MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA CERITA PENDEK DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING and LEARNING DI KELAS VII SMPN II TAROGONG TAHUN PELAJARAN 2011/2012
MAKALAH
Oleh Saotih 1021.0493
SEKO LA H DAN IL
AN URU G ID IKAN
GG TIN PENI KE U D M
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) SILIWANGI BANDUNG 2012
MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA CERITA PENDEK DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING and LEARNING DI KELAS VII SMPN II TAROGONG TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Saotih 1021.0493
Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung 2012
ABSTRAK Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Hal ini, sesuai dengan yang dilakukan penulis, yaitu menerapkan pendekatan CTL dan pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran membaca cerpen. Serangkaian perlakuan dan tes pada dua kelas yang berbeda penulis lakukan. Sementara itu, hasil pengujian uji / diperoleh bahwa kedua pendekatan menunjukkan hasil pembelajaran yang efektif. Pada pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL diperoleh t hitung = 1,74, sementara t tabel = 1,67 (t hitung > t tabel). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan CTL cukup efektif dalam peningkatan hasil belajar siswa. Sementara itu, pada pembelajaran yang menggunakan pendekatan keterampilan proses juga menunjukkan hasil pembelajaran yang efektif. Hal itu, ditunjukkan oleh hasil uji / yaitu t hitung 1,92 dan t tabel = 1,67. Hal ini, menunjukkan bahwa pendekatan keterampilan proses efektif meningkatkan hasil belajar siswa. Selanjutnya, berdasarkan studi komparatif, diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan antara rata-rata nilai pembelajaran membaca cerpen yang menggunakan pendekatan CTL dan yang menggunakan pendekatan keterampilan proses. Namun, perbedaan tersebut tidak memiliki signifikansi. Perbandingan hasil perhitungan korelasi antara nilai prates di kelas CTL dan nilai prates di kelas keterampilan proses adalah t hitung = 1,03 < t tabel = 1,67. Artinya, kedua pendekatan itu mempunyai keefektifan relatif sama. Begitu juga, perbedaan antara hasil pascates di kelas CTL dan hasil pascates di kelas keterampilan proses tidak signifikan. Berdasarkan pengujian signifikansi, diketahui bahwa thitung =0,016, sedangkan t tabel = 1,67 untuk taraf signikansi 5% atau taraf kepercayaan 95%. Dengan demikian, maka hipotesis yang diajukan penulis, yaitu terdapat perbedaan keefektifan hasil pembelajaran membaca cerita pendek dengan menggunakan CTL dan menggunakan pendekatan keterampilan proses pada siswa Kelas VIII SMPN II Tarogong Tahun Pelajaran 2011/2012 tidak dapat diterima. Artinya, pendekatan CTL dan pendekatan keterampilan proses memiliki tingkat kefektifan yang relatif sama. Kata Kunci : Membaca, CTL
PENDAHULUAN Pendekatan pembelajaran yang demikian banyak itu perlu diujicobakan agar guru tidak meraba-raba dalam menentukan pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Uji coba pendekatan pembelajaran pun diperlukan untuk menghindari apriori guru terhadap pendekatan yang dianggap modern, sebab pendekatan yang dianggap modern itu belum tentu cocok untuk siswa di lingkungan tertentu. Pendekatan yang penulis akan ujicobakan adalah Contextual Teaching and Learning (CTL).
Dalam pendekatan ini, terdapat komponen-komponen yang harus dilalui dan dilaksanakan dalam pembelajaran. Komponen-komponen itu adalah (1) konstruktivisme, (2) menemukan, (3) bertanya, (4) masyarakat belajar, (5) permodelan, (6) refleksi, dan (7) penilaian yang sebenarnya. Pendekatan ini, penulis anggap memberi harapan akan terwujudnya keterampilan berbahasa peserta didik. Pembelajaran membaca cerpen akan berdampak positif terhadap kemampuan membaca siswa. Membaca cerpen dapat menjadi dasar terhadap kemampuan siswa dalam membaca cerita yang
lainnya. Misalnya, membaca novel, membaca biografi, membaca otobiografi, dan lain sebagainya. Para guru mengajarkan membaca cerpen akan paling baik, jika mengajarkannya berulang-ulang, tidak hanya satu kali. Bahan bacaan yang kurang diminati siswa yaitu sastra. Siswa kelas VII SMPN 2 Tarogong cenderung kurang berminat dalam membaca cerita pendek (cerpen). Hal ini dapat dilihat pada saat proses belajar mengajar sastra berlangsung. Ketika siswa diberi bahan apresiasi cerpen, mereka sangat sulit menyebutkan para pelaku, latar, karakter para tokoh, dan tema cerita tersebut. Oleh karena itu, para guru bahasa Indonesia harus selalu memberikan dorongan agar para siswa rajin membaca cerpen. KAJIAN TEORI DAN METODE Pengertian Membaca Sebelum penulis mengungkapkan pengertian membaca, terlebih dahulu penulis kemukakan beberapa pengertian membaca menurut para ahli. Pengertian membaca yang penulis akan kemukakan di antaranya adalah pendapat Burhan, Tampubolon, Tarigan, dan pendapat Sujana. Menurut Burhan (1971:90) membaca diartikan sebagai perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerja sama beberapa keterampilan yaitu mengamati, memahami, dan memikirkan. Dari sudut pandang yang berbeda, Tampubolon berpendapat, bahwa membaca merupakan suatu cara untuk membina daya nalar. Pada bagian lain, Tarigan (1979:7) mengemukakan, bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Tarigan mengartikan membaca lebih menekankan pada hasil kegiatan membaca yaitu untuk memperoleh informasi. Sementara itu, Sujana (1988:1-3) mengemukakan pengertian membaca sebagai kegiatan komunikasi interaktif yang memberi kesempatan kepada pembaca dan penulis untuk membawa latar belakang dan hasrat masing-masing. Sujana memberi kebebasan kepada pembaca untuk menafsirkan apa yang dikemukakan penulis. Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis simpulkan bahwa membaca merupakan kegiatan berbahsa yang dilakukan untuk memperoleh sejumlah informasi yang hendak disampaikan penulis melalui media bacaan. Pengertian Cerita Pendek Untuk mendapatkan pengertian cerpen, berikut ini penulis kutip tiga buah definisi cerpen yang masing-masing dikemukakan oleh Notosusanto,
Rosidi, dan Sumarjo bcserta Saini. Pendapat Notosusanto, "Cerita pendek adalah cerita yang panjangnya sekitar 5000 kata atau kirakira 17 halaman kuarto spasi rangkap yang terpusat dan lengkap pada dirinya sendiri" ("Notosusanto dalam Tarigan, 1984:176). Kalau kita perhatikan defirisi di atas, Notosusanto lebih banyak meninjau sebuah cerpen berdasarkan jumlah kata aiau halaman. Lain halnya dengan pendapat Rosidi dalam Tarigan (1984:176) yang memberi batasan dan keterangan tentang pengertian cerpen sebagai berikut ini. Cerita pendek adalah cerita yang pendek dan merupakan suatu kebulatan idea.... Dalam Kesingkatan dan kepadatannya itu, sebuah cerpen adalah lengkap, bulat singkat. Semua bagian dari semua cerpen mesti terikat pada suatu kesatuan jiwa; pendek, padat, dan lengkap. Tak ada bagianbagian yang boleh dikatakan lebih dan bisa dibuang. Pendapat Rosidi lebih menekankan pada peraturan sebuah cerpen, yaitu bagaimana sebuah cerpen harus dibuat, dan hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam isi sebuah cerpen. Pendapat ketiga yaitu dari Sumarjo dan Saini (1991:30), mereka menjelaskan sebagai berikut ini. Cerita pendek adalah cerita berbentuk prosa yang relatif pendek. Kata pendek dalam batasan ini tidak jelas atau dapat dibaca sekali duduk kurang dari satu jam. Dikatakan pendek juga karena genre ini hanya mempenyai efek tunggal, karakter, plot, dan seting yang terbatas, tidak beragam dan tidak kompleks Pengertian CTL Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar alamiah lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipejarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Itulah yang terjadi di kelas-kelas sekolah kita Pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan menerapkannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru kepada siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.
METODE PENELITIAN Untuk menguji permasalahan dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan metode deskriptif yang. Dalam Metode ini dalam penelitian ini menggunakan desain Control group pre-test posttest. perbedaan antara observasi sebelum eksperimen dan setelah eksperimen diasumsikan sebagai efek dari eksperimen. Teknik Penelitian Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan teknik penelitian sebagai berikut ini. a. Observasi Teknik ini penulis gunakan untuk mengamati secara langsung pelaksanaan proses belajar mengajar dan mengamati siswa dalam memahami cerpen. b. Tes Teknik tes yang dipergunakan penulis meliputi prates dan pascates. Teknik ini digunakan untuk mengetahui keberhasilan pengajaran dengan menggunakan pendekatan CTL dan pendekatan keterampilan proses. Prates penulis maksudkan untuk mengetahui keseimbangan sampel dalam penelitian sedangkan pascates digunakan penulis dengan maksud untuk mengetahui pendekatan manakah yang lebih efektif dalam pengajaran cerpen. HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Hasil Pretes dan Postes Siswa Nika Anita Dari 15 soal yang tersedia nika dapat menjawab dengan benar sebayak 11 tidak dapat menjawab soal dengan dengan benar sebanyak 4 soal sehinggga mendapat nilai
11 x 2 7.3 sedangkan pada soal 3
postes dapat menjawab dengan benar sebanyak 14 soal dan menjawab salah sebanyak 1 soal sehingga mendapat nilai
14 x 2 9.3 3
Nita Puspita Dari 15 soal yang tersedia nita dapat menjawab dengan benar sebayak 11 tidak dapat menjawab soal dengan dengan benar sebanyak 5 soal sehinggga mendapat nilai
11 x 2 7.3 sedangkan pada soal 3
postes dapat menjawab dengan benar sebanyak 14 soal dan menjawab salah sebanyak 1 soal sehingga mendapat nilai
14 x 2 9.3 3
Berdasarkan data di atas, dapat penulis kemukakan hal-hal berikut ini. a. Jumlah siswa yang berhasil mencapai nilai 7,0 ke atas dalam prates adalah 2 orang atau 5%
b. Jumlah siswa yang berhasil mencapai nilai 7,0 ke atas dalam pascates adalah 36 orang atau 90%. c. Terjadi peningkatan hasil tes dari prates ke pascates sebesar 85%. Dengan dasar perhitungan sebagai berikut ini. Tingkat keberhasilan pada pascates dikurangi tingkat keberhasilan pada prates, yaitu 90% - 5% = 85%. d. Hal tersebut berdasarkan standar kompetensi belajar minimal (SKBM) mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kelas VII SMPN 2 Tarogong yaitu 7,0. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan analisis data di atas, penulis kemukakan hal-hal berikut ini. 1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil prates dan pascates dalam pembelajaran cerpen dengan menggunakan pendekatan CTL. Hasil pascates lebih baik daripada hasil prates. 2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil prates dan pascates dalam pembelajaran cerpen dengan menggunakan keterampilan proses. Hasil pascates lebih baik daripada hasil prates. 3. Perbedaan anatra hasil prates di kelas CTL dan prates di kelas keterampilan proses tidak signifikan. Perbandingan hasil perhitungan korelasi antara nilai pascates di kelas CTL dan di kelas keterampilan proses adalah t hitung = 1,03 < t tabel = 1,67. Artinya, kedua pendekatan itu mempunyai keefektifan relatif sama. 4. Perbedaan antara hasil pascates di kelas CTL dan hasil pascates di kelas keterampilan proses tidak signifikan. Perbandingan hasil perhitungan korelasi antara nilai pascates di kelas CTL dan di kelas keterampilan proses adalah t hitung = 0,016 < t tabel = 1,67. Artinya, kedua pendekatan itu mempunyai keefektifan relatif sama; dalam pembelajaran membaca cerpen, guru dapat memilih salah satu di antara kedua pendekatan itu. SIMPULAN Pada bagian akhir penelitian ini, penulis menarik beberapa simpulan sebagai hasil analisis terhadap data yang penulis dapatkan dari penelitian. Simpulan yang peneliti ambil didasarkan pada rumusan masalah yang peneliti ungkapkan pada bagian sebelumnya, yaitu manakah pendekatan yang paling efektif dalam pembelajaran cerpen di SMPN 2 Tarogong Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa hasil pembelajaran membaca cerpen dengan menggunakan pendekatan CTL dan pendekatan keterampilan proses pada kedua kelas secara angka angka menunjukkan adanya peningkatan pemahaman membaca cerpen secara signifikan. Pada kelas CTL
mengalami peningkatan nilai rata-rata tes dari 5,48 menjadi 8,2. Sementara itu, pada kelas keterampilan proses mengalami peningkatan rata-rata niali tes dari 5,2 menjadi 8,17. Selanjutnya, dari hasil pengujian uji t diperoleh bahwa kedua pendekatan menunjukkan hasil pembelajaran yang efektif. Pada pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL diperoleh t hitung = 1,74, sementara t tabel 1,67 t hitung > t tabel Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan CTL cukup efektif dalam peningkatan hasil belajar siswa. Sementara itu, pada pembelajaran yang menggunakan pendekatan keterampilan proses juga menunjukkan hasil pembelajaran yang efektif. Hal itu, ditunjukkan oleh hasil uji t yaitu t hitung = 1,92 dan t tabet = 1,67. Hal ini, menunjukkan bahwa pendekatan keterampilan proses efektif meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan studi komparatif, diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan antara rata-rata nilai pembelajaran membaca cerpen yang menggunakan pendekatan CTL dan yang menggunakan pendekatan keterampilan proses. Namun, perbedaan tersebut tidak rnemiliki signifikansi. Perbedaan anatra hasil prates di kelas CTL dan prates di kelas keterampilan proses tidak signifikan. Perbandingan hasil perhitungan korelasi antara nilai pascates di kelas CTL dan di kelas keterampilan proses adalah t hitung = 1,03 < t tabel = 1,67. Artinya, kedua pendekatan itu mempunyai keefektifan relatif sama. Begitu juga, perbedaan antara hasil pascates di kelas CTL dan hasil pascates di kelas keterampilan proses tidak signifikan.Berdasarkan pengujian signifikansi, diketahui bahwa t hitung =0,016, sedangkan t tabel= 1,67 untuk taraf signikansi 5% atau taraf kepercayaan 95%. Dengan demikian, maka hipotesis yang diajukan penulis, yairu terdapat perbedaan keefektifan hasil pembelajaran membaca cerita pendek dengan menggunakan CTL dan menggunakan pendekatan keterampilan proses pada siswa kelas VII SMPN 2 Tarogong Tahun Pelajaran 2011/2012 tidak dapat diterima. Berdasarkan nilai rata-rata yang dicapai pada kedua kelas dan uji t yang mengukur taraf signifikansi, maka dapat disimpulkan bahwa kedua pendekatan itu tidak memiliki signifikansi. Artinya, kedua pendekatan itu mempunyai tingkat keefektifan yang relatif sama dalam pembelajaran membaca cerita pendek. DAFTAR PUSTAKA Aminudin. (2002). Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Badudu, Y. (2001). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas. Nurhudi. (2003). Pendekatan Kontekstual (Centextual Teaching and Learning). Jakarta: Depiknas. Rejana, I. (1994). Keterampilan Membaca. Jakarta: Modul PSGB. Rusyana, Y. (1982). Metode Pengajaran Sastra. Bandung: Gunung Larang. Semiawan, C. (1986). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: PT. Gramedia. Surakhmad, W. (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung:Tarsito. Tarigan , H.G. (1979). Membaca sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.