PENGARUH INFLASI, TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO, DAN JUMLAH BAGI HASIL DEPOSITO TERHADAP JUMLAH DEPOSITO MUDHARABAH (STUDI KASUS PT BANK SYARIAH MANDIRI TAHUN 2008-2012)
Oleh Bayu Ayom Gumelar NIM: 109081000016
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 M
i
ii
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP (Curriculum Vitae)
Data Pribadi Nama lengkap Panggilan Tempat&tanggal lahir Jenis Kelamin Agama Alamat
Telepon Email
Pendidikan Formal 2009 – 2013 2006 – 2009 2003 – 2006 1997 – 2003 1996 – 1997
: Bayu Ayom Gumelar : Bayu : Jakarta, 15 Juni 1991 : Laki-laki : Islam : Jalan Pulau Irian Jaya Raya RT.009 RW.018 Koperpu 7 No. 65 Kelurahan Aren Jaya Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi 17111 : 085691784791 :
[email protected]
: Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta : SMA PGRI 1 Bekasi : SMP Negeri 11 Bekasi : SD Negeri Aren Jaya 10 Bekasi : TK Insan Permata Al-Falah Bekasi
Pendidikan Informal Seminar-seminar Kursus Bahasa Inggris di Intensive English Course (IEC) Bekasi
Pengalaman Organisasi 1. Anggota Panitia Acara Seminar CAFTA BEMJ Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta tahun 2011 2. Anggota OSIS Sek.Bid. Ketuhanan Yang Maha Esa SMA PGRI 1 Bekasi 3. Anggota Pramuka SD Negeri Aren Jaya 10 Bekasi v
Pengalaman Bekerja Magang/KKN selama 1 bulan di UMKM Family Company Pabrik Tahu Pondok Cabe, Tangerang Selatan tahun 2012
Keahlian Komputer Olahraga
: Microsoft Office (Word, Excel, Power Point), Internet : Futsal, Badminton
vi
ABSTRACT
The purpose of this study was to analyze the effect of inflation, the deposit interest rate, and the amount of profit sharing mudaraba deposits to total deposits at Bank Syariah Mandiri (BSM). The data used in this study are monthly data from January 2008 to December 2012 taken from various sources. This study uses multiple linear regression analysis using the computer program SPSS version 19.0 and Microsoft Excel 2007. The results showed that together (simultaneously) the independent variables (inflation, interest rates of deposits, and the amount for the deposit) would significantly affect the number of mudaraba deposits. Sig. < α (0,000 < 0,05) and Fcount > Ftable (43,313 > 2,758). Individual (partial) variable inflation has a negative impact to the amount of mudaraba deposits as indicated by the sig. < α (0,003 < 0,05) and t count < t table (-3,163 < -1,671). The deposit interest rate variables have a negative impact to the number of mudaraba deposits, as indicated by the sig. < α (0,000 < 0,05) and t count < t table (-6,522 < -1,671) this is because the customers of Islamic banks also saw interest rates on bank deposits that are considered to be more profitable if the conventional of the results given the Islamic bank customers switch to save their money. While the number of variables for the deposits has a positive impact to the number of mudaraba deposits, as indicated by the sig. < α (0,000 < 0,05) and t count > t table (4,802 > 1,671) this is because if the raised fund is bigger, then the result will also be advantageous. Keywords: Inflation, Interest Rate Deposit, Deposit Total Revenue, and Total Deposits Mudaraba
vii
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh inflasi, tingkat suku bunga deposito, dan jumlah bagi hasil deposito terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri (BSM). Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data bulanan dari Januari 2008 sampai Desember 2012 yang diambil dari berbagai sumber. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda dengan menggunakan program komputer SPSS versi 19.0 dan Microsoft Excel 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama (simultan) variabel independen (inflasi, tingkat suku bunga deposito, dan jumlah bagi hasil deposito) signifikan berpengaruh terhadap jumlah deposito mudharabah. Nilai sig. < α (0,000 < 0,05) dan Fhitung > Ftabel (43,313 > 2,758). Secara individu (parsial) variabel inflasi mempunyai pengaruh yang negatif terhadap jumlah deposito mudharabah yang ditunjukkan dengan nilai sig. < α (0,003 < 0,05) dan t hitung < t tabel (-3,163 < -1,671). Variabel tingkat suku bunga deposito mempunyai pengaruh yang negatif terhadap jumlah deposito mudharabah, yang ditunjukkan dengan nilai sig. < α (0,000 < 0,05 dan t hitung < t tabel (-6,522 < 1,671) ini disebabkan karena nasabah bank syariah juga melihat suku bunga deposito yang terdapat di bank konvensional jika diasumsikan lebih menguntungkan dari bagi hasil yang diberikan bank syariah maka nasabah beralih untuk menyimpan dananya. Sedangkan variabel jumlah bagi hasil deposito mempunyai pengaruh yang positif terhadap jumlah deposito mudharabah, yang ditunjukkan dengan nilai sig. < α (0,000 < 0,05) dan t hitung > t tabel (4,802 > 1,671) hal ini disebabkan karena jika dana yang dihimpun semakin besar maka bagi hasil juga akan lebih menguntungkan. Kata kunci : Inflasi, Tingkat Suku Bunga Deposito, Jumlah Bagi Hasil Deposito, dan Jumlah Deposito Mudharabah
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sang maha pencipta, sang maha agung, sumber segala kebenaran, dan sang maha segalagala-Nya diatas segalanya yang memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada semua makhluk ciptaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Solawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir yang telah membawa kita sebagai umatnya dari zaman yang penuh dengan kebodohan kepada zaman yang terang benderang ini. Tidak lupa salam juga tertuju untuk keluarganya dan para pengikutnya hingga akhir zaman nanti. Tujuan penulisan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga Deposito, dan Jumlah Bagi Hasil Deposito Terhadap Jumlah Deposito Mudharabah (Studi Kasus PT Bank Syariah Mandiri Tahun 20082012)” dengan tujuan sebagai syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis menemukan banyak kendala. Namun, berkat izin-Nya lah skripsi ini dapat selesai sesuai dengan harapan penulis. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan hingga skripsi ini selesai dengan baik, antara lain: 1. Kedua Orang Tua Saya Ayah Purwoyo S.Sos dan Mami Sarwati yang selalu memberikan dukungan baik moril dan materil, memberikan kasih sayang dan bimbingan untuk anaknya, selalu mendoakan anaknya dengan penuh rasa ikhlas. Bayu akan menjadi anak yang dapat membanggakan Ayah dan Mami, seperti apa yang Ayah dan Mami cita-citakan Amin.. 2. Seluruh keluarga ku tercinta, kakakku Anggraeni Puspitasari, dan adikku Adera Sembodo Titis, dan Lek Ambari terima kasih atas perhatian, kasih ix
sayang, motivasi dan dukungannya baik doa, moril maupun materil. Semoga kebaikan semuanya mendapat balasan dari Allah SWT. 3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku dosen pembimbing I dan Bapak M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku dosen pembimbing II, yang telah meluangkan waktunya dengan penuh kesabaran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan FEB, Ibu Leis Suzanawaty, SE., M.Si selaku Pudek I FEB, Ibu Yulianti, SE., M.Si selaku Pudek II FEB, dan Bapak Herni Ali HT, SE., MM selaku Pudek III FEB, yang telah memberikan jalan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak Herni Ali HT, SE., MM, selaku Pembimbing Akademik. 6. Bapak Dr. Ahmad Dumyathi B, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen dan Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Manajemen. 7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terima kasih atas curahan ilmu yang Bapak dan Ibu berikan kepada kami. 8. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas kerja kerasnya melayani mahasiswa dengan baik dan meningkatkan citra Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya Pak Heri, Pak Ismet, Bu Siska, Bu Ani, Bu Umi, Pak Rahmat, Pak Bambang, dan Pak Sofyan. 9. Terima Kasih kepada Fitria Saraswati yang selalu memberikan kasih sayang
dan
perhatian
serta
dukungannya
untukku
agar
dapat
menyelesaikan skripsi ini. 10. Teman-teman kostan “Istana 52”. 11. Teman-teman Manajemen A Angkatan 2009 FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 12. Teman-teman Manajemen Perbankan yang selalu memberi dukungan satu sama lain agar dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya. 13. Teman-teman seperjuangan dalam menyusun skripsi, Risky Indrawan dan Reza Gandana Putra. Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini memiliki banyak kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran, x
arahan maupun kritikan yang konstruktif demi penyempurnaan hasil penelitian ini. Akhirnya hanya kepada Allah SWT semua ini penulis serahkan, karena hanya dengan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi penulis sendiri.
Jakarta, Juni 2013 Penulis
(Bayu Ayom Gumelar)
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................i LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ...............................ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................iii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP .........................................................................v ABSTRACT ........................................................................................................vii ABSTRAK .........................................................................................................viii KATA PENGANTAR .......................................................................................ix DAFTAR ISI ......................................................................................................xii DAFTAR TABEL .............................................................................................xiv DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xv DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xvi BAB. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ..................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ..............................................................................14 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................14 1. Tujuan Penelitian ..............................................................................14 2. Manfaat Penelitian ............................................................................15 BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori .....................................................................................17 1. Permodalan Bank ..............................................................................17 2. Permodalan Bank Syariah .................................................................20 a. Rukun Mudharabah ......................................................................23 b. Bentuk-bentuk Mudharabah ........................................................25 c. Penerapan Mudharabah dalam Perbankan Syariah ......................27 d. Manfaat Mudharabah ...................................................................28 e. Risiko Mudharabah ......................................................................29 f. Kontrak Berlakunya Mudharabah ................................................31 3. Inflasi ................................................................................................32 4. Suku Bunga .......................................................................................37 5. Bagi Hasil..........................................................................................38 6. Deposito Mudharabah ......................................................................39 B. Keterkaitan antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat..................42 C. Penelitian Sebelumnya ..........................................................................44 D. Kerangka Berpikir.................................................................................47 E. Hipotesis ................................................................................................48 BAB. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................51 B. Metode Penentuan Sampel ....................................................................51 C. Metode Pengumpulan Data ...................................................................52 1. Data Sekunder ...................................................................................52 2. Studi Kepustakaan ............................................................................53 xii
3. Pengamatan Langsung ......................................................................53 D. Metode Analisis Data............................................................................53 1. Statistik Deskriptif ............................................................................54 2. Analisis Regresi Berganda ................................................................54 3. Pengujian Asumsi Klasik ..................................................................56 a. Uji Normalitas ..............................................................................57 b. Uji Multikolinieritas .....................................................................58 c. Uji Heteroskedastisitas .................................................................59 d. Uji Otokorelasi .............................................................................60 4. Pengujian Hipotesis ..........................................................................61 a. Uji F ..............................................................................................61 b. Uji t ...............................................................................................62 c. Uji Koefisien Determinasi ............................................................63 E. Operasional Variabel Penelitian ............................................................64 BAB. IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .........................................67 1. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri ................................................69 2. Struktur Organisasi ...........................................................................70 3. Produk-produk Bank Syariah Mandiri ..............................................70 a. Produk-produk Pembiayaan ..........................................................70 b. Produk-produk Pendanaan ............................................................73 c. Produk-produk Jasa ......................................................................75 B. Analisis dan Pembahasan ......................................................................77 1. Analisis Deskriptif ............................................................................77 2. Pengujian Asumsi Klasik ..................................................................84 a. Uji Normalitas ..............................................................................84 b. Uji Multikolinieritas .....................................................................87 c. Uji Heteroskedastisitas .................................................................88 d. Uji Otokorelasi .............................................................................90 3. Pengujian Hipotesis dan Analisis......................................................91 a. Uji F ..............................................................................................91 b. Uji t ...............................................................................................92 c. Uji Koefisien Determinasi ............................................................98 BAB. V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ...........................................................................................100 B. Implikasi................................................................................................101 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................103 LAMPIRAN .......................................................................................................108
xiii
DAFTAR TABEL
No. 1.1 1.2 1.3 2.1 2.2 2.3 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11
Keterangan
Halaman
Urutan Negara Berdasarkan Aset Syariah .............................................. Perkembangan Kelembagaan dan Kinerja Perbankan Syariah ............... Perkembangan Deposito Mudharabah Pada BSM ................................. Perbedaan Antara Bagi Hasil dan Bunga ............................................... Perhitungan Bagi Hasil ........................................................................... Penelitian Sebelumnya............................................................................ Jumlah Deposito Mudharabah ............................................................... Tingkat Inflasi di Indonesia .................................................................... Tingkat Suku Bunga Deposito ............................................................... Jumlah Bagi Hasil Deposito ................................................................... Uji Kolmogorov-Smirnov....................................................................... Uji Multikolinieritas dengan Nilai Tol dan Vif ...................................... Uji Heteroskedastisitas Metode Rank Spearman .................................... Uji D & W .............................................................................................. Uji F ........................................................................................................ Uji t ......................................................................................................... Uji Adjusted R Square ............................................................................
xiv
5 7 9 38 39 44 77 79 81 83 86 87 89 91 92 93 99
DAFTAR GAMBAR
No. 1.1 2.1 3.1 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8
Keterangan
Halaman
Perkembangan DPK Perbankan Syariah 2012 ....................................... Kerangka Berpikir .................................................................................. Model Piktografis Regresi Berganda ...................................................... Bagan Struktur Organisasi Pada Bank Syariah Mandiri......................... Jumlah Deposito Mudharabah ............................................................... Tingkat Inflasi di Indonesia .................................................................... Tingkat Suku Bunga Deposito ................................................................ Jumlah Bagi Hasil Deposito ................................................................... Histogram ............................................................................................... Grafik P-P Plot........................................................................................ Scatterplot ...............................................................................................
xv
6 48 55 70 78 80 82 84 85 86 88
DAFTAR LAMPIRAN
No. 1 2 3 4 5
Keterangan
Halaman
Data-data Variabel Penelitian dari Tahun 2008-2012 ............................ Tabel Model Summary, Anova, dan Coefficients .................................. Uji Normalitas ........................................................................................ Uji Multikolinieritas dan Otokorelasi ..................................................... Uji Heteroskedastisitas ...........................................................................
xvi
108 110 111 112 113
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Semua sektor usaha baik sektor industri, perdagangan, pertanian, perkebunan, jasa, perumahan, dan lainnya sangat membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya (Ismail, 2011:12). Tidaklah mengherankan apabila pemerintah dalam suatu negara terus menerus melakukan upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui perbaikan dan peningkatan kinerja bank sebagai lembaga keuangan dan lokomotif pembangunan ekonomi. Lembaga keuangan bank yang mempunyai peranan yang strategis dalam membangun suatu perekonomian negara (Muhammad, 2005:1). Pengertian bank itu sendiri menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Direktorat Hukum Bank Indonesia :2009). Islam memandang bahwa bumi dan segala isinya merupakan amanah dari Allah SWT kepada manusia sebagai khalifah di muka bumi ini, untuk dipergunakan sebesar-besarnya bagi kesejahteraan umat manusia. Untuk mencapai tujuan yang suci ini Allah SWT tidak meninggalkan manusia 1
sendirian tetapi diberikan-Nyalah petunjuk melalui Rasul-Nya. Dalam petunjuk ini, Allah SWT memberikan segala sesuatu yang dibutuhkan manusia, baik akidah, akhlak, maupun syariah. Dua komponen yang pertama akidah dan akhlak sifatnya konstan dan tidak mengalami perubahan dengan berbedanya waktu dan tempat. Adapun komponen yang terakhir “syariah” senantiasa berubah sesuai kebutuhan dan taraf peradaban umat, dimana seorang rasul diutus. Kenyataan ini diungkapkan oleh Rasulullah SAW dalam suatu hadis yang artinya: “Saya dan Rasul-rasul yang lain tak ubahnya bagaikan saudara sepupu, syariat mereka banyak tetapi agama (akidah) nya satu (yaitu mentauhidkan Allah).” Melihat kenyataan ini, Syariah Islam sebagai suatu syariat yang dibawa oleh Rasul terakhir mempunyai keunikan tersendiri, ia bukan saja komprehensif, tetapi juga universal. Sifat-sifat istimewa ini mutlak diperlukan sebab tidak akan ada syariat lain yang datang untuk menyempurnakannya (Veithzal Rivai dkk, 2007:732). Adanya perubahan regulasi tentang perbankan merupakan momen strategis bagi umat Islam Indonesia untuk mendirikan lembaga keuangan yang berbasis nilai-nilai syariah (Islam) selanjutnya dikenal dengan sebutan bank syariah. Melalui kelompok cendikiawan muslim yang memiliki komitmen untuk mengembangkan lembaga-lembaga keuangan Islam. Dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1992, bank syariah diposisikan sebagai bank umum (commercial bank) atau Bank Perkreditan Rakyat (BPRS) (rural bank). Dalam pasal 6 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 yang 2
merupakan perubahan dari Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 dipertegas bahwa: pertama, bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatan usahanya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kedua, bank perkreditan rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (UU No. 10/1998, 9-10). Dengan adanya landasan yuridis, maka keberadaan bank syariah mendapat pijakan yang kokoh untuk beroperasi sekaligus menandai adanya fenomena baru di dunia perbankan di tanah air. Pemberlakuan UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan telah memberikan kesempatan luas untuk pengembangan jaringan perbankan syariah. Selain itu, UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia telah menugaskan kepada (BI) mempersiapkan perangkat aturan dan fasilitasfasilitas penunjang lainnya yang mendukung kelancaran operasionalisasi bank berbasis syariah serta penerapan dual banking system (Muhammad, 2005:3). Sejak tahun 1992, Indonesia memperkenalkan dual banking system (sistem perbankan ganda), yaitu suatu sistem ketika bank konvensional dan bank syariah diizinkan beroperasi berdampingan. Pada tahun yang sama, berdiri bank syariah pertama, yaitu Bank Muamalat Indonesia (BMI). Namun demikian, sistem perbankan ganda baru benar-benar diterapkan sejak 1998 pada saat dikeluarkannya perubahan Undang-Undang Perbankan dengan UU No. 10/1998. Undang-Undang ini selain memberikan kesempatan bagi investor 3
untuk mendirikan bank syariah baru maupun membuka unit usaha syariah bagi bank konvensional. Pemerintah dan Bank Indonesia memberikan komitmen besar dan menempuh berbagai kebijakan untuk mengembangkan bank syariah. Bank syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah. Bank Syariah, atau yang biasa disebut Islamic Banking di Negara lain, berbeda dengan bank konvensional. Perbedaan utamanya terletak pada landasan operasi yang digunakan. Bank konvensional beroperasi berlandaskan bunga, bank syariah beroperasi berlandaskan bagi hasil, ditambah dengan jual beli dan sewa (Veithzal Rivai dkk, 2007:733). Peningkatan peranan industri keuangan syariah Indonesia menuju global player juga terlihat meningkatnya ranking total aset keuangan syariah dari urutan ke-17 pada tahun 2009 menjadi urutan ke-13 pada tahun 2010 dengan nilai aset sebesar US$ 7,2 miliar (Tabel 1.1). Dengan melihat perkembangan pesat keuangan syariah, terutama perbankan syariah dan penerbitan sukuk, total aset keuangan syariah Indonesia pada tahun 2011 diyakini telah melebihi US$ 20 miliar sehingga rankingnya akan meningkat signifikan (www.bi.go.id).
4
Tabel 1.1 Urutan Negara Berdasarkan Aset Syariah (dalam US$)
Ranking (2009) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Aset Syariah Ranking Negara Miliar US$ (2010) Iran 293.165.8 1 Iran Saudi Arabia 127.896.1 2 Saudi Arabia Malaysia 86.288.2 3 Malaysia UEA 84.036.5 4 UEA Kuwait 67.630.2 5 Kuwait Bahrain 46.159.4 6 Bahrain Qatar 27.515.4 7 Qatar UK 19.410.5 8 Turkey Turkey 17.827.5 9 UK Bangladesh 7.453.3 10 Bangladesh Sudan 7.151.1 11 Sudan Egypt 6.299.7 12 Egypt Pakistan 5.126.1 13 Indonesia Jordan 4.621.6 14 Pakistan Syria 3.838.8 15 Syria Iraq 3.815 16 Jordan 17 Brunei Indonesia 3.388.2 Sumber: Maris Strategies & the Banker,2010 Negara
Aset Syariah Miliar US$ 314.897.4 138.238.5 102.639.4 85.622.6 69.088.8 44.858.3 34.676.0 22.561.3 18.949.0 9.365.5 9.259.8 7.227.7 7.222.2 6.203.1 5.527.7 5.042.4 3.314.7
Sejalan dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2012 dan kinerja perbankan nasional yang masih cukup kuat untuk menahan pengaruh tekanan krisis keuangan global, perbankan syariah tahun 2012 juga diperkirakan masih tumbuh (Gambar 1.1). Sementara pertumbuhan tahunan dana pihak ketiga di akhir tahun 2011 diperkirakan antara 40%-50%, sedangkan untuk tahun 2012 pertumbuhan optimis dana pihak ketiga diperkirakan mencapai Rp 182 triliun, pertumbuhan pesimis hanya Rp 157 triliun dan pertumbuhan moderat diperkirakan tercapai sebesar Rp 165 triliun (outlook Perbankan Syariah 2012). 5
Gambar 1.1 Perkembangan DPK Perbankan Syariah 2012 (dalam triliun rupiah)
Perkembangan DPK Perbankan Syariah 2012 190,000,000,000,000 180,000,000,000,000 170,000,000,000,000 160,000,000,000,000 150,000,000,000,000 140,000,000,000,000 pesimis
moderat
optimis
Sumber: Outlook Perbankan Syariah 2012, data diolah Sampai dengan bulan Februari 2012, industri perbankan syariah telah mempunyai jaringan sebanyak 11 Bank Umum Syariah (BUS), 24 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 155 BPRS, dengan total jaringan kantor mencapai 2.380 kantor yang tersebar di hampir seluruh penjuru nusantara (Tabel 1.2). Total aset perbankan syariah mencapai Rp 149,3 triliun (BUS & UUS Rp 145,6 triliun dan BPRS Rp 3,7 triliun) atau tumbuh sebesar 51,1% (yoy) dari posisi tahun sebelumnya. Industri perbankan syariah mampu menunjukkan akselerasi pertumbuhan yang tinggi dengan rata-rata sebesar 40,2% pertahun dalam lima tahun terakhir (2007-2011), sementara rata-rata pertumbuhan perbankan nasional hanya sebesar 16,7% pertahun. Oleh karena itu, industri perbankan syariah dijuluki sebagai ‘the fastest growing industry’ (www.bi.go.id). Akselerasi pertumbuhan perbankan syariah yang jauh lebih tinggi dari pertumbuhan perbankan nasional berhasil meningkatkan porsi perbankan 6
syariah dalam perbankan nasional menjadi 4,0%. Jika tren pertumbuhan yang tinggi industri perbankan syariah tersebut dapat dipertahankan, maka porsi perbankan syariah diperkirakan dapat mencapai 15%-20% dalam kurun waktu 10 tahun ke depan (www.bi.go.id). Tabel 1.2 Perkembangan Kelembagaan dan Kinerja Perbankan Syariah Indonesia Indikator BUS UUS BPRS Jaringan Kantor Asset (miliar Rp) DPK (miliar Rp) PYD (miliar Rp)
2008 5 27 131 1.069 51.249 37.828 39.455
2009 2010 2011 2012 6 11 11 11 25 23 24 24 138 150 155 155 1.258 1.763 2.101 2.380 68.212 100.258 148.987 149.321 53.522 77.640 117.510 116.871 48.473 70.190 105.331 106.532 * posisi bulan Februari 2012 Sumber: website Bank Indonesia Sampai tahun 2012 Perbankan Syariah memiliki Bank Umum Syariah
(BUS) sebanyak 11 Bank. Bank-bank tersebut antara lain: Bank BNI Syariah, Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah Mega Indonesia, Bank BCA Syariah, Bank Panin Syariah, Bank Victoria Syariah, Bank Syariah Bukopin, Bank Jabar Banten Syariah, Bank BRI Syariah, Bank Maybank Syariah Indonesia. Salah satu Bank Umum Syariah (BUS) yang memiliki peran penting dalam perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia adalah Bank Syariah Mandiri (BSM). Bank Syariah Mandiri terbentuk karena adanya konversi kegiatan usaha Bank Susila Bakti (BSB) menjadi bank umum syariah yang dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ 7
KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999 (www.syariahmandiri.co.id). Bank Syariah Mandiri (BSM) mencatatkan laba bersih Rp 806 miliar per 31 Desember 2012. Laba tersebut naik 46,28% dibanding laba BSM per 31 Desember 2011 sebesar Rp 551 miliar. Penyumbang terbesar terhadap kenaikan laba bersih adalah pendapatan margin dan bagi hasil sebesar Rp 4,68 triliun, atau naik 24,14% dibanding posisi Desember 2011 sebesar Rp 3,77 triliun. Pendapatan margin dan bagi hasil tersebut bersumber dari pembiayaan BSM yang sepanjang tahun 2012 mencapai Rp 44,76 triliun. Aset BSM per Desember 2012 Rp 54,23 triliun atau tumbuh 11,42% dibanding posisi semula pada Desember 2011 sebesar Rp 48,67 triliun. Sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) BSM per Desember 2012 mencapai Rp 47,41 triliun, naik 11,24%, dibanding posisi Desember 2011 sebesar Rp 42,62 triliun (www.syariahmandiri.co.id). Fatwa DSN Nomor 3 Tahun 2000 menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan dalam syariah adalah deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah. Dalam transaksi deposito mudharabah, nasabah bertindak sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan bank bertindak sebagai pengelola dana (mudharib). 8
Mudharabah adalah kerjasama antara pemilik dana atau penanam modal dan pengelola modal untuk melakukan usaha tertentu dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah (Purnamasari dan Suswinarno, 2011:31). Perkembangan deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri dari tahun 2008 sampai tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 1.3. Tabel 1.3 Perkembangan Deposito Mudharabah Pada Bank Syariah Mandiri (dalam jutaan rupiah) Tahun Deposito Mudharabah 2008 80.252.713 2009 95.706.343 2010 139.511.937 2011 229.676.747 2012 264.826.020 Sumber: Laporan Keuangan Publikasi BSM pada Bank Indonesia Hasibuan dalam bukunya Dasar-Dasar Perbankan menyebutkan bahwa selain dipengaruhi oleh faktor-faktor internal bank itu sendiri, perbankan syariah juga dipengaruhi oleh indikator-indikator moneter dan finansial lainnya (2006:71). Meskipun secara teoritis, bank syariah dan bank konvensional dalam sistem dual banking diatur oleh yayasan filsafat yang berbeda, namun tidak bisa dihindari bahwa kedua sistem dapat berinteraksi mengingat bahwa mereka beroperasi dalam lingkungan ekonomi makro yang umum. Meskipun bankbank syariah beroperasi dalam kerangka bebas bunga, lingkungan makro ekonomi dalam dual banking menghadapkan mereka untuk masalah yang terkait dengan risiko suku bunga yang dihadapi oleh bank konvensional (Rosylin Mohd Yusof dkk, 2008:3). 9
Transaksi muamalah syariah seperti Ba’i Al-Murabahah, Ba’i AsSalam, Musyarakah dan Mudharabah terdapat keuntungan. Tidak jarang keuntungan yang dihasilkan dari transaksi-transaksi tersebut memiliki return yang melebihi tingkat inflasi. Lebih lanjut, Islam memberikan dorongan untuk melakukan investasi dengan jumlah yang lebih besar dan lebih banyak dari motivasi konvensional. Kalau secara konvensional terdapat motif profit taking dan inflasi, dalam syariah Islam di samping dua hal tersebut ditambah lagi dengan adanya kewajiban zakat dan larangan mendiamkan asset (Antonio, 2001:76). Dilihat dari penjelasan tersebut bahwa perkembangan dana pihak ketiga pada bank syariah tidak terlepas dari berbagai macam faktor yang mendasarinya. Salah satu bentuk dana pihak ketiga pada bank syariah adalah deposito mudharabah, perubahan yang terjadi pada faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi deposito mudharabah baik secara positif dan negatif. Terdapat beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap deposito mudharabah, yaitu inflasi, tingkat suku bunga deposito, dan jumlah bagi hasil deposito. Indonesia merupakan salah satu negara yang menerapkan Inflation Targeting Framework (ITF) dengan asumsi inflasi year on year terakhir yang ditetapkan oleh Pemerintah di dalam APBN-P 2008 sebesar 6,5% sedangkan perkiraan realisasi sebesar 11,4%. Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi dari Januari 2008 sampai dengan Juli 2008 sebesar 8,85 persen dan inflasi year on year periode Juli (2007-2008) sebesar 11,9 persen. Hal ini
10
menunjukkan bahwa realisasi inflasi sampai dengan bulan Juli 2008 telah melebihi target yang ditetapkan Pemerintah. Industri perbankan syariah Indonesia, diharapkan terus bertumbuh untuk mendorong aktifitas perekonomian produktif masyarakat. Dengan karakteristik perbankan syariah yang memiliki hubungan sangat erat dengan sektor ekonomi riil produktif, secara konseptual perkembangan perbankan syariah akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan kondisi perekonomian nasional, yang pada gilirannya akan berpengaruh pada perbankan syariah. Kecenderungan penurunan inflasi mendorong peningkatan aset perbankan syariah begitu pula sebaliknya kenaikan inflasi dapat menurunkan aset perbankan syariah (www.bi.go.id). Pergerakan tingkat suku bunga berkorelasi negatif dengan tingkat pertumbuhan DPK perbankan syariah dimana kenaikan tingkat suku bunga dapat menjelaskan penurunan tingkat pertumbuhan DPK perbankan syariah dan sebaliknya (www.bi.go.id). Beberapa penelitian yang meneliti tentang Deposito Mudharabah antara lain: Inflasi merupakan kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus selama peride tertentu. Apabila tingkat inflasi mengalami kenaikan maka deposito perbankan syariah akan mengalami penurunan. Menurut Haron dan Nursofiza (2005), inflasi berhubungan negatif dengan deposito yang dihimpun bank. Hal ini disebabkan ketika inflasi mengalami kenaikan, maka para nasabah akan mencairkan dananya untuk 11
mempertahankan tingkat konsumsinya. Muhamad Abduh, Azmi dan Duasa (2011) dalam penelitiannya mendapat hasil bahwa inflasi memiliki dampak negatif terhadap Deposito Mudharabah. Sebagaimana yang dihasilkan oleh Ani dan Wasilah (2010) tingkat inflasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan deposito mudharabah berjangka 1 bulan. Menurut para ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena dapat melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat serta menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran di muka, dan fungsi dari unit perhitungan (Adiwarman Karim, 2008:139). Eko (2010) dalam penelitiannya mendapat hasil bahwa tingkat suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah. Haron dan Norafifah (2000) ada hubungan negatif antara suku bunga bank konvensional dengan jumlah deposito pada bank Islam. Tren meningkatnya suku
bunga
konvensional
menyebabkan
adanya
peningkatan
risiko
displacement fund (pengalihan dana dari bank syariah ke bank konvensional) yang dihadapi oleh bank syariah. Hal ini menyebabkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan syariah mengalami sedikit kemunduran (Citra Octaviana, 2007). Margin bagi hasil memberikan keuntungan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan bunga yang ditawarkan bank konvensional. Hal ini terjadi karena sistem bagi hasil yang diberikan berdasarkan nisbah keuntungan yang disepakati saat nasabah membuka rekening. Selain itu, selama periode 12
krisis moneter, bank syariah masih dapat menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan lembaga perbankan konvensional (Banowo dan Hermana, 2005:134). Ani dan Wasilah (2010) dalam penelitiannya mendapat hasil bahwa bagi hasil berpengaruh signifikan terhadap deposito mudharabah. Delvin (2010) mendapat hasil bahwa tingkat bagi hasil berpengaruh secara signifikan terhadap deposito mudharabah. Haron dan Norafifah (2000) dalam penelitiannya mendapat hasil bahwa ada hubungan positif antara bagi hasil deposito mudharabah dengan jumlah deposito mudharabah. Penelitian ini menggunakan variabel inflasi, tingkat suku bunga deposito, dan jumlah bagi hasil deposito untuk melihat pengaruhnya terhadap jumlah deposito mudharabah dan data yang diambil dalam kurun waktu yang berbeda. Dengan menggunakan data yang terbaru 2008-2012 hasil yang didapat akan lebih menggambarkan situasi perbankan syariah pada saat ini. Disamping itu, Penelitian ini juga memberikan manfaat yang paling dominan terhadap Bank Syariah Mandiri, diharapkan dengan hasil yang didapat dari penelitian ini manajemen Bank Syariah Mandiri mampu menjalankan
fungsinya
mengevaluasi
hasil
sebagai
operasi
lembaga
perusahaan
intermediasi
dalam
dan
mengambil
mampu keputusan
sehubungan dengan intermediasi bank. Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH INFLASI, TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO, DAN JUMLAH BAGI HASIL
DEPOSITO
TERHADAP
JUMLAH
DEPOSITO 13
MUDHARABAH (STUDI KASUS PT BANK SYARIAH MANDIRI TAHUN 2008-2012).”
B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: a. Bagaimana pengaruh variabel inflasi secara parsial terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri. b. Bagaimana pengaruh variabel tingkat suku bunga deposito secara parsial terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri. c. Bagaimana pengaruh variabel jumlah bagi hasil deposito secara parsial terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri. d. Bagaimana pengaruh variabel inflasi, tingkat suku bunga deposito, dan jumlah bagi hasil deposito secara simultan terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada perumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk menganalisis pengaruh variabel inflasi secara parsial terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri.
14
b. Untuk menganalisis pengaruh variabel tingkat suku bunga deposito secara parsial terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri. c. Untuk menganalisis pengaruh variabel jumlah bagi hasil deposito secara parsial terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri. d. Untuk menganalisis pengaruh variabel inflasi, tingkat suku bunga deposito, dan jumlah bagi hasil deposito secara simultan terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi Penulis Penelitian
ini
merupakan
kesempatan
bagi
penulis
untuk
mengimplementasikan ilmu dan pengetahuan yang penulis peroleh dari bangku kuliah pada program S1 Jurusan Manajemen Konsentrasi Perbankan. Penelitian ini juga memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi penulis tentang pengaruh inflasi, tingkat suku bunga deposito, dan jumlah bagi hasil deposito terhadap jumlah deposito mudharabah khususnya pada Bank Syariah Mandiri. b. Bagi Akademisi Penelitian ini akan menambah kepustakaan di bidang manajemen perbankan dan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan pengetahuan tentang perbankan syariah. Penelitian ini 15
diharapkan dapat menjadi salah satu bahan referensi bagi peneliti sendiri maupun bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang perbankan syariah. c. Bagi Perbankan Syariah Pengaruh inflasi, tingkat suku bunga deposito, dan jumlah bagi hasil deposito terhadap jumlah deposito mudharabah menjadi topik yang dapat dibahas lebih lanjut. Kajian penelitian ini dapat bermanfaat untuk evaluasi perkembangan sistem perbankan syariah mengenai Dana Pihak Ketiga (DPK) yaitu deposito mudharabah. d. Bagi Nasabah Penelitian ini diharapkan menjadi informasi yang penting dan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi nasabah bank syariah terutama terkait dengan produk deposito mudharabah. e. Bagi Mahasiswa Dengan adanya penelitian yang penulis lakukan terkait dengan bidang manajemen perbankan. Diharapkan penelitian ini dapat di jadikan sebagai bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut (bagi yang berminat) di masa yang akan datang.
16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Permodalan Bank Modal adalah dana yang berasal dari pemilik bank atau pemegang saham ditambah dengan agio saham dan hasil usaha yang berasal dari kegiatan usaha bank. Modal terdiri dari modal inti dan modal pelengkap (Selamet Riyadi, 2006:67). Sumber dana bank dapat diperoleh baik melalui penghimpunan dana pihak ketiga (masyarakat), dana pihak kedua yang dapat dihimpun melalui pasar uang dan pasar modal maupun yang berasal dari pihak pertama (pemilik) melalui pasar modal (Selamet Riyadi, 2006:65). Sumber-sumber dana bank adalah usaha bank dalam memperoleh dana dalam rangka membiayai kegiatan operasinya. Sesuai dengan fungsi bank sebagai lembaga keuangan di mana kegiatan sehari-harinya adalah bergerak di bidang keuangan, maka sumber-sumber dana juga tidak terlepas dari bidang keuangan. Untuk menopang kegiatan bank sebagai penjual uang (memberikan pinjaman), bank harus lebih dulu membeli uang (menghimpun dana) sehingga dari selisih bunga tersebutlah bank memperoleh keuntungan. Dana untuk membiayai operasi suatu bank, dapat diperoleh dari berbagai sumber. Perolehan dana ini tergantung bank itu sendiri apakah secara pinjaman (titipan) dari masyarakat atau dari lembaga lainnya. Di 17
samping itu, untuk membiayai operasinya, dana dapat pula diperoleh dengan modal sendiri, yaitu setoran modal dari para pemilik atau bank mengeluarkan atau menjual saham baru kepada pemilik baru. Perolehan dana disesuaikan pula dengan tujuan dari penggunaan dana (Kasmir, 2005:35). Menurut Kuncoro dalam bukunya Manajemen Perbankan, Teori dan Aplikasi (2002:68), lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Oleh karena itu, dalam melakukan kegiatan usahanya sehari-hari bank harus mempunyai dana agar dapat memberikan kredit kepada masyarakat. Dana tersebut dapat diperoleh dari pemilik bank (pemegang saham), pemerintah, bank Indonesia, pihak-pihak di luar negeri, maupun masyarakat dalam negeri. Dana dari pemilik bank berupa setoran modal yang dilakukan pada saat pendirian bank. Setiap manajemen bank harus memenuhi sepenuhnya bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi jumlah sumber dana yang dapat dihimpun atau dipertahankan oleh banknya, hal ini penting mengingat persaingan antarbank yang semakin tajam dari hari ke hari, sehingga faktorfaktor yang dapat memengaruhi sumber dana bank juga dapat berubah sejalan dengan perubahan teknologi dan informasi yang dapat ditawarkan oleh suatu bank (Selamet Riyadi, 2006:82).
18
Pengelolaan modal bank merupakan aktivitas yang dilakukan pemegang saham untuk mewujudkan keinginannya mendapat keuntungan dari bisnis perbankan. Posisi modal bank menjadi jaminan bagi masyarakat yang berniat menyimpan dananya di perbankan, sehingga dengan adanya setoran modal dari pemegang saham maka masyarakat akan percaya untuk menyetorkan dananya. Pada saat ini di hampir semua perbankan nasional, posisi dana masyarakat jauh lebih besar dibandingkan dengan setoran modal yang berasal dari pemegang saham. Hal ini menunjukkan sudah besarnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional (Arthesa dan Handiman, 2006:143-144). Sumber dana yang dapat diperoleh dipilih disesuaikan dengan penggunaan dana. Sumber-sumber dana yang ada dapat diperoleh dari sumber modal sendiri atau modal pinjaman dari masyarakat luas atau lembaga keuangan lainnya (Kasmir, 2005:36). Bank menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan. Masyarakat mempercayai bank sebagai tempat yang aman untuk menyimpan
uang.
Bank
akan
membayar
sejumlah
tertentu
atas
penghimpunan dana masyarakat yang besarnya tergantung pada jenis simpanan. Jenis simpanan masyarakat antara lain, simpanan giro, tabungan dan deposito. Masing-masing jenis simpanan ini memiliki karakteristik yang berbeda. Giro dan tabungan merupakan simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat. Deposito merupakan jenis simpanan berjangka yang penarikannya hanya dapat dilakukan sesuai dengan jangka waktu yang telah 19
diperjanjikan
antara
bank
dan
nasabah
penyimpan.
Dalam
perkembangannya penghimpunan dana tidak hanya dengan menawarkan produk giro, tabungan dan deposito, akan tetapi produk penghimpunan dana lainnya, misalnya surat berharga, pasar uang antarbank, dan obligasi. Penghimpunan
dana
pihak
ketiga
dalam
bentuk
simpanan
merupakan sumber dana bank yang terbesar. Sesuai dengan fungsi bank sebagai lembaga intermediasi, bank dapat menghimpun dana secara langsung dari masyarakat. Masyarakat dapat menempatkan dananya kapanpun dan juga dapat menarik dananya kapan pun, sesuai dengan jenis simpanan yang dimilikinya (Ismail, 2011:12-13). 2. Permodalan Bank Syariah Modal bank yang ada di Bank Syariah salah satunya di dapat dari dana masyarakat, menurut Adiwarman A. Karim dalam bukunya Bank Islam Analisis Fikih dan Keuangan (2009:107) penghimpunan dana di Bank Syariah dapat berbentuk giro, tabungan, dan deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip Wadi’ah dan Mudharabah. Prinsip Wadi’ah yang diterapkan adalah wadi’ah yad dhamanah yang diterapkan pada produk rekening giro. Wadi’ah dhamanah berbeda dengan wadi’ah amanah. Dalam wadi’ah amanah, pada prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi. Sementara itu, dalam hal wadi’ah dhamanah, pihak yang dititipi (bank) bertanggung jawab atas
20
keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan tersebut. Sedangkan Mudharabah, penyimpan atau deposan bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib (pengelola). Prinsip mudharabah ini diaplikasikan pada produk tabungan berjangka dan deposito berjangka. (Adiwarman Karim, 2009:108-109). Mudharabah adalah sistem kerja sama usaha antara dua pihak atau lebih di mana pihak pertama (shahib al-mâl) menyediakan seluruh (100%) kebutuhan modal (sebagai penyuntik sejumlah dana sesuai kebutuhan pembiayaan
suatu
proyek),
sedangkan
nasabah
sebagai
pengelola
(mudharib) mengajukan permohonan pembiayaan dan untuk ini nasabah sebagai pengelola (mudharib) menyediakan keahliannya (Veithzal Rivai, 2007:471). Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada
pengelola
(mudharib)
dengan
suatu
perjanjian
pembagian
keuntungan (Rodoni dan Hamid, 2008:27-28). Istilah mudharabah merupakan istilah yang paling banyak digunakan oleh bank-bank Islam. Prinsip ini juga dikenal sebagai “qiradh” atau “muqaradah”. Mudharabah adalah perjanjian atau suatu jenis perkongsian, dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan dana dan pihak kedua (mudharib) bertanggung jawab atas pengelolaan usaha. Keuntungan hasil 21
usaha dibagikan sesuai dengan nisbah porsi bagi hasil yang telah disepakati bersama sejak awal maka kalau rugi shahibul maal akan kehilangan sebagian imbalan dari hasil kerja keras dan managerial skill selama proyek berlangsung (Wiroso, 2005:33). Landasan syariah mudharabah ini lebih mencerminkan agar setiap umat dianjurkan untuk melakukan usaha, seperti tertera dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis berikut (Veithzal Rivai dkk, 2007:471). Surat Al-Muzzammil [73]:20), yang artinya:”…dan dari orangorang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT…..” Surat Al-Jumu’ah [2]:10, yang artinya:”Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaran engkau di muka bumi dan carilah karunia Allah SWT…” HR Thabrani, yang artinya: ”Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah ia mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak. Jika menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan bertanggung jawab atas
dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada
Rasulullah SAW. Dan Rasulullah pun membolehkannya”. HR Ibnu Majah No. 2280, kitab at-Tijarah, yang artinya: “dari Shalih bin Shuhaib r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaradhah 22
(mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual”. a. Rukun Mudharabah Adapun rukun mudharabah adalah sebagai berikut (Adiwarman Karim, 2009): 1) Pelaku Akad mudharabah harus ada minimal dua pelaku. Pihak pertama bertindak sebagai pemilik modal (shahibul maal) sedangkan pihak kedua bertindak sebagai pelaksana usaha. 2) Objek mudharabah Pemilik modal menyerahkan modalnya sebagai objek mudharabah, sedangkan pelaksana usaha menyerahkan kerjanya sebagai objek mudharabah. Modal yang diserahkan bisa berbentuk uang atau barang yang dirinci berapa nilai uangnya. Sedangkan kerja yang diserahkan bisa berbentuk keahlian, keterampilan, selling skill, management skill, dll. 3) Persetujuan kedua belah pihak Disini kedua belah pihak harus secara rela bersepakat untuk mengikatkan diri dalam akad mudharabah. 4) Nisbah keuntungan Nisbah ini merupakan rukun yang khas dalam akad mudharabah, yang tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua belah pihak yang ber-mudharabah. 23
Mudharib mendapatkan imbalan atas kerjanya, sedangkan shahibul maal
mendapat
imbalan
atas
penyertaan
modalnya.
Nisbah
keuntungan inilah yang akan mencegah terjadinya perselisihan antara kedua belah pihak mengenai cara pembagian keuntungan. Nisbah keuntungan ini harus dinyatakan dalam bentuk persentase bukan dalam bentuk nominal Rupiah tertentu. Nisbah keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan, bukan berdasarkan porsi setoran modal. Keuntungan
usaha
secara
mudharabah
dibagi
menurut
kesepakatan yang telah dituangkan dalam kontrak. Apabila mengalami kerugian akan ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tersebut bukan dikarenakan kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian tersebut disebabkan oleh kecurangan atau kelalaian si pengelola maka si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut (Antonio, 2009:95). Sebenarnya pihak mudharib pun menanggung kerugian. Kerugian tersebut antara lain hilangnya pekerjaan, usaha dan waktu yang telah ia curahkan untuk menjalankan bisnis tersebut (Adiwarman Karim, 2009:208). Namun ketentuan tersebut di atas hanya berlaku apabila kerugian yang terjadi murni diakibatkan oleh risiko bisnis, bukan karena kelalaian ataupun kecurangan dari pihak mudharib. Jika terjadi kerugian, cara menyelesaikannya adalah (Adiwarman Karim, 2009:210) : a) Diambil dulu dari keuntungan, karena keuntungan merupakan pelindung modal. 24
b) Bila kerugian melebihi keuntungan, baru diambil dari pokok modal. Besarnya nisbah ditentukan berdasarkan kesepakatan masing-masing pihak yang berkontrak. Jadi, angka besarnya nisbah muncul dari hasil tawar-menawar antara shahibul maal dan mudharib (Adiwarman, 2009:209). b. Bentuk-bentuk Mudharabah Mudharib mulai mengelola kontrak mudharabah semenjak menerima modal untuk aktivitas usahanya. Mudharib memiliki kebebasan dalam mengelola usahanya dan semua keputusan yang berkaitan dengan kontrak tersebut. Mazhab Hanafi, yang mungkin merupakan salah satu mazhab yang memberikan kebebasan yang luas kepada mudharib dalam mengelola kontrak tersebut, membagi kontrak mudharabah ke dalam dua bentuk, yaitu: kontrak mudharabah yang tidak dilarang dan kontrak mudharabah yang terlarang. Kontrak mudharabah yang tidak terlarang adalah kontrak dimana pihak mudharib diberi kebebasan yang luas dalam mengelola usahanya serta menentukan keputusan yang menurutnya dianggap paling tepat. Adapun mengenai kontrak mudharabah yang terlarang adalah bahwa mudharib bebas menjalankan usahanya sebatas sesuai dengan praktek yang umumnya berlaku dalam perdagangan (Abdullah Saeed, 2008:9495). Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak penyimpan dana, mudharabah terbagi dua yaitu (Adiwarman Karim, 2009:109-111): 25
1.
Mudharabah mutlaqah (URIA), tidak ada pembatasan bagi bank dalam
menggunakan
dana
yang
dihimpun.
Nasabah
tidak
memberikan persyaratan apapun kepada bank, ke bisnis apa dana yang disimpannya itu hendak disalurkan, atau menetapkan penggunaan akad-akad tertentu, ataupun mensyaratkan dananya diperuntukkan bagi nasabah tertentu. Jadi bank memiliki kebebasan penuh untuk menyalurkan dana ini ke bisnis manapun yang diperkirakan menguntungkan. 2.
Mudharabah muqayyadah (RIA) ada dua jenis, yaitu: Mudharabah muqayyadah on balance sheet dan Mudharabah muqayyadah of balance sheet. Mudharabah muqayyadah on balance sheet merupakan simpanan khusus dimana pihak pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank. Misalnya disyaratkan digunakan untuk bisnis tertentu, atau disyaratkan digunakan dengan akad tertentu, atau disyaratkan digunakan untuk nasabah tertentu. Mudharabah muqayyadah of balance sheet merupakan penyaluran dana mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya, di mana bank bertindak sebagai perantara yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana usaha. Pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank dalam mencari bisnis (pelaksana usaha).
26
c. Penerapan Mudharabah dalam Perbankan Syariah Sejauh ini, skema mudharabah yang telah dibahas adalah skema yang berlaku antara dua pihak secara langsung. Skema ini adalah skema standar yang dipraktekkan oleh nabi dan para sahabat serta umat muslim sesudahnya. Modus mudharabah seperti itu tidak efisien lagi dan kecil kemungkinan untuk dapat diterapkan oleh bank, karena beberapa hal (Adiwarman Karim, 2009:210) : 1) Sistem kerja pada bank adalah investasi berkelompok, di mana mereka tidak saling mengenal. Jadi kecil sekali kemungkinannya terjadi hubungan yang langsung dan personal. 2) Banyak investasi sekarang ini membutuhkan dana dalam jumlah besar, sehingga diperlukan puluhan bahkan ratus ribuan shahibul maal untuk sama-sama menjadi penyandang dana suatu proyek tertentu. 3) Lemahnya disiplin terhadap ajaran islam menyebabkan sulitnya bank memperoleh jaminan keamanan atas modal yang disalurkannya. Penerapan mudharabah dalam perbankan antara lain (Antonio, 2009:97) : 1) Tabungan berjangka yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus seperti tabungan haji, tabungan qurban dsb. 2) Deposito biasa.
27
3) Deposito spesial (special investment) dimana dana yang dititipkan nasabah khusus untuk bisnis tertentu, misalnya murabahah saja atau ijarah saja. Sedangkan pada sisi pembiayaan, mudharabah diterapkan untuk: a) Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa. b) Investasi khusus disebut juga mudharabah muqayyadah di mana sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syaratsyarat yang telah ditetapkan oleh shahibul maal. d. Manfaat Mudharabah Mudharabah memiliki manfaat sebagai berikut (Antonio, 2009:97-98): 1) Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat. 2) Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan atau hasil usaha bank, sehingga bank tidak akan pernah mengalami negatif spread. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow atau arus kas usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah. 3) Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang kongkrit dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
28
4) Prinsip bagi hasil dalam mudharabah atau musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap di mana bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan tidak terjadi krisis ekonomi. e. Risiko Mudharabah Adapun risiko yang terdapat dalam mudharabah, terutama pada penerapan dalam pembiayaan relatif tinggi. Di antaranya (Antonio, 2009:98): 1) Side streaming yaitu nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak 2) Lalai dan kesalahan yang disengaja 3) Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur Perbankan syariah memiliki kelembagaan yang agak berbeda dengan perbankan konvensional. Dalam perbankan syariah, bank terbagi menjadi: (Veithzal Rivai dkk, 2007:753-757). a.
Bank Syariah Secara kelembagaan, bank syariah di Indonesia dapat dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS).
29
b.
Dewan Syariah Nasional Dewan Syariah Nasional dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang bertugas dan memiliki kewenangan untuk memastikan kesesuaian antara produk, jasa, dan kegiatan usaha lembaga keuangan syariah (bank, asuransi, reksadana, modal ventura, dan sebagainya) dengan prinsip syariah.
c.
Dewan Pengawas Syariah Dewan Pengawas Syariah setingkat dewan komisaris yang bersifat independen, yang dibentuk oleh Dewan Syariah Nasional dan ditempatkan pada lembaga keuangan syariah yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, dengan tugas yang diatur oleh Dewan Syariah Nasional.
d.
Badan Arbitrase Syariah Nasional Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS) adalah lembaga yang menengani perselisihan antara bank dan nasabahnya sesuai dengan tata cara dan hukum syariah.
e.
Bank Indonesia Peran Bank Indonesia tidak dapat dipisahkan dari perkembangan perbankan syariah nasional saat ini. Bank Indonesia telah melakukan langkah-langkah kebijakan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif, kompetitif, efisien, dan hati-hati bagi industri perbankan syariah.
30
f. Kontrak Berlakunya Mudharabah Kontrak mudharabah tidak memuat aturan khusus mengenai batas berlakunya kontrak. Pengikut mazhab Maliki dan Syafi’I berpendapat, adanya batasan masa berlakunya kontrak akan membuat kontrak batal. Namun pengikut mazhab Hanafi dan Hanbali tetap memperkenankan klausa tersebut. Para ulama yang berpegang pada pendapat yang pertama beranggapan bahwa batasan waktu yang terdapat pada kontrak mudharabah kemungkinan akan menyebabkan lepasnya kesempatan emas bagi pihak mudharib untuk dapat mengembangkan usahanya atau merusak rencana-rencananya, sebagai akibatnya mudharib tidak dapat merealisasikan tujuan utama dari kontrak tersebut, yaitu mendapatkan keuntungan (profit) dari usaha yang dijalankannya. Kontrak mudharabah dapat diakhiri oleh salah satu pihak dengan jalan memberitahu pihak lain atas keputusan tersebut. Hal ini mungkin terjadi karena mayoritas ulama menyatakan bahwa mudharabah bukanlah bentuk kontrak yang mengikat. Disini tidak terdapat perbedaan mengenai kapan berlangsungnya mengakhiri kontrak mudharabah, sekalipun mudharib belum mulai menjalankan aktivitas usaha yang berdasarkan pada kontrak tersebut. Imam Syafi’I dan Abu Hanifah berpendapat bahwa kontrak mudharabah dapat diakhiri kapan saja, sekalipun mudharib sudah mulai menjalankan usahanya. Meskipun demikian, Imam Malik tidak memperkenankan mengakhiri kontrak sebagaimana kasus di atas. Menurutnya, kalau itu dilakukan, maka 31
mudharabah tidak sah. Apapun alasannya itu, menjadikan pihak mudharib akan mendapatkan keuntungan dari hasil kerjanya sendiri, tidak dari yang lain. Jika demikian, maka namanya tidak kontrak mudharabah tetapi kontrak kerja (ijarah). Apabila berdasarkan kontak kerja, maka semua keuntungan yang diperoleh akan menjadi miliknya sebagai kompensasi hasil dari pekerjaannya (Abdullah Saeed, 2008:9697). 3. Inflasi Inflasi adalah kenaikan tingkat harga yang terjadi secara terus menerus, mempengaruhi individu, pengusaha dan pemerintah (Mishkin, 2008:13). Milton Friedman dalam proposisinya yang terkenal mengatakan “inflasi selalu dan dimana pun merupakan menomena moneter”. Ia menganggap bahwa sumber semua episode inflasi adalah tingkat pertumbuhan uang beredar yang tinggi: Hanya dengan mengurangi tingkat pertumbuhan uang beredar hingga tingkat yang rendah, inflasi dapat dihindari (Mishkin, 2009:339). Inflasi merupakan suatu keadaan perekonomian di mana tingkat harga dan biaya-biaya umum naik; misal naiknya harga beras, harga bahan bakar, harga mobil, upah tenaga kerja, harga tanah, sewa barang-barang modal (Zakaria, 2009:61). Inflasi merupakan suatu kejadian yang menggambarkan situasi dan kondisi dimana harga barang mengalami kenaikan dan nilai mata uang 32
mengalami pelemahan, dan jika ini terjadi secara terus-menerus akan mengakibatkan memburuknya kondisi ekonomi secara menyeluruh serta mampu mengguncang tatanan politik suatu negara (Fahmi dan Yovi Lavianti, 2010:165). Inflasi yang tinggi merupakan masalah ekonomi. Tenaga beli uang (pendapatan) turun. Masyarakat yang pendapatannya tetap akan dirugikan sedangkan yang berpenghasilan tidak tetap kadangkala diuntungkan. Dengan demikian inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan (Nopirin, 2000:14). Yang dimaksud inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus-menerus. Ini tidak berarti bahwa harga-harga berbagai macam barang itu naik dengan presentase yang sama. Mungkin dapat terjadi kenaikan tersebut tidaklah bersamaan. Yang penting terdapat kenaikan harga umum barang secara terus-menerus selama satu periode tertentu. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja (meskipun dengan presentase yang cukup besar) bukanlah merupakan inflasi (Nopirin, 2000:174). Menurut Bank Indonesia inflasi adalah meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya.
33
Dapat
diambil
kesimpulan
secara
umum
inflasi
adalah
kecenderungan naiknya harga-harga barang dan jasa secara umum yang menyebabkan terjadinya penurunan nilai uang dalam suatu periode tertentu. Inflasi merupakan variabel penghubung antara tingkat bunga dan nilai tukar efektif, di mana dua variabel ini merupakan variabel penting dalam menentukan pertumbuhan dalam sektor produksi. Menurut Paul A. Samuelson, inflasi dapat digolongkan menurut tingkat keparahannya, yaitu sebagai berikut (Adiwarman Karim, 2008:137): a. Moderate inflation Karakteristiknya adalah kenaikan tingkat harga yang lambat. Umumnya disebut sebagai inflasi satu digit. Pada tingkat inflasi seperti ini orangorang masih mau memegang uang dan menyimpan kekayaannya dalam bentuk uang daripada dalam bentuk aset riil. b. Galopping inflation Inflasi tingkat ini terjadi pada tingkatan 20% sampai dengan 200% per tahun. Pada tingkatan inflasi seperti ini orang hanya mau memegang uang seperlunya saja, sedangkan kekayaan disimpan dalam bentuk asetaset riil. Orang akan menumpuk barang-barang, membeli rumah dan tanah. Pasar uang akan mengalami penyusutan dan pendanaan akan dialokasikan melalui cara-cara selain dari tingkat bunga serta orang tidak akan memberikan pinjaman kecuali dengan tingkat bunga yang amat tinggi. Banyak perekonomian yang mengalami inflasi seperti ini tetap berhasil walaupun sistem harga yang berlaku sangat buruk. 34
Perekonomian seperti ini cenderung mengakibatkan terjadinya gangguangangguan besar pada perekonomian karena orang-orang akan cenderung mengirimkan dananya untuk berinvestasi di luar negeri dari pada di dalam negeri (Capital Outflow). c. Hyper inflation Inflasi jenis ini terjadi pada tingkatan yang sangat tinggi yaitu sampai triliunan persen per tahun. Walaupun sepertinya banyak pemerintahan yang perekonomiannya dapat bertahan menghadapi galopping inflation, akan tetapi tidak pernah ada pemerintahan yang dapat bertahan menghadapi jenis inflasi ini. Contohnya adalah Weimar Republic di Jerman pada tahun 1920-an. Selain itu, inflasi dapat digolongkan karena penyebab-penyebabnya yaitu sebagai berikut ( Adiwarman Karim, 2008:138): a. Natural inflation dan Human error inflation Sesuai dengan namanya natural inflation adalah inflasi yang terjadi karena sebab-sebab alamiah yang manusia tidak mempunyai kekuasaan dalam mencegahnya. Human error inflation adalah inflasi yang terjadi karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh manusia sendiri. b. Actual/ anticipated/ expected inflation dan unanticipated/ unexpected inflation Pada expected inflation tingkat suku bunga pinjaman riil akan sama dengan tingkat suku bunga pinjaman nominal dikurangi inflasi sedangkan pada unexpected inflation tingkat suku bunga pinjaman 35
nominal belum atau tidak merefleksikan kompensasi terhadap efek inflasi. c. Demand pull dan cost push inflation Inflasi ini diakibatkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada sisi permintaan
agregatif
(AD) dari barang dan jasa pada suatu
perekonomian. Cost push inflation adalah inflasi yang terjadi karena adanya perubahan-perubahan pada sisi penawaran agregatif (AS) dari barang dan jasa pada suatu perekonomian. d. Spiralling inflation Inflasi ini diakibatkan oleh inflasi yang terjadi sebelumnya yang mana inflasi yang sebelumnya itu terjadi sebagai akibat dari inflasi yang terjadi sebelumnya lagi dan begitu seterusnya. e. Imported inflation dan domestic inflation Imported inflation adalah inflasi di negara lain yang ikut dialami oleh suatu negara karena harus menjadi price taker dalam pasar perdagangan internasional. Domestic inflation adalah inflasi yang hanya terjadi di dalam negeri suatu negara yang tidak begitu mempengaruhi negaranegara lainnya. Di bidang moneter, laju inflasi yang tinggi dan tidak terkendali dapat mengganggu upaya perbankan dalam pengerahan dana masyarakat. Karena tingkat inflasi yang tinggi menyebabkan tingkat suku bunga riil menjadi menurun. Fakta demikian akan mengurangi hasrat masyarakat untuk
36
menabung sehingga pertumbuhan dana perbankan yang bersumber dari masyarakat akan menurun (Aulia Pohan, 2008:52). 4. Suku Bunga Suku bunga merupakan salah satu variabel yang paling banyak diamati dalam perekonomian. Hampir setiap hari pergerakannya dilaporkan di surat kabar. Suku bunga adalah biaya pinjaman atau harga yang dibayarkan untuk dana pinjaman tersebut (biasanya dinyatakan sebagai persentase per tahun) (Mishkin, 2008:4). Suku bunga adalah penghasilan yang diperoleh oleh orang-orang yang memberikan kelebihan uangnya atau surplus spending unit untuk digunakan sementara waktu oleh orang-orang yang membutuhkan dan menggunakan uang tersebut untuk menutupi kekurangannya atau defisit spending units (Rimsky K. Judisseno, 2005:80-81). Suku bunga merupakan salah satu variabel dalam perekonomian yang senantiasa diamati secara cermat karena dampaknya yang luas. Ia mempengaruhi secara langsung kehidupan masyarakat keseharian dan mempunyai dampak penting terhadap kesehatan perekonomian. Ia mempengaruhi
keputusan
seseorang/
rumah
tangga
dalam
hal
mengkonsumsi, membeli rumah, membeli obligasi, atau menaruhnya dalam rekening tabungan. Suku bunga juga mempengaruhi keputusan ekonomis bagi pengusaha atau pimpinan perusahaan apakah akan melakukan investasi pada proyek baru atau perluasan kapasitas (Sawaldjo Puspopranoto, 2004:69). 37
Suku bunga dan bagi hasil memiliki perbedaan yang jelas terlihat, walau keduanya memberi keuntungan bagi pemilik dana. Perbedaan itu dapat dijelaskan dalam tabel berikut: Tabel 2.1 Perbedaan antara Bagi Hasil dan Bunga Bunga
Bagi Hasil
Penentuan bunga dibuat pada waktu Penentuan besarnya rasio/nisbah akad dengan asumsi harus selalu bagi hasil dibuat pada waktu akad untung. dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi. Besarnya persentase berdasarkan Besarnya rasio bagi hasil pada jumlah uang (modal) yang berdasarkan pada jumlah keuntungan dipinjamkan. yang diperoleh. Pembayaran bunga tetap seperti Bagi hasil bergantung pada yang dijanjikan tanpa pertimbangan keuntungan proyek yang dijalankan. apakah proyek yang dijalankan oleh Bila usaha merugi, kerugian akan pihak nasabah untung atau rugi. ditanggung bersama oleh kedua belah pihak. Jumlah pembayaran bunga tidak Jumlah pembagian laba meningkat meningkat sekalipun jumlah sesuai dengan peningkatan jumlah keuntungan berlipat atau keadaan pendapatan. ekonomi sedang “booming”. Eksistensi bunga diragukan (kalau Tidak ada yang tidak dikecam) oleh semua agama, keabsahan bagi hasil. termasuk Islam.
meragukan
Sumber: Syafi’I Antonio, 2009 5. Bagi Hasil (Profit Sharing) Prinsip perhitungan bagi hasil pendapatan sangat penting untuk ditentukan di awal dan untuk diketahui oleh kedua belah pihak yang akan melakukan kesepakatan kerja sama bisnis karena apabila hal ini tidak dilakukan, maka berarti telah menjadi gharar, sehingga transaksi menjadi tidak sesuai dengan prinsip syariah (Rizal Yaya dkk, 2009:370).
38
Dalam praktek di lapangan terdapat istilah revenue sharing dan profit sharing. Adapun revenue yang dimaksud dalam dasar bagi hasil bank syariah dan yang di praktekkan selama ini adalah pendapatan dikurangi harga pokok yang dijual. Dalam akuntansi, konsep ini biasa dinamakan dengan gross profit (Rizal Yaya dkk, 2009:371). Prinsip perhitungan bagi hasil dapat di lihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2.2 Perhitungan Bagi Hasil Uraian Jumlah Penjualan Xx Harga Pokok Penjualan (xx) Laba Kotor Xx Beban (xx) Laba/Rugi bersih Xx Sumber : Rizal Yaya dkk, 2009:371
Metode Bagi Hasil
Gross Profit Sharing Profit sharing
Rumus gross profit sharing: Bagi Hasil = Persentase Nisbah x Laba Kotor Rumus profit sharing: Bagi Hasil = Persentase Nisbah x Laba Rugi Bersih 6. Deposito Mudharabah Deposito berjangka adalah simpanan pihak ketiga (rupiah dan valuta asing) yang diterbitkan atas nama nasabah pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antar penyimpan dengan bank yang bersangkutan (Veithzal Rivai, 2007:417). Menurut UU No.10 tahun 1998 pasal 1 ayat 7, deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Sedangkan 39
menurut UU No. 21 tahun 2008 pasal 1 tentang perbankan syariah, Deposito adalah Investasi dana berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan Akad antara Nasabah Penyimpan dan Bank Syariah dan/atau UUS. Sedangkan Investasi adalah dana yang dipercayakan oleh Nasabah kepada Bank Syariah dan/atau UUS berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dalam bentuk Deposito, Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Berdasarkan Fatwa DSN-MUI Nomor 3 Tahun 2000 menyatakan bahwa deposito yang dibenarkan dalam syariah adalah deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah. Dalam transaksi deposito mudharabah, nasabah bertindak sebagai pemilik dana (shahibul maal) dan bank bertindak sebagai pengelola dana (mudharib). Adapun ketentuannya adalah sebagai berikut: a. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana. b. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembannya, termasuk didalamnya mudharabah dengan pihak lain. c. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang.
40
d. Pembagian keuntungan dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. e. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya. f. Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan. Dari beberapa pendapat di atas, maka pengertian deposito mudharabah adalah simpanan masyarakat yang disimpan kepada bank syariah, dapat berupa rupiah ataupun valuta asing dimana penarikannya hanya dapat dilakukan berdasarkan jangka waktu yang telah ditetapkan dan disepakati antara nasabah dengan pihak bank syariah yang menggunakan prinsip syariah (bagi hasil) dengan akad mudharabah. Biasanya memiliki jangka waktu 1, 3, 6 dan 12 bulan. Deposito sebagai salah satu produk perbankan dalam perbankan syariah menggunakan skema mudharabah. Hal ini sejalan dengan tujuan dari nasabah menggunakan instrument deposito yakni sebagai sarana investasi dalam memperoleh keuntungan (Anshori, 2007:95). Menurut Karnaen Perwataatmadja dan Muhammad Syafi’i Antonio dalam bukunya berjudul Apa dan Bagaimana Bank Islam, ada tiga sifat dari deposito mudharabah: 1. Deposito mudharabah atau lebih tepatnya deposito investasi mudharabah merupakan investasi melalui simpanan pihak ketiga (perseorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu jatuh tempo, dengan mendapatkan imbalan bagi hasil. 41
2. Imbalan dibagi dalam bentuk berbagi pendapatan (revenue sharing) atas penggunaan dana tersebut secara syariah dengan proporsi pembagian katakanlah 70:30, 70% untuk deposan dan 30% untuk bank. 3. Jangka waktu deposito mudharabah berkisar antara 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan.
B. Keterkaitan antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat 1. Inflasi dengan Jumlah Deposito Mudharabah Penelitian yang dilakukan oleh Haron dan Nursofiza (2005), inflasi berhubungan negatif dengan deposito yang dihimpun bank. Hal ini disebabkan ketika inflasi mengalami kenaikan, maka para nasabah akan mencairkan
dananya
untuk
mempertahankan
tingkat
konsumsinya.
Muhamad Abduh, Azmi dan Duasa (2011) dalam penelitiannya mendapat hasil
bahwa
inflasi
memiliki
dampak
negatif
terhadap
Deposito
Mudharabah. Sebagaimana yang dihasilkan oleh Ani dan Wasilah (2010) tingkat inflasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan deposito Mudharabah berjangka 1 bulan. Menurut para ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena dapat melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat serta menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran di muka, dan fungsi dari unit perhitungan (Adiwarman Karim, 2008 : 139).
42
2. Suku Bunga Deposito dengan Jumlah Deposito Mudharabah Penelitian yang dilakukan oleh Rangga (2011), Permana (2012), Delvin (2010), Rosylin (2008), Ani dan Wasilah (2010), Imam (2009), Raditiya (2007), Haron dan Norafifah (2000) menyimpulkan bahwa suku bunga deposito mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap deposito
mudharabah.
Hal
ini
menunjukkan
bahwa
nasabah
mendepositokan dananya di bank adalah karena keuntungan semata. Jika tingkat suku bunga deposito bank konvensional lebih tinggi dari bagi hasil, maka nasabah memilih untuk menyimpan dananya di bank konvensional atau risiko displacement fund (pengalihan dana dari bank syariah ke bank konvensional). Terlihat dari penelitian ini dimana terbukti suku bunga deposito berpengaruh negatif pada jumlah deposito mudharabah Bank Syariah. 3. Jumlah Bagi Hasil Deposito dengan Jumlah Deposito Mudharabah Penelitian yang dilakukan oleh Rangga (2011), Permana (2012), Ani dan Wasilah (2010), Andika (2010), Erwin (2010), Erna dan Ekki (2004) menyimpulkan bagi hasil deposito mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap deposito mudharabah dikarenakan jika dana deposito mudharabah semakin besar yang dihimpun oleh bank syariah, maka bagi hasil yang diberikan kepada nasabah juga semakin besar.
43
C. Penelitian Sebelumnya Penelitian-penelitian sebelumnya yang relevan dan menjadi rujukan bagi landasan penelitian ini, antara lain: Tabel 2.3 Penelitian Sebelumya No
Penulis
Judul Penelitian The Impact of Crisis and Macroecono mic Variables towards Islamic Banking Deposit
Data dan Variabel Tingkat Bunga (X1), Tingkat Keuntungan (X2), Pertumbuhan Produksi (X3), Inflasi (X4), Krisis (X5), dan Deposito Mudharabah (Y)
Model Analisis VECM
1.
Muhamad Abduh, Azmi dan Duasa (2011)
2.
Ani dan Wasilah (2010)
Faktor-faktor yang mempengaru hi jumlah penghimpuna n dana pihak ketiga (deposito mudharabah 1 bulan) Bank Muammalat Indonesia
Suku bunga deposito berjangka 1 bulan pada bank umum konvensional (X1), Bagi hasil (X2), FDR (X3), Inflasi (X4), Ukuran (X5), dan Deposito mudharabah (Y)
Analisis regresi berganda denga metode kuadrat terkecil (least square)
3.
Delvin (2010)
Pengaruh Tingkat Suku Tingkat Suku Bunga (X1), Bunga dan Bagi Hasil
Kesimpulan Tingkat bunga, tingkat keuntungan, dan pertumbuhan tidak memiliki efek yang signifikan, inflasi memiliki dampak negatif terhadap deposito mudharabah, dan krisis memiliki dampak positif terhadap deposito mudharabah. Bahwa variabel tingkat suku bunga deposito berjangka 1 bulan, tingkat bagi hasil, inflasi dan ukuran bank berpengaruh signifikan terhadap deposito mudharabah, sedangkan FDR tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
PAM Tingkat suku (Partial bunga dan tingkat Adjustmen bagi hasil 44
Bagi Hasil Terhadap Deposito Mudharabah Empirical Determinants of Saving in the Islamic Banks: Evidence From Indonesia
(X2), dan Deposito Mudharabah (Y) Bagi Hasil Deposito (X1), Tingkat Suku Bunga Deposito Konvensional (X2), Pendapatan Nasional (X3), Kantor Cabang (X4), dan Deposito Mudharabah (Y)
4.
Kasri dan Kasim (2009)
5.
Assriwijay Pengaruh a Raditiya tingkat suku (2007) bunga dan bagi hasil terhadap deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri
Suku bunga (X1), bagi hasil (X2), dan deposito mudharabah (Y).
6.
Erna Rachmaw ati dan Ekki (2004)
Tingkat bagi hasil (X1), tingkat suku bunga (X2), pendapatan
Factors Affecting Mudharaba Deposits in Indonesia
t Model)
berpengaruh secara signifikan terhadap deposito mudharabah VAR Bagi hasil (Vector deposito Auto berpengaruh Regressive signifikan positif ) terhadap deposito mudharabah, tingkat suku bunga deposito memiliki dampak negatif terhadap deposito mudharabah, sedangkan pendapatan nasional dan kantor cabang ternyata tidak signifikan dalam jangka panjang terhadap deposito mudharabah. Ordinary Bahwa tingkat Least suku bunga Square berpengaruh (OLS) negatif terhadap atau volume deposito metode mudharabah dan kuadrat bagi hasil terkecil mempunyai dengan hubungan yang model positif tetapi tidak regresi berpengaruh Partial terhadap volume Adjusment deposito Model mudharabah (PAM) Econometr GDP berpengaruh ic’s negatif dan Cointergr signifikan ation terhadap deposito Methode mudharabah 45
7.
Haron dan Norafifah (2000)
The effects of conventional interest Rate of Profit On funds deposited with Islamic banking system in Malaysia (periode1984 -1998)
nasional (X3), jumlah kantor cabang pembantu (X4), dan deposito mudharabah (Y).
hanya dalam jangka waktu pendek, KCP berpengaruh positif dan signifikan dalam jangka panjang dan pendek, tingkat bagi hasil berpengaruh positif dan signifikan dalam jangka waktu panjang dan pendek, dan tingkat suku bunga mempunyai hubungan yang positif dan tidak signifikan dalam jangka waktu pendek dan panjang
Adaptive Deposito mudharabah, expectation model tingkat keuntungan deposito mudharabah yang di ekspektasi, suku bunga deposito bank konvensional, jumlah tabungan mudharabah pada bank Islam, tingkat keuntungan tabungan mudharabah yang di ekspektasi
Bahwa terdapat hubungan yang positif antara tingkat keuntungan deposito mudharabah dan suku bunga deposito masingmasing bank, adanya hubungan negatif antara suku bank konvensional dengan jumlah deposito pada bank Islam, terdapat hubungan yang positif antara tingkat 46
dan suku bunga tabungan bank konvensional
keuntungan tabungan mudharabah dengan jumlah tabungan pada bank Islam
Sumber: Penelitian Terdahulu
D. Kerangka Berpikir Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan. Kerangka pemikiran dapat disajikan dalam bentuk bagan, deskripsi kualitatif, dan atau gabungan keduanya (Abdul Hamid, 2010:15). Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
47
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Pengaruh Inflasi, Tingkat Suku Bunga Deposito, dan Jumlah Bagi Hasil Deposito Terhadap Jumlah Deposito Mudharabah
Bank Indonesia
Variabel Bebas atau Independent (X):
Variabel Terikat atau Dependent (Y):
1. Inflasi (X1) 2. Tingkat Suku Bunga Deposito (X2) 3. Jumlah Bagi Hasil (X3)
Uji Model Regresi
Pengujian Hipotesis : 1. Uji F 2. Uji t 2 3. Uji Adjust (R )
Pengujian asumsi Klasik : 1. Uji Normalitas 2. Uji Multikolinieritas 3. Uji Heteroskedastisitas 4. Uji Otokorelasi
Jumlah Deposito Mudharabah
Uji Regresi Berganda
Interpretasi dan Kesimpulan
E. Hipotesis Hipotesis merupakan dugaan sementara atas suatu hubungan, sebab akibat dari kinerja variabel yang perlu dibuktikan kebenarannya. Hipotesis dapat dibedakan dalam hipotesis deskriptif, hipotesis argumentatif, hipotesis 48
kerja, dan hipotesis statistik atau hipotesis nol. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesis statistik atau hipotesis nol yang bertujuan untuk memeriksa ketidakbenaran sebuah dalil atau teori yang selanjutnya akan ditolak melalui bukti-bukti yang sah (Abdul Hamid, 2010:16). Adapun alasan dalam menggunakan hipotesis ini karena penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan alat-alat statistik, karakteristik ini sama dengan yang dimiliki hipotesis statistik yang juga menggunakan alat-alat analisis dalam membuktikan dugaan objek-objek yang diteliti. Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran tersebut, maka hipotesis di bawah ini pada dasarnya merupakan jawaban sementara terhadap suatu masalah yang harus dibuktikan kebenarannya, adapun hipotesis yang dirumuskan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Ho
1
: tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara inflasi secara parsial
terhadap jumlah deposito mudharabah. H1
1
: terdapat pengaruh yang signifikan antara inflasi secara parsial
terhadap jumlah deposito mudharabah. 2. Ho
2
: tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat suku bunga
deposito secara parsial terhadap jumlah deposito mudharabah. H1 2 : terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat suku bunga deposito secara parsial terhadap jumlah deposito mudharabah. 3. Ho
3
: tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah bagi hasil
deposito secara parsial terhadap jumlah deposito mudharabah.
49
H1 3 : terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah bagi hasil deposito secara parsial terhadap jumlah deposito mudharabah. 4. Ho
4
: tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara inflasi, tingkat
suku bunga deposito, dan jumlah bagi hasil deposito secara simultan terhadap jumlah deposito mudharabah. H1
4
: terdapat pengaruh yang signifikan antara inflasi, tingkat suku
bunga deposito, dan jumlah bagi hasil deposito secara simultan terhadap jumlah deposito mudharabah.
50
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini terfokus pada inflasi, tingkat suku bunga deposito, dan jumlah bagi hasil deposito terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri (BSM). Periode yang diteliti dari tahun 2008 sampai tahun 2012. Data yang diambil merupakan data bulanan. Sedangkan jenis data yang penulis gunakan pada penelitian ini adalah data sekunder runtun waktu (time series).
B. Metode Penentuan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009:115). Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009:116). Objek dalam penelitian ini adalah Bank Syariah Mandiri (BSM). Bank Syariah Mandiri (BSM) dipilih karena merupakan Bank Syariah dengan banyak kelebihan. Bank Syariah Mandiri mencatatkan laba bersih Rp 806 miliar per 31 Desember 2012. Laba tersebut naik 46,28% dibanding laba BSM per 31 Desember 2011 sebesar Rp 551 miliar. Aset BSM per Desember 2012 Rp54,23 triliun atau tumbuh 11,42% dibanding posisi semula pada Desember 2011 sebesar Rp 48,67 triliun. 51
Sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) BSM per Desember 2012 mencapai Rp 47,41 triliun, naik 11,24%, dibanding posisi Desember 2011 sebesar Rp 42,62 triliun (www.syariahmandiri.co.id). Adapun teknik/metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel berdasarkan kemudahan (Convenience Sampling). Convenience Sampling berarti unit sampel yang ditarik mudah dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur, dan bersifat kooperatif (Abdul Hamid, 2010:18). Metode ini dipilih karena peneliti mengambil data dari Bank Syariah Mandiri yang sudah memiliki laporan keuangan pada publikasi Bank Indonesia dan website-nya.
C. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan informasi dan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk data yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi (Muhamad, 2008:102). Peneliti menggunakan data sekunder berupa data runtun waktu (time series) dengan skala bulanan (monthly) yang diambil dari data bulanan historis jumlah deposito mudharabah yang dihimpun oleh Bank Syariah Mandiri pada laporan keuangan publikasi bank pada Bank Indonesia dengan melihat laporan neraca dan laba rugi dari tahun 2008-2012 yang diperoleh dari situs 52
www.bi.go.id. Disamping itu diperoleh data bulanan historis inflasi pada website www.bps.go.id tingkat suku bunga deposito yang diperoleh dari website www.bi.go.id dengan rentan waktu yang sama dan jumlah bagi hasil deposito yang diperoleh dari laporan publikasi Bank Syariah Mandiri (BSM) yang ada di website Bank Indonesia. 2. Studi Kepustakaan (Library Research) Penulis mengadakan penelitian kepustakaan untuk mendapatkan teori dan konsep yang kuat agar dapat memecahkan permasalahan. Studi kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan literatur-literatur ilmiah, buku-buku, jurnal-jurnal, artikel, dan majalah yang berkaitan dengan penelitian ini. 3. Pengamatan Langsung (Field Research) Pengumpulan data dan keterangan seperti laporan keuangan dan data lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Diperoleh dari Bank Indonesia. Pencarian data dilakukan dengan dua cara, yaitu: a. Pencarian secara manual untuk data yang berbentuk kertas hasil cetakan. b. Pencarian dengan membuka website resmi Bank Indonesia yang mempublikasikan laporan keuangan dan penelitian pendukung yang diperlukan untuk penelitian ini.
D. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini analisis hubungan dilakukan dengan analisis regresi linier berganda. Digunakan regresi linier berganda karena regresi 53
sederhana tidak mencerminkan perilaku variabel ekonomi yang sebenarnya. Sebuah variabel dependen biasanya tidak dipengaruhi satu variabel tapi dipengaruhi banyak variabel (Widarjono, 2010:14). Hubungan tersebut di ekspresikan dengan bentuk persamaan yang menghubungkan variabel independen (X1, X2, X3, X4,….Xn) dengan variabel dependen (Y). Penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh antara inflasi, tingkat suku bunga deposito, dan jumlah bagi hasil deposito terhadap jumlah deposito mudharabah Bank Syariah Mandiri (BSM). Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda dengan menggunakan program komputer (software) SPSS versi 19.0 dan Microsoft Excel 2007. Berikut adalah metode yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini: 1. Statistik Deskriptif Penggunaan statistik deskriptif variabel penelitian dimaksudkan untuk
memberikan
penjelasan
yang
memudahkan
peneliti
dalam
menginterpretasikan hasil analisis data dan pembahasannya. Statistik
deskriptif
berhubungan
dengan
pengumpulan
dan
peringkasan data serta penyajiannya yang biasanya disajikan dalam bentuk tabulasi baik secara grafik dan atau numerik (Ghozali, 2011:19). 2. Analisis Regresi Berganda Pada analisis regresi berganda bahwa regresi berganda variabel tergantung (terikat) dipengaruhi oleh dua atau lebih variabel bebas sehingga hubungan fungsional antara variabel terikat (Y) dengan variabel bebas (X 1, X2, Xn). Kemudian dapat ditulis sebagai berikut (Suliyanto, 2011:53) : 54
Y = f (X1, X2, ….., Xn) Keterangan: Y
= Variabel tergantung atau terikat (dependent)
X1, X2, ..., Xn
= Variabel bebas (independent)
Secara piktografik model fungsional di atas dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 3.1 Model Piktografis Regresi berganda
e X1
X2
Y
Xn
Dalam model di atas terlihat bahwa variabel tergantung (terikat) dipengaruhi dua atau lebih variabel bebas, disamping itu juga terdapat pengaruh regresi linier berganda dapat dituliskan sebagai berikut: Y = a + b1X1 + b2X2 + …… + bnXn + e Keterangan: Y
= Variabel tergantung atau terikat (nilai yang diproyeksikan)
a
= Intercept (konstanta)
X2 = Variabel bebas kedua
b1
= Koefisien regresi untuk X1
Xn = Variabel bebas ke n 55
b2
= Koefisien regresi untuk X2
bn
= Koefisien regresi untuk Xn
X1
= Variabel bebas pertama
e = Nilai residu
Berdasarkan pemaparan di atas maka model persamaan analisis regresi linier berganda pada penelitian ini adalah sebagai berikut: DPM = a + b1INF + b2SBD + b3JBH + e Keterangan: DPM
= Jumlah Deposito Mudharabah, Variabel terikat (Y)
a
= Intercept (konstanta)
b1
= Koefisien regresi untuk X1
b2
= Koefisien regresi untuk X2
b3
= Koefisien regresi untuk X3
INF
= Inflasi, variabel bebas pertama (X1)
SBD
= Tingkat Suku Bunga Deposito, variabel bebas kedua (X2)
JBH
= Jumlah Bagi Hasil Deposito, variabel bebas ketiga (X3)
e
= Nilai residu
3. Pengujian Asumsi Klasik Menurut Nachrowi dan Usman (2006:7) model regresi linear adalah salah satu teknik analisis kuantitatif yang dapat digunakan untuk memberikan informasi besarnya hubungan sebab akibat (kausatif) antara suatu faktor dengan faktor lainnya. Setelah dilakukan analisis regresi, maka dilakukan pengujian asumsi klasik untuk mengetahui apakah model tersebut bersifat Best Linear Unbiased Estimator (BLUE) dengan beberapa 56
pengujian,
yaitu
pengujian
normalitas,
pengujian
multikolinieritas,
pengujian heteroskedastisitas dan pengujian otokorelasi. a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah variabel bebas dan variabel terikat mempunyai distribusi normal. Maksud data distribusi normal adalah data akan mengikuti arah garis diagonal dan menyebar disekitar garis diagonal. Menurut Suliyanto (2011:69), uji normalitas dimaksudkan untuk
menguji
apakah nilai
residual
yang telah
distandarisasi pada model regresi berditribusi normal atau tidak. Nilai residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya. Nilai residual terstandarisasi yang berdistribusi normal jika digambarkan dalam bentuk kurva akan membentuk gambar lonceng (bell-shaped curve) yang kedua sisinya melebar hingga sampai tidak terhingga. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji normalitas dengan analisis grafik. Adapun dasar pengambilan keputusan dalam uji ini adalah sebagai berikut: 1) Histogram Jika Histogram Standardized Regression Residual membentuk kurva seperti lonceng maka nilai residual tersebut dinyatakan normal. 2) Normal Probability Plot (Normal P-P Plot) Membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi normal 57
digambarkan dengan sebuah garis diagonal lurus dari kiri bawah ke kanan atas. Jika data normal maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti atau merapat ke garis diagonalnya. Disamping itu, uji normalitas dengan analisis grafik dapat memberikan hasil yang subyektif. Artinya, antara orang yang satu dengan yang lain dapat berbeda dalam menginterpretasikannya, maka peneliti menggunakan uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov. Nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal jika nilai Signifikansi (Sig) > alpha (α) atau K hitung < K tabel (Suliyanto, 2011:75). b. Uji Multikolinieritas Multikolinearitas
adalah
hubungan
liniear
antar
variabel
independen di dalam regresi berganda. Model regresi yang baik seharusnya
tidak
terjadi
korelasi
diantara
variabel
independen
(Widarjono, 2010:75). Yaitu munculnya peluang diantara beberapa variabel bebas untuk saling berkorelasi, pada praktiknya multikolinieritas tidak dapat dihindari. Imam Ghozali (2011) mengukur multikolinieritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi karena VIF = 1/tolerance. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance < 0.10 atau sama dengan VIF > 10. Hipotesis yang digunakan dalam pengujian multikolinieritas adalah: 58
1) H0: VIF > 10, terdapat multikolinieritas 2) H1: VIF < 10, tidak terdapat multikolinieritas c. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas yaitu kondisi dimana semua residual atau error mempunyai varian yang tidak konstan atau berubah-ubah. Untuk mengetahui apakah suatu data bersifat heteroskedastisitas atau tidak, maka perlu pengujian. Pengujian heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan metode Analisis Grafik dan metode Rank Spearman. Metode analisis grafik dilakukan dengan mengamati scatterplot di mana sumbu horizontal menggambarkan Predicted Standardized sedangkan sumbu vertikal menggambarkan nilai Residual Studentized. Jika scatterplot membentuk pola tertentu, hal itu menunjukkan adanya masalah heteroskedastisitas pada model regresi yang dibentuk (Suliyanto, 2011:97). Model analisis grafik ini memiliki kelemahan, yaitu bersifat subyektif. Artinya, dengan scatterplot yang sama, antara orang satu dengan orang yang lain dapat memberikan kesimpulan yang berbeda mengenai pola scatterplot itu. Maka dari itu, penulis melakukan pengujian heteroskedastisitas dengan metode Rank Spearman untuk mendukung bahwa dalam model regresi ini tidak terdapat gejala heteroskedastisitas. Metode Rank Spearman dengan mengkorelasikan semua variabel bebas terhadap nilai mutlak residualnya menggunakan korelasi Rank Spearman. Jika terdapat korelasi variabel bebas yang signifikan positif 59
dengan nilai mutlak residualnya maka dalam model regresi yang dibentuk terdapat masalah heteroskedastisitas. Dalam hal ini jika nilai signifikasi lebih besar dari nilai alpha (Sig. > α) atau dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas apabila t
hitung
< t
tabel
(Suliyanto, 2011:112).
Untuk menghitung t hitung digunakan rumus berikut:
ρxy = Koefisien Korelasi Rank Spearman N = Jumlah Pengamatan
d. Uji Otokorelasi Uji otokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Uji otokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu (time-series) atau ruang (cross section). Salah satu penyebab munculnya masalah otokorelasi adalah adanya
kelembaman
(inertia)
artinya
kemungkinan
besar
akan
mengandung saling ketergantungan (interdependence) pada data observasi periode sebelumnya dan periode sekarang (Suliyanto, 2011:125). Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah otokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut (Danang Sunyoto, 2011:134) : 60
1) Terjadi otokorelasi positif, jika nilai DW dibawah -2 (DW < -2) 2) Tidak terjadi otokorelasi, jika nilai DW berada diantara -2 dan +2 atau -2 < DW < +2 3) Terjadi otokorelasi negatif jika nilai DW diatas +2 atau DW > +2 Menentukan ada tidaknya masalah otokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut: (Singgih, 2012:243): (a) Angka D-W dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif (b) Angka D-W diantara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi (c) Angka D-W diatas +2, berarti ada autokorelasi negatif 4. Pengujian Hipotesis Dalam melakukan pengujian hipotesis, penulis memakai α = 5% (0,05) atau tingkat kepercayaan 95%. Metode pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Uji F Menurut Nachrowi & Usman (2006:17), Uji-F digunakan untuk menguji koefisien bersama-sama, sehingga nilai dari koefisien regresi tersebut dapat diketahui secara bersama. Menurut Suliyanto (2011:55), Uji F hitung digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan variabel bebas terhadap variabel terikatnya atau untuk menguji ketepatan model (goodness of fit). Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara simultan terhadap variabel terikat maka model persamaan regresi masuk dalam
61
kriteria cocok atau fit. Sebaliknya, jika tidak terdapat pengaruh secara simultan maka masuk dalam kategori tidak cocok atau not fit. Adapun cara pengujian dalam uji F ini, yaitu dengan menggunakan suatu tabel yang disebut dengan Tabel ANOVA (Analysis of Variance) dengan melihat nilai signifikasi (Sig < 0,05 atau 5 %). Jika nilai signifikasi > 0.05 maka H1 ditolak, sebaliknya jika nilai signifikasi < 0.05 maka H1 diterima. Selain itu, dapat juga dilihat dari nilai F hitung dan F tabel. Jika Fhitung > Ftabel maka variabel bebas secara simultan berpengaruh terhadap variabel terikatnya di mana Ftabel dengan derajat bebas, df: α, (k-1), (n-k). Dimana n = jumlah pengamatan, k = jumlah variabel (Suliyanto, 2011:62). b. Uji t Menurut Nachrowi & Usman (2006:18) setelah melakukan uji koefisien regresi secara keseluruhan, maka langkah selanjutnya adalah menghitung koefisien regresi secara individu, dengan menggunakan suatu uji yang dikenal dengan sebutan Uji-t. Menurut Suliyanto (2011:55), nilai t hitung digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial (per variabel) terhadap terikatnya. Apakah variabel tersebut memiliki pengaruh yang berarti terhadap variabel terikatnya atau tidak. Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masingmasing variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel
62
dependen yang diuji pada tingkat signifikasi 0.05 maka variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011). c. Uji Koefisien Determinasi (R2) Koefesiensi
determinasi
(R2) digunakan untuk
mengukur
seberapa baik garis regresi sesuai dengan data aktualnya (goodness of fit). Koefisiensi determinasi ini mengukur prosentase total varian variabel dependen Y yang dijelaskan oleh variabel independen di dalam garis regresi. Menurut Sulaiman (2004:86) nilai R2 mempunyai interval antara 0 sampai 1 (0< R2 < 1). Semakin besar R2 (mendekati 1), semakin baik hasil untuk model regresi tersebut dan semakin mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel dependen. Koefisien Determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Nilai R square berada diantara 0 – 1, semakin dekat nilai R square dengan 1 maka garis regresi yang digambarkan menjelaskan 100% variasi dalam Y. Sebaliknya, jika nilai R square sama dengan 0 atau mendekatinya maka garis regresi tidak menjelaskan variasi dalam Y. Menurut Suliyanto (2011:55), koefisien determinasi merupakan besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Semakin tinggi koefisien determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel terikatnya. Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah variabel 63
bebas yang dimasukkan dalam model regresi di mana setiap penambahan satu variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam model akan meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang dimasukkan tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R Square (R2adj). Koefisien determinasi yang telah disesuaikan (R2adj) berarti bahwa koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah variabel dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan koefisien determinasi yang disesuaikan maka nilai koefisien determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau turun oleh adanya penambahan variabel baru dalam model.
E. Operasional Variabel Penelitian Operasional variabel merupakan definisi dari serangkaian variabel yang digunakan dalam penulisan (Abdul Hamid, 2010:20). Pengertian operasional variabel adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat yang dapat diamati (di observasi) dari definisi operasional tersebut dapat ditentukan alat pengambilan data yang cocok dipergunakan. Definisi dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Inflasi Inflasi merupakan variabel bebas pertama (X1). Maksud dari variabel ini adalah merupakan perubahan kenaikan harga-harga umum secara terus 64
menerus, yang dihitung dari tingkat inflasi di Indonesia dan dinyatakan dalam persen. Periode tahun 2008 sampai dengan 2012. Data didapat dari website Badan Pusat Statistik. Data dalam bentuk persentase (%). 2. Tingkat Suku Bunga Deposito Tingkat suku bunga deposito pada bank umum konvensional (BUK) merupakan variabel bebas kedua (X2). Maksud dari variabel ini adalah tingkat bunga yang ditetapkan Bank Indonesia memiliki pengaruh terhadap nasabah rasional yang melihat keuntungan. Ketika suku bunga naik maka lebih baik deposito di bank konvensional jika suku bunga turun maka deposito mudharabah pada bank syariah memiliki keuntungan yang lebih besar. Dalam penelitian ini data mengenai tingkat suku bunga deposito didapat dari website Bank Indonesia www.bi.go.id periode tahun 2008 sampai 2012 berupa persentase (%). 3. Jumlah Bagi Hasil Deposito Jumlah bagi hasil deposito merupakan variabel bebas ketiga (X3). Maksud dari variabel ini adalah total jumlah bagi hasil deposito mudharabah yang diterima oleh hak pihak ketiga bukan bank (nasabah) simpanan deposito mudharabah selama tahun 2008 sampai dengan 2012. Data diperoleh dari laporan laba rugi Bank Syariah Mandiri (BSM) pada laporan keuangan publikasi bank di Bank Indonesia. Data dalam bentuk satuan jutaan Rupiah (Rp).
65
4. Jumlah Deposito Mudharabah Jumlah deposito mudharabah merupakan variabel terikat atau dependent (Y). Mudharabah adalah akad kerja sama antara pemilik modal dengan pengelola di mana keuntungan di bagi berdasarkan akad. Deposito Mudharabah adalah simpanan berdasarkan prinsip bagi hasil yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. Dalam penelitian ini penulis menggunakan jumlah keseluruhan deposito mudharabah dengan jangka waktu deposito 1 bulan baik berupa deposito mudharabah rupiah atau valas periode 2008 sampai dengan 2012 yang diperoleh dari laporan neraca Bank Syariah Mandiri (BSM) pada laporan keuangan publikasi bank di Bank Indonesia. Data dalam bentuk satuan jutaan Rupiah (Rp).
66
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian Nilai-nilai perusahaan yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan integritas telah tertanam kuat pada segenap insan Bank Syariah Mandiri (BSM) sejak awal pendiriannya. Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 19971998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia. Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing. Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan 67
Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB. Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di
kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas
diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system). Tim
Pengembangan
Perbankan
Syariah
memandang
bahwa
pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh
karenanya,
Tim
Pengembangan
Perbankan
Syariah
segera
mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999. Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan 68
dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999. PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik (www.syariahmandiri.co.id). 1. Visi dan Misi PT Bank Syariah Mandiri Visi
Menjadi Bank Syariah Terpercaya Pilihan Mitra Usaha
Misi
Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan
Mengutamakan
penghimpunan
dana
konsumer
dan
penyaluran
pembiayaan pada segmen UMKM
Merekrut dan mengembangkan pegawai profesional dalam lingkungan kerja yang sehat
Mengembangkan nilai-nilai syariah universal
Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang sehat
69
2. Struktur Organisasi PT Bank Syariah Mandiri Gambar 4.1 Bagan Struktur Organisasi pada Bank Syariah Mandiri
Sumber: www.syariahmandiri.co.id 3. Produk-Produk Bank Syariah Mandiri a. Produk-Produk Pembiayaan Bank Syariah Mandiri (BSM) memiliki banyak produk-produk pembiayaan antara lain:
70
BSM Implan adalah pembiayaan konsumer dalam valuta rupiah yang diberikan oleh bank kepada karyawan tetap Perusahaan yang pengajuannya dilakukan secara massal (kelompok). Pembiayaan Peralatan Kedokteran adalah pemberian fasilitas pembiayaan kepada para profesional di bidang kedokteran/kesehatan untuk pembelian peralatan kedokteran. Pembiayaan Edukasi BSM adalah pembiayaan jangka pendek dan menengah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan uang masuk sekolah/perguruan tinggi/lembaga pendidikan lainnya atau uang pendidikan pada saat pendaftaran tahun ajaran/semester baru berikutnya dengan akad ijarah. Pembiayaan Dana Berputar adalah fasilitas pembiayaan modal kerja dengan prinsip musyarakah yang penarikan dananya dapat dilakukan sewaktu-waktu berdasarkan kebutuhan riil nasabah. Pembiayaan kepada Pensiunan merupakan penyaluran fasilitas pembiayaan konsumer (termasuk untuk pembiayaan multiguna) kepada para pensuinan, dengan pembayaran angsuran dilakukan melalui pemotongan uang pensiun langsung yang diterima oleh bank setiap bulan (pensiun bulanan). Akad yang digunakan adalah akad murabahah atau ijarah. Pembiayaan Umrah adalah pembiayaan jangka pendek yang digunakan untuk memfasilitasi kebutuhan biaya perjalanan umrah
71
seperti namun tidak terbatas untuk tiket, akomodasi dan persiapan biaya umrah lainnya dengan akad ijarah. Penyaluran pembiayaan kepada/melalui koperasi karyawan untuk pemenuhan kebutuhan para anggotanya (kolektif) yang mengajukan pembiayaan melalui koperasi karyawan. Pembiayaan Griya BSM adalah pembiayaan jangka pendek, menengah, atau panjang untuk membiayai pembelian rumah tinggal (konsumer), baik baru maupun bekas, di lingkungan developer maupun non developer, dengan sistem murabahah. Pembiayaan talangan haji merupakan pinjaman dana talangan dari bank kepada nasabah khusus untuk menutupi kekurangan dana untuk memperoleh kursi/seat haji dan pada saat pelunasan BPIH. BSM Customer Network Financing selanjutnya disebut BSMCNF adalah fasilitas pembiayaan modal kerja yang diberikan kepada Nasabah
(agen,
persediaan/inventory
dealer,
dan
barang
sebagainya) dari
untuk
pembelian
Rekanan
(ATPM,
produsen/distributor, dan sebagainya) yang menjalin kerjasama dengan bank. Pembiayaan Griya BSM Optima merupakan pemilikan rumah dengan tambahan benefit berupa adanya fasilitas pembiayaan tambahan yang dapat diambil nasabah pada waktu tertentu sepanjang coverage atas agunannya masih dapat meng-cover total pembiayaannya dan dengan memperhitungkan kecukupan debt to service ratio nasabah. 72
Pembiayaan Griya BSM Bersubsidi adalah pembiayaan untuk pemilikan atau pembelian rumah sederhana sehat (RS Sehat/RSH) yang dibangun oleh pengembang dengan dukungan fasilitas subsidi uang muka dari pemerintah. BSM Pembiayaan Kendaraan Bermotor (PKB) merupakan pembiayaan untuk pembelian kendaraan bermotor dengan sistem murabahah (www.syariahmandiri.co.id). b. Produk-Produk Pendanaan BSM Giro Valas sarana penyimpanan dana dalam mata uang US Dollar untuk kemudahan transaksi dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah yad dhamanah untuk perorangan atau non-perorangan. BSM Giro Singapore Dollar sarana penyimpanan dana dalam mata uang Singapore Dollar untuk kemudahan transaksi dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah yad dhamanah untuk perorangan atau non-perorangan. BSM Giro Euro sarana penyimpanan dana dalam mata uang Singapore Dollar untuk kemudahan transaksi dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah yad dhamanah untuk perorangan atau nonperorangan. BSM Deposito investasi berjangka waktu tertentu dalam mata uang rupiah yang dikelola berdasarkan prinsip mudharabah muthlaqah untuk perorangan dan non-perorangan.
73
BSM Deposito Valas investasi berjangka waktu tertentu dalam mata uang dollar yang dikelola berdasarkan prinsip mudharabah muthlaqah untuk perorangan dan non-perorangan. Tabungan dalam mata uang rupiah yang penarikan dan setorannya dapat dilakukan setiap saat selama jam kas dibuka di konter BSM atau melalui ATM. BSM
Tabungan
Berencana
tabungan
berjangka
yang
memberikan nisbah bagi hasil berjenjang serta kepastian pencapaian target dana yang telah ditetapkan. BSM Tabungan Simpatik tabungan berdasarkan prinsip wadiah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat berdasarkan syaratsyarat yang disepakati. BSM Tabungan Investa Cendekia tabungan berjangka untuk keperluan uang pendidikan dengan jumlah setoran bulanan tetap (installment) dan dilengkapi dengan perlindungan asuransi. BSM Tabungan Mabrur tabungan dalam mata uang rupiah untuk membantu pelaksanaan ibadah haji & umrah. BSM Tabungan Dollar tabungan dalam mata uang dollar (USD) yang penarikan dan setorannya dapat dilakukan setiap saat atau sesuai ketentuan BSM. BSM Tabungan Korban tabungan dalam mata uang rupiah untuk membantu nasabah dalam merencanakan ibadah kurban dan aqiqah.
74
Tabungan Pensiun BSM adalah simpanan dalam mata uang rupiah berdasarkan prinsip mudharabah mutlaqah, yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat berdasarkan syarat-syarat dan ketentuan yang disepakati. Produk ini merupakan hasil kerjasama BSM dengan PT Taspen yang diperuntukkan bagi pensiunan pegawai negeri Indonesia. BSM Giro sarana penyimpanan dana dalam mata uang Rupiah untuk kemudahan transaksi dengan pengelolaan berdasarkan prinsip wadiah yad dhamanah (www.syariahmandiri.co.id). c. Produk-Produk Jasa BSM Mobile Banking GPRS (MBG) memudahkan Anda dalam melakukan transaksi perbankan dengan teknologi GPRS di ponsel Anda. Kini, dilengkapi fitur untuk melakukan transfer real time antar bank dengan biaya pulsa paling murah. BSM Net Banking merupakan produk layanan perbankan berbasis teknologi internet yang memberikan kemudahan melakukan berbagai transaksi perbankan. BSM Jual Beli Valas pertukaran mata uang rupiah dengan mata uang asing atau mata uang asing dengan mata uang asing lainnya yang dilakukan oleh Bank Syariah Mandiri dengan nasabah. BSM Electronic Payroll pembayaran gaji karyawan institusi melalui teknologi terkini Bank Syariah Mandiri secara mudah, aman dan fleksibel. 75
Manfaatkan layanan BSM Transfer Uang Tunai untuk mengirim uang tunai kepada sanak saudara atau rekan bisnis Anda di seluruh pelosok negeri tercinta dengan mudah dan aman. Uang tetap dapat dikirim meskipun di lokasi tersebut belum tersedia layanan perbankan. BSM Kliring penagihan warkat bank lain di mana lokasi bank tertariknya berada dalam satu wilayah kliring. BSM Inkaso Penagihan warkat bank lain di mana bank tertariknya berbeda wilayah kliring atau berada di luar negeri, hasilnya penagihan akan dikredit ke rekening nasabah. BSM Card merupakan sarana untuk melakukan transaksi penarikan, pembayaran, dan pemindahbukuan dana pada ATM BSM, ATM Mandiri, jaringan ATM Prima-BCA dan ATM Bersama, serta ATM Bankcard. BSM Card juga berfungsi sebagai kartu Debit yang dapat digunakan untuk transaksi belanja di seluruh merchant yang menggunakan EDC Prima-BCA. BSM Sentra Bayar merupakan layanan bank dalam menerima pembayaran tagihan pelanggan. BSM SMS Banking merupakan produk layanan perbankan berbasis teknologi seluler yang memberikan kemudahan melakukan berbagai transaksi perbankan. Dan masih banyak lagi produk jasa yang diberikan oleh Bank Syariah Mandiri yang diberikan pada nasabahnya (www.syariahmandiri.co.id). 76
B. Hasil Analisis dan Pembahasan 1. Analisis Deskriptif Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan Program SPSS 19.0 dan Microsoft Excel 2007, untuk mengolah data dan memperoleh hasil dari variabel-variabel yang diteliti, yaitu terdiri dari variabel inflasi, tingkat suku bunga deposito, jumlah bagi hasil deposito dan jumlah deposito mudharabah. Berikut dapat dilihat perkembangan dari penghimpunan dana pihak ketiga yaitu deposito mudharabah Bank Syariah Mandiri (BSM) yang dipublikasikan pada laporan keuangan Bank Indonesia. Tabel 4.1 Jumlah Deposito Mudharabah (dalam jutaan rupiah) Bulan 2008 Januari 5.232.654 Februari 5.723.895 Maret 6.134.602 April 6.696.483 Mei 6.298.423 Juni 6.681.816 Juli 6.756.192 Agustus 6.968.853 September 7.098.350 Oktober 7.275.193 November 7.583.930 Desember 7.802.322 Rata-rata 6.687.726 Sumber: Data diolah
2009 7.765.849 7.937.765 7.952.787 6.090.330 8.012.166 7.991.910 7.452.907 7.824.576 8.036.013 8.437.882 8.620.397 9.583.761 7.975.529
2010 9.957.412 10.222.510 10.902.750 11.502.232 11.541.841 9.142.094 9.603.320 12.322.805 12.817.417 12.999.616 13.389.538 15.110.402 11.625.995
2011 14.956.511 15.341.027 17.449.883 16.623.765 17.270.458 18.687.254 19.463.013 20.165.632 21.393.987 21.778.450 23.022.056 23.524.711 19.139.729
2012 22.934.744 24.119.830 22.779.096 21.344.383 21.879.096 22.098.719 20.812.114 21.438.434 21.300.901 21.380.364 22.911.695 21.826.644 22.068.835
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas, rata-rata nilai deposito mudharabah tertinggi terjadi pada tahun 2012, yaitu sebesar 22.068.835 (jutaan) dan rata-
77
rata nilai deposito mudharabah terendah terjadi pada tahun 2008, yaitu sebesar 6.687.726 (jutaan). Sedangkan nilai deposito mudharabah terbesar selama periode penelitian terjadi pada bulan Februari 2012, yaitu sebesar 24.119.830 (jutaan) dan nilai terendah terjadi pada bulan Januari 2008, yaitu sebesar 5.232.654 (jutaan). Grafik mengenai perubahan deposito mudharabah pada tahun penelitian 2008-2012 pada PT Bank Syariah Mandiri dapat dilihat dari gambar grafik 4.2 di bawah ini. Gambar 4.2 Jumlah Deposito Mudharabah (dalam jutaan rupiah)
DPM 30,000,000 25,000,000 20,000,000 15,000,000 DPM 10,000,000 5,000,000 0 200 8
200 9
201 0
201 1
201 2
Sumber: Data diolah Dilihat dari grafik 4.2 di atas mengenai perubahan deposito mudharabah dapat diketahui bahwa perkembangan deposito pada tahun penelitian naik dari tahun ke tahun, meski pada waktu tertentu deposito
78
mudharabah sempat turun tetapi naik kembali pada bulan berikutnya. Deposito mudharabah paling rendah berada pada tahun 2008 dikarenakan terjadinya krisis yang mengakibatkan banyak nasabah yang mengurangi tingkat investasinya untuk keperluan konsumsi. Pada tahun berikutnya produk deposito mudharabah mengalami peningkatan yang cukup pesat. Berikut dapat dilihat perkembangan dari inflasi yang dipublikasikan pada laporan Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun penelitian. Tabel 4.2 Tingkat Inflasi di Indonesia (dalam persen %) Bulan 2008 Januari 1,77 Februari 0,65 Maret 0,95 April 0,57 Mei 1,41 Juni 2,46 Juli 1,37 Agustus 0,51 September 0,97 Oktober 0,45 November 0,12 Desember -0,04 Rata-rata 0,93 Sumber: Data diolah
2009 -0,07 0,21 0,22 -0,31 0,04 0,11 0,45 0,56 1,05 0,19 -0,03 -0,33 0,17
2010 0,84 0,30 -0,14 0,15 0,29 0,97 1,57 0,76 0,44 0,06 0,60 0,92 0,56
2011 0,89 0,13 -0,32 -0,31 0,12 0,55 0,67 0,93 0,27 -0,12 0,34 0,57 0,31
2012 0,76 0,05 0,07 0,21 0,07 0,62 0,70 0,95 0,01 0,16 0,07 0,54 0,35
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, rata-rata nilai inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2008, yaitu sebesar 0,93 (persen) dan rata-rata nilai inflasi terendah terjadi pada tahun 2009, yaitu sebesar 0,17 (persen). Sedangkan nilai inflasi terbesar selama periode penelitian terjadi pada bulan Juni 2008,
79
yaitu sebesar 2,46 (persen) dan nilai terendah terjadi pada bulan Desember 2009, yaitu sebesar -0,33 (persen). Grafik mengenai perubahan tingkat inflasi di Indonesia pada tahun penelitian 2008-2012 dapat dilihat dari gambar grafik 4.3 di bawah ini. Gambar 4.3 Tingkat Inflasi di Indonesia (dalam persen %)
INF 3 2.5 2 1.5 INF
1 0.5 0 -0.5
2008
2009
2010
2011
2012
Sumber: Data diolah Dilihat dari grafik 4.3 diatas mengenai perubahan tingkat inflasi di Indonesia selama periode penelitian 2008-2012 bahwa inflasi terjadi cukup tinggi melebihi target yang ditetapkan pemerintah tahun 2008. Ini disebabkan karena bergejolaknya ekonomi dunia yang berdampak pada negara berkembang termasuk Indonesia. Penyumbang inflasi terbesar pada tahun 2008 ini lebih banyak dari sisi cost push inflation. Meningkatnya harga minyak dunia yang akhirnya memaksa pemerintah untuk menaikkan harga BBM pada bulan Mei 2008 memberikan kontribusi yang sangat 80
signifikan terhadap tingkat inflasi. Selain itu, meningkatnya harga komoditas pangan dunia (kebutuhan bahan pangan impor seperti kedelai, jagung dan terigu), sejak akhir tahun 2007 yang otomatis meningkatkan biaya pokok produksi perusahaan juga memberikan kontribusi angka inflasi yang sangat besar. Berikut dapat dilihat perkembangan dari tingkat suku bunga deposito yang dipublikasikan pada laporan keuangan Bank Indonesia pada tahun penelitian. Tabel 4.3 Tingkat Suku Bunga Deposito (dalam persen %) Bulan 2008 Januari 0,589 Februari 0,579 Maret 0,573 April 0,572 Mei 0,582 Juni 0,599 Juli 0,626 Agustus 0,670 September 0,772 Oktober 0,845 November 0,867 Desember 0,896 Rata-rata 0,681 Sumber: Data diolah
2009 0,877 0,824 0,785 0,753 0,731 0,710 0,693 0,662 0,619 0,615 0,597 0,573 0,703
2010 0,591 0,578 0,564 0,574 0,563 0,566 0,566 0,563 0,560 0,568 0,565 0,569 0,569
2011 0,560 0,560 0,569 0,567 0,571 0,568 0,572 0,567 0,569 0,563 0,547 0,529 0,562
2012 0,522 0,498 0,472 0,452 0,446 0,449 0,449 0,452 0,450 0,458 0,452 0,465 0,466
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas, rata-rata nilai tingkat suku bunga deposito tertinggi terjadi pada tahun 2009, yaitu sebesar 0,703 (persen) dan rata-rata nilai tingkat suku bunga deposito terendah terjadi pada tahun 2012, yaitu sebesar 0,466 (persen). Sedangkan nilai tingkat suku bunga deposito terbesar selama periode penelitian terjadi pada bulan Desember 2008, yaitu 81
sebesar 0,896 (persen) dan nilai terendah terjadi pada bulan Mei 2012, yaitu sebesar 0,446 (persen). Grafik mengenai perubahan tingkat suku bunga deposito pada tahun penelitian 2008-2012 dapat dilihat dari gambar grafik 4.4 di bawah ini. Gambar 4.4 Tingkat Suku Bunga Deposito (dalam persen %)
SBD 1 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0
SBD
2008
2009
2010
2011
2012
Sumber: Data diolah Dilihat dari grafik 4.4 mengenai perubahan tingkat suku bunga deposito pada tahun penelitian 2008-2012 menunjukkan tren yang meningkat pada tahun 2008 awal hingga akhir dikarenakan kondisi ekonomi makro yang tidak stabil dan inflasi yang naik. Tingkat suku bunga deposito meningkat untuk menarik nasabah agar tetap menginvestasikan dananya pada bank konvensional. Kemudian tahun berikutnya tingkat suku bunga deposito kembali menurun hingga periode akhir tahun penelitian.
82
Berikut dapat dilihat perkembangan dari jumlah bagi hasil deposito Bank Syariah Mandiri (BSM) yang dipublikasikan pada laporan keuangan Bank Indonesia. Tabel 4.4 Jumlah Bagi Hasil Deposito (dalam jutaan rupiah) Bulan 2008 Januari 35.490 Februari 68.075 Maret 105.244 April 140.169 Mei 178.388 Juni 216.065 Juli 256.553 Agustus 295.935 September 340.167 Oktober 392.070 November 446.705 Desember 509.073 Rata-rata 248.661 Sumber: Data diolah
2009 58.503 115.933 169.731 220.989 263.184 322.033 364.971 417.836 476.326 524.005 576.305 629.271 344.924
2010 57.308 111.387 173.817 242.765 315.339 381.454 446.599 516.339 597.914 680.261 760.655 848.727 427.714
2011 81.025 180.985 274.195 391.076 499.409 602.640 714.607 849.098 959.858 1.095.498 1.232.269 1.367.853 687.376
2012 135.132 235.758 366.372 483.924 608.414 722.847 836.073 941.222 1.043.945 1.149.972 1.257.164 1.364.852 762.140
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, rata-rata nilai jumlah bagi hasil deposito tertinggi terjadi pada tahun 2012, yaitu sebesar 762.140 (jutaan) dan rata-rata nilai jumlah bagi hasil deposito terendah terjadi pada tahun 2008, yaitu sebesar 248.661 (jutaan). Sedangkan nilai jumlah bagi hasil deposito terbesar selama periode penelitian terjadi pada bulan Desember 2011, yaitu sebesar 1.367.853 (jutaan) dan nilai terendah terjadi pada bulan Januari 2008, yaitu sebesar 35.490 (jutaan). Grafik mengenai perubahan jumlah bagi hasil deposito pada tahun penelitian 2008-2012 dapat dilihat dari gambar grafik 4.5 di bawah ini.
83
Gambar 4.5 Jumlah Bagi Hasil Deposito (dalam jutaan rupiah)
JBH 1,600,000 1,400,000 1,200,000 1,000,000 800,000 JBH
600,000 400,000 200,000 0 200 8
200 9
201 0
201 1
201 2
Sumber: Data diolah Dilihat dari grafik 4.5 mengenai perubahan jumlah bagi hasil deposito pada periode penelitian 2008-2012 pada Bank Syariah Mandiri (BSM) menunjukkan tren yang meningkat setiap tahunnya. Ini dikarenakan jumlah deposito mudharabah yang dihimpun bank tersebut juga mengalami peningkatan yang akhirnya meningkatkan jumlah bagi hasil yang diberikan bank tersebut pada nasabahnya. 2. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah variabel bebas dan variabel terikat mempunyai distribusi normal. Maksud data distribusi normal adalah data akan mengikuti arah garis diagonal dan menyebar disekitar garis diagonal. Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji 84
apakah nilai residual yang telah distandarisasi pada model regresi berditribusi normal atau tidak. Nilai residual dikatakan berdistribusi normal jika residual nilai residual terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji normalitas dengan analisis grafik dan uji Kolmogorov-Smirnov. Berikut adalah hasil dari uji ini: 1) Analisa Grafik Histogram Gambar 4.6 Histogram
Sumber: Data diolah Berdasarkan gambar diatas histogram Regression Residual membentuk kurva seperti lonceng maka nilai residual tersebut dinyatakan normal atau data berdistribusi normal. 2) Analisa Grafik dengan Normal Probability Plot (Normal P-P Plot)
85
Gambar 4.7 Grafik P-P Plot
Sumber: Data diolah Berdasarkan grafik diatas, titik-titik mengikuti atau merapat ke garis diagonal maka data dalam penelitian ini normal atau berdistribusi normal. 3) Uji Kolmogorov-Smirnov Tabel 4.5 Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Standardized Residual N Normal Parameters
60 a,b
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences Absolute Positive Negative
.0000000 .97424460 .137 .137 -.074
Kolmogorov-Smirnov Z
1.058
Asymp. Sig. (2-tailed)
.213
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: Data diolah 86
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, maka dapat disimpulkan data dalam penelitian ini berdistribusi normal dilihat dari nilai Sig. > α atau 0,213 > 0,05. b. Uji Multikolilinieritas Yaitu munculnya peluang diantara beberapa variabel bebas untuk saling berkorelasi, pada praktiknya multikolinieritas tidak dapat dihindari. Mengukur multikolinieritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi karena VIF = 1/tolerance. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance < 0.10 atau sama dengan VIF > 10. Berikut adalah hasil dari uji Multikolinieritas pada tabel 4.6: Tabel 4.6 Uji Multikolinieritas dengan Nilai Tolerance dan VIF Coefficients
a
Collinearity Statistics Model
Tolerance
VIF
1 (Constant) INF
.944
1.059
SBD
.780
1.282
JBH
.773
1.293
a. Dependent Variable: DPM
Sumber: Data diolah Berdasarkan tabel 4.6 diatas, nilai Tolerance variabel bebas inflasi = 0,944, tingkat suku bunga deposito = 0,780 dan jumlah bagi hasil deposito = 0,773. Sedangkan nilai VIF variabel bebas inflasi = 1,059, 87
tingkat suku bunga deposito = 1,282 dan jumlah bagi hasil deposito = 1,293. Dapat disimpulkan bahwa model regresi dinyatakan bebas dari multikolinearitas karena nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10. c. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas yaitu kondisi dimana semua residual atau error mempunyai varian yang tidak konstan atau berubah-ubah. Untuk mengetahui apakah suatu data bersifat heteroskedastisitas atau tidak, maka perlu pengujian. Pengujian heteroskedastisitas pada penelitian ini menggunakan metode analisis grafik Scatterplot dan metode Rank Spearman. Berikut adalah hasil dari metode yang dilakukan: 1) Metode Analisis Grafik Scatterplot Berikut adalah tampilan scatterplot pada gambar 4.8 di bawah ini: Gambar 4.8 Scatterplot
Sumber: Data diolah
88
Berdasarkan tampilan Scatterplot pada gambar 4.8 di atas maka dapat disimpulkan bahwa plot menyebar secara acak diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Regression Studentized Residual. Oleh karena itu pada model regresi yang dibentuk dinyatakan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas. 2) Metode Rank Spearman Berikut adalah hasil dari pengujian heteroskedastisitas dengan metode Rank Spearman pada tabel 4.7 dibawah ini: Tabel 4.7 Uji Heteroskedastisitas Metode Rank Spearman Correlations ABRES Spearman's rho ABRES Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N INF
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
SBD
SBD
1.000 -.128
JBH
.004
-.137
.
.165
.489
.149
60
60
60
60
-.128 1.000
-.012
-.114
.165
.
.465
.194
60
60
60
60 **
Correlation Coefficient
.004 -.012
Sig. (1-tailed)
.489
.465
.
.000
60
60
60
60
**
1.000
N JBH
INF
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
1.000 -.487
-.137 -.114 -.487 .149
.194
.000
.
60
60
60
60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Sumber: Data diolah Berdasarkan tabel 4.7 di atas, nilai Sig. inflasi 0,165, tingkat suku bunga deposito 0,489 dan jumlah bagi hasil deposito 0,149, karena nilai Sig. > α (Sig > 0,05) maka pada model regresi ini tidak 89
terdapat gejala heteroskedastisitas. Selain itu, dikatakan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas apabila nilai t
hitung
< t
tabel.
Untuk
menghitung t hitung digunakan rumus berikut:
dengan ρxy adalah koefisien korelasi Rank Spearman dan N adalah jumlah pengamatan (N-2). Dengan menggunakan rumus t hitung
di atas nilai t hitung variabel inflasi -0,983, tingkat suku bunga
deposito 0,030 dan jumlah bagi hasil deposito -1,053 dengan nilai t tabel
1,671.
Dapat
disimpulkan
tidak
terdapat
gejala
heteroskedastisitas karena nilai thitung < ttabel. d. Uji Otokorelasi Uji otokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut waktu (time-series) atau ruang (cross section). Salah satu penyebab munculnya masalah otokorelasi adalah adanya kelembaman (inertia) artinya kemungkinan
besar
akan
mengandung
saling
ketergantungan
(interdependence) pada data observasi periode sebelumnya dan periode sekarang. Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah otokorelasi adalah dengan uji Durbin-Watson (DW). Berikut adalah hasil uji otokorelasi dengan metode Durbin Watson (DW) pada tabel 4.8 di bawah ini: 90
Tabel 4.8 Uji Durbin Watson (DW) b
Model Summary
Model
R
1
.836
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.699
.683 3576221.7241514
Durbin-Watson .483
a. Predictors: (Constant), JBH, INF, SBD b. Dependent Variable: DPM
Sumber: Data diolah Berdasarkan pada tabel 4.8 diatas nilai Durbin-Watson (DW) sebesar 0,483. Maka dapat disimpulkan pada model regresi ini tidak terdapat gejala otokorelasi karena nilai DW diantara -2 dan +2 atau -2 < 0,483 < +2. 3. Pengujian Hipotesis dan Analisis a. Uji F Uji Fhitung digunakan untuk menguji pengaruh secara simultan variabel bebas terhadap variabel terikatnya atau untuk menguji ketepatan model (goodness of fit). Jika variabel bebas memiliki pengaruh secara simultan (bersama-sama) terhadap variabel terikat maka model persamaan regresi masuk dalam kriteria cocok atau fit. Sebaliknya, jika tidak terdapat pengaruh secara simultan maka masuk dalam kategori tidak cocok atau not fit. Adapun cara pengujian dalam uji F ini, yaitu dengan menggunakan suatu tabel yang disebut dengan Tabel ANOVA (Analysis of Variance) dengan melihat nilai signifikasi (Sig < 0,05 atau 5 %). Jika nilai signifikasi > 0.05 maka H1 ditolak, sebaliknya jika nilai signifikasi 91
< 0.05 maka H1 diterima. Berikut adalah tabel ANOVA pada tabel 4.9 di bawah ini: Tabel 4.9 Uji F b
ANOVA Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
1.662E15
3
5.540E14
Residual
7.162E14
56
1.279E13
Total
2.378E15
59
F 43.313
Sig. .000
a
a. Predictors: (Constant), JBH, INF, SBD b. Dependent Variable: DPM
Sumber: Data diolah Berdasarkan tabel 4.9 di atas nilai Fhitung diperoleh 43,313 dengan tingkat 0,000, karena tingkat signifikasi lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak atau H1 diterima dan nilai Fhitung > Ftabel (43,313 > 2,758) dengan nilai F tabel df:α, (k-1), (n-k) atau 0,05, (4-1), (60-4) = 2,758. Dapat disimpulkan bahwa inflasi, tingkat suku bunga deposito, dan jumlah bagi hasil deposito berpengaruh siginifikan terhadap jumlah deposito mudharabah. b. Uji t Setelah melakukan uji koefisien regresi secara keseluruhan, maka langkah selanjutnya adalah menghitung koefisien regresi secara individu atau uji t. Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikasi 0.05 maka variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.
92
Berikut adalah hasil pengujian hipotesis dengan uji t pada tabel 4.10 di bawah ini: Tabel 4.10 Uji t Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant) INF SBD
B
Std. Error
Coefficients t
Beta
29528096.567 3348315.271
Sig.
8.819
.000
886008.170
-.239
-3.163
.003
-30635241.545 4696944.439
-.542
-6.522
.000
.400
4.802
.000
-2802542.680
JBH
7.139
1.487
a. Dependent Variable: DPM
Sumber: Data diolah 1) Uji t terhadap variabel inflasi Hasil yang didapat pada tabel 4.10 variabel inflasi secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil dari α (0,003 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung X1 = -3,163 dan t tabel sebesar -1,671 (df (n-k) 60-4 =56, α = 0,05), sehingga t hitung < t tabel (-3,163 < -1,671). Maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel inflasi berpengaruh negatif terhadap jumlah deposito mudharabah. 2) Uji t terhadap variabel tingkat suku bunga deposito Hasil yang didapat pada tabel 4.10 variabel tingkat suku bunga deposito secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil dari α (0,000 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung X2 =
93
-6,522 dan t tabel sebesar -1,671 (df (n-k) 60-4 =56, α = 0,05), sehingga t hitung < t tabel (-6,522 < -1,671). Maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat suku bunga deposito berpengaruh negatif terhadap jumlah deposito mudharabah. 3) Uji t terhadap variabel jumlah bagi hasil deposito Hasil yang didapat pada tabel 4.10 variabel jumlah bagi hasil deposito secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil dari α (0,000 < 0,05). Sedangkan nilai t hitung X3 = 4,802 dan t tabel sebesar 1,671 (df (n-k) 60-4 =56, α = 0,05), sehingga t hitung > t tabel (4,802 > 1,671). Maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah bagi hasil deposito berpengaruh positif terhadap jumlah deposito mudharabah. Berdasarkan tabel 4.10 di atas, maka diperoleh model persamaan regresi sebagai berikut: Y = 29528096.567 - 2802542.680X1 - 30635241.545X2 + 7.139X3 Dimana : Y
= Jumlah Deposito Mudharabah (dalam jutaan rupiah)
X1
= Inflasi (dalam persentase)
X2
= Tingkat Suku Bunga Deposito (dalam persentase)
X3
= Jumlah Bagi Hasil Deposito (dalam jutaan rupiah) Adapun interpretasi statistik penulis pada model persamaan
regresi dan hasil uji t di atas adalah sebagai berikut:
94
1) Konstanta Y Apabila X1, X2 dan X3 bernilai 0, maka nilai Y adalah 29,5 triliun maksudnya adalah jika PT Bank Syariah Mandiri (sampel yang diambil) tidak melakukan operasional perbankan selama tahun penelitian dapat dikatakan bahwa dalam periode 2008-2012 jumlah deposito mudharabah berjumlah sebesar Rp 29,5 triliun. 2) Pengaruh Inflasi Terhadap Jumlah Deposito Mudharabah Berdasarkan persamaan regresi di atas, inflasi (X1) = -2802542.680 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% inflasi (X1) akan menyebabkan berkurangnya jumlah deposito mudharabah (Y) sebesar 2,80 juta. Berdasarkan pada tabel 4.10 di atas, variabel inflasi mempunyai nilai signifikansi 0,003 kurang dari 0,05. Sedangkan nilai t hitung X1 = -3,163 dan t tabel sebesar -1,671 (df (n-k) 60-4 =56, α = 0,05), sehingga t hitung < t tabel (-3,163 < 1,671). Maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel inflasi berpengaruh negatif terhadap jumlah deposito mudharabah. Hubungan antara inflasi dan jumlah deposito mudharabah bersifat negatif. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Haron dan Nursofiza (2005), Muhamad Abduh, Azmi dan Duasa (2011), Ariana (2012), Mubasyiroh (2009). Menurut para ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi perekonomian karena dapat melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari masyarakat serta menimbulkan gangguan terhadap 95
fungsi uang, terutama terhadap fungsi tabungan (nilai simpan), fungsi dari pembayaran di muka, dan fungsi dari unit perhitungan (Adiwarman Karim, 2008 : 139). 3) Pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito Terhadap Jumlah Deposito Mudharabah Berdasarkan persamaan regresi di atas, tingkat suku bunga deposito (X2) = -30635241.545 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% tingkat suku bunga deposito (X2) akan menyebabkan berkurangnya jumlah deposito mudharabah (Y) sebesar 30,64 juta. Berdasarkan pada tabel 4.10 di atas, variabel tingkat suku bunga deposito mempunyai nilai signifikasi 0,000 < 0,05. Sedangkan nilai t hitung X2 = -6,522 dan t tabel sebesar -1,671 (df (n-k) 60-4 =56, α = 0,05), sehingga t hitung < t tabel (-6,522 < -1,671). Maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat suku bunga deposito berpengaruh negatif terhadap jumlah deposito mudharabah. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Haron dan Norafifah (2000), Raditya (2007), Erik (2006), Delvin (2010), Ani dan Wasilah (2010), Permana (2012) dan Widiastama (2006) menyimpulkan bahwa suku bunga deposito mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap deposito mudharabah. Hal ini menunjukkan bahwa sifat nasabah untuk mendepositokan dananya di bank adalah karena keuntungan semata.
96
Dilihat dari keuntungan yang menjanjikan oleh setiap bank, kalau pada bank konvensional sendiri dilihat dari tingkat suku bunga tersebut, jika tingkat suku bunga bank konvensional lebih tinggi dari bagi hasil, maka nasabah memilih untuk menyimpan dananya di bank konvensional atau risiko displacement fund (pengalihan dana dari bank syariah ke bank konvensional). Terlihat dari penelitian ini dimana terbukti suku bunga berpengaruh negatif pada jumlah deposito mudharabah Bank Syariah Mandiri. 4) Pengaruh Jumlah Bagi Hasil Deposito Terhadap Jumlah Deposito Mudharabah Berdasarkan persamaan regresi di atas, jumlah bagi hasil deposito (X3) = 7.139 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1 juta jumlah bagi hasil deposito (X3) akan menyebabkan meningkatnya jumlah deposito mudharabah (Y) sebesar Rp 7,13 juta. Berdasarkan pada tabel 4.10 di atas, variabel bagi hasil mempunyai nilai signifikasi 0,000 kurang dari 0,05. Sedangkan nilai t hitung X3 = 4,802 dan t tabel sebesar 1,671 (df (n-k) 60-4 =56, α = 0,05), sehingga t hitung > t tabel (4,802 > 1,671). Maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah bagi hasil deposito berpengaruh positif terhadap jumlah deposito mudharabah. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Haron dan Norafifah (2000), Rachmawati dan Ekki (2004), Ani dan Wasilah (2010), Andika (2010), Yuliana (2009), Ogi (2008), 97
Permana (2012) dan Erwin (2010) menyimpulkan bagi hasil deposito mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap deposito mudharabah dikarenakan para nasabah dalam menempatkan dananya di bank syariah masih dipengaruhi oleh motif untuk mencari profit sehingga jika tingkat bagi hasil bank semakin besar maka akan semakin besar pula dana pihak ketiga khususnya deposito yang disimpan bank. c. Uji Adjusted R Square (R2adj) Koefisien determinasi atau R square (R2) merupakan besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Semakin tinggi koefisien determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variasi perubahan pada variabel terikatnya. Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi di mana setiap penambahan satu variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam model akan meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang dimasukkan tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya. Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R Square (R2adj). Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa koefisien tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah variabel dan ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan koefisien determinasi yang disesuaikan maka nilai koefisien determinasi yang 98
disesuaikan itu dapat naik atau turun oleh adanya penambahan variabel baru dalam model. Selengkapnya mengenai hasil uji Adj R2 dapat dilihat pada tabel 4.11 di bawah ini: Tabel 4.11 Uji Adjusted R Square (R2adj) b
Model Summary
Model 1
R .836
R Square a
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.699
.683
3576221.7241514
a. Predictors: (Constant), JBH, INF, SBD b. Dependent Variable: DPM
Sumber: Data diolah Besarnya angka Adjusted R Square adalah 0,683 atau sebesar 68,3%. Dapat disimpulkan bahwa pengaruh inflasi, tingkat suku bunga deposito, dan jumlah bagi hasil deposito terhadap jumlah deposito mudharabah pada Bank Syariah Mandiri adalah sebesar 68,3%, sedangkan sisanya sebesar 31,7% (100% - 68,3%) dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini misalnya seperti SBIS, PDB, M2, Ukuran Bank, dan lain-lain. Adapun angka koefisien korelasi (R) menunjukkan nilai sebesar 0,836 yang menandakan bahwa hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat adalah kuat dan positif karena memiliki nilai lebih dari 0,5 (R > 0,5) atau 0,836 > 0,5. Dan hubungan ini menunjukkan bahwa apabila variabel bebas naik maka variabel terikat akan naik, dan sebaliknya apabila variabel bebas turun maka variabel terikatnya akan turun. 99
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil Uji F menunjukkan bahwa variabel bebas yang diteliti yaitu inflasi, tingkat suku bunga deposito dan jumlah bagi hasil deposito secara simultan berpengaruh signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah pada PT Bank Syariah Mandiri periode 2008-2012 dengan hasil nilai Fhitung > Ftabel (43,313 > 2,758). 2. Hasil Uji t menunjukkan bahwa variabel bebas inflasi, tingkat suku bunga deposito, dan jumlah bagi hasil deposito secara parsial atau individu memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah pada PT Bank Syariah Mandiri tahun 2008-2012 dengan hasil yang berbedabeda. Dari hasil analisis tersebut diketahui bahwa terdapat pengaruh yang negatif antara inflasi terhadap jumlah deposito mudharabah, adanya pengaruh yang negatif pula antara tingkat suku bunga deposito terhadap jumlah deposito mudharabah, serta pengaruh yang positif antara jumlah bagi hasil deposito terhadap jumlah deposito mudharabah.
100
B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah diuraikan, maka penulis mencoba mengemukakan implikasi yang mungkin bermanfaat untuk masa mendatang di antaranya: 1. Perbankan Syariah Perbankan syariah sebagai salah satu pilar pendukung perekonomian Indonesia selain perbankan konvensional. Peran tersebut dapat dilakukan dengan baik jika industri perbankan syariah memiliki volume usaha yang cukup ekonomis dalam menggerakkan sistem perekonomian Indonesia. Dengan adanya temuan bahwa inflasi, tingkat suku bunga deposito, dan jumlah bagi hasil deposito berpengaruh signifikan terhadap jumlah deposito mudharabah dengan tingkat kontribusi yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa perbankan syariah masih sulit untuk lepas dari dampak ekonomi makro yang terjadi. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk evaluasi perkembangan sistem perbankan syariah agar tahan terhadap goncangan krisis dan dampak makroekonomi yang dapat terjadi kapanpun di Negara Indonesia khususnya pada produk deposito mudharabah dan sistem bagi hasilnya. Hal yang dapat dilakukan antara lain penguatan modal, memiliki langkah antisipasi menghadapi dampak krisis dan makroekonomi, adanya sumber daya insani dan manajemen yang handal, serta sosialisasi mengenai perbankan syariah kepada masyarakat luas.
101
2. Bagi Nasabah Hasil penelitian bahwa inflasi, tingkat suku bunga deposito, dan jumlah bagi hasil deposito berpengaruh terhadap jumlah deposito mudharabah dengan tingkat kontribusi yang berbeda-beda. Maka, penelitian ini diharapkan menjadi informasi yang penting dan akan menambah wawasan serta pengetahuan bagi nasabah bank syariah terutama terkait dengan produk deposito mudharabah. Sehingga dapat dijadikan landasan dalam pengambilan keputusan terkait dengan investasi dalam bentuk deposito mudharabah. 3. Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu tambahan referensi mengenai perbankan syariah bagi peneliti maupun bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang topik sejenis yaitu dana pihak ketiga (DPK) deposito mudharabah pada perbankan syariah. Selain itu juga dapat dijadikan bahan referensi tambahan bagi kepustakaan pihak kampus. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya memperbanyak jumlah variabel seperti: PDB, M2, FDR, ROA, ROE, Ukuran Bank dan lainnya. Periode penelitian dapat diperbaharui atau lebih lama agar hasil yang didapat lebih dapat menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi berkaitan dengan penelitian ini.
102
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Hadits Abduh, Muhamad.dkk. “The Impact of Crisis and Macroeconomic Variables towards Islamic Banking Deposit”. American Journal of Applied Sciences 8, Malaysia, 2011. Andriyanti, Ani dan Wasilah. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (Deposito Mudharabah 1 Bulan) Bank Muamalat Indonesia (BMI)”. Jurnal, Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto 2010, Universitas Jendral Soedirman Purwokerto, 2010. Antonio, M. Syafi’i . “Bank Syariah Dari Teori ke Praktik”. Gema Insani Press, Jakarta, 2001. Antonio, Muhammad Syafi’i. “Bank Syariah dari Teori Ke Praktik”. 1st edition. Gema Insani Press , Jakarta, 2009. Anshori, Abdul Ghofur. “Perbankan Syariah di Indonesia”. Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2007. Arthesa, Ade dan Edia Handiman. “Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank”. Indeks, Jakarta, 2006. Banowo, Emilianshah dan Hermana, Budi. “Hubungan Equivalent Rate Simpanan Mudharabah dengan Sertifikat Wadiah dan Sertifikat Bank Indonesia”. Proceeding Seminar Nasional PESAT, Auditorium Universitas Gunadarma Jakarta ISSN : 18582559: h. 134-144, 2005. Devita Purnamasari, Irma dan Suswinarno. “Akad Syariah”. Cetakan 1, Kaifa, Bandung, 2011. Fahmi, Irham dan Yovi Lavianti Hadi. “Pengantar Manajemen Perkreditan”. Penerbit Alfabeta, Bandung, 2010. Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19”. 5th edition, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2011. Hamid, Abdul. “Buku Pedoman Penulisan Skripsi”. FEB UIN Jakarta, Jakarta, 2010.
103
Hamongan Pasaribu, Delvin. “Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Bagi Hasil Terhadap Deposito Mudharabah”. Jurnal, 2010. Haron, Sudin dan Norafifah Ahmad. “The Effects of Conventional Interest Rates and Rate of Profit on Funds Deposited with Islamic Banking System in Malaysia”. Jurnal, International Journal of Islamic Financial Services Vol.1 104, 2000. Haron, Sudin dan Wan Nursofiza Wan. “Measuring Depositors’ of Malaysian Islamic Banking System: A Co-integration Approach.” Proceeding 6th International Conference On Islamic Economic and Finance Vol.2. (2005). Haryanto, Eko Agus. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Deposito Mudharabah pada Bank Umum Syariah”. Skripsi, Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2010. Hasibuan, Malayu S.P. “Dasar-Dasar Perbankan, Cetakan Kelima”. Bumi Aksara, Jakarta, 2006. Herlanika, Rangga. “Pengaruh Suku Bunga Deposito, Tingkat Bagi Hasil, Inflasi, Pendapatan Domestik Bruto, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Deposito Mudharabah Berjangka 1 Bulan Pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia”. 2011. Ismail.” Akuntansi Bank: Teori dan Aplikasi dalam Rupiah”. Edisi pertama, cetakan ke-2, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2011. Judisseno, Rimsky. “Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia”. 2nd edition, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005. Karim, Adiwarman. “Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan”. 3rd edition, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009. Karim, Adiwarman. “Ekonomi Makro Islami”. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008. Kasmir. “Pemasaran Bank”. Edisi 1, Kencana, Jakarta, 2005. Kasri, Rahmatina dan Salina Hj. Kassim. “Empirical Determinants of Saving in the Islamic Banks: Evidence from Indonesia”. Journal. 2009. Kuncoro, Mudrajad. “Manajemen Perbankan:Teori dan Aplikasi”. BPFE, Yogyakarta, 2002.
104
Marsenal Ipando, Ogi. “Pengaruh Bagi Hasil Deposito Syariah Mandiri dan Suku Bunga Deposito Bank Umum Terhadap Jumlah Simpanan Deposito Syariah Mandiri di Bank Syariah Mandiri”. Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2008. Mishkin, Frederic. “Ekonomi Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan”. 8th edition, Salemba Empat, Jakarta, 2008. Mishkin, Frederic. “Ekonomi Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan”. 8th edition, Salemba Empat, Jakarta, 2009. Mubasyiroh. “Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Inflasi Terhadap Total Simpanan Mudharabah (Studi Pada Bank Muamalat Indonesia)”. 2009. Muhamad. “Metodologi Penelitian Ekonomi Islam”. Rajawali pers, Jakarta, 2008. Muhammad. “Bank Syariah Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia”. Graha Ilmu, Yogyakarta, 2005. Nachrowi dan Hardius Usman. “Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”. Universitas Indonesia, 2006. Nopirin. “ Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro”. BPFE, Yogyakarta, 2000. Novta Budiati, Andika. “Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Tingkat Bagi Hasil Terhadap Pendanaan Pada Bank Muamalat Indonesia”. 2010. Nurus Shalihati, Ariana. “Pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito Umum, Tingkat Bagi Hasil, Likuiditas Bank Umum Syariah, Inflasi, dan Ukuran Bank Umum Syariah Terhadap Depositor Mudharabah Pada Bank Umum Syariah di Indonesia”. Thesis. 2012. Oktaviana, Citra. Potret Perbankan Syariah di Indonesia. Laboratorium Ekonomi dan Bisnis Islam (LEBI) UGM, Buletin Ekonomika dan Bisnis Islam Edisi IV/VII (Juli 2007). Perwataatmadja, Karnaen dan M. Syafi’I Antonio.”Apa dan Bagaimana Bank Islam”.Amanah Bunda Sejahtera, Solo, 1999. Pohan, Aulia. ”Kerangka Kebijakan Moneter dan Implementasinya di Indonesia”. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008. Puspopranoto, Sawaldjo.” Keuangan perbankan dan pasar keuangan (konsep,teori dan realita)”. Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta, 2004. 105
Rachmawati, Erna dan Ekki Syamsulhakim. “Factors Affecting Mudaraba Deposits in Indonesia”. Jurnal, 2nd International Islamic Banking and Finance Conference 2004 (Refereed Paper), 2004. Raditiya, Assriwijaya. “Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Bagi Hasil Terhadap Deposito Mudharabah Studi Kasus Bank Syariah Mandiri”. Skripsi, dipublikasikan, ekonomi pembangunan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. 2007. Rivai, Veithzal. dkk. “Bank and Financial Instituation Management Conventional And Sharia System”. 1st edition, PT Raja Gafindo Persada, Jakarta, 2007. Riyadi, Selamet. “Banking Assets and Liability Management”. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2006. Rodoni, Ahmad dan Abdul Hamid. “Lembaga Keuangan Syariah”. Zikrul Hakim, Jakarta, 2008. Saeed, Abdullah. “Bank Islam dan Bunga (Studi Kritis Larangan Riba dan Interpretasi Kontemporer)”. Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008. Santoso, Singgih. “Buku Latihan SPSS Parametrik”. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2012. Sudarsono, Heri. “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (deskripsi dan ilustrasi)”. Ekonisia, Yogyakarta, 2003. Sugiyono. “Metode Penelitian Bisnis”. Alfabeta, Bandung, 2009. Sukma, Permana. “Pengaruh Jumlah Bagi Hasil Deposito, Suku Bunga Simpanan Berjangka 1Bulan, dan Tingkat Imbalan SBIS Terhadap Jumlah Deposito Mudharabah”. Skripsi, Jakarta, 2012. Sulaiman, Wahid. “Analisis Regresi Menggunakan SPSS Contoh Kasus Dan Pemecahannya”. Penerbit Andi, 2004. Suliyanto. “Ekonometrika Terapan: Teori & Aplikasi dengan SPSS”. Andi, Yogyakarta, 2011. Sunyoto, Danang. “Praktik SPSS untuk Kasus”. Nuha Medika, Yogyakarta, 2011. Widarjono, Agus. “Analisis Multivariat Terapan”. Unit Penerbit dan Percetakan STIM YKPN, 2010.
106
Widiastama, Siffa. “Pengaruh Total Bagi Hasil, Suku Bunga dan Fatwa MUI Terhadap Simpanan Mudharabah pada Bank Muamalat Indonesia Periode 2001-2005”. Skripsi. 2006. Wiroso.”Penghimpunan Dana dan Syariah”.Gramedia, Jakarta, 2005.
Distribusi
Hasil
Usaha
Bank
Yaya, Rizal. dkk. “Akuntansi Perbankan Syariah”. Salemba Empat, Jakarta, 2009. Yuliana. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dana Pihak Ketiga Pada Perbankan Syariah Tahun 2006-2008”. Skripsi. 2009. Yusof, Rosylin Mohd. Dkk. 2008. “Monetary Policy Shocks and Islamic Banks’ Deposits in a Dual Banking System: a Comparative Analysis Between Malaysia and Bahrain.” 8th Global Conference on Business & Economics: h. 1-19, 2008. Zakaria, Junaiddin.” Pengantar Teori Ekonomi Makro”. GP Press, Jakarta, 2009. Undang- Undang RI Nomor 10 Tahun 1998, Direktorat Hukum Bank Indonesia, Jakarta, 2009. ---------.”Outlook Perbankan Syariah Indonesia 2012”. Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Jakarta, 2011. www.bi.go.id www.syariahmandiri.co.id www.bps.go.id
107
Lampiran 1: Data-data Variabel Penelitian dari Tahun 2008-2012
KODE BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM
BULAN TAHUN January-08 February-08 March-08 April-08 May-08 June-08 July-08 August-08 September-08 October-08 November-08 December-08 January-09 February-09 March-09 April-09 May-09 June-09 July-09 August-09 September-09 October-09 November-09 December-09 January-10 February-10 March-10 April-10 May-10 June-10 July-10 August-10 September-10 October-10
DPM
INF
SBD
JBH
(jutaan)
(persen)
(persen)
(jutaan)
5.232.654 5.723.895 6.134.602 6.696.483 6.298.423 6.681.816 6.756.192 6.968.853 7.098.350 7.275.193 7.583.930 7.802.322 7.765.849 7.937.765 7.952.787 6.090.330 8.012.166 7.991.910 7.452.907 7.824.576 8.036.013 8.437.882 8.620.397 9.583.761 9.957.412 10.222.510 10.902.750 11.502.232 11.541.841 9.142.094 9.603.320 12.322.805 12.817.417 12.999.616
1,77 0,65 0,95 0,57 1,41 2,46 1,37 0,51 0,97 0,45 0,12 -0,04 -0,07 0,21 0,22 -0,31 0,04 0,11 0,45 0,56 1,05 0,19 -0,03 -0,33 0,84 0,30 -0,14 0,15 0,29 0,97 1,57 0,76 0,44 0,06
0,589 0,579 0,573 0,572 0,582 0,599 0,626 0,670 0,772 0,845 0,867 0,896 0,877 0,824 0,785 0,753 0,731 0,710 0,693 0,662 0,619 0,615 0,597 0,573 0,591 0,578 0,564 0,574 0,563 0,566 0,566 0,563 0,560 0,568
35.490 68.075 105.244 140.169 178.388 216.065 256.553 295.935 340.167 392.070 446.705 509.073 58.503 115.933 169.731 220.989 263.184 322.033 364.971 417.836 476.326 524.005 576.305 629.271 57.308 111.387 173.817 242.765 315.339 381.454 446.599 516.339 597.914 680.261 108
BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM BSM
November-10 December-10 January-11 February-11 March-11 April-11 May-11 June-11 July-11 August-11 September-11 October-11 November-11 December-11 January-12 February-12 March-12 April-12 May-12 June-12 July-12 August-12 September-12 October-12 November-12 December-12
13.389.538 15.110.402 14.956.511 15.341.027 17.449.883 16.623.765 17.270.458 18.687.254 19.463.013 20.165.632 21.393.987 21.778.450 23.022.056 23.524.711 22.934.744 24.119.830 22.779.096 21.344.383 21.879.096 22.098.719 20.812.114 21.438.434 21.300.901 21.380.364 22.911.695 21.826.644
0,60 0,92 0,89 0,13 -0,32 -0,31 0,12 0,55 0,67 0,93 0,27 -0,12 0,34 0,57 0,76 0,05 0,07 0,21 0,07 0,62 0,70 0,95 0,01 0,16 0,07 0,54
0,565 0,569 0,560 0,560 0,569 0,567 0,571 0,568 0,572 0,567 0,569 0,563 0,547 0,529 0,522 0,498 0,472 0,452 0,446 0,449 0,449 0,452 0,450 0,458 0,452 0,465
760.655 848.727 81.025 180.985 274.195 391.076 499.409 602.640 714.607 849.098 959.858 1.095.498 1.232.269 1.367.853 135.132 235.758 366.372 483.924 608.414 722.847 836.073 941.222 1.043.945 1.149.972 1.257.164 1.364.852
109
Lampiran 2: Tabel Model Summary, Anova, dan Coefficients
Uji Adj. R Square b
Model Summary Model 1
R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
R .836
a
.683
.699
3576221.7241514
a. Predictors: (Constant), JBH, INF, SBD b. Dependent Variable: DPM
Uji F b
ANOVA Model
Sum of Squares df Mean Square
1 Regression
1.662E15
7.162E14 56
Total
2.378E15 59
Sig.
5.540E14 43.313
3
Residual
F
.000
a
1.279E13
a. Predictors: (Constant), JBH, INF, SBD b. Dependent Variable: DPM
Uji t Coefficients
a
Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 (Constant) INF SBD JBH
a.
B
Std. Error
Coefficients t
Beta
29528096.567 3348315.271
Sig. 8.819
.000
886008.170
-.239
-3.163
.003
-30635241.545 4696944.439
-.542
-6.522
.000
.400
4.802
.000
-2802542.680
7.139
1.487
Dependent Variable: DPM
110
Lampiran 3: Uji Normalitas
Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Standardized Residual N Normal Parameters
60 a,b
Mean Std. Deviation
Most Extreme Differences Absolute
.0000000 .97424460 .137
Positive
.137
Negative
-.074
Kolmogorov-Smirnov Z
1.058
Asymp. Sig. (2-tailed)
.213
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
111
Lampiran 4: Uji Multikolinieritas dan Uji Otokorelasi
Uji Multikolinieritas dengan Tolerance dan VIF Coefficients
a
Collinearity Statistics Tolerance
Model
VIF
1 (Constant) INF
.944
1.059
SBD
.780
1.282
JBH
.773
1.293
a. Dependent Variable: DPM
Uji Durbin-Watson b
Model Summary Model 1
R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson
R .836
a
.699
.683
3576221.7241514
.483
a. Predictors: (Constant), JBH, INF, SBD b. Dependent Variable: DPM
112
Lampiran 5: Uji Heteroskedastisitas
Uji Rank Spearman Correlations ABRES Spearman's rho ABRES Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N INF
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
SBD
SBD
1.000 -.128
JBH
.004
-.137
.
.165
.489
.149
60
60
60
60
-.128 1.000
-.012
-.114
.165
.
.465
.194
60
60
60
60 **
Correlation Coefficient
.004 -.012
Sig. (1-tailed)
.489
.465
.
.000
60
60
60
60
-.137 -.114 -.487**
1.000
N JBH
INF
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
1.000 -.487
.149
.194
.000
.
60
60
60
60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
113