STRATEGI GURU PAI DALAM MEMBINA AKHLAK SISWA DI SMP ISLAM PLUS BAITUL MAAL PONDOK AREN Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana S1 Dalam Bidang Pendidikan Agama Islam
Oleh :
SYAHLEFI Nim : 207011000305
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H / 2013 M
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt, zat Yang Maha Indah, dengan segala keindahan-Nya, zat Yang Maha Pengasih dengan segala kasih sayang-Nya, yang terlepas dari segala sifat lemah semua mahluk-Nya. Alhamdulillah berkat Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, shalawat beserta salam mahabbah semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad Saw, sebagai pembawa risalah Allah terakhir dan penyempurna seluruh risalah-Nya. Akhirnya dengan segala kerendahan hati izinkanlah penulis untuk menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak
yang telah berjasa memberikan motivasi
dalam rangka
menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis, menghaturkan terima kasih sedalamdalamnya kepada kepada : 1. Prof. Dr. H. Komaruddin Hidayat, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Prof. Dr. H. Rif’at Syauqi Nawawi, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bahrissalim, MA selaku Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Drs. Syafiuddin Siddik, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Drs. H. Mu’arif SAM, M.Pd., selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan banyak arahan, bimbingan serta motivasi, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 6. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan penuh keikhlasan serta dedikasi tinggi untuk menyampaikan bimbingan, arahan
v
dan motivasi untuk selalu menambah wawasan dan tidak kenal berhenti untuk mencari ilmu. 7. Segenap karyawan dan karyawati UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis selama studi dan penyusunan skripsi ini. 8. Ibunda tercinta (Rumyati) dan Ayahanda (Endung Nurdin), yang telah memberikan segala yang terbaik kepada penulis hingga detik ini. Adikadik (Nur Apriyani dan Suami, Muhammad Kohar, Nur’aini, Muhammad Nur Alim), beserta seluruh keluarga besar atas do’a dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 9. Kepala Sekolah (Susilo Edy, S.Si) beserta Dewan Guru dan Staff SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren, Tangerang Selatan-Banten. Terima kasih atas waktu yang telah diberikan kepada penulis dalam melaksanakan observasi, serta kontribusi yang konstruktif demi penyelesaian skripsi ini. 10. Rekan-rekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2007 (non reguler) yang telah banyak memberikan saran dan kritik konstruktif kepada penulis demi penyelesaian skripsi ini. 11. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada sahabat dan kerabat yang tidak mungkin disebut satu persatu yang telah banyak membantu hingga terselesaikannya skripsi ini. Hanya kepada Allah jualah penulis berserah diri, semoga semua amal baik yang telah diperbuat mendapat pahala yang setimpal. Akhirnya atas segala kekurangan yang ada, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan Pendidikan Islam.
Jakarta, 03 Januari 2013 Penulis,
Syahlefi
vi
vii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL …………………………………………………
i
LEMBAR PERNYATAAN …………………………………………..
ii
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ………………………
iii
ABSTRAK …………………………………………………………….
iv
KATA PENGANTAR ………………………………………………..
v
DAFTAR ISI ………………………………………………………….
vi
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Masalah ……………………………………
1
B. Identifikasi Masalah ………………….…………………….
9
C. Pembatasan Masalah……….………………………………..
9
D. Perumusan Masalah…..…………………………………….
9
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian.……………………………
10
BAB II KAJIAN TEORI A. Pembinaan Akhlak ………………………………………….
11
1. Pengertian Akhlak ………………………………………
11
2. Sumber-sumber Ajaran Akhlak …………………………
13
3. Pembinaan Akhlak Siswa ………………………………
15
B. Peran Guru PAI dalam Membina Akhlak Siswa ……………
23
C. Hal-hal yang Menyebabkan Penyimpangan Akhlak Pada Siswa 1. Pengaruh Media ………………………………………....
27
2. Pengaruh Lingkungan Terhadap Peserta Didik …………
29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ………………………………
32
B. Metode dan Teknik Penelitian ………………………………
32
C. Populasi dan Sampel ………………………………………..
34
D. Teknik Pengumpulan Data ………………………………….
35
E. Teknik Pengolahan, Analisis dan Interpretasi Data …………
36
vi
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren
39
B. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah ………………………………
41
C. Sarana dan Prasarana …………………………………………. 43 D. Profil Tenaga Pendidik dan Kependidikan …………………… 45 E. Deskripsi Analisa dan Interpretasi Data ……………………… 50 1. Kegiatan Ibadah Siswa…..……………………………….. 51 2. Keteladanan………………….…………………………… 55 3. Penyelenggaraan Kegiatan Hari-hari Besar Islam ...……... 59 4. Pembiasaan dan Pembelajaran PAI di Kelas …………….. 61 5. Pembiasaan Sambut Pagi ………………………………… 67 6. Pengadaan Kultum ……………………………………….. 69 7. Pemberian Reward ……………………………………….. 70 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan …………………………………………………... 72 B. Saran-saran …………………………………………………... 73 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spriritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.1 Undan-undang tersebut menegaskan pentingnya Pendidikan Agama Islam bagi setiap warga negara Indonesia, sehingga nilai-nilai spiritual keagamaan diorientasikan dalam Sistem Pendidikan Nasional, hal itu disebabkan karena Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlaq mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kewajiban orang tua untuk membekali anak-anaknya dengan ilmu, baik ilmu umum maupun ilmu agama, sebagai bekal kehidupan di masa mendatang,
1
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Kencana, 2008), h.2
1
2
dalam hal ini memberikan ilmu agama Islam, terutama tentang akhlak yang baik, kepada anak-anak. Syafaruddin Anzizhan mengatakan : “Sering kali kekeliruan yang ada dalam mendidik anak adalah karena kesalahan orang tua. Dan ini bisa menimbulkan hal-hal yang buruk bagi anak dan anggota masyarakat, bahkan menurut kalangan ahli pendidik, karena jika orang tua gagal mendidik anak sejak dini, maka jangan heran jika kelak anak itu menjadi musuhnya di kemudian hari.”2 Hal ini pun seirama dengan Tujuan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 Tahun 1989 pada Bab II Pasal 4 Tentang Tujuan Pendidikan Nasional yaitu : Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian
yang
mantap
dan
mandiri
serta
rasa
tanggung
jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.3 Tujuan dalam pendidikan dan pengajaran merupakan suatu cita-cita yang bernilai normatif. Sebab dalam tujuan terdapat sejumlah nilai yang harus ditanamkan kepada anak didik. Nilai-nilai itu nantinya akan mewarnai cara anak didik bersikap dan berbuat dalam lingkungan sosial, baik disekolah maupun diluar sekolah.4 Akhlaq yang mulia adalah salah satu pokok ajaran Islam, karena itu salah satu dari tujuan pendidikan agama Islam adalah membentuk anak didik yang berahklaq mulia dan berkepribadian yang baik sehingga akan menghasilkan manusia yang bermoral, berjiwa bersih, mempunyai kemauan yang keras, tahu arti kewajiban, menghormati hak-hak orang lain serta dapat membedakan mana perbuatan yang benar dan mana perbuatan yang salah. 2
Syafaruddin Anzizhan, Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan, (Jakarta : PT. Grasindo, 2008), Cet. Ke-3, h. 55 3 Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta : CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1999), h. 74-75 4 Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung : Refika Aditama, Cet. Ke-1, 2007), h. 13
3
Diharapkan mereka menjadi tunas-tunas bangsa yang tangguh, karena maju mundurnya suatu bangsa serta hancur dan sejahteranya suatu bangsa, itu tergantung dari kepribadian. Dalam kondisi krisis moneter dan di tengah kebablasan sebuah reformasi, anak-anak muslim menjadi sangat terancam, mereka sulit menemukan sesuatu yang dapat dijadikan teladan dalam masyarakat. Lebih banyak tontonan daripada tuntunan. Apa yang di idealkan dalam pelajaran agama ternyata bukan sebuah nilai yang laris dalam masyarakat. Bahkan nilainilai yang trend di dalam masyarakat justru yang menyimpang dari akhlaq yang mulia. Khususnya di kota-kota besar terutama yang orang tuanya mampu, dimana hampir semua anak-anaknya mengenal berbagai media informasi dan komunikasi seperti : radio, televisi, telepon, handphone, komputer, internet bahkan DVD player atau PS (play station). Sudah sepantasnya jika para orang tua lebih teliti dalam memilih pendidikan untuk anak. Anak adalah karunia terbesar yang dianugerahkan Allah SWT kepada kita. Orang tualah yang mengarahkan anak-anaknya bersekolah pada lembaga pendidikan Islam terutama anak usia dini, agar anak terbiasa dengan suasana kehidupan yang dekat dengan nilai-nilai religius, berpegang teguh pada al-Qur’an dan as-Sunnah. Dengan penerapan konsep pendidikan agama Islam. Diharapkan tercipta generasi penerus yang tangguh, berpengetahuan luas dan berkepribadian luhur. Tidak lapuk diterjang badai kehidupan, memiliki nilai-nilai agama yang kuat dalam generasi penerus bangsa. Pendidikan akan menghasilkan apa yang diharapkan dengan proses belajar mengajar yang tidak hanya mengandalkan kemampuan kognitif saja. Akan tetapi juga mengandalkan kemampuan afektif dan psikomotorik pada siswa, sehingga pendidikan bukan sekedar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi suatu proses mengubah perilaku (akhlaq) siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Oleh sebab itu, dalam proses mendidik terdapat kegiatan membimbing dan membina siswa agar siswa berkembang sesuai dengan tugastugas perkembangannya, melatih keterampilan baik keterampilan intelektual
4
maupun keterampilan motorik sehingga siswa dapat dan berani hidup dalam masyarakat yang penuh tantangan dan rintangan. Oleh karena itu seorang guru perlu memiliki kemampuan merancang dan mengimplementaikan berbagai strategi yang dianggap cocok dengan minat dan bakat serta sesuai dengan taraf perkembangan siswa termasuk di dalamnya memanfaatkan berbagai sumber dan media pembelajaran untuk menjamin efektifitas pembelajaran.5 Pada hakekatnya yang disebut pendidikan adalah “pengaruh bimbingan, arahan dari orang dewasa kepada anak yang belum dewasa agar menjadi dewasa, mandiri dan memiliki kepribadian yang utuh dan matang. Kepribadian yang dimaksud adalah semua aspek yang sudah matang yaitu meliputi cipta, rasa dan karyanya”.6 Salah satu tugas guru PAI dalam mewujudkan pendidikan akhlak adalah mengembangkan Strategi Belajar Mengajar (SBM) selalu efektif, yaitu menciptakan
kondisi
belajar
yang
kondusif
bernuansa
Islami,
yang
mempengaruhi siswa agar mereka belajar dengan penuh konsentrasi dan tenang sehingga mereka meraih prestasi yang memuaskan. Dengan demikian Tujuan yang utama dalam pendidikan ialah pendidikan akhlaq, baik perangai dan tingkah lakunya, manis tutur bahasanya, jujur dalam segala perbuatannya, suci murni hatinya. Jiwa pendidikan dan penghidupan, jiwa kemajuan, jiwa rumah tangga dan sekolah, haruslah pendidikan akhlaq. Tidak berlebihan kalau kita katakan bahwa pendidikan adalah mencapai sifat yang tinggi dan akhlaq yang sempurna dalam adat kebiasaan, dalam segala hal dan dalam adab sopan santun dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi berbeda sekali dengan fenomena yang terjadi saat ini, dalam era globalisasi yang serba modern ini, banyak sekali remaja-remaja yang sikap dan keberagamaannya sangat minim sekali, terutama dalam masalah akhlaq/tingkah laku, misalnya banyak remaja yang terlibat dalam tawuran, narkoba, pakaian seksi dan sikap5
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Kencana, 2008), h. 14 Syaiful Bahri Jamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif , (Jakarta : PT. Rineka Cipta,2000), Cet. Ke-I, h. 36 6
5
sikap kenakalan remaja lainnya. Berkaitan dengan hal ini, maka seseorang harus memiliki ilmu tentang Pendidikan Agama Islam, khususnya tentang akhlaq, sehingga dengan pengetahuannya itu seseorang dapat berakhlaq dengan baik sesuai
dengan
orma yang berlaku.
norma-n
7
Syamsul Nizar menyatakan : setidaknya ada dua hal yang melanda peserta didik pada era modern dewasa ini, yaitu kosongnya jiwa dari peserta didik dari nilai-nilai spiritual (akhlaq) dan tegarnya dimensi materialistis pada kehidupan manusia modern. Atau sebaliknya dengan lebih dominan aspek spiritual dan melepaskan aspek material. Untuk melepaskan dari kedua hal tersebut, maka peserta didik memerlukan nilai spiritual dan memahami ajaran agamanya secara totalitas, yang menurutnya lagi, adalah spirit Islam dengan nilai-nilai moralnya yang tinggi untuk kebahagiaan kehidupan peserta didik sebagai Khalifah di muka bumi.8 Telah disepakati bersama bahwa pembinaan akhlaq sangat penting dilakukan oleh guru dalam rangka menciptakan peserta didik yang berkualitas. Namun kenyataannya banyak institusi pendidikan dan guru-guru terutama guru Pendidikan Agama Islam (PAI) yang mengesampingkan pendidikan akhlaq. Hal ini dapat diketahui dari minimnya jam pelajaran PAI di sekolah yang mneyebabkan kesulitan bagi guru untuk membina akhlaq siswa karena muatan pelajaran agama Islam sangat padat. Selain itu, sudah menjadi sebuah fenomena masih terdapat guru PAI yang melaksanakan proses pembelajaran hanya mengandalkan kemampuan berceramah, akibatnya pembelajaran PAI di sekolah hanya menampilkan gejala verbalisme yang membosankan bagi siswa. Sementara sekolah sendiri tidak memiliki program pembinaan akhlaq siswa secara khusus dan berkelanjutan.
7
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Bulan Bintang, 1970), Cet. Ke-1, h.14 Syamsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2001), Cet. I, h. 4 8
6
Segala sesuatu yang membawa pengaruh baik terhadap pendidikan dan perkembangan anak, yaitu pengaruh-pengaruh yang membawa kepada hal-hal yang yang baik dan berguna. Baik berguna bagi anak itu sendiri maupun berguna bagi kehidupan bersama. Pengaruh yang bersifat negatif ini sangat mudah merasuk dalam jiwa anak. Pengaruh yang negatif ini bisa berasal dari buku-buku bacaan seperti komik, majalah, koran dan sebagainya. Dan juga teman-teman sepergaulan baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat tempat tinggal. Oleh karena itu orangtua dan guru harus selalu mengadakan pengawasan yang teliti terhadap anak didiknya, agar si anak tidak terlanjur memperoleh pengaruh-pengaruh yang tidak diinginkan. Walaupun pendidikan agama menjadi hal yang penting dalam membina ahklaq siswa, namun banyak pendidikan Islam yang belum melakukan pembinaan secara baik misalnya, sarana dan prasarana yang belum ada, tidak adanya program pembelajaran akhlaq, dan media pembelajaran yang kurang mendukung. Hal ini terjadi disebabkan oleh beberapa hal : 1. Tidak adanya itikad baik dari lembaga pendidikan untuk mengutamakan Pendidikan Agama Islam, karena tidak diujikan di pendidikan Nasional. 2. Guru Pendidikan Agama Islam hanya memenuhi kewajiban mengajar sebagai guru PAI. 3. Tidak adanya dukungan dari orang tua9. Tidak semua sekolah mengabaikan pendidikan akhlaq siswa, masih ada sekolahsekolah yang berusaha menyelenggarakan pendidikan akhlaq. Salah satu sekolah yang berusaha menerapkan pembinaan akhlaq adalah SMP Islam Plus Baitul Maal, yang terletak di wilayah Tangerang Selatan, Kecamatan Pondok Aren. Fenomena yang ada dalam Pendidikan Agama Islam khususnya pendidikan akhlaq. Berkaitan dengan hal di atas dalam penelitian ini, penulis ingin mencoba meneliti lebih dalam di sebuah sekolah yang memiliki nilai plus diantara sekolah-sekolah lain yaitu SMP Islam Plus Baitul Maal yang terletak di 9
Wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Islam Plus Baitul, Bapak Susilo Edy, S.Si., 14 Januari 2012.
7
wilayah tangerang selatan tepatnya di Kecamatan Pondok Aren, SMP Islam Plus Baitul Maal merupakan salah satu lembaga pendidikan yang berasaskan Islam, yang menanamkan nilai-nilai akhlaq/nilai-nilai Islami pada setiap siswasiswinya, bahkan kepada guru-gurunya pun harus menjadi qudwah (panutan) yang pantas untuk ditiru dan diteladani oleh siswa-siswi SMP Islam Plus Baitul Maal. Dengan landasan ini penulis ingin meneliti lebih dalam tentang akhlaq siswa-siswi dan strategi yang diterapkan di sekolah tersebut. Fenomena tersebut banyak terjadi diberbagai lembaga pendidikan, baik lembaga pendidikan yang berlabel Islam apalagi lembaga pendidikan umum. Walaupun demikian masih terdapat beberapa sekolah yang masih memiliki program pembinaan akhlaq siswa secara jelas, terukur dan berkelanjutan. Salah satu diantaranya adalah SMP Islam Plus Baitul Maal yang berlokasi di Jl. Pesantren Ceger No. 62 Pondok Aren Tengerang Selatan. Visi dan Misi Sekolah SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren: Visi : “Terwujudnya sekolah Islami Unggul dengan membentuk Insan yang Soleh, Cerdas, mandiri dan Bertanggung Jawab serta mampu berperan dalam masyarakat”. Misi : 1. Menyelenggarakan sistem sekolah berbasis mutu yang dipadukan dengan konsep sekolah dakwah yang berorientasi pada pelayanan publik. 2. Menyelenggarakan pendidikan yang mengarahkan pada pembentukan kepribadian muslim melalui pembiasaan di sekolah secara terstruktur dan sistematis. 3. Membentuk generasi unggul memiliki kemampuan di bidang IMTAQ dan IPTEK. 4. Menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan quatum learning student aktive learning and fun learning. 5. Menyelenggarakan kegiatan rekayasa kurikulum dalam proses belajar mengajar agar mampu meraih prestasi akademi tinggi.
8
6. Meningkatkan kesadaran peserta didik sebagai mahluk sosial dalam tatanan kemasyarakatan dan aktif memelihara serta melestarikan lingkungan.10 Tujuan Pendidikan di SMP Islam Plus Baitul Maal : Tujuan pendidikan dasar dan menengah adalah meletakkan dasar-dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. 1. Mempersiapkan siswa yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, rajin beribadah, dan mengamalkan ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari. 2. Mempersiapkan Sumber Daya Insan Kamil yang menguasai IPTEK berdasarkan IMTAQ. Dari beberapa penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa proses pendidikan khususnya Pendidikan Agama Islam bukan hanya melibatkan intelektualitas saja tetapi juga melibatkan unsur spiritual, dan pendidikan juga sangat menekankan perubahan perilaku/akhlaq peserta didik, jika dalam proses pendidikan tidak terjadi perubahan dalam perilaku/akhlaq peserta didik, maka dapat dikatakan pendidik belum berhasil. Oleh karena itu, tugas seorang guru PAI bukan hanya mengajarkan materi saja tetapi juga dapat menanamkan dan mengimplementasikan nilai-nilai akhlaq kepada murid-muridnya dalam kehidupan sehari-hari, baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Namun untuk mencapai tujuan tersebut tidaklah mudah seperti membalikkan telapak tangan. Akan tetapi membutuhkan kerja keras serta upaya yang maksimal, oleh karena itu disamping menguasai materi yang akan diajarkan, seorang guru PAI yang profesional juga selayaknya memiliki strategi khusus dalam pembelajaran PAI di sekolah. Kegiatan rohani Islam menjadi ciri khas sekolah ini, suasana belajar mengajar sangat kondusif, karena didasari niat tulus ikhlas dari para pendidik dan peserta didik.
10
Dokumen SMP Islam Plus Baitul Maal, Pondok Aren, 13 Januari 2012.
9
Dengan alasan dan landasan di atas, penulis ingin mengangkat sebuah tema atau judul Skripsi yaitu “STRATEGI GURU PAI DALAM MEMBINA AKHLAK SISWA DI SMP ISLAM PLUS BAITUL MAAL PONDOK AREN”
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana strategi guru PAI dalam membina akhlaq siswa di SMP Plus Baitul Maal Pondok Aren ? 2. Apakah strategi yang diterapkan sudah efektif ? 3. Apakah tujuan-tujuan tersebut mudah tercapai ? 4. Masalah-masalah apa saja yang terjadi terkait dengan upaya mencapai tujuan tersebut ? 5. Apakah masalah-masalah tersebut juga terjadi pada sekolah yang hendak diteliti ?
C. Pembatasan Masalah Penulisan topik yang terlalu luas ruang lingkupnya tidak akan mencapai sasaran secara efektif, oleh karena itu untuk memudahkan dan mengarahkan pembahasan, dalam hal ini dibatasi masalah pada : 1. Pembinaan akhlaq siswa SMP Islam Plus Baitul Maal. 2. Strategi guru PAI yang digunakan di SMP Islam Plus Baitul Maal dalam membina akhlaq siswa ? 3. Objek penelitian adalah siswa kelas VII s/d IX Tahun Pembelajaran 2012-2013.
10
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, penulis merumuskan masalah dalam penulisan Skripsi ini adalah : 1. Strategi apa saja yang tepat untuk diterapkan guru PAI membina akhlaq siswa di SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren ? 2.
Seberapa efektif strategi yang diterapkan guru PAI untuk membina akhlaq siswa di sekolah SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren ?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a.
Untuk mendeskripsikan strategi guru PAI dalam membina akhlaq siswa di SMP Islam Plus Baitul Maal.
b.
Untuk mengetahui efek strategi yang diterapkan guru PAI dalam membina akhlaq siswa di SMP Islam Plus Baitul Maal.
2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan mampu : a.
Secara Umum memberi manfaat bagi banyak pihak, terutama bagi guru PAI, kepada sekolah dan mahasiswa calon guru PAI.
b. Secara Khusus 1) Memberikan input kepada guru PAI tentang strategi yang harus digunakan dalam pembelajaran PAI. 2) Sebagai kontribusi bagi dunia pendidikan bahwa strategi mengajar sangat mempengaruhi daya serap dan perubahan akhlaq siswa. 3) Bagi penulis sendiri penelitian ini diharapkan dapat menjadi konsentrasi lebih lanjut sehingga dapat mengetahui permasalahan yang dihadapi dan dapat dicari solusinya.
11
11
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pembinaan Akhlak Siswa 1. Pengertian Akhlak Dilihat dari sudut bahasa, kata akhlak adalah bentuk jama‟ dari khuluk, khuluk di dalam kamus al-Munjid berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Di dalam kitab Da’aratul Ma’arif di katakan : “akhlak adalah sifat-sifat manusia yang terdidik”. Dengan demikian orang yang berakhlak berarti memiliki sifat-sifat terdidik. Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa pebuatan baik, disebut akhlak yang mulia (akhlaq mahmudah), sedangkan akhlak yang buruk (akhlaq mazmumah) disebut akhlak yang tercela sesuai pembinaannya. Ahmad Amin, mengatakan bah wa akhlak ialah kebiasaan kehendak1. Ini berarti kebiasaan atau kehendak itu bisa dibiasakan akan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak. Bilakehendak itu dibiasakan memberi, maka kebiasaan itu ialah akhlak dermawan. Dalamensiklopedi pendidikan dikatakan bahwa akhlak ialah budi pekerti, watak, kesusilaan (kesadaran etik dan moral), yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap Khaliqnya dan terhadap sesama manusia.2Pengertian ini memberi kesan bahwa akhlak itu terkait dengan perilaku positif. Pada
dasarnya
akhlak
mengajarkan
bagaimana
seseorang
seharusnya
berhubungan dengan Tuhan penciptanya, sekaligus bagaimana seseorang harus berhubungan dengan sesama manusia. Istilah “sesama manusia” dalam konsep 1 2
Ahmad Al-Amin, Kitab Al-Akhlaq, (Cairo : Daarul Kutub Al-Misriya), h. 15 Soegarda Poerbawakatja, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta : Gunung Agung, 1976), h. 9
12
akhlakadalah bersifat universal, bebas dari batas-batas kebangsaan maupun perbedaanperbedaan lainnya.3 Menurut Ibnu Maskawaih akhlak adalah “keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan.” Sejalan dengan itu Imam Al-Ghazali mengatakan , “akhlak ialah suatu sifat yang tertanam di dalam jiwa yang darinya timbul perbuatan-perbuatan yang mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.” Berdasarkan beberapa definisi akhlak di atas, terdapat lima ciri dalam perbuatan akhlak, yaitu sebagai berikut : 1. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya. 2. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. 3. Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. 4. Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau bersandiwara. 5. Perbuatan ahklak adalah perbuatan yang dilakukan dengan ikhlas semata-mata karena Allah SWT. Akhlakmemiliki pengertian yang sangat luas dan hal ini memiliki perbedaan yang signifikan dalam istilah moral dan etika. Standar atau ukuran baik buruk akhlak adalah berdasarkan al-Qur‟an dan as-Sunnah sehingga bersifat universal dan abadi. Sedangkan moral selalu dikaitkan dengan ajaran baik dan buruk yang diterima oleh masyarakat umum, adat istiadat menjadi standarnya. Sementara itu, etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau filsafat, akal sebagai standarnya. Hal ini menyebabkan standar etika dan moral bersifat temporal.4 Dalam pembahasan akhlak ada beberapa istilah yang sering digunakan untuk mengatakan akhlak tersebut. Istilah-istilah itu ialah : a. Etika Perkataan etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti adat kebiasaan. Dalam pelajaran filsafat, etika merupakan bagian daripadanya. Di dalam 3
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2008), Cet. Ke-
2, h. 32 4
Aminuddin dkk, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, (Jakarta : PT. Ghalia Indonesia), hal. 152-153
13
ensiklopedi pendidikan dikatakan bahwa etika adalah filsafat tentang nilai, kesusilaan tentang baik dan buruk, kecuali etika mempelajari nilai-nilai, ia merupakan juga pengetahuan tentang nilai-nilai itu sendiri.5 b. Moral Perkataan moral berasal dari bahasa latin “mores” yaitu jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah baik buruk perbuatan dan kelakuan. c. Kesusilaan Selain istilah-istilah di atas, di dalam bahasa Indonesia untuk membahas baik buruk tingkah laku manusia juga sering digunakan istilah kesusilaan. Kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan ke- dan akhiran –an. Susila berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu su dan sila. Su berarti baik atau bagus dan sila berati dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma. Di dalam kamus bahasa Indonesia dikatakan, susila berarti sopan, beradab, baik budi bahasanya. Dan kesusilaan sama dengan kesopanan.6
2. Sumber-sumber Ajaran Akhlak Sumber ajaran akhlak adalah al-Qur‟an dan Hadits, tingkah laku Nabi Muhammad SAW merupakan contoh suri tauladan bagi umat manusia semua. Ini ditegaskan oleh Allah SWT dalam al-Qur‟an Surat Al-Ahzab ayat 21 :
“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.(Qs. Al-Ahzab : 21) Tentang akhlak pribadi Rasulullah dijelaskan pula oleh „Aisyah ra. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari „Aisyah ra. Berkata : “Sesungguhnya akhlakRasulullah itu adalah al-Qur’an.” (HR. Muslim). Hadits Rasulullah meliputi perkataan dan tingkah laku beliau, merupakan sumber akhlaq yang kedua setelah al-Qur‟an. Segala ucapan dan 5
Asmaran, Pengantar Studi Akhlaq, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1994), Cet. 2,
h. 6 6
Ibid,... h. 9-10
14
perilaku beliau senantiasa mendapatkan bimbingan dari Allah SWT, Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam al-Qur‟an Surat An-Najm ayat 3-4 :
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).(QS. An-Najm : 3-4). Dalam ayat lain Allah SWT memerintahkan agar selalu mengikuti jejak Rasulullah SAW dan tunduk terhadap apa yang dibawa oleh beliau, Allah SWT berfirman :
Artinya : “Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya” (QS. Al-Hasyr : 7 ). Al-Qur‟an dan Al-Hadits adalah pedoman hidup yang menjadi asas bagi setiap muslim, maka teranglah keduanya merupakan sumber akhlaqul karimah dalam ajaran Islam. Al-Qur‟an dan Sunnah Rasul adalah ajaran yang paling mulia dari segala ajaran maupun hasil renungan dan naluri manusia harus tunduk mengikuti petunjuk dan pengarahan al-Qur‟an dan As-Sunnah. Dari pedoman itulah diketahui kriteria mana perbuatan baik dan mana perbuatan buruk. Nabi bersabda: “Aku tinggalkan untukmu dua perkara, kamu
15
tidak akan sesat selamanya jika kamu berpegang teguh kepada keduanya, yaitu al-Qur’an dan Sunnahku”.(HR. Al-Bukhari).7
3. Pembinaan Akhlak Siswa a. Pengertian Pembinaan Akhlak Secara bahasa strategi dapat diartikan sebagai “siasat, kiat, trik, atau cara”. Sedang secara umum strategi ialah suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.8 Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai “a plan, method or series of activities designed to achieves a particular aducational goal”. Yaitu strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Ada dua hal yang patut kita cermati dari pengertian di atas. Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan
demikian,
penyusunan
langkah-langkah
pembelajaran,
pemanfaatan berbagai fasilitas san sumber belajar semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam implementasi suatu strategi.9 b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembinaan Akhlak Terlaksananya berbagai kegiatan pembinaan akhlak di SMP Islam Plus Baitul Maal, tentu saja adanya berbagai faktor-faktor yang mempengaruhinya. Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut antara lain :
7
M.Yatiman Abdullah, Studi Akhlaq dalam Persepektif Al-Qur’an,(Jakarta : Sinar Grafika, 2007), cet. Ke-1, h. 22 8 Pupuh Fathurrahman dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung : PT. Refika Aditama, 2007), Cet. 1, h. 3 9 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta : PT. Prenada Media Group, 2008), cet5, h. 126
16
1) Adanya dukungan dari pihak sekolah terhadap pembinaan akhlak Diantara hal yang ditempuh oleh pihak sekolah para guru-guru terutama guru
pendidikan agama Islam untuk mencapai tujuan pendidikan, adalah
dengan kegiatan-kegiatan pembinaan akhlak. Sekolah sebagai tempat lokasi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, memiliki peran yang cukup penting untuk tercapainya tujuan pembembinaan akhlak di sekolah. Situasi yang kondusif dsertai dukungan dari seluruh tenaga pendidik dan kependidikan memudahkan bagi para pengurus untuk berkoordinasi dengan semua pihak dalam pembinaan akhlak siswa. Pihak sekolah juga memberikan kepada guru pendidikan agama Islam untuk mempergunakan ruang kelas, masjid dan sarana yang ada sebagai salah satu bentuk dukungan yang diberikan terhadap berlangsungnya kegiatan pembinaan akhlak siswa.10 2) Adanya dukungan dari guru-guru terhadap kegiatan pembinaan akhlak Guru-guru sebaga ujung tombak pelaksana pendidikan merupakan salah satu unsur pokok yang bersentuhan dengan siswa dalam kegiatan sehari-hari. Dukungan dari guru-guru selain pengintegrasian nilai-nilai ajaran agama dalam penyampaian materi pelajaran sehari-hari, juga pemberian motivasi kepada para siswa untuk mengikuti kegiatan rohani Islam yang di bina oleh guru pendidikan agama Islam. 3) Mayoritas siswa yang beragama Islam Siswa sebagai subjek utama pendidikan, merupakan sumber daya yang akan diarahkan perkembangannya sesuai dengan tujuan dalam pendidikan. Dengan mayoritas jumlah siswa yang beragama Islam.11, memang seharusnya dapat dijadikan sebagai motivasi bagi tenaga pendidik khususnya guru pendidikan agama Islam untuk mengembangkan potensi-potensi spriritual para siswa sesuai dengan pencapaian dimensi-dimensi yang digariskan dalam tujuan pendidikan, baik pendidikan Islam maupun pendidikan nasional.12 10
Wawancara dengan Bapak Edi Susilo, S.Si. tanggal 12 Januari 2012 Dokumen SMP Islam Plus Baitul Maal, Pondok Aren 13 Januari 2012. 12 Menurut Hasbullah, terdapat dua dimensi kesamaan yang ingin dicapai dalam pendidikan Islam maupun pendidikan nasional, yaitu dimensi duniawi dan dimensi transendental. 11
17
Ada beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan. Wina Sanjaya dalam bukunya menyatakan, mengelompokkan kedalam strategi penyampaian penemuan atau exposition-discovery learning, dan strategi pembelajaran kelompok dan strategi pembelajaran individual atau group indiviual learning. Dalam strategi exposition, bahan pelajaran disajikan kepada siswa dalam bentuk jadi dan siswa dituntut untuk menguasai bahan tersebut. Roy Killen menyebutkan dengan strategi pembelajaran langsung (direct instruction). Mengapa dikatakan strategi pembelajaran langsung, sebab dalam strategi ini, materi pelajaran disajikan begitu saja kepada siswa, siswa tidak dituntut untuk mengolahnya. Kewajiban siswa adalah menguasainya secara penuh. Dengan demikian, dalam strategi eksposeri guru berfungsi sebagai penyampai informasi. Berbeda dengan strategi discovery. Dalam strategi ini bahan pelajaran dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai aktifitas, sehingga tugas guru lebih banyak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswanya. Karena sifatnya yang demikian, strategi ini sering juga dinamakan strategi belajar tidak langsung. Strategi belajar individual dilakukan oleh siswa secara mandiri. Kecepatan, dan kelambatan dan keberhasilan pembelajaran siswa sangat ditentukan oleh kemampuan individu siswa yang bersangkutan. Bahan pelajaran serta bagaimana mempelajarinya didesain untuk belajar sendiri. Contoh dari strategi ini adalah melalui modul, atau belajar bahasa melalui kaset audio. Berbeda dengan strategi pembelajaran individual, belajar kelompok dilakukan secara beregu. Sekelompok siswa diajar seseorang atau oleh beberapa orang guru. Bentuk belajar kelompok itu bisa dalam pembelajaran kelompok besar atau pembelajaran klasikal atau bisa juga siswa belajar dalam kelompokkelompok kecil atau buzz group. Strategi kelompok tidak memperhatikan kecepatan belajar individual, setiap individu dianggap sama. Oleh karena itu, belajar dalam kelompok dapat terjadi siswa yang memiliki kemampuan tinggi akan terhambat oleh siswa yang mempunyai kemampuan biasa-biasa saja.
Lihat Hasbullah dalam bukunya Otonomi Pendidikan, Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan, 2006.
18
Sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan yang kurang akan merasa tergusur oleh siswa yang memiliki kemampuan yang tinggi. c. Strategi Pembinaan Akhlak Siswa Yang dimaksud dalam bahasan ini adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan strategi pembinaan. Prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran adalah bahwa tidak semua strategi pembelajaran cocok dengan semua keadaan. Setiap strategi memiliki kekhasan sendiri-sendiri. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Killen, “no teaching strategy is better than other in all circumstances, so you have to be able to use a variety of teaching strategis, and make rational descisions about when each of the teaching strategies is likely to most effective.”Apa yang dikemukakan oleh Killen itu, jelas bahwa guru harus mampu memilih strategi yang dianggap cocok dengan keadaan. Oleh karena itu, guru perlu memahami prinsip-prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran atau pembinaan sebagai berikut : 1) Berorientasi Pada Tujuan Tujuan pembelajaran dapat menentukan suatu strategi yang harus digunakan guru. Guru yang senang berceramah, hampir setiap tujuan menggunakan strategi penyampaian, seakan-akan dia berfikir bahwa segala jenis tujuan dapat dicapai dengan strategi yang demikian. Hal ini tentu saja keliru. Apabila kita menginginkan siswa terampil menggunakan alat tertentu, katakanlah terampil menggunakan thermometer sebagai alat pengukur suhu badan, tidak mungkin menggunakan strategi penyampaian. Untuk mencapai tujuan yang demikian, siswa harus praktik secara langsung. Demikian halnya juga manakala kita menginginkan agar siswa dapat menyebutkan hari dan tanggal proklamasi kemerdekaan suatu Negara, tidak akan efektif kalau menggunakan strategi pemecahan masalah (diskusi). Untuk mengejar tujuan yang demikian cukup guru menggunakan strategi cermah atau pengajaran secara langsung.
19
2) Aktivitas Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mendorong aktifitas siswa. Aktifitas tidak dimaksudkan terbatas pada fisik, akan tetapi juga meliputi aktifitas yang bersifat psikis seperti aktifitas mental. Guru sering lupa dengan hal ini. Banyak guru yang terkecoh oleh disikap siswa yang pura-pura aktif. 3) Individualitas Mengajar adalah usaha mengembangkan setiap individu siswa. Walaupun kita mengajar pada sekelompok siswa, namun pada hakikatnya yang ingin kita capai adalah perubahan perilaku setiap siswa. Sama seperti seorang dokter yang profesional manakala ia menangani 50 orang pasien, seluruhnya sembuh dan dikatakan dokter yang tidak baik manakala ia menangani 50 orang pasien 49 orang sakitnya bertambah parah atau bahkan mati. Demikian juga halnya guru, dikatakan guru yang baik manakala ia menangani 50 orang siswa, seluruhnya berhasil mencapai tujuan, dan sebaliknya dikatakan guru yang tidak baik atau tidak berhasil tatkala ia menangani 50 orang siswa, 49 orang siswa tidak mencapai tujuan pembelajaran. 4) Integritas Mengajar harus dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh pribadi siswa. Mengajar bukan hanya mengembangkan kemampuan kognitif saja, akan tetapi juga meliputi perkembangan aspek psikomotorik. Oleh karena itu, strategi pembelajaran harus dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa secara terintegrasi. Penggunaan metode diskusi. Contohnya, guru harus mampu merancang dan strategi pelaksanaan diskusi tidak hanya terbatas pada pengembangan aspek intelektual saja, tetapi harus mendorong siswa agar mereka bisa berkembang secara keseluruhan, misalkan mendorong siswa agar berani mengeluarkan gagasan atau ide yang
20
orisinil, mendorong siswa untuk bersikap jujur, tanggung jawab dan sebagainya.13
d. Pembinaan Akhlak Pembinaan akhlak dapat diartikan perbuatan yang sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten.Pembentukan akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa adalah hasil usaha pembinaan, bukan terjadi dengan sendirinya. Potensi rohaniah yang ada dalam diri manusia, termasuk didalamnya akal, nafsu amarah, nafsu syahwat, fitrah, kata hati, dan intuisi dibina secara optimal dengan cara dan pendekatan yang tepat. Dengan demikian, didalam peningkatan pendidikan agama di sekolah, yang dimaksud dengan pendidikan agama bukan hanya bimbingan yang diberikan oleh seluruh staf pengajar, staf pemimpin sekolah, pegawai, alat serta peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah. Dalam pembentukan akhlaq siswa hendaknya setiap guru menyadari bahwa dalam pembentukan akhlaq sangat diperlukan pembinaan dan latihan, akhlaq pada siswa bukan hanya diajarkan secara teoritis, akan tetapi juga harus diajarkan kearah kehidupan praktis, untuk itu pelaksanaannya dapat ditempuh melalui cara berikut ini : a) Pembiasaan Islam memandang bahwa cara penanaman akhlaq melalui pembiasaan adalah
merupakan
metode
influentif
yang
paling
meyakinkan
keberhasilannya dalam mempersiapkan dan membentuk siswa menjadi berakhlaq. Hal ini karena perbuatan yang sudah menjadi kebiasaan sukar untuk ditinggalkan. Penanaman akhlaq pada siswa seharusnya sudah dimulai sejak ia kecil dengan pembiasaan dan latihan yang cocol dan sesuai dengan perkembangan jiwanya. b) Pengajaran 13
Wina, Op.cit, h. 131-133
21
Kalau pada tahap pertama merupakan upaya praktis agar siswa dapat berbuat secara tepat, maka pada tahap kedua ini disamping kebiasaan berakhlaq tetap dilanjutkan dengan penanaman pengertian melalui pengajaran, hal ini bertujuan agar siswa tidak hanya berpedoman pada“asal berbuat” tetapi siswa diusahakan tahu mengapa ia berbuat. Penanaman pendidikan di sini mempertemukan antara pengertian (teoritis) dengan latihan (pembiasaan). Pengertian perlu ditanamkan pada siswa melalui pengajaran, karena kebiasaan jika tidak diimbangi dengan memberikan berupa penjelasan, maka kebiasaan-kebiasaan itu tidak akan bermakna. Untuk itu agar kebiasaan itu bermakna, maka perlu diimbangi dengan penjelasanpenjelasan supaya siswa tersebut dapat mengerti maknanya dan paham hikmahnya, tahu maksud dan tujuannya mengapa perbuatan itu dilakukan. Hal tersebut bila keduanya (toeritis dan praktis) sudah ditanamkan pada siswa, maka akan terlihat perubahan sikap pada dirinya. c) Keteladanan Guru Guru sebagai pendidik yang memberi pengetahuan dan bimbingan pada siswanya harus memberikan contoh yang baik kepada peserta didiknya, karena tingkah laku dan perbuatan yang diperlihatkan guru dalam pergaulan dan berperilaku akan menjadi gambaran bagaimana siswa akan bersikap. Oleh karenanya seorang guru harus membari contoh berprilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari sehingga akan menjadi contoh yang baik dalam perkembangan jiwa dan akhlaq para siswanya. Perilaku dan akhlaq yang baik bagi seorang guru akan sangat mempengaruhi jiwa anak yang nantinya akan menjadi teladan anak dalam berbuat dan bertindak. Dengan sikap dan perilaku yang baik dari seorang guru merupakan dasar siswa dalam berperilaku dan berakhlaq yang baik.14
14
M. Athiyah Al-Abrasi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1970), cet-5, hal. 112
22
Ada beberapa faktor lainnya yang mendukung dalam pembinaan akhlak siswa diantaranya : a) Keluarga Keluarga merupakan lingkungan primer bagi setiap individu, di dalamnya terjadi hubungan hubungan manusia yang paling intensif, karena itulah keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia, tempat ia belajar menyatakan diri sebagai manusia sosial, dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya.15 Faktor
keluarga
merupakan
faktor
utama
yang
sangat
mempengaruhi perkembangan anak. Menurut WA. Gerungan, yang dimaksud dengan keutuhan keluarga adalah : pertama, keutuhan struktur keluarga yaitu dengan adanya ayah, ibu dan anak, kedua, keutuhan interaksi yang harmonis antar keluarga. b) Sekolah Sekolah adalah lingkungan pendidikan. Menurut Zakiah Daradjat, sekolah adalah lembaga pendidikan yang melaksanakan pembinaan, pemdidikan, pengajaran dengan sengaja, teratur dan terencana. Di dalam kelas gurulah yang bertugas mendidik siswanya. Guru adalah tenaga pendidikan yang secara teknis mempunyai bekal ilmu dan keterampilan untuk membantu anak didik memperoleh sikap dan perilaku terpuji. Begitu pula dengan guru Pendidikan Agama Islam. Pendidikan agama akan berhasil bila gurunya memiliki personalitas yang utuh terhadap kebenaran agama yang diajarkannya. Masalah guru merupakan topik yang tidak habis-habisnya dibahas dalam berbagai seminar, diskusi dan workshop untuk mencari berbagai alternatif pemecahan terhadap berbagai persoalan yang dihadapi guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pengajar dan pendidik di lingkungan sekolah. Hal ini disebabkan karena guru, berdasarkan sejumlah penelitian pendidikan, diyakini sebagai faktor dominan yang menentukan tingkat 15
keberhasilan
anak didik dalam melakukan
WA. Gerungan, Psikologi Sosial, (Bandung : Eresco, 1988), Cet. Ke-1, hal. 180
23
transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi serta internalisasi etika dan moral. Karena itu, tidaklah berlebihan apabila masyarakat yang mempunyai kepedulian terhadap pendidikan selalu mengarahkan perhatiannya pada berbagai aspek yang berkaitan dengan guru dan keguruan. Selain dihadapkan dengan berbagai persoalan internal, guru juga mendapat dua tantangan eksternal, yaitu pertama, krisis akhlaq dan moral anak bangsa, dan kedua, tantangan masyarakat global.16 Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa pendidikan agama sebagai salah suatu proses penanaman, pengembangan dan pemantapan nilai-nilai keimanan yang menjadi fundamental spiritual manusia yang termanifestasikan melalui sikap dan tingkah laku sesuai dengan ajaran agama. c) Masyarakat Masyarakat adalah lingkungan yang luas sekaligus paling banyak menawarkan pilihan, karena sebagian besar waktu anak dalam sehari dihabiskan dalam lingkugannya. Pada tahap pertama pengaruh lingkungan masyarakat ini diawali dengan pergaulan antar teman. Pada usia 9-15 tahun, hubungan perkawinan merupakan hubungan akrab yang disebabkan oleh kesamaan minat dan kepentingan saling membagi perasaan dan saling tolong-menolong untuk memecahkan masalah bersama. Kuatnya pengaruh teman ini sering dianggap sebagai penyebab buruknya tingkah laku anak, tetapi bagaimanapun segalanya kembali pada dirinya sendiri.17 Selanjutnya seiring dengan perkembangan zaman dan bermunculan fenomena kehidupan pembekalan setiap anak dengan pembinaan akhlaq menjadi sangat urgen. Mentalitas anak-anak akan terbina apabila dalam masyarakatnya sudah dibekali dengan baik oleh lingkungannya.
16
Indra Jati Sidi, Menuju Masyarakat Belajar, (Jakarta : Paramadina, 2001), h. 38 Sarlito Wirawan, Psikologi Remaja, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997), Cet. Ke-4, hal. 129 17
24
B.Peran Guru PAI dalam Membina Akhlak Siswa Seiring dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, pada pasal 10 ayat (1) menyatakan “kompetensi guru sebagaimana dimaksud pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”18 Kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya, sub kompetensi dalam kompetensi pedagogik adalah : 1. Memahami peserta didik secara mendalam yang meliputi memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif, prinsip-prinsip kepribadian, dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik. 2. Merancang pembelajaran termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan
pembelajaran
yang
meliputi,
landasan
pendidikan,
menerapkan teori belajar dan pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai dan materi ajar, dan menyusun Program Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan strategi yang dipilih. 3. Melaksanakan pembelajaran yang meliputi, menata latar (setting) pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif. 4. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran yang meliputi, merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode, menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery level), dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum. 18
www. Google.com, Perangkat Pembelajaran KTSP, Empat Kompetensi Bagi Guru (Pondok Aren :19 Agustus 2012)
25
5. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya meliputi, memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik, dan memfasilitasi peserta didik untuk kemampuan non akademik. Kompetensi guru adalah kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran. Sebagai agen pembelajaran maka guru dituntut untuk kreatif dalam menyiapkan metode dan strategi yang cocok untuk kondisi anak didiknya. Sehubungan dengan fungsi guru sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing. Maka perlu adanya berbagai peranan pada diri seorang guru, tidak terkecuali guru Pendidikan Agama Islam. Peranan guru ini akan senantiasa menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan berbagai interaksinya, baik dengan siswa, sesama guru maupun dengan staf yang lain.19 Sebagai pengajar guru mempunyai tugas menyelenggarakan proses belajar mengajar.
Dengan
demikian
guru
pendidikan
agama
Islam,
haruslah
merencanakan, mempersiapkan, serta menyampaikan materi yang berkaitan dengan pemdidikan agama Islam. Sebagai pendidik, guru Pendidikan Agama Islam lebih cenderung untuk melakukan pembiasaan terhadap materi yang sudah disampaikan. Maksudnya siswa tidak hanya dituntut untuk memahami materi yang telah disampaikan. Tetapi juga merealisasikannya. Seperti membiasakan sholat berjama’ah dan diskusi tentang keagamaan. Sebagai pembimbing, guru mempunyai tugas memberi bimbingan kepada siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, sebab proses belajar siswa berkaitan erat dengan bebagai masalah di luar kelas yang sifatnya non akademis,. Oleh karenanya guru pendidikan agama Islam selalu memantau dan mendekati siswa yang dianggap bermasalah untuk dicari faktor penyebabnya serta mampu mencari solusinya. 19
Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru, (Jakarta : CV. Rajawali, 1990), Cet. Ke-3, hal. 141
26
Dengan demikian dalam kaitannya dengan pembinaan akhlak siswa seorang guru PAI harus mampu memahami peserta didik secara mendalam melaksanakan pembelajaran dengan baik, melaksanakan evaluasi secara benar dan memfasilitasi
peserta
didik
dalam
mengembangkan
potensinya
melalui
pembiasaan, pengajaran dan keteladanan guru. Sebagai seorang guru yang profesional ketika ingin melakukan sebuah tindakan, agar tindakannya dapat menghasilkan sesuatu yang dituju. Maka selayaknya mempersiapkan sebuah strategi yang khusus. Disamping ia harus menguasai materi yang akan diajarakan, seorang guru juga harus mempersiapkan dan merencanakan strategi pembelajaran agar kegiatan pembelajaran yang berlangsung dapat berjalan secara efektif dan efisien serta tidak menjenuhkan bagi peserta didik. Sebagaimana strategi guru Pendidikan Agama Islam di SMP Islam Plus Baitul Maal, banyak menghadapi karakteristik murid yang berbeda, disini seorang guru dituntut untuk memiliki strategi yang khusus dan tepat dalam upaya membina akhlaq siswa. Pendidikan agama dimaksudkan untuk membangun aspek keimanan dan ketaqwaan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang. Pendidikan agama ini didefinisikan menjadi usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran agama Islam. Hal ini dibedakan dari pengajaran agama yang dianggap hanya memberi pengetahuan agama kepada anak agar mereka mempunyai ilmu pengetahuan agama. Akhlak termasuk diantara makna yang terpenting dalam hal ini. Tingkatannya berada sesudah aqidah. Akhlak berkaitan dengan hubungan muammalah manusia dengan orang lain, baik secara individu maupun kelompok. Tetapi perlu diingat akal tidak terbatas pada penyusunan hubungan antara manusia dengan manusia lainnya, tetapi lebih dari itu mengatur hubungan manusia dengan segala yang terdapat dalam wujud kehidupan ini, bahkan sampai mengatur hubungan dengan antara hamba dengan Tuhan-Nya.
27
C. Hal-hal Yang Menyebabkan Penyimpangan Akhlak Siswa 1. Pengaruh Media Menurut Arief S. Sadirman Media Pendidikan adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.20 Secara harfiah media memiliki arti perantara atau pengantar.21 Sedangkan Education Association mendefinisikan sebagai benda yang dimanipulasikan, dilihat, dibaca, didengar, atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional. Dari definisi-definisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan audiensi (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar mengajar pada dirinya. Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan audiens (siswa) untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performan mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Kebanyakan para ahli pendidikan membedakan antara media dan alat peraga, namun kedua istilah tersebut juga dapat digunakan saling bergantian. Adapun yang membedakan keduanya terletak pada fungsi bukan pada subtansinya. Sumber belajar dikatakan alat peraga jika hal tesebut fungsinya hanya sebagai alat bantu saja dan dikatakan sebagai media jika sumber belajar itu merupakan bagian yang integral dari seluruh kegiatan belajar. Pendidikan akhlak semakin terasa diperlukan terutama pada saat di mana semakin banyak tantangan dan godaan sebagai dampak dari kemajuan dibidang Iptek. Orang akan dengan mudah berkomunikasi dengan apapun yang ada di dunia ini, yang baik ataupun yang buruk, karena ada alat teknologi informasi dan komunikasi. Peristiwa yang baik atau yang buruk dengan mudah dapat dilihat di televisi, internet, facebook, twitter dan media cetak seperti Koran, majalah, buku20
Arief S. Sadirman, Media Pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996), Cet. IV, hal. 5 21 Asnawir, Media Pembelajaran, (Jakarta : Ciputat Press, 2002), hal. 12
28
buku bahkan tempat-tempat hiburan yang menyuguhkan adegan maksiat juga banyak pola hidup yang hedonistic dan materlistik semakin menggejala. Dalam kehidupan sehari-hari dapat disaksikan bahwa tindak keragaman oleh para anak-anak remaja khususnya pada dasarnya mereka peroleh dengan meniru dari lingkungannya, baik berupa pembiasaan atau pengajaran yang intensif. Para ahli ilmu sholat misalnya, mereka laksanakan karena hasil melihat perbuatan jiwa menganggap bahwa dalam segala hal anak merupakan peniru yang ulung.22 Begitu pula jika anak diberi teladan yang buruk. Apabila anak selalu mendengar perkataan-perkataan yang buruk, celaan dan kata-kata yang munkar, maka sudah barang tentu anak itu akan mudah meniru dan membiasakan diri dengan kalimat tersebut, sehingga pada akhirnya akan merasa mengeluarkan katakata keji dan munkar.23 Anak-anak pada umur 8 – 15 tahun ditandai dengan perkembangan kecerdasan cepat. Pada usia ini anak berfantasi, berkhayal, dan menyukai ceritacerita baik dalam sinetron, film dan buku yang dipandang sebagai kenyataan. Hal ini penting dan perlu mendapat perhatian, karena anak suka meniru seolah-olah dirinya yang dikisahkan dalam cerita tersebut. Di sinilah letak pentingnya pemilihan tokoh identifikasi dan figur yang positif yang seharusnya dijadikan contoh bagi anak-anak. Anak memiliki rasa heran kagum merupakan tanda dan sifat keagamaan pada anak. Berbeda dengan rasa kagum yang ada pada orang dewasa, maka rasa kagum anak ini belum bersifat kritis dan kreatif. Mereka hanya kagum pada sifat keindahan lahiriah saja. Hal ini merupakan langkah pertama dari pernyataan kebutuhan anak akan dorongan untuk mengenal (new ecperience). Rasa kagum mereka dapat disalurkan melalui media-media yang menimbulkan rasa takjub.24
22
Jalaludin, Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Kalam Mulia, 1987), Cet. Ke -1, hal. 30 23 Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, terj. (Semarang : CV. As-Syifa, 1981), Cet. I, Hal. 190 24 Jalaludin, Ramayulis, Op.Cit., hal. 31
29
Karena bukan manusia saja yang memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan peserta didik, media yang berwujud berbagai bentuk, seperti televisi, video, computer, internet dan handphone. Media-media ini telah membuat wawasan anak-anak dan remaja berkembang lebih cepat daripada masa sebelumnya. Perubahan yang terlihat dalam realita masyarakat dari dampak kemajuan teknologi pada media informasi dan telekomunikasi memang berpengaruh positif, namun dampak negatif yang ditimbulkan juga cukup besar. Akibatnya para orangtua merasakan mendidik anak zaman sekarang sangat sulit dan melelahkan.
2. Pengaruh Lingkungan Terhadap Peserta Didik Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada disekitar manusia (peserta didik). Ia dapat berupa manusia dan dapat pula bukan berupa manusia seperti tumbuh-tumbuhan, binatang, sungai, gunung, laut udara dan sebagainya.25 Bahkan selain itu ada pula sesuatu yang berada di luar diri manusia yang tidak tampak oleh manusia (gaib), tetapi keberadaannya pasti. Hal ini dapat diketahui melalui informasi dari kitab suci (Al-Qur’an). Golongan ini meliputi Jin dan Malaikat. Di antara lingkungan tersebut, ada yang memiliki pengaruh besar dalam perkembangan peserta didik, yaitu lingkungan keluarga (orang tua), teman dan setan. Ketiga hal ini sering mewarnai kehidupan peserta didik. Hal ini perlu diketahui pendidik agar dapat menentukan sikap dan bertindak sesuai dengan kebutuhan pendidikan.
a). Pengaruh lingkungan Keluarga Orang tua adalah orang yang paling berpeluang mempengaruhi peserta didik. Hal itu dimungkinkan karena merekalah yang paling awal bergaul dengan anaknya, paling dekat dalam berkomunikasi, dan paling banyak menyediakan waktu untuk anak, terurama ketika ia masih kecil. Tidak sulit dipahami apabila orangtua memiliki pengaruh yang besar dalam perkembangan anaknya. 25
107
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2010), Cet. Ke-I, hal.
30
Peluang besar dalam mempengaruhi anak seperti di atas perlu dimanfaatkan oleh setiap orangtua secara maksimal. Ia harus menciptkan suasana yang kondusif agar semua potensi anak dapat berkembang optimal. Apabila orang tua tidak mendidik anak dengan sungguh-sungguh maka akibatnya anak tidak dapat berkembang sesuai dengan harapan. Bahkan potensi anak yang paling asasi (fitrah diniyah) dapat bergeser.
b). Pengaruh Teman Teman sangat berarti bagi setiap manusia. Dari anak-anak sampai orangtua, baik laki-laki maupun perempuan, baik yang kaya maupun yang miskin, baik orang-orang baik maupun orang tidak baik, semuanya membutuhkan teman. Rasanya, kebahagiaan ini tidak lengkap apabila tidak memiliki teman. Buktinya, ketika gembira, orang membutuhkan teman dan pada waktu sedih orang juga membutuhkan teman atau sahabat. Teman itu bervariasi. Kadang-kadang teman membawa berkah, rezeki dan kebahagiaan. Akan tetapi, perlu juga hati-hati karena banyak juga orang yang rusak, bahkan sengsara karena teman. Bahkan banyak yang terjerumus dalam pergaulan bebas, obat-obatan terlarang (narkotika) karena bergaul dengan teman yang berprilaku buruk. Teman sangat berpengaruh dalam kehidupan seseorang. Ada orang yang perilakunya buruk berubah menjadi baik setelah berteman dengan orang baik. Begitu pula sebaliknya, tidak sedikit orang yang pada awalnya akhlaknya baik, tetapi kemudian akhlaknya menjadi buruk setelah bergaul dengan teman yang berprilaku buruk. Ada orang tua yang telah berusaha membimbing anak di rumah dengan sebaik-baiknya, tetapi anak terpengaruh oleh temannya yang berakhlak buruk sehingga ia mempertunjukkan perilaku buruk dihadapan orang tua. Jangan kaget, teman dapat mewarnai, bahkan dapat mengubah agama seorang anak.
c). Pengaruh Setan Dalam
Al-Qur’an
dikemukakan
bahwa
setan
telah
banyak
menghancurkan kehidupan manusia, mulai dari manusia pertama (Nabi Adam As)
31
sampai sekarang, bahkan sampai manusia di akhir zaman. Kurang lebih terdapat 113 kata yang berarti setan dalam al-Qur’an. Untuk mengatasi masalah di atas diperlukan upaya yang sangat serius pula. Semua komponen masyarakat terkait yang meliputi orang tua, pemilik warnet, pemilik stasiun televisi, pengelola mall, dan play station seyogianya peduli terhadap perkembangan anak dan remaja. Program-program yang disajikan harus diseleksi sedemikian rupa, jadwal operasi yang juga dipertimbangkan agar anak dan remaja tidak larut menikmatinya sehingga melupakan pelajaran, kewajiban dan tugas-tugas penting lainnya sebagai generasi masa depan.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1.
Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren,
yang beralamat : Jalan Pesantren No.62 B Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan Kode Pos 15222, Telp. 021-7358755, Faximile (021) 7357622. 2.
Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dari tanggal 02 Oktober 2012 sampai dengan skripsi
ini ditulis.Dalam melaksanakan penelitian ini, langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut : a. Tahap pendahuluan; b. Menginventarisasikan jumlah siswa yang dijadikan sampel dalam penelitian ini; c. Melaksanakan pengumpulan data melalui angket yang telah disebarkan yaitu sebanyak 2 eksemplar/orang; d. Mengadakan wawancara dengan kepala sekolah, guru dan siswa;
B. Metode dan Teknik Penelitian 1.
Metode Penelitian Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,
yaitu metode penelitian yang tentunya pada pemecahan masalah yang terjadi sekarang dan bersifat aktual.
32
33
Sebagaimana diungkapkan oleh Nana Suryana sebagai berikut: ”…Metode penelitian deskriptif
digunakan apabila bertujuan mendeskripsikan atau
menjelaskan peristiwa-peristiwa dan kegiatan yang ada dimana sekarang yang ada pada metode ini adalah studi kasus, studi pengembangan, studi komunikasi”.1 Metode penelitian deskriptif bisa mendeskripsikan satu variabel atau lebih dari satu variabel.
2.
Teknik Penelitian Untuk mengumpulkan data yang diharapkan dalam penelitian ini penulis
menggunakan teknik pengumpulan data yaitu : obeservasi, angket, wawancara, ceklist dan studi dokumentasi. a.
Observasi yaitu dengan cara melakukan pengamatan secara langsung ke tempat yang dijadikan objek, yakni SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren. Untuk memperoleh gambaran konkret mengenai masalah yang dibahas dalam penelitian ini;
b.
Angket merupakan alat pengumpulan data dengan cara menggunakan komunikasi tidak langsung dengan sejumlah responden yaitu melalui daftar pertanyaan secara tertulis. Dalam penelitian ini responden adalah pelajar SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren;
c.
Wawancara, menurut Suaharsini Arikunto adalah sebagai berikut : ”......sebuah dialog yang dilakukan oleh pewancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara”.2Dalam melakukan wawancara ini penulis mengajukan pertanyaan langsung dengan
cara
berdialog untuk
memperoleh sejumlah informasi tentang masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi responden yaitu kepala sekolah, guru dan siswa SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren. d.
Ceklist dan Studi Dokumentasi, data ini diambil dari dokumentasi berdasarkan kenyataan praktis yang berlangsung di lokasi penelitian. Yaitu SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren, Kel. Jurang Mangu 1
Sofian Effendi, MetodePenelitianSurvei, (Jakarta : PT. Pustaka LP3S Indonesia, 1995),
h.5 2
SuharsiniArikunto, MetodePenelitian, (Jakarta : RinekaCipta, 1994), Cet. Ke-1, h. 15
34
Timur, Kec. Pondok Aren-Kota Tangsel. Studi dokumentasi ini juga untuk mengetahui data yang tidak mungkin diambil melalui observasi, seperti keadaan gedung, sarana dan prasarana sekolah, arsip, laporan tentang data guru, siswa, bentuk-bentuk sarana fisik. Adapun metode yang peneliti gunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : a. Metode penelitian kepustakaan (library research) yaitu dengan cara mengumpulkan data dengan cara mengumpulkan bahan-bahan bacaan, baik dari buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan strategi guru PAI dalam membina akhlak siswa. b. Penelitian lapangan, penelitian lapangan adalah mendatangi SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren dan mengadakan wawancara atau tanya jawab secara lisan, kepada guru-guru di SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren, agar penulis mendekati masalah yang dibahas, sehingga kebenarannya dapat dipertanggung jawabkan.
C. Populasi dan Sampel 1.
Populasi Populasi adalah ”keseluruhan objek penelitian apabila seseorang ingin
meneliti semua elemen yang ada diwilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi studi atau penelitian juga disebut populasi studi atau studi sensus”.3 2.
Sampel Sampel adalah ”sebagian atau wakil populasi yang diteliti, bertujuan untuk
menggeneralisasikan hasil penelitian sampel”.4 Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas VII dan VIII SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren berjumlah 105 orang dengan sampelnya sebanyak 30 orang siswa.
3
SuharsiniArikunto, ProsedurPenelitianSuatuPengantarPraktek, (Jakarta : RinekaCipta, 1998), Cet. Ke-2, h. 117 4 SuharsiniArikunto, Ibid, h. 117
35
Tabel 1 Sampel Penelitian5 No.
Populasi
Jumlah Sampel
Rombel
1
105
30
2
Jumlah
105
30
2
Adapun teknik pengambilan sampel, penulis menggunakan teknik random sampling, teknik ini digunakan dengan dasar memberikan kesempatan kepada seluruh anggota sampel, dengan demikian kecenderungan penulis untuk memihak kepada anggota sampel yang diperkirakan dapat memberikan jawaban yang dikehendaki penulis dapat terjawab. Menjabarkan indikator menjadi butir-butir soal berdasarkan kajian teori yang mendukung. Selanjutnya dikemukakan pula indikator akhlaq siswa, sebagai berikut : a. Mengamati b. Mendengarkan c. Mengingat d. Mencatat e. Melakukan kegiatan-kegiatan positif
D. Teknik Pengumpulan Data Dalam upaya pengumpulan data penyusunan skripsi ini, menggunakan dua metode pendekatan penelitian, yakni: 1.
Library Research (penelitian kepustakaan) Peneliti mencari sumber-sumber buku yang ada di perpustakaan UIN
Syahid dan buku-buku lain yang berisi teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diteliti dalam skripsi ini.
5
Dokumen SMP Islam Plus BaitulMaal, PondokAren, 21 Agustus 2012
36
2.
Field Research (penelitian lapangan) Penulis melakukan penelitian langsung ke tempat yang dijadikan objek
penelitian, yakni SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan-Banten, adapun penelitian ini menggunakan teknik sebagai berikut : a.
Wawancara, penulis mengadakan wawancara dengan kepala sekolah dan guru PAI dalam membina akhlak siswa;
b.
Angket, yakni memberikan beberapa pertanyaan kepada responden, dalam hal ini penulis menyebarkan angket kepada siswa/i sekolah tersebut yang semuanya berjumlah 30 orang, questioner dalam penelitian ini berbentuk pilihan ganda (tertutup) berisi 10 pertanyaan dan bersifat tidak langsung berisi 10 pertanyaan.
E. Teknik Pengolahan, Analisis dan Interpretasi Data Pengolahan data ini dimaksudkan untuk membuat data berbicara dan mempunyai arti sehingga dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Pengolahan data adalah “usaha konkret untuk membuat data tersebut dapat berbicara, sebab berapun besar jumlah dan tinggi nilai data yang terkumpul (sebagai fase pelaksanaan pengumpulan data) apabila tidak tersusun dalam suatu organisasi dan diolah menurut sistematika yang baik”.6(Dikdasmen, 2003 : 35). Adapun kegiatan penulis sehubungan dengan pengolahan data ini ada beberapa tahap lagi yang harus ditempuh untuk sampai pada hal yang diperlukan yaitu dengan hal-hal sebagai berikut: 1.
Menyeleksi Data Langkah pertama yang penulis lakukan dalam pengolahan data ini, adalah
memeriksa dan menyeleksi data yang telah terkumpul dari responden ini memenuhi syarat criteria sebagai berikut : a.
Setiap lembar angket yang penulis sebarkan kepada responden dalam kondisi lengkap, dalam artian tidak ada bagian yang hilang atau rusak; 6
DepartemenPendidikanNasional,ManajemenBerbasisSekolah, DirektoratPendidikanDasardanMenengah, 2003), h. 35
(Jakarta
:
37
b.
Pengisian sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan pengisiannya jelas/pemilihan yang dilakukan responden sehingga tidak menimbulkan keraguan. Selain itu berdasarkan hasil penelitian angket tersebut kenyataan hasil sesuai yang diharapkan.
2.
Tabulasi Data Tabulasi data antara lain bertujuan untuk melihat kecenderungan jawaban
dari setiap pertanyaan dalam angket, dan mengetahui frekuensi dari masingmasing alternatif jawaban yang lainnya. Adapun tujuan tersebut dapat dicapai melalui pentabulasian data sebagai berikut: a.
Menyediakan jalur-jalur yang sesuai dengan kebutuhan penelitian, misalnya dalam bentuk table yang terdiri atas kolom, nomor, alternative jawaban dan frekuensi.
b.
Menghitung frekuensi dan prosentase untuk setiap kategori untuk setiap kategori jawaban-pertanyaan.
3.
Penentuan pedoman pengumpulan data, agar yang diperoleh dapat diolah secara tepat yang sesuai dengan kebutuhan penelitian sehingga dapat ditarik kesimpulan yang dapat dipercaya, maka perlu ditetapkan teknik pengolahan data yang digunakan sebagai pedoman hasil penelitian yang dilakukan. Setelah data sudah dikumpulkan, penulis menjabarkan dalam bentuk
uraian dan interpretasi untuk diambil kesimpulannya. Setelah data yang ada dan diklasifikasikan lalu dilakukan analisis data. Dari teknik analisa yang dipandang tepat untuk mencapai tujuan penelitian, yaitu teknik deskriptif (persentase) dengan rumus : Rumus
P = F X 100 % N
Keterangan : P = Prosentase F = Frekwensi yang dihasilkan N = Jumlah Populasi yang ada 100 % = Bilangan Tetap
38
Selanjutnya untuk menguji validitas data, digunakan uji statistik dengan teknik korelasi dan regresi sederhana dengan menentukan hubungan masingmasing variebel X dan Y, regresi sederhana untuk menentukan kontribusi variabel X dan varibel Y. Untuk mengetahui analisis regresi terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu : (1) sampel diambil secara acak, (2) variabelnya berhubungan secara linier, dan (3) variabelnya berdistribusi normal. Adapun langkah-langkah analisis penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Analisis parsial, untuk menjawab variabel X dan Y, dilakukan analisis parsial variabel dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Menghitung rata-rata dari skor jawaban pada tiap item dengan rumus : X=∑ fx ∑f Keterangan : X = nilai rata-rata F = frekwensi jumlah siswa X= nilai angket b. Menghitung skor rata-rata dari tiap indikator jawaban c. Menghitung rata-rata skor responden dari seluruh item dalam suatu variabel, selanjutnya diinterpretasikan dalam lima norma absolut sebagai berikut: 100 % 75 % 51 % - 74 % 50 % 25 % - 49 % 1 % - 24 % 0%
Seluruhnya Sebagian besar Lebih dari setengahnya Setengahnya Hampir setengah Sebagian kecil Tidak ada
Setelah dilakukan kajian penelitian maka penulis menyimpulkan hasilhasil penelitian tersebut dengan melakukan penafsiran terhadap yang diperoleh dari hasil kajian statistik. Dengan demikian, akan diketahui hasil penelitian ini secara pasti dan sesuai dengan rumusan penelitian yang dibahas.
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data 1.
Latar Belakang Berdirinya SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren SMP Islam Plus Baitul Maal terletak di Kelurahan Jurang Mangu,
Kecamatan Pondok Aren Kota Tangerang Selatan, Propinsi Banten. Sekolah ini didirikan pada tahun 2005.Dan berada di bawah naungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tangerang Selatan Propinsi Banten, sehingga sekolah ini SMP Islam bukan Madrasah Tsanawiyah. Yayasan Baitul Maal ini didirikan oleh tiga orang yang memiliki visi misi yang sama terhadap dunia pendidikan khususnya di wilayah Pondok Aren yaitu, Bpk. Imanul Hakim, M.Sc., Bpk. Budi Setiawan M.Si., dan Bpk. Budi Prayogo, SE., MM. Letaknya yang sangat nyaman dan asri membuat proses belajar mengajar menjadi lebih kondusif. Apalagi didampingi oleh para guru yang profesional dan berkompeten. Dengan kondisi yang seperti ini, memungkinkan bagi para siswa untuk dapat belajar lebihnyaman karena lokasinya yang jauh dari keramaian jalan raya. Meskipun demikian, di lain sisi kenyataan ini juga mengharuskan para siswa untuk menempuh lokasi yang cukup jauh untuk mencapai sekolah (+ 300 M) yang pada umumnya ditempuh dengan berjalan kaki, karena belum adanya angkutan umum yang melewati jalur ini. Tahun pertama didirikannya SMP Islam Plus Baitul Maal memiliki siswa sebanyak 42 siswa (tahun pelajaran 2005/2006), tahun kedua sebanyak 89 siswa (tahun pelajaran 2006/2007), dan pada tahun ketiga sebanyak 155 siswa tahun pelajaran 2007/2008).
39
40
Jumlah siswa SMP yang mendaftar dan yang diterima dalam kurun waktu 3 tahun terakhir adalah sebagai berikut : Pendaftar
Diterima
Tahun L
P
Jml
L
P
Jml
24
26
48
16
21
37
2009/2010
24
22
46
12
11
23
2010/2011
35
27
62
20
16
36
2008/2009
*Dokumen SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren.
SMP Islam Plus Baitul Maal menjadi salah satu sekolah yang sangat diminati masyarakat di wilayah Pondok Aren, tingginyaminat masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di sekolah ini.Terbuktidengan banyaknya orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya di SMP tersebut, contohnya pada tahun pelajaran 2010/2011 saja yang mendaftar 62 orang sedangkan yang diterima hanya 36 orang, disamping karena keterbatasan ruang kelas, juga rombongan ruang belajar yang tidak terlalu banyak dimaksudkan agar proses belajar mengajar berlangsung lebih efektif.SMP Islam Plus Baitul Maal sejak awal mula berdiri hingga sekarang telah mengalami tiga pergantian kepala sekolah yaitu : 1. Bpk. Agus Winarjo, S.Pd. (2005-2008) 2. Ibu Lina Noviyanti, S.Pd. (2008-2010) 3. Bpk. Susilo Edy, S.Si (2010-Sekarang)1 Sejarah berdirinya SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren dilatar belakangi hal-hal sebagai berikut : a. Mengingat masyarakat Kelurahan Jurang Mangu Timur, Kec. Pondok Aren sebagian besar beragama Islam, maka didirikanlah SMP Islam Plus Baitul Maal. b. Banyaknya permintaan dari orang tua wali murid SD Baitul Maal agar didirikannya SMP Islam Plus Baitul Maal. 1
Dokumen, SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren 27 Desember 2012
41
c. Adanya peluang di wilayah Pondok Aren karena belum adanya SMP Islam Terpadu d. Karena berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas).2
B. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah Pendidikan mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara mental dan spiritual guna menghadapi tantangan masa depan. Agar terwujud suatu pendidikan yang dapat menciptakan manusia yang berkualitas, lembaga pendidikan sebagai mediatornya dituntut untuk dapat mengembangkan dan membenahi tujuan pendidikan yang disesuaikan dengan tuntutan dan perkembangan zaman terutama berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang semakin cepat. Tanpa adanya penyesuaian tuntutan dan perkembangan tersebut, lembaga pendidikan dipastikan akan semakin tertinggal oleh kemajuan zaman dan akhirnya tidak lagi diminati oleh masyarakat. Untuk alasan itulah diperlukan arah dan kebijakan bagi setiap lembaga sekolah dalam rangka mencapai tujuan-tujuan pendidikan, antara lain berupa visi, misi dan tujuan sekolah. Visi sekolah merupakan unsur utama dalam organisasi, yang akan menggerakkan ke mana sekolah akan memusatkan segala aktivitasnya. Sekalipun visi sangat bersifat abstrak dalam bentuk suatu harapan dari nilai yang akan dicapai organisasi, tapi mampu untuk merencanakan serangkaian aktivitas organisasi untuk menuju tercapainya visi tersebut. Visi sekolah dapat diartikan sebagai imajinasi moral yang menggambarkan profil sekolah yang diinginkan di masa mendatang. Imajinasi seperti itu akan selalu diwarnai oleh peluang dan tantangan yang diyakini akan terjadi di masa datang. Misalkan kita mengimajinasikan sekolah yang bermutu bagus, diminati oleh masyarakat, memiliki jumlah guru yang cukup dengan kualitas yang baik, fasilitas sekolah yang baik, dan sebagainya.3Misi diartikan dengan tindakan atau upaya untuk mewujudkan visi, jadi misi merupakan penjabaran visi dalam bentuk 2
Wawancaradengan Kepsek., Bpk. Susilo Edy, S.Si., (Pondok Aren, 09 November 2012). Depdiknas, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, (Jakarta : Depdiknas Dirjen Dikdasmen, 2002), h. 8 3
42
rumusan tugas, kewajiban, dan rancangan tindakan yang dijadikan arahan untuk mewujudkan visi. Dengan kata lain, misi adalah bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan yang dituangkan dalam bentuk visi dengan berbagai indikatornya.4 Bertolak dari visi dan misi, selanjutnya sekolah merumuskan tujuan. Jika visi dan misi terkait dengan jangka waktu yang sangat panjang, maka tujuan dikaitkan dengan jangka waktu menengah. Dengan demikian tujuan pada dasarnya merupakan tahapan atau langkah untuk mewujudkan visi sekolah yang telah dicanangkan. Adapun Visi SMP Islam Plus Baitul Maal adalah : 1.
Visi SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren “Terwujudnya sekolah Islami Unggul dengan membentuk Insan yang
Soleh, Cerdas, mandiri dan Bertanggung Jawab serta mampu berperan dalam masyarakat”. 2.
Misi SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren Untuk mewujudkan Visi tersebut maka dirumuskanlah Misi SMP Islam
Plus Baitul Maal Pondok Arenadalah : a. Menyelenggarakan sistem sekolah berbasis mutu yang dipadukan dengan konsep sekolah dakwah yang berorientasi pada pelayanan publik. b. Menyelenggarakan pendidikan yang mengarahkan pada pembentukan kepribadian muslim melalui pembiasaan di sekolah secara terstruktur dan sistematis. c. Membentuk generasi unggul memiliki kemampuan di bidang IMTAQ dan IPTEK. d. Menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan quatum learning student aktive learning and fun learning. e. Menyelenggarakan kegiatan rekayasa kurikulum dalam proses belajar mengajar agar mampu meraih prestasi akademi tinggi. f. Meningkatkan kesadaran peserta didik sebagai mahluk sosial dalam tatanan kemasyarakatan dan aktif memelihara serta melestarikan lingkungan.5 4
Ibid, ... h. 13.
43
3.
Tujuan SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren a. Mampu meraih hasil UAN di atas rata-rata dan lulus 100 % b. Memiliki gugus depan yang mampu finalis di tingkat Kabupaten / Kota c. Meningkatkan kualitas peserta didik dibidang ekstra kurikuler olah raga dengan membentuk tim volley ball, Sepak Bola, dan Pencak Silat. d. Memperkenalkan peserta didik tentang kemajuan IPTEK “Komputer”.6
C. Sarana dan Prasarana Salah satu faktor pendukung dalam mempengaruhi proses belajar mengajar adalah sarana dan yang memadai. Keberhasilan sebuah pendidikan sangat ditentukan oleh kelengkapan fasilitas dan sumber belajar. Sebaliknya pendidikan tanpa didukung oleh sarana atau fasilitas yang kurang memadai pendidikan tersebut akan mengalami kesulitan dalam mencapai keberhasilan tujuan pendidikan. Oleh karena itu, sarana dan prsarana dan sumber belajar merupakan hal yang sangat esensial dan perlu dipertimbangkan dalam proses pembaharuan pendidikan. Untuk mencapai program yang telah digariskan dalam kurikulum penunjang di sekolah ini terdiri dari : 1.
Gedung Gedung sekolah SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren, cukup baik
untuk tempat pendidikan, karena gedung ini memenuhi syarat sebagai sarana pendidikan. Syarat yang dimiliki gedung tersebut adalah gedungnya permanen. 2.
Perpustakaan SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren, memiliki satu buah ruang
khusus perpustakaan yang terdiri dari 4 lemari buku, untuk berbagai macam buku bacaan. Dan banyak pula dari para siswa yang menghabiskan jam istirahat sekolah untuk membaca buku-buku bacaan yang tersedia di perpustakaan sekolah, kerena ruangannya yang nyaman bersih dan ber-AC serta jumlah buku yang sangat
5
Dokumen SMP Islam Plus Baitul Maal, Pondok Aren, 03 Juli 2012. Wawancara Khusus, Kepala Sekolah SMP I Baitul Maal, Bpk. Susilo Edy, S.Si, (23 Oktober 2012) 6
44
memadai sesuai kebutuhan para siswa dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah ini.7 3.
Peralatan Olahraga 1. Futsal 2. Bola Basket 3. Matras Pencak Silat.8
4.
Administrasi Sekolah Untuk tercapainya pendidikan yang telah ditentukan dalam kurikulum,
perlu adanya pengadministrasian pelaksanaan kurikulum yang menjadi tugas dan tanggung jawab masing-masing sekolah. Administrasi mempunyai dua pengertian, pengertian secara sempit dan pengertian secara luas. Pengertian secara sempit sering diartikan sebagai tata usaha, sedangkan pengertian secara luas adalah “aktivitas-aktivitas untuk mencapai suatu tujuan”.9 Adapun data-data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan kepala sekolah, bahwa administrasi yang digunakan di SMP I Plus Baitul Maal Pondok Aren meliputi: a.
Administrasi pengajaran yang meliputi jadwal pelajaran tata tertib sekolah, daftar kenaikan kelas, dan rekapitulasi nilai, pedoman kegiatan ekstra kurikuler dan sebagainya.
b.
Administrasi kesiswaan meliputi : masalah buku pokok, buku induk, buku point pelanggaran tata tertib, buku penghubung orangtua siswa dan guru.
c.
Administrasi personalia meliputi : daftar riwayat hidup guru, pekerjaan guru serta menjaga lembaran-lembaran guru kelas, daftar aktivitas guru, daftar induk pegawai.
7
Wawancara Khusus, Kepsek SMP Islam Baitul Maal, Bpk Susilo Edy, S.Si., (Pondok Aren, 23 Oktober 2012). 8 Wawancara Khusus, Waka. Bidang Kurikulum dan Guru PAI, Ibu Endang Retnosari, S.Pd.I, (Pondok Aren 05November 2012). 9 Abu Ahmadi, Administrasi Pendidikan, (Semarang : CV. Toha Putra, 1998), Cet. Ke-1, h. 8
45
d.
Administrasi sarana dan prasarana meliputi : daftar inventaris bukubuku, daftar inventaris alat-alat pelajaran, perabotan, perpustakaan, daftar pengeluaran alat-alat tulis dan sebagainya.10
D. Profil Tenaga Pendidik dan Kependidikan 1.
Keadaan Guru dan Siswa a.
Keadaan Guru Guru sebagai pendidik urutan kedua setelah orang tua, peranan guru
sangat besar artinya dalam proses pendidikan, mengingat seorang guru adalah orang yang membimbing dan mengarahkan peserta didik, guru sebagai pendidik yang telah dipercaya untuk mendidik, sudah tentu memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki orang tua. Misalnya, seorang guru dalam mendidik harus mempunyai persiapan yang matang, sehingga pendidikan itu akan terarah, juga seorang guru juga memiliki waktu yang telah disediakan untuk mendidik murid-muridnya. Dalam menjalankan tugas, seorang guru harus membimbing, mencari pengalaman-pengalaman
pada
murid,
memiliki
pengetahuan
yang
diharapakan dan harus mampu pula untuk senantiasa mengintrospeksi dirinya sendiri. Demikian halnya guru SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren kiranya mampu untuk memberikan pendidikan, nampak sekali guru-guru pada sekolah tersebut sangat bersemangat dalam menjalankan tugasnya. Dengan adanya semangat yang tinggi diharapkan, guru di SMP Islam Plus Baitul Maal mampu membimbing dan membina perkembangan murid, agar kelak mereka hidup layak, serta mampu berdiri sendiri serta dewasa jasmani dan rohani, sesuai dengan latar belakang berdirinya SMP Islam Plus Baitul Maal tersebut. b.
Profil Guru PAI SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren Tangsel
10
Wawancara Khusus, Kepsek. SMP IslamPlus Baitul Maal, Bpk. Susilo Edy, S.Si., (Pondok Aren, 23 Oktober 2012).
46
SMP Islam Plus Baitul Maal memiliki 2 (dua) orang guru PAI yang mana kedua guru tersebut memiliki latar belakang studi agama yang mumpuni karena keduanya lulusan pondok pesantren, adapun profil guru PAI yang mengampu jam pelajaran PAI di kelas IX SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren.Bernama bapak Abdul Madjid, S.Pd.I, beliau lahir di Wonosobo pada tanggal 05 September 1976, dan bertempat tinggal di wilayah pondok aren yaitu komplek Taman Mangu Indah, Blok E-13, No. 02, RT. 03/06 Pondok Aren Tangerang Selatan.Riwayat pendidikan beliau dari SD Negeri Kali Urang II melanjutkan sekolah Madrasah Tsanawiyah di pondok pesantren Hidatul Mubtadi’ di Purwodadihingga tamat Madrasah Aliyah masih di pondok pesantren Hidatul Mubtadi’ Purwodadi, setelah tamat MA/Aliyah beliau kuliah Strata satu (S.1)di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Sholahuddin Al-Ayyubi di wilayah Tanjung Priuk Jakarta Utara. Abdul Madjid memulai karirnya sebagai guru pada tahun 2000 hingga sekarang di SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren, selain mengajar di sekolah beliau juga aktif mengajar lesprivate baca tulis al-Qur’an dari rumah ke rumah (door to door).Serta mendapat tugas tambahan sebagai Kepala Unit Umum di SMP Islam Plus Baitul Maal sejak tahun 2009 sampai sekarang bagian sarana dan prasarana sekolah.Abdul Madjid juga memiliki pengalaman organisasi sebagai Ketua Remaja Masjid Al-Falah pada tahun 1998 kepala bidang dakwah dan pendidik Masjid Al-Falah tahun 2006 sampai sekarang. Pengalaman workshop dan karya ilmiah yang pernah diikuti diantaranya, seminar ekonomi Islam di Universitas Indonesia pada tahun 2007, seminar BAZNAS tahun 2005, serta menulis karya ilmiah berupa modul untuk mahasiswa PAUD “Metode Pengembangan Moral dan Nilai Agama”. Dan modul untuk perkuliahan Diploma tiga (D.3) yang berjudul “Meniti Jalan Islam”.Sehingga dengan bekal keilmuan dan pengalaman yang telah dimilikinya, beliau di amanahkan oleh Waka.bidang kurikulum untuk mengampu mata pelajaran PAI, dengan bekal tersebut diharapakan mampu membina akhlak siswa di SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren.
47
Sedangkan guru PAI yang kedua yang mengampu jam pelajaran PAI di kelas VII dan VIII adalah Ibu Endang Retnosari, S.Pd.I, beliau lahir Pekalongan pada tanggal 01 Juni 1984, alamat rumah beliau di Jl. Pesanggrahan Raya No. 32 RT. 01/03, Kel. Pondok Betung, Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan. Riwayat pendidikan beliau SDN 04 Jakarta Selatan, dan melanjutkan ke sekolah menengah pertama di Pondok Pesantren Nurul Khotimah di daerah Kuningan-Jawa Barat hingga tamat Madrasah Aliyah. Setelah tamat MA beliau melajutkan ke perguruan tinggi di Institut Ilmu AlQur’an (IIQ) Jakarta hingga meraih gelar Sarjana Pendidikan Islam. Riwayat pekerjaan diantaranya, mengajar TPA, pernah mengajar di Sekolah Dasar selama enam bulan, dan mengajar di SMP Islam Plus Baitul Maal yang kini telah
memasuki
tahun
keenam
masa
pengabdiannya
di
SMP
tersebut.Pengalaman-pengalaman organisasi yang pernah di ikuti diantaranya, sekretaris di OSIS sewaktu masih di Madrasah Aliyah, Sie. Dakwah dan Ruhiyah di Remaja Masjid tempat beliau tinggal selain itu, beliau juga memiliki pengalaman berupa workshop dan karya ilmiah yang pernah dibuat diantaranya
modul
bahasa
Arab
kelas
VII
untuk
SMP/Madrasah
TsanawiyahSe-Kecamatan Pondok Aren. Untuk menunjang Proses Belajar Mengajar (PBM) perlu didukung oleh tenaga pendidik dan kependidikan. Jumlah guru yang terdapat di SMP Islam Plus Baitul Maal yaitu berjumlah 23 orang, jumlah guru tersebut sebagian besar merupakan Sarjana Strata 1 yang memiliki kemampuan diberbagai macam disiplin ilmu, ada tiga orang yang masih Diploma tiga (D.3).
48
Tabel Tenaga Pendidik danKependidikan11 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Tempat/Tgl Lahir Pati, Susilo Edy, S.Si. 14/07/1974 Jakarta, Ermawati, S.Pd. 25/11/1971 Endang Retnosari, Pekalongan, S.Pd.I 01/06/84 Jakarta,27/09 Abdul Malik, SE.I /1983 Ridha Muslimah, Mentok, S.Pd. 03/12/1974 Cirebon,15/1 Yayat Riatna,S.Pd. 2/1985 Jakarta, Asnah, S.Psi. 08/06/1977 Tangerang,0 Hasyim, S.Pd. 3/05/1982 Uswatun Brebes, Hasanah,S.Pd. 03/02/1985 Jakarta,25/10 Octavia Indrasari, SE. /1981 Ahmad Fauzi, S.Hum. Tangerang,0 6/03/1986 M. Lutfi Firdaus, Tangerang,2 S.Pd. 5/05/1988 Tangerang,2 Sri Mukholifah, S.Pd.I 5/09/1988 Plaju,17/04/1 M. Chandra P., A.Md. 977 Rina Noviani, S.Pd. Jakarta, 16/11/1973 Surabaya,23/ Agus Winardjo, S.Pd.I 08/1970 Wonosobo,0 Abdul Madjid, S.Pd.I 5/09/1974 Jakarta,21/07 Surati, S.Pd. /1971 Jakarta,29/03 Feri Triswantoro, SE. /1974 Jakarta,30/09 Diah P. , A.Md /1974 Nama Guru
11
Status Pegawai
Mata Pelajaran
GTY
-
GTY
IPS
Kesiswaan
GTY
PAI
Kurikulum
GTY
IPS
-
GTY GTY
Bhs. Indonesia Bhs. Inggris
Tugas Tambahan Kepsek
-
GTY
BK
-
GTY
Matematik
-
GTY
IPA
-
GTY
IPS
-
GTY
Bahasa Arab
-
GTT
Matematik
-
GTT
PKn
-
GTT
TIK
-
GTY
Bimbingan Konseling
-
GTY
Penjaskes
-
GTY
PAI
-
GTY
SBK
-
GTY
TIK
-
GTY
Mulok AlQur’an
-
Dokumen, SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren, 23Oktober 2012
49
21
Maya Yunus, S.Ag.
22
Moch. Chalim, S.Pd.I
23
Isgiantoro, A.Md.
Jakarta,21/03 /1974 Pekalongan,0 1/02/1984 Jakarta, 20/02/1979
GTY
Mulok AlQur’an
-
Staff
-
Tata Usaha
Staff
-
Tata Usaha
Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar guru yang mengajar di SMP Islam Plus Baitul Maal adalah merupakan lulusan (S.1) pendidikan. Di samping itu, guru-guru di SMP Islam Plus Baitul Maal sebagian besar mengajar mata pelajaran yang sesuai dengan keahliannya, sehingga mereka dapat menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik. Namun demikian, masih ada sebagian kecil guru yang mengajar tidak sesuai dengan bidang ilmu yang dikuasainya. Hal tersebut tentu akan mempengaruhi pembelajaran yang dilakukannya. Karena mereka sudah menjadi bagian dari SMP Islam Plus Baitul Maal, maka hal tersebut kiranya perlu mendapatkan perhatian dari kepala sekolah untuk dilakukan pelatihan yang dapat membantu mereka dalam menjalankan tugas dan kewajibannya agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bersama-sama dapat tercapai. c.
Keadaan Murid Murid adalah objek pertama dalam proses belajar mengajar, maka
dalam pendidikan pertolongan yang diberikan oleh guru terhadap murid atas pertumbuhan seorang anak untuk dibina ketingkat kedewasaan murid, perlu ada bimbingan dan pengarahan yang positif dari orang dewasa, baik dari lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Tabel Keadaan Murid12 SMP Islam Plus Baitul Maal Tahun Pelajaran 2012/2013 No. 1 2 3
12
Kelas VII VIII IX Jumlah
Rombel 2 2 2 6
Putra 20 21 14 55
Dokumen, SMP IslamPlus Baitul Maal Pondok Aren, Tangsel.
Putri 21 17 12 50
Jumlah 41 38 26 105
50
Secara umum PAI bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang ajaranajaran agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal ini senada dengan tujuan pendidikan dasar yang berfungsi untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian dan akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.13
E. Deskripsi, Analisa dan Interpretasi Data 1.
Strategi Guru PAI Dalam Membina Akhlak Siswa Pembinaan akhlak siswa di SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren
dilaksanakan baik dilingkungan sekolah maupun diluar sekolah. Pembinaan dilingkungan sekolah dilakukan kegiatan “Sambut Pagi” yang rutin dilaksanakan setiap hari dimulai dari hari senin hingga jum’at, materi dari kegiatan tersebut diantaranya : shalat dhuha berjama’ah, tadarrus, tahsin dan tartil al-Qur’an, kultum dari para siswa yang dibimbing oleh guru-guru PAI yang ada di SMP Islam Plus Baitul yaitu Bpk. Abdul Madjid, S. Pd.I dan Ibu Endang Retnosari, S.Pd.I secara bergantian sesuai jadwal yang telah dibuat oleh kepala sekolah. Selain itu, ada pula pembinaan akhlak yang sifatnya pemberianpenghargaan (reward) kepada siswa yang dalam kurun waktu satu semester tidak pernah melanggar aturan sekolah berupa pembebasan biaya SPP, dan bagi siswa yang melanggar pun ada sanksi yang telah ditentukan oleh pihak sekolah sehingga upaya ini diharapkan mampu membina akhlak di SMP Islam Plus Baitul Maal agar berakhlak terpuji. Tidak hanya sampai disitu saja, upaya sekolah pun menggalang kerjasama dengan orang tua siswa di rumah dengan memberikan buku pemantauan kegiatan ibadah yang wajib ditanda tangani oleh orang tua siswa masing-masing. Dan pada hari-hari besar Islam, pihak sekolah menyelenggarakan kegiatan dengan mengundang pembicara dari luar sekolah 13
E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2007), h. 13.
51
untuk memberikan motivasi kepada para siswa agar senantiasa memiliki akhlak terpuji, karena sekolah memandang betapa pentingnya akhlak terpuji bagi para siswa di sekolah. Sehingga guru PAI yang diberi tanggung jawab selalu berupaya bagaimana mencari solusi tepat dalam upaya pembinaan akhlak siswa di sekolah tersebut. Dalam upaya membina akhlak siswa ada beberapa strategi atau langkahlangkah yang dilakukan oleh guru PAI, yaitu : a.
Kegiatan Ibadah Siswa Ibadah yang dimaksud disini meliputi aktivitas-aktivitas yang tercakup
dalam rukun Islam ditambah ibadah-ibadah lainnya yang bersifat sunnah. Kegiatan ibadah bagi siswa didasarkan pada prinsip implementasi pengalaman atas rukun Islam dan penjabaran maknanya bagi kehidupan nyata di SMP Islam Plus Baitul Maal kegiatan ini disebut “Sambut Pagi”, misalnya bahwa sholat merupakan benteng bagi seseorang untuk menghindarkan diri dari perbuatan keji dan munkar, zakat sebagai upaya membersihkan jiwa dan harta, puasa sebagai latihan untuk mengembangkan sifat sabar dan kejujuran serta melahirkan kepedulian sosial, serta ibadah haji yang memiliki nilai-nilai historis. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru PAI kelas IX, Bapak Abdul Madjid, S.Pd.I mengatakan“………….Pengamalan bentuk-bentuk ibadah yang merupakan pondasi dasar hukum Islam ini, akan memungkinkan timbulnya rangsangan dari dalam diri siswa untuk dapat secara mendalam memahami kegiatan agamanya dan mampu menerjemahkannya dalam kehidupan sehari-hari”14. Secara akademis kegiatan ini merupakan bentuk implementasi praktis dari pengetahuan teoritik dan kognitif yang diperoleh siswa mengenai ajaran dan bentuk-bentuk ritual keagamaannya. Kegiatan keagamaan ini bertujuan untuk menjadikan siswa sebagai seorang muslim yang disamping berilmu juga mampu mengamalkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. 14
Wawancara Khusus, dengan Guru PAI Bpk. Abdul Madjid, S.Pd.I, (Pondok Aren, 09November 2012)
52
Tabel 1 Keikutsertaan Siswa dalamKegiatan Ibadah Alternatif No. Pernyataan S Jawaban Saya mengikuti a. Selalu 22 setiap kegiatan b. Sering 6 1 ibadah yang c. Kadang-kadang 2 diselenggarakan d. Tidak Pernah 0 oleh sekolah. Jumlah 30
Prosentase % 75,25 17,30 4,45 0,00 100%
Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa keikutsertaan siswa dalam kegiatan ibadah yang dilakukan sekolah tergolong tinggi, hanya sebagian saja yang tidak intensif mengikuti ibadah.Namun demikian, hal tersebut perlu menjadi perhatian guru PAI kedepan agar setiap siswa tanpa terkecuali dapat mengikuti kegiatan ibadah yang diselenggarakan oleh sekolah. Berdasarkan pada tabel di atas dapat ditafsirkan bahwa seluruh siswa SMP Islam Plus BM, sebagian besar 72,5% menyatakan selalu mengikuti setiap kegiatan ibadah yang diselenggarakan oleh sekolah, sedangkan ada 0,00% siswa yang menyatakan tidak pernah. Tabel 2 Pemantauan Kegiatan Ibadah Siswa Oleh Pihak Sekolah Alternatif Prosentase No. Pernyataan Sampel Jawaban % a. Selalu 22 73,00 Sekolah memantau b. Sering 7 20,33 2 setiap kegiatan c. Kadang-kadang 1 6,67 Ibadah. d. Tidak Pernah 0 0,00 Jumlah
30
100 %
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan guru PAI, adanya upaya dari sekolah untuk senantiasa memantau setiap kegiatan ibadah yang dilakukan oleh siswa dengan memberikan buku pemantauan ibadah yang ditanda tangani oleh guru pembimbing dan orang tua siswa masing-
53
masing.Tujuannya agar orang tua dapat membantu guru pembimbing dalam hal ini guru PAI dalam membina anak-anak mereka di sekolah. Dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa seluruh siswa SMP Islam PlusBM lebih dari setengahnya menyatakan bahwa sekolah memantau setiap kegiatan ibadah yang dilaksanakan dalam hal pembinaan akhlak siswa. Tabel 3 Pengisian Buku Pemantauan Ibadah Alternatif No. Pernyataan Sampel Jawaban a. Selalu 16 Setiap kegiatan b. Sering 10 ibadah, saya 3 c. Kadang3 mengisi buku kadang 1 pemantauan ibadah. d. Tidak Pernah Jumlah 30
Prosentase % 57,00 30,00 9,65 3,35 100 %
Berdasarkan data pada tabel 3 di atas, para siswa di SMP Islam PlusBM Pondok Aren sebagian besar mengisi buku pemantauan ibadah, dikarenakan buku pemantauan tersebut menjadi nilai tambah bagi para siswa jika di isi. Apabila buku pemantauan ibadah tersebut tidak di isi sudah dikategorikan pelanggaran oleh pihak sekolah, walaupun masih ada sebagian kecil 3,35% yang tidak pernah mengisi dan mereka menerima sanksi yang telah ditentukan oleh sekolah. Dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa seluruh siswa SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren lebih dari setengahnya menyatakan selalu mengisi buku pemantauan ibadah yang diberikan oleh sekolah. Tabel 4 Kegiatan Sholat Dhuha di Sekolah Alternatif No. Pernyataan Sampel Jawaban a. Selalu 14 Saya sholat dhuha b. Sering 10 4 sesuai anjuran dari c. Kadang-kadang 5 sekolah. d. Tidak Pernah 1 Jumlah
30
Prosentase % 47,00 35,00 15,00 3,00 100 %
54
Guru PAI di SMP Islam Plus BM seringkali menjelaskan tentang faedah shalat dhuha, sehingga para siswa di sekolah tersebut melaksanakan sholat dhuha merasa lebih kepada satu kebutuhan, orientasinya bukan karena anjuran sekolah lagi, akan tetapi lebih kepada kesadaran individu. Hal ini disebabkan karena para siswa paham akan manfaat yang di dapat oleh seorang hamba Allah, apabila mereka taat dalam beribadah dan dilaksanakan secara terusmenerus (dawam). Walaupun masih ada sebagian kecilnya 3,00% yang tidak pernah mengikuti kegiatan dhuha terutama siswa yang suka melanggar aturan dan telah diberi sanksi tegas oleh pihak sekolah. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PAI para siswa di SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren sangat antusias dalam melaksanakan sholat dhuha berjama’ah, termasuk materi-materi yang diberikan oleh guru PAI selaku pembimbing dan siswa yang mendapat giliran kultum. Dengan demikian dapat dilihat pada jawaban angket walaupun kurang dari setengahnya sebagian besar siswa di SMP Islam Plus Baitul Maal sangat setuju melaksanakan sholat dhuha sesuai anjuran sekolah. Tabel 5 Pemantauan Orang Tua di Rumah Berkaitan dengan Ibadah Alternatif Prosentase No. Pernyataan Sampel Jawaban % Di rumah orang tua a. Selalu 12 40,00 saya menegur saya b. Sering 10 33,3 5 jika tidak c. Kadang-kadang 8 26,7 mengerjakan sholat d. Tidak pernah 0 0,00 lima waktu. Jumlah 30 100% Kerjasama antara orang tua murid dan guru sangat diperlukan, terutama dalam hal pembinaan akhlak. Karena dalam dua puluh empat jam siswa lebih banyak waktunya di rumah, di sekolah hanya tujuh jam selebihnya orang tua memiliki waktu yang lebih luas dalam memantau perkembangan anaknya di rumah terutama dalam melaksanakan ibadah. Sebagai umat Islam sholat merupakan ibadah yang sifatnya urgen. Berdasarkan hasil wawancara kepala sekolah dibantu guru juga melibatkan orang tua siswa dalam pembinaan
55
akhlak.Sekolah memberikan buku pemantauan ibadah yang dilaksanakan siswa di sekolah maupun di rumah dan disertai tanda tangan orang tua siswa dan guru PAI. Tabel 6 Kebiasaan Sholat Dhuha di Rumah Alternatif No. Pernyataan Sampel Jawaban Sholat dhuha di a. Setuju 10 sekolah mendorong b. Sangat setuju 12 6 saya untuk terbiasa c. Kurang setuju 8 sholat dhuha sehari- d. Tidak setuju 0 hari. Jumlah 30
Prosentase % 33,3 40,0 26,7 0,00 100%
Kebiasaan yang baik ternyata tidak hanya dilakukan di sekolah, para siswa di SMP Islam Plus BM merasa terbiasa melaksanakan shalat dhuha walaupun mereka sedang berada di rumah. Saat libur di hari sabtu dan minggu kegiatan ibadah shalat dhuha rutin dilaksanakan di rumah, dan orang tua para siswa tersebut ikut memantau kegiatan ibadah di rumah dengan mengisi buku pemantauan ibadah untuk orang tua siswa yang telah diberikan oleh pihak sekolah pada setiap awal semester. Berdasarkan data tabel 6di atas 33,3% responden menyatakan setuju, 40% responden menyatakan sangat setuju, sebagian kecil 26,7% responden menyatakan kurang setuju, dan 0,00% responden menyatakan tidak setuju. Sebagian besar siswa di SMP Islam Plus Baitul Maal menyatakan sangat setuju terbiasa melaksanakan sholat dhuha sehari-hari atas dorongan dari sekolah, karena mereka diberi pemahaman akan makna dan nilai-nilai yang ada pada sholat dhuha sehingga mereka terbiasa untuk melaksanakannya. 2. Keteladanan Pendidikan Agama Islam di sekolah pada dasarnya bertujuan untuk membina kepribadian siswa agar tumbuh dan berkembang serta memiliki pemahaman tentang agama Islam. Dengan adanya pemahaman yang mendalam tentang agama Islam, maka akan menimbulkan kesadaran untuk melaksanakan ajaran-ajaran agama Islam. Kegiatan ektrakurikuler yang diadakan berkaitan
56
dengan berbagai bentuk kegiatan-kegiatan PAI dimaksudkan untuk melatih siswa agar senantiasa melaksanakan ajaran-ajaran pokok dalam ajaran Islam. Pembinaan akhlak melalui kegiatan di luar jam sekolah (ekskul) merupakan kegiatan pendidikan yang dilakukan di luar jam pelajaran yang materinya tidak terdapat dalam uraian kompetensi dasar atau silabus pendidikan agama Islam. Kegiatan ini dilakukan baik di sekolah maupun di luar jam sekolah dengan maksud memperluas pengetahuan dan wawasan siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Agar kegiatan eksktrakurikuler dapat terlaksana dengan baik dan memperoleh hasil serta manfaat yang optimal, perlu diperhatikan beberapa hal berikut, Adanya program kerja atau kerangka acuan untuk masing-masing kegiatan
ekstrakurikuler,
Jenis
program
kegiatan
ekstrakurikuler
yang
dilaksanakan hendaknya diprioritaskan pada : Kegiatan yang banyak diminati siswa, adanya Pembina yang mempunyai kemampuan/kompetensi dibidangnya, ketersediaan sarana dan prasarana pendukung, kegiatan yang dilakukan dalam rangka upaya mendukung keimanan dan ketaqwaan, adanya dukungan dari orang tua siswa, tidak menganggu waktu efektif belajar sekolah.
No.
7
Tabel 7 KeteladanKepala Sekolah Alternatif Pernyataan Jawaban Menurut saya a. Sangat Setuju Kepsek sudah b. Setuju memberikan c. Kurang Setuju keteladanan dengan d. Tidak setuju baik. Jumlah
20 8 2 0
Prosentase % 65,00 25,00 10,00 0,00
30
100%
S
Siswa sebagai amanah yang diberikan oleh orang tua kepada sekolah, maka ia harus di bina dengan cara yang terbaik. Dalam segala hal seorang kepala sekolah harus memberikan keteladanan yang baik kepada guru-guru dan anak didiknya (siswa). Seringkali kekeliruan dalam mendidik siswa adalah kesalahan kepala sekolah contohnya, sekolah menyuruh siswanya disiplin sementara ada kepala sekolah yang masih datang tidak tepat waktu atau semaunya. Hal ini dapat menimbulkan perilaku buruk bagi guru dan siswa. Namun tidak demikian halnya,
57
pada SMP Islam Plus Baitul Maal kedisiplinan sudah dimulai dari kepala sekolah mereka yang datang selalu lebih awal dari siswa dan guru, berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah, hal tersebut dimaksudkan guna memberi keteladanan kepada para guru dan siswa di SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren agar senantiasa menghargai waktu, karena apabila kepala sekolah dan guru terlambat datang maka pembelajaran akan terkurangi akibat keterlambatan datang ke sekolah. Dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa sebagian besar siswa SMP Islam Plus Baitul Maal lebih dari setengahnya menyatakan setuju jika kepala sekolah mereka sudah memberikan keteladanan dengan baik.
No.
8
Tabel 8 Keteladanan Guru PAI Alternatif Pernyataan Sampel Jawaban a. Sangat Setuju 18 Menurut saya guru b. Setuju 8 PAI saya mampu c. Kurang Setuju 3 menjadi teladanyang d. Tidak setuju 1 baik. Jumlah
30
Prosentase % 60,0 25,0 10,2 3,00 100 %
Pendidikan dengan teladan dapat dilakukan oleh para pendidik dengan menampilkan perilaku yang baikdi depan peserta didik. Penampilan perilaku yang baik (akhlakul karimah) dapat dilakukan dengan sengaja maupun dengan tidak sengaja. Keteladanan yang disengaja adalah keadaan yang diadakan oleh pendidik agar diikuti atau ditiru oleh peserta didik, seperti memberikan contoh cara membaca al-Qur’an yang benar dan mengerjakan shalat dengan benar. Keteladanan itu disertai penjelasan atau perintah agar diikuti. Demikian halnya dengan guru PAI di SMP Islam Plus BM yang senantiasa menampilkan perilaku yang baik di depan para siswa dan mempraktekkannya secara langsung, seperti ketaatan dalam ibadah apabila waktu dzuhur telah tiba guru terlebih dahulu mengambil air wudhu, setelah itu mengarahkan para siswa untuk menuju ke masjid. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru PAI, umumnya para
58
guru di SMP Islam PlusBM diharuskan memberi keteladanan yang baik kepada para siswa, hal ini sesuai dengan anjuran kepala sekolah di SMP tersebut. Tabel 9
No.
9
Keteladanan Oleh Orang Tua Alternatif Pernyataan Sampel Jawaban Orang tua saya a. Selalu 10 memberi teladan b. Sering 12 yang baik tentang c. Kadang-kadang 8 perilaku dalam d. Tidak pernah 0 kehidupan seharihari. Jumlah 30
Prosentase % 33,3 40,00 26,7 0,00
100%
Sudah sepatutnya orang tua apabila menghendaki generasi yang berakhlak mulia maka harus dimulai dari diri sendiri.Dalam hal ini adalah orang tua, kepala sekolah dan guru.Orang tua adalah teladan bagi anak-anaknya, anak cenderung meniru perilaku yang nampak disekitarnya.Jika yang terlihat itu baik maka besar kemungkinan anak pun mengikutinya.Pendidikan dengan keteladan dilakukan oleh orang tua dengan mengajak anak-anaknya mengetahui intisari suatu perkara yang disaksikan, diperhatikan, diinduksi dan ditimbang-timbang.Misalnya anak diajak untuk merenungkan kisah Nabi Yusuf yang dianiaya oleh saudarasaudaranya dan mengambil pelajaran dari kisah tersebut. Berdasarkan data tabel di atas 33,3% responden menyatakan selalu, 40,0% responden menyatakan sering, sebagian kecil 26,7% responden menyatakan kadang-kadang, dan 0,00% yang menyatakan tidak pernah. Maka dapat disimpulkan bahwa hampir seluruhnya para orang tua di SMP Islam Plus Baitul Maal memberi teladan yang baik tentang perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
59
3. Penyelenggaraan Kegiatan Hari-hari Besar Islam Tabel 10 Penanda Tanganan Buku Pemantauan Ibadah Oleh Orang Tua Alternatif Prosentase No. Pernyataan Sampel Jawaban % a. Selalu 9 52,5 Orang tua saya b. Sering 15 30,7 menanda tangani 10 c. Kadang-kadang 6 16,75 buku pemantauan d. Tidak Pernah 0 0,00 ibadah. Jumlah
30
100%
Buku pemantauan ibadah adalah buku yang telah diberikan oleh pihak sekolah kepada seluruh orang tua siswa, tujuannya adalah agar orang tua di SMP Islam Plus BM ikut serta dan membantu memantau kegiatan ibadah yang telah dilakukan oleh putra-putri mereka di sekolah tersebut. Penanda tanganan buku dilakukan oleh guru pembimbing kegiatan oleh guru PAI dan disertai pula tanda tanda tangan dari masing-masing siswa, jika ada siswa yang membolos dalam melakukan kegiatan, maka orang tua dapat langsung melihat tanda tangan guru pembimbing dalam buku tersebut. Berdasarkan data pada tabel 10 sebagian besar siswa (52,5%) responden menyatakan selalu, sebagian kecil (30,7%) responden menyatakan sering, responden menyatakankadang-kadang (16,75%) dan sebagian lainnya (0,00%) responden menyatakan tidak pernah. Dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa seluruh siswa di SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren menyatakan selalu orang tuanya menanda tangani buku pemantauan ibadah.
No.
11
Tabel 11 Penyelenggaraan Acara PHBI Alternatif Pernyataan Sampel Jawaban a. Selalu 20 Setiap hari besar b. Sering 6 Islam, sekolah saya c. Kadang-kadang 4 mengadakan acara. d. Tidak pernah 0 Jumlah
30
Prosentase % 63,23 17,35 11,37 0 100 %
60
Maksud dari kegiatan hari-hari besar Islam adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk memperingati dan merayakan hari besar Islam sebagaimana biasa dilaksanakan oleh masyarakat Islam di Indonesia atau bahkan di seluruh dunia, berkaitan dengan peristiwa-peristiwa bersejarah, seperti maulid Nabi Muhammad SAW, Isra Mi’raj, 1 muharram dan lain sebagainya. Realisasi dari bentuk kegiatan ini diharapkan siswa-siswi SMP Islam Plus Baitul Maal mampu memahami betapa pentingnya perilaku terpuji dalam kehidupan dan berbagai hal yang baik sehingga tujuan pihak sekolah mengundang para penceramah yang untuk memberikan motivasi tentang pentingnya akhlak terpuji dapat tercapai bagi para siswa di sekolah ini. “……….tujuan diadakannya peringatan dan perayaan hari-hari besar Islam ini antara lain adalah untuk melatih para siswa untuk berperan serta dalam upaya-upaya menyemarakkan syi’ar Islam yang berkembang dalam masyarakat melalui kegiatan yang positif dan bernilai baik bagi pembinaannilai-nilai akhklak Islamiyahbaik untuk diri dan masyarakatnya”.15 Tabel 12 Pemberian Motivasi Akhlak Oleh Pihak Luar Sekolah No.
12
Pernyataan Dalam memperingati hari besar Islam, sekolah saya mengundang pembicara untuk memberi motivasi kepada siswa agar berakhlak terpuji. Jumlah
Alternatif Jawaban a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah
16 9 5 0
Prosentase % 55,0 30,0 15,0 0,00
30
100%
Sampel
Berdasarkan data tabel di atas, dalam membina akhlak siswa agar menjadi terpuji (mulia) seorang guru tidak dapat bekerja sendiri harus melibatkan pihak orang tua dan para pembicara (da’i) yang di undang ke sekolah melalui momentum hari-hari besar Islam tujuannya agar siswa tidak jenuh hanya mendengar dari gurunya saja di sekolah, hal ini rutin dilakukan oleh SMP Islam 15
Wawancara, Kepsek SMP Islam Plus Baitul Maal, Bpk. Susilo Edy, S.Si., (Pondok Aren, 09 November 2012).
61
Plus BM dalam rangka pembinaan akhlak di sekolah.Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan kepala sekolah, kegiatan tersebut setahun bisa sampai empat kali yaitu, peringatan maulid Nabi Saw, peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Saw, peringatan 1 Muharram dan kegiatan pesantren kilat di bulan Ramadhan. Berdasarkan data tabel diatas, dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa lebih dari setengahnya 55,0% responden menyatakan sekolah selalumengundang para pembicara dalam memperingati hari-hari besar Islam untuk memberi motivasi kepada siswa agar berakhlak terpuji (akhlakul karimah). 4.Pembiasaan dan Pembelajaran PAI di Kelas Tabel 13 Suasana Kelas Ketika Pelajaran PAI Alternatif Pernyataan Sampel Jawaban a. Selalu 0 Setiap pelajaran PAI b. Sering 1 berlangsung, kelas c. Kadang-kadang 9 terasa berisik. d. Tidak pernah 20
No.
13
Jumlah
30
Prosentase % 0,00 5,00 30,0 65,0 100 %
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru PAI di SMP Islam Plus BM, pelanggaran-pelanggaran yang kadang dilakukan siswa adalah berisik di kelas, biasanya dimulai dari satu siswa apabila mendengar satu keributan yang lain ikut serta, berisik tersebut disebabkan apabila teman-teman mereka mulai iseng pada saat menulis catatan materi di papan tulis (whiteboard). Dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa keadaan di dalam kelas pada saat proses belajar mengajar berlangsung berjalan kondusif sesuai dengan pernyataan responden yang lebih dari setengahnya 65,0 % menyatakan kadangkadang berisik di kelas. Dan 0,00 % menyatakan selalu maka dapat disimpulkan bahwa Proses Belajar Mengajar (PBM) di kelas pada SMP Islam Plus Baitul Maal tidak selalu berisik sesuai dengan hasil wawancara dengan guru PAI di sekolah tersebut.
62
No.
14
Tabel 14 Suasana Pembelajaran di Kelas Alternatif Pernyataan Sampel Jawaban a. Selalu 0 Ketika pelajaran b. Sering 1 berlangsung, siswa c. Kadang-kadang 19 bercanda di kelas. d. Tidak pernah 10 Jumlah
30
Prosentase % 0,00 3,30 65,0 32,0 100%
Dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif, salah satunya adalah dengan cara menegur siswa yang bercanda. Tabel di atas menunjukkan bahwa masih terdapat siswa yang masih melanggar aturan untuk tidak bercanda di kelas. Ini berarti bahwa guru kurang jeli dalam menguasai kelas, padahal menguasai kelas menjadi tugas guru guna menjamin kenyamanan siswa dalam belajar. Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa kondisi seperti ini disebabkan karena karakteristik siswa yang berbeda-beda, waktu belajar yang sangat sempit, sehingga guru lebih banyak mengejar target materi dan kurang mempedulikan hal-hal yang dianggap tidak terlalu penting.Berdasarkan tabel di atas responden yang menyatakan selalu (0,00%) sebagian kecil (3,30%) responden menyatakan sering, dan sebagian besar lebih dari setengahnya (65,0%) responden menyatakan kadang-kadang, dan (3,30%) responden menyatakan tidak pernah.
No.
15
Tabel 15 Kesan Siswa Alternatif Pernyataan Jawaban a. Selalu Saya merasa b. Sering nyaman dan senang c. Kadang-kadang belajar PAI. d. Tidak pernah Jumlah
Sampel
Prosentase %
20 9 1 0
65,00 30,00 5,00 0,00
30
100%
Guru PAI disebut juga sebagai bapak ruhani (spiritual father) bagi peserta didik, yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan meluruskan perilaku yang buruk.Hal tersebut sudah nampak pada guru PAI di
63
SMP Islam BM, dimana siswa mereka merasa nyaman dan senang apabila jam pembelajaran PAI berlangsung. Berdasarkan tabel di atas menandakan bahwa tidak semua siswa merasa nyaman dan senang belajar PAI karena masih ada yang menyatakan kadangkadang, walaupun sebagian besar 65,00% responden menyatakan, 30,00 % responden menyatakan sering, dan hanya sebagian kecil saja 5,00% responden kadang-kadang, dan 0,00% menyatakan tidak pernah.
No.
16
Tabel 16 Manfaat Mempelajari PAI Alternatif Pernyataan Sampel Jawaban a. Setuju 16 Dengan b. Sangat setuju 10 mempelajari PAI, c. Kurang setuju 4 perilaku saya d. Tidak setuju 0 menjadi lebih baik. Jumlah
30
Prosentase % 55,00 30,00 15,00 0,00 100%
Dalam paradigma Jawa, pendidik diidentikkan dengan guru (gu dan ru) yang berarti “digugu” dan “ditiru”. Dikatakan digugu (dipercaya) karena guru memiliki seperangkat ilmu yang memadai, yang karenanya mereka (guru) memiliki wawasan dan pandangan yang luas dalam melihat kehidupan ini.Dikatakan ditiru (diikuti) karena guru memiliki kepribadian yang utuh, yang karenanya segala tindak-tanduknya patut dijadikan panutan dan suri teladan oleh siswanya. Hal tersebut menunjukkan bahwa peran guru PAI sangat berkaitan dengan perilaku siswa agar menjadi lebih baik, menggunakan bahasa yang baik dan benar ketika melaksanakan pembelajaran, sehingga siswa dapat memahami materi pembelajaran.Dengan demikian pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru PAI dapat berjalan dengan baik karena tidak ada kendala yang yang dihadapi oleh siswa dalam memahami penjelasan yang disampaikan oleh guru. Guru PAI di SMP Islam Plus BM sudah memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman organisasi yang cukup memadai, karena keduanya (Bpk. Abdul Madjid,S.Pd.I dan Ibu Endang Retnosari, S.Pd.I) telah mengenyam
64
pendidikan selama 6 tahun di pondok pesantren dan masing-masing berpendidikan strata satu (S.1) program studi bidang Pendidikan Agama Islam, sehingga denganbekal tersebut keduanya diamanahkan mengampu mata pelajaran PAIdi sekolah tersebut. Berdasarkan tabel di atas 55,00% responden menyatakan setuju, 30,00% menyatakan sangat setuju, 15,00% responden menyatakan kurang setuju, sebagian kecil 0,00% responden menyatakan tidak setuju.
No.
17
Tabel 17 Pelaksanaan Tugas Alternatif Pernyataan Jawaban Sepengetahuan saya, a. Selalu siswa-siswa b. Sering mengerjakan tugas c. Kadang-kadang tepat pada d. Tidak pernah waktunya. Jumlah
16 10 3 0
Prosentase % 55,0 33,0 10,0 0,00
30
100 %
Sampel
Berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa kondisi seperti ini disebabkan karena karakteristik siswa yang berbeda-beda, waktu belajar yang sangat sempit, sehingga guru lebih banyak yang mengejar target materi dan kurang mempedulikan hal-hal yang tidak dianggap terlalu penting. Kegiatan yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran adalah memeriksa tugas-tugas yang telah diberikan untuk memastikan apakah seluruh siswa sudah mengerjakan dan siap untuk belajar. Di samping itu, hal ini dilakukan untuk meningkat mutu belajar siswa dan menanyakan pemahaman siswa tentang materi yang sudah dibahas sehingga siswa merasa mendapat perhatian dari guru. Dengan demikian berdasarkan tabel di atas dapat ditafsirkan bahwa siswa di SMP Islam Plus Baitul Maal selalu mengerjakan tugas tepat pada waktunya sesuai dengan data angket yang lebih dari setengahnya 55,0% responden menyatakan selalu menyelesaikan tugas tepat waktu.
65
No.
18
Tabel 18 Pemberian Sanksi Kepada Siswa Yang Berisik di Kelas Alternatif Prosentase Pernyataan Sampel Jawaban % a. Selalu 15 55,3 Guru memberi b. Sering 12 35,3 sanksi kepada siswa c. Kadang-kadang 3 6,60 yang berisik di d. Tidak pernah 0 0,00 kelas. Jumlah
30
100%
Guru sebaiknya memberikan sanksi kepada siswa yang berisik di kelas, agar memberikan efek jera terhadap siswa yang melanggar dan siswa yang tidak melanggar agar lebih mentaati segala tata tertib yang berlaku di sekolah. Dan hal ini sudah dilakukan oleh guru di SMP Islam Plus BM, sesuai dengan pernyataan responden yang hampir setengahnya 55,5% menyatakan selalu, responden yang menyatakan sering 35,3% dan 5,5% responden menyatakan kadang-kadang, akan tetapi masih ada juga guru yang tidak memberi sanksi hanya sebagian kecilnya saja 4,1% responden yang menyatakan tidak pernah.
No.
19
Tabel 19 Pemberian Sanksi Kepada Siswa Yang Bercanda di Kelas Alternatif Prosentase Pernyataan Sampel Jawaban % a. Selalu 23 75,00 Guru memberi b. Sering 5 15,00 sanksi kepada siswa c. Kadang-kadang 2 10,00 yang bercanda di d. Tidak pernah 0 0,00 kelas. Jumlah
30
100%
Setiap sekolah memang selalu ada saja siswa yang melanggar aturan, namun sejauhmana upaya guru dalam meminimalisir siswa yang bercanda, yaitu dengan cara memberi sanksi bagi siswa yang suka bercanda di kelas terasa cukup efektif di SMP Islam Plus Baitul Maal karena para siswa pun merasa takut akan sanksi yang diberikan apabila bercanda. Hal ini dapat di lihat pada tabel di atas hampir keseluruhan 75,0% responden menyatakan selalu ada sanksi bagi siswa yang bercanda di kelas. Berdasarkan tabel di atas sebagian besar (75,0%)
66
responden menyatakan selalu, (15,0%) responden menyatakan sering, sebagian kecil (10,0%) responden menyatakan kadang-kadang dan (0,00%) responden menyatakan tidak pernah. Tabel 20 Sanksi Kepada Siswa Yang Tidak Mengerjakan Tugas Alternatif Prosentase No. Pernyataan Sampel Jawaban % Guru memberi a. Selalu 21 70,00 sanksi kepada siswa b. Sering 7 23,75 20 yang tidak c. Kadang-kadang 2 6,25 mengerjakan tugas d. Tidak pernah 0 0,00 tepat waktu. Jumlah 30 100% Tugas merupakan salah satu faktor penting untuk mengevaluasi pembelajaran, dengan memberikan tugas para siswa akan lebih bersemangat untuk mengikuti pembelajaran. Tugas-tugas yang diberikan dapat berupa soal dari Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Pekerjaan Rumah (PR), agar para siswa yang diberikan tugas tersebut mengerjakan tugas tepat waktu guru di SMP Islam Plus Baitul Maal memberikan sanksi, sehingga dengan sanksi tersebut para siswa merasa khawatir apabila tugas-tugas yang telah diberikan tidak dikerjakan tepat pada waktunya. Tabel 21
No.
21
Sikap Siswa Atas Sanksi Yang Diberikan Alternatif Pernyataan Sampel Jawaban Siswa yang diberi a. Selalu 16 sanksi atas b. Sering 13 pelanggaran yang c. Kadang-kadang 1 dilakukan siswa d. Tidak pernah 0 menerima dan menyadarinya. Jumlah 30
Prosentase % 55,00 40,00 5,00 0,00
100%
Setiap pelanggaran yang dilakukan para siswa di SMP Islam Plus Baitul Maal ada sanksinya sesuai dengan buku kredit point yang dibuat dan disetujui oleh orang tua wali murid yang disertai materai, sehingga apabila dikemudian hari ada yang melanggar siswa menyadari dan menerima sanksi tersebut. Berdasarkan
67
tabel di atas sebagian besar 55,0% responden menyatakan selalu, 40,0% responden menyatakan sering, sebagian kecil 5,00% responden menyatakan kadang-kadang, dan 0,00% responden menyatakan tidak pernah. Tabel 22 Penerapan Sanksi Berat Bagi Siswa Yang Berulangkali Melanggar No.
22
Alternatif Jawaban a. Selalu Siswa yang b. Sering berulang-ulang c. Kadang-kadang melanggar diberi d. Tidak pernah sanksi yang berat. Pernyataan
14 10 5 1
Prosentase % 47,00 35,00 15,00 3,00
30
100%
Sampel
Jumlah
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PAI, para siswa di SMP Islam Plus Baitul Maal sejauh ini tidak ada siswa yang melakukan pelanggaran yang berat, seperti tawuran antar sekolah, kasus narkoba dan lain sebagainya. Hanya sebatas berisik dan bercanda di kelas pun sudah dianggap pelanggaran terhadap aturan sekolah. Berdasarkan hasil angket 47,0% responden menyatakan selalu, sebagian responden 35,0% menyatakan sering, 15,0% menyatakan kadangkadang, sebagian kecil 3,00% menyatakan tidak pernah. 5. Pembiasaan Sambut Pagi Tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan, membiasakan, menyucikan, membimbing dan mengarahkan hati manusia untuk dekat (taqarrub) kepada Allah Swt. Hal tersebut karena tujuan utama pendidikan Islam adalah upaya untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Jika
pendidik
belum
mampu
membiasakan diri dalam peribadatan kepada peserta didik, berarti ia mengalami kegagalan di dalam tugasnya, sekalipun peserta didik memiliki prestasi akademis yang luar biasa. Hal tersebut mengandung arti akan keterkaitan antara ilmu dan amal shaleh.
68
No.
23
Tabel 23 Keikut Sertaan Siswa dalam Sambut Pagi Alternatif Pernyataan Sampel Jawaban a. Setuju 20 Saya senang b. Sangat Setuju 7 mengikuti sambut c. Kurang setuju 3 pagi di sekolah saya. d. Tidak setuju 0 Jumlah
30
Prosentase % 60,0 25,0 15,0 0,00 100%
Dalam istilah bahasa arab guru dikenal juga dengan sebutan mu’addib adalah orang yang mampu menyiapkan peserta didik untuk bertanggung jawab dalam membangun peradaban yang jelas dan berkualitas.16 Dalam hal ini, para siswa di SMP Islam Plus BM dibiasakan untuk memiliki tanggung jawab dalam mengikuti kegiatan “Sambut Pagi” yang memang sudah menjadi kewajiban untuk mengikutinya. Karena dalam kegiatan tersebut, ada buku pemantauan ibadah yang di tanda tangani oleh guru pembimbing dan orang tua. Sejauhmana pemahaman siswa akan nilai-nilai ibadah dapat dilihat dari buku pemantauan tersebut. Berdasarkan tabel 23 sebagian besar (60,0%) responden menyatakan setuju, (25,0%) responden menyatakan sangat setuju, dan sebagian kecil (15,0%) responden menyatakan kurang setuju, (0,0%) responden menyatakan tidak setuju. Dengan demikian lebih dari setengahnya siswa di SMP Islam PlusBM Pondok Aren menyatakan setuju dengan kegiatan sambut pagi di sekolah mereka.
No.
24
Tabel 24 Manfaat Sambut Pagi Alternatif Pernyataan Jawaban Bagi saya kegiatan a. Setuju sambut pagi b. Sangat setuju membuat saya c. Kurang setuju merasa lebih dekat d. Tidak setuju kepada Allah SWT. Jumlah
16
Sampel
Prosentase %
7 20 3 0
25,00 60,00 15,00 0,00
30
100%
Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Amzah, 2010), cet. Ke-1, hal. 90
69
Hasil dari data tabel menunjukkan bahwa program pembinaan akhlak siswa yang di laksanakan pihak SMP Islam Plus BM ternyata sangat berpengaruh terhadap nilai-nilai religius kepada sang pencipta (khalik). Dengan jawaban responden lebih dari setengahnya menyatakan sangat setuju dengan kegiatan sambut pagi di sekolah.Berdasarkan tabel di atas sekitar (25,00%) responden menyatakan setuju, lebih dari setengahnya (60,00%) responden menyatakan sangat setuju, sebagian kecil (15,00%) responden menyatakan kurang setuju, (0,00%) responden menyatakan tidak setuju. 6. Pengadaan Kultum Maksud dan tujuan PAI adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia (peserta didik) secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran, (intelektual), diri manusia yang rasional, perasaan dan indra. Maksud dan tujuan diadakan pemberian kultum di oleh para siswa di SMP Islam PlusBM adalah melatih sikap tanggung jawab yang rasional, menumbuhkan keberanian tampil dihadapan teman-teman dan guru pembimbing mereka untuk memberikan ceramah agama.Orientasinya apabila ada salah satu dari siswa yang mendapat tugas mengisi acara pada saat PHBI pun pada umumnya siswa tidak merasa canggung lagi karena sudah dibiasakan pada saat kegiatan “Sambut Pagi”.Dan kegiatan kultum tersebut biasanya dilaksanakan setelah shalat dhuha berjama’ah. Untuk materi yang disampaikan sudah dibuatkan konsep oleh guru PAI, siswa hanya tinggal menghapal materi kultum yang akan disampaikan.
No.
25
Tabel 25 Kesiapan Mengisi Kultum Alternatif Pernyataan Sampel Jawaban a. Setuju 12 Saya siap untuk b. Sangat setuju 10 mengisi kultum jika c. Kurang setuju 8 mendapat giliran. d. Tidak setuju 0 Jumlah
30
Prosentase % 40,0 33,3 26,7 00,0 100%
70
Pembagian tugas kultum yang sudah terjadwal membuat siswa di SMP Islam PlusBM tidak canggung berdiri didepan teman-temannya untuk memberi ceramah agama, karena mereka sudah membaca, memahami dan menghapal konsep yang telah diberikan guru PAI sebelum tampil mengisi kultum. Berdasarkan data tabel di atas 40,0% responden menyatakan setuju, 33,3% responden menyatakan sangat setuju, sebagian kecil 26,7% menyatakan kurang setuju. Namun dapat disimpulkan bahwa hampir seluruhnya siswa di SMP Islam Plus Baitul Maal siap untuk mengisi kultum jika mendapat giliran. 7. Pemberian Reward Setiap perbuatan baik pasti akan ada balasan kebaikannya pula, hal inilah yang selalu ditanamkan oleh SMP Islam Plus BM dalam rangka membina akhlak para siswanya. Pemberian penghargaan (reward) kepada siswa yang berperilaku baik akan menumbuhkan semangat dan persaingan yang sehat antara sesama siswa. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan guru PAI, siswa yang pernah mendapatkan reward berupa pembebasan SPP selama 6 bulan semakin giat dalam belajar dan selalu menunjukkan perilaku yang baik, hal ini menandakan efektifitas reward sangat berperan dalam membina akhlak para siswa di sekolah tersebut. Dan reward itu sendiri diberikan setiap akhir semester (enam bulan sekali) yang dinilai dari berbagai aspek yaitu, ibadah, perilaku, pengerjaan tugas tepat waktu dan tidak melanggar aturan yang telah dibuat oleh pihak sekolah.
No.
26
Tabel 26 Efek Pembebasan SPP Alternatif Pernyataan Sampel Jawaban Pembebasan SPP a. Selalu 15 bagi siswa yang b. Sering 13 berperilaku baik c. Kadang-kadang 8 mendorong saya d. Tidak pernah 0 untuk tidak melanggar aturan. Jumlah 30
Prosentase % 55,0 35,0 20,0 0,00
100%
Fase usia SMP biasanya berlangsung antara 12 sampai dengan 15 tahun. Fase ini ditandai dengan semakin meningkatnya sikap sosial.Gejala yang dominan pada
71
masa ini adalah kecenderungan untuk bersaing yang berlangsung antar teman sebaya dan lingkungan jenis kelamin yang sama.17Pada periode ini ada kesempatan yang sangat baik untuk membantu siswa, menumbuhkan sikap bertanggung jawab dan menguasai nilai-nilai akhlak, terutama yang bersumber dari agama Islam. Pemberian penghargaan (reward)kepada siswa yang berperilaku baik dapat menjadi motivasi dan juga dapat menumbuhkan persaingan yang sehat antara sesama siswa. Namun pada kenyataannya tidak semua guru yang melakukannya, hal tersebut berdasarkan hasil angket yang menunjukkan bahwa 55,0% guru yang selalu memberikan reward, 35,0% responden menyatakan sering, dan hanya sebagian kecil 20,0% responden yang menyatakan kadang-kadang, dan 0,00% responden menyatakan tidak pernah.
17
Ibid,...h. 121
72
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari serangkaian studi penelitian tentang strategi guru PAI dalam membina akhlak siswa di SMP Islam Plus Baitul Maal Pondok Aren Kota Tangerang Selatan, hasilnya dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Terdapat beberapa strategi yang diterapkan oleh sekolah atau guru PAI di SMP Islam Plus Baitul Maal dalam membina akhlak siswa diantaranya dengan membuat perencanaan yang jelas dan otentik untuk setiap kegiatan yang dilaksanakan ternyata mampu mengarahkan akhlak para siswanya menjadi lebih baik, diantaranya adalah : kegiatan sambut pagi, sholat dhuha berjama’ah, tadarrus dan tahsin al-Qur’an, memberi keteladanan yang baik dari orang tua dan guru di sekolah, mengundang para pembicara dari luar sekolah untuk memberikan motivasi tentang akhlak terpuji, pelatihan kultum bagi siswa serta pemberian penghargaan (reward) kepada para siswa yang tidak pernah melanggar aturan ternyata cukup efektif dalam hal pembinaan akhlak di SMP Islam Plus Baitul Maal. Terbukti dari sekian banyak siswanya
73
tidak ada yang pernah melakukan pelanggaran berat karena khawatir akan sanksi yang diberikan oleh pihak sekolah dan termotivasi dengan reward yang diberikan sekolah. 2. Berdasarkan dari hasil penelitian, bahwa srategi yang diterapkan oleh sekolah dan guru PAI cukup efektif. Terbukti dari akhlak para siswa-siswi di sekolah tersebut yang mencerminkan akhlak yang mulia. Hal ini dapat terwujud karena adanya dukungan dari pihak sekolah terhadap kegiatan pembinaan akhlak siswa, serta adanya pemberian kesempatan untuk mempergunakan sarana dan prasarana sekolah dalam kegiatan pembinaan akhlak.
Kedua,
adanya dukungan dari para guru dan kepala sekolah yang senantiasa memberikan keteladanan akhlak terpuji kepada para siswanya di setiap pembelajaran khususnya pelajaran PAI. Ketiga, keikutsertaan pihak luar pun ikut mempengaruhi dalam memotivasi para siswa agar berakhlak terpuji. Keempat, dukungan berupa jumlah siswa yang mayoritas beragama Islam sebagai peserta didik. B. Saran-saran Setelah membahas skripsi ini, penulis memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Kaitannya dengan pembinaan akhlak, hendaknya kepala sekolah memberikan pelatihan yang lebih mendalam berkenaan dengan teori dan konsep pembinaan akhlak dan aplikasinya di lingkungan sekolah kepada para guru, sehingga dapat menunjang pengelolaan berbagai aktifitas yang ada, agar dapat berjalan secara efektif dan efisien. 2. Pihak-pihak
penyelenggara
pendidikan
hendaknya
meningkatkan
kerjasama dengan orang tua bagaimana meningkatkan motivasi para siswa agar berakhlak terpuji. Perlu adanya kerjasama dengan pihak orang tua dikarenakan waktu siswa sebenarnya lebih banyak berada di luar sekolah, sehingga para orang tua siswa diharapkan mampu untuk membantu para
74
guru baik untuk mengarahkan maupun dengan memberikan contoh-contoh teladan hal-hal yang berkaitan dengan ajaran agama Islam. 3. Orang tua dan guru hendaklah mampu membimbing dan mengarahkan anak-anak mereka dengan maksimal dalam upaya menanamkan dan membiasakan nilai-nilai agama pada anak, sehingga anak akan terbiasa melakukan amalan-amalan yang baik sesuai dengan ajaran agama Islam dan dapat menjadi modal dasar dalam kehidupan dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, Administrasi Pendidikan, Semarang, Toha Putra, 1991, cet. I Ahmad, Khursyid, Prinsip-prinsip Pendidikan Islam (terj.), Semarang, Pustaka Progresif, 1992, cet. Ke-2 Al-Abrasi, Athiyyah M, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1970, cet. V Arikunto, Suharsini, Metode Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta, 1994, cet. I Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pengantar Praktek, Jakarta : Rineka Cipta, 1998, cet. II Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1994), cet. II. Anzizhan, Syafarudin, Sistem Pengambilan Keputusan, Jakarta : PT. Grasindo, 2008, cet. III Aminudin, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, Jakarta : PT. Ghalia Indonesia, 2008 Bahri, Saiful Jamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2000, cet. II Daradjat, Dzakiah, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta : Bulan Bintang, 1970, cet. I Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang : CV. Toha Putra, 1989, cet. II Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1999. Departemen Pendidikan Nasional, Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta : Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah, 2003) Depdiknas, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Jakarta : Depdiknas, Dirjen Dikdasmen, 2002. Effendi, Sofian, Metode Penelitian Survei, Jakarta : PT. Pustaka LP3S Indonesia, 1995
Faturrahman, Pupuh, Strategi Belajar dan Mengajar, Bandung : Refika Aditama, 2007, cet. I Gerungan, WA., Psikologi Sosial, Bandung, Eresco, 1988, cet. I Gunarsa, Singgih, D., Psikologi Perkembangan, Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1995, cet. Ke-2 Tapangsara, Humaidi, Akhlak Yang Mulia, Surabaya, PT. Bina Ilmu, 1980 http://www.google.com, Perangkat Pembelajaran KTSP, Empat Kompetensi Bagi Guru,12/08/2012 IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi, Ciputat, Logos, 2000 Kartono, Kartini, Psikologi Umum, Bandung, Mandar Maju, 1996, cet. Ke-3 Jati Sidi, Indra, Menuju Masyarakat Belajar, Jakarta : Paramadina, 2001 Mulyasa, E., Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2007 Nizar, Syamsul, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta : Hida Karya Agung, 1961 Poerbawakatja, Soegarda, Ensiklopedi Pendidikan, Jakarta : Gunung Agung, 1976 Sabri, Alisuf, Ilmu Pendidikan, Jakarta : CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1999 Sardiman, AM., Interaksi dan Motivasi Mengajar, Pedoman Bagi Guru dan Calon Guru, Jakarta : CV. Rajawali, 1990, cet. III Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran, Jakarta : Kencana, 2008 Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak, Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2008, cet. II Wirawan, Sarlito, Psikologi Remaja, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1997, cet. Ke-7 Yatiman, Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Qur’an, Jakarta : Sinar Grafika, 2007, cet. I