1. Perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia selama tahun 20082011. 2. Tersedia data laporan keuangan selama kurun waktu penelitian 20082011. 3. Perusahaan yang membagikan dividen tunai berturut-turut selama periode 37
pengamatan 2008-2011. 4. Perusahaan Non Keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2011. Jumlah sampel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 2011. Sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut:
No Kode 1 TBLA 2 SMGR 3 LION 4 LMSH 5 AUTO 6 SMSM 7 INDF 8 GGRM 9 KLBF 10 TSPC 11 TCID 12 JRPT 13 TLKM 14 PEGE 15 INTA 16 LTLS 17 MICE 18 TGKA 19 UNTR 20 RUIS 21 ASGR 22 MTDL Sumber : www.idx.co.id
Tabel 3.1 Sampel Penelitian Nama Perusahaan PT. Tunas Lampung Baru,Tbk PT. Semen Gresik (Persero), Tbk PT. Lion Metal Works, Tbk PT. Lion Mesh Prima, Tbk PT. Astra Otoparts, Tbk PT. Selamat Sempurna, Tbk PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk PT. Gudang Garam, Tbk PT. Kalbe Farma, Tbk PT. Tempo Scan Pacifik, Tbk PT. Mandom Indonesia, Tbk PT. Jaya Real Property, Tbk PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk PT. Panca Global Securities, Tbk PT. Intraco Penta, Tbk PT. Lautan Luas, Tbk PT. Multi Indocitra, Tbk PT. Tigaraksa Satria, Tbk PT. United Tractors, Tbk PT. Radiant Utama Interinsco, Tbk PT. Astra Graphia, Tbk PT. Metrodata Electronicks, Tbk
38
1.
PT. Tunas Baru Lampung, Tbk PT. Tunas Baru Lampung, Tbk adalah sebuah perusahaan yang berbasis di Indonesia yang terlibat dalam pembuatan dan distribusi produk berbasis pertanian konsumen. Perusahaan ini menawarkan minyak goreng kelapa, minyak kelapa goreng, minyak kelapa mentah, minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan sabun. Produk-produknya dipasarkan baik di pasar domestik dan internasional. Perusahaan juga bergerak di bidang perkebunan dan bisnis real estate. Maskapai ini mengoperasikan tiga perkebunan: sebuah banktanah lebih dari 50.000 hektar di Lampung; 30.000 hektar di Palembang, dan 10.000 ha di Pontianak. Ini digunakan terutama untuk perkebunan kelapa sawit. Pada tanggal 31 Desember 2009, Anak Perusahaanadalah PT Bumi Sentosa Abadi, PT Bangun NusaIndah Lampung, PT Budi Dwiyasa Perkasa, PT Adikarya Gemilang, PT Bangun Tatalampung Asri, PT Budinusa Ciptawahana, PTAgro Bumi Mas, PT Mulya Mandra Mukti, PT Bumi Perkasa dan PT Abadi Gemilang Sentosa Mulia.
2. PT Semen Gresik (Persero) Tbk Merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri semen. Diresmikan di Gresik pada tanggal 7 Agustus 1957 oleh Presiden RI pertama dengan kapasitas terpasang 250.000 ton semen per tahun. Pada tanggal 8 Juli 1991 Semen Gresik tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya serta merupakan BUMN pertama yang go public dengan menjual 40 juta lembar saham kepada masyarakat. Sampai dengan tanggal 30 September 1999 komposisi kepemilikan saham 39
berubah menjadi Pemerintah RI 15,01%, Masyarakat 23,46% dan Cemex 25,53%.Pada Tanggal 27 Juli Juli 2006 terjadi transaksi penjualan saham CEMEX S.S de. C.V pada Blue valley Holdings PTE Ltd. Sehingga komposisi kepemilikan saham sampai saat ini berubah menjadi Pemerintah RI 51,01%, Blue Valley Holdings PTE Ltd 24,90%, dan masyarakat 24,09%.Saat ini kapasitas terpasang Semen Gresik Group (SGG) sebesar 16,92 juta ton semen per tahun, dan menguasai sekitar 46% pangsa pasar semen domestik. 3.
PT. Lion Metal Works Tbk (IDX: LION) Merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi logam yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1972. Perusahaan ini menghasilkan berbagai macam-macam bahan logam. PT Lion Metal Works Tbk mempunyai luas area 63,130 m2 dengan luas bangunan 29,517 m2 dengan lokasi Jalan Raya Bekasi Km 24,5 Cakung Jakarta Timur. Bergerak di bidang Peralatan kantor dan fabrikasi
logam.
Untuk
menunjang
kegiatan
operasi
perseroan
memproduksi antara lain peralatan perkantoran, peralatan rumah sakit, peralatan dan sistem pengaman (Brandkast), peralatan pergudangan. dengan bahan bangunan seperti Pintu Tahan Api, sistem Penyangga kabel, Rangka Atap Baja ringan dan Rangka Rumah Baja Tahan Gempa, Kanal C untuk konstruksi. 4.
PT Lionmesh Prima Tbk (LMSH) Didirikan tanggal 14 Desember 1982 dengan nama PT Lion Weldmesh Prima dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun
40
1984. Kantor pusat LMSH berdomisili Jln. Raya Bekasi Km. 24.5, Cakung Jakarta 13910. Saat ini, LMSH memiliki dua pabrik. Salah satu dari dua pabriknya berkedudukan di Jalan Raya Bekasi, Km. 24,5, Cakung, Jakarta Timur sedangkan pabrik yang lain terletak di Jalan Flamboyan Desa Siring, Sidoarjo, Jawa Timur. Untuk pabrik yang berlokasi di Desa Siring, Sidoarjo, LMSH telah mengadakan
perjanjian
perikatan
jual
beli
dengan
Badan
Penanggulangan Lumpur Sidoarjo dan telah menandatangani dokumen pelunasannya. Pada tanggal 31 Agustus 2012, LMSH telah menerima pelunasan atas ganti rugi. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan LMSH antara lain meliputi industri besi kawat seperti weldmesh dan sejenisnya dan steel fabrication. Saat ini, LMSH hanya bergerak dalam usaha manufaktur weldmesh. Pada tahun 1990, LMSH memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) LMSH kepada masyarakat sebanyak 600.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp7.200,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 04 Juni 1990. 5.
PT. Astra Otoparts, Tbk Berdiri tahun 1976 sebagai PT. Alfa Delta Motor, sebuah perusahaan yang bergerak dibidang otomotif, perakitan
mesin dan
konstruksi. Pemilik dari perusahaan ini adalah William Soeryadjaja dan PT. Djaja Pirusa.
Pada tahun 1977 PT. Alfa Delta motor berubah
namamenjadi PT. Pacific Western. Pada tahun 1981 PT. Pacific Western 41
berubah nama menjadi PT. Menara Alam Tekhnik dan berganti kepemilikan menjadi milik PT. Summa Surya, PT. Windu Tri Nusantara dan PT. Multifest. Pada tahun 1983 PT. Astra Internasional Inc membeli saham PT. Summa Surya di PT. Menara Alam Tekhnik. Pada tahun 1993 PT. Astra Internasional Inc mengambil alih seluruh saham PT. Menara Alam Tekhnik, dan berubah nama menjadi PT. Alam Pradipta. Pada Tahun 1996 PT.Alam Pradipta berubah nama menjadi PT. Astra Pradipta Internusa, bulan juni 1996 bergabung dengan beberapa perusahaan Astra dan berubah nama menjadi PT Federal Adiwira Serasi
PT Federal
Adiwira Serasi bergerak dibidang manufaktur dan perdagangan metal dan plastic. Bulan desember 1996 PT federal Adiwira Serasi berubah nana nenjadi PT Astra Dian Lestari. Dinana 97% sahannya diniliki oleh PT. Astra Internasional Tbk. 6.
PT. Selamat Sampoerna, Tbk Didirikan pada tanggal 19 Januari 1976 dengan ruang lingkup perusahaan bergerak dalam bidang industri perlengkapan alat-alat suku cadang dari berbagai alat-alat mesin paprika dan kendaraan. Perusahaan memulai usaha komersialnya pada tahun 1980, untuk IPO dilakukan pada tanggal 9 September 1996 dengan jumlah lembar saham sebanyak 34.400.000 saham perdana dengan nilia nominal Rp. 500 per saham dengan harga penawaran Rp. 1.700 per saham.
7.
PT. Indofood PT. Indofood Sukses makmur, Tbk merupakan produsen berbagai jenis
makanan
dan
minunan
yang
bermarkas
di
Jakarta
42
Indonesia.Perusahaan ini didirikan tahun 1972 oleh Sadono Salin, Perusahaan ini mengekspor bahan makanan hingga Australia Asia dan Eropa. 8.
PT. Gudang Garam Tbk Adalah sebuah merk/ perusahaan produsen rokok terpopuler asal Indonesia. Didirikan pada 26 Juni 1958 oleh Tjoa Ing Hwie /Surya Wonowidjojo, perusahaan ini merupakan peringkat kelima tertua dan terbesar di Indonesia (setelah Djarum) dalam Produksi rokok kretek. Perusahaan ini memiliki kompleks tembakau sebesar 514 area di Kediri, Jawa Timur. Pada tahun 1956 Tjoa Ing Hwie meninggalkan cap 93. Dia membeli tanah di Kediri dan memulai produksi rokok sendiri, diawali dengan rokok kretek dari kelobot dengan merk Inghwie. Setelah dua tahun berjalan Inghwie menggantin nama perusahaannya menjadi Pabrik Rokok Tjap Gudang Garam. PT. Gudang Garam Tbk, tidak mendistribusikan secara langsung melainkan melalui PT. Surya Madistrindo lalu kepada pedagang eceran kemudian baru ke konsumen atau produsen.
9.
PT. Kalbe Farma, Tbk PT. Kalbe Farma adalah perusahaan yang bergerak di industri farmasi yang terbesar di Indonesia. Pada tanggal 10 September tahun 1966, PT Kalbe Farma mulai terbentuk. PT. Kalbe Farma, Tbk perusahaan farmasi terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara, PT. Kalbe Farma, Tbk. dengan manajemen yang dikelola secara profesional dan berorientasi pada kepuasaan pelanggan, mengundang para profesional 43
muda yang ingin maju serta berkembang. Visi dan Misi PT. Kalbe Farma Visi: Menjadi perusahaan yang dominan dalam bidang kesehatan di Indonesia dan memiliki eksistensi di pasar global dengan merek dagang yang kuat, didasarkan oleh manjemen, ilmu dan teknologi yangunggul. Misi: Meningkatkan Kesehatan untuk Kehidupan yang Lebih Baik. 10. PT. Tempo Scan Pasific, Tbk PT. Tempo Scan Pacific Tbk (BEI: TSPC) adalah perusahaan induk (holding company)Yang memiliki beberapa perusahaan Farmasi. PT Supra Ferbindo Farma, PT. Indonesian Pharmaceutical Industries, dll. Yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan bulan mei pada Tahun 1977 nama lama dengan PT. Scanchemie, oleh PT. perusahaan dagang tempo murah, PT. Bahasa Indonesia Pharmaceutical Industries. Perusahaan ini menghasilkan Berbagai Produk Farmasi murah perawatan pribadi dengan berbagai merk. 11. PT. Mandom Indonesia, Tbk Perusahaan ini semula bernama PT. Tancho Indonesia Tbk yang kemudian berganti nama jadi PT. Mandom Indonesia Tbk pada tahun 2001 perusahaan mempunyai induk yaitu Mandom Corporation Japan. Suatu perusahaan yang didirikan di Jepang. PT. Mandom Indonesia Tbk berlokasi di Jakarta dan pabriknya beralokasi di Jakarta kawasan industri MM2001, Cibitung, Jawa Barat. Perseroan bergerak dalam bidang produksi dan perdagangan kosmetik, perawatan kulit, perawatan rambut
44
dan pemeliharaannya, parfum, dll. Dengan merk TANCHO, MANDOM, SPALDING, GATSBY, PIXI UV WHITENING, PUCELLE, EXCEL, LOVILLEA, LA BEAUTY, MIRATONE, JOHNNY ANDREAN. 12. PT. Jaya Real Property, Tbk PT. Jaya Properti Properti beroperasi di Subdividers dan sektor pengembang. PT Jaya Properti Properti Tbk adalah pengembang properti dan manajemen perusahaan di Indonesia. Kegiatan usaha Perseroan terdiri dari real estate dan pembangunan perkotaan dari daerah pemukiman dan industri, pembangunan infrastruktur dan fasilitas umum, penyediaan jasa pendukung serta investasi. Ini memiliki beragam portofolio perkembangan perumahan dan komersial di Selatan, Barat dan Jakarta Pusat yang meliputi Graha Raya, Puri Jaya, Bintaro Jaya, Bintaro Plaza, Senen Jaya pusat perdagangan, antara lain. Semua anak perusahaan yang terlibat dalam konstruksi pengembangan real estat, dan jasa. 13. PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Tahun 1975 merupakan awal perjalanan usaha PT Infomedia Nusantara menjadi perusahaan pertama penyedia layanan informasi telepon di Indonesia.Di bawah subdivisi Elnusa GTDI dari anak perusahaan Pertamina, Infomedia telah menerbitkan Buku Petunjuk Telepon Telkom Yellow Pages.Perkembangan yang tercatat selanjutnya adalah berdirinya PT Elnusa Yellow Pages di tahun 1984 yang berubah nama di tahun 1995 menjadi PT Infomedia Nusantara pada saat PT
45
Telkom Tbk menanamkan investasi. Untuk mendukung implementasi Good Coorporate Governance dalam setiap aspek kegiatan perusahaan, Infomedia telah mengeluarkan kebijakan pedoman tata kelola perusahaan di tahun 2008. Pada tanggal 30 Juni 2009 PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) melalui PT Multimedia Nusantara (Metra), anak perusahaan yang 99,99% milik Telkom (selanjutnya disebut Telkom Group) telah menandatangani Shares Sales & Purchase Agreement (SPA) untuk membeli 49% saham PT Infomedia Nusantara (Infomedia) milik PT Elnusa Tbk (Elnusa), sehingga 100% saham PT Infomedia Nusantara telah dimiliki oleh Telkom Group. 14. PT. Panca Global Securities Tbk, PT PG Asset Management mendapatkan izin operasi dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK) untuk beroperasi sejak 27 Desember 2011. Perusahaan ini memiliki kantor pusat pemasaran di Jakarta dan satu kantor cabang yang berkantor di Surabaya. PG Asset Management juga berencana menambah kantor cabang pada tahun yang sama di Medan dan Ujung Pandang untuk memperkuat jaringannya. 15. PT Intraco Penta Tbk (INTA) Didirikan tanggal 10 Mei 1975 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1975. Kantor pusat INTA terletak Jl. Raya Cakung Cilincing KM 3,5 Jakarta 14130, sedangkan cabang-cabang
46
INTA terletak di beberapa kota di Indonesia. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan INTA terutama meliputi bidang perdagangan dan penyewaan alat-alat berat dan suku cadang, serta memberikan jasa pelayanan yang berkenaan dengan perakitan dan perbengkelan. Pada tanggal 30 Juni 1993, INTA memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) INTA kepada masyarakat sebanyak 6.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp3.375,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 23 Agustus 1993. Pada akhir Desember 2005 memiliki total aset Rp. 887,644 miliar. 16. PT Lautan Luas Tbk (LTLS) Didirikan tanggal 18 Januari 1951 dengan nama Persekutuan Andil Maskapai Dagang dan Industri Lim Teck Lee dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1951. Kantor pusat LTLS terletak di Gedung Graha Indramas, Jl. AIP II K.S. Tubun Raya No. 77, Jakarta Barat 11410. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan LTLS bergerak di bidang perdagangan, perindustrian, agro-bisnis dan penyediaan
jasa,
pertambangan,
pembangunan/kontraktor
dan
perbengkelan. Kegiatan utama LTLS adalah distribusi bahan kimia serta melakukan penyertaan saham terutama pada perusahaan-perusahaan manufaktur bahan kimia. Pada tanggal 18 Juni 1997, LTLS memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran
47
Umum Perdana Saham (IPO) LTLS kepada masyarakat sebanyak 50.000.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp2.950,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 21 Juli 1997. 17. PT. Multi Indocitra, Tbk PT. Multi Indocitra, Tbk (MICE) bergerak di bidang perdagangan umum dan distributor produk kosmetik, produk bayi dan ibu menyusui produk dengan nama merek Pigeon. MICE bertindak sebagai distributor produk kosmetik untuk bayi dan ibu menyusui produk yang diproduksi oleh anak perusahaannya, PT Multielok Kosmetik, seperti sabun bubuk,, shampo cair, botol susu plastik dan lain-lain, di bawah nama merek Pigeon. Untuk mendukung bisnisnya, MICE memiliki satu cabang yang terletak di Surabaya, Jawa Timur PT. Multi Indocitra, Tbk. ("Perseroan") didirikan pada tanggal 11 Januari 1990 dengan maksud dan tujuan untuk mendistribusikan produk perawatan dan perlengkapan untuk kebutuhan bayi, ibu hamil dan menyusui serta produk perawatan kulit.Pada tahun 2005, Multi Indocitra menjadi
Perusahaan
Publik
ditandai
dengan
peluncuran
saham
perdananya di Bursa efek. PT. Multielok Cosmetic memproduksi produkproduk toilet, rias untuk bayi, remaja dan dewasa. Sedangkan PT. Pigeon Indonesia berdiri pada tahun 1995 sebagai perusahaan joint venture dengan Pigeon Corporation Jepang, memproduksi produk-produk perlengkapan bayi dengan merk Pigeon untuk dipasarkan di Indonesia 48
dan diekspor ke mancanegara. Sejalan dengan peluang bisnis yang ada, saat ini Perusahaan telah mengembangkan lini usaha Lampu Hemat Energi merk HORI dimana telah mulai dipasarkan di sebagian besar wilayah Indonesia. 18. PT. Tigaraksa Satria, Tbk PT. Tigaraksa Satria, Tbk educational product division telah dikenal lama sebagai salah satu perintis dalam menyediakan program pendidikan rumah terbaik di Indonesia. Sejak tahun 1973, PT. Tigaraksa Satria, Tbk educational product division berkomitmen dan berdedikasi dalam mengoptimalkan kegiatan belajar sejak dini kepada keluargakeluarga Indonesia dengan menyediakan program yang terbaik dan pengalaman membeli yang mengesankan. PT. Tigaraksa Satria, Tbk educational product division saat ini menjual dan mendistribusikan program pendidikan rumah terbaik dari: Educational Technologies, World Book, Al-Qolam, Tira Pustaka, Wink to Learn. Para pemegang hak cipta buku tersebut adalah institusi-institusi yang telah puluhan tahun berpengalaman dan memiliki komitmen menyediakan produk berkualitas dengan harga terjangkau yang membantu anda membangun potensi anak-anak Anda. 19. PT. United Tractor, Tbk PT. United Tractor, Tbk adalah perusahaan distributor tunggal alat berat Komatsu yang mulai beroperasi di Indonesia pada 13 Oktober 1972.Di Bursa Efek Indonesia, PT. United Tractor, Tbk termasuk dalam
49
industri perdagangan, jasa dan investasi pada sektor perdagangan besar barang produksi dengan kode pencatatan UNTR dimana PT. Astra Internasional menjadi pemegang saham mayoritas.Selain dikenal sebagai distributor alat berat terkemuka di Indonesia, UNTR juga aktif bergerak di bidang kontraktor penambangan dengan anak perusahaan PT. Pamapersada Nusantara (PAMA) dan PT. Dasa Eka Jasatama (DEJ). Pendapatan UNTR berasal dari penjualan alat berat (mesin konstruksi) Komatsu, Nissan Diesel, Scania, Bomag, Valmet dan Tadano sebesar 47,2%, dari kontraktor penambangan 43,8% dan sektor pertambangan sebesar 9%. 20. PT Radiant Utama Interinsco Tbk RUIS didirikan 22 Agustus 1984 dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1984. Kantor pusat RUIS berlokasi di Jalan Kapten Tendean No. 24, Mampang Prapatan, Jakarta. RUIS tergabung dalam kelompok usaha Grup Radiant Utama. Jasa teknik instalasi dan rekayasa bidang minyak, gas bumi dan energy, Jasa penyewaan peralatan pertambangan minyak dan gas bumi, Jasa perbaikan dan perawatan instalasi pertambangan minyak dan gas bumi, Eksplorasi dan eksploitasi dan pengembangan bidang minyak, gas bumi dan energi. Pada tanggal 30 Juni 2006, RUIS memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) RUIS kepada masyarakat sebanyak 170.000.000 dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp250,- per saham. Saham-saham
50
tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 12 Juli 2006. 21. PT. Astra Grapia, Tbk Astragraphia mengawali perjalanannya pada tahun 1971 sebagai Divisi Xerox PT Astra International terlibatdalam pemasaran eksklusif dan setelah layanan penjualan mesin fotokopi Xerox di seluruh Indonesia. Sejalan dengan pertumbuhan bisnis yang pesat, pada tahun 1976 Divisi Xerox memisahkan diri dari PT. Astra International dan menjadi perusahaan independen, PT Astra Graphia. Dalam rangka membangun landasan yang kokoh bagi pertumbuhan bisnisnya, pada tahun 1989 Astragraphia menjadi perusahaan publik dengan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Sampai dengan 31 Desember 2005, jumlah saham Astragraphia seluruhnya adalah 1.348.780.500 saham dengan komposisi sebagai berikut: Saat ini, memasuki tahun ke-30 sebagai perusahaan independen, Astragraphia fokus pada bisnis Document Solution dengan Fuji Xerox Co Ltd, sebagai pokok utama, dokumen perusahaan yang ahli global dengan kantor pusat di Jepang. Para bisnis Document Solution tidak hanya terdiri dari bisnis mesin fotokopi tapi telah mengalami transformasi bersamaan dengan pesatnya perkembangan TI untuk muncul sebagai Penyedia Solusi TI Berbasis Dokumen. Ruang lingkup diperluas fungsinya juga, dimulai dengan masukandokumen (membuat, scaning, penggabungan,mengedit), manajemen dokumen (berbagi, archieving,
51
mendistribusikan, routing)untuk output dokumen (pencetakan, fax, copy, e-mail, melihat web) dengan berbagai konfigurasi. 22. PT Metrodata Electronics Tbk (MTDL) Didirikan 17 Februari 1983 dengan nama PT Sarana Hitech Systems dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 1983. Kantor pusat MTDL berlokasi di APL Tower, Jalan Letjen S. Parman Kav. 28, Jakarta. MTDL dan Anak Usaha mempunyai kantor-kantor yang berlokasi
di
Bandung,
Yogyakarta,
Surabaya,
Medan
dan
Makassar.Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan MTDL meliputi penjualan berbagai jenis komputer dan produkproduk teknologi tinggi lainnya yang berkaitan dengan komputer serta jasa terkait lainnya. Pada tanggal 14 Februari 1990, MTDL memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham MTDL (IPO) kepada masyarakat sebanyak 1.468.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp6.800,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 09 April 1990.
C. Metode Pengumpulan Data Dalam
rangka
memperoleh
data
yang
diperlukan,
teknik
pengumpulan data sekunder adalah sebagai berikut : 1. Riset kepustakakaan Yaitu teknik pengumpulan data yang didasarkan pada teori-teori dari berbagai literature yang berhubungan dengan obyek penelitian. Data 52
yang diperlukan untuk penelitian diperoleh dari buku-buku yang berhubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Data yang dibutuhkan dapat juga diambil dari internet sebagai salah satu media riset kepustakaan. 2. Dokumentasi Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencatat data dari dokumen yang berkaitan dengan obyek penelitian di Bursa Efek Indonesia. Data sekunder tersebut adalah : a. Data berupa laporan keuangan yang diterbitkan setiap tahun dan prospectus perusahaan di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 sampai dengan 2011 serta data index statistic dari Bursa Efek Indonesia. b. Data berupa informasi perusahaan-perusahaan yang membagikan dividen serta perusahaan Nonkeuangan yang terdaftar di BEI periode 2008 sampai dengan 2011
D. Metode Analisis Data 1. Metode Analisis Regresi Berganda Regresi bertujuan untuk menguji hubungan pengaruh antara satu variabel terhadap variabel lain. Variabel yang dipengaruhi
disebut
variabel tergantung atau dependen, regresi berganda bebas atau variabel independen. Regresi yang memiliki satu variabel dependen dan lebih dari satu variabel independen disebut regresi berganda. Model regresi linier berganda dikatakan model yang baik jika model tersebut memenuhi 53
asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik, baik itu multikolinieritas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. a. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum. Untuk memberikan gambaran analisis statistik deskriptif. 2. Uji Asumsi Klasik Suatu model regresi berganda dapat dikatakan sebagai model yang baik jika model tersebut terbebas dari asumsi-asumsi klasik, baik itu multikolineritas, heteroskedastisitas dan autokorelsasi (Indoyama, 2008). a. Uji Normalitas Singgih Santoso (2012:230) pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel dependen, variabel independen, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. 1) Analisis Grafik Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendeteksi distribusi normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil.
54
Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Ada beberapa cara mendeteksi normalitas dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dan grafik. Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas yaitu: a) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. b) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tersebut tidak memenuhi asumsi normalitas (Imam Ghozali, 2011:163). 2) Analisis Statistik Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati. Secara visual kelihatan normal, namun secara statistik bisa sebaliknya. Oleh sebab itu disampinh uji grafik dilengkapi dengan uji statistik.
55
Uji statistik lain yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non-parametik KolmogorofSmirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis : Ho :
Data residual terdistribusi normal
Ha : Data residual tidak terdistribusi secara normal (Imam Ghozali,2011 : 164) b. Uji Multikolineritas Uji multikolineritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel inependen lain dalam suatu model (Nugroho, 2005 : 58). Artinya, uji ini melihat adakah hubungan linier antara variabel dependen dan independen pada sebuah regresi. Menurut (Husein Umar, 2002:186) dalam Indoyama (2008:16) salah satu asumsi model regresi linier berganda adalah tidak terjadi korelasi yang signifikan antar variable bebasnya.
Dalam
statistik,
tidak
terjadi
multikolinieritas.
Uji
multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak tejadi korelasi diantara variabel bebas. Koefisien koralsi antar variabel independen haruslah lemah (dibawah
0,5).
multikolinieritas.
Jika Untuk
korelasi
kuat,
mendeteksi
maka ada
atau
terjadi tidak
problem adanya
multikolinieritas di dalam model regresi adalah dengan melihat nilai
56
tolerance ≤ 0.10 dan lawanya serta Variance Inflation Factor (VIF) ≥ 10 (Imam Ghozali, 2011:106). c. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah di dalam suatu model regresi berganda terdapat korelasi antara kesalah pengganggu pada periode t-1 (sebelumya). Jika trejadi korelasi, maka dinamakan ada masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul karena adanya observasi yang berurutan, sepanjang berkaitan satu sama lain. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah autokorelasi menurut Nugroho (2005:33), adalah dengan cara sebagai berikut : Kesimpulan
Daerah Pengujian
Terdapat autokorelasi positif
d < dl
Ragu-ragu
dl < d < du
Tidak terdapat autokorelasi
du < d < 4-du
Terdapat autokorelasi negatif
4-dl < d
Jika ada masalah autokorelasi, maka model regresi yang seharusnya
signifikan,
menjadi
tidak
layak
untuk
dipakai.
Autokorelasi dapat diatasi dengan berbagai cara antara lain dengan melakukan transformasi data dan menambah data observasi. d. Uji Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas bertujuan untuk mengetahui terjadinya perbedaan variane residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain, atau gambaran hubungan antara nilai yang
57
diprediksi dengan Studentized Delete Residual nilai tersebut. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki persamaan variance
residual
suatu
periode
pengamatan
dengan
periode
pengamatan lain, atau adanya hubungan antara nilai yang diprediksi dengan studentzed delete residual nilai tersebut sehingga dapat dikatakan (2005:35),
nilai
tersebut
model
homokesdastisitas.
regresi
linier
Menurut
berganda
tidak
Nugroho terdapat
heteroskedastisitas jika pada pola gambar scatterplot : 1) Titik-titik data yang menyebar di atas dan di bawah atau disekitar angka 0 (Nol). 2) Titik-titik data tidak mengumpul hanya diatas atau di bawah saja. 3) Penyebaran titik-titik data yang di peroleh tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar kembali. 4) Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola. 3. Uji Hipotesis a. Uji Simultan dengan F-Test Untuk melihat pengaruh seluruh variabel independen secara simultan atau serentak terhadap variabel dependen dilakukan uji statistik-F (ANOVA) (Gujarat, 1978:47) dalam indoyama (2008:32). Jika nilai F-hitung > F-tabel pada tingkat signifikan atau alpha tertentu (misalnya : 5%), Ho ditolak dan Ha diterima, maka model yang diuji adalah signifikan.
58
Adapun statistik pengujiannya adalah : 1.
Jika Fhitung ≥ Ftabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima.
2.
Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak. Untuk menentukan apakah H0 ditolak atau diterima, maka nilai F
hitung dibandingkan dengan Ftabel pada tingkat signifikansi tertentu, dengan Dk pembilang = k dan Dk penyebut = N-k-1 b. Uji Parsial dengan t-test Uji t pada dasarnya digunakan untuk mengetahui seberapa jauh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen (Gujarat, 1978:44) dalam Indo yama (2008:30). 1) Pengambilan keputusan berdasarkan t-hitung dengan t-tabel : a. Jika t hitung > t-tabel atau t-hitung < t-tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima. b. Jika t-hitung < t-tabel, maka H0 diterima dan Ha ditolak. 2) Pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas signifikan : a. Jika probabilitas signifikan > 0,05, maka H0 diterima, berarti bahwa suatu variabel independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. b. Jika probabilitas signifikan < 0,05, H0 ditolak, berarti bahwa suatu variabel independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
59
Menentukan nilai thitung dengan persamaan : t i = βi Se (βi) Dimana : βi
= bi = Koefisien regresi variabel Xi
Se(βi) = Standar error variabel Xi c. Uji Koefisien Determinasi (adjusted R square) Koefisien determinasi (R²/adjusted R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu. Nilai R² / Adjusted R² kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas (Imam Ghozali, 2011:97). Menurut Gujarati dalam Imam Ghozali (2011:97-99) jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted R² negatif, maka nilai adjusted R² dianggap bernilai nol. Secara sistematis jika nilai R² = 1, maka Adjusted R² = R² = 1 sedangkan jika nilai R² = 0, maka adjusted R²= (1-k)/(n-k). Jika k>1, maka adjusted R² akan bernilai negatif. d. Uji Persamaan Regresi Linier Berganda Sedangkan model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linear berganda (multiple regression) yang bertujuan untuk menguji pengaruh kebijakan dividen, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran Perusahaan terhadap kebijakan hutang secara bersama-sama. 60
Adapun persamaan dari regresi berganda dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Y = a+b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+e Dimana : Y
= Kebijakan Hutang (DER)
a
= Konstanta
X1
= Kebijakan Dividen
X2
= Profitabilitas
X3
= Pertumbuhan Perusahaan
X4
= Ukuran Perusahaan
b1, b2, b3, b4,..
=
Koefisien peningkatan
regresi
yang
menunjukan
angka
atau penurunan variabel terikat
yang didasarkan pada hubungan nilai variabel bebas. e
= Error Term.
E. Definisi Operasional Variabel Berdasarkan pokok permasalahan dari rumusan hipotesis, variable penelitian yang akan dianalisis dikelompokkan kedalam enam variabel. yakni variabel dependen (y) dan variabel independen (x1, x2, x3, x4, x5 ……….). 1. Variabel Dependen Variabel dependen yaitu variabel yang terikat oleh variabel lainnya, atau variabel yang dipengaruhi oleh variabel lainnya. Variabel
61
dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan hutang yang diwakili dengan debt equity ratio (DER). Variabel kebijakan hutang ini merupakan rasio antara hutang terhadap equity. Rasio ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Variabel DER dirumuskan dengan rumus sebagai berikut : DER = Total Hutang Total Ekuitas 2. Variabel Independen Variabel independen ini sering disebut variabel tidak terikat atau bebas. Variabel ini diwakili oleh Kebijakan Dividen, Profitabilitas, Struktur Aktiva, Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran Perusahaan. Yang termasuk variabel independen adalah sebagai berikut : a. Kebijakan dividen (X1) Dalam penelitian ini variabel kebijakan dividen dilambangkan dengan dividend payout ratio (DPR), dividen dapat diartikan sebagai bagian yang dibagikan oleh emiten kepada masing-masing pemegang saham. Yang merupakan rasio antara pembayaran dividen yang diaproxykan dengan DPS (dividend per share) terhadap EPS (earning per share) (Indah ningrum dan Ratih, 2009). Rumus DPR adalah sebagai berikut
DPR =
DPS EPS
62
b. Profitabilitas Profitabilitas
merupakan
kemampuan
perusahaan
memanfaatkan asset yang ada untuk menghasilkan pendapatan (Yeniatie dan Nicken, 2010). Merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROA juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya (Kasmir, 2009:207). Rumus Return On Asset (ROA) yaitu :
ROA = Laba Bersih Setelah Pajak Total Aktiva c. Pertumbuhan Perusahaan Menurut Jogiyanto (dalam Karinaputri, 2012) dikatakan bahwa potensi pertumbuhan perusahaan ditunjukkan dengan perbandingan antara nilai pasar saham dengan nilai bukunya. Sehingga diaproksikan kesempatan pertumbuhan dengan PER (price earning ratio). PER dapat dihitung dengan membagi harga per lembar saham dengan laba bersih per lembar saham. Sehingga pertumbuhan perusahaan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: PER = Harga per lembar saham Laba per lembar saham
63
d. Ukuran Perusahaan Variabel ini merupakan rasio logaritma natural dari penjualan (sales). Menurut Tittman dan Wessels (1988) dalam Yustiana (2010) ukuran perusahaan merupakan ukuran besar kecilnya perusahaan yanh diukur melalui logaritma natural dari total Asset (Ln total asset). Total asset dijadikan sebagai indicator ukuran perusahaan karena sifatnya jangka panjang dibandingkan dengan penjualan. Sedangkan logaritma natural digunakan untuk meminimalkan varian dari model penelitian Total Asset memiliki satuan miliar rupiah sedangkan variabel independen yang lain menggunakan persen (%), maka agar variannnya minimal logaritma natural total asset. Rumus ukuran perusahaan adalah : Ukuran perusahaan = Ln Total Asset
64
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Perusahaan Setelah bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya yakni tujuh tahun sesudahnya, tepatnya pada tanggal 3 Juni 1952. Perdagangan surat berharga mulai dilakukan, transaksi atau perdagangan efek ini diwakili dengan dibukanya bursa efek Indonesia secara resmi,. Pembukaan dilakukan di gedung De Javasche Bank (Bank Indonesia yang beralokasi di Jakarta) oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia waktu itu yakni Dr. Sumitro Djojohadikusumo. Perdagangan surat berharga tersebut berlangsung sampai tahun 1958, lalu terhenti. Terhentinya yang bersifat sementara itu terjadi karena situasi sosial politik yang terus memanas, membawa akibat pengambilalihan perusahaan Belanda di Indonesia. Jadi pada tahun 1958 itulah kegiatan perdagangan efek terpaksa tak dapat berjalan, situasi kacau balau. Pada tahun penutupan masa yang ditinjau (1958), keadaan Bursa Efek di Jakarta nampak sangat sepi perusahaan-perusahaan yang sahamnya atau obligasinya tercatat di bursa, sebagian besar mengalami masa peralihan, satu dan lain bertalian dengan pelaksanaan aksi Irian Barat. Begitu pula lalu lintas efek antara Indonesia dengan negeri Belanda praktis terputus sama sekali, hal mana sangat mempengaruhi pula keadaan bursa efek. Berdsasrkan peraturan Devisa yang berlaku, kupon dividen 65
yang sebelumnya di bayar di Negeri Belanda sejak tahun 1958, tidak dapat direalisasikan lagi, sehingga penanaman dalam efek yang bersangkutan tidak lagi memberikan penghasilan (Dwiyanti : 1987;1-2). 2. Perkembangan Bursa Efek Dalam sejarah Pasar Modal Indonesia (Bursa Efek), kegiatan jual beli saham dan obligasi dimulai pada abad ke-19. Menurut buku Effectengids yang dikeluarkan oleh Verreninging voor den Effectenhandel pada tahun 1939, jual beli efek telah berlangsung sejak 1880. Pada tanggal Desember 1912, Amserdamse Effectenbeurs mendirikan cabang bursa efek di Batavia. Di tingkat Asia, bursa Batavia tersebut merupakan yang tertua keempat setelah Bombay, Hongkong, dan Tokyo. Aktivitas yang sekarang diidentikkan sebagai aktivitas pasar midal sudah sejak tahun 1912 di Jakarta. Aktivitas ini pada waktu itu dilakukan oleh orang-orang Belanda di Batavia yang dikenal sebagai Jakarta saat ini. Sekitar awal abad ke-19 pemerintah kolonial Belanda mulai membangun perkebunan secara besarbesaran di Indonesia. Sebagai salah satu sumber dana adalah dari para penabung yang telah dikerahkan sebaik-baiknya. Para penabung tersebut terdiri dari orang-orang Belanda dan Eropa lainnya yang penghasilannya sangat jauh lebih tinggi dari penghasilan penduduk pribumi. Atas dasar itulah maka pemerintahan kolonial waktu itu mendirikan pasar midal. Setelah mengadakan persiapan akhirnya berdiri secara resmi pasar midal di Indonesia yang terletak di Batavia (Jakarta) pada tanggal 14 Desember 1912 dan bernama Verreninging voor den Effectenhandel (bursa efek) dan
66
langsung memulai perdagangan. Efek yang dperdagangkan pada saat itu adalah saham dan obligasi perusahaan milik perusahaan Belanda serta obligasi pemerintah Hindia Belada. Bursa Batabia dihentikan pada perang dunia yang pertama dan dibuka kembali pada tahun 1925 dan menambah jangkauan aktivitasnya dengan membuka bursa paralel di Surabaya dan Semarang. Aktivitas ini terhenti pada perang dunia kedua. Setahun setelah pemerintah Belanda mengakui kedaulatan RI, tepatnya pada tahun 1950, obligasi Republik Indonesia dikeluarkan oleh pemerintah. Peristiwa ini menandai mulai aktifnya kembali Pasar Modal Indonesia. Didahului dengan diterbitkannya Undang-undang Darurat No. 13 tanggal 1 September 1951, yang kelak ditetapkan senagai Undangundang No. 15 tahun 1952, setelah terhenti 12 tahun. Adapun penyelenggarannya diserahkan kepada Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-efek (PPUE) yang terdiri dari 3 bangk negara dan beberapa makelar efek lainnya dengan Bank Indonesia sebagai penasihat. Aktivitas ini semakin meningkat sejak Bank Industri Negara mengeluarkan pinjaman obligasi berturut-turut pada tahun 1954, 1955, dan 1956. Para pembeli obligasi banyak warga negara Belanda, baik perorangan maupun badan hukum. Semua anggota diperbolehkan melakukan transaksi abitrase dengan luar negeri terutama dengan Amsterdam. Menjelang akhir era 50-an, terlihat kelesuan dan kemunduran perdagangan di bursa. Hal ini diakibatkan politik konfrontasi yang dilancarkan pemerintah RI terhadap Belanda sehingga mengganggu hubungan ekonomi kedua negara dan mengakibatkan banyak warga begara 67
Belanda meninggalkan Indonesia. Perkembangan tersebyut makin parah sejalan dengan memburuknya hubungan Republik Indonesia denan Belanda mengenai sengketa Irian Jaya dan memuncaknya aksi pengambilalihan semua perusahaan Belanda di Indonesia, sesuai dengan Undangundang Nasionalisasi No. 86 Tahun 1958. Kemudian disusul dengan instruksi dari Badan Nasonialisasi Perusahaan Belanda (BANAS) pada tahun 1960, yaitu larangan Bursa Efek Indonesia untuk memperdagangkan semua efek dari perusahaan Belanda yangberoperasi di Indonesia, termasuk semua efek yang bernominasi mata uang Belanda, makin memperparah perdagangan efek di Indonesia. Pada tahun 1977, bursa saham kembali dibuka dan ditangani oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam), institusi baru di bawah Departemen Keuangan. Unuk merangsang perusahan melakukan emisi, pemerintah memberikan keringanan atas pajak persetoan sebesar 10%20% selama 5 tahun sejak perusahaan yang bersangkutan go public. Selain itu, untuk investor WNI yang membeli saham melalui pasar midal tidak dikenakan pajar pendapatan atas capital gain, pajak atas bunga, dividen, royalti, dan pajak kekayaan atas nilai saham/bukti penyertaan modal. Pada tahun 1988, pemerintah melakuka deregulasi di sektor keuangan dan perbankan termasuk pasar midal. Deregulasi yang memengaruhi perkembangan pasar midal antara lain Pakto 27 tahun 1988 dan Pakses 20 tahun 1988. Sebelum itu telah dikeluarkan Paker 24 Desember 1987 yang berkaitan dengan usaha pengembangan pasar modal meliputi pokok-pokok: 68
a. Kemudahan syarat go public antar lain laba tidak harus mencapai 10%. b. Diperkenalkan Bursa Paralel. c. Penghapusan pungutan seperti fee pendaftaran dan pencatatan di bursa yang sebelumya dipungut oleh Bapepam. d. Investor asing boleh membeli saham di perusahaan yang go public. e. Saham boleeh diterbitkan atas tunjuk. f. Batas fluktuasi harga saham di bursa efek sebesar 4% dari kurs sebelum ditiadakan. g. Proses emisi sudah diselesaikan Bapepem dalam waktu selambatlambatnya 30 hari sejak dilengkapinya persyaratan. Pada tanggal 13 Juli 1992, bursa saham dswastanisasi menjadi PT Bursa Efek Jakarta. Swastanisasi bursa saham menjadi PT BEJ ini mengakibatkan beralihnya fungsi Bapepam menjadi Badan Pengawas Pasar Modal B. Penemuan dan Pembahasan 1. Analisis Deskriptif Untuk memberikan gambaran atau deskripsi data dalam penelitian ini dilakukan analisis deskriptif statistik yang dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Descriptive Statistics N DPR ROA PER Ukuran_perusahaan DER Valid N (listwise)
Minimum 88 88 88 88 88
5.88 .01 2.20 11.03 .10
Maximum 112.39 .26 42.26 18.45 5.96
Mean 41.3066 .0976 10.3409 14.7465 1.1986
Std. Deviation 19.12016 .05624 6.09536 1.80994 1.07586
88
Sumber : Hasil olah data dengan SPSS 69
Berdasarkan jumlah sample tersebut diperoleh gambaran statistik deskriptif yang berfungsi untuk mengetahui karakteristik sample yang digunakan yang meliputi jumlah sample, rata-rata serta tingkat penyimpangan data (Standard Deviation). Berdasrkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa nilai terendah variabel DPR sebesar 5,88, nilai tertinggi 112.39, nilai rata-ratanya sebesar 41,3066, dengan tingkat penyimpangan 19,12016. Variabel ROA dengan nilai terendah sebesar 0,01, nilai tertinggi sebesar 0,26, dengan nilai rata-rata 0,0976 dan tingkat penyimpangannya sebesar 0,05624. Untuk variabel pertumbuhan perusahaan (PER) nilai terendah sebesar 2,20, niali tertingginya sebesar 42,26 dengan nilai rataratanya sebesar 10,3409 dan
tingkat penyimpangannya 6,09536,
sedangkan untuk variabel ukuran perusahaan nilai terendah sebesar 11,03, nilai tertingginya sebesar 18,45, nilai rata-rata untuk variabel ukuran perusahaan sebesar 14,7465 sedangkan tingkat penyimpangannya sebesar 1,80994, dan variabel DER nilai terendahnya 0,10, nilai tertingginya sebesar 5,96, dengan nilai rata-ratanya sebesar 1,1986 dengan tingkat penyimpangan sebesar 1,07586 . Jumlah sampel yang masuk dalam proses komputer SPSS 16.0 sebanyak 88 sampel.
70
2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Data Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. 1) Analisis Grafik Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendeteksi distribusi normal. Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Jika
distribusi
data
residual
normal,
menggambarkan
data
sesungguhnya
maka
akan
garis
yang
mengikuti
garis
diagonalnya (Imam Ghozali, 2011:160-161).
71
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas Data
Sumber : Hasil olah data dengan SPSS Dari gambar grafik di atas dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal (mengikuti pada wilayah garis linear). Hal ini menunjukkan bahwa data pada penelitian ini terdistribusi secara normal dan model regresi tersebut layak digunakan dengan statistik parametik karena memenuhi asumsi normalitas (Indoyama, 2008:9). 2) Analisis Statistik Uji Normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya.
72
Tabel 4.2 Uji Normalitas Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N
88
Normal Parameters
a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000 .73199264
Absolute
.112
Positive
.112
Negative
-.088
Kolmogorov-Smirnov Z
1.048
Asymp. Sig. (2-tailed)
.222
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Hasil olah data dengan SPSS Besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov adalah 1,048 dengan nilai signifikansi sebesar 0,222 yang jauh diatas 0,05, jadi tidak dapat ditolak H0 yang mengatakan bahwa residual terdistribusi secara normal atau memenuhi asumsi klasik normalitas residual (Imam Ghozali, 2011:207). b. Uji Multikolinieritas Penelitian dilakukan pengujian terhadap data bahwa data harus terbebas dari gejala multikolinearitas, gejala ini ditunjukan dengan korelasi
antar
variabel
independen.
Pengujian
dalam
uji
multikolinearitas dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) harus berada di bawah 10, hal ini akan dijelaskan sebagai berikut :
73
Tabel 4.3 Uji Multikolinieritas Coefficients
a
Collinearity Statistics Model
Tolerance
VIF
1 (Constant) DPR
.838
1.193
ROA
.869
1.151
PER
.807
1.240
Ukuran_perusahaan
.791
1.264
a. Dependent Variable: DER
Sumber : Hasil olah data dengan SPSS Tabel 4.2 menjelaskan bahwa data yang ada tidak terjadi gejala multikolinearitas antara masing-masing variabel independen yaitu dengan melihat nilai VIF. Nilai VIF yang diperbolehkan hanya mencapai 10 maka data di atas dapat dipastikan tidak terjadi gejala multikolinearitas. Karena data di atas menunjukan bahwa nilai VIF lebih besar dari 10, dengan nilai tolerance dibawah 0,10. keadaan seperti itu membuktikan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas. c. Uji Autokorelasi Pengujian autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ada korelasi antara semua urutan pengamatan dari waktu ke waktu. Salah satu asumsi regresi linier adalah tidak terdapatnya autokorelasi (Husein Umar, 2002:188) dalam Indoyama (2008:21). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Hal ini karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi lainnya. 74
Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi b
Model Summary
Model
R
1
.733
R Square a
.537
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate .515
Durbin-Watson
.74942
2.029
a. Predictors: (Constant), Ukuran_perusahaan, DPR, ROA, PER b. Dependent Variable: DER
Sumber : Hasil olah data dengan SPSS Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai Durbin Watson adalah 2.029. Nilai ini terletak antara 1,60
2,029 < 2,251 maka dapat disimpulkan tidak ada
autokorelasi baik positif maupun negatif. d. Heteroskedastisitas Pengujian gejala Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Diagnosis adanya heteroskedastisitas dalam uji regresi dapat diidentifikasi dari pola scatter plot diagram.
75
Gambar 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Hasil olah data dengan SPSS Dari grafik scaterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebara baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas pada model regresi. Dengan demikian bahwa data tersebut memenuhi syarat untuk dipakai melihat hubungan variabel independen DPR, ROA, PER, dan Ukuran Perusahaan terhadap variabel dependennya DER. 3. Pengujian Hipotesis a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Tabel 4.5 Hasil Uji F (Simultan) b
ANOVA Model 1Regression Residual Total
Sum of Squares
df
Mean Square
54.084
4
13.521
46.616
83
.562
100.700
87
F 24.074
Sig. .000
a
a. Predictors: (Constant), Ukuran_perusahaan, DPR, ROA, PER b. Dependent Variable: DER
76
Hasil pengujian ANOVA dengan menggunakan uji F dapat dilihat nilai Fhitung sebesar 24,074 dengan signifikan 0,000. Untuk menentukan nilai Ftabel diperlukan pengetahuan tentang derajat bebas pembilang (k-1) dimana k adalah jumlah perlakuan atau variabel, dan derajat bebas penyebut (n-k) dimana n adalah jumlah total keseluruhan sampel. Misalkan kita memiliki 4 variabel dengan sampel sebanyak 88 dengan nilai signifikansi 5%, maka nilai Ftabel adalah kombinasi dari (k – 1) = (4 – 1) = 3 dan (n – k) = (88 – 3) = 85. Derajat bebas pembilang adalah 3 dan derajat bebas penyebut adalah 85. Maka diperoleh Ftabel sebesar 2,71 dengan signifikansi 0,05, Sedangkan di dapat Fhitung adalah sebesar 24,074 > nilai Ftabel (2,71) maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel DPR, ROA, PER dan ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Atau jika dilihat dengna menggunakan nilai signifikansi diketahui bahwa nilai sig (0,000) , dari (0,05) (Suharyadi, 2009:226). b. Uji Signifikansi Parsial (Uji t) Uji t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yang terdiri dari dari Kebijakan hutang (DER), Profitabilitas (ROA), Pertumbuhan perusahaan, dan ukuran perusahaan di Bursa Efek Indonesia secara parsial
77
Tabel 4.6 Hasil Uji t (Parsial) Coefficients
a
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
Model
B
1 (Constant)
Std. Error .489
.674
DPR
.003
.005
ROA
-14.829
PER Ukuran_perusahaan
Beta
T
Sig.
.725
.470
.055
.676
.501
1.532
-.775
-9.678
.000
.001
.015
.008
.091
.927
.137
.050
.230
2.738
.008
a. Dependent Variable: DER
Sumber : Hasil olah data dengan SPSS Terlihat bahwa thitung untuk koefisien debt payout ratio adalah 0,676, Sedang ttabel bisa dihitung pada tabel t-test, dengan α = 0,05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai α dibagi dua menjadi 0.025, dan df = 84 (didapat dari rumus n – k) , dimana n adalah jumlah data, 88 - 4 = 84). Didapat ttabel adalah 1,98827. Variabel deviden payout ratio, dengan nilai thitung sebesar 0,676 < 1,98827 atau nilai alpha lebih besar dari 0,05 (0,676 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti dividen payout ratio tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap debt to equity ratio. Terlihat bahwa thitung untuk koefisien Return On Equity (ROA) adalah -9,678, Sedang ttabel bisa dihitung pada tabel t-test, dengan α = 0,05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai α dibagi dua menjadi 0,025, dan df = 84 (didapat dari rumus n – k), 78
dimana n adalah jumlah data, 88 - 4 = 84). Didapat ttabel adalah 1,98827 Variabel Return On Equity, dengan nilai thitung = -9,678 dengan α = 1,98827, atau nilai alpha lebih besar dari 0,05, ttabel = 0,000, dengan α = 0,05, maka dapat disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ROA berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Debt to Equity Ratio (Kebijakan Hutang). Terlihat bahwa thitung untuk koefisien Price Earning Ratio (PER) adalah 0,091, Sedang ttabel bisa dihitung pada tabel t-test, dengan α = 0,05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai α dibagi dua menjadi 0,025, dan df = 84 (didapat dari rumus n – k), dimana n adalah jumlah data, 88 - 4 = 84). Didapat ttabel adalah 1.98827. Variabel Price Earning Ratio, dengan nilai thitung sebesar 0,091 < 1,98827 atau nilai alpha lebih besar dari 0,05 (0,927 > 0,05), maka dapat disimpulkan Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti Price Earning Ratio tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Debt to Equity Ratio. Terlihat bahwa thitung untuk koefisien Ukuran perusahaan adalah 2,738, Sedang ttabel bisa dihitung pada tabel t-test, dengan α = 0,05, karena digunakan hipotesis dua arah, ketika mencari ttabel, nilai α dibagi dua menjadi 0,025, dan df = 84 (didapat dari rumus n – k), dimana n adalah jumlah data, 88-5 = 84). Didapat ttabel adalah 1,98827, Variabel Ukuran perusahaan, dengan nilai thitung sebesar 2,738 > 1,98827 atau nilai alpha lebih kecil dari 0,05 (0,008 < 0,05), maka dapat disimpulkan
79
Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ukuran perusahaan berpengaruh signifikan secara parsial terhadap Debt to Equity Ratio (Kebijakan hutang). c. Uji Koefisien Determinasi (Adj.R Square) Koefisien determinasi (R² / adjusted R²) pada intinya mengukur sejauh mana kemampuan model dalam menerangkan variasi dependen. Nilai koefisiensi determinasi adalah diantara nol dan satu. Nilai R² / adjusted R² kecil berarti kemampuan variable-variabel independen dalam menjelaskan variasi variable dependen terbatas (Indoyama, 2008:25). Tabel 4.7 Hasil Uji Adjusted R Square b
Model Summary Model
R
1
.733
R Square a
Adjusted R Square
.537
Std. Error of the Estimate
.515
.74942
a. Predictors: (Constant), Ukuran_perusahaan, DPR, ROA, PER b. Dependent Variable: DER
Sumber : Hasil olah data dengan SPSS Dari hasil pengolahan regresi berganda diketahui bahwa besarnya nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,733 artinya hubungan antar variabel independen DPR, ROA, PER dan Ukuran Perusahaan dengan variabel DER memiliki hubungan yang kuat. Sedangkan nilai koefisien determinasi berganda (Adjusted R²) sebesar 0,515. Hal ini berarti bahwa variabel DPR, ROA, PER dan Ukuran Perusahaan mampu menjelaskan variasi dari variabel terikat, yaitu sebesar 51,5% dan sisanya 48,57% dipengaruhi oleh faktor-faktor 80
lain di luar model penelitian. Sedangkan standard Error of the Estimate sebesar 0,74942 menunjukkan model persamaan regresi secara tepat
memprediksi
variabel terikat. d. Uji Persamaan Regresi Linier Berganda Adapun hasil regresi linier berganda pengaruh Dividen Payout Ratio, Return On Asset, Price Earning Ratio, dan Ukuran Perusahaan terhadap Debt to Equity Ratio di BEI adalah sebagai berikut : Tabel 4.8 Hasil Uji Analisis Regresi Coefficients
Model 1
a
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
B
Std. Error
(Constant)
.489
.674
DPR
.003
.005
ROA
-14.829
PER Ukuran_perusahaan
Beta
t
Sig.
Tolerance
VIF
.725
.470
.055
.676
.501
.838
1.193
1.532
-.775
-9.678
.000
.869
1.151
.001
.015
.008
.091
.927
.807
1.240
.137
.050
.230
2.738
.008
.791
1.264
a. Dependent Variable: DER
Sumber : Hasil olah data dengan SPSS Dari tabel di atas dapat dirumuskan suatu persamaan regresi untuk mengetahui pengaruh Dividen Payout Ratio, Return On Asset, Price Earning Ratio dan Ukuran Perusahaan terhadap Debt to Equity Ratio sebagai berikut: Y = 0,489-14,829 ROA+0,137 Ukuran Perusahaan
81
Keterangan : Y
= Debt to Equity Ratio
a
= Konstanta
X2 = Return on Asset X4 = Ukuran Perusahaan ei
= error term Koefisien-koefisien persamaan regresi linier berganda di atas
dapat diartikan koefisien regresi untuk konstan sebesar 0,489 menunjukkan bahwa jika variabel Dividen Payout Ratio,Return on Asset, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan bernilai nol maka nilai Debt to Equity Ratio adalah 0,489 kali. Sedangkan variabel Return On Asset sebesar -14,829 menunjukkan bahwa jika variabel Return On Asset meningkat 1 satuan maka akan menurunkan Debt to Equity Ratio sebesar 14,829 kali. Variabel ukuran perusahaan sebesar 0,137 menunjukkan bahwa jika variabel ukuran perusahaan meningkat 1 satuan maka akan meningkatkan Debt to Equity Ratio sebesar 0,137 kali, dengan catatan variabel lain dianggap konstan. Berdasarkan output SPSS pada tabel 4.4 didapat bahwa Uji F (simultan) diketahui bahwa variabel DPR, ROA, PER dan Ukuran Perusahaan secara simultan atau bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang, karena nilai Fhitung (24,074) > Ftabel (2,71) dan nilai probabilitasnya (0,000) < (0,05).
82
Sedangkan berdasarkan output SPSS tabel 4.5 bahwa uji t (parsial) didapat tiga variabel independen yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang yaitu variable ROA dan Ukuran Perusahaan. Pertama, variabel DPR (X1) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang karena memiliki nilai t-hitung lebih kecil dari nilai t-tabel (0,676) < 2,71 dan nilai signifikan > dari 0,05, (0,501) > (0,05). hal ini sesuai dengan penelitian Rizka dan Ratih Handayani (2009) yang menyatakan bahwa DPR tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Semakin tinggi dividen, maka akan semakin tinggi kebijakan hutang. Hasil ini bertentangan dengan teori yang ada bahwa kebijkan dividen yang stabil menyebabkan adanya keharusan bagi perusahaan untuk menyediakan sejumlah dana guna membayar jumlah dividen yang tetap tersebut. Perusahaan akan mengurangi pembayaran dividen karena sebagian besar keuntungan digunakan untuk membayar bunga dan cicilan pinjaman. Pembayaran dividen dapat dilakukan setelah kewajiban pembayaran bunga dan cicilan hutang dipenuhi. Adanya kewajiban tersebut akan membuat manajer semakin hati-hati dan efisien dalam menggunakan hutang. Arah positif dari penelitian ini menunjukan bahwa jika perusahaan meningkat pembayaran dividennya maka dana yang tersedia untuk pendanaan (laba ditahan) akan semakin kecil. Untuk memenuhi kebutuhan
dana
perusahaan,
manajer
lebih
cenderung
untuk
menggunakan hutnag lebih banyak. Hal ini menunjukan bahwa dividen
83
tidak mempunyai pengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan sehingga H1 tidak dapat diterima. Kedua, variabel ROA (X2) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang karena nilai t-hitung > nilai t-tabel dan nilai signifikan < 0,05. Negatif sebesar -14,829 menyatakan bahwa setiap penurunan 1% maka akan terjadi penurunan DER sebesar -14,829, dengan asumsi variabel lain diabaikan dan konstan. Dengan demikian dapat diinterprestasikan bahwa ROA berpengaruh negatif terhadap DER, artinya ini berarti semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka akan semakin rendah hutang yang digunakan untuk kegiatan pendanaan. Perusahaan yang mempunyai profitabilitas yang tinggi akan menggunakan
hutang
lebih
kecil
karena
perusahaan
mampu
menyediakan dana yang cukup. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuli Soesetio (2008) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negative dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Ketiga, variabel PER (X3) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang karena memiliki nilai t-hitung lebih kecil dari nilai t-tabel (0,091) < (2,71) dan nilai signifikan > 0,05, (0,927) > (0,05). Hal ini sesuai dengan penelitian Steven dan Lina (2011) yang menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan (PER) tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Tidak semua perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi memilih hutang sebaga
84
sumber pendanaanya. Perusahaan akan tetap memilih sumber pendanaan yang mempunyai borrowing cost yang lebih murah dan lebih mengandalkan dana internal. Apabila pertumbuhan yang dialami perusahaan tersebut menyebabkan perusahaan membutuhkan dana lebih, maka kemungkinan mereka akan menerbitkan saham untuk mengumpulkan dana yang mempunyai borrowing cost lebih rendah daripada hutang. Keempat, variabel ukuran perusahaan (X4) bertanda positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang karena nilai t-hitung > t-tabel dan nilai signifikan < 0,05. karena bertanda positif berarti variabel ukuran perusahaan menunjukkan arah yang searah dengan kebijakan hutang. Semakin tinggi ukuran perusahaan maka akan semakin tinggi kebijakan hutang perusahaan. Koefisien ukuran perusahaan bertanda positif sebesar 0,137 menyatakan bahwa setiap naik 1% maka akan menimbulkan kenaikan DER sebesar 0,137 dengan asumsi variabel lain diabaikan dan konstan.
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Yustiana Ratna Nuraini (2010) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang.
85
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil uji F, variabel independen yaitu kebijakan dividen (DPR), profitabilitas (ROA), pertumbuhan perusahaan (PER), dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikansi secara simultan terhadap kebijakan hutang (DER). 2.
Berdasarkan hasil uji t ditemukan bahwa variabel kebijakan dividen (DPR), profitabilitas (ROA), pertumbuhan perusahaan (PER) dan ukuran perusahaan secara parsial terhadap kebijakan hutang yaitu : a. DPR tidak berpengaruh signifikansi terhadap kebijakan hutang. b. ROA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. c. PER tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. d. Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. e. Pengaruh variabel DPR, ROA, PER, dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang sebesar 51.5% dan sisanya 48.5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
3.
Berdasarkan koefisien regresi pada setiap variabel, dapat dijelaskan bahwa variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap kebijakan
86
hutang (Debt Equity Ratio) adalah Return On Asset (ROA). Dapat diketahui dengan melihat nilai koefisien beta yang paling besar antara variabel independent lainnya. Dengan nilai 0,775 adalah nilai paling besar dengan variabel independen lainnya.
B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka penulis mengemukakan beberapa implikasi yang mungkin bermanfaat bagi pihakpihak yang berkepentingan dibawah ini sebagai berikut : a.
Bagi Perusahaan Secara Simultan dan Parsial terdapatnya pengaruh postif dan signifikan antara variabel ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang. Dan pengaruh negatif dan signifikan antara variabel profitabilitas (ROA) terhadap kebijakan hutang. Diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu perusahaan dalam mempertimbangkan keputusan pendanaan yang akan diambil, apakah akan menggunakan dana internal ataukah menggunakan dana eksternal karena keputusan pendanaan yang akan diambil akan berpengaruh terhadap keputusan-keputusan lain dan berpengaruh terhadap kemajuan dan kelangsungan hidup perusahaan dimasa yang akan datang.
b.
Bagi Investor Penelitian ini diharapkan menjadi pertimbangan dalam menentukan dan memutuskan investasi yang akan dilakukan, karena tentunya setiap
87
investor menginginkan prospek yang lebih baik bagi perusahaannya dimasa depan dan mendapatkan keuntungan sesuai yang diharapkan. c.
Bagi Akademisi penelitian ini memiliki beberapa kelemahan yang didapat dijadikan bagi penelitian selanjutnya, seperti misalnya pendeknya priode penelitian yang hanya 4 tahun, jumlah sampel yang terbatas, sehingga pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah periode penelitian yag digunakan sehingga menghasilkan informasi yang mendukung. Serta menambah variabel lagi yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan sehingga nantinya diharapkan kesimpulan yang diperoleh lebih sempurna.
88
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Sri Dwi Ari, “Manajemen Keuangan Lanjutan”, edisi pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2010. Astuti, Dewi. “Manajemen Keuangan Perusahaan”, Ghalia Indonesia, Jakarta. 2004. Beiner, S. 2001. “Theories and Determinants of DividendPolicy, Financial Management”. 24:5181. Brealey, Myers, dan Marcus. “ Dasar – Dasar Manajemen Keuangan Perusahaan Jilid 1”, Jakarta : Erlangga, 2008. Brigham, Eugene F dan Joel F Houston, “Manajemen Keuangan”, edisi kedelapan, Buku II, Erlangga, Jakarta, 2001. ,“Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”, edisi kesepuluh, Buku I, Salemba Empat Jakarta, 2006. , “Fundamentals of financial management”, Jakarta : Salemba Empat, 2009. Detiana, Tita, “Pengaruh rasio keuangan, pertumbuhan penjualan dan dividen terhadap harga saham”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol.13, No.1, April 2011, Hlm 57-66. Diana, Devi Nurvida dan Gugus Irianto, “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional dan Sebaran Kepemilikan Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan Ditinjau Dari Teori Keagenan”, Emisi Vol 1, No.1, April 2008:1-16. Dwiyanti, Vonny, “Wawasan Bursa Saham Jilid I”, Yogyakarta. Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”, Edisi V, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2011. Harmono, “Manajemen Keuangan : Berbasis Balanced Scorecard, Pendekatan Teori, Konsep dan Riset Bisnis”, Bumi Aksara, Jakarta, 2009. Husnan, Suad, “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”, Edisi 4, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2001.
89
Indahningrum, Rizka Putri dan Ratih Handayani, “Pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dividen, pertumbuhan perusahaan, free cash flow dan ROA terhadap kebijakan hutang perusahaan”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol.11, No.3, Desember 2009, Hlm 189-2007. Kasmir, “Analisis Laporan Keuangan”, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009. Karinaputri, Nanda, “Analisis pengaruh kepemilikan institusional, kebijakan dividen, profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan terhadap kebijakan hutang”, Skripsi Universitas Diponegoro, 2012. Kodrat, David Sukardi dan Christian Herdinata, ““Manajemen Keuangan Based On Empirical Research” Yogyakarta, 2009. Kurniati, Wahyuning, “Pengaruh struktur kepemilikan terhadap kebijakan hutang perusahaan” , Tesis Universitas Diponegoro, 2007. Moeljadi, “ Manajemen Keuangan”, Bayu Media, Malang, 2006. Nafarin, M, “Penganggaran Perusahaan”, Edisis ketiga, Salemba Empat, Jakarta, 2009. Nasarudin, Indoyama, “Modul Metodologi Penelitian Disertai Contoh Kasus Dengan Analisis SPSS”, 2008. Nugroho, Bhuono Agung, “Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian Dengan SPSS”, Yogyakarta: Andi. Nuraini, Yustiana Ratna, “Analisis pengaruh Return On Investment, Fixed Assets Ratio, Firm Size dan Rate of Growth terhadap Debt to Equity Ratio pada perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2007” , Tesis Universitas Diponegoro, 2010. Rodoni, Ahmad dan Herni Ali, “Manajemen Keuangan”, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2010. Ross & Stephen A, “Fundamentals of Corporate Finance”, Sixth Edition, TheMc Graw Hill Company,New York, 2003. Santoso, Singgih, “Aplikasi SPSS Pada Statistik Parametrik”, Jakarta, PT Elexmedia Komputindo, 2012 Setyowati, Diah, “Pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, profitabilitas, likuiditas, pertumbuhsn perusahaan dan kebijakan dividen terhadap kebijakan hutang dan nilai perusahaan”, Skripsi UIN, 2011.
90
Soesetio, Yuli, “Kepemilikan manajerial dan institusional, kebijakan dividen, ukuran perusahaan, struktur aktiva dan profitabilitas terhadap kebijakan hutang”, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.12, No.3 September 2008, hal. 384-398. Sriwardany, “Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijaksanaan Struktur Modal dan Dampaknya Terhadap Perubahan Harga Saham pada Perusahaan Maufaktur Tbk” , Tesis Universitas Sumatra Utara, 2006. Steven dan Lina, “Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan manufaktur” , Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13, No.3, Desember 2011, Hlm. 163-181. Suharyadi, dan Purwanto, “Statistik Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern”, Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta, 2009. Warsono, “Manajemen Keuangan Perusahaan”, Edisi 3, Salemba Empat, Jakarata, 2002. Yeniatie, dan Nicken Destriana, “Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia” , Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.12, No.1, April 2010, Hlm 1-16. Zahroh, Syarifah, “Pengaruh Dividen Payout Ratio, Volume perdagangan saham, Ukuran Perusahaan (Firm Size), Debt to Equity Ratio, Price Earning Ratio terhadap Return Saham pada Perusahaan yang melakukan pembayaran Dividen kas di BEI periode 2004-2007” , Skripsi UIN, 2009.
91
Lampiran 1: Daftar Nama Perusahaan Objek Penelitian
Daftar Perusahaan Objek Penelitian No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Kode TBLA SMGR LION LMSH AUTO SMSM INDF GGRM KLBF TSPC TCID JRPT TLKM PEGE INTA LTLS MICE TGKA UNTR RUIS ASGR MTDL
Nama Perusahaan PT. Tunas Lampung Baru,Tbk PT. Semen Gresik (Persero), Tbk PT. Lion Metal Works, Tbk PT. Lion Mesh Prima, Tbk PT. Astra Otoparts, Tbk PT. Selamat Sempurna, Tbk PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk PT. Gudang Garam, Tbk PT. Kalbe Farma, Tbk PT. Tempo Scan Pacifik, Tbk PT. Mandom Indonesia, Tbk PT. Jaya Real Property, Tbk PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk PT. Panca Global Securities, Tbk PT. Intraco Penta, Tbk PT. Lautan Luas, Tbk PT. Multi Indocitra, Tbk PT. Tigaraksa Satria, Tbk PT. United Tractors, Tbk PT. Radiant Utama Interinsco, Tbk PT. Astra Graphia, Tbk PT. Metrodata Electronicks, Tbk
92
Lampiran 2: Hasil Perhitungan Data Mentah
Dividen Payout Ratio NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Kode TBLA SMGR LION LMSH AUTO SMSM INDF GGRM KLBF TSPC TCID JRPT TLKM PEGE INTA LTLS MICE TGKA UNTR RUIS ASGR MTDL
2008 72.3 50.58 18.56 6.24 40.05 112.39 39.9 35.81 17.96 75.26 52.52 31.63 56.37 35.39 37.66 30.48 50.12 33.18 40.01 30.73 38.85 6.82
2009 5.88 55.0 19.34 12.0 60.03 75.53 39.94 36.19 27.33 43.75 51.63 34.43 51.52 30.33 45.59 30.86 39.55 72.23 28.76 49.63 46.29 20.29
2010 15.36 50.0 26.93 6.53 40.0 52.64 39.55 40.84 55.27 92.05 52.01 34.26 56.37 29.62 29.12 30.49 51.15 45.7 50.68 48.03 39.87 28.17
2011 52.17 49.56 29.7 8.81 36.62 82.49 30.62 38.81 62.66 57.66 55.03 34.11 48.32 14.08 50.85 22.24 32.99 53.76 52.17 56.83 59.96 12.99
93
Return On Asset NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Kode TBLA SMGR LION LMSH AUTO SMSM INDF GGRM KLBF TSPC TCID JRPT TLKM PEGE INTA LTLS MICE TGKA UNTR RUIS ASGR MTDL
2008 0.02 0.24 0.15 0.15 0.14 0.1 0.03 0.08 0.12 0.11 0.13 0.07 0.12 0.04 0.02 0.04 0.09 0.07 0.12 0.05 0.07 0.02
2009 0.05 0.26 0.12 0.03 0.16 0.14 0.05 0.13 0.14 0.11 0.12 0.07 0.12 0.08 0.04 0.03 0.1 0.03 0.16 0.03 0.09 0.01
2010 0.02 0.23 0.13 0.09 0.2 0.1 0.06 0.13 0.18 0.14 0.13 0.07 0.11 0.02 0.05 0.05 0.08 0.07 0.13 0.02 0.12 0.03
2011 0.1 0.2 0.14 0.11 0.16 0.19 0.09 0.13 0.19 0.14 0.12 0.08 0.15 0.08 0.03 0.03 0.08 0.05 0.13 0.01 0.12 0.05
94
Pertumbuhan Perusahaan NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Kode TBLA SMGR LION LMSH AUTO SMSM INDF GGRM KLBF TSPC TCID JRPT TLKM PEGE INTA LTLS MICE TGKA UNTR RUIS ASGR MTDL
2008 12.51 9.81 4.23 3.74 4.77 10.23 7.89 4.35 5.75 5.61 9.63 9.3 14.05 13.36 4.41 2.83 4.26 2.2 5.5 10.75 4.32 4.84
2009 10.26 13.46 3.25 9.6 5.77 8.13 15.02 12.0 14.21 9.13 13.07 11.48 16.81 5.50 7.95 6.81 5.24 6.3 13.51 7.57 6.35 17.65
2010 7.87 15.43 5.12 6.27 9.43 10.24 14.5 18.56 25.66 15.74 11.01 13.49 13.89 5.55 12.74 7.71 8.63 6.09 20.44 12.01 7.86 8.87
2011 6.62 17.15 5.20 4.40 11.86 8.93 8.05 24.08 22.43 19.61 11.04 17.45 9.18 7.75 10.6 5.93 6.02 9.31 16.76 42.26 11.02 3.83
95
Ukuran Perusahaan NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Kode TBLA SMGR LION LMSH AUTO SMSM INDF GGRM KLBF TSPC TCID JRPT TLKM PEGE INTA LTLS MICE TGKA UNTR RUIS ASGR MTDL
2008 14.84 16.17 12.44 11.03 15.19 13.74 17.49 16.99 15.55 14.90 13.72 14.60 18.32 12.17 13.94 15.06 12.50 14.24 16.94 13.33 13.64 14.06
2009 14.84 16.37 12.51 11.19 15.31 13.75 17.51 17.11 15.68 14.99 13.81 14.76 18.39 12.23 13.85 14.94 12.58 14.19 17.01 13.24 13.56 13.87
2010 15.11 16.56 12.62 11.26 15.53 13.88 17.67 17.24 15.76 15.09 13.86 15.0 18.41 12.81 14.30 15.09 12.82 14.37 17.20 13.29 13.79 13.75
2011 15.26 16.79 12.80 11.49 15.76 13.94 17.79 17.48 15.92 15.26 13.93 15.22 18.45 12.39 15.13 15.21 12.97 14.52 17.65 13.80 13.93 14.05
96
Debt to Equity Ratio NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Kode TBLA SMGR LION LMSH AUTO SMSM INDF GGRM KLBF TSPC TCID JRPT TLKM PEGE INTA LTLS MICE TGKA UNTR RUIS ASGR MTDL
2008 2.15 0.30 0.26 0.64 0.45 0.63 3.11 0.55 0.38 0.29 0.12 0.75 1.38 1.12 2.46 3.18 0.17 3.0 1.05 2.07 1.53 2.74
2009 1.80 0.26 0.19 0.83 0.39 0.80 2.45 0.48 0.39 0.34 0.13 0.87 1.22 0.89 1.91 2.78 0.17 2.73 0.76 1.67 1.03 2.04
2010 1.95 0.29 0.17 0.67 0.38 0.96 1.34 0.44 0.23 0.56 0.10 1.10 0.98 1.85 2.91 3.14 0.33 2.78 0.84 1.78 1.10 1.63
2011 1.64 0.35 0.21 0.71 0.47 0.70 0.70 0.59 0.27 0.40 0.11 1.15 0.69 0.68 5.96 3.24 0.41 2.86 0.69 3.65 1.02 1.19
97
Lampiran 3: Hasil Pengolahan SPSS 16
Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
DPR
88
5.88
112.39
41.3066
19.12016
ROA
88
.01
.26
.0976
.05624
PER
88
2.20
42.26
10.3409
6.09536
Ukuran_perusahaan
88
11.03
18.45
14.7465
1.80994
DER
88
.10
5.96
1.1986
1.07586
Valid N (listwise)
88
b
Model Summary
Model 1
R .733
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.537
.515
Durbin-Watson
.74942
2.029
a. Predictors: (Constant), Ukuran_perusahaan, DPR, ROA, PER b. Dependent Variable: DER b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
54.084
4
13.521
Residual
46.616
83
.562
100.700
87
Total
F 24.074
Sig. .000
a
a. Predictors: (Constant), Ukuran_perusahaan, DPR, ROA, PER b. Dependent Variable: DER
98
Coefficients
Model 1
a
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
.489
.674
DPR
.003
.005
ROA
-14.829
PER Ukuran_perusahaan
Beta
Collinearity Statistics t
Sig.
Tolerance
VIF
.725
.470
.055
.676
.501
.838
1.193
1.532
-.775
-9.678
.000
.869
1.151
.001
.015
.008
.091
.927
.807
1.240
.137
.050
.230
2.738
.008
.791
1.264
a. Dependent Variable: DER
99
100
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parameters
88 a
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
.0000000 .73199264
Absolute
.112
Positive
.112
Negative
-.088 1.048 .222
a. Test distribution is Normal.
101