Edisi 2
ROADMAP DEPTAN.indb 1
2/15/2013 7:35:34 PM
Undang-Undang RI nomor 7 tahun 1996 tentang pangan. Ketahanan pangan adalah suatu kondisi dimana setiap individu dan rumahtangga memiliki akses secara fisik, ekonomi, dan ketersediaan pangan yang cukup, aman, serta bergizi untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan seleranya bagi kehidupan yang aktif dan sehat.
Penerbit: Kementerian Pertanian Kantor Pusat Kementerian Pertanian Jl. Harsono RM No.3, Ragunan-Jakarta 12550, INDONESIA
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015 © Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI Tahun 2012 Foto: Dokumentasi Badan Ketahanan Pangan Desain: Penebar Art
ROADMAP DEPTAN.indb 2
2/15/2013 7:35:34 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan
DAFTAR ISI
Tahun 2011 - 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 3
[3]
2/15/2013 7:35:34 PM
{4}
PENEBAR SWADAYA
ROADMAP DEPTAN.indb 4
2/15/2013 7:35:34 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
DAFTAR Tabel
DAFTAR Gambar
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 5
[5]
2/15/2013 7:35:34 PM
DAFTAR Lampiran
[6]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 6
2/15/2013 7:35:34 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 7
[7]
2/15/2013 7:35:34 PM
Sambutan
Menteri Pertanian RI
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Buku Roadmap Diversifikasi Pangan 2011-2015 ini disusun sebagai acuan untuk melaksanakan kegiatan percepatan
diversifikasi
atau
penganekaragaman
konsumsi pangan. Diversifikasi pangan merupakan salah satu prioritas dari empat target sukses pertanian, karena itu program atau gerakan percepatan diversifikasi konsumsi pangan harus dilaksanakan secara terstruktur dan terukur, dengan kegiatan, sasaran, dan ukuran kinerja yang jelas. Roadmap ini merupakan penjabaran dari Peraturan Presiden (Perpres) No. 22 Tahun 2009. Dalam Perpres tersebut disebutkan dua sasaran dari upaya diversifikasi pangan yaitu: (1) memasyarakatkan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman, serta, (2) mengurangi konsumsi beras/ kapita 1,5% per tahun. Saya meyakini bahwa program diversifikasi konsumsi pangan ini hanya akan berhasil apabila semua pemangku kepentingan aktif mendukung pelaksanaan program ini. Perjalanan panjang upaya pelaksanaan diversifikasi pangan di Indonesia telah mengalami pasang surut dari masa ke masa. Namun demikian, upaya tersebut sampai saat ini belum memperlihatkan hasil yang memuaskan, bahkan konsumsi makanan pokok masyarakat Indonesia masih tetap bertumpu pada beras, dan
[8]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 8
2/15/2013 7:35:35 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
yang cukup merisaukan secara perlahan beralih ke makanan yang bahan bakunya tidak diproduksi di Indonesia pada saat ini, yaitu terigu. Di sisi lain sebenarnya banyak tersedia makanan sumber karbohidrat berasal dari pangan lokal seperti ubi-ubian (singkong, ubi jalar, talas, ganyong), sukun, jagung dan pisang. Makanan-makanan sumber karbohidrat tersebut posisinya di masyarakat dianggap kurang bergengsi dibandingkan dengan nasi, sehingga muncul pameo kalau belum makan nasi dianggap belum makan. Kita akan terus berupaya mengubah sikap masyarakat tersebut, agar di masa datang lebih berminat untuk mengonsumsi makanan sumber karbohidrat dari bahan baku lokal. Untuk itu, tentunya makanan tersebut harus beragam, bergizi seimbang serta aman dikonsumsi untuk mendukung seseorang hidup sehat, aktif, dan produktif. Untuk mencapai hal tersebut, kegiatan utama diversifikasi pangan pada dasarnya berupa: (1) promosi dan sosialisasi pola konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman, (2) pemanfaatan lahan pekarangan dengan pola pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), dan pengembangan olahan pangan berbasis pangan lokal. Saya berharap buku ini dapat dijadikan acuan oleh seluruh pemangku kepentingan dalam implementasi kebijakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan.
Menteri Pertanian RI
Suswono
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 9
[9]
2/15/2013 7:35:35 PM
Kata Pengantar
Diversifikasi
atau
penganekaragaman
pangan
merupakan salah satu kunci sukses pembangunan pertanian sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014. Upaya peningkatan diversifikasi pangan dimaksudkan untuk
meningkatkan ketersediaan dan konsumsi
pangan yang beragam dan bergizi seimbang, dan menghindari ketergantungan pada 1 jenis pangan pangan pokok seperti beras. Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati kedua terbesar, dengan 77 spesies tanaman sumber karbohidrat seperti serealia (jagung, sorghum, hotong, jali, jawawut dll), ubi-ubian (singkong, ubi jalar, talas, sagu, ganyong, garut, gembili, gadung dll), dan buah (sukun, pisang, labu kuning, buah bakau, dll). Pangan sumber karbohidrat tersebut tersedia dan tumbuh subur di seluruh Indonesia, dan secara tradisional dikonsumsi sebagai pangan pokok maupun kudapan. Dengan kecenderungan bergesernya budaya makan masyarakat ke arah makanan instan, maka ketersediaan pangan lokal harus diupayakan mengikuti trend permintaan konsumen dan tersedia di pasar serta mudah dijangkau secara fisik maupun ekonomi (murah). Tujuan yang diinginkan adalah meningkatkan
[10]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 10
2/15/2013 7:35:35 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
kualitas konsumsi pangan masyarakat ke arah pangan yang beragam dan bergizi seimbang serta aman, berbasis sumberdaya lokal, untuk hidup sehat, aktif dan produktif. Upaya peningkatan diversifikasi pangan memerlukan dukungan dan sinergi kegiatan lintas sektor serta peran aktif para pemangku kepentingan termasuk pembuat kebijakan, pelaku usaha, peneliti dan para pihak yang peduli terhadap ketahanan pangan berbasis sumberdaya lokal dan pengembangan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas. Pada akhirnya saya mengharapkan dukungan dari semua stakeholder terkait untuk secara bersama-sama menyukseskan upaya peningkatan diversifikasi pangan dengan mengutamakan pangan-pangan lokal sumber karbohidrat, sumber protein, sumber vitamin dan mineral yang ada di seluruh wilayah Indonesia.
Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian
Achmad Suryana
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 11
[11]
2/15/2013 7:35:35 PM
Ringkasan eksekutif
T
ingginya dominasi beras dalam pola konsumsi pangan penduduk Indonesia hingga saat ini merupakan salah satu penyebab masih rendahnya kualitas konsumsi pangan nasional, yang belum beragam dan bergizi seimbang yang diindikasikan oleh skor Pola
Pangan Harapan. Kontribusi beras dalam konsumsi kelompok padi-padian sebesar 996 kkal/kap/hari atau mencapai 80.6 persen terhadap total energi padipadian (1.236 kkal/kap/hr) pada tahun 2011. Beras sebagai pangan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, tidak hanya telah membudaya dalam pola konsumsi pangan masyarakat namun juga dianggap memiliki citra pangan yang lebih baik dari sisi sosial. Sementara komoditi sumber karbohidrat lainnya yang biasa dikonsumsi sebagian masyarakat di masa lampau, saat ini semakin tergeser sejalan dengan perkembangan ekonomi dan teknologi serta sebagai ekses dari kebijakan pemerintah berupa program penyaluran beras bagi keluarga miskin atau RASKIN. Sementara keberagaman jenis pangan dan keseimbangan gizi dalam pola konsumsi pangan dibutuhkan tubuh untuk hidup sehat, aktif dan produktif. Dengan memperhatikan pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia yang masih belum sesuai harapan tersebut, maka penganekaragaman konsumsi pangan
[12]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 12
2/15/2013 7:35:35 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
atau diversifikasi konsumsi pangan menjadi penting untuk
Upaya
dilaksanakan guna menciptakan generasi sumber daya
penganekaragaman
manusia yang lebih berkualitas dan berdaya saing.
konsumsi pangan
Untuk mencapai kualitas konsumsi pangan yang lebih baik, perlu ditingkatkan konsumsi umbi-umbian, pangan hewani, kacang-kacangan, buah/biji berminyak, gula serta sayur dan buah atau dikenal sebagai penganekaragaman konsumsi secara horizontal. Selain itu, peningkatan kualitas konsumsi pangan juga dapat dicapai melalui penganekaragaman vertikal yaitu konsumsi aneka ragam jenis pangan sumber karbohidrat dan olahannya (jenis padi-padian: jagung dan olahannya, hotong, sorghum, biji jali, dan jenis padi-padian lainnya), aneka pangan sumber protein dan olahannya (aneka pangan hewani dan aneka kacang-kacangan), serta
harus berbasis sumber pangan setempat atau khas daerah. Hal ini agar diartikan bahwa pengurangan konsumsi beras tidak dapat digantikan dengan konsumsi gandum/terigu yang hampir seluruhnya diimpor.
aneka pangan sumber vitamin dan olahannya (beragam jenis sayur dan buah-buahan). Dengan demikian, peningkatan konsumsi kelompok pangan sumber tenaga, pembangun dan pengatur perlu diiringi dengan penurunan konsumsi beras. Sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden No. 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal, bahwa upaya penganekaragaman konsumsi pangan harus berbasis sumber pangan setempat atau khas daerah. Hal ini agar diartikan bahwa pengurangan konsumsi beras tidak dapat digantikan dengan konsumsi gandum/ terigu yang hampir seluruhnya diimpor.
Sementara
konsumsi umbi-umbian bukan hanya sebagai pangan pilihan pengganti padi-padian namun juga sebagai pangan
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 13
[13]
2/15/2013 7:35:35 PM
berpati (starchy foods) yang banyak mengandung serat dan dibutuhkan tubuh untuk dikonsumsi setiap hari, seperti sagu, ubi kayu, ubi jalar, talas, pisang, labu kuning, dan sukun. Upaya diversiifikasi konsumsi pangan tentunya akan menghadapi berbagai tantangan seperti laju pertumbuhan penduduk yang harus disertai dengan ketersediaan pangan yang memenuhi gizi. Dari aspek psikologis, modernisasi dalam kehidupan masyarakat tanpa disadari menggerus pola konsumsi masyarakat dari mengonsumsi pangan lokal kepada pangan yang instan. Situasi pergeseran pola konsumsi pangan masyarakat ini disebabkan oleh banyak hal seperti masih kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan masih aman. Sebagian masyarakat masih memiliki prinsip “asal kenyang”. Di sisi lain, untuk mempercepat proses adaptasi masyarakat kembali kepada pangan lokal diperlukan pengembangan teknologi tepat guna baik untuk memproduksi maupun mengolah bahan pangan terutama pangan lokal non beras. Melalui teknologi tepat guna dapat ditingkatkan nilai tambah dan nilai sosial dari pangan lokal selain beras. Saat ini ketersediaan dan akses terhadap teknologi semacam itu diindikasikan relatif rendah. Dengan semakin disadarinya bahwa diversifikasi konsumsi pangan merupakan suatu tuntutan yang penting untuk dilaksanakan melalui suatu gerakan percepatan diversifikasi konsumsi pangan secara terkoordinasi dan sinergi antar kebijakan di tingkat pusat lintas sektor dan daerah serta dukungan partisipasi aktif pihak swasta dan masyarakat, yang diwujudkan dalam bentuk program dan kegiatan sesuai kewenangan masing-masing namun saling mendukung, termasuk pengembangan program-program percepatan pengurangan kemiskinan. Berbagai kegiatan pembangunan ketahanan pangan dilaksanakan dalam rangka percepatan penganekaragaman konsumsi pangan. Kegiatan promosi/kampanye dilakukan melalui iklan layanan masyarakat, poster, baliho, leaflet, komik dan lainlain. Hampir semua provinsi dan kabupaten/kota telah mengeluarkan aturan/
[14]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 14
2/15/2013 7:35:35 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
edaran tentang upaya penganekaragaman konsumsi berbasis sumber daya lokal. Pengenalan masyarakat terhadap menu pilihan pengganti beras dan terigu baik sebagai pangan pokok maupun kudapan, dilakukan dengan melibatkan para ahli teknologi pangan dari perguruan tinggi dan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Di samping itu upaya peningkatan kualitas konsumsi pangan dilakukan melalui upaya pemberdayaan kelompok wanita untuk mengoptimalkan pemanfaatan pekarangan dengan menanam sayur dan buah serta budidaya ternak kecil melalui pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari.
Sawut Singkong Kuning Lengkap
Mie Ubi Pelangi
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 15
[15]
2/15/2013 7:35:35 PM
Keladi Isi Ubi Ungu
Nasi Bingu Jagung Lengkap
Kentang Golong Lengkap
[16]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 16
2/15/2013 7:35:35 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
Nasi Jagung Campur
Nasi Keribang Jali
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 17
[17]
2/15/2013 7:35:35 PM
pendahuluan
1 A. Latar Belakang Membangun ketahanan pangan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Ketahanan pangan dimaksud adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Sejalan dengan hal tersebut, salah satu kunci sukses Kementerian Pertanian adalah peningkatan diversifikasi pangan untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan pangan pokok tertentu. Hal ini didasari oleh pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia yang masih belum beragam, bergizi seimbang, dan aman serta masih didominasi oleh beras. Kontribusi beras dalam konsumsi kelompok padi-padian sebesar 996 kkal/kap/ hari atau mencapai 80,6 persen terhadap total energi padi-padian (1.236 kkal/ kap/hr) pada tahun 2011. Di samping itu, rendahnya konsumsi pangan hewani, sayuran, buah dan aneka kacang menyebabkan kualitas konsumsi pangan masyarakat masih rendah yang diindikasikan dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) 77,3 tahun 2011 atau masih di bawah PPH yang ideal sebesar 100. Keberagaman jenis pangan dan keseimbangan gizi dalam pola konsumsi pangan dibutuhkan tubuh untuk hidup sehat, aktif, dan produktif. Penganekaragaman pangan adalah upaya peningkatan ketersediaan dan konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan berbasis pada potensi sumber daya lokal.
[18]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 18
2/15/2013 7:35:35 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
Penganekaragaman konsumsi pangan atau diversifikasi pangan harus dilaksanakan guna menciptakan sumber daya manusia yang lebih berkualitas dan berdaya saing. Data Human Development Reports UNDP (United Nations Development Programme) tentang Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 2011, mengindikasikan bahwa Indonesia dikategorikan ke dalam Medium Human Development dan menduduki peringkat 124 dari 187 negara, sementara Singapura peringkat 26, Brunei Darussalam peringkat 33, Malaysia peringkat 61, Thailand peringkat 103 dan Vietnam peringkat 128. Selain itu, masih banyak tantangan yang akan dihadapi dalam pemenuhan kebutuhan pangan di masa mendatang, baik secara nasional, regional bahkan internasional, seperti laju pertumbuhan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi di berbagai belahan dunia, serta isu perubahan iklim. Sementara,
Perkembangan Pola Konsumsi Pangan Pokok Tahun 1954 :
Pola konsumsi pangan pokok yaitu konsumsi beras mencapai 53,5%, sedangkan konsumsi ubi kayu (22,26%), jagung (18,9%) dan kentang (4,99%).
Tahun 1987:
Pola konsumsi pangan pokok sudah bergeser luar biasa yaitu konsumsi beras menjadi 81,1%, sedangkan konsumsi ubi kayu 10,02% dan jagung 7,82%.
Tahun 1999:
Perubahan pola konsumsi pangan pokok berlanjut, yaitu konsumsi jagung hanya sebesar 3,1% dan ubi kayu 8,83%
Tahun 2010:
Pangsa non beras (ubi kayu, jagung dan kentang) dalam pola konsumsi pangan pokok hampir tidak ada dan digantikan oleh konsumsi terigu naik 500% menjadi 10.92 kg/ kap/tahun (dalam kurun waktu 30 tahun).
sumber daya alam (lahan dan air) semakin terbatas, sebagai akibat dari konversi lahan pertanian ke non pertanian, meluasnya wilayah gurun atau penggurunan (desertification), serta konversi bahan pangan menjadi bahan bakar. Meroketnya harga pangan dunia pada tahun 2007 dan 2008 merupakan satu contoh nyata dari distorsi terhadap keseimbangan antara pasokan dan permintaan pangan dunia. Oleh karena itu, berbagai upaya (dari sisi pasokan dan permintaan) perlu dilakukan untuk menghadapi berbagai tantangan itu, salah satunya adalah optimalisasi pemanfaatan sumber hayati (nabati dan hewani) yang tersedia melalui peningkatan teknologi mulai dari budidaya, penanganan pasca panen hingga pendistribusian serta penumbuhan kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi pangan lokal
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 19
[19]
2/15/2013 7:35:35 PM
yang mampu berkontribusi terhadap pola makan yang beragam dan bergizi seimbang, sekaligus dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap pangan pokok tertentu. Peran industri dan swasta dalam pengembangan pangan lokal untuk mendukung diversifikasi pangan masih harus ditingkatkan. Pada umumnya industri yang bergerak di bidang pangan masih mengandalkan terigu sebagai bahan baku utama meskipun sudah dikembangkan tepung pengganti terigu yang berbasis sumber daya lokal seperti ubi kayu, dan banyak sumber karbohidrat dari jenis
Perkembangan Kebijakan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Tahun 1960
Program Perbaikan Menu Makanan Rakyat
Tahun 1969
Pemerintah mempopulerkan slogan “Pangan Bukan Hanya Beras” dengan tujuan untuk memanfaatkan bahan pangan lokal, maka diperkenalkan Beras Tekad dari singkong untuk mengganti beras.
Tahun 1974
Pencanangan kebijakan diversifikasi pangan (INPRES Nomor 14 Tahun 1974) tentang Perbaikan Menu Makanan Rakyat disempurnakan dengan Inpres Nomor 20 Tahun 1979 tentang Menganekaragamkan Jenis Pangan dan Meningkatkan Mutu Gizi Makanan Rakyat.
Tahun 19931998
Program Diversifikasi Pangan dan Gizi dilaksanakan oleh Departemen Pertanian.
Tahun 1989
Dibentuk Kantor Menteri Negara Urusan Pangan dengan Program “Aku Cinta Makanan Indonesia”.
Tahun 1996
Undang-undang No. 7 Tentang Pangan
Tahun 2002
Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tentang Ketahanan Pangan
Tahun 2009
Peraturan Presiden RI No. 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber daya Lokal.
Tahun 2009
Peraturan Menteri Pertanian No. 43/Permentan/ OT.140/10/2009, Tahun 2009 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP).
Tahun 2009
Undang-Undang No. 18 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan
Tahun 2010
Peraturan Menteri Pertanian No.65/Permentan/ OT.140/12/2010 tentang SPM Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Tahun 2010
Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2010 tentang Pembangunan yang berkeadilan Kementerian PPN/Bappenas bertanggung jawab dalam Penyusunan Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) 2011-2015 Pemerintah Provinsi melalui Gubernur diinstruksikan untuk menyusun Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (atau disingkat RAD-PG) pada Tahun 2011
[20]
Tahun 2010
Undang-Undang No. 13 tentang Hortikultura
Tahun 2012
Undang-Undang No.18 tentang Pangan
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 20
2/15/2013 7:35:36 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
umbi-umbian termasuk sagu dapat dijadikan bahan pangan pokok masyarakat kedepan. Berkembangnya teknologi pangan dan inovasi-inovasi yang telah dilakukan oleh Badan Litbang Pertanian, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan perguruan tinggi telah banyak menghasilkan paket teknologi pangan yang berbasis kearifan lokal, menjadi produk pangan yang dapat dikomersilkan.
Manfaat terciptanya budaya makan dengan pola konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang, dan aman:
VV Meningkatnya citra pangan lokal
Hal tersebut juga diungkapkan Presiden pada Konferensi Dewan Ketahanan Pangan tahun 2012 dan Sidang Kabinet
VV Turut menjaga stabilitas pasokan dan
Terbatas dalam Safari Ramadhan Bidang Pangan di
harga pangan
Kementerian Pertanian yang mengamanatkan perlunya
VV Turut menciptakan
koordinasi dan sinergi kegiatan penelitian dan pengembangan
kesempatan kerja
pengolahan pangan dengan sektor industri, agar penelitian
dan mengurangi
dapat dirasakan masyarakat khususnya dalam mendukung
kemiskinan
program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) yang selama ini belum masuk dalam mainstream
VV Turut menyumbang pada ketahanan
pembangunan industri pangan Indonesia, sehingga perlu
pangan global
dilaksanakan kegiatan kerjasama antara pemerintah dan
(dengan menjadi
swasta dalam pengembangan diversifikasi pangan.
negara pengekspor
Efektivitas pangan percepatan penganekaragaman konsumsi
beras)
pangan akan tercapai apabila didukung dan berjalan seiring
VV Meningkatkan kualitas
dengan pengembangan bisnis pangan dan industri pangan
hidup sehat, aktif dan
lokal. Kondisi ini menuntut komitmen yang tinggi dari
produktif
berbagai pihak serta memerlukan rencana bisnis dan industri aneka ragam pangan yang komprehensif. Rencana bisnis dan industri aneka ragam pangan tersebut perlu dikembangkan untuk
pemantapan
pelaksanaan
penganekaragaman
konsumsi pangan di berbagai daerah. Dalam rencana tersebut, diperlukan komitmen yang kuat dari para pelaku usaha baik di
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 21
[21]
2/15/2013 7:35:36 PM
Mengapa Penganekaragaman Pangan Penting VV Pola konsumsi pangan masyarakat belum beragam, bergizi seimbang, dan aman, serta masih didominasi oleh beras dan terigu. VV Pemanfaatan pangan lokal khususnya sumber karbohidrat belum optimal. VV Total permintaan kebutuhan beras terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang masih tinggi (1,49%/tahun). VV Semakin nyata dampak perubahan iklim global yang dapat mempengaruhi kapasitas produksi pangan domestik dan global. VV Percepatan peningkatan status gizi perlu segera dilakukan, karena sifat masalah gizi yang jelas terlihat masih cukup berat.
tingkat nasional maupun daerah untuk menyukseskan pengembangan industri aneka ragam pangan berbasis sumber daya lokal.
Dampak Perubahan Iklim Global Saat ini dunia sedang menghadapi tantangan yang berat dalam pembangunan dengan adanya krisis global ditambah dengan isu perubahan iklim yang semakin dirasakan. Menurut data BPS, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2012 mencapai 29,13 juta orang atau 11,96 persen, berkurang 890 ribu orang atau 0,53 persen dibanding dengan penduduk miskin pada bulan yang sama tahun 2011 yang sebesar 30,02 juta orang (12,49 persen). Patut diwaspadai perubahan iklim dapat meyebabkan meningkatnya kerentanan masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan dan tidak memiliki kapasitas cukup dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Adanya perubahan iklim global tersebut memberikan dampak pada penurunan kapasitas produksi pangan. Di satu sisi sebagian besar negara produsen justru cenderung mengamankan produksi pangannya untuk memenuhi kebutuhan dan cadangan pangan domestik. Untuk itu perlu ada upaya yang dilakukan,
[22]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 22
2/15/2013 7:35:36 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
salah satunya melalui gerakan diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal sebagaimana dituangkan di dalam buku Roadmap ini. Roadmap Diversifikasi Pangan tahun 2011 – 2015 menginformasikan situasi pola konsumsi pangan saat ini baik di tingkat nasional maupun wilayah, tantangan dan peluang, kebijakan, strategi dan pelaksanaan program diversifikasi pangan, keterlibatan swasta dan pemangku kepentingan dalam menyukseskan program diversikasi pangan.
B. Maksud dan Tujuan Roadmap Diversifikasi Pangan tahun 2011 – 2015 ini merupakan acuan bagi pemangku kepentingan dalam upaya meningkatkan diversifikasi pangan secara lebih terintegrasi, sinergis, efektif, dan efisien untuk meningkatkan keragaman dan kualitas konsumsi pangan masyarakat Indonesia.
Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan VV Dari sisi konsumsi merupakan upaya membudayakan pola konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang, dan aman untuk mendukung hidup sehat, aktif, dan produktif; VV Dari sisi pengembangan bisnis pangan memberi dorongan dan insentif pada rantai bisnis pangan yang lebih beragam dan aman yang berbasis sumber daya lokal; VV Pada sisi produksi mendorong pengembangan berbagai ragam produksi pangan, dan menumbuhkan beragam usaha pengolahan pangan (rumah tangga, UMKM, swasta); VV Dari sisi kemandirian pangan akan dapat mengurangi ketergantungan nasional terhadap pangan impor, dan secara mikro mengurangi ketergantungan konsumen pada satu jenis pangan tertentu, serta mendorong setiap wilayah untuk mengoptimalkan potensi sumber daya pangan setempat dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduk; VV Dari sisi swasembada akan lebih menjamin dicapainya swasembada pangan berbasis potensi sumber daya lokal secara berkelanjutan.
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 23
[23]
2/15/2013 7:35:36 PM
Kondisi Pola & konsumsi Pangan Saat ini
2 A. Kondisi Umum 1. Kondisi Gizi Masyarakat Berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010, secara nasional prevalensi kurang gizi pada balita (berat badan menurut umur) sebesar 17,9 persen, mengalami penurunan dibandingkan tahun 2007 sebesar 18,4 persen. Hal yang sama terjadi pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4 persen pada tahun 2007 menjadi 4,9 persen tahun 2010 dan prevalensi pendek pada balita adalah 35,6 persen tahun 2010, menurun dari 36,7 persen pada tahun 2007. Penurunan juga terjadi pada prevalensi anak kurus, dimana prevalensi balita sangat kurus menurun dari 13,6 persen tahun 2007 menjadi 13,3 persen tahun 2010.
Gambar 1. Status Gizi Balita di Indonesia
[24]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 24
2/15/2013 7:35:36 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
Walaupun secara nasional terjadi penurunan prevalensi masalah gizi pada balita, tetapi masih terdapat kesenjangan antar provinsi. Terdapat 18 provinsi yang memiliki prevalensi gizi kurang dan buruk diatas prevalensi nasional. Untuk prevalensi pendek pada balita masih ada 15 provinsi yang memiliki prevalensi diatas prevalensi nasional, dan untuk prevalensi anak kurus teridentifikasi 19 provinsi yang memiliki prevalensi di atas prevalensi nasional.
Sumber: Riskesdas, 2010.
Gambar 2. Prevalensi Balita Gizi Kurang di Indonesia Tahun 2010 Disamping itu, data yang tercantum dalam Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) juga menggambarkan kondisi yang beragam antar provinsi berdasarkan data Riskesdas tahun 2010 dan data proporsi penduduk sangat rawan pangan yang bersumber dari Susenas 2009. Kondisi ini merupakan dasar pertimbangan dalam menyusun perencanaan khususnya terkait dengan intervensi pemerintah yang diperlukan dalam mengatasi permasalahan pangan dan gizi di provinsi bersangkutan. Stratifikasi Provinsi Berdasarkan Tingkat Prevalensi Anak Balita Pendek dan Proporsi Penduduk Sangat Rawan Pangan dapat dilihat pada matriks berikut.
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 25
[25]
2/15/2013 7:35:36 PM
Tabel 1. Stratifikasi Provinsi Berdasarkan Tingkat Prevalensi Anak Balita Pendek dan Proporsi Penduduk Sangat Rawan Pangan Proporsi Penduduk Sangat Rawan Pangan ≤ 14,47 persen
Status
Persentase Pendek pada Anak Balita ≤ 32 persen
Persentase Pendek pada Anak Balita > 32 persen
Sumber Catatan
[26]
Proporsi Penduduk Sangat Rawan Pangan > 14,47 persen
Strata 1 Kepulauan Riau, Bengkulu, dan Bali.
Strata 2 Bangka Belitung, Jambi, Kalimantan Timur, DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Sulawesi Utara, Maluku Utara, dan Papua.
Strata 3 Aceh, Sumatera Barat, Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Banten, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Nusa Tenggara Barat.
Strata 4 Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimatan Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua Barat.
: - Data anak balita yang pendek berasal dari Riskesdas 2010 - Data proporsi penduduk sangat rawan pangan berasal dari Susenas 2009 : Kondisi sangat rawan pangan adalah tingkat konsumsi energi rata-rata dibawah 1400 kkal/kap/hari.
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 26
2/15/2013 7:35:36 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
2. Situasi Konsumsi Pangan Masyarakat a.
Situasi Konsumsi Pangan Nasional
Kondisi pola konsumsi pangan masyarakat dapat bergeser dengan cukup dinamis, dipengaruhi oleh banyak hal seperti kondisi sosial, budaya dan ekonomi, preferensi dan ketersediaan. Namun sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden No.22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal, bahwa upaya penganekaragaman konsumsi pangan harus berbasis sumber pangan setempat atau pangan lokal. Pengurangan konsumsi beras juga harus disertai dengan pengurangan konsumsi gandum/terigu yang seluruhnya diimpor. Konsumsi beras sebagai sumber karbohidrat dapat disubsitusi dengan karbohidrat lain yang biasa dikonsumsi masyarakat berdasarkan kearifan lokal antara lain: jagung, sorghum, hotong, jali, sagu, ubi kayu, ubi jalar, talas, pisang, labu kuning, dan sukun. Perbandingan komposisi capaian pola pangan harapan berdasarkan data Susenas tahun 2011 dengan PPH, dapat dilihat pada Gambar 3 berikut :
Gambar 3. Pangsa Kelompok Pangan Terhadap Pencapaian Skor PPH pada Tahun 2011 dan PPH
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 27
[27]
2/15/2013 7:35:36 PM
Penghitungan skor Pola Pangan Harapan (PPH) didasarkan pada triguna makanan sesuai diagram di bawah ini.
Perkembangan situasi konsumsi pangan pada tahun 2011 secara kuantitas dan kualitas belum memenuhi kondisi konsumsi energi menurut PPH untuk memenuhi kecukupan energi sebesar 2.000 kkal/kapita/hari. Perincian realisasi kontribusi energi (pangan) penduduk Indonesia tahun 2011 diuraikan pada Tabel 2. Berdasarkan komposisinya, pangan yang dikonsumsi penduduk Indonesia masih belum memenuhi kaidah gizi seimbang yang dianjurkan. Untuk mencapai kualitas konsumsi pangan yang lebih baik, maka di tahun mendatang harus ditingkatkan konsumsi umbi-umbian, pangan hewani, kacang-kacangan, buah/ biji berminyak, serta sayur dan buah (penganekaragaman konsumsi secara horizontal) pada proporsi yang direkomendasikan oleh PPH. Peningkatan kualitas konsumsi pangan juga dapat dicapai melalui penganekaragaman vertikal yaitu konsumsi aneka ragam jenis pangan sumber karbohidrat dan olahannya (jenis padi-padian: jagung dan olahannya, hotong, sorghum, biji jali, dan jenis padipadian lainnya), aneka pangan sumber protein dan olahannya (aneka pangan hewani dan aneka kacang-kacangan), serta aneka pangan sumber vitamin dan olahannya (beragam jenis sayur dan buah-buahan).
[28]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 28
2/15/2013 7:35:36 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
Tabel 2. Kualitas Konsumsi Pangan Penduduk Indonesia Berdasarkan PPH Konsumsi Th. 2011 No
Kelompok Pangan
Gram
Energi
% AKG
315,9
1.236
61,8
PPH Skor PPH
Gram
Energi
% AKG
25,0
275
1.000
50,0
Skor PPH
1.
Padi-padian
2.
Umbi-umbian
40,0
53
2,6
1,3
100
120
6,0
2,5
3.
Pangan hewani
95,9
168
8,4
16,8
150
240
12,0
24,0
4.
Minyak dan lemak
22,8
204
10,2
5,0
20
200
10,0
5,0
5.
Buah/biji berminyak
6,0
33
1,6
0,8
10
60
3,0
1,0
6.
Kacang-kacangan
22,7
56
2,8
5,6
35
100
5,0
10,0
7.
Gula
22,2
81
4,1
2,0
30
100
5,0
2,5
8.
Sayur dan buah
197,3
83
4,2
20,8
250
120
6,0
30,0
9.
Lain-lain
61,2
39
1,9
-
-
60
3,0
-
1.952
97,6
Total
25,0
2.000 100,0
Skor PPH
77,3
100
Sumber : Susenas 2011 Triwulan I; BPS diolah Pusat PKKP – BKP Keterangan : Angka Kecukupan Energi 2000 kkal/kap/hari (Widya Karya Pangan dan Gizi VIII, 2004) - Energi : Dalam kkal - Gram : Untuk berat jenis pangan menurut kelompok - AKG : Angka Kecukupan Gizi
Konsumsi jagung dalam kelompok padi-padian masih rendah dibanding konsumsi jenis padi-padian lain (beras dan terigu). Begitu juga dengan konsumsi jenis umbi-umbian terutama sagu dan jenis umbi lainnya masih rendah. Konsumsi pangan sumber protein hewani lebih banyak bersumber dari ikan, daging unggas dan telur. Kacang kedelai memiliki proporsi konsumsi yang lebih tinggi sebagai sumber protein nabati utama dalam pola konsumsi pangan penduduk selama tahun 2011. Komoditas minyak sawit dan kelapa merupakan jenis pangan dari kelompok minyak/lemak serta buah/biji berminyak yang memiliki proporsi konsumsi cukup besar dalam sumbangan energi pola konsumsi penduduk nasional. Gambaran konsumsi ini menunjukkan bahwa konsumsi penduduk Indonesia masih didominasi pangan sumber energi (serealia, minyak/lemak, dan buah/biji berminyak), dan masih kurang konsumsi pangan sumber vitamin mineral, serta kurang konsumsi buah-buahan (Tabel 3).
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 29
[29]
2/15/2013 7:35:36 PM
Tabel 3. Konsumsi Berdasarkan Kelompok Pangan Penduduk Indonesia Tahun 2011 Kelompok Bahan Pangan
I. Padi-padian a. Beras b. Jagung c. Terigu II. Umbi-umbian a. Singkong b. Ubi jalar c. Kentang d. Sagu e. Umbi lainnya III. Pangan Hewani a. Daging ruminansia b. Daging unggas c. Telur d. Susu e. Ikan IV. Minyak dan Lemak a. Minyak kelapa b. Minyak sawit c. Minyak lainnya V. Buah/biji berminyak a. Kelapa b. Kemiri VI. Kacang-kacangan a. Kedelai b. Kacang tanah c. Kacang hijau d. Kacang lain VII.Gula a. Gula pasir b. Gula merah VIII. Sayuran dan buah a. Sayur b. Buah IX. Lain-lain a. Minuman b. Bumbu-bumbuan
Energi (kkal/ kap/hari) 1236 996 12 228 53 33 10 2 4 2 168 15 39 27 29 57 204 36 163 5 33 27 6 56 47 6 2 1 81 74 7 83 44 39 39 29 10
Konsumsi Tahun 2011 gram/kap/hari kg/kap/thn 281,7 4,3 29,9 27,6 8,1 4,3 1,3 1,8 5,5 13,0 19,6 5,7 52,0 4,1 18,1 0,6 5,1 0,9 20,7 0,9 0,8 0,3 20,2 2,0 133,7 63,6 49,9 11,3
102,8 1,6 10,9 10,1 3,0 1,6 0,5 0,7 2,0 4,8 7,1 2,1 19,0 1,5 6,6 0,2 1,9 0,3 7,6 0,3 0,3 0,1 7,4 0,7 48,8 23,2 18,2 4,1
Sumber: Susenas 2011 triwulan I, BPS diolah BKP
[30]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 30
2/15/2013 7:35:36 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
b. Situasi Konsumsi Pangan Wilayah Seperti halnya kondisi nasional, situasi konsumsi di beberapa provinsi juga belum mencapai keberagaman dan keseimbangan, hal ini dilihat dari skor mutu pangan (skor Pola Pangan Harapan) yang masih jauh di bawah ideal. Berdasarkan hasil olah data Susenas-BPS tahun 2011, skor mutu pangan tertinggi sebesar 86,8 dicapai oleh Provinsi Bali, dan skor mutu pangan terendah terdapat di Provinsi Papua sebesar 69,6 pada tahun 2011 (Gambar 4). Umumnya hampir seluruh provinsi belum memiliki pola konsumsi pangan yang beragam dan bergizi seimbang. Hanya sembilan provinsi yang mampu mencapai skor mutu pangan diatas 80. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi pangan beragam, dan bergizi seimbang belum menjadi pola konsumsi pangan penduduk rata-rata nasional. Konsumsi pangan penduduk masih didominasi oleh sumber karbohidrat terutama padi-padian yaitu proporsi beras menempati porsi yang besar dalam menu makanan sebagian besar penduduk provinsi secara nasional. Tabel 4. Pembagian Kelompok Wilayah Berdasarkan Skor PPH dan Tingkat Konsumsi Beras Tahun 2011
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 31
[31]
2/15/2013 7:35:36 PM
Konsumsi di beberapa sentra produksi cenderung memiliki kualitas konsumsi pangan penduduk yang rendah yaitu seperti di Provinsi Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan NTB memiliki skor mutu pangan dibawah skor PPH sebesar 77. Hal ini menggambarkan bahwa ketersediaan pangan yang memadai di suatu wilayah belum menjamin konsumsi pangan yang berkualitas, karena pola konsumsi pangan sangat erat kaitannya dengan pola perilaku, pengetahuan gizi, preferensi, maupun budaya makan penduduk.
(Sumber: Susenas 2011 Triwulan I, BPS diolah BKP)
Gambar 4. Capaian Skor PPH per Provinsi Tahun 2011
[32]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 32
2/15/2013 7:35:36 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
B. Pola Konsumsi 1. Pola Konsumsi Pangan Sumber Karbohidrat Pola konsumsi pangan pokok di Indonesia selama lima tahun terakhir (2005-2010) umumnya didominasi oleh beras dan terigu. Jika dilihat perkembangannya pola konsumsi pangan pokok penduduk Indonesia tahun 2005, sebagian besar (22 provinsi dari 33 provinsi) di Indonesia memiliki pola konsumsi beras-terigu, sedangkan 11 provinsi lainnya memiliki pola konsumsi beras-terigu-ubi kayu (Provinsi DI Yogyakarta dan Maluku Utara), beras-jagung-ubi kayu (Provinsi Nusa Tenggara Timur), beras-jagung-terigu (Provinsi Gorontalo), beras-terigu-ubi kayu-sagu (Provinsi Sulawesi Tenggara dan Maluku), dan beras-terigu-ubi kayu-ubi jalar-sagu (Provinsi Papua). Pola konsumsi pangan pokok Provinsi Aceh, Kepulauan Riau, Sulawesi Barat dan Papua Barat tidak terpantau karena data SUSENAS tahun 2005 untuk provinsi tersebut tidak tersedia. Pada tahun 2007, pola konsumsi pangan pokok tidak banyak mengalami perubahan dibandingkan dengan tahun 2005. Terdapat 24 provinsi dengan pola konsumsi pangan pokok beras-terigu dan hanya Provinsi Gorontalo pola konsumsinya berasjagung. Provinsi Lampung mengalami perubahan pola konsumsi pangan pokok dari beras-terigu pada tahun 2005 menjadi beras-terigu-ubi kayu pada tahun 2007. Provinsi Jawa Timur dan Gorontalo memiliki pola konsumsi pangan pokok beras-jagung-terigu. Provinsi Sulawesi Tenggara juga mengalami perubahan pola konsumsi pangan pokok menjadi beras-terigu-sagu. Provinsi Maluku dan Maluku Utara memiliki pola konsumsi pangan pokok beras-terigu-ubi kayu-ubi jalar, dan hanya Provinsi Papua dengan pola konsumsi pangan pokok beras-terigu-ubi kayu-ubi jalar-sagu. Pola konsumsi Provinsi Papua Barat tidak terpantau karena data tidak tersedia. Pada tahun 2008, pola konsumsi pangan pokok tidak mengalami perubahan yang signifikan dibandingkan pada tahun 2007. Terdapat 24 provinsi dengan pola konsumsi pangan pokok beras-terigu. Provinsi Lampung dan Maluku Utara memiliki pola konsumsi pangan pokok beras-terigu-ubi kayu, sedangkan Provinsi Jawa Timur dan Gorontalo memiliki pola konsumsi pangan pokok beras-jagung-
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 33
[33]
2/15/2013 7:35:36 PM
terigu, dan hanya Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan pola konsumsi pangan pokok beras-jagung-ubi kayu. Terdapat beberapa provinsi yang mengalami perubahan pola konsumsi, diantaranya Provinsi Sulawesi Tenggara menjadi beras-terigu-ubi kayu-sagu, Provinsi Papua menjadi beras-terigu-ubi jalar-sagu dan Provinsi Maluku menjadi beras-terigu-ubi kayu-ubi jalar-sagu. Pola konsumsi pangan pokok provinsi Papua Barat tidak terpantau karena data tidak tersedia. Pola konsumsi pangan pokok tahun 2009 mengalami beberapa perubahan dibandingkan tahun 2008. Terdapat 27 provinsi dengan pola konsumsi beras-terigu. Provinsi Lampung, JawaTimur, dan Sulawesi Barat mengalami perubahan pola konsumsi menjadi beras-terigu, sedangkan Provinsi Nusa Tenggara Timur mengalami perubahan pola konsumsi menjadi beras-jagung. Terdapat 5 provinsi di wilayah Indonesia Timur yang memiliki pola konsumsi tiga komoditas atau lebih, yaitu Gorontalo dengan pola konsumsi beras-jagung-terigu, Provinsi Maluku Utara pola konsumsinya beras-teriguubi kayu, Provinsi Maluku dan Papua Barat pola konsumsinya beras-terigu-ubi kayusagu, serta Provinsi Papua pola konsumsinya beras-terigu-ubi kayu-ubi jalar-sagu. Pola konsumsi pangan pokok tahun 2010 tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan tahun 2009. Terdapat 27 provinsi dengan pola konsumsi pangan pokok beras-terigu. Provinsi Nusa Tenggara Timur pola konsumsinya beras-jagung. Terdapat lima provinsi di wilayah Indonesia Timur yang memiliki pola konsumsi pangan pokok tiga komoditas atau lebih, yaitu Gorontalo dengan pola konsumsi pangan pokok beras-jagung-terigu, Provinsi Maluku Utara pola konsumsinya beras-terigu-ubi kayu, Provinsi Maluku dan Papua Barat pola konsumsinya beras-terigu-ubi kayu-sagu, serta Provinsi Papua pola konsumsinya beras-terigu-ubi kayu-ubi jalar-sagu. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 5 berikut dan Lampiran 1 (Tabel 1.1.).
[34]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 34
2/15/2013 7:35:36 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
2. Pola Konsumsi Pangan Sumber Protein Pola konsumsi pangan sumber protein nasional selama lima tahun terakhir didominasi oleh ikan, kacang kedele, daging unggas dan telur. Pangan sumber protein penduduk Indonesia sebagian besar bersumber dari pangan hewani yaitu ikan. Indonesia dengan wilayah lautan yang luas menjadi potensi penyediaan ikan yang sangat potensial dalam memenuhi kebutuhan protein penduduk. Konsumsi ikan yang telah menjadi pola di hampir sebagian besar wilayah Indonesia didorong oleh keterjangkauan secara ekonomi yaitu harga ikan lebih terjangkau di seluruh tingkat pendapatan masyarakat. Kontribusi ikan dalam pola konsumsi pangan sumber protein rata-rata sebesar 40 persen selama tahun 2005 -2010. Sumbangan protein yang cukup besar ini menjadikan asupan konsumsi protein asal pangan hewani dapat dipenuhi (Tabel 5). Jenis pangan sumber protein yang dikonsumsi selama tahun 2005 – 2010 lebih didominasi oleh pangan hewani dibanding nabati. Sejak tahun 2007 semua komoditas pangan hewani telah menjadi tren konsumsi pangan penduduk Indonesia. Hal ini mencerminkan tingginya preferensi masyarakat terhadap pangan hewani dibanding pangan sumber protein nabati. Selama lima tahun terakhir dari semua jenis pangan sumber protein nabati, hanya kacang kedelai yang memiliki tren konsumsi yang tinggi dibanding jenis kacang-kacangan lainnya. Kontribusi kacang kedelai hampir 12 kali lipatnya dibanding rata-rata konsumsi kacang tanah, dan hampir 6 kali lipat dibanding rata-rata konsumsi kacang hijau. Untuk itu, diperlukan upaya lebih maksimal untuk meningkatkan konsumsi kacang-kacangan dalam rangka diversifikasi konsumsi pangan. Namun di sisi lain, konsumsi jenis kacang-kacangan lain seperti kacang mete, kacang merah, dan sebagainya, sudah banyak dikonsumsi di Indonesia namun belum tercatat sehingga pola konsumsi pangan sumber protein asal pangan nabati masih kurang.
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 35
[35]
2/15/2013 7:35:36 PM
Gambar 5. Pola Konsumsi Pangan Sumber Karbohidrat Indonesia Tahun 2010
[36]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 36
2/15/2013 7:35:36 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
Berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan Pasal 78 ayat 6 bahwa pemerintah dan pemerintah daerah menyelenggarakan penyuluhan dan pendidikan publik di bidang peternakan dan kesehatan hewan melalui upaya peningkatan kesadaran gizi masyarakat dalam mengonsumsi produk hewan yang aman, sehat, utuh dan halal. Tabel 5. Perkembangan Pola Konsumsi Sumber Protein Selama 2005 –2010 No 1
Jenis Pangan
Kontribusi Konsumsi (% AKP) 2005
Daging ruminansia
2006
2007
2008
2009
2010
4.6
4.3
5.1
5.3
5.3
5.5
10.3
8.8
11.0
11.1
11.0
11.9
2
Daging unggas
3
Telur
9.2
9.1
9.3
9.1
9.7
10.5
4
Susu
3.7
4.0
5.4
5.4
5.3
5.2
5
Ikan
42.3
42.2
38.6
42.2
41.7
41.3
6
Kedelai
23.8
27.2
24.7
22.4
23.2
21.7
7
Kacang tanah
3.7
2.6
4.0
2.7
2.3
2.5
8
Kacang hijau 1.9
1.5
1.5
1.4
1.1
1.0
9
Kacang lain 0.5
POLA KONSUMSI
0.3
0.4
0.4
0.5
0.4
Ikan
Ikan
Ikan
Ikan
Ikan
Ikan
Kedelai
Kedelai
Kedelai
Kedelai
Kedelai
Kedelai
Telur
Telur
D.Unggas
D.Unggas
D.Unggas
D.Unggas
D.Unggas
D.Unggas
Telur
Telur
Telur
Telur
Susu
Susu
Susu
D.Ruminansia
D.Ruminansia
D.Ruminansia
D.Ruminansia
Susu
Sumber : Data Susenas 2005-2010, BPS diolah BKP
3. Pola Konsumsi Pangan Sumber Vitamin dan Mineral Pola konsumsi pangan sumber vitamin dan mineral secara nasional umumnya didominasi oleh buah-buahan. Selama tahun 2005, 2007 hingga 2010 pisang dan daun ketela pohon telah menjadi pola konsumsi pangan sumber vitamin dan
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 37
[37]
2/15/2013 7:35:37 PM
mineral penduduk Indonesia. Selama tahun 2005, jenis pangan sumber vitamin yang telah menjadi pola konsumsi yaitu pisang, daun ketela pohon, rambutan, dan salak. Pada tahun 2007, rambutan dan salak tidak lagi menjadi pola konsumsi tapi duku tergolong menjadi komoditas buah-buahan yang berkontribusi dalam pola konsumsi sumber vitamin dan mineral. Pola konsumsi sumber vitamin mineral pada tahun 2008-2009 sama dengan pola konsumsi pada tahun 2005, sedangkan pada tahun 2010, hanya pisang dan daun ketela pohon yang tercatat dalam pola konsumsi pangan sumber vitamin dan mineral (Tabel 6).
Tabel 6. Pola Konsumsi Pangan Sumber Vitamin dan Mineral Tahun 2005-2010 Kontribusi Konsumsi (%AKE)
Jenis Pangan
No
2005
2007
2008
2009
2010
1
Daun Ubi Kayu
8.3
8.7
9.6
9.8
7.5
2
Rambutan
7.5
4.8
7.1
5.0
4.0
3
Duku
3.0
5.1
1.1
0.7
4.1
4
Salak
5.3
4.2
6.5
5.3
4.3
5
Pisang Lain2
16.0
16.2
17.3
17.2
15.0
6
Gado-gado
6.6
-
-
-
6.4
-Pisang Lain2
- Pisang
- Pisang
- Pisang
- Pisang
- Daun Ubi K.
Lain2
Lain2
Lain2
Lain2
POLA
(ketela pohon)
- Daun Ubi K.
- Daun Ubi K.
- Daun Ubi K
- Daun Ubi K.
KONSUMSI
- Gado-gado
(ketela pohon)
(ketela pohon)
(ketela pohon)
(ketela pohon)
- Rambutan
- Duku
- Rambutan
- Salak
- Gado-gado
- Salak
- Rambutan
Salak
Sumber : Data Susenas, 2005, 2007-2010; BPS; diolah BKP
Dapat disimpulkan bahwa pola konsumsi pangan sumber vitamin dan mineral penduduk Indonesia umumnya didominasi oleh komoditas pangan yang bersumber dari pekarangan atau paling tidak bisa dikembangkan oleh setiap keluarga di pekarangan yang dimilikinya. Pemenuhan kebutuhan akan sumber vitamin dan mineral umumnya dipenuhi dari daun ketela pohon untuk jenis sayuran dan buah pisang untuk jenis buah-buahan yang semuanya bisa dikembangkan di pekarangan, bahkan pada lahan pekarangan yang sangat terbatas luasannya. Untuk itu, potensi pekarangan harus lebih ditingkatkan lagi
[38]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 38
2/15/2013 7:35:37 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
dalam pemanfaatannya serta lebih dikembangkan lagi dalam budidaya tanaman sayuran dan buah-buahan untuk konsumsi pangan sehari-hari. Berdasarkan pasal 95 Undang-Undang No.13 Tahun 2010 tentang Hortikultura bahwa pemerintah dan pemerintah daerah bertugas meningkatkan konsumsi hortikultura masyarakat melalui: (a) penetapan dan sosialisasi buah dan sayuran sebagai produk pangan pokok; (b) penetapan target pencapaian angka konsumsi buah dan sayuran per kapita per tahun sesuai dengan standar kesehatan; dan (c) pemuatan materi hortikultura ke dalam kurikulum pendidikan nasional atau daerah. Dalam undang-undang tersebut mengamanatkan bahwa komoditas sayur dan buah bukan hanya sebagai pendamping pangan pokok melainkan tergolong sebagai pangan utama yang harus dikonsumsi masyarakat setiap harinya. Selain itu, undang-undang tersebut juga menetapkan bahwa pencapaian angka konsumsi sayur dan buah per kapita setiap tahunnya didasarkan pada standar kesehatan, yang dalam perencanaan konsumsi pangan sejalan dengan standar komposisi Pola Pangan Harapan (PPH).
Standar konsumsi sayur dan buah
berdasarkan komposisi Pola Pangan Harapan yaitu sebanyak 250 gram/kap/hari. Kondisi pola konsumsi sayur dan buah penduduk Indonesia saat ini masih dibawah anjuran, sehingga perlu upaya peningkatan konsumsi sayur dan buah bagi seluruh masyarakat, diantaranya melalui pendidikan formal (kurikulum pendidikan), maupun melalui sosialisasi secara berkelanjutan kepada seluruh lapisan masyarakat. Apabila dilihat dari pangan lokal yang dikonsumsi masyarakat di tingkat provinsi banyak yang masih mempunyai potensi untuk dikembangkan dan dihidupkan kembali budaya makannya, seperti pada Lampiran 5. ***
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 39
[39]
2/15/2013 7:35:37 PM
TANTANGAN, PERMASALAHAN DAN PELUANG
3 A. Tantangan Tantangan utama yang dihadapi dalam upaya percepatan diversifikasi konsumsi pangan, adalah:
1.
Meningkatnya jumlah penduduk
Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000 laju pertumbuhan penduduk Indonesia adalah 1,3% per tahun, sehingga pada tahun 2009 penduduk Indonesia diprakirakan sejumlah 231.369.500 jiwa. Namun berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 237.556.363 jiwa, meningkat sebesar 2,67% dari prakiraan jumlah penduduk tahun 2009. Laju pertumbuhan jumlah penduduk ini menuntut adanya ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup, harga terjangkau dan tersedia di setiap saat, hal ini merupakan tantangan yang sangat besar. Ditambah lagi dengan kebijakan pemerintah yang masih lebih terfokus kepada penyediaan beras (pangan pokok) tanpa disertai pertimbangan yang memadai bagi peningkatan produksi/ pengadaan pangan yang berbasis sumber daya lokal seperti umbi-umbian yang selain dapat berfungsi sebagai sumber karbohidrat, juga sumber serat. Mengonsumsi beras tetap harus dilengkapi dengan umbi-umbian karena dapat melengkapi fungsi gizi dari beras.
[40]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 40
2/15/2013 7:35:37 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
2. Globalisasi perdagangan dan pergeseran pola konsumsi pangan masyarakat ke arah pangan yang lebih instan Semakin terbukanya perdagangan global dan dihapuskannya hambatan perdagangan berakibat pada menjamurnya produk pangan impor dengan jenisjenis pangan yang tidak seluruhnya dapat dikembangkan di dalam negeri. Aneka pangan impor baik bahan mentah (gandum, aneka sayuran, aneka buah, daging, ikan, susu, dan sebagainya), hingga berbagai jenis pangan siap saji tinggi lemak dan gula namun rendah serat dan karbohidrat kompleks membawa perubahan pada semakin banyaknya jenis-jenis pangan yang tidak dapat diproduksi secara lokal namun masuk dalam pola konsumsi pangan. Menjamurnya restoran yang menyajikan makanan siap saji ini telah menggeser kebiasaan makan di rumah dan konsumsi pangan tinggi serat rendah gula yang biasa disiapkan di rumah. Disamping itu seiring dengan perkembangan/kemajuan teknologi, peningkatan status sosial-ekonomi masyarakat yang diikuti dengan gaya hidup yang lebih “modern” yang menuntut masyarakat untuk bergerak lebih cepat mendorong pemilihan konsumsi makanan serba instant. Ditinjau dari pandangan ilmu gizi perubahan perilaku tersebut dapat meningkatkan peluang terjadinya masalah gizi lebih, obesitas dan penyakit degeneratif (Baliwati dkk, 2004).
3. Masih rendahnya tingkat konsumsi pangan sumber protein, vitamin dan mineral serta tingginya konsumsi beras dan terigu Kondisi pola konsumsi pangan masyarakat yang masih didominasi oleh beras/padi, perlu mendapat perhatian dengan menurunkan konsumsi beras dan meningkatkan konsumsi umbi-umbian dari kelompok sumber karbohidrat. Di samping itu, perlu pula meningkatkan konsumsi produk ternak dan ikan sebagai sumber protein; serta sayuran dan buah sebagai sumber vitamin, mineral dan zat gizi lainnya. Kualitas konsumsi masyarakat pada tahun 2010 untuk kelompok pangan hewani serta sayuran dan buah masih di bawah target Pola Pangan Harapan (PPH). Sebagai contoh, kontribusi kelompok pangan hewani (sebagai salah satu sumber protein) terhadap
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 41
[41]
2/15/2013 7:35:37 PM
skor PPH masih 16,1 sedangkan skor idealnya adalah sebesar 24,0. Rendahnya konsumsi protein hewani sangat erat hubungannya dengan daya beli masyarakat. Namun protein nabati dari kacang-kacangan seperti kedelai, dapat menjadi alternatif untuk memenuhi kebutuhan protein dan pola makan namun ketersediaan aneka kacang-kacangan sebagai sumber protein nabati, relatif masih kurang memadai.
4. Penggunaan bahan baku pangan lokal masih terkendala dengan masalah kontinuitas ketersediaan yang belum stabil dan mutunya sangat beragam. Di tataran produsen maupun petani, belum dapat menjamin secara penuh untuk menjaga kesinambungan tersedianya bahan baku pangan lokal secara terus –menerus sepanjang waktu. Ketersediaan bahan baku pangan lokal masih sangat dipengaruhi oleh faktor musim panen. Pada saat panen tiba, bahan baku pangan lokal melimpah di pasaran, namun sebaliknya jika bukan musimnya akan sangat sulit didapatkan. Dalam kondisi seperti ini diperlukan investasi untuk memproduksi bahan baku pangan lokal secara lebih berkesinambungan dan menghasilkan produk yang memenuhi kebutuhan standar yang diinginkan oleh industri dan mempunyai daya simpan, sehingga ketersediaannya terdistribusi sepanjang tahun. Pola kemitraan antara pihak industri dan petani produsen merupakan solusi saling menguntungkan yang perlu dikembangkan. Disamping itu untuk menjamin kontinuitas produksi, pendekatan dengan pengembangan food estate juga cukup baik, terutama di luar Jawa. Perlu ada upaya membangun sinergitas di antara sektor hilir (industri pengolah) dengan sektor hulu (produsen) agar suplai bahan baku dapat lebih terjamin, dan industri pengolah dapat merencanakan produksi dengan standar kualitas yang lebih baik.
5. Kebijakan produksi pertanian belum mempertimbangkan kecukupan gizi Program pemerintah untuk meningkatkan produksi pangan masyarakat secara luas yang dilaksanakan selama ini masih bersifat kuantitas, belum mempertimbangkan kebutuhan gizi. Perencanaan produksi sebaiknya disesuaikan dengan kondisi
[42]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 42
2/15/2013 7:35:37 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
pola konsumsi masyarakat yang bisa berbeda antar daerah. Pola Pangan Harapan harus menjadi patokan dalam merencanakan produksi komoditas yang akan dikembangkan sesuai dengan sumber daya setempat. Kebijakan yang ada selama ini masih mengacu pada peningkatan swasembada yang hanya mempertimbangkan kondisi supply demand secara agregat di tingkat nasional, tanpa mempertimbangkan kebutuhan konsumsi pangan secara beragam dan bergizi seimbang, di tiap wilayah. Pada perkembangan selanjutnya, pelaksanaan P2KP tahun 2012 mulai dikenalkan Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L). Sebagai contoh adalah beras analog yang diproduksi menggunakan berbagai jenis bahan baku lokal seperti ubi kayu, sagu, sorgum, jagung, dan sebagainya yang sekaligus diperkaya dengan zat gizi sumber vitamin dan mineral dalam proses fortifikasi, agar kandungan gizinya tidak kalah dengan yang ada pada beras. Produk yang dihasilkan dari kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan ketersediaan pangan lokal sehingga dapat dijadikan bahan pengganti beras dalam program subsidi pangan bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang selama ini disebut RASKIN.
6.
Perubahan iklim
Dampak pemanasan global yang menyebabkan timbulnya perubahan iklim mengancam tersedianya bahan pangan di tingkat produksi. Pangan pokok yang selama ini dikonsumsi masyarakat secara umum dikhawatirkan dapat mengalami kegagalan panen akibat tidak dapat diprediksinya musim hujan yang dapat menyebabkan sulitnya pengairan. Kondisi cuaca yang ekstrim juga dikhawatirkan dapat mengganggu produksi pangan khususnya terhadap komoditas pangan yang selama ini menjadi pangan pokok. Hal ini memerlukan strategi perencanaan produksi pangan yang beradaptasi dengan perubahan iklim tersebut. Ketergantungan pada satu jenis komoditi seperti beras akan menimbulkan masalah karena harus mencari varietas-varietas baru yang sesuai dengan kondisi perubahan iklim. Padahal banyak spesies sumber karbohidrat selain beras yang diproduksi oleh masyarakat sesuai dengan kearifan lokal.
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 43
[43]
2/15/2013 7:35:37 PM
B. Permasalahan 1. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya konsumsi beragam, bergizi seimbang dan aman Saat ini pengetahuan masyarakat terhadap konsumsi pangan beragam bergizi seimbang dan aman masih kurang. Sebagian masyarakat masih memiliki prinsip “asal kenyang”. Kondisi ini akan menyebabkan ketidakseimbangan asupan gizi yang pada akhirnya akan berpengaruh kepada gizi kurang maupun gizi lebih. Pengetahuan yang kurang akan menimbulkan bermacam permasalahan seperti salah pemilihan jenis dan jumlah makanan, cara mengolah bahan makanan yang kurang tepat, sehingga banyak zat gizi yang hilang serta kurangnya kesadaran dalam memanfaatkan potensi alam secara berkelanjutan.
2. Terbatasnya ketersediaan dan akses terhadap inovasi teknologi Pengembangan teknologi tepat guna sangat diperlukan baik untuk memproduksi maupun mengolah bahan pangan terutama pangan lokal non beras, guna meningkatkan nilai tambah dan nilai sosialnya. Namun ketersediaan dan akses terhadap teknologi semacam itu diindikasikan kurang memadai. Disamping itu, teknologi yang dikembangkan oleh berbagai lembaga penelitian dan perguruan tinggi juga belum bebas diakses oleh para pelaku usaha. Kondisi keterbatasan di atas, akan menjadi hambatan bagi pengembangan pangan lokal. Peran perguruan tinggi menjadi penting dalam mengatasi permasalahan keterbatasan ketersediaan dan akses terhadap teknologi pangan lokal.
3.
Keberagaman varietas yang ditanam oleh masyarakat.
Sebagaimana kondisi Indonesia yang mempunyai keanekaragaman hayati nomor dua di dunia, begitu juga dengan varietas tanaman pangan lokal yang dimiliki memberikan banyak pilihan bagi masyarakat untuk mengembangkannya. Namun untuk keperluan industri pengolahan maka perlu ditentukan jenis varietas yang
[44]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 44
2/15/2013 7:35:37 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
ditanam petani dan sesuai dengan kebutuhan industri yang bersangkutan agar produk olahannya dapat dibuat dengan standar kualitas dan kemasan yang lebih baik.
4. Kurangnya dukungan permodalan untuk produksi maupun untuk pengolahan karena skim kredit yang ada belum dapat digunakan untuk pengembangan bahan baku pangan lokal. Modal merupakan hal yang sangat utama untuk keberlanjutan usaha. Selama ini, para petani dan pengolah tepung yang berbahan baku lokal seperti ubi kayu, sagu, ganyong, dan lain sebagainya merasa kesulitan dalam mengajukan modal kepada lembaga keuangan, seperti perbankan, koperasi maupun fasilitas kredit yang ditawarkan pemerintah lainnya. Kelompok dan jenis usaha yang dilakukan belum cukup meyakinkan lembaga keuangan untuk mendapatkan dana sebagai bantuan modal.
5. Harga bahan baku pangan lokal masih belum stabil dan relatif lebih tinggi daripada harga terigu, sehingga harga produk akhir juga cenderung lebih tinggi. Kontinuitas ketersediaan bahan baku sangat berpengaruh pada harga. Semakin banyak permintaan dan penawaran sedikit, maka harga bahan baku pangan lokal cenderung mahal, begitu pula sebaliknya. Pada musim panen, harga cenderung turun. Kondisi ini menyebabkan fluktuasi harga yang sangat signifikan dan merugikan petani maupun para pelaku usaha dan industri. Untuk itu perlu ada kerjasama kemitraan yang saling menguntungkan antara petani dan pelaku usaha industri pangan untuk menjamin kontinuitas pasokan dan harga yang adil bagi kedua belah pihak.
6. Belum ada jaminan keamanan produk pangan lokal yang dihasilkan Upaya pemerintah dalam memenuhi hak konsumen untuk dapat mengakses produk pangan lokal yang aman hingga saat ini belum dapat terpenuhi karena belum adanya jaminan keamanan produk pangan lokal yang beredar. Padahal, jaminan keamanan
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 45
[45]
2/15/2013 7:35:37 PM
produk pangan merupakan hal yang sangat kompleks, mengingat faktor yang berpotensi sebagai pembawa resiko dapat muncul dalam setiap titik pada rantai pangan, mulai dari produksi, distribusi, dan pengolahan hingga siap untuk dikonsumsi. Faktor keamanan produk pangan dapat dinilai dari sumber resiko dan dampaknya terhadap kesehatan manusia. Secara umum, jaminan keamanan produk pangan harus mampu melindungi masyarakat terutama dari pangan yang tidak aman atau tercemar oleh cemaran kimia, biologi, dan fisik. Namun demikian, sampai dengan saat ini jaminan keamanan produk pangan masih bersifat ”partial”, seperti upaya peningkatan ketersediaan produk Prima 3 dan mengoptimalkan hasil uji terhadap produk pangan (uji terhadap pestisida, mikroba, dan logam berat), belum mengarah kepada kawasan pangan yang aman. Undang-Undang Pangan No. 7 Tahun 1996 yang telah diganti dengan UndangUndang No.18 Tahun 2012 tentang pangan menekankan pentingnya keamanan pangan baik untuk pangan segar, pangan olahan dan pangan siap saji. Kementerian Pertanian bertanggung jawab terhadap pembinaan dan pengawasan keamanan pangan segar (sayur, buah, daging, telur dan susu). Pelaksanaan penanganan keamanan pangan segar mengacu kepada Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan.
C. Peluang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati yang begitu besar termasuk umbi-umbian. Kebanyakan komoditi ini tersedia secara tradisional dan dibudidayakan secara sederhana di lahan kering dan tadah hujan. Di beberapa daerah pangan lokal selain beras sejak dulu telah menjadi pangan pokok seperti sagu dan umbi-umbian di Maluku dan Papua, jagung di Madura, Jawa Timur dan beberapa daerah di Nusa Tenggara serta ubi kayu di daerah pegunungan di Jawa Timur, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Daerah yang memiliki potensi pangan pilihan selain beras dapat dilihat pada Lampiran 2 (Gambar 2.1.–2.4). Pangan lokal memiliki kandungan gizi yang tidak kalah dibandingkan dengan nasi/beras. Kandungan gizi beberapa pangan lokal sebagai berikut:
[46]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 46
2/15/2013 7:35:37 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
1.
Pangan Sumber Karbohidrat
Jagung. Produksi jagung Indonesia terus meningkat. Data BPS menunjukkan dalam periode 1990–2011, produksi jagung meningkat dari 6,73 juta ton menjadi 17,64 juta ton atau
Jagung
peningkatan dengan laju 5,34 persen per tahun. Peningkatan luas areal pertanaman jagung meningkat dari sekitar 3,15 juta ha menjadi 3,86 juta ha, dengan laju 1,49 persen per tahun; dan peningkatan produktivitas dari 2,13 ton/ha menjadi 4,56
Jagung Bose (Pangan Lokal Ntt)
ton/ha atau peningkatan dengan laju 3,74 persen per tahun (Lampiran 3; Tabel 3.1. – 3.2.) Produk pangan olahan dari bahan jagung bukan lagi menjadi bahan pangan yang ‘inferior’, terutama dengan
Skotel Jagung
berkembangnya kesadaran masyarakat akan kesehatan. Produk pangan dari jagung seperti gula jagung dan minyak jagung diyakini dapat menurunkan kadar gula darah dan non kolesterol.
Mie Jagung
Ubi kayu. Sebagai sumber karbohidrat, ubi kayu dapat dikonsumsi dalam bentuk langsung maupun makanan olahan yang berasal dari tepung. Tanaman ubi kayu relatif mudah dibudidayakan, dapat dibudidayakan pada ketinggian dari 0 sampai 1500 m dpl dengan curah hujan antara 750 – 1.000 mm per tahun. Ubi
Ubi kayu
kayu juga dapat diusahakan pada segala jenis tanah asal mempunyai drainase yang baik, dengan
pH tanah yang
dikehendaki antara 4,5 sampai 8,0. Penanaman ubi kayu dilakukan secara monokultur atau tumpangsari dengan tanaman lain. Tiwul
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 47
[47]
2/15/2013 7:35:37 PM
Ubi kayu mempunyai prospek menjadi sumber bahan pangan pilihan dalam diversifikasi pangan, beberapa keunggulan dari ubi kayu ini adalah: a) tanaman ini sudah dikenal dan dibudidayakan secara luas oleh masyarakat pedesaan sebagai bahan pokok dan sebagai bahan cadangan pangan pada musim paceklik; b) masyarakat Pulau Jawa khususnya di Brownies cassava
pedesaan telah terbiasa mengolah dan mengonsumsinya dalam bentuk gatot dan tiwul; c) nilai kandungan gizinya cukup tinggi; dan d) mudah beradaptasi dengan lingkungan atau lahan yang marginal dan beriklim kering. Dalam periode 1990 – 2011, produksi ubi kayu meningkat dari 15,83 juta ton menjadi 24,04 juta ton atau peningkatan dengan laju 2,18 persen per tahun. Peningkatan produksi tersebut
Beras analog
terutama karena kontribusi peningkatan produktivitas. Dalam tahun 1990 - 2011 produktivitas ubi kayu meningkat dengan laju 2,57 persen per tahun yaitu dari 12,07 ton/ha 20,29 ton/ ha; sementara luas areal pertanaman ubi kayu cenderung menurun dari 1,31 juta ha pada tahun 1990 menjadi 1,18 juta ha, atau penurunan dengan laju (0,38) persen per tahun (Lampiran3; Tabel 3.3. – 3.5.).
Ubi jalar
Ubi jalar. Sebagai sumber bahan pangan yang mempunyai potensi tinggi namum belum didayagunakan secara maksimal. Di Indonesia, penggunaan tepung ubi jalar memang belum sebanyak di luar negeri. Kondisi ini merupakan peluang bagi pengembangan ubi jalar. Indonesia termasuk lima besar negara penghasil ubi jalar terbesar di dunia, dengan produksi 2 juta ton per tahun.
Bebilar (beras ubi jalar)
[48]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 48
2/15/2013 7:35:37 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
Produksi ubi jalar terus meningkat, pada tahun 1990 – 2011 produksi ubi jalar Indonesia meningkat dari 1,97 juta ton menjadi 2,19 juta ton atau peningkatan dengan laju 0,82 persen per tahun.
Peningkatan produksi tersebut terjadi
terutama karena kontribusi peningkatan produktivitas, yaitu peningkatan sebesar 1,30 persen per tahun, dari produktivitas sebasar 9,44 ton per hektar di tahun 1990 menjadi 12,32 ton
Roll cake ubi ungu
per hektar. Sementara luas panen ubi kayu nasional justru cenderung menurun. Dalam tahun 1990-2011 luas panen menurun dari 208,73 ribu hektar menjadi 178,12 ribu hektar (Lampiran 3; Tabel 3.6. – 3.7.). Talas. Tanaman pangan yang bersifat menahun. Talas bisa dijumpai hampir di seluruh kepulauan dan tersebar dari tepi pantai sampai pegunungan yang terletak 1.000 – 1.300 m di
Es krim ubi jalar ungu
atas permukaan laut baik liar maupun dibudidayakan. Saat ini daerah yang dikenal sebagai sentra Talas adalah Bogor, Banten dan Malang. Beberapa jenis talas yang dapat dikonsumsi telah dikenal seperti talas sutera, talas bentul, talas ketan, talas paris, talas loma, talas pandan, talas lampung, talas mentega, talas gambir atau talas hideung (Sunda = hitam). Tanaman talas relatif mudah ditanam di hampir semua jenis
Talas
tanah dan juga dapat ditumpangsarikan. Budidaya tanaman talas dapat menghasilkan produksi yang baik pada lingkungan bersuhu 21° C -27° C, kelembaban udara 50% - 90%, adanya sinar matahari langsung, dan curah hujan 2.000 mm/tahun. Pada kondisi optimal, hasil produksi dapat mencapai 10 ton/ hektar. Di sisi lain, di samping dikonsumsi sebagai makanan pokok dan makanan tambahan karena mengandung karbohidrat tinggi, protein, lemak, dan vitamin, tanaman yang
Perkedel talas
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 49
[49]
2/15/2013 7:35:37 PM
mengandung asam perusi atau asam biru ini, juga memiliki nilai ekonomi tinggi. Dalam perkembangannya, talas bukan lagi makanan inferior, dalam bentuk tepung bahan baku talas dapat dibuat produk makanan bernilai tinggi. Sagu. Sumber bahan pangan lain yang yang telah dimanfaatkan di beberapa daerah di Indonesia adalah sagu (Metroxylon sp). Bersadarkan data dari berbagai sumber yang dirangkum Bintoro (2000), taksiran luas area sagu di Indonesia berkisar 4.376.829 Ha, seperti terangkum dalam Lampiran 3 (Tabel 3.8.). Dibandingkan dengan tanaman penghasil karbohidrat lain, keunggulan utama tanaman sagu adalah produktivitasnya tinggi. Produksi sagu yang dikelola dengan baik dapat mencapai 25 ton pati kering/ha/tahun. Produktivitas ini setara dengan tebu, namun lebih tinggi dibandingkan dengan ubi kayu dan kentang dengan produktivitas pati kering 10-15 ton/ha/tahun. Sagu tumbuh baik pada lahan marginal seperti gambut, rawa, payau atau lahan tergenang di mana tanaman lain tidak mampu tumbuh.
Tabel 7. Kandungan Gizi Beberapa Pangan Lokal Sumber Karbohidrat Zat Gizi No
Bahan Pangan
Energi (kkal)
Protein (gr)
Lemak (gr)
Abu (gr)
Kh (gr)
Air (gr)
BDD (%)
I.
Padi-padian
1
Beras
360
6.8
0.7
78.9
-
13.0
100
2
Gandum lokal c)
360
13.4
1.6
73.0
1.4
10.6
100
3
Jawawut/sokuia)
334
9.7
3.5
73.4
-
11.9
100
4
Sorghum/lenab)
395
20.3
8.73
58.8
6.6
5.6
100
5
Sorghum Jagung Rote b)
385
10.6
7.4
69.0
1.1
11.9
100
6
Hermada (tepung) b)
367
2.4
1.5
86.0
1.2
9.0
100
7
Hotong (hotoburu) b)
366
9.9
3.6
73.4
2.4
10.7
100
8
Jali/nyolaia)
289
11.0
4.0
61.0
-
-
90
9
Jagung Kuning Pipila)
366
9.8
7.3
69.1
2.4
11.5
100
374
5.42
0.3
71.8
2.6
19.8
100
Berasan: 10
Beras Jagung Instan – Semarang Jateng b) Tepung:
[50]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 50
2/15/2013 7:35:37 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
Lanjutan Tabel 7. Zat Gizi No
11
Bahan Pangan
Tepung Jagung b)
Energi (kkal)
Protein (gr)
Lemak (gr)
Abu (gr)
Kh (gr)
BDD (%)
Air (gr)
374
7.0
4.2
77.1
1.4
10.3
100
II.
Umbi-umbian
A
Ubi Kayu
10
Ubi kayu putih a)
146
1.2
0.3
34.7
-
62.5
75
11
Ubi kayu kuning a)
157
0.6
0.3
37.9
-
60.0
75
Berasan : 12
Beras Singkong (Rasi) b)
359
1.4
0.9
86.5
1.9
7.8
100
13
Beras Aruk b)
353
0.6
0.8
85.9
0.2
12.5
100
14
Beras Kufu
342
2.3
0.1
83.1
-
-
100
15
Oyek a)
342
2.3
0.1
83.1
-
-
100
16
Tiwul
363
1.1
0.5
88.2
-
-
100
352
1.3
1.1
84.1
1.3
12.2
100
Lempengan : 17
Jeppa b) Tepung/pati :
18
Iluy mentah b)
352
6.2
1.3
79.0
1.1
12.4
100
19
Tepung kasava
363
1.1
0.5
88.2
-
-
100
20
Tapioka (pati singkong)
362
0.5
0.3
86.9
-
-
100
350
0.4
0.9
85.0
0.3
13.3
100
123
1.8
0.7
27.9
-
-
86
Mie : 21
Mie bendo b)
B
Ubi Jalar
22
Ubi jalar a) Tepung :
23
Tepung ubi jalar ungu d)
375
3.0
0.55
89.5
-
-
100
24
Tepung ubi jalar kuning d)
375
2.5
0.6
90.0
-
-
100
25
Tepung ubi jalar putih d(
371
4.0
0.35
88.0
-
-
100
118
2.5
0.7
25.4
0.8
70.5
-
95
1.0
0.11
22.6
-
75.0
-
356
1.0
1.53
84.6
0.23
16.6
100
Mie : 26
Mie telo Bentuk segar :
27
Ubi banggai b)
C
Ganyong Segar :
28
Ganyong (umbi) Tepung :
29
Tepung ganyong Mie :
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 51
[51]
2/15/2013 7:35:37 PM
Lanjutan Tabel 7. Zat Gizi No
Bahan Pangan
30
Mie ganyong b)
D
Sagu
Energi (kkal)
Protein (gr)
Lemak (gr)
Abu (gr)
Kh (gr)
BDD (%)
Air (gr)
341
1.1
0.85
82.1
0.4
15.6
100
364
0.6
0.8
88.6
0.9
9.1
100
353
0.7
0.2
84.7
-
14.0
100
Berasan : 31
Sagu rendang b) Tepung :
32
Tepung sagu a) Mie :
33
Mie sagu kering b)
382
4.5
0.98
88.9
1.6
4.0
100
34
Mie sagu basah
152
0.9
5.6
24.4
1.6
4.0
100
35
Soun sagu b)
385
2.5
1.4
90.5
1.2
4.4
100
349
0.8
0.6
85.8
1.4
11.4
-
355
0.7
0.2
85.2
-
-
100
376
3.4
0.8
88.7
1.4
5.7
100
100
0.9
0.3
23.5
0.9
74.4
100
Lainnya: 36 E
Sagu mentah kerug b) Garut Tepung :
37
Tepung garut a)
F
Talas Tepung :
38
Tepung talas
G
Gadung Segar :
39 III
Gadung a) Buah Segar : Bakau
40
Buah bakau b)
371
4.2
1.5
85.1
3.9
5.3
-
41
Buah bakau (NTT) b)
319
25.4
0.5
63.6
1.3
9.1
-
42
Bakau segar (NTT) b)
155
11.9
2.4
26.5
1.0
58.2
-
43
Bakau segar (Halmahera) b)
147
10.5
2.0
26.5
1.2
59.9
-
44
Tepung buah bakau b)
367
4.3
1.1
85.0
2.1
7.6
100
45
Tepung buah bakau NTT b)
269
22.2
0.67
52.4
1.4
24.3
-
46
Tepung buah bakau Halmahera b)
267
22.8
0.57
51.7
1.3
23.7
-
Tepung :
[52]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 52
2/15/2013 7:35:38 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
Lanjutan Tabel 7. Zat Gizi No
IV
Bahan Pangan
Energi (kkal)
Protein (gr)
Lemak (gr)
Kh (gr)
Abu (gr)
Air (gr)
BDD (%)
Komposit Tepung :
47
Tepung sijalejo
48
Tepung jalejo b)
366
19.1
2.5
66.9
2.4
9.
100
Mie : 49
Mie kering jalejo b)
369
14.4
1.6
74.3
1.5
8.2
100
50
Mie jalejo+bayam (kering)b)
362
13.7
2.1
72.2
1.4
10.6
100
51
Mie jalejo+wortel (kering)b)
369
14.2
2.0
73.4
1.5
8.9
100
52
Mie basah jalejo b)
193
7.9
0.9
38.4
0.8
52.1
100
53
Mie jalejo+bayam (basah) b)
199
7.7
1.1
39.5
0.8
51.0
100
54
Mie jalejo+wortel (basah) b)
197
7.4
1.1
39.3
0.8
51.4
100
Keterangan: Sumber a) Berdasarkan DKBM, Depkes b) Hasil analisis lab. Fisik Terpadu, GMSK, IPB c) Hasil analisis laboratorium Teknologi Pangan dan Gizi, IPB d) Laboratorium Bogasari
Nasi goreng talas
Soun sagu
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 53
[53]
2/15/2013 7:35:38 PM
Kapurung
Cookies talas
Sagu
Papeda
2.
Pangan Sumber Protein
Pangan sumber protein hewani memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pemenuhan konsumsi pangan dan gizi terutama dalam pencapaian skor PPH. Namun demikian, tingkat konsumsi kelompok pangan hewani tahun 2011 sebesar 95.9 gram/kapita/hari, masih kurang dibandingkan standar konsumsi ideal sebesar 150 gram/kapita/hari. Apabila dilihat tingkat konsumsi per komoditas untuk pangan hewani yang terdiri dari daging ruminansia, daging unggas, telur, susu dan ikan, sebagai berikut: VV Daging ruminansia sebesar 5,5 gram/kap/hari (standar 8,6 gram/kap/hari) VV Daging unggas sebesar 13,0 gram/kap/hari (standar 18,7 gram/kap/hari) VV Telur sebesar 19,6 gram/kap/hari (standar 28,8 gram/kap/hari) VV Susu sebesar 5,7 gram/kap/hari (standar 6,6 gram/kap/hari) VV Ikan sebesar 51,9 gram/kap/hari (standar 87,3 gram/kap/hari)
[54]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 54
2/15/2013 7:35:38 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
Dari data tersebut terlihat bahwa konsumsi pangan hewani masyarakat Indonesia masih rendah, kurang lebih dua per tiga dari standar kebutuhan konsumsi pangan hewani. Komposisi kandungan gizi beberapa pangan hewani dapat dilihat pada daftar berikut:
Tabel 8. Komposisi Zat Gizi Beberapa Pangan Hewani Zat Gizi No
Bahan Pangan
Energi (kkal)
Protein (gr)
Lemak (gr)
Kh (gr)
12,0
0,0
BDD (%)
1
Daging Anak Sapi
190,0
19,1
100,0
2
Daging Asap
191,0
32,0
6,0
0,0
100,0
3
Daging Babi Gemuk
457,0
11,6
45,0
0,0
100,0
4
Daging Babi Kurus
376,0
14,1
35,0
0,0
100,0
5
Daging Domba
206,0
17,1
14,8
0,0
100,0
6
Daging Kambing
154,0
16,6
9,2
0,0
100,0
7
Daging Kerbau
84,0
18,7
0,5
0,0
100,0
8
Daging Kuda
118,0
18,1
4,1
0,9
100,0
9
Daging Sapi
207,0
18,8
14,0
0,0
100,0
10
Daging Ayam
302,0
18,2
25,0
0,0
58,0
11
Telur Ayam
162,0
12,8
11,5
0,7
90,0
12
Telur Bebek (Itik)
189,0
13,1
14,3
0,8
90,0
13
Telur Penyu
144,0
12,0
10,2
0,0
90,0
14
Ikan Bandeng
129,0
20,0
4,8
0,0
80,0
15
Ikan Bawal
96,0
19,0
1,7
0,0
80,0
16
Ekor Kuning
109,0
17,0
4,0
0,0
80,0
17
Ikan Mas
86,0
16,0
2,0
0,0
80,0
18
Ikan Segar
113,0
17,0
4,5
0,0
80,0
19
Susu Sapi
61,0
3,2
3,5
4,3
100,0
20
Susu Kambing
64,0
4,3
2,3
6,6
100,0
Sumber: Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM-Depkes, 1995)
Apabila dilihat dari produksi, komoditas pangan tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan tetapi karena faktor daya beli dan pendapatan sehingga akses terhadap pangan hewani masih rendah. Data produksi dapat dilihat pada tabel berikut :
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 55
[55]
2/15/2013 7:35:38 PM
[56]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 56
2/15/2013 7:35:38 PM
1.813,0
44.104,9 1.339.939,9
1.382.142,4
Jumlah 567.683,4
944.136,0 207.534,4
Telur Ayam Ras Petelur
Telur Itik
646.952,3
1.323.605,4
200.988,4
955.999,0
166.618,0
1.380.534,4
30.980
1.018.734,0
57.274,0
942.784,0
58.162,0
756.188.5 273.546.4
230.472,0
Susu
47.028,5 209.777,0
294.889,0
Telur Ayam Buras
Telur
Jumlah
Daging Itik
Daging Ayam Ras Pedaging
Daging Ayam Ras Petelur
Daging Ayam
Daging Unggas
729.583,7
1.974,7
Jumlah
Daging Kuda
56.852,0 225.906,0
Daging Domba
Daging Babi
66.027,0
39.032,0
41.757,0 63.615,0
Daging Kerbau
392.511,0
2008
339.479,0
2007
Daging Kambing
Daging Sapi
Daging Ternak
Komoditas
Ket : *) Data Sementara **) Pertumbuhan Tahun 2011
4
3
2
1
No.
Tabel 9. Perkembangan Produksi Daging, Telur, dan Susu
827.249,2
1.306.867,3
236.427,4
909.519,3
160.920,6
1.430.327,7
25.781,8
1.101.765,5
55.055,4
247.725,0
773.962,1
1.799,3
200.117,8
54.265,0
73.825,3
34.644,9
409.309,8
2009
Produksi (Ton)
909.532,8
1.366.200,7
245.037,8
945.635,1
175.527,8
1.565.684,8
25.999,1
1.214.339,0
57.711,6
267.635,1
799.989,4
1.974,4
211.992,6
44.865,1
68.792.9
35.912.1
436.452.3
2010
925.775,0
1.432.188,6
265.788,8
986.794,5
179.605,3
1.642.863.4
29.180.2
1.270.438,0
60.110,1
283.135,0
825.361,4
1.822,1
204.588,0
44.946,1
70.715,1
37.467,6
465.822,5
2011 *)
1,79
4,83
8,47
4,35
2,32
4,93
12.24
4,62
4,16
5,79
3,17
(7,71)
(3,49)
0,18
2,79
4,33
6,73
Pertumbuhan (%) **)
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
Daging ternak. Produksi daging ruminansia yang terdiri dari daging sapi, daging kerbau, daging kambing, daging domba, daging kuda dan daging babi, pada tahun 2011 sebesar 825.361,38 ton mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2010 sebesar 799.989,45 ton, atau sekitar 3,17 persen. Peningkatan terbesar adalah komoditas daging sapi. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah
Daging ternak
untuk mencapai swasembada daging sapi dan kerbau tahun 2014. Daging Unggas. Produksi daging unggas yang terdiri dari daging ayam, daging ayam ras petelur, daging ayam ras pedaging dan daging itik, pada tahun 2011 sebesar 1.642.863,41 ton mengalami peningkatan dibandingkan
Daging unggas
tahun 2010 sebesar 1.565.684,81 ton, atau sekitar 4,93 persen. Peningkatan terbesar adalah komoditas daging itik. Telur. Produksi telur yang terdiri dari telur ayam buras, telur ayam ras petelur dan telur itik, pada tahun 2011 sebesar 1.432.188,59 ton mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2010 sebesar 1.366.200,71 ton, atau sekitar 4,83
Telur
persen. Peningkatan terbesar adalah komoditas telur itik. Susu. Produksi susu pada tahun 2011 sebesar 925.775,05 ton mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2009 sebesar 909.532,82 ton, atau sekitar 1,79 persen.
3.
Pangan Sumber Vitamin dan Mineral
Sayuran dan buah merupakan pangan sumber vitamin dan
Susu
mineral. Berdasarkan data statistik pertanian hortikultura 2011, selama tahun 2007-2009 produksi sayuran nasional
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 57
[57]
2/15/2013 7:35:40 PM
meningkat dari 9,45 juta ton menjadi 10,63 juta ton dengan laju kenaikan sebesar 6,02 persen per tahun. Adapun produksi buah-buahan pada tahun 2007 – 2009 meningkat dari 17,12 juta ton menjadi 18,66 juta ton dengan laju kenaikan sebesar 4,40 persen. Sayuran yang memberikan sumbangan produksi terbesar terhadap total produksi sayuran di Indonesia sebanyak 5 (lima) jenis tanaman sayuran yaitu kol/kubis (12,78 %), kentang (11,07%), bawang merah (9,08%), tomat (8,03%) dan cabe besar (7,41%), sedangkan komponen sayuran lainnya (20 jenis sayuran lainnya yaitu bawang putih, bawang daun, lobak, sawi, wortel, kacang merah, kembang kol, cabe rawit, paprika, terung, buncis, ketimun, labu siam, kangkung, bayam, kacang panjang, jamur, melinjo, petai dan jengkol), persentase produksinya masing-masing kurang dari enam persen dari produksi sayuran di Indonesia. Kol/Kubis. Produksi sayuran terbesar adalah pada tanaman kol/kubis yaitu sebesar 1.358.113 ton atau 12,78 persen dari total produksi sayuran di Indonesia. Sentra produksi kol/kubis terbesar berada di Pulau Jawa, dengan produksi sebesar 845.003 ton, atau sekitar 62,22 persen dari total produksi kubis nasional. Apabila dilihat per provinsi, maka Jawa Kol/kubis
Tengah merupakan penghasil kol/kubis terbesar yaitu 348.616 ton atau sekitar 25,67 persen dari total produksi kol/kubis secara nasional, diikuti dengan Jawa Barat dan Jawa Timur. Provinsi penghasil kol/ kubis terbesar di luar Jawa adalah Sumatera Utara dengan produksi 210.239 ton atau sekitar 15,48 persen dari total produksi kol/kubis nasional, dan diikuti oleh Sumatera Barat.
Kentang
Kentang. Produksi tanaman kentang menempati urutan kedua dengan menyumbangkan produksi
[58]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 58
2/15/2013 7:35:41 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
sebesar 1.176.304 ton atau sekitar 11,07 persen dari total produksi sayuran nasional. Sentra produksi kentang terbesar juga berada di Pulau Jawa dengan produksi 735.359 ton atau sekitar 62,51 persen dari seluruh produksi kentang nasional. Provinsi penghasil kentang terbesar adalah Jawa Barat dengan produksi sebesar 320.542 ton atau sebesar 27,25 persen dari seluruh produksi kentang di Indonesia, diikuti oleh Jawa Tengah dan Jawa Timur, sedangkan provinsi penghasil kentang terbesar di luar Jawa adalah Sulawesi Utara dengan produksi sebesar 142.109 ton atau sekitar 12,08 persen dari total produksi kentang nasional diikuti oleh Sumatera Utara. Bawang Merah. Tanaman bawang merah memberikan kontribusi produksi sebesar 965.165 ton atau sekitar 9,08 persen terhadap produksi sayuran nasional. Sentra produksi bawang merah di Indonesia adalah Pulau Jawa dengan total produksi sebesar 732.233 ton atau sekitar 75,87 persen dari total produksi bawang merah nasional. Provinsi penghasil bawang merah terbesar adalah Jawa Tengah dengan produksi 406.725 ton atau sebesar 42,14 persen dari total produksi bawang merah nasional, diikuti
Bawang merah
Jawa Timur dan Jawa Barat. Provinsi penghasil bawang merah terbesar di luar Jawa adalah Nusa Tenggara Barat, dengan produksi sebesar 133.945 ton atau sekitar 13,88 persen dari total produksi bawang merah nasional diikuti oleh Sumatera Barat. Tomat. Tanaman tomat memberikan kontribusi produksi sebesar 853.061 ton atau sekitar 8,03 persen terhadap produksi sayuran nasional. Sentra produksi tomat di
Tomat
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 59
[59]
2/15/2013 7:35:43 PM
Indonesia adalah Pulau Jawa dengan total produksi sebesar 432.787 ton atau sekitar 50,73 persen dari total produksi tomat nasional. Provinsi penghasil tomat terbesar adalah Jawa Barat dengan produksi 309.653 ton atau sebesar 36,30 persen dari total produksi tomat nasional, diikuti Jawa Tengah dan Jawa Timur. Provinsi penghasil tomat terbesar di luar Jawa adalah Sumatera Utara dengan produksi sebesar 90.147 ton atau sekitar 10,57 persen dari total produksi tomat nasional, diikuti oleh Sulawesi Utara. Cabe Besar. Cabe besar memberikan kontribusi produksi sebesar 787.433 ton atau sekitar 7,41 persen terhadap produksi sayuran nasional. Sentra produksi cabe besar di Indonesia adalah Pulau Jawa dengan total produksi sebesar 434.219 ton atau sekitar 55,14 persen dari total produksi cabe besar nasional. Provinsi penghasil cabe besar terbesar adalah Jawa Barat dengan produksi 209.265 ton atau sebesar 26,58 persen dari total produksi cabe besar nasional, diikuti Jawa Tengah dan Jawa Timur. Provinsi
Cabai besar
penghasil cabe besar terbesar di luar Jawa adalah Sumatera Utara dengan produksi sebesar 124.422 ton atau sekitar 15,80 persen dari total produksi cabe besar nasional, diikuti oleh Bengkulu. Buah yang diinventarisir dan dikumpulkan berdasarkan statistik pertanian hortikulltura tahun 2009 sebanyak 26 jenis komoditas. Lima komoditas buah yang memberikan sumbangan produksi terbesar terhadap total produksi buah di Indonesia adalah pisang, mangga, jeruk siam/ keprok, nenas dan rambutan dengan kontribusi masingmasing sebesar 34,17 persen, 12,03 persen, 10,86 persen,
[60]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 60
2/15/2013 7:35:43 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
8,35 persen, dan 5,29 persen, sedangkan 21 jenis komoditas lainnya memberikan kontribusi kurang dari lima persen dari total produksi buah di Indonesia. Pisang. Buah pisang dengan produksi sebesar 6.373.533 ton atau sekitar 34,17 persen dari total produksi buah di Indonesia memberikan kontribusi terbesar untuk produksi buah nasional. Sentra produksi pisang terbesar berada di Pulau Jawa dengan total produksi sebesar 3.650.455 ton atau sekitar 57,28 persen dari total produksi pisang nasional. Provinsi penghasil pisang terbesar adalah Jawa Barat dengan produksi 1.415.694 ton atau sekitar 22,21 persen dari total produksi pisang nasional, diikuti Jawa Timur dan
Pisang
Jawa Tengah. Provinsi penghasil pisang terbesar di luar Jawa adalah Lampung dengan produksi sebesar 681.875 ton atau sekitar 10,70 persen dari total produksi pisang nasional, diikuti oleh Sumatera Utara. Mangga. Buah mangga dengan produksi sebesar 2.243.440 ton atau sekitar 12,03 persen dari total produksi buah nasional memberikan kontribusi kedua terbesar untuk produksi buah nasional. Sentra produksi mangga terbesar berada di Pulau Jawa dengan total produksi sebesar 1.584.774 ton atau
Mangga
sekitar 70,64 persen dari total produksi mangga nasional. Provinsi penghasil mangga terbesar adalah Jawa Timur dengan produksi 694.314 ton atau sekitar 30,95 persen dari total produksi mangga nasional, diikuti Jawa Tengah dan Jawa Barat. Provinsi penghasil mangga terbesar di luar Jawa adalah Nusa Tenggara Timur dengan produksi sebesar 155.999 ton atau sekitar 6,95 persen dari total produksi mangga nasional, diikuti oleh Sulawesi Selatan.
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 61
[61]
2/15/2013 7:35:45 PM
Jeruk Siam/Keprok. Urutan ketiga yang memberikan kontribusi terbesar pada produksi buah nasional adalah jeruk siam/keprok dengan produksi sebesar 2.025.840 ton atau sekitar 10,86 persen dari total produksi buah di Indonesia. Sentra produksi jeruk terbesar berada di luar Jawa dengan total produksi sebesar 1.633.861 ton atau sekitar 80,65 persen dari total produksi jeruk siam/keprok nasional. Provinsi penghasil jeruk siam/keprok terbesar adalah Sumatera Utara dengan produksi 724.828 ton atau sekitar 35,78 persen dari total produksi jeruk siam/keprok nasional, diikuti Kalimantan Barat, Bali dan Sulawesi Barat. Provinsi penghasil jeruk siam/keprok terbesar di Jawa adalah Jawa Timur dengan produksi sebesar 342.422 ton atau sekitar 16,90 persen dari total produksi jeruk siam/ keprok nasional. Jeruk siam
Nenas. Buah nenas dengan produksi sebesar 1.558.196 ton atau sekitar 8,35 persen dari total produksi buah di Indonesia menempati urutan keempat dalam memberikan kontribusi terbesar untuk produksi buah nasional. Sentra produksi nenas terbesar berada di Pulau Jawa dengan menempatkan Jawa Barat sebagai sentra utama dengan produksi sebesar 465.802 ton atau sekitar 29,89 persen dari total produksi nenas nasional. Provinsi penghasil nenas terbesar adalah Jawa Barat dengan produksi 1.415.694
Nenas
ton atau sekitar 22,21 persen dari total produksi pisang nasional. Provinsi penghasil nenas terbesar di luar Jawa adalah Lampung dengan produksi sebesar 442,431 ton atau sekitar 28,39 persen dari total produksi nenas nasional, diikuti oleh Sumatera Selatan, Sumatera Utara, dan Jambi.
[62]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 62
2/15/2013 7:35:46 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
Rambutan
Rambutan. Rambutan dengan produksi sebesar 986.841 ton atau sekitar 5,29 persen dari total produksi buah di Indonesia merupakan komoditas kelima yang memberikan kontribusi terbesar untuk produksi buah nasional. Sentra produksi rambutan terbesar berada di Pulau Jawa dengan menempatkan Jawa Barat sebagai sentra terbesar dengan produksi sebesar 275.238 ton atau sekitar 27,89 persen dari total produksi rambutan nasional diikuti Jawa Timur dan Jawa Tengah. Sumatera Utara merupakan provinsi penghasil rambutan terbesar di luar Pulau Jawa dengan produksi 60.153 ton atau sekitar 6,10, diikuti oleh Kalimantan Tengah. Data selengkapnya produksi tanaman sayur dan tanaman buah seperti pada Lampiran 4 (Tabel 4.1 – 4.4). Komposisi kandungan gizi beberapa pangan sumber vitamin mineral dapat dilihat pada daftar berikut:
4. Peluang pengembangan produk melalui Public Private Partnership Dalam upaya pengembangan pangan lokal di Indonesia sudah saatnya mengoptimalkan peran swasta secara intensif melalui mekanisme public private partnership seperti pada pembangunan infrastruktur. Posisi bisnis dan industri pangan sangat strategis dalam mendukung keberhasilan diversifikasi pangan,
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 63
[63]
2/15/2013 7:35:47 PM
Tabel 10. Komposisi Zat Gizi Beberapa Jenis Sayuran dan Buah-buahan Zat Gizi No
Bahan Pangan
Energi (kkal)
Protein (gr)
Lemak (gr)
Kh (gr)
BDD (%)
1
Kool Merah, Kool Putih
24,0
1,4
0,2
5,3
75,0
2
Kentang
83,0
2,0
0,1
19,1
85,0
3
Bawang Putih
95,0
4,5
0,2
23,1
88,0
4
Tomat Masak
20,0
1,0
0,3
4,2
95,0
5
Cabe Merah Besar, Segar
31,0
1,0
0,3
7,3
85,0
6
Pisang Ambon
99,0
1,2
0,2
25,8
75,0
7
Mangga Harum Manis
46,0
0,4
0,2
11,9
65,0
8
Jeruk Manis
45,0
0,9
0,2
11,2
72,0
9
Nanas
52,0
0,4
0,2
13,7
53,0
10
Rambutan
69,0
0,9
0,1
18,1
40,0
oleh sebab itu keterlibatan swasta merupakan suatu keharusan dalam percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal. Mengingat cukup besarnya potensi pangan lokal yang ada, sudah saatnya pemanfaatannya dioptimalkan sebagai sumber karbohidrat selain beras dan terigu. Sejauh ini potensi pangan lokal yang ada di Indonesia pengelolaannya masih terbatas pada skala industri rumah tangga atau UKM saja, belum pada skala ekonomis. Kondisi ini menyebabkan produk olahan pangan lokal belum mampu bersaing dengan beras dan terigu, karena harganya masih lebih tinggi akibat dari biaya produksi yang belum efisien. Dengan adanya program pemerintah untuk menganekaragamkan pangan sumber karbohidrat selain beras dan terigu, diharapkan dapat membuka peluang untuk pengembangan pangan lokal dalam skala yang lebih ekonomis melalui penciptaan nilai tambah. Dengan kata lain nilai tambah yang diciptakan harus dapat menimbulkan tarikan teknologi untuk menumbuhkan kegiatan ekonomi yang mengakar kepada potensi yang ada. Untuk itu inovasi yang terus menerus yang selaras dengan tuntutan pasar dan kebutuhan konsumen merupakan kunci sukses pendekatan ini. Hanya dengan cara inilah tuntutan pasar akan berjalan seiring dengan kemajuan produsen dan memberikan manfaat yang optimal untuk seluruh pihak. Introduksi teknologi dalam pengembangan produk-produk bernilai
[64]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 64
2/15/2013 7:35:47 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
tambah diharapkan dapat memperluas pilihan pemenuhan bahan pangan masyarakat Indonesia pada satu sisi dan dapat
Potensi
menumbuhkan kegiatan ekonomi lokal pada sisi yang lain.
Penganekaragaman Kebutuhan bahan baku pangan lokal untuk industri pangan Indonesia cukup besar, sehingga diperlukan program
Pangan VV
Kekayaan biodiversitas
pengembangan tanaman pangan lokal secara terpadu dan
pangan nabati dan hewani
secara konsisten dengan melibatkan masyarakat setempat.
yang cukup besar dan
Mekanisme kerjasama kemitraan antara petani produsen,
beragam. VV
industri pengolah/pelaku usaha dan lembaga penelitian/
dikembangkan ke arah yang
perguruan tinggi (sebagai pemasok teknologi), harus dijalin secara sinergis dan saling menguntungkan.
Makanan tradisional dan spesifik lokasi dapat lebih komersial.
VV
Teknologi pengolahan pangan makin berkembang untuk memproduksi bahan pangan yang siap saji dan siap konsumsi.
PEMERINTAH
VV
Tumbuhnya LSM dan kelompok masyarakat lainnya yang bergerak dalam bidang pangan dan
LEMBAGA RISET
PELAKU USAHA
gizi.
Mekanisme kerjasama kemitraan antara pemerintah, lembaga riset, dan pelaku usaha
***
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 65
[65]
2/15/2013 7:35:47 PM
Tujuan dan Sasaran
4 A. Tujuan Secara umum tujuan kebijakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal adalah memfasilitasi dan mendorong terwujudnya pola konsumsi yang beragam, bergizi seimbang dan aman secara lebih cepat yang berdasarkan Perpres Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan diindikasikan dengan skor PPH 95 pada tahun 2015. Tujuan khusus percepatan penganekaragaman konsumsi pangan adalah mendorong tercapainya: VV Peningkatan permintaan masyarakat terhadap aneka pangan baik pangan segar, olahan maupun siap saji melalui proses internalisasi pentingnya penganekaragaman pangan kepada seluruh komponen masyarakat termasuk aparat, yang meliputi peningkatan pengetahuan dan kesadaran gizi seimbang sejak usia dini, pengembangan kegiatan pemberdayaan ekonomi rumah tangga, dan promosi serta gerakan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal. VV Peningkatan ketersediaan aneka ragam pangan segar dan olahan melalui pemanfaatan pekarangan, dan pengembangan bisnis dan industri pengolahan aneka pangan sumber karbohidrat selain beras dan selain terigu, sumber protein nabati dan hewani, serat, vitamin dan mineral yang berbasis sumber daya lokal, aman terjangkau, dapat diterima secara sosial, ekonomi dan budaya, serta mampu menggerakkan pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
[66]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 66
2/15/2013 7:35:47 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
VV Penguatan dan peningkatan partisipasi pemerintah daerah dalam pengembangan dan pelaksanaan program percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal serta dalam menggerakkan mitra kerja setempat baik industri melalui program CSR maupun lembaga swadaya masyarakat dalam mobilisasi sosial maupun penggerakan sumberdaya lainnya.
B. Sasaran 1.
Sasaran berdasarkan Permentan 43 tahun 2009 Sasaran kuantitatif percepatan diversifikasi konsumsi pangan adalah tercapainya pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman dengan indikasi tercapainya skor PPH rata-rata nasional sebesar 95,0 pada tahun 2015 sesuai dengan target di dalam Peraturan Presiden Nomor 22 tahun 2009 dan Permentan Nomor 43 tahun 2009. Target pencapaian skor PPH pada tahun 2015 sebesar 95.0 dapat dicapai dengan laju peningkatan skor sebesar 1,7 persen setiap tahunnya (dengan model interpolasi linier). Melalui peningkatan tersebut diharapkan pada tahun 2010 dapat mencapai skor PPH sebesar 86.4 dan pada tahun 2011 diharapkan dapat mencapai skor 88,1. Namun dilihat dari kondisi aktual perkembangan konsumsi pangan nasional pada tahun 2010, skor PPH baru mencapai skor 77,5. Kondisi yang masih jauh dari harapan ini membutuhkan upaya sinergitas lintas sektor agar target percepatan penganekaragaman konsumsi pangan dapat tercapai. Sasaran target capaian skor PPH hingga tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 11.
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 67
[67]
2/15/2013 7:35:47 PM
Tabel 11. Sasaran Skor Pola Pangan Harapan Tahun 2010-2015 No
Kelompok Pangan
1
Padi-padian
2
Umbi-umbian
3
Pangan Hewani
4
Minyak dan Lemak
5
Buah/Biji Berminyak
6 7
Angka Kecukupan Gizi 2010
2011
2012
2013
2014
2015
% per Tahun
54.9
53.9
52.9
51.9
51.0
50.0
(1.7)
5.0
5.2
5.4
5.6
5.8
6.0
4.2
9.6
10.1
10.6
11.1
11.5
12.0
5.7
10.1
10.1
10.1
10.0
10.0
10.0
(0.2)
2.8
2.9
2.9
2.9
3.0
3.0
1.1
Kacang-kacangan
4.3
4.4
4.6
4.7
4.9
5.0
3.7
Gula
4.9
4.9
5.0
5.0
5.0
5.0
0.3
8
Sayur dan Buah
5.2
5.4
5.5
5.7
5.8
6.0
3.4
9
Lain-lain
2.9
2.9
2.9
2.9
3.0
3.0
1.0
AKG
99.7
99.8
99.8
99.9
99.9
100.0
Skor PPH
86.4
88.1
89.8
91.5
93.3
95.0
Sumber : Susenas 2002, BPS, diolah BKP
2.
Sasaran Skor PPH sampai dengan Tahun 2015 Dalam perkembangan pencapaian skor Pola Pangan Harapan (PPH) selama tahun 2009 - 2011, terdapat kesenjangan yang cukup besar dibandingkan target di dalam Permentan Nomor 43 Tahun 2009. Sasaran dan realisasi skor PPH tahun 2009 – 2011 dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Sasaran dan Realisasi Skor Pola Pangan Harapan , Tahun 2009 – 2011
[68]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 68
2/15/2013 7:35:47 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
Mengingat pencapaian tersebut yang sangat lambat, dilakukan penyesuaian target pencapaian skor PPH. Target pencapaian Pola Pangan Harapan dengan skor 95 kemudian dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi ke X Tahun 2012 ditetapkan bahwa PPH 95 ditargetkan untuk dicapai Tahun 2025 sehingga lebih realistis. Target pencapaian skor PPH selama tahun 2011 - 2015 disesuaikan seperti pada Tabel 12. Sasaran konsumsi pangan secara kuantitatif tahun 2011 – 2015 terdapat dalam Tabel 13.
Tabel 12. Target Skor Pola Pangan Harapan 2011-2015 (Susenas 2010) No
Kelompok Pangan
2010
1
Padi-padian
2
Umbi-umbian
3
Pangan Hewani
4
Minyak dan Lemak
10,1
10,1
10,1
10,1
10,1
10,1
5
Buah/Biji Berminyak
1,8
1,8
1,9
1,9
1,9
2,0
6
Kacang-kacangan
2,9
2,9
3,0
3,1
3,1
3,2
7
Gula
4,2
4,2
4,3
4,3
4,3
4,3
8
Sayur dan Buah
4,3
4,3
4,4
4,4
4,5
4,5
9
Lain-lain
1,8
1,9
1,9
1,9
2,0
2,0
Skor PPH
2011
2012
2013
2014
2015
60,9
60,6
60,3
60,0
59,6
59,3
2,3
2,4
2,5
2,6
2,7
2,8
8,0
8,1
8,3
8,4
8,5
8,6
96,3
96,4
96,5
96,6
96,7
96,8
77.5
78,0
78,5
79,0
79,5
80,0
Sumber : Susenas 2010, BPS, diolah BKP
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 69
[69]
2/15/2013 7:35:47 PM
Tabel 13. Sasaran Konsumsi Pangan Penduduk Indonesia Tahun 2011-2015 Kelompok Bahan Pangan
2010
Sasaran Konsumsi (kg/kap/thn) 2011
2012
2013
2014
2015
% per Tahun
I. Padi-padian a. Beras
100.8
99.3
97.8
96.3
94.9
93.4
(1.5)
b. Jagung
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
5.0
c. Terigu
10.3
10.2
10.1
10.0
9.9
9.8
(1.0)
a. Singkong
9.2
9.6
10.1
10.6
11.2
11.7
5.0
b. Ubi jalar
2.4
2.5
2.7
2.8
2.9
3.1
5.0
c. Kentang
1.8
1.9
2.0
2.1
2.2
2.3
5.0
d. Sagu
0.4
0.4
0.4
0.4
0.4
0.5
5.0
e. Umbi lainnya
0.4
0.4
0.4
0.4
0.5
0.5
5.0
1.7
1.8
1.9
2.0
2.1
2.2
5.0
II. Umbi-umbian
III. Pangan Hewani a. Daging ruminansia b. Daging unggas
4.5
5.0
5.5
6.0
6.6
7.3
10.0
c. Telur
7.2
8.0
8.8
9.6
10.6
11.7
10.0
d. Susu
2.0
2.1
2.2
2.3
2.3
2.4
3.5
e. Ikan
18.1
20.3
22.7
25.5
28.5
31.9
12.0
1.6
1.7
1.8
1.9
2.0
2.1
5.0
IV. Minyak dan Lemak a. Minyak kelapa b. Minyak sawit
6.4
6.5
6.6
6.6
6.7
6.8
1.0
c. Minyak lainnya
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
1.0
a. Kelapa
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
5.0
b. Kemiri
0.3
0.3
0.4
0.4
0.4
0.4
3.0
a. Kedelai
7.0
7.5
8.0
8.6
9.2
9.8
7.0
b. Kacang tanah
0.5
0.6
0.7
0.8
0.9
1.0
15.0
c. Kacang hijau
0.4
0.4
0.5
0.6
0.6
0.7
15.0
d. Kacang lain
0.2
0.2
0.2
0.2
0.2
0.3
10.0
a. Gula pasir
7.7
7.9
8.2
8.4
8.7
8.9
3.0
b. Gula merah
0.7
0.8
0.8
0.9
0.9
0.9
5.0
a. Sayur
49.3
52.7
56.4
60.4
64.6
69.1
7.0
b. Buah
27.9
29.3
30.8
32.3
33.9
35.6
5.0
V. Buah/biji berminyak
VI. Kacang-kacangan
VII. Gula
VIII. Sayuran dan buah
Sumber : Data Susenas 2010; BPS- diolah Pusat PKKP-BKP
[70]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 70
2/15/2013 7:35:48 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
KEBIJAKAN, STRATEGI, PROGRAM DAN KEGIATAN
5 A. Kebijakan Penganekaragaman konsumsi pangan merupakan upaya untuk memantapkan atau membudayakan pola konsumsi pangan yang beraneka ragam dan seimbang serta aman dalam jumlah dan komposisi yang cukup guna memenuhi kebutuhan gizi untuk mendukung hidup sehat, aktif dan produktif. Indikator untuk mengukur
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 71
[71]
2/15/2013 7:35:48 PM
tingkat keanekaragaman dan keseimbangan konsumsi pangan masyarakat adalah dengan skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang ditunjukkan dengan nilai 95 dan diharapkan dapat dicapai pada tahun 2015. Hasil rekomendasi WNPG X tahun 2012 merumuskan beberapa hal terkait penganekaragaman konsumsi pangan sebagai berikut: (a) Penguatan kebijakan dan program diversifikasi konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal, dilakukan melalui pengembangan optimalisasi pemanfaatan pekarangan dengan tanaman sayuran, buah-buahan dan ternak kecil serta ikan untuk peningkatan ketersediaan gizi di tingkat rumah tangga; Pengembangan bisnis pangan sumber karbohidrat selain beras dan terigu; Pengembangan pangan lokal beragam dan bergizi seimbang sesuai dengan sumber daya setempat, dan Pengembangan kebun sekolah di TK/SD/SMP/SMU sebagai bagian dari extra kulikuler; (b) Gerakan penganekaragaman konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman dilakukan melalui : Kampanye pangan beragam, bergizi seimbang melalui media cetak, elektronik, jejaring sosial dan promosi kreatif seperti gerakan minum susu, makan ikan, makan sayur dan buah lokal, makan ubi; Lomba cipta menu beragam, bergizi seimbang dan aman yang dilakukan secara berjenjang dari tingkat kabupaten/kota, provinsi dan nasional; dan Sosialisasi pangan beragam, bergizi seimbang, dan aman dengan melibatkan birokrat, tokoh masyarakat, anak sekolah, ibu rumah tangga, dan masyarakat luas. Penganekaragaman konsumsi pangan akan memberi dorongan dan insentif pada penyediaan produk pangan yang lebih beragam dan aman untuk dikonsumsi, termasuk produk pangan yang berbasis sumberdaya lokal. Dari sisi aktivitas produksi, penganekaragaman konsumsi pangan dapat meminimalkan risiko usaha pola monokultur, meredam gejolak harga, mengurangi gangguan kehidupan biota di suatu kawasan, meningkatkan pendapatan petani, dan menunjang pelestarian sumber daya alam. Upaya pengembangan konsumsi pangan dapat pula dijadikan salah satu momentum bagi pemerintah daerah untuk menstimulasi pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di pedesaan. Di samping itu, jika dilihat
[72]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 72
2/15/2013 7:35:48 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
dari kepentingan kemandirian pangan maka penganekaragaman konsumsi pangan dapat mengurangi ketergantungan konsumen pada satu jenis pangan. Dengan demikian, penganekaragaman konsumsi pangan merupakan fondasi dari keberlanjutan ketahanan pangan dan memiliki dimensi pembangunan yang sangat luas, baik dari aspek sosial, ekonomi, politik maupun kelestarian lingkungan. Upaya penganekaragaman konsumsi pangan merupakan upaya pemenuhan kebutuhan pangan sebagai hak dasar setiap individu, membutuhkan manajemen yang sinergis di seluruh wilayah. Penganekaragaman konsumsi pangan sebagai salah satu subsistem ketahanan pangan menjadi urusan wajib pemerintah, dan pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota) berkaitan dengan pelayanan dasar dalam pemenuhan kebutuhan minimal masyarakat. Indikator keberhasilan upaya penganekaragaman konsumsi pangan tercermin berdasarkan target capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pertanian no. 65/Permentan/OT.140/12/2010 bahwa skor PPH dapat tercapai minimal 90 persen dari target skor PPH pada tahun 2015. Indikator SPM jenis pelayanan dasar Penganekaragaman dan Keamanan Pangan untuk Provinsi dan Kabupaten/Kota yaitu mampu mencapai skor PPH minimal sebesar 86.5 pada tahun 2015. Selama ini pangan pokok dari sumber daya lokal masih kurang dihargai sehingga menjadi inferior di kalangan masyarakat oleh karena sifatnya yang sangat tradisional dan tidak berkembangnya keterkaitan hulu dan hilir serta sektor ekonomi terkait lainnya dalam pengelolaannya termasuk akibat pengembangan kebijakan dan iptek yang kurang mendukung. Peran swasta menjadi sangat strategis dalam mendukung pemerintah agar pengembangan pangan lokal lebih mengarah kepada sektor industri dan bisnis.Terkait dengan upaya pemerintah untuk menggali potensi dan pengembangan pangan lokal ini, maka perlu disusun peran dan kontribusi antara pemerintah dan swasta yang pada akhirnya menjadi suatu pelayanan terintegrasi kepada masyarakat.
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 73
[73]
2/15/2013 7:35:48 PM
Kebijakan
perluasan
industri
pengolahan
dengan
usaha
peningkatan
produktivitas dan kualitas harus berjalan beriringan. Kebijakan yang pengaruhi industri pengolahan, sebagai bagian dari strategi pembangunan agroindustri. Industri pengolah tepung (MOCAF) telah ada di banyak tempat, namun skala usaha yang masih kecil, menyebabkan belum efisien dan kualitas tepung yang dihasilkan belum stabil, meskipun dikeluarkan SNI. Kebijakan yang diperlukan terkait dengan itu diantaranya: (i) beri keringanan bea masuk dan PPh (10%) untuk impor mesin olah tepung (dalam periode tertentu, misalnya 2-3 tahun) (ii) bebaskan PPn (10%) hasil olahannya (iii) buat standarisasi tepung yang dihasilkan oleh industri tersebut (SNI), sehingga konsumen terlindungi, dan harga ditentukan oleh kualitas SNI tersebut. (iv) dorong agar perbankan dapat menyalurkan kredit untuk mendorong berkembangnya produksi mesin olahan tepung dari produksi dalam negeri. Beri keringanan pajak buat industri tersebut. Untuk itu perlu adanya kesepahaman dan komitmen antara pemerintah dan swasta dalam meningkatkan produksi pangan lokal sehingga dapat menjamin kontinuitas produksi dan mutu pangan lokal yang stabil dengan pengembangan sektor on-farm dalam skala industri atau ekonomis. Kebijakan diversifikasi pangan ini juga menjadi salah satu bagian dari kebijakan dan strategi pangan dan gizi nasional yang terdapat dalam Rencana Aksi Pangan dan Gizi (RAN-PG) yaitu bahwa penanganan masalah gizi memerlukan upaya yang komprehensif dan terkoordinasi, mulai proses produksi pangan beragam, pengolahan, distribusi hingga konsumsi yang cukup nilai gizinya dan aman dikonsumsi. Peningkatan status gizi masyarakat dilakukan melalui ketersediaan, akses, konsumsi dan keamanan pangan, sejalan dengan penguatan mekanisme koordinasi lintas bidang dan lintas program kemitraan. Dalam rangka mempercepat upaya peningkatan diversifikasi pangan, Kementerian Pertanian bersama dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, sedang menyiapkan aturan tentang subsidi pangan bagi
[74]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 74
2/15/2013 7:35:48 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
masyarakat berpendapatan rendah, berbasis pangan lokal. Selama ini subsidi pangan dilaksanakan dalam bentuk program RASKIN (beras untuk orang miskin). Ke depan subsidi pangan tidak hanya difokuskan pada beras tapi disesuaikan dengan budaya makan setempat, dengan mengutamakan sumber karbohidrat lokal seperti umbi-umbian, jagung, sagu dan lain-lain.
B. Strategi Menindaklanjuti permasalahan, tantangan dan potensi dalam rangka percepatan penganekaragaman konsumsi pangan sebagai upaya untuk memantapkan atau membudayakan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman dalam jumlah dan komposisi yang cukup guna memenuhi kebutuhan gizi untuk mendukung hidup sehat, aktif dan produktif, maka strategi yang dilaksanakan untuk mencapai skor PPH 95, adalah mendorong penurunan konsumsi beras dan peningkatan konsumsi aneka pangan lokal dalam rangka diversifikasi pangan. Penurunan konsumsi beras yang dibarengi oleh peningkatan konsumsi umbiumbian sebagai sumber karbohidrat dan produk ternak (daging, telur, susu), ikan, sayuran dan buah-buahan akan meningkatkan kualitas konsumsi pangan yang memenuhi kaidah gizi seimbang. Upaya pencapaiannya dilaksanakan melalui Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal, dalam bentuk kegiatan optimalisasi pekarangan dengan menggunakan model Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL); pengembangan pangan pokok lokal seperti ubi kayu, sagu, jagung, ubi jalar, dan umbi-umbian lokal lainnya; dan promosi diversifikasi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman (B2SA). Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 mengamanatkan pentingnya diversifikasi pangan untuk dilakukan melalui upaya-upaya sebagai berikut:
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 75
[75]
2/15/2013 7:35:48 PM
1)
Internalisasi Penganekaragaman Konsumsi Pangan
Internalisasi pentingnya penganekaragaman konsumsi pangan merupakan kunci utama dalam meningkatkan pengetahuan tentang pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman pada tingkat rumah tangga karena pengetahuan tentang penganekaragaman konsumsi pangan yang dimiliki oleh setiap individu, terutama wanita sangat penting dalam membentuk pola makan yang memenuhi kriteria gizi seimbang. Hasil akhir dari proses internalisasi ini adalah terwujudnya kesadaran setiap individu yang dituangkan dalam praktek pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang yang berbasis pada pangan lokal. Secara makro hal ini akan mendorong terjadinya peningkatan status gizi masyarakat, menurunkan peluang terjadinya gizi lebih dan penyakit degeneratif, dan di sisi lain mendorong berkembangnya penganekaragaman ketersediaan aneka ragam pangan baik secara vertikal maupun horizontal dan memperkokoh kemandirian pangan nasional dan wilayah. Dalam
kerangka
mewujudkan
menuju kemandirian pangan,
pembangunan
ketahanan
maka pelaksanaan kegiatan
pangan
internalisasi
penganekaragaman konsumsi pangan tidak terlepas dari ketiga aspek ketahanan pangan, yaitu pada (1) aspek ketersediaan pangan dilaksanakan melalui advokasi pengembangan agribisnis pangan, (2) aspek distribusi pangan dilaksanakan melalui penyebarluasan informasi pasokan dan harga bahan pangan melalui media cetak dan elektronik secara rutin, dan (3) aspek konsumsi pangan dilaksanakan melalui pengembangan materi advokasi, kampanye, promosi, serta sosialisasi pengembangan konsumsi dan keamanan pangan; optimalisasi pemanfaatan pekarangan; pengembangan aneka olahan berbasis pangan lokal yang memenuhi standar mutu dan keamanan pangan; serta pelatihan pengembangan konsumsi dan keamanan pangan. Dukungan kelembagaan yang diperlukan dilaksanakan melalui penyuluhan pertanian, dan pendampingan; penyebarluasan informasi melalui media massa; advokasi, kampanye, promosi, dan sosialisasi; serta pendidikan konsumsi pangan.
[76]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 76
2/15/2013 7:35:48 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
Proses internalisasi penganekaragaman konsumsi pangan dilakukan melalui kegiatan : a.
Advokasi, kampanye, promosi dan sosialisasi tentang konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman kepada aparat diberbagai tingkatan dan masyarakat.
Kegiatan
advokasi
dilaksanakan
dalam
rangka
memberikan solusi untuk mempercepat proses penganekaragaman sumber
daya
lokal,
konsumsi
pangan
kampanye
dalam
berbasis rangka
penyadaran/awareness kepada aparat dan masyarakat untuk percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal. Promosi dan sosialisasi dalam rangka membujuk, menghimbau dan mengajak aparat dan masyarakat untuk melaksanakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal. b.
Pendidikan konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang, dan aman melalui jalur pendidikan formal dan non formal/penyuluhan.
Pendidikan konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman melalui jalur pendidikan non formal untuk seluruh lapisan masyarakat khususnya kelompok wanita dan Tim Penggerak PKK dalam rangka mengubah perilaku sehingga mau dan mampu melaksanakan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal. Penyuluhan kepada ibu rumah tangga dan remaja, terutama ibu hamil, ibu menyusui, dan wanita usia subur tentang manfaat mengonsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 77
[77]
2/15/2013 7:35:48 PM
dan aman, pemanfaatan pekarangan dan potensi pangan di sekitar lingkungan kita. Disamping itu pangan lokal juga perlu dibangun melalui kurikulum sekolah (SD sampai dengan SMU) dengan mengembangkan kebun sekolah untuk tanam sayur dan buah, dan juga pengembangan kantin sekolah dengan pangan yang diolah dari pangan lokal.
2) Pengembangan bisnis dan industri pangan lokal Pelaksanaan kegiatan pengembangan bisnis dan industri pangan mencakup: (1) aspek ketersediaan pangan, dilaksanakan melalui pengembangan agribisnis pangan lokal serta pengembangan produksi aneka olahan pangan lainnya, (2) aspek distribusi pangan, dilaksanakan melalui fasilitasi penumbuhan pasar pangan lokal, fasilitasi distribusi aneka produk pangan berbasis pangan lokal, serta stabilisasi harga aneka produk pangan berbasis pangan lokal, (3) aspek
[78]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 78
2/15/2013 7:35:48 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
konsumsi pangan, dilaksanakan melalui uji proksimat, uji dapur resep menu makanan, pelatihan menu dan keamanan pangan serta pendampingan mutu dan keamanan pangan pada industri olahan pangan lokal, penumbuhan kelompok tani/gapoktan bidang olahan pangan lokal dan pangan siap saji yang aman, serta pemberian penghargaan kepada individu/perorangan dan kelompok masyarakat yang telah berperan sebagai pelopor dalam upaya percepatan penganekaragaman, dan (4) dukungan kelembagaan dilaksanakan melalui penyuluhan dan pendampingan serta penyebarluasan informasi dalam rangka pengembangan bisnis dan industri pangan lokal. Pengembangan bisnis dan industri pangan khas daerah dilakukan melalui dua cara, yaitu : a.
Fasilitasi kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Fasilitasi kepada kelompok wanita/gapoktan untuk pengembangan bisnis pangan segar, industri bahan baku, industri pangan olahan dan pangan siap saji yang aman berbasis sumber daya lokal melalui berbagai kegiatan antara lain melalui uji coba model pengembangan pangan pokok lokal (MP3L), dan pengembangan resep-resep aneka olahan pangan lokal, serta peningkatan keterampilan dalam pengembangan olahan pangan lokal. Kegiatan Lomba Cipta Menu Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA) dilaksanakan bekerja sama dengan PKK berbasis pangan lokal dilaksanakan setiap tahun secara berjenjang mulai tingkat kabupaten/kota sampai tingkat nasional yang diselenggarakan bertepatan dengan peringatan Hari Pangan Sedunia tanggal 16 Oktober. Pembinaan kepada industri rumah tangga guna meningkatkan kesadaran untuk memproduksi dan menyediakan aneka ragam pangan yang aman berbasis sumber daya lokal serta memfasilitasi pengembangan bisnis pangan, permodalan, dan pemasaran kepada pengusaha di bidang pangan baik segar, olahan maupun siap saji yang berbasis sumber daya lokal serta pengembangan dan diseminasi serta aplikasi paket teknologi terapan terhadap pengolahan aneka pangan.
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 79
[79]
2/15/2013 7:35:48 PM
Untuk memotivasi kepada kelompok wanita/gapoktan akan diberikan penghargaan kepada individu/perorangan dan kelompok masyarakat yang dinilai telah berperan sebagai pelopor dalam menjalankan dan memajukan upaya percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya pangan khas daerah. b.
Advokasi, sosialisasi dan penerapan standar mutu dan keamanan pangan
Kesadaran tentang keamanan pangan saat ini masih rendah, baik pada sisi konsumen maupun pada sisi produsen. Produsen pangan mempunyai kecenderungan menggunakan pestisida dan pupuk yang belum sesuai anjuran untuk mendapatkan produk yang tinggi dan mempunyai tampilan bagus. Sementara itu ditinjau dari sisi konsumen umumnya belum memiliki pengetahuan tentang bahaya mengonsumsi pangan yang tidak aman, karena masih rendahnya kesadaran konsumen untuk membeli produk pertanian yang berkualitas dan aman dengan harga yang lebih mahal, terlebih lagi bagi konsumen berpendapatan menengah ke bawah. Sehubungan dengan hal tersebut pengawasan keamanan pangan yang beredar di pasaran sangat penting untuk dilaksanakan, yang didukung dengan peningkatan kesadaran masyarakat baik konsumen atau produsen. Pengawasan keamanan pangan beredar perlu dilakukan secara terus menerus mengingat jangkauan pengawasan yang sangat luas dan menghadapi permasalahan yang komplek dengan iklim global. Untuk memberikan jaminan terhadap pangan aman, perlu memperluas jangkauan pengawasan keamanan pangan dengan meningkatkan jumlah sumberdaya dan kompetensi pengawas keamanan pangan. Di samping itu perlu sosialisasi, advokasi dan penyebaran informasi tentang keamanan pangan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan. Advokasi, sosialisasi dan penerapan standar mutu dan keamanan pangan dilaksanakan bagi pelaku usaha pangan, terutama kepada usaha rumah tangga
[80]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 80
2/15/2013 7:35:48 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
dan UMKM. Penerapan standar mutu dilaksanakan terhadap olahan pangan pada industri rumah tangga, dan pembinaan dan pengawasan keamanan diarahkan kepada keamanan pangan segar (sayuran dan buah-buahan). Dalam kegiatan advokasi, sosialisasi dan penerapan standar mutu dan keamanan pangan dituntut peran aktif swasta dan dunia usaha dalam pengembangan industri dan bisnis pangan lokal. Untuk memberikan penghargaan sebagai upaya kegiatan tersebut, maka akan diberikan penghargaan kepada industri rumah tangga dan dunia usaha di bidang pangan berbasis sumber daya lokal. Beberapa aspek atau faktor yang perlu dicermati dengan seksama antara lain: (1) kesesuaian dan peran produk bernilai tambah yang dihasilkan dengan kebutuhan masyarakat dan pasar, baik dalam skala lokal, nasional, maupun internasional, (2) situasi dan kondisi target pasar produk, (3) pertumbuhan ekonomi dan industri yang relevan, (4) kecenderungan perkembangan dan perubahan politik, budaya, sains, teknologi dan seni, yang berpengaruh terhadap kesuksesan produk bernilai tambah tersebut. Beberapa strategi yang perlu dilaksanakan dalam pengembangan pangan lokal antara lain : a.
Pengembangan teknologi bagian hulu yang dilakukan adalah untuk memecahkan masalah-masalah di sektor produksi bahan baku (on farm) yang dapat menjamin kontinuitas bahan baku yang berkualitas dan berharga terjangkau yang berpihak pada petani, yaitu dengan mengidentifikasi varietas-varietas yang cocok untuk bahan baku tepung, serta mengembangkan teknik budidaya yang baik untuk varietas tersebut.
b.
Peningkatan nilai tambah sebagai penggerak dasar hampir semua jenis bisnis sehingga
menarik para investor untuk menanamkan modalnya.
Dengan makin ketatnya persaingan bisnis, maka dunia usaha selalu mencari keunggulan kompetitif berdasarkan nilai tambah yang diciptakan. Penumbuhan industri penghasil nilai tambah dengan berbasiskan kepada
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 81
[81]
2/15/2013 7:35:48 PM
potensi lokal merupakan strategi yang paling tepat untuk menggerakkan ekonomi daerah berdasarkan potensi yang dimilikinya. Nilai tambah yang didapat inilah yang diharapkan dapat menumbuhkan lapangan kerja dan pendapatan bagi masyarakat setempat. Era otonomi daerah dan keragaman potensi di Indonesia makin membuka peluang dilaksanakannya strategi ini. Dengan demikian seluruh potensi lokal diramu sedemikian rupa sehingga menguatkan agroindustri yang dibangun di daerah tersebut. Istilah lain yang juga sering dikaitkan dengan potensi/sumberdaya lokal adalah indigenous resources yang didefinisikan sebagai “set of knowledge and technology existing and developed in, arround and by specific indigenous communities (people) in an specific area (environment)”. c.
Perkembangan kuliner di masyarakat perlu menjadi perhatian dalam membuat kebijakan diversifikasi pangan, terkait dengan perubahan pola konsumsi dan selera masyarakat. Lebih lanjut penggunaan istilah yang tepat dalam pangan juga penting karena akan mempengaruhi mindset masyarakat atau konsumen.
d.
Mengingat pengembangan komoditas sumber karbohidrat selain beras masih bersifat skala kecil sehingga diperlukan adanya dukungan pemerintah dalam bentuk subsidi pemerintah atau insentif kepada UKM.
e.
Perlu memperhatikan segmentasi demografi dan geografi dalam menjalankan kebijakan pangan. Dari sisi demografi dibagi menjadi 3 segmen yaitu : Kelompok Usia Lanjut (di atas 55 tahun) yang membutuhkan healthy food; Kelompok Usia Produktif (20 – 55 tahun) yang umumnya termasuk golongan ekonomi menengah ke bawah yang membutuhkan pangan murah; dan Kelompok Usia Muda (di bawah 20 tahun) yang termasuk dalam masa pertumbuhan dan memerlukan makanan yang bergizi. Dari sisi geografi dibagi 2 segmen yaitu : Indonesia Timur yang memiliki potensi sumber daya alam yang masih belum banyak dikembangkan dan kurang didukung oleh sumber daya manusia yang memiliki kemampuan yang diperlukan; sedangkan Indonesia Barat memiliki sumber daya manusia yang relatif lebih baik namun potensi sumber daya alam sudah sulit dikembangkan.
[82]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 82
2/15/2013 7:35:48 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
f.
Untuk menjamin kontinuitas produksi pendekatan dengan
pengembangan
food
estate
sangat
diperlukan. Oleh karena itu keterlibatan BUMN dan perusahaan besar swasta dalam penyediaan pangan lokal perlu digiatkan terus. g.
Perlu melibatkan secara aktif pihak industri pengolahan
(sektor
hilir)
dalam
menyusun
kebijakan agar terjadi harmonisasi dengan sektor hulu (produsen). h.
Melakukan kampanye dan sosialisasi pangan lokal yang intensif untuk meningkatkan image dan citra pangan lokal.
C. Program dan Kegiatan Implementasi dari strategi yang dilaksanakan dalam upaya menurunkan konsumsi beras sebagai bahan pangan pokok secara terencana sudah diatur dalam Peraturan Presiden No 22 Tahun 2009. Pada Perpres tersebut sasaran utamanya adalah tercapainya pola konsumsi pangan masyarakat yang beragam, bergizi seimbang, dan aman berdasarkan optimalisasi pemanfaatan sumber daya setempat. Seiring dengan pencapaian sasaran tersebut, ditargetkan konsumsi beras/kapita/tahun sebagai pangan pokok menurun secara signifikan. Berdasarkan PPH, maka tingkat konsumsi beras diharapkan dapat diturunkan sampai 91,0 kg/kapita/tahun pada tahun 2015. Penurunan konsumsi beras diperlukan karena pada saat ini tingkat konsumsi tersebut telah melampaui standar
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 83
[83]
2/15/2013 7:35:48 PM
Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan (Kegiatan KRPL) di Kabupaten Barru
kecukupan konsumsi yang dianjurkan untuk hidup sehat. Oleh karena itu, gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) sangat penting dilaksanakan secara massal.
a.
Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan
Optimalisasi pemanfaatan pekarangan dilaksanakan Kebun Bibit Desa di Kabupaten
dengan memberdayakan kelompok wanita menggunakan
Banyuasin, Sumatera Selatan
metode Sekolah Lapangan (SL). Pada kelompok sasaran tersebut juga dilakukan pengembangan pengolahan pangan berbasis sumber daya setempat untuk mendorong usaha
rumah
tangga/mikro
pengolahan
pangan
berbahan baku tepung-tepungan selain beras dan terigu serta meningkatkan pengetahuan tentang konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang, dan aman. Sasaran optimalisasi pemanfaatan pekarangan dalam tahun Kegiatan Optimalisasi
2011-2015 sebesar 12.000 desa di 33 Provinsi. Berikut
Pemanfaatan Pekarangan dalam
contoh kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan
satu kawasan
di Kabupaten Barru.
[84]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 84
2/15/2013 7:35:49 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
Kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui pemberdayaan kelompok wanita yang dilakukan Pemerintah Pusat dengan cakupan 12.000 desa dari jumlah 76.000 desa di seluruh Indonesia, dampaknya terhadap peningkatan skor PPH dan penurunan konsumsi beras secara nasional harus diakui akan relatif terbatas. Untuk itu, upaya ini didorong menjadi suatu gerakan masyarakat di daerah dengan inisiatif dan pengungkit dari pemerintah daerah di Provinsi dan Kabupaten/Kota. Pada saat ini telah terbit Peraturan/Surat Edaran Gubernur di 33 Provinsi dan Peraturan/Surat Edaran Bupati/Walikota di hampir 300 Kabupaten/ Kota, yang intinya menanamkan budaya pangan beragam, bergizi seimbang berbasis sumber daya setempat. Diharapkan semua provinsi dan kabupaten/ kota dapat menyusun peraturan pendukung P2KP. Implementasi dari peraturanperaturan tersebut di daerah masing-masing akan didorong lebih lanjut melalui gerakan massal/masyarakat dengan dukungan sumber daya setempat.
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 85
[85]
2/15/2013 7:35:49 PM
Pada tahun 2013 kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan dilaksanakan dengan menggunakan konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). KRPL ialah suatu konsep hunian yang tidak hanya memanfaatkan pekarangan sebagai sumber pangan keluarga, melainkan juga memanfaatkan berbagai bagian rumah seperti atap rumah, tembok rumah, pagar, maupun ruang bawah sebagai media penanaman ataupun budidaya. Penggunaan konsep RPL ini akan ditingkatkan hingga menjadi suatu kawasan yang dinamakan KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) sehingga kegiatan ini akan berdampak pada peningkatan sumber pangan di lingkungan yang luas. Dalam rangkaian kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui KRPL ini dilaksanakan pula penyuluhan dan sosialisasi mengenai pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman dalam kegiatan SL sehingga pemberdayaan kelompok wanita tidak terbatas hanya pada pertanian dan budidaya saja, melainkan juga mengenai gizi dan pola konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal.
[86]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 86
2/15/2013 7:35:49 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
Untuk mendukung kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan melalui konsep KRPL yang berkelanjutan, maka dibangun kebun bibit di setiap KRPL sehingga dapat memenuhi kebutuhan benih dan bibit bagi anggota kelompok. Melalui pembangunan kebun bibit ini diharapkan pula dapat berguna bagi warga desa, baik itu sebagai fasilitas penyedia benih dan bibit, maupun sebagai bentuk pelestarian sumber pangan lokal yang berkelanjutan bagi masyarakat setempat. Pengembangan kebun bibit ini diharapkan bukan saja terbatas pada tanaman sebagai sumber karbohidrat, vitamin, dan mineral melainkan juga pada ternak dan ikan sebagai sumber protein.
b.
Pemasyarakatan Pangan Lokal berbasis Sumber Daya Setempat
Pemasyarakatan pangan lokal berbasis sumber daya setempat dilakukan melalui upaya advokasi, sosialisasi dan promosi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran serta merubah perilaku dan budaya makan masyarakat ke arah pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman. Advokasi dilakukan kepada Gubernur, Bupati/Walikota, dan tokoh masyarakat lainnya untuk mendukung gerakan P2KP melalui pemberdayaan masyarakat maupun penerbitan peraturan daerah mengenai kebijakan P2KP. Sosialisasi dilakukan melalui penyebarluasan informasi dan pembinaan pola konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman kepada masyarakat khususnya wanita sebagai agen penyaji gizi keluarga dan anak sebagai generasi penerus bangsa. Promosi dilakukan dengan memperkenalkan pangan lokal khas daerah sebagai pangan pokok masyarakat setempat melalui penggalian kearifan lokal dan peningkatan peran pangan lokal sehingga masyarakat senang mengonsumsi pangan lokal dengan tetap mengacu pada kaidah gizi seimbang. Rangkaian kegiatan ini memerlukan komitmen dan dukungan kuat dari seluruh sektor baik secara formal dan non formal, dan bersama dengan instansi/lembaga terkait, serta pemangku kepentingan lainnya. Selain itu kegiatan ini diharapkan mendapat dukungan dari pelaku usaha melalui Corporate Social Responsibility (CSR)/Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL).
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 87
[87]
2/15/2013 7:35:49 PM
Sosialisasi tentang diversifikasi pangan dengan pola makan yang beragam, bergizi seimbang dan aman juga dilaksanakan melalui pengembangan kebun sekolah dan kantin sekolah yang menyediakan kudapan bergizi dan berbahan baku lokal. Pelaksanaan kegiatan pemasyarakatan pangan lokal sejak tahun 2010 sampai 2012 telah dilaksanakan di 33 provinsi 363 kabupaten/kota mencakup jumlah anak usia dini di 4.400 SD/MI. Kegiatan ini merupakan sinergi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam upaya sebagai salah satu kunci utama dalam pencapaian dan keberhasilannya.
c. Pengembangan Pangan Lokal Mendukung Penyediaan Pangan Pokok Bersubsidi Bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah Pengembangan pangan lokal untuk mendukung penyediaan pangan pokok bersubsidi bagi masyarakat berpendapatan rendah dimaksudkan untuk menyediakan pangan sumber karbohidrat yang berdasarkan sumber daya setempat, sesuai dengan pola konsumsi pokok asalnya (selain beras dan terigu). Pengembangan pangan lokal ini dilakukan melalui pengembangan teknologi pengolahan pangan dari pangan lokal dikembangkan menjadi “nasi selain beras” dan “tepung-tepungan selain terigu” dengan pengembangan skala usaha industri. Kegiatan dilakukan melalui: VV Fasilitasi akses teknologi untuk menghasilkan “intermediate” produk bahan pangan lokal; VV Bimbingan pengolahan produk “intermediate” menjadi produk pangan lokal sumber karbohidrat siap konsumsi; VV Sosialisasi pangan lokal selain beras untuk masyarakat.
Penyediaan bahan pangan lokal selain beras ini didukung dengan penyediaan lumbung pangan sebagai pengembangan cadangan pangan selain beras dan terigu. Pengembangan industri pengolahan pangan berbasis tepung-tepungan ditujukan untuk meningkatkan produksi pangan sumber karbohidrat (ubi
[88]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 88
2/15/2013 7:35:49 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
kayu, ubi jalar, sukun, sagu, pisang, labu kuning dan jagung) serta memfasilitasi pengembangan usaha industri bisnis pangan berbasis tepung-tepungan. Kegiatan ini juga dipersiapkan untuk mendukung program pemerintah dalam penyediaan pangan pokok bersubsidi bagi masyarakat berpendapatan rendah, yang selama ini hanya difokuskan pada komoditi beras (Raskin).
Kegiatan Produksi Tepung Mocaf Skala Kecil
d.
Pengembangan Teknologi Pengolahan Pangan Berbasis Sumber Daya Setempat
Pengembangan teknologi pengolahan pangan dilakukan melalui kerja sama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan beberapa perguruan tinggi. Pengembangan teknologi pengolahan pangan lokal menjadi produk yang dikonstruksikan menyerupai beras atau disebut “beras analog” maupun pengolahan tepung-tepungan berbahan baku sesuai dengan kebutuhan konsumen dan budaya pangan setempat. Sasaran pengembangan pangan berbasis sumberdaya lokal setempat 2011 - 2015 yang dikaitkan dengan
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 89
[89]
2/15/2013 7:35:49 PM
rencana bantuan pangan untuk masyarakat berpenghasilan rendah meliputi 60 kabupaten/kota di 25 provinsi yang didampingi oleh perguruan tinggi atau Balai Pengkajian Teknologi Pertanian setempat.
Tabel 14. Sasaran Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) Tahun 2011-2015 No.
Kegiatan
Satuan
Sasaran P2KP 2012
2013
2014
2015
8.000
10.000
12.000
14.000
1
Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan. Penerapan Menu B2SA
Desa *)
2
Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L)
Provinsi
9
20
25
33
3
Sosialisasi, Promosi dan Kampanye Pangan Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA)
Provinsi
33
33
33
33
Keterangan : *) Sasaran Kumulatif
***
[90]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 90
2/15/2013 7:35:49 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
DUKUNGAN DAN SINERGI LINTAS SEKTOR 6 A. Perlunya dukungan/sinergitas Keberhasilan dalam pencapaian sasaran pembangunan secara nasional sangat ditentukan oleh adanya sinergitas kebijakan dan program/kegiatan antara kementerian/lembaga, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. Demikian pula dalam upaya mencapai sasaran diversifikasi konsumsi pangan, di mana banyak hal akan mempengaruhi dan bukan merupakan otoritas/tanggung jawab satu kementerian/lembaga. Ketersediaan bahan pangan yang mencukupi harus terjangkau baik secara fisik dan ekonomi. Kondisi ini akan dipengaruhi oleh tingkat produksi (yang di dalamnya mencakup luasan lahan, irigasi, tersedianya bibit/benih, teknologi budidaya hingga pasca panen), pendistribusian yang merata (mencakup sarana jalan/perhubungan, transportasi) serta tingkat daya beli masyarakat (mencakup tingkat pendidikan dan tersedianya lapangan kerja). Untuk dapat mewujudkan pola konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman berbasis sumber daya lokal, diperlukan sinkronisasi kebijakan baik antar kementerian maupun dengan pihak swasta yang diwujudkan dalam bentuk program dan kegiatan sesuai kewenangan masing-masing namun saling mendukung, termasuk pengembangan program-program percepatan pengurangan kemiskinan.
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 91
[91]
2/15/2013 7:35:49 PM
Dalam mengembangkan diversifikasi pangan, pemerintah berperan dalam menetapkan kebijakan yang mendukung pembangunan pertanian yang berkelanjutan yang berbasis pangan lokal, pengembangan ekonomi pertanian; lembaga riset berperan dalam melakukan penelitian-penelitian yang berupaya menemukan varietas-varietas baru yang mendukung program diversifikasi pangan, penemuan-penemuan teknologi pengolahan, pendidikan dan pelatihanpelatihan, serta pelayanan publik; sedangkan pihak swasta atau industri berperan dalam pengembangan atau pengadaan produk baik yang berskala besar maupun menengah, serta proses distribusi dan komersialisasi di masyarakat.
B. Dukungan/Sinergitas Kementerian/ Lembaga, Perbankan, Swasta, BUMN, dan Stakeholder Utama Lainnya dan Dukungan yang Diharapkan Dukungan Kementerian/Lembaga Lain. 1. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Deputi Bidang Koordinasi Pertanian dan Kelautan, selanjutnya disebut Deputi II): Diperlukan dukungan kebijakan ekonomi makro yaitu kebijakan fiskal dan moneter seperti subsidi sarana pertanian (benih, bibit, pupuk) untuk komoditas pangan non beras; investasi serta kebijakan alokasi dana perimbangan yang secara khusus dialokasikan untuk diversifikasi pangan; kebijakan pembiyaan mengenai kelembagaan yang berkaitan dengan pertanian, serta secara khusus kebijakan yang memberikan insentif untuk berkembangnya industri pangan lokal seperti MOCAF, sagu atau aneka produk tepung-tepungan lainnya termasuk subsidi untuk fortifikasi , dan sebagainya. 2. Kementerian Dalam Negeri: Diperlukan dukungan kebijakan pengawasan penetapan peraturan daerah, terutama terhadap peraturan gubernur/ bupati/walikota; integrasi program diversifikasi pangan melalui kegiatan
[92]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 92
2/15/2013 7:35:49 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
pemberdayaan masyarakat; serta mendorong terjadinya gerakan sosial untuk membangun pemahaman masyarakat dan mempercepat proses diversifikasi pangan. 3. Kementerian Perdagangan: Diperlukan dukungan kebijakan penataan kerjasama pemasaran baik berupa bahan baku maupun produk olahan pangan lokal. Kampanye diversifikasi pangan dalam rangka promosi pangan lokal/spesifik daerah dan penurunan konsumsi beras. 4. Kementerian
Perindustrian:
Diperlukan
dukungan
kebijakan
pengembangan industri nasional dan daerah yang memproduksi barang modal dan sarana produksi yang mendukung produksi primer dan olahan komoditas pertanian yang mendorong tersedianya berbagai inovasi/ alternatif pangan olahan baru yang mendukung diversifikasi pangan. 5. Kementerian Perhubungan: Diperlukan dukungan ketersediaan kapasitas, tarif, dan kelancaran arus transportasi, perdagangan sarana produksi dan komoditas pertanian/pangan baik di tingkat lokal, maupun antar pulau. 6. Kementerian Kehutanan: Diperlukan konservasi hutan lindung dan daerah aliran sungai untuk menjamin ketersediaan air irigasi serta menekan degradasi lahan dan air pertanian; peningkatan produksi komoditas pertanian di hutan produksi dan hutan kemasyarakatan; pemeliharaan plasma nutfah pertanian in situ; rehabilitasi lahan pertanian terlantar yang belum digunakan; serta kemudahan pelepasan kawasan budi daya untuk areal pertanian. 7. Kementerian Kelautan dan Perikanan: Diperlukan dukungan kebijakan untuk pelestarian sumberdaya air di darat untuk menjamin ketersediaan air di danau dan situ, yang selanjutnya menjamin ketersediaan air pertanian melalui pengembangan usaha budidaya perikanan serta integrasi budidaya perikanan air tawar untuk meningkatkan pendapatan dan status gizi masyarakat, mendorong berkembangnya industri pangan berbasis ikan/sumber daya perairan lainnya
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 93
[93]
2/15/2013 7:35:49 PM
serta menggencarkan “Gerakan Makan Ikan (Gemarikan)” untuk mempercepat peningkatan pangan hewani dari produk perikanan. 8. Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah: Diperlukan dukungan kebijakan penataan dan pengembangan kelembagaan kelompok usaha tani menjadi kelembagaan koperasi yang berbasis pada usaha pengolahan dan perdagangan pangan lokal terutama dukungan dalam mengupayakan akses permodalan yang dibutuhkan dalam proses produksi. 9. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: Diperlukan dukungan kebijakan untuk mendidik anak usia sekolah untuk mengenal budi daya sayur, buah dan ternak/ikan dan mengonsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman; mencintai produk pangan lokal serta memasukkan diversifikasi pangan ke dalam kurikulum atau muatan mata ajaran di sekolah/pendidikan dini/dasar dan penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS) yang berbasiskan pangan lokal/sumberdaya setempat. 10. Kementerian
Kesehatan:
Diperlukan
dukungan
kebijakan
untuk
memasyarakatkan Pola Pangan Harapan melalui Gerakan Sadar Gizi yang mendukung konsumsi diversifikasi pangan dan membina serta melindungi masyarakat melalui proses produksi bersih dan pemeliharaan keamanan lingkungan dari penyakit zoonosis dan pengawasan produk pangan yang tidak aman dan tidak sehat. 11. Kementerian Riset dan Teknologi: Diperlukan dukungan kebijakan pemanfaatan teknologi tepat guna dalam memanfaatkan lahan minimal untuk mendapatkan hasil maksimal; serta pengembangluasan dan penyebaran teknologi pengolahan pangan serta kuliner yang mendukung percepatan diversifikasi pangan dan menurunnya konsumsi beras. 12. Kementerian Komunikasi dan Informasi: Diperlukan dukungan kebijakan untuk memasyarakatkan program diversifikasi pangan melalui media; meningkatkan kapasitas layanan informasi dan pemberdayaan potensi
[94]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 94
2/15/2013 7:35:49 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
masyarakat; Meningkatkan daya jangkau infrastruktur pos; komunikasi dan informatika untuk memperluas aksesibilitas masyarakat terhadap informasi; Mendorong peranan media massa dalam rangka meningkatkan informasi diversifikasi pangan. 13. Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan: Diperlukan dukungan kebijakan dalam peningkatan peran perempuan melalui kelompok wanita khususnya di pedesaan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan memanfaatkan lahan pekarangan; dan pendidikan untuk hidup sehat, aktif dan produktif, serta menerapkan menu makan yang beragam, bergizi seimbang, aman dan halal (B2SAH) dalam pola makan keluarga sehari-hari. 14. Badan Pengawasan Obat dan Makanan: Diperlukan dukungan kebijakan untuk pengawasan produk pangan olahan yang dihasilkan kelompok tani dari praktek penggunaan bahan makanan tambahan dan bahan-bahan pengawet makanan yang dilarang. 15. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika: Diperlukan dukungan untuk memberi wacana dan arahan dalam menentukan masa tanam dan jenis tanaman yang cocok ditanam di musim tersebut terkait dengan perubahan iklim yang signifikan dewasa ini. 16. Perbankan: Diperlukan dukungan lembaga perbankan seperti pemberian modal usaha melalui kredit usaha atau pinjaman lunak dengan bunga rendah untuk industri hulu maupun hilir penunjang diversifikasi pangan. 17. Pihak swasta: Bidang media massa seperti televisi, media cetak/elektronik, siaran radio, event organizer, dan lain-lain untuk mempromosikan diversifikasi konsumsi pangan serta pelaku usaha di bidang pangan baik produksi, pengolahan, pengemasan pangan dan lain sebagainya. 18. BUMN: Diperlukan dukungan dalam penyediaan bahan baku yang mendukung usaha pertanian; melalui Corporate Social Responsibility (CSR)
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 95
[95]
2/15/2013 7:35:49 PM
yang ada memberdayakan peran kelompok tani, ikut membantu promosi diversifikasi pangan dengan memberikan bantuan baik berupa penyuluhan maupun materil yang mendukung diversifikasi seperti leaflet, booklet dan sebagainya, termasuk mesin dan alat pengolahan pangan yang diperlukan petani/pelaku bisnis pangan di pedesaan. Dukungan Instansi Lingkup Kementerian Pertanian. 1. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan: Diperlukan dukungan peningkatan produksi tanaman khususnya tanaman sumber karbohidrat selain padi, umbi-umbian dan aneka kacang. 2. Direktorat Hortikultura:
Diperlukan dukungan
peningkatan produksi dan
budidaya hortikultura khususnya sayuran dan buah serta bimbingan teknis budi daya untuk kelompok wanita dalam pemanfaatan pekarangan. 3. Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian: Diperlukan dukungan pengembangan produk olahan sebagai bahan pangan pilihan pengganti beras dan terigu dan strategi pemasaran untuk mendukung keberlanjutan program. 4. Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian: Diperlukan dukungan pelatihan bagi aparat, kelompok melalui penyuluh pertanian, serta penyuluhan di pedesaan, untuk melakukan pendampingan terhadap kegiatan Optimalisasi Pemanfaatan Pekarangan. 5. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP): Diperlukan dukungan teknologi tepat guna dalam optimalisasi pekarangan dan pengolahan pangan lokal berbasis tepung-tepungan, termasuk pengayaan nilai gizi pangan melalui fortifikasi pangan 6. Balai Pengawasan Sertifikasi Benih Pertanian (BPSBP): Diperlukan dalam penyediaan benih unggul dan bersertifikat baik benih tanaman pangan dan hortikultura.
[96]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 96
2/15/2013 7:35:49 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
C. Rencana Aksi Public Private Partnership (Jangka Pendek, Menengah dan Panjang) 1. Jangka Pendek •
Mengidentifikasi potensi pangan lokal spesifik wilayah baik dari sisi luas pertanaman, produksi dan lokasi;
•
Mengidentifikasi
pola
konsumsi
masyarakat
yang
masih
mempertahankan pangan lokal sebagai pangan pokok; •
Mengidentifikasi kebutuhan dan permintaan terhadap pangan lokal baik untuk konsumsi langsung (pangan) maupun untuk non pangan;
•
Melakukan
pengkajian
terhadap
pengembangan
teknologi
pengolahan pangan lokal dengan lembaga penelitian dan swasta; •
Melakukan pengkajian teknologi budidaya dan varietas lokal yang potensial;
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 97
[97]
2/15/2013 7:35:50 PM
•
Fokus pada komoditas yang mempunyai nilai strategis serta tidak membutuhkan banyak biaya dan energi yang banyak;
•
Menyusun kebijakan yang memberikan kondisi yang kondusif bagi pengembangan industri pangan lokal;
•
Membentuk kelompok kerja khusus antara swasta pemerintah untuk membahas sacara teknis strategi pengembangan pangan lokal.
•
Perlu upaya kampanye, promosi, sosialisasi, gerakan secara terstruktur dan komprehensif guna mendorong percepatan diversifikasi pangan.
2. Jangka Menengah •
Peningkatan produktivitas dan kualitas pangan lokal. Kebijakan insentif di tingkat usahatani, mencakup ketersediaan bibit yang berkualitas, aplikasi pemupukan yang memadai dan pengembangan tanaman lokal terpadu yang melibatkan petani lokal;
•
Pengembangan teknologi pengolahan pangan lokal mulai dari budidaya (verietas) sampai pada pengolahan hasil;
•
Pengembangan dukungan sektor keuangan untuk mengembangkan skim kredit khusus bagi usaha-usaha terkait dengan diversifikasi pangan;
•
Menentukan standar kualitas untuk setiap komoditas pangan lokal. Standar kualitas merupakan alat ukur dalam menentukan harga sehingga ada ukuran yang adil antara harga yang ditawarkan produsen dengan yang diinginkan konsumen;
•
Menetapkan beberapa jenis varietas tertentu saja pada suatu komoditas yang akan dikembangkan dan disesuaikan dengan standar yang digunakan pada industri pengolahan makanan, karena
[98]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 98
2/15/2013 7:35:50 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
jenis varietas akan menentukan kualitas produk. Dengan demikian bahan baku yang diproduksi oleh petani mendapat jaminan untuk diterima pada industri pengolahan makanan dengan harga yang adil bagi pihak petani maupun industri pengolahan; •
Perlu program pengembangan tanaman pangan lokal secara terpadu dan secara konsisten dengan melibatkan masyarakat setempat;
•
Menetapkan spesifikasi produk yang akan diusulkan sebagai produk pangan untuk program subsidi pangan bagi masyarakat berpenghasilan rendah;
•
Menetapkan spesifikasi alat pengolahan untuk menghasilkan produk;
•
Mengembangkan kemasan produk dan mencantumkan informasi nilai gizi serta bahan lain yang terkadung dalam produk tersebut sehingga menarik konsumen;
•
Perlu upaya kampanye, promosi, sosialisasi, gerakan secara terstruktur dan komprehensif yang melibatkan seluruh stakeholder untuk merubah/mengangkat image masyarakat terhadap pangan lokal guna mendorong percepatan diversifikasi pangan.
3. Jangka Panjang •
Menetapkan mekanisme dan kelembagaan pendistribusian untuk hasil produk pangan lokal yang tidak hanya sebagai program pangkin tetapi nantinya juga dapat dikonsumsi oleh masyarakat luas/umum;
•
Perlu memperhatikan penanganan keamanan pangan produk pangan lokal yang dihasilkan agar ada jaminan keamanan pangan bagi konsumen;
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 99
[99]
2/15/2013 7:35:50 PM
•
Perlu pengembangan gerai produk pangan lokal di setiap daerah kabupaten/kota agar masyarakat mengenal produk pangan lokal dan mudah mendapatkannya;
•
Upaya diversifikasi pangan harus didukung oleh pembangunan infrastruktur untuk menjamin keterjangkauan/akses pangan;
•
Membenahi penanganan teknologi pasca panen/pengolahan. Untuk itu berbagai kegiatan agar lebih terarah, terencana dan berkesinambungan, serta perlu kerjasama pemerintah, dunia usaha dan masyarakat yang dibangun secara sinergis untuk menyukseskan upaya peningkatan kualitas konsumsi pangan masyarakat untuk hidup sehat, aktif dan produktif.
***
[100]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 100
2/15/2013 7:35:50 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
PENUTUP 7
P
enganekaragaman konsumsi pangan merupakan upaya untuk memantapkan atau membudayakan pola konsumsi pangan yang beraneka ragam, bergizi seimbang, serta aman dalam jumlah dan komposisi yang cukup guna memenuhi kebutuhan gizi untuk
mendukung hidup sehat, aktif, dan produktif. Penganekaragaman konsumsi pangan akan memberi dorongan dan insentif pada penyediaan produk pangan pokok yang lebih beragam dan aman untuk dikonsumsi, termasuk produk pangan yang berbasis sumber daya lokal yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, mengurangi ketergantungan pada pangan impor dan mendorong berkembangnya diversifikasi produksi pangan lokal baik secara vertikal maupun horizontal dan industri hulu-hilir pendukungnya. Untuk mendukung strategi percepatan penganekaragaman konsumsi pangan dalam rangka peningkatan diversifikasi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman yang diindikasikan oleh peningkatan skor Pola Pangan Harapan sampai tahun 2025 sebesar 95, maka diperlukan dukungan kebijakan dan regulasi percepatan penganekaragaman konsumsi yang mampu memberikan daya ungkit yang kuat bagi penyediaan dan permintaan aneka ragam pangan secara nyata, yang secara simultan dapat mendorong terwujudnya penyediaan
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 101
[101]
2/15/2013 7:35:50 PM
aneka ragam pangan berbasis sumber daya pangan lokal, penyempurnaan manajemen teknis serta penyempurnaan data dan informasi. Upaya Kegiatan Sosialisasi Diversifikasi Pangan dan B2SA di Sekolah Dasar
untuk
mendukung
keberhasilan
percepatan
diversifikasi pangan yang diindikasikan peningkatan skor PPH sesuai sasaran yang berjalan seiring dengan penurunan konsumsi beras bukan hanya menjadi tanggung jawab Badan Ketahanan Pangan. Dukungan kementerian/lembaga lingkup pertanian maupun instansi di luar Kementerian Pertanian serta pemerintah daerah sangat penting dan menentukan. Dukungan harus diberikan oleh seluruh pemangku kepentingan terkait baik sektor pemerintah, swasta,
Kebun Sekolah di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
maupun masyarakat melalui kerjasama kemitraan yang terencana dengan baik, terintegrasi, dan terkoordinasi. Peran pemerintah maupun pemerintah daerah dalam mengembangkan program dan menggerakkan seluruh sumber daya yang tersedia secara efektif dan efisien mutlak diperlukan. Begitu pula dengan hubungan kerjasama antara pelaku usaha dengan masyarakat sehingga dapat
Kebun Sekolah di Kabupaten Sampang, Jawa Timur
mendorong percepatan penganekaragaman konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, dan aman. Disamping itu dukungan anggaran untuk menjalankan program percepatan penganekaragaman konsumsi pangan juga menjadi faktor penting dalam pencapaian sasaran sebagaimana diamanatkan Peraturan Presiden RI No. 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman
Kebun Sekolah di Metro, Lampung
Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal. ***
[102]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 102
2/15/2013 7:35:50 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
Lampiran 1 Tabel 1.1. Pola Konsumsi Pangan Pokok Berdasarkan Sumbangan Masing-Masing Bahan Pangan Terhadap Total Energi Pangan Pokok Tahun 2010* Perkotaan + Pedesaan Provinsi
Beras (%)
Jagung (%)
Terigu (%)
Ubi Kayu (%)
Ubi Jalar (%)
Kentang (%)
Sagu (%)
Umbi Lain (%)
Aceh
86,4
0,2
11,9
0,9
0,2
0,3
0,1
0,0
Beras - Terigu
Sumatera Utara
85,2
0,3
12,0
1,7
0,4
0,4
0,0
0,1
Beras - Terigu
Sumatera Barat
82,3
0,1
14,3
1,5
0,5
0,8
0,2
0,4
Beras - Terigu
Riau
81,8
0,1
14,9
2,1
0,3
0,6
0,1
0,1
Beras - Terigu
Jambi
82,0
0,3
14,5
1,8
0,5
0,8
0,0
0,1
Beras - Terigu
Sumatera Selatan
78,5
0,2
17,8
2,5
0,5
0,2
0,3
0,0
Beras - Terigu
Bengkulu
84,0
0,2
12,8
1,9
0,7
0,3
0,0
0,0
Beras - Terigu
Bangka Belitung
77,5
0,2
19,7
1,8
0,2
0,1
0,3
0,2
Beras - Terigu
Kepulauan Riau
77,7
0,3
18,6
2,2
0,4
0,3
0,5
0,1
Beras - Terigu
Lampung
83,0
0,2
13,7
2,7
0,3
0,1
0,0
0,0
Beras - Terigu
DKI Jakarta
74,6
0,2
23,2
1,4
0,3
0,4
0,0
0,0
Beras - Terigu
Jawa Barat
76,4
0,2
20,7
2,1
0,4
0,2
0,0
0,0
Beras - Terigu
Jawa Tengah
75,3
1,0
20,4
2,8
0,4
0,1
0,0
0,0
Beras - Terigu
DI Yogyakarta
73,9
0,5
22,1
3,0
0,3
0,2
0,0
0,0
Beras - Terigu
Banten
75,9
0,1
21,6
2,0
0,2
0,2
0,0
0,0
Beras - Terigu
JawaTimur
75,0
3,8
17,6
3,1
0,4
0,1
0,0
0,0
Beras - Terigu
Bali
83,9
0,4
13,6
1,1
0,7
0,1
0,0
0,1
Beras - Terigu
Nusa Tenggara Barat
82,9
0,3
15,4
1,2
0,2
0,0
0,0
0,1
Beras - Terigu
Nusa Tenggara Timur
77,6
13,3
4,8
3,4
0,3
0,0
0,4
0,2
Beras - Jagung
Kalimantan Barat
85,4
0,3
11,7
2,1
0,2
0,1
0,0
0,2
Beras - Terigu
Kalimantan Tengah
83,9
0,2
12,3
2,8
0,4
0,1
0,0
0,4
Beras - Terigu
Kalimantan Selatan
74,2
0,2
23,5
1,9
0,1
0,1
0,0
0,1
Beras - Terigu
Kalimantan Timur
76,3
0,2
19,7
3,3
0,3
0,2
0,0
0,0
Beras - Terigu
Sulawesi Utara
86,3
0,6
9,5
2,2
0,5
0,2
0,6
0,2
Beras - Terigu
Sulawesi Tengah
82,8
1,6
9,8
2,4
0,7
0,0
1,7
0,9
Beras - Terigu
Sulawesi Tenggara
76,8
4,0
13,4
2,1
1,3
0,0
2,3
0,0
Beras - Terigu
Sulawesi Selatan
80,4
1,8
15,3
1,3
0,4
0,1
0,6
0,0
Beras - Terigu
Gorontalo
78,4
9,8
9,2
2,0
0,2
0,0
0,3
0,0
Beras - Jagung - Terigu
Sulawesi Barat
83,6
0,9
12,4
2,4
0,3
0,0
0,4
0,0
Beras - Terigu
Maluku
65,7
1,3
11,8
11,2
2,5
0,0
6,8
0,7
Beras - Terigu - Ubi Kayu - Sagu
Maluku Utara
68,1
1,3
11,0
10,6
2,9
0,0
5,8
0,2
Beras - Terigu - Ubi Kayu - Sagu
Papua
45,7
0,3
7,3
6,3
29,5
0,0
8,6
2,3
Beras - Terigu - Ubi Kayu - UbiJalar - Sagu
Papua Barat
73,9
0,4
9,7
5,2
2,4
0,1
6,2
2,2
Beras - Terigu - Ubi Kayu – Sagu
Pola Konsumsi
* Diolah dari Data Susenas
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 103
[103]
2/15/2013 7:35:50 PM
Lampiran 2
Gambar 2.1. Peta Potensi Pangan Spesifik Wilayah – Jagung
Gambar 2.2. Peta Potensi Pangan Spesifik Wilayah – Ubi Kayu
[104]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 104
2/15/2013 7:35:51 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
Gambar 2.3. Peta Potensi Pangan Spesifik Wilayah – Ubi Jalar
Gambar 2.4. Peta Potensi Pangan Spesifik Wilayah – Sagu
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 105
[105]
2/15/2013 7:35:52 PM
Lampiran 3 Tabel 3.1. Perkembangan Produksi Jagung Tahun 1990 - 2011 (Ton) Tahun
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton)
Produktivitas (Ton/ha)
1990
3.158.092
6.734.028
2.132
1991
2.909.100
6.255.906
2.150
1992
3.629.346
7.995.459
2.203
1993
2.939.534
6.459.737
2.198
1994
3.109.398
6.868.885
2.209
1995
3.651.838
8.245.902
2.258
1996
3.743.573
9.307.423
2.486
1997
3.355.224
8.770.851
2.614
1998
3.847.813
10.169.488
2.643
1999
3.456.357
9.204.036
2.663
2000
3.500.318
9.676.899
2.765
2001
3.285.866
9.347.192
2.845
2002
3.109.448
9.585.277
3.083
2003
3.358.511
10.886.442
3.241
2004
3.356.914
11.225.243
3.344
2005
3.625.987
12.523.894
3.454
2006
3.345.805
11.609.463
3.470
2007
3.630.324
13.287.527
3.660
2008
4.001.724
16.317.252
4.078
2009
4.156.706
17.592.309
4.232
2010
4.143.599
18.364.430
4.432
2011
3.864.692
17.643.250
4.565
1,49
5,34
3,74
Laju (%/th) Sumber: BPS.
[106]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 106
2/15/2013 7:35:52 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
Tabel 3.2. Perkembangan Produksi Jagung Tahun 2007 - 2011 (Ton) No
Provinsi
2007
2008
2009
2010
2011 (Aram II)
1.
Aceh
125.155
112.894
137.753
167.090
162.306
2.
Sumut
804.850
1.098.969
1.166.548
1.377.718
1.353.877
3.
Sumbar
223.233
351.843
404.795
354.262
416.168
4.
Riau
40.410
47.959
56.521
41.862
37.219
5.
Jambi
30.028
34.616
38.169
30.691
42.146
6.
Sumsel
84.081
101.439
113.167
125.796
133.360
7.
Bengkulu
83.385
111.827
93.798
74.331
80.272
8.
Lampung
1.346.821
1.809.886
2.067.710
2.126.571
1.921.326
9.
Babel
2.736
1.193
1.403
1.055
1.340
10.
Riau Kep.
893
1.125
1.064
961
924
11.
Dki Jakarta
39
39
32
31
32
12.
Jabar
13.
Jateng
14.
Di.Yogya
15.
Jatim
16. 17.
577.513
639.822
787.599
923.962
976.163
2.233.992
2.679.914
3.057.845
3.058.710
2.972.798
258.187
285.372
314.937
345.576
269.937
4.252.182
5.053.107
5.266.720
5.587.318
4.955.492
Banten
20.723
20.169
27.083
28.557
14.465
Bali
69.209
77.619
92.998
66.355
61.637
18.
Ntb
120.612
196.263
308.863
249.005
412.163
19.
Ntt
514.360
673.112
638.899
653.620
548.007
20.
Kalbar
154.118
181.407
166.833
168.273
131.247
21.
Kalteng
3.971
5.982
8.048
9.345
9.037
22.
Kalsel
100.957
95.064
113.885
116.449
104.113
23.
Kaltim
11.620
12.795
12.520
11.993
11.483
24.
Sulut
406.759
466.041
450.989
446.144
452.503
25.
Sulteng
119.324
136.907
164.282
162.306
180.659
26.
Sulsel
969.955
1.195.691
1.395.742
1.343.044
1.281.390
27.
Sultra
97.037
93.064
71.655
s74.840
61.888
28.
Gorontalo
572.785
753.598
569.110
679.167
685.865
29.
Sulbar
26.633
40.252
58.320
58.020
68.799
30.
Maluku
15.685
18.924
15.859
15.273
14.265
31.
Maluku Utara
10.793
11.493
18.229
20.546
22.622
32.
Papua
7.053
1.711
1.585
6.834
7.075
33.
Irja Barat
2.428
7.155
6.787
1.931
1.668
13.287.527
16.317.252
17.629.748
18.327.636
17.392.246
Indonesia
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 107
[107]
2/15/2013 7:35:52 PM
Tabel 3.3 Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktifitas Ubi Kayu 1990 - 2011 Tahun
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton)
Produktifitas (Ton/ha)
1990
1.311.564
15.829.635
12.069
1991
1.319.143
15.954.467
12.095
1992
1.351.324
16.515.855
12.222
1993
1.401.640
17.285.385
12.332
1994
1.356.580
15.729.232
11.595
1995
1.324.259
15.441.481
11.660
1996
1.415.101
17.002.455
12.015
1997
1.243.366
15.134.021
12.172
1998
1.205.353
14.696.203
12.192
1999
1.350.008
16.458.544
12.191
2000
1.284.040
16.089.020
12.530
2001
1.317.912
17.054.648
12.941
2002
1.276.533
16.912.901
13.249
2003
1.244.543
18.523.810
14.884
2004
1.255.805
19.424.707
15.468
2005
1.213.460
19.321.183
15.922
2006
1.227.459
19.986.640
16.283
2007
1.201.481
19.988.058
16.636
2008
1.204.933
21.756.991
18.057
2009
1.175.666
22.039.145
18.746
2010
1.182.592
23.908.459
20.217
2011
1.184.696
24.044.025
20.296
Laju
-0,38
2,18
2,57
Sumber : BPS.
[108]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 108
2/15/2013 7:35:52 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
Tabel 3.4. Perkembangan Produksi Ubi kayu Tahun 2007 - 2011 (Ton) No
Provinsi
2007
2008
2009
2010
2011 (Aram II)
1.
Aceh
41.558
38.403
49.839
43.810
40.877
2.
Sumut
438.573
736.771
1.007.284
905.571
1.075.215
3.
Sumbar
114.551
102.285
115.492
193.188
202.249
4.
Riau
51.784
50.772
68.046
75.904
81.208
5.
Jambi
44.794
36.905
39.355
39.564
40.575
6.
Sumsel
150.133
197.150
166.890
159.929
199.246
7.
Bengkulu
76.924
49.478
37.311
43.847
45.664
8.
Lampung
6.394.906
7.721.882
7.569.178
8.637.594
9.004.303
9.
Babel
18.666
19.722
23.332
21.427
18.396
10.
Riau Kep.
7.077
9.364
9.180
8.397
8.170
11.
Dki Jakarta
628
454
305
290
221
12.
Jabar
1.922.840
2.034.854
2.086.187
2.014.402
2.185.650
13.
Jateng
3.410.469
3.325.099
3.676.809
3.876.242
4.068.583
14.
Di.Yogya
976.610
892.907
1.047.684
1.114.665
1.061.729
15.
Jatim
3.423.630
3.533.772
3.222.637
3.667.058
2.896.269
16.
Banten
117.550
115.591
105.621
118.979
106.958
17.
Bali
174.189
169.761
171.456
163.746
165.839
18.
Ntb
88.527
68.386
85.062
70.606
75.448
19.
Ntt
794.121
928.974
913.053
1.032.538
1.040.412
20.
Kalbar
221.630
193.804
166.584
177.807
174.063
21.
Kalteng
67.617
73.344
74.670
76.669
74.118
22.
Kalsel
117.322
119.085
121.656
76.202
116.446
23.
Kaltim
105.395
116.218
125.714
110.061
110.526
24.
Sulut
74.406
83.656
77.206
84.084
78.154
25.
Sulteng
70.858
70.181
82.294
74.128
79.756
26.
Sulsel
514.277
504.198
434.862
601.437
516.981
27.
Sultra
239.271
217.727
226.927
163.350
264.819
28.
Gorontalo
7.432
9.215
7.117
6.171
7.657
29.
Sulbar
45.921
54.809
47.781
46.368
50.828
30.
Maluku
105.761
107.214
124.442
144.407
113.175
31.
Maluku Utara
118.354
116.838
106.443
109.033
113.849
32.
Papua
34.450
35.100
36.500
35.531
35.874
33.
Papua Barat Indonesia
17.834
23.072
12.228
25.113
26.763
19.988.058
21.756.991
22.039.145
23.918.118
24.080.021
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 109
[109]
2/15/2013 7:35:52 PM
Tabel 3.5. Kabupaten Sentra Produksi Ubikayu No
Provinsi
Kabupaten Sentra
1.
Aceh
Aceh Utara, Aceh Timur
2.
Sumut
Nias, Tapsel, Taput, Asahan, Simalungun, Deli Serdang, Langkat
3.
Sumbar
Tanah Datar, Sawah Lunto
4.
Riau
Indragiri Hulu, Kampar, Bengkalis
5.
Jambi
Batanghari, Bungo Tebo, Sarolangun Bangko
6.
Sumsel
OKU, OKI, Muara Enim, Mura, Muba
7.
Babel
Bangka
8.
Bengkulu
Rejang Lebong
9.
Lampung
Lampung Selatan, Lampung Tengah, Lampung Timur, Tulang Bawang, Way Kanan
10.
Jabar
Bogor, Sukabumi, Purwakarta,Sumedang, Cianjur, Bandung, Garut, Tasikmalaya, Ciamis
11.
Jateng
Camis, Banyumas, Banjarnegara,Kebumen, Boyolli, Wonogiri, Kr Anyar, Pati, Purbalingga, Purworejo, Sragen Wonosobo, Jepara, Magelang, Sukoharjo, Semarang,
12.
DIY
Gunung Kidul
13.
Jatim
Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Malang, Probolinggo, Blitar, Tulung Agung, Kediri, Jember, Bondowoso, Pasuruan, Madiun, Magetan, Ngawi, Tuban, Sampang, Sumenep, Bangkalan, Pamekasan
14.
Banten
Pandeglang, Lebak, Tanggerang, Serang
15.
Bali
Klungkung, Karang Asem, Buleleng
16.
NTB
Lombar, Sumbawa, Bima, Lomteng
17.
NTT
Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Manggarai, Sumba Barat, Kupang, Belu, Alor, Flores Timur, Sikka, Ende, Ngada
18.
Kalbar
Sambas, Pontianak, Sanggau, Sintang
19.
Kalteng
Kapuas
20.
Kalsel
Tanah Laut, Kotabaru
21.
Kaltim
Pasir, Kutai
22.
Sulut
Bolmong, Minahasa
23.
Gorontalo
Gorontalo
24.
Sulteng
Donggala, Poso, Banggai, Buol,Toli Toli
25.
Sultra
Buton, Muna, Kendari
26.
Sulsel
Bantaeng, Bulukumba, Goa, Jeneponto, Majene, Maros
27.
Maluku
Malteng, Maluku Tenggara
28.
Maluku Utara
Halmahera Tengah, Maluku Utara
Sumber : Ditjentan
[110]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 110
2/15/2013 7:35:52 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
Tabel 3.6. Perkembangan Luas Panen, Produksi Dan Produktifitas Ubi Jalar Indonesia Tahun 1990 - 2011 Tahun
Luas Panen (Ha)
Produksi (Ton)
Produktifitas (Ton/ha)
1990
208.732
1.971.466
9.445
1991
214.316
2.039.212
9.515
1992
229.786
2.171.036
9.448
1993
224.098
2.088.205
9.318
1994
197.170
1.845.178
9.358
1995
228.676
2.171.027
9.494
1996
211.681
2.017.516
9.531
1997
195.436
1.847.492
9.453
1998
202.093
1.935.044
9.575
1999
172.243
1.665.547
9.670
2000
194.262
1.827.687
9.408
2001
181.926
1.749.070
9.614
2002
177.275
1.771.692
9.994
2003
197.455
1.991.478
10.086
2004
184.546
1.901.802
10.305
2005
178.336
1.856.969
10.413
2006
176.507
1.854.238
10.505
2007
176.932
1.886.852
10.664
2008
174.561
1.880.977
10.775
2009
183.874
2.057.913
11.192
2010
181.073
2.051.046
11.327
2011
178.121
2.196.033
12.329
-0,46
0,82
1,30
Laju (%/th) Sumber :BPS.
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 111
[111]
2/15/2013 7:35:52 PM
Tabel 3.7. Perkembangan Produksi Ubi Jalar Tahun 2007 - 2011 (Ton) No
Provinsi
1.
Aceh
2. 3.
2008
2009
2010
2011 (Aram II)
15.187
13.172
15.298
11.095
12.090
Sumut
117.641
114.186
140.138
179.388
179.473
Sumbar
53.793
61.817
77.476
104.302
99.718
4.
Riau
12.814
11.330
9.736
9.967
10.062
5.
Jambi
36.363
21.825
20.614
21.156
32.489
6.
Sumsel
21.515
19.621
20.800
22.839
22.741
7.
Bengkulu
32.131
30.682
20.930
27.840
29.630
8.
Lampung
46.772
48.191
45.041
44.920
48.183
9.
Babel
5.144
4.653
4.828
3.751
3.222
10.
Riau Kep.
1.472
1.490
1.427
1.790
1.805
11.
Dki Jakarta
-
-
-
-
-
12.
Jabar
375.714
376.490
469.646
430.998
431.372
13.
Jateng
143.364
117.159
147.083
137.723
152.551
14.
Di.Yogya
15.
Jatim
16. 17. 18.
Ntb
13.007
10.985
11.276
13.134
11.597
19.
Ntt
102.375
107.316
103.635
121.284
120.082
20.
Kalbar
13.882
12.871
11.735
14.959
12.186
21.
Kalteng
8.619
12.153
10.763
9.583
9.727
22.
Kalsel
31.143
25.903
29.968
25.007
25.631
23.
Kaltim
30.855
29.372
31.947
25.156
26.384
24.
Sulut
35.475
42.062
53.121
51.838
50.738
25.
Sulteng
29.079
27.689
29.821
26.332
26.121
26.
Sulsel
58.819
66.546
68.372
57.513
66.960
27.
Sultra
27.588
30.892
25.577
25.304
26.242
28.
Gorontalo
2.974
3.947
3.456
2.926
3.095
29.
Sulbar
9.304
15.895
15.756
15.666
17.785
30.
Maluku
20.929
21.778
22.338
20.734
18.263
31.
Maluku Utara
35.199
35.094
30.381
27.666
29.531
32.
Papua
306.804
337.096
343.325
349.134
357.976
33.
Papua Barat
18.702
15.340
10.599
10.557
13.409
1.886.852
1.881.761
2.057.913
2.051.046
2.126.887
5.496
7.656
6.687
6.484
6.563
149.811
136.556
162.607
141.103
171.322
Banten
33.694
33.793
34.549
40.579
39.562
Bali
91.187
88.201
78.983
70.318
70.377
INDONESIA
[112]
2007
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 112
2/15/2013 7:35:52 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
Tabel 3.8. Taksiran Luas Area Sagu di Indonesia (Ha) No
Pulau
1
Sumatera
2
Kalimantan
3
Jawa
4
Maluku
5
Sulawesi
6
Papua
Indonesia
Sebaran Area Sagu (Ha) 31.872 - 37.000 2.795 - 5.572 292 30.000 - 94.999 25.000 - 55.666 600.000 - 4.183.300 689.959 - 4.376.829
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 113
[113]
2/15/2013 7:35:53 PM
Lampiran 4 Tabel 4.1. Perkembangan Produksi Sayuran di Indonesia 2005 – 2010 (Ton) No
Provinsi
2006
2007
2008
2009
2010
1.
Aceh
175.474
208.848
178.138
156.027
154.957
215.899
2.
Sumatera Utara
907.346
845.959
857.516
934.869
930.215
1.036.505
3.
Sumatera Barat
240.204
285.671
300.997
356.834
369.093
396.795
4.
Riau
41.789
63.829
87.667
60.724
73.620
77.452
5.
Jambi
159.402
150.777
197.804
189.679
197.575
178.303
6.
Sumsel
103.413
130.663
111.240
171.100
177.371
188.698
7.
Bengkulu
207.227
294.581
325.265
406.672
382.770
470.102
8.
Lampung
153.388
169.804
175.995
223.931
232.725
261.436
9.
Bangka Belitung
17.989
32.229
31.964
30.357
34.516
35.070
10.
Kepulauan Riau
-
11.748
31.263
29.584
34.124
24.555
Sumatera
2.006.232
2.194.110
2.297.850
2.559.777
2.586.966
2.884.815
11.
DKI Jakarta
21.527
22.835
19.354
19.316
28.776
36.050
12.
Jawa Barat
3.202.413
2.944.388
2.990.768
2.838.412
2.939.553
2.632.886
13.
Jawa Tengah
1.230.025
1.521.019
1.489.786
1.755.797
1.894.938
2.068.178
14.
D.I. Yogyakarta
89.616
78.786
73.842
83.375
88.309
84.601
15.
Jawa Timur
1.086.133
1.190.379
1.108.865
1.117.224
1.242.430
1.235.351
16.
Banten
187.104
173.094
135.275
120.203
117.610
143.633
5.816.818
5.930.500
5.817.890
5.934.328
6.311.616
6.200.699
Jawa 17.
Bali
148.678
153.137
160.974
151.998
173.274
197.154
18.
NTB
158.559
189.020
193.831
185.372
275.241
209.219
19.
NTT
50.468
77.962
77.131
147.943
130.892
65.098
357.705
420.119
431.936
485.313
579.407
471.471
Bali & NT 20.
Kalimantan Barat
80.645
77.812
57.097
66.493
78.276
57.756
21.
Kalteng
28.224
35.535
31.335
50.962
53.091
28.050
22.
Kalsel
36.158
47.059
55.299
57.045
53.763
55.385
23.
Kalimantan Timur
109.655
131.806
134.960
156.064
131.334
136.698
254.682
292.212
278.691
330.564
316.464
277.889
274.227
240.731
257.881
303.052
372.604
323.181
Kalimantan
[114]
2005
24.
Sulawesi Utara
25.
Sulawesi Tengah
21.444
41.953
35.255
39.184
45.674
85.503
26.
Sulawesi Selatan
256.488
256.356
157.812
218.935
204.689
253.484
27.
Sultra
34.738
40.952
43.742
20.033
52.678
67.659
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 114
2/15/2013 7:35:53 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
No
Provinsi
28.
Gorontalo
29.
Sulawesi Barat Sulawesi
2005
2006
2007
2008
2009
2010
17.939
19.165
15.784
16.550
24.084
24.882
-
20.459
26.457
16.731
14.387
15.646
604.836
619.616
536.930
614.485
714.116
770.355
13.682
17.381
16.602
7.302
3.864
5.766
6.629
6.375
8.254
8.678
8.448
4.475
30.
Maluku
31.
Maluku Utara
32.
Papua
28.935
34.078
50.085
54.062
59.441
49.150
33.
Papua Barat
12.468
13.070
17.223
40.584
47.963
41.766
Maluku & Papua
61.714
70.904
92.165
110.626
119.716
101.157
9.101.987
9.527.462
9.455.462
10.035.094
10.628.285
10.706.386
Indonesia
Sumber : Statistik Hortikultura Tahun 2005; - Data provinsi Riau termasuk data provinsi Kep. Riau; - Data provinsi Sulsel termasuk data provinsi Sulbar
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 115
[115]
2/15/2013 7:35:53 PM
Tabel 4.2. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun 2007 – 2009 No
Komoditas
Produksi (Ton) 2007
2009
Kol/Kubis
1.288.738
1.323.702
1.358.113
2.
Kentang
1.003.732
1.071.543
1.176.304
3.
Bawang Merah
802.81
853.615
965.164
4.
Tomat
635.474
725.973
853.061
5.
Cabe Besar
676.828
695.707
787.433
6.
Cabe Rawit
451.965
457.353
591.294
7.
Ketimun
581.205
540.122
583.139
8.
Petsai/Sawi
564.912
565.636
562.838
9.
Bawang Daun
479.924
547.743
549.365
10.
Kacang Panjang
488.499
455.524
483.793
11.
Terung
390.846
427.166
451.564
12.
Kangkung
335.086
323.757
360.992
13.
Wortel
350.17
367.111
358.014
14.
Labu Siam
254.056
394.386
321.023
15.
Buncis
266.79
266.551
290.993
16.
Melinjo
205.728
230.654
221.097
17.
Petai
178.68
213.536
183.679
18.
Bayam
155.863
163.817
173.75
19.
Kacang Merah
112.271
115.817
110.051
20.
Kembang Kol
124.252
109.497
96.038
21.
Jamur
48.247
43.047
38.465
22.
Lobak
42.076
48.376
29.759
23.
Bawang Putih
17.312
12.339
15.419
24.
Paprika
-
2.114
4.462
25.
Jengkol
80.008
62.475
9.455.464
10.035.094
10.628.285
Sayur
[116]
2008
1.
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 116
2/15/2013 7:35:53 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
Tabel 4.3. Perkembangan Produksi Buah-buahan di Indonesia 2005 - 2010 No
Provinsi
2005
2006
2007
2008
2009
2010
224.870
269.606
220.970
130.059
193.331
208.765
1.
Aceh
2.
Sumatera Utara
1.459.137
1.674.425
1.920.640
1.874.263
1.825.044
1.931.560
3.
Sumatera Barat
305.689
330.452
286.857
397.724
369.205
367.652
4.
Riau
233.170
259.639
141.412
180.917
217.787
112.737
5.
Jambi
106.764
151.897
260.205
223.966
291.722
206.456
6.
Sumatera Selatan
624.802
790.673
471.367
606.202
586.171
491.626
7.
Bengkulu
61.171
93.500
93.774
155.695
118.402
70.677
8.
Lampung
850.402
1.076.228
2.101.215
1.475.847
1.361.523
1.395.048
9.
Bangka Belitung
75.763
62.467
61.154
58.223
60.519
46.978
10.
Kepulauan Riau
-
1.851
5.063
18.108
28.605
23.211
Sumatera
3.941.767
4.710.738
5.562.657
5.121.004
5.052.310
4.854.710
11.
DKI Jakarta
13.663
12.686
11.166
11.085
12.450
12.495
12.
Jawa Barat
2.788.021
3.252.085
3.366.686
3.395.811
3.365.945
2.196.745
13.
Jawa Tengah
1.623.246
1.502.255
1.577.905
2.068.969
2.207.543
1.702.596
14.
D.I. Yogyakarta
331.679
261.226
260.873
270.169
268.509
222.018
15.
JawaTimur
2.700.787
2.928.229
2.800.392
3.421.413
3.427.808
2.693.402
16.
Banten
313.774
335.842
211.766
219.598
307.189
324.763
7.771.170
8.292.323
8.228.788
9.387.045
9.589.445
7.152.019
Jawa 17.
Bali
428.989
460.526
457.863
441.395
528.346
408.297
18.
NTB
320.196
331.721
380.468
234.669
384.733
338.694
19.
NTT
240.139
241.886
412.047
466.832
636.065
424.040
989.324
1.034.133
1.250.378
1.142.896
1.549.144
1.171.031
388.426
416.176
393.932
367.678
425.329
302.476
97.834
110.012
120.523
103.454
172.983
114.003
Bali & NT 20.
Kalimantan Barat
21.
Kalteng
22.
Kalsel
304.466
262.888
244.231
261.415
321.595
256.220
23.
Kalimantan Timur
195.566
202.716
217.332
278.028
292.824
259.087
986.292
991.792
976.018
1.010.575
1.212.731
931.786
Kalimantan 24.
Sulawesi Utara
122.172
109.294
116.517
136.357
144.071
166.110
25.
Sulawesi Tengah
118.036
82.432
88.872
82.618
88.129
159.528
26.
Sulawesi Selatan
597.311
529.387
487.298
516.502
576.157
490.882
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 117
[117]
2/15/2013 7:35:53 PM
Lanjutan Tabel 4.3 No
Provinsi
27.
Sultra
28.
Gorontalo
29.
Sulawesi Barat Sulawesi
2005
2006
2007
2008
2009
2010
128.008
90.661
62.816
94.021
75.796
202.094
10.390
10.845
17.571
14.696
17.074
14.428
-
212.954
194.324
357.067
248.690
240.094
975.918
1.035.573
967.398
1.201.261
1.149.917
1.273.136
30.
Maluku
21.881
27.896
39.455
25.457
22.239
34.138
31.
Maluku Utara
54.133
40.992
52.738
91.340
6.732
29.664
32.
Papua
17.983
12.520
27.284
13.205
50.275
21.731
33.
Papua Barat
28.131
25.163
11.906
35.106
21.107
22.158
122.128
106.571
131.383
165.108
100.354
107.691
7.015.429
7.878.807
8.887.834
8.640.844
9.064.455
8.338.354
Maluku & Papua Indonesia
Sumber : Statistik Hortikultura Tahun 2005; - Data provinsi Riau termasuk data provinsi Kep. Riau; - Data provinsi Sulsel termasuk data provinsi Sulbar
[118]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 118
2/15/2013 7:35:53 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
Tabel 4.4. Produksi Tanaman Buah di Indonesia Tahun 2007 – 2009 No
Komoditas
Produksi (Ton) 2007
2008
2009
1.
Pisang
5.454.226
6.004.615
6.373.533
2.
Mangga
1.818.619
2.105.085
2.243.440
3.
Jeruk siam
2.551.635
2.391.011
2.025.840
4.
Nenas
2.237.858
1.433.133
1.558.196
5.
Rambutan
705.823
978.259
986.841
6.
Salak
805.879
862.465
829.014
7.
Durian
594.842
682.323
797.798
8.
Pepaya
621.524
717.899
772.844
9.
Nangka/ Cempedak
601.929
675.455
653.444
10.
Semangka
350.78
371.498
474.327
11.
Apel
160.794
262.009
12.
Alpukat
201.635
244.215
257.642
13.
Jambu Biji
179.474
212.260
220.202
14.
Duku
178.026
158.649
195.364
15.
Sawo
101.263
120.649
127.876
16.
Markisa
106.788
138.027
120.796
17.
Sukun
92.014
113.778
110.923
18.
Jeruk Besar
74.249
76.621
105.928
19.
Manggis
112.722
78.674
105.558
20.
Jambu Air
94.015
111.495
104.885
21.
Melon
59.814
56.883
85.861
22.
Blewah
57.725
55.991
75.124
23.
Belimbing
59.984
72.397
72.443
24.
Sirsak
55.798
55.042
65.359
25.
Stroberi
128.701
19.132
26.
Anggur
21.97
9.519
17.116.622
18.027.889
18.653.900
Total Buah
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 119
[119]
2/15/2013 7:35:53 PM
Lampiran 5 Tabel 5. Potensi Produk Pangan Pokok Nusantara No.
Provinsi
Pangan Lokal
Bahan Baku
1
Aceh
Lempeng Ubi Kayu
Sagu
Nasi Jagung
Jagung
Briani Pisang
Pisang Kepok & Daging sapi
Dalica
Kentang, Pisang & Daging Sapi,
Pajri
Nenas
Croh Payeh
Udang
Putri Carden
Tepung Ubi
Timpan Sagu
Pisang Wak Tua & Tepung Sagu
Balacang Kelapa
Ikan asin & Udang Basah
Manggadong
Ubi Kayu
Nasi Jagung
Jagung
2
3 4
5
6
[120]
Sumatera Utara
Sumatera Barat Kepulauan Riau
Jambi
Sumatera Selatan
Bebilar (Beras Ubi Jalar)
Ubi Jalar
Sagon Bakar
Tepung Kanji
Laksamana Mengamuk
Buah kueni
Belut Berselimut Bayam
Ikan Belut, Bayam & Telur Ayam
Pinere
Sagu
Lompong Sagu
Tepung sagu & Pisang
Laksa Sagu
Sagu
Otak-otak
Ikan & Cumi
Mie Laksa
Sagu & Ikan Tamban
Pindang Ikan Belanak
Ikan belanak
Kirai Sagu
Tepung sagu
Mie Goreng Sagu
Mie Sagu & Telur Ayam
Gobal Sagu
Sagu Basah
Mie Tarempa
Mie Sagu & Telur Ayam
Lendod
Sagu
Krenas
Sagu butir
Burgo Kuah
Ubi Kayu
Kue Satu
Tepung Sagu & Telur Ayam
Brengkes Tempoyak
Durian & Ikan Patin
Gulai Tekuyung
Tekuyung
Gulai Aur
Rebung
Rasbi (Beras Ubi)
Ubi Jalar
Pindang Iwak
Ikan Patin
Pempek
Ikan Tenggiri & Tepung Sagu
Tekwan
Ikan Tenggiri & Tepung Sagu
Kumbu
Kacang Merah
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 120
2/15/2013 7:35:53 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
Lanjutan Tabel 5. No.
7
8
9
10 11
Provinsi
Riau
Bengkulu
Bangka Belitung
Lampung DKI Jakarta
Pangan Lokal
Bahan Baku
Mentu
Ikan Gabus
Pindang Meranjat
Ikan Gabus
Kipo
Sagu
Geblek
Ubi Kayu & Susu
Sagu Rendang
Sagu
Sagu Lemak
Sagu
Sagu Stick
Sagu
Nasi Ganyong
Ganyong & Jagung
Lawar Kemumu Unji
Unji & Kemumu
Kecepul Maje
Jagung
Gulai Ikan Pelus
Ikan Pelus
Violet Nan Elot
Ubi jalar & Tepung Kanji
Nasi Aruk
Ubi Kayu
Kue Rengai
Beras Aruk & Tepung Tapioka
Lempah Kuning Ikan
Ikan & Nanas
Kembung Bertelur
Ikan Kembung, Telur Ayam & Sagu
Begudo Ikan Teri
Ikan Teri & Telur Ayam
Cingkong Kepiting
Kepiting, Telur & Tepung Tapioka
Kericu
Sagu, Telur Cumi dan Telur Ayam
Beras Siger
Ubi Kayu
Oyek
Ubi Kayu
Jalejo
Jagung, Kedelai dan Kacang Hijau
Tauge Goreng
Toge, Tahu Putih, dan Tauco
Sayur Babanci
Daging Sapi & Jeroan Kambing
Kue Rangi
Tepung Sagu Aren
Kue Pepe
Tepung Kanji
Asinan Jakarta
Kacang Tanah, Sawi, Timun, Toge, Mie Basah
Soto Tangkar
Daging Sapi & Tulang Iga
12
Banten
Beras Analog
Ubi Kayu
13
Jawa Barat
Rasi
Ubi Kayu
Nasi Ubi Kayu
Ubi Kayu
Dongkal/Gaplek
Ubi Kayu
Tiwul Selimut Telur
Ubi Kayu & Telur Ayam
Gurandil
Ubi Kayu
Mustofa Ubi
Ubi Jalar
Talam Ubi Ungu
Ubi Jalar Ungu
Sego Jagung
Jagung
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 121
[121]
2/15/2013 7:35:53 PM
Lanjutan Tabel 5. No.
14
Jawa Tengah
15
DI.Yogyakarta
16
Jawa Timur
17
Bali
18
19
[122]
Provinsi
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Pangan Lokal
Bahan Baku
Beras Analog
Jagung/Ubi Kayu/Ubi Jalar
Gongsir
Jagung
Tiwul
Ubi Kayu
Beras Jagung
Jagung
Tiwul Instan
Ubi Kayu
Mie Sehat
Ubi Kayu
Gudeg Nangka
Nangka Muda
Brongkos
Kacang Tolo & Tempe
Nasi Growol
Ubi Kayu
Geblek
Ubi Kayu
Tempe Benguk
Kacang Koro Benguk
Slondok
Ubi Kayu
Tiwul
Ubi Kayu
Nasi Jagung
Jagung
Ledok
Jagung & Ubi Jalar
Betutu
Ayam
Kekiping
Tepung Gaplek & Kacang
Rempeyek
Ubi Ungu, Kacang Tanah dan Kedelai
Semprit
Pisang
Nasi Gadung
Ubi Gadung
Nasi Timbul
Buah Timbul
Sengit
Talas
Mie Sagu
Sagu & Udang
Sayur Sulur Keladi
Keladi & Sulur
Sayur Gulai Umbut Kelapa
Umbut Kelapa & Tulang Iga
Korket Ubi Kuah Sup Kikil
Ubi Kayu & Kikil Sapi
Nasi Kopu
Ubi Kayu
Soto Manggala
Ubi Kayu, Ayam Kampung & Telur Ayam
Papeda
Sagu
Sagu Goreng
Sagu
Talam Jagung
Jagung & Tepung Sagu
Kakicak
Ubi Kayu
Kroket Sukun
Sukun
Kripik Saluang
Ikan Saluang
20
Kalimantan Selatan
Jepa-Jepa
Ubi Kayu
21
Kalimantan Timur
Iluy
Ubi Kayu
Bubur Gunting
Sagu
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 122
2/15/2013 7:35:53 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
Lanjutan Tabel 5. No.
22
23
24
25 26
Provinsi
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Utara Sulawesi Barat
Pangan Lokal
Bahan Baku
Gangan Keladi Asam
Keladi, Ubi Jalar, Ubi Kayu & Kangkung
Tempuyak
Durian
Sayur Umbut Rotan
Rotan muda
Rabuk Harua
Ikan Gabus & Kepiting
Jelore
Tepung Ubi Kayu
Kapurung
Sagu, Ikan, Ayam & Kacang Tanah
Barobbo
Jagung, Ayam & Kacang Panjang
Bassang
Jagung
Pallubasa
Daging sapi
Coto Makassar
Daging Sapi, Babat, Usus & Kacang Tanah
Kambu Paria
Pare & Pare
Dangke
Susu Sapi & Susu Kambing
Pallubutung
Pisang Kepok
Sinonggi
Sagu
Kasuami
Ubi Kayu
Kabuto (Hogo-Hogo)
Ubi Kayu
Dange
Sagu panggang
Kapusu Nosu
Jagung ketan
Kagili
Ubi Kayu, Jagung & Kacang Tunggak
Katumbu
Jagung Muda
Parende Sumowo Kalo Ikan
Ikan Kakap, Cumi-Cumi & Udang
Bou Pinare Nahu Nggaluku
Ikan Gabus
Kasiuna Kaholeo
Ikan Teri Asap
Nasi Jagung
Jagung
Papeda
Sagu
Kapurung
Sagu
Jepa
Sagu
Doko-doko Ubi Kayu
Ubi kayu
Binte
Jagung
Kaledo
Tulang Kaki Sapi
Palu Mara
Ayam & Ikan
Penja
Ikan duo
Kambu Paria
Paria & Ikan
Binthe Bilihute
Jagung
Bubur Manado
Jagung
Loka Anjoroi
Pisang
Lame Ayu Anjoroi
Ubi Kayu
Ule-Ule Tarreang
Jewawut
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 123
[123]
2/15/2013 7:35:53 PM
Lanjutan Tabel 5. No.
Provinsi
27
Gorontalo
28
29
30
[124]
NTB
NTT
Maluku
Pangan Lokal
Bahan Baku
Jepa
Ubi Kayu
Binthe Bilihute
Jagung
Ilabulo
Sagu & Hati Ayam
Kue Popolulu
Ubi Jalar
Kue Sabongi
Ubi Kayu & Pisang
Kue Kala-Kala
Pisang
Kue Kokole
Sagu
Putung Ilahe
Jantung Pisang & Ikan
Bubur Sada
Jagung Halus
Duwo Delepao
Sagu & Ikan
Beras Analog
Ubi Kayu
Jagung Bose
Jagung
Pelecing Kangkung
Kangkung Lombok
Sayur Lebui
Biji lebui tua
Sirap Padang
Ikan Kakap
Doco Fo’o Tota
Mangga Muda & Udang
Mangge Mada
Jantung Pisang Kepok & Udang
Luhluh
Ikan Tenggiri
Nasi Jagung
Beras jagung (ukuran sedang)
Jagung Bose
Jagung
Kapuru
Jagung & Kacang Tanah
Jagung Titi
Jagung
Manggullu
Sale Pisang & Kacang Tanah
Nasi Tominuku
Ubi Ungu & Ubi Putih
Koil Mbuka
Ubi Kayu
Sombu
Ubi Kayu & Jagung
Akar Bilang
Tepung sagu
Ut Moruk
Tepung jagung
Papeda
Sagu
Sagu Lempeng
Sagu
Enbal
Ubi Kayu
Bagea
Sagu
Sinoli
Sagu
Babengka Ubi Kayu
Ubi Kayu
Sangkola
Ubi Kayu
Garontong
Jagung
Babengka Ubi Jalar
Ubi jalar
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 124
2/15/2013 7:35:53 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
Lanjutan Tabel 5. No.
31
32
33
Provinsi
Maluku Utara
Papua
Papua Barat
Pangan Lokal
Bahan Baku
Kumbili
Kumbili
Nasi Hotong
Hotong
Sagu Lempeng
Sagu
Papeda
Sagu
Sayur Garu
Jantung pisang
Kasbi/Pisang Santan
Ubi Kayu & Pisang
Bagea Kenari
Sagu & Kenari
Ikan Pampis
Ikan Cakalang & Ikan Asap
Popare Isi
Pare, Ikan Cakalang & Tuna
Pisang Coe
Pisang masak
Rica Isi
Ikan Cakalang
Cingkarong
Jagung muda
Papeda
Sagu
Lilin Genemo
Genemo, Sayur Lilin, Jagung & Wortel
Puding Sagu Buah Merah
Sagu, Buah Merah & Nangka
Lemper Singkong
Singkong
Kelepon Ubi Jalar
Ubi Jalar & Tepung Sagu
Sop Kepiting
Kepiting
Bubur Kacang Sagu
Kacang Hijau & Sagu
Papeda
Sagu
Umbi-Umbian
Umbi-Umbian
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 125
[125]
2/15/2013 7:35:53 PM
Gambar 6. Struktur Organisasi Kementerian Pertanian Republik Indonesia
Lampiran 6
[126]
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 126
2/15/2013 7:35:54 PM
ROADMAP
Diversifikasi Pangan Tahun 2011 - 2015
Tabel 6. Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan Sekretariat Badan Ketahanan Pangan 1.
Bagian Perencanaan
a. b. c.
Sub Bagian Rencana Program Sub Bagian Kerjasama Program Sub Bagian Rencana Penganggaran
2.
Bagian Keuangan dan Perlengkapan
a. b. c.
Sub Bagian Perbendaharaan Sub Bagian Akuntansi & Verifikasi Sub Bagian Perlengkapan & RT
3.
Bagian Umum
a. b. c.
Sub Bagian Organisasi & Kepegawaian Sub Bagian Hukum Sub Bagian Humas & TU
4.
Bagian Evaluasi dan Pelaporan
a. b. c.
Sub Bagian Data dan Informasi Sub Bagian Evaluasi Sub Bagian Pelaporan dan TLHP
Fungsional Statistisi Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan 1.
Bidang Ketersediaan Pangan
a. b.
Sub Bidang Analisis Ketersediaan Pangan Sub Bidang Sumberdaya Pangan
2.
Bidang Akses Pangan
a. b.
Sub Bidang Analisis Akses Pangan Sub Bidang Pengembangan Akses Pangan
3.
Bidang Kerawanan Pangan
a. b.
Sub Bidang Analisis Kerawanan Pangan Sub Bidang Penanggulangan Kerawanan Pangan
Pusat Distribusi dan Cadangan Pangan 1.
Bidang Distribusi Pangan
a. b.
Sub Bidang Analisis Distribusi Pangan Sub Bidang Kelembagaan Distribusi Pangan
2.
Bidang Harga Pangan
a. b.
Sub Bidang Analisis Harga Pangan Produsen Sub Bidang Analisis Harga Pangan Konsumen
Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan 1.
Bidang Penganekaragaman Pangan
a. b.
Sub Bidang Pengembangan Pangan Lokal Sub Bidang Promosi Penganekaragaman Pangan
2.
Bidang Konsumsi Pangan
a. b.
Sub Bidang Kebutuhan Konsumsi Pangan Sub Bidang Pola Konsumsi Pangan
3.
Bidang Keamanan Pangan Segar
a. b.
Sub Bidang Pengawasan Keamanan Pangan Segar Sub Bidang Kelembagaan Keamanan Pangan Segar
Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
ROADMAP DEPTAN.indb 127
[127]
2/15/2013 7:35:55 PM
ROADMAP DEPTAN.indb 128
2/15/2013 7:35:55 PM